Anda di halaman 1dari 12

Vol.1 No.

2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347

PRAKSIS LESSON STUDY FOR LEARNING COMMUNITY


DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI KOLABORASI KOLEGIAL GURU DAN DOSEN

Aditya Nugroho Widiadi1, Indah Wahyu Puji Utami2

Abstrak
Fokus penelitian ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis penerapan Lesson Study for Learning Community
sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui kegiatan lesson study di SMPN 2 Sumberpucung
Malang yang didampingi oleh Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (UM). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Sumber data utama penelitian ini adalah para guru IPS
SMPN 2 Sumberpucung dan dosen Fakultas Ilmu Sosial UM yang terlibat dalam kegiatan lesson study di sekolah
tersebut. Temuan penelitian ini menuntun peneliti untuk menarik dua simpulan. Pertama, bahwa telah terjadi
peningkatan kualitas pembelajaran IPS saat pelaksanaan Lesson Study for Learning Community di SMPN 2
Sumberpucung. Hal ini dibuktikan dari proses pembelajaran selama empat siklus lesson study. Kedua, kolaborasi
kolegial antara guru dan dosen telah berkontribusi dalam peningkatan kualitas pembelajaran IPS di SMPN 2
Sumberpucung. Pola kolaborasi kolegial terwujud saat kegiatan lesson plan dan refleksi, sekaligus nampak juga
saat open lesson. Terjadi hubungan saling belajar dan dialog diantara para guru dengan guru, dan antara guru
dengan dosen.
Katakunci: Pembelajaran IPS, Lesson Study, Learning Community.

Abstract
The focus of this research is to describe and analyze the praxis of Lesson Study for Learning Community as an
effort to enhance social studies teaching learning quality by applying lesson study activity in SMPN 2
Sumberpucung which was guided by Faculty of Social Science Universitas Negeri Malang (UM). This research
used a qualitative research approach and case study research design. The main sources of this research were all the
social studies teachers of SMPN 2 Sumberpucung and the lecturers of Faculty of Social Science UM which was
involved in the lesson study activity on this school. Research findings has led the author to take two conclusions.
First, the quality of social studies teaching learning has increased by the praxis of Lesson Study for Learning
Community in SMPN 2 Sumberpucung. Second, the collegial collaboration between the teachers and the lecturers
has significant contributions in the enhancement of social studies teaching learning quality. The pattern of collegial
collaboration manifested in the lesson plan and reflection session, and also has observed in the open lesson session.
There was dialogue and mutual learning relations within teachers and teachers, and between lecturers and teachers
as well.
Keywords: Social Studies, Lesson Study, Learning Community

1
aditya_widiadi@um.ac.id – Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang
2
indahwahyu.p.u@um.ac.id – Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 77


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
1. PENDAHULUAN tahun 2015 ini menyelenggarakan pendam-
Siswa sering menganggap pembelajaran IPS pingan lesson study kepada tiga sekolah mitra di
sebagai mata pelajaran yang tidak bermanfaat wilayah Kabupaten Malang. Sekolah mitra
dan tidak menarik. Siswa lebih menganggap tersebut adalah SMP Negeri 2 Wagir, SMP
mata pelajaran eksakta seperti matematika dan Negeri 3 Singosari, dan SMP Negeri 2
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lebih bermanfaat Sumberpucung. Guru mata pelajaran yang dija-
untuk dipelajari karena berguna bagi kehidupan dikan sasaran pendampingan adalah guru IPS
mereka, sehingga siswa meremehkan IPS. dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Kecuali itu, pembelajaran IPS yang tidak me- Dari tiga sekolah dan dua mata pelajaran
narik juga disebabkan oleh faktor guru. Terdapat yang dijadikan sasaran pendampingan, peneliti
masalah di lapangan dari guru IPS yang ternyata memfokuskan pada kasus praktek lesson study
tidak berangkat dari latar belakang pendidikan pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 2
IPS, melainkan dari salah bidang ilmu yang Sumberpucung. Peneliti berupaya memaparkan
termuat dalam IPS, yakni sejarah, geografi, dan menganalisis berbagai temuan dalam ke-
sosiologi atau ekonomi. Sementara tugas guru giatan tersebut yang diarahkan pada dua masalah
IPS harus melingkupi semua bidang tersebut. utama. Pertama, bagaimana praksis Lesson
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh Study for Learning Community sebagai upata
anggapan umum bahwa IPS adalah mata pela- peningkatan kualitas pembelajaran IPS?. Kedua,
jaran yang lunak yang dapat diajarkan oleh siapa bagaimana peran kolaborasi guru dan dosen
saja tanpa memperoleh pendidikan khusus dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran
tentang bagaimana melaksanakan pembelajaran IPS dalam konteks Lesson Study for Learning
IPS (Wahab, 2012:157). Padahal anggapan Community?
tersebut bertentangan dengan temuan penelitian
Pratiwi (2012) yang mendapati kenyataan bahwa 2. METODE
guru IPS di SMPN 8 Malang seringkali kesulitan Penelitian ini menggunakan pendekatan
dalam menyampaikan materi yang bukan bidang kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.
ilmunya. Penelitian kualitatif ini menekankan pada tiga
Berbagai upaya dapat dilakukan dalam karakteristik penelitian kualitatif, yakni
rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, naturalistik, deskriptif, menekankan pada proses,
salah satunya adalah melalui format kegiatan induktif, dan bermakna (Bogdan & Biklen,
Lesson Study for Learning Community. Hal ini 2007:3-8). Jenis penelitian ini menggunakan
dikarenakan Lesson Study for Learning kerangka studi kasus, yang mencermati
Community merupakan model pembinaan fenomena yang diteliti dengan dua pertanyaan
profesi pendidik melalui pengkajian pembe- utama: how dan why (Yin, 2006:1). Penelitian ini
lajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan menggunakan desain studi kasus tunggal, yang
berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual difokuskan pada kegiatan lesson study yang
learning untuk membangun komunitas belajar diselenggarakan secara kolaboratif antara guru
(learning community). Dalam kegiatan lesson SMP Negeri 2 Sumberpucung dan dosen
study, guru secara kolaboratif dan kolegial Fakultas Ilmu Sosial UM. Penelitian ini
merancang pembelajaran secara bersama-sama. mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan ke-
Untuk kemudian mengamati pembelajaran yang giatan tersebut yang difokuskan pada upaya
telah dirancang bersama dan diakhiri dengan peningkatan kualitas pembelajaran IPS di SMP
kegiatan refleksi hasil pengamatan pembe- melalui kerjasama kolobarasi kolegial antara
lajaran. Melalui cara tersebut, para guru bisa guru dan dosen.
saling belajar bersama dengan mengambil Prosedur pengumpulan data dilakukan
pelajaran berharga (lesson learn) dari apa yang melalui tiga teknik utama, yakni observasi,
telah diamati bersama. wawancara, dan dokumentasi. Observasi mem-
Penelitian ini bermaksud untuk memaparkan fokuskan pada aktifitas lesson study di Fakultas
dan menganalisis kegiatan lesson study yang Ilmu Sosial UM dan di SMP Negeri 2
dilakukan secara kolaboratif antara guru IPS di Sumberpucung. Sasaran utama observasi adalah
Kabupaten Malang dengan dosen Fakultas Ilmu segala bentuk kegiatan yang terkait lesson study,
Sosial Universitas Negeri Malang (UM). yakni mulai dari lesson plan, open lesson, dan
Dimana pihak Fakultas Ilmu Sosial UM dalam refleksi. Teknik wawancara dalam penelitian ini

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 78


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
dilakukan secara tidak-berstruktur (unstructured diantara lima orang guru IPS SMPN 2
interview). Wawancara dilakukan melalui Sumberpucung, tapi kedudukan Ibu Lasmini
percakapan bebas atau secara terselubung yang lebih senior (mantan guru SMP Ibu Ninik)
melalui kegiatan diskusi dalam forum refleksi. berperan besar dalam menentukan Ibu Ninik
Informan utama dalam wawancara adalah pihak sebagai guru model. Sementara guru yang paling
yang terlibat secara langsung dan mengetahui junior dalam tim IPS, Ibu Helmy, sedang hamil
secara persis proses lesson study yang sedang besar sehingga tidak mungkin ditunjuk sebagai
berjalan, yakni para guru IPS SMPN 2 guru model.
Sumberpucung yang terlibat dalam empat siklus Melalui kegiatan plan ini, disepakati
lesson study. Teknik dokumentasi dalam beberapa rencana umum, diantaranya perkiraan
penelitian ini digunakan untuk mengkaji do- tanggal open lesson untuk empat siklus, kelas
kumen berupa lesson plan yang dihasilkan oleh yang digunakan (kelas 8.6), model pembelajaran
guru dalam format Rancangan Pelaksanaan kolaboratif, dan pembelajaran akan diadakan
Pembelajaran (RPP), lembar observasi open sesuai dengan jadwal yang telah dirancang
lesson, notulensi diskusi refleksi, hasil lembar sebelumnya. Adapun sesuai jadwal pembe-
kerja siswa (LKS), tugas-tugas yang dikerjakan lajaran, maka empat siklus yang dilakukan
serta dikumpulkan oleh siswa seperti makalah ditujukan untuk pencapaian Standar Kompetensi
atau laporan pengumpulan data, dan berbagai 7 yakni tentang “memahami kegiatan per-
dokumen lain yang bisa memberi data yang ekonomian Indonesia” yang tediri atas empat
terkait dengan fokus penelitian. Kompetensi Dasar. Maka sebenarnya guru telah
memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran
3. PEMBAHASAN (RPP) yang telah disusun sejak lama.
Paparan Temuan Menghadapi kondisi yang demikian, maka
Pelaksanaan pembelajaran IPS melalui ak- pendamping mengajak guru untuk membuat
tivitas lesson study telah berlangsung di SMPN lesson design yang lebih aktual, dengan
2 Sumberpucung selama dua bulan, yakni Maret mencermati kondisi nyata yang ada pada siswa.
dan April 2015. Selama kurun waktu tersebut, RPP yang telah disusun oleh guru model,
telah diadakan empat kali siklus lesson study. dibahas bersama dengan cara membuat prediksi
Pada setiap siklus selalu terdiri atas tahap lesson dan antisipasi jika seandainya berada dalam
plan, open lesson, dan post lesson discussion kondisi kelas 8.6 yang sesungguhnya. Guru
(refleksi). model menjelaskan rencana pembelajarannya,
a. Siklus Pertama dan guru yang akan bertugas sebagai observer
Kegiatan pertama diawali dengan workshop berpikir seolah-olah sebagai siswa. Kegiatan
lesson study yang diadakan oleh Fakultas Ilmu simulasi ini dituangkan dalam media kertas
Sosial (FIS), Universitas Negeri Malang (UM) karton yang dibagi menjadi tiga bagian, yang
pada hari Jumat, 13 Maret 2015. Guru IPS menggambarkan tiga tahap pembelajaran: awal,
SMPN 2 Sumberpucung yang hadir saat itu inti, dan penutup.
adalah Ibu Ninik Suryani, Bapak Suparmo Adhi, Dari kegiatan prediksi dan antisipasi dalam
Ibu Lasmini, Ibu Sustiyar, dan Ibu Helmy Anna diskusi lesson plan, dihasilkan revisi lesson
Lestari. Pada saat penyusunan lesson plan, guru design yang disepakati bersama. Untuk lesson
IPS SMPN 2 Sumberpucung didampingi oleh design siklus 1 pada KD 7.1 “mendeskirpsikan
dua orang dosen, yakni Bapak Mustofa dan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja
peneliti (Aditya). Dosen pendamping berusaha sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi,
untuk memberikan pelayanan secara mengalir serta peran pemerintah dalam upaya penang-
dengan mengikuti apa yang diinginkan dan yang gulangannya” terjadi beberapa revisi. Guru
telah disiapkan oleh para guru. Hal pertama yang model, Ibu Ninik, awalnya merencanakan bahwa
dibahas pada diskusi lesson plan adalah menge- dalam pembelajaran perlu diberikan ceramah
nai siapa yang bertugas sebagai guru model. untuk menjelaskan mengenai jenis tenaga kerja
Rupanya para guru telah bersepakat bahwa Ibu terdidik, terlatih, dan tidak terdidik, maupun
Ninik yang ditunjuk sebagai guru model. mengenai masalah penganguran. Namun forum
Penetapan Ibu Ninik selaku guru model, agaknya menyarankan dan akhirnya menyepakati bahwa
terkesan sedikit dipaksa dan sudah direncanakan siswa harus mampu memahami konsep tersebut
oleh tim guru. Meski Ibu Ninik cukup senior dan membuat klasifikasi sendiri berdasarkan

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 79


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
kondisi yang ada secara riil dalam kehidupan mengapresiasi pembelajaran yang telah
sekitar mereka. Sehingga siswa akan diminta dilaksanakan guru model karena telah bernuansa
menyebutkan berbagai jenis pekerjaan mau-pun pembelajaran kontekstual karena mengidenti-
pengangguran yang dilakukan oleh orangtua, fikasi permasalahan yang ada di sekitar siswa.
saudara, maupun tetangganya. Dari jenis-jenis Ibu Lasmini, Ibu Sustiyar, dan Bapak Suparmo
pekerjaan yang disebutkan oleh seluruh siswa, memberikan paparan hasil amatan yang masih
berikutnya mereka diminta untuk membuat berfokus pada apa yang dilakukan guru tanpa
klasifikasi sendiri. Hal itulah yang disepakati terlalu terindikasi menghakimi guru model.
saat diskusi lesson plan untuk siklus pertama. Sementara Ibu Helmy memberikan dana
Pelaksanaan open lesson pertama diseleng- penghakiman terhadap guru model, sebagaimana
garakan pada tanggal 24 Maret 2015. Kegiatan pernyataannya sebagai berikut:
ini dilaksanakan pada siswa kelas 8.6 yang Jadi intinya mungkin diawal tadi kan Ibu
ditempatkan pada ruang kelas 9 dengan Ninik sudah menyampaikan tentang
pertimbangan kapasitas ruang untuk observer ketenagakerjaan.......Menurut saya itu tidak
dan ketersediaan media pembelajaran. Observer perlu semua menjawab satu-satu, mungkin itu
terlalu banyak membuang waktu. Mungkin
terdiri atas Bapak Sutikno (Kepala Sekolah),
anak-anak bisa ditanyakan, siapa yang
Bapak Suparmo, Ibu Lasmini, Ibu Sustiyar, Ibu pekerjaan orang-tuanya ini?......Kemudian
Helmy, dan Bapak Mustofa serta peneliti selaku saya ingin menambahkan, kayaknya Ibu Ninik
pendamping. Pembelajaran berlangsung sesuai terlalu monoton, jadi guru ini kelihatan terlalu
dengan skenario pembelajaran yang telah diran- aktif ya kan, bukan siswanya.......Ibu Ninik
cang. Pada tahap awal guru menanyakan kepada untuk bisa memotivasi siswa agar lebih aktif.
semua siswa “apa pekerjaan dari orang tua Gitu loh, karena saya lihat anak-anak kaku
kalian? baik bapak ataupun ibu”. Satu persatu gitu loh. Anak-anak kurang ada greget untuk
siswa menjawab mengenai pekerjaan orang mengikuti pelajaran.
tuanya dan diminta untuk menuliskan jawaban
semua siswa dibuku catatan masing-masing. Moderator harus memperingatkan Ibu Helmy
Sayangnya, tidak semua siswa mencatat jenis- agar tidak memberikan penilaian terhadap guru
jenis pekerjaan yang telah disampaikan teman- model dan cukup berfokus pada aktivitas yang
nya. Dari berbagai jenis pekerjaan yang telah dilakukan siswa. Proses refleksi berikutnya
ada, siswa secara berkelompok diminta untuk secara keseluruhan, para guru peserta lesson
membuat identifikasi dari setiap pekerjaan yang study mulai belajar bagaiamana cara meng-
telah disebutkan, apakah sebagai tenaga kerja observasi pembelajaran agar terfokus pada
terdidik, terlatih, atau tidak terdidik. Kesulitan aktivitas siswa dan bukan hanya guru. Sehingga
siswa muncul karena tidak semua mencatat ketika diskusi refleksi tidak terjadi proses
setiap jenis pekerjaan yang telah disebutkan. penghakiman terhadap guru model.
Akibatnya siswa harus mencari tahu lagi jenis- b. Siklus Kedua
jenis pekerjaan yang telah disampaikan dan Rangkaian kegiatan lesson study siklus kedua
adapula yang menggunakan informasi apapun untuk pembelajaran IPS di SMPN 2
yang sudah ada. Sambil siswa bekerja, Ibu Ninik Sumberpucung diawali dengan kegiatan lesson
menjelaskan beberapa perbedaan dari tiga jenis plan pada tanggal 24 Maret 2015. Kegiatan
kategori pekerjaan yang diidentifikasi siswa. diskusi lesson plan bertempat di ruang kepala
Proses pembelajaran dilanjutkan dengan sekolah dan dihadiri oleh lima orang guru IPS,
pembahasan hasil diskusi kelompok secara yakni Ibu Ninik Suryani, Ibu Lasmini, Ibu
bergiliran. Akhir pembelajaran ditutup dengan Sustiyar, Bapak Suparmo Adhi, dan Ibu Helmy.
pemberian tugas dalam lembar kerja siswa Adapun Kepala Sekolah, yakni Bapak Sutikno,
secara berkelompok untuk menjodohkan jawab- juga sempat turut serta di awal kegiatan dan
an dan pertanyaan dalam bentuk gambar. sempat memberi masukan terkait pelaksanaan
Akhir siklus pertama ditutup dengan kegiatan lesson plan. Pelaksanaan diskusi plan berlang-
diskusi refleksi. Pada kegiatan ini beberapa guru sung secara santai namun tetap diselenggarakan
masih lebih banyak memberi porsi penilaian dengan kesungguhan untuk menghasilkan
terhadap kinerja guru model, lupa bahwa semua rencana pembelajaran yang baik.
ada skenario yang disusun bersama-sama. Awal diskusi lesson plan dibuka dengan
Refleksi yang disampaikan kepala sekolah justru paparan guru model, Ibu Ninik, yang menyam-

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 80


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
paikan garis besar isi rencana pembelajaran yang kesepakatan bahwa untuk mencapai KD 7.2
telah disusun. Menurutnya siklus kedua nanti siswa diharapkan mampu mengidentifikasi
akan menggunakan KD 7.2 “mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi yang ada disekitar
pelaku-pelaku ekonomi dan sistem pereko- kehidupan siswa secara mandiri. Siswa hanya
nomian Indonesia”. Ibu Ninik meminta masukan mencari pelaku berdasar lembaga yang ada di
saran dari beberapa rekan guru, terkait sekitar Sumberpucung, meliputi Badang Usaha
bagaimana cara yang tepat dalam mengorgani- Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
sasikan pembelajaran, media yang digunakan, Daerah (BUMD), Koperasi dan Swasta. Dimana
dan lain sebagainya. Meski sebenarnya Ibu masing-masing lembaga tersebut, akan digali
Ninik dan Ibu Lasmini sudah punya rencana lebih dalam oleh dua kelompok siswa yang
pembelajaran yang telah disusun, mengenai membahas kategori pelaku ekonomi yang sama
penggunaan media yang akan digunakan. melalui kegiatan pengumpulan data di lapangan.
Termasuk bagaimana cara membedakan ber- Pelaksanaan open lesson untuk siklus kedua
bagai macam sistem perekonomian: tradisional, berlangsung pada hari rabu tanggal 8 April 2015
komando, dan liberal. pada siswa kelas 8.6. Dengan pertimbangan
Setelah dicermati bersama, Ibu Ninik ruangan yang sempit dan tidak tersedianya
ternyata membuat RPP yang mengandung media di ruang kelas 8.6, maka pembelajaran
ketidaksesuaian antara KD yang digunakan dipindah ke ruang kelas 7.1. Ruangan ini terletak
dengan tujuan dan indikator pembelajaran yang di ujung selatan sekolah, sehingga relatif tenang
harus dicapai. Rupanya, tujuan dan indikator meskipun dekat lapangan sepakbola dan yang
tidak berangkat dari KD melainkan dari isi lebih penting lagi memiliki sarana yang lengkap.
materi dalam buku teks. Peneliti dan Bapak Guru model masih tetap dilaksanakan oleh Ibu
Mustofa selaku pendamping mencoba untuk Ninik, adapun observer adalah Bapak Suparmo,
memberi masukan dengan cara fokus kembali Ibu Lasmini, Ibu Sustiyar, Ibu Helmy, dan
pada KD mengenai pelaku ekonomi dan sistem sekaligus peneliti juga berperan sebagai observer
perekonomian Indonesia. Pertimbangannya dalam kegiatan lesson study ini. Dari lima orang
kalau sekedar membahas perbedaan sistem observer, terdapat dua guru yang terlambat
ekonomi tradisional, komando dan liberal, atau mengikuti observasi yakni Sustiyar dan Bapak
campuran maka artinya pembelajaran belum Suparmo.
berfokus pada pencapaian kompetensi yang telah Pembelajaran dimulai tepat waktu pada pukul
ditentukan dalam kurikulum. Bapak Mustofa 07.25 dengan mengucapkan salam dan
sebagai pendamping juga menekankan agar menanyakan kabar siswa. Ibu Ninik juga
pembelajaran langsung ditujukan untuk men- memberikan motivasi kepada siswa agar
capai kompetensi “mendeskripsikan pelaku semangat belajar. Setelah menjelaskan topik
ekonomi” bukan sistem perekonomian secara pembelajaran pada hari itu, berikutnya guru
umum. menanyakan tugas yang telah diberikan kepada
Akhirnya disepakati oleh semua peserta siswa dan mengecek keterselesaian tugas
diskusi lesson plan bahwa tujuan utama tersebut. Dari pemeriksaan tersebut, diketahui
berdasarkan KD 7.2 adalah siswa dapat mem- bahwa tidak semua siswa mengumpulkan data di
bedakan pelaku-pelaku ekonomi di Indonesia. lapangan, sebagaimana yang harapkan dalam
Dari sini nampak peran penting kegiatan lesson lesson plan. Kelompok 1, mengumpulkan
plan adalah menyadarkan para guru, bahwa informasi mengenai BUMN, yakni PT Kereta
terkadang RPP yang disusun sendiri oleh guru Api dengan menggali data melalui wawancara
terkadang masih mengandung kesalahan, dan ke stasiun kereta api di Sumberpucung.
untuk itu butuh perbaikan untuk penyempurnaan Kelompok 2, bertugas mengumpulkan data ke
pembelajaran secara kolaboratif dengan rekan salah satu BUMN, dalam hal ini bank BNI,
guru yang lain. namun mereka menegaskan hanya memperoleh
Muncul kesepakatan lain oleh guru, terkait data dari internet dan tanpa mencari data ke
pembelajaran pada siklus pertama sudah lapangan. Kelompok 3, bertugas mengumpulkan
menekankan pada aspek-aspek lokal dalam data ke salah satu BUMN, yakni PT PJB
pembelajaran, maka pada pertemuan kedua juga (Pembangkit Jawa dan Bali) yang kebetulan
dirancang pembelajaran yang menekankan unsur SMPN 2 Sumberpucung berdekatan dengan
kontekstual. Para peserta diskusi mengambil Bendungan Karangkates. Hanya saja mereka

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 81


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
menyatakan hanya menggunakan data dari pertanyaan yang sama siswa mendapatkan
internet, karena mereka mengklaim tidak boleh jawaban yang berbeda-beda ketika mengkaji
masuk ke kantor PJB. Kelompok 4, bertugas pelaku ekonomi yang berbeda pula. Teramati
mengumpulkan data dari BUMS, yakni ke BCA. bahwa siswa memperoleh pengetahuan yang
Mereka berhasil mengumpulkan data melalui baru melalui proses diskusi semacam ini.
wawancara langsung ke kantor cabang BCA di Pembelajaran siklus kedua diakhiri melalui
Sumberpucung. Kelompok 5, bertugas mengum- penyampaian kesimpulan oleh guru model.
pulkan data dari BUMD, kali ini ke Bank Jatim. Kegiatan refleksi dilanjutkan segera setelah
Hanya saja mereka mengumpulkan data dengan open lesson berakhir. Guru model bersama guru
mengandalkan internet. Mereka berdalih, IPS lain yang telah bertindak sebagai observer—
banknya tutup ketika mereka berkunjung pada Bapak Suparmo, Ibu Lasmini, Ibu Sustiyar, dan
hari minggu. Kelompok 6, bertugas mengum- Ibu Helmy—turut serta dalam refleksi ini. Kali
pulkan data dari koperasi, namun mereka ini yang bertindak sebagai moderator adalah
menyebutnya sebagai renternir. Meski terdapat Bapak Suparmo. Tema diskusi refleksi terkait
koperasi simpan pinjam di dekat sekolah, dengan antusiasnya siswa ketika menggunakan
sayangnya mereka memilih mengumpulkan data permainan “talking stick” dan pembahasan
dari internet. Mereka berdalih bahwa orangnya seputar pelaku ekonomi di sekitar kehidupan
tidak mau diwawancarai. Kelompok 7, bertugas siswa. Diskusi refleksi tidak lagi menghakimi
mengumpulkan data tentang koperasi, tapi guru model namun tema diskusi masih seputar
mereka juga hanya mengandalkan sumber data apa yang dilakukan guru, belum membahas
dari internet. Kelompok 8, bertugas mengum- secara mendetail perkembangan belajar siswa.
pulkan informasi ke BUMN, yakni Kantor Pos. c. Siklus Ketiga
Mereka mengumpulkan data secara langsung ke Rangkaian kegiatan lesson study untuk siklus
Kantor Pos Sumberpucung. Kelompok 9, ber- ketiga dimulai sejak tanggal 8 April 2015 ketika
tugas mengumpulkan data ke Perum Pegadaian, dilaksanakan diskusi lesson plan. Kegiatan ini
namun mereka hanya mengandalkan data dari hanya berlangsung selama 35 menit, karena
internet. sebagian besar lesson design sudah dirancang
Setelah mengecek tugas siswa, Ibu Ninik oleh guru model bersama tim guru IPS SMPN 2
selaku guru model memberikan ceramah singkat Sumberpucung. Diskusi diselenggarakan dengan
mengenai pelaku-pelaku ekonomi di Indonesia. santai dengan mencermati apa yang ingin
Ia memanfaatkan media proyektor LCD untuk dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.
menampilkan materi melalui powerpoint. Guru Peneliti sebagai pendamping mencoba memberi
menjelaskan pelaku-pelaku ekonomi, baik sektor kesempatan yang lebih besar kepada para guru
usaha formal (BUMN, BUMS, Koperasi, dan untuk mengkonstruksi secara mandiri rencana
Swasta) maupun non formal (pedagang, pembelajarannya. Peserta diskusi dihadiri oleh
asongan, dll). Setelah memberi ceramah, Ibu Ninik, Bapak Suparmo, Ibu Sustiyar, Ibu
pembelajaran beralih ke kegiatan presentasi. Lasmini, Ibu Helmy, dan peneliti.
Suasana pembelajaran menjadi sangat semarak Kegiatan lesson plan diawali dengan
ketika guru menyelenggarakan permainan “talk- pertanyaan peneliti selaku pendamping, apakah
ing stick” sebagai mekanisme penunjukkan rencana pembelajarannya sudah disepakati
kelompok untuk menyampaikan hasil tugas bersama oleh guru tim lesson study mata
pengumpulan data ke lapangan. Siswa menge- pelajaran IPS. Ibu Ninik, selaku guru model dan
darkan “stick” dan guru memutarkan musik, rekan guru yang lain, langsung menjawab “ya,
ketika musik dimatikan, kelompok yang yang itu tadi [tugas yang diberikan pada open
memegang stick yang diharuskan menyajikan class siklus kedua]”. Berikutnya, diskusi lesson
hasil kerjanya. plan membahas teknis pelaksanaan pemberian
Pada fase ini siswa benar-benar tertantang tugas kepada siswa. Siswa akan diminta
untuk belajar. Mereka bersemangat untuk membawa berbagai macam bukti setoran pajak
mempresentasikan hasil kerjanya sekiligus yang dimiliki oleh orang tuannya, semisal
berdiskusi mengenai hal-hal yang belum mereka BPKB, NPWP, PBB retribusi, dan lain-lain.
pahami. Pertanyaan yang diajukan siswa selama Siswa kemudian akan diminta mengidentifikasi
diskusi berputar pada masalah struktut orga- jenis pajak berdasarkan data yang dibawanya.
nisasi dan sistem pemerolehan laba. Melalui Termasuk akan dibahas prosentase perhitungan

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 82


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
pajak yang ada. Ibu Ninik, memperkirakan guru memutar musik dan siswa diminta untuk
bahwa siswa pasti akan kesulitan dan berjoget sambil mengedarkan talking stick untuk
menanyakan bagaimana prosedur penghitungan menunjuk kelompok yang mempresentasikan
pajak. Untuk siklus ketiga ini pembelajaran tugasnya. Siswa terlihat terhibur dengan menari
ditujukan agar siswa menguasai KD 7.3 dan menyanyi bersama. Hanya saja pada fase
“mendeskripsikan fungsi pajak dalam pereko- perhitungan pajak diakhir pembelajaran,
nomian nasional”. mayoritas siswa terlihat kebingungan dalam
Fase open lesson untuk siklus ketiga memecahkan soal perhitungan pajak.
dilaksanakan pada hari Senin, 13 April 2015 Diskusi refleksi lesson study siklus ketiga
mulai pukul 08.05 sampai dengan 09.30. langsung diselenggarakan setelah kegiatan open
Sebagaimana siklus kedua, ruang kelas dipindah lesson berakhir. Bertempat di ruang perpus-
lagi ke kelas VII dengan pertimbangan ukuran takaan sekolah, aktivitas ini berlangsung dari
yang lebih luas dan ketersediaan media pukul 09.43 sampai dengan 10.45. Peserta
pembelajaran. Pembelajaran dimulai tepat waktu diskusi refleksi yang hadir adalah personil yang
namun diselesaikan 10 menit lebih lambat ikut dalam kegiatan open lesson. Jalannya
karena siswa kesulitan menyelesaikan soal diskusi refleksi dipandu oleh Bapak Suparmo
diakhir pembelajaran. Pada siklus ketiga ini, selaku moderator. Perbedaan diskusi refleksi
guru model masih tetap dilaksanakan oleh Ibu kali ini dengan siklus sebelumnya adalah guru
Ninik, adapun observer adalah Bapak Suparmo, mulai berfokus pada proses belajar yang dialami
Ibu Lasmini, Ibu Sustiyar, Ibu Helmy, dan oleh siswa. Mereka—khususnya Ibu Lasmini
peneliti sebagai pendamping kegiatan. dan Ibu Helmy—mampu menunjukkan kesulitan
Pertanyaan pertama untuk membuka belajar yang dialami oleh siswa dan perkiraan
pelajaran—sebagaimana yang direncanakan penyebabnya. Serta mampu menunjukkan bukti
dalam plan—adalah “apakah ada diantara kalian konkret perkembangan belajar siswa dalam tiap
yang orangtuanya tidak membayar pajak?”. siklus yang mengalami peningkatan dan
Siswa langsung menjawab serempak “yo, kemajuan dalam belajar.
mbayar bu”. Kegiatan pembelajaran kemudian d. Siklus Keempat
dilanjutkan dengan aktivitas guru yang Siklus terakhir dari rangkaian aktivitas lesson
memeriksa tugas kelompok, dimana siswa study mata pelajaran IPS di SMPN 2
diminta untuk membawa bukti setoran pajak Sumberpucung dimulai pada hari Senin, 13 April
milik orangtuanya. Hasilnya semua kelompok 2015 ketika diadakan lesson plan. Kegiatan ini
sudah membawa tugasnya sebagaimana yang bertempat di ruang perpustakan sekolah. Peserta
diharapkan, diantara mereka ada yang membawa diskusi lesson plan terdiri dari enam orang,
NPWP, pita cukai rokok, STNK/PKB, retrebusi yakni peneliti selaku pendamping kegiatan,
pasar, karcis parkir. Siswa tidak hanya Bapak Suparmo, Ibu Ninik, Ibu Lasmini, Ibu
membawa sekedar dokumen fotokopian, melain- Sustiyar, dan Ibu Helmy. Kegiatan diskusi
kan ada pula yang membawa aslinya. lesson plan diawali dengan pertanyaan dari Ibu
Inti pembelajaran dalam siklus ketiga adalah Ninik selaku guru model yang menanyakan
siswa diminta untuk mengidentikasi berbagai bagaimana cara terbaik dalam menyajikan
bukti setoran pajak yang dibawanya sebagai materi permintaan dan penawaran. Hal ini
pajak langsung atau pajak tidak langsung, pajak karena pada siklus keempat ini, guru harus
daerah atau pajak pusat, pajak menurut menyelenggarakan pembelajaran dengan KD 7.4
kebendaan atau perorangannya. Jadi siswa “mendeskripsikan permintaan dan penawaran
diminta untuk menuliskan berbagai jenis setoran serta terbentuknya harga pasar”. Ibu Ninik
pajak yang dimilikinya untuk kemudian menanyakan apakah harus mengajar sebagai-
menuliskan kategori pajak tersebut disam- mana biasanya dengan menggambarkan kurva
pingnya. Semua siswa kemudian mengerjakan agar siswa memahami hukum permintaan dan
tugas yang diberikan guru melalui diskusi di penawaran. Ibu Lasmini menganggap hal itu
dalam kelompoknya. Beberapa diantara mereka tidak perlu, karena kurva semacam itu cocoknya
juga mencoba untuk berdiskusi dengan untuk anak “kuliahan”. Bapak Suparmo mengu-
kelompok lain di dekatnya. Siswa terlihat sulkan agar “ajarkan saja satu hukum permin-
antusias dalam mengerjakan tugasnya. Setelah taan”, yang lain biar siswa belajar sendiri. Ibu
seluruh kelompok selesai mengerjakan tugasnya, Lasmini menanggapi bahwa usulan Bapak

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 83


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
Suparmo tersebut itu tidak mungkin. Bapak nyata dengan menanyakan uang saku siswa yang
Suparmo juga mengingatkan bahwa siswa berbeda-beda ternyata menyebabkan konsumsi
apabila diajarkan materi yang sudah dipela- yang berbeda, namun semua lebih menekankan
jarinya cenderung untuk tidak termotivasi. Ter- untuk kebutuhan primer. Selain itu guru juga
lebih KD 7.4 sudah pernah disinggung dalam menjelaskan faktor-faktor lain yang mempe-
materi sebelumnya. Suasana ini menunjukkan ngaruhi harga pasar.
bahwa dalam diskusi lesson plan kali ini terjadi Setelah 15 menit memberikan ceramah, guru
hubungan saling membangun antar kolega, mulai meminta siswa melakukan kegiatan simu-
dimana guru saling mengingatkan koleganya lasi jual beli. Tugas yang diberikan guru adalah
terkait berbagai kemungkinan yang muncul saat dengan membagi sembilan kelompok dalam tiga
pembelajaran. peran yang berbeda. Kelompok 1, bertugas
Kegiatan open lesson untuk siklus keempat sebagai penjual kebutuhan pokok. Kelompok 2,
akhirnya dilaksanakan pada hari Rabu, 22 April bertindak sebagai pembeli. Kelompok 3, sebagai
2015. Proses pembelajaran kali ini diseleng- penjual kebutuhan sekunder dan tersier.
garakan tanpa dipindah ke ruangan yang lain, Kelompok 4, memiliki peran sebagai pembeli.
melainkan tetap di ruang kelas yang memang Kelompok 5, bertindak sebagai penjual kebu-
diperuntukkan bagi 8.6. Ruangan memang terasa tuhan tersier melalui online shop. Kelompok 6,
lebih sempit dan lebih panas karena berada di memiliki tugas untuk menjadi pembeli.
lantai 2, namun kegiatan belajar tetap bisa Kelompok 7, bertugas sebagai pengamat yang
berjalan dengan lancar dan baik. Ibu Ninik masih mencatat proses jual-beli di kelompok 1.
tetap menjadi guru model, adapun observer Kelompok 8, bertugas sebagai pengamat yang
adalah Bapak Suparmo, Ibu Lasmini, Ibu mencatat proses jual beli di kelompok 3.
Sustiyar, Ibu Helmy, serta Bapak Mustofa dan Kelompok 9, bertugas sebagai pengamat yang
peneliti selaku pendamping. menctat proses jual-beli di kelompok 5. Setiap
Kegiatan belajar diawali melalui fase kelompok yang bertugas menjadi pembeli boleh
apersepsi ketika guru membuat pertanyaan menghabiskan uang mereka untuk membeli
“siapa yang pernah ke pasar? Kita semua pasti barang di kelompok manapun.
pernah ke pasar”. Semua siswa menjawab Pada saat simulasi terlihat bahwa kelompok
serempak pernah, sambil mengacungkan tangan. penjual dan pembeli dapat menjalankan
Guru lantas bertanya “apa yang kalian lakukan tugasnya dengan baik. Siswa banyak yang lebih
di pasar?” siswa menjawab “membeli”. Guru memilih menghabiskan uang yang mereka miliki
memberi petunjuk bahwa sebelum membeli di kelompok 1 yang menjual “sembako” seperti
biasanya ada kegiatan, “apa yang kalian lakukan gula, beras, garam, kopi, bumbu dan lain
sebelum membeli?” siswa menjawab “tawar- sebagainya. Proses tawar-menawar di kelompok
menawar bu”. Guru melanjutkan “siapa diantara ini juga berjalan dengan baik. Ada upaya
kalian yang pintar menawar?”, beberapa siswa pembeli untuk menawarkan barang, pembeli
mengklaim diri bisa menawar. Pertanyaan menawar harga. Pembeli juga melayani dengan
berikutnya “senang beli di pasar atau super- baik proses tawar-menawar yang terjadi.
market?” siswa menjawab senang beli di pasar. Akhirnya semua barang yang ditawarkan oleh
Alasannya lebih murah, bisa memilih, dan bisa kelompok 1 habis terjual. Pada kelompok 3,
ditawar. Berangkat dari apersepsi tersebut proses tawar menawar juga berjalan dengan
kemudian guru menyampaikan bahwa pembe- baik. Hanya saja, karena barang yang dijual
lajaran hari ini adalah untuk menentukan harga adalah kebutuhan sekunder, masih ada sisa
pasar. barang yang belum terjual. Untuk kelompok 5,
Guru kemudian melanjutkan kegiatan barang tersier yang ditawarkan secara online
pembelajaran melalui ceramah. Ia menjelaskan juga ada yang terjual dalam simulasi, namun
melalui media powerpoint mengenai terben- tidak terlalu banyak siswa yang membelanjakan
tuknya harga pasar, sambil sesekali divariasi uangnya di kelompok 5.
dengan kegiatan tanya-jawab. Ibu Ninik Akhir kegiatan pembelajaran ditutup dengan
mencoba untuk menjelaskan mengenai faktor- kegiatan diskusi mengenai analisis dari kegiatan
faktor penentu harga pasar. Dimana salah satu simulasi yang telah dilaksanakan. Kelompok
contoh faktor yang mempengaruhi harga pasar pengamat menyampaikan temuannya mengenai
adalah kebutuhan. Guru memberikan contoh faktor penyebab dagangan laku dan tidak laku

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 84


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
beserta analisisnya. Melalui pembelajaran ini yang dianggap perlu dan dibutuhkan, guru masih
siswa diajak untuk merasakan langsung bahwa menggunakan ceramah yang divariasi dengan
harga pasar ditentukan oleh berbagai faktor yang tanya-jawab serta permainan.
ada di masyarakat. Istilah model pembelajaran yang diung-
Kegiatan refleksi siklus keempat langsung kapkan oleh guru dalam penelitian ini, lebih
diselenggarakan setelah open lesson berakhir. dekat maksudnya sebagai “pola umum perbuatan
Diskusi ini dilaksanakan di ruang perpustakaan guru murid di dalam perwujudan kegiatan
SMPN 2 Sumberpucung. Peserta diskusi refleksi belajar dan mengajar” (Joni dalam Widja,
adalah para guru dan dosen yang ikut terlibat 1989:2). Menurut Joyce, Weil, & Calhoun
dalam open lesson ditambah dengan Kepala (2009:7) saat guru membantu siswa memperoleh
Sekolah, Bapak Sutikno, sebagai moderator. informasi, gagasan, skill, nilai, cara berpikir, dan
Meskipun tidak mengikuti kegiatan open lesson, tujuan mengekspersikan diri mereka sendiri, saat
Bapak Sutikno ingin ikut serta dalam refleksi itu guru sebenarnya tengah mengajari siswa
dan hal ini memang yang diharapkan dalam untuk belajar. Oleh karena itu model pembe-
lesson study. Pada refleksi keempat ini hampir lajaran dalam penelitian ini dianggap sama
semua peserta diskusi mampu menganalisis dengan istilah strategi pembelajaran, karena
proses belajar siswa dengan baik, serta menurut Yamin (2013:4) istilah model mengajar
memperkirakan penyebab sekaligus alternatif yang digunakan oleh Bruce Joyce dan Marsan
solusi yang bisa dilakukan. Weil adalah istilah yang sama untuk strategi
pembelajaran.
Pembahasan Sebagaimana telah disebutkan diawal, bahwa
Peningkatan kualitas pembelajaran IPS di salah satu peningkatan kualitas pembelajaran
SMPN 2 Sumberpucung dapat diidentifikasi dari IPS yang terjadi saat pelaksanaan kegiatan
berbagai hal yang ditemukan saat lesson study. lesson study di SMPN 2 Sumberpucung adalah
Beberapa aspek yang mengalami peningkatan penerapan model pembelajaran kontekstual.
kualitas adalah pada model pembelajaran yang Model pembelajaran kontekstual meruapakan
digunakan, pemanfaatan media pembelajaran, suatu proses pendidikan yang holistik dan
penggunaan lembar kerja siswa, penerapan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
permainan dalam pembelajaran, serta dari makna materi pelajaran yang dipelajarinya
aktivitas guru dan siswa saat pelaksanaan dengan mengaitkan materi tersebut dengan
pembelajaran. Kesemuanya itu merupakan konteks kehidupan mereka sehari-hari (pribadi,
indikasi peningkatan kualitas yang dapat sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
teramati secara langsung, namun yang lebih pengetahuan yang fleksibel dapat diterapkan dari
utama adalah terjadinya perubahan pandangan satu permasalahan/ konteks ke permasalahan/
guru dalam menyikapi dan melaksanakan konteks lainnya (Sumarmi, 2012:29). Menurut
pembelajaran IPS di kelas. Johnson (2007:65) pembelajaran kontekstual
Hal pertama yang bisa dilihat saat adalah sistem yang menyeluruh, dimana terdapat
pelaksanaan lesson study adalah adanya bagian-bagian yang saling terhubung. Ketika
perbaikan atas model pembelajaran yang bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka
digunakan. Guru model selama ini menggu- akan menghasilkan pengaruh yang melebihi
nakan model pembelajaran yang monoton, tiada hasil yng diberikan secara terpisah. Dengan
hari tanpa ekspositori. Setelah dilaksanakan demikian, dalam pembelajaran penting untuk
lesson study, guru model dengan masukan saran selalu menghubungkan apa yang dipelajari di
dari rekan guru yang lain dan dosen kelas dengan apa yang terjadi di kehidupan nyata
pendamping, akhirnya mencoba menggunakan siswa dalam lingkungan keluarga dan
model pembelajaran yang lebih inovatif, kreatif, masyarakat.
efektif, serta membuat siswa aktif dan Pada siklus pertama, pembelajaran konteks-
menyenangkan. Dalam empat kali siklus, guru tual termanifestasi dalam kegiatan identifikasi
menggunakan model pembelajaran kontekstual jenis-jenis pekerjaan. Kegiatan pembelajaran
(conteztual teaching learnng) yang variatif, dirancang agar siswa dapat mengidentifikasi dan
meski demikian guru memang masih belum mengklasifikasikan jenis-jenis pekerjaan men-
ikhlas untuk meninggalkan model pembelajaran jadi tenaga kerja terdidik, terlatih, dan tidak
ekspositori. Maka pada beberapa kesempatan terdidik. Pada siklus kedua, pembelajaran

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 85


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
kontektual diwujudkan dari tugas untuk sehingga siswa menjadi bersemangat saat
mengidentifikasi pelaku-pelaku ekonomi dalam belajar.
berbagai sektor yang berada di lingkungan Titik lebur dari semua peningkatan kualitas
sekitar siswa. Pada siklus ketiga, pembelajaran proses pembelajaran IPS saat lesson study
kontekstual terbentuk dalam kegiatan mengiden- sebagaimana yang dipaparkan di atas, tertuang
tifikasi berbagai setoran pajak yang dimiliki dalam bentuk kualitas aktivitas guru dan siswa
anggota keluarga siswa. Dan pada siklus saat pelaksanaan pembelajaran. Guru benar-
keempat, pembelajaran kontekstual terwujud benar totalitas dalam melaksanakan pembela-
dalam kegiatan simulasi jual beli untuk jaran, bila perlu mempraktikkan lesson design di
memperoleh pemahaman mengenai mekanisme kelas lain sebelum kegiatan open lesson.
terbentuknya harga pasar. Rancangan pembelajaran yang berkualitas
Bentuk lain terjadinya peningkatan kualitas akhirnya mampu menstimulasi siswa untuk
pembelajaran IPS saat kegiatan lesson study di belajar dengan baik dan mengerjakan tugasnya
SMPN 2 Sumberpucung adalah penggunaan dengan sungguh-sungguh. Peningkatan kualitas
lembar kerja siswa yang disusun oleh guru dalam proses ini, secara tidak langsung akan bisa
setiap pembelajaran. Jika sebelumnya guru memberi kontribusi positif berupa peningkatan
hanya memanfaatkan lembar kerja siswa melalui hasil belajar.
buku LKS yang tersedia dipasaran, maka kali ini Tujuan utama pelaksanaan lesson study for
guru mengembangkan sendiri LKS-nya dengan learning community adalah untuk membangun
didasarkan pada tujuan pembelajaran serta kolegialitas diantara para guru, tanpa menga-
kondisi siswa. Guru mampu memberi tugas yang baikan kemampuan praktek masing-masing guru
menantang dalam LKS, memberi aktivitas siswa (Saito, dkk., 2015:77). Sudah barang tentu dalam
untuk memecahkan masalah merupakan pelaksanaan lesson study for learning
pembelajaran yang bermutu tinggi. Sebagaimana community di SMPN 2 Sumberpucung ini juga
diungkapkan oleh Masaaki Sato (2012:20) terbentuk berbagai pola kolaborasi kolegial
bahwa siswa jika siswa diberi tugas yang yang diantara sesama guru. Guru yang memiliki
patut dipelajari atau tantangan dengan kesulitan budaya belajar secara kolaboratif akan mampu
yang tinggi, siswa akan termotivasi dan menjadi guru profesional. Menurut Goodsaon &
bersemangat untuk belajar. Sementara pembe- Hargreaves (dalam Saito, dkk., 2015:25) “senses
lajaran yang hanya menyuruh siswa menyalin of shared professional community among
apa yang ada di buku pelajaran ke dalam LKS particular groups of teachers in particular
tidak layak disebut pembelajaran bermutu tinggi. schools or subject areas so that sharing can take
Peningkatan kualitas pembelajaran IPS saat place and dialogue about teaching and its
pelaksanaan lesson study di SMPN 2 improvement can begin”. Melalui kegiatan
Sumberpucung juga terwujud dari keberhasil- sharing dan dialog diantara sesama guru inilah
annya menyelenggarakan pembelajaran yang terbentu kolaborasi kolegial. Tentunya kola-
aktif dan menyenangkan. Salah satu bentuknya borasi kolegial ini akan semakin berkualitas jika
adalah melalui penerapan permainan dalam sharing dan dialog melibatkan narasumber dari
pembelajaran. Perry dan Archer (dalam Bennett, pakar pendidikan sesuai bidangnya, dalam kasus
Wood, & Rogers, 2005:9) melihat bahwa ada ini adalah dosen pendamping lesson study.
dua tahap permainan, yaitu yang sekedar Sebagaimana yang telah dipaparkan pada
membuat anak-anak asyik, sedangkan tahap bagian paparan data, kolaborasi kolegial antara
lainnya memberikan sumbangan bagi pendidik- guru dan dosen saat pelaksanaan lesson study
an mereka. Adapun permainan yang dilakukan dalam pembelajaran IPS di SMPN 2
saat open lesson pembelajaran IPS di SMPN 2 Sumberpucung, terbangun pada saat kegiatan
Sumberpucung, sudah masuk kategori yang lesson plan dan refleksi, termasuk pula dalam
kedua. Hal ini dikarenakan permainan-per- fase open lesson. Pada saat kegiatan lesson plan,
mainan yang dimanfaatkan guru model adalah antar guru saling berdialog untuk merancang
sebagai pelengkap untuk memodifikasi motivasi rencana pembelajaran sebaik mungkin untuk
siswa. Permainan yang diberikan guru adalah menjamin hak belajar setiap siswa. Pada saat
pemecah kebekuan disela-sela pemberian refleksi guru juga saling berdialog untuk
caramah atau sebelum pemberian tugas, mengungkapkan perasaan dan temuan yang
diperoleh dari open lesson. Budaya dialog inilah

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 86


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
yang masih belum terwujud di Indonesia, akibat ketika guru model rela membuka kelasnya untuk
belum membudayanya kolaborasi kolegial diobservasi oleh kolega guru dan dosen.
diantara para guru. Kolaborasi kolegial antar para guru dan
Suratno (2014:1) melihat adanya tiga dosen inilah yang memiliki peranan besar dalam
permasalahan substansial yang dihadapi oleh meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di
pendidik di negeri ini dalam melaksanakan SMPN 2 Sumberpucung saat dilaksanakannya
dialog profesional. Pertama, budaya pendidik lesson study. Puchner & Taylor (2006:931)
yang cenderung imitatif dalam konteks pembe- menyatakan “the link between collaborative
lajaran. Kedua, budaya berpikir profesionalisme work, collegiality, and positive outcomes in
yang cenderung prosedural-administratif dalam schools is well established. Lesson study is
konteks pengembangan kapasitas diri. Ketiga, believed to be an effective mode of professional
budaya berpikir komunitas profesi yang development, in large part because of its
cenderung terisolasi satu sama lain dalam collaborative nature”. Sifat kolaborasi kolegial
konteks pencapaian tujuan kolektif dan eksis- dari lesson study saat pembelajaran IPS di
tensial pendidikan nasional. Permasalahan SMPN 2 Sumberpucung, menyebabkan
pertama menyebabkan rencana pembelajaran semuanya dikerjakan bersama secara sungguh-
seringkali disusun melalui copy-paste dari RPP sungguh, hasil akhirnya adalah tercapainya
orang lain atau mengunduh dari internet. kualitas proses pembelajaran IPS di sekolah
Permasalahan kedua menyebabkan guru tersebut.
mengembangkan RPP demi menggugurkan ke-
wajiban dari pihak sekolah, sehingga tunjangan 4. PENUTUP
dapat dicairkan. Permasalahan ketiga menye- Pada akhir bagian tulisan ini dapat ditarik
babkan guru menutup pintu kelasnya bagi guru beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama,
lain dan memonopoli pembelajaran seolah dia bahwa melalui praksis lesson study for learning
yang paling benar serta tidak dapat salah karena community telah terjadi peningkatan kualitas
kelas adalah wilayah otonominya yang tidak pembelajaran IPS saat pelaksanaan lesson study
boleh diintervensi kolega lainnya. di SMPN 2 Sumberpucung. Hal ini dibuktikan
Berbagai permasalahan substansial yang dari proses pembelajaran selama empat siklus
dipaparkan Suratno (2014:1) di atas, mampu lesson study. Pembelajaran diselenggarakan
dikikis habis saat pelaksanaan lesson study model pembelajaran kontekstual yang mampu
pembelajaran IPS di SMPN 2 Sumberpucung. merangsang siswa untuk belajar dengan lebih
Pertama, guru menyusun rencana pembela- baik, pemanfaatan media pembelajaran menjadi
jarannya secara bersama-sama untuk kemudian semakin bervariasi, penggunaan lembar kerja
dituangkan dalam lesson design. Pada awalnya siswa mampu menciptakan suasana belajar yang
muncul kekakuan dari guru model untuk menantang, penerapan permainan dalam
mempertahankan RPP yang telah lama pembelajaran yang menyenangkan, serta dari
digunakannya dan mencoba untuk menolak aktivitas guru dan siswa yang totalitas saat
masukan dari guru lain maupun dosen pelaksanaan pembelajaran. Kedua, kolaborasi
pendamping. Siklus kedua, guru model mulai kolegial antara guru dan dosen telah berkon-
proaktif meminta saran dari peserta lain demi tribusi dalam peningkatan kualitas pembelajaran
perbaikan pembelajaran. Saat siklus ketiga, guru IPS di SMPN 2 Sumberpucung. Pola kolaborasi
model dan seorang rekan guru sudah merancang kolegial terwujud saat kegiatan lesson plan dan
lesson design untuk dibahas saat lesson plan. refleksi, sekaligus nampak juga saat open lesson.
Pada siklus keempat, lesson design telah matang Terjadi hubungan saling belajar dan dialog
karena sudah didiskusikan bersama dengan diantara para guru dengan guru, dan antara guru
guru-guru yang lain. Kondisi yang demikian dengan dosen.
jelas membuktikan bahwa RPP yang disusun
guru bukan sekedar ditujukan untuk menggugur- DAFTAR PUSTAKA
kan kewajiban administratif sekolah. Akan tetapi [1] Bennett, N; Wood, L. & Rogers, S. 2005.
benar-benar ditujukan untuk merancang Teaching Through Play: Teachers Thinking and
pembelajaran yang mampu menyebabkan siswa Classroom Practice. Jakarta: Grasindo
belajar dengan baik. Sementara kekhawatiran
akan terjadinya isolasi antar guru terpatahkan

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 87


Vol.1 No.2 Oktober 2016
P ISSN 2503 – 1201, E ISSN 2503 – 5347
[2] Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. 2007. Qualitative [9] Sato, Manabu. 2012. Mereformasi Sekolah:
Research for Education: an Introduction to Konsep dan Praktek Komunitas Belajar.
Theories and Methods. Boston: Pearson Terjemahan Fatmawati Djafri. Tokyo:
[3] Johnson, Eliane B. 2007. Contextual Teaching International Development Center of Japan
& Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar- (IDCJ) & PELITA.
Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. [10] Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran
Bandung: Mizan Learning Centre Geografi. Malang: Aditya Media Publishing.
[4] Joyce, B; Weil, M; & Calhoun, E. 2009. Models [11] Suratno, Tatang. 2014. Menuju Kemandirian
of Teaching (Model-Model Pengajaran). Pendidik. Dalam Suryadi & Suratno (eds),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kemandirian Pendidik: Kisah Pendidik Reflektif
[5] Pratiwi, E. S. 2012. Analisis Kesulitan- dan Profesional Pembelajaran (hlm.1-19).
Kesulitan Guru dalam Pembelajaran IPS Bandung: SPS UPI
Terpadu (Studi Kasus Pada SMP Negeri 8 Kota [12] Wahab, A. Z. 2012. Metode dan Model-Model
Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FE Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
UM Bandung: Alfabeta.
[6] Puchner, L.D & Taylor, A.R. 2006. Lesson [13] Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar
Study, Collaboration, and Teacher Efficacy: Pengembangan Strategi Serta Metode
Stories From Two School-Based Math Lesson Pengajaran Sejarah. Jakarta; PPLPTK Dirjen
Study Group. Teaching and Teacher Education, Dikti Depdikbud
22 (2006): 922-934. [14] Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode
[7] Saito, E., dkk. 2015. Lesson Study for Learning Dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi
Community: a Guide to Suistainable School (GP Press Group).
Reform. London: Routledge. [15] Yin, R.K. 2006. Studi Kasus: Desain & Metode.
[8] Sato, Masaaki. 2012. Dialog dan Kolaborasi di Jakarta: Rajawali Pers
Sekolah Menengah Pertama: Praktek
“Learning Community”. Jakarta: PELITA-
JICA

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 88

Anda mungkin juga menyukai