Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH – LAMBANG –

PRINSIP DASAR –HPI DAN


SAVER ACCES

PALANG MERAH INTERNASIONAL


DALAM ILMU

OLEH

FRAKTUR

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam dan
sumber segala pengetahuan atas bimbingan dan penyeraan-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Makalah ini

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk mengembangkan pola pemikiran dalam


meningkatkan pengetahuan dalam hal sejarah , lambang ,prinsip dasar serta ilmu yang berkaitan
dengan kepalang merahan Indonesia dan pemenuhan jam /waktu pembelajaran untuk
memenuhi satuan kredit materi yang belum selesai

Saya sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun kami sangat harapakan untuk kesempurnaan dari
kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga makalah ini bisa bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... II

DAFTAR ISI ................................................................................................................. III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. SEJARAH PALANG MERAH INDONESIA ................................................................... 1

2.LAMBANG PALANG MERAH ............................................................................. 5

3.PRINSIP DASAR PALANG MERAH INTERNASIONAL ................................................. 9

4.HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ....................................................... 11

5.SAFER ACCES ............................................................................. 12

6. REFERENSI ............................................................................. 14

ii
SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL

Jean Henry Dunant Adalah Bapak Palang merah sedunia karena

beliaulah pendiri dan peloporberdirinya Palang Merah.J.H. Dunant lahir di Swiss pada

tanggal 8 Mei 1828 (ditetapkan sebagai Hari Palang Merah dan BulanSabit Merah

Internasional) Ayahnya bernama Jean Jacques Dunant dan Ibunya bernama

AntoinetteColladon.

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PALANG MERAH

Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino Itali Utara, pasukan Prancis dan Itali

sedang bertempur melawanpasukan Austria. Pada saat itu H.Dunant tiba disana dengan

harapan dapat bertemu dengan KaisarPrancis (Napoleon III).H. Dunant secara kebetulan

menyaksikan pertempuran itu. Saat itu dinas medis militer kewalahan dalammenangani

korban perang yang mencapai 40.000 orang. Tergetar oleh penderitaan tentara yang

terlukaH. Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak

mengkoordinasikan bantuanuntuk mereka.Setelah kembali ke Swiss, H. Dunant

menggambarkan pengalaman itu ke dalam sebuah buku yangberjudul : UN SOUVENIR

DE SOLFERINIO/ A MEMORI OF SOLFERINO yang artinya Kenang-kenangan dari

Solferino TAHUN 1862. Dalam bukunya H. Dunant mengajukan 2 gagasan, yaitu :

1. Membentuk organisasi Sukarelawan, yang akan disiapkan dimasa damai untuk

menolong para prajurityang terluka di medan perang.

2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cidera di medan

perang ,sertasukarelawan dari organisasi tersebut pada waktu memberikan perawatan.

Tahun 1863 Empat orang warga Jenewa bergabung dengan H. Dunant untuk

mengembangkan keduagagasan tersebut. Empat orang tersebut adalah :

1. General Dufour

2. Dr. Theodore

3. Dr. Louis Appia

4. Gustave Moynier

1
Yang kemudian mereka bersama-sama membentuk Komite Internasional Palang Merah

(KIPM) atau International Committee Of the Red Cross (ICRC).Berdasarkan gagasan

pertama didirikanlah sebuah Organisasi Sukarelawan di setiap negara, yangbertugas

membantu dinas medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut

sekarangdisebut LRCS (Loague Of The Red Cross Society) atau LPPMI ( Liga

Perhimpunan Palang Merah) yangdibentuk tanggal 5 Mei Tahun 1919. Tahun 1992

berubah menjadi Federasi Internasional Palang Merahdan Bulan Sabit Merah. Palang

Merah lahir berdasarkan keinginan untuk membantu korban perang, dan untuk

pelaksanaantugasnya pada tanggal 22 Agustus 1864 atas Prakarsa ICRC, Pemerintah

Swiss menyelenggarakan konferensi yang diikuti 12 negara yang dikenal dengan

Konvensi Genewa ( The Genewa Conventions Of August 12 1949 ) dengan hasil

konfrensi :TUGAS PALANG

damai1. Membangkitkan perhatian umum terhadap azas dan tujuan Palang Merah2.

Menyebarluaskan Cita-cita Palang Merah Berdasarkan Prikemanusiaan3. Menyiapkan

tenaga dan sarana Kesehatan/bantuan lainnya untuk menjamin kelancaran tugas

palangMerah.4. Memberi bantuan dan pertolongan pertama dalam setiap

musibah/kecelakaan.5. Menyelenggarakan PMR6. Turut memperbaiki Kesehatan

rakyat7. Membantu Mencari Korban Hilang ( TMS )

PALANG MERAH INTERNASIONAL

Palang Merah adalah suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan

pertolongan dengan sukarela berdasarkan prikemanusiaan kepada mereka yang

membutuhkan tanpa membedakan bangsa, agamadan politik.Tiga macam Lambang

Palang Merah yang resmi diakui Internasional :1. Palang Merah diatas warna dasar

putihAdalah kebalikan dari bendera Swiss sebagai lambang yang diakui untuk

menghormati negara Swiss ataukewarganegaraan Dunant.( 1864 )2. Bulan sabit Merah

diatas warna dasar putih digunakan dinegara Arab ( 1876 )3. Singa dan Matahari Merah

diatas warna dasar putih digunakan dinegara Iran.Arti Pemakaian Tanda Palang Merah

Pada Waktu PerangMelindungi korban perang baik sipil atau militer,

kesatua kesehata

2
Pada Waktu DamaiDi pakai sebagai petunjuk oleh jawatan kesehatan angkatan perang,

Palang Merah Nasional danbeberapa Organisasi yang diberi ijin untuk memakainya

3
LAMBANG PALANG MERAH
DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

I. SEJARAH LAMBANG
Lambang Palang Merah
Sebelum Lambang Palang Merah diadopsi sebagai Lambang yang netral untuk
memberikan pertolongan kepada tentara yang terluka di medan perang, pada waktu itu
setiap pelayanan medis kemiliteran memiliki tanda pengenal sendiri-sendiri dengan
warna yang berbeda-beda. Austria misalnya, menggunakan bendera putih. Perancis
menggunakan bendera merah dan Spanyol menggunakan bendera kuning. Akibatnya,
walaupun tentara tahu apa tanda pengenal dari personel medis mereka, namun biasanya
mereka tidak tahu apa tanda pengenal personel medis lawan mereka. Pelayanan medis
pun tidak dianggap sebagai pihak yang netral. Melainkan dipandang sebagai bagian dari
kesatuan tentara, sehingga tanda pengenal tersebut bukannya memberi perlindungan
namun juga dianggap sebagai target bagi tentara lawan yang tidak mengetahui apa
artinya.
Lambat laun muncul pemikiran yang mengarah kepada pentingnya mengadopsi
Lambang yang menawarkan status netral kepada mereka yang membantu korban luka
dan menjamin pula perlindungan mereka yang membantu di medan perang.
Kepentingan tersebut menuntut dipilihnya hanya satu Lambang. Namun yang menjadi
masalah kemudian, adalah memutuskan bentuk Lambang yang akan digunakan oleh
personel medis sukarela di medan perang. Dalam suatu kurun waktu, ikat lengan
berwarna putih dipertimbangkan sebagai salah satu kemungkinan. Namun, warna putih
telah digunakan dalam konflik bersenjata oleh pembawa bendera putih tanda gencatan
senjata, khususnya untuk menyatakan menyerah. Penggunaan warna putih pun dapat
menimbulkan kebingungan sehingga perlu dicari suatu kemungkinan Lambang lainnya.
Delegasi dari Konferensi tahun 1863 akhirnya memilih Lambang Palang Merah di
atas dasar putih, warna kebalikan dari bendera nasional Swiss (palang putih diatas dasar
merah) sebagai bentuk penghormatan terhadap Negara Swiss. Selain itu, bentuk Palang
Merah pun memberikan keuntungan teknis karena dinilai memiliki desain yang sederhana
sehingga mudah dikenali dan mudah dibuat. Selanjutnya pada tahun 1863, Konferensi
Internasional bertemu di Jenewa dan sepakat mengadopsi Lambang Palang Merah di
atas dasar putih sebagai tanda pengenal perhimpunan bantuan bagi tentara yang terluka
– yang nantinya menjadi Perhimpunan Nasional Palang Merah. Pada tahun 1864,
Lambang Palang Merah di atas dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal
pelayanan medis angkatan bersenjata.
Lambang Bulan Sabit Merah
Delegasi dari Konferensi 1863 tidak memiliki sedikitpun niatan untuk menampilkan
sebuah simbol kepentingan tertentu, dengan mengadopsi Palang Merah di atas dasar
putih. Namun pada tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja

4
kemanusiaan yang tertangkap oleh Kerajaan Ottoman (saat ini Turki) dibunuh semata-
mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar Palang Merah. Ketika
Kerajaan diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka menekankan mengenai kepekaan
tentara kerajaan terhadap Lambang berbentuk palang dan mengajukan agar
Perhimpunan Nasional dan pelayanan medis militer mereka diperbolehkan untuk
menggunakan Lambang yang berbeda yaitu Bulan Sabit Merah. Gagasan ini perlahan-
lahan mulai diterima dan memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk “reservasi”
dan pada Konferensi Internasional tahun 1929 secara resmi diadopsi sebagai Lambang
yang diakui dalam Konvensi, bersamaan dengan Lambang Singa dan Matahari Merah
di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia (saat ini Iran). Tahun 1980, Republik
Iran memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Lambang tersebut dan memilih memakai
Lambang Bulan Sabit Merah.

PRINSIP DASAR PALANG MERAH INTERNASIONAL DAN BULAN SABIT MERAH


INTERNASIONAL

5
1. Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan
keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam
pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang
Merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan
perdamaian abadi bagi sesama manusia.
2. Kesamaan
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama
atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan
manusia sesuai dengan kebutuhannya dan medahulukan keadaan yang paling
parah.
3. Kenetralan
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh
memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau
ideology
4. Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu
Pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan
negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan
dengan prinsip-prinsip gerakan ini
5. Kesukarelaan
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh
keinginan untuk mencari keuntungan apa pun.
6. Kesatuan
Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas
kemanusiaan di seluruh wilayah.
7. Kesemestaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat
semesta. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dalam menolong sesama manusia.

6
HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL

Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah sebuah cabang dari perlindungan


bagi korban perang dan mengenai pembatasan atas alat (sarana) dan metode (cara)
bertempur dalamn sengketa bersenjata internasional ataupun non internasional. HPI
dikenal pula dengan beberapa nama lain, yaitu Hukum Perang (the Law of War), Hukum
Sengketa Bersenjata (the Law of Armed Conflict), atau Hukum Humaniter Internasional
(International Humanitarian Law)

Tujuan HPI:

1. Memberikan perlindungan kepada mereka yang tidak terlibat, atau tidak lagi
terlibat, dalam pertempuran, yaitu penduduk sipil, tentara yang menjadi korban
luka, sakit, korban kapal karam, dan tawanan perang
2. Mengatur penggunaan alat dan cara bertempur, dan
3. Membatasi serta meringankan penderitaan yang diakibatkan oleh perang

Latar belakang HPI berkaitan erat dengan sejarah Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional. Ide yang dituangkan oleh Jean Henry Dunant dalam
bukunya “Kenangan dari Solferino” melahirkan sebuah komite yang kemudian dikenal
dengan nama Komite Internasional Palang Merah (The International Committee of the
Red Cross and Red Crescent atau ICRC). Atas prakarsa komite tersebut, Pemerintah
Swiss mengadakan konferensi diplomatic pada tahun 1864 di Jenewa. Konferensi ini
melahirkan perjanjian internasional yang dikenal dengan nama Konvensi Jenewa 1864.
Konvensi yang pada waktu itu mengikat 12 negara tersebut berisi sejumlah ketentuan
tentang pemberian bantuan kepada anggota bersenjata yang terluka atau sakit tanpa
membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan.

Konvensi-Konvensi Jenewa 1949

1. Konvensi Jenewa I : tentang perbaikan keadaan anggota angkatan perang yang


terluka dan sakit di medan pertempuran darat
2. Konvensi Jenewa II : tentang perbaikan keadaan anggota angkatan perang di laut
yang terluka, sakit dan korban kapal karam
3. Konvensi Jenewa III : tentang perlakuan terhadap tawanan perang
4. Konvensi Jenewa IV : tentang perlindungan orang-orang sipil di waktu perang

Protokol-Protokol Tambahan 1977

1. Protokol Tambahan I : perlindungan korban sengketa bersenjata internasional


2. Protokol Tambahan II : perlindungan korban sengketa bersenjata non-
internasional

Selain perjanjian-perjanjian internasional tersebut, instrumen HPI juga meliputi:

7
1. Konvensi Den Haag 1907: tentang penggunaan alat dan cara bertempur
2. Konvensi Den Haag 1954: tentang perlindungan terhadap benda budaya pada
masa sengketa bersenjata
3. Konvensi Senjata Kimia 1993: tentang pelarangan senjata kimia
4. Konvensi Ottawa 1997: tentang pelarangan ranjau darat anti personel
5. Statuta Roma 1998: tentang pembentukan Mahkamah Pidana Internasional
(International Criminal Court)

8
SAVER ACCES

Kerangka Akses yang lebih Aman atau Safer Access Framework (SAF) yang lebih
dikenal dengan Panduan Keselamatan pertama kali dikembangkan oleh ICRC pada
tahun 2002-2003 setelah berkonsultasi dengan Perhimpunan-perhimpunan Nasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan IFRC dalam menjamin relevansi berkelanjutan
SAF dengan berbagai lingkungan operasional dewasa ini, dalam hal:

1. Meningkatkan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan


dari lebih banyak orang; mencegah, mengurangi dan menghindari insiden
keamanan yang membahayakan staf dan relawan mereka;
2. Lebih baik dalam mengatasi berbagai tantangan lingkungan kemanusiaan yang
rumit dan terus berkembang dewasa ini;
3. Melaksanakan mandat dan peran mereka dalam konteks sensitif dan tidak aman;
4. Mengadopsi pendekatan yang lebih terstruktur untuk meningkatkan keamanan
dan akses.

SAF adalah serangkaian tindakan dan langkah yang dapat ditempuh oleh suatu
Perhimpunan Nasional untuk mempersiapkan dan merespon tantangan pada
konteks/situasi tertentu, untuk mengurangi dan meringankan risiko yang mungkin
dihadapi dalam konteks sensitif dan tidak aman, dan untuk membantu meraih
kepercayaan dan penerimaan dari orang-orang dan masyarakat yang memiliki kebutuhan
kemanusiaan, serta pihak yang mengendalikan atau mempengaruhi akses kepada
mereka. Membantu Perhimpunan Nasional meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan
mereka agar bisa merespon secara aman dan efektif kebutuhan kemanusiaan dalam
lingkungan atau situasi yang sensitif dan tidak aman, termasuk konflik bersenjata dan
gangguan dan ketegangan dalam negeri.

Sasaran Organiasi dan Komponen PMI secara tersetruktur.

Rujukan

a. UU No. 1 Tahun 2018 Tentang Kepalangmerahan


b. PP No.7 Tahun 2019 Tentang Kepalangmerahan
c. AD/ART PMI Tahun 2018
d. PO Kode Perilaku
e. Buku Saku Daftar Tilik Panduan Keselamatan dan Keamanan Bagi
Komponen PMI yang bertugas

Kerangka Akses yang Lebih Aman dalam Penanggulangan Bencana

9
Melalui 8 Elemen SAF, masing-masing mengelompokkan sejumlah tindakan dan
langkah yang, pada saat dilakukan, telah terbukti membantu Perhimpunan Nasional
meningkatkan penerimaan, keamanan dan akses mereka kepada orang-orang dan
masyarakat yang memiliki kebutuhan kemanusiaan dalam konteks sensitif dan tidak
aman.

Kedelapan elemen ini meliputi :

1. Asesmen konteks dan risiko : PMI memiliki pemahaman yang jelas tentang
aspek politik, sosial, budaya dan ekonomi yang saling terkait dari lingkungan
operasional yang terus berkembang dan risiko-risiko yang melekat, yang menjadi
dasar untuk mencegah dan mengelola risiko-risiko tersebut.
2. Landasan hukum dan kebijakan :PMI memiliki instrumen hukum dan
perundang-undangan yang kuat dan mengembangkan kebijakan yang menjadi
dasar untuk menjalankan mandat dan peran kemanusiaan mereka sesuai dengan
kebijakan Gerakan, hukum perikemanusiaan internasional dan hukum
nasional/domestik.
3. Penerimaan terhadap organisasi : PMI telah meraih tingkat penerimaan yang
tinggi di kalangan pemangku kepentingan utama dengan cara memberikan
bantuan kemanusiaan yang relevan dan peka terhadap konteks/lingkungan serta
perlindungan bagi orang-orang dan masyarakat dengan cara yang sesuai dengan
Prinsip-prinsip Dasar dan kebijakan Gerakan lainnya.
4. Penerimaan terhadap individu : Staf dan relawan telah meraih penerimaan yang
tinggi di kalangan pemangku kepentingan utama dengan cara bekerja sesuai
dengan Prinsip-prinsip Dasar dan kebijakan Gerakan lainnya
5. .Identifikasi Perhimpunan Nasional menempuh semua langkah yang
diperlukan untuk melindungi dan mempromosikan identitas visual
organisasi, staf dan relawan.
6. Komunikasi dan koordinasi interna :PMI mengimplementasikan strategi dan
mekanisme komunikasi dan koordinasi internal yang dikembangkan dengan baik,
yang memperkokoh koordinasi dengan komponen-komponen Gerakan lainnya.
7. Komunikasi dan koordinasi eksternal : PMI mengimplementasikan strategi dan
mekanisme komunikasi dan koordinasi eksternal yang dikembangkan dengan
baik, yang memperkuat koordinasi dengan aktor-aktor eksternal
8. Manajemen risiko keamanan operasional : PMI mengemban tanggung jawab
dan akuntabilitas atas keselamatan dan keamanan staf dan relawan dengan
mengembangkan dan mengimplementasikan struktur dan sistem manajemen
risiko keamanan operasional.

10
REREFENSI

1. Direktorat Jenderal Hukum Perundang-undangan Departemen Kehakiman, 1999,


Terjemahan Konvensi Jenewa tahun 1949, Departemen Hukum dan Perundang-
undangan, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai