Anda di halaman 1dari 8

PENGUKURAN RESISTIVITAS TANAH DAN LITOLOGI BATUAN

PENYUSUN DI DAERAH CINERE DENGAN KONFIGURASI


SCHLUMBERGER (TEKNIK SOUNDING)
Debby Aslamia (1111097000040), Leli Warliah (1111097000027), Hendrianto Agung
(1111097000012), Teuku Erlangga (1111097000014), dan Yakob Triatmodjo (1111097000042)

Lereng Indah Kelurahan Pondok Cabe Udik Kecamatan Pamulang, Cinere

Abstrak

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui nilai resistivitas tanah dan litologi penyusun batuan di
daerah Cinere dengan konfigurasi schlumberger yaitu teknik sounding yaitu metode resistivitas yang
bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal. Namun
disini kami mempelajari jenis lapisan bawah tanah secara vertical. Penelitian ini dilakukan di lapangan
dengan panjang 75 m dan lebar 25 m dengan menggunakan 2 lintasan, dimana tiap lintasan
menggunakan patok sebanyak 4 buah. Pengukuran Resistivitas diukur dengan Ohmeter dan
resistivitymeter yang memberikan nilai resistansi R = V/I. Didapatkan hasil bahwa Semakin besar jarak
eletroda arus maka nilai hambatan akan semakin kecil, rata-rata nilai Faktor Geometri pada kedua
lintasan adalah sama yaitu 133,02, Nilai resistivitas jenis pada lintasan 2 lebih besar dibandingkan
lintasan 1, dan batuan penyusun tanah di daerah tersebut terdiri dari Batuan penyusun tanah di daerah
tersebut terdiri dari pasir, lempung, alluvium, kerikil, dan mengandung air tanah

PENDAHULUAN

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam
bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran
potensial dan arus listrik yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus di dalam bumi.
Ada beberapa macam aturan/konfigurasi pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan geolistrik
ini, antara lain : Wenner, Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur pengukuran untuk
masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah
vertical (sounding) atau arah horizontal (mapping).

Praktikum kali ini adalah mengukur nilai resistivitas dan litologi batuan penyusun dengan teknik
sounding. Pengukuran resitivitas dengan mengunakan konfigurasi Schlumberger merupakan metode
resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara
horizontal. Namun disini kami mempelajari jenis lapisan bawah tanah secara vertical.

Pada metode ini masing-masing elektroda arus diletakkan di kedua ujung susunan elektroda sedangkan
elektroda potensial di letakkan di bagian tengah. Setiap kali pengukuran yang dipindahkan hanya
elektroda arus sampai pada jarak tertentu saat penyebaran arus dianggap tidak seimbang lagi barulah
elektroda potensial ikut berpindah.
Gambar 2.3 Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi ini besarnya factor geometri K adalah :

𝐿 1 1
𝐾 = 𝜋𝑀𝑁 {2 (𝑀𝑁) − 4} dan 𝐿 = 2 𝐴𝐵

Harga L berubah sedangkan MN tetap sampai pada harga L tertentu maka MN berubah. Harga MN
haruslah lebih kecil dibandingkan harga L, umumnya MN = 2/5 L. Biasanya untuk satu atau dua harga
L terakhir pada suatu harga MN akan diulang pada harga MN berikutnya.

Misalnya harga MN = 1 m, maka resistivitas diukur pada harg-harga L = 2.5m, 5m, 7.5m, 10m, 12.5m,
15m, 17.5m. Pada harga L = 17.5m dianggap bahwa sensivitas alat berkurang dan penyebaran arus tidak
seimbang, maka harga MN diperbesar menjadi 1.5m. Pengukuran diteruskan untuk harga MN=1.5m
dan harga L diulang untuk dua pengukuran terakhir yaitu pada harga L=15m dan L=17.5m. selanjutnya
diteruskan pada harga-harga L=20m, 22.5m, 25m, 27.5m, 30m, 32.5m, 35m, 37.5m. Pada harga
L=37.5m harga MN dianggap harus diubah lagi, misalnya menjadi MN=2m, demikian seterusnya
hingga proses pengukuran telah selesai.

Keunggulan metode ini adalah pelaksanaan survei di lapangan praktis, kemungkinan adanya kesalahan
bentangan lebih kecil, dan dapat menunjukkan ketidakhomogenan tanah di permukaan maupun pada
lapisan tanah yang lebih dalam dengan sama jelasnya.

Pada teknik ini dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk semua titik pengamatan di
permukaan bumi.. Metode resistivitas ini bisa digunakan dalam eksplorasi mineral mangan karena sifat
resistivitas batuan yang sangat dipengaruhi oleh kandungan mineralnya.

Dalam praktikum ini, pemodelan fisis dilakukan pada lapangan terbuka di daerah Cinere,Pondok Cabe
dengan panjang lapangan adalah 75 m dan lebar lapangan adalah 25 m. Sebagai media permukaan
digunakan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 4 buah elektroda, yakni 2 elektroda arus
dan 2 elektroda potensial. Pada media tersebut kemudian diinjeksikan arus dan diukur arus maupun
potensialnya. Setelah didapat data berupa arus dan beda potensial lalu diolah menggunakan software
Microsft Excel dan Progress.

METODE DAN BAHAN

Penelitian dilakukan pada hari Kamis 15 Mei 2014 berlokasi di lapangan terbuka Cinere, Pondok Cabe.
Peralatan yang kami gunakan adalah: 1 set Resistivitymeter Mc OHM. El model 2119 D, 1 buah Accu,
4 buah elektroda, 4 buah kabel merah dan biru, 4 buah kabel roll, 3 buah palu, meteran, dan kertas data.

Penelitian yang kami lakukan hampir serupa dengan penelitian kami sebelumnya hanya saja kali ini
dengan skala yang cukup besar. Pada penelitian kali ini, kami mengukur resistivitas tanah di suatu
lapangan terbuka dengan konsep konfigurasi Schlumbereger yang merupakan pengukuran resistivitas
dengan teknik sounding. Penelitian menggunakan 2 lintasan ,dimana tiap lintasan menggunakan patok
sebanyak 4 buah. Pengukuran Resistivitas diukur dengan Ohmeter. Resistivitymeter memberikan nilai
resistansi R = V/I . Penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 jam
Langkah awal adalah mengukur panjang dan lebar pada lapangan terbuka tersebut. Didapat hasil
pengukuran Panjang dan lebar lapangan tersebut adalah 75 m x 25 m.

Setelah mengukur panjang dan lebar lapangan tersebut kemudian kita memulai penelitian. Sesuai
dengan konsep konfigurasi Schlumberger dimana jarak antara eletroda potensial satu dan potensial dua
dibuat sekecil-kecilnya sehingga jaraknya secara teoritis tidak berubah. Agar pembacaan tegangan pada
elektroda potensial satu dan dua akurat maka ketika jarak AB diperbesar , jarak Potensial sat (P1) dan
potensial dua (P2) juga diperbesar.

Dalam konsep ini kita menetukan titik tengah terlebih dahulu , kemudian kita tancapkan patok yang
sudah dipasang elektroda arus (C1 dan C2) dan elektroda potensial (P1 dan P2) sesuai dengan ukuran
yang ditentuka pada kertas data. Elektroda arus dan potensial ini sudah dihubungkan ke Resytivitimeter
McOhm sehingga dapat diukur tegangan , arus dan nilai R. Pengukuran dilakukan dengan dua lintasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah data hasil penelitian dan pembahasan serta grafiknya:

Pengukuran Lintasan Satu

Dapat dilihat pada tabel diatas , nilai hambatan (R) semakin kecil ketika jarak eletroda arusnya semakin
besar. Didapat pula nilai factor geometri yang dihitung dengan rumus :
𝜋 (𝐿2 −𝐼2 )
K= 2𝐼
dan ρ = R.K

Dimana L meruapakan jarak elektroda arus dan I adalah jarak eletroda potensial.

*Rata-rata tegangan = 22,90 V

*Rata-rata Arus = 20,57 A

*Rata-rata Hambatan = 1,11 Ohm


*Rata-rata nilai factor geometri K = 133,020

*Rata-rata nilai resistivitas = 44,37 (Ohm m)

Grafik dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Grafik Hubungan Nilai Faktor Geometri K dengan Resistivitas Jenis (Lintasan 1)

600.000

500.000

400.000

300.000 ρ (Ohm m)
K
200.000

100.000

0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Setelah itu , kami melakukan pengukuran pada lintasan yang kedua dengan langkah yang sama, didapat
hasil pengukuran kami :

Pengukuran Lintasan Dua

*Rata-rata tegangan = 27,81 V

*Rata-rata Arus = 20,578 A

*Rata-rata Hambatan = 1,35 Ohm


*Rata-rata nilai factor geometri K = 133,02

*Rata-rata nilai resistivitas = 49,36 (Ohm m)

Grafik dapat dilihat dibawah ini :

Grafik Hubungan Nilai Faktor Geometri K dengan Resistivitas Jenis (Lintasan 2)

600

500

400

300 ρ (Ohm m)
K
200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Kita dapat melihat antara grafik pengukuran pada lintasan pertama dan kedua memliki sedikit kemiripan
dan menurut kami data yang kami ukur sudah cukup baik karena antara resistivitas jenis dan nilai factor
geometrinya seimbang dan tidak terlalu menunjukkan perubahan yang drastis.

Kami juga mengolah data diatas dengan menggunakan softwere Progress Version 3.0, adapun hasil
yang kami dapatkan adalah sebagai berikut:

Memasukan data hasil percobaan


Lalu klik Forward Modelling setelah itu mengisi tabel model parameters berdasarkan grafik hingga
mendapatkan nilai RMS (Root Mean Square) bernilai sangat kecil

Kemudian klik Invers Modelling setelah itu diiterasi sebanyak 10x dengan klik terus
tanda panah agar grafik lebih smooth hingga mendapatkan nilai RMS dengan nilai
paling kecil

Setelah itu klik Interpreted Data lalu akan muncul Resistivity Log berdasarkan
konfigurasi Schlumberger
Adapun analisa hasil yang kami dapatkan adalah bahwa gambaran mengenai keadaan bawah permukaan
atau persebaran batuan secara vertikal, dapat diperoleh dari data pengukuran dan analisis data geolistrik.
Berdasarkan gambaran ini dapat diketahui litologi batuan penyusun, letak dan persebarannya. Litologi
batuan daerah penelitian sangat terkait dengan kondisi geologi. Berdasarkan litologi batuan yang telah
diketahui, maka zona sebaran air daerah penelitian dapat diketahui.
Dari tampilan nilai resistivitas semu dan kedalaman serta pemodelannya menggunakan software
Progress Version 3.0 dapat diinterpretasi bahwa pada area survey geolistrik resistivity terlihat adanya
6 lapisan batuan bawah permukaan dengan karakteristik yang berbeda-beda. Munculnya perbedaan ini
tidak lain disebabkan adanya sedikit perbedaan nilai resistivitas (Rho) untuk setiap lapisan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, analisa software data pengolahan tampilan grafik sudah hampir
mendekati kebenaran dengan RMS (Root Mean Square) yang cukup kecil yaitu sebesar 4.4658%
sehingga interpretasi yang dilakukan dapat dikatakan mendekati kebenaran.
Dengan menghubungkan antara nilai resistivitas yang telah didapatkan dari hasil pengolahan data maka
dapat dilakukan analisa dengan membandingkan nilai resistivitas yang didapatkan dan referensi acuan
yang ada (tabel resistivitas), dengan menggunakan bantuan tabel resistivitas mineral maka hasil
pengolahan data dapat di interpretasikan sebagai berikut
Lapisan pertama didapatkan nilai resistivitas sebesar 29,17 Ωm pada kedalaman 0 m - 0,6m
diinterpretasikan sebagai lapisan yang mengandung material lempung, pasir, alluvium dan air tanah,
lapisan ini merupakan lapisan tanah penutup karena merupakan lapisan yang paling atas . Lapisan kedua
didapatkan nilai resistivitas sebesar 191,66 Ωm pada kedalaman 0,6 m – 1,7 m, lapisan ini
diinterpretasikan sebagai lapisan yang mengandung pasir, alluvium, lempung, kerikil yang menyimpan
air tanah dalam jumlah banyak karena merupakan lapisan akuifer utama. Lapisan ketiga didapatkan
nilai resistivitas sebesar 8,84 Ωm pada kedalaman 1,7 m – 3,9 m diinterpretasikan sebagai lapisan pasir,
lempung/ tanah liat yang menyimpan air tanah. Lapisan keempat didapatkan nilai resistivitas sebesar
28,64 Ωm pada kedalaman 3,9 m – 5,8 m diinterpretasikan sebagai pasir, lempung, alluvium yang
mengandung air tanah. Lapisan kelima didapatkan nilai resistivitas sebesar 35,82 Ωm pada kedalaman
5,8 m – 14,8 m diinterpretasikan sebagai lapisan pasir, lempung, alluvium yang mengandung air tanah.
Lapisan keenam didapatkan nilai resistivitas sebesar 18,91 Ωm pada kedalaman lebih dari 14,8 m,
lapisan ini diinterpretasikan sebagai lapisan pasir, lempung, alluvium yang mengandung air tanah

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah

1. Semakin besar jarak eletroda arus maka nilai hambatan akan semakin kecil
2. Rata-rata nilai Faktor Geometri pada kedua lintasan adalah sama yaitu 133,02
3. Nilai resistivitas jenis pada lintasan 2 lebih besar dibandingkan lintasan 1.
4. Batuan penyusun tanah di daerah tersebut terdiri dari pasir, lempung, alluvium, kerikil, dan
mengandung air tanah

DAFTAR PUSTAKA
1. Asisten Geofisika 2006, Praktikum Geofisika, Lab. Geofisika Fakultas Teknologi Mineral
UPN, Yogyakarta
nd
2. Telford, Geldart and Sheriff. 1976. Applied Geophysics, 2 edition, Cambridge University
Press, New York.
3. Vingoe, P. 1972. Electrical Resistivity Surveying. Geophysical Memorandum.

Anda mungkin juga menyukai