Anda di halaman 1dari 10

EUFEMISME SEBAGAI TINDAK KOMUNIKASI YANG BERADAB

DALAM BAHASA JAWA


Dwi Sutana
Kantor!Bahasa!Provinsi!Kepulauan!Riau
Jalan!Kamboja!72,!RT02/RW05!Tanjungpinang!29112
Pos-el: dwi.sutana@gmail.com

Abstract
Behavior has a close relationship with language. The expression of courtesy and spoken
word always refer to behavior, manner and morality, etc. Hence, behavior reflects in
speaking actions. As cultured and civilized being, it is necessary to choos e words based on
ethics, courteous and good objective in communication. In relation with the speaking
actions, a certain way could be applied by using euphemism. Euphemism is such kind of
reference of subtle expressions in order to replace the references that may be felt as
offensive, insulting and suggesting something unpleasant. The problem in this research is
focused on to what fields are the eu phemism used in Javanese. This article applied
Verhaar’s theory specifically about the meaning concept, inten tion, and information.
Based on the research, it showed that eu phemism is uttered in order to soften the speech
so that others will not be bothered or emotional which can cause anger, impoliteness and
offending so there would be the thoughtful behavior.
Keywords: Euphemism, communication action, civilized, Javanese

Abstrak
Tingkah! laku! memang! erat! dengan! bahasa.! Ungkapan! budi! bahasa! dan! tutur! kata! selalu
mengacu!pada!tingkah!laku,!tabiat,!budi!pekerti,!akhlak,!dan!sebagainya.!Oleh!karena!itu,
tingkah! laku tergambar! dalam! tindakan! berbahasa.! Sebagai! makhluk! berbudaya! dan
beradab!apabila!kita!bertutur!kata!dalam!berkomunikasi!perlu!memilih!kata!yang!didasari
etika,! sopan! santun,! dan! tujuan! yang! baik.! Sehubungan! dengan! tindakan! berbahasa
tersebut,! ! dapat! digunakan! suatu! cara! tertentu! dengan! menggunakan! pemakaian
eufemisme,! yaitu! semacam! acuan! berupa! ungkapan -ungkapan! yang! halus! untuk
menggantikan! acuan-acuan! yang! mungkin! dirasakan! menyinggung,! menghina,! atau
menyugestikan! sesuatu! yang! tidak! menyenangkan. Permasalahan! dalam! kajian! ini
dititikberatkan! pada! bidang-bidang! apa! sajakah! pemakaian! eufemisme! di! dalam! bahasa
Jawa! itu? Makalah! ini! mengemukakan! teori! Verhaar,! yaitu! mengenai! konsep! makna,
maksud,! dan! informasi.Berdasarkan! kajian! bahwa! eufemisme! diucapkan! den gan! maksud
untuk! memperhalus! tuturan! agar! tidak! ada! pihak! lain! yang! emosional,! yaitu! dapat
menimbulkan!marah,!tidak!sopan,!dan!menimbulkan!rasa!tersinggung!sehingga!tidak!ada
sikap!tenggang!rasa.
Kata kunci:!Eufemisme,!tindak!komunikasi,!beradab,!bahasa!J awa

naskah masuk : 28!Februari!2012 tolong,! simpati,! dan! sebagainya.! Bahasa


naskah diterima : 30!Maret!2012 memberikan! vitalitas! penting! kepada
individu!dalam!struktur!sosial!yang!diikat
norma-norma! dan! kebiasaan.! Dalam
1. Pendahuluan
tinjauan! sosiolinguistik! bahasa
Dalam! kehidupan! sosial! manusia
memungkinkan! penuturnya! fleksibel
harus! memiliki! ketrerampilan! memakai
dalam! hubungan! peran! dengan! memilih
bahasa.! Dengan! keterampilan! itu! orang
(variasi)! bahasa! tertentu.! Misalnya,
dapat!menyatakan!maksud,!pikiran,!minta

81

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


penutur!yang!muda!memilih!bahasa!yang peristiwa! ujaran! adalah! segi! “lingual”
sesuai! dengan! usia,! siapa! berbicara (atau! dalam! ujaran),! sedangkan! maksud
dengan! siapa,! kapan,! tentang! apa , dalam! peristiwa! pengujaran! adalah! segi
situasinya!bagaimana. “subjektif”,! yaitu! dipihak! pemakai
Pendekatan! kita! terhadap! bahasa bahasa,! dan! informasi! dalam! peristiwa
bisa! saja! menganggapnya! sebagai pengujaran! adalah! segi! “objektif”,! yaitu
fenomena! perorangan.! Bila! ada! orang segi!apa!yang!dibicarakan.
mengatakan! bahasanya! kasar! sekali, Pengumpulan! data! ini
jorok,!tidak!baik,!atau!tutur!katanya!baik, menggunakan! metode! simak,! sadap,! dan
halus,! sopan,! maka! secara! disadari! atau catat,! sedangkan! analisis! datanya
tidak! telah memberikan! pemerian! atau menggunakan!metode!subtitusi.
menerangkan! tingkah! laku! ( human
behavior)!orang!lain. 2. Pembahasan
Tingkah! laku! memang! erat 2.1 Arti Eufemisme
dengan! bahasa.! Ungkapan! budi! bahasa Kata!eufemisme!berasal!dari!kata
dan! tutur! kata! selalu! mengacu! pada Yunani euphemizein yang! berarti
tingkah!laku,!tabiat,!budi!pekerti,!akhlak, ‘mempergunakan! kata-kata! dengan! arti
dan!sebagainya.!Oleh!karena!itu,!t ingkah yang!baik!atau!dengan!tujuan!yang!baik’
laku!tergambar!dalam!tindakan!berbahasa (Keraf,! 1981:117).! Sebab! itu! eufemisme
(tindak! komunikasi).! Kita! menyadari adalah!semacam!acuan!berupa!ungkapan -
pula! akan! bereaksi! terhadap! kata! yang ungkapan! yang! tidak! menyinggung
dipilih! sebagai! sarana! berkomunikasi perasaan! orang! atau! ungkapan-ungkapan
baik! secara! kasar! atau! secara! halus. yang! halus! untuk! menggantikan! acuan -
Sebagai! makhluk! yang! berbudaya! dan acuan! yang! mungkin! dirasakan
beradab! dalam! bertutur! kat a! benar-benar menghina,! menyinggung! perasaan! atau
harus! diperhatikan.! Tindak! komunikasi menyugestikan! sesuatu! yang! tidak
yang! beradab! maksudnya! dalam menyenangkan.! Misalnya,! kata mati
berkomunikasi! perlu! memilih! kata! atau ‘meninggal’! dalam! kalimat Mantan Ibu
kalimat! dengan! didasari! etika,! sopan Negara Hasri Ainun Besari Habibi mati
santun,!dan!tujuan!yang!baik.!Akan!tetapi sawise mondhok sawetara wektu ing
sebaliknya! kadang! ! kita! tidak! bisa rumah sakit Ludwig Maximilians
menyadari! dalam! situasi tertentu, Universitat Klinikum, Muncen Jerman
misalnya,! situasi! sedang! marah, lan dipendhem ing Taman Makam
ungkapan! sumpah-serapah! ! yang Pahlawan Kalibata. ‘Mantan!Ibu!Negara
cenderung! menyakitkan,! jijik! keluar Hasri! Ainun! Besari! Habibi! meninggal
dalam! perkataan-perkataan.! Untuk setelah! opname! semantara! waktu! di
menghindari!komunikasi!yang!tidak!baik rumah sakit! ! Ludwig! Maximilians
itu! gaya! eufimisme! dapat! menunjukkan Universitat! Klinikum,! Muncen! Jerman
sikap! keberadaban! berbahasa,! yaitu dan! dimakamkan! di! Taman! Makam
berkomunikasi! dengan! ungkapan! yang Pahlawan! Kalibata’.! Makna! kata mati
lebih! halus! untuk! menggantikan yaitu! ‘sudah! hilang! nyawanya;! tidak
ungkapan-ungkapan! yang! mungkin bernyawa’.! Pemakaian! kata mati untuk
dirasakan! menyinggung,! menghina,! atau orang! yang! telah! berjasa! pada! negara/
menyugestikan! sesuatu! yang! tidak mantan! istri! presiden! adalah! kasar,
menyenangkan. karena! tidak! menghormati! orang! yang
Makalah!ini!mengemukakan!teori pernah! berjasa! kepada! negara/! istri
Verhaar! dalam! bukunya Pengantar mantan! presiden.! Untuk! memperhalus
Linguistik,! yaitu! mengenai! konsep pemakaian! kata mati ‘meninggal’,! orang
makna,! maksud,! dan! informasi.! Menurut menggantikan!dengan!kata seda ‘wafat’.
Verhaar! (1981:131)! bahwa! dalam

82

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


Kata! seda! ‘wafat’! dipandang ‘diinapkan’! yang! merupakan! eufemisme
sejajar! dengan! kata mati.! Kata! tersebut kata ditahan ‘ditahan’.
berbeda! pemakaiannya.! Kata mati biasa
digunakan! untuk! menyebut! hewan! atau 2.2.2 Eufemisme Berbentuk Frasa
tumbuhan! dan! dalam! masyarakat! pada Bentuk! Eufemisme! yang
pemakaian!ragam!ngoko!untuk!menyebut berbentuk! frasa! misalnya, rada miring
orang! yang! tidak! berjasa/! dihormati! atau ‘gila’! untuk! menggantikan! kata édan
tingkat!sosialnya!rendah. ‘gila’.! Contoh! lain,! frasa suda rungu
Contoh! lain,! pemakaian! kata ‘kurang! pendengaran’! untuk
dipendhem ‘dikubur’! masih! dalam menggantikan budheg ‘tuli’, rada
kalimat! tersebut! di! atas.! Makna dhedhel ‘agak! sendat’! untuk
dipendhem yaitu! memasukkan! sesuatu menggantikan! kata bodho ‘bodoh’,
ke! dalam! liang,! kemudian! ditimbuni kurang waras ‘kurang! sehat’ untuk
dengan! tanah.! Pemakaian! kata menggantikan edan ‘gila’, kurang raket
dipendhem untuk! jenazah! mantan! Ibu untuk! menggantikan congkrah
Negara! Hasri! Ainun! Besari! Habibi ‘bertengkar’.
adalah! sangat! kasar! karena! jenazah
mantan! Ibu! Negara! Hasri! Ainun! Besari 2.2.3 Eufemisme Berbentuk Klausa
Habibi! ! disamakan! dengan! bangkai Eufemisme! yang! berbentuk
binatang.!Untuk!memperhalus!pemakaian klausa! dapat! dilihat! pada! contoh! sebagai
kata dipendhem ‘dikubur’! orang berikut.
menggantikan! dengan! kat a dipetak,
dikubur,!dan disarekaké. 1) nandhang raga ‘menderita! sakit’
Kata dipetak, dikubur,! dan eufemisme lara ‘sakit’
disarekake dipandang!sejajar!dengan!kata
dipendhem.! Kata-kata! tersebut! berbeda 2) tinjo akherat ‘meninjau! akherat’
dalam! pemakaiannya.! Kata dipendhem, eufemisme mati ‘mati’
dipetak,! dan dikubur dipakai! dalam
masyarakat! yang! tingkat! sosialnya 3) entek sabare ‘habis
rendah. Kata disarekake dipakai! dalam kesabarannya’! eufemisme nesu
masyarakat! tingkat! sosialnya! tinggi. ‘marah’
Kata-kata! tersebut! memiliki! makna
memasukkan! sesuatu! ke! dalam! liang 2.2.4 Eufemisme Berbentuk Akronim
yang!kemudian!ditimbuni!dengan!tanah. Akronim! ialah! singkatan! yang
berupa! gabungan! huruf! awal,! gabungan,
2.2 Bentuk Eufemisme gabungan! suku! kata,! ataupun! gabungan
Eufemisme! dalam! bahasa! Jawa huruf!dan!suku!kata!dari!deret!kata!yang
sekurang-kurangnya! dapat! berupa kata, diperlakukan! sebagai! kata.! Berikut
frasa,dan! klausa.! Selanjutnya,! bentuk - ditemukan! eufemisme! yang! berbentuk
bentuk! eufemisme! tersebut! dapat akronim!yang!terdiri!atas!gabungan!suku
diuraikan!sebagai!berikut. kata!dari!deret!kata.

2.2.1 Eufemisme Berbentuk Kata Contoh:


Eufemisme! yang! berbentuk! kata,
misalnya! kata sèkèng ‘miskin’! lebih 1) pego akronim! dari pekok goblok
halus! daripada mlarat ‘miskin’.! Contoh ‘bodhoh! sekali’! eufemisme! dari
lain! kata kendho ‘kendur’! yang pekok goblok ‘bodoh!sekali’
merupakan! eufemisme! kata bodho,! kata
wuta ‘buta’! yang! merupakan! eufemisme
dari!kata picak ‘buta’,!dan!kata diinepake

83

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


2) sidhem akronim! dari seneng hidup!yang!melarat!(miskin)!menjadi
dhedhemitan untuk!menggantikan hidup!yang!enak.’
lonthe ‘pelacur’
1b) Ibu Harniti H.S. anggone ngayahi
2.3 Makna, Maksud, dan Informasi jejibahan dadi petinggi ing desane
yang Terkandung dalam kasil ngangkat para wargane saka
Eufemisme urip sing sèkèng dadi urip sing
Eufemisme! dapat! ditinjau! dari kepenak.
tiga!segi.!Pertama,!dari!segi!makna,!yaitu
dari! segi! lingual! atau! dalam! ujaran. ‘Ibu Harniti! H.S! dalam
Kedua,! dari! segi! maksud,! yaitu! dari! segi melaksanakan! kewajiban! menjadi
subjektif! atas! pemakai! bahasa.! Ketiga, petinggi! di! desanya! ! ! berhasil
dari! segi! informasi,! yaitu! segi! objektif mengangkat! para! warganya! dari
atau!segi!apa!yang!dibicarakan. hidup! yang! melarat! (miskin)
Dari! segi! makna! eufemisme menjadi!hidup!yang!enak.’
termasuk! dalam! kategori! makna
konotatif,! yaitu! suatu! makna! yang! tidak Baik!kata sèkèng ‘melarat’ dalam!kalimat
sepenuhnya! sama! atau! mengacu! pada 1b)! dan mlarat ‘melarat’! (dalam! kalimat
kenyataan! yang! ada.! Dengan! kata! lain (a)! masing-masing! memiliki! makna
makna! konotatif! adalah! makna! denotatif denotatif! dan! makna! konotatif.! Makna
yang! telah! ditambahkan! dengan! salah denotatif! kata sèkèng dan mlarat, yaitu
satu unsur! psikologis! atau! sosial tidak! berharta! benda.! Makna! konotatif
(Muhadjir! dalam Kentjono,! 1982:73). dari!kata sèkèng dan!kata mlarat masing-
Penjelasan! lain! makna! konotatif! yaitu masing! berbeda.! Pada! kata sèkèng
nilai! rasa! atau! gambaran! tambahan! yang ‘melarat,! miskin’! mempunyai! nilai! rasa
ada! di! samping! denotasi.! Denotasi halus,! sedangkan! pada! kata mlarat
sebagai! makna! dasar! dan! konotasi ‘melarat,! miskin’! mempunyai! nilai! rasa
sebagai! makna! tambahan.! Penentu kasar.
konotasi!adalah nilai!rasa. Maksud! diucapakannya! kata
sèkèng ‘melarat,! miskin’adalah! untuk
2.3.1 Makna, Maksud, dan Informasi memperhalus! ucapan! agar! terdengar
Berbentuk Kata sopan! atau! beradab! dan! tidak
Eufemisme! yang! berbentuk! kata, menyinggung! perasaan! bagi! yang
misalnya! kata sèkèng ‘miskin’! .! Kata bersangkutan.
sèkèng ‘miskin’! dalam! kalimat 1b) Informasi! yang! hendak
mempunyai! nilai! rasa! lebih! halus disampaikan! ialah! orang! yang! tidak
daripada! kata mlarat ‘melarat’! dalam memiliki! harta! benda! dan! serba
contoh 1a).! Hal! itu! dapat! dilihat! pada kekurangan!karena!berpenghasilan!sangat
contoh!berikut. rendah.
Contoh! lain! eufemisme! yang
1a) Ibu Harniti H.S. anggone ngayahi berbentuk! kata! misalnya,! kata diinepaké
jejibahan dadi petinggi ing desane ‘diinapkan’! pada! kalimat 2b)! yang
kasil ngangkat para wargane saka mempunyai! nilai! rasa! lebih! halus
urip sing mlarat dadi urip sing daripada! kata dikunjara ‘dipenjara’ pada
kepenak. kalimat 2a).

‘Ibu! Harniti! H.S! dalam 2b) Wengi kuwi, Susno Duadji


melaksanakan! kewajiban! menjadi dikunjara dening provos ana ing
petinggi! di! desanya! ! ! berhasil Mako Brimob Kelapa Gading.
mengangkat! para! warganya! dari

84

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


‘Malam!itu,!Susno!Duadji!dipenjara 3a) Ing sawijining kalodhangan, Sri
oleh! provos! di! Mako! Brim ob Mulyani ora selak yen
Kelapa!Gading.’ sesambungane klawan Aburizal
Bakri lagi congkrah.
2a) Wengi kuwi, Susno Duadji
diinepaké dening provos ana ing ‘Pada! suatu! kesempatan,! Sri
Mako Brimob Kelapa Gading. Mulyani! tidak! menampik! jika
hubungannya! dengan! Aburizal
‘Malam! itu,! Susno! Duadji Bakri!baru!bertengkar.’
diinapkan! oleh! provos! di! Mako
Brimob!Kelapa!Gading.’ 3b) Ing sawijining kalodhangan, Sri
Mulyani ora selak yen
Kata diinepake ‘diinapkan’! pada! kalimat sesambungane klawan Aburizal
2b)! dan! kata dikunjara ‘dipenjara’! pada Bakri lagi kurang raket.
kalimat 2a)! masing-masing! memiliki
makna! denotatif! yang! berbeda.! Kata ‘Pada! suatu! kesempatan,! Sri
diinepake ‘diinapkan’! pada! kalimat 2b) Mulyani! tidak! menampik! jika
memiliki! makna! ditumpangkan! tidur, hubungannya! dengan! Aburizal
sedangkan! kata dikunjara ‘dipenjara’ Bakri!baru!kurang!dekat.’
pada! kalimat 2a)! memiliki! makna
dimasukkan! ke! dalam! bangunan tempat 4a) Adhedhasar berita saka televisi,
mengurung! orang! hukuman.! Makna akeh warga sing ngarani yen
konotatif!dari!kata diinepaké ‘diinapkan’ pejabat ing Indonesia iki wis padha
pada! kalimat 2b)! dan! kata dikunjara edan merga anggone mimpin wis
‘dipenjara’! pada! kalimat 2a)! masing- ora migunakake ati lan aturan
masing! berbeda.! Pada! kata diinepake maneh, sing ana mung migunakake
‘diinapkan’! pada! kalimat 2b) aji mumpung.
mempunyai! nilai! rasa! halus,! sedangkan
pada! kata dikunjara ‘dipenjara’! pada ‘Berdasar! berita! dari! televisi,
kalimat 2a)!mempunyai!nilai!rasa!kasar. banyak! warga! yang! menyebut! jika
Maksud! diucapkannya! kata pejabat! di! Indonesia! ini! sudah! gila
diinepake ‘diinapkan’! adalah! untuk karena! dalam! memimpin! sudah
memperhalus!ucapan!agar!lebih!terdengar tidak! menggunakan hati! dan
sopan. peraturan! lagi! yang! ada! hanya
Informasi! yang! hendak menggunkan!aji!mumpung.’
disampaikan! ialah! Susno! Duadji
dimasukkan! ke! dalam! bangunan! tempat 4b) Adhedhasar berita saka televisi,
mengurung!orang!hukuman!(dipenjara). akeh warga sing ngarani yen
pejabat ing Indonesia iki wis
2.3.2 Makna, Maksud, dan Informasi padha kurang waras merga
Berbentuk Frasa anggone mimpin wis ora
Contoh! eufemisme! berbentuk migunakake ati lan aturan maneh,
frasa,! yaitu kurang raket ‘kurang! dekat’ sing ana mung migunakake aji
dan kurang waras ‘kurang! sehat’.! Frasa mumpung.
kurang raket ‘kurang! dekat’! merupakan
eufemisme! dari! kata congkrah ‘Berdasar! berita! dari! televisi,
‘bertengkar’,! sedangkan kurang waras banyak!warga!yang!menyebut!jika
‘kurang! sehat’! merupakan! eufemisme pejabat! di! Indonesia! ini! sudah
dari! kata édan ‘gila’.! Lebih! jelasnya, kurang! sehat! karena! dalam
perhatikan!contoh!kalimat berikut!ini. memimpin! sudah! tidak

85

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


menggunakan! hati! dan! peraturan lebih! halus! daripada! kata lara ‘sakit’
lagi! yang! ada! hanya! menggunkan dalam!contoh!kalimat 5a).
aji!mumpung.’
5a) Sawise bola-bali lara, wekasane
Makna! denotatif kurang raket Gesang Martohartono, dina Kemis,
‘kurang! dekat’! dalam! kalimat 3b)! tidak 20 Mei wanci surup murud ing
mengandung! makna! yang! tegas! karena kasedan jati ing Rumah Sakit PKU
memiliki! makna! tidak! atau! belum! cukup Muhammadiyah Sala.
dekat.! Makna! konotatif kurang raket
‘kurang! dekat’! adalah congkrah ‘Setelah! berulang! kali! menderita
‘bertengkar’.! Berbeda! halnya! dengan sakit,! akhirnya! Gesang
kata congkrah ‘bertengkar’ dalam Martohartono,! hari! Kamis,! 20! Mei
kalimat 3a).! Secara! tegas! kata congkrah ketika petang! meninggal! di Rumah
‘bertengkar’! mengandung! makna Sakit PKU Muhammadiyah Sala .
denotatif! kurang! raket! ‘kurang! dekat’.
Maksud!diucapkannya!frasa kurang raket 5b) Sawise bola-bali nandhang raga,
‘kurang! dekat’! untuk! memperhalus wekasane Gesang Martohartono,
ucapan!agar!terdengar!lebih!sopan. dina Kemis, 20 Mei wanci surup
Informasi! yang! disampaikan murud ing kasedan jati ing Rumah
adalah! tentang! perselisihan! antara Sakit PKU Muhammadiyah Sala .
seseorang! (Sri! Mulyani)! dengan! orang
lain!(Aburizal!Bakri). ‘Setelah! berulang! kali! menderita
Pada! frasa kurang waras ‘kurang! sehat’ sakit,! akhirnya! Gesang
dalam! kalimat 4b)! juga! tidak Martohartono,! hari! Kamis,! 20! Mei
mengandung! makna! yang! tegas! karena ketika! petang! meninggal! di Rumah
frasa! itu! memiliki! makna! tidak! atau Sakit PKU Muhammadiyah Sala .
belum! cukup! sehat.! Makna! konotatif
kurang waras ‘kurang!sehat’!adalah edan Klausa nandhang raga
‘gila’.! Lain! halnya! dengan! kata edan ‘menderita! sakit’! dalam! kalimat 5b)
‘gila’! dalam! kalimat 4a).! Secara! tegas memiliki! makna! denotatif! menanggung
kata edan ‘gila’! mengandung! makna badan! yang! tidak! menyenangkan,
denotatif kurang waras ‘kurang!sehat’. sedangkan! makna konotatifnya! adalah
Maksud! diucapkannya! frasa lara ‘sakit’! seperti! yang! terdapat! di
kurang waras ‘kurang! sehat’! untuk dalam! kalimat 5a).! Makna! konotatif
memperhalus!ucapan!agar!lebih!terdengar klausa nandhang raga dalam!kalimat 5b)
sopan! dan! tidak! menyinggung! perasaan dan!kata lara dalam!kalimat 5a)!masing-
orang!yang!bersangkutan. masing! berbeda.! Pada! klausa nandhang
Informasi! yang! hendak raga mempunyai! nilai! rasa! halus! dan
disampaikan! ialah! sakit! jiwa! karena pada! kata lara mempunyai! nilai! rasa
syarafnya! terganggu! atau! pikirannya tidak!halus.
tidak!normal. Maksud! diucapkannya! klausa
nandhang raga adalah! untuk
2.3.3 Makna, Maksud, dan Informasi memperhalus!ucapan!agar!terdengar!lebih
Berbentuk Klausa sopan.
Eufemisme! yang! berbentuk Informasi! yang! hendak
klausa,! contohnya! adalah! klausa disampaikan! ialah! rasa! tidak! nyaman! di
nandhang raga ‘menderita!sakit’.!Klausa tubuh! Gesang! Martohartono! karena
nandhang raga ‘menderita sakit’! dalam menderita!sesuatu!(sakit).
contoh!kalimat 5b)!!mempunyai!nilai!rasa Contoh! lain! eufemisme! yang
berbentuk! klausa! misalnya, tinjo akhirat

86

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


‘meninjau! akhirat’! dalam! kalimat! 6b) ‘Tuli! dan! ! bodoh! benar! kamu! Jo,
yang! mempunyai! makna! lebih! halus diberitahu! ! dari! tadi! tidak! menger ti-
daripada! kata mati ‘mati’! dalam! kalimat mengerti.’
6a).
6a) Nursan lan Ahmad Zaelani warga 7b) Pego tenan kowe Jo, dikandhani
Palimanan minangka korban kawit mau ora mudheng-mudheng.
pungkasan sing mati jalaran
nenggak omben-omben oplosan. ‘Tuli! dan! ! bodoh! benar! kamu! Jo,
diberitahu!!dari!tadi!tidak!mengeri -
‘Nursan! dan! Ahmad! Zaelani! warga mengerti.’
Palimanan! sebagai! korban! terakhir
yang! mati! akibat! minum! minuman Pego dalam! kalimat 7b)! merupakan
oplosan.’ akronim! dari! kata pekok ‘tuli’! dan! kata
goblok ‘bodoh’.! Akronim pego dalam
6b) Nursan lan Ahmad Zaelani warga kalimat 7b)! dipakai! untuk! menggantikan
Palimanan minangka korban kata pekok dan goblok dalam! kalimat
pungkasan sing tinjo akhirat 7a).Berdasarkan! ! makna! denotatifnya
jalaran nenggak omben -omben akronim pego bermakna! tidak! dapat
oplosan. mendengar! dan! tidak! lekas! mengerti,
‘Nursan!dan!Ahmad!Zaelani!warga sedangkan! makna! konotatifnya! yang
Palimanan!sebagai!korban!terakhir berdasarkan! nilai! rasa,! ! akronim pego
yang! meninggal! akibat! minum nilai! rasanya! lebih! halus! daripada! pekok
minuman!oplosan.’ goblok!dalam kalimat 7a).
Penggunaan akronim pego
Klausa tinjo akhirat ‘meninjau bertujuan untuk! memperhalus! ucapan
akhirat’ dalam! kalimat 6b)! memiliki agar! terdengan! sopan! atau! beradab! dan
makna! denotatif! ! melihat! alam! setelah tidak! menyinggung! perasaan! yang
kehidupan! di! dunia,! sedangkan! makna bersangkutan.
konotatifnya!adalah!mati. Informasi!yang!disampaikan!ialah
Maksud! ! diucapkannya tinjo ungkapan! kekesalannya! seseorang
akhirat ‘meninjau! akhirat’! untuk terhadap! orang! lain! karena! yang! tidak
memperhalus!ucapan. lekas!mengerti!dan!ketuliaannya.
Informasi! yang! disampa ikan
adalah!hilangnya!nyawa!seseorang!akibat 2.4 Pemakaian Eufemisme
minum!minuman!oplosan. Berdasarkan! kenyataan! dalam
kehidupan! sehari-hari! eufemisme! bahasa
2.3.4 Maksud, Makna dan Informasi Jawa! sering! digunakan! dalam! bidang -
Berbentuk Akronim bidang!sebagai!berikut.
Seperti! telah! dijelaskan! di! depan
bahwa! akronim! merupakan! kependekan 2.4.1 Pemakaian Eufemisme dalam
yang!berupa!gabungan Bidang Kesehatan
Huruf! atau! suku! kata! atau! bagian! lain Istilah! asing! kadang! lebih! baik
yang! ditulis dan! dilafalkan! sebagai! kata diucapkan! untuk! memberikan! rasa! takut,
yang! wajar! (KBBI,! 1991:18).! Bentuk ngeri,! atau! bisa! memberikan! sugesti
eufemisme! yang! berupa! akronim, tertentu.! Misalnya,! kata diamputasi
contohnya!sebagai!berikut. ‘potong’! dalam! kalimat 8b)! lebih! baik
dipakai! untuk! menggantikan dikethok
7a) Pekok lan goblok tenan kowe Jo, ‘dipotong’! dalam! kalimat 8a),! seperti
dikandhani kawit mau ora mudheng - contoh!di!bawah!ini.
mudheng.

87

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


8a) Sikile tengen Susi sing bosok jampi.! Kemudian! dalam! perkembangan
kapeksa dikethok kareben bisa maknanya! kata! dukun! diasosiasikan
nylametake jiwane. orang! yang! memberi! pertolongan! untuk
guna-guna! santet,! ilmu! hitam.! Oleh
‘Kaki! kanan! Susi! yang! membusuk karena! itu,! pemakaian! kata! dukun! lama -
terpaksa! dipotong! agar! dapat kelamaan! diganti! dengan! sebutan wong
menyelamatkan!jiwanya.’ pinter ‘orang!pintar’. Wong pinter ‘orang
pintar’!digunakan!untuk!menyebut!orang
8b) Sikile tengen Susi sing bosok yang! mempunyai! keahlian! linuwih! yang
kapeksa diamputasi kareben bisa dapat! menyembuhkan,! dimintai
nylametake jiwane. pertolongan!yang!sifatnya!positif.!Dalam
perkembangan! maknanya! pemakaian
‘Kaki! kanan! Susi! yang! membusuk wong pinter ‘orang! pintar’! maknanya
terpaksa! dipotong! agar! dapat dirasakan! kurang! mentereng! kemudian
menyelamatkan!jiwanya.’ diganti!dengan!paranormal.

Kata dikethok dalam!kalimat 8a)!dan!kata 2.4.3 Pemakaian Eufemisme dalam


diamputasi dalam! kalimat 8b)! meskipun Bidang Kepercayaan
artinya! sama! tetapi! dalam! situasi! seperti Pada! kepercayaan! berburu,
itu! akan! memberikan! kepercayaan! dan bertani,! dan! kepercayaan! pada roh! halus
tidak! ngeri! melihat! atau! mendengarnya pemakaian! eufemisme! pun! ada.
dengan! apa! yang! bakal! terjadi! dengan Pemakaian! eufemisme! pada! kepercayaan
pasien!tersebut. berburu!misalnya,!apabila!pemburu!tidak
ingin! bertemu! dengan! binatang! buas
2.4.2 Pemakaian Eufemisme dalam seperti! harimau,! gajah,! ular! ! dan! agar
Bidang Sosial perburuannya!berhasil!serta!terhindar!dari
Perkembangan! zaman! merupakan hal-hal! yang! dapat! meng hambat
faktor! yang! turut! mempengaruhi kelancaraan! dalam! perburuannya,
penetapan! nilai! rasa! sosial! dan! usaha pemburu! akan! pantang! menyebutkan
penetapan! ungkapan! sebagai kata-kata! itu.! Kalau! terpaksa! dalam
penggantinya!apabila!nilai!rasa!sosial!kta perburuannya! itu! bertemu! dengan
yang! bersangkutan! dipandang tidak binantang! harimau,! gajah! dan! ular! itu,
sesuai.! Gejala! bahasa! ini! pun! termasuk pemburu! mengganti! namanya! dengan
pun!termasuk!bidang!eufemisme.!Sebagai nama! kata! lain.! Harimau! disebut kyai
contoh,! kata batur, rewang,! dan ‘kiai’ maksudnya! pemburu! itu! mengaku
pramuwisma.! Pada! zaman! dahulu! kata dirinya! masih! keturunan! harimau! ! atau
batur banyak!digunakan!untuk!menyebut dirinya! masih! sejenis.! Dengan! menyebut
pembantu! rumah! tangga.! Kemudian demikian! diharapkan! agar! harimau! tidak
dalam! perkembangan! waktu! dirasakan berbuat! jahat! kepadanya. Ula disebut
bahwa!kata batur mengandung!nilai!rasa oyod ‘akar’. Oyod ‘akar’! adalah! barang
rendah! atau! hina.! Oleh! karena! itu, hidup! yang! tidak! bergerak! dan! tid ak
pemakaian! kata batur lama-kelamaan berbuat! jahat. Oyod ‘akar’! dianggap
hilang,!diganti!dengan!kata rewang. Kata mempunyai! daya! sakti! yang! dapat
rewang dalam! perkembangan! waktu mengubah! watak! ular! menjadi! watak
dianggap! kurang! mentereng! kemudian oyod ‘akar’.
diganti! dengan! kata pramuwisma Contoh! pemakaian! eufemisme
‘pembantu! rumah! tangga’.! Contoh! lain, pada! kepercayaan! bertani! misalnya,
kata! dukun! dahulu! digunakan! untuk untuk! membujuk! tikus! yang! dipandang
menyebut! orang! yang! mengobati, sebagai! musuh! petani! agar! tikus! jangan
menolang! orang! sakit,! memberi! jampi -

88

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


merusak! tanaman! padi,! petani! menyebut orang! yang! tidak! memiliki! pekerjaan,
nama!tikus!dengan!sebutan den baguse. tunadaksa untuk! menyebut! orang! yang
Contoh! pemakaian! eufemisme cacat! badanya,! tunasusila! atau! pekerja
pada!kepercayaan!roh!halus.!Roh!halus!di sex! komersial! untuk! menyebut lonthe
dalam! bahasa! Jawa! di! sebut! lelembut. ‘pelacur’.
Untuk! membujuk! agar lelembut! ‘roh
halus’! itu! agar! ! tidak! mengganggu! maka b. Kata-Kata yang Mengacu pada
lelembut ‘roh! halus’! itu! disebut sing Nilai
baureksa ‘penjaga’.! Sebab! jika lelembut Kata-kata! yang! mengacu! pada
‘roh!halus’!itu!disebut jin atau setan, dia nilai! rasa! jijik! biasanya! dituturkan
akan!marah.!Sebutan sing baureksa ‘yang dengan! cara! memperhalus! kata.! Kata
menjaga’! memberi! kesan! bahwa nguyuh! ‘kencing’! dan! ngising! ‘berak’
penyebut! mengakui! kekuasaan! atau diperhalus! dengan! kata toyan ‘kencing’
wewenang! penuh! terhadap! tempat! yang dan bebucal ‘berak’! Kedua! kata!tersebut
didiami! oleh! roh! halus! yang diperhalus! lagi! dengan! kata! badhé
bersangkutan.! Setiap! kali! diadakan dhateng wingking ‘akan! pergi! ke
selamatan! sebutan sing baureksa ‘yang belakang’.! Tempat! kencing! dan! berak
menjaga’! tidak! pernah! dilupakan! dalam disebut kakus ‘WC”.! Kata kakus ‘WC’
doa!yang!diucapkan. menimbulkan!nilai!rasa!jijik.!Oleh!karena
itu,! kata! kakus! diperhalus! menjadi
2.4.4 Pemakaian Eufemisme dalam pekiwan.
Bidang adab atau Sopan Santun
Pemakaian! eufemisme! dalam 3. Penutup
adab! atau! sopan! santun! adalah Berdasarkan! kajian! bahwa
pengungkapan! rasa! yang! sesuai! dengan eufemisme! diucapkan! dengan! maksu d
keinginan! masyarakat! yang untuk! memperhalus! tuturan! agar
bersangkutan.! Semua! pengungkapan informasi!yang!diberikan!bersifat!negatif,
yang! dapat! melukai! perasaan! or ang! lain yaitu! dapat! menimbulkan! marah,! tidak
hendaklah! dihindari.! Untuk! lebih sopan,! dan! menimbulkan! rasa
jelasnya,! hal! tersebut! dapat! dilihat! pada tersinggung!sehingga!tidak!ada!tenggang
uraian!berikut!ini. rasa.! ! Sehubungan! dengan! hal! itu,
digunakan! suatu! cara! tertentu! agar
a. Kata yang Mengacu pada informasi! negatif! itu! tetap! disampaikan
Pengertian Cacat tetapi! tidak! menyinggung! perasaan! bagi
Kata! yang! mengacu! pada penerima! informasi.! Salah! satu! yang
pengertian! cacat! mengakibatkan dapat! digunakan! adalah! dengan
menyinggung! perasaan! bagi! orang! yang pemakaian! eufemisme,! semacam! acuan
menderita! cacat.! Misalnya,! orang! buta berupa! ungkapan-ungkapan! yang! halus
tidak! suka! ! disebut picak ‘buta’! atau untuk! menggantikan! acuan -acuan! yang
wuta ‘buta’.! Untuk! menghindari! agar mungkin! dirasakan! menyinggung,
tidak! menyinggung! perasaan! yang menghina,! atau! menyugestikan! sesuatu
bersangkutan! dibuatlah! ungkapan! lain, yang!tidak!menyenangkan.
misalnya tunanetra. Penyebutan! untuk Eufemisme! dalam! bahasa! Jawa
penderita! cacat! tertentu,! baik! mengenai antara! lain! digunakan! dalam! bidang
kejasmanian! atau! kesusilaan! akhir-akhir kesehatan,! sosial,! kepercayaan,! dan
ini! digunakan! kata-kata! tertentu! untuk sopan!santun.
menghilangkan! perasaan! kasar! yang Bentuk! eufemisme! dalam! bahasa
ditimbulkan! oleh! kata-kata! yang! telah Jawa!dapat!berbentuk!kata,!f rasa,!klausa,
lama! dikenal! oleh! masyarakat.! Kata -kata dan!akronim.
itu! misalnya tunakarya untuk! menyebut

89

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012


Daftar Pustaka
Aminuddin.! 1985. Semantik: Pengantar
Studi tentang Makna.! Bandung.
Sinar!Baru.

Keraf,! Gorys.! 1981. Diksi dan Gaya


Bahasa.!Jakarta:!Gramedia.

Kentjono,! Djoko.! 1982. Dasar-Dasar


Linguistik Umum.!Jakarta:!UI.

Padmosukotjo,! S.! 1958. Ngengrengan


Kasusatran Djawa.! Jogjakarta:
Hien!Hoo!Sing.

Slametmulyana.!1964. Semantik. Jakarta:


Fajar!Bhakti.

Tim! Penyusun! Kamus! Pusat! Pembinaan


dan!Pengembangan!Bahasa.!2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:! PT! Gramedia! Pus taka
Utama.

Verhaar,! J.W.M.! 1981. Pengantar


Linguistik.! Yogyakarta:! Gadjah
Mada!University!Press.

90

Madah Volume 3, Nomor 1, Edisi April 2012

Anda mungkin juga menyukai