Anda di halaman 1dari 2

Lutfi Sirajs D | 1303174002

Resume Data Center Tiering


Pusat data atau yang lebih dikenal Data Center adalah suatu fasilitas yang digunakan
untuk menempatkan sistem komputer dan komponen-komponen terkaitnya, seperti sistem
telekomunikasi dan penyimpanan data. Fasilitas ini biasanya mencakup juga catu daya
redundan atau cadangan, koneksi komunikasi data redundan, pengontrol lingkungan (mis.
AC, ventilasi), pencegah bahaya kebakaran, serta piranti keamanan fisik. Salah satu
penempatan server untuk website atau database.
Pada data center terdapat ratusan bahkan ribuan server yang tersusun pada rak server
yang ditata sesuai bentuk fisiknya, baik tower maupun rack dari ukuran 1U s/d 4u. Disetiap
ruang memiliki pendingin, sistem catu daya, ups, security dan jaringan terkoneksi yang ditata
dengan detail. Bahkan lantai dimana server dibangun memiliki karakteristik yakni terdapat
upaya peredam dan selokan tempat jaringan kabel listrik maupun komputer.
Data Center adalah sebuah ruangan yang di rancang sedemikian rupa untuk
menempatkan server komputer dan perangkat jaringan komputer yang terhubung ke jaringan
Internet. Uptime Institute ( UTI ) dan TIA adalah dua institusi internasional yang membuat
standarisasi disain dan kualitas insfrastruktur Data center yang menjadi acuan dunia.
Uptime (UTI) membuat skema klasifikasi Datacenter berdasarkan empat (4) tingkat
yang berbeda yang kemudian dikenal dengan istilah “Tier”. Hal Ini pertama kali dirilis pada
tahun 1995 dengan judul “Tier Classification Define Site Infrastructure Performance”. Pada
tahun 2005, judul ini diperbaharui menjadi “Tier Standard Topology” yang juga disebut
sebagai TST.
Pada awal tahun 2000, komite TR42 di TIA memutuskan untuk membuat standar
telekomunikasi untuk Datacenter. UTI dan TIA saling berhubungan satu sama lain dan UTI
memberi TIA hak legal untuk menggunakan filosofi Tier yang telah dikembangkannya untuk
dimasukkan ke dalam standar yang akhirnya menjadi standar ANSI / TIA-942 (TIA-942). Akan
tetapi TIA-942 tidak hanya membahas Electrical dan Mekanik seperti yang didefinisikan pada
tingkat tertinggi di TST akan tetapi juga memasukkan beberapa faktor lainnya yaitu Arsitektur
dan Telekomunikasi ( termasuk di dalamnya Fire Safety, Security dan Site Location). Baik UTI
dan TIA menggunakan istilah Tier untuk membedakan empat tingkat dari prinsip desain.
Adapun UTI masih menggunakan angka Romawi (I, II, III, IV) sedangkan TIA menggunakan
angka Arabic-Indic (1,2,3,4).

Sistem klasifikasi tier pada DC secara konsisten diterapkan sebagai evaluasi


terhadap berbagai infrastruktur data center terkait dengan kinerja operasional DC
tersebut secara menyeluruh. Utamanya pada penilaian aksesibilitas
atau uptime sehingga sertifikasi tier mencerminkan bahwa DC tersebut dapat terus di
akses tanpa gangguan atau tanpa putus sesuai dengan klasifikasi tier-nya. Berikut
adalah perbandingan klasifikasi tier pada data center:
Klasifikasi Tier 1, Perangkat TI dilayani oleh satu jalur distribusi non-redundat, atau
satu uplink per satu server. Ini biasanya banyak di temui pada perusahaan besar yang
memiliki DC sendiri, dengan fokus kemampuan untuk dapat melayani aktivitas
Lutfi Sirajs D | 1303174002

operasional selama jam kerja dan di back up dengan UPS. Tingkat up time 99.671% atau
dalam setahun batas toleransi gangguan maksimal 28 jam. Kalau dihadapkan pada gangguan
maka dikategorikasn sebagai rentan. Selain itu di Tier 1 ini ketersediaan genset, raised floor,
UPS, sifatnya opsional. Untuk tindakan preventif maintenance dilakukan dengan cara
di shutdown keseluruhannya.
Klasifikasi Tier 2, Pada dasarnya mirip dengan Tier 1, namun telah di tambah dengan
komponen redundant (serba memiliki sumber daya cadangan). Selain wajib memiliki UPS, DC
Tier 2 harus dilengkapi generator backup sebagai persiapan saat ada pemadaman bergilir
dari PLN. Keharusan lainnya adalah mesti dilengkapi dengan raised floor. Dengan tingkat
uptime 99.741%, atau hanya memiliki toleransi downtime maksimal selama 22 jam dalam
setahun. Terhadap gangguan yang terjadi maka tier 2 dikategorikan sebagai agak rentan.
Tindakan preventif maintenance dilakukan shutdown pada power path dan bagian tertentu
dari infrastruktur yang memerlukan shutdown saja.
Klasifikasi Tier 3, Sama halnya dengan klasifikasi DC pada Tier 2, seluruh pengertian tier DC di
level 2 dengan ditambah lagi persyaratan seluruh peralatan fasilitas DC pada tier 3 yakni
harus memiliki lebih dari 1 sumber daya listrik dan jaringan (multi network link) sehingga
syarat “no shutdown” dapat terpenuhi pada data center tier 3. Tingkat uptime 99.982% atau
toleransi gangguan dalam setahun maksimal hanya 1.5 jam saja. Dari sisi ketahanan dalam
menghadapi gangguan Tier 3 dikategorikan sebagai tidak rentan terhadap gangguan
terencana. Biasanya DC tier 3 ini hampir tidak berbeda dengan performa DC tier 4. Tindakan
preventif maintenance dilakukan dengan mengalihkan beban kepada sistem backup saat
sistem utama di maintenance.
Klasifikasi Tier 4, Pada dasarnya sama saja dengan DC tier 3, namun DC tier 4 ini hanya
memiliki toleransi down time 30 menit dalam setahun. Inilah yang dimaksud pengertian tier
pada data center secara singkat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada website Uptime
Institute untuk sertifikasi tier pada DC. Terhadap gangguan maka Tier 4 dikategorikan Tidak
Rentan baik gangguan terencana maupun gangguan tidak terencana.

https://kominfo.kotabogor.go.id/index.php/post/single/30
https://netsolution.co.id/pengertian-tier-dalam-data-center/
https://jakartaurbanhosting.com/pengertian-tier-data-center/
https://cloud.datacomm.co.id/blog/uptime-vs-tia-942/

Anda mungkin juga menyukai