Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRA PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

SALEP MATA

Dosen Pengampu:

Ginanjar Putri Nastiti, S.Farm., M.Farm., Apt

Disusun oleh :

Siti Rachmitawati

1702050099

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada
kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal. Salep
digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga
diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar dapat memberikan efek
yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaan setengah padat ditujukan
untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau
tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar obat dalam salep yang mengandung obat
keras atau narkotik adalah 10% (Anief, 2008).

Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak
terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam salep
harus halus. Oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mengalami
banyak masalah, salep yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat
aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserab oleh kulit. (Anief, 2008).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari salep mata.
2. Untuk mengetahui perhitungan dosis yang diperlukan ketika
pembuatan salep mata.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan salep mata.
1.3 Manfaat

1. Agar mahasiswa mengetahui definisi dari salep mata.


2. Agar mahasiswa mengetahui perhitungan dosis yang diperlukan ketika
pembuatan salep mata.
3. Agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan sediaan salep mata.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Salep Mata

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep
mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah
disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji
sterilitas. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok. Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud
efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya.
Yang paling sering digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam
bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata (Anief, 2008).

Berbeda dengan salep dermatologi salep mata yang baik yaitu :

 Steril
 Bebas hama/bakteri
 Tidak mengiritasi mata
 Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan
mata.
 Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh
(Ansel,1989)

Obat salep mata harus steril berisi zat antimikrobial preservative, antioksidan, dan
stabilizer. Menurut USP XXV, salep berisi chlorobutanol sebagai antimikrobial
dan perlu bebas bahan partikel yang dapat mengiritasi dan membahayakan
jaringan mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran
partikel, yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh mengandung atau
mempunyai partikel > 90 nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel > 50nm, dan tidak
boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).
1. Keuntungan dan kerugian
Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah
penambah waktu hubungan antara obat dengan obat dengan mata, dua sampai
empat kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan
garam. Satu kekurangan bagi penggunaan salep mata adalah kaburnya
pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui
lensa kontak (Ansel, Penghantar bentuk sediaan farmasi). Sediaan mata
umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan
larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak
yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep
mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur
(Remington Pharmaceutical Science, hal.1585).

2. Basis salep mata


Dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan
harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena
sekresi cairan mata. Dasar salep mata yang digunakan juga harus bertitik
lebur yang mendakati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari
petroletum dan cairan petrolatum (minyak mineral) dimanfaatkan sebagai
dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang bercampur dengan air seprti
lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal in memungkinkan air dan obat yang
tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian. Oculenta, sebagai
bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau dasar
salep larut air. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus halus, tidak
enak dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka. Harus steril dan
diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti maka harus dibuat saksama
(Ansel,1989).

Syarat oculenta adalah:

 Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.


 Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi
kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata.
 Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
 Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril (Anief, 2008,
hal: 117).

3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep


mata :
 Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik
yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang
digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka
dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan
pembuatan secara aseptik.
 Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan
pembuatan uji dibawah LAF.
 Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai
untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin
masuk secar tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah
bersifat bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang terdapat pada uji
salep mata (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).

4. Wadah salep mata


Wadah harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube,
tube dengan rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan
kontaminasi selama pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara
bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap cahaya yang baik (Anief,
2008).
BAB III

KEGIATAN FORMULASI
3.1 Pre formulasi

1. Kloramfenikol (FI III hal 143)


Pemerian : Hablur halus berbentuk halus lempeng memanjang,
putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, 2,5
bagian etanol (95%) p dan 7 bagian propilenglikol
p, sukar larut dalam kloroform p dan dalam eter p
Sterilisasi : Filtrasi
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
Khasiat : Antibiotikum

2. Lanolin (FI III hal 61)


Pemerian : Zat serupa lemak, liat, lekat, kuning muda atau
kuning pucat, agak tembus cahaya. Bau lemah dan
khas
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam
kloroform p, dan eter p.
Khasiat : Zat tambahan
Sterilisasi : Oven 150˚ selama 1 jam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
di tempat sejuk

3. Paraffin Liquidum (FI III hal 474)


Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berflourences,
tidak berwarna, aroma Hampir tidak berbau, rasa
hampir tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam etanol
(95%) p, larut dalam kloroform p, dan dalam eter p.
Khasiat : Stabilitator, humectant
Sterilisasi : Oven 150˚ selama 1 jam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.

4. Vaseline Flavum (fi Ed ke-3 hal 633))


Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai
kuning, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan
dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk Aroma.

Tidak berbau. Rasa : Hampir tidak berasa

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol


(95%) p, larut dalam klorofom p, dan dalam eter p,
dan dalam eter minyak tanah p, larutan kadang-
kadang beropalesensi lemah.
Khasiat : zat tambahan
Sterilisasi : Oven 150˚ selama 1 jam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat : zat tambahan

5. Alkohol 70%
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, aroma : khas Rasa : panas

Kelarutan : hamper larut dalam larutan

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pengurang rasa sakit


3.1 Formula
R/ Kloramfenikol 0,02
Lanolin 0,2
Parafin Liq 0.2
Alkohol 70% qs
Vaselin flavum ad 2 gr

3.2 Alat dan bahan

 Alat
1. Sendok Tanduk
2. Spatula
3. Batang pengaduk
4. Cawan porselen
5. Pot Salep
6. kaca arloji
7. pH meter
8. kertas perkamen
9. mortar + stamper
10. etiket, sudip
 Bahan:
1. Kloramfenikol
2. Lanolin
3. Parafin liq
4. Alkohol
5. Vaselin flavum

3.3 Perhitungan Bahan

Kloramfenikol 0,02
Lanolin 0,2
Parafin Liq 0.2
Alkohol 70% qs
Vaselin flavum ad 2 gr – 0,42 gr =1,58 gr
3.4 Cara Kerja

1. Mensterilkan meja dengan menyediakan alkholnpada meja kerja.


2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Mnsterilkan alat
4. menimbang haban
 Kloramfenikol 0,02
 Lanolin 0,2
 Parafin Liq 0.2
 Alkohol 70% qs
 Vaselin flavum ad 2 gr – 0,42 gr =1,58 gr

4. Setelah bahan ditimbangkan kemudian diletakkan dalam cawan porselin


5. Setelah itu dilebur dalam oven suhu 60oC selama 60 menit
6. Diaduk sampai basis salep habis melelah sempurna
7. Kloramfenikol digerus dan ditambahkan alkohol sedikit kemudian digerus al
larut dan homogen
8. Kemudian ditambahkn basis salep sedikit demi sedikitndan digeris ad homogen
9. Kemudian dimasukkan dalam pot salep dan diberi etiket terahir lakukan
evaluasai sediaan salep kloramfenikol
DAFTAR PUSTAKA

Howard, C. Ansel 1998. Pengatur Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV.


Jakarta: UI Press.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta

Syamsuni, H.A. 2013. Ilmu Resep. Jakarta. EGC.

Lukas, Stefanus. 2006.Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi

Anief, M. ( 2010). Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke 9.


Yogyakarta: Gajah Mada University- Press, Halaman 32 – 80.

Anda mungkin juga menyukai