Anda di halaman 1dari 3

TOT Keperawatan Geriatri Dasar

Salatiga, November 2019

Jumlah penduduk lansia di negara berkembang mengalami peningkatan sangat drastis,


sehingga penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk lansia. Tahun
1950 setiap satu lansia diatas usia 65 tahun didukung oleh sekitar 12 orang muda (15-64
tahun), sedangkan pada Th 2009 dukungan itu menurun menjadi hanya 9 orang. Sehingga
diproyeksikan pada tahun 2050 setiap penduduk usia diatas 65 tahun hanya didukung oleh 4
penduduk usia 15-64 tahun saja.
Di negara maju, perubahan struktur demografi terjadi dalam waktu lebih dari 100
tahun, sedangkan di Negara-negara berkembang perubahan struktur penduduknya hanya
dalam waktu satu generasi. Jumlah lansia di Asia Tenggara pada tahun 2010 sudah
mencapai 4189 juta jiwa, 65% diantaranya adalah wanita dan 50% diantaranya miskin.
Sehingga diperkirakan jumlah lansia di Asia tenggara ini pada tahun 2050 akan meningkat
menjadi 1,2 milyar.
Di Indonesia Anak-anak usia 0-14 tahun merupakan populasi terbanyak pada tahun
1971 dan pada tahun 2010 ternyata populasi usia 15-55 tahun tambah banyak sehingga
menciptakan angkatan kerja yang besar jumlahnya, dengan demikian diprediksi pada tahun
2030 populasi penduduk yang mencapai usia 35-90 tahun akan meningkat jumlahnya.
Sedangkan Bappenas memproyeksikan Jumlah penduduk lansia usia lebih dari 60 tahun akan
meningkat dari 18.1 juta (tahun 2010) menjadi 29.1 juta jiwa pada tahun 2020 dan menjadi 36
juta jiwa pada tahun 2025. Saat ini Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah
penduduk lansia terbanyak di dunia yakni, mencapai 18,1 juta jiwa ( 7,6 %).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, jenis masalah kesehatan terbanyak pada
usia lebih dari 55 tahun adalah masalah COPD, cancer, DM, Hipertensi, CHD, gagal jantung,
stroke, gagal ginjal, batu ginjal, arthritis, dan masalah gigi mulut. Kemudian berdasarkan
kelompok usia 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan lebih dari usia 75 tahun, ternyata prevalensi pada
masalah penyakit COPD, Cancer, hipertensi, gagal jantung, stroke, dan arthritis terjadi
peningkatan sejalan dengan semakin bertambahnya usia lansia.
Lanjut usia (Lansia) merupakan masa akhir dewasa dan cenderung melakukan
cerminan diri di masa lalu. Berbagai komitmen global maupun kebijakan nasional telah
ditetapkan sebagai dasar pengembangan program untuk meningkatkan kesejahteraan lansia.
Berbagai komitmen global dan regional antara lain : Regional Strategy For Healthy Ageing
(WHO) dan Yogyakarta Declaration On Ageing And Health September 2012, Madrid
International Plan of Action on Ageing 2002 (8-12 April 2002), Kebijakan nasional yang telah
ditetapkan untuk mendukung pengembangan program peningkatan kesejahteraan lansia antara
lain: Undang - Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, Undang-Undang
nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2004
tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Lansia.
Pengembangan program pemeliharaan kesehatan lansia ditujukan untuk menjaga
agar lansia tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan
martabat kemanusiaan. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial
dan ekonomis. Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan lansia yang telah dilakukan
dikembangkan berdasarkan Community Based Geriatric Services, Puskesmas Based Geriatric
Services, atau Hospital Based Geriatric Services.
Dalam rangka mewujudkan pelayanan geriatri yang terpadu dan terintregasi maka
diperlukan kualitas SDM keperawatan yang berkompeten dan siap melayani. Perawat sebagai
salah satu tenaga kesehatan berperan penting dalam memberikan pelayanan secara
komprehensif dan holistik kepada lansia, sehingga perlu ditingkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya melalui pelatihan terkait dengan keperawatan geriatri Diharapkan perawat
mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada lansia dengan berbagai masalah
kesehatan/penyakit degeneratif dan sesuai dengan kebutuhan khusus lansia.
Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan pengembangan kompetensi perawat
pelaksana secara terus menerus sebagai bagian dari proses pembelajaran dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada lansia melalui kegiatan pelatihan oleh karena itu maka
dibutuhkan pelatihan keperawatan geriatri bagi perawat pelaksana di rumah sakit yang
mengacu pada sistem jenjang karir yang berlaku di Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi serta peran dalam keperawatan geriatric,
Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan universitas dan politeknik kesehatan dan unit
pelayanan lainnya (rumah sakit) dalam penyelenggaraan pelatihan keperawatan geriatri dasar.
Dalam penyelenggaraan pelatihan tersebut diperlukan fasilitator yang memahami
kurikulum pelatihan keperawatan geriatri tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya
Kurikulum Training of Trainer (TOT) Keperawatan Geriatri Dasar. Didalam kurikulum ini terdiri
dari 72 Jam Pelajaran (JP) sudah termasuk materi PUG-BK 1 JP.
Pelaksanaan Training of Trainer (TOT) Keperawatan Geriatri Dasar pada tanggal 12
sampai dengan 22 Oktober 2016 di BBPK Jakarta, yaitu 8 hari efektif. Dilakukan paralel antara
angkatan I dengan angkatan II. Jumlah masing-masing angkatan terdiri dari 30 orang peserta,
sehingga total ada 60 orang peserta yang berasal dari :

1. Institusi Pendidikan Keperawatan


2. Rumah Sakit
3. BBPK/Bapelkes
4. Dinas Kesehatan yang mempunyai latar belakang pengalaman mengelola atau memberikan
pelayanan kesehatan/keperawatan lansia.

Pada pelatihan ini orientasi lapangan dilaksanakan 2 (dua) hari untuk masing-masing angkatan,
dan ditempat yang berbeda, yaitu di Rumah Sakit Umum Nasional dr. Cipto Mangunkusumo
dan di Yayasan Sasana Thresna Wherda Karya Bakti Ria Pembangunan di Cibubur.
Ditunjuknya RSUPN dr Cipto Mangunkusumo sebagai salah satu tempat orientasi lapangan
pada pelatihan ini adalah karena dari sarana-prasarana, SDM dan direkturnya mendukung
untuk pelayanan terhadap geriatri, saat ini sedang dibangun gedung 12 lantai untuk pelayanan
khusus geriatri. Sehingga peserta mendapatkan pembelajaran dari OL tersebut. Sedangkan
pada Yayasan Sasana Thresna Wherda Karya Bakti Ria Pembangunan di Cibubur awalnya
hanya menerima lansia yang sehat saja kemudian karena banyak permintaan sehingga
menerima pasien yang sakit, jika keadaan pasien harus di rujuk ke RS maka yayasan punya
rumah sakit rujukan.
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu berperan sebagai pelatih pada pelatihan
keperawatan geriatri dasar. Dalam melaksanakan perannya, peserta berfungsi:

1. Memberikan asuhan keperawatan geriatri.


2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada lansia
3. Mengelola pelaksanaan pelayanan keperawatan pada kelompok lansia
4. Menerapkan hasil riset dalam praktik keperawatan geriatric
5. Melatih pada pelatihan keperawatan geriatri dasar

Dengan pelaksanaan pelatihan ini dapat menjadi bagian dari upaya Meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan Lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdayaguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai