Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN OKTOBER 2016

POLIP SERVIKS

Oleh:

INCE RIZKY AMALIA

N 111 14 06

Pembimbing:

dr. DANIEL SARANGA, Sp. OG.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS

PADA BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2016
BAB I
PENDAHULUAN

Polip serviks didefinisikan sebagai pertumbuhan local epithelium


endoserviks.(1,2) Tumor ini merupakan penjuluran dari bagian endoserviks atau
intramukosal serviks dengan variasi eksternal atau regio vaginal serviks. Dari
sekitar 25.000 spesimen ginekologik dengan 4% polipserviks, Farrar dan
Nedosshanya menemukan sedikit sekali polip yang berasal dari ektoserviks (pars
vaginalis).(3)
Terdapat dua tipe utama polip serviks, yaitu endoserviks dan ektoserviks.
Sebagian besar adalah polip endoserviks berupa tumor kecil, biasanya tumor
bertangkai (tetapi kadang-kadang tanpa tangkai), terdiri atas epitel kolumnar
proliferative dengan struktur pendukung jaringan penghubung dan pembuluh
darah. Polip ini berasal dari endoserviks dan dapat terjadi pada ostium eksterna
sebagai tumor berdiameter beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter,
merah, lunak, rapuh, dan bertangkai yang panjangnya dapat mencapai 1 cm atau
lebih.(4)
Penyebab polip tidak diketahui, tetapi berkaitan dengan peningkatan usia,
inflamasi, trauma. Polip berkembang sebagai hasil dari hyperplasia fokal
endoserviks, yang dapat diakibatkan oleh inflamasi kronik, respons lokal
abnormal stimulasi hormonal, atau kongesti vascular local pembuluh darah
servikal.
Polip merupakan lesi atau tumor padat serviks yang paling sering
dijumpai. Polip serviks merupakan kasus yang umum terjadi, khususnya pada
multigravida dengan usia lebih dari 20 tahun. Jarang terjadi sebelum menarke dan
dapat terjadi setelah menopause. Polip asimptomatik biasanya ditemukan pada
pemeriksaan pelvis rutin. Sebagian besar bersifat jinak.(1,3) Polip serviks umumnya
dan paling sering terjadi pada wanita perimenopause dan multigravida pada
dekade ke-3 hingga ke-5 kehidupan. Terdapat hubungan antara polip serviks dan
polip endometrium. Wanita post menopause dengan polip serviks sering disertai
polip endometrium.(5)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Polip serviks merupakan neoplasma serviks yang berukuran kecil
dan bertangkai, sebagian besar berkembang dari mukosa canalis
endoserviks.Sebagian lainnya berasal dari portio.Polip terdiri atas stroma
jaringan ikat dengan vaskularisasi yang dilapisi oleh epitelium columnar,
squamocolumnar atau skuamosa.Polip serviks didefinisikan sebagai
pertumbuhan lokal epitelium endoserviks.(1,2) Tumor ini merupakan
penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks dengan
variasi eksternal atau regio vaginal serviks. Dari sekitar 25.000 spesimen
ginekologik dengan 4% polip serviks, Farrar dan Nedoss hanya
menemukan sedikit sekali polip yang berasal dari ektoserviks (pars
vaginalis).(3)
Ada dua tipe utama polip serviks, yaitu endoserviks dan
ektoserviks.Sebagian besar adalah polip endoserviks berupa tumor kecil,
biasanya tumor bertangkai (tetapi kadang-kadang tanpa tangkai), terdiri
atas epitel kolumnar proliferative dengan struktur pendukung jaringan
penghubung dan pembuluh darah.Polip ini berasal dari endoserviks dan
dapat terjadi pada ostium eksterna sebagai tumor berdiameter beberapa
millimeter sampai beberapa sentimeter, merah, lunak, rapuh, dan
bertangkai yang panjangnya dapat mencapai 1 cm atau lebih.(4)

2.2 Epidemiologi
Polip merupakan lesi atau tumor padat serviks yang paling sering
dijumpai.Polip serviks merupakan kasus yang umum terjadi,khususnya
pada multigravida dengan usia lebih dari 20 tahun. Jarang terjadi sebelum
menarke dan dapat terjadi setelah menopause.Polip asimptomatik biasanya
ditemukan pada pemeriksaan pelvis rutin. Sebagian besar bersifat
jinak.(1)(3)Polip serviks umumnya dan paling sering terjadi pada wanita

3
perimenopause dan multigravida pada dekade ke-3 hingga ke-5 kehidupan.
Terdapat hubungan antara polip serviks dan polip endometrium.Wanita
post menopause dengan polip serviks sering disertai polip endometrium.(5)

Gambar 2.1. Polip serviks

2.3 Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab polip tidak diketahui, tetapi berkaitan dengan
peningkatan usia, inflamasi, dan trauma. Polip berkembang sebagai hasil
dari hyperplasia fokal endoserviks, yang dapat diakibatkan oleh inflamasi
kronik, respons lokal abnormal stimulasi hormonal, atau kongesti vaskular
lokal pembuluh darah servikal. Polip sering ditemukan bersamaan dengan
hyperplasia endometrium, dengan peranan adanya hiperestrogenisme.(1,5)

2.4 Manifestasi klinis


Perdarahan postkoitus atau intermenstrual merupakan symptom
umum polip serviks.Leucorrhea dan hypermenorrhea juga dapat terjadi
pada polip serviks. Perdarahan postmenopause dapat terjadi pada pasien
usia tua. Derajat perdarahan berkaitan dengan derajat ulserasi yang terjadi.
Infertilitas dapat terjadi pada polip serviks dan cervicitis.(1,2)
Polip serviks tampak sebagai massa berwarna merah, lembut,
dengan proyeksi seperti jari dari kanalis servikalis. Polip terdiri atas

4
panjang 1-2 cm, dan diameter 0,5-1 cm. polip sangat lunak ketika
dilakukan pemeriksaan oleh jari-jari pemeriksa. Polip serviks ditandai
dengan adanya lesi tunggal berwarna merah, lunak, dengan massa
lobular.(1,2)
Polip dapat bersifat asimtomatik dan ditemukan pada pemeriksaan
ginekologi rutin.Ulserasi dan kongesti vaskular biasanya menyebabkan
perdarahan uterus disfungsional.Polip yang lebih besar dapat
menyebabkan perdarahan periodik. Simptom yang terjadi bisa sama
dengan stadium awal kanker serviks.(5)

Gambar 2.2. Gambaran inspekulo pada polip serviks

2.5 Diagnosis
Diagnosis polip serviks ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Pada anamnesis, dapat
ditemukan manifestasi klinis polip serviks yang telah dijelaskan
sebelumnya. Pada pemeriksaan ginekologi akan didapatkan Polip pada
serviks yang bervariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah
terang, rapuh, dan strukturnya menyerupai spons.(3)
Kebanyakan polip ditemukan berupa penjuluran berwarna merah
terang yang terjepit atau keluar dari ostium serviks.Walaupun sebagian
besar polip berdiameter kecil tetapi pertumbuhannya mungkin saja

5
mencapai ukuran beberapa sentimeter. Panjang tangkai polip juga
bervariasi dari ukuran dibawah 1 cm (protrusi melalui ostium serviks)
hingga mencapai beberapa sentimeter sehingga memungkinkan ujung
distal polip mencapai atau keluar dari introitus vagina.(3)
Bila polip serviks berasal dari ektoserviks maka warna polip
menjadi lebih pucat dan strukturnya lebih kenyal dari polip endoserviks.
Ukuran polip ektoserviks dapat mencapai diameter beberapa sentimeter
dan tangkainya dapat mencapai ukuran yang sama dengan jari
kelingking.(3)

Gambar 2.3.Polip serviks

Pada pemeriksaan x-ray, letak polip pada canalis endocervix dapat


diketahui dengan pemeriksaan histerosalpingografi atau
sonohysterography infuse saline. Pada temuan laboratorium, sitologi
vaginal dapat menemukan adanya infeksi dan bahkan sel-sel atipikal
ringan. Temuan pemeriksaan darah dan urine tidak spesifik untuk polip
serviks.(1)
Pemeriksaan mikroskopik mengkonfirmasi diagnosis polip jinak.
Pada pemeriksaan mikroskopik, stroma dari polip terdiri atas jaringan ikat
fibrosa yang mengandung sejumlah pembuluh darah kecil di tengah.
Kadang terdapat ekstravasasi darah dan infiltrasi stroma oleh sel-sel

6
inflamasi (neutrophil PMN, limfosit dan sel plasma). Secara mikroskopik,
polip ektoserviks lebih bersifat fibrosa dibandingkan dengan polip
endoserviks, dengan sedikit atau tanpa glandula mucus. Polip dilapisi oleh
epitelium skuamosa bertingkat.(1)
Gambaran histopatologis polip adalah sama dengan jaringan
asalnya. Umumnya permukaan polip tersusun atas selapis epitel kolumnar
yang tinggi (seperti halnya endoserviks), epitel kelenjar serviks, dan
stroma jaringan ikat longgar yang diinfiltrasi oleh sel bulat dan edema.
Tidak jarang, ujung polip mengalami nekrotik atau ulserasi sehingga
menimbulkan perdarahan terutama paska senggama. Epitel endoserviks
pada polip seringkali mengalami metaplasia skuamosa dan serbukan sel
radang sehingga menyerupai degenerasi ganas.(3,6)
Pemeriksaan histologis menunjukkan struktur papillar jaringan ikat
dan elongasi peduncular stroma. Gambaran sitologi apusan menunjukkan
epitelium columnar endoserviks dengan vakuolasi sitoplasmik dan
pembesaran nuclear ringan. Histologi polip serviks sama seperti canalis
endoserviks, dengan lapisan sel kolumnar tunggal dan glandula servikalis.
Kongesti vaskular, edema, inflamasi biasanya terjadi. Banyak polip
endoserviks menunjukkan metaplasia skuamosa, yang secara sitologi
menyerupai dysplasia.(5,7)

2.6 Diagnosis banding


Diagnosis banding polip serviks antara lain: (2,5)
a. Adenomyoma
b. Adenocarcinoma
c. Condyloma acuminate
d. Fibroadenoma
e. Jaringan granulasi
f. Leiomyomata atau prolapses mioma submukosa endometrium
g. Hyperplasia endoservikal mikroglandular
h. Adenofibroma papillar

7
i. Sarcoma
j. Karsinoma sel skuamosa
k. Papilloma skuamosa
l. Prolaps myoma
m. Leiomyosarcoma

Massa yang berasal dari serviks dapat berupa polipoid, tetapi


bukan polip. Adenokarsinoma endometrium atau sarcoma endometrium
bisa terdapat pada OUE, dan dapat disertai perdarahan. Polip tipikal tidak
sulit untuk didiagnosis dari inspeksi kasar, tetapi ulserasi dan pertumbuhan
atipikal harus dibedakan dari mioma pedunkulated submukosa kecil atau
polip endometrium yang terletak rendah pada uterus.(1)

Gambar 2.4.Polip serviks tampak sebagai massa kemerahan

2.7 Penatalaksanaan
Karena pada umumnya polip bertangkai dan dasarnya mudah
terlihat, maka dapat diekstirpasi dengan mudah. Setelah melakukan
pemutaran tangkai, biasanya juga dilakukan pembersihan dasar tangkai
dengan kuret atau kerokan. Untuk meminimalisasi jumlah perdarahan,
dapat dilakukan pemutusan tangkai polip dengan kauter unipolar/bipolar.
Apabila jumlah polip lebih dari satu dan dasar polip menjadi lebih sulit

8
untuk dilihat secara langsung, sebaiknya dilakukan tindakan dilatasi
serviks sebelum tindakan ekstirpasi atau kauterisasi. Setelah dikeluarkan,
dilakukan kauterisasi untuk mencegah perdarahan dan regenerasi polip.
Intervensi dapat dilakukan tanpa anestesi umum, dan juga bisa tanpa
anestesi lokal, karena mukosa endoserviks tidak sensitive terhadap
nyeri.(3,7)
Sebagian besar polip dapat dikeluarkan dengan sedikit perdarahan
hingga terjadi avulsi pada pertumbuhan polipnya. Jika serviks lunak dan
berdilatasi, serta polip berukuran besar, histeroskopi dapat dilakukan,
khususnya jika pedikel tidak dapat terlihat.Eksplorasi cavum uteri dan
serviks dengan histeroskop dapat mengidentifikasi polip lainnya. Seluruh
jaringan harus dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi untuk
memeriksa kemungkinan kondisi premalignant atau malignan.(1)
Setelah polip dikeluarkan, pasien harus menghindari hubungan
seksual hingga beberapa hari. Follow up harus dilakukan dalam 1-2
minggu. Penting untuk dilakukan pemeriksaan kembali, untuk mengetahui
ada tidaknya pertumbuhan kembali polip, karena rekurensi dapat terjadi.(5)

2.8 Prognosis
Simple removal polip serviks bersifat kuratif. Insidensi perubahan
keganasan pada polip serviks <1%. Karsinoma sel skuamosa merupakan
tipe paling sering, kemudian dapat juga adenokarsinoma. Kanker
endometrium dapat menimbulkan polip sekunder. Sarkoma jarang
berkembang dari polip. Iritasi dan perdarahan kronis dapat menyebabkan
servicitis, endometritis, dan parametritis. Salpingitis dapat berkembang
jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik. Karena polip merupakan
fokus potensial untuk kanker, harus dilakukan pemeriksaan rutin untuk
kecurigaan malignan setelah dilakukan ekstirpasi. Kekambuhan sering
terjadi, bukan karena polip yang bersifat residif tetapi karena faktor-faktor
penyebab timbulnya polip tetap ada. Komplikasi lokal polip adalah torsi,
nekrosis ujung polip dan infeksi.(1,4)

9
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 15Agustus 2016. Ruangan: Nifas atas RSAP


Jam : 09:00 WITA.

IDENTITAS
Nama : Ny. M Nama Suami : Tn. I
Umur : 47 tahun Umur : 41 tahun
Alamat : Biromaru Alamat : Biromaru
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Spd Pendidikan : Spd

ANAMNESIS
P2A0 Menarche : 13 tahun
HPHT : Sudah tidak haid sejak  1 tahun lalu. Perkawinan : pertama 25 th

 Keluhan Utama :
Perdarahan berupa flek-flek setelah berhubungan
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk dengan keluhan adanya perdaharan berupa flek-flek
berwarna merah segar yang dirasakan sejak  4 bulan yang lalu, selain itu
pasien juga mengeluhkan adanya nyeri setelah melakukan hubungan sehingga
pasien 2 bulan terakhir sudah tidak berani melakukan hubungan dengan
suami, pasien juga mengeluhkan adanya keputihan yang banyak dan perut
terasa nyeri. 1 tahun terakhir pasien juga mengatakan sudah tidak pernah
mengalami menstruasi, sebelumnya saat masih mengalami menstruasi pasien
mengatakan siklus haid teratur dan tidak ada nyeri perut selama menstruasi.
Buang air kecil dan buang air besar lancar.

10
 Riwayat Obstetri :
Pasien pernah hamil sebelumnnya dan memiliki 2 orang anak,
pertama anak laki-laki berusia 22 tahun dengan berat badan lahir 3100 gram,
pasien melahirkan secara spontan ditolong oleh bidan di RS.BK palu, dan
anak kedua perempuan usia 16 tahun dengan berat badan lahir 2900 gram,
lahir spontan ditolong bidan di RS.BK Palu.
 Riwayat penggunaan kontrasepsi :
Pasien mengaku menggunakan AKDR selama  10 tahun.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
- Hipertensi (-)
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Diabetes melitus disangkal
- Riwayat asma (-)
- Riwayat alergi (-)

PEMERIKSAAN FISIK

KU : Baik Tekanan Darah: 120/80 mmHg


Kesadaran : Composmentis Nadi : 80x/menit
BB : 65 Kg Respirasi : 20x/menit
TB : 156 cm Suhu : 36,6ºC

 Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis -/-, sklera Ikterik -/-, pupil isokor D = 3 mm. Pembesaran
Kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)
 Thoraks :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas paru-hepar
SIC VII midklaviadeksra, batas jantung dalam batas normal.

11
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung
I/II murni reguler
 Abdomen :
I : Tampak perut datar, seirama gerak nafas, sikatrik (-) stria (-).
A : Peristaltik (+), kesan normal.
P : Timpani.
P : Nyeri tekan (+) suprapubik, tidak teraba massa tumor.
 Genitalia :
Pemeriksaan dalam (VT) :
- Vulva : Tidak ada kelainan
- Vagina : Kesan normal
- Porsio : Tebal lunak, teraba massa bentuk bulat irreguler,
konsistensi kenyal, mobile, dan tidak ada nyeri.
Inspekulo :
Tampak massa tunggal keluar dari OUE berwarna merah terang,
dengan diameter  3 cm, bentuk bulat dan irreguler.

 Ekstremitas :
Atas : Akral hangat (-/-), edema (-/-)
Bawah : Akral hangat (-/-), edema (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium :
Parameter Hasil Satuan Range Normal

WBC 10,6 103 /uL 3,8 – 10,6


RBC 4,8 106/uL 3,60 – 5,80
HGB 12,8 g/dL 12 – 16,0
HCT 37,4 % 35-47
PLT 283 103/uL 150 –440
CT 7’ 00” Menit 4 - 12
BT 3’ 39” Menit 1-4

12
HbsAg : non reaktif
Hasil USG: tidak tampak kelainan pada usg ginekologi

RESUME
Perempuan 47 tahun, PIIA0 masuk dengan keluhan adanya perdaharan
berupa flek-flek berwarna merah segar yang dirasakan sejak  4 bulan yang lalu,
nyeri setelah melakukan hubungan (+) sehingga pasien 2 bulan terakhir sudah
tidak berani melakukan hubungan dengan suami, keputihan (+) banyak dan perut
terasa nyeri, menstruasi (-) 1 tahun terakhir, riwayat menstruasi sebelumnya
teratur. Buang air kecil dan buang air besar lancar.
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, konjungtiva
anemis -/-, pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pemeriksaan dalam vulva
tidak ada kelainan, vagina kesan normal, porsio tebal lunak teraba massa bentuk
bulat irreguler, konsistensi kenyal, mobile, dan tidak ada nyeri. Pemeriksaan
inspekulo : tampak massa tunggal keluar dari OUE berwarna merah terang,
dengan diameter  3 cm, bentuk bulat dan ireguler. Pemeriksaan laboratorium
dalam batas normal. Hasil USG Ginekologi : tidak tampak adanya kelainan.

DIAGNOSIS
Polip serviks.

13
PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Pasang kateter
- Rencana ekstirpasi + kuretase

14
FOLLOW UP

16 Agustus 2016
S : Perdarahan (+), sakit perut (+). Demam (-), sakit kepala (-), pusing (-), mual(-),
muntah (-). BAB (+) biasa, BAK lancar (+).
O : KU sedang, composmentis
TTV : TD 120/80 mmHg. N 80 x/m. R 20 x/m. S 36,60C.
Mata Konjungtiva Anemis -/-
Nyeri tekan suprapubik (+)
A : Polip serviks
P: - IVFD RL 20 tetes/menit
- R/ rencana ekstirpasi hari ini

Laporan ekstirpasi :
- Pasien dibaringkan dalam posisi litotomi dibawah pengaruh anestesi
- Desinfeksi daerah operasi dan sekitarnya
- Pasang spekulum Sims anterior dan posterior
- Tampak massa polip serviks berwarna merah dengan diameter  2 cm
dan mudah berdarah yang keluar dari OUE
- Dilakukan penjepitan massa polip serviks dengan tenaculum kemudian
di puntir sampai tampak tangkai polip yang berasal dari OUE
- Dilakukan ekstirpasi polip serviks dengan ukuran 3x4x3,5 cm
- Spekulum sims anterior dilepaskan
- Dilakukan pemasangan tenakulum pada portio arah jam 11
- Dilakukan sondase uterus
- Dilakukan kuretase pada endoserviks dan endometrium hingga kesan
bersih
- Tenaculum dilepas, kontrol perdarahan
- Bersihkan sisa-sisa lapangan operasi
- Lepas spekulum posterior
- Operasi selesai.

15
Instruksi Post Operasi :
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam
- Inj. Ketorolac /8 jam
- Inj. Ranitidine /8 jam
- Inj. Transamin/8 jam
- Inj.Ondansentron/ 8 jam(kp)
- Dilakukan pemeriksaan Patalogi anatomi pada jaringan yang
dikeluarkan.
- Observasi TTV, PPV.
- Cek HB 2 jam post op.

17 Agustus 2016
S : Perdarahan (-), sakit perut (+). Demam (-), sakit kepala (-),pusing (-), mual(-),
muntah (-). BAB (-), BAK lancar (+).
O : KU sedang, composmentis
TTV : TD 130/80 mmHg. N 82 x/m. R 18 x/m. S 36,50C.
Mata Konjungtiva Anemis -/-. Nyeri tekan abdomen (-)
WBC 10,9 x 103 mm3/L, Hgb 12,4 gr/dl, Hct 35,1 %, Plt 278 x 103 mm3/L,
Rbc 4,4 x 106 mm3/L.
A : Post ekstirpasi polip serviks hari ke-1
P: - IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam
- Inj. Ketorolac /8 jam
- Inj. Ranitidine /8 jam
- Inj. Transamin/8 jam
- Inj.Ondansentron/ 8 jam

18 Agustus 2016
S : Perdarahan (-), sakit perut (-). Demam (-), sakit kepala (-),pusing (-), mual(-),
muntah (-). BAB (+), BAK lancar (+).

16
O : KU baik, composmentis
TTV : TD 120/80 mmHg. N 78 x/m. R 18 x/m. S 36,60C.
Mata Konjungtiva Anemis -/-. Nyeri tekan abdomen (-).
A : Post ekstirpasi polip serviks hari ke-2
P: - Aff infus
- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Pasien diperbolehkan pulang (kontrol di Polikinik KIA)

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis Polip serviks pada pasien ini berdasarkan hasil


anamnesis dimana pasien datang dengan keluhan perdarahan berupa flek-flek
berwarna merah segar yang dirasakan sejak  4 bulan yang lalu, selain itu pasien
juga mengeluhkan adanya nyeri setelah melakukan hubungan suami istri. Pasien
juga mengalami keputihan dan tidak mengalami menstruasi selama 1 tahun
terakhir.
Pada pemeriksaan fisik khususnya pemeriksaan dalam didapatkan hasil
portio tebal lunak teraba massa berbentuk bulan irreguler, konsistensi kenyal,
mobil dan tidak nyeri. Pemeriksaan inspekulo tampak massa tunggal keluar dari
OUE berwarna merah terang dengan diameter  3 cm, bentuk bulat dan ireguler.
Dilakukan pemeriksaan USG Ginekologi namun hasilnya menunjukkan tidak ada
kelainan. Sehingga dapat didiagnosis dengan polip serviks.
Berdasarkan teori, polip serviks dapat ditegakkan apabila ditemukan gejala
perdarahan diluar siklus menstruasi, perdarahan setelah koitus, perdarahan setelah
menopause. Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus merupakan gejala umum
untuk polip serviks. Leucorrhea dan hypermenorrhea juga dapat terjadi pada polip
serviks.
Diagnosis polip serviks juga dapat ditegakkan dengan cara menginspeksi
serviks menggunakan spekulum. Dimana polip serviks tampak sebagai massa
berwarna merah, lembut, dengan proyeksi seperti jari dari kanalis servikalis. Polip
terdiri atas panjang 1-2 cm, dan diameter 0,5-1 cm. polip sangat lunak ketika
dilakukan pemeriksaan oleh jari-jari pemeriksa. Polip serviks ditandai dengan
adanya lesi tunggal berwarna merah, lunak, dengan massa lobular. Hal ini yang
didapatkan pada pasien ini. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan pemeriksaan
untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks dan endometrium.
Penatalaksanaan untuk polip serviks pada pasien ini adalah kuretase
dengan ekstirpasi tangkai polip. Hal ini sesuai dengan prinsip penatalaksanaan
pada polip serviks ialah sebagai dilakukan ekstirpasi pada tangkainya, dilakukan

18
kuretase sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan, dan hasil pemeriksaan
menentukan terapi lebih lanjut. Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di
poliklinik atau tempat praktik. Hal ini karena sebagian besar polip serviks
berukuran kecil. Teknik pembuangan polip serviks yang berukuran kecil
umumnya tidak sulit. Biasanya dengan cara memfiksasi pedikel menggunakan
hemostat atau instrument pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga
lepas. Perdarahan yang terjadi biasanya sedikit.
Polip serviks yang berukuran besar biasanya dilakukan eksisi di ruang
operasi. Pada tindakan ini, pasien perlu di anestesi dan selama eksisi dilakukan,
perdarahan harus dikontrol. Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip
cukup besar, maka histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar
dilihat. Eksplorasi serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan
untuk mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu.
Seluruh jaringan yang diambil perlu diperiksa secara histopatologi anatomi
untuk menilai secara spesifik apakah massa polipoid berdegenerasi jinak, pre-
maligna, atau malignansi. Tujuan dari kuretase adalah mengangkat polip rahim
dengan cara mengikis dinding bagian dalam rahim. Hal ini bertujuan juga untuk
mengumpulkan specimen (contoh jaringan) untuk pengujian laboratorium. Dokter
juga dapat melakukan kuretase dengan bantuan dari hysteroscope, yang
memungkinkan dokter untuk melihat bagian dalam rahim sebelum dan setelah
prosedur.
Prognosis dari pasien ini adalah dubia diakibatkan hasil pemeriksaan
patologi anatomi tidak diketahui dan pasien tidak melakukan kontrol kembali
pasca keluar dari rumah sakit.
Teori mengatakan bahwa Pengangkatan polip merupakan tindakan yang
cukup kuratif, biasanya keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya, namun tetap
harus diwaspadai jika sebelumnya polip sudah terinfeksi terlebih dahulu karena
bisa menjadi salpingitis. Karena polip merupakan fokus potensial untuk kanker,
harus dilakukan pemeriksaan rutin untuk kecurigaan malignan setelah dilakukan
ekstirpasi. Kekambuhan sering terjadi, bukan karena polip yang bersifat residif
tetapi karena faktor-faktor penyebab timbulnya polip tetap ada. Prognosis 99%

19
polip serviks akan tetap jinak dan insidensi perubahan keganasan pada polip
serviks <1%.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. DeCherret, A., Nathan, L, Goodwin, M, Laufer, N, Roman, A. Current


Diagnosis & Treatment in Obstetrics and Gynaecologic 11th Edition. McGraw
Hills. USA,2012.
2. Ostrzenski, A. Gynecology: Integrating Conventional, Complementary, and
Natural Alternative. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia, 2002.
3. Anwar, M, Baziad, A, Prabowo, RP. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2011.
4. Benson, RC, Pernoll, ML. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 2009.
5. Zuber, TJ, Mayeaux, EJ. Atlas of primary care procedures. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia, 2004.
6. Taber, B. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta, 1994.
7. Nauth, HF. Gynecologic cytology. Thieme. Stuttgart, 2007.

21

Anda mungkin juga menyukai