Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AGROINDUSTRI

LIDAH BUAYA
(Studi Kasus: Usaha Agroindustri Lidah Buaya Duta Purnama di Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru)

AGROINDUSTRY BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGIES


OF ALOE VERA
(case study : Agroindustrial Of Aloe Vera Duta Purnama In District
Sidomulyo Barat Tampan Pekanbaru City)

Sakinah Rahmadhani1 , Suardi Tarumun2, Eliza2


Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau
Sakinah.Ozil11@gmail.com, 0852 658 885 835

ABSTRACT
The purposes of this research are to analyze net income, efficiency and
BEP (Break Even Point) of agro-industrial business of Aloe vera of Duta Purnama
and to draft the development strategy that can be applied to this agro-industrial
business. The data used in this research are primary data and secondary data. The
data analysis method used in this research are basic business analysis by counting
the income, profit, efficiency (RCR), BEP unit, BEP income, SWOT analysis and
AHP (analytic hierarchy process). Seen from the value of profit, Duta Purnama,
the agro-industrial business, has a very promising prospect. It can be known from
the result of the research that the RCR values of Nata De Aloe and Duta
Purnama’s cracker business are respectively 1.86 and 1.43. The first main strategy
and can be applied to develop the business by using AHP is maintaining the
competitive price of products.

Keywords: Income, Efficiency (RCR), Strategy, SWOT Analysis and AHP.

PENDAHULUAN kesempatan yang seluas-luasnya


Sektor pertanian memiliki kepada usaha rakyat. Karena itu,
peran penting dalam pertumbuhan untuk mengembangkan ekonomi
ekonomi nasional (Soekartawi, rakyat, usaha industri rumah tangga
2005), karena merupakan sektor (home industry) harus dikembangkan
yang memberikan lapangan kerja (Yasin, 2002).
yang luas bagi rakyat, sehingga Salah satu usaha agroindustri
sektor pertanian ini dapat disebut rumah tangga yang mulai diminati
sebangai penunjang ekonomi oleh masyarakat Indonesia adalah
kerakyatan. lidah buaya. (Aloe vera (L.) Webb.)
Ekonomi kerakyatan harus Lidah buaya memiliki nutrisi lengkap
mendapat tempat dan perhatian yang yang memiliki fungsi sebagai
baik. Tetapi tempat dan perhatian antioxidan. Hal itu menunjukkan
saja tidaklah cukup, yang diperlukan bahwa lidah buaya memiliki
adalah bentuk tindakan yang nyata permintaan yang tinggi. Lidah buaya
dari perhatian tersebut. Sistem merupakan tanaman yang telah lama
ekonomi kerakyatan harus memberi dikenal di Indonesia karena

1. Mahasiswa Fakultas Pertanian UR


2. Dosen Fakultas Pertanian UR

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


kegunaannya sebagai tanaman obat Untuk menghitung
untuk aneka penyakit (Suisnaya, penerimaan pengusaha agroindustri
2009). lidah buaya digunakan rumus
Kemudian lidah buaya saat ini (Soekartawi, 2005):
banyak dicari orang sebagai TR = Y . Py
konsumsi sehari-hari. Karena itu Dimana:
potensi untuk mengembangkan TR = Pendapatan kotor.
tanaman lidah buaya sebagai bahan Y = Jumlah produksi
baku industri di negara maju berupa (kemasan/bulan).
makanan dan minuman. Tujuan Py = Harga produksi
ekspor terbesar lidah buaya adalah (Rp/kemasan).
Jepang, karena Jepang membutuhkan Untuk menghitung pendapatan
lidah buaya perbulannya sebesar 300 bersih pada analisis ekonomi
ton (Jurnal Asia, 2013). Agroindustri lidah buaya digunakan
Di Pekanbaru terdapat usaha rumus: (Soekartawi, 2005).
agroindustri lidah buaya yaitu Duta Π = TR – TC
Purnama. Usaha ini telah berdiri Π = Y . Py – (TVC + TFC)
sejak tahun 2004. Kemudian usaha Keterangan:
ini memproduksi dua produk yaitu Π = Pendapatan bersih
nata de aloe dan kerupuk lidah agroindustri (Rp/bulan).
buaya. Usaha lidah buaya Duta Y = Jumlah produksi
Purnama ini merupakan salah satu (kemasan/bulan).
home industry yang mampu bersaing P = Harga produksi agroindustri
dipasaran. lidah buaya (Rp/kemasan)
Adapun tujuan dari penelitian TVC = Jumlah penggunaan biaya
ini adalah menganalisis usaha variable (Rp/bulan)
agroindustri lidah buaya Duta TFC = Jumlah penggunaan biaya
Purnama (penerimaan, pendapatan tetap yang digunakan
bersih, efisien dan BEP) dan (Rp/bulan).
menyusun strategi pengembangan Untuk menghitung
yang dapat diterapkan pada usaha penyusutan peralatan digunakan
agroindustri lidah buaya Duta metode garis lurus (Stright Line
purnama. Method).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan
terhitung bulan Juni 2013 sampai
dengan bulan Oktober 2013. Jenis Keterangan:
data yang dikumpulkan adalah data P = Nilai penyusutan
primer dan data skunder. Data primer (Rp/bulan).
diperoleh dari wawancara langsung B = Nilai beli alat (Rp/bulan).
dengan pengrajin usaha agroindustri S = Nilai sisa (20% dari nilai
Duta Purnama dengan menggunakan beli (Rp/bulan).
kuisioner yang telah disediakan. Data N = Umur ekonomis aset.
sekunder bersumber dari pemilik Untuk menghitung efisiensi
usaha agroindustri, instansi terkait, usaha agroindustri lidah buaya
jurnal buku pendukung penelitian dilakukan dengan analisis Return
dan literatur yang lainnya. Cost Ratio (RCR):

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


RCR = TR / TC Keterangan :
BEP penerimaan (Rp) = Nilai impas
Keterangan : penerimaan
RCR = Return Cost Ratio (%). TFC = Biaya tetap.
TR = Total penerimaan (Rp/ AVC = Biaya variabel rata-rata.
bulan). P = Harga per unit.
TC = Total biaya produksi Analisis SWOT membantu
(Rp/bulan). dalam penyusunan suatu strategi
Dengan kriteria sebagai berikut: dengan mengkombinasikan aspek-
- RCR >1= Setiap Rp.1 yang aspek kekuatan dan kelemahan
dikeluarkan menghasilkan dalam faktor internal dan dengan
penerimaan dari satu aspek-aspek peluang dan ancaman
rupiah,berarti agroindustri pada faktor eksternal.
menguntungkan dan layak untuk
diteruskan. Tabel 1. Matrks SWOT
- RCR=1= Setiap Rp.1 yang Faktor
dikeluarkan menghasilkan Intern STRENGH WEAKNES
TS (S) SES (W)
penerimaan satu rupiah, berarti Faktor- Faktor-
agroindustri berada pada titik faktor faktor
impas (balik modal). kekuatan kelemahan
- RCR<1 = Setiap Rp.1 yang suatu suatu
dikeluarkan menghasilkan Faktor organisasi organisasi
Ekstern
penerimaan kecil dari 1, berarti
agroindustri mengalami kerugian
dan tidak layak untuk diteruskan.
OPPORT STRATEGI STRATEGI
Menurut Firdaus (2008), rumus UNITIES S-O W-O
(O) Adanya Peluang
titik impas penerimaan atas dasar peluang eksternal
unit produksi adalah sebagai berikut : Faktor- eksternal terbuka
faktor dan ada tetapi ada
BEP Penerimaan (Q) = peluang kekuatan kelemahan
suatu internal pada internal
organisasi

Keterangan :
BEP penerimaan (Q) = Nilai impas THREAT STRATEGI STRATEGI
unit produksi S (T) S-T W-T
Faktor- Ada Berusaha
TFC = Biaya tetap.
faktor ancaman meminimalk
P = Harga per unit. ancaman eksternal, an
AVC = Biaya variabel rata-rata. suatu namun kelemahan
Perhitungan BEP atas dasar organisasi secara yang ada
unit rupiah dapat dilakukan dengan internal ada serta
kekuatan menghindari
menggunakan rumus berikut :
ancaman
Sumber : Rangkuti 2001
BEP penerimaan (Rp) = Setelah dilakukan analisis SWOT
maka diteruskan dengan
menggunakan analisis A’WOT yaitu
penggabungan antara analisis AHP
(Analytic Hierarchy Process) dan

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


analisis SWOT (Strengths– keputusan. AHP mengukur
Weaknesses–Opportunities-Threats). konsistensi menyeluruh dari berbagai
Penentuan faktor-faktor dari pertimbangan melalui suatu rasio.
setiap komponen SWOT dan Nilai rasio konsistensi paling tinggi
pembobotan diperoleh dari hasil 0,10, jika lebih maka pertimbangan
wawancara dengan responden expert. yang telah dilakukan perlu
Dan yang menjadi expert dalam diperbaiki.
penelitian ini adalah 1 pengrajin
usaha, 2 tenaga kerja, 2 orang HASIL DAN PEMBAHASAN
konsumen, sehingga yang menjadi Profil Agroindustri Lidah Buaya
expert nya adalah sebanyak 5 orang Duta Purnama
Expert. Sejarah Singkat Usaha
Langkah-langkah analisis Agroindustri Duta Purnama
A’WOT ini adalah sebagai berikut : Usaha agroindustri lidah
1. Menyusun matriks SWOT ini buaya Duta Purnama didirikan oleh
terdiri dari empat kuadran yaitu Bapak Fachri pada tahun 2004 yang
kekuatan dan kelemahan yang berlokasi di Kecamatan Tampan
merujuk pada situasi lingkungan Kota Pekanbaru. Usaha ini
internal. Kuadran peluang dan merupakan salah satu usaha
ancaman merujuk pada situasi agroindustri rumah tangga yang
lingkungan eksternal. bergerak dibidang pengolahan nata
2. Menyusun struktur hierarki de aloe dan kerupuk lidah buaya.
berdasarkan matriks SWOT Seiring berjalannya waktu
yang diawali dengan tujuan, pengusaha menjual nata de aloe ke
kriteri, faktor dan empat tipe Pasar Tradisional. Kemudian dijual
strategi. ke Toko Cik Puan, Toko Roti Hoya
3. Berdasarkan matriks SWOT dan Pasar Buah Pekanbaru.
inilah dilakukan perbandingan Profil Pengusaha
berpasangan (horizontal) Kareteristik tersebut dapat
menggunakan analisis AHP dilihat dari umur, tingkat pendidikan,
sehingga diperoleh keputusan jumlah tanggungan keluarga dan
alternatif yang diprioritaskan. pengalaman berusaha.
Alat bantu untuk perangkingan
digunakan software Expert Tabel 2. Identitas Anggota Keluarga
Choice. Pengusaha Agroindustri
4. Membuat Matriks Perbandingan Lidah Buaya Duta Purnama
Antara Komparasi Berpasangan. Hubungan Umur
Keluarga (Th) Pendidikan Pekerjaan
5. Membuat Skala Nilai
Perbandingan Berpasangan. Suami 47 D3 Wirausaha
Nilai yang terisi pada matriks Istri 36 D3 -
perbandingan model AHP Anak 12 SMP Pelajar
menunjukkan nilai kepentingan Anak 9 SD Pelajar
relatif suatu elemen lain dengan Anak 8 SD Pelajar
melihat faktor pembandingnya. Anak 2
(Dermawan, 2005).
6. Pengambilan Keputusan. Pada Tabel 2 dapat kita lihat
Tingkat konsistensi perlu bahwa umur pengusaha Duta
diperhatikan dalam pengambilan Purnama adalah 47 tahun, dilihat dari

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


segi umur pengusaha termasuk dalam Tabel 3. Identitas Tenaga Kerja
angkatan kerja produktif. Sesuai Agroindustri Lidah Buaya
dengan pendapat Sukirno (2006), Duta Purnama
bahwa usia produktif kisaran usia 15- Hubungan Umur
Pendidikan
59 tahun. Dengan usia pengusaha keluarga (tahun)
yang produktif, maka pengusaha Kakak 49 SMA
dapat secara langsung berperan aktif Adik 40 SMA
dalam kegiatan usaha agroindustri
Adik 36 SMP
lidah buaya Duta Purnama Sumber : Data Primer, olahan 2013
Kemudian pendidikan Dari Tabel 3 dapat dijelaskan
berdasarkan sampel yang diambil pendidikan tenaga kerja cukup tinggi
tingkat pendidikan pengusaha yaitu dan usianya masih tergolong
sampai D3. Selanjutnya jumlah produktif, sehingga dapat membantu
anggota keluarga sampel meliputi untuk mengembangkan usaha
istri dan 4 anak. Kemudian tersebut. Walaupun begitu pengusaha
pengalaman yang dimiliki pengusaha sedikit kesulitan saat proses
yaitu 9 tahun. pengolahan, karena tenaga kerja
yang tersedia tidak begitu paham
Faktor-Faktor Produksi dengan takaran rasa nata de aloe dan
Modal kerupuk lidah buaya. Sehingga
Menurut Sukirno (2006), pengusaha harus sedikit membantu
pengertian modal terdapat 2 aspek tenaga kerja pada proses produksi.
yaitu, (1) adalah benda-benda yang Namun begitu menurut pengusaha
digunakan untuk memproses dan tenaga kerja yang ada sekarang
memproduksikan berbagai jenis cukup tersedia dalam menjalankan
barang; (2) dana yang digunakan usahanya.
untuk investasi di sektor keuangan.
Pada usaha agroindustri lidah Bahan Baku
buaya Duta Purnama yang sudah Didalam memproduksi
berdiri dari tahun 2004. Modal yang agroindustri lidah buaya, usaha
digunakan untuk menjalankan usaha tersebut menyediakan lidah buaya
tersebut bersumber dari pengusaha setiap bulannya sebesar 176 kg.
sendiri. Sedangkan dalam satu bulan
Tenaga Kerja pengusaha membutuhkan 176 kg
Setiap kegiatan produksi di lidah buaya dengan harga pasar
dalam agroindustri, mulai dari sebesar Rp. 3.500 per kg. Jadi biaya
industri kecil, industri besar sampai bahan baku lidah buaya untuk
industri rumah tangga tidak terlepas pembuatan nata de aloe dan kerupuk
dari penggunaan faktor produksi lidah buaya yang dikeluarkan per
tenaga kerja. Tenaga kerja bukan saja bulan adalah sebesar Rp. 512.000.
menghasilkan barang dan jasa,
jumlahnya, tetapi juga kualitasnya. Bahan Penunjang
Bahan penunjang untuk
produk nata de aloe berupa gula,
esence, air galon, plastik, gas dan
isolasi. Sedangkan untuk bahan
penunjang kerupuk lidah buaya
adalah telor, garam, gula

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


merah,minyak goreng, plastik, gas biaya ini terdiri dari biaya tetap dan
dan tepung terigu. biaya variabel.

Proses Produksi Biaya Variabel


Proses produksi untuk usaha Biaya variabel adalah biaya
agroindustri lidah buaya Duta yang jumlahnya berubah sesuai
Purnama rutin untuk dilakukan, dengan perubahan jumlah produksi
dimana proses produksi rutin 12 hari dari pengolahan agroindustri lidah
dalam sebulan. Dalam seminggu buaya. Adapun yang termasuk dalam
usaha ini melakukan proses produksi biaya varibel pada usaha ini adalah
selama 3 hari, tetapi waktu proses bahan baku dan bahan penunjang.
produksi nata de aloe dan kerupuk
lidah buaya berbeda. Tabel 4. Biaya Variabel Usaha
Proses produksi untuk Agroindustri Lidah Buaya
membuat nata de aloe yang Duta Purnama Per Bulan
dilakukan pada usaha agroindustri Nata de aloe
Uraian Kerupuk(Rp)
(Rp)
lidah buaya Duta Purnama adalah
Bahan
sebagai berikut: 400.000 112.000
baku
a. Penyortiran lidah buaya Bahan
726.000 330.000
b. Pengupasan atau pembersihan penunjang
dari kulit lidah buaya TOTAL 1.126.000 442.000
c. Pencucian lidah buaya Sumber : Data Olahan, 2013
d. Pemotongan Pada Tabel dapat dilihat
e. Perebusan biaya variabel agroindustri Duta
f. Pendinginan Purnama pada bulan Juli tahun 2013
g. Pengemasan untuk nata de aloe sebesar
Proses produksi untuk membuat Rp.1.126.000. Besar biaya tersebut
kerupuk lidah buaya yang dilakukan adalah terdiri dari bahan baku
pada usaha agroindustri kerupuk sebesar Rp 400.000, bahan baku
lidah buaya Duta Purnama adalah lidah buaya diperoleh oleh
sebagai berikut: pengusaha dari petani lidah buaya
a. Penyortiran yang terdapat di Kecamatan Rumbai
b. Pembersihan Pesisir dan Kecamatan Siak Hulu.
c. Penggilingan kulit lidah buaya Untuk biaya bahan penunjang nata
d. Perebusan de aloe sebesar Rp 726.000 per
e. Pemblenderan kulit lidah buaya bulan.
f. Pengadukkan adonan Kemudian untuk biaya
g. Pengeringan variabel agroindustri kerupuk lidah
h. Pemotongan buaya adalah sebesar Rp 442.000.
i. Penggorengan Biaya variabel kerupuk lidah buaya
j. Pengemasan ini terdiri dari bahan baku tepung
kanji sebesar Rp 104.000 dan kulit
Analisis Usaha lidah buaya sebesar Rp 8.000. Untuk
Biaya Produksi biaya bahan penunjang kerupuk lidah
Besar kecilnya biaya buaya sebesar Rp 330.000.
produksi tergantung pada jumlah
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi suatu produk. Biaya-

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Biaya Tetap Sedangkan untuk biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang agroindustri kerupuk lidah buaya
jumlahnya tetap dan tidak tergantung adalah sebesar Rp 952.933. Dimana
pada perubahan jumlah produksi besar biaya tetap agroindustri
pengolahan agroindustri lidah buaya. kerupuk lidah buaya adalah terdiri
dari biaya penyusutan alat adalah
Tabel 5. Biaya Tetap Usaha sebesar Rp 96.933, per bulan,
Agroindustri Lidah Buaya sedangkan untuk biaya penyusutan
Duta Purnama Per Bulan alat per produksi adalah sebesar Rp
Uraian
Nata de Kerupuk 24.233. Untuk biaya sewa rak toko
aloe (Rp) (Rp) adalah sebesar Rp 200.000,
Penyusutan
22.467 96.933 Selanjutnya biaya konsumsi untuk
alat
kerupuk lidah buaya adalah sebesar
Sewa rak toko 200.000 200.000 Rp 96.000 per bulan dan untuk per
Biaya
konsumsi
192.000 96.000 proses produksi biaya konsumsi
Biaya sebesar Rp 24.000. Kemudian biaya
120.000 60.000
Transportasi transportasi untuk kerupuk lidah
Biaya TKDK 1.000.000 500.00 buaya sebasar Rp 60.000 per bulan.
Kemudian biaya TKDK untuk
TOTAL 1.534.467 952.933
Sumber : Data Olahan,2013
agroindustri kerupuk lidah buaya
Dari Tabel 5 diketahui bahwa adalah sebesar Rp 500.000 per bulan.
biaya tetap untuk agroindustri nata
de aloe adalah sebesar Rp.1.534.467. Penerimaan
Dimana biaya tersebut terdiri dari Tujuan dari usaha adalah
biaya penyusutan alat Rp.22.467 per untuk mendapatkan keuntungan
bulan, sedangkan penyusutan alat sebesar-besarnya sesuai dengan
untuk per proses produksi adalah tujuan yang telah diinginkan.
sebesar Rp.2.808. Penerimaan dapat diperoleh dengan
Untuk biaya sewa rak toko jumlah produksi dikali dengan
Rp 200.000, biaya tersebut untuk harga/unit.
nata de laoe yang dipasarkan atau Tabel 6. Penerimaan Usaha
dijual di Pasar Buah dan Pasar Agroindustri Lidah Buaya
Tradisional Arengka. Untuk Pasar Duta Purnama
Jenis Harga Penerimaan
Buah Pekanbaru pengusaha produk
Jumlah
(Rp) (Rp)
mengeluarkan biaya sebesar Rp Nata de
200.00 per bulan untuk sewa rak, 380 13.000 4.940.000
aloe
sedangkan Pasar Tradisional. Biaya
konsumsi untuk nata de aloe Rp Kerupuk 200 10.000 2.000.000
192.000 per bulan dan per proses Sumber : Data Olahan, 2013
produksi biaya konsumsi sebesar Rp Dari Tabel 6 diketahui
24.000. Kemudian biaya transportasi Jumlah produksi nata de aloe sebesar
untuk nata de aloe sebasar Rp 380 bungkus dan kerupuk lidah
120.000 perbulan. Setiap per proses buaya 200 bungkus diperoleh dari
pengusaha mengeluarkan biaya rata-rata jumlah produksi yang
transportasi sebesar Rp 15.000. dihasilkan dari pengusaha tiap
Kemudian biaya TKDK untuk bulannya dengan harga jual per
agroindustri nata de aloe sebesar Rp bungkus yaitu Rp 13.000 untuk nata
1.000.0000 per bulan. de aloe dan kerupuk sebesar Rp

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


10.000. Sehingga pengusaha penerimaan Rp.143. Dengan
memperoleh penerimaan untuk nata demikian angka 1,43 menunjukkan
de aloe yaitu Rp 4.940.000,- dan bahwa RCR> 1, hal ini berarti usaha
untuk kerupuk lidah buaya kerupuk lidah buaya pengusaha
penerimaannya sebesar Rp layak.
2.000.000,-.
Titik Impas Penerimaan
Pendapatan Bersih Analisis titik impas (BEP)
Pendapatan bersih adalah adalah suatu teknik analisis untuk
upah yang diterima yang diterima mempelajari hubungan antara biaya
pengusaha setelah penerimaan tetap dan biaya variabel, keuntungan
dikurangi dengan biaya produksi. dan volume kegiatan (Firdaus, 2008).

Tabel 7. Pendapatan Bersih Usaha Tabel 8. Titik Impas Usaha


Agroindustri Lidah Buaya Agroindustri Nata de Aloe
Duta Purnama Duta Purnama
Jenis Biaya Peneri Pendapatan Uraian Jumlah/Bulan (Rp)
Produk Produksi maan Bersih
(Rp) (Rp) (Rp) Biaya Tetap 1.534.467
Nata de Biaya Variabel 1.126.000
2.660.467 4.940.000 2.279.533
aloe Harga Jual 13.000
Jumlah Produksi
Kerupuk 1.394.933 2.000.000 605.067 380
(bungkus)
Sumber : Data Olahan, 2013
Pada Tabel 7 diketahui Penerimaan 4.940.000
bahwa untuk pendapatan bersih BEP (Unit) 118
terbesar adalah pada produk nata de BEP (Rp) 1.534.494
aloe sebesar Rp 2.279.533, sehingga Sumber : Data Olahan, 2013
usaha agroindustri nata de aloe Perhitungan titik impas
menguntungkan. Untuk pendapatan (BEP) dalam unit menunjukkan
bersih terkecil adalah pada produk bahwa produksi minimal agar tidak
kerupuk lidah buaya pendapatan mengalami kerugian atau titik impas
bersihnya berjumlah Rp.605.066. terjadi pada saat pengusaha
memproduksi 118 bungkus tiap
Efisiensi (RCR) bulannya. Sedangkan perhitungan
Efisiensi agroindustri nata de titik impas (BEP) dalam penerimaan
aloe adalah berjumlah 1,86. Artinya adalah sebesar Rp 1.534.494. Artinya
setiap Rp.1 biaya yang dikeluarkan usaha nata de aloe menguntungkan.
akan menghasilkan penerimaan
Rp.186. Angka 1,86 menunjukkan
bahwa RCR> 1, hal ini berarti usaha
nata de aloe yang dilakukan oleh
pengusaha layak untuk
dikembangkan dan sudah
menguntungkan.
Untuk agroindustri kerupuk
lidah buaya adalah berjumlah 1,43.
Artinya setiap Rp.1 biaya yang
dikeluarkan akan menghasilakn

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Tabel 9. Titik Impas Usaha (0,451). Kekuatan merupakan
Agroindustri prioritas utama dalam usaha Duta
Kerupuk Lidah Buaya Duta Purnama. Karena kekuatan
Purnama merupakan keunggulan dalam
Uraian Jumlah/Bulan (Rp) mendukung berkembangnya usaha
Duta Purnama.
Biaya Tetap 952.933
Biaya Variabel 442.000 Faktor-Faktor Komponen SWOT
Harga Jual 10.000 Faktor-Faktor Kekuatan
Jumlah Produksi Faktor-faktor kekuatan dari
200
(bungkus)
Strategi Pengembangan Usaha
Penerimaan 2.000.000 Agroindustri Lidah Buaya Duta
BEP (Unit) 95,3 Purnama meliputi tekstur yang
BEP (Rp) 952.954 lembut dan aroma yang harum,
Sumber : Data Olahan, 2013 sertifikat halal dari MUI, harga yang
Perhitungan titik impas mampu bersaing,pendidikan dan
(BEP) kerupuk lidah buaya dalam pengalaman pengusaha cukup tinggi
unit menunjukkan bahwa produksi dan usaha layak untuk dikembangkan
minimal agar tidak mengalami dengan nata de aloe nilai RCR=1,85
kerugian atau titik impas terjadi pada dan kerupuk lidah buaya nilai
saat pengrajin memproduksi 95,3 RCR=1,43.
bungkus tiap bulannya. Sedangkan
perhitungan titik impas (BEP) dalam Tabel 11. Nilai prioritas Faktor
penerimaan adalah sebesar Faktor Kekuatan
Rp.952.954, maka usaha Duta Faktor-Faktor Kekuatan Nilai
Purnama tidak mengalami Tekstur yang lembut dan
aroma yang harum 0,405
keuntungan dan kerugian saat BEP
penerimaan kerupuk lidah buaya Sertifikat halal dari MUI 0,300
sebesar Rp.952.954. Penerimaan Harga yang mampu bersaing 0,141
yang diterima oleh pengrajin Pendidikan dan pengalaman
0,090
sekarang yaitu Rp.2.000.000. Artinya pengusaha cukup tinggi
usaha kerupuk lidah buaya sudah Usaha layak untuk
0,056
menguntungkan. dikembangkan

AHP (Analytic Hierarcy Process) Faktor-Faktor Kelemahan


Komponen SWOT Faktor-faktor kelemahan pada
strategi pengembangan usaha
Tabel 10. Nilai Prioritas Komponen agroindustri lidah buaya Duta
SWOT Purnama meliputi Produk kurang
Komponen SWOT Nilai dikenal, teknologi yang masih
Kekuatan (strength) 0,451 sederhana, kemasan yang masih
Kelemahan (weakness) 0,343 sederhana dan keterbatasan modal
Peluang (opportunity) 0,131 untuk mengembangkan usaha.
Ancaman (threat) 0,073
Berdasarkan Tabel 10 terlihat
bahwa prioritas utama dalam
kompenen SWOT adalah kekuatan
dengan nilai prioritas sebesar

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Tabel 12. Nilai Prioritas Faktor pengembangan usaha agroindustri
Faktor Kelemahan lidah buaya Duta Purnama adalah
Faktor - faktor Kelemahan Nilai adanya peluang pasar yang terbuka
luas dengan nilai prioritas sebesar
Produk kurang dikenal 0,506
(0,852). Selanjutnya adanya
Teknologi yang masih sederhana 0,316 dukungan pemerintah berupa
Kemasan yang masih sederhana 0,127 kegiatan pameran dan pelatihan
Keterbatasan modal untuk dengan nilai prioritas (0,147).
0,049
mengembangkan usaha
Berdasarkan Tabel 12 Faktor-Faktor Ancaman
kelemahan utama pada Faktor-faktor ancaman pada
pengembangan usaha adalah produk pengembangan usaha agroindustri
kurang dikenal dengan nilai prioritas lidah buaya Duta Purnama adalah
sebesar (0,506). Hal ini dikarenakan meliputi adanya pesaing dari luar
usaha tersebut tidak memiliki modal negeri, adanya fluktuasi harga bahan
dalam melakukan promosi. penunjang dan biaya promosi yang
Selanjutnya teknologi yang masih tinggi.
sederhana dengan nilai prioritas Tabel 14. Nilai Prioritas Faktor
sebesar (0,316). Faktor Ancaman
Komponen kelemahan Faktor-Faktor Ancaman Nilai
berikutnya adalah kemasan yang Adanya pesaing dari luar
masih sederhana dengan nilai negeri 0,548
prioritas sebesar (0,127). Hal ini Fluktuasi hargabahan baku
dapat diketahui dengan kemasan dan bahan penunjang 0,246
usaha Duta Purnama yang masih Biaya promosi yang tinggi 0,085
sederhana. Komponen kelemahan
selanjutnya keterbatasan modal Berdasarkan Tabel 14 yang
dalam mengembangkan usaha menjadi ancaman utama pada
dengan nilai prioritas sebesar pengembangan usaha agroindustri
(0,049). lidah buaya Duta Purnama adalah
adanya pesaing dari luar negeri
dengan nilai prioritas sebesar
Faktor-Faktor Peluang
Faktor-faktor peluang untuk (0,548). Hal ini dapat diketahui
mendapatkan strategi usaha bahwa Cina dan Malaysia memliki
agroindustri lidah buaya Duta produk yang sejenis dengan usaha
Purnama meliputi adanya peluang Duta Purnama sehingga akan
pasar yang terbuka luas dan adanya mengancam usaha tersebut.
dukungan dari pemerintah berupa Selanjutnya adanya fluktuasi harga
kegiatan pameran dan pelatihan. bahan baku dan bahan penunjang
Tabel 13. Nilai Prioritas Faktor dengan nilai prioritas sebesar
Faktor Peluang (0,246). Selanjutnya prioritas biaya
promosi yang tinggi dengan nilai
Faktor-Faktor Peluang Nilai prioritas sebasar (0,085), promosi
Adanya peluang pasar yang merupakan hal penting dalam
0,852
terbuka luas menjalankan usaha.
Adanya dukungan dari
0,147
pemerintah
Berdasarkan Tabel 13 yang
menjadi peluang utama pada

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Analisis SWOT
Dalam analisis matriks dan kelemahan dan faktor eksternal
SWOT faktor lingkungan dibagi yang terdiri dari peluang dan
dalam dua analisis, yaitu faktor ancaman.
internal yang terdiri dari kekuatan

Tabel 15. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Lidah


Buaya Duta Purnama
STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W)
Faktor Intern 1. Tekstur yang lembut dan 1. Produk kurang dikenal
aroma yang harum 2. Teknologi yang masih
2. Sertifikat halal dari MUI sederhana
3. Harga yang mampu bersaing. 3. Kemasan yang masih
4. Pendidikan dan pengalaman sederhana
pengusaha cukup tinggi. 4. Keterbatasan modal
5. Usaha layak untuk untuk mengembangkan
dikembangkan . usaha

Faktor Ekstern
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Adanya peluang 1. Meningkatkan kualitas dan 1. Membuat kemasan yang
pasar yang terbuka kuantitas produk nata de aloe lebih menarik seperti
luas dan kerupuk lidah buaya. melengkapi dengan label
2. Adanya dukungan 2. Mempertahankan harga produk manfaat yang terkandung
dari pemerintah yang kompetitif. di dalam produk.
berupa kegiatan 3. Mengikuti pelatihan dari 2. Menguatkan modal
pameran dan berbagai instansi pemerintahan dengan pinjaman kredit
pelatihan. atau swasta. dari lembaga perbankan
atau koperasi untuk
mengembangkan usaha.
3. Selalu mengikuti
pameran untuk
meningkatkan promosi.
THREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Adanya pesaing dari 1. Mempertahan kualitas dan 1. Menggunakan teknologi
luar negeri harga produk yang tetap modern agar usaha lebih
2. Fluktuasi harga terjangkau oleh konsumen. efisien dan dapat
bahan baku dan 2. Menyediakan bahan baku dan meningkatkan kualitas
penunjang bahan penunjang dalam jumlah dan kuantitas produk.
3. Biaya promosi yang besar untuk menghindari 2. Melakukan kegiatan
tinggi fluktuasi harga bahan baku dan promosi langsung ke
bahan penunjang. konsumen melalui
3. Menjaga hubungan baik pedagang perantara
dengan pedagang perantara 3. Menggunakan bahan
agar kegiatan pemasaran dan baku dan bahan
promosi produk dapat berjalan penunjang secara efisien.
dengan baik.

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Tabel 16. Nilai Prioritas Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Lidah Buaya
Duta Purnama
Strategi prioritas Rata-rata
Meningkatkan kualitas dan kuantitas 0,190
Mempertahankan harga produk yang kompetitif 0,197
Mengikuti pelatihan dari berbagai instansi pemerintah atau swasta 0,130
Membuat kemasan yang lebih menarik seperti melengkapi dengan
label manfaat yang terkandung di dalam produksi 0,097
Menguatkan modal dengan pinjaman kredit dari lembaga perbankan atau
koperasi untuk mengembangkan usaha 0,081
Selalu mengikuti pameran untu meningkatkan promosi 0,066
Mempertahankan kualitas dan harga produk yang terjangkau oleh konsumen 0,059
Menyediakan bahan baku dan bahan penunjang dalam jumlah besar untuk
menghindari fluktuasi harga bahan baku dan bahan penunjang 0,054
Menjaga hubungan baik dengan pedagang perantara agar kegiatan pemasaran
dan promosi dapat berjalan dengan baik 0,043
Menggunakan teknologi modern agar produk lebih efisien dan dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk 0,033
Melakukan kegiatan promosi langsung ke konsumen melalui
pedagang perantara 0,029
Menggunakan bahan baku dan bahan penunjang secara efisien 0,017

Berdasarkan Tabel 16, pilihan Prioritas selanjutnya adalah


prioritas strategi pengembangan membuat kemasan yang lebih
usaha agroindustri lidah buaya Duta menarik seperti melengkapi dengan
Purnama yang pertama adalah label manfaat yang terkandung di
mempertahankan harga produk yang dalam produk dengan nilai prioritas
kompetitif dengan nilai prioritas (0,097). Tidak seperti produk dari
(0,197). luar, kemasan produk Duta Purnama
Strategi selanjutnya adalah sangat sederhana.
meningkatkan kualitas dan kuantitas Selanjutnya menguatkan
produk nata de aloe dan kerupuk modal dengan pinjaman kredit dari
lidah buaya dengan nilai prioritas lembaga perbankan atau koperasi
(0,190). Dengan adanya peluang untuk mengembangkan usaha dengan
pasar yang terbuka luas, strategi nilai prioritas (0,081). Keterbatasan
meningkatkan kualitas dan kuantitas modal akan menghambat
produk diharapkan dapat perkembangan usaha.
mengembangkan usaha dan akan Prioritas berikutnya adalah
menambah pelanggan usaha tersebut. selalu mengikuti pameran untuk
Strategi berikutnya adalah meningkatkan promosi dengan nilai
mengikuti pelatihan dari berbagai prioritas (0,066). Dengan adanya
intansi pemerintahan atau swasta pameran yang diadakan oleh
dengan nilai prioritas sebesar pemerintah dan pihak swasta akan
(0,130). Dengan adanya pelatihan membantu pengusaha untuk
maka akan menambah wawasan dan mempromosikan produknya.
pengalaman pengusaha dalam Selanjutnya mempertahankan
menjalankan usaha. kualitas produk dan harga produk

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


yang tetap terjangkau oleh konsumen produk lebih efisien dan dapat
dengan nilai prioritas (0,059). Dalam meningkatkan kualitas produk
hal ini diketahui bahwa konsumen dengan nilai prioritas (0,033).
memilih produk dengan Dengan adanya peralatan yang
pertimbangan kualitas dan harga. modern maka usaha akan lebih
Selanjutnya menyediakan efisien dan dapat meningkatkan
bahan baku dan bahan penunjang kualitas.
dalam jumlah besar untuk Selanjutnya melakukan
menghindari fluktuasi harga bahan kegiatan promosi langsung ke
baku dan bahan penunjang dengan konsumen melalui pedagang
nilai prioritas (0,054). Menurut perantara yang dimilki oleh
pengusaha fluktuasi harga bahan pengusaha dengan nilai prioritas
baku dan bahan penunjang (0,029). Hal tersebut akan membantu
menghambat pengusaha dalam pengusaha dalam masalah biaya
mengembangkan usaha. promosi yang tinggi, sehingga
Selanjutnya adalah menjaga strategi tersebut lebih efektif dalam
hubungan baik dengan pedagang mempromosikan produk.
perantara agar kegiatan pemasaran Prioritas yang terakhir adalah
dan promosi berjalan dengan baik menggunakan bahan baku dan bahan
dengan nilai prioritas sebesar penunjang secara efisien dengan nilai
(0,043), hal ini sejalan dengan priorotas (0,017). Strategi tersebut
adanya pesaing dari luar negeri dan dapat membantu pengusaha dalam
biaya promosi yang tinggi yang akan proses produksi, karena dengan
mempengaruhi pemasaran usaha penggunaan bahan baku dan bahan
tersebut. penunjang secara efisien dapat
Selanjutnya adalah mengantisipasi kurangnya modal
menggunakan teknologi modern agar dalam kegiatan produksi.
buaya adalah sebesar 95,295
KESIMPULAN DAN SARAN bungkus setiap bulannya dan
Kesimpulan untuk BEP penerimaan kerupuk
1. Hasil analisis usaha Duta lidah buaya adalah sebesar
Purnama diperoleh nilai RCR Rp.952.954,29. Oleh karena itu
untuk nata de aloe sebesar 1,85, dapat disimpulkan usaha
ini berarti setiap pengeluaran agroindustri lidah buaya Duta
biaya Rp. 100 akan memperoleh Purnama yang dijalankan layak
pendapatan sebesar Rp. 185, dan menguntungkan.
sedangkan untuk kerupuk lidah
buaya nilai RCR sebesar 1,43, 2. Berdasarkan hasil analisis
ini berarti setiap pengeluaran dengan menggunakan Analisis
biaya Rp. 100 akan memperoleh A’WOT (SWOT dan AHP)
pendapatan sebesar Rp. 143. menghasilkan pilihan prioritas
Dan analisis BEP dalam unit strategi yang dapat dilaksanakan
untuk nata de aloe adalah untuk pengembangan usaha
sebesar 118,116 bungkus tiap agroindustri lidah buaya Duta
bulannya dan BEP penerimaan Purnama adalah dengan nilai
nata de aloe adalah sebesar prioritas yang tertinggi untuk
Rp.1.536.160,104. Sedangkan strategi pengembangan usaha
untuk BEP unit kerupuk lidah agroindustri lidah buaya Duta

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


.
SARAN REFERENSI
1. Untuk usaha Duta Purnama
sebaiknya mempertahankan Darmawan, Rizky. 2005. Model
kualitas produk karena hal Kuantitatif Pengambilan
tersebut merupakan kekuatan Keputusan dan
dari usaha tersebut untuk Perencanaan Strategi. CV.
menghadapi pesaing dari luar Afabeta Bandung.
negeri. Kemudian seharusnya Firdaus, Muhammad. 2008.
pengusaha melakukan promosi Manajemen Agribisnis.
agar produk lebih dikenal PT.Bumi Aksara. Jakarta.
dengan memanfaatkan peluang Jurnal Asia. 2013. Prospek Lidah
pasar yang terbuka untuk usaha Buaya Yang Menggiurkan.
tersebut. http://journalasia.com/2013/1
2. Strategi yang tepat untuk usaha 2/14 prospeklidahbuaya.com.
tersebut adalah mempertahankan Diakses Pada Tanggal 25 Mei
harga yang kompetitif. Dengan 2014.
adanya harga yang kompetitif Rangkuti. Freddy. 2001. Analisis
dan kualitas yang tinggi usaha SWOT Teknik
tersebut dapat menghadapi Pembedahan Kasus Bisnis.
pesaing dari luar negeri. PT. Gramedia Pustaka.
3. Strategi yang tepat untuk usaha Jakarta
tersebut adalah mempertahankan Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar
harga yang kompetitif. Dengan Bisnis. Kencana Prenada
adanya harga yang kompetitif Media Group. Jakarta.
dan kualitas yang tinggi usaha Suisnaya, I Nyoman. 2009. Jurnal
tersebut dapat menghadapi Kajian Prospek dan
pesaing dari luar negeri. Strategi Pengembangan
Usaha Pengolahan Aloe
Vera Pada PT. Libe Bumi
Abadi. Vol. 4 No. 2.
Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori
dan Aplikasinya. PT.Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Yasin.A.Z.F. 2002. Masa Depan
Agribisnis Riau. Unri Press.
Pekanbaru.

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai