DI SUSUN OLEH :
Tri Fatimatul Hasanah (1908020010)
Putri Ayu Martiningsih (1908020033)
Cindi Exsanti (1908020051)
Hana Faridah (1908020074)
A. Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa
dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (Anonim, 1995).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan
penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan
tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau
cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada
umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).
Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami
perkembangan baik formulasi maupun cara penggunaannya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah sediaan lebih kompak, biaya
pembuatannya lebih sederhana, dosisnya tepat, mudah pengemasannya,
sehingga penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan
yang lain (Lachman, et al., 1994).
c. Anti adherent
Berfungsi mencegah melekatnya tablet pada die dan permukaan
punch. Sebagai bahan pelicin yang biasa digunakan adalah magnesium
stearat, aerosil, talk dan kalsium stearat. Jumlah pelicin yang digunakan
pada pembuatan tablet yang satu dengan yang lain berbeda-beda mulai
dari yang sedikit kira-kira 0,1 % dari berat granul sampai
sebanyakbanyaknya 5% (Ansel, 1989).
Bahan pelicin yang sering digunakan adalah talk konsentrasi 5% tepung
jagung konsentrasi 5-10%, koloid-koloid silika seperti cab-o-sil atau
siloid atau aerosil dalam konsentrasi 0,25-3% (Lachman et.,al., 1994).
2. Granulasi kering
Bila zat berkhasiat dapat rusak apabila terkena air atau tidak tahan
pemanasan dibuat dengan proses pengeringan. Pada metode ini, granul
dibentuk oleh penambahan pengikat kering ke dalam campuran serbuk
obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari
campuran serbuk, dan setelah itu memecahkan dan menjadikan pecahan-
pecahan ke dalam granul atau yang lebih kecil, penambahan bahan pelicin
dan penghancur dicetak menjadi tablet (Ansel, 2005).
3. Cetak langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah
mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk
langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau
kering (Ansel, 2005).
Keuntungan metode ini adalah bahwa bahan obat yang peka terhadap
lembab dan panas , yang stabilitasnya terganggu akibat operasi granul
dapat dibuat menjadi tablet. Akan tetapi dengan meningkatnya tuntutan
akan kualitas tablet maka metode ini tidak diutamakan (Voight, 1984)
2. Sticking
Sticking biasanya terjadi karena pengeringan yang tidak memadai atau
granulasi yang dilubrikasi sehingga permukaan tablet melekat pada
permukaan pons. Hal ini yang menyebabkan permukaan tablet tumpul,
tergores, atau berbintik. Kondisi ini biasanya makin lama makin buruk.
Apabila terjadi sticking, gaya tambahan yang diperlukan untuk mengatasi
gesekan antara tablet dan dinding kempa selama pengeluarannya dari
lubang kempa. Sticking yang serius pada waktu pengeluaran dapat
menyebabkan sumbing pada pinggir tablet dan dapat menyebabkan tepi
tablet menjadi kasar. Masalah sticking juga tidak memungkinkan pons
bawah bergerak bebas sehingga tekanan yang tidak biasa pada lintas
bubungan (cam-tracks) dan kepala pons menyebabkan kerusakan pons.
Sticking juga dapat menimbun bahan pada permukaan pons. (Lachman L.
et. al., 1998)
3. Picking
Picking adalah suatu bentuk stiking ketika bagian kecil granul melekat
pada permukaan pons dan bertambah setiap putaran mesin tablet sehingga
membuat lubang pada permukaan tablet. (Lieberman, H. A., et. al., 1989).
4. Filming
Filming adalah bentuk lambat dari picking dan sebagian besar karena
kelembapan berlebihan dalam proses granulasi, suhu tinggi atau hilangnya
permukaan pons yang terpoles aus (Kohli,1998).
5. Kaping
Kaping adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pemisahan sebagian atau keseluruhan “mahkota” atas atau bawah suatu
tablet dari tubuh utama tablet (Lachman L. et. al., 1986).
6. Laminasi
Laminasi adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan
berbeda. Penyebab laminasi sama dengan kaping, kecuali jika tablet
membelah dan pecah pada sisi dan dikeluarkan dalam dua bagian. Jika
tablet mengalami laminasi hanya pada stasiun tertentu, biasanya
penyebabnya adalah perabot mesin tablet. Biasanya, masalah pemrosesan
ini dapat segera terjadi setelah pemgempaan; tetapi kaping dan laminasi
dapat terjadi beberapa jam atau bahkan beberapa hari kemudian. Pengujian
friabilitas tablet adalah pengujian yang paling cepat untuk mengetahui
masalah seperti ini (Lachman L. et. al., 1986).
8. Bercak – bercak
Bercak – bercak adalah distribusi warna yang tidak merata pada
suatu tablet, dengan daerah terang atau gelap yang menonjol pada suatu
permukaan yang seharusnya seragam. Salah satu penyebab bercak-bercak
adalah zat aktif yang warnanya berbeda dengan eksipien tablet atau zat
aktif yang hasil penguraiannya berwarna (Lachman L. et. al., 1986).
b. Waktu alir
Waktu alir yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan
sejumlah granul atau serbuk pada alat yang dipakai. Pada campuran
serbuk atau granul sifat alirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran
partikel, kondisi percobaan, dan kandungan lembab (Voigt, 1984).
c. Pengetapan
Pengetapan menunjukkan penerapan volume sejumlah granul,
serbuk akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Makin kecil
indeks pengetapan makin kecil sifat alirnya.
b. Friabilitas
Untuk mengetahui keutuhan tablet (terkikis) karena selama
tranfortasi tablet mengalami benturan dengan dinding wadahnya. Tablet
yang mudah menjadi bubuk, menyerpih dan pecah- pecah pada
penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta konsumen enggan
menerimanya, dan dapat menimbulkan pengotoran pada tempat
pengangkutan dan pengepakan, juga dapat menimbulkan variasi pada
berat dan keseragaman isi tablet (Lachman dkk, 1994).
c. Waktu hancur
Menurut (Lachman dkk.1994), jika dikaitkan dengan disolusi
maka waktu hancur merupakan faktor penentu dalam pelarutan obat.
Sebelum obat larut dalam media pelarut maka tablet terlebih dahulu
pecah menjadi partikel-partikel kecil sehingga daerah permukaan
partikel menjadi lebih luas. Namun uji ini tidak memberi jaminan
bahwa partikel-partikel akan melepaskan bahan obat dalam larutan
dengan kecepatan yang seharusnya, karena uji waktu hancur hanya
menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah
kondisi yang ditetapkan, dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan
berukuran mesh-10.
d. Disolusi
Disolusi adalah proses dimana suatu zat pada menjadi terlarut
dalam suatu pelarut. Saat sekarang ini disolusi dipandang sebagai salah
satu uji pengawasan mutu yang paling penting dilakukan pada sediaan
farmasi. Pada uji disolusi dapat diketahui partikel-partikel obat akan
melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan tertentu. Cepatnya
melarut obat atau tablet menentukan berapa kadar bahan berkhasiat
yang terlepas kedalam darah, oleh karena itu laju disolusi berhubungan
langsung dengan efikasi (kemanjuran) dari tablet dan perbedaan
biovaibilitas dari berbagai formula (Lachman dkk,1994).
Disolusi adalah proses suatu zat padat masuk kedalam pelarut
sehingga terlarut. Dalam industri farmasi, disolusi didefinisikan sebagai
jumlah obat yang terlarut persatuan waktu dibawah kondisi,
temperature, dan komposisi medium yang telah distandarisasi
(Sulaiman,2007).
BAB II
ISI
1. Monografi Simvastatin
a. Sifat Fisikokimia
Rumus Bangun :
d. Magnesium stearat
Magnesium stearat merupakan serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat
pada kulit, bau lemah khas. Kelarutannya : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol
(95%) p dan eter p. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik dan berguna sebagai
lubrikan (FI III, hal : 354).
e. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang sedikit
mengandung sedikit aluminium silikat. Talk merupakan serbuk hablur, sangat halus
licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atauwarna kelabu.
Kelarutanya tidak larut hampir dengan semua pelarut. Penyimpanannya dalam wadah
tertutup baik dan berguna sebagai glidant dan sebagai lubrikan (FI III, hal : 591).
f. Etil selulosa
Merupakan serbuk putih, tidak berasa, memiliki laju alir yang baik. Fungsinya :
Mikroenkapsulasi 10-20%
Zat pengcoating utnuk tablet sustained release 3-20%
Zat pengcoating tablet 1-3%
Bahan pengranul tablet 1-3%
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol dan air;
etilselulosa yang memiliki kandungan gugus etoksil kurang dari 46.5% mudah larut
dalam kloroform, metil asetat dan tetrahidrofuran dan campuran hidrokarbon aromatik
dan etanol (95%). Etilselulosa yang memiliki kandungan gugus etoksil tidak kurang
dari 46.5% mudah larut dalam kloroform, etanol (95%), etil asetat dan methanol dan
toluene. Stabilitas : Stabil, sedikit higroskopis. Tahan terhadap basa dan larutan
garam, lebih sensitif terhadap asam dibandingkan ester selulosa. Dapat mengalami
penguraian oksidatif dengan adanya sinar matahari atau cahaya UV pada temperatur
tinggi. Hal ini dapat dicegah dengan penggunaan antioksidan dan bahan kimia
tambahan yang mengabsorbsi cahaya pada rentang 230-340nm. Harus disimpan
dalam wadah tertutup baik pada tempat yang kering dengan suhu tidak lebih dari
32 oC. tidak boleh disimpan bersebelahan dengan peroksida atau zat oksidator yang
lain. Inkompabilitas : Inkompatibel dengan parafin wax dan mikrokristalin wax
(HOPE 5th, hal : 278-282).
g. Eudragit L 100
?????????????????????????????????
h. Di butyl phyhalate
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna atau berwarna lemah. Sangat sukar
larut dalam air, dapat bercampur dengan etnaol (95%) p dan eter p (FI III, hal : 666).
i. Isopropil alkohol
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, bau khas mirip etanol, rasa
membakar, mudah terbakar. Kelarutannya mudah larut dalam air, dalam kloroform p
dan eter p. BM 60,10. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (FI III, hal : 325).
b) Penyalutan tablet
Setelah tablet inti selesai dikempa, kemudian dilakukan penyalutan.
Menggunakan polimer yang larut dalam pelarut organic iso propil alcohol, pada
konsentrasi 10% b/v. tablet inti dilapisi dengan cara mencelupkan tablet inti
dalam larutan pelapis. Prosedur ini diulang sampai berat total 200 mg.
c. Uji sifat fisik tablet
1) Uji keseragaman bobot
Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu, kemudian dihitung bobot rata-
ratanya. Hitung persen penyimpangan bobot tablet, bandingkan dengan persen
penyimpangan yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi III, yaitu :
Penyimpangan bobot rata-rata
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg – 150 mg 10% 20%
151 – 300 mg 7,5% 15%
> 300 mg 5% 10%
Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari kolom A, dan
tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari kolom B (FI III, hal : 7).
Anonim. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V, JILID 2. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi
IV,: Jakarta UI Press.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI Press.
Banker, G.S., dan Anderson, N.R. (1986). Tablet, in: Lachman, L., Lieberman, H.A., dan
Kanig, J.L. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. 3rd ed., Lea dan Febiger.
Philadelphia. Hal 643-704.
Katzung, B. G. 2002F. armakologi dasar dan klinik, Edisi II. Jakarta: Salemba Medika.
Kohli D.P.S., and Shah D.H., Drug Formulation Manual, Eastern Publishers India, 1998.
Lachman L. et. al., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea & Febiger 1986, hal
311-314.
Lachman,L., Lieberman, H.A., dan Kaning, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri
II. Terjemahan Suyatmi, S. Jakarta: UI Press.
Lieberman, H. A., et. al., Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets Volume 1, Second Edition,
Revised and Expanded, Marcel dekker inc. 1989 hal 188-245.
Owen, et al (2006). Handbook of Pharmaceutical Excipient, Fifth Edition. Pharmaceutical
Press, UK.
Soekemi,R.A. 1987.Tablet. Medan:P.T. Mayang KencanaH.alaman 2-43, 9-50.
Sulaiman,. Teuku Nanda Saifullah. 2007 teknologi formulasi sediaan
tablet.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Voight, R. (1984). Buku Ajar Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan Neorono, S.
Yogyakarta: UGM Press.
Voight, R. (1995). Buku Ajar Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan Neorono, S dan
Reksohardiprojo, M.S. Yogyakarta: UGM Press.