Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dinar Arsy Anggarani

Off : C3
NIM : 180341617502
Jenis PKM : PKM-GT
Judul PKM : B-Cer (Belajar Bijak dan Cerdas) sebagai Aplikasi untuk Pembelajaran
Anak Penderita Disleksia

Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil, karena itu belajar beralngsung
seacar aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai
tujuan (Soemanto, 1998). Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah Pendidikan
Khusus. PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 129 Ayat 3 menetapkan bahwa peserta didik
berkelainan terdiri dari peserta didik yang tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik,
menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain, serta memiliki
kelainan lain.
Anak dengan kesulitan belajar adalah anak dengan gangguan pada satu atau lebih
kemampuan dasar psikologis berupa ketidakmampuan belajar (learning disability) yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis (Djamarah, 2002).
Sindrom berarti gejala yang muncul sebagai indicator adanya ketidaknormalan psikis yang
menimbulkan kesulitan belajar anal. Menurut Santrock (2007), anak yang mengidap learning
disability merupakan salah satu bentuk ADHD (Attetion Deficit Hiperactivity Disorder)
mencakup disleksia (kesulitan dalam membaca) dan diskalkulia (kesulitan dalam berhitung)
yang membutuhkan penanganan dengan kebutuhan khusus.
Gangguan belajar yang bersifat psikologis kerap diartikan oleh sebagian pendidik dan
orang tua sebagai anak bodoh. Sebenarnya, anak-anak yang mengalami keterlambatan
kematangan kognitif sehingga mengalami kesulitan pada salah satu kemampuan belajar
seperti membaca, berhitung, dan menulis. Kesulitan belajar anak disleksia dalam mebaca
pelajaran perlu diberikan stimulasi yang berbeda dalam proses belajar anak, seperti
penggunaan media baik secara verbal maunpun menggunakan media audio visual (Kawuryan
& Trubus, 2012). Penggunaan media dengan audio visual sangat menjanjikan dalam bidang
pendidikan. Dalam penggunaan media audio visual siswa harus dapat menginternalisasi
informasi agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik (A’yun, 2008). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Kawuryan & Trubus (2012), pemberian stimulasi visual
memberikan efek yang berbeda pada penderita disleksia sebelum diberikan stimulasi visual.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat dimunculkan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan setelah menghadapi materi yang disajikan dalam bentuk verbal
maupun audio visual. Namun, masih sulitnya penggunaan media verbal maupun audio visual
di kalangan pendidik mengakibatkan anak sulit untuk mengatasi kesulitan belajar khususnya
membaca (Kawuryan & Trubus, 2012). Media aplikasi berbasis online maupun offline saat
ini sangat digemari oleh masyarakat luas. Ditambah pula dengan penggunaan gadget yang
tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Untuk itu dirasa kami mengusulkan gagasan
tertulis mengenai aplikasi B-Cer (Belajar Bijak dan Cerdas) sebagai aplikasi untuk
pembelajaran anak penderita disleksia.

DAFTAR PUSTAKA
A’yun, K. 2008. Pembelajaran Melalui Media yang Tepat. (Online),
http://majalahedukasi.blogspot.com/, diakses pada 9 November 2019.
Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Elmira, P. Painting a Better Future, Karya Lukis Luar Biasa Anak-Anak Berkebutuhan
Khusus. Liputan 6, diakses pada 9 November 2019.
Kawuryan, F. & Raharjo, T. 2012. Pengaruh Stimulasi Visual untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca pada Anak Disleksia. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1).
PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 129 Ayat 3.
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak 2. Alih Bahasa oleh Mila Rahmawati. Jakarta:
Erlangga.
Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional-Referensi HAM, diakses
pada tanggal 9 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai