Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KASUS 5

“ANAK LEBIH SUKA BERMAIN SENDIRI, DAN BICARA SENDIRI DENGAN


MAINANNYA DARIPADA BERMAIN BERSAMA TEMAN-TEMANNYA”

Bermain sendiri dan bicara sendiri pada seorang anak, berperan cukup besar dalam
mengembangkan berbagai kemampuannya, seperti kemampuan bahasa, sosial, emosi,
intelektual, dsb. Jauh sebelum ia mulai berteman, bermain menyiapkan anak menghadapi
pengalaman sosial. Di dalam bermain, anak bisa menumpahkan seluruh perasaannya,
sehingga bermain bisa menjadi sarana penyaluran energi dan relaksasi

Masa kanak-kanak atau masa usia dini adalah masa yang sangat fundamental bagi
kehidupan anak kelak. Berbagai hal yang diberikan dan diterima anak waktu kecil akan
mempengaruhi kecendrungan anak untuk bermain sosial atau bermain sendiri. Bermain
sendiri atau bermain sosial sama sama diperlukan untuk perkembangan penyusuaian pribadi
dan sosial yang baik, keduanya sama pentingnya. Anak yang terlalu banyak bermain sendiri
bisa kurang terlatih keterampilan sosialnya. Ia bisa menjadi anak yang memiliki konsep diri
yang rendah karna merasa berbeda atau aneh.

Kecenderungan anak untuk lebih menyukai bermain sendiri, belum tentu merupakan
gejala prilaku antisosial di kemudian hari. Sejauh anak tidak menunjukkan gejala-gejala lain
yang menjurus pada tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang ada
dan merugikan orang lain, maka prilakunya tersebut, kurang tepat bila disebut sebagai gejala
prilaku antisosial.anak lebih menyukai bermain sendiri, masih belum dapat dikatakan sebagai
gejala antisosial mengingat usia anak, masih berada pada tahap egosentris atau cenderung
masih terfokus pada dirinya sendiri.

Bila kecenderungan bermain sendiri, bersifat menetap sejalan dengan pertambahan usia
anak, maka perlulah dicermati lebih lanjut, kemungkinan adanya gejala dari suatu kelainan,
seperti autisme. Namun untuk bisa memastikan bahwa seorang anak itu menderita autisme,
perlu didukung oleh adanya bukti-bukti atau gejala-gejala lain, seperti anak terlihat
kehilangan kontak dengan realitas, kurang mampu berespon secara adekuat terhadap stimulus
yang diberikan, tidak ada kontak mata, dsb. Dalam hal ini, diperlukan bantuan ahli untuk
dapat mendiagnosa secara tepat kelainan yang diderita anak dan membantu penanganannya
tips untuk memberikan keseimbangan pada anak yang lebih suka bermain sendiri :

 Orangtua bisa mulai memperkenalkan anak untuk bermain sosial, misalnya dengan
mengajak anak berkumpul dan bermain bersama saudara-saudaranya, mengundang
teman-temannya atau tetangga untuk bermain bersama di rumah.
 Kurangi pemberian atau batasi penggunaan alat-alat permainan yang bersifat
individualistik yang sangat populer saat ini seperti computer games, menonton vcd,
menonton televisi di kamarnya sendiri, membaca komik, dsb. Keasyikan pada
permainan individualistik ini mengurangi minat anak untuk bermain dengan anak-
anak lain.
 Berikan bimbingan dan model yang baik bagi anak dalam mengajarkan aturan-aturan
sosial dan cara berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak adalah peniru yang sangat
mudah terpengaruh oleh lingkungan terdekatnya. Manfaatkan sifat ini dengan
menunjukkan bahwa orangtua juga memiliki minat yang besar untuk bergaul atau
melibatkan orang lain dalam aktivitas sehari-hari.
MAKALAH PENGANTAR PERKULIAHAN
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Disusun Untuk Mememenuhi Tugas Pada Semester Genap :


“STUDI KASUS 5, ANAK LEBIH SUKA BERMAIN SENDIRI, DAN BICARA
SENDIRI DENGAN MAINANNYA DARIPADA BERMAIN BERSAMA TEMAN
TEMANNYA”

Disusun oleh:
RIZKY AMELLYA FIRDAUS
(1511800214)

Dosen pengampu:
Dra.Tatik Melyuntariningsih,M.Kes.,Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai