01 GDL Anggisetia 1336 1 Ktiangg N PDF
01 GDL Anggisetia 1336 1 Ktiangg N PDF
DI SUSUN OLEH
ANGGI SETIAWAN
NIM. P 12003
DI SUSUN OLEH
ANGGI SETIAWAN
NIM. P 12003
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
ANGGI SETIAWAN
NIM P.12 003
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
v
semangat, do’a, pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan
spiritual, sehingga putramu ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman-teman mahasiswa prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta dan semua pihak yang terkait didalamnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyusun tugas di
kasus ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan
ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Wa’alaikumsalam. Wr. Wb
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
vii
C. Pijat Bayi ............................................................................... 22
viii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 71
B. Saran ...................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas dan sering
yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan infeksi akut. Infeksi adalah masuknya
hidung hingga alveoli beserta dengan aneksanya yang meliputi sinus, rongga
telinga tengah, dan pleura.Infeksi akut adalah infeksi untuk kejadian baru yang
Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan modal utama bagi
pencegahan penyakit seperti ISPA. Perilaku hidup bersih dan sehat sangat
angka kesakitan dan kematian pada saat bencana karena berkaitan dengan
ketersediaan tempat tinggal yang sehat dan kepadatan hunian, baik pada saat
1
2
fase bencana terjadi maupun pada saat fase respon darurat. Dampak yang
paling besar terjadi pada populasi bayi dengan usia kurang dari 12 bulan
(Sinaga, 2012).
Indonesia tercatat 4.600.582 jumlah kelahiran hidup. Secara alamiah, bayi baru
adalah pertambahan ukuran tubuh yaitu tinggi badan dan berat badan,
pada tingkat yang lebih tinggi menurut (Muscari, 2005 dalamSari, 2014).
15 juta kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunya. Pada
Negara sedang berkembang angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran
ISPA tertinggi pada balita (>35%) sedangkan terendah pada kelompok umur
meningkatnya umur, antar laki-laki dan perempuan relatif sama dan sedikit
lebih tinggi di pedesaan. ISPA cederung lebih tinggi pada kelompok dengan
3
kematian balita di rumah sakit (Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2001).
Penyakit ISPA juga banyak ditemukan di RSUD karanganyar dari data yang
penulis dapatkan dari RSUD Karanganyar tercatat dari tahun 2014-2015 adalah
Masa keemasan anak terjadi pada saat anak masih bayi, dimasa itu
tumbuh kembang bayi adalah tidur dan istirahat yang cukup. Tidur yang
nyenyak dapat memberikan pertumbuhan bayi secara optimal, hal ini harus
mengalami masalah tidur, yaitu sekitar 44,2% bayi mengalami gangguan tidur
seperti sering terbangun di malam hari. Namun lebih dari 72% orang tua
menganggap gangguan tidur pada bayi bukan suatu masalah atau hanya
masalah kecil, hal tersebut diungkapkan oleh sebuah penelitian pada tahun
dan masa balita merupakan proses yang teramat penting bagi kehidupan
manusia. Karena pada masa itulah proses tumbuh kembang menentukan masa
depan anak baik secara fisik, mental maupun perilaku. Laju pertumbuhan dan
perkembangan pada setiap tahapan usia tidaklah selalu sama, tergantung dari
faktor keturunan, konsumsi gizi, perlakuan orang tua dan dewasa, dan
4
lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan itu tidak akan
pertumbuhan bayi. Bayi dengan kualitas tidur yang baik akan memiliki
perkembangan yang baik pula, biasanya bayi yang aktif dan tumbuh normal
mempunyai waktu tidur yang baik. Membiasakan bayi tidur siang yang cukup
akan meningkatkan kecerdasan otak bayi, tetapi perlu diperhatikan juga jangan
membiasakan bayi tidur pada sore hari karena kebanyakan bayi akan rewel
tidur harus menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk bayi. Sudah menjadi
kewajiban orang tua untuk memberikan suasana yang nyaman pada saat bayi
tidur. Selain itu kondisi kesehatan bayi juga dapat menyebabkan si kecil susah
Saat ini berbagai terapi untuk mengatasi masalah tidur bayi sudah
farmakologis. Salah satu contoh terapi non farmakologis adalah dengan terapi
pijat bayi. Pijat bayi adalah gerakan usapan lambat dan lembut pada seluruh
tubuh bayi yang dimulai dari kaki, perut, dada, wajah, tangan dan punggung
bayi. Pijat bayi disebut juga sebagai stimulus touch atau terapi sentuh.
Dikatakan terapi sentuh karena melalui pijat bayi inilah akan terjadi
5
komunikasi yang aman dan nyaman antara ibu dan buah hatinya. Sebenarnya,
pijat bayi ini sudah dikenal oleh berbagai bangsa dan kebudayaan didunia ini
sejak berabad- abad yang lalu. Pijat bayi berkembang dalam berbagai bentuk
jenis gerakan, terapi dan tujuan. Selain sebagai salah satu terapi yang banyak
memberikan manfaat, pijat bayi ini juga merupakan salah satu cara
pengungkapan kasih sayang antara orang tua dan anak, melalui sentuhan pada
kulit yang berdampak luar biasa pada perkembangan fisik, emosi, dan tumbuh
Pijat bayi adalah terapi sentuhan tertua dan terpopuler yang dikenal
manusia, yang juga merupakan seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang
dikarenakan pijat bayi sangat berhubungan erat dengan kehamilan dan proses
Touch therapy atau massage (pemijatan) adalah salah satu tekhnik yang
anak dan orang tua, anak akan merasa tentram dan nyaman karena dampak
psikologis dari pemijatan ini adalah menyatakan rasa sayang. Terlebih lagi bila
anak akan terasa hangat, sedangkan secara kejiwaan hubungan anak dengan
Keuntungan dari pijat bayi adalah menjalin kasih sayang dengan orang-
tenang dan kekebalan tubuhnya akan meningkat), melatih bayi untuk lebih
penelitian juga menunjukan mean atau rata-rata kualitas tidur pre sebesar 23,77
dengan keluhan demam, dan batuk-pilek, dan ibu pasien mengatakan An. N
dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Pemberian Terapi Pijat Bayi Terhadap
Kualitas Tidur Bayi Pada asuhan Keperawatan An. N Dengan Ingfeksi Saluran
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
kualitas tidur bayi pada An. N dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut di
2. Tujuan Khusus
Pernafasan Akut.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
8
2. Rumah Sakit
pelayanan yang diberikan pada pasien dengan gangguan pola tidur dalam
4. Bagi Penulis
dalam pemberian terapi pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi pada asuhan
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian ISPA
areanya, pernafasan atas atau saluran pernafasan atas (upper airway) yang
2012).
pada anak sering kali bersamaan dengan proes infeksi akut pada bronkus
9
10
2. Etiologi
a. Agen penginfeksi
b. Umur
meningkat pada umur 3-6 bulan, pada waktu ini antara hilangnya
c. Ukuran
Pembuluh Eustchius relatif pendek dan terbuka pada anak kecil dan
bagian tengah.
d. Daya tahan
e. Variasi musim
dalam wabah selama bulan musim semi dan dingin, tetapi infeksi
dingin.
3. Patofisiologi
virus dengan tubuh. Masuknya virus merusak lapisan epitel dan lapisan
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.
System imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan
limfoid yang tersebar, merupakan cirri khas system imun mukosa. Ciri
khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas
atas sedangkan IgG pada saluran pernfasan bawah. Diketahui pula bahwa
2012).
2) Pernafasan normal
13
b. Pneumonia
2) Demam
6) Terdapat nafas cepat 50 x/menit atau lebih pada anak umur 2-12
c. Pneumonia berat
2) Kejang
nafas cuping hidung, sianosis, suara nafas lemah atau hilang, grunting
5. Penatalaksanaan
c. Memberi makan pada anak dengan nilai gizi dan kalori yang tinggi
setiap hari selama seminggu atau sampai brat badan bayi mencapai
penyakut infeksi
e. Usahakan anak minum lebih banyak ASI, karena anak dengan infeksi
f. Gunakan bahan yang aman seperti kecap manis atau madu yang
6. Pencegahan
7. Komplikasi
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
nafas. Observasi adanya reteraksi, suara serak, stridor, batuk, apakah ada
kulit, apakah kulit berwarna merah muda atau sianosis, cata perubahan
yang terjadi.
b. Diagnosa Keperawatan
infektif
pembedahan
c. Intervensi Keperawatan
mudah.
Intervensi
ekspansi paru
17
memungkinkan
terjadinya aspirasi
infektif
gejala infeksi.
Intervensi
pembedahan
18
Intervensi
mengurangi nyerinya
Intervensi
anak cemas
anak.
19
yang lebih lama keterjagaan (Perry et all, 2006). Pada dasarnya, tidur dibagi
menjadi dua tahapan yaitu non REM (non Rapid Eye Movement) atau biasa
disebut tidur tenang dan REM (Rapid Eye Movement) atau biasa disebut tidur
aktif. Tidur bagi bayi adalah suatu keharusan seiring dengan pertumbuhan
tubuhnya. Para ahli mengatakan, tidur memberi efek yang sangat positif untuk
kecerdasan seorang anak dapat dipengaruhi oleh tidur bayi yang aktif. Ketika
tidur aktif aliran darah keotak akan meningkat, pertumbuhan sel-sel otak lebih
yang terjadi pada waktu orang itu terbangun. Jika kualitas tidurnya bagus
artinya fisiologis tubuh, dalam hal ini sel otak akan pulih kembali seperti
semula saat bangun tidur. Bayi dengan tidur yang baik tanpa sering terbangun,
pada saat terbangun akan lebih bugar dan tidak gampang rewel. Kualitas tidur
perkembanganotak bayi, tetapi juga mempengaruhi sikap bayi pada saat bayi
75% hormon pertumbuhan dikeluarkan pada saat anak tidur, hormon bertugas
pembaruan sel ini akan berlangsung lebih cepat ketika si kecil tidur nyenyak.
Tidur juga menjaga daya tahan tubuh anak dari gangguan infeksi. Jika kurang
tidur kadar sel darah putih dalam tubuh akan menurun, sehingga efektifitas
sistem daya tahan tubuh juga menurun, anak menjadi mudah sakit dan
Sedangkan dampak psikologis yang biasa terjadi adalah emosi anak lebih labil,
a. Lingkungan
21
tersendiri bagi kualitas tidur bayi. Hindarkan bayi dari suara bising pada
karena hal ini dapat membuat bayi sesak saat bernafas. Jangan
membiasakan bayi tidur dalam ruangan yang sangat terang, hal ini dapat
membuat bayi tidak bisa membedakan antara siang dan malam karena
b. Latihan fisik
lebih rilek dan mudah merasa ngantuk, sehinga bayi lebih mudah
tertidur.
c. Nutrisi
halus dan mudah dicerna. Penuhi kebutuhan makan dan minum bayi
sebelum tidur, jika bayi merasa belum kenyang akan sulit tidur atau
sulit terbangun.
d. Penyakit
22
C. Pijat Bayi
kontak antara anak dan orang tua, anak akan merasa tentram dan nyaman
Pijat bayi disebut juga sebagai stimulus touch atau terapi sentuh.
Dikatakan terapi sentuh karena melalui pijat bayi inilah akan terjadi
komunikasi yang aman dan nyaman antara ibu dan buah hatinya. Pijat bayi
ini sudah dikenal oleh berbagai bangsa dan kebudayaan di dunia ini sejak
jenis gerakan, terapi dan tujuan. Selain sebagai salah satu terapi yang
banyak memberikan manfaat, pijat bayi ini juga merupakan salah satu cara
pengungkapan kasih sayang antara orang tua dan anak, melalui sentuhan
23
pada kulit yang berdampak luar biasa pada perkembangan fisik, emosi, dan
Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran pada zaman Mesir kuno. Di India
juga ditemukan tentang seni pengobatan pijat ini dalam kitab Ayur-Veda,
tentang pijat, diet dan olah raga sebagai penyembuhan utama pada masa
Di Indonesia pijat bayi juga merupakan salah satu jenis pijat yang
dan gerakan yang dilakukan paada pijat bayi tradisional tidak disertai
dengan sugesti yang megandung banyak manfaat bagi tubuh bayi (Riksani,
2012).
bayiadalah :
i. Mempererat ikatan kasih sayang antara bayi dan orang tua. Melalui
sentuhan dan pijatan serta adanya kontak mata antara bayi dan orang
2012).
Pijat bayi bisa dilakukan segera setelah bayi dilahirkan, atau sesuai
dengan keinginan orang tua. Apabila dilakukan pemijatan lebih dini, bayi
akan mendapatkan manfaat dan keuntungan yang lebih besar. Hasil yang
lebih optimal akan didapat jika pemijatan dilakukan sejak bayi baru lahir
secara teratur setiap hari hingga bayi berusia 6-7 bulan, pemijatan bisa
dilakukan lebih dari 1 kali dalam sehari. Waktu yang terbaik untuk
melakukanya saat bayi dalam keadaan terjaga dengan baik. Hindari saat-
saat ketika bayi anda terlihat lapar, kekenyangan, lelah, atau sedang
menangis.
a. Pada pagi hari sebelum mandi, saat orang tua dan anak siap untuk
mulaiberaktifitas
b. Pada malam hari, sebelum tidur. Jika bisa dilakukan pada ssat ini, akan
Berikut ini kondisi yang tidak boleh dilakukan saat melakukan pijat
bayi:
a. Mencuci tangan
b. Hindari kuku panjang dan perhiasan yang bisa menggores kulit bayi
pemijatan
h. Siapkan handuk, popok, baju ganti dan minyak, lotion atau baby oil
26
gesekan yang dapat terjadi karena kontak dengan kulit. Minyak yang
cocok adalah minyak zaitun, miyak telon atau baby oil. Jangan
bayi.
proses pemijatanbayi:
a. Usia bayi usia 0-1 bulan, bayi cukup dipijat dengan gerakan halus
seperti mengusap-usap
(Riksani, 2012).
a. Kaki
soft ball
27
memerah susu.
a) Pegang kaki bayi pada pangkal paha dan kedua tangan secara
bersamaan
3) Telapak kaki
telapak kaki.
6) Titik tekanan
7) Punggung kaki
bayi.
bayi.
pergelangan kaki.
b. Perut
1) Mengayuh sepeda
dan kiri.
3) Ibu jari
4) Bulan - Matahari
beberapa kali
huruf “I”
mulai dari kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri atas ke kiri
bawah
ke kiri bawah.
bagian kanan
gelembung udara.
c. Dada
1) Jantung besar
ke ulu hati.
2) Kupu-kupu
menyilang dari tengah dada atau ulu hati ke arah bahu kanan, dan
kembali ke ulu hati. Gerakkan tangan kiri dan kembali ke ulu hati.
d. Tangan
tubuh. Guna cara pemijatan ini adalah untuk relakasi kanan atau
melemaskan otot.
4) Membuka tangan
5) Putar jari-jari
gerakan ini dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari-jari bayi
anda.
6) Punggung tangan
arah pundak.
9) Gerakan menggulung
e. Muka
bayi
lembaran buku
b) Gunakan kdua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis
hidung
lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri bayi anda
dagu.
f. Punggung
lagi ke leher.
punggung.
(Riksani, 2012).
37
D. Kerangka teori
E. Kerangka Konsep
Subjek aplikasi riset ini adalah pemberian terapi pijat terhadap kualitas
tidur bayi usia 3 bulan 29 hari pada asuhan keperawatan An. N dengan Infeksi
1. Tempat
RSUD Karanganyar
2. Waktu
38
39
D. Prosedur Tindakan
Table 3.1
A. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur
B. Fase Kerja
1. Mencuci tangan dengan benar
9. Wajah pertama pada dahi, alis, hidung, mulut bagian atas, mulut
bagian bawah, membuat lingkaran kecil pada rahang, belakang
telinga.
C. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
3. Berpamitan
E. Alat Ukur
Tabel 3.2
Ukuran tidur 3 2 1
No
Tidak Masalah Masalah
masalah kecil berat
1. Durasi tidur malam
( ) ( ) ( )
(Jam 19.00-07.00 WIB)
2. Durasi tidur siang ( ) ( ) ( )
41
3. Jumlah terbangun saat tidur malam (Mulai jam 22.00-06.00 WIB lebih
4. Tidur tepat waktu malam hari (Tepat waktu pada saat mau tidur malam
a. Masalah berat : tidur tidak tepat waktu dan selisih lebih dari 3 jam
b. Masalah ringan : tidur tidak tepat waktu dan selisih kurang dari 1
jam
c. Tidak masah : Tepat waktu pada saat mau tidur malam dengan
hari-hari sebelumnya
LAPORAN KASUS
Kualitas Tidur Bayi Pada Asuhan Keperawatan An. N dengan Infeksi Saluran
dilakukan penulis pada hari Jumat, 13 Maret 2015 jam 08.30 WIB.
A. Identitas Klien
tinggal bersama kedua orang tuanya Ny. P dan Tn. J beralamat di Sido Mulyo,
Taman Sari, Kerjo, Karanganyar. Ny. P berumur 30 tahun dan Tn. J berumur
32 tahun, An. N masuk di RSUD Karanganyar pada tanggal 13 Maret 2015 dan
An. N adalah Tn. J yang merupakan ayah dari An. N pendidikan terakir sampai
B. Pengkajian
Alasan An. N masuk rumah sakit, Ny. P mengatakan An. N panas, batuk
berdahak, dan pilek. An. N rewel pada kamis malam tanggal 12 maret 2015
pada jam 23.00 WIB, kemudian An. N di bawa ke rumah sakit RSUD
Karanganyar pada hari jumat tanggal 13 maret 2015 pada jam 04.20 WIB.
Diruang IGD diperiksa suhu 39°C, nadi 120x permenit, pernafasan 35x
43
44
sanpicilin 3x200 gram, norages 50 gram, sirup ottopan 3x½ cth kemudian
Ny. P mengatakan An. N demam, batuk berdahak, dan pilek. Riwayat penyakit
ini, An. N juga tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun makanan.
saat lahir 3,1 kg, Antropometri berat badan An. N sebelum sakit 6,7 kg, berat
badan selama sakit 6,5 kg, panjang badan 65 cm, lingkar kepala 39 cm, lingkar
dada 45 cm, lingkar lengan 15 cm. Pola istirahat dan tidur Ny. P mengatakan
anak tidur siang dan malam ±14-15 jam, selama sakit An. N tidurnya sebentar-
sebentar bangun, tidur siang tidak nyenyak dan rewel. Nilai BISQ durasi tidur
malam (1), durasi tidur siang (1), jumlah terbangun saat tidur malam (1), tidur
tepat waktu malam hari (1), durasi terjaga selama jam malam (1).
45
Tabel 4.1
Ukuran tidur 3 2 1
Tidak Masalah Masalah
masalah kecil berat
6. Durasi tidur malam ( ) ( ) (√)
7. Durasi tidur siang ( ) ( ) (√)
8. Jumlah terbangun saat tidur malam ( ) ( ) (√)
9. Tidur tepat waktu malam hari ( ) ( ) (√)
10. Durasi terjaga selama jam malam ( ) ( ) (√)
Status nutrisi dan cairan pasien, sebelum sakit Ny. P mengatakan An.
N minum kuat, jenis ASI, frekuensi sering, tidak ada keluhan, selama sakit Ny.
P mengatakan An. N minum ASI kuat, frekuensi sering, tidak ada keluhan. Pola
eliminasi pasien, Ny. P mengatakan sebelum sakit An. N BAK 8-10 kali sehari,
warna kuning jernih, bau khas amoniak, tidak ada keluhan. BAB frekuensi satu
hari dua kali, konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, berbau khas, tidak
ada keluhan.
suhu 38,4°C, nadi 120x permenit, pernafasan 35x permenit. Data subyektif
yang diperoleh, Ny. P mengatakan An. N panas, batuk berdahak, pilek, rewel,
dan susah tidur. Data obyektif yang diperoleh, pasien tampak batuk berdahak,
pilek, pernafasan 35x permenit terdengar suara ronki, pasien tampak rewel, dan
terlihat pucat.
46
berbentuk mesocepal, kondisi rambut dan kulit bersih, warna hitam. Pada
pemeriksaan mata sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor.
simetris kanan dan kiri sama, ketajaman pendengaran tidak ada gangguan
septum deviasi. Pemeriksaan mulut warna bibir merah muda, membran mukosa
kering. Pemeriksaan leher, bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran tiroid,
tidak ada distensi vena leher. Pemeriksaan dada, pada pemeriksaan paru-paru
ekspansi dada kanan dan kiri sama, bentuk dada simetris, pada pemeriksaan
perkusi jantung berbunyi pekak, ICS II kiri atas jantung, ICS V batas bawah
jantung, ICS IV kanan (dekat sternum) batas kanan jantung, dan ICS kiri
jantung I-II murni. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi tidak ada jejas atau
perkusi berbunyi timpani, palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak
ekstermitas atas, kekuatan otot ka/ki 5/5, perubahan bentuk tulang tidak ada
deformatis tulang, tapilari refile < 2 detik, perabaan akral hangat, tidak ada
perubahan tulang tidak ada deformatis tulang, tapilari refile < 2 detik, tidak ada
Maret 2015 didapatkan hasil : hemoglobin 11,9 dengan satuan 9/dL, normalnya
Leukosit 10,24 dengan satuan 10ˆ3uL, normalnya 5-10. Trombosit 367, dengan
normalnya 4,50-12,00. MPV 8,9 dengan satuan fL, nilai normalnya 6,5-12,00.
PDW 16,1 degan satuan fL, normalnya 9,5-17,00. MCV 82,6 dengan satuan
fL, normalnya 82,0-92,0. MCH 29,4 dengan satuan pg, nilai normalnya 27,0-
31,0. MCHC 35,6 dengan satuan 9/dL, normalnya 32,0-37,0. Grans % 50,8
Eosinofil 0,9 dengan satuan %, nilai normalnya 0,5-5,0. Basofil 1,4 dengan
saluran kemih, saluran nafas, saluran cerna, dan saluran empedu yang
48
septikimia, ISK, infeksi saluran nafas, meningitis. Sirup ottopan 3x½ cth
ekspektoran berfungsi untuk penyakit saluran nafas akut dan kronik yang
Dari pengkajian dan observasi yang diperoleh dari An. N pada tanggal
13 maret 2015 jam 08.30 WIB penulis melakukan analisa data dan kemudian
mengatakan anak batuk berdahak dan pilek. Data obyektif anak tampak batuk
berdahak, pilek, terdengar suara ronki, pernafasan 35x permenit, dan terlihat
rewel. Diagnosa yang muncul bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
subyektif ibu mengatakan anak demam. Data obyektif yang diperoleh anak
tampak rewel, suhu tubuh 38,4°C, anak tampak digendong, mukosa bibir
kering, minum ASI. Jam 09.15 WIB masalah keperwatan ketiga adalah
gangguan pola tidur berhubungan dengan proses infeksi yang ditandai dengan
data subyektif ibu mengatakan anak susah tidur dan rewel. Data obyektif yang
49
diperoleh anak terlihat pucat, tampak rewel, dan digendong oleh ibunya,
D. Perencanaan
efektif dengan kriteria hasil jalan nafas paten dengan nafas bersih, pernafasan
proses penyembuhan.
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh menurun dengan kriteria
hasil tanda-tanda vital normal, anak tidak rewel. Intervensi pantau tanda-tanda
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan gangguan pola tidur dapat teratasi
dengan kriteria hasil pasien dapat tidur sesuai kebutuhan ±14-15 jam perhari,
nilai BISQ Nilai BISQ durasi tidur malam (3), durasi tidur siang (3), jumlah
terbangun saat tidur malam (3), tidur tepat waktu malam hari (3), durasi terjaga
50
selama jam malam (3), pasien tidak terlihat pucat, dan tidak rewel. Intervensi
kaji pola tidur, rasional mengetahui pola tidur pasien. Ciptakan suasana yang
E. Implementasi
telah dilakukan penulis pada diagnosa pertama tanggal 13 maret 2015 jam
08.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital pasien respon subyektif ibu pasien
mengatakan bersedia. Untuk data obyektifnya akral teraba hangat, suhu 38°C,
nadi 120x permenit, pernafasan 35x permenit. Jam 09.00 WIB mengkaji pola
nafas data subyektif ibu mengatakan anak batuk pilek. Data obyektif terdengar
fisioterapi dada. Data obyektif secret tampak keluar, An. N tampak menangis,
tampak batuk. Jam 11.45 WIB kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian
obat, dengan data subyektif ibu mau memberikan obat pada An. N. Data
obyektif anak tampak diberikan obat ambroxol 3x½ cth, An. N tampak
menangis.
Implementasi pada tanggal 14 Maret 2015 oleh penulis pada jam 08.00
WIB untuk diagnosa pertama memantau tanda-tanda vital pasien, dengan data
subyektif ibu mengatakan suhu pada anak sudah menurun. Data obyektif suhu
37°C, nadi 118x permenit, pernafasan 30x permenit. Jam 11.00 WIB
51
dada, secret tampak keluar. Jam 12.15 WIB kolaborasi dengan tim dokter
tentang pemberian terapi obat, dengan data subyektif ibu mau menerima An. N
diberi obat injeksi. Dengan data obyektif injekksi sanpisilin 3x200 mg, injeksi
diagnosa pertama pada jam 08.30 WIB yaitu melakukan tanda-tanda vital pada
pasien dengan data subyektif ibu mengatakan suhu badan anak menurun. Data
obyektif suhu 36,6°C, nadi 118x permenit, pernafasan 30x permenit. Jam 11.00
WIB kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian anti biotik dan obat
batuk, dengan data subyektif ibu mau menerima obat injeksi dan mau
meminumkan obat sirup. Data obyektif injeksi sanpisilin 3x200 mg, injeksi
gentamisin 2x20 mg, sirup ambroxol 3x½ cth, anak tampak tidur.
tanggal 13 Maret 2015 jam 08.00 WIB yaitu memantau tanda-tanda vital pasien
vital. Data obyektif suhu 38°C, nadi 120x permenit, pernafasan 35x permenit.
Jam 08.30 WIB memberikan kompres hangat dengan data subyektif ibu
bersedia anak dikompres hangat. Data obyektif ibu tampak kooperatif, kompres
hangat tampak terpasang, pasien tampak tidak rewel. Jam 11.45 WIB
kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian obat, dengan data subyektif
52
ibu mau memberikan obat pada An. N. Data obyektif anak tampak diberikan
WIB yaitu memantau tanda-tanda vital, dengan data subyektif ibu mengatakan
suhu badan anak sudah menurun. Data obyektif suhu 37°C, nadi 118x/menit,
pada anak, dengan data subyektif ibu mengtakan bersedia. Data obyektif ibu
ASI. Jam 12.15 WIB kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian terapi
obat, dengan data subyektif ibu mau menerima An. N diberi obat injeksi. Data
Diagnosa kedua pada jam 08.30 WIB melakukan tanda-tanda vital pada
pasien dengan data subyektif ibu mengatakan suhu badan anak menurun. Data
obyektif suhu 36,6°C, nadi 118x permenit, pernafasan 30x permenit. Jam 11.00
WIB kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian anti biotik dan obat
batuk, dengan data subyektif ibu mau menerima obat injeksi dan mau
meminumkan obat sirup. Data obyektif injeksi sanpisilin 3x200 mg, injeksi
gentamisin 2x20 mg, sirup ambroxol 3x½ cth, anak tampak tidur.
Diagnosa ketiga pada tanggal 13 Maret 2015 jam 11.00 WIB mengkaji
pola tidur pasien dengan data subyektif ibu pasien mengatakan anak susah tidur
dan rewel, tidur sebentar-sebentar bangun. Data obyektif pasien tampak rewel,
pasien digendong ibunya, pasien tampak pucat, mukosa bibir kering, nilai
BISQ durasi tidur malam (1), durasi tidur siang (1), jumlah terbangun saat tidur
53
malam (1), tidur tepat waktu malam hari (1), durasi terjaga selama jam malam
(1). Jam 11.30 WIB membatasi jumlah pengunjung secara bergantian dengan
melakukan fisioterapi pijat bayi, dengan data subyektif ibu bersedia An. N
dipijat. Data obyektif pasien tampak dipijat, pasien tampak rileks, nilai BISQ
durasi tidur malam (1), durasi tidur siang (2), jumlah terbangun saat tidur
malam (1), tidur tepat waktu malam hari (1), durasi terjaga selama jam malam
(1).
memberikan terapi pijat dan mengajarkan pada ibu cara tekhnik pijat bayi,
dengan data subyektif ibu bersedia An. N diterapi pijat bayi dan bersedia
diajarkan tekhnik pijat bayi. Data obyektif anak tampak rileks, dan tidak rewel,
ibu tampak memperhatikan dengan seksama pemijatan bayi. Nilai BISQ durasi
tidur malam (3), durasi tidur siang (3), jumlah terbangun saat tidur malam (3),
tidur tepat waktu malam hari (3), durasi terjaga selama jam malam (3).
F. EVALUASI
Karanganyar dimulai sejak hari jumat tanggal 13 Maret 2015 jam 09.00 WIB
secret. Didapatkan hasil evaluasi dengan data subyektif ibu pasien mengatakan
54
anak batuk pilek. Data obyektif pernafasan 35x permenit, terdengar suara
lanjutkan intervensi, berikan fisioterapi dada, terapi medis sirup ambroxol 3x½
cth.
pada jam 10.15 WIB untuk diagnosa pertama bersihan jalan nafas berhubungan
fisioterapi dada.
jam 10.00 WIB untuk diagnosa pertama bersihan jalan nafas berhubungan
dengan akumulasi secret, didapatkan hasil evaluasi dengan data subyektif ibu
maret 2015 jam 09.30 WIB hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan
penyakit dengan data subyektif ibu mengatakan anak panas. Data obyektif suhu
dengan proses jalan penyakit, didapatkan hasil data subyektif ibu mengatakan
demam anak sudah menurun. Data obyektif suhu 37°C, akral teraba hangat.
Evaluasi diagnosa ketiga pada hari jumat tanggal 13 maret 2015 jam
11.00 WIB gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi dengan data
subyektif ibu mengatakan anak susah tidur dan rewel. Data obyektif pasien
tampak rewel, pasien tampak digendong, nilai BISQ durasi tidur malam (1),
durasi tidur siang (1), jumlah terbangun saat tidur malam (1), tidur tepat waktu
malam hari (1), durasi terjaga selama jam malam (1). Analisis masalah,
membatasi pengunjung.
Pada hari sabtu tanggal 14 maret 2015 jam 11.30 WIB penulis
rewel, pasien tampak digendong, pasien tampak pucat, nilai BISQ durasi tidur
malam (1), durasi tidur siang (2), jumlah terbangun saat tidur malam (1), tidur
tepat waktu malam hari (1), durasi terjaga selama jam malam (1). Analisis
10.30 WIB melakukan evaluasi pada diagnosa ketiga gangguan pola tidur
mengatakan anak sudah bias tertidur pula. Data obyektif anak tampak tidak
rewel, anak tampak tertidur, nilai BISQ durasi tidur malam (3), durasi tidur
siang (3), jumlah terbangun saat tidur malam (3), tidur tepat waktu malam hari
(3), durasi terjaga selama jam malam (3). Analisis masalah, masalah gangguan
bayi, mengajarkan pada ibu pasien tentang teknik terapi pijat bayi, dan
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
A. Pengkajian
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan
hasil nadi 120x permenit, pernafasan 35x permenit, suhu 38, 4°C. Hal ini
sependapat dengan Rasmailah (2004) dalam Marni (2014) bahwa secara klinis
takipnea, nafas tidak teratur, retraksi dinding thoraks. Sedangkan pada system
57
58
bakteri, dan parasit). Ketika virus atau bakteri masuk kedalam tubuh, berbagai
jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan pirogen endogen (zat penyebab
mengenai bayi dan anak, bayi yang masih sangat muda akan sangat mudah
yang sering mengenai bayi dan anak. Penyakit batuk pilek juga dapat mengenai
orang dewasa tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi dan anak penyakit ini
sedangkan orang dewasa hanya terbatas dan tidak menimbulkan demam yang
tinggi (Ngastiyah,2003).
tidur siang tidak nyenyak dan rewel, nilai BISQ durasi tidur malam (1), durasi
tidur siang (1), jumlah terbangun saat tidur malam (1), tidur tepat waktu malam
hari (1), durasi terjaga selama jam malam (1). Menurut (Prasetyono, 2012) ada
beberapa hal yang menyebabkan sikecil susah tidur yaitu batuk, merupakan
gejala dari penyakit yang dideritanya seperti ashma, alergi, atau flu. Bayi tidak
atau flu membuat bayi susah tidur karena sulit bernafas, apalagi dia belum bisa
dan kiri sama bentuk dada simetris, perkusi suara paru sonor, palpasi:
pengembang dada kanan dan kiri sama vocal vremitus sama, auskulatsi
terdengar suara ronki. Hal ini sependapat dengan (Wilkinson, 2011) bahwa
pada pemeriksaan paru akan terdapat suara tambahan misalnya rale, crackle,
mengatakan An. N minum kuat, jenis ASI, frekuensi sering, tidak ada keluhan,
selama sakit Ny. P mengatakan An. N minum ASI kuat, frekuensi sering, tidak
ada keluhan. Pola eliminasi pasien, Ny. P mengatakan sebelum sakit An. N
BAK 8-10 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas amoniak, tidak ada
keluhan. BAB frekuensi satu hari dua kali, konsistensi lembek, warna kuning
kecoklatan, berbau khas, tidak ada keluhan. Dalam pengkajian status nutrisi
berkaitan dengan nutrisi. Pengkajian nutrisi dinilai dari status gizi dimana
yaitu gejala klinis, Dietary history yaitu latar belakang diet (Siregar, 2005).
Maret 2015 didapatkan hasil : hemoglobin 11,9 dengan satuan 9/dL, normalnya
Leukosit 10,24 dengan satuan 10ˆ3uL, normalnya 5-10. Trombosit 367, dengan
normalnya 4,50-12,00. MPV 8,9 dengan satuan fL, nilai normalnya 6,5-12,00.
PDW 16,1 dengan satuan fL, normalnya 9,5-17,00. MCV 82,6 dengan satuan
fL, normalnya 82,0-92,0. MCH 29,4 dengan satuan pg, nilai normalnya 27,0-
31,0. MCHC 35,6 dengan satuan 9/dL, normalnya 32,0-37,0. Grans % 50,8
Eosinofil 0,9 dengan satuan %, nilai normalnya 0,5-5,0. Basofil 1,4 dengan
darah lengkap dan pemeriksaan feses untuk mencari ada tidaknya telur cacing
IgE total diperiksa hanya pada beberapa penderita disesuaikan dengan kondisi
dan situasi penderita. Sebaiknya pemeriksaan IgE total dilakukan. Bila fasilitas
kadar IgE total (Pudiastuti, 2011). Pada pemeriksaan analisa gas darah PAO2
61
Putri, 2013).
saluran kemih, saluran nafas, saluran cerna, dan saluran empedu yang
septikimia, ISK, infeksi saluran nafas, meningitis. Sirup ottopan 3x½ cth
ekspektoran berfungsi untuk penyakit saluran nafas akut dan kronik yang
B. Diagnosa Keperawatan
berdasarkan data yang terkumpul dan berupa rumusan tentang respon klien
terhadap masalah kesehatan serta faktor penyebab (etiologi) yang perlu diatasi
Menurut Wong, (2003) diagnosa yang sering muncul pada pasien anak
Dari diagnosa yang sering muncul menurut (Wong, 2003) penulis tidak
Dari ketiga diagnosa diatas ada dua diagnosa yang tidak sama dengan
saluran nafas yang bersih. Secara teori diagnose ini dimunculkan apabila
terdapat batasan karakteristik antara lain suara nafas tambahan (misalnya rale,
crackle, ronki dan mengi), perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan,
batuk tidak ada atau tidak efektif, sianosis, kesulitan untuk bicara, penurunan
2011). Kondisi An. N saat itu sesuai dengan teori yaitu Ny. P mengatakan An.
penulis, yaitu terdapat suara ronki pada pemeriksaan paru dan pernafasan 35x
permenit.
demam, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan penulis didapatkan hasil akral
teraba hangat , nadi 120x permenit, pernafasan 35x permenit, dan suhu 38, 4°C.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal. Secara teori,
harus terpenuhi antara lain kulit merah, suhu tubuh meningkat di atas rentang
Diagnosa ketiga yang diambil oleh penulis adalah gangguan pola tidur
kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat fakor eksternal. Batasan karakteristik
gangguan pola tidur perubahan pola tidur normal, keluhan verbal merasa
2009).
mengacu pada pengkajian yaitu data subjektif Ny. P mengatakan An. N susah
tidur dan rewel. Data obyektif An. N terlihat pucat, tampak rewel dan
digendong oleh ibunya, An. N tidur sebentar-sebentar bangun dan tidur siang
tidak nyenyak, nilai BISQ durasi tidur malam (1), durasi tidur siang (1), jumlah
terbangun saat tidur malam (1), tidur tepat waktu malam hari (1), durasi terjaga
C. Intervensi
jalan nafas efektif dengan kriteria hasil jalan nafas paten dengan nafas bersih,
meliputi: tekanan darah, nadi, perifri, dan nadi apical (HR), pernafasan(RR),
2012).
menurun dengan kriteria hasil yaitu tanda-tanda vital dalam batas normal, anak
tidak rewel.
kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian obat antipiretik (Putri, 2009).
dilakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan gangguan pola tidur dapat
teratasi dengan kriteria hasil pasien dapat tidur ± 14-15 jam per hari,pasien
tidur adalah kaji pola tidur untuk mengetahui pola tidur pasien, pola tidur
tidur sehingga bayi dapat tidur dengan nyaman dan nyenyak. Setelah dipijat
bayi akan merasa nyaman, dengan begitu bayi akan tidur lebih lama dan
D. Implementasi Keperawatan
(Maryam, 2008).
memantau tanda-tanda vital klien meliputi tekanan darah, nadi perifer dan nadi
apikal (HR), pernafasan (RR), dan suhu tubuh (Suparmi, 2012). Implementasi
pasien untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas yang
obat mukolitik, ambroxol 3x½ cth golongan mukolitik dan ekspektoran, dengn
indikasi penyakit saluran nafas akut dan kronik yang disertai sekresi
air hangat, umumnya mengompres anak akan menurunkan demam dalam 30-
pemberian obat antipiretik, ottopan 3x½ cth dengan indikasi demam, sakit gigi,
mengetahui pola tidur pasien. Pola tidur adalah suatu keharusan seiring dengan
sesuai dengan intervensi yang ditegakkan. Salah satu prioritas masalah yang
68
Pemberian terapi pijat bayi terhadap gangguan pola tidur pada klien
dapat meningkatkan kualitas tidur bayi. Hal ini dapat dibuktikan dengan teori
pijat bayi menurut (Riksani, 2012) pijat bayi dapat mengatasi gangguan tidur
sehingga bayi dapat tidur dengan nyaman dan nyenyak. Setelah dipijat bayi
akan merasa nyaman, dengan begitu bayi akan tidur lebih lama dan lebih
nyenyak.
Pijat bayi dapat meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur
lebih lelap, umumnya bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, selanjutnya
pada waktu terbangun konsentrasinya akan lebih penuh. Dengan tidur yang
lelap dan efektif, sikecil akan merasa bugar saat terbangun. Kebugaran dan
kesehatan tubuh ini akan sangat menunjang konsentrasi dan kerja otak sekecil
(Riksani, 2012).
vagus. Suplai saraf parasimpatis dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf
vagus. Saraf vagus adalah saraf kepala kesepuluh yang mengatur fungsi organ
tubuh termasuk dibagian dada dan perut. Rangsangan pada saraf vagus (saraf
subyektif Ny. P mengatakan anak sudah bisa tertidur pulas, data obyektif An.
N tidak rewel dan tampak tertidur pulas, nilai BISQ durasi tidur malam (3),
69
durasi tidur siang (3), jumlah terbangun saat tidur malam (3), tidur tepat waktu
E. Evaluasi
kesehatan sekarang dan menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada
hasil pada perencanaan dari hasil akhir dari tindakan implementasi penulis.
Evaluasi yang akan dibahas meliputi tiga diagnosa yaitu bersihan jalan nafas
penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subjektif,
Objektif, Assesment dan planning). Evaluasi dilakukan setiap hari selama tiga
diagnosa pertama bersihan jalan nafas tidak efektif dengan data subyektif ibu
pasien mengatakan batuk anak sudah tidak berdahak, data obyektif pernafasan
70
30x permenit, nadi 118x permenit. Analisa masalah gangguan pola tidur sudah
demam anak sudah menurun, data obyektif 37°C, akral teraba hangat. Analisa
hasil dari keperwatan ini adalah suhu tubuh pasien dalam batas normal 36-
37°C, anak tidak rewel (Wilkinson, 2011). Hal ini meyatakan masalah
diagnosa ketiga gangguan pola tidur dengan data subyektif ibu pasien
mengatakan anak sudah bisa tertidur pulas, data obyektif anak tampak tidak
rewel, anak tampak tertidu, nilai BISQ durasi tidur malam (3), durasi tidur
siang (3), jumlah terbangun saat tidur malam (3), tidur tepat waktu malam hari
(3), durasi terjaga selama jam malam (3). Analisa masalah gangguan pola pola
Tujuan kriteria hasil dari keperwatan ini adalah pasien dapat tidur ± 14-15 jam
per hari, pasien tidak terlihat pucat, pasien tidak rewel. Hal ini menyataka
A. Kesimpulan
injeksi sanpicilin 3x200 gram, norages 50 gram, sirup ottopan 3x½ cth.
sebelum An. N sakit ibu pasien mengatakan anak tidur siang dan malam ±
14-15 jam per hari, setelah sakit ibu pasien mengatakan anak tidur
71
72
bayi.
mukolitik.
tipis, dan kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian obat analgesik.
5. Evaluasi masalah bersishan jalan nafas tidak efektif pada An. N dengan
setelah dilakukan tindakan terapi pijat bayi pasien sudah bias tidur pulas
6. Analisa
Hasil analisa pada kasus An. N dengan diagnosa gangguan pola tidur
berhubungan dengan proses infeksi yaitu ibu mengatakan anak susah tidur
dan rewel. Data obyektif yang diperoleh anak terlihat pucat, tampak rewel,
tidak nyenyak selanjutnya diberikan terapi pijat bayi selama 2 kali dan
didapatkan hasil An. N sudah bisa tidur pulas dan tidak rewel, nilai BISQ
durasi tidur malam (3), durasi tidur siang (3), jumlah terbangun saat tidur
malam (3), tidur tepat waktu malam hari (3), durasi terjaga selama jam
malam (3).
B. Saran
Infeksi Saluran Pernafasan Akut, terdapat masukan atau saran yang ditunjukan
kepada :
2. Bagi pendidikan
Maryam, dkk. 2008. Buku Ajar Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC
Muslikha, ika. 2012. Hubungan Antara Pemberian Asi Dengan Penyakit ISPA
Pada Bayi Usia 7-12 Bulan. Diakses Pada Tanggal 26 Maret 2015
Pratyahara, dayu. 2012. The Miracle Touch For Your Baby. Jogjakarta
Pudiastuti, Ratna D. 2011. Waspada Penyakit Pada Anak. Jakarta : Permata Putri
Media
Putri dan Hasniah. 2009. Menjadi Dokter Pribadi Bagi Anak Kita. Jogjakarta
Riadiani, Lia. 2010. Analisis Pijat Bayi Dengan Kualiatas Tidur Bayi Umur 6-12
Bulan
Riksani, ria. 2012. Cara Mudah Dan Aman Pijat Bayi. Jakarta: Dunia Sehat
Rohmah N & Walid S. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Sari, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Bonding Attachment. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2015
WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak Dirumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Jakarta: EGC
Wijaya S & Putri M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Teori dan Contoh Askep.
Yogyakarta : Nuha Medika
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 5. Jakarta :
EGC