Anda di halaman 1dari 15

1.

Naturalisasi Biasa

-Dewi Sandra

Saat masih menjadi istri dari Surya Saputra, Dewi Sandra pernah tersandung kasus
dengan pihak Keimigrasian Indonesia. Kala itu Dewi Sandra masih memegang paspor
Inggris dan dinilai menyalahi izin tinggal di Indonesia.

Visa bebas wisatawan yang dimilikinya digunakan untuk bekerja sebagai artis. Dewi
Sandra pun mengaku pernah dideportasi lantaran kewarganegaraannya.

Kini wanita keturunan Inggris dan Betawi ini telah resmi menjadi warga negara
Indonesia. Karier Dewi Sandra di Tanah Air sampai kini pun masih cukup gemilang.
-Olivia Jensen

Cewek berdarah campuran Indonesia dan Denmark ini akhirnya memutuskan menjadi
WNI karena lebih banyak hidup di Indonesia. Ibu satu anak ini pun mengaku sudah
jarang berkunjung ke negara asal sang ayah lantaran kakek dan neneknya telah tiada.

Selain menjadi aktris, kini Olivia Jensen juga dikenal sebagai perancang busana.
2. Naturalisasi Istimewa

-Raphael Maitimo

Pemain yang berposisi sebagai gelandang tersebut memulai kariernya di akademi klub
amatir Belanda, VV Nieuwerkerk. Selanjutnya, Maitimo menimba ilmu akademi di
salah satu klub papan atas Belanda, Feynoord bersama Robin van Persie. Karier
profesional Maitimo berlanjut ke klub Divisi Dua Belanda, FC Dordrecht.

Maitimo melanjutkan karir profesional seniornya di China League One bersama BIT
FC. Setelah dua musim yang solid di Cina, ia memutuskan hijrah ke Indonesia pada
2011 di Liga Primer Indonesia (LPI) bersama klub Bali Devata dan sempat dipinjamkan
ke klub liga amatir Belanda, Capelle.

Ketika itu, lantaran dualisme federasi, Nilmaizar yang jadi pelatih timnas di Piala AFF
2012 memanggil Maitimo. Satu hari jelang babak penyisihan grup Piala AFF 2012,
Maitimo resmi jadi Warga Negara Indonesia (WNI). Gelandang yang kini berumur 31
tahun tersebut melakukan debut bagi Timnas Indonesia saat menghadapi Laos pada 21
November 2012.

Dalam pertandingan tersebut, pemain yang pernah membela timnas Belanda U-17 itu
mampu menciptakan gol pertama bagi Timnas Indonesia. Namun, Maitimo gagal
membawa kemenangan bagi Timnas Indonesia. Pasukan Garuda harus puas di tahan
Laos dengan skor 2-2.

Hingga kini Maitimo kerap jadi langganan timnas. Di level klub, ia pernah membela
Mitra Kukar dan Sriwijaya FC di ISL 2015 sebelum kompetisi kasta tertinggi di
Indonesia itu dihentikan oleh PSSI.
1. Naturalisasi Biasa

-Rianti Cartwright

Rianti Cartwright pernah tersandung masalah kewarganegaraan pada 2010 silam. Kala
itu mantan VJ MTV ini masih menyandang status sebagai warga negara asing di usia 26
tahun.

Padahal wanita berdarah campuran Jawa-Inggris ini sudah bertahun-tahun mengurus


kewarganegaraan Indonesia. Kini Rianti memilih untuk menjadi warga negara Indonesia
usai mengurus proses panjang.
- Ari Wibowo

Memiliki darah keturunan Jerman, Ari Wibowo memutuskan untuk tetap menjadi WNI
dan melepas kewarganegaraan Jerman.

Lahir dan sempat lama tinggal di Jerman, Ari Wibowo memilih WNI karena sang ayah
merupakan pejuang kemerdekaan dari tentara pelajar. Jiwa nasionalisme Ari Wibowo
begitu kental untuk Indonesia.
2. Naturalisasi Istimewa

- Diego Michiels

Pemain kelahiran Belanda tersebut meniti karier sepak bola di klub amatir Negeri Kincir
Angin, RDC Deventer, kemudian direkrut Go Ahead Eagles untuk tim junior.
Selanjutnya, Diego memulai petualangannya di sepak bola Indonesia ketika direkrut
Pelita Jaya Karawang.

Bersama Pelita Jaya, pemain yang berposisi sebagai bek kiri tersebut menampilkan
permainan aktraktif sehingga dipanggil PSSI untuk bergabung di timnas U-23 pada
SEA Games 2011 yang di selenggarakan di Jakarta dan Palembang. Akhirnya, Diego
rela melepas kewarganegaraan Belanda dan memilih Indonesia sebagai negara barunya.

Diego menjalani debut perdana di Timnas U-23 Indonesia saat Garuda Muda melumat
Kamboja dengan skor 6-0 di pertandingan penyisihan grup A SEA Games 2011. Pada
level Timnas Indonesia senior, Diego mencatatkan debut ketika Indonesia menyerah
dengan skor telak 0-10 dari Bahrain pada kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia.

Di level klub, Diego sering berpindah-pindah klub mulai dari Pelita Jaya, Arema
Malang, Persija IPL, Sriwijaya FC, dan Mitra Kukar.
1. Naturalisasi Biasa

-Mike Lucock

Mantan VJ MTV, Mike Lucock sebelumnya masih berstatus sebagai warga negara
Selandia Baru. Namun demikian Mike sendiri lahir di Jakarta dan besar di Selandia
Baru. Darah Selandia Baru didapat Mike dari sang ayah.

Pada tahun 2008 lalu, Mike Lucock memutuskan untuk menjadi WNI. Tanpa paksaan
orangtua, Mike memilih menjadi WNI dan diambil sumpahnya di Kantor Imigrasi
Bandung.
Cassandra Lee

Cewek balsteran Malang-Inggris-Prancis-Irlandia ini masih berusia 16 tahun, namun


sudah mengaku ingin menjadi WNI. Kedua orangtua Casandra pun membebaskan buah
hatinya untuk memilih sendiri kewarganegaraannya.

2. Naturalisasi Istimewa

-Cristian Gonzales

El loco Gonzales mantan seorang striker Timnas Indonesia asal Uruguay ini sudah
menetap di Indonesia lebih dari 5 tahun (sejak 2003) dan menjadi WNI atas
inisiatif sendiri, didukung Undang-undang No. 12 Tahun 2006. Sejak bersama
Persik Kediri ditambah lagi menikah dengan wanita Indonesia bernama Eva, El
Loco sudah ingin menjadi WNI, akhirnya setelah menunggu enam tahun
lamanya, El Loco Gonzales resmi mengganti kewarganegaraan pada 2010
menjelang berlangsungnya AFF Suzuki Cup.

Berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan,


Gonzalez memang sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan kewarganegaraan
Indonesia. Pasal 9 UU itu menyebutkan ‘Permohonan pewarganegaraan dapat
diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. telah berusia
18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin; b. pada waktu mengajukan permohonan
sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5
(lima) tahun berturut-turuut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-
turut’. c. sehat jasmani dan rohani; d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui
dasar negara Pancasila dan UUD 1945; e. tidak pernah dijatuhi pidana karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau
lebih; f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak
menjadi berkewarganegaraan ganda; g. Mempunyai pekerjaan dan/atau
berpenghasilan tetap; dan h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Kitab Negarakertagama

Kakawin Nagarakretagama (Nāgarakṛtâgama) (aksara Jawa:


ꦏꦏꦮꦶꦤ꧀ꦤꦴꦒꦫꦏꦉꦠꦴꦒꦩ ), (aksara Bali: ᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓ) atau
juga disebut dengan nama Kakawin Desawarnana (Deśawarṇana) (aksara Jawa:
ꦏꦏꦮꦶꦤ꧀ꦤ꧀ꦺꦯꦮꦂꦟ꧀ꦤꦤ꧀ ), (aksara Bali: ᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓᬓ) bisa
dikatakan merupakan kakawin Jawa Kuno karya Empu Prapañca yang paling
termasyhur. Kakawin ini adalah yang paling banyak diteliti pula. Kakawin yang
ditulis tahun 1365 ini, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh
J.L.A. Brandes, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di
Lombok. Ia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranagara
sebelum istana sang raja akan dibakar oleh tentara KNIL.

Arti judul
Judul kakawin ini, Nagarakretagama artinya adalah "Negara dengan Tradisi
(Agama) yang suci". Nama Nagarakretagama itu sendiri tidak terdapat dalam
kakawin Nagarakretagama. Pada pupuh 94/2, Prapanca menyebut ciptaannya
Deçawarnana atau uraian tentang desa-desa. Namun, nama yang diberikan oleh
pengarangnya tersebut terbukti telah dilupakan oleh umum. Kakawin itu hingga
sekarang biasa disebut sebagai Nagarakretagama. Nama Nagarakretagama
tercantum pada kolofon terbitan Dr. J.L.A. Brandes: Iti Nagarakretagama
Samapta. Rupanya, nama Nagarakretagama adalah tambahan penyalin
Arthapamasah pada bulan Kartika tahun saka 1662 (20 Oktober 1740 Masehi).
Nagarakretagama disalin dengan huruf Bali di Kancana.

Penulis
Naskah ini selesai ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September –
Oktober 1365 Masehi), penulisnya menggunakan nama samaran Prapanca,
berdasarkan hasil analisis kesejarahan yang telah dilakukan diketahui bahwa
penulis naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra, bekas pembesar urusan agama
Buddha di istana Majapahit. Dia adalah putra dari seorang pejabat istana di
Majapahit dengan pangkat jabatan Dharmadyaksa Kasogatan. Penulis naskah ini
menyelesaikan naskah kakawin Negarakretagama di usia senja dalam pertapaan
di lereng gunung di sebuah desa bernama Kamalasana.[1] Hingga sekarang
umumnya diketahui bahwa pujangga "Mpu Prapanca" adalah penulis
Nagarakretagama.

Isi
Kakawin ini menguraikan keadaan di keraton Majapahit dalam masa
pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, raja agung di tanah Jawa dan juga
Nusantara. Ia bertakhta dari tahun 1350 sampai 1389 Masehi, pada masa puncak
kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara.
Bagian terpenting teks ini tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah"
kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti.

Nagarakretagama ditulis dalam bentuk kakawin (syair) Jawakuna. Tiap kakawin


terdiri dari empat baris, disebut pada. Tiap barisnya terdiri dari delapan hingga
24 suku-kata, disebut matra. Naskah kakawin ini terdiri dari 98 pupuh, dibagi
dalam dua bagian, yang masing-masing terdiri dari 49 pupuh.[1] Tiap pupuh
terdiri dari antara satu hingga sepuluh pada. Dilihat dari sudut isinya pembagian
pupuh-pupuh ini sudah dilakukan dengan sangat rapi.

Bagian pertama 49 pupuh, dari pupuh 1 sampai 49, dengan rincian:[1]

 7 pupuh tentang raja dan keluarganya (pupuh 1–7)


 9 pupuh tentang kota dan wilayah Majapahit (pupuh 8–16)
 23 pupuh tentang perjalanan keliling Lumajang (pupuh 17–39)
 10 pupuh tentang silsilah raja Majapahit dari Kertarajasa Jayawardhana
sampai Hayam Wuruk (pupuh 40–44)

Bagian kedua 49 pupuh, dari pupuh 50 sampai 98, dengan rincian:

 10 pupuh tentang perjalanan Hayam Wuruk yang sedang berburu di hutan


Nandawa (pupuh 50–59)
 23 pupuh tentang oleh-oleh dari pelbagai daerah yang dikunjungi,
perhatian Raja Hayam Wuruk kepada leluhurnya berupa pesta srada, dan
tentang berita kematian Patih Gajah Mada (pupuh 60–82)
 9 pupuh tentang upacara keagamaan berkala yang berulang kembali setiap
tahun di Majapahit, yakni musyawarah, kirap, dan pesta tahunan (pupuh
83–91)
 7 pupuh tentang pujangga yang setia kepada raja (pupuh 92–98)[1]

Kakawin ini bersifat pujasastra, artinya karya sastra menyanjung dan


mengagung-agungkan Raja Majapahit Hayam Wuruk, serta kewibawaan
kerajaan Majapahit. Akan tetapi karya ini bukanlah disusun atas perintah Hayam
Wuruk sendiri dengan tujuan untuk politik pencitraan diri ataupun legitimasi
kekuasaan. Melainkan murni kehendak sang pujangga Mpu Prapanca yang ingin
menghaturkan bhakti kepada sang mahkota, serta berharap agar sang Raja ingat
sang pujangga yang dulu pernah berbakti di keraton Majapahit. Artinya naskah
ini disusun setelah Prapanca pensiun dan mengundurkan diri dari istana. Nama
Prapanca sendiri merupakan nama pena, nama samaran untuk menyembunyikan
identitas sebenarnya dari penulis sastra ini. Karena bersifat pujasastra, hanya hal-
hal yang baik yang dituliskan, hal-hal yang kurang memberikan sumbangan bagi
kewibawaan Majapahit, meskipun mungkin diketahui oleh sang pujangga,
dilewatkan begitu saja. Karena hal inilah peristiwa Pasunda Bubat tidak
disebutkan dalam Negarakretagama, meskipun itu adalah peristiwa bersejarah,
karena insiden itu menyakiti hati Hayam Wuruk. Karena sifat pujasastra inilah
oleh sementara pihak Negarakretagama dikritik kurang netral dan cenderung
membesar-besarkan kewibawaan Hayam Wuruk dan Majapahit, akan tetapi
terlepas dari itu, Negarakretagama dianggap sangat berharga karena memberikan
catatan dan laporan langsung mengenai kehidupan di Majapahit.[1]

Naskah
Teks ini semula dikira hanya terwariskan dalam sebuah naskah tunggal yang
diselamatkan oleh J.L.A. Brandes, seorang ahli Sastra Jawa Belanda, yang ikut
menyerbu istana Raja Lombok pada tahun 1894. Ketika penyerbuan ini
dilaksanakan, para tentara KNIL membakar istana dan Brandes menyelamatkan
isi perpustakaan raja yang berisikan ratusan naskah lontar. Salah satunya adalah
lontar Nagarakretagama ini. Semua naskah dari Lombok ini dikenal dengan nama
lontar-lontar Koleksi Lombok yang sangat termasyhur. Koleksi Lombok disimpan
di perpustakaan Universitas Leiden Belanda.

Naskah Nagarakretagama disimpan di Leiden dan diberi nomor kode L Or 5.023.


Lalu dengan kunjungan Ratu Juliana, Belanda ke Indonesia pada tahun 1973,
naskah ini diserahkan kepada Republik Indonesia. Konon naskah ini langsung
disimpan oleh Ibu Tien Soeharto di rumahnya, namun ini tidak benar. Naskah
disimpan di Perpustakaan Nasional RI dan diberi kode NB 9.

Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 diakui sebagai bagian dalam Daftar
Ingatan Dunia (Memory of the World Programme) oleh UNESCO.
Kitab Paraton

Lokasi Ditemukan Kitab Pararaton

Kitab Pararaton ditemukan di Jawa Timur yang isinya terdapat sejarah raja Singhasari
dan Majapahit.

Kitab Pararaton

Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: “Kitab Raja-Raja”), adalah sebuah
kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah
ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya
adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal
dengan nama “Pustaka Raja”, yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti “kitab raja-
raja”. Tidak terdapat catatan yang menunjukkan siapa penulis Pararaton.

Pararaton diawali dengan cerita mengenai inkarnasi Ken Arok, yaitu tokoh pendiri
kerajaan Singhasari (1222–1292). Selanjutnya hampir setengah kitab membahas
bagaimana Ken Arok meniti perjalanan hidupnya, sampai ia menjadi raja pada tahun
1222. Penggambaran pada naskah bagian ini cenderung bersifat mitologis. Cerita
kemudian dilanjutkan dengan bagian-bagian naratif pendek, yang diatur dalam urutan
kronologis. Banyak kejadian yang tercatat di sini diberikan penanggalan. Mendekati
bagian akhir, penjelasan mengenai sejarah menjadi semakin pendek dan bercampur
dengan informasi mengenai silsilah berbagai anggota keluarga kerajaan Majapahit.

Penekanan atas pentingnya kisah Ken Arok bukan saja dinyatakan melalui panjangnya
cerita, melainkan juga melalui judul alternatif yang ditawarkan dalam naskah ini, yaitu:
“Serat Pararaton atawa Katuturanira Ken Angrok”, atau “Kitab Raja-Raja atau Cerita
Mengenai Ken Arok”. Mengingat tarikh yang tertua yang terdapat pada lembaran-
lembaran naskah adalah 1522 Saka (atau 1600 Masehi), diperkirakan bahwa bagian
terakhir dari teks naskah telah dituliskan antara tahun 1481 dan 1600, di mana
kemungkinan besar lebih mendekati tahun pertama daripada tahun kedua.

Sejarah Kitab Pararaton

Kitab Pararaton dimulai dengan pendahuluan singkat mengenai bagaimana Ken Arok
mempersiapkan inkarnasi dirinya sehingga ia bisa menjadi seorang raja. Diceritakan
bahwa Ken Arok menjadikan dirinya kurban persembahan (bahasa Sanskerta : yadnya)
bagi Yamadipati, dewa penjaga pintu neraka, untuk mendapatkan keselamatan atas
kematian. Sebagai balasannya, Ken Arok mendapat karunia dilahirkan kembali sebagai
raja Singhasari, dan di saat kematiannya akan masuk ke dalam surga Wisnu.

Janji tersebut kemudian terlaksana. Ken Arok dilahirkan oleh Brahma melalui seorang
wanita dusun yang baru menikah. Ibunya meletakkannya di atas sebuah kuburan ketika
baru saja melahirkan; dan tubuh Ken Arok yang memancarkan sinar menarik perhatian
Ki Lembong, seorang pencuri yang kebetulan lewat. Ki Lembong mengambilnya
sebagai anak dan membesarkannya, serta mengajarkannya seluruh keahliannya. Ken
Arok kemudian terlibat dalam perjudian, perampokan dan pemerkosaan. Dalam naskah
disebutkan bahwa Ken Arok berulang-kali diselamatkan dari kesulitan melalui campur
tangan dewata. Disebutkan suatu kejadian di Gunung Kryar Lejar, di mana para dewa
turun berkumpul dan Batara Guru menyatakan bahwa Ken Arok adalah putranya, dan
telah ditetapkan akan membawa kestabilan dan kekuasaan di Jawa.

Pendahuluan Pararaton kemudian dilanjutkan dengan cerita mengenai pertemuan Ken


Arok dengan Lohgawe, seorang Brahmana yang datang dari India untuk memastikan
agar perintah Batara Guru dapat terlaksana. Lohgawe kemudian menyarankan agar Ken
Arok menemui Tunggul Ametung, yaitu penguasa Tumapel. Setelah mengabdi
berberapa saat, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya,
yaitu Ken Dedes, sekaligus tahta atas kerajaan Singhasari.

Anda mungkin juga menyukai