Anda di halaman 1dari 15

Tafsir Ayat Nilai Uswah Hasanah Dalam Dakwah Nabi Ibrahim

a. Berani
QS. Al-An’am ayat 74
‫ضلليل ممب ي‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ب ب ب‬
‫ي‬ ‫ك بف ل‬ ‫لوإبوذ لقالل بإبوقلراهيمم للببيه آلزلر لأتلقتخمذ أل و‬
‫صلناةما آللة إبنن أللرالك لوقلقوولم ل‬
Artinya: “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar,
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya
aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".
Tafsir Ibnu Katsir:

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya nama


ayah Nabi Ibrahim bukan Azar, melainkan yang sebenarnya adalah Tarikh (Terakh).
Demikianlah riwayat Imam Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr
ibnu Abu Asim An-Nabil, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abu Asim Syabib, telah menceritakan kepada kami Ikrimah, dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim
berkata kepada bapaknya Azar. (Al-An'am: 74)

Yakni Azar si penyembah berhala. Ayah Nabi Ibrahim yang sebenarnya adalah
Tarikh, dan nama ibunya adalah Syani; istri Nabi Ibrahim ialah Sarah, dan ibunya Nabi
Ismail yaitu Hajar, budak Nabi Ibrahim. Demikianlah menurut apa yang telah dikatakan
oleh bukan hanya seorang dari ulama nasab, bahwa ayah Nabi Ibrahim bernama Tarikh
(sedangkan Azar adalah pamannya, pent).

Mujahid dan As-Saddi mengatakan bahwa Azar adalah nama berhala.


Berdasarkan pendapat ini dia dikenal dengan nama Azar, karena dialah yang menjadi
pelayan dan yang mengurus berhala itu, wallahu a'lam.

Ibnu Jarir mengatakan, ulama lainnya berpendapat bahwa Azar menurut bahasa
mereka artinya kata cacian dan keaiban, maknanya ialah menyimpang (sesat). Akan
tetapi, pendapat ini tidak disandarkan kepada seorang perawi pun oleh Ibnu Jarir, tidak
pernah pula diriwayatkan oleh seorang pun.

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah disebutkan dari Mu'tamir ibnu
Sulaiman bahwa ia pernah mendengar ayahnya membacakan firman: Dan (ingatlah) di
waktu Ibrahim berkata kepada Azar bapaknya. (Al-An'am: 74) Lalu ia mengatakan
bahwa telah sampai kepadanya suatu riwayat yang mengatakan bahwa Azar artinya
bengkok (menyimpang), dan kata-kata ini merupakan kata-kata yang paling keras yang
pernah diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang benar ialah yang
mengatakan bahwa nama ayah Nabi Ibrahim adalah Azar. Lalu Ibnu Jarir
mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan penilaiannya itu, yaitu pendapat
ulama ahli nasab yang mengatakan bahwa nama ayah Nabi Ibrahim adalah Tarikh.
Selanjutnya ia mengulasnya bahwa barangkali ayah Nabi Ibrahim mempunyai dua
nama seperti yang banyak dimiliki oleh orang lain, atau barangkali salah satunya
merupakan nama julukan, sedangkan yang lain adalah nama aslinya. Pendapat yang
dikemukakan oleh Ibnu Jarir ini cukup baik lagi kuat.

Para ahli qiraah berbeda pendapat sehubungan dengan takwil dari firman-Nya:
Allah Swt.:

َ{‫}روإهبذ ِرقاَرل ِإهببرراَههيِمم ِلهبيِهه ِآرزرر‬


Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar. (Al-An'am: 74)

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri dan Abu Yazid Al-Madini,
bahwa keduanya membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

‫}روإهبذ ِرقاَرل ِإهببرراَههيِمم ِلهبيِهه ِآرزرر ِأرترتتهخمذ ِأر ب‬


َ{‫صرناَةماَ ِآلهرهةة‬
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, "Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?” (Al-An'am: 74)

Yang artinya, "Hai Azar, pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai


tuhan-tuhan?"

Jumhur ulama membaca fathah lafaz azara dengan anggapan sebagai 'alam 'ajam
(nama asing) tidak menerima harakat tanwin. Kedudukan i'rab-nya adalah badal (kata
ganti) dari lafaz abihi, atau ataf bayan yang lebih dekat kepada kebenaran. Menurut
pendapat orang yang menjadikannya sebagai na'at. lafaz azar ini tidak menerima
tanwin pula karena wazan-nya sama dengan lafaz ahmar dan aswad.

Adapun menurut pendapat orang yang menduga bahwa lafaz azara dinasabkan
karena menjadi ma'mul dari firman-Nya:

‫}أرترتتهخمذ ِأر ب‬
َ{َ‫صرناَةما‬
Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? (Al-An'am:
74)

Yang berarti, "Hai ayahku, pantaskah kamu menjadikan Azar sebagai berhala-
berhala yang disembah-sembah?" Maka pendapat ini jauh dari kebenaran menurut
penilaian lugah (bahasa), karena lafaz yang jatuh sesudah huruf istifham tidak dapat
beramal terhadap lafaz sebelumnya, mengingat huruf istifham mempunyai kedudukan
pada permulaan kalimat. Demikianlah menurut ketetapan Ibnu Jarir dan lain-lainnya,
dan pendapat inilah yang terkenal pada kaidah bahasa Arab.

Kesimpulannya, Nabi Ibrahim menasihati ayahnya yang menyembah berhala dan


melarangnya serta memperingatkannya agar meninggalkan berhala-berhala itu, tetapi si
ayah tidak mau menghentikan perbuatannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

‫}روإهبذ ِرقاَرل ِإهببرراَههيِمم ِلهبيِهه ِآرزرر ِأرترتتهخمذ ِأر ب‬


َ{‫صرناَةماَ ِآلهرهةة‬
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, "Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?" (Al-An'am: 74)

Artinya, apakah kamu menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan yang kamu
sembah selain Allah?

َ{‫}إهننيِّ ِأررراَرك ِروقربورمرك‬


Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu. (Al-An'am: 74)

Yakni orang-orang yang mengikuti jejak langkahmu.

َ{‫ضلَنل ِممهبيِنن‬
‫}هفيِّ ِ ر‬
dalam kesesatan yang nyata. (Al-An'am: 74)

Maksudnya sesat jalan, tidak mengetahui petunjuk jalan yang ditempuhnya,


bahkan dalam keadaan kebingungan dan kebodohan. Dengan kata lain, kalian berada
dalam keadaan bodoh dan dalam kesesatan yang nyata bagi penilaian orang yang
mempunyai akal sehat. Di dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:

‫ت ِلهللرم‬ ‫صنديةقاَ ِنربه يةيِاَ ِ* ِإهبذ ِرقاَرل ِلبهيِللهه ِيرللاَ ِأربرلل ه‬‫ب ِإهببرراَههيِرم ِإهنتمه ِركاَرن ِ ه‬‫}رواَبذمكبر ِهفيِّ ِاَبلهكرتاَ ه‬
‫ت ِإهننلليِّ ِقرللبد ِرجللاَرءهنيِّ ِهمللرن‬ ‫شبيِةئاَ ِ* ِرياَ ِأربرلل ه‬ ‫صمر ِرولَ ِيمبغهنيِّ ِرعبنرك ِ ر‬ ‫سرممع ِرولَ ِيمبب ه‬ ‫تربعبممد ِرماَ ِرلَ ِير ب‬
‫طاَرن ِإهتن‬ ‫شللبيِ ر‬ ‫سللهو يةياَ ِ* ِيرللاَ ِأربرلل ه‬
‫ت ِرلَ ِتربعبمللهد ِاَل ت‬ ‫صللرراَ ة‬
‫طاَ ِ ر‬ ‫اَبلهعبلهم ِرماَ ِلربم ِيرأبتهرك ِفرللاَتتبهبعهنيِّ ِأربهللهدرك ِ ه‬
‫ب ِهمرن ِاَلتربحرمللهن‬ ‫سرك ِرعرذاَ ب‬ ‫ف ِأربن ِيررم ت‬ ‫ت ِإهننيِّ ِأررخاَ م‬‫ص يةيِاَ ِ* ِرياَ ِأربر ه‬
‫طاَرن ِركاَرن ِهللتربحرمهن ِرع ه‬ ‫شبيِ ر‬ ‫اَل ت‬
‫ت ِرعللبن ِآلهرهتهلليِّ ِيرللاَ ِإهببرراَههيِللمم ِلرئهللبن ِلرللبم ِتربنرتلهه‬ ‫ب ِأربنلل ر‬‫طاَهن ِروله يةيِاَ ِ* ِرقاَرل ِأررراَهغلل ب‬ ‫فرترمكورن ِهلل ت‬
‫شبيِ ر‬
َ‫ستربغفهمر ِلررك ِررنبيِّ ِإهنتمه ِركاَرن ِهبيِّ ِرحفهيِيةللا‬ ‫سأ ر ب‬
‫سلَبم ِرعلربيِرك ِ ر‬ ‫لبرمجرمنترك ِرواَبهمجبرهنيِّ ِرمله يةيِاَ ِ* ِرقاَرل ِ ر‬
ِّ‫سىَ ِرألَ ِأرمكللورن ِهبلمدرعاَهء ِرربنللي‬ ‫ا ِروأربدمعو ِررنبيِّ ِرع ر‬ ‫* ِروأربعترهزلممكبم ِرورماَ ِتربدمعورن ِهمبن ِمدوهن ِ ت ه‬
َ{َ‫شقه يةيِا‬
‫ر‬
Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur'an) ini.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi.
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, "Wahai bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong
kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu
pengetahuan yang tidak datang kepadamu. Maka ikutilah aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah
setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai
bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.” Berkata bapaknya, "Bencikah
kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu
akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” Berkata Ibrahim,
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu
kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan
diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain dari Allah, dan aku akan berdoa
kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada
Tuhanku " (Maryam: 41-48)

Maka tersebutlah bahwa sejak itu Nabi Ibrahim a.s. selalu berdoa kepada
Tuhannya, memohonkan ampun buat bapaknya. Ketika bapaknya meninggal dunia
dalam keadaan tetap musyrik, dan hal itu sudah jelas bagi Nabi Ibrahim, maka Nabi
Ibrahim mencabut kembali permohonan ampun buat ayahnya dan berlepas diri dari
perbuatan ayahnya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain:

‫ستهبغرفاَمر ِإهببرراَههيِرم ِلهبيِهه ِهإلَ ِرعبن ِرمبوهعردنة ِرورعللردرهاَ ِإهيتللاَمه ِفرلرتمللاَ ِتربريِتللرن‬ ‫}رورماَ ِركاَرن ِاَ ب‬
َ{‫ل ِتربرتررأ ِهمبنمه ِإهتن ِإهببرراَههيِرم ِلتواَبه ِرحهليِبم‬
‫لرمه ِأرنتمه ِرعمدوو ِ ه ت ه‬
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain
hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka
tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim
berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun. (At-Taubah: 114)

Di dalam kitab Sahih telah disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti Nabi Ibrahim
melemparkan Azar ayahnya (ke dalam neraka). Maka Azar berkata kepadanya, "Wahai
anakku, hari ini aku tidak mendurhakaimu." Ibrahim a.s. berkata, "Wahai Tuhanku,
bukankah Engkau telah menjanjikan kepadaku bahwa Engkau tidak akan membuatku
sedih pada hari mereka dibangkitkan? Maka tiada suatu kehinaan pun yang lebih berat
daripada mempunyai seorang ayah yang terusir (dari rahmat-Mu)." Maka dijawab, "Hai
Ibrahim, lihatlah ke arah belakangmu!" Maka tiba-tiba Ibrahim melihat suatu
sembelihan yang berlumuran darah, kemudian sembelihan itu diambil pada bagian
kaki-kakinya, lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Tafsir al-Maraghi al-an’am ayat 74

‫صلناةما آبللة‬ ‫ب‬ ‫ب ب ب‬


‫لوإبوذ لقالل بإبوقلراهيمم للببيه آلزلر لأتلقتخمذ أل و‬
Hai Rosul, ceritkanlah kepada orang-orang musyrik yang telah kami terangkan
kepadamu hujah-hujah atas kebatilan kemusyrikan dan kesesatan mereka, ketika
mereka menyembah sesuatu yang tidak ada kuasa untuk mendatangkan manfaat
maupun kemudharatan kepada mereka—kisah-kisah tentang nenek moyang mereka,
Ibrahim yang mereka agungkan, dan mereka mengaku-aku sebagai pengikut agamanya,
ketika dia membantah kaumnya dan menjelaskan kebatilan apa yang mereka perbuat.
Yaitu ketika dia berkata kepada Azhar, bapaknya—sambil mengingkari kemusrikannya
dan kemusrikan kaumnya, serta penyembahannya terhadap berhala dengan
meninggalkan penyembahan terhadap penciptanya—“Hai Azhar, apakah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah yang
menciptakanmu dan menciptakannya, padahal hanya Dia lah yang berhak disembah ?”.1

‫ضلليل ممب ي‬
‫ي‬ ‫إبنن أللرالك لوقلقوولم ل‬
‫ك بف ل‬

1 Al-maraghi 289
Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu yang sama-sama menyembah
berhala ini berada dalam kesesatan yang nyata dari jalan yang lurus, tidak ada keraguan
padanya untuk mengikuti petunuk. Berhala-berhala ini adalah patung-patung yang
kalian pahat dari batu, kalian buat dari kayu atau dari logam, sedang derajat kalian lebih
tinggi dan mulia daripadanya. Menurut zatnya, ia bukan Tuhan. Tidak layak bagi orang
yang berakal untuk menyembah apa yang sebanding dengannya dalam penciptaan,
tidak pula dalam kekuasaan sang khalik, butuh kepada Allah Yang Maha Kaya lagi
Maha Kuasa, tidak kuasa untuk mendatangkan manfaat maupun kemudharatan, tidak
dapat member dan menahan pemberian.2

b. Tawakal

Al-Anbiya : 69

َ{‫سلَةماَ ِرعرلىَ ِإهببرراَههيِرم‬


‫}رياَ ِرناَمر ِمكوهنيِّ ِبربرةداَ ِرو ر‬
Hai api,, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. (Al-
Anbiya: 69)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada suatu apa pun di bumi ini melainkan pasti
padam.

Ka'bul Ahbar mengatakan, tiada seorang pun pada hari itu yang menggunakan api
(karena api tidak panas), dan api tidak membakar kecuali hanya tali-tali yang mengikat
tubuh Nabi Ibrahim a.s.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari seorang syekh, dari Ali ibnu Abu
Talib sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami berfirman, "Hai api, menjadi
dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (Al-Anbiya: 69) Yaitu api tidak
membahayakannya.

Ibnu Abbas dan Abul Aliyah mengatakan bahwa seandainya Allah tidak berfirman: dan
menjadi keselamatan bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69) tentulah dinginnya api itu akan
menyakiti Ibrahim.

Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, sehubungan dengan makna firman-Nya:


menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (Al-Anbiya: 69)
Mereka membuat tumpukan kayu yang sangat besar, lalu dinyalakan api padanya dari
semua sisinya; tetapi api tidak membakar tubuhnya barang sedikit pun hingga Allah
memadamkannya.

Mereka menceritakan pula bahwa Jibril ada bersama dengan Ibrahim seraya mengusapi
keringat dari wajah Ibrahim, tiada sesuatu pun yang mengenai tubuh Ibrahim kecuali
hanya keringat itu.

2
As-Saddi mengatakan, Nabi Ibrahim di dalam api itu ditemani oleh malaikat penjaga
awan.

Ali ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain,
telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami
Mahran, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, dari Al-Minhal ibnu
Amr yang mengatakan, "Saya pernah mendengar kisah Nabi Ibrahim dilemparkan ke
dalam nyala api, bahwa ia berada dalam api itu selama kurang lebih lima puluh atau
empat puluh hari. Ibrahim mengatakan, "Tiada suatu hari atau suatu malam pun yang
lebih menyenangkan bagiku selain saat-saat aku berada di dalam api. Aku
menginginkan jika semua kehidupanku seperti ketika aku berada di dalam api itu."

Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa sesungguhnya kalimat yang paling indah yang pernah dikatakan
oleh ayah Nabi Ibrahim ialah perkataannya saat diperlihatkan kepadanya keadaan
Ibrahim di dalam api. Ia melihat Ibrahim sedang mengusap keningnya, lalu ayah
Ibrahim berkata, "Sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanmu, hai Ibrahim."

Qatadah mengatakan bahwa pada hari itu tiada suatu hewan pun yang datang,
melainkan berupaya memadamkan api agar tidak membakar Nabi Ibrahim, terkecuali
tokek. Az-Zuhri mengatakan, Nabi Saw. memerintahkan agar tokek dibunuh dan beliau
memberinya nama fuwaisiq.

ِ‫ٍ ثححدد ثنني‬،‫ب‬ ‫ٍ ثحدد ثحثناَ أثنبوُ عنبُثحهيند اللدنه ابهنن أثنخيِ ابهنن ثوهه ب‬:‫ثقاَثل ابهنن أثنبيِ ثحاَتنبم‬
‫ٍ ثح حدد ثحهتننيِ ثم حهوُثلةن‬:‫ٍ أثدن ثناَفنععححاَ ثح حدد ثهن قثححاَثل‬،‫ٍ ثح حدد ثحثناَ ثجنريِ حنر بهحنن ثحححاَنزبم‬،ِ‫ثعممححي‬
ِ‫ت نفحي‬ ‫ت ثعلثحىَ ثعاَئنثشحةث فثحثرأثيِهح ن‬ ‫ٍ ثدثخهلح ن‬:‫ت‬ ‫الهثفاَكننه بهنن الهنمنغيثرنة الهثمهخنزونمحميِ قثحاَلث ه‬
‫صنثنعيثن بنثهثذا الرهمنح؟ِ فثحثقاَلث ه‬ ‫ن‬
ٍ:‫ت‬ ‫ٍ ثماَ تث ه‬،‫ٍ ثيِاَ أندم الهنمهؤمننيثن‬:‫ت‬ ‫ فثحنقهل ن‬.َ‫بثحهيتنثهاَ نرهمعحا‬
‫ٍ "إندن‬:‫صدلىَ اللدهن ثعلثهيحنه ثوثسحلدثم قثحاَثل‬ ‫ن‬
‫ٍ إندن ثرنسوُثل اللده ث‬،‫غ‬ ‫نثحهقتننل بننه ثهنذنه اهلثهوثزا ث‬
ٍ،‫ض ثدابدة إندل تنطهنفنئ الدناَثر‬ ‫ٍ لثهم يِثنكهن نفيِ اهلثهر ن‬،‫نإبهحثرانهيثم نحيثن أنلهنقثيِ نفيِ الدناَنر‬
َ‫صحدلى‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫ٍ فثأثثمثرنحثحاَ ثرنسححوُنل اللدحه ث‬،"‫ٍ فثحنإندهن ثكححاَثن يِثح هنحنفحنخ ثعلحثحىَ نإبهحثراهيحثم‬،‫غي حثر الحثوُثزغ‬‫ثه‬
‫اللدهن ثعلثهينه ثوثسلدثم بنثقهتلننه‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah anak saudara
Ibnu Wahb, bahwa telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepada
kami Jarir ibnu Hazm; Nafi' pernah menceritakan kepadanya bahwa budak perempuan
Al-Fakih ibnul Mugirah Al-Makhzumi pernah bercerita kepadanya, bahwa ia masuk ke
dalam rumah Siti Aisyah, lalu ia melihat sebuah tombak di dalam rumahnya itu. Maka
ia bertanya, "Wahai Ummul Mu’minin, untuk apakah tombak ini?" Siti Aisyah
menjawab, "Saya gunakan untuk membunuh tokek-tokek ini, karena sesungguhnya
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bahwa sesungguhnya Ibrahim saat dilemparkan ke
dalam nyala api, tiada seekor hewan melata pun melainkan berupaya memadamkan
api itu, selain tokek, karena sesungguhnya tokek meniup api itu agar membakar
Ibrahim. Maka Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kami untuk membunuhnya?”

Tafsir al-Maraghi

Maka, mereka menyalakan api untuk membakar Ibrahim.


Kemudian, ketika mereka melemparkan Ibrahim kedalam api itu, kami
berfirman kepada api: “ Wahai api, Jadilah kamu dingin dan
keselamatan bagi Ibrahim” yakni, dinginlah dan tidak
membahayakannya

Hadits Abu Hurairah bahwa nabi bersabda:

Ketika dilemparkan kedalam api, Ibrahim berdoa: Ya Allah,


Sesungguhnya engkau dilangit adalah maha Esa, dan aku dibumi
sendirian beribadah kepadamu.3

c. Ikhlas
Al-Shafat ayat 99-101

ِّ‫سبعريِّ ِرقاَرل ِرياَ ِبمنرتيِّ ِإهننلليِّ ِأرررىَ ِفهلليِّ ِاَبلرمنرللاَهم ِأرننللي‬


‫}فرلرتماَ ِبرلررغ ِرمرعمه ِاَل ت‬
َ{َ‫أربذبرمحرك ِرفاَبنظمبر ِرماَرذاَ ِترررى‬
Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! " (Ash-Shaffat: 102)

Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para nabi itu adalah wahyu,
kemudian ia membaca firman-Nya: Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!"
(Ash-Shaffat: 102)

ُ‫ٍ ثححددثحثناَ أثبحنحو‬،‫ٍ ثححددثحثناَ ثعنلحريِ بهحنن الهنحثسحهينن بهحنن الهنجنثحهيحند‬:‫قحثحاَثل ابهحنن أثبحنحيِ ثحححاَتنبم‬
‫ٍ ثعح حهن إنهسح حثرانئيثل بهح حنن‬،‫ٍ ح ححدثناَ نسح حهفثياَنن بهح حنن نعيث هحيحنثح حثة‬،‫ثعهبُح حند المل ححك الكرن ححدي‬
‫ٍ قثحاَثل ثرنسححوُنل اللدحنه‬:‫س قثحاَثل‬ ‫ٍ ثعنن ابهنن ثعبُدحاَ ب‬، ‫ٍ ثعهن نعهكنرثمةث‬،‫ٍ ثعهن نسثماَك‬،‫س‬ ‫نيِوُن ث‬
"ِ‫ٍ "نرهؤثيِاَ اهلثنهبُنثياَنء نفيِ الهثمثناَنم ثوهحي‬:‫صدلىَ اللدهن ثعلثهينه ثوثسلدثم‬
‫ث‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain
ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Abu Abdul Malik Al-Karnadi, telah

3 Al-Maraghi, 84
menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Israil ibnu Yunus, dari Sammak,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Mimpi para nabi itu merupakan wahyu.

Hadis ini tidak terdapat di dalam kitab-kitab Sittah dengan jalur ini.

Dan sesungguhnya Ibrahim memberitahukan mimpinya itu kepada putranya agar


putranya tidak terkejut dengan perintah itu, sekaligus untuk menguji kesabaran dan
keteguhan serta keyakinannya sejak usia dini terhadap ketaatan kepada Allah Swt. dan
baktinya kepada orang tuanya.

‫}رقاَرل ِرياَ ِأربر ه‬


َ{‫ت ِاَبفرعبل ِرماَ ِتمبؤرممر‬
Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (Ash-
Shaffat: 102)

Maksudnya, langsungkanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu untuk


menyembelih diriku.

َ{‫صاَبههريرن‬ ‫شاَرء ِ ت م‬
‫ا ِهمرن ِاَل ت‬ ‫سترهجمدهنيِّ ِإهبن ِ ر‬
‫} ر‬
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash-Shaffat:
102)

Yakni aku akan bersabar dan rela menerimanya demi pahala Allah Swt. Dan memang
benarlah, Ismail a.s. selalu menepati apa yang dijanjikannya. Karena itu, dalam ayat lain
disebutkan melalui firman-Nya:

‫ق ِاَبلروبعللهد ِروركللاَرن ِرر م‬


‫سللولَ ِنربهيِيةللاَ ِروركللاَرن‬ ‫صاَهد ر‬‫سرماَهعيِرل ِإهنتمه ِركاَرن ِ ر‬‫ب ِإه ب‬‫}رواَبذمكبر ِهفيِّ ِاَبلهكرتاَ ه‬
‫صلَهة ِرواَلتزركاَهة ِروركاَرن ِهعبنرد ِرربنهه ِرمبر ه‬
َ{َ‫ض يةيِا‬ ‫يرأبمممر ِأربهلرمه ِهباَل ت‬
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di
dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia
adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk salat dan menunaikan
zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (Maryam: 54-55)

**********

Adapun firman Allah Swt.:

‫}فرلرتماَ ِأر ب‬
َ{‫سلررماَ ِروترلتمه ِلهبلرجهبيِهن‬
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis
(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (Ash-Shaffat: 103)

Setelah keduanya mengucapkan persaksian dan menyebut nama Allah untuk melakukan
penyembelihan itu, yakni persaksian (tasyahhud) untuk mati. Menurut pendapat yang
lain, aslama artinya berserah diri dan patuh. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengerjakan
perintah Allah Swt. sebagai rasa taat keduanya kepada Allah, dan bagi Ismail sekaligus
berbakti kepada ayahnya. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah, Qatadah,
As-Saddi, Ibnu Ishaq, dan lain-lainnya.

Makna tallahu lil jabin ialah merebahkannya dengan wajah yang tengkurap dengan
tujuan penyembelihan akan dilakukan dari tengkuknya dan agar Ibrahim tidak melihat
wajahnya saat menyembelihnya, karena cara ini lebih meringankan bebannya.

Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Qatadah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis (nya). (Ash-Shaffat: 103) Yakni menengkurapkan wajahnya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih dan Yunus.
Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari
Abu Asim Al-Ganawi, dari Abut Tufail, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa
ketika Ibrahim a.s. diperintahkan untuk mengerjakan manasik, setan menghadangnya di
tempat sa'i, lalu setan menyusulnya, maka Ibrahim menyusulnya. Kemudian Jibril a.s.
membawa Ibrahim ke jumrah 'aqabah, dan setan kembali menghadangnya; maka
Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil hingga setan itu pergi. Kemudian
setan menghadangnya lagi di jumrah wusta, maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh
buah batu kerikil. Kemudian Ibrahim merebahkan Ismail pada keningnya, saat itu Ismail
mengenakan kain gamis putih, lalu Ismail berkata kepada ayahnya, "Hai Ayah,
sesungguhnya aku tidak mempunyai pakaian untuk kain kafanku selain dari yang
kukenakan ini, maka lepaskanlah kain ini agar engkau dapat mengafaniku dengannya."
Maka Ibrahim bermaksud menanggalkan baju gamis putranya itu. Tetapi tiba-tiba ada
suara yang menyerunya dari arah belakang: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat: 104-105); Maka Ibrahim menoleh ke belakang,
tiba-tiba ia melihat seekor kambing gibasy putih yang bertanduk lagi gemuk. Ibnu
Abbas mengatakan bahwa sesungguhnya sampai sekarang kami masih terus mencari
kambing gibasy jenis itu. Hisyam menyebutkan hadis ini dengan panjang lebar di dalam
Kitabul Manasik.

Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya pula dengan panjang lebar dari Yunus, dari
Hammad ibnu Salamah, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.
Hanya dalam riwayat ini disebutkan Ishaq. Menurut riwayat yang bersumber dari Ibnu
Abbas r.a. tentang nama anak yang disembelih, ada dua riwayat. Tetapi riwayat yang
terkuat adalah yang menyebutnya Ismail, karena alasan yang akan kami sebutkan, insya
Allah.

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Al-Hasan ibnu Dinar, dari Qatadah, dari
Ja'far ibnu Iyas, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash-Shaffat: 107) Bahwa
dikeluarkan untuknya seekor kambing gibasy dari surga yang telah digembalakan
sebelum itu selama empat puluh musim gugur (tahun). Maka Ibrahim melepaskan
putranya dan mengejar kambing gibasy itu. Kambing gibasy itu membawa Ibrahim ke
jumrah ula, lalu Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil. Dan kambing itu
luput darinya, lalu lari ke jumrah wusta dan Ibrahim mengeluarkannya dari jumrah itu
dengan melemparinya dengan tujuh buah batu kerikil. Kambing itu lari dan ditemuinya
ada di jumrah kubra, maka ia melemparinya dengan tujuh buah batu kerikil. Pada saat
itulah kambing itu keluar dari jumrah, dan Ibrahim menangkapnya, lalu membawanya
ke tempat penyembelihan di Mina dan menyembelihnya.

Ibnu Abbas melanjutkan, "Demi Tuhan yang jiwa Ibnu Abbas berada di tangan
kekuasaan-Nya, sesungguhnya sembelihan itu merupakan kurban yang pertama dalam
Islam, dan sesungguhnya kepala kambing itu benar-benar digantungkan dengan kedua
tanduknya di talang Ka'bah hingga kering."

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri,
telah menceritakan kepada kami Al-Qasim yang mengatakan bahwa Abu Hurairah r.a.
berkumpul bersama Ka'b, lalu Abu Hurairah menceritakan hadis dari Nabi Saw.,
sedangkan Ka'b menceritakan tentang kisah-kisah dari kitab-kitab terdahulu. Abu
Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:

‫ٍ ثوإنمنيِ قثهد ثخثبُأ ن‬،‫"إندن لننكمل نثبُنييِ ثدهعثوُعة نمهستثثجاَبثعة‬


"‫ت ثدهعثوُنتيِ ثشثفاَثعةع نلندمنتيِ يِثحهوُثم الهنقثياَثمنة‬
Sesungguhnya masing-masing Nabi mempunyai doa yang mustajab, dan sesungguhnya
aku menyimpan doaku sebagai syafaat buat umatku kelak di hari kiamat.

Maka Ka'b bertanya kepadanya, "Apakah engkau mendengar ini dari Rasulullah Saw.?"
Abu Hurairah menjawab, "Ya." Ka'b berkata, "Semoga ayah dan ibuku menjadi
tebusanmu, atau semoga ayah dan ibuku menjadi tebusannya, maukah kuceritakan
kepadamu tentang perihal Ibrahim a.s.?" Ka'b melanjutkan perkataannya, bahwa
sesungguhnya ketika Ibrahim bermimpi menyembelih putranya Ishaq, setan
berkata.”Sesungguhnya jika tidak kugoda mereka saat ini, berarti aku tidak dapat
menggoda mereka selamanya."

Ibrahim a.s. berangkat bersama anaknya dengan tujuan akan menyembelihnya, maka
setan pergi dan masuk menemui Sarah, lalu berkata, "Ke manakah Ibrahim pergi
bersama anakmu?" Sarah menjawab, "Ia pergi membawanya untuk suatu keperluan."
Setan berkata, "Sesungguhnya Ibrahim pergi bukan untuk suatu keperluan, melainkan ia
pergi untuk menyembelih anaknya." Sarah bertanya, "Mengapa dia menyembelih
anaknya?" Setan berkata, "Ibrahim mengira bahwa Tuhannya telah memerintahkan
kepadanya hal tersebut." Sarah menjawab, "Sesungguhnya lebih baik baginya bila
menaati Tuhannya."

Lalu setan pergi menyusul keduanya. Setan berkata kepada anak Ibrahim, "Ke manakah
ayahmu membawamu pergi?" Ia menjawab," Untuk suatu keperluan." Setan berkata,
"Sesungguhnya dia pergi bukan untuk suatu keperluan, tetapi ia pergi untuk tujuan akan
menyembelihmu." Ia bertanya, "Mengapa ayahku akan menyembelihku?" Setan
menjawab, "Sesungguhnya dia mengira bahwa Tuhannya telah memerintahkan hal itu
kepadanya." Ia berkata, "Demi Allah, sekiranya Allah yang memerintahkannya, benar-
benar dia akan mengerjakannya."

Setan putus asa untuk dapat menggodanya, maka ia meninggalkannya dan pergi kepada
Ibrahim a.s., lalu bertanya, "Ke manakah kamu akan pergi dengan anakmu ini ?"
Ibrahim menjawab, "Untuk suatu keperluan." Setan berkata, "Sesungguhnya engkau
membawanya pergi bukan untuk suatu keperluan, melainkan engkau membawanya
pergi dengan tujuan akan menyembelihnya." Ibrahim bertanya, "Mengapa aku harus
menyembelihnya ?" Setan berkata, "Engkau mengira bahwa Tuhanmu lah yang
memerintahkan hal itu kepadamu." Ibrahim berkata, "Demi Allah, jika Allah Swt.
memerintahkan hal itu kepadaku, maka aku benar-benar akan melakukannya." Setan
putus asa untuk menghalang-halanginya, lalu ia pergi meninggalkannya.

Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Yunus ibnu Yazid, dari
Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa sesungguhnya Amr ibnu Abu Sufyan ibnu Usaid
ibnu Jariyah As- Saqafi pernah menceritakan kepadanya bahwa Ka'b pernah berkata
kepada Abu Hurairah; lalu disebutkan hal yang semisal dengan panjang lebar. Dan di
penghujung kisahnya disebutkan bahwa lalu Allah menurunkan wahyu kepada Ishaq,
bahwa sesungguhnya Aku memberimu suatu doa yang Kuperkenankan bagimu. Maka
Ishaq berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku berdoa kepada-Mu, semoga Engkau
memperkenankannya. Semoga siapa pun di antara hamba-Mu yang bersua dengan-Mu,
baik dari kalangan orang terdahulu maupun dari kalangan orang yang terkemudian,
dalam keadaan tidak mempersekutukan-Mu dengan sesuatu pun, semoga Engkau
memasukkannya ke dalam surga."

‫ٍ ثح حدد ثحثناَ الهثوُلني حند بهحنن‬،ِ‫ٍ ثح حدد ثحثناَ نمثحدم حند بهحنن اله حثوُنزيِنر المدثمهش حنقري‬،ِ‫ٍ ثح حدد ثحثناَ أثبنححي‬:‫قثححاَثل ابهحنن أثبنححيِ ثحححاَتنبم‬
‫ٍ ثعحهن أثبحنحيِ نهثريِه حثرثة‬، ‫ٍ ثعهن ثعثطاَنء بهنن يِثثساَبر‬،‫ٍ ثحدد ثحثناَ ثعهبُند الدرهحثمنن بهنن ثزيِهند بهنن أثهسلثثم ثعهن أثنبينه‬،‫نمهسلنبم‬
‫ٍ "إندن اللدحهث ثخيدحثرنحنحيِ بثحهيحثن أثهن‬:‫صحدلىَ اللدحهن ثعلثهيحنه ثوثسحلدثم‬ ‫ن‬
‫ٍ قحثحاَثل ثرنسححوُنل اللدحه ث‬:‫]ثرضحثيِ اللدحهن ثعهنحنه[ُ قحثحاَثل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ت أثهن تنثكمفحثر الثجحهم‬ ‫ٍ ثوثرثجحهوُ ن‬،ِ‫ت ثشحثفاَثعتنثي‬ ‫ٍ ثفاَهختثبُثحأه ن‬،ِ‫ٍ ثوبثحهيحثن أثهن أثهختثبُنحثئ ثشحثفاَثعنتي‬،ِ‫ف أندمتنحي‬ ‫صن‬ ‫يِثحغهنفثر لنن ه‬
‫ٍ إننن اللدحهث لثثمححاَ فث حدرثج ثعحهن‬،ِ‫ت نفيثهاَ ثدهعحثوُنتي‬ ‫صاَلننح ثلتثحثعدجهل ن‬ ‫ٍ ثولثهوُثل الدنذي ثسبُثحثقننيِ إنلثهينه الهثعهبُند ال د‬،ِ‫نلندمنتي‬
‫ٍ أثمححاَ والحد حنذي نثحهفنسححيِ بنيح حندهن‬:‫ فثحثقححاَثل‬.‫ٍ سح حل تنحعطحث حه‬،‫ٍ يِححاَ إنسح ححاَنق‬:‫إنسح ححاَثق كح حرب الدذبح حنح نقيح حل لحث حه‬
‫ث‬ ‫ث ث‬ ‫ث ه ه ن‬ ‫ث ن ث ه ث‬ ‫ه ث ه‬ ‫ه ث‬
‫ن‬
‫ك ثشحهيعئاَ فحثحاَهغنفهر لثحهن ثوأثهدخهلحهن‬ ‫ت ثل يِنهشحنرنك بنح ث‬ ‫ٍ اللدنهحدم ثمحهن ثمححاَ ث‬،‫شحهيثطاَنن‬ ‫ت ال د‬ ‫ثلثتثحعدجلثندحثهححاَ قثحهبُحل نثحزغثححاَ ن‬
‫ث ث‬ ‫ث‬
"‫الهثجندثة‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Ad-Dimasyqi, telah menceritakan
kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman
ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. telah
menyuruhku untuk memilih, apakah separo dari umatku mendapat ampunan ataukah
doa permohonan syafaatku diterima. Maka aku memilih syafaatku diterima dengan
harapan semoga sejumlah besar dari umatku diampuni dosa-dosanya. Seandainya
tidak ada hamba saleh yang mendahuluiku, tentulah aku menyegerakan doaku itu.
Sesungguhnya ketika Allah Swt. membebaskan Ishaq dari musibah penyembelihan,
dikatakan kepadanya, "Hai Ishaq, mintalah, niscaya kamu diberi." Ishaq berkata,
"Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh aku
akan menyegerakan doaku ini sebelum setan menggodaku. Ya Allah, barang siapa yang
mati dalam keadaan tidak mempersekutukan-Mu dengan sesuatu pun, berilah dia
ampunan dan masukkanlah ke dalam surga."
Hadis ini garib lagi munkar; Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam daif hadisnya, dan
saya merasa khawatir bila di dalam hadis ini terdapat tambahan yang disisipkan, yaitu
ucapan, "Sesungguhnya setelah Allah Swt. membebaskan Ishaq dari musibah
penyembelihan," hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Jika hal ini terpelihara, maka
yang lebih mirip kepada kebenaran dia tiada lain adalah Ismail. Dan sesungguhnya
mereka (Ahli Kitab) telah mengubahnya dengan Ishaq karena dengki dan iri terhadap
bangsa Arab, seperti alasan yang telah dikemukakan di atas.

Lagi pula mengingat manasik dan penyembelihan kurban itu tempatnya tiada lain di
Mina, yaitu bagian dari kawasan tanah Mekah, adalah tempat Ismail berada, bukan
Ishaq. Karena sesungguhnya Ishaq berada di tanah Kan'an, bagian dari negeri Syam.

***********

Firman Allah Swt.:

‫ُ ِقربد ِ ر‬.‫}رورناَردبيرناَمه ِأربن ِرياَ ِإهببرراَههيِمم‬


‫صتدبق ر‬
َ{َ‫ت ِاَلرربؤريا‬
Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu!" (Ash-Shaffat: 104-105)

Yakni sesungguhnya engkau telah mengerjakan apa yang telah dilihat dalam mimpimu
itu hanya dengan membaringkan putramu untuk disembelih.

As-Saddi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. sempat


menggorokkan pisaunya, tetapi tidak dapat memotong sesuatu pun, bahkan dihalang-
halangi antara pisau dan leher Nabi Ismail oleh lempengan tembaga. Lalu saat itu juga
Ibrahim a.s. diseru: sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat:
105)

d. Peduli
Ibrahim : 37

‫ت ِهملبن ِمذنريتتهلليِّ ِهبلرواَند ِرغبيِللهر ِهذيِ ِرزبر ن‬


َ‫ع ِهعبنللرد ِبربيِتهللرك ِاَبلممرحللترهم ِرربتنرللا‬ ‫}رربترناَ ِإهننليِّ ِأر ب‬
‫سلركبن م‬
‫س ِتربهللهويِ ِإهلربيِههللبم ِرواَبرمزبقمهللبم ِهمللرن ِاَلثترمللرراَ ه‬
‫ت‬ ‫صلَرة ِرفاَبجرعبل ِأربفئهردةة ِهمرن ِاَلتناَ ه‬‫لهيِمهقيِممواَ ِاَل ت‬
َ{ِ (37)ِ ‫شمكمرورن‬ ‫لررعلتمهبم ِير ب‬
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki
dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Hal ini menunjukkan bahwa doa ini adalah doa yang berikutnya sesudah doa yang
pertama yang dipanjatkannya ketika ia pergi meninggalkan Hajar dan putranya (Nabi
Ismail), hal ini terjadi sebelum Baitullah dibangun. Sedangkan doa yang kedua ini
dipanjatkannya sesudah ia membangun Baitullah sebagai pengukuhannya dan
ungkapan keinginannya yang sangat akan rida Allah Swt. Untuk itulah di dalam doanya
disebutkan:

َ{‫}هعبنرد ِبربيِتهرك ِاَبلممرحترهم‬


di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. (Ibrahim: 37)

Adapun firman Allah Swt.:

َ{‫صلَرة‬
‫}رربترناَ ِلهيِمهقيِممواَ ِاَل ت‬
Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat. (Ibrahim: 37)

Menurut Ibnu Jarir, ayat ini berkaitan dengan firman-Nya, "al-muharram." Dengan kata
lain, sesungguhnya saya menjadikannya sebagai tanah yang haram (suci) agar
penduduknya dapat mendirikan salat di dekatnya.

‫}رفاَبجرعبل ِأربفئهردةة ِهمرن ِاَلتناَ ه‬


َ{‫س ِتربههويِ ِإهلربيِههبم‬
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. (Ibrahim: 37)

Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya mengatakan bahwa seandainya
Nabi Ibrahim dalam doanya mengatakan, "Af-idatan nasi," (yakni tanpa min) yang
artinya 'hati seluruh umat manusia', maka tentulah orang-orang Romawi, Persia,
Yahudi, dan Nasrani serta manusia lainnya akan berdesak-desakan memenuhinya. Akan
tetapi, Nabi Ibrahim mengatakan, "Minan nas," yakni sebagian manusia. Dengan
demikian, maka hal ini khusus bagi kaum muslim saja.

Firman Allah Swt.:

‫}رواَبرمزبقمهبم ِهمرن ِاَلثترمرراَ ه‬


َ{‫ت‬
dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan. (Ibrahim: 37)

Agar hal itu dapat dijadikan sebagai pembantu bagi mereka untuk mengerjakan
ketaatan kepada-Mu; dan mengingat Mekah adalah sebuah lembah yang tidak memiliki
tumbuh-tumbuhan, maka dimohonkan agar mereka beroleh buah-buahan untuk makan
mereka. Allah Swt. mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim ini, seperti yang
dinyatakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

َ{َ‫شبيِّنء ِهربزةقاَ ِهمبن ِلرمدتنا‬ ‫}أررولربم ِنمرمنكبن ِلرمهبم ِرحررةماَ ِآهمةناَ ِيمبجربىَ ِإهلربيِهه ِثررمرراَ م‬
‫ت ِمكنل ِ ر‬
Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram yang
aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-
tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagi kalian), dari sisi Kami? (Al-Qashash: 57)
Di dalam bukunya Al-Islam wat Tibbul Hadits (Islam dan kedokteran Modern), Dr.
Abdul Aziz Ismail Pasha mengatakan, doa Nabi Ibrahim bias ditafsirkan bahwa doa
adalah sunnah alam, tidak lebih dan tidak kurang. Nabi berdoa kepada Allah untuk
mengilhami manusia agar menunaikan ibadah haji. Dia meminta bantuan kepada
sunnah alam, yaitu ilham Allah kepada kita agar menunaikan ibadah haji, padahal dia
tahu bahwa Allah Maha Kuasa untuk menurunkan rezeki kepada mereka dari langit
langsung. Akan tetapi, Nabi Ibrahim membuat perumpamaan bagi kita mengenai
penggunaan dan nilai doa. Doa tidak menghilangkan sunnah alam, tidak pula akan
mendatangkan mukjizat, tetapi orang yang berdoa memohon petunjuk kepada Allah
untuk memperoleh salah satu sunnah alam. Saya sajikan sebuah perumpamaan sekaitan
dengan orang yang sakit dan penyembuhannya. Sebagian orang mengatakan kepada
saya, bahwa orang yang mencari dokter tidak meminta pertolongan dengan berdoa.
Yang sebenarnya tidak demikian. Doa orang tua kepada Allah untuk menyembuhkan
anaknya tidak akan berfaedah, jika anaknya telah mati, atau jika penyakitnya benar-
benar mematikan. Akan tetapi, kadang suatu penyakit mempunyai cara penyembuhan
khusus, atau dapat sembuh dengan sendirinya dalam suatu kondisi tertentu. Dalam
kondisi seperti ini, doa berarti memberikan ilham kepada orang sakit dan orang
sekitarnya, seperti dokter dan lain-lain, untuk menggunakan cara yang dapat
menyembuhkan penyakitnya. Dokter senantiasa memerlukan ilham ini. Sering dokter
menemui jalan buntu, tidak tahu arah mana yang harus dia tempuh. Setiap cara yang
digunakan merupakan sunnah alam yang dapat melahirkan akibat tertentu dan doa
merupakan petunjuk untuk memperoleh sunnah yang menyebabkan kesembuhan.
Demikianlah perumpamaan doa dan dokter. Segala perbuatan manusia, antara satu
dengan yang lainnya saling melengkapi, tidak saling bertentangan. Maka doa Nabi
Ibrahim berarti, semoga melalui sunnah-sunnah alam, Allah mengilhami manusia untuk
menunaikan ibadah haji. Kadang, ada orang mengatakan, tetapi kita tidak merasakan
ilham dari Allah. Segala perbuatan kita merupakan hasil langsung proses berpikir kita,
dan orang yang menunaikan ibadah haji tidak merasakan ilham atau sesuatu yang halus.
Namun realita menunjuka, kadang perbuatan manusia merupakan hasil dari proses
berpikirnya dan berbagi pengalamannya, serta sebab dari gerakan perbuatan tersebut
tampak. Kadang, perbuatannya tidak berdasarkan proses berpikir dan berbagi
pengalamannya, tetapi dia melakuakan perbuatan pula. Sering kita menyaksikan orang-
orang yang tidak memikirkan pelaksanaan ibadah haji dalam masa yang terlalu lama,
tetapi secara tiba-tiba dan tanpa sebab yang nyata mereka bertekad untuk menunaikan
ibadah haji. Secara lahiriyahnya, perbuatan ini merupakan ikhtiar, tetapi sebenarnya
mereka didorong oleh satu kekuatan yang menguasai mereka, kekuatan yang mirip
dengan instink atau wahyu.

Allah telah mengabulkan doa Ibrahim, maka dia memberikan ilham kepada manusia
untuk menunaikan ibadah haji bukan selama hidupnya saja, tetapi manusia dalam
ribuan tahun dan hingga waktu yang dikehendaki Allah. Hal ini memperlihatkan
kekuasaan Sang Pencipta dan kebenaran janji-Nya.

Dengan harapan mereka mensyukuri nikmat tersebut, dengan mendirikan shalat dan
melaksanakan segala kewajiban ubudiyah.

Di sini terdapat isyarat, bahwa tercapainya manfaat dunia tidak lain dimaksudkan
untuk mendorong manusia dalam pelaksanaan ibadah dan ketaatan. Di dalam berdoa,
Nabi Ibrahim memperhatikan tatakram, merendahkan diri menunjukkan kebutuhannya,
dan memohon kasih saying. Oleh sebab itu, Allah mengabulkan permohonannya tidak
ada bandingannya dalam berdoa, karena dia adalah kekasih Allah Yang Maha Pengasih
dan bapak seluruh nabi.

Ini merupakan sebagian dari kebaikan Allah, kemuliaan, rahmat, dan berkah-Nya,
Mengingat di Tanah Suci Mekah tidak terdapat pepohonan yang berbuah, untuk itulah
maka didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan dari daerah-daerah yang ada
di sekitarnya sebagai perkenan dari Allah atas doa Nabi Ibrahim a.s.

Tafsir al-Maraghi
‫د‬
‫عن ندد‬
‫ع ٍ ع‬
‫ر ٍعذيِ ٍدزنر ع‬ ‫واَعد ٍ د‬
‫غي ن ع‬ ‫ن ٍذذرري يعتيِ ٍب ع د‬
‫م ن‬ ‫سك دن ن ذ‬
‫ت ٍ ع‬ ‫درب يدناَ ٍإ عرنيِ ٍأ ن‬
‫حيرم ع‬ ‫ك ٍاَل ن ذ‬
‫م د‬ ‫ب دي نت ع د‬
Ya Allah, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian
keturunanku, yaitu anak cucu Ismail, di lembah tiada bertanaman,
lembah Makkah di dekat Rumah-Mu yang engkau haramkan
meremehkannya dan Engkau jadikan daerah sekitarnya sebagai
tanah suci.
‫صلَّةد‬
‫مواَ ٍاَل ي‬
‫قي ذ‬
‫درب يدناَ ٍل عي ذ ع‬
Ya Allah, aku jadikan negeri itu tanah suci, tidak lain agar
penduduknya dapat mendirikan shalat di dekatnya dan
memakmurkannya dengan berdzikir dan beribadah kepadamu
‫م‬
‫ه ن‬ ‫د‬
‫ويِ ٍإ علي ن ع‬
‫ه ع‬
‫س ٍت د ن‬
‫ن ٍاَليناَ ع‬
‫م د‬
‫ة ٍ ع‬ ‫ل ٍأ د ن‬
‫فئ عدد ة‬ ‫ع ن‬
‫ج د‬ ‫د‬
‫فاَ ن‬
Jadikanlah hati sebagian manusia terbakar rindu kepada mereka.
‫ت‬ ‫ن ٍاَلث ي د‬
‫مدراَ ع‬ ‫م د‬
‫م ٍ ع‬
‫ه ن‬ ‫واَنرذز ن‬
‫ق ذ‬ ‫د‬
Dan berilah keturunanku yang ditempatkan disana berbagai macam
buah-buahan seperti didatangkan dari berbagai belahan bumi. Allah
telah mengabulkan permohonanny, sebagai mana difirmankan (al-
Qasas: 28)
Didalam bukunya al-Islam wat thibun Hadits (Islam kedkteran
modern) Dr. Abdul Aziz Ismail Pasha menyatakan, do’a Nabi Ibrahim
Bisa ditafsifkan Bahwa do’a adalah sunnah alam, tidak lebih dan tidak
kurang. Nabi berdoa kepada Allah untuk mengilhami manusia agar
menunaikan Ibadah Haji. Dia memimnta bantuan kepada sunnah
alam, yaitu Ilham Allah kepada kita agar menunaikan Ibadah Haji,
Padahal dia tahu bahwa Allah Maha Kuasa Untuk menurunkan Rezeki
Kepada mereka dari langit langsung.4

4 Al-maraghi halaman 303

Anda mungkin juga menyukai