Anda di halaman 1dari 8

SILOGISME DAN ENTIMEN

Disusun Oleh:

Nama: Ricky Rahman Papudi

NIS: 15753

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA

Komplek Pajak Kemanggisan, Jalan Bhakti IV No. 1, Kemanggisan, Palmerah,


RT.01/RW.009 Kemanggisan, Palmerah, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta 11480
Website : sman78-jkt-sch.id
Telepon : (021) 5482914

2019
Pengertian Silogisme Menurut Para Ahli

Silogisme adalah bagian yang paling akhir dari pembahasan logika formal dan dianggap
sebagai paling penting dalam ilmu logika. Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh
yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari
kesimpulan umum. hanya saja dalam teori silogisme kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari
dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harus universal dan dalam dua keputusan
tersebut harus ada unsur-unsur yang sama-sama dipunyai oleh kedua keputusannya.

Jadi yang dinamakan silogisme disini adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam
keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal) suatu
keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di susun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan.

Contoh :

Semua makhluk mempunyai mata, (Premis Mayor)

Si kacong adalah seorang makhluk (Premis Minor)

Jadi, Si kacong mempunyai mata. (Kesimpulan)

Pada contoh diatas kita melihat adanya persamaan antara keputusan pertama dengan
keputusan kedua yakni sama-sama makhluk dan salah satunya dari keduanya universal
(Keputusan pertama) oleh karena itu nilai kebenaran dari keputusan ketiga sama dengan nilai
kebenaran dua keputusan sebelumnya. Kesimpulan yang diambil bahwa Si kacong
mempunyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara
logis dari dua primis yang mendukungnya. Pertanyaannya, apakah kesimpulan itu benar?
maka hal ini harus di kembalikan kepada kebenaran primis yang mendahuluinya. Sekiranya
kedua primis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan
yang di tariknya juga adalah benar.

Dengan demikian Silogisme dapat disebut sebagai bentuk penarikan kesimpulan secara
deduktif dan secara tidak langsung kesimpulanya ditarik dari dua premis sekaligus. Dua
premis yang dimaksud adalah premis mayor dan premis minor. Pengertian yang menjadi
subyek (S) disebut term minor. Pengertian yang menjadi predikat disebut term mayor.
Pengertian yang tidak terdapat dalam kesimpulan, tapi terdapat dalam kedua premis tersebut
disebut term antara/pembanding (M).

Aristoteles membatasi silogisme sebagai : argument yang konklusinya diambil secara pasti
dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan. Proposisi sebagai dasar
kita mengembalikan kesimpulan bukanlah proposisi yang dapat kita nyatakan dalam bentuk
oposisi, melainkan proposisi yang mempunyai hubungan independen.
Rumus Silogisme

Jika ditulis dengan menggunakan rumus maka silogisme memiliki rumus sebagai berikut:

 PU terdiri dari A = B
 PK terdiri dari C = A
 K terdiri dari C = B

Macam-Macam dan Syarat Silogisme

A. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.


Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan
menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah
term penengah (middle term).

Contoh:

 PU = Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)


 PK = Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
 K = Akasia membutuhkan air (Konklusi)

Hukum-hukum Silogisme Katagorik.

Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.

Contoh:

 PU = Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).


 PK = Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
 K = Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).

Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.

Contoh:

 PU = Semua korupsi tidak disenangi (mayor).


 PK = Sebagian pejabat korupsi (minor).
 K = Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).

Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.

Contoh:

 Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).


 Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya
hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).

Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini
dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.

Contoh:

 Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).


 Kucing bukan bunga mawar (premis 2).

Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil
kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka,
binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.

Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada
premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.

Contoh:

 PU = Kerbau adalah binatang.(premis 1)


 PK = Kambing bukan kerbau.(premis 2)
 K = Kambing bukan binatang ?

Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif

Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.

Contoh:

 PU = Bulan itu bersinar di langit.(mayor)


 PK = Januari adalah bulan.(minor)
 K = Januari bersinar dilangit?

Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan
konklusinya.

Contoh:

 Kucing adalah binatang.(premis 1)


 Domba adalah binatang.(premis 2)
 Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
 Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya

Sekarang kita akan langsung lanjut pembahasan Macam Jenis Silogisme dan Contohnya ke
bagian kedua jenis silogisme. Berikut uraian ringkas materi mengenai macam jenis yang
kedua tersebut.

B. Silogisme Hipotetis

Silogisme hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme
hipotetik:

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antesedent.

Contoh:

 PU = Jika hujan saya naik becak.(mayor)


 PK = Sekarang hujan.(minor)
 K = Saya naik becak (konklusi).

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.

Contoh:

 PU = Jika hujan, bumi akan basah (mayor).


 PK = Sekarang bumi telah basah (minor).
 K = Hujan telah turun (konklusi)

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.

Contoh:

 Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
 Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.

∴ Kegelisahan tidak akan timbul.

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.

Contoh:

 Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.


 Pihak penguasa tidak gelisah.

∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetis Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran
konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
 Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
 Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
 Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
 Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

C. Silogisme Alternatif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh:

 Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.


 Nenek Sumi berada di Bandung.

∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

D. Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.

Contoh entimen:

 Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
 Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima
hadiahnya.

E. Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan


disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.

Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog
bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:

Silogisme disyungtif dalam arti sempit

Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:

 Heri jujur atau berbohong.(premis1)


 Ternyata Heri berbohong.(premis2)

∴ Ia tidak jujur (konklusi).

Silogisme disjungtif dalam arti luas


Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif.

Contoh:

 Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)


 Ternyata tidak di rumah.(premis2)

∴ Hasan di pasar (konklusi).

Hukum-hukum Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid.

Contoh:

 Hasan berbaju putih atau tidak putih.


 Ternyata Hasan berbaju putih.

∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.

Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah

Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).

Contoh:

 Budi menjadi guru atau pelaut.


 Budi adalah guru.

∴ Maka Budi bukan pelaut.

Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).

Contoh:

 Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.


 Ternyata tidak lari ke Yogyakarta

∴ Dia lari ke Solo?

Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
Contoh Soal Silogisme

1. Toni adalah orang desa. Toni bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik. Banyak buruh-
buruh yang malas. Malik adalah teman Toni. Jadi . . . .
A. Malik mungkin sedesa dengan Toni.
B. Teman-teman Toni semuanya malas.
C. Malik adalah orang kota.
D. Malik itu malas.
E. Toni itu malas.

2. Semua orang tua menyayangi anaknya. Sebagian guru menyayangi anaknya. Jadi . . . .
A. Sebagian orang tua menyayangi anaknya.
B. Sebagian guru adalah orang tua.
C. Semua guru menyayangi anaknya.
D. Semua orang tua adalah guru.
E. Semua guru adalah orang tua.

3. Semua kendaraan berbahan bakar bensin. Tak sebuah motor pun berbahan bakar bensin.
Jadi . . . .
A. Kendaraan berbahan bakar bensin adalah motor.
B. Tak sebuah motor pun adalah kendaraan berbahan bakar bensin.
C. Semua kendaraan berbahan bakar bensin adalah motor.
D. Motor adalah kendaraan berbahan bakar bensin.
E. Semua kendaraan adalah motor.

4. Semua mamalia tidak bertelur dan semua yang bertelur adalah hewan. Jadi . . . .
A. Ikan paus adalah mamalia.
B. Mamalia bisa saja bertelur.
C. Hewan yang bertelur adalah mamalia.
D. Ada hewan yang tidak bertelur.
E. Mamalia bukan hewan.

5. Semua burung bernapas dengan paru-paru. Semua merpati adalah burung. Jadi . . .
A. Semua merpati tidak bernapas dengan paru-paru.
B. Semua merpati bernapas dengan paru-paru.
C. Tidak semua merpati bernapas dengan paru-paru.
D. Sebagian merpati adalah burung.
E. Sebagian merpati bernapas dengan paru-paru.

Anda mungkin juga menyukai