Anda di halaman 1dari 21

JAMINAN MUTU KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Pendahuluan
Jaminan mutu dalam keperawatn komunitas merupakan salah satu pendekatan atau
upaya yang sangat penting dan sangat mendasar dalam memberkan pelayanan
keperawatan kepada klien. Seorang perawat komunitas yag profrsional harus
senantiasa berupaya memberikan layanan keperawatan dengan mutu yang terbaik
kepada semua klien tanpa terkecuali. Pendekatan jaminan mutu layana keperawatan
merupakan salah satu perangkat yang sangat berguna bagi mereka yang mengelola
atau merencanakan layanan keperawatan. Pendekatan tersebut juga merupakan bagian
dari keterampilan yang sangat mendasar bagi setiap pemberi(provider) layanan
kesehatan yang secara langsung melayani klien.
Layanan keperawatan yang bermutu adalah layanan keperawatan yang senentiasa
berupaya memenuhu harapan klien sehingga klien akan selalu puas terhadap
pelayanan yang diberikan perawat. Pendekatan jaminan mutu layanan keperawatan
mengutamakan keluaran (outcome) layanan keperawatan yang bermutu hanya
mungkin dihasilkan oleh pekerjaan yang benar. Dengan demikian, klien akan selalu
berada dalam lingkungan organisasi layanan keperawatan yang terbaik karena segala
kebutuhan kesehatan dan penyakit klien tersebut sangat diperhatikan dan kemudian
dilayani dengan layanan terbaik. Tidak mengherankan bahwa organisasi layanan
keperawatan yang selalu memerhatikan mutu akan dengan mudah mendapatkan
akreditasi serta memperoleh kepercayaan dari organisasi lain sejenisnya.

Konsep dasar
Dalam dunia mutu, konsep dasar mutu bukanlah hal yang baru. Hal ini dapat
dicermati dari perjuangan Florance Nightingle aat ia menggunakan standar untuk
menilai layanan keperawatan yang diberikan kepada anggota militer saat Perang
Dunia II. Pekerjaan nightingle waktu itu berhubungan dengan perawatan luka,
kebersihan lingkungan, serta ventilasi yang digunakan. Hal ini merupakan salah satu
contoh klasik terbaik bahwa hanya dengan cara-cara yang sangat sederhana dapat
dihasilkan suatu manfaat luar biasadan mempercepat kesembuhan klien.
Contoh tersebut merupak salah satu contoh terbaik peningkatan mutu karena kunci
keberhasilannya adalah selalu menganggap mutu sebagai suatu hal yang sangat
sederhana, tetapi jika mutu ditingkatkan, hasil yang didapat menjadi luar biasa dan
melebihi yang diperkirakan sebelumnya. Setiap upaya peningkatan mutu layanan
kepperawatan harus dilakukan secara berkesinambungan, tidak pernah berhenti. Hal
ini berarti bahwa perawat harus selalu berupaya memenuhi kebutuhan dan harapan
klien(masyarakat) secara terus menerus tanpa akhir.
Berbagai macam pengertian mutu telah disampaikan oleh para pakar manajemen.
Definisi tersebut antara lain oleh Imbalo S.Pohan (2006) yang menjabarkan mutu
sebagai keselurruhan karaktreristik barang atau jasa yang menunjukan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa kebutuhan
yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Mutu tidak lepas dari kata kualitas
atau mutu itu sendiri. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna,
diantaranya seperti:
 Mutu adalah kualitas
 Bebas dari kerusakan atau cacat
 Kesesuaian ;penggunaan;persyratan atau tuntutan
 Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal
 Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat
 Kepuasan klien dalam arti klien itu sendiri maupun keluarganya

Layanan kesehatan yang bermutu sering di persepsi kan sebagai suatu layanan
kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan
kesehatan dan sekaligus diinginkan baik oleh klien individu maupun masyarakat serta
terjangkau oleh daya beli masyarakat. Layanan kesehatan sebagaimana juga mutu
barang dan jasa bersifat multi dimensi. Dimensi mutu layanan kesehatan menurut L.D
Brown dkk(1992) adalah sebagai berikut:
1. Dimensi kompetisi teknis
Menyangkut keterampilan, kemampuan dan penampilan atau kinerja pemberi layanan
kesehatan. Dimensi kompetensi teknis itu bethubungan dengan bagaimana pemberi
pelayanan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi
kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan konsistensi. Tidak terpenuhinya dimensi
kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil
terhadap standar layanan kesehatan , sampai pada kesalahan fatal yang dapat
menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa klien.
2. Demensi keterjangakauan atau akses terhadap layanan kesehatan
Mempunyai arti bahwa layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak
terhalang oleh keadaan geografis,sosial,ekonomi,organisasi, dan bahasa. Akses
geografi diukur oleh jarak ,lama dan biaya perjalanan ,jenis transportasi, atau
hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk mendpat layanan
kesehatan. Akses sosial atau budaya berhubungan dengan dapat diterima atau
tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya ,kepercayaan ,dan
perilaku. Akses organisasi ialah sejauh mana layanan itu diatur agar memberi
kemudahan atau kenyamanan untuk klien atau konsumen. Akses bahasa artinya klien
harus dilayani dengan menggunakan bahasa atau dialek yang dapat dipahami klien.
3. Demensi efektivitas layanan kesehatan
Mempunyai arti bahwa perawat harus mampu mengobati atau mengurangikeluhan
yang ada, mencegah terjadinya penyakit,serta berkembangnya atau meluasnya
penyakit yang ada. Efektivitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana
standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan
situasi setempat. Umumnya standar layanan kesehatan diukur pada tingkat organisasi
yang lebih tinggi, sementara pada tingkat pelaksana,standar layanan kesehatan itu
harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi stempat.
4. Demensi efisiensi layanan kesehatan
Sumber daya kesehatan sangat terbatas,oleh sebab itu dimensi efisiensi sangat penting
dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih
banyak klien atau masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak memenuhi standar
layanan kesehatan umumnya mahal, kurang nyaman bagi klien, memerlukan waktu
lama dan menimbulkan resiko yang lebih besar untuk klien. Dengan melakukan
analisis efisiensi dan efektifitas , perawat dapat memilih intervensi yang paling
efisien.
5. Dimensi kesinambungan layanan kesehatan
Mempunyai arti bahwa klien harus dapat dilayani sesuai kebutuhannya, termaksud
rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak
perlu. Klien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkan.
Karena riwayat penyakit klien terdokumentasi dengan lengkap, akurat, dan terkini,
maka layanan kesehatan rujukan yang diperlukan klien dapat terlaksana tepat waktu
dan tepat tempat.

6. Deminsi keamanan
Mempunyai arti bahwa layanan kesehatan itu harus aman, baik bagi klien, pemberi
pelayanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang bermutu harus
aman dari resiko cidera ,infeksi, efek samping atau bahaya lain yang ditimbulkan oleh
layana kesehatan itu sendiri. Contohnya pada tindaka tranfusi darah ,jarum bekas,
maupun tindakan invasif lainya. Dimensi keamanan menjadi dimensi mutu layanan
kesehatan yang utama dibidang tranfusi darah setelah munculnya HIV/AIDS, klien
dan pemberi pelayanan harus terlindung dari infeksi yang mungkin terjadi. Olehsebab
itu, harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamananmasing-masing
pihak.

7. Dimensi kenyamanan
Dimensi ini tidak berhubungan langsung dengan efektifitas layanan kesehatan,tetapi
memengaruhi kepuasan klien(konsumen) sehingga mendorong klien untuk datang
berobat kembali ketempat tersebut. Kenyamana atau kenikamatan dapat menimbulkan
kepercayaan klien kepada organisasi layanan kesehatan. Jika biaya layanan kesehatan
menjadi persoalan, kenikmatan akan mempengaruhi klien untuk membayar biaya
layanan kesehatan. Kenyamanan juga terkait dengan penampilan fisik layanan
kesehatan seperti pemberi pelayanan serta peralatan medisdan non medis. Contohnya,
tersedianya pendingin ruangan (AC) ,televisi,majalah, musik dan kebersihan
dalamsuatu ruangtunggu dapat menimbukan perasaan kenikmatan tersendiri sehingga
waktu tunggu tidak menjadi hal yang membosankan. Tersedianya gorden penyekat
dalam kamar periksa akan memberikan kenyamananterutama pada klien wanita.

8. Dimensi informasi
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberika informasi yang jelas
tentang apa, siapa,kapan,dimana, dan bagaimana layanan kesehatanitu akan
dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan
rumah sakit.

9. Dimensi ketepatan waktu


Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilaksanakan dalam waktu dan cara yang
tepat ,oleh pemberi pelayanan yang tepat dan menggunakan peralatan dan obat yang
tepat, serta denganbiaya yang efisien(tepat).

10. Dimensi hubungan antar manusia


Hubungan antar manusia merupakan interaksi antara pemberi layanan
kesehatan(provider) dengan klien (konsumen), antar sesama pemberi layanann
kesehatan , hubungan antara pemimpin dan staf, dinas kesehatan, rumah sakit,
puskesmas, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), masyarakat dan
lain-lain. Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan atau
kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati,
responsif, memberi perhatian dan lain-lain.

Mengapa jaminan mutu layanan kesehatan penting dalam organisasi layanan


kesehatan ?

Pertama, penerapan pendekatanjaminan mutu layanan kesehatan akan menjamin


bahwa organisasi layanan kesehatan akan sesalu menghasilkan layanan kesehatan
yang bermutu, artinya layanan kesehatan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan
klien serta mampu dibayar olehnya.
Kedua, penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan menjadi
organisasi layanan kesehatan semakin efisien karena semua orang yang bekarja dalam
organisasi itu akan selalu bekerja lebih baik dalam suatu sistemyang terus-menerus
diperbaiki.

Ketiga, penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan membuat


organsasi layanan kesehatan menjadi terhormat, terkenal dan selalu dicari oleh
siapapun yang membutuhkan layanan kesehatan yang bermutu serta menjadi tempat
idaman bagi profesi layanan kesehatan yang kompeten dan berperilaku terhormat.

Keempat, penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan terutama akan


memerhatikan outcomes layanan kesehatan sehingga setiap pelaksanaa tugas harus
dilakukan dengan benar agar layanan kesehatan bener-benar bermanfaat bagi klien.

Kelima, penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan menumbuhkan


kepuasan kerja ,komitmen dan peningkatan moral profesi layanan kesehatan serta
akhirnya akn menimbulkan kepuasan klien.

Melakukan pekerjaan yang bermutu merupakan suatu yang menimbulkan


kepuasan pribadi. Dengan menerapkan jaminan mutu layanan kesehatan , perawat
diharapkan bekerja semakin cermat dan selalu menggunakan nalar. Bekerja dengan
lebih cermat bukan berarti harus bekerja keras ,sebaliknya bekerja dengan
memerhatikan mutu artinya bekerja lebih arif dengan sistem yang baik sehingga
hasilnya akan lebih baik, tetapi dengan upaya dan pemborosan yang semakin
berkurang.
Mutu layanan kesehatan yang diterima oleh klien sebagai konsumen akan
ditentukan oleh mutu layanan kesehatan yang akan diberikan oleh berbagai profesi
layanan kesehatan yang terdapat didalam organisasi layanan kesehatan tersebut. Mutu
layanan kesehatan juga ditentukan oleh mutu menejemen organisasi layanan itu.
Dengan demikian, akan terdapat hubungan timbal balik antar profesi layanan kesehtan
dengan klien. Tingkat mutu layanan kesehatan itu akan ditentukan berdasrkan tingkat
keseimbangan yang terjadi antara ketiga unsur tersebut.
Mutu layanan kesehatan digambar ka berada dalam segitiga , klien ,profesi
layanan kesehatan pada sisi segitiga ,sedangkan manajemen digambarkan pada alas
segitiga. Segitiga tersebut menggambarkan kerangka interaktif yang menunjukan
bahwa mutu laynan kesehatan sebagai kepentingan dari berbagai pihak terkait,
klien ,profesi layanan kesehatan, penentu kebijakan dan pengambil keputusan, serta
organisasi layanan kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
Setiap kelompok itu akan menaruh perhatian terhadap mutu, tetaapi dengan
alasan dan perseptif mutu yang berbeda. Perbedaan dalam kepentingan tersebut pasti
akan menimbulkan perbedaan dalam prioritas. Perhatian yang diberikan demi
kepentingan klien semata atau karena adanya suatu tekanan dari luar seperti
pemerintahan daerah, langkanya sumber daya, atau perubahan teknoligi. Dari
kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa mutu layanan kesehatan ditunjukan untuk
kepentingan semua orang yang terlibat, yaitu penerima layanan kesehatan dan
pembaaca layanan kesehatan baik langsung maupun tida langsung. Namun, pola pikir
yang demikian akan menimbukan persoalnan baru, karena mutu layanan kesehatan
merupaka kepentingan semua ornag yang terkait, maka tidak ada orang tertentu yang
bertanggung jawab terhadap mutu layanan kesehatan.

Perubahan paradigma pelayanan


Layanan pada masyarakat dimasa mendatang hendaknya semakin lama semakin
baik (better),semakin lama semakin cepat(faster), semakin lama semakin diperbaharui
(newer), semakin lama semakin murah(cheaper), dan semakin lama semakin
sederhana (more simple).
W. edwards deming telah mengembangkan apa yg disemut manajemen mutu
terpadu (total quality manajemen-TQM). pada awalnya, manajemen mutu terpadu
diterapkan didunia usaha tetapi karena keberhasilannya, maka instansi pemerintah
mulai mencoba menerapkannya seperti penerapan manajemn mutu terpadu di
angkatan udara amerika serikat(morgan dan l. rebeca, 1996). menejemen mtu terpadu
merupakan paradigma baru dalam manajemen yang berusaha memaksimalkan daya
saing organisasi melalui perbaikan secara berkesinambungan atas mutu barang, jasa,
manusia, dan lingkungan organisasi. Manajemen mutu terpadu hanya dapat dicapai
dengan memerhatikan hal-hal sebagai berikut (tjiptono,1997).

 Berfokus pada pelanggan, yang menentukan mutu barang dan jasa adalah
pelaggan eksternal. Pelanggan internal berperan dala menentukan mutu manusia,
proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan barang atau jasa.
 Obsesi terhadap mutu, penentu akhir muu adalah pelanggan internal dan eksternal,
dengan mutu yang ditentukan tersbut, organisasi harus berusaha memenuhi atau
melebihi yang telah ditentukan.
 Pedekatan ilmiah, terutama untuk merencanakan pekerjaandan proses pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah yang terkait dengan pekerjaan yang dirancang
tersebut. Komitmen jangka panjang, agar penerapan menejemen mutu
terpadudapat berhasil, dibutuhkan budaya organisasi yang baru. Untuk itu, perlu
ada komitmen jangka panjang guna mengadakan perubahan budaya.
 Kerjasama tim, untuk menerapkan menejemen mutu terpadu, kerjasama tim,
kemitraan, dan hubungan perlu terus menerus dijalan dan dibina, baik antar
aparatur dalam organisasi maupun dengan pihak luar (masyarakat).
 Perbaikan sistem secara berkesinambungan, setiap barang dan jasa dihasilkan
melalui proses-proses didalam suatu sistem atau ligkungan. Oleh karena itu,
sistem yang ada perlu diperbaharui secara terus-menerus agar mutu yang
dihasilkan lebih mengikat.
 Pendidikan dan pelatihan, dalam organisasi yang menerapkan menejemen mutu
terpadu, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar
(pundamental). disini berlaku prinsip belajar yang merupakan proses tiada
akhirdan tidak mengenal batas usia.

Standar layanan kesehatan


Jika ka suatu organisasi layanan kesehatan ingin menyelenggarakan layana
kesehatan yang bermutu secara taat asas atau konsisten, keinginan tersebut harus
dijabarkan menjadi suatu standar layanan kesehatan atau standar prosedur operasional.
Secara garis besar, definisi standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan(input), proses, dan
keluaran(outcome) sistem layanan kesehatan. Input terdiri atas mutu petugas,bahan,
alat, dan sebagainya, biasanya dikaitkan dengan penggunaan dan penguasaan ilmu
dan teknologi. Proses menakup mutu kerja dan pelayanan ,biasanya memakai standar
etika atau kepuasan trata-rata komunitas. Outcome biasanya dikaitkan dengan kinerja
(perfomance) pemberi layanan kesehatan.
Pada setiap proses layanan keperawatanhampir selalu terjadi variasi.seorang
perawat komunitas misalnya, pada setiap kasus yang ditemukan dilapangan akan
menerapkan cara yang berbeda untuk memecahkannya. Demikian hanya ketika
perawat komunitas tersebut memberikan pelayana dipuskesmas, ia akan menunjukan
karakteristik layanan yang khas pada setiap individu.
Perbedaan atau variasi merupakan hal yang wajar dan selalu akan terjadi pada
setip proses layanan keperawtan. Meskipun demikian, melalui teknik pendekatan
mutu yang berkesinambungan, perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan mampu
mengendalikan variasi yang terjadi dalam sistem layanan keperawatan. Tujuannya
adalh agar variasi tersebut selalu berada dalam bats-batas kendali. Banyak sumber
variasi layanan medis yang tidak mungkin di standar di saaikan sama sekali. Rencan
aperawatan dan aspek lain dari layanan kesehatan harus disesuaikan dnegan
kebutuhan spesifik setiap klien atau disebut tailormade. Namun, mutu layanan
kesehatan dapat ditingkatkan dengan menghilangkan atau mengurangi variasi yang
tidak perlu sewaktu penyelenggaraan layanan kesehatan tersebut dilakukan.
Standar layanan kesehatan dapat membantu mengurangi vasiasi-variasi tersebut
dengan cara menetapkan input, proses, an outcome, pada sistem layanan esehatan.
Contohya, perawatan kaki pada klien dengan diabetes mellitus dikomunitas, standar
input akan memastika bahwa perawat komunitas akan menggunakan peralatan yang
diperlukan dn sesuai untuk melalukan prosedur rawat luka.
Langkah-langkah penysun standar layanan kesehatan
1. Pilih salah satu fungi atau sistem yang memerlukan stadar layanan kesehatan
Jika suatu organisasi layanan keehatan ingin enyusun standar layanan kesehatan,
maka organisasi itu perlu mengenali sistem atau sub sistem yang membutuhksn
standar pelyanan kesehatan. Pilihlah satu atau dua sistem yang merupakan prioritas
tinggi. Contohnya, perawatan kesehatan dirumah pada keluarga dengan resiko tinggi.
2. Bentuk tim atau kelompok pakar
Keputusan penting tentang fungsi atau sistem yang memerlukan standar layanan
kesehatan biasnay dilakukan oleh para kepala satuan kerja dan kepala bagian.
Kemudian organisasi akan menugaskan suatu kelompok kerja multi disiplin atau
kelompok pakar yang banyak mengetahui tantang fungsi atau sistem tersebut untuk
menyusun standar layanan kesehatan.
3. Tentukan input,proses dan outcome
Kelompok pakar harus dapat menentukan unsur-unsur input, proses, dan outcome dari
setiap komponen fungsi atau sistem. Input diperlukn agar dapat melakukan proses
yang diperlukan sedangkan proses perlu untuk mehasilkan outcome yg diinginkan.
4. Tentukan karakteristik mutu
Merupakan sifat atau atribut untuk membedakan input, proses, dan outcome yang
yang penting dalam mementukan mutu layanan kesehatan dan akan diterapkan oleh
kelompok atau organisasi layanan kesehatan. Contohnya, ketepatan waktu
pemeriksaan labolatorium

5. Tentukan atau sesuaikan standar layanan kesehatan


Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan langkah ini adalah pemilihan pola
atau bentuk penulisan standar, pengumpulan informasi, dan pembuatan naskah
standar layanan kesehatan.
6. Nilai ketepatan standar layanan kesehatan
Penilaian dalam langkah ini melipiti penilaian keabsahan (kesahihan) atau faliditas
standar layanankesehatan, penilaian reabilitas atau keandalan standar layanan
kesehatan, dan penilaian kejelasan standar layanan kesehatan.

Program jaminan mutu


Tiga pengertian dasar yang dipakai untuk memahami konsep tentang jaminan
mutu adalah sebagai berikut(a.a.g.Muninjaya,2004)

Batasan manajemen mutu


Program jaminan mutu (quality assuranse program) merupakan suatu upaya
dilaksnakan secara berkesinambungan, sistemats, objektif, dan terpadu untuk:
1. Menentukan masalah mutu dan penyebabnya berdasarka standar yang telah
ditetapkan
2. Menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuian dengan
kemampuan yang tersedia.
3. Mencapai hasil yang dicapai
4. Menyusun rencana tindak lanjut untuk lebih mengkatkan mutu
Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa jaminan mutu merupakan sebuah
proses yang dilakukan secara bertahap tetapi berkelanjutan, mulai dari identifikasi
masalah mutu, mencari dan menetapkan solusi, serta menilai haslnya dalam bentuk
peningkatan mutu dan penurunan biaya produksi. Beberapa istilah tentang program
jaminan mutu yang sudah diperkenalkan oleh banyak pakar adalah sebagai berikut :
 Program perawatan mutu (quality control program)
 Program peningkatan mutu(quality improvemen program)
 Manajemen mutu terpadu (total quality manajemen)
 Peningkatan mutu berkesinambungan (continous quality impromen)

Tujuan program jaminan mutu


Jika sebuah organisasi kesehatan ingin menerapkan manajemen mutu, maka harus
dirumuskan tujuannya terlebih dahulu. Dua tujuan tersebut adalah tujuan antara dan
tujuan akhir. Tujuan antara adalah tujuan pengembangan mutu, pimpinan dan staf
organisasi tersebut harus merumuskan masalah mutu pelayanan. Masalah mutu ini
dijadikan dasar untuk menetapkan tujuan peningkatan mutu yang ingin dicapai
(benchmarking). sedangkan, tujuan akhir ditetapkan untuk menjaga mutu pelayanan
kesehatan adalah meningkatkan mutu produk dan jasa pelayanan kesehatan. Tujuan
ini terkait dengan kepuasan konsumen, termasuk turunnya biaya (cost) produksi jasa
pelayanan.

Tahapan kegiatan program jaminan mutu


pengertian operasional jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang
sistematis dan berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta
melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan
senantiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati. Pada dasarnya,
pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan dilaksanankan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
 Sadar mutu
 Menyusun standar
 Mengukur apa yang tercapai
 Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan
 Melakukan peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan

untuk menyederhanakan dan memudahkan pemahamanya, langkah-langkah dasar


pelaksanaan jaminan mutu layanan kesehatan dibagi menjadi dua langkah utama,
yaitu pengukuran mutu dan peningkatan mutu. Langkah-langkah itu di modifikasi dari
siklus jaminan mutu. Siklus jaminan mutu itu sendiri terdiri atas 10 langkah antara
lain pembuatan rencana; penyusunan standar; penyebarluasan standar; pemantauan
mutu; penetapan masalah dan prioritas; perumusan masalah; penyusunan kelompok
pemecah masalah; analisis penyebab masalah; penyusunan pemecahan masalah; serta
pemecahan masalah dan evaluasi.
Sebagai contoh dipuskesmas, program jaminan mutu meliputi mutu petugas,
termasuk kualifikasi, mutu kerja, bahan, alat, fasilitas, obat, pelayanan, dan informasi.
Sasaran yang ingin dicapai dalam upaya peningkatan mutu dipuskesmas adalah
sebagai berikut
 Menurunkan angka kematian
 Menurunkan angka kecacatan
 Meningkatkan kepuasan masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat terutama diwilayah kerjanya
 Penggunaan obat secara rasional serta tindakan pengobatan yang wajar.

Evaluasi dan penilaina mutu pelayanan keperawatan komunitas

Mutu layanan kesehatan dapat diukur melalui tiga cara yaitu pengukuran mutu
prosfektif, mutu retrosferktif, dan mutu konturen.

A. Mutu prosfektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan
sebelum layanan kesehatan diselenggaran. Oleh karena itu pengukurannya akan
ditunjukan terhadap struktur atau input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa
layanan kesehatan harus memiliki sumberdaya tertentu agar dapat menghasilkan suatu
layanan kesehatan yang bermutu seperti berikut
1. Pendidikan profesi kesehatan
Ditunjukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang dapat mendukung layanan
kesehatan yang bermutu
2. Perizinan
Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan.
Surat izin kerja (SIK) dan surat izin praktik (SIP) yang diberikan kepada
perawat merupakan suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi
syarat untuk melakukan praktik profesi keperawtan (NERS) demikian pula
dengan profesi kesehatan lain, harus mempunyai izin kerja sesuai dengan
profesinya.
3. Standardisasi
Dengan menentapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan, tenaga,
gedung, sistem, organisasi, anggaran, dan lain-lain. Setiap fasilitas layanan
kesehatanyang memiliki standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan
kesehatan yang sama mutunya. Contohnya, standardisasi layanan rumah sakit
akan mengelompokan atau mengklasifikasikan rumah sakit kedalam berbagai
kelas tertentu misalnya rumah sakit umum kelas A,kelas B, kelas C, dan kelas
D, rumah sakit jiwa kelas A dan B.
4. Sertifikasi
Merupakan langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai nersyang
teregistrasi adalah contoh dari sertifikasi. Di indonesia ,perizinan seperti itu
dilakukan oleh departmen kesehata atau dinas kesehatan dengan persetujuan
dari persatuan perawat nasional indonesia(PPNI).

5. Akreditasi
Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti rumah
sakit telah memenuh beberapa standar layanan kesehatan tertentu.
Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian sember daya, bukan
pada kinerja penyelenggara layanan kesehatan.

B. Pengukuran mutu retrospektif


Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah
penyenlenggaraan layanan kesehatan setelah dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya
merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan ,
wawancara, pembuatan kuesioner,dan penyelenggaraan pertemuan.

C. Pengukuran mutu konkuren


Merupakan pengukuran terhadap mutu layanankesehatan yang dilakukan melalui
pengamatan langsung dan kadang-kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada
catatan keperawatan serta mekakukan wawancara dan mengadakan pertemuan dengan
klien,keluarga, atau petugas kesehatan.
KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan publik adalah keputusan-keptusan yang meningkat bagi orang banyak pada
tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik,
sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh
otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak,
umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak,
selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang
dijalankan oleh brokrasi pemerintah. Fokus kebijakan utama publik dalam negara
moderen adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang bisa
dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan
orang banyak, menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban
menyediakan pelayanan publik dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi dan
pada sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam masyarakat dengan
berbagai kepentingan serta mencapai amanat konstitusi.

Banyak sekali definisimengenai kebijakan publik. Sebagian besar ahli memberi


pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan
pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak
baik bagi kehidupan warganya, bahkan, dalam pengertian yang lebih luas, kebijakan
publik yang sering diartikan sebagai apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan atau tidak dilakukan. Seperti kata Bridgman dan Davis (2004). sering kali,
kebijakan publik tidak lebih dari pengertian mengenai whatever government choose to
do or not do.

Terkadang kebijakan publik menunjuk pada istilah atau konsep untuk


menjelaskan pilihan-pilihan tindakan tertentu yang sangat khas atau spesifik, seperti
kepada bidang-bidang tertentu dalam sektor-sektor fasilitas umum, transportasi,
pendidikan, kesehatan, perumahan, atau kesejahteraan urusan-urusan yang
menyangkut kelistrikan, air, jalan raya, sekolah, rumah sakit, perumahan rakyat, dan
lembaga-lembaga rehabilitasi sosial merupakan beberapa contoh yang termasuk
dalam bidang kebijakan publik. Sehingga contoh, kebijakan sosial secara ringkas
dapat diartikan sebagai salah satu bentuk kebijakan publik yang mengatur urusan
ksejahteraan. Kebijakan kesehatan secara khusus sejatinya adalah kebijakan yang
menyangkut kesehatan warga negara.
Beragam pengertian mengenai kebijakan publik ini tidak bisa dihindarkan, karena
katakebijakan (policy) merupakan penjelasan ringkas yang berupaya untuk
menerangkan berbagai kegiatan mulai dari pembuatan keputusan - keputusan,
penerapan, dan evaluasinya. Telah banyak upaya untuk mendefinisikan kebijakan
publik secara tegas dan jelas, namun pengertiannya tetap saja menyentuh
wilayah-wilayah yang sering kali tumpang tindih, ambigu dan luas. Beberapa
kalangan mendefinisikan kebijakan publik hanya sebatas dokumen-dokumen resmi
seperti, perundang-undangan dan peraturan pemerintah. Sebagiian, lagi mengartikan
kebijakan publik sebagai pedoman, acuan, strategi, dan kerangka tindakan yang
dipilih atau ditetapkan sebagai garis besar (roadmap) pemerintah dalam melakukan
kegiatan pembangunan.
Setiap perundang-undangan dapat mencerminkan suatu kebijakan, namun tidak
setiap kewujudan dalam bentuk perundang-undangan, Hoogwod dan Gunn (1990)
menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang
didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Ini tidak berarti bahwa makna
“kebijakan” hanyalah milik atau domain pemerintah saja. Organisasi-organisasi
non-pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi sosial
(karamg taruna, pendidikan kesejahteraan keluarga, dan lainnya), serta
lembaga-lembaga sukarela (voluntary) lainnya memiliki kebijakan-kebijakan lainnya
pula. Namun, kebijakan mereka tidak dapat diartikan sebagai kebijakan publik karena
tidak dapat memakai sumberdaya publik atau memiliki legalitas hukum sebagaimana
lembaga pemerintah. Sebagai contoh, pemerintah memiliki kewenangan menarik
pajak dari masyarakat dan berhak menggunakan uang dari pajak tersebut untuk
mendanai kegiatan pembangunan. Hal yang sama tidak dapat dilakukan oleh
organisasi non-pemerintah, karang taruna, atau kelompok0kelompok arisan.
Mengacu pada Hogwood dan Gunn serta Brigdman dan Dawis (2004) yang
menyatakan bahwa kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal sebagai beikut:
a. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau
pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai. Proposal tertentu yang mencerminkan
keputusan-keputusanpemerintah yang telah dipilih. Kewenangan formal seperti
undang-undang atau peraturan pemerintah.
b. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan
sember daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan. Keluaran (outcome), yaitu apa
yang nyata telah disediakan oleh pemerintah, sebagai produk dari kegiatan tertentu.
c. Teori yang menjelaskan bahwa jika kita melakukan X, maka akan diikuti oleh
Y.
d. Proses yang berlangsung dalam peroide tertentu yang reatif panjang.

Setiap sistem politik pada dasarnya memproduksi kebijakan publik. Dan sistem
politik itu bisa berupa negara, provinsi, kabupaten/kota, desa, bahkan RT dab RW,
Institusi seperti Association of South East Asia Nation (ASEAN), Uni Eropa (UE),
Perserikaran Bangsa-Bangsa (PBB), dan World Trude Organization
(WTO)merupakan sistem politik juga, yang dapat disebut supra-negara. Kebijakan
publik tidak selalu dilakukan oleh birokrasi (saja), melainkan dapat pula dilaksanakan
oleh perusahaan swasta, LSM, ataupun masyarakat langsung. Contohnya, suatu sistem
politik dapat memutuskan untuk memberantas nyamuk. Sistem politik itu dapat
memerintah sebuah perusahaan swasta untuk melakukan penyemprotan nyamuk
secara berkala. Disinilah arti penting bagi perawat kesehatan komunitas untuk
memahami dan menggunakan pendekatan kebijakan publik guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

Terminologi
Terminologi kebijakan publik menunjuk pada serangkaian peralatan pelaksanaan yang
lebih luas dari peraturan perundang-undangan, mencakup juga aspek anggaran dan
struktur pelaksana. Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Bagaimana keterlibatan
publik dalam setiap tahapan kebijakan bisa menjadi ukuran tentang tingkat kepatuhan
negara kepada amanat rakyat yang berdaulat atasnya. Dapatkan publik mengetahui
apa yang menjadi agenda kebijakan, yakni serangkaian persoalan yang ingin
diselesaikan dan prioritasnya, dapatkah publik memberi masukan yang berpengaruh
terhadap isi kebijakan publik yang akan dilahirkan.
Begitu juga pada tahap pelaksanaan, dapatkah publik mengawasi penyipangan
pelaksanaan, juga apakah tesedia mekanisme kontrol publik, yakni proses yang
memungkinkan keberatan publik atas suatu kebijakan dibicarakan dan berpengaruh
secara signifikan. Kebijakan publik menunjuk pada keinginan pengiasa atau pemeriah
yang idealnya dalam masyarakat demokratis merupakan cerminan pendapat umum
(opini publik)
Untuk mewujudkan keinginan dan menjadikannya efektif, maka diperlukan
hal-hal sebagai berikut:
 Adanya perangkat hukum berupa peraturan perundang-undangan sehingga dapat
diketahui publik apa yang telah di putuskan
 Kebijakan ini juga harus jelas struktur pelaksanaan dan pembiayaannya
 Diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang memungkan publik
mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaan mengalami penyimpangan
atau tidak

Dalam masyarakat otoriter, kebijakan publik adalah keinginan penguasa semata,


sehingga penjabaran diatas tidak berjalan. Tetapi dalam masyarakat demokratis, yng
kerap menjadi persoalan adalah bagaimana menyerap opini publik dan membangun
suatu kebijakan yang mendapat dukungan publik. Kemampuan para pemimpin politik
berkomunikasi dengan masyarakat untuk menampung keinginan mereka adalah satu
hal, tetapi sama pentingnya adalah kemampuan para pemimpin untuk menjelaskan
pada masyarakat mengapa suatu keinginan tidak bisa di penuhi.
Adalah naif untuk mengharapkan bahwa ada pemerintahan yang bisa memuaskan
seluruh masyarakat setiap saat, tetapi adalah otoriter suatu pemerintah yang tidak
memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi dan berusaha mengkomunikasikan
kebijakan yang berjalan maupun yang akan dijalankannya. Dalam pendekatan yang
lain, kebijakan publik dapat dipahami dengan cara memilah dua konsepsi besarnya,
yakni kebijakan dan publik. Terminologi kebijakan dapat diartikan sebagai pilihan
tindakan diantara sejumlah alternativ yang tersedia. Artinya kebijakan merupakan
hasil menimbang untuk selanjutnya memilih yang terbaik dari pilihan-pilihan yang
ada. Dalam konteks makro, hal ini kemudian diangkat dalam porsi pengambilan
keputusan. Blakellei (1997) adalah akademisi yang menyatakan bahwa kebijakan
berkaitan erat dengan pengambilan keputusan. Karena pada hakikatnya sama-sama
memilih diantara opsinyang tersedia. Sedangkan, terminologi publik memperlihatkan
keluasan yang luar biasa ntuk didefinisikan. Akan tetapi dalam hal ini, setidaknya kita
bisa mengatakan bahwa publik berkaitan erat dengan state, market dan civil sociaty.
Merekalah yang kemudian menjadi aktor dalam arena publik sehingga publik dapat
dapat di pahami sebagai sebuah ruang dimensi yang menampakkan interaksi antar
ketiga aktir tersebut

Pelaksanaan kebijakan publik


Dalam pelaksanaanya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam serangkaian
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi,
sedangkan, dari sisi masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar pelayanan
publik, yang menjabarkan pada masyarakay apa pelayanan yan menjadi hak nya,
siapa yang bisa mendapatkannya, apa persyaratannya, juga bagaimana bentuklayanan
tersebut. Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) sebagai pemberi layanan dan
masyarakat sebagai penerima layanan. Fokus politik pada kebijakan publik
mendekatkan kajian politik pada administrasi negara, karena satuan analisisnya adalah
proses pengambilan keputusan sampai denga evaluasi dam pengawasan ermasuk
pelaksanaanya. Dengan mengambil fokus ini tidak menutup kemungkinan untuk
menjadikan kekuatan politik atau budaya politik sebagai variabel bebas dalam upaya
menjelaskan kebijakan publik tertentu sebagai variabel terikat.

PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN


KESEHATAN DALAM PROPENAS

Untuk penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan tujuan, kebijakan, dan strategi
yang telah ditetapkan dibutuhkan kebijakan dan manajemen suber daya yang efektif
dan efesien didukung dengan ilmu dan teknologi kesehan sehingga dapat tercapai
pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas. Sumberdaya tersebuat terdiri atas
sumberdaya tenaga, pembiayaan, fasilitas, ilmu pengetahuan, teknologi, serta
informasi. Sumber daya yang mendukung tercapainya tujuan, kebijakan, dan strategi
tersebut berasal dari pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Sasaran yang akan
dicapai ileh program ini adalah sebagai berikut :
 Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya sistem kesehatan
yang efisien, efektif, berkualitas, dan berkesinambungan
 Tercitanya kebijakan kesehatan yang mendukung reformasi bidang kesehatan.
 Tersedianya sumber daya manusia dibudang kesehatan yang mampu melakuan
berbagai kajian kebijakan kesehatan
 Berjalannya sistem oerencanaan kesehatan melalui pendekatan wilayah dan
sektoral dalam menduking desentralisasi.
 Terciptanya organisasi dan tatlaksana di berbagai tingkat administrasi sesuai
dengan asas desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintah yang baik
 Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien dan fleksibel
diseluruh jajaran kesehatan
 Terciptanya mekanisme pengawasan pengendalian diseluruh jajaran kesehatan
 Tersusunnya berbagai perangkat hukum dibidang kesehatan secara menyeluruh
 Terlaksananya inventarisasi, kajian dan analisis secara akademis seluruh
perangkat hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan
 Tersedianya perangkat hukum guna guna dilaksanakannya proses legislasi dan
mitigasi dalam penyelesaian konflik hukum bidang kesehatan
 Tersedianya informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu, dan lengkap sebagai
bahan dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan pembangunan kesehatan,
serta menyediakan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi program kesehatan, dan meningkatkan kewaspadaan di semua tingkat
administrasi
 Tersusunnya kebijakan dari konsep pengelolaan program kesehatan untuk
mendukung desentralisasi

Kegiatan pokok yang tercakup dalam program kebijakan dan manajemen


kesehatan adalah sebagai berikut:
 Mengembangkan kebijakan program kesehatan
 Mengembangkan manajemen pembangunan kesehatan
 Mengambangkan sistem informasi kesehatan
 Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

ADVOKASI
Intilah advokasi sangat lekat dengan profesi hukum. Menurut bahasa Belanda,
advocat atau advocateur berarti pengacara atau pembela. Karenanya, tidak heran jika
advokasi sering diartikan sebagai kegiatan pembelaan kasus atau beracara di
pengadilan. Dalam bahasa Inggris, to advocate tidak hanya berarti to defend
(membela), melainkan pula yo promote (mengemukakan atau memajukan), to create
(menciptakan), dan to change (melakukan perubahan) (Topatimasang dkk,2009).
Dalam konteks pemberdayaan orang miskin advokasi tidak hanya berarti
membela atau mendampingi orang miskin, melainkan pula bersama-sama dengan
mereka melakukan upaya-upaya petubahan sosial secara sistematis dan strategis.
Berpijak pada peran perawat kesehatan komunitas, advokasi dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu advokasi kasus ( case advocacy) dan advokasi kelas (class
advocacy).

Advokasi kasus
Merupakan kegiatan yang dilakukan seorang perawat kesehatan komunitas untuk
membantu klien agar mampu menjangkau sumber atau pelayanan kesehatan yang
telah menjadi baknya. Alasannya, terjadi diskriminasi atau ketidakadilan yang
dilakukan oleh lembaga, dunia bisnis, atau kelompok profesional terhadap klien
dimana klien sendiri tidak mampu merespon situasi tersebut dengan baik. Perawat
kesehatan komunitas berbicara, berargumen, dan bernegosiasi atas nama klien
advocacy). Sebagai contoh, hal ini dapat dilakukan jika perawat kesehatan komunitas
menemukan kasus kusta atau tuberkulosis paru yang tidak mendapatkan pelayanan
sebagaimana semestinya.

Advokasi kelas
Menunjukpada kegiatan-kegiatan atas nama kelas atau sekelompok orang untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak warga dalam menjangkau sumber atau memperoleh
kesempatan-kesempatan. Fokus advokasi kelas adalah memengaruhi atau melakukan
perubahan-perubahan hukum dan kebijakan publik pada tingkat lokal maupun
nasional.advokasi kelas melibatkan proses-proses politik yang ditujukan untuk
memengaruhi keputusan-keputusan pemerintahyang berkuasa. Perawat kesehatan
komunitas biasanya bertindak sebagai perwakilan sebuah organisasi, bukan sebagai
seorang praktisi mandiri. Advokasi kelas umumnya dilakukan melalui koalisi dengan
kelompok dan organisasi lain yang memiliki agenda yang sejalan. Hal ini dapat
dicontohkan oleh keterlibatan perawat kesehatan komunitas di suatu LSM HIV/AIDS
yang membela kepentingan klien atas nama LSM tersebut.

Strategi advokasi
Advokasi yang dilakukan perawat kesehatan komunitas dalam membantu masyarakat
miskin sangat berkaitan erat dengan konsep manajemen sumber (resource
management), strategi, advokasi dapat difokuskan kedalam tiga aras (tingkat) atau
setting (mikro, mezzo, serta makro) dan mengkajinya dari empat aspek (tipe advikasi,
sasaran/klien, peran perawat kesehatan komunitas, dan teknik utama)
Tabel fokus strategi advokasi
ARAS
ASPEK MIKRO MEZZO MAKRO
Tipe advokasi Advokasi khusus Advokasi kelas Advokasi kelas
Sasaran/klien Individu dan Kelompok formal Masyarakat lokal
keluarga dan organisasi dan nasional
Peran perawat Pialang (broker) mediator Aktivis analis
kesehatan kebijakan
komunitas
Teknik utama Manajemen kasus jejaring Aksi sosial analisis
kebijakan
Sumber: dikembangkan dari DuBois dan Miley (2005).

Advokasi yang dilakkan perawat kesehatan komunitas dalam memberdayakan


masyarakat miskin biasanya dilakukan dengan membantu klien dengan mengakses
sumber-sumber, mengoordinasikan distribusi pelayanan sosial,
merancang-kembangkan kebijakan-kebijakan dan program-program kesehatan
dimasyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari fungsimanajemen
sumber. Dengan demikian, manajemen sumber mencakup pengoordinasian,
pengaturan sistem (sistematis), serta pembauran (integrasi) sumber-sumber dan
pelayanan-pelayanan kesehatan yang dibutuhkan klien baik secara individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat. Daripada memberi bantuan barang atau uang secara
langsung, perawat kesehatan komunitas lebih baik berkolaborasi dengan beragam
pemangkau kepentingan (stake holders) dan berupaya menghubungkan klien dengan
sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan
kepercayaan diri, kapasitas pemecah masalah, dan kemampuan memenuhi kebutuhan
klien.

Aras mikro
Peran utama perawat kesehatan komunitas adalah sebagai pialang (broker) yang
menghubungkan klien dengan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan sekitar.
Sebagai pialang kesehatan, teknik utama yang dilakukan perawat kesehatan
komunitas adalah manajemen kasus (case manajement) yang mengoordinasikan
berbagai pelayanan kesehatan yang disediakan oleh beragam penyedia. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
 Melakukan pengkajian terhadap situasi dan kebutuhan khusus klien
 Memfasilitasi pilihan-pilihan klien dengan berbagai informasi dan sumber
alternatif
 Menghimpun informasi mengenai berbagai jenis dan lokasi pelayanan kesehatan,
parameter pelayanan, dan kriteria kelayakan (eligibility)
 Mempelajari berbagai kebijakan, syarat, prosedur, dan proses pemanfaatan
sumber-sumber kemasyarakatan
 Menjalin hubungan kerja sama dengan berbagai profesi kunci
 Memonitor dan mengevalusi distribusi pelayanan

Aras mezzo
Sebagai mediator, perawat kesehatan komunitas mewakili dan mendampingi
kelompok-kelompok formal atau organisasi dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi bersama, merumuskan tujuan, mendiskusikan solusi-solusi
potensial, memobilisasi sumber, serta menerapkan, memonitor, dan mengevaluasi
rencana aksi. Teknik adcikasi yang dilakukan adalah membangun jejaring
(networking) guna mengoordinasikan dan mengembangkan pelayanan-pelayanan
kesehatan, membangan koalisi dengan berbagai kelompok, organisasi, kelompok
bisnis dan industri, serta tokoh-tokoh berpengaruh dalam masyarakat yang memiliki
kepentingan sama. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat kesehatan komunitas
sebagai mediator di antaranya sebagai berikut.
 Mengakomodasi pemandangan dan kepentingan-kepentingan khusus dari
masing-masing pihak
 Menggali kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang mengalami
konflik
 Membantu pihak-pihak agar dapat bekerja sama dengan berbagai kelompok atau
golongan
 Mendefinisikan, mengonfrontasikan dan menangani berbagai hambatan
komunikasi
 Mengidebtifikasi berbagai manfaat yang ditimbulkan dari sebuah koalisi atau
kerjasama
 Memfasilitasi pertukaran informasi secara terbuka diantara berbagai pihak yang
terlibat
 Bersikap netral, tidak memihak, dan pada saat yang sama tetap percaya diri, yakin,
dab optimis terhadap manfaat kerjasama dan pedamaian.

Aras makro
Peran perawat kesehatan komunitas pada tataran makro adalah menjadi aktivitas dan
analisis kebijakan. Sebagai aktivis, perawat kesehatan komunitas terlibat langsung
dalam gerakan perubahan dan aksi sosial bersama masyarakat. Meningkatkan
kesadran publik terhadap masalah soaial dan ketidakadilan, memobilisasi sumber
untuk mengubah kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan negosiasi agar
tercapai perubahan dibidang hukum, termasuk melakukan class action.
Peran analis kebijakan lebuh bersifat tidak langsung dalam melakukan reformasi
sosial. Perawat kesehatan komunitas melakukan identifikasi masalah dan kebutuhan
masyarakat, mengevaluasi bagaimana respons pemerintah terhadap masakah,
mengajukan opsi-opsi kebijakan, dan memantau penerapan kebijakan. Analisis
kebijakan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan prospektif,
retrospektif, dan integratif.
 Pendekatan prospektif. Analisis dilakukan terhadap kondisi kesehatan
masyarakat sebelum kebijakan diterapkan. Mengajukan opsi kebijakan baru
kepada pemerintah untuk merespons kondisi atau masalah kesehatan yang
dihadapi masyarakat karena belum ada kebijakan untuk itu
 Pendekatan retrospektif. Analisis dilakukan terhadap kebijakan ang sudah
ada, artinya menganalisis dampak-dampak yang ditimbulakan akibat di
terapkannya sebuah kebijakan. Contohnya, setelah kebijakan jaminan Kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS) di terapkan di masyarakat, analisis dilakukan untuk
mengetahui apakah jamkesmas mampu mengakomodasi layanan kesehatan pada
masyarakat miskin, bagaimana penyaluranya, apakah terjadi errors of targeting
yang meliputi errors of inclusion (“yang kaya” dan “yang tidak berhak” turut
menerima jamkesmas) atau error of exclusion (yang miskin dan berhak malah
tersisihkan dan tidak menerima jamkesmas).
 Pendekatan integratif. Perpaduan dari kedua pendekatan diatas. Analisis
dilakukan baik sebelum maupun sesudah kebijakan diteraokan.

Anda mungkin juga menyukai