Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering
dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memerlukan :
1) asesmen pasien yang lengkap dan menyeluruh;
2) perencanaan asuhan yang terintegrasi;
3) pemantauan yang terus menerus;
4) transfer ke ruang perawatan berdasar atas kriteria tertentu;
5) rehabilitasi;
6) transfer ke ruangan perawatan dan pemulangan.
Anestesi dan sedasi umumnya merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dari sedasi
minimal hingga anastesi penuh. Oleh karena respons pasien dapat perubahubah sepanjang
berlangsungnya rangkaian tersebut maka penggunaan anestesi dan sedasi diatur secara
terpadu. Dalam bab ini dibahas anestesi serta sedasi sedang dan dalam yang keadaan
ketiganya berpotensi membahayakan refleks protektif pasien terhadap fungsi pernapasan.
Karena tindakan bedah juga merupakan tindakan yang berisiko tinggi maka harus
direncanakan dan dilaksanakan secara hati-hati. Rencana prosedur operasi dan asuhan
pascaoperasi dibuat berdasar atas asesmen dan didokumentasikan. Standar pelayanan
anestesi dan bedah berlaku di area manapun dalam rumah sakit yang menggunakan
anestesi, sedasi sedang dan dalam, dan juga pada tempat dilaksanakannya prosedur
pembedahan dan tindakan invasif lainnya yang membutuhkan persetujuan tertulis
(informed consent). Area ini meliputi ruang operasi rumah sakit, rawat sehari, klinik gigi,
klinik rawat jalan, endoskopi, radiologi, gawat darurat, perawatan intensif, dan tempat
lainnya. Rumah sakit menyediakan pelayanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam)
untuk memenuhi kebutuhan pasien dan pelayanan tersebut memenuhi peraturan
perundang-undangan serta standar profesi.
Perbaikan kualitas yang berkesinambungan atau continuous quality improvement
(CQI) adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam menjaga mutu
pelayanan dan mengembangkannya sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini erat
kaitannya dengan prinsip pelayanan kesehatan saat ini yang bersifat patient-centered care,
sehingga perlu dicari metode untuk peningkatan kualitas yang berkesinambungan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah indikator mutu pelayanan anestesi dan bedah di OK RS Permata Bunda ?
1.2.2 Bagaimana cara mempertahankan mutu pelayanan anestesi dan bedah di RS Permata Bunda?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi permasalahan mutu pelayanan bedah dan anestesi di RS
Permata Bunda dan memberikan solusi yang tepat untuk peningkatan mutu pelayanan di ruang
OK di RS Permata Bunda.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk menganalisa akar masalah dan upaya menyelesaikan masalah mutu di unit
pelayanan bedah dan anestesi dengan metode PDSA.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mutu dan Keselamatan Pasien


A. Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Mutu produk dan jasa adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari
pemasaran, engineering, manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk atau jasa pelayanan
dalam penggunaannya akan bertemu dengan harapan pelanggan (Dr. Armand V. Feigenbaum).
Walaupun fokus utama dari setiap teori tentang "mutu" nampak ada perbedaan, namun secara
umum menunjukkan persamaan bila diterapkan dalam pelayanan kesehatan.
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan
hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi
(Milton I Roemer dan C Montoya Aguilar, WHO, 1988).
Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan secara paripurna bisa
didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan utama yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, sumber daya, dan
peralatan teknologi yang mutakhir dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Kompleksitas
yang ada dalam rumah sakit dibentuk dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan yang
bermutu sehingga kompleksitas tersebut selain memberikan hal positif dapat pula menjadi hal
negatif seperti menimbulkan berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang muncul
jika kurangnya interaksi dan komunikasi antar tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yaitu berpotensi terjadinya IKP (Insiden Keselamatan Pasien).
Strategi pelayanan prima bahwa setiap setiap rumah sakit harus melakukan pendekatan
mutu paripurna yang berorientasi pada kepuasan pasien, agar rumah sakit tetap eksis, ditengah
pertumbuhan industri pelayanan kesehatan yang semakin kuat. Upaya rumah sakit untuk tetap
bertahan dan berkembang adalah dengan meningkatkan pelayanan kepada pasien. Hal
tersebut karena pasien merupakan sumber pendapatan yang ditunggu oleh rumah sakit, baik
secara langsung (out of pocket) maupun secara tidak langsung melalui asuransi kesehatan.
Tanpa pasien, rumah sakit tidak dapat bertahan dan berkembang mengingat besarnya
biaya operasional rumah sakit yang tinggi. Rumah Sakit melakukan berbagai cara demi
meningkatnya kunjungan pasien, sehingga rumah sakit harus mampu menampilkan dan

3
memberikan pelayanan kesehatan, sehingga dari dampak yang muncul akan menimbulkan
sebuah loyalitas pada pasien sehingga pasien akan datang kembali memanfaatkan jasa rumah
sakit tersebut.
Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah semua upaya yang
dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan.
Suatu pelayanan dikatakan baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang
diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang
pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan, juga termasuk lamanya waktu
pelayanan). Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali datang,
sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Pelayanan dibentuk berdasarkan 5 prinsip Service
Quality yaitu reliability, assurances, tangible, empathy dan responsiveness(N Krishna Naik and
Gantasala, 2010).
Setiap unit kerja masing-masing sibuk sendiri-sendiri, misalnya bagian pemasaran hanya
sibuk mengejar target tanpa melihat mutu pelayanannya, bagian keuangan hanya sibuk dengan
kegiatan sendiri yaitu mengamati anggaran dan pengeluaran saja. Sehingga semuanya lupa
untuk memperhatikan mutu yang merupakan kunci dan keberhasilan. Padahal apabila mutu
mereka tingkatkan akan banyak keuntungan yang dapat mereka terima, misalnya : dapat
memangkas pembororsan, mengurangi kesalahan, dan dapat meningkatkan volume penjualan.
Selama ini kebanyakan para pengusaha hanya memangkas biaya tanpa memperhatikan mutu.
Karena itu suatu jasa diciptakan harus memperhatikan mutu pelayanan yang terbaik bagi
pembeli atau customer. Perhatian terhadap mutu harus dimiliki baik pada tingkat pimpinan
maupun ditingkat bawahan. Oleh karena itu mutu pelayanan dibidang kesehatanpun harus
ditingkatkan apabila sebuah rumah sakit ingin terus survive.
Setiap rumah sakit harus meningkatkan mutu yang lebih baik dari sebelumnya. Karena yang
dihadapi adalah para "Customer atau konsumen atau pelanggan atau pasien" sebab pada
dasarnya pasien bukan sekedar membeli jasa, melainkan membeli mutu pelayanan yang
diberikan, sehingga mereka benar-benar merasa puas. Meraih keuntungan, mengelola bisnis
agar terus bertahan dan bergerak maju, tidak terlepas dari mutu sebagai kunci keberhasilannya.
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil
yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan (JCAHO 1993). Definisi
tersebut semula melahirkan faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan yaitu :
1. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang dilakukan relevan
terhadap kebutuhan klinis pasien dan memperoleh pengetahuan yang berhubungan
dengan keadaannya

4
2. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau tindakan yang layak dapat
memenuhi kebutuhan pasien sesuai keperluannya
3. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan bagi pasien terkoordinasi
dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan dalam organisasi
4. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan terhadap pasien dilakukan
dengan benar, serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai dengan keadaannya,
dalam rangka memenuhi harapan pasien
5. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang diterima pasien dapat
diwujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai harapan pasien
6. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasien terhadap sumber-sumber
yang dipergunakan dalam memberikan layanan bagi pasen
7. Penghormatan dan perhatian adalah tingkat dimana pasien dilibatkan dalam pengambilan
keputusan tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan pasien serta harapan-harapannya dihargai
8. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan perawatan diminimalisasi untuk
melindungi pasien dan orang lain, termasuk petugas kesehatan
9. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan diberikan kepada pasien
tepat waktu sangat penting dan bermanfaat
Dalam konsep quality assurance (QA), kepuasan pelanggan dipandang sebagai unsur penentu
penilaian baik buruknya sebuah rumah sakit. Unsur penentu lainnya dari empat komponen yang
mempengaruhi kepuasan adalah: aspek klinis, efisiensi dan efektivitas dan keselamatan pelanggan.
a. Aspek Klinis, merupakan komponen yang menyangkut pelayanan dokter, perawat dan
terkait dengan teknis medis
b. Efisiensi dan efektivitas, menunjuk pada pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada
diagnosa dan terapi yang berlebihan
c. Aspek Keselamatan pelanggan, adalah upaya perlindungan pelanggan dari hal-hal yang
dapat membahayakan keselamatan pelanggan, seperti jatuh, kebakaran, dll
d. Kepuasan pelanggan, sangat berhubungan dengan kenyaman, keramahan, dan kecepatan
pelayanan
Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya dimensi mutu
pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan
pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman (1990) dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi
(ukuran) kualitas jasa/pelayanan, yaitu :

5
1). Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,karyawan dan alat-
alat komunikasi
2). Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan
secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat)
3). Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan (konsumen)
dan menyediakan jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat
4). Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para karyawan dan
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan
5). Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada
pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami
kebutuhan pelanggan

B. Keselamatan Pasien
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien
di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Cooper et al (2000) telah mendefenisikan bahwa “patient safety as the avoidance,
prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming from the processes of
healthcare.” Pengertian ini maksudnya bahwa patient safety merupakan penghindaran,
pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari
proses pelayanan kesehatan
Patient safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang meminimalkan
kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila
error telah terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien (patient safety) meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko, yaitu:
a. Kesalahan Medis (Medical Error)
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. (KKP-RS)

6
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse Event
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (commision), dan bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien.
c. Nyaris Cedera (NC)/ Near Miss
Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera
serius tidak terjadi, karena :
1. Keberuntungan, misalnya: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat
2. Pencegahan, suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan
3. Peringanan, suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotenya
Tujuan penanganan patient safety menurut (Joint Commission International):
Mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan
keamanan dari high-alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar
pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi resiko
terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.

C. Pengertian Pelayanan Anestesi.


Menurut Peraturan Konsil Kedokteran Indonesi Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif pada bab D dalam bagian
pendahuluannya menyebutkan bahwa pelayanan anestesi dan terapi intensif adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan kedokteran perioperatif, pelayanan anestesia, pelayanan
penatalaksanaan nyeri, pelayanan kedokteran gawat darurat (emergency) dan resusitasi serta
intensive care (Terapi Intensif. Sedangkan pelayanan kedokteran perioperatif adalah pelayanan atau
prosedur medis yang meliputi proses pra, intra dan post operatif.

2.2 Manajemen Mutu dalam Pelayanan Kesehatan


Manajemen Mutu (Quality Management) adalah seluruh aktivitas kegiatan fungsi manajemen
dari kebijakan, tugas dan tanggung jawab yang dituangkan dalam bentuk perencanaan mutu (quality
planning), jaminan mutu (quality assurance), kendali mutu (quality control), dan peningkatan mutu
(quality improvement) dalam satu sistem mutu.

7
a. Perencanaan Mutu (Quality Planning)
Perencanaan mutu (quality planning) dilakukan dengan mengidentifikasi standar kualitas
yang relevan terhadap objek dan menentukan bagaimana cara memuaskan konsumen.
Standar dilihat sebagai target eksplisit yang harus dipenuhi atau definisi kuantitatif yang
menyatakan persyaratan. Standar berhubungan dekat dengan spesifikasi. Standar
mengarahkan bagaimana proses dapat terselesaikan sedangkan spesifikasi merupakan target
dari kinerja. Metrik merupakan pengukuran untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan
spesifikasi. Standar mengarahkan objek ke dalam implementasi untuk mencapai kesuksesan
proses. Banyak standarisasi yang biasa digunakan seperti ISO, Malcolm Baldridge Award,
Keputusan Menteri Kesehatan, Indonesian Health Quality Network (IHQN) dan lain
sebagainya.
b. Jaminan Mutu (Quality Assurance)
Jaminan kualitas (Quality Assurance) adalah suatu kegiatan sistematis untuk memastikan
bahwa proyek akan mempekerjakan semua proses dengan memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan. Mengembangkan kegiatan jaminan kualitas dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Pilih standar yang relevan atau spesifikasi
2) Menggunakan definisi operasional, menentukan kegiatan yang akan diteliti,
mengumpulkan data dan membandingkan hasil pada rencana
3) Mengembangkan dan menerapkan metrik
4) Menentukan dan menyediakan sumber daya
5) Menetapkan tanggung jawab untuk suatu entitas tertentu
6) Merakit kegiatan menjadi rencana jaminan kualitas
Adanya jaminan Mutu (Quality Assurance), memberikan manfaat terhadap pihak-pihak yang
terlibat (Heriandi, 2007), yakni :
- Bagi rumah sakit, QA yang baik membuat rumah sakit mampu untuk bersaing dan tetap
eksis di lingkungan bisnisnya
- Bagi pelanggan, QA dapat dijadikan sebagai faktor untuk memilih RS yang bermutu dan
baik
- Bagi praktisi medis, dengan adanya QA para praktisi medis dituntut untuk semakin teliti,
telaten, dan hati–hati dalam menjaga mutu pelayanannya
- Bagi pemerintah sendiri, adanya QA dapat menjadikan standar dalam memutuskan salah
benarnya suatu kasus yang terjadi di Rumah sakit

8
c. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pengendalian kualitas ialah keseluruhan cara yang digunakan untuk menetapkan dan
mencapai standar mutu atau dapat dikatakan bahwa pengawasan mutu adalah suatu sistem
yang terdiri atas pengujian, analisis, dan tindakan yang harus diambil yang berguna untuk
mengendalikan mutu suatu produk sehinggga mencapai standar yang diinginkan (Kaoru
Ishikawa:1985).
d. Peningkatan Mutu (Quality Improvement)
Peningkatan mutu adalah suatu metodologi yang berawal dari pengumpulan dan analisis
data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang
menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas
produk, guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.

2.2.1 Alat Manajemen Mutu (Quality Management Tools)


Mutu merupakan tanggung jawab dari setiap anggota organisasi yang terlibat dalam suatu
proses pelayanan. Dalam penerapannya, diperlukan manajerial yang baik dalam
perencanaan, jaminan, pengendalian dan perbaikan. Tools of quality adalah alat bantu yang
bermanfaat untuk memetakan lingkup persoalan, menyusun data dalam diagram-diagram
agar lebih mudah untuk dipahami, menelusuri berbagai kemungkinan penyebab persoalan
dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan.
Selanjutnya analisa yang dihasilkan dapat membantu organisasi dalam pengambilan
keputusan yang tepat sesuai sasaran dan strategi organisasi. 7 Tools of Quality dan 7 New
Tools of Quality merupakan kumpulan alat-alat yang dipakai dalam manajemen kualitas yang
biasanya digunakan bagi yang menerapkan metodologi 7 Steps of Quality Improvement. The
New Seven Tools dibuat untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada Seven Tools versi
sebelumnya. Perbedaan keduanya adalah jika 7 tools lebih ke eksplorasi kuantitatif (statistik)
sedangkan 7 new tools lebih ke eksplorasi kualitatif. Eksplorasi kuantitatif oleh 7 tools
mencakup: Check Sheet, Histogram, Grafik, Scatter Diagram, Pareto Diagram, Fish Bone
Diagram dan Control Chart. Sedangkan ekslorasi kualitatif oleh 7 Alat Manajemen (7 New
Tools): Interrelationship Diagram, Affinity Diagram, Tree Diagram, Matrix Diagram, Matrix
Data Analysis, Arrow Diagram dan PDPC (Process Decision Program Chart).
Evolusi teori kualitas dan praktek telah menciptakan sejumlah alat yang dapat diterapkan
untuk mengelola kualitas. Alat-alat tersebut dapat dipadukan untuk mengangkat
permasalahan dan memberikan solusi dari permasalahan yang ada pada manajemen mutu.
Untuk memahami pelaksanaan manajemen mutu maka diperlukan pemahaman terhadap

9
data dan proses. Langkah-langkah analisis terbagi ke dalam lima kategori yang juga
menggunakan beberapa kombinasi tools dari 7 tools dan 7 new tools, yakni 1718 :
1. Pengumpulan data, data dapat dikumpulkan melalui Check Sheet
2. Memahami data, empat alat yang membantu untuk memahami data, adalah :
a. Grafik, tujuannya untuk mengatur, meringkas, dan menampilkan data,
biasanya dari waktu ke waktu
b. Histogram, merupakan salah satu alat bantu statistik untuk menyajikan data
dalam jumlah besar sehingga dapat dianalisa distribusinya
c. Grafik Pareto, pareto dibuat untuk menemukan atau mengetahui masalah
atau penyebab utama dalam penyelesaian masalah dan porsi masalah utama
tersebut terhadap keseluruhan masalah
d. Diagram pencar (Scatter Diagram), digunakan untuk melihat hubungan antara
sepasang, sekolompok data atau dua variabel untuk mengetahui jenis
korelasinya dan juga tingkat hubungannya.
3. Memahami proses Memahami data sangat penting namun hal tersebut hanya langkah
awal dari proyek manajemen kualitas. Data merupakan suara dari proses. Ketika
proses berjalan maka hasil akan terekspresikan melalui data. Untuk memahami
manajemen mutu, data tidaklah cukup sehingga perlu dilakukan pemahaman proses.
Tiga alat bantu untuk memahami proses antara lain :
a. Flow Chart, mengidentifikasi urutan peristiwa dalam suatu proses
b. Run Chart, sebuah grafik yang digunakan untuk mengamati kinerja proses dari
waktu ke waktu
c. Control Chart, adalah alat untuk memantau, mengendalikan, dan meningkatkan
proses dari waktu ke waktu. Peta kendali digunakan untuk memperlihatkan
variasi di dalam kualitas keluaran
4. Analisis proses
Setelah mencapai pemahaman tentang data dan proses, maka tahapan
kemudian adalah menganalisis proses dan memecahkan masalah. Pemahaman
proses tertentu bukan merupakan dasar yang cukup untuk mengambil tindakan.
Tindakan tanpa analisis terbatas pada preseden, percobaan intuisi, dan kesalahan,
atau menebak. Analisis diperlukan untuk menentukan aspek-aspek interaksi sistem
proses dan hubungan sebab-akibat.

10
Alat bantu untuk menganalisis proses ini antara lain :

a. Cause and Effect Diagram, diagram sebab akibat adalah diagram yang disusun dari
garis-garis dan simbol yang dirancang untuk menunjukkan hubungan antara penyebab dan
akibat dari suatu masalah. Untuk setiap akibat, bisa terdiri dari banyak penyebab

Gambar 2.1 Cause and Effect Diagram

b. Pillar Diagram, diagram pilar adalah kombinasi dari diagram sebab dan akibat
dan alat kualitas lainnya, dengan mengaitkan digraf. Diagram ini menunjukkan hubungan
antara himpunan penyebab dan hasil. Sebuah digraf keterkaitan digunakan untuk
menentukan hubungan di antara semua elemen kontribusi dari suatu sistem. Tujuan dari
diagram pilar ini adalah untuk mengidentifikasi akar penyebab yang terkait dengan beberapa
hasil.
Gambar 2.2 Pillar Diagram

5. Pemecahan masalah
Mengumpulkan, pemahaman dan menganalisis data, serta menganalisis proses
merupakan tahapan yang penting sebagai langkah persiapan untuk mengambil tindakan.
Empat alat bantu kualitas dalam memecahkan masalah antara lain :

11
a. Force Field Analysis, merupakan suatu diagram yang menunjukkan analisis terhadap
perhitungan kekuatan-kekuatan (positif) dan kelemahan kelemahan (negatif) yang dijumpai
untuk mencapai sasaran perbaikan proses terus menerus (continuous improvement)
b. Klasifikasi Masalah Kualitas Brainstorming, merupaka aktivitas yang efektif dan
efisien untuk mengeluarkan ide-ide baru untuk pemecahan masalah.d. Affinity Diagram,
diagram gabungan yang sering menggunakan hasil brainstorming untuk mengorganisasikan
informasi sehingga mudah dipahami untuk mengadakan perbaikan proses
c. Nominal Group Technique and Multivoting, nominal Group Technique adalah sebuah
cara untuk menentukan prioritas masalah yang diinginkan
6. Membuat rencana penanggulangan masalah Tujuan dari langkah ini adalah
memberikan arah dan jenis aktifitas yang akan dilaksanakan dalam rangka penanggulangan
masalah dengan cara menetapkan rencana tindakan, menetapkan proses pelaksanaan
penanggulangan, menentukan personil, fasilitas, waktu dan tempat.

2.3 Monitoring dan evaluasi perioperatif


Prosedur bedah mengandung risiko tinggi maka pelaksanaannya harus
direncanakan dengan saksama. Asesmen prabedah (berbasis IAR) menjadi acuan untuk
menentukan jenis tindakan bedah yang tepat dan mencatat temuan penting. Hasil
asesmen memberikan informasi tentang :
a) tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaannya;
b) melakukan tindakan dengan aman; dan
c) menyimpulkan temuan selama monitoring.
Pemilihan teknik operasi bergantung pada riwayat pasien, status fisik, data diagnostik,
serta manfaat dan risiko tindakan yang dipilih.

2.4 Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan


Peningkatan mutu pelayanan kesehatan memerlukan strategi agar dapat dengan
mudah diterapkan di fasilitas kesehatan. Strategi dalam peningkatan mutu dimulai dari proses
perencanaan, pengembangan jaminan mutu, penentuan standar, monitoring dan evaluasi.
terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dalam strategi peningkatan mutu yaitu :
1. Pelanggan dan harapannya. Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan
mutu pelayanan. Melalui harapan pelanggan pemberi layanan akan mengidentifikasi dan
memprioritaskan kemudian membuat kriteria untuk menilai kesuksesan pelayanan yang
diberikan kepada pelanggan.

12
2. Perbaikkan kinerja. Perbaikan kinerja dilakukan dengan mengidentifikasi dan
melaksanakan kinerja staf sesuai dengan kompetensi dan standar pelayanan. Selain itu
perbaikan kinerja perlu didukung dengan adanya pengakuan dan pemberian reward dan
punishment.
3. Proses perbaikan. Mengidentifikasi masalah yang timbul dan berupaya
memperbaiki masalah yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Proses perbaikan dapat
menggunakaan tools PDSA (Plan, Do, Study, Act), melalui PDSA proses perbaikan akan dimulai
dengan perencaan perbaikan, melakukan rencana perbaikan yang meliputi pencatatan dan
rekam data, melakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dan membadingkan
hasil dengan harapan, langkah terakhir adalah tindakan evaluasi dan monitoring terhadap
perubahan/perbaikan yang telah dilaksanakan. 4. Budaya yang mendukkung perbaikan terus
menerus. Agar mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Oleh karena itu
memperkuat budaya organisasi dapat mendukung peningkatan mutu dan perlu dilakukan
terus menerus oleh seluruh bagian dalam organisasi.

2.5 PDCA
2.5.1 Pengertian PDCA
PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Rencanakan, Kerjakan,
Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah iteratif yang
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. PDCA dikenal sebagai “siklus Shewhart”,
karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu.
Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis PDCA lebih sering disebut “siklus
Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya dan
memperluas penerapannya. Namun, Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus
Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian
kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi PDSA ("Plan, Do, Study,
Act") untuk lebih menggambarkan rekomendasinya.Dengan nama apa pun itu disebut, PDCA
adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus tanpa
berhenti.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari penyusunan rencana kerja, pelaksanaan
rencana kerja, pemeriksaan pelaksanaan rencana kerja, serta perbaikan yang dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
yang diselenggarakan. Perusahaan memerlukan cara menilai sistem manajemen secara
keseluruhan, dalam arti bagaimana sistem tersebut mempengaruhi setiap proses dan setiap

13
karyawan serta diperluas pada setiap produk dan pelayanan. Pengendalian proses pelayanan
adalah sebuah pertanda untuk perbaikan kualitas pelayanan, tetapi hal itu tergantung pada
kesehatan dan vitalitas dari organisasi, kepemimpinan dan komitmen.
Konsep PDCA tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses perbaikan
kualitas secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaan yang lebih baik dan
dijalankan di seluruh bagian organisasi Pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan
pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan pengambilan keputusan
yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional.
Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai
patokan perbaikan selanjutnya, perusahaan harus menetapkan standar pelayanan. Kualitas saat ini
sudah tidak lagi diartikan sebagai sebuah pengertian tradisional dimana kualitas hanya dipahami
sebagai pemenuhan terhadap suatu persyaratan, melainkan dikaitkan sebagai suatu produk atau hasil
yang dapat memuaskan konsumen dan memajukan suatu organisasi atau perusahaan. Ketika suatu
organisasi atau perusahaan dibangun, berbagai tahapan atau proses harus dilalui, seperti
perencanaan (planning), pelaksanaan/ kerjakan (do), pengontrolan, pengawasan, tidak luput dari
sebuah penjagaan kualitas agar dapat menghasilkan output yang optimal.
Tahapan dalam penjagaan sebuah kualitas agar tetap berada pada standar yang telah
ditetapkan, menjadi sebuah penekanan terpenting dalam keberlangsungan hidup sebuah organisasi/
perusahaan. Tahapan tersebut diantaranya adalah : perencanaan dimana diperlukan sebuah prosedur
perencanaan kualitas, tahap pelaksanaan diperlukan sebuah jaminan kualitas, tahap evaluasi
diperlukan sebuah pengontrolan terhadap kualitas, dan tahap penjagaan serta pengembangan mutu.
Untuk menciptakan sebuah produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen, tidak harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar. Maka dari itu, diperlukan sebuah program peningkatan kualitas
yang baik, yaitu misalnya dengan menerapkan program PDCA (Plan, Do, Check, Act)
2.5.2 Manfaat PDCA
1. Dapat disusun rencana kerja yang rinci mengenai cara penyelesaian masalah yang telah
ditetapkan sehingga mudah dilaksanakan
2. Dapat diketahui pelaksanaan cara penyelesaian sehingga apabila ditemukan penyimpangan
segera dapat diperbaiki sesuai dengan kebutuhan
3. Tujuan program menjaga mutu yakni meningkatnya mutu pelayanan dapat dicapai secara
bertahap
4. Untuk memudahkan pemetaan wewenang dan tanggung jawab dari sebuah unit organisasi;

14
5. Untuk menyelesaikan serta mengendalikan suatu permasalahan dengan pola yang runtun dan
sistematis;
6. Untuk kegiatan continuous improvement dalam rangka memperpendek alur kerja;
7. Menghapuskan pemborosan di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas

2.5.3 Proses dari Konsep PDCA


Di dalam ilmu manajemen, ada konsep problem solving yang bisa diterapkan di tempat kerja
kita yaitu menggunakan pendekatan P-D-C-A sebagai proses penyelesaian masalah. Dalam bahasa
pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat diartikan sebagai proses penyelesaian dan pengendalian
masalah dengan pola runtun dan sistematis. Secara ringkas, Proses PDCA dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. P (Plan = Rencanakan)
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang dibutuhkan untuk
menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus
diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem.
Perencanaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi sasaran dan proses dengan mencari tahu hal-
hal apa saja yang tidak beres kemudian mencari solusi atau ide-ide untuk memecahkan masalah
ini. Tahapan yang perlu diperhatikan, antara lain: mengidentifikasi pelayanan jasa, harapan, dan
kepuasan pelanggan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi. Kemudian
mendeskripsikan proses dari awal hingga akhir yang akan dilakukan. Memfokuskan pada peluang
peningkatan mutu (pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan terlebih dahulu).
Identifikasikanlah akar penyebab masalah. Meletakkan sasaran dan proses yang dibutuhkan untuk
memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi
Mengacu pada aktivitas identifikasi peluang perbaikan dan/ atau identifikasi terhadap cara-cara
mencapai peningkatan dan perbaikan
Terakhir mencari dan memilih penyelesaian masalah
2. D (Do = Kerjakan)
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya. Ukuran-ukuran
proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN. Dalam konsep DO ini kita harus benar-benar
menghindari penundaan, semakin kita menunda pekerjaan maka waktu kita semakin terbuang
dan yang pasti pekerjaan akan bertambah banyak. Implementasi proses. Dalam langkah ini, yaitu
melaksanakan rencana yang telah disusun sebelumnya dan memantau proses pelaksanaan dalam
skala kecil (proyek uji coba)

Mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan

15
3. (Check = Evaluasi)
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan apa saja hasilnya.
Kita mengecek kembali apa yang sudah kita kerjakan, sudahkah sesuai dengan standar yang ada
atau masih ada kekurangan.
Memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi dan melaporkan
hasilnya
Dalam pengecekan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu memantau dan mengevaluasi
proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi
Teknik yang digunakan adalah observasi dan survei. Apabila masih menemukan kelemahan-
kelemahan, maka disusunlah rencana perbaikan untuk dilaksanakan selanjutnya. Jika gagal, maka
cari pelaksanaan lain, namun jika berhasil, dilakukan rutinitas
Mengacu pada verifikasi apakah penerapan tersebut sesuai dengan rencana peningkatan dan
perbaikan yang diinginkan
4. A (Act = Menindaklanjuti)
Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan menindaklanjuti
dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjakan masih ada yang kurang
atau belum sempurna, segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat
penting artinya sebelum kita melangkah lebih jauh ke proses perbaikan selanjutnya
Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga meninjau
seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum implementasi
berikutnya
Menindaklanjuti hasil berarti melakukan standarisasi perubahan, seperti mempertimbangkan
area mana saja yang mungkin diterapkan,
merevisi proses yang sudah diperbaiki, melakukan modifikasi standar, prosedur dan kebijakan
yang ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang
dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan rencana yang jelas, dan mendokumentasikan
proyek. Selain itu, juga perlu memonitor perubahan dengan melakukan pengukuran dan
pengendalian proses secara teratur
Dalam Model Proses ISO 9001, manajemen suatu organisasi setelah memahami persyaratan-
persyaratan Sistem Manajemen Mutu, selanjutnya melakukan tahap-tahap sebagai berikut :
menetapkan komitmennya untuk melaksanakan sistem manajemen mutu;
menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu;
melakukan penetapan dan pendelegasian tugas dan wewenang;
menunjuk wakil manajemen yang bertugas mengawasi pelaksanaan sistem manajemen mutu;

16
melakukan tinjauan manajemen
Tanggungjawab manajemen tersebut merupakan Proses Perencanaan (plan), dan organisasi
harus memenuhi proses ini terlebih dahulu dalam memulai suatu sistem manajemen mutu,
barulah kemudian menetapkan dokumentasi-dokumentasi yang diperlukan untuk kelengkapan
proses ini. Yang dimaksud manajemen disini adalah manajemen puncak suatu organisasi/
perusahaan seperti Presiden Direktur, Direktur, General Manager, atau fungsi yang mengatur
jalannya organisasi secara integral.
Proses berikutnya yang juga merupakan Proses Perencanaan (plan) adalah Pengelolaan
Sumber Daya, dimana organisasi menetapkan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan sistem manajemen mutu dan memenuhi persyaratan pelanggan. Sumber daya
tersebut berupa :

1. Sumber daya manusia (karyawan)


2. Infrastruktur (bangunan)
3. Peralatan proses
4. Alat transportasi
5. Komunikasi dan lingkungan kerja
Pada tahap selanjutnya, organisasi harus melaksanakan (do) perencanaan-perencanaan yang
telah ditetapkan dalam proses Realisasi Produk. Pada proses ini yang dilakukan organisasi adalah
:
1. Menetapkan semua kebutuhan untuk membuat proses;
2. Melakukan kegiatan verifikasi, validasi, monitor, inspeksi;
4. Pengujian yang dibutuhkan untuk kriteria penerimaan produk; Komunikasi dengan pelanggan,
kegiatan desain dan pengembangan, pembelian, kegiatan pengendalian perlengkapan produksi
dan pelayanan, pengendalian alat ukur, dan lain sebagainya
Dengan kata lain, semua kegiatan operasional suatu perusahaan merupakan bagian dari
proses Realisasi Produk dalam ISO 9001:2000. Pada tahapan ini, Persyaratan Pelanggan
merupakan input bagi proses sedangkan outputnya adalah Kepuasan Pelanggan. Setelah proses
implementasi (do) dijalankan, maka proses berikutnya adalah pemeriksaan (check) hasil-hasil yang
diperoleh dan penetapan tindakan (act) yang diperlukan untuk perbaikan. Pada proses ini :
1. Organisasi memonitor dan mengukur kepuasan pelanggan
2. Melakukan audit mutu internal (internal quality audit)
3. Memonitor dan mengukur proses-proses dan produk
4. Melakukan pengendalian terhadap ketidaksesuaian (non conformity) yang terjadi
5. Menganalisa semua data yang diperoleh termasuk kecenderungan proses-proses

17
6. Kemudian melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan
Hasil dari proses ini kemudian digunakan sebagai input bagi proses perencanaan selanjutnya.
Keempat proses di atas, Plan-Do-Check-Act (PDCA) merupakan satu siklus yang tidak terputus dan
saling berinteraksi satu sama lain. Siklus PDCA sudah seharusnya digunakan untuk meningkatkan
sistem manajemen mutu (kinerja organisasi) secara terus menerus. Jadi PDCA merupakan proses
yang kontinu dan berkesinambungan. Jika produk sudah sesuai dengan mutu yang direncanakan
maka proses tersebut dapat dipergunakan di masa mendatang. Sebaliknya, jika hasilnya belum
sesuai dengan yang direncanakan, maka prosedur tersebut harus diperbaiki atau diganti di masa
mendatang. Dengan demikian, proses sesungguhnya tidak berakhir pada langkah Act, tetapi
merupakan proses yang kontinu dan berkesinambungan sehingga kembali lagi pada langkah
pertama dan seterusnya.

18
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH MUTU

Kegiatan Tracer yang telah dilaksanakan di unit Kamar Operasi RS Permata Bunda
menggunakan dasar buku SNARS dengan metode REDOWSCO. Telusur Medis dan Keperawatan
dilakukan dengan skenario sebagai berikut:
1. PPA kompeten dan berwenang.
2. Asesmen awal medis
3. Rencana asuhan
4. Edukasi pelayanan dan asuhan anestesi
5. Edukasi pelayanan dan asuhan bedah
6. Transfer
7. Keselamatan pasien saat pre, selama, dam pasca operasi
8. Manajemen nyeri

Permasalahan yang telah ditemukan meliputi:


 Regulasi
Rumah sakit Permata Bunda belum mempunyai regulasi tentang monitoring pasca anestesi
dan regulasi tentang pengamanan tindakan pemasangan implan.
 Telaah Dokumen dan Wawancara.
Tim anestesi tidak mempunyai dokumen monitoring pasien pasca operasi.
 Simulasi
Pasein yang seharusnya diobeservasi di ruang pemulihan terpaksa dikirim ke ruang rawat inap.

3.1. SKENARIO ASSESMENT NYERI PADA LAYANAN BEDAH

NO TELUSUR STANDAR EP R D O W S
1 EDUKASI PAP 6 EP 3 ₊ ₊
KEMUNGKINAN
TIMBULNYA NYERI
AKIBAT TINDAKAN
YANG DIRENCANAKAN
EP 4 ₊ ₊
2 LAPORAN RASA NYERI HPK 2.5 EP 2 ₊ ₊ ₊
OLEH PASIEN BESERTA
ASSESMENT DAN
MANAJEMEN NYERI

19
EP 3 ₊ ₊
3 ASSESMENT ULANG AP 1.5 EP 2 ₊ ₊
RASA NYERI DAN
TINDAK LANJUTNYA
EP 3 ₊ ₊
4 PASIEN NYERI PAP 6 EP 2 ₊
MENERIMA PELAYANAN
UNTUK MENGATASI
NYERI SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN
5 APABILA DIIDENTIFIKASI AP 1.5 EP 2 ₊ ₊
ADA RASA NYERI PADA
ASSESMENT AWAL,
LAKUKAN ASSESMENT
LEBIH MENDALAM,
SESUAI DENGAN UMUR
PASIEN, DAN
PENGUKURAN
INTENSITAS DAN
KUALITAS NYERI
SEPERTI KARAKTER,
KEKERAPAN/FREKUENSI,
LOKASI DAN LAMANYA
EP 3 ₊ ₊
6 RUMAH SAKIT PAP 6 EP 5 ₊ ₊
MELAKSANAKAN
PELATIHAN PELAYANAN
MENGATASI NYERI
UNTUK STAF
7 PEMBERIAN EDUKASI MKE 10 EP 4 ₊
KEPADA PASIEN DAN
KELUARGA TERKAIT
DENGAN ASUHAN YANG
DIBERIKAN MELIPUTI
MANAJEMEN NYERI
8 PASIEN DAN KELUARGA PAP 6 EP 3 ₊ ₊
DIBERIKAN EDUKASI
TENTNG PELAYANAN
UNTUK MENGATASI
NYERI SESUAI DENGAN
LATAR BELAKANG
AGAMA, BUDAYA,
NILAI-NILAI PASIEN DAN
KEPERCAYN KELUARGA
9 EDUKASI PAP 6 EP 4 ₊
KEMUNGKINAN
TIMBULNYA NYERI

20
AKIBAT TINDAKAN
YANG TERENCANA

10 LAPORAN RASA NYERI HPK 2.5 EP 2 ₊ ₊ ₊ ₊


OLEH PASIEN BESERTA
ASSESMENT DAN
MANAJEMEN NYERI
11 ASSESMENT ULANG AP 1.5 EP 2 ₊ ₊
RASA NYERI DAN
TINDAK LANJUTNYA
EP 3 ₊ ₊
12 PASIEN NYERI PAP 6 EP 2 ₊ ₊
MENERIMA PELAYANAN
UNTUK MENGATASI
NYERI SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN
13 APABILA DIIDENTIFIKASI AP 1.5 EP 2 ₊ ₊
ADA RASA NYERI PADA
ASSESMEN AWAL
LAKUKAN ASSESMENT
LEBIH MENDALAM
SESUAI DENGAN UMUR
PASIEN, PENGUKURAN
INTENSITAS DAN
KUALITAS NYERI
SEPERTI KARAKTER,
KEKERAPAN/
FREKUENSI, LOKASI DAN
LAMANYA
14 RUMAH SAKIT PAP 6 EP 5 ₊ ₊
MELAKSANAKAN
PELATIHAN PELAYANAN
MENGATASI NYERI
UNTUK STAF
15 INFORMASI VERBAL MKE 11 EP 5 ₊
DIPERKUAT DENGAN
MATERI TERTULIS
16 PEMBERIAN EDUKASI MKE 10 EP 4 ₊
KEPADA PASIEN DAN
KELUARGA TERKAIT
DENGAN ASUHAN YANG
DIBERIKAN MELIPUTI
MANAJEMEN NYERI

21
17 PASIEN DAN KELUARGA PAP 6 EP 3 ₊
DIBERIKAN EDUKASI
TENTANG PELAYANAN
UNTUK MENGATASI
NYERI SESUAI DENGAN
LATAR BELAKANG
AGAMA, BUDAYA,
NILAI-NILAI PASIEN DAN
KEPERCAYN KELUARGA
18 EDUKASI PAP 6 EP 4 ₊ ₊
KEMUNGKINAN
TIMBULNYA NYERI
AKIBAT TINDAKAN
YANG TERENCANA
19 RUMAH SAKIT HPK 2.5 EP 2 ₊ ₊ ₊ ₊
MENGHORMATI DAN
MENDUKUNG HAK
PASIEN DENGAN
MELAKUKAN
ASSESMENT DAN
MANAJEMEN NYERI
YANG SESUAI

3.2. TELUSUR REGULASI

NO TELUSUR STANDAR EP R D O W S

1 KEMAMPUAN PAB 7.4 EP 1 +


PENELUSURAN/RACEABILIT
Y ALAT JIKA TERJADI
PENARIKAN
KEMBALI/RECALL ALAT
DENGAN MELAKUKAN
ANTARA LAIN
MENEMPELKAN BARCODE
ALAT DI REKAN MEDIS
EP 2 - -
EP 3 - -
2 INSTRUKSI KHUSUS KEPADA PAB 7.1 EP 1 - -
PASIEN SETELAH OPERASI
EP 2 - -
EP 3 - -
3 PERTIMBANGAN PAB 7.4 - -
PENGENDALIAN INFEKSI
YANG KHUSUS
4 PROSES PELAPORAN PAB 7.4 EP 2 - -
MALFUNGSI IMPLAN
SESUAI DENGAN
STANDAR/ATURAN PABRIK

22
5 PROSES PELAPORAN JIKA PAB 7.4 EP 4 - -
ADA KEJADIAN YANG TIDAK
DIHARAPKAN TERKAIT
IMPLAN
6 KUALIFIKASI DAN TKRS 3.3 EP 1 -
PELATIHAN SETIAP STAF
DARI LUAR YANG
DIBUTUHKAN UNTUK
PEMASANGAN IMPLAN
(STAF DARI
PABRIK/PERUSAHAAN
IMPLAN UNTUK
MENGALIBRASI)
7 MODIFIKASI SURGICAL PAB 7.4 EP 1 +
SAFETY CHECKLIST UNTUK
MEMASTIKAN
KETERSEDIAAN IMPLAN
DIKAMAR OPERASI DAN
PERTIMBANGAN KHUSUS
UNTUK PENANDAAN
LOKASI OPERASI
8 PEMILIHAN IMPLAN PAB 7.4 EP 1 +
BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
9 REGULASI TENTANG PAB 7.4 +
PENGGUNAAN IMPLAN
BEDAH BERUPA HAL-HAL
YANG MELIPUTI
10 RENCANA ASUHAN OLEH - -
PPA LAINNYA SESUAI
KEBUTUHAN
11 RENCANA ASUHAN OLEH - -
PERAWAT
12 RENCANA ASUHAN PASCA + - -
BEDAH OLEH DOKTER
PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN (DPJP). BILA
DIDELEGASIKAN HARUS
DILAKUKAN VERIFIKASI
13 REGULASI TENTANG PAB 7.3 +
RENCANA ASUHAN PASCA
OPERASI YANG MELIPUTI
14 TANGGAL, WAKTU, PAB 7 EP 1 +
TANDATANGAN DOKTER
YANG BERTANGGUNG
JAWAB
AP 1.2 EP 1 - -
AP 1.3 EP 1 - -
MIRM 10 EP 1 - -

23
15 NOMOR PENDAFTARAN - -
DARI ALAT YANG DIPASANG
(IMPLAN)
16 PROSEDURE OPERASI YANG + +
DILAKUKAN DAN RINCIAN
TEMUAN
17 NAMA DOKTER BEDAH DAN + +
ASISTENNYA
18 DIAGNOSA PASCA OPERASI + +
19 REGULASI TENTANG PAB 7.2 EP 1 +
LAPORAN YANG MEMUAT
EP 2 + +
EP 3 + +
20 REGULASI TENTANG PAB 7 EP 1 +
PELAYANAN BEDAH DI RS
YANG MELIPUTI ASESMEN
PRA BEDAH DENGAN
METODE IAR
EP 2 + +
EP 3 + +
21 REGULASI TENTANG PAB 8.1 EP 1 +
PENETAPAN PENGUKURAN
MUTU DAN PELAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN
PASIEN DALAM
PELAYANAN BEDAH
EP 2 + +
EP 3 + +
EP 4 + +
EP 5 + +
EP 6 + +
22 (DALAM PEDOMAN TKRS 10
PELAYANAN KAMAR
BEDAH)
23 REGULASI TENTANG PAB 8 EP 1 +
PENETAPAN JENIS
PELAYANAN BEDAH YANG
DAPAT DILAKSANAKAN

24
3.3. TELUSUR MEDIS ANASTESI

N TELUSUR STANDAR EP R D O W S
O
1 REGULASI TENTANG PENETAPAN PAB 2.1 EP 1 + +
PENGUKURAN MUTU DAN
PELAPORAN INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN DALAM
PELAYANAN ANESTESI, SEDASI
MODERAT DAN DALAM.
PMKP 2.1 EP 1
2 PENETAPAN PAB 2 + +
PENANGGUNGJAWAB
PELAYANAN ANESTESI, SEDASI
MODERAT DAN DALAM DISERTAI
URAIAN TUGAS,
TANGGUNGJAWAB DAN TKRS 5 + +
WEWENANG SERTA RENCANA
KEGIATAN
3 PELAYANAN ANESTESI, SEDASI PAB 2 + +
MODERAT DAN DALAM YANG
SERAGAM DAN TERINTEGRASI
DISELURUH TEMPAT PELAYANAN
DI RUMAH SAKIT
PAP 1 EP 1 + +

4 REGULASI TENTANG PAB 2 KKS 2.3 EP 3 + +

5 REGULASI TENTANG PELAYANAN PAB 1 + +


ANESTESI, SEDASI MODERAT
DAN DALAM YANG MEMENUHI
STANDAR PROFESI DAN
UNDANG-UNDANG
TKRS 5 + +

3.4. ASUHAN ANASTESI SEDASI

NO TELUSUR STANDAR EP R D O W S

1 REGULASI TENTANG PAB 6.1 EP 1,2,3,4 -


PEMINDAHAN
PASIEN DARI RUANG
PEMULIHAN,
KKS 3
2 REGULASI TENTANG PAB 6 EP 1,2,3 -
MONITORING
SELAMA ANESTESI
DAN OPERASI
3 OBAT ANESTESI, PAB 5 EP 2 +
DOSIS DAN RUTE

25
4 TEKNIK ANESTESI PAB 5 EP 1, 2 +

5 REGULASI TENTANG PAB 5 EP 1 +


PELAYANAN
ANESTESI HARUS
DIRENCANAKAN DAN
DIDOKUMENTASIKA
N MELIPUTI TEKNIK
ANESTESI
6 REGULASI BERUPA PAB 3.1 EP 1 +
SPK DAN RKK STAF
ANESTESI YANG
MELAKUKAN KKS 10 +
MONITORING
SEDASI
7 REGULASI TENTANG PAB 3 +
PELAYANAN SEDASI
YANG SERAGAM DI
SEMUA TEMPAT DI
RS
PAB 3.2 EP 1,2,3 +

26
Tabel 3.1 Masalah Akreditasi di OK RS Permata Bunda
No Masalah Seharusnya Hasil Pengamatan Dampak Bagi RS

1 Belum rutin mengisi Asuhan Nyeri terisi Belum ada PJ Asesmen nyeri
asuhan Nyeri dengan rutin asuhan nyeri terlewat sehingga
kondisi pasien tidak
terekam dengan
baik

2 Belum dilakukan Pasien pasca Ruang RR belum Terdapat potensi


monitoring pasien operasi masuk tersedia dan kejadian yang tidak
pasca operasi ruang RR untuk di peralatan belum diinginkan apabila
observasi sebelum memadai pasien pasca
ke ruangan operasi perlu di
observasi intensif

Tabel 3.2 Identifikasi kelompok masalah

No Kesenjangan yang Kelompok Masalah Output/Outcome


ditemui Plan Policy Process
1 Belum rutin mengisi √ √ Asesmen nyeri terisi
asuhan Nyeri seluruhnya secara rutin
2 Belum dilakukan √ Tersedianya ruang RR
monitoring pasien dengan fasilitas memadai
pasca operasi

Tabel 3.3 Tabel Penentuan Prioritas Masalah

No Permasalahan HIGH RISK 1- HIGH PROBLEM TOTAL RANK


5x50 VOLUME 1- PRONE 1- SCORE
5x40 5x30
1 Belum rutin 150 200 120 470 2
mengisi asuhan
Nyeri
2 Belum 150 200 150 500 1
dilakukan
monitoring
pasien pasca
operasi

27
3.5. ROOT CASE ANALYSIS

No MASALAH WHY 1 WHY 2 WHY 3 WHY 4 WHY 5 REKOMENDASI


1 Belum rutin Perawat Perawat Belum ada Belum ditunjuk Belum dibentuknya Membentuk Tim SPO
mengisi asuhan belum patuh belum sosiaiisasi penanggung jawab tim untuk membuat Asesmen Nyeri dengan
Nyeri memahami SPO sosialisasi SPO dan mengevaluasi uraian tugas yang jelas
SPO SPO
2 Monitoring masa Perawat Pasien tidak Belum ada Keterbatasan Belum adanya Penambahan ruang RR
pemulihan pasien belum ditempatkan Recovery tempat penambahan lahan dan SPO pemulihan pasien
pasca anestesi melaksanakan di Recovery Room yang di ruang RR
dan sedasi Room memadai
3 Perlu sistem Belum ada Belum Belum ada Membuat kebijakan SK
rekruitmen yang standar dibentuknya tim dan SK tentang rekruitmen staf
sesuai standar rekruitment standar pembentuk
petugas kompetensi an standar
bagi petugas recruitment
petugas

28
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil telusur ditemukan bahwa permasalahan terjadi pada proses pemulihan pasca
anestesi, karena ruang recovery belum tersedia. Regulasi mengenai monitoring dan evaluasi kondisi
pasien pasca anestesi belum dibuat, sehingga tidak ada dokumen bukti dan pelaksanaan monitoring
pasien yang berada dalam proses pemulihan

Gambar 4.1
Flowchart Pelayanan Bedah dan Anestesi

PASIEN DATANG DITERIMA


DI INSTALASI RAWAT JALAN

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG


UTNUK MEMBUAT ASESMEN AWAL

EDUKASI PASIEN DAN INFORM


CONCERN TINDAKAN OPERASI
PERSIAPAN PRE OPERASI
SIGN IN
PELAKSANAAN SEDASI
DAN ANESTESI
PELAKSANAAN OPERASI
SIGN OUT
PEMULIHAN TIDAK ADA MONITORING
PASCA ANESTESI PASCA ANESTESI

29
Gambar 4.2
Fishbone Diagram

MAN MATERIAL

Kurangnya kesadaran petugas Kurangnya pelatihan perawat RR


melakukan observasi pasien di RR
Kurangnya sarana prasarana di RR

Belum dilakukan
observasi pasien
pasca op di RR

Method MACHINE

Pasien pasca op langsung dibawa Belum ada ruang RR yang sesuai


ke ruangan tanpa observasi di RR standar

Berdasarkan fishbone diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan yang terjadi
adalah Belum dilakukan observasi pasien pasca op di RR.

Tabel 4.1 Pareto Chart

NO. Masalah RPN Persentase Kumulatif

Belum ada ruang RR yang sesuai


1 70 30,43%
standar 30,43%

Kurangnya kesadaran petugas


2 50 21,74%
melakukan observasi pasien di RR 52,17%

3 Kurangnya pelatihan perawat RR 40 17,39%


69,57%

4 Kurangnya sarana prasarana di RR 40 17,39%


86,96%

Pasien pasca op langsung dibawa


5 30 13,04%
ke ruangan tanpa observasi di RR 100,00%

Total 230 100,00%

30
Grafik Pareto
100.00%
100.00%

90.00%
200 86.96%
80.00%

69.57% 70.00%
150
60.00%

52.17%
50.00%
100
40.00%
70
30.43% 30.00%
50
50 40 40 20.00%
30
10.00%

0 0.00%
Belum ada Kurangnya Kurangnya Kurangnya Pasien pasca
ruang RR yang kesadaran pelatihan sarana op langsung
sesuai petugas perawat RR prasarana di dibawa ke
standar melakukan RR ruangan
observasi tanpa
pasien di RR observasi di
RR

RPN Kumulatif
:

31
Program peningkatan mutu yang ditetapkan berdasarkan prioritas masalah yang ada di tabel diatas, di paparkan pada tabel Action Plan berikut :

Tabel 4.4 Action Plan

Masalah Faktor Penyebab Program Tujuan PJ Target Indikator


Waktu Keberhasilan
Belum rutin mengisi Belum dibentuknya Membentuk Tim SPO Petugas mengisikan Tim SPO Juni 2019 Tidak ada lagi
asuhan Nyeri tim untuk membuat Asesmen Nyeri dengan form asuhan nyeri Kepala kekosongan form
dan mengevaluasi uraian tugas yang jelas Ruangan asuhan nyeri pada
dengan rutin
SPO pasien

Monitoring masa Belum adanya Penambahan ruang RR dan Pasien mendapatkan Kepala OK Juni2019 Setiap pasien pasca
pemulihan pasien penambahan lahan SPO pemulihan pasien di monitoring yang Manajemen operasi termonitor
pasca anestesi dan ruang RR optimal pasca anestesi dengan optimal di
sedasi dan sedasi ruangan khusus
dengan petugas
khusus
Perlu sistem Belum ada tim dan Membuat kebijakan SK Memiliki sistem Direktur Mei 2019 Petugas yang direkrut
rekruitmen yang sesuai SK pembentukan tentang rekruitmen staf rekruitmen yang sesuai HRD telah sesuai dengan
standar standar recruitment standar standard
petugas kompetensinya

32
Tabel 4.5 Gant Chart

No. Kegiatan Bulan


Mei Juni Juli Agustus
1 1 Pengajuan Pedoman dan SPO monitoring pasca anestesi

2 2 Pengajuan Struktur organisasi Ruang Reovery

3 3 Pengajuan Pengadaan Ruang Recovery dan 3 set TT tambahan

4 5 Pengajuan sarana : 4 monitor


.
5 6 Sosialisas SPO koordinasi PPA
.

33
BAB v

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Rumah Sakit Permata Bunda masih berupaya dalam pemenuhan 15 standar SNARS, dengan
perbaikan SDM dan sarana prasarana. Namun penerbitan regulasinya sudah diselesaikan sesuai
undang-undang peraturan yg berlaku. Kondisi yang memberatkan untuk implementasi adalah
minimnya sumber daya baik SDM maupun finansialnya karena pendapatan Rumah Sakit terganggu
oleh adanya regulasi pemerintah dalam hubungannya dengan pembiayaan pelayanan JKN.

3.2 SARAN

Dari masalah yang ditemukan pada saat penelusuran, kami membuat RCA untuk mencari akar
permasalahannya agar dapat dicari pemecahan masalahnya. Belum rutinnya pengisian assesmen nyeri
pada setiap pasien dapat diatasi dengan pembentukan tim yang mengevaluasi SPO tersebut. Tidak
adanya tim yang mengevaluasi SPO menyebabkan kedisiplinan dalam pengisian assesmen nyeri
menjadi tidak ada.

Hal berikutnya yang menjadi masalah pada hasil penelusuran adalah tidak adanya monitoring
pasca operasi. Hal ini dikarenakan belum tersedianya ruang pemulihan di RS Permata Bunda. Ruang
pemulihan adalah salah satu ruangan yang wajib dimiliki oleh rumah sakit yang memiliki pelayanan
bedah. Pembuatan ruang pemulihan adalah saran yang wajib dilakukan oleh manajemen RS Permata
Bunda agar setiao pasien pasca operasi dapat dimonitor dengan maksimal dan dapat mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pasca operasi.

Rekruitmen yang dilakukan oleh manajemen RS Permata Bunda tidak melalui prosedur yang
tepat sehingga masih banyak tenaga kesehatan yang bekerja tidak sesuai dengan kualifikasinya. Hal
tersebut dapat diatasi dengan adanya pembuatan kebjakan tentang procedure rekruitmen karyawan
agar memperoleh sumber daya manusia yang tepat dengan penempatan yang tepat juga.

34
N Krishna Naik, C. and Gantasala, V., 2010. Service Quality (Servqual) and its Effect on Customer Satisfaction in Retailing Introduction -Measures of Service
Quality,

35

Anda mungkin juga menyukai