Anda di halaman 1dari 4

Contoh Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian(unqualifief opinion)

(laporan audit baku)


(a) LaporanAudit Independen
KepadaYth.
(b)Direksi dan Dewan Komisaris

PT. BOLA DUNIA


Jl. MargondaRayaDepok
( c)
Kami telah mengaudit neraca PT. BOLADUNIA per 31 Desember2005 serta laporan rugilaba, laporan
perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahunyang berakhir pada tanggaltersebut. Laporan
keuangan adalah tanggungjawab manajemen perusahaan. Tanggung jawabkami adalah pada pernyataan
pendap atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
(d)
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan AkuntanIndonesia. Standar
tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah- jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat
oleh manajemen, serta penilaianterhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin
bahwa audit kamimemberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
(e)
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar,dalam semua
hal yang material, posisi keuangan PT. BOLADUNIA per 31 Desember 2005, danhasil usaha, serta arus
kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum.
(f)
Kantor akuntanEliya(Eliya )Reg. Neg-D110369
(g)
Tanggal, 13 Maret 2006

Contoh Paragraf Bahasa Penjelasan (explanatory paragraph)


Kami juga telah mengaudit , dalam kesesuaian nya dgn standar PCAOB, mengenai
efektivitasSPI thd pelaporan keuangan ZZZ Corp tanggal 31 Des 2005, mengaudit,
kesesuaian- berdasarkan pada kriteria yg telah ditetapkan dalam Internal Control Integrated
Framework yang diterbitkan oleh COSO, Control-dan laporan audit kami yg tertanggal 15
Februari 2006 adalah menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian atas efektivitas SPI thd
pelaporan keuangan tsb
Contoh Laporan Audit
- Pendapat Wajar dengan Pengecualian
Laporan Auditor Independen
No. 230500 LSI HT SA
Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi
P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk
Kami telah mengaudit neraca konsolidasi P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia
Tbk dan anak perusahaan tanggal 31 Desember 1999 dan 1998, serta laporan laba rugi, perubahan
ekuitas dan arus kas konsolidasi untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan
keuangan adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada
pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami tidak mengaudit laporan
keuangan Lonsum Finance BV, anak perusahaan yang dikonsolidasi iuntuk tahun yang berakhir 31
Desember 1999, yang laporan keuangannya mencerminkan jumlah aktiva sebesar 6,66% dari jumlah
aktiva konsolidasi pada tanggal 31 Desember 1999 dan rugi bersih sebesar Rp 83.913.507 untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut.Laporan keuangan anak perusahaan tersebut diaudit oleh auditor
independen lain dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan auditor independen tersebut telah
diserahkan kepada kami, dan pendapat kami, sejauh yang berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk Lonsum
Finance BV, didasarkan semata-mata atas laporan auditor independen lain tersebut.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi
pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami dan laporan auditor independen lain tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 37 atas laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan
belum mencatat tagihan oleh lembaga keuangan tertentu sebagai akibat dari pemutusan dini kontrak
berjangka valuta asing, kontrak swap extention dengan opsi pembatalan dan kontra par forward komiditi,
seluruhnya sejumlah US$ 92.947.156 pada saat tagihan diajukan dan hasil rundingan tagihan terakhir
yang belum disepakati. Perusahaan telah merundingkan tagihan tersebut pada tahun 1998, akan tetapi
belum mencapai suatu kesepakatan sampai dengan saat ini. Menurut pendapat kami, Perusahaan
seharusnya mencatat kewajiban tersebut dalam laporan keuangan tersebut dicatat, kewajiban dan defisit
akan meningkat masing-masing sebesar Rp 659.924.807.600 dan Rp 745.900.926.900 pada tanggal 31
Desember 1999 dan 1998.
Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 12 atas laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan
mempunyai piutang sejumlah Rp 142.446.772.308 dan wesel tagih sejumlah Rp 27.554.212.500 kepada
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal 31 Desember 1999. Pada tanggal 1
Desember 1999, Perusahaan telah menjadualkan kembali piutang tersebut sehubungan ketidakmampuan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa membayar piutang tersebut berikut bunganya.
Penjadualan kembali piutang tersebut tergantung hasil restrukturisasi Perusahaan dan persetujuan para
pemegang saham minoritas. Karena belum adanya kepastian hasil restrukturisasi Perusahaan dan
persetujuan para pemegang saham minoritas, kami berpendapat, bahwa Perusahaan seharusnya
mencatat penyisihan atas kemungkinan tidak tertagihnya piutang tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.Bila penyisihan piutang diatas dicatat maka aktiva akan menurun sebesar Rp
170.000.984.808 dan defisit akan meningkat dalam jumlah yang sama pada tanggal 31 Desember 1999.
Dalam laporan kami bertanggal 27 April 1999, kami memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atas laporan keuangan konsolidasi tahun 1998, antara lain karena tidak dibuatnya
penyisihan piutang ragu-ragu atas piutang pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang timbul
sehubungan dengan penggunaaan deposito berjangka Perusahaan sejumlah Rp 20.000.000.000 sebagai
agunan atas hutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa kepada bank, serta piutang kepada pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berjumlah Rp 249.506.049.125 yang berasal dari
pencairan oleh bank tertentu atas deposito berjangka dan rekening giro Perusahaan yang diagunkan.
Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 39 atas laporan keuangan konsolidasi, deposito berjangka dan
piutang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut telah dialihkan kepada pihak
lain dan sebagai kompensasi pembayarannya, pihak lain tersebut melepaskan hak dan kepentingan atas
sebidang tanah sesuai dengan perjanjian pendahuluan pelepasan hak dan kepentingan atas tanah.
Dengan perjanjian ini, Perusahaan memperoleh kuasa yang tidak akan berakhir oleh sebab apapun juga,
untuk melakukan tindakan-tindakan kepengurusan dan kepemilikan atas tanah tersebut. Oleh karena itu
pendapat kami sekarang atas laporan keuangan konsolidasi tahun 1998 mengenai penyisihan piutang
ragu-ragu tersebut, berbeda dengan laporan kami sebelumnya.
Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain tersebut,
kecuali untuk dampak belum dicatatnya kewajiban atas tagihan lembaga keuangan pada tahun 1999 dan
1998 serta tidak dibuatnya penyisihan piutang dan wesel tagih kepada pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa untuk tahun 1999 sebagaimana dijelaskan pada paragraf ketiga dan keempat
sebelumnya, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut diatas, menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk
dan anak perusahan tanggal 31 Desember 1999 dan 1998, dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus
kas untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan 2 atas laporan keuangan konsolidasi, pada tahun 1999
Perusahaan dan anak perusahaan mengubah metode akuntansi pajak penghasilan untuk disesuaikan
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46, dan secara restrospektif, menyajikan kembali
laporan keuangan konsolidasi tahun 1998 atas perubahan tersebut.
Laporan keuangan konsolidasi terlampir disusun dengan anggapan bahwa Perusahaan dan anak
perusahaan dapat melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Catatan 38 atas laporan keuangan konsolidasi berisi pengungkapan dampak
kondisi ekonomi Indonesia terhadap Perusahaan dan anak perusahaan. Tingginya kurs valuta asing dan
tingkat bunga pinjaman, ketatnya likuiditas dan kesulitan keuangan yang dialami pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa berdampak buruk pada kemampuan Perusahaan dan anak perusahaan
untuk melunasi pokok pinjamannya. Perusahaan dan anak perusahaan juga menangguhkan pembayaran
sebagian besar bunga pinjaman yang sudah jatuh tempo, tidak dapat memenuhi ketentuan rasio-rasio
keuangan yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman. Disamping itu, Perusahaan juga mengalami
ketidakpastian penyelesaian piutang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan belum
mencapai kesepakatan atas pembayaran tagihan lembaga keuangan seperti dijelaskan dalam paragraf
ketiga dan keempat sebelumnya. Hal-hal tersebut telah menimbulkan ketidakpastian yang signifikan
mengenai kemampuan Perusahaan dan anak perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Rencana manajemen yang konsisten dan lebih intensif sehubungan dengan masalah-masalah
tersebut diatas juga di uraikan dalam Catatan 38 atas laporan keuangan konsolidasi. Kemampuan
Perusahaan dan anak perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tergantung pada
keberhasilan manajemen untuk melakukan restrukturisasi pinjaman dan keuangan Perusahaan secara
keseluruhan, mencapai kesepakatan atas pembayaran tagihan oleh lembaga keuangan tersebut diatas,
dan menghasilkan arus kas yang cukup dari kegiatan usaha dimasa yang akan datang.Laporan keaungan
konsolidasi belum mencakup penyesuaian-penyesuaian yang mungkin timbul dari ketidakpastian tersebut.
HANS TUANAKOTTA & MUSTOFA
Izin usaha / Business License No. 98.2.0240
Drs. Henky Agus Tedjasukmana
Izin / License No. 98.1.0148
23 Mei 2000 / May 23, 2000
LAPORAN AUDIT TIDAK WAJAR _ TIDAK MEMATUHI GAAP / PABU
PARAGRAF PENJELASAN
“sebagaimana atelah dijelaskan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan
mencantumkan akun mesin dan ekuipmen pada nilai yang ditetapkan oleh manajemen, dan
menghitung penyusutannya berdasarkan niali tersebut. Prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia mengharuskan penyajian aktiva tetap pada kos atau nilai revaluasi berdasarkan
perundang-undangan, dikurangi dengan akumulasi penyusutan yang dihitung berdasarkan
nilai tersebut. Karena penyimpangan tersebut, aktiva tetap disajikan lebih tinggi dibandingan
jika disajikan atas dasar kosnya.”
PARAGRAF PENDAPAT
“ menurut pendapat kami, karena dampak hal yang kami uraikan dalam paragraf di atas,
laporan keuangan yang kami sebutkan dalam paragraf pertaman tidak menyajikan secara
wajar.....”

LAPORAN AUDIT MENOLAK MEMBERIKAN PENDAPAT _ ADANYA PEMBATASAN


RUANG LINGKUP
PARAGRAF PENJELASAN
“perusahaan tidak melakukan perhitungan fisik sediaan dalam tahun 20X2, dan 20X1 yang
dicantumkan dalam laporan keuangan sebesar Rp___ pada tanggal 31 Desember 20X2 dan
Rp___ pada tanggal 31 Desember 20X1. Lebih lanjut, bukti-bukti yang mendukung kos
aktiva tetap yang dibeli sebelum tanggal 20X1 tidak lagi tersedia dalam arsip perusahaan.
Catatan perusahaan tidak memungkinkanya penerapan prosedur audit lain terhadap sediaan
dan aktiva tetap.”
PARAGRAF PENDAPAT
“ karena perusahaan tidak melaksanakan perhitungan fisik sediaan dan kami tidak dapat
menerapkan prosedur audit untuk meyakinkan kami atas kuantitas sediaan dan kos aktiva
tetap, lingkup audit kami tidak cukup untuk memungkinkan kami menyatakan , dan kami
tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.”
2. LAPORAN AUDIT MENOLAK MEMBERIKAN PENDAPAT _ TIDAK ADANYA
INDEPENDENSI
PARAGRAF PENJELASAN
“kami tidak independen berkenaan dengan PT. X , dan neraca tanggal 31 Desember 200X,
serta laporan laba rugi, laba ditahan, serta arus kasterlampir untuk yang berakhir pada tanggal
tersebut tidak kami audit. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan tersebut.”

Anda mungkin juga menyukai