Anda di halaman 1dari 5

SOAL DAN JAWABAN

1. Sebutkan definisi qadha’ dan qadar menurut bahasa dan istilah!


2. Apa makna beriman kepada takdir dan apa dalilnya?
3. Apakah maksud keburukan itu tidak dinisbatkan kepada Allah?
4. Berapa tingkatan iman kepada takdir itu? Sebutkan secara berurutan!
5. Apa makna sabda Rasylullah SAW tentang anak – anak orang musyrik, “Allah lebih
mengetahui apa yang mereka lakukan”?
6. Apakah catatan takdir bertentangan dengan perintah dan larangan? Mengapa?
7. Apakah dari Masyi’ah Allah itu bisa dipahami adanya paksaan? Mengapa?
8. Apakah penciptaan Allah terhadap segala sesuatu berarti meniadakan kemampuan
hamba? Jelaskan dengan dalil!
9. Sebutkan macam-macam takdir dan apa dalil takdir yang umum?
10. Apakah dalil yang menunjukkan adanya Taqdir ‘Umuri?
11. Sebutkan bebrapa manfaat beriman kepada qadha’ dan qadar!
12. Manfaat apa yang dapat dipahami dari sabda Rasulullah “beramallah, karena masing-
masing akan dimudakan kepada apa yang telah ditakdirkan untuknya,” berkaitan dengan
kewajiban beriman kepada Takdir?
13. Apa manfaat dilarangnya pembahasan yang mendalam tentng takdir?
14. Apa pendapat salaf tentang qadha’ dan takdir? Apa pula dalilnya?
15. Apa makna ungkapan, “keburukan ini tidak dinisbatkan kepada Allah” dengan wajibnya
beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk?
16. Mengapa tidak boleh berhujjah dengan takdir untuk berbuat maksiat?
17. Apa saja factor-faktor pendorong kebaikan da faktor-faktor pendorong kejahatan?
18. Mengapa berhujjah dengan takdir dapat merusak makna pembalasan atas setiap amal?
19. Apa hukum berdalih dengan takdir atas terjadinya sesuatu?
JAWABAN

1. Qadha’ menurut bahasa memiliki beberapa makna


a. Hukum, yang artinya menghukumi, aatau memutuskan
b. Perintah
c. Kabar

Sedangkan menurut itilah, qadha’ adalah hukum Allah yang telah dia tentukan
untuk alam semesta ini, dan dia jalankan alam ini sesua dengan konsekuensi hukumNya
dari sunnah-sunnah yang Dia kaitkan antara akibat dengan sebab – sebabnya.

Adapun Qodar, maka ialah takdir, yaitu menentukan atau membatasi ukuran segala
seuatu sebelum terjadinya, dan menulisnya di Lauhil Mahfuzh.

2. Hukumnya adalah wajib bagi seorang yang beriman. Karena beriman kepada qadha’ dan
qadar termasuk rukun iman yang ke 6.
Dalilnya adalah, dalam salah satu hadits, saat rasulullah ditanya oleh Jibril tentang makna
Iman. Maka beliau bersabda “ Engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-
kitabNya, Hari Akhir, dan engkau beriman kepada qadarNya, yang baik maupun yang
buruk”

3. Maksudnya, Allah tidak pernah menciptakan kejelekan yang murni, yang tidak
melahirkan suatu hikmah dan kemaslahatan. Maka kejelekan dan keburukan tidak
dinisbatkan kepada Allah, namun kembali ke sifat makhlukNya itu sendiri.

4. Tingkatan iman ada 4 :


 Iman kepada ilmu Allah
 Mengimani bahwa Allah telah mencatat semua takdir di Lauhil Mahfudz
 Iman kepada Masyi’ah Allah
 Iman bahwa Allah adalah Khaliq

5. Maksudnya adalah bahwa ilmu Allah itu meliputi segala hal, termasuk orang-orang
musyrik, Allah telah mengetahui saat mereka diciptakan, megetahui yang ghaib dan yang
dhahir, dan segala sesuatu di alam semesta ini.

6. Tidak. Segala sesuatu telah di tuliskan dalam Lauhil Mahfudz, termasuk perintah dan
larangan. Karena perintah dan larangan itu dibentuk sebaga ujian bagi manusia.

7. Tidak. Karena Masyi’ah Allah pasti memiliki hikmah dan maslahah dibaliknya, manusia
hanya mengikuti alurnya. Dan tidak seharusnya manusia merasa dipaksa, karena Allah
berhak atas Masyi’ahnya
8.

9. Macam-macam takdir
 Takdir Umum (Azali)
Seperti dalam firmanNya dalam surat Al-Hadid ayat 22

Artinya: Tiada suatu bencana apapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhil Mahfudz)
sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi
Allah. (Al-Hadid 22)
 Taqdir ‘Umuri
 Taqdir Sanawi (Tahunan)
 Taqdir yaumi (Harian)

10. Seperti yang terdapat dalam hadits Rasulullah SAW

“Sesungguhnya salah seorang dari kamu dikumpulkan di perut ibunya selama 40 hari,
kemudian berbentuk ‘alaqoh, seperti iyu lamaya, kemudian menjadi segumpal daging.
Kemudian Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan menulis 4 perkara :
Rizqinya, ajalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah seorang dari kamu atau seorang
laki-laki akan beramal seperti amalnya ahli neraka sampai tidak ada jarak antara dia
dan neraka melainkan satu depa atau satu hasta, ternyata catatan takdir telah
mendahuluinya, sehingga ia melantunkan amalannya ahli surga, maka ia memasukinya.
Dan sesungguhnya seorang laki-laki akan beramal seperti amalannya ahli surga sampai
tidak ada jarak antara dia dengan surganya melainkan hanya satu hasta atau dua hasta.
Ternyata tulisan takdir telah mendahuluinya, sehingga ia mengamalkan amalnya ahli
neraka, maka ia pun memasukinya”
11. Diantara manfaatnya adalah
 Menambah kualitas iman seseorang
 Menyadarkan manusia agar terus bermuhasabah diri
 Belajar bahwa Allah menciptakan segala sesuatu pasti ada hikmahnya,dan tidak
diciptakan sia sia
 Segala sesuatu atas kehendak Allah

12. Maksudnya adalah sesorang yang beramal, akan dimudahkan untuk memperoleh takdir
sesuai apa yang telah ia usahakan, dan amalkan. Karena telah mendapat Ridho dari Allah,
hal ini tak lepas dari konsekuensi ikhtiar dan tawakkal.

13. Manfaatnya agar manusia terhindar dari sifat saling membanding-bandingkan takdir
seseorang dengan yang lainnya sehingga menimbulkan sifat benci dan tidak terima
dengan takdir yang telah Allah tentukan.

14. Pendapat madzab salaf tentang takdir

 Beriman kepada Rububiyah Allah yang mutlak. Dia adalah Rabb, penguasa yng
menciptakan segala sesuatu. Yang mengajarinya, menakdirkannya,
menginginkannya, serta menulisnya
 Seorang hamba mempunyai kemampuan, kehendak, dan ikhtiar, yang dengan
kesemuanya itu terwujudlah perbuatan mentaati peraturan atau sebaliknya.
 Kemampuan dan kemauan hamba karena-Nya, semua karena takdir serta qudrahnya,
serta tidak keluar dari Masyi’ahNya
 Qadar yang baik ataupun buruk dinisbatkan kepada makhlukNya. Apabila
dinisbatkan kepada Allah, maka semua qadar itu baik. Karena Allah menciptakan
segala sesuatu dengan hikmah. Dia memiliki kesmpurnaan dan keagungan mutlak.
Dalilnya, seperti yang disabdakan Rasulullah

“ Segala kebaikan berada pada kedua tanganMu, sedangkan keburukan tidaklah


dinisbatkan kepadaMu” (HR.Muslim)

15. Segala sesuatu apabila dinisbatkan kepada Allah adalah keadilan, hikah, dan rahmat.
Maka keburukan murni tidak termasuk ke dalam sifat Allah, dan tidak termasuk ke dala
perbuatannya. Dan segala kenimatan itu berasal dari Allah, sedangkan segala keburukan
yang menimpanya adalah karena dosa dan kemaksiatannya.
Dan kewajiban kita untuk mengimani takdir baik dan buruk adalah kita ridho dengan apa
yang telah Allah tetapkan. Itulah yang dinamakan dengan Iman kepada Qodho’ dan
Qodar.

16. Karena Allah telah memberi manusia kenikmatan untuk membedakan mana yang Haq
dan mana yag Bathil. Kenikmatan itu berupa :
 Akal Sehat, yang merupakan tumpuan taklif. Allah memerintahkan manusia tidak
hanya sekedar menyuruh, namun Allah telah memberi akal sehat agar manusia
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Serta mengambil hikah
dari segal sesuatu.
 Terpenuhinya syarat hal yang menjadi tolak ukur kesanggupan, berupa kesehatan
dan kemampuan

17. Faktor pendorong kita dalam melakukan kebaikan adalah hati nurani dan akal pikiran.
Selama hati kita selalu mengingat Allah dan kita menggantungkan diri kepada hati dan
pikiran kita, pasti kita akan terdorong untuk selalu melaksanakan perintah dan menjauhi
larangannya.
Faktor pendorong untuk melakukan kejahatan adalah hawa nafsu kita. Jika kita tidak mau
dan kalah dalam mengendalikan hawa nafsu kita, kita pasti akan selalu terdorong untuk
melakukan kejahatan.

18. Karena orang yang berhujjah dengan takdir, tidak mau menerima hujah orang lain yang
juga berdalih dengn takdir. Bahkan mungkin bisa sampai ia menuntut haknya dan
meminta agar diterapkan hukuman atas orang yang menyalahinya. Akan menimpulkan
pertikaian.

19. Diperbolehkan. Asalkan kita menerima takdir itu dengan ikhlas dan ridho.

Anda mungkin juga menyukai