Anda di halaman 1dari 18

Konsep Dasar Budi Pekerti dalam Pekerjaan

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Budi Pekerti


Kelompok 2

Yulia Afriani P07134319001


Bernadetta Saras Ika A. P07134319003
Andri Dwi Hartanti P07134319005
Budi Harianto P0713431900
Hestilina Ernawati Arne P0713431900
Akbar P07134319008
Zulia Isnaini Nasution P07134319036

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta


Jurusan Analis Kesehatan
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, kita dimanjakan dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat
pesat. Adanya kemajuan dalam bidang teknologi ini mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan manusia, mulai dari perubahan gaya hidup, perubahan pola komunikasi,
perubahan perilaku dalam masyarakat dan lain sebagainya. Salah satu yang akan
dibahas lebih mendalam dalam makalah ini adalah budi pekerti dalam pekerjaan.
Dalam hal ini pekerjaan yang dimaksud secara khusus adalah Ahli Teknologi
Laboratorium Medis. Akan lebih tepat jika Ahli Teknologi Laboratorium Medis
disebut sebagai profesi, karena dalam melakukan bidang pekerjaannya, diperlukan
pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. - KBBI
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai konsep budi pekerti dalam pekerjaan,
perlu kita ketahui pengertian budi pekerti. Menurut dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) budi pekerti adalah suatu tingkah laku, akhlak, watak, perangai,
sedangkan jika di artikan dari bahasa arab Pekerti disebut juga dengan akhlak dan dari
bahasa inggris ialah ethics. Maka dari penjelasan tersebut Budi Pekerti bisa juga di
istilahkan dengan etika.
Kemudian istilah budi pekerti di lihat dari segi etimologi merupakan gabungan
dari 2 kata yakni budi dan pekerti. Yang mana kata Budi sendiri memiliki arti sadar,
nalar, pikiran atau watak. Kemudian untuk kata Pekerti merupakan suatu perilaku,
perbuatan, tabiat, watak. Sehingga bisa di lihat dari kedua kata tersebut mempunyai
hubungan yang cukup erat karena memang pada dasarnya budi seseorang terdapat
dalam batin sehingga tidak akan terlihat sebelum di lakukan dalam bentuk yang di
namakan pekerti (perbuatan).
Budi pekerti dalam pekerjaan, dalam hal ini adalah pekerjaan sebagai tenaga Ahli
Teknologi Laboratorium Medis (ATLM) berarti tata susila yang berhubungan dengan
cita - cita, adat dan kebiasaan yang mempengaruhi seorang ATLM dalam melakukan
pekerjaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Sikap apa yang harus dimiliki seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medis dalam
menjalankan pekerjaannya?
2. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban seorang Ahli Teknologi Laboratorium
Medis?
3. Kewenangan apa yang dimiliki seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medis?
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Budi Pekerti


Sampai detik ini, pengertian budi pekerti masih kabur dan sering dicari-cari. Banyak
pihak masih berupaya menemukan rumusan yang terbaik untuk mendefinisikan persoalan
satu ini. Biasanya para ahli pendidikan, menerjemahkan budi pekerti menurut versi dan
disiplin masing – masing. Mungkin sekali, budi pekerti diartikan dari sisi etika, sopan
santun,a gama, filsafat dan lain – lain.
Dari aspek etimologi, budi pekerti terdiri dari dua kata, yaitu budi dan pekerti. Kata
budi berarti nalar, pikiran, watak. Sedangkan pekerti berarti penggaweyan, watak, tabiat,
dan akhlak. Jadi kata budi pekerti berarti tingkah laku, perangai, akhlak, dan watak.
Budi pekerti luhur luhur dan tercela, akan selalu mewarnai hidup manusia. Keduanya
sering Tarik-menarik tidak pernah ada habisnya dalam diri manusia. Keduanya juga sama
– sama kuat, secara natural telah menjadi milik manusia sejak lahir. Manusia akan bercitra
baik, apabila “menang” dalam mengalahkan budi pekerti tercela. Jika manusia “kalah”
melawan budi pekerti tercela, hidupnya ibarat sampah. Dia akan menjadi manusia hina/
buruk. Budi pekerti berisi nilai – nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut
kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan
santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Budi pekerti akan mengidentifikasi
perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran,
sikap, perasaan dan kepribadian seseorang.
Budi pekerti luhur merupakan perwujudan etika pergaulan yang dilandasi oleh tata
karma. Orang yang berbudi pekerti luhur tergolong memiliki akhlak terpuji.Budi pekerti
luhur merupakan sikap dan perilaku yang didasari oleh ajaran moral luhur yakni ajaran
moral yang berkaitan dengan perbuatan dan kelakuan sebagai pengejawantahan akhlak
atau budi pekerti. Budi pekerti luhur merupakan sikap dan tindakan yang lahir dari
pancaran sifat-sifat Tuhan.
Ciri budi pekerti mulia yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesamanya,
dirumuskan oleh Tim Pengembangan Budi Pekerti (TPBP) Provinsi DIY yaitu :
1. Pengabdian
2. Kejujuran
3. Sopan santun
4. Toleransi
5. Kedisiplinan
6. Keikhlasan
7. Tanggung jawab
8. Guyup Rukun
9. Tepa selira
10. Empan papan
11. Tata karma
12. Gotong royong
Ciri semacam ini, lebih mengarah pada hubungan horizontal yaitu antara manusia
dengan sesama hidup. Jika dalam pergaulan seseorang dapat menjalankan 12 ciri budi
pekerti ini, tentu saja hubunga social akan berjalan dengan baik. Pergaulan social akan
berjalan dengan lancar dan harmonis, sehingga tidak ada pihak – pihak yang dirugikan.

B. Perbedaan Pekerjaan dan Profesi


Pengertian profesi dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
dijelaskan pengertian profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Beberapa pendapat
mengenai profesi antara lain;
1. Komaruddin, profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnya
menuntut pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan yang istimewa.
2. Wojowasito, W.J.S. Poerwadarminto, 1982 dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia mengartikan: Profesional secara etimologi berasal dari bahasa inggris
“profession” yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai
keahlian.
3. Prof. H. M Arifin, 1995 mengartikan: Profesi adalah suatu bidang keahlian
khusus untuk menangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkan.
4. Prof. Dr. Piet A. Sahertian, 1994 dalam bukunya “profil Pendidikan
Profesional” menyatakan bahwa pada hakikatnya profesi adalah suatu janji terbuka
yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan
karena terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
5. Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang yang
menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan prosedur
berlandaskan intelektualitas, 2007 .
Dengan demikian seorang professional adalah orang yang melakukan suatu
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian
yang tinggi. Atau seorang professional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktikkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menuntut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekedarnya, untuk mengisi waktu.
Antara profesi dan pekerjaan pada umumnya terdapat perbedaan penting :
Profesi mengandalkan suatu ketrampilan atau keahlian khusus, dilaksanakan
sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama, dilaksanakan sebagai sumber
nafkah hidup, dan dilaksanakan sebagai keterlibatan pribadi yang mendalam. Orang
yang profesional adalah orang yang tau akan keahlian dan ketrampilannya,
meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatan itu, hidup dari situ, dan
bangga akan pekerjaanya.
Diantara profesi-profesi pada umumnya, dibedakan lagi dalam profesi luhur
atau profesi khusus, hal ini dikarenakan karena menekan pengabdian atau pelayanan
kepada masyarakat pada umumnya. Dalam kenyataanya orang-orang yang
mengemban profesi luhur ini juga memerlukan nafkah hidup, dan nafkah itu
umumnya diperolah dari profesinya itu. Dan sasaran utamanya yang dijalani adalah
sebagai panggilan hidup, bukan sebagai nafkah hidup. Nafkah hidup sekedar
sebagai sebuah imbalan dari menjalankan profesi itu demi kepentingan masyarakat
dan bukan sebagai suatu tujuan utama dari kegiatan itu. Tidak mengherankan bahwa
yang mempunyai profesi luhur bahkan bersedia mengorbankan hidupnya hanya demi
menunaikan profesinya itu.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelakuprofesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harusmeletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selaluberkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Syarat-Syarat Suatu Profesi:
 Melibatkan kegiatan intelektual.
 Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
 Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
 Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
 Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
 Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
 Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik

C. Ahli Teknologi Laboratorium Medis


Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, nomenklatur penyebutan bagi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
masih beragam antara lain disebut sebagai Analis Kesehatan, Analis Medis, Pranata
Laboratorium Kesehatan dan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan.
Nomenklatur penyebutan Analis Kesehatan terdapat diberbagai peraturan
yang di keluarkan oleh Menteri Kesehatan antara lain pada Pasal 17 Ayat (2)
tentang tugas dan tanggungjawab Analis Kesehatan pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor. 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik.
Penyebutan tersebut juga terdapatdi bidang pendidikan baik Sekolah Menengah
Analis Kesehatan, Diploma III Analis Kesehatan maupun Diploma IV Analis
Kesehatan. Penyebutan sebagai Analis Medis terdapat pada Pedoman Pengelolaan
Laboratorium Klinik Rumah Sakit tahun 1998 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI No. HK.00.06.3.3.10381 tanggal 3 Desember
1998 tentang Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit serta adanya pendidikan
Diplom III Analis Medis UNAIR berdasarkan keputusan Presiden Nomor 56 tahun
1982 dan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0556 / 0 / 1983
serta ditegaskan oleh surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pedidikan dan Kebudayaan nomor 117/DIKTI/Kep/1984, pendirian
Program Studi Analis Medis dalam lingkun gan Fakultas NonGelar Kesehatan.
Penyebutan sebagai Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan terdapat pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan yang didefinisikan
sebagai tenaga kesehatan dan ilmuwan berketrampilan tinggi yang melaksanakan dan
mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan sumber daya. Sedangkan
penyebutan sebagai Pranata Laboratorium Kesehatan terdapat pada Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/08/M.PAN/3/2006 tentang
Jabatan Pranata Laboratorium Kesehatan dan Angka Kreditnya serta Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 611/MENKES/PB/VIII/2006 Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan Dan Angka
Kreditnya.
Ahli Teknologi Laboratorium Medik masuk pada jenis tenaga kesehatan
kelompok tenaga teknik biomedika sebagaimana Pasal 11 ayat (12) Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan “Jenis tenaga kesehatan yang
termasuk dalam kelompok teknik biomedika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf k terdiri atas radiographer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik,
fisikawan medik, radioterapis dan ortotik prostetik”. Penyebutan menjadi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun
pendidikan sesuai Pasal 24 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 42 tahun 2015 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi
Laboratorium Medik semua nomenklatur tenaga analis kesehatan atau analis
medis sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini harus dibaca dan dimaknai
menjadi Ahli Teknologi Laboratorium Medik. Sedangkan pada ayat (2) Semua
nomenklatur pendidikan analis kesehatan atau analis medis sebelum ditetapkannya
Peraturan Menteri ini harus dibaca dan dimaknai menjadi Teknologi Laboratorium
Medik .
Pengertian dari Ahli Teknologi Laboratorium Medik menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik yaitu setiap orang yang
telah lulus pendidikan Teknologi Laboratorium Medik atau analis kesehatan atau
analis medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap cairan dan
jaringan tubuh manusia untuk menghasilkan informasi tentang kesehatan
perseorangan dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Secara berkesinambungan Ahli Teknologi Laboratorium Medik
mempunyai kualifikasi pendidikan lulusan Sekolah Menengah Analis Kesehatan
(SMAK) atau Akademi Analis Kesehatan (AAK) atau Akademi Analis Medis (AAM)
atau Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan (PAM-AK) atau lulusan Pendidikan
Tinggi yang berkaitan langsung dengan laboratorium kesehatan dengan program studi
Teknologi Laboratorium Medik.

D. Hak dan Kewajiban Ahli Teknologi Laboratorium Medis


a. Hak Ahli Teknologi Laboratorium Medis
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi dan Standar Prosedur
Operasional
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan
Kesehatan atau keluarganya
3. Menerima imbalan jasa dan/atau tunjangan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
4. Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral,
kesusilaan serta nilai-nilai agama.
5. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya.
6. Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang
bertentangan dengan Standar Profesi, kode etik, Standar Pelayanan,
Standar Prosedur Operasional atau ketentuan peraturan perundang- undangan
dan
7. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Kewajiban Ahli Teknologi Laboratorium Medik
1. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional dan etika profesi serta
kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
2. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau
3. keluarganya atas tindakan yang akan diberikan
4. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
5. Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan dan tindakan yang dilakukan dan
6. Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan sesuai.

E. Kekuasaan / Kewenangan Ahli Teknologi Laboratorium Medis


Menurut Van der Mijn dalam Wila Chandrawila Supriadi (2001) dalam
melaksanakan tugas profesinya, seorang tenaga kesehatan perlu berpegang pada tiga
ukuran atau standar medik umum yaitu kewenangan, kemampuan rata – rata dan
ketelitian yang umum. Penjelasan secara lebih rinci menyatakan bahwa kewenangan
ini memberikan hak kepada tenaga kesehatan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.
Kewenangan tidak lain adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain yang
disahkan oleh yang berhak mencahkannya. Kemampuan rata – rata adalah kemampuan
minimal yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan dalam melakukan
pekerjaannya.
Ukuran kemampuan rata – rata seorang tenaga kesehatan adalah kemampuan yang
diukur dengan kemampuan dari tenaga kesehatan lainnya yang mempunyai keahlian
di biang yang sama, pengalaman yang sama dan di tempat yang sama. Sedangkan
ukurang keseksamaan adalah ketelitian yang umum dari tiap tenaga kesehatan dalam
melaksanakan pekerjaannya sebagai profesional dengan bidang keahlian di bidang
yang sama, pengalaman yang sama dan di tempat yang sama.
Kewenangan Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menjalankan tugas dan
profesinya secara prinsip diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang izin dan penyelenggaraan Praktik Ahli
Teknologi Laboratorium Medik. Peraturan Menteri ini sebagai peraturan teknis yang
diamanatkan Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan an Undang
– Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Secara ringkas pada pasal
22 – 24 Undang – Undang 36 tahun 2014 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa Ahli
Teknologi Laboratorium Medik merupakan tenaga kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki, wajib memiliki izin
pemerintah, harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur operasional.
Wewenang Ahli Teknologi Laboratorium Medik sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik dibedakan menjadi
wewenang Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik dan wewenang Sarjana
Terapan Teknologi Laboratorium Medik.
a. Wewenang Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan
atau menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan di laboratorium pada
fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai kewenangan yaitu :
1. Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan di laboratorium
2. Melakukan pengambilan dan penanganan specimen darah serta
penanganan cairan dan jaringan tubuh lainnya
3. Mempersiapkan, memilih serta menguji kualitas bahan/reagensian
4. Mempersiapakan, memilih, menggunakan, memelihara, mengkalibrasi,
serta menangani secara sederhana alat laboratorium
5. Memilih dan menggunakan metode pemeriksaan
6. Melakukan pemeriksaan dalam bidang hematologi, kimia klinik, imunologi,
imunohematologi, mikrobiologi, parasitologi, mikologi, virologi, toksikologi,
histoteknologi, sitoteknologi
7. Mengerjakan prosedur dalam pemantapan mutu
8. Membuat laporan hasil pemeriksaan laboratorium
9. Melakukan verifikasi terhadap proses pemeriksaan laboratorium
10. Menilai normal tidaknya hasil pemeriksaan untuk dikonsultasikan kepada
yang berwenang
11. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium dan
12. Memberikan informasi hasil pemeriksaan laboratorium secara analitis

b. Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan atau


menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan di laboratorium pada
fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai kewenangan yaitu :
1. Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium khusus dan
canggih
2. Melakukan pengambilan, penanganan serta menilai kualitas spesimen
laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium khusus dan canggih.
3. Mendeteksi secara dini bila muncul penyimpangan dalam proses
pemeriksaan di laboratorium.
4. Menilai hasil pengujian kelaikan alat, metode dan bahan/reagensia (yang
sudah ada dan baru ).
5. Melakukan pemeriksaan dalam bidang : kimia klinik (hematologi, biokimia,
klinik, imunologi dan imunohematologi), mikrobiologi (bakteriologi,
parasitologi, mikologi, virology), diagnostik molekuler, biologi kedokteran,
histoteknologi, sitoteknologi, sitogenetik dan toksikologi klinik sesuai
bidang keahliannya
6. Merencanakan dan mengevaluasi program kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium
7. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program standarisasi
laboratorium
8. Memberikan informasi secara analitis hasil pemeriksaan laboratorium
khusus dan canggih
9. Membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif dan
efisien
10. Merencanakan, melaksanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium
11. Membimbing dan membina ahli madya teknologi laboratorium medic
dalam bidang teknik kelaboratoriuman
BAB III
STUDI KASUS

A. Kasus
Pasien Keluhkan Tertukarnya Hasil Uji Darah
di Laboratorium RSUD Cilegon
Peristiwa itu yakni adanya kesalahan hasil pemeriksaan cek sample darah seorang
anak yang bernama Jinan, di Laboratorium RSUD Cilegon yang ternyata tertukar
dengan pasien lainnya. Merasa kaget dan sangat terpukul dengan kejadian tersebut,
karena anaknya sempat terdiagnosa penyakit yang berat, orang tua pasien menuliskan
kejadian yang menimpanya itu melalui akun Facebooknya. Dalam status yang
diunggahnya Kamis, pagi tadi (7/9/2017), Suhayati, ibu dari Jinan, menceritakan
kejadian tertukarnya hasil uji Lab di RSUD Cilegon tersebut bermula saat dirinya
mendapat telepon dari pihak RSUD pagi tadi.
Dari keterangan yang disampaikannya dalam statusnya itu, diketahui pihak RSUD
Cilegon mengakui bahwa ada kesalahan yang dilakukan oleh petugas di Laboratorium.
Diketahui setelah mendapat telepon dari pihak RSUD, setelah diberitahu tentang
kekeliruan yang terjadi, Suhayati juga diminta untuk kembali datang ke RSUD
Cilegon.
Suhayati dengan akun Facebooknya bernama Mamanya Aldan Dan Jinan ini
mengeluhkan kejadian tersebut sesampainya dia di RSUD Cilegon, walaupun dalam
keterangannya, pihak RSUD Cilegon sendiri sudah menyatakan permintaan maaf atas
kejadian tersebut kepada dirinya. Tentu peristiwa ini merupakan kecerobohan yang
sangat merugikan masyarakat dan dapat dibawa ke ranah hukum.
Sementara pihak manajemen RSUD Cilegon masih belum bisa dikonfirmasi
terkait adanya keluhan ini. Direktur RSUD Cilegon, dr. Zaenoel Arifin yang dihubungi
melalui pesan Whatsapp oleh Fakta Banten hingga berita ini diturunkan belum juga
memberikan klarifikasi.
Berikut ini adalah kutipan status facebook Ibu Suhayati.
Dapat Tlpn dari Nmr (0254) 33046 dikira siapa ga taunya dari RSUD Cilegon
yang mengatakan bahwa :
RSUD : "Selamat siang, dengan Ibu Suhayati?"
Aku : "Siang juga, Iya betul saya dengan Ibu Suhayati. Mf ini dari mana ya?"
RSUD : "Saya dari RSUD Cilegon ingin memberitahukan mengenai hasil
laboratorium yang telah ibu terima tersebut ternyata mengalami suatu
kesalahan yang dilakukan oleh yang bertugas di bagian Laboratorium.
Untuk lebih lanjutnya silahkan Ibu segera datang ke bagian ruangan
Laboratorium dan mohon hasil Lab atas nama An. Jinan mohon dibawa.
Terima kasih, saya tunggu kedatangannya”.
Aku : "Oke saya akan segera datang, terima kasih atas informasinya".
Selang waktu setengah jam sampailah saya di RSUD CIlegon dan langsung
menuju ruangan Laboratorium sambil menunjukkan hasil Lab putriku kemarin.
RSUD : "Ibu, kami atas nama pihak RSUD Cilegon mohon maaf yang sebesar-
besarnya karena hasil Lab anak Ibu kemarin tertukar dengan salah satu
pasien kami yang pada waktu bersamaan kami ambil sampel darahnya.
Kami bertanggung jawab atas segala biaya yang telah Ibu keluarkan dan
ini hasil Lab yang sebenar-benarnya.
Saya : "Kenapa bisa seceroboh itu apa anda tau betapa khawatirnya saya setelah
mendapatkan penjelasan dari dokter spesialis anak? Benar - benar
sangat mengecewakan pelayanan di RSUD ini.
RSUD : "Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas nama RSUD Cilegon".
Tanpa panjang lebar saya datangi dokter anak yang sedang bertugas di lantai atas
tanpa saya mengambil daftar nomor antrian. Saya masuk dan yang saya temui adalah
dokter Niken. Setelah itu saya jelaskan apa yang terjadi di bagian Laboratorium dan
dokter Niken pun kaget kenapa bisa seceroboh ini petugas di bagian Lab.
Saya : "Saya tidak mau mengurusi masalah di bagian Lab bu Dokter, saya hanya
ingin tau apa hasil dari kertas yang saya bawa ini mengenai putri saya.
Dokter menjawab putri Ibu dalam keadaan normal dan stabil

Artikel diunduh dari Media Online Fakta Banten


https://faktabanten.co.id/waduh-pasien-keluhkan-tertukarnya-hasil-uji-darah-di-
laboratorium-rsud-cilegon/
B. Analisis
Kejadian tertukarnya sampel di Laboratorium adalah hal yang fatal karena dokter
bisa salah mendiagnosis penyakit pasien berdasarkan hasil laboratorium yang ternyata
tidak mencerminkan kondisi pasien sebenarnya. Seperti yang terjadi dalam kasus
tertukarnya hasil laboratoriun anak Jinan, awalnya dokter mendiagnosis Jinan
menderita penyakit serius berdasarkan hasil laboratorium yang ternyata bukan milik
Jinan. Tidak dijelaskan secara rinci penyakit serius apa yang menjadi diagnosis Jinan
namun mendengar diagnosis mengenai penyakit anaknya, Ibu Jinan sangat terpukul.
Kesalahan tertukarnya sampel di laboratorium bisa terjadi di setiap proses dalam
pemeriksaan laboratorium, bisa jadi dalam tahap pra analitik, analitik, dan post
analitik. Minimnya informasi dari artikel tersebut menyebabkan penulis tidak bisa
mengetahui dalam proses mana terjadi kesalahan tersebut, namun artikel tersebut
menyebutkan bahwa hasil Jinan tertukar dengan pasien lain yang diambil darah pada
waktu yang sama dengan waktu pengambilan darah Jinan. Jadi kemungkinan, ada
tindakan yang tidak sesuai SOP dalam proses pra analitik yang dilakukan oleh petugas
sehingga sampel bisa tertukar.
Bagi seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medis (ATLM), bekerja sesuai
prosedur adalah salah satu kewajiban yang diatur dalam kode etik Teknologi
Laboratorium Medis. Seorang ATLM yang melanggar kode etik yang apabila
kelalaiannya tersebut menyebabkan kerugian bagi pasien bisa dituntut di ranah hukum.
Dalam kasus ini, pasien tidak melaporkan ke ranah hukum karena petugas dapat
mengkondisikan keadaan dengan cukup baik. Sisi positif yang dapat diambil pada
kejadian ini, yaitu kejujuran petugas laboratorium dalam mengakui kesalahan dan
dengan rendah hati meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukan. Pada kasus
yang lain bisa terjadi kasus dibawa ke meja hijau karena petugas tidak jujur dan
terkesan menutup – nutupi kesalahan yang telah dilakukan. Perlu diingat pula, bahwa
salah satu hal yang paling penting dalam menjalankan suatu pekerjaan atau profesi
adalah kejujuran.
Ada satu hal lagi yang perlu disoroti dalam kasus tertukarnya sampel di atas yaitu
bahwa koordinasi dari setiap bagian di rumah sakit sangat diperlukan. Seharusnya
ketika ada kesalahan dalam satu bagian, segera melakukan konfirmasi dan klarifikasi
dengan bagian lain yang berhubungan, dalam kasus ini adalah dokter spesialis yang
merawat pasien. Dokter Niken, disebut juga merasa terkejut setelah diberitahu oleh
keluarga pasien. Jika ada koordinasi yang bagus antara petugas laboratorium dengan
dokter yang merawat pasien, tentu dokter tidak akan terkejut dan kemudian membantu
menjelaskan kepada pasien kondisi pasien yang sebenarnya. Penjelasan dokter pasti
akan sedikit menenangkan pasien dan keluarga pasien. Hal ini juga diatur dalam kode
etik yaitu menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sikap saling menghargai dalam
melakukan profesinya. Maka dalam kasus ini , mengenai koordinasi dengan bagian
lain, masih kurang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya kesalahan
karena petugas tidak melakukan pekerjaannya sesuai SOP sehingga menyebabkan
tertukarnya sampel pasien. Hal ini terjadi karena kurangnya sikap ketelitian sebagai
seorang perofesional dalam melakukan pekerjaannya.
Sebagai manusia yang berbudi pekerti, hendaknya mau mengakui kesalahan yang
telah dilakukan terlebih kaitannya dengan penegakan diagnosa. Dalam kasus di atas,
petugas Laboratorium sudah mau jujur dan meminta maaf atas kelalaiannya. Hal itu
merupakan salah satu contoh budi pekerti yang baik dalam pekerjaan dengan tidak
mengesampingkan bahwa kasus tersebut juga terjadi karena kelalaian petugas.

B. SARAN
 Dalam melakukan pekerjaan atau profesinya, seseorang dituntut untuk teliti, jujur
dan bertindak kesatria dengan berani mengakui kesalahan.
 Dalam menanggapi suatu permasalahan perlu adanya koordinasi dan komunikasi
yang baik antar teman sejawat dan antar instalasi yang berhubungan dengan
masalah tersebut sehingga dapat mempermudah pelacakan dan penyelesaian
masalah.
 Setiap tenaga kesehatan mempunyai kode etik yang salah satunya mengatur
mengenai cara menangani komplain pasien sehingga tidak terkesan menjatuhkan
profesi lain.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengertian Budi Pekerti diunduh dari https://www.ruangguru.co.id/pengertian-budi-


pekerti-manfaat-tujuan-dan-contohnya/ pada tanggal 25 Oktober 2019
2. https://faktabanten.co.id/waduh-pasien-keluhkan-tertukarnya-hasil-uji-darah-di-
laboratorium-rsud-cilegon/
3. Endraswara, Suwardi. 2006. Budi Pekerti Jawa. Yogyakarta:Buana Pustaka
4. Daroeso, Bambang. 1998. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang
: Aneka Ilmu
5. Amin, Yanuar. 2017. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan . Jakarta : Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
6. Zuriah, Nurul . 2007. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan
. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai