Anda di halaman 1dari 11

[Insert Title Here]

“Felix. Bangunlah, bukankah ini waktu kita untuk kembali ke istana” kata putri Jian.

Akupun membuka mataku, dan melihatnya tersenyum tepat di depan wajahku.


Cantiknya.

“Bangunlah, bukankah tugasmu adalah untuk mengawalku.”

“Oh maafkan saya wahai putri Jian,” kataku sambil bangkit.

“Ahaha santai saja Felix, aku hanya bercanda.” Kata putri Jian sambil tertawa.

Cantik sekali, aku suka melihat wajah putri Jian ketika sedang tertawa.

“Mari kita kembali ke istana, hari sudah semakin sore.” Ajak sang putri.

Kami berduapun berjalan menuju istana. Sesampainya di istana, sang putri pun
langsung menuju ke kamarnya. Dan aku pun kemudian bergegas menuju barak di dekat
gerbang masuk. Setelah melapor ke komandan, aku pergi ke kamarku untuk istirahat. Aku
kemudian mengambil buku harianku dan menulis apa saja yang telah kulewati hari ini. Setelah
itu akupun tertidur.

Keesokan harinya, aku pergi menemani sang putri menuju kerajaan Burgundy. Sebuah
kerajaan di sebelah barat daya dari kerajaan Andromeda. Kerajaan Burgundy adalah kerajaan
yang memiliki hubungan yang harmonis dengan kerajaan Andromeda. Dipimpin oleh seorang
raja yang bijak sana, membuat kerajaan Burgundy sangat harmonis. Kekuasaannya tidaklah
terlalu luas, hanya sekitar seperempat dari kekuasaan kerajaan Andromeda.

“Felix, apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Putri Jian kepadaku.

“Tidak ada tuan putri, saya hanya sedang menikmati pemandangan.” Kataku sambil
melihat keluar jendela.
Sang putri tiba-tiba menyenderkan kepalanya ke bahuku sambil berkata, “Sudah ku
bilang, aku ingin kau memanggil namaku ketika kita berdua saja seperti ini.”

“Tapi, sudah menjadi kewajiban saya untuk selalu bersikap sopan kepada tuan putri”

“Aku ingin merasa dekat denganmu. Tetapi jika kau seperti itu, bagaimana bisa aku
menjadi dekat denganmu” kata putri Jian sambil cemberut.

Imutnya…

“Baiklah Jian, tapi hanya untuk di dalam kereta kuda ini saja ya.” Kataku sambil
menghela nafas panjang.

“Nah gitu dong,” kata putri Jian sambil tersenyum.

Aku hanya bisa tersenyum tipis melihat wajah tersenyumnya itu. Ia memiliki mata yang
sipit, sehingga ketika tertawa, matanya tak terlihat sama sekali.

Kereta kuda yang kami tumpangi melesat maju menembus hutan belantara. Di dalam
kereta kuda itu, kami berdua tertidur lelap. Hingga tiba tiba kereta kuda kami terhenti. Akupun
terbangun dari tidurku. Aku mendengar dari luar terdapat suara beberapa orang. Apa mugkin
kami di sergam oleh bandit? Akupun segera meraih pedangku yang aku taruh di dekat pintu.

“Ada apa ini Felix?” kata sang putri terbangun dari tidurnya.

“Sepertinya kita sedang di sergap oleh sekelompok bandit.” Kataku sambil melihat wajah
putri Jian yang sedang ketakutan itu.

“Apakah kita akan baik-baik saja?” kata putri Jian ketakutan.

Melihat wajahnya yang ketakutan itu, aku berfikir jika aku harus menenangkan dia
terlebih dahulu, “Tentu saja, aku akan selalu melindungimu. Karena itulah aku disini.”
Beberapa saat kemudian, pintu kereta kuda kami pun di buka oleh para bandit itu.
Akupun langsung mengeluarkan pedang dari sarung pedangku dan menebas tepat kearah
muka bandit itu. Kemudian aku meloncat keluar kereta dan melihat ada sekitar 10 orang bandit.

“Aaargggg wajahku!!! Sialan kau. Serang dia” kata salah satu bandit itu.

Mereka semua kemudian maju dan mengeroyokku. Akupun sebisa mungkin untuk
menghindari serangan mereka, namun beberapa ada yang mengenaiku. Setelah beberapa
saat, akupun berhasil membunuh para bandit tersebut. Tubuhku pun terluka cukup parah.
Setelah itu aku duduk di bawah pohon sambil memegangi luka di kepalaku.

“Felix!!! Apa kau tidak apa-apa?” kata putri Jian sambil berlari kearahku.

“Tidak apa apa. Hanya mengalami sedikit luka saja” kataku.

“Astaga, seluruh badanmu mengalami luka.” Kata putri Jian panic.

“Apakah kau bisa berjalan?” kata putri sambil membantuku berdiri.

“Masih bisa kok” kataku sambil berjalan pincang kearah kereta kuda.

“Kita cari tempat sementara untuk merawat lukamu itu” kata putri Jian.

Setelah itu aku pingsan di dalam kereta kuda. Dalam keadaan pingsan itu, aku melihat
putri Jian sedang berbicara dengan seseorang yang tak kukenal, dan sepertinya aku hanya
bermimpi. Beberapa lama kemudian, akupun tersadar. Aku melihat putri Jian tertidur di kursi
samping tempatku tertidur. Sungguh imut sekali. Akupun melihat tubuh ku, dan lukaku semua
telah tertutup oleh kain perban. Putri Jian sepertinya benar benar sudah bekerja keras untuk
menyembuhkan lukaku.

Kemudian aku mencoba untuk bangun dari tempat tidur. Dengan usaha yang besar, aku
pun berhasil bangkit dari tidurku. Kepalaku sungguh terasa pusing sekali. Aku kemudian melihat
kearah putri Jian. Ia terlihat sangat nyenyak sekali. Beberapa saat kemudian ia terbangun.
“Felix!!! Apakah tubuhmu masih terasa sakit?” Tanya putri Jian.

“Sudah mendingan kok. Terima kasih banyak tuan putri” kayaku sambil membungkukan
kepalaku.

“Sudah ku bilang untuk memanggilku Jian ketika kita hanya berdua seerti ini.” Katau
sang putri sambil cemberut.

“Hahaha maaf maaf. Apakah kamu terluka Jian?” tanyaku.

“Aku baik baik saja kok. Tapi aku sangat khawatir denganmu felix. Badanmu terluka
parah.” Kata sang putri dengan tatapan khawatir.

“Aku sudah merasa mendingan, semua ini berkat kau Jian. Terimakasih telah merawat
luka di badanku ini. Tanpamu, mungkin aku sudah terbunuh oleh para bandit bandit tersebut.”

“Tidak. Semua ini justru gara gara aku. Mereka semua itu mengincar ku.” Kata sang
putri sambil tertunduk lesu.

Kemudian aku memegang tangan sang putri sembari berkata, “Sudah tugasku untuk
mempertaruhkan nyawaku demi keselamatanmu Jian”

Setelah aku berkata demikian, sang putri melihatu dengan mata yang berkaca-kaca.
Kemudian ia memeluk ku dengan erat.

“Sungguh aku takut kehilangan kamu Felix, tolong jangan membahayakan nyawamu lagi
demi aku” kata sang putri sambil menangis.

Aku mengelus kepala sang putri dengan lembut sambil berkata, “Sudah menjadi tugasku
untuk mempertaruhkan nyawaku demi keselamatanmu. Tapi aku berjanji akan selalu ada
disampingmu hingga akhir hayatku”

Sang putri memandang wajahku sambil berkata, “Benarkah?”


Aku melihat wajah sang putri. Aku mengusap pipinya yang dibasahi air mata itu sambil
berkata, “Iya aku berjanji”

Setelah mendengar perkataan itu sang putri pun tersenyum. Aku suka melihat wajahnya
ketika tersenyum. Karena matanya yang sipit itu, matanya menjadi tak terlihat ketika ia
tersenyum. Setelah kekhawatiran sang putri menghilang, kami pun berciuman. Dan malam itu
menjadi malam yang panjang bagi kami berdua.

Beberapa hari kemudian, lukaku pun sembuh sepenuhnya. Kami berdua memutuskan
untuk kembali menuju istana. Sesampainya di istana, kami mendapat sambutan yang aneh dari
masyarakat disana. Aku pun merasa heran. Sesampainya di depan istana, kami pun dihalangi
oleh penjaga istana.

“Ada apa ini?” kataku.

“Kalian berdua, ikut aku” kata seseorang dari belakangku.

Akupun menoleh ke belakang dan melihar komandan tertinggi. Komandan Alehendro.

Akupun hormat kepada komandan. Setelah bertanya ada apa yang terjadi.

“Tidak usah banyak tanya. Biar sang raja yang memberi tahumu. Sekarang, atas
perintah raja ikuti aku menuju singgah sana raja.” Kata komandan Alehandro.

Tanpa banyak cakap, kami bertiga berjalan menuju singgahsana raja. Di tengah
perjalanan, putri Jian berbisik kepadakau jikalau dia merasa ketakutan, takut jika terjadi sesuatu
kepada kami berdua. Tapi aku memberi isyarat kepada sang putri jika semua akan baik baik
saja. Sesampainya di singgah sana sang raja kerajaan Adromeda.

“Hormat kami pada penguasa tertinggi kerajaan Andromeda. Puja raja Nfirea ke IX” kata
komandan Alehandro sambil berlutut.

Kami pun ikut berlutut.


“Bangkit lah wahai para kesatria dan putri Jiann” kata raja Nfirea

“Sesuai perintah yang mulai, saya membawa pengawal putri raja. Kesatria Felix Barea.
Dan putri Jian Francesca Degreuchaf kehadapan yang Mulia raja Nfirea” kata komandan
Alehandro.

“Saya Kesatria pengawal pribadi putri Jian Francesca Degreuchaf, menghadap raja
Nfirea” kataku sambil berlutut kearah sang penguasa kerajaan Andromeda itu.

“Bangun lah wahai kesatria” kata sang raja.

Akupun bangun dari posisi berliutut. Aku melihat kearah sekitar dan melihat beberapa
perajurit dengan armor lengkap. Disana kecurigaanku pun mulai timbul.

“Wahai yang mulia, ada apakah gerangan memanggil saya dan putri Jian menuju
singgahsana raja?” tanyaku kepada sang raja.

Sang raja pun menjawab. “Wahai sang kesatria, aku mendengar kabar dari mata-mata
kerajaan bahwa akan terjadinya kudeta di kerajaan ini, dan pelaku penghianatan tersebut saat
ini berdiri di ruangan ini bersama kita”

Apa?! Akan terjadi kudeta?! Siapa?! Siapa pelakunya?! Apakah sang raja mencurigaiku
sebagai biang keladi dari kudeta tersebut?! Aku tidak pernah melakukan hal yang tidak terpuji
tersebut.

“Wahai yang Mulia, aku bisa menjamin kesetiaan ku kepada kerajaan, dan kepadamu
wahai yang mulia.” Kataku sambil berlutut.

“Aku percaya kepadamu wahai sang kesatria. Pelakunya bukan kau, tetapi putriku
sendiri. Jian Francesca Degreuchaf, berani beraninya kau menghianati kerajaan ini.” Kata sang
raja Nfirea IX.

Akupun terkejut dan menatap wajah sang putri.


“Hah? Aku tidak pernah berkhianat kepadamu yah, aku tidak pernah melakukan hal
seperti itu” kata putri Jian.

“Pembohong, kau menghilang beberapa hari ini karena kau menyusun rencana dengan
kerajaan lain kan” kata raja Nfirea IX.

Tidak, ini salah. Putri Jian tidak mungkin berkhianat. Alasan kami berdua menghilang
adalah karena dia merawat luka-luka ini. Aku harus menjelaskan nya kepada raja.

“Wahai yang mulai, maafkan ketidaksopananku menyela perkataan yang mulia. Alasan
tuan putri menhilang beberapa hari ini adalah di karenakan tuan putri sedang merawat luka
yang ada di tubuhku karena serangan bandit di tengah hutan Nebula. Jadi saya rasa ini adalah
sebuah kesalahan informasi” kataku kepada raja.

Sang raja pun membantah. “Tidak, informasi ini benar adanya. Mata-mata kerajaan
melaporkan bahwa putri Jian bertemu dengan utusan kerajaan lain untuk memabahas rencana
kudeta yang akan terjadi. Sungguh aku tak percaya, berani-beraninya kau mengkhianati
ayahmu sendiri” kata raja sambil marah.

“Tidak ayahanda. Aku tidak pernah melakukan hal itu, mungkin saja itu ulah mata-mata
kerajaan yang ingin membuat ayahanda mencurigaiku” kata putri Jian.

“Tidak, para mata-mata kerajaan memiliki kesetiaan yang tinggi dan fakta yang benar
benar terpercaya. Sekarang kau harus menerima hukuman penggal kepala.” kata sang raja
Nfirea.

Mendengar perkataan sang raja, para prajurit yang berada disana segera menahan
tangan sang putri dan menyeret nya keluar dari singgasana raja. Melihat hal itu, aku tidak
tinggal diam. Aku kembali berbicara kepada sang raja untuk meyakinkan bahwa semua ini
hanya kekeliruan informasi belaka. Namun setiap aku meyakinkan sang raja, ia tetap
berpegang teguh dengan keputusan awalnya. Kemudian aku melihat kearah sang putri dan
melihat ia meronta-ronta. Kemudian aku mendengar ia meminta tolong dan menyebut namaku.
Aku pun segera berlari kearahnya dan menghajar beberapa prajurit disana. Aku berusaha agar
mereka tidak menyentuh sang putri. Namun tiba tiba seseorang memukul kepalaku dari
belakang dan akhirnya aku tidak sadarkan diri.

Ketika aku pingsan, aku melihat sang putri di tarik oleh para prajurit kerajaan. Aku
melihat mukanya yang ketakutan. Ia meminta tolong sambil meneriakan namaku. Aku ingin
menolongnya dan menyelamatkannya. Tapi entah mengapa tubuhku ini sangat berat.
Bertahanlah putri Jian, aku akan menyelamatkanmu. Tapi semakin aku gerakan badan ini,
semakin susah untukku bergerak. Dan akhirnya aku tersadar.

“Ah, kau sudah sadar Felix,” kata komandan Alehandro.

“DImana aku?” kataku sambil bangkit dari tidurku.

“Kita sedang di depan istana untuk menyaksikan eksekusi putri Jian” kata komandan
Alehandro.

Aku kemudian melihat kearah istana. Aku melihat sang putri yang tidak berdaya di atas
alat pemenggal kepala. Sungguh hatiku hancur ketika melihat putri Jian yang akan di eksekusi.
Aku tak kuasa melihat hal itu. Sungguh bodoh sekali aku, tugasku untuk melindungi sang putri
pun akan gagal. Ingin rasanya aku mengakhiri hidupku sendiri. Benar, ketika pisau itu turun
mengenai leher sang putri. Aku akan menusuk dadaku sendiri. Percuma aku hidup bila tuan
putri telah tiada bagai pedang yang tak bertuan, aku tanpa tuan putri hanya seperti pedang
yang tak terpakai.

“Sadarkah kau selama ini hanya di perdayai oleh putri Jian?” kata komandan Alehandro.

Diperdayai? Apa maksutnya? Aku telah dimanfaatkan?

“Sadarlah Felix. Kau telah di tipu olehnya” kata komandan Alehandro.

Di tipu? Apakah semua itu adalah acting belaka dari sang putri? Senyuman, ciuman,
ketulusan putri Jian ketika ia merawat luka ku ini? Tidak. Tidak mungkin. Tidak mungkin putri
Jian seperti itu. Ini adalah kesalah pahaman belaka.

“Kau adalah seorang prajurit Felix, kau harus patuh terhadap perintah yang telah aku
berikan” kata komandan Alehandro.

Perintah? Tapi aku sudah berjanji kepada sang putri untuk selalu melindunginya. Benar,
aku harus menolong putri Jian. Aku harus menolongnya.
Kemudian aku mengeluarkan pedangku dari sarung pedang. Aku menebas dada
komandan Alehandro.

“Felix!!! Apa yang kau lakukan? Apakah kau mulai berkhianat kepadaku dan kepada
sang raja?” Tanya komandan Alehandro sambil tertunduk menahan lukanya.

“Maafkan aku komandan, tapi dari awal aku telah diperintahkan untuk melindungi putri
Jian. Lagi pula aku telah berjanji kepada sang putri untuk selalu melindunginya” kataku.

“Pikirkan lagi Felix, aku masih bisa memaafkanmu karena kondisimu yang tidak tahu
apa-apa itu. Tapi ketika kau menolong sang putri, kau tak ada yang bisa kulakukan untukmu.
Kau adalah prajurit terbaikku, tolong sadarlah atas tindakanmu ini” kata komandan Alehandro
sambil menahan lukanya.

“Maafkan aku komandan, tapi aku harus melakukan hal ini. Aku tak peduli harus
berhadapan dengan siapa. Bahkan para Dewa pun akan kuhadapi demi menyelamatkan tuan
putri” kataku sambil meninggalkan komandan yang terluka itu.

Aku pun berlari menuju tempat putri di hukum tersebut. Sesampainya di sana, aku
menebas para prajurit yang akan mengeksekusi putri Jian.

“Felix… kau datang untuk menyelamatkanku” kata putri Jian sambil tersenyum
kearahku.

“Sudah ku bilang aku selalu ada untuk melindungimu tuan putri” kataku kepada tuan
putri.

Aku melihat wajah putri Jian tersenyum kembali, itu membuat hatiku terasa hangat.

“Wahai baginda raja, tolong pikirkan tindakan anda. Apa yang mulai tega menghukum
putri semata wayang anda sendiri dengan hukuman mati?” kataku dengan lantang mencoba
untuk bernegosiasi dengan sang raja.
“Tentunya aku merasa sedih harus menghukum putriku sendiri. Tapi peraturan harus di
tegakkan. Para prajurit, tangkap Felix dan jebloskan dia ke penjara” perintah raja kepada para
prajurit kerajaan.

Para prajurit pun belari menghampiriku. Aku segera melepaskan putri Jian dan berlari
menuju jalanan kota. Kami berdua berlari melewati gang gang sempit untuk menghindari para
prajurt tersebut. Kamu menelusuri jalan dan melewati lubang selokan untuk kabur. Akhirnya
sampailah kami di luar dinding kerajaan. Kamu berdua berlari kedalam hutan dan beristirahat di
bawah pohon.

“Terimakasih Felix” kata putri Jian sambil memelukku.

“Sama-sama tuan putri” Kataku sambil memeluk balik sang putri.

“Sudah kubilang kan kalau kita lagi berdua panggil aku Jian saja” kata putri sambil
cemberut.

“Ah iya iya maafkan aku Jian” kataku sambil mencubit pipinya dengan lembut.

“Dan sekarang waktunya untuk memulai rencana kudeta” kata putri Jian

Jleb… suara tusukan tepat di daerah perutku.

“Aaarrrgggg… mengapa….” Suaraku lemas menahan rasa sakit.

Jleb… Jleb… suara dua tusukan yang menusuk dada kanan dan ulu hati. Aku terkejut,
mengapa ia menusukku? Apa benar dia akan melakukan kudeta? Apa benar ia melakukan
tidakan penghianatan? Sungguh aku tidak percaya ini.

“Maafkan aku Felix, tapi seharusnya kau mendengarkan perkataan mereka. Aku akan
meninggalkanmu disini hingga kau mati kehabisan darah. Dan sebagai ucapan terimakasihku,
akan aku kasih tau sebuah rahasia. Kerajaan Burgundy akan melakukan penyerbuan besar
besaran ke kerajaan Andromeda, mereka semua menyamar sebagai pedagang. Dan pada saat
tengah malam, mereka akan membakar rumah warga dan membunuh sang raja.” Kata sang
putri berbisik kepadaku.
“Me…ng-menga…pa…” tanyaku dengan suara rintih.

“karena aku sudah muak dengan ayahku. Dia terlalu focus mengurus kerajaan sehingga
ia tidak pernah punya waktu untukku. Selamat tinggal Felix, semoga kau tenang dialam sana”
kata putri sambil berjalan pergi meninggalkanku.

Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara komandan Alehandro memanggil


namaku. Aku mencoba untuk berteriak sekencang mungkin. Mendengar teriakanku, komandan
Alehandro segera berlari kearahku.

“Felix!!! Astaga, bertahanlah felix” kata komandan Alehandro sambil berteriak meminta
bantuan.

Aku menghela nafas dalam dan sebisa mungkin untuk berkata. “Ma-ma…af”

“Diamlah Felix akan aku carikan bantuan” kata komandan Alehandro.

“Ra…ja da-dalam ba..haya….” kataku dengan terbata-bata.

“Apa kau bilang” kata Alehandro, kali ini ia melihat kearahku dengan tatapan serius.

“penyu…sup, Bur..gundy, pe-peda..gang, arrrg. Malam ha…ri, p-p-


pe…nye..ra…ng…an” kataku.

Kesadarankupun perlahan mulai menghilang. Dan pada akhirnya akupun mati karena
kekurangan darah. Aku mati sebagai seorang penghianat kerajaan. Sungguh kematian yang
sangat hina sekali sebagai seorang kesatria.

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai