Anda di halaman 1dari 14

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Isop Syafe'i
Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H Nasution No. 105 Bandung
email: isop.syafei@gmail.com

Abstrak

Menurut perspektif filosofis-psikologis, perbedaan pandangan terhadap mansusia


menyebabkan menghasilkan corak pendidikan yang beragam. Abdurrahman an-Nahlawi
menyatakan bahwa pandangan manusia tentang dirinya akan memberikan dampak yang sangat
kuat terhadap sistem pendidikan.1 Jika manusia dipandang sebagai makhluk dengan
pembawaan dasar jahat, maka pendidikan berarti upaya menekan atau menepis unsur-unsur
jahat tersebut.1 Jika manusia dipandang sebagai makhluk aktif yang memiliki potensi, minat,
dan kemampuan dasar yang baik, maka pendidikan diartikan sebagai proses drawing out yakni
mengeluarkan apa yang dimiliki bukan proses pouring in seperti diisinya bejana oleh air.

Kata kunci : Hakikat manusia, potensi, kedudukan dan tugas manusia

Abstract

According psychology-philosophy perspective, various pattern in education caused by


different view about human being.. Abdurrahman an-Nahlawi stated that how human view
about themselves will give strong effect toward education system.1. If human is viewed as
creature with an evil talent, then education means as an effort to supress those evil factors.1
On the other hands, if human is viewed as an active creature with potential, interest, and good
basic competency, education means drawing out process in which taken out everything the
children have not pouring in like water jar.

Keywords : Human substance, potential, status and human task

dengan kedudukan manusia dan potensi


PENDAHULUAN yang dimiliki manusia.
Untuk memahami konsep manusia Secara terminologis, ungkapan
menurut Islam, dapat dipahami bagaimana yang dipergunakan Al-Qur’an untuk
al-Qur’an memberikan konsep tentang menunjukan konsep manusia dapat
manusia. Menurut Muin Salim, ada dua dibedakan atas tiga macam, yaitu : a) al-
cara yang dapat digunakan, pertama, insan, al-ins, unas, al-nas, anasiy dan insiy;
dengan menelusuri arti kata-kata yang b) al-basyar; dan c) Banu Adam dan
dipergunakan Al-Qur’an untuk zurriyat adam.
menunjukan makna manusia (analisis a) al-Insan
terminologis). Kedua, menelusuri Secara umum, kata Insan berarti
pernyataan Al-Qur’an yang berhubungan manusia. Dalam al-Qur’an, ungkapan
Hakikat Manusia Menurut Islam (Isop Syafe'i)

yang seakar dengan kata al-Insan Apabila pendapat tersebut dilihat


dipergunakan kurang lebih sebanyak berdasarkan relevansi makna masing-
331 kali dengan bentuk kata yang masing kata tersebut (nasiya, ins dan
berbeda. nasa) dengan kata insan, maka
pendapat kedua dipandang lebih kuat.
TABEL DISTRIBUSI UNGKAPAN Sebab, akar kata ins sendiri yang berarti
INSAN sesuatu yang tampak dan jinak, makna
DALAM AL-QUR’AN ini relevan dengan sifat dan fisik
manusia.
N Ungkapa Pemakaian Pertama dalam Makna pertama sesuatu yang
Jml.
o. n Al-Qur’an
ٌَ‫ق اإل َْغَب‬ َ َ‫خَ ه‬ tampak ditemukan konteksnya ketika
1. Al-Insan Al-Alaq : 2 65
‫ق‬ٍ َ‫ِيٍْ َعه‬ al-Qur’an sering menggunakan kata
ِّ‫قُمْ أعُْٕ ُر ثِشَة‬
2. Al-Nas Al-Nas : 1
ِ َُّ‫ان‬
‫بط‬
241 tersebut untuk menghadapkannya
‫ أُ َي ٍى قَ ْذ‬ِٙ‫بل ا ْد ُخهُْٕ ا ف‬ َ َ‫ق‬ dengan kata jin yang berarti makhluk
Al-A’raf : ٍَِ‫ذ ِيٍْ قَ ْجهِ ُك ْى ي‬ ْ َ‫خَ ه‬
3. Al-Ins
38 ِٙ‫ظ ف‬ ِ َْ ‫ْان ِجٍِّ َٔاإل‬
18 halus atau tidak tampak. Misalnya
ِ َُّ‫ان‬
‫بس‬ digunakan dalam Q.S. al-Zariyat ayat
ِّ ‫اة قَْٕ ِي‬ َ َٕ ‫َٔ َيب َكبٌَ َج‬
Al-A’raf : ‫قَبنُْٕ ا‬ ٌْ‫أ‬ َّ‫إال‬ 56:
4. Unas 5
82 ‫َزِ ُك ْى‬ٚ ْ‫أَ ْخ ِشجُْٕ ُْ ْى ِيٍْ قَش‬
ٌَ ُْٔ‫َزَطََّٓش‬ٚ ٌ‫إََُّٓ ْى أََُبط‬
‫زًب‬ْٛ ‫ ِث ِّ ثَ ْه َذحً َي‬َٙ ِٛ ْ‫نَُُح‬ َ ْٔ ‫ ْا ِإل‬َٚ َّٓ‫ َِب َخٍَ ْمذُ ا ٌْ ِج‬َٚ
: ‫َْ (اٌزسيبد‬ُْٚ ‫س إِالَّ ٌِيَ ْعجُذ‬
Al-
5. Anasiy
Furqan : 49
‫َخهَ ْقَُب‬ ‫َُّ ِي ًَّب‬ِٛ‫ََُٔ ْغق‬ 1 )65
‫ْشً ا‬ِٛ‫ َكث‬َّٙ ‫َبع‬ ِ ََ‫أَ َْ َعب ًيب َٔأ‬
ٙ‫َٔا ْش َش ِثج‬ ٙ‫فَ ُك ِه‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan
‫ًُب فَئِ َّيب‬ْٛ ‫َع‬ ٘ ِّ‫َٔقَش‬ manusia melainkan supaya mereka
Maryam : ‫َش أَ َحذًا‬ ِ ‫ٍَِّ يٍَِ ْانجَش‬ٚ‫ر ََش‬
6. Insiy
26 ‫د‬ ُ ْ‫ ََ َزس‬ْٙ َِِ‫ إ‬ِٙ‫فَقُْٕ ن‬ 1 menyembah-Ku”.
ٍَْ‫صْٕ ًيب فَه‬ َ ٍِ ً ْ‫نِهشَّح‬
‫ًّب‬ٛ‫َْٕ َو إِ َْ ِغ‬ٛ‫أَ َكهَّ َى ْان‬
J u m l a h 331
Sedangkan makna jinak relevan
Secara morfologis, asal kata al- dengan makna kejiwaan seperti
insan ini diperselisihkan. Segolongan keramahan, kesenangan dan
ahli bahasa Arab berpendapat, bahwa pengetahuan. Hal ini terlihat dari kata
kata al-insan berasal dari kata nasiya- kerja yang terbentuk anisa-ya‟nisu,
yansa yang berarti lupa. Alasan yang anusa-ya‟nusu, anasa-yanisu yang
dipergunakan, karena bentuk tashgir berarti ramah, suka; kata anasa yu‟nisu
dari kata insan adalah unaisiyan yang yang berarti menjadi jinak, meraswa
dapat diartikan bahwa manusia telah sesuatu, melihat, mendengar dan
melupakan janjinya pada Tuhan. Hal ini mengetahui.
bersandar pada perkataan Ibn ‘Abbas. Jika dilihat dari bentuknya, kata
Pendapat lain menyatakan bahwa insan berpola fi‟lan, pola tak beraturan
asal kata al-insan adalah insiyan yang (suma‟iy) yang serarti dengan pola
berakar kata ins yang berarti sesuatu fa‟alan, pola yang beraturan (qiyasy)
yang tampak dan jinak. Pendapat ini dan mengandung konotasi intensitas.
menolak pendapat pertama dengan Apabila pengertian ini dikaitkan
mengatakan huruf ya yang terdapat dengan makna etimologinya, maka
dalam kata unaisiyan merupakan dapat dikatakan bahwa kata insan
tambahan, seperti halnya huruf ya mengandung konsep manusia sebagai
dalam kata ruwaijil yang merupakan makhluk yang memiliki keramahan dan
tasghir dari kata rajul. Pendapat lain kemampuan mengetahui yang sangat
mengatakan bahwa asal kata insan tinggi, atau dalam ungkapan lain,
adalah nasa-yanusu yang bermakna manusia merupakan makhluk kultural
‘bergoncang’. dan sosial.

744
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi 2012, Vol. V, No.1: 743 - 755

Konsep manusia sebagai Maha Mengetahui lagi Maha


makhluk kultural terlihat dalam Mengenal”.
pernyataan al-Qur’an bahwa manusia
dilengkapi dengan sarana pengetahuan ُِ ‫ اإل ْث‬َٝ ٍَ‫ا ع‬ْٛ َُٔٚ ‫الَ رَ َعب‬َٚ َٜٛ ‫اٌزَّ ْم‬َٚ ‫ ا ٌْجِ ِّش‬َٝ ٍَ‫ا ع‬ْٛ َُٔٚ ‫رَ َعب‬َٚ
berupa pendengaran, penglihatan, dan : ‫ة (اٌّبئذح‬ ِ ‫ش ِذ ْي ُذ اٌ ِعمَب‬َ َ‫ا هللاَ إَّْ هللا‬ْٛ ُ‫ارَّم‬َٚ ِْ ‫ا‬َٚ ‫ا ٌْ ُع ْذ‬َٚ
budi sehingga mereka dapat )1
memperoleh pengetahuan meskipun
dilahirkan dalam keadaan tidak tahu “… Dan tolong menolonglah kamu
sama sekali seperti dikemukakan dalam dalam (mengerjakan) kebajikan dan
Q.S. an-Nahl : 78. takwa, dan jangan tolong menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
َ َْْٛ ُّ ٍَ‫ب ِر ُى ُْ الَ رَ ْع‬َٙ َِّ ُ‫ ِْ أ‬ْٛ ُ‫هللاُ اَ ْخ َش َج ُى ُْ ِِْٓ ثُط‬َٚ
‫ش ْيئًب‬ Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
ْ َ‫األ ْفئِ َذحَ ٌَ َعٍَّ ُى ُْ ر‬َٚ ‫صب َس‬
َْْٚ ‫ش ُى ُش‬ َّ ٌ‫ َج َع ًَ ٌَ ُى ُُ ا‬َٚ
َ ‫األ ْث‬َٚ ‫س ّْ َع‬ sesungguhnya Allah amat berat siksa-
)87 : ً‫(إٌح‬ Nya”.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak ِ‫ا إالَّ ثِ َح ْج ًِ َِِّٓ هللا‬ْٛ ُ‫اٌزٌَّخُ أيَْٓ َِب ثُمِف‬ ِّ ُُ ِٙ ‫ض ِشثَذْ َعٍَ ْي‬ ُ
mengetahui sesuatu apapun, dan Dia ْ‫ض ِشثَذ‬ ٚ ‫هللا‬ ِ
ُ َ ِ َٓ ِ ٍ َ ِ ُ َ َ ِ‫ت‬ ‫ض‬ َ
‫غ‬ ‫ث‬ ٚ ‫ء‬ ‫آ‬ ‫ث‬ٚ ‫س‬ ‫ب‬َّ ٌٕ‫ا‬ َٓ ِ ِ ْ َ َٚ
ِ ً ‫ج‬ ‫ح‬
memberi kamu pendengaran, ِ‫د هللا‬ َ ُ
ِ ‫َْ ثِئَبيَب‬ْٚ ‫ا يَ ْىفُ ُش‬ْٛ ُٔ‫ ُْ َوب‬ُٙ َّٔ‫س َىَٕخ رٌِ َه ثِؤ‬ ْ َّ ٌْ ‫ ُُ ا‬ِٙ ‫َعٍَ ْي‬
penglihatan dan hati, agar kamu ‫ا‬ْٛ ُٔ‫ َوب‬َٚ ‫ا‬ْٛ ‫ص‬ َ ‫ع‬َ ‫ب‬ّ ‫ث‬
َِ ِ َ‫ه‬ ٌ‫ر‬َ ‫ك‬ٍّ ‫ح‬ ‫ش‬ ‫ي‬‫غ‬ُ
َ ِ ْ ِ َ َِ ‫ث‬ ‫ء‬ ‫ب‬‫ي‬ ‫ج‬ ْ
ٔ ‫األ‬ َْْٛ ٌٍُ‫يَ ْمز‬َٚ
bersyukur.” )331 : ْ‫َْ (اٌعّشا‬ُْٚ ‫يَ ْعزَذ‬

Sedangkan konsep manusia “Mereka diliputi kehinaan di mana saja


sebagai makhluk sosial ini dipertegas mereka berada, kecuali jika mereka
dengan beberapa pernyataan al-Qur’an berpegang kepada tali (agama) Allah
yang menegaskan tentang kejadian dan tali (perjanjian) dengan manusia,
manusia dalam berbagai suku dan dan mereka kembali mendapat
bangsa dan dimaksudkan agar mereka kemurkaan dari Allah dan mereka
membentuk pergaulan hidup bersama diliputi kerendahan. Yang demikian itu
(QS. al-Hujurat :13), saling membantu karena mereka kafir kepada ayat-ayat
dalam kebaikan (QS. al-Maidah : 2), Allah dan membunuh para nabi tanpa
dan penegasan al-Qur’an tentang alasan yang benar. Yang demikian itu
kebahagiaan manusia yang terkait disebabkan mereka durhaka dan
dengan hubungan manusia dengan melampaui batas”.
sesamanya (QS. Ali Imran : 112). Ayat-
b) al-Basyar
ayat tersebut adalah:
Dalam al-Qur’an, untuk makna
ُْ ‫ َج َع ٍَْٕب ُو‬َٚ َٝ‫أُ ْٔث‬َّٚ ‫بس إَّٔب َخٍَ ْمَٕب ُو ُْ ِِّْٓ َر َو ٍش‬ ُ ٌَّٕ‫ب ا‬َٙ ‫يَبأَ ُّي‬ manusia selain kata al-insan
ُ َ ‫لَجَآئِ ًَ ٌِزَ َع‬َٚ ‫ثًب‬ْٛ ‫ش ُع‬
َّْ‫ا إَّْ أ ْو َش َِ ُى ُْ ِع ْٕ َذ هللاِ أ ْرمَب ُو ُْ إ‬ْٛ ‫بسف‬ ُ dipergunakan kata basyar. Al-Basyar
)31 : ‫هللاَ َعٍِ ْي ٌُ َخ ِج ْي ٌش (اٌحجشاد‬ berasal dari huruf ba, syin dan ra yang
berarti nampaknya sesuatu dengan baik
“Hai manusia, sesungguhnya Kami dan indah. Dari makna tersebut
menciptakan kamu dari seorang laki- terbentuk kata karja basyara yang
laki dan seorang perempuan dan berarti gembira, menggembirakan,
menjadikan kamu berbangsa-bangsa memperhatikan dan mengurus sesuatu.
dan bersuku-suku supaya kamu saling Dalam al-Qur’an, kata-kata yang
mengenal. Sesungguhnya orang yang berakar huruf b – sy - r digunakan
paling mulia di antara kamu di sisi sebanyak 123 kali, yang pada umumnya
Allah ialah orang yang paling bertakwa bermakna kegembiraan, 37 kali
di antara kamu. Sesungguhnya Allah bermakna manusia, dan dua kali dalam

745
Hakikat Manusia Menurut Islam (Isop Syafe'i)

arti hubungan seksual. Menurut al- Pendapat para ulama beragam dalam
Raghib, kata basyar adalah jamak dari merumumuskan makna ibadat secara
kata basyarat yang berarti kulit. istilah. Ibnu Karsir memberikan definisi
Manusia disebut basyar karena kulit ibadat dengan menunjuk sifatnya sebagai
manusia tampak berbeda dengan kulit perbuatan yang menghimpun rasa
makhluk lainnya. Kata ini dalam al- kecintaan, penyerahan diri yang sempurna
Qur’an secara khusus merujuk kepada dari seorang hamba kepada Tuhan dan rasa
tubuh dan bentuk lahiriah manusia. khawatir yang mendalam terhadap
Bertolak dari pendapat di atas, penolakan Tuhan. Rasyid Ridha
maka dapat disimpulkan bahwa istilah mengemukakan bahwa ibadat adalah
basyar menunjukan makna manusia kesadaran jiwa akan keagungan yang tidak
pada aspek hakikatnya sebagai pribadi diketahui sumbernya. Kekuatan, hakikat
yang kongkrit, dengan menekankan dan wujud sumber tersebut tak terjangkau
aspek lahiriah manusia oleh manusia. Senada dengan pendapat ini
Muhamad Syaltout mengemukakan
c) Banu Adam dan Zurriyat Adam.
pengertian yang sama bahwa ibadat adalah
Istilah banu adam dan zuriyat kesadaran akan adanya kekuasaan yang tak
adam merujuk kepada pengertian terbatas. Oleh karenanya tanpa kesadaran
manusia karena adanya kaitan dengan tersebut ibadat tidak akan terwujud.
nama Adam yang memberi kesan Dari beberapa pengertian di atas,
historis dalam konsep manusia, bahwa dapat diambil kesimpulan bahwa kata „abd
manusia berasal dari satu sumber dan mengandung pengertian ibadah dalam
satu darah, walaupun mereka tersebar makna penyerahan diri manusia pada
dalam berbagai warna kulit, ras dan hukum-hukum Allah swt. yang
bangsa. menciptakannya. Dengan kata „abd, Allah
Kedudukan dan Tugas Manusia swt. ingin menunjukkan salah satu
kedudukan manusia sebagai hamba Allah
Kedudukan manusia menurut Islam yang mengemban tugas-tugas peribadahan.
terbagi pada dua, yaitu sebagai ‘abullah Sedangkan mengenai kedudukan
dan khalifah. Al-Qur’an telah menjelaskan manusia sebagai khalifah dapat kita
eksistensi manusia sebagai ‘abd atau temukan dalam QS. al-Fatir : 39 yang
hamba Allah ini dalam klausa liya‟ buduni berbunyi:
Q.S. al-Zariyat 56 yang berbunyi :
ِ ْ‫ األس‬ِٙ‫َْ َٕ انَّ ِزْ٘ َج َعهَ ُك ْى َخالَ ئِفَ ف‬
)93 : ‫ض (فبطش‬
َ ْٔ ‫ ْا ِإل‬َٚ َّٓ‫ َِب َخٍَ ْمذُ ا ٌْ ِج‬َٚ
)65 : ‫َْ (اٌزسيبد‬ُْٚ ‫س إِالَّ ٌِيَ ْعجُذ‬
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan khalifah di muka bumi…”.
manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”. Ayat tersebut memberikan penegasan
terhadap informasi yang terkandung dalam
Kata abd sendiri dalam Al-Qur’an ayat-ayat sebelumnya. Kalau ayat
pertamakali ditemukan dalam Q.S. al-Alaq sebelumnya menjelaskan bahwa Allah swt
: 10, kemudian dalam bentuk kata kerja mengetahui apa yang tidak terlihat oleh
ditemukan dalam QS. al-Fatihah : 5. Dari manusia, maka ayat ini menjelaskan Allah
dua penggunaan kata ‘abd tersebut, terlihat yang menjadikan manusia sebagai khalifah
bahwa konsep yang terkandung meliputi fi al-ardh.
dua aspek, yaitu subjek yang menyembah Pengertian khalifah jika dilihat dari
yaitu manusia dan objek yang disembah. akar katanya berasal dari kata khalafa,
yang berarti menggantikan tempat

746
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi 2012, Vol. V, No.1: 743 - 755

seseorang sepeninggalnya, karena itu “Mengapa Engkau hendak menjadikan


khalif atau khalifah berarti seorang (khalifah) di bumi itu orang yang akan
pengganti. Dengan inilah kata khulufa dan membuat kerusakan padanya dan
khalaif sebagai bentuk jamak dari kata menumpahkan darah, padahal kami
khalifah telah digunakan dalam al-Qur’an. senantiasa bertasbih dengan memuji
Dalam kaitannya dengan kedudukan Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
manusia sebagai khalifah fi al-ardh berfirman: “Sesungguhnya Aku
menurut Ensiklopedi Islam, bahwa mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
khalifah itu berarti wakil, pengganti atau
duta Tuhan di muka bumi; pengganti nabi Jika melihat bagaimana hubungan
Muhammad saw dalam fungsinya sebagai manusia dengan Allah swt seperti
kepala pemerintahan, bahkan lebih jauh digambarkan surat al-Baqarah 30 di atas,
khalifatu fi al-ardh digambarkan sebagai antara yang Mencipta dan yang dicipta,
kedudukan yang kudus, yaitu zill al-Allah jelas bahwa penunjukan istilah khalifah
fi al-ardh (bayang-bayang Allah di lebih cenderung pada makna pengganti
permukaan bumi). Allah. Dalam pengertian bahwa manusia
Evidensi semua pengertian di atas, mempunyai beban normatif untuk
mengisyaratkan hal yang sama bahwa kata menuruti apa yang dikehendaki oleh Allah
khalifah bermakna seseorang yang swt.
menggantikan yang lainnya, hanya saja di Dari pernyataan-pernyataan di atas,
sini terdapat perbedaan yang cukup tajam dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
tentang siapa yang digantikannya. Dalam khalifah sebagai duta atau wakil Tuhan di
hal ini Shalih Abdullah mengklasifikasikan muka bumi merujuk pada pengertian
kepada tiga pendapat. Pertama, pendapat individual yang dapat dimiliki oleh setiap
yang mengatakan bahwa manusia umat manusia. Semua manusia berhak
merupakan spesies yang menggantikan mendapat predikat yang sama, hanya saja
spesies lain yang pernah lebih dahulu kualifikasi ke-khalifah-annya akan
hidup di bumi. Kedua, pendapat yang ditunjukkan oleh sejauh mana hasil
menyatakan bahwa istilah khalifah dipakai optimalisasi potensi kemanusiaan manusia
untuk merujuk kepada kelompok manusia tersebut.
yang menggantikan kelompok manusia Pada tahap struktural, al-Qur’an
yang lain. Ketiga, pendapat yang menyebut manusia sebagai nafs, dari ego,
menyatakan bahwa khalifah bukanlah ke-Aku-an yang terbentuk dari unsur jasad,
sekedar menunjuk pengertian seorang hayat dan ruh. Sedangkan dalam tahap
mengganti atau mengikuti yang lain, fungsional menurut As’arie, al-Qur’an
namun lebih jauh adalah pengganti Allah. menyebut manusia sebagai „abd dan
Memahami perbedaan pendapat di dengan khalifah. Maka esensi manusia
atas, dibawah ini dikemukakan gambaran sebagai „abd Allah, adalah ketaatan,
al-Qur’an. ketundukan dan kepatuhan kepada Sang
Pencipta. Sedangkan khalifah esensinya
‫ا‬ْٛ ٌُ‫ض َخٍِ ْيفَخً لَب‬ ْ ‫إِ ْر لَب َي َسثُّ َه ٌِ ٍْ َّالَئِ َى ِخ إِٔي َجب ِع ًٌ فِي‬َٚ
ِ ‫األس‬ adalah kebebasan dan kreatifitas dalam
‫سجِّ ُح‬ ُ َ
َ ٔ ُٓ‫ٔ ْح‬َٚ ‫سفِ ُه اٌ ِّذ َِآ َء‬ ِ ‫ب َِْٓ يُ ْف‬َٙ ‫أَر َْج َع ًُ فِ ْي‬
ْ ُ‫ي‬َٚ ‫ب‬َٙ ‫س ُذ فِ ْي‬ upaya pembentukan kebudayaan, yang
: ‫َْ (اٌجمشح‬ْٛ ُّ ٍَ‫ِّس ٌَ َه لَب َي إِٔي أ ْعٍَ ُُ َِبالَ رَ ْع‬ ُ ‫ُٔمَذ‬َٚ ‫ثِ َح ّْ ِذ َن‬ dalam konteks antropologi merupakan
)13 suatu proses perwujudan eksistensi
manusia.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman Kehadiran konsep khalifah, dalam
kepada para malaikat: “Sesungguhnya hal ini tidak lantas dipertentangkan dengan
Aku hendak menjadikan seorang khalifah konsep ‘abd, sebab keduanya berada dalam
di muka bumi”. Mereka berkata: mainstream pemikiran yang sama.

747
Hakikat Manusia Menurut Islam (Isop Syafe'i)

Menarik interpretasi Tobroni dan Samsul “Maka hadapkanlah wajahmu dengan


Arifin, fungsi manusia sebagai „abd, lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
khalifah dalam konteks lebih makro, atau atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
minimal dalam paradigma tauhid, manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
keduanya tidak dipandang sebagai perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
kesatuan terpisah, tapi memerlukan agama yang lurus; tetapi kebanyakan
hubungan dialektik yang akan manusia tidak mengetahui”.
mengantarkan manusia kepada puncak
eksistensi kemanusiaannya. Sedangkan pengertian fitrah yang
Dua tugas pokok di atas, haruslah berarti kesucian, terdapat dalam hadits
merupakan paduan interaktif dan dialektis yang menyebutkan semua bayi terlahir
yang saling mempengaruhi dan saling dalam keadaan fitrah, dalam keadaan suci
mendukung, sehingga tercipta pribadi yang dan oleh kedua orang tuanya dijadikan
utuh dan sempurna dalam sebagai pemeluk Kristen, Yahudi dan
mengaktualisasikan nilai-nilai dalam Nasrani. Sementara fitrah dengan arti asal
kerangka trilogi hubungan harmonis- kejadian bersinonim dengan kata „ibda dan
dinamis, antara manusia dengan Tuhannya, khalq. Fitrah manusia dalam asal
antara manusia dengan masyarakat, dan kejadiannya sebagaimana diciptakan Allah,
lingkungan alam sekitarnya. Jika hal menurut ajaran Islam adalah bebas dari
tersebut dilakukan, maka substansi noda dan dosa seperti bayi yang baru lahir
kedudukan manusia sebagai khalifah dan dari perut ibunya.
„abdullah dengan sendirinya akan Fitrah dalam arti asal kejadian ini
terjelaskan. juga dihubungkan dengan pernyataan
seluruh manusia sewaktu di alam barzah
Potensi Manusia
yang mengakui ketuhanan, atau menurut
Secara kategorikal, potensi yang Erich Fromm yang dikutif oleh Dawam
dimiliki manusia terdiri dari dua bagian. Rahardjo, bahwa setelah manusia
Bagian pertama, potensi yang inhern diciptakan, manusia mengadakan
secara langsung dalam diri manusia, yaitu ‘kesepakatan’ dengan Tuhan (primordial
fitrah, kesatuan ruh dan jasad, covenant), dengan bahasa ilmiah-
kemampuan berkehendak dan potensi akal. empirisnya, kecenderungan asli atau fitrah
Bagian kedua, perlengkapan yang manusia adalah menyembah Tuhan
mendukung potensi pertama di atas, yaitu (beragama). Ketika manusia mencari
alam semesta dan petunjuk hidup berupa makna hidup, maka kecenderungan mereka
agama. adalah menemukan Tuhan Yang Maha
Pertama, karakteristik manusia Esa, hal ini mendapat justifikasi al-Qur’an
dalam al-Qur’an adalah fitrah. Kata fitrah dalam surat al-‘Araf ayat 172 yang
dalam istilah Arab berarti berasal kejadian, berbunyi:
kesucian dan agama yang benar. Fitrah
dengan arti agama yang benar atau agama ُْ ُ٘ ‫ َذ‬َٙ ‫ش‬ َ ‫إِ ْر‬َٚ
ْ ‫أ‬َٚ ُْ ُٙ َ‫ ِس ِ٘ ُْ ُر ِسيَّز‬ْٛ ُٙ ُ‫أخ َز َسثُّهَ ِِْٓ ثَِٕ ْي آ َد ََ ِِْٓ ظ‬
Allah adalah arti yang dihubungkan ‫ا‬ْٛ ٌُْٛ ُ‫ ْذَٔب أْْ رَم‬ِٙ ‫ش‬ َ ٍََٝ‫ا ث‬ْٛ ٌُ‫ ُْ أٌََسْذُ ِث َشثِّ ُى ُْ لَب‬ِٙ ‫س‬ ِ ُ‫ أ ْٔف‬َٝ ٍَ‫ع‬
dengan al-Qur’an dalam QS. al-Rum: 30 َ َ
)381 : ‫ ََ ا ٌْمِيَب َِ ِخ إٔب ُوٕب عَْٓ َ٘زا غبفٍِِ ْيَٓ (األعشاف‬ْٛ َ‫ي‬
َّ َّ
yang berbunyi:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
َ ٌَّٕ‫هَ ٌٍِ ِّذ ْي ِٓ َحِٕ ْيفًب فِ ْط َشحَ هللاِ اٌَّزِ ْي فَطَ َش ا‬َٙ ‫ ْج‬َٚ ُْ ِ‫فَؤل‬
‫ب‬َٙ ‫بس َعٍَ ْي‬ mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
َ‫س ال‬ ِ ‫ٌَ ِىَّٓ أَ ْوثَ َش إٌَّب‬َٚ ُُ ِّ‫ك هللاِ َرٌِهَ اٌ ِّذيُْٓ ا ٌْمَي‬ِ ٍْ ‫الَ رَ ْج ِذ ْي ًَ ٌِ َخ‬ dari sulbi mereka dan Allah mengambil
)13 : َٚ‫َْ (اٌش‬ْٛ ُّ ٍ‫يَ ْع‬ َ kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul

748
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi 2012, Vol. V, No.1: 743 - 755

(Engkau Tuhan kami), kami menjadi sebagai pusat kemunculan kebutuhan-


saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) kebutuhan kepuasan semata, seperti
agar di hari kiamat kamu tidak kebutuhan biologis akan minum, makan,
mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani dan kebutuhan seksual.
Adam) adalah orang-orang yang lengah Karena esensinya seperti itu, jasad
terhadap ini (keesaan Tuhan)”. kadang dipandang rendah, padahal dalam
Islam menurut Fattah Jalal, tubuh
Dari beberapa pengertian fitrah di merupakan tabiat manusia yang harus
atas, menurut penulis ketiga-tiganya diperhatikan, karena tubuh atau jasad dapat
tidaklah berbeda, fitrah dalam pengertian membantu seseorang dalam menjalankan
umum selain ia terbebas dari noda dan tugas kemanusiaannya.
dosa karena faktor warisan yang berbeda Sedangkan ruh, secara harfiah berarti
dengan konsep antropologi Kristen yang angin, nafs, merupakan hakikat diri
didasarkan atas konsep dosa waris, fitrah manusia yang dengannya manusia dapat
dipahami sebagai potensi bercorak hidup dan mengetahui segala sesuatu. Ruh
keagamaan yang menyebabkan manusia berarti juga zat murni yang hidup. Menurut
mempunyai kecenderungan kuat terhadap Syafi’i Ma’arif, karena ruh inilah manusia
kebaikan (hanif). memiliki kemampuan penalaran, intuisi,
Menurut Ibn Taimiyah, pengertian kebijakan dan kecerdasan.
fitrah tidak hanya terbatas pada makna Dari pernyataan di atas, terakumulasi
tersebut saja, lebih jauh bahwa potensi bahwa manusia bukanlah sekedar makhluk
fitrah tidak terbatas pada potensi yang berdaging dengan kebutuhan ragawinya
bersifat keagamaan semata, tetapi juga ataupun makhluk spiritual semata, tapi
mengandung tiga daya kekuatan, yaitu manusia merupakan makhluk hasil
daya intelek (quwwah al-aql), yaitu potensi perpaduan interaksi ruh dan jasad.
dasar yang dimiliki manusia untuk Keterpaduan keduanya akan menunjukkan
membedakan mana yang baik dan mana manusia yang sesungguhnya. Hakikat
yang buruk, daya ofensif (kuwwah al- manusia dalam konteks ini adalah adanya
sahwah), yaitu potensi dasar yang dimiliki interaksi seimbang antara ruh dan jasad
manusia untuk menginduksi objek-objek dalam menciptakan kehidupan. Ia tidak
yang menyenangkan dan bermanfaat, daya bebas menyantuni kebutuhan biologisnya,
defensif (quwwah al-gadhab), yaitu potensi karena ia bukanlah binatang, dan ia pun
dasar yang dapat menghindarkan manusia tidak bebas menyantuni kebutuhan
dari segala perbuatan yang membahayakan rohaninya, karena ia bukanlah malaikat.
bagi dirinya. Tapi karena model dan pola keseimbangan
Karena fitrah merupakan potensi itulah, substansi manusia menjadi terwujud.
dasar perkembangan manusia yang dibawa Ketiga, yang membedakan manusia
sejak lahir dan merupakan pusat dasar dengan makhluk lainnya adalah
dalam bertindak, yang berkembang secara kemampuan berkehendak (free well) dalam
menyeluruh dan bersifat dinamis-responsif menentukan prilaku kehidupannya. Hal ini
terhadap lingkungan, menyebabkan potensi didasarkan pada surat al-Kahfi ayat 29
fitrah memegang posisi sentral dalam yang berbunyi:
pengembangan kualitas manusia di masa
depan. ‫ َِْٓ شَآ َء فَ ٍْيَ ْىفُ ْش‬َٚ ِِْٓ ْ‫ك ِِْٓ َسثِّ ُى ُْ فَ َّْٓ شَآ َء فَ ٍْيُؤ‬
ُّ ‫لُ ًِ ا ٌْ َح‬َٚ
Kedua, karakteristik manusia dalam )12 : ‫ف‬ٙ‫(اٌى‬
al-Qur’an adalah jasad dan ruh dalam
manusia. Jasad atau al-Jism merupakan “Dan katakanlah: “Kebenaran itu
bagian raga atau badan manusia yang datangnya dari Tuhanmu; maka
berasal dari tanah. Sering dipandang barangsiapa yang ingin (beriman)

749
Hakikat Manusia Menurut Islam (Isop Syafe'i)

hendaklah ia beriman, dan barangsiapa peranan akal. Adalah suatu ideologi di


yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. kalangan ilmuwan yang menyatakan
bahwa seluruh bangunan dari ilmu
Ayat di atas menegaskan bahwa pengetahuan manusia merupakan produk
manusia memiliki kesadaran berkehendak dari aktivitas akal. Dengan dilengkapi oleh
untuk menerima atau menolak tentang refleksi ayat-ayat Tuhan, akal merupakan
keimanannya kepada Allah swt. Manusia sebuah alat yang tepat untuk memahami
mempunyai kehendak bebas dan pengetahuan, menemukan formula baru
membuatnya mampu melakukan seleksi dari sebuah pengetahuan dalam bentuk
terhadapelemen-elemen yang bakal wahyu verbal maupun non verbal.
berinteraksi dengan fitrah-nya. Sebagai khalifah dan „abdullah,
Keempat, karakteristik manusia manusia dituntut sebaik-baiknya untuk
adalah akal. Di dalam al-Qur’an, banyak mempergunakan akal secara proporsional
ayat yang menerangkan fungsi akal dan dan profesional sehingga secara otomatis
dorongan untuk menggunakan akal sebagai membedakan dirinya dengan makhluk
alat untuk mengetahui dan bertindak. Amr yang lainnya.
seperti itu seringkali dinyatakan dalam Empat atribut dan karakter yang
lafadz „aqala, faqiha, dabbara, tafakkara, telah dijelaskan di atas, sebagai potensi
dan tadzakkara. Kata „aql yang dalam al- manusia sebagai khalifah dan „abdullah
Qur’an tidak pernah muncul sebagai kata pada koneks yang lebih makro dipandang
benda abstrak (mashdar) sama sekali, sebagai ciri khas, atribut atau perangkat
secara bahasa berarti mengikat (seperti yang apabila fungsinya dioptimalisasikan
„iqal yang berarti ikat kepala). Akal akan mencapai kualitas manusia yang
berfungsi sebagai pengikat atau integrator sempurna.
ketiga kesadaran yang ada dalam diri
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
manusia yaitu kognitif, afektif, konatif dan
menghubungkannya dengan qalb. „Aql Tidak diragukan lagi bahwa tujuan
merupakan fungsi qalb seperti dijelaskan utama Islam adalah menegakkan suatu
dalam QS. Al-Hujarat ayat 7: tatanan masyarakat yang adil yang
berdasarkan etika. Apakah individu yang
َِِٓ ‫ يُ ِط ْي ُع ُى ُْ فِي َوثِ ْي ٍش‬ْٛ ٌَ ِ‫ َي هللا‬ْٛ ‫س‬ ُ ‫ا أََّْ فِ ْي ُى ُْ َس‬ْٛ ُّ ٍَ‫ا ْع‬َٚ lebih penting dalam masyarakat adalah
‫ َصيََُّٕٗ فِ ْي‬َٚ َْ‫ٌَ ِىَّٓ هللاَ َحجَّ َت إٌَ ْي ُى ُُ اإل ْي َّب‬َٚ ُْ ُّ‫األَ ِْ ِش ٌَ َعِٕز‬ instrumen yang diperlukan di dalam
ُُ ُ٘ َ‫ٌَئِه‬ْٚ ُ‫صيَبَْ أ‬
ْ ‫ا ٌْ ِع‬َٚ ‫ق‬ َ ْٛ ‫س‬ُ ُ‫ا ٌْف‬َٚ ‫ َو َّشَٖ إٌَ ْي ُى ُْ ا ٌْ ُى ْف َش‬َٚ ُْ ‫ثِ ُى‬ْٛ ٍُُ‫ل‬ penciptaannya atau sebaliknya, hal tersebut
)8: ‫َْ (اٌحجشاد‬ُْٚ ‫شذ‬ ِ ‫اٌ َّشا‬ merupakan permasalahan akademis, karena
tampaknya individu dan masyarakat tidak
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di dapat dipisahkan. Tidak ada manusia
kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia sebagai individu tanpa adanya masyarakat.
menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa Oleh karenanya, menurut Fazlur Rahman,
urusan benar-benarkah kamu akan konsep amal perbuatan manusia yang
mendapat kesusahan tetapi Allah ditawarkan al-Qur’an, senantiasa dan
menjadikan kamu cinta kepada keimanan hanya berarti di dalam sebuah konteks
dan menjadikan iman itu indah dalam sosial. Disinilah manusia dipertemukan
hatimu serta menjadikan kamu benci pada dua sisi kesadaran. Pertama,
kepada kekafiran, kefasikan, dan kesadaran pada keberadaan (eksistensi)
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang dari sendiri sebagai suatu diri
yang mengikuti jalan yang lurus”. (individualitas), dan Kedua, kesadaran
pada keberadaan (eksistensi) bersama
Dalam tatanan kehidupan, tidak kita orang lain atau kebersamaan (sosialitas).
sangsikan lagi bagaimana besarnya Kedua kesadaran tersebut merupakan dua

750
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi 2012, Vol. V, No.1: 743 - 755

aspek yang berpadu sebagai suatu “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
kesatuan, ibarat dua sisi mata uang, yang ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
dapat dibedakan tetapi tak dapat sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu
dipisahkan. Aspek yang satu menunjang pendengaran, penglihatan dan hati, agar
yang lain dan sebaliknya, yang kamu bersyukur.”
memungkinkan manusia hidup secara
manusiawi. Sedangkan konsep manusia sebagai
Kesadaran individualitas makhluk sosial ini dipertegas dengan
menekankan manusia sebagai individu beberapa pernyataan al-Qur’an yang
yang otonom dalam mengantarkannya menegaskan tentang kejadian manusia
menjadi manusia yang beriman. Akan dalam berbagai suku dan bangsa dan
tetapi sulit dibantah bahwa dalam otonomi dimaksudkan agar mereka membentuk
individu tidak memerlukan individu yang pergaulan hidup bersama (QS. al-Hujurat
lain. Dalam keterhubungan (korelasi dan :13), saling membantu dalam kebaikan
komunikasi), setiap individu di satu pihak (QS. al-Maidah : 2), dan penegasan al-
menjadi semakin otonom, sedang di pihak Qur’an tentang kebahagiaan manusia yang
lain mewujudkan penerimaan dan terkait dengan hubungan manusia dengan
penghargaan atas otonomi individu yang sesamanya (QS. Ali Imran : 112). Ayat-
lain. Dalam hubungan itu manusia ayat tersebut adalah:
menjalankan hakikat sosialitasnya, yang
hanya mungkin terwujud apabila ada orang ‫ثًب‬ْٛ ‫ش ُع‬ ُ ُْ ‫ َج َع ٍَْٕب ُو‬َٚ َٝ‫أُ ْٔث‬َّٚ ‫بس إَّٔب َخٍَ ْمَٕب ُو ُْ ِِّْٓ َر َو ٍش‬
ُ ٌَّٕ‫ب ا‬َٙ ُّ‫يَبأَي‬
lain. َ ْ ُ
ٌُ ‫ا إَّْ أو َش َِ ُى ُْ ِعٕ َذ هللاِ أ ْرمب ُو ُْ إَّْ هللاَ َعٍِ ْي‬ْٛ ‫لَجَآئِ ًَ ٌِزَ َعب َسف‬َٚ
ْ
Untuk memahami konsep manusia )31 : ‫َخجِ ْي ٌش (اٌحجشاد‬
sebagai makhluk sosial dalam perspektif
Islam, terdapat dua konsep dasar manusia “Hai manusia, sesungguhnya Kami
berkenaan dengan hakikat sosialitasnya. menciptakan kamu dari seorang laki-laki
Pertama, istilah insan jika dibandingkan dan seorang perempuan dan menjadikan
dengan istilah lain yang menunjukkan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
makna manusia (seperti basyar, banu supaya kamu saling mengenal.
adam dan zurriyat adam), mengandung Sesungguhnya orang yang paling mulia di
makna konsep manusia sebagai makhluk antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
yang memiliki sifat keramahan dan paling bertakwa di antara kamu.
kemampuan mengetahui yang sangat Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
tinggi, yang dengannya dapat dipahami lagi Maha Mengenal”.
sebagai makhluk kultural dan sosial.
Konsep manusia sebagai makhluk ُِ ‫ اإل ْث‬َٝ ٍَ‫ا ع‬ْٛ ُٔٚ‫ب‬
َ ‫الَ رَ َع‬َٚ َٜٛ ‫اٌزَّ ْم‬َٚ ‫ ا ٌْجِ ِّش‬َٝ ٍَ‫ا ع‬ْٛ َُٔٚ ‫رَ َعب‬َٚ
kultural terlihat dalam pernyataan al- )1 : ‫ة (اٌّبئذح‬ َ َ‫ا هللاَ إَّْ هللا‬ْٛ ُ‫ارَّم‬َٚ ِْ ‫ا‬َٚ ‫ا ٌْ ُع ْذ‬َٚ
ِ ‫ش ِذ ْي ُذ اٌ ِعمَب‬
Qur’an bahwa manusia dilengkapi dengan “… Dan tolong menolonglah kamu dalam
sarana pengetahuan pendengaran, (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
penglihatan, dan budi sehingga mereka jangan tolong menolong dalam berbuat
dapat memperoleh pengetahuan meskipun dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
dilahirkan dalam keadaan tidak tahu sama kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
sekali seperti dikemukakan oleh QS. an- amat berat siksa-Nya”.
Nahl : 78.
ًِ ‫ َح ْج‬َٚ ِ‫ا إالَّ ثِ َح ْج ًِ َِِّٓ هللا‬ْٛ ُ‫اٌزٌَّخُ أيَْٓ َِب ثُمِف‬ ِّ ُُ ِٙ ‫ض ِشثَذْ َعٍَ ْي‬ ُ
َ َْْٛ ُّ ٍَ‫برِ ُى ُْ الَ رَ ْع‬َٙ َِّ ُ‫ ِْ أ‬ْٛ ُ‫هللاُ اَ ْخ َش َج ُى ُْ ِِْٓ ثُط‬َٚ
ًَ ‫ َج َع‬َٚ ‫ش ْيئًب‬ َ
ُُ ِٙ ‫ض ِشثَذْ َعٍ ْي‬ ُ َٚ ِ‫ت َِِٓ هللا‬ ٍ ‫ض‬ َ
َ ‫ ثِغ‬ٚ‫ثَآ ُء‬َٚ ‫س‬ َّ
ِ ‫َِِٓ إٌب‬
: ً‫َْ (إٌح‬ْٚ ‫ش ُى ُش‬ ْ َ‫األ ْفئِ َذحَ ٌَ َعٍَّ ُى ُْ ر‬َٚ ‫صب َس‬ َ ‫األ ْث‬َٚ ‫س ّْ َع‬َّ ٌ‫ٌَ ُى ُُ ا‬ َْْٛ ٌٍُ‫يَ ْمز‬َٚ ِ‫د هللا‬ ِ ‫َْ ثِئَبيَب‬ْٚ ‫ا يَ ْىفُ ُش‬ْٛ ُٔ‫ ُْ َوب‬ُٙ َّٔ‫س َىَٕخُ َرٌِ َه ثِؤ‬ ْ َّ ٌْ ‫ا‬
)87 ُٚ ‫ذ‬ َ ‫ز‬‫ع‬ ‫ي‬
َْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ‫ا‬ ٛ ُ ٔ‫ب‬ َ
‫و‬ ٚ ‫ا‬ ٛ ‫َص‬ ‫ع‬ ‫ب‬ّ ‫ث‬ ‫ه‬َ ٌ‫ر‬َ
َ ِ ِ ٍّ َ ِ ْ ِ َ َ ِ‫األ ْٔج‬
‫ك‬ ‫ح‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ُ
‫غ‬ ‫ث‬ ‫ء‬ ‫ب‬‫ي‬
)331 : ْ‫(اٌعّشا‬

751
Hakikat Manusia Menurut Islam (Isop Syafe'i)

pengejawantahan tugas kemanusiaan di


“Mereka diliputi kehinaan di mana saja muka bumi.
mereka berada, kecuali jika mereka Kedua konsep dasar tersebut telah
berpegang kepada tali (agama) Allah dan meletakkan dasar yang kuat bahwa
tali (perjanjian) dengan manusia, dan pandangan tentang manusia menurut al-
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Qur’an bukan saja diposisikan sebagai
Allah dan mereka diliputi kerendahan. makhluk yang individualistik, tetapi juga
Yang demikian itu karena mereka kafir sebagai makhluk sosial. Oleh karenanya,
kepada ayat-ayat Allah dan membunuh secara rinci, al-Qur’an juga
para nabi tanpa alasan yang benar. Yang mengemukakan beberapa penegasan
demikian itu disebabkan mereka durhaka normatif mengenai bagaimana
dan melampaui batas”. mewujudkan kebersamaan (sosialitasnya)
sebagai bagian dari hakikat manusia, di
Kedua, Jika dibanding dengan fungsi antaranya adalah sebagai berikut:
manusia sebagai „abdullah, maka fungsi 1. Kewajiban berbuat baik, menghormati
manusia sebagai khalifah lebih dan menghargai orang lain,
menekankan peran manusia sebagai menyerukan kebaikan dan mencegah
makhluk sosial dalam kejahatan seperti dikemukakan dalam
menginternalisasikan tugas kebudayaan QS. An-Nisa : 36, Ali Imran : 104 dan
yang berciri kreatif pada kehidupannya, 110, at-Taubah : 71, yaitu:
agar selalu dapat menciptakan sesuatu
yang baru sesuai dengan kebutuhan ‫ ٍِ إِحْ َغبًَب َٔثِ ِز‬ْٚ ‫ئًب َٔثِ ْبن َٕانِ َذ‬ْٛ ‫َٔا ْعجُ ُذْٔ ا هللاَ َٔالَرُ ْش ِش ُكْٕ ا ثِ ِّ َش‬
perkembangan dan pertumbuhan ِ ‫بس ِرْٖ انقُشْ ثَٗ َٔ ْان َج‬
‫بس‬ ِ ‫ ٍِْ َٔ ْان َج‬ٛ‫َزَ ًَٗ َٔ ْان ًَ َغب ِك‬ٛ‫ْانقُشْ ثَٗ َٔ ْان‬
masyarakat. ‫ذ‬ ْ ‫ ِم َٔ َيب َيهَ َك‬ْٛ ِ‫ت َٔاث ٍِْ ان َّغج‬ ِ ُْ ‫ت ثِ ْبن َج‬ ِ ‫ت َٔانصَّب ِح‬ ِ ُُ‫ْان ُج‬
Tugas ini diemban manusia karena ‫ُ ِحتُّ َي ٍْ َكبٌَ ُي ْخزَبالً فَ ُخْٕ ًسا (انُغبء‬ٚ َ‫ ًَبَُ ُك ْى إِ ٌَّ هللاَ ال‬ْٚ َ‫أ‬
manusia dipandang mempunyai )93 :
kemampuan konseptual dengan watak “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
keharusan eksperimen berkesinambungan mempersekutukan-Nya dengan
sampai menunjukkan kemakmuran dan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kesejahteraan hidup di muka bumi. Dalam kepada dua orang ibu-bapak, karib-
hal ini, syahminan Zaini menyatakan kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
bahwa sebagai khalifah, manusia bertugas miskin, tetangga yang dekat dan
mensyukuri segala nikmat itu sesuai tetangga yang jauh, teman sejawat,
dengan kehendak Sang Pemberi Nikmat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
yakni dengan berkarya kreatif, Sesungguhnya Allah tidak menyukai
memakmurkan bumi, membudayakan alam orang-orang yang sombong dan
atau mengkulturkan natur. membangga-banggakan diri”.
Tugas terakhir ini, pada dasarnya
secara implisit menggambarkan konsep ٌَ ُْٔ‫َؤ ُيش‬َٚٔ ‫ ِْش‬ٛ‫إنٗ ْان َخ‬ َ ٌَ ْٕ‫َ ْذ ُع‬ٚ ٌ‫َٔ ْنزَ ُك ٍْ ِّي ُْ ُك ْى أُ َّيخ‬
metafisis-antropologis-nya Islam tentang ٌَ ُْٕ‫ك ُْ ُى ْان ًُ ْفهِح‬
َ ِ‫ َُْْٕٓ ٌَ ع ٍَِ ْان ًُ ُْ َك ِش َٔأْٔ نَئ‬َٚ َٔ ‫ف‬ ِ ُْٔ‫ثِ ْبن ًَ ْعش‬
manusia dengan pandangan yang positif )401 : ٌ‫(انعًشا‬
dan konstruktif. Dalam Islam, manusia
tidak hanya ditempatkan secara simplikatif “Dan hendaklah ada di antara kamu
sebagai bagian sistematik dari realitas segolongan umat yang menyeru kepada
makro kosmos, lebih jauh Islam menuntut kebajikan, menyuruh kepada yang
peran kreatif manusia untuk mengelola ma‟ruf dan mencegah dari yang
alam sebagai sumber daya material munkar, merekalah orang-orang yang
(material resource) sebagai beruntung”.

752
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi 2012, Vol. V, No.1: 743 - 755

ِ ُْٔ‫بط رَؤ ُيشُْٔ ٌَ ثِ ْبن ًَ ْعش‬


‫ف‬ ْ ‫ َش أُ َّي ٍخ أُ ْخ ِش َج‬ْٛ َ‫ُك ُْزُ ْى خ‬
ِ َُّ‫ذ نِه‬ kamu) apabila menetapkan hukum di
)440 : ٌ‫َٔرَ َُْْٕٓ ٌَ َع ٍِ ْان ًُ ُْ َك ِش َٔرُ ْؤ ِيُُْٕ ٌَ ثِبهللِ (انعًشا‬ antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
“Kamu adalah umat yang terbaik yang Allah memberi pengajaran yang sebaik-
dilahirkan untuk manusia, menyuruh baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
kepada yang ma‟ruf, dan mencegah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
dari yang munkar, dan beriman kepda
Allah,..”. ِ ‫ٍَ ثِ ْبنقِغ‬ْٛ ‫ٍَ َءا َيُُْٕ ا ُكْٕ َُْٕ ا قََّٕا ِي‬ْٚ ‫َٓب انَّ ِز‬ُّٚ َ ‫َؤ‬ٚ
َْٕ‫ْظ ُشَٓذَآ َء هللِ َٔن‬
)498 : ‫ٍَ (انُغبء‬ْٛ ِ‫ ٍِ َٔاأل ْق َشث‬ْٚ ‫أٔ ْان َٕانِ َذ‬ ِ ‫عَه َٗ أ َْفُ ِغ ُك ْى‬
ٍ ‫َآ ُء ثَع‬ِٛ‫ضُٓ ْى أَْٔ ن‬
‫ْط‬ ُ ‫د ثَ ْع‬ِ ‫َٔ ْان ًُ ْؤ ِيُُْٕ ٌَ َٔ ْان ًُ ْؤ ِيَُب‬
ْ ِ ُْٔ‫َؤْ ُيشُْٔ ٌَ ثِ ْبن ًَ ْعش‬ٚ
: ‫َ َُْْٕٓ ٌَ ع ٍَِ ان ًُُ َك ِش (انزٕثخ‬َٚٔ ‫ف‬
ْ “Wahai orang-orang yang beriman,
)14 jadilah kamu orang-orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi
“Dan orang-orang yang beriman, karena Allah biarpun terhadap dirimu
lelaki dan perempuan, sebahagian sendiri atau ibu bapa dan kaum
mereka (adalah) menjadi penolong kerabatmu”.
bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma‟ruf, ‫صالَحَ َٔأَ َي َشُْ ْى‬
َّ ‫ٍَ ا ْعز ََجبثُْٕ ا نِ َش ثِّ ِٓ ْى َٔأَقَب ُيْٕ ا ان‬ْٚ ‫َٔانَّ ِز‬
mencegah dari yang munkar,..”. )95 : ٖ‫ُ ُْ ِفقُْٕ ٌَ (انشٕس‬ٚ ‫َُُٓ ْى َٔ ِي ًَّب َس َص ْقَُبُْ ْى‬ْٛ َ‫ُشْٕ َسٖ ث‬

2. Kewajiban manusia untuk saling “Dan (bagi) orang-orang yang


tolong menolong seperti menerima (mematuhi) seruan
dikemukakan dalam QS. Al- Tuahannya dan mendirikan shalat, seda
Ma’idah : 2: ng urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka;
ْ ٗ‫َه‬
‫اإلث ِى‬ َ ‫عَهىَ ْبنجِ ِّش َٔانزَّ ْق َٕٖ َٔالَ رَ َع‬
َ ‫بَُْٕٔ ا ع‬ ‫بَُْٕٔ ا‬
َ ‫َٔرَ َع‬ dan mereka menafkahkan sebagian
ِ ‫ ُذ ْان ِعقَب‬ْٚ ‫إٌ هللاَ َش ِذ‬
: ‫ة (انًبئذح‬ َّ َ‫َٔارَّقُْٕ ا هللا‬ ٌِ ‫َٔ ْان ُع ْذ َٔا‬ dari rezki yang Kami berikan kepada
)2 mereka”.

“Dan tolong-menolonglah kamu َّ ‫ ِْش ِع ْه ٍى‬ٛ‫ضهُّْٕ ٌَ ثِؤَ ْْ َٕائِ ِٓ ْى ثِ َغ‬


َ َّ‫إٌ َسث‬
‫ك‬ ِ َُّٛ‫ْشً ا ن‬ِٛ‫إٌ َكث‬َّ ٔ...
َ
dalam (mengerjakan) kebajikan ْ
)443 : ‫ٍَ (األَعبو‬ْٚ ‫ْ َُٕ أ ْعه ُى ثِبن ًُ ْعزَ ِذ‬َ
dan takwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan “Dan sesungguhnya kebanyakan (dari
pelanggaran. Dan bertakwalah manusia) benar-benar hendak
kamu kepada Allah, sesungguhnya menyesatkan (orang lain) dengan bawa
Allah amat berat siksa-Nya”. hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang
3. Kewajiban manusia untuk berbuat lebih mengetahui orang-orang yang
adil seperti dikemukakan dalam QS. melampaui batas”.
An-Nisa : 58 dan 135, QS. As-Syura
: 38, QS. al-An’am : 119, yaitu: 4. Kewajiban manusia untuk tidak
berprasangka, mencari-cari kesalahan
‫د إِن َٗ أَ ْْهَِٓب َٔإ َرا‬ِ ‫َؤ ُي ُش ُك ْى أَ ٌْ رُ َؤ ُّدْٔ ا األ َيبََب‬ٚ َ‫إِ ٌَّ هللا‬ orang lain, saling menggunjing, dan
َّ ‫بط أَ ٌْ رَحْ ُك ًُْٕ ا ثِ ْبن َع ْذ ِل‬
‫إٌ هللاَ َِ ِع ًَّب‬ ِ َُّ‫ٍَ ان‬ْٛ َ‫َح َك ًْزُ ْى ث‬ saling mencaci maki seperti
)85 : ‫ ًشا (انُغبء‬ْٛ ‫ص‬ َّ ِّ ِ‫َ ِعظُ ُك ْى ث‬ٚ
ِ َ‫عًب ث‬ْٛ ًِ ‫إٌ هللاَََ َكبٌَ َع‬ dikemukakan dalam QS. al-Hujarat :
12, yaitu:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang َ ‫ ًشا ِّيٍَ انظٍَِّّ إِ ٌَّ ثَع‬ْٛ ‫ٍَ َءا َيُُْٕ ا اجْ زَ ُِجُْٕ ا َك ِث‬ْٚ ‫َُّٓبانَّ ِز‬َٚ‫َؤ‬ٚ
‫ْط‬
berhak menerimanya, dan (menyuruh ُّ‫ُ ِحت‬َٚ‫ض ُك ْى ثَعْضً ب أ‬
ُ ‫ ْغزَتْ ثَ ْع‬َٚ َ‫انظٍَِّّ إِ ْث ٌى َٔالَ رَ َج َّغغُْٕ ا َٔال‬

753
Hakikat Manusia Menurut Islam (Isop Syafe'i)

َّ َ‫زًب فَ َك ِش ْْزُ ًُْٕ ُِ َٔارَّقُْٕ ا هللا‬ْٛ ‫ ِّ َي‬ْٛ ‫َؤ ُك َم نَحْ َى أَ ِخ‬ٚ ٌْ َ‫أَ َح ُذ ُك ْى أ‬
ٌ‫إ‬ ِ ‫ َح َّش َو هللاُ إِالَّ ثِ ْبن َح‬ِٙ‫ظ انَّز‬
‫ق‬ َ ‫ َٔالَ رَ ْقزُهُْٕ ا انَُّ ْف‬...
)42 : ‫ ٌى (انحجشاد‬ْٛ ‫َّح‬ ِ ‫هللاَ رَ َّٕاةٌ انش‬ )484 : ‫(األَعبو‬
“… dan janganlah kamu membunuh
“Hai orang-orang yang beriman, jiwa yang diharamkan Allah
jauhilah kebanyakan dari prasangka, (membunuhnya) melainkan dengan
sesungguhnya sebagian prasangka itu sesuatu (sebab) yang benar…”.
adalah dosa janganlah kamu mencari-
cari kesalahan orang lain dan jaganlah 6. Pada level sosial-politik al-Qur’an
sebahagian kamu menggunjing menguatkan unit kekeluargaan paling
sebahagian yang lain. Sukakah salah dasar dan masyarakat muslim yang
seorang di antara kamu memakan lebih besar dengan meniadakan rasa
daging saudaranya yang sudah mati ? kesukuan. Semua kaum muslimin
Maka tentulah kamu merasa jijik dinyatakan bersaudara; Bersama-sama
kepadanya. Dan bertakwalah kepada mereka tidak dapat digoyahkan sebagai
Allah. Sesungguhnya Allah Maha sebuah bangunan yang kokoh, seperti
Penerima taubat lagi Maha dikemukakan QS. Al-Hujarat : 10, ash-
Penyayang”. Shaf : 4, yaitu:

5. Kewajiban manusia untuk menghargai َ‫ ُك ْى َٔارَّقُْٕ ا هللا‬ْٚ َٕ ‫ٍَ أَ ْخ‬ْٛ َ‫إخ َٕحٌ فَؤصْ هِحُْٕ ا ث‬
ْ ٌَ ُُْٕ‫إََّ ًَب ْان ًُ ْؤ ِي‬
hak hidup orang lain dengan tidak )40 : ‫نَ َعهَّ ُك ْى رُشْ َح ًُْٕ ٌَ (انحجشاد‬
saling membunuh seperti dikemukakan
dalam QS. al-Maidah : 32, QS. Al- “Sesungguhnya orang-orang mukmin
An’am : 151, yaitu: adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu
‫ض فَ َكؤَََّ ًَب‬
ِ ْ‫ظ أَْٔ فَ َغب ٍد قِٗ األس‬ ٍ ‫ ِْش ََ ْف‬ٛ‫ َي ٍْ قَزَ َم ََ ْفغًب ثِ َغ‬... dan bertakwalah kepada Allah supaya
‫بط‬َ َُّ‫َب ان‬ٛ ْ‫َبَْب فَ َكؤَََّ ًَب أَح‬ٛ ْ‫عًب َٔ َي ٍْ أَح‬ْٛ ًِ ‫بط َج‬ َ َُّ‫قَزَ َم ان‬ kamu mendapat rahmat”.
‫ْشً ا ِّي ُُْٓ ْى‬ِٛ‫إٌ َكث‬ ُ
َّ ‫د ث َّى‬ ْ ُ
ِ ‫َُِّب‬َٛ‫عًب َٔنَقَ ْذ َجآئَ ْزُٓ ْى ُس ُعهَُب ثِبنج‬ْٛ ًِ ‫َج‬
)92 : ‫ْشفُْٕ ٌَ (انًبئذح‬ ِ ْ‫ك فِٗ األَس‬
ِ ‫ض نَ ًُغ‬ َ ِ‫ثَ ْع َذ َرن‬ ٌ‫ب‬ٌ َُْٛ ُ‫صفًّب َكؤَََُّٓ ْى ث‬
َ ِّ ِ‫ه‬ْٛ ‫ َع ِج‬ِٙ‫ُقَبرِهُْٕ ٌَ ف‬ٚ ٍَْٚ ‫ُ ِحتُّ انَّ ِز‬ٚ َ‫إٌ هللا‬
َّ
)1 : ‫َّيشْ صُْٕ صٌ (انصف‬
“… barangsiapa yang membunuh “Sesungguhnya Allah menyukai
seoran orang-orang yang berperang di
g manusia, bukan karena orang itu jalan-Nya dalam barisan yang
(membunuh) orang lain, atau bukan teratur seakan-akan mereka seperti
karena berbuat kerusakan di muka satu bangunan yang tersusun
bumi, maka seakan-akan dia telah kokoh”.
membunuh manusia seluruhnya. Dan 7. Al-Qur’an menyuruh kaum
barangsiapa yang memelihara muslimin untuk menegakkan
kehidupan manusia, maka seolah-olah prinsip-prinsip syura dalam
dia telah memelihara kehidupan melaksanakan urusan bersama
manusia semuanya. Dan sesungguhnya seperti dikemukakan dalam QS.
telah datang kepada mereka rasul-rasul Asy-Syura : 38, yaitu:
Kami dengan (membawa) keterangan- 8.
keterangan yang jelas, kamudian ‫صالَحَ َٔأَ ْي ُشُْ ْى‬ َّ ‫ٍَ ا ْعز ََجبثُْٕ ا نِ َش ثِّ ِٓ ْى َٔأَقَب ُيْٕ ا ان‬ْٚ ‫َٔانَّ ِز‬
banyak di antara mereka sesudah itu )95 : ٖ‫ُ ُْفِقُْٕ ٌَ (انشٕس‬ٚ ‫َُُٓ ْى َٔ ِي ًَّب َس َص ْقَُبُْ ْى‬ْٛ َ‫ُشْٕ َسْٖ ث‬
sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan di muka “Dan (bagi) orang-orang yang
bumi”. menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan)

754
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi 2012, Vol. V, No.1: 743 - 755

dengan musyawarat antara mereka; Kata jinn secara etimologis


dan mereka menafkahkan sebagian bermakna tertutup. Dari akar kata ini
dari rezki yang Kami berikan kepada berasal kata jannat yang berarti surga
mereka”. yakni pahala yang tertutup dari mata
manusia; atau janin yakni anak dalam
9. Al-Qur’an menyuruh kaum muslimin kandungan ibunya yang tidak dapat dilihat.
untuk menegakkan tata sosial moral Lois Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughat wa al-
yang egalitarian dengan melakukan Adab wa al-Ulum, Bairut,
reformasi terhadap dunia. Untuk tujuan Kotolikiyat, t.t., hlm. 19
itulah, al-Qur’an menyerukan jihad Lois Ma’luf, op. cit., hlm. 39
sebagaimana dikemukakan dalam QS. Abu Qasim Abu Husain bin Muhammad
Al-Hajj : 41, QS. At-Taubah : 41, al-Asfahani al-Raghib, al-Mufradat
yaitu: fi Gharib al-Qur‟an, Mushthafa al-
Bab al-Halabi, Mishr, 1961, hlm. 47
‫صالَحَ َٔ َءارُْٕ ا‬ َّ ‫ض أَقَب ُيْٕ ا ان‬
ِ ْ‫ األس‬ِٙ‫ٍَ إٌِ َّي َّكَُّبُْ ْى ف‬ْٚ ‫اّنَّ ِز‬ Ibid., hlm. 85
ْ
ِ‫ف ََََْٕٔٓ ا ع ٍَِ ان ًُ ُْ َك ِش َٔهلل‬ ِ ُْٔ‫ان َّض َكبحَ َٔأَ َيشُْٔ ا ثِ ْبن ًَ ْعش‬ Qamaruddin Khan, Tentang Teori Politik
)14 : ‫عَبقِجَخُ األُ ُيْٕ ِس (انحج‬ Islam, Bandung, Pustaka, 1987, hlm.
35
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami Shalih, op. cit., hlm. 68
teguhkan kedudukan mereka di muka Lihat Tobroni dan Samsul Arifin, Islam,
bumi, niscaya mereka mendirikan Pluralisme Budaya dan Politik
sembahyang, menunaikan zakat, Refleksi Teologi untuk Aksi dalam
menyuruh berbuat yang ma‟ruf dan keberagamaan dan Pendidikan,
mencegah dari perbuatan yang Yogyakarta: Si Press, 1994, hlm. 154.
munkar; dan kepada Allah-lah kembali Anonimous, Ensiklopedi, op. cit., hlm. 20
segala urusan.” Dawam Rahardjo, Intelektual, Intelegensia
DAFTAR PUSTAKA dan Prilaku Politik Bangsa, Risalah
Cendikiawan Muslim, Bandung,
Muin Salim, Konsepsi Politik dalam al- Mizan, 1993, hlm. 39
Qur‟an, Jakarta: LSIK & Rajawali Juhaya S. Praja, Ulumul Qur‟an, No. 7.
Press, 1994, hlm. 81 II/1990, hlm. 75-76
Chatib Thoha dan Syukur Nc., Priyanto, Shalih, op. cit., hlm. 85
Reformasi Filsafat Pendidikan Islam, Abdul Fattah Jalal, Min Ushulil
Pustaka Pelajar, Semarang, Cet. ke-1, Tarbawiyah Islamiyah, terj. Asas-
1996, hlm. 123. Asas Pendidikan Islam, Bandung
Disarikan oleh Muin Salim, dalam Fiqh Diponegoro, 1988, hlm. 56
Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Syafi’i Ma’arif, Al-Qur‟an Realitas Sosial
dalam Al-Qur‟an, Raja Grafindo dan Limbo Sejarah; Sebuah Refleksi,
Persada, Jakarta, 1994, hlm. 331 Bandung: Pustaka, 1985, hlm. 144.
dengan sumber dari Fuaad ‘Abd. Al- Van Peursen, Tubuh, Jiwa, Ruh: Sebuah
Ba’qi, Mu‟jam al-Mufahras li alfazh Pengantar Filsafat Manusia,
al-Qur‟an al-Karim, cet. ke-4, Dar Yogyakarta: Gunung Mulia, 1991,
al-Ma’arif, Bairut, 1994, hlm. 119- hlm. 197.
120 Abdul Munir Mulkhan, Paradigma
Abu al-Fadhl Jamal al-Din Muhammad bin Intelektual Islam, Yogyakarta: SI
Mukram Ibn Manzhur, Lisan al- Press, 1993, hlm. 197.
„Arab, Mishr: Dar Shadr & Dar Fazlur Rahman, Mazor Themes of the
Bairut, 1969, hlm. 11 Qur‟an, terj. Tema Pokok al-Qur‟an,
Bandung: Pustaka, 1995, hlm. 54

755
Hakikat Manusia Menurut Islam (Isop Syafe'i)

Hadari Nawawi, Hakikat Manusia


Menurut Islam, Surabaya: Al-Ikhlas,
1993, hlm. 156-157.

756

Anda mungkin juga menyukai