Anda di halaman 1dari 19

ِ‫بِس ِم ه‬

‫اَّلل الهر ْْحَ ِن الهرِحي ِم‬ ْ


Kurikulum Pembinaan Anggota Madya
THE MAN
QS 76 Jumlah Ayat 31 – Makiyyah

Asal Usul Penciptaan Manusia

ِ ‫ان ِح‬
‫) إِ هَّن َخلَ ْقنَا‬١( ‫هه ِر ََلْ يَ ُك ْن َشْي ئًا َم ْذ ُك ًورا‬ ٌ ِ ‫َه ْل أَتَى َعلَى اإلنْ َس‬
ْ ‫ني م َن الد‬
‫يل إِ هما‬ ِ‫)إِ هَّن َه َديْنَاهُ ال هسب‬٢( ‫صريا‬ ِ ‫اج نَب تَلِ ِيه فَجع ْلنَاه ََِسيعا ب‬
ٍ ‫ش‬
َ ‫َم‬‫أ‬ ٍ ‫اإلنْسا َن ِمن نُطْ َف‬
‫ة‬
َ ً َ ً ُ ََ ْ ْ ْ َ
)٣( ‫َشاكًِرا َوإِ هما َك ُف ًورا‬
(1) Bukankah pernah datang kepada manusia satu waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan
sesuatu yang dapat disebut ? (2) Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat. (3) Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kufur.
Allah SWT. menceritakan keadaan manusia, bahwa Dia telah menciptakannya dan mengadakannya ke
alam Wujud ini, padahal sebelumnya dia bukanlah merupakan sesuatu yang disebut-sebut karena terlalu
hina dan sangat iemah. Untuk itu Allah SWT. berfirman:

ِ ‫ان ِح‬
ً ‫هه ِر ََلْ يَ ُك ْن َشْي ئًا َم ْذ ُك‬
{ ‫ورا‬ ٌ ِ ‫} َه ْل أَتَى َعلَى اإلنْ َس‬
ْ ‫ني م َن الد‬
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum merupakan
sesuatu yang dapat disebut? (Al-Insan: 1)
Kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya:

ٍ ‫} إِ هَّن َخلَ ْقنَا اإلنْ َسا َن ِم ْن نُطْ َف ٍة أ َْم َش‬


{ ‫اج‬
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2)
Yakni yang bercampur baur. Al-masyju dan al-masyij artinya sesuatu yang sebagian darinya bercampur
baur dengan sebagian yang lain.
Ibnu Abbas R.A. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dari setetes mani yang
bercampur. (Al-Insan: 2) Yaitu air mani laki-laki dan air mani perempuan apabila bertemu dan
bercampur, kemudian tahap demi tahap berubah dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari
suatu bentuk ke bentuk yang lain.

–––––––––
The Man halaman 1
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, bahwa al-
amsyaj artinya bercampurnya air mani laki-laki dan air mani perempuan.
Firman Allah SWT:

{ ‫} نَْب تَلِ ِيه‬


yang Kami hendak mengujinya. (Al-Insan: 2)
Maksudnya, Kami hendak mencobanya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:

ِ
ْ ‫ليَ ْب لَُوُك ْم أَيُّ ُك ْم أ‬
‫َح َس ُن َع َم ًل‬
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (Al-Mulk: 2)
Adapun firman Allah SWT:

ِ ‫} فَجع ْلنَاه ََِسيعا ب‬


{ ‫ص ًريا‬ َ ً ُ ََ
karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al-Insan: 2)
Yakni Kami menjadikan untuknya pendengaran dan penglihatan sebagai sarana baginya untuk
melakukan ketaatan atau kedurhakaan.
Firman Allah SWT:

ِ ِ
َ ‫} إ هَّن َه َديْنَاهُ ال هسب‬
{ ‫يل‬
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus. (Al-Insan: 3)
Yaitu Kami terangkan kepadanya, dan Kami jelaskan kepadanya dan Kami jadikan dia dapat melihatnya.
Semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

‫استَ َحبُّوا الْ َعمى َعلَى ا ْْلُدى‬


ْ َ‫ناه ْم ف‬ ُ ُ‫َوأَهما ََث‬
ُ ْ‫ود فَ َه َدي‬
Dan adapun kaum Samud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta
(kesesatan) daripada petunjuk itu. (Fushshilat: 17)
Dan firman-Nya:

‫هج َديْ ِن‬


ْ ‫َوَه َديْناهُ الن‬
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (Al-Balad: 10)
Yakni Kami terangkan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan. Ini menurut pendapat Ikrimah,
Atiyyah, Ibnu Zaid, dan Mujahid menurut riwayat yang terkenal darinya dan Jumhur ulama.
Dan menurut riwayat yang bersumber dari Mujahid, AbuSaleh, Ad-Dahhak,.dan As-Saddi, mereka
mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang

–––––––––
The Man halaman 2
lurus. (Al-Insan: 3) Yaitu keluarnya manusia dari rahim. Tetapi pendapat ini garib (aneh), dan menurut
pendapat yang terkenal adalah yang pertama tadi.
Firman Allah SWT:

{ ‫ورا‬ ِ ِ ِ
ً ‫} إ هما َشاكًرا َوإ هما َك ُف‬
ada yang bersyukur dan adapula yang kafir. (Al-Insan: 3)
Kedua lafaz ini di-nasab-kan sebagai keterangan keadaan dari damir hu yang terdapat di dalam firman-
Nya:

ِ ِ
َ ‫} إ هَّن َه َديْنَاهُ ال هسب‬
{ ‫يل‬
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus. (Al-Insan: 3)
Bentuk lengkapnya ialah 'maka dia dalam hal ini ada yang celaka dan ada yang berbahagia', yakni celaka
karena dia kafir dan bahagia karena dia bersyukur.
Hal yang semisal disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Malik Al-Asy'ari
yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda:

« ‫هاس يَ ْغ ُدو فَبَائِ ٌع نَ ْف َسهُ فَ َم ْوبُِق َها أ َْو ُم ْعتِ ُق َها‬


ِ ‫» كل الن‬
Semua orang akan pergi, maka apakah dia menjual dirinya yang berarti membinasakannya ataukah
memerdekakannya?

،‫ َع ْن َعْب ِد الهر ْْحَ ِن بْ ِن َسابِ ٍط‬،‫ َع ِن ابْ ِن ُخثَيم‬،‫ َحدهثَنَا َم ْع َمر‬،‫ َحدهثَنَا َعْب ُد الهرهز ِاق‬:‫َْحَ ُد‬ ِْ ‫ال‬
ْ ‫اإل َم ُام أ‬ َ َ‫ق‬
‫اَّللُ ِم ْن‬
‫َعا َذ َك ه‬ َ ‫ "أ‬:‫جرة‬ ‫ع‬
ُ ِ
‫ن‬ ‫ب‬
ْ ِ ‫ال لِ َك ْع‬
‫ب‬ َ ‫ق‬
َ ‫م‬ ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله‬
‫ه‬ ‫ى‬ ‫صله‬
َ ‫هِب‬
‫ه‬ ِ‫ن‬‫ال‬ ‫ه‬
‫ن‬ َ‫أ‬ :ِ‫اَّلل‬
‫ه‬ ِ ‫عن جابِر بن عب‬
‫د‬ َْ ُ ْ ُ َ ْ َ
َ َ
،‫اي‬ ِ ِ ِ
َ ‫ ََل يَ ْهتَ ُدو َن بُ َد‬،‫ "أ َُمَراءٌ يَ ُكونُو َن م ْن بَ ْعدي‬:‫ال‬ َ َ‫الس َف َه ِاء؟ ق‬
ُّ ُ‫ َوَما إِ َم َارة‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬."‫الس َف َه ِاء‬
ُّ ِ‫إِ َم َارة‬
ِ َ ِ‫ فَأُولَئ‬،‫َع َاَنُْم َعلَى ظُْل ِم ِه ْم‬ ِِ ِ
‫ت‬ُ ‫ك لَْي ُسوا م ِّّن َولَ ْس‬ َ ‫ص ّدقهم بِ َكذب ْم َوأ‬ َ ‫ فَ َم ْن‬،‫َوََل يستَ نّو َن بِ ُسنهِِت‬
‫ك ِم ِّّن‬ ِ ِ ‫ ومن ََل ي‬.‫ وََل يردون علَى حو ِضي‬،‫ِمْن هم‬
َ ِ‫ فَأُولَئ‬،‫ص ّدقْ ُه ْم بِ َكذبِِ ْم َوََلْ يُعِنهم َعلَى ظُْل ِم ِه ْم‬ َ ُ ْ ْ ََ َْ َ ُ َ َ ُْ
،َ‫ص َدقَةُ تُطْ ِف ُئ ا ْْلَ ِطيئَة‬ ‫ َوال ه‬،ٌ‫ص ْوُم َجنهة‬ ‫ ال ه‬،‫جرة‬ َ ‫ع‬
ُ ‫ن‬
َ ْ‫ب‬ ‫ب‬ َ ‫ع‬
ْ ‫ك‬َ ‫َي‬
َ .‫ي‬ ِ ‫ وس ِريدو َن علَى حو‬،‫وأَ ََّن ِمْن هم‬
‫ض‬ ْ َ َ ُ ََ َ ْ ُ َ
،‫ت ِم ْن ُس ْحت‬ ْ ‫ إِنههُ ََل يَ ْد ُخ ُل‬،‫عجرة‬
َ َ‫اْلَنهةَ ََلْ ٌم نَب‬ َ ‫بن‬ َ ‫كعب‬ َ ‫ ََي‬-‫ بُْرَها ٌن‬:‫ال‬ َ َ‫أ َْو ق‬- ‫ص َلةُ قُ ْرََب ٌن‬
‫َوال ه‬
‫ َوََبئِ ٌع نَ ْف َسهُ فَ َم ْوبُِق َها‬،‫نفسه فَ ُم ْعتِ ُق َها‬
َ ُ‫ فمبتاع‬،‫هاس َغادَين‬ ُ ‫ الن‬،‫ب‬
ِِ
ُ ‫ ََي َك ْع‬.‫هار أ َْوََل به‬ ُ ‫"الن‬.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada
kami Ma'mar, dan Ibnu Khaisam, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Nabi
SAW. bersabda kepada Ka'b ibnu Ujrah: Semoga Allah melindungimu dari kekuasaan orang-orang yang
kurang akalnya. Ka'b ibnu Ujrah bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan kekuasaan orang-orang yang

–––––––––
The Man halaman 3
kurang akalnya?" Rasulullah SAW. menjawab: (Yaitu) para penguasa yang berada sesudahku, mereka
tidak memakai petunjuk dengan petunjukku, dan tidak memakai tuntunan dengan tuntunanku. Maka
barang siapa yang membenarkan kedustaan mereka dan membantu perbuatan aniaya mereka, orang
tersebut bukan termasuk golonganku, dan aku bukan termasuk golongan mereka, dan mereka tidak akan
dapat mendatangi telagaku. Dan barang siapa yang tidak membenarkan kedustaan mereka dan tidak
membantu perbuatan aniaya mereka, maka dia termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya,
dan mereka akan mendatangi telagaku. Hai Ka'b ibnu Ujrah, puasa adalah benteng, sedangkan sedekah
dapat menghapuskan kesalahan (dosa), dan salat adalah amal pendekatan diri —atau bukti—. Hai Ka'b
ibnu Ujrah, sesungguhnya tidak dapat masuk surga daging yang ditumbuhkan dari makanan yang haram,
dan nerakalah yang lebih layak baginya. Hai Ka'b, manusia itu ada dua macam; maka ada yang membeli
dirinya yang berarti memerdekakannya, dan ada yang menjual dirinya yang berarti membinasakannya.
Affan telah meriwayatkan hadis ini dari Wahib, dari Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam dengan sanad
yang sama.
Dalam surat Ar-Rum telah disebutkan pada tafsir firman-Nya:

‫} فِطْرَة هِ ه‬
َ ‫اَّلل ال ِِت فَطََر الن‬
{ ‫هاس َعلَْي َها‬ َ
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Ar-Rum: 30)
melalui riwayat Jabir ibnu Abdullah R.A. yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda:

« ‫ورا‬ ‫ف‬
ُ ‫ك‬
َ ‫ا‬‫م‬‫ه‬ ِ‫ب َعْنهُ لِسانُهُ فَِإ هما َشاكِرا وإ‬
َ ‫ر‬ ‫َع‬
ْ ‫أ‬ ‫ا‬‫ذ‬
َ َِ‫ب َعْنهُ لِسانُهُ ف‬
‫إ‬ َ ِ
‫ر‬ ‫ع‬
ْ ‫ي‬ ‫َّت‬
‫ه‬ ‫ح‬ ِ‫ود يُولَ ُد َعلَى الْ ِفطْرة‬
ٍ ُ‫» ُك ُّل مول‬
ً َ ً َ َ َ ُ َ َ َْ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah hingga lisannya dapat berbicara; adakalanya dia bersyukur
dan adakalanya dia pengingkar.

‫ َع ِن‬،‫ َع ْن عُثْ َما َن بْ ِن ُُمَ هم ٍد‬،‫اَّللِ بْ ُن َج ْع َف ٍر‬


‫ َحدهثَنَا َعْب ُد ه‬،‫ َحدهثَنَا أَبُو َع ِام ٍر‬:‫َْحَ ُد‬ ِْ ‫ال‬
ْ ‫اإل َم ُام أ‬ َ َ‫ق‬
‫ج إِهَل بِبَابِِه‬ ِ :‫ال‬
ُ ‫"ما م ْن َخارٍِج ََيُْر‬
ِ ‫هِب صلهى ه‬
َ َ َ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسله َم ق‬ َ ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،‫ َع ْن أَِِب ُهَريرة‬،‫ي‬ ِ
ِّ ‫الْ َم ْق ُُب‬
‫ فَلَ ْم يََزْل‬،‫اتبعه امللَك بَِرايَتِ ِه‬
َ ُ‫ب هللا‬ ّ ‫ فَِإ ْن َخَر َج لِ َما ُُِي‬،‫ َوَرايَةٌ بِيَ ِد َشيطان‬،‫ رايةٌ بِيَ ِد َملَك‬:‫ان‬ ِ َ‫راي ت‬
ََ
َ
‫ َوإِ ْن َخَر َج لِ َما يُسخط ه‬.‫ك َح هَّت يَْرِج َع إِ ََل بَْيتِ ِه‬
‫ فَلَ ْم يََزْل‬،‫اَّللَ اتهبَ َعهُ الشْهيطَا ُن بَِرايَتِ ِه‬ ِ َ‫ََْتت راي ِة الْمل‬
َ ََ َ
‫ َح هَّت يَْرِج َع إِ ََل بَْيتِ ِه‬،‫ان‬
ِ َ‫ََْتت راي ِة الشهيط‬
ْ ََ َ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Ja'far, dari Usman ibnu Muhammad, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah R.A.,' dari Nabi
SAW. yang telah bersabda: Tiada seorang pun yang keluar melainkan pada pintu rumahnya ada dua
bendera; satu bendera di tangan malaikat dan satu bendera lainnya di tangan setan. Maka jika dia
keluar untuk mengerjakan hal yang disukai oleh Allah, ia diikuti oleh malaikat dengan benderanya, dan
ia terus-menerus berada di bawah bendera malaikat sampai pulang ke rumahnya. Dan jika ia keluar
untuk melakukan hal yang dimurkai oleh Allah, setanlah yang mengikutinya dengan benderanya, dan ia
terus-menerus berada di bawah bendera setan sampai pulang ke rumahnya.

–––––––––
The Man halaman 4
Neraka tempat Kesengsaraan dan Surga tempat Kenikmatan

‫) إِ هن األبْ َر َار يَ ْشَربُو َن ِم ْن َكأْ ٍس‬٤( ‫لسل َوأَ ْغلَل َو َسعِ ًريا‬ ِ ‫إِ هَّن أ َْعتَ ْد ََّن لِْل َكافِ ِرين س‬
َ َ
‫) يُوفُو َن‬٦( ‫وَنَا تَ ْف ِج ًريا‬ َ ‫اَّلل يُ َف ِّجُر‬
ِ‫)عي نًا ي ْشرب ِبا ِعباد ه‬٥( ‫َكا َن ِمزاجها َكافُورا‬
ُ َ َ ُ َ َ َْ ً َُ َ
‫) َويُطْعِ ُمو َن الطه َع َام َعلَى ُحبِّ ِه‬٧( ‫َِبلنه ْذ ِر َوََيَافُو َن يَ ْوًما َكا َن َشُّرهُ ُم ْستَ ِط ًريا‬
‫يد ِمْن ُك ْم َجَزاءً َوَل‬ ِ‫) إِهَّنَا نُطْعِم ُكم لِوج ِه ه‬٨( ‫ِمس ِكينًا ويتِيما وأ َِسريا‬
ُ ‫اَّلل َل نُِر‬ َْ ْ ُ ً َ ً ََ ْ
ِ ِ ُ َ‫) إِ هَّن ََن‬٩( ‫ُش ُكورا‬
‫ك‬
َ ‫اَّللُ َشهر َذل‬ ُ َ‫) فَ َوق‬١٠( ‫وسا قَ ْمطَ ِر ًيرا‬
‫اه ُم ه‬ ً ُ‫اف م ْن َربِّنَا يَ ْوًما َعب‬ ً
)١٢( ‫ص َُبُوا َجنهةً َو َح ِر ًيرا‬ ِ ِ
َ ‫) َو َجَز ُاه ْم ِبَا‬١١( ‫ضَرًة َو ُسُر ًورا‬
ْ َ‫اه ْم ن‬ُ ‫الْيَ ْوم َولَهق‬
(4) Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang kafir rantai, belenggu dan neraka yang
menyala-nyala. (5) Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi
minuman arak) yang campurannya adalah air kafur, (6) yaitu mata air (dalam surga) yang diminum oleh
hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya. (7) Mereka memenuhi
nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. (8) Dan mereka memberikan
makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (9) (sambil
berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan
Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu. (10) Sungguh, kami takut akan (azab)
Tuhan pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan”. (11) Maka Allah melindungi
mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan dan kegembiraan. (12) Dan
Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutera.
Allah Swt. menceritakan tentang apa yang telah disediakan-Nya bagi makhluk-Nya yang kafir kepada-
Nya, yaitu berupa rantai-rantai dan belenggu-belenggu, serta api yang menyala-nyala dengan hebatnya
lagi membakar di dalam neraka Jahanam. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

‫اَلَ ِمي ِم ُثُه ِِف النها ِر يُ ْس َجُرو َن‬ ِ ‫لل ِِف أ َْعناقِ ِهم وال هس‬
ْ ‫لس ُل يُ ْس َحبُو َن ِِف‬ ُ ‫إِ ِذ ْاألَ ْغ‬
َْ
ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat
panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (Al-Mu’min: 71-72)
Setelah menyebutkan apa yang Allah sediakan bagi orang-orang yang celaka, yaitu neraka Sa'ir yang
nyalanya sangat hebat, lalu Allah SWT. dalam firman berikutnya menyebutkan:

ِ ِ ِ
{ ‫ورا‬ ُ ‫} إ هن األبْ َر َار يَ ْشَربُو َن م ْن َكأْ ٍس َكا َن مَز‬
ً ُ‫اج َها َكاف‬
Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang
campurannya adalah air kafur. (Al-Insan: 5)
Telah diketahui kandungan kafur itu rasanya sejuk, baunya harum, selain dari kelezatan surgawi yang
terkandung di dalam minumannya.

–––––––––
The Man halaman 5
Al-Hasan mengatakan bahwa kesejukan kafur disertai dengan keharuman zanjabil (jahe).
Dalam firman berikutnya disebutkan:

{ ‫وَنَا تَ ْف ِج ًريا‬
َ ‫اَّللِ يُ َف ِّجُر‬
‫اد ه‬ ِ ِ ‫} عي نًا ي ْشر‬
ُ َ‫ب بَا عب‬
ُ َ َ َْ
(yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat
mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 6)
Minuman yang dicampur dengan kafur untuk orang-orang yang bertakwa ini diambil dari mata air dalam
surga yang airnya dipakai untuk minum oleh kaum muqarrabin dari hamba-hamba Allah tanpa
campuran kafur, dan mereka menyegarkan dirinya dengan air itu. Karena itulah lafaz yasyrabu di sini
mengandung makna yarwa hingga diperlukan adanya ba untuk ta'diyah, lalu Lafaz 'ainan di-nasab-kan
sebagai tamyiz.
Sebagian ulama mengatakan bahwa minuman ini dalam hal keharumannya sama dengan kafur.
Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa mata air tersebut memang mata air kafur. Dan sebagian
yang lainnya lagi mengatakan bahwa lafaz 'ainan dapat pula di-nasab-kan oleh yasyrabu. Ketiga
pendapat ini semuanya diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Firman Allah Swt:

{ ‫وَنَا تَ ْف ِج ًريا‬
َ ‫} يُ َف ِّجُر‬
yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 6)
Yakni mereka dapat mengatur alirannya menurut apa yang mereka sukai dan ke arah mana pun yang
mereka kehendaki, ke dalam gedung-gedung mereka, rumah-rumah mereka, tempat-tempat duduk
mereka atau tempat-tempat pertemuan mereka.
At-Tafjir artinya memancarkan atau mengalirkan. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:

ِ ‫ك َح هَّت تَ ْف ُجَر لَنا ِم َن ْاأل َْر‬


ً‫ض يَْن بُوعا‬ َ َ‫َوقالُوا لَ ْن نُ ْؤِم َن ل‬
Dan mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga engkau memancarkan mata air
dari bumi untuk kami”. (Al-Isra: 90)
Dan firman-Nya:

ً‫َوفَ هجْرَّن ِخل َْلُما ََنَرا‬


dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu. (Al-Kahfi: 33)
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang mereka dapat mengalirkannya
dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 6) Mereka dapat mengalirkannya ke mana pun mereka sukai. Hal yang
sama dikatakan pula oleh Ikrimah dan Qatadah. As-Sauri mengatakan bahwa mereka dapat mengatur
alirannya ke mana pun mereka sukai.
Firman Allah Swt:

–––––––––
The Man halaman 6
{ ‫} يُوفُو َن َِبلنه ْذ ِر َوََيَافُو َن يَ ْوًما َكا َن َشُّرهُ ُم ْستَ ِط ًريا‬
Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.(Al-Insan: 7)
Yaitu mereka beribadah kepada Allah menurut apa yang telah diwajibkan oleh Allah kepada mereka
berupa ketaatan yang diwajibkan berdasarkan hukum asal syariat, dan apa yang mereka wajibkan atas
dirinya sendiri melalui nazar mereka.

‫ َر ِض َي‬،َ‫ َع ْن َعائِ َشة‬،‫ك‬ ٍ ِ‫اس ِم ب ِن مال‬ِ ِ ِِ ِ ٌ ِ‫اإل َم ُام َمال‬


ِْ ‫ال‬
َ ْ ‫ َع ِن الْ َق‬،‫ َع ْن طَْل َحةَ بْ ِن َعْبد الْ َملك ْاألَيْل ِّي‬،‫ك‬ َ َ‫ق‬
‫ َوَم ْن نَ َذ َر‬،ُ‫اَّللَ فَ ْليُ ِط ْعه‬ ِ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم ق‬
‫صلهى ه‬ ِ‫ول ه‬ َ ‫ أَ هن َر ُس‬،‫اَّللُ َعْن َها‬
‫يع ه‬ َ ‫"م ْن نَ َذ َر أَ ْن يُط‬
َ :‫ال‬ َ ‫اَّلل‬ ‫ه‬
ِ ‫اَّلل فَ َل ي‬
‫عصه‬ َ َ‫أَ ْن يَعصي ه‬
Imam Malik telah meriwayatkan dari Talhah ibnu Abdul Malik Al-Aili, dari Al-Qasim ibnu Malik, dari
Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa yang bernazar untuk taat kepada
Allah, maka hendaklah ia taat kepada-Nya; dan barang siapa yang bernazar akan durhaka kepada Allah,
maka janganlah ia durhaka kepada-Nya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Malik.
Dan mereka meninggalkan hal-hal yang diharamkan yang mereka dilarang melakukannya terdorong oleh
rasa takut akan tertimpa hisab yang buruk di hari kemudian. Yaitu hari yang padanya azab terdapat
merata di mana-mana, yakni menyeluruh menimpa manusia semuanya terkecuali orang yang dirahmati
oleh Allah Swt.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mustatiranartinya fasyiyan, yakni merata.
Qatadah mengatakan, "Demi Allah, azab di hari itu benar-benar merata hingga memenuhi langit dan
bumi."
Ibnu Jarir mengatakan, bahwa termasuk ke dalam pengertian ini ucapan mereka (orang Arab),
"Keretakan itu telah merata mengenai semua permukaan kaca." Juga perkataan seorang penyair, yaitu
Al-A'sya:

‫طريا‬ ‫ست‬‫م‬ ‫يها‬ ‫َن‬


َ ‫ى‬‫ل‬
َ ‫ع‬ ،‫ا‬‫ع‬ ‫د‬
ْ ‫ص‬ ِ ... ‫فَبانَت وقَد أسأرت ِِف ال ُفؤا‬
‫د‬
ً َُ َ ً َ ْ َ ْ َ
Maka berpisahlah dia (kekasihnya) dengan meninggalkan keretakan dalam hati yang bekasnya
merata di mana-mana.
Yakni memanjang dan sangat mendalam kesannya.
Firman Allah Swt.:

{ ‫} َويُطْعِ ُمو َن الطه َع َام َعلَى ُحبِّ ِه‬


Dan mereka memberikan makanan yang disukainya. (Al-Insan: 8)
Menurut suatu pendapat, karena cinta kepada Allah Swt. dan mereka menjadikan damir yang ada
merujuk kepada lafaz Allah berdasarkan konteks kalimat. Tetapi menurut pendapat yang jelas, Domir ini
merujuk kepada makanan, yakni mereka memberi makan orang miskin dengan makanan kesukaan

–––––––––
The Man halaman 7
mereka. Demikianlah menurut Mujahid dan Muqatil serta dipilih oleh Ibnu Jarir, semakna dengan apa
yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat lain:

‫لَ ْن تَنالُوا الُِْبه َح هَّت تُْن ِف ُقوا ِِمها َُِتبُّو َن‬


Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian
harta yang kamu cintai.(Ali Imran: 92)
Imam Baihaqi telah meriwayatkan melalui jalur Al-A'masy, dari Nafi' yang mengatakan bahwa Ibnu Umar
sakit, lalu ia menginginkan makan buah anggur karena saat itu sedang musim buah anggur. Maka
Safiyyah alias istri Ibnu Umar menyuruh kurirnya untuk membeli buah anggur dengan membawa uang
satu dirham. Setelah membeli anggur, si kurir dikuntit oleh seorang peminta-minta. Ketika kurir masuk
rumah, si pengemis berkata, "Saya seorang pengemis." Maka Ibnu Umar berkata, "Berikanlah buah
anggur itu kepadanya," lalu mereka memberikan buah anggur yang baru dibeli itu kepada si pengemis.
Kemudian Safiyyah menyuruh pesuruhnya lagi dengan membawa uang satu dirham lainnya guna
membeli buah anggur. Uang itu dibelikan setangkai buah anggur oleh si pesuruh. Dan ternyata pengemis
itu menguntitnya kembali. Ketika si pesuruh masuk, pengemis itu berkata, "Saya seorang pengemis."
Maka Ibnu Umar berkata, '"Berikanlah buah anggur itu kepadanya," Lalu mereka memberikan buah
anggur itu kepada si pengemis. Akhirnya Safiyyah menyuruh seseorang untuk memanggil si pengemis
itu, dan setelah datang ia berkata kepadanya, "Demi Allah, jika engkau kembali lagi ke sini, engkau tidak
akan mendapat suatu kebaikan pun darinya selama-lamanya." Setelah itu barulah Safiyyah menyuruh
pesuruhnya lagi untuk membeli buah anggur.
Di dalam hadis sahih disebutkan:

« ‫يح ََتَْم ُل الْغِ ََن َوََتْ َشى الْ َف ْقَر‬ ِ


ٌ ‫يح َشح‬
ِ ‫هق وأَنْت‬
ٌ ‫صح‬َ َ َ َ ‫صد‬
ِ ‫» أَفْضل ال ه‬
َ َ‫ص َدقَة أَ ْن ت‬ َُ
Sedekah yang paling utama ialah yang engkau keluarkan, sedangkan engkau dalam keadaan sehat lagi
kikir, mengharapkan kaya dan takut jatuh miskin.
Yakni dalam keadaan engkau menyukai harta, getol mencarinya, serta sangat kamu perlukan. Karena
itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

{ ‫يما َوأ َِس ًريا‬ِ ِ ِ ِِ ِ


ً ‫} َويُطْع ُمو َن الطه َع َام َعلَى ُحبّه م ْسكينًا َويَت‬
Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang
ditawan. (Al-Insan: 8)
Orang miskin dan anak yatim telah diterangkan definisi dan sifat-sifat keduanya. Adapun yang dimaksud
dengan tawanan, maka menurut Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, dan Ad-Dahhak, maksudnya tawanan dari
ahli kiblat.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa tawanan mereka pada masa itu adalah orang-orang musyrik. Hal ini
diperkuat dengan adanya anjuran Rasulullah yang memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
memperlakukan para tawanan Perang Badar dengan perlakuan yang baik. Tersebutlah pula bahwa kaum
muslim saat itu mendahulukan para tawanan untuk makan daripada diri mereka sendiri.
Ikrimah mengatakan bahwa mereka adalah budak-budak belian, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir,
mengingat makna ayat umum menyangkut orang muslim dan juga orang musyrik. Hal yang sama
dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ata, Al-Hasan, dan Qatadah. Rasulullah Saw. telah menganjurkan agar

–––––––––
The Man halaman 8
para budak diperlakukan dengan perlakuan yang baik. Hal ini ditegaskan oleh beliau Saw. bukan hanya
melalui satu hadis saja, bahkan di akhir wasiat beliau Saw. disebutkan:

« ‫ت أَْْيَانُ ُك ْم‬
ْ ‫ص َلةَ َوَما َملَ َك‬
‫» ال ه‬
Peliharalah salat dan (perlakukanlah dengan baik) budak-budak yang dimiliki olehmu.
Mujahid mengatakan bahwa tawanan adalah orang yang dipenjara. Mereka memberi makan orang-
orang tersebut dengan makanan kesukaan mereka, seraya berkata seperti yang disebutkan oleh firman-
Nya:

{ ِ‫اَّلل‬
‫} إِهَّنَا نُطْعِ ُم ُك ْم لَِو ْج ِه ه‬
Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah. (Al-
Insan:9)
Tetapi bukan hanya perkataan saja melainkan dimanifestasikan ke dalam sikap dan perbuatan. Yakni
kami lakukan hai ini hanyalah karena mengharapkan pahala dan rida Allah Swt. semata.

{ ‫ورا‬ ِ ُ ‫} ََل نُِر‬


ً ‫يد مْن ُك ْم َجَزاءً َوَل ُش ُك‬
kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidakpula (ucapan) terima kasih. (Al-Insan: 9)
Artinya, kami tidak menginginkan dari kamu balasan yang kamu berikan kepada kami sebagai
imbalannya, dan tidak pula pujianmu di kalangan orang lain.
Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan, "Demi Allah, mereka tidak mengatakannya dengan lisannya
melainkan Allah mengetahui apa yang tersimpan dalam hati mereka yang ikhlas itu, maka Allah memuji
mereka dengan maksud agar jejak mereka dapat dijadikan teladan bagi yang lainnya.

{‫وسا قَ ْمطَ ِر ًيرا‬ ِ ِ ُ َ‫}إِ هَّن ََن‬


ً ُ‫اف م ْن َربّنَا يَ ْوًما َعب‬
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang
bermuka masam penuh kesulitan. (Al-Insan: 10)
Yakni sesungguhnya kami lakukan demikian itu tiada lain hanyalah berharap semoga Allah
membelaskasihani kami dan menerima kami dengan kasih sayang-Nya di hari yang sangat kelabu lagi
penuh dengan kesulitan (hari kiamat).
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa 'abus artinya penuh dengan kesulitan,
dan qamtarir artinya sangat panjang.
Ikrimah dan lain-lainnya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya: pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.(Al-Insan: 10)
Orang kafir bermuka masam di hari itu hingga mengalir dari kedua matanya keringat seperti aspal hitam
yang encer.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, " 'Ablisan," artinya mengernyitkan kedua
bibirnya. Dan qamtarirartinya mengernyitkan mukanya dan tampak layu. Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah
mengatakan bahwa muka orang-orang bermuram durja karena kengerian dan ketakutan yang
melandanya. Qamtarir artinya mengernyitkan dahi dan keningnya karena ketakutan yang sangat.

–––––––––
The Man halaman 9
Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-'abus artinya keburukan, dan al-qamtarir artinya kesengsaraan. Dan
ungkapan yang paling jelas, paling indah, paling tinggi, lagi paling fasih adalah pendapat Ibnu Abbas r.a.
yang diungkapkan oleh Ibnu Jarir, bahwa qamtarirartinya kesengsaraan. Dikatakan hari yang
menyengsarakan, maksudnya hari yang paling keras, paling panjang musibah dan kesengsaraannya.
Termasuk ke dalam pengertian ini ucapan seorang penyair:

ِ ‫علَي ُكم إِ َذا ما َكا َن ي وم قُم‬


‫ بَِّن َع ِّمنَا َه ْل تَ ْذ ُكُرو َن بََلءَ ََّن؟‬... ‫اطَر‬ َ ُ َْ َ ْ َْ
Hai anak-anak paman kami, apakah kalian teringat petaka yang telah kami timpakan kepadamu, di hari-
hari yang panjang kesengsaraannya?
Firman Allah Swt.:

ِ ِ
{ ‫ورا‬
ً ‫ضَرًة َو ُسُر‬ ُ ‫ك الْيَ ْوم َولَهق‬
ْ َ‫اه ْم ن‬ َ ‫اَّللُ َشهر َذل‬
‫اه ُم ه‬
ُ َ‫} فَ َوق‬
Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan
(wajah) dan kegembiraan hati, (Al-Insan: 11)
Hal ini merupakan lawan kata dari ayat yang sebelumnya.

{ ‫ك الْيَ ْوِم‬ ِ
َ ‫اَّللُ َشهر ذَل‬
‫اه ُم ه‬
ُ َ‫} فَ َوق‬
Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu. (Al-Insan: 11)
Yakni mengamankan mereka dari semua yang mereka takuti.

{ ‫ضَرًة‬ ُ ‫} َولَهق‬
ْ َ‫اه ْم ن‬
dan memberikan kepada mereka kejernihan.(Al-Insan: 11)
Kejernihan pada wajah mereka.

{ ‫ورا‬
ً ‫} َو ُسُر‬
dan kegembiraan hati. (Al-Insan: 11)
Yaitu hati mereka dijadikan gembira, menurut Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu
Anas, dan ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya:

ِ ٌ‫وجوه ي ومئِ ٍذ مس ِفرة‬


ٌ‫ضاح َكةٌ ُم ْستَ ْب ِشَرة‬ َ ْ ُ َ َْ ٌ ُ ُ
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria. (Abasa: 38-39)
Demikian itu karena apabila hati gembira, maka wajah menjadi cerah ceria.
Ka'b ibnu Malik dalam hadisnya yang panjang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. apabila sedang
senang, wajah beliau bersinar seakan-akan seperti sinar rembulan. Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. masuk menemuinya dalam keadaan senang yang terlihat dari sinar wajahnya yang
cerah.

–––––––––
The Man halaman 10
Firman Allah Swt.:

{ ‫ص َُبُوا‬ ِ
َ ‫} َو َجَز ُاه ْم ِبَا‬
Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya. (Al-Insan: 12)
Yakni dikarenakan kesabaran mereka, maka Allah memberi mereka balasan pahala dan menempatkan
mereka di dalam.

{ ‫} َجنهةً َو َح ِر ًيرا‬
surga dan (pakaian) sutra. (Al-Insan: 12)
Yaitu tempat tinggal yang luas, kehidupan yang senang, dan pakaian yang indah-indah.
Al-HaFiz ibnu Asakir di dalam biografi Hisyam ibnu Sulaiman Ad-Darani mengatakan bahwa dibacakan
kepada Abu Sulaiman Ad-Darani surat Hal Ata 'Alal Insani, yakni surat Al-Insan. Ketika pembaca sampai
pada firman Allah Swt.: Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga
dan (pakaian) sutra. (Al-Insan: 12) Maka Abu Sulaiman mengatakan bahwa mereka mendapat balasan
tersebut berkat kesabaran mereka dalam meninggalkan keinginan hawa nafsu. Kemudian Abu Sulaiman
membaca perkataan seorang penyair:

‫ف ا ْْلَ ِم ِيل‬ ٍّ ‫ أ‬... ٌ‫يل بِ َش ْه َوةٍ َوأ َِسري‬


َ ‫ُف ِم ْن ُم ْشتَ ِهي ِخ َل‬ ِ
ٌ ‫َك ْم قَت‬
‫ َوتُ ْل ِق ِيه ِف البلء الطويل‬... ‫الذ هل‬ ِ ‫اإلنْس‬
ُّ ُ‫ان تُ ْوِرثُه‬ ِ ُ ‫َش َهو‬
َ ْ ‫ات‬َ
Sudah berapa banyak orang yang terbunuh dan terbelenggu oleh nafsu syahwatnya, celakalah bagi
orang-orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya yang bertindak melawan norma-norma
kebaikan. Hawa nafsu manusia itu menjerumuskannya ke dalam kehinaan dan mencampakkannya ke
dalam musibah yang panjang.

–––––––––
The Man halaman 11
Gambaran kenikmatan yang diperoleh oleh orang-orang yang berbuat kebajikan di surga.

‫) َوَدانِيَةً َعلَْي ِه ْم‬١٣( ‫ك َل يََرْو َن فِ َيها ََشْ ًسا َوَل َزْم َه ِر ًيرا‬ ِ ِ‫ني فِيها َعلَى األرائ‬
َ
ِِ
َ َ ‫ُمتهكئ‬
‫ت‬ َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬َ ‫اب‬ٍ ‫و‬‫ك‬ْ َ‫أ‬‫و‬ ٍ‫ض‬
‫ة‬ ‫ه‬ ِ‫اف علَي ِهم ِِبنِي ٍة ِمن ف‬ُ ‫ط‬
َ ‫ي‬‫و‬ ) ١٤ ( ‫يل‬ ِ‫ِظل ُْلا وذُلِّلَت قُطُوفُها تَ ْذل‬
ْ َ َ ْ َ ْ َْ َُ َ ْ ََ
‫اج َها‬ ‫ز‬ ِ ‫)ويس َقو َن فِيها َكأْسا َكا َن‬١٦( ‫ض ٍة قَدهروها تَ ْق ِديرا‬
‫م‬ ‫ه‬ ِ‫)قَوا ِرير ِمن ف‬١٥( ‫قَوا ِريرا‬
َُ ً َ ْ ْ َُ ً َُ ْ َ َ َ َ
‫وف َعلَْي ِه ْم ِولْ َدا ٌن ُُمَله ُدو َن إِ َذا‬ ُ ُ‫) َويَط‬١٨( ‫) َعْي نًا فِ َيها تُ َس همى َس ْل َسبِيل‬١٧( ‫َزْْنَبِيل‬
)٢٠( ‫ت نَعِ ًيما َوُم ْل ًكا َكبِ ًريا‬ ِ
َ ْ‫) َوإِذَا َرأَي‬١٩( ‫َرأَيْتَ ُه ْم َحسْب تَ ُه ْم لُْؤلًُؤا َمْن ثُ ًورا‬
َ ْ‫ت ُثَه َرأَي‬
ٍ ‫ضر وإِستَُب ٌق وحلُّوا أَسا ِور ِمن فِ ه‬ ِ ِ
‫اه ْم َرُّبُْم َشَر ًاَب‬ ُ ‫ضة َو َس َق‬ ْ َ َ ُ َ َ ْ ْ َ ٌ ْ ‫اب ُسْن ُد ٍس ُخ‬ ُ َ‫َعاليَ ُه ْم ثي‬
)٢٢( ‫) إِ هن َه َذا َكا َن لَ ُك ْم َجَزاءً َوَكا َن َس ْعيُ ُك ْم َم ْش ُك ًورا‬٢١( ‫طَ ُه ًورا‬
(13) Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya)
matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan. (14) Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka
dan dimudahkan semudah-mudahnya untuk memetik (buah)nya. (15) Dan kepada mereka diedarkan
bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kristal, (16) kristal yang jernih terbuat
dari perak, mereka tentukan ukurannya yang sesuai (dengan kehendak mereka). (17) Dan di sana mereka
diberi segelas minuman bercampur jahe. (18) (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga (di surga)
yang dinamakan salsabil. (19) Dan mereka dikelilingi oleh anak-anak yang tetap muda. Apabila kamu
melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan. (20) Dan apabila kamu melihat (keadaan)
di sana (surga), niscaya engkau akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (21)
Mereka berpakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan memakai gelang terbuat dari perak, dan
Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih (dan suci). (22) Inilah balasan untukmu, dan
segala usahamu diterima dan diakui (Allah).
Allah Swt. menceritakan perihal ahli surga dan kenikmatan abadi yang diperoleh mereka serta
keutamaan yang besar yang dilimpahkan Allah bagi mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

ِ ِ‫ني فِيها َعلَى األرائ‬


}‫ك‬ ِِ
َ َ َ ‫{ ُمتهكئ‬
Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan. (Al-Insan: 13)
Pembahasan mengenai hal ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Ash-Shaffat dan juga perbedaan
pendapat sehubungan dengan cara mereka bersandar, apakah bersandar atau berbaring atau bersila
atau duduk dengan mantap. Dan bahwa yang dimaksud dengan dipan-dipan ialah pelaminan-pelaminan
yang berkelambu.
Firman Allah Swt.:

} ‫{ ََل يََرْو َن فِ َيها ََشْ ًسا َوَل َزْم َه ِر ًيرا‬


–––––––––
The Man halaman 12
mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang menggigit.
(Al-Insan: 13)
Artinya, di tempat mereka tidak ada panas yang terik dan tidak pula dingin yang menusuk tulang,
melainkan cuacanya sedang dan selamanya demikian; mereka tidak man berpindah tempat darinya
untuk selama-lamanya.

} ‫{ َوَدانِيَةً َعلَْي ِه ْم ِظل ُْلَا‬


Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka. (Al-Insan: 14)
Yakni ranting-rantingnya dekat dengan mereka.

} ‫ت قُطُوفُ َها تَ ْذلِيل‬ ِ


ْ َ‫{ َوذُلّل‬
dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14)
Manakala seseorang dari mereka ingin memetik buahnya, maka buahnya itu mendekat kepadanya dari
rantingnya yang tinggi seakan-akan buah itu tunduk patuh kepadanya. Seperti yang digambarkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:

ٍ ‫ني‬
‫دان‬ ِ ْ َ‫اْلَنهت‬
ْ ‫َو َج ََن‬
Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (Ar-Rahman: 54)
Dan firman Allah Swt.:

ٌ‫قُطُوفُها دانِيَة‬
Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23)
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan buahnya dimudahkan memetiknya
semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Yakni jika ia berdiri, maka buah itu naik dengan kadar tertentu;
apabila ia duduk, maka buah itu turun hingga ia dapat memetiknya, dan apabila ia berbaring, maka buah
itu turun lebih rendah lagi agar ia dapat memetiknya. Yang demikian itulah maksud dari firman-
Nya: semudah-mudahnya (Al-Insan: 14)
Qatadah mengatakan bahwa tiada duri dan tiada jarak yang menghambat tangan mereka dari
memetiknya. Mujahid mengatakan bahwa tanah surga itu dari perak dan pasirnya minyak kesturi, dan
batang pepohonannya dari emas dan perak, dahan-dahan serta ranting-rantingnya dari mutiara basah,
zabarjad, yaqut, dan perak; sedangkan buah-buahannya beraneka ragam. Maka barang siapa yang
makan dari buahnya dengan duduk, tidak terganggu; barang siapa yang memakannya sambil berdiri,
tidak terganggu; dan barang siapa yang memakan darinya sambil berbaring, tidak terganggu (dari
memetiknya).
Firman Allah Swt.:

ٍ ‫اف َعلَْي ِهم ِِبنِي ٍة ِمن فِض ٍهة وأَ ْكو‬


} ‫اب‬ ُ َ‫{ َويُط‬
َ َ ْ َ ْ
Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala. (Al-Insan: 15)

–––––––––
The Man halaman 13
Yaitu berkeliling mengitari mereka pelayan-pelayan surga dengan membawa bejana-bejana yang
berisikan makanan terbuat dari perak, juga piala-piala atau gelas-gelas minuman.
Firman Allah Swt.:

} ‫{ قَ َوا ِر َير قَ َوا ِر َير ِم ْن فِض ٍهة‬


yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak. (Al-Insan: 15-16)
Lafaz yang pertama di-nasab-kan karena menjadi khabar kana, yakni kanat qawarira. Sedangkan yang
kedua di-nasab-kan adakalanya karena menjadi badal atau tamyiz, karena dijelaskan oleh firman-Nya:

} ‫{ قَ َوا ِر َير ِم ْن فِض ٍهة‬


(yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak. (Al-Insan: 16)
Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan Al-Basri, dan selain mereka yang bukan hanya seorang telah mengatakan
bahwa seputih perak dan sebening kaca, dan memang qawarir itu tiada lain terbuat dari kaca. Gelas-
gelas di surga terbuat dari perak, sekalipun demikian tampak transparan; bagian dalamnya dapat terlihat
dari bagian luarnya, dan hal seperti ini tiada persamaannya di dunia.
Ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ismail, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas yang mengatakan
bahwa di dalam surga tiada sesuatu pun melainkan hal yang serupa pernah diberikan kepadamu di
dunia, kecuali botol-botol (gelas-gelas) dari perak. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah Swt.:

} ‫وها تَ ْق ِد ًيرا‬
َ ‫هر‬
ُ ‫{ قَد‬
yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 16)
Yakni sesuai dengan ukuran pemiliknya, tidak lebih dan tidak kurang, bahkan memang disediakan
untuknya dan diukur sesuai dengan selera pemiliknya. Demikianlah makna pendapat Ibnu Abbas,
Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, Qatadah, Ibnu Abza, Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair, Qatadah,
Asy-Sya'bi, dan Ibnu Zaid, juga dikatakan oleh Ibnu Jarir dan selainnya yang bukan hanya seorang. Hal ini
menunjukkan perhatian yang sangat dan penghormatan yang tiada taranya bagi pemiliknya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah diukur
mereka dengan sebaik-baiknya.(Al-Insan: 16) Yaitu diukur sebesar telapak tangan; hal yang sama
dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas. Ad-Dahhak mengatakan bahwa sesuai dengan ukuran telapak tangan
pelayan. Pendapat ini tidak bertentangan dengan pendapat yang pertama, karena sesungguhnya gelas-
gelas itu besar dan kadarnya telah diukur dengan pas untuk kepuasan pemiliknya.
Firman Allah Swt.:

} ‫اج َها َزْْنَبِيل‬ ِ ِ


ُ ‫{ َويُ ْس َق ْو َن ف َيها َكأْ ًسا َكا َن مَز‬
Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Al-Insan:
17)
Yakni mereka diberi minuman. Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang yang bertakwa. Di
dalam gelas-gelas itu terdapat minuman khamr surga.

–––––––––
The Man halaman 14
} ‫اج َها َزْْنَبِيل‬ ِ
ُ ‫{ َكا َن مَز‬
yang campurannya adalah jahe. (Al-Insan: 17)
Terkadang minuman mereka diberi campuran kafur yang rasanya sejuk, dan terkadang diberi campuran
dengan jahe yang rasanya hangat, sehingga rasanya beragam. Orang-orang yang bertakwa dari kalangan
ahli surga diberi minuman yang adakalanya dicampur dengan kafur, adakalanya pula dicampur dengan
jahe. Adapun bagi kaum Muqarrabun dari kalangan penduduk surga, maka minuman mereka murni
tanpa campuran, seperti yang telah dikatakan oleh Qatadah dan selainnya yang bukan hanya seorang.
Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan firman-Nya:

} ِ‫اَّلل‬
‫اد ه‬ ِ ِ ‫{ عي نًا ي ْشر‬
ُ َ‫ب بَا عب‬
ُ َ َ َْ
(yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum. (Al-Insan: 6)
Dan dalam ayat ini disebutkan:

}‫{عْي نًا فِ َيها تُ َس همى َس ْل َسبِيل‬


َ
(Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabila. (Al-Insan: 18)
Yakni zanzabil itu adalah sebuah mata air di dalam surga diberi nama salsabila- Ikrimah mengatakan,
bahwa salsabila nama sebuah mata air di dalam surga. Mujahid mengatakan, bahwa mata air ini
dinamakan salsabila karena arus airnya yang lancar dan deras.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yang didatangkan dari) sebuah mata air
surga yang dinamakan salsabila. (Al-Insan: 18) Yaitu mata air yang airnya enak diminum. Ibnu Jarir telah
meriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa dinamakan demikian karena airnya terasa enak di
tenggorokan lagi mudah. Tetapi Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mencakup kesemuanya itu.
Firman Allah Swt:

ِ ِ ِ ُ ُ‫{ ويَط‬
ً ُ‫وف َعلَْيه ْم ِولْ َدا ٌن ُُمَله ُدو َن إ َذا َرأَيْتَ ُه ْم َحسْب تَ ُه ْم لُْؤلًُؤا َمْن ث‬
} ‫ورا‬ َ
Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka,
kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. (Al-Insan: 19)
Maksudnya, para pelayan surga berkeliling mengitari para penghuni surga untuk melayani mereka.

} ‫{ ُُمَله ُدو َن‬


yang tetap muda. (Al-Insan: 19)
Yakni dalam suatu keadaan yang kekal, mereka tidak berubah dari keadaan itu dan usia mereka tidak
bertambah dari usia mudanya. Mengenai pendapat ulama yang menakwilkan bahwa mereka (para
pelayan surga) itu memakai gelang dan pada telinga mereka terdapat anting-anting, sesungguhnya hal
ini tiada lain hanyalah berdasarkan terjemahan bebasnya. Mengingat mereka adalah anak-anak kecil dan
keadaan yang seperti itulah yang pantas bagi mereka.
Firman Allah Swt.:

–––––––––
The Man halaman 15
} ‫ورا‬ ِ ِ
ً ُ‫{ إ َذا َرأَيْتَ ُه ْم َحسْب تَ ُه ْم لُْؤلًُؤا َمْن ث‬
Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. (Al-Insan: 19)
Artinya, jika engkau lihat mereka menyebar dalam menunaikan tugasnya melayani majikan-majikan
mereka penghuni surga, jumlah mereka yang banyak serta penampilan mereka yang cerah ceria, warna
mereka dan juga pakaian dan perhiasan mereka yang indah-indah, tentulah kamu mengira mereka
adalah mutiara yang bertaburan. Untuk menggambarkan keadaan mereka, tiada perumpamaan yang
lebih indah selain dari mutiara yang bertaburan di tempat yang indah.
Qatadah telah meriwayatkan dari Abu Ayyub, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa tiada seorang penduduk
surga pun melainkan dilayani oleh seribu pelayan, masing-masing pelayan mempunyai tugas tersendiri
dalam melayani tuannya.
Firman Allah Swt.:

َ ْ‫{ َوإِذَا َرأَي‬


}‫ت‬
Dan apabila kamu melihat di sana. (Al-Insan: 20)
Hai Muhammad, jika engkau lihat keadaan di surga yang penuh dengan kenikmatan, tempat yang sangat
luas dan ketinggiannya serta segala sesuatu yang mewarnai kehidupannya yang penuh dengan
kemewahan dan kegembiraan.

} ‫يما َوُم ْل ًكا َكبِ ًريا‬ِ ‫{ رأَي‬


ً ‫ت نَع‬
َ َْ
niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (Al-Insan: 20)
Yakni kerajaan milik Allah di sana yang sangat luas dan kekuasaan yang memukaukan. Di dalam hadis
sahih telah disebutkan bahwa Allah berfirman kepada orang yang paling akhir dikeluarkan dari neraka,
yang berarti dia adalah orang yang paling akhir masuk surga, "Sesungguhnya bagimu di dalam surga
semisal dengan dunia dan sepuluh kali lipatnya."
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan melalui hadis yang diriwayatkan melalui Suwayyir ibnu
Abu Fakhitah, dari Ibnu Uma ryang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

‫صاهُ َك َما يَْنظُُر إِ ََل‬ ٍ ِ ِ ِِ ِ


َ ْ‫« إِ هن أ َْد ََن أ َْه ِل ا ْْلَنهة َمْن ِزلَةً لَ َم ْن يَْنظُُر ِِف ُم ْلكه َمس َريَة أَلْف َسنَة يَْنظُُر إِ ََل أَق‬
» ُ‫أ َْد ََّنه‬
Sesungguhnya ahli surga yang paling rendah kedudukannya bagi orang yang melihat di dalam
kerajaannya diperlukan waktu dua ribu tahun; dia memandang ke bagian yang jauhnya sama dengan
memandang ke bagian yang terdekatnya.
Apabila pemberian Allah kepada ahli surga yang paling rendah kedudukannya sudah seperti ini, maka
tidak terbayangkan pahala yang diberikan Allah kepada ahli surga yang lebih tinggi kedudukannya.
Imam Tabrani dalam bab ini telah mengetengahkan sebuah hadis yang garib sekali, untuk itu dia
mengatakan bahwa:

–––––––––
The Man halaman 16
ِ ِِ ِ ِ
‫وب‬َ ُّ‫ َع ْن أَي‬،‫ف بْ ُن َس ٍاَل‬ ُ ‫ َحدهثَنَا عُ َفْي‬،‫ َحدهثَنَا ُُمَ هم ُد بن َع هما ٍر الْ َم ْوصل ُّي‬،‫َحدهثَنَا َعل ُّي بْ ُن َعْبد الْ َع ِزي ِز‬
‫اَّللُ َعلَْي ِه‬
‫صلهى ه‬ ِ‫ول ه‬
َ ‫اَّلل‬
ِ ‫اَلب َش ِة إِ ََل رس‬
َُ
ِ
ََْ ‫ َجاءَ َر ُج ٌل م َن‬:‫ال‬ َ َ‫ َع ِن ابْ ِن عُ َمَر ق‬،‫ َع ْن َعطَ ٍاء‬،َ‫بْ ِن عُْت بَة‬
‫لص َوِر َو ْاألَلْ َو ِان‬
ُّ ‫ض ْلتُم َعلَْي نَا َِب‬ ِ‫ول ه‬ َ ‫ فَ َق‬."‫استَ ْف ِه ْم‬ ِ‫اَّلل‬ َ ‫ فَ َق‬:‫َو َسله َم‬
ّ ُ‫ ف‬،‫اَّلل‬ َ ‫ ََي َر ُس‬:‫ال‬ ْ ‫"س ْل َو‬َ ‫ول ه‬: ُ ‫ال لَهُ َر ُس‬
‫اْلَن ِهة؟‬ ِ
ْ ‫معك ِِف‬ َ ‫ إِِّّن لَ َكائِ ٌن‬،‫عملت بِِه‬ َ ‫وعملت ِبِِثْ ِل َما‬
ُ ‫آمنت بِِه‬
َ ‫آمنت ِبَا‬
ِ
ُ ‫أيت إِ ْن‬ َ ‫ أفر‬،‫َوالنُّبُ هوة‬
َ َ‫ ُثُه ق‬."‫ف َع ٍّام‬ ِ ْ‫اْلن ِهة ِمن م ِسريةِ أَل‬ ِ ِ ْ ‫اض ْاأل‬ ِِ ِ ِ
‫ال‬ َ َ ْ َْ ‫َس َود ِف‬ ُ َ‫ إِنههُ لََُريى بَي‬،‫ َوالهذي نَ ْفسي بِيَده‬،‫ "نَ َع ْم‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬
:‫ال‬ َ َ‫ َوَم ْن ق‬،ِ‫اَّلل‬ ‫ َكا َن لَهُ ِبَا َعه ٌد ِعْن َد ه‬،ُ‫اَّلل‬ ‫ ََل إِلَهَ إِهَل ه‬:‫ال‬ َ َ‫"م ْن ق‬ ِ ‫اَّللِ صلهى ه‬
َ :‫اَّللُ َعلَْيه َو َسله َم‬ َ ‫ول ه‬ ُ ‫َر ُس‬
:‫ال َر ُج ٌل‬ َ ‫ فَ َق‬."‫ف َح َسنَ ٍة‬ ِ ٍ
َ ْ‫ َوأ َْربَ َعةٌ َوع ْشُرو َن أَل‬،‫ف َح َسنَة‬ ِ ْ‫ ُكتِب لَهُ ِمائَةُ أَل‬،ِ‫اَّللِ وِِبم ِده‬
َ ْ َ َ ‫ُسْب َحا َن ه‬
‫ "إِ هن الهر ُج َل لَيَأِِْتَ يَ ْوَم‬:‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم‬
‫صلهى ه‬ ِ‫ول ه‬ َ ‫اَّللِ؟ فَ َق‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ ‫ول ه‬ َ ‫ك بَ ْع َد َه َذا ََي َر ُس‬ ُ َ‫ف ََنْل‬َ ‫َكْي‬
‫ك‬ ِ ِ ِ‫ نعم ه‬:‫أَو‬- ُ‫ فَت ُقوم النِّعمة‬،‫الْ ِقيام ِة َِبلْعم ِل لَو و ِضع علَى جب ٍل َألَثْ َقلَه‬
َ ‫اد تَ ْستَ ْنف ُذ َذل‬ ُ ‫فَتَ َك‬-‫اَّلل‬ َ ْ َْ ُ َ ُ ََ َ َ ُ ْ َ َ َ َ
ِ ‫ان ِح‬ ِ‫ ونَزلَت ه ِذه‬."‫اَّلل بِر ْْحتِ ِه‬
}‫هه ِر‬ ْ ‫ني م َن الد‬ ٌ ِ ‫{ه ْل أَتَى َعلَى اإلنْ َس‬ َ :ُ‫ورة‬ َ ‫الس‬
ُّ َ ْ َ َ َ َ ُ‫ إِهَل أَ ْن يَتَ غَ ّمده ه‬،ُ‫ُكلهه‬
."‫ "نَ َع ْم‬:‫ال‬ َ َ‫اْلَن ِهة؟ ق‬
ْ ‫اك ِِف‬ َ َ‫ َوإِ هن َعْي ِّن لََََتى َما تََرى َعْي ن‬:‫اَلَبَ ِش ُّي‬ ْ ‫ال‬ َ ‫{وُم ْل ًكا َكبِ ًريا} فَ َق‬ ِِ ِ
َ :‫إ ََل قَ ْوله‬
‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم يُدليه‬‫صلهى ه‬ ِ‫ول ه‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ْ‫ فَلَ َق ْد َرأَي‬:‫ال ابْ ُن عُ َمَر‬ َ َ‫ ق‬.ُ‫ت نَ ْف ُسه‬ ْ ‫اض‬
َ َ‫استَ ْب َكى َح هَّت ف‬ ْ َ‫ف‬
ِ‫ِِف حفرته بِي ِده‬
َ َُ
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ammar Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Salim, dari Ayyub ibnu Atabah, dari
Ata, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari Habsyah datang kepada Rasulullah
Saw., maka beliau Saw. bersabda kepadanya, "Apa ada yang bisa saya bantu?" Lelaki itu berkata,
"Wahai Rasulullah, kamu mempunyai kelebihan di atas kami berkat rupa, warna kulit, dan kenabian.
Maka bagaimanakah pendapatmu jika aku beriman kepada apa yang engkau imani dan aku beramal
seperti apa yang engkau amalkan, bahwa sesungguhnya aku benar-benar akan ada bersamamu di dalam
surga?" Maka Rasulullah Saw. menjawab: Benar, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman
kekuasaan-Nya, sesungguhnya benar-benar cahaya kulit hitamnya dapat terlihat di dalam surga dari
jarak perjalanan seribu tahun. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang mengucapkan,
"Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, " maka baginya berkat kalimah tersebut ada suatu
jaminan dari Allah. Dan barang siapa yang mengucapkan, "Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-
Nya, "maka dicatatkan baginya seratus ribu kebaikan dan duapuluh empat ribu kebaikan lainnya. Lalu
lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika kami meninggal sesudah ini?" Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar datang di hari kiamat dengan
membawa amal yang sekiranya diletakkan di atas sebuah gunung, niscaya gunung itu akan merasa
keberatan. Lalu diletakkanlah nikmat-nikmat Allah (yang telah diberikan kepadanya sewaktu di dunia),
maka hampir saja nikmat-nikmat itu menghabiskan semua (amal)nya, terkecuali bila Allah

–––––––––
The Man halaman 17
menyelimutinya dengan rahmat-Nya. Dan turunlah firman-Nya: Bukankah telah datang atas manusia
satu waktu dari masa. (Al-Insan: 1) Sampai dengan firman-Nya: dan kerajaan yang besar. (Al-Insan: 20)
Maka orang Habsyi itu berkata, "Sesungguhnya kedua mataku ini benar-benar dapat melihat seperti apa
yang dilihat oleh kedua matamu di dalam surga." Rasulullah Saw. menjawab, "Benar," lalu orang Habsyi
itu menangis dan jatuh pingsan, kemudian meninggal dunia. Ibnu Umar mengatakan bahwa sesungguhnya
dia melihat Rasulullah Saw. Meletakkan jenazahnya ke liang kuburnya.
Firman Allah Swt.:

} ‫ضٌر َوإِ ْستَ ْ َُب ٌق‬


ْ ‫اب ُسْن ُد ٍس ُخ‬ ِ ِ
ُ َ‫{ َعاليَ ُه ْم ثي‬
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal. (Al-Insan: 21)
Yakni pakaian penghuni surga di dalam surga adalah kain sutra, yang antara lain ialah kain sutra yang
tipis seperti baju gamis dan pakaian lainnya yang dikenakan langsung ke badan; kemudian kain sutra
tebal yang berkilauan karena mengkilat, yang ini dipakai di bagian luar sebagaimana biasa pakaian
bagian luar.

} ‫َسا ِوَر ِم ْن فِض ٍهة‬


َ ‫{ َو ُحلُّوا أ‬
dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak. (Al-Insan: 21)
Ini merupakan gambaran orang-orang Abrar, sedangkan yang dialami oleh orang-orang Muqarrabun
adalah seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

‫باس ُه ْم فِيها َح ِر ٌير‬ِ ٍ ‫ُُيَلهو َن فِيها ِم ْن أَسا ِور ِم ْن َذ َه‬


ُ ‫ب َولُْؤلُؤاً َول‬ َ ْ
Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka
adalah sutra. (Al-Hajj: 23)
Setelah Allah menyebutkan gambaran lahiriah mereka yang dihiasi dengan berbagai macam pakaian dan
perhiasan, lalu dalam firman berikutnya disebutkan:

} ‫ورا‬
ً ‫اه ْم َرُّبُْم َشَر ًاَب طَ ُه‬
ُ ‫{ َو َس َق‬
dan Tuhan mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (Al-Insan: 21)
Maksudnya, Allah membersihkan batin mereka dari hasud, dengki, iri hati, penyakit, dan semua akhlak
yang hina, seperti yang telah diriwayatkan kepada kita dari Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib r.a. Ia
pernah mengatakan, "Apabila ahli surga sampai di depan pintu surga, maka di sana mereka menjumpai
dua buah mata air, lalu seakan-akan mereka diberi ilham untuk pergi kepada kedua mata air itu. Lalu
mereka minum dari salah satu mata air itu, maka Allah melenyapkan semua penyakit yang ada di dalam
perut (rongga tubuh) mereka, kemudian mereka mandi dari mata air yang satunya lagi, maka
sesudahnya terpancarlah dari tubuh mereka pandangan kehidupan yang penuh dengan kenikmatan."
Dengan demikian, maka Allah telah menggambarkan keadaan lahiriah dan batin mereka yang semuanya
indah.
Firman Allah Swt. selanjutnya:

–––––––––
The Man halaman 18
ِ
ً ‫{ إ هن َه َذا َكا َن لَ ُك ْم َجَزاءً َوَكا َن َس ْعيُ ُك ْم َم ْش ُك‬
} ‫ورا‬
Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). (Al-Insan:
22)
Dikatakan demikian kepada mereka sebagai penghormatan dan perlakuan yang baik terhadap mereka,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

‫اْلالِيَ ِة‬
ْ ‫َسلَ ْفتُ ْم ِِف ْاأل هََيِم‬ ِ ِ
ْ ‫ُكلُوا َوا ْشَربُوا َهنيئاً ِبا أ‬
(Kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu
kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haqqah: 24)
Dan firman Allah Swt.:

ْ ‫ودوا أَ ْن تِْل ُك ُم‬


‫اْلَنهةُ أُوِرثْتُ ُموها ِِبا ُكْن تُ ْم تَ ْع َملُو َن‬ ُ ُ‫َون‬
Dan diserukan kepada mereka, "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu
kamu kerjakan.” (Al-A'raf:43)
Adapun firman Allah Swt.:

} ‫ورا‬
ً ‫{ َوَكا َن َس ْعيُ ُك ْم َم ْش ُك‬
dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).(Al-Insan: 22)
Yakni Allah Swt. memberi balasan kepadamu dari amalmu yang sedikit dengan balasan pahala yang
banyak.

–––––––––
The Man halaman 19

Anda mungkin juga menyukai