Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS “PROLONGED FEVER” PADA An. N

DI RUANG CEMPAKA RS GOETENG TAROENADIBRATA

Disusun Oleh:

Tia Anggraeni
1711020164
Kelas 5C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN PROLONGED FEVER

A. DEFINISI

Demam merupakan bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang terjadi


dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, namun bila demam
tinggi dapat mrnyababkan masalah serius pada anak (Ngastiyah, 2012).

Demam (Febris) adalah meningkatnya suhu tubuh yang tidak normal yang
merupakan tanda klinis terjadinya gangguan fisiologi tubuh (Nurachmah, 2000).

Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus


(Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih
dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari
dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).

Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu


tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas
variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat
termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.

Dapat disimpulkan bahwa Demam lama (prolonged fever) merupakan


penyakit dengan lama demam melebihi waktu yang diharapkan. Demam
berkepanjangan adalah suatu kondisi suhu tubuh lebih dari 38°C yang menetap
selama lebih dari 8 hari dengan penyebab yang sudah atau belum diketahui.
Tipe- tipe demam yang ditemui secara umum ialah:

1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
6. Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.

Demam pada anak dapat digolongkan menjadi:

1. Demam singkat dan tanda-tanda yang mengumpul pada satu tempat


sehingga diagnosis dapat ditegakkan melalui riwayat klinis dan
pemeriksaan fisik, dengan atau tanpa uji laboratorium.
2. Demam tanpa tanda-tanda yang mengumpul pada satu tempat, sehingga
riwayat dan pemeriksaan fisik tidak memberi kesan diagnostik tetapi uji
laboratorium dapat menegakkan etiologi.
3. Demam yang tidak diketahui sebabnya.

B. ETIOLOGI

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam


dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000). Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan
holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000


bahwa etiologi febris,diantaranya:

1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,


anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi
dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik
minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman
pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan
sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat (Carpenito. 2000).

D. PATOFISIOLOGI

Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point(Julia, 2000). Demam adalah sebagai mekanisme
pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk
ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan
merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang
tinggi ini akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel
limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan
antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003).

Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau krisis/flush.


Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan
jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa
jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor yang menyebabkan suhu
tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak
berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton,
1999).

E. PATHWAYS

F. PEMERIKSAAN PENUNJANGAN
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan demam berkepanjangan
(prolonged fever) terdiri dari pemeriksaan penunjang dasar dan pemeriksaan
penunjang lanjutan. Pemeriksaan penunjang dasar yaitu pemeriksaan darah tepi,
hitung jenis leukosit, laju endap darah, urinalisa, rontgen dada, serta
pemeriksaan serologi HIV. Pemeriksaan penunjang lanjutan pada pasien
dengan demam berkepanjangan sangatlah beraneka ragam. Pemilihan
pemeriksaan penunjang lanjutan tersebut dilakukan berdasarkan diagnosis kerja
namun ternyata tidak seluruh pasien dengan diagnosis kerja demam
berkepanjangan dilakukan seluruh pemeriksaan. Kuman terbanyak yang
ditemukan pada biakan darah, biakan urin dan biakan feses adalah masing-
masing Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Escherichia coli
pathogen (Barry army bakry dkk, 2008).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Secara Fisik

Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap


4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau
apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang
terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat
terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.

a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan


b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –
banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu
(anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah
agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol
dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur
suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat


pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas
normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:

a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol


b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1
½ sendokteh sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2
sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas
in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat
dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan


demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan
pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda
dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal
5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat
d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan
intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n
pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan
perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping
hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek
terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8
jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek
samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara
han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak
dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

H. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24
jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayan otak
3. Resiko persisten bakteremia.
4. Resiko meningitis
5. Resiko ke arah keseriusan penyakit

I. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit/ trauma
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal (36.5 º ).
Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada pusing dan pasien
merasa nyaman
Intervensi :
a. Monitor suhu sesering mungkin
b. Monitor TD, Nadi, RR
c. Berikan pengobatan untuk mengatasi demam
d. Ajarkan pada keluarga pasien mengompres pasien pada lipat
misal paha dan aksila
2. Nausea berhubungan dengan iritasi pada sistem gastrontestinas
Tujuan : Defisit volume cairan dapat diatasi
Kriteria hasil :
a. Keseimbangan asupan dan keluaran dalam 24 jam
b. Berat badan stabil
c. Urin dalam batas normal
d. Hidrasi kulit tidak terganggu

Intervensi :

a. Kaji penyebab nausea


b. Pertahankan intake dan output cairan yang akurat monitor
Vital sign
c. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
d. Anjurkan keluarga untuk memberi pasien makan sedikit tapi
sering

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Berat badan normal, nafsu makan ada / bertambah.
Intervensi :
a. timbang berat badan pasien setiap hari
b. jelaskan pada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat beri diet
lunak
c. ajarkan keluarga pasien untuk memberi makan pasien sedikit
tapi sering,
d. pertahankan kebersihan mulut dengan baik,
e. sajikan makanan dalam bentuk yang menarik

4. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit


Tujuan : cemas dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Klien/keluarga dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat
meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh
b. Klien/keluarga mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang
dilakukan
c. Klien/keluarga mengungkapkan penurunan cemas yang
berhubungan dengan hipertermi, proses penyakit

Intervensi :
a. Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang
dimiliki klien/keluarga mengenai hipertermi
b. Berikan informasi pada klien/keluarga yang akurat tentang
penyebab hipertermi
c. Validasi perasaan klien/keluarga dan yakinkan
klien/keluarga bahwa kecemasan merupakan respon yang
normal
d. Diskusikan dengan klien/keluarga rencana tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan keadaan
penyakit

DAFTAR PUSTAKA
 Bakry, Bary Army., dkk. 2000 Etiologi dan Karakteristik Demam
Berkepanjangan Pada Anak di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo. Jurnal
Sari Pediatri, 10.
 Carpenito, Lynda Juan. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
8. Jakarta: EGC
 Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
 Guyton, 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
 Julia, Klaajte Kadang. 2000. Metode Tepat Mengatasi Demam. Google.
Com ( Diakses pada 19 november 2019).
 Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC
 Noer, Sjaifulloh. 2004. Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
 Nurachmah, elly. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
 Oswari, E. 2006. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
 Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Aauhan Keperawatan Penyaki Dalam. Edisi
1. Jakarta: Agung Setia.

Anda mungkin juga menyukai