Karena adanya kemajuan dalam teknologi medis, jumlah orang lanjut usia di masyarakat
telah berkembang pesat. Karena usia adalah faktor risiko utama untuk berkembangnya penyakit
Alzheimer (disebut sebagai demensia tipe Alzheimer dalam DSM IV) dan demensia terkait, jumlah
orang yang menderita penyakit ini meningkat dengan cepat. Dalam banyak kasus, penyebab dari
penyakit alzheimer tidak diketahui. Jarang ditemukan, bahwa adanya beberapa mutasi genetik
menyebabkan terjadinya penyakit ini ketika penyakit ini dimulai pada pertengahan kehidupan dan
adanya pola pewarisan autosomal yang dominan. Para ilmuwan secara aktif mencari pengobatan
yang lebih efektif dan penyembuhan yang mungkin dilakukan, dan peningkatan pengetahuan dari
faktor risiko potensial dan faktor pelindung yang mungkin dapat berkonstribusi pada strategi
pencegahan. Seiring dengan pendekatan tersebut, diagnosis yang akurat, perawatan simptomatik
dan intervensi keluarga sangat penting untuk meminimalkan penderitaan pasien dan anggota
penurunan kognitif ringan. Faktanya penurunan fungsi kognitif berhubungan dengan penuaan
yang muncul menjadi suatu rangkaian. Aspek normal dari penuaan adalah kesadaran tentang
perubahan memori ringan, tetapi secara objektif defisit kognitifnya ringan. Namun, seiring dengan
kemajuan pada neurogeneration, penurunan kognitif ringan, merupakan keadaan transisi antara
penuaan normal dan demensia, yang akan berkembang dan menempatkan pasien pada peningkatan
Menurut DSM IV, ciri penting dari demensia adalah gangguan memori, gangguan
setidaknya pada satu domain kognitif (misalnya bahasa, kemampuan visuospasial), serta adanya
gangguan yang signifikan pada fungsi pekerjaan dan sosial atau keduanya yang merupakan
hasil/akibat dari gangguan kognitif. Ciri-ciri ini tidak bisa terjadi secara eksklusif selama
perjalanan delirium. Demensia dengan tipe Alzheimer didefinisikan sebagai sindrom demensia
dengan onset yang gradual (pelan pelan/berangsur angsur) dan progresif dan tanpa penyebab lain
yang bisa diidentifikasi dan kadang sebabnya dapat diobati. Diagnosis pasti demensia jenis
Alzheimer dapat dilakukan hanya dengan pemeriksaan histopatologi jaringan otak, umumnya
setelah kematian pasien. Sebuah kelompok kerja untuk diagnosis pada gangguan ini ditetapkan
oleh National Institute of Neurological and Communicative Disorders and the Alzheimer's
Association menetapkan kriteria yang memberikan panduan untuk possible diagnosis dan probable
diagnosis (diagnosis yang mungkin dan kemungkinan diagnosis) untuk penyakit Alzheimers.
Kemungkinan penyakit Alzheimers termasuk dalam sindrom demensia dimana ada penyakit
tambahan (seperti tumor atau serebral thrombosis) mungkin bisa diimplikasikan. Possible
diagnosis (diagnosis yang mungkin) penyakit Alzheimers sama dengan demensia yang progresif
dari tipe Alzheimers. Kriteria penelitian untuk diagnosis penyakit Alzheimers telah diusulkan
untuk direvisi baru-baru ini. Kriteria ini mempertimbangkan pengetahuan ilmiah yang
berkembang tentang neuroimaging dan biomarker lain untuk penyakit Alzheimers, termasuk
adanya gangguan memori episodik diawal sakit yang terjadi bersama dengan setidaknya satu atau
tomography (PET) dan analisis amyloid β atau protein dari cairan serebrospinal.
Sebelum pasien mengalami demensia, kemunduran kognitif ringan (mild cognitive
impairment) sering didiagnosis. Pasien dengan prodormal demensia ini dapat hidup mandiri, sadar
akan perubahan ingatan mereka, dan biasanya menunjukkan masalah dalam mengingat kembali,
meskipun domain kognitif non memori mungkin terganggu juga. Ketika seorang pasien
menunjukkan gejala kognitif terutama di bidang memori, istilah gangguan kognitif ringan
amnestik sering digunakan. Pasien dengan subtipe amnestik ini cenderung berkembang menjadi
penyakit Alzheimer.
SEJARAH
Pada tahun 1906, Psikiater dan ahli saraf Jerman Alois Alzheimer pertama kali
mendiskripsikan seorang pasien setengah baya yang menderita demensia progresif yang
mempengaruhi bahasa, ingatan dan perilaku. Setelah pasien meninggal pada usia 55 tahun,
alzheimer menerapkan teknik pewarnaan baru ke jaringan otak pasien dan menunjukkan adanya
sesuatu yang saat ini dinamakan neurofibrillary tangles dan plak neuritik di neokorteks dan daerah
otak lainnya. Selama bertahun-tahun, penyakit Alzheimer’s dianggap sebagai demensia presenil,
sebagian karena beberapa plak dan tangles yang terjadi pada orang tua tanpa demensia dan
beberapa orang tua dengan demensia mempunyai beberapa plak dan tangles. Konflik semacam ini
telah diselesaikan pada akhir 1960an, ketika tingkat demensia terbukti berkorelasi dengan jumlah
plak neurotik di daerah neurokortikal. Selain itu, penyebab dari demensia senile tidak ada selain
penyakit Alzheimer.
Pengakuan bahwa demensia bukanlah bagian normal dari penuaan tetapi merupakan suatu
penyakit telah mendorong agenda penelitian. Namun, itu juga telah berfungsi untuk menstigmasi
kondisi tersebut. Banyak orang yang telah berusia tua enggan untuk mencari bantuan untuk
peningkatan gejala ingatan mereka karena ketakutan mereka bahwa mereka mungkin menderita
penyakit Alzheimer. Dengan demikian, perawatan simptomatik sering dimulai setelah pasien
sudah menderita demensia dengan derajat moderat. Namun, jika perawatan masa depan dapat
dikembangkan untuk menunda timbulnya peyakit Alzheimer, mungkin ada sedikit penekanan pada
pengobatan keaadaan penyakit dan perhatian yang lebih besar untuk strategi pencegaahan,
EPIDEMIOLOGY
Demensia adalah penyebab paling umum psikopatologi pada orang tua. Demensia tipe
Alzheimer menyumbang sekitar 60% dari demensia pada usia tua. Diperkirakan 5-10% orang
berusia diatas 65 tahun menyumbang kenaikan paling mencolok dalam insiden demensia diusia
sangat tua. Demensia Alzheimer dan demensia terkait membebani masyarakat setiap tahun sekitar
$ 100 miliar, yang mencakup baik biaya langsung (yaitu pengeluaran dolar aktual) dan biaya tidak
langsung (yaitu, kerugian sumber daya yang tidak melibatkan pengeluaran dolar). Faktor risiko
terbesar dalam berkembangnya demensia adalah usia : insiden dan prevalensi penyakit menjadi
dua kali lebih besar setiap 5 tahun setelah usia 60 tahun. Diperkirakan 4 juta warga AS menderita
penyakit Alzheimer. Ketika generasi baby boom (lahir tahun 1950an dan 1960an) masuk kedalam
usia 60 tahun dan lebih tua, penyakit Alzheimer akan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
lebih besar. Jumlah orang Amerika yang menderita penyakit Alzheimer diperkirakan meningkat
tiga kali lipat pada pertengahan abad, tumbuh dari 4,5 juta menjadi lebih dari 13 juta. Prevalensi
gangguan kognitif ringan mungkin setinggi 19 persen pada orang yang lebih tua dari usia 65 tahun
dan 29 persen pada mereka yang lebih tua dari usia 85 tahun.
ETIOLOGI
mengarah pada perawatan yang dapat menunda atau bahkan menghentikan proses demensia.
Upaya telah difokuskan pada berbagai sistem neurotransmitter, terutama sistem kolinergik karena
temuan hilangnya neuron kolinergik di nukleus dasar otak depan. Studi jaringan setelah kematian
dan cairan serebrospinal juga telah menemukan defisit dalam sistem neurotransmitter
bidang biologi molekuler dan genetika. Peningkatan frekuensi pasien sindrom Down (trisomi 21)
yang akan berkembang menjadi penyakit neuropatologi dan demensia Alzheimer pada usia 40-an
memicu fokus awal pada kromosom 21, dan keterkaitan yang signifikan dengan kromosom 21
ditemukan pada beberapa keluarga awitan tetapi tidak pada yang lain. Semangat dalam penelitian
genetika meningkat ketika gen yang mengkode protein prekursor amiloid (APP) ditemukan dalam
plak senilis yang dilokalisasi ke wilayah kromosom 21 yang sama. Mutasi APP, bagaimanapun,
relatif jarang. Penelitian tambahan telah menunjukkan bahwa kebanyakan onset awal dalam
keluarga tidak memisahkan mutasi APP menunjukkan mutasi gen kromosom 14 (presenilin 1).
Bentuk lain dari onset awal penyakit Alzheimer diperlihatkan oleh keluarga asal Jerman Volga.
Studi tentang penyakit dengan onset lambat (demensia yang dimulai setelah usia 60 tahun)
menunjukkan bukti adanya hubungan atau asosiasi atau keduanya dengan wilayah kromosom 19.
Apolipoprotein E (APOE) adalah kandidat gen untuk kerentanan penyakit Alzheimer sebagian
karena APOE dan cairan serebrospinal terikat agar amiloid β peptida dan antisera tidak bergerak
ke APOE plak senilis dan tangles neurofibrillary. Selain itu, APOE dilokalisasi di daerah yang
APOE memiliki tiga varian alel (2, 3, dan 4). Setiap orang mewarisi satu alel dari masing-
masing orang tua, sehingga lima genotipe umum adalah mungkin (2/3, 3/3, 2/4, 3/4, dan 4/4).
Genotipe keenam (2/2) jarang. Pada populasi umum, sekitar 3 persen orang memiliki 4/4 genotip,
20 persen memiliki genotipe 3/4, dan kebanyakan orang memiliki 3/3 genotipe. Alel APOE-4
meningkatkan risiko dan mengurangi usia saat onset demensia dalam mode terkait dosis, yaitu,
risiko penyakit Alzheimer terendah untuk genotipe 3/3, lebih tinggi untuk genotipe 3/4, dan
tertinggi untuk genotip 4/4. Sebaliknya, alel APOE-2 memiliki efek perlindungan, sehingga risiko
penyakit Alzheimer lebih rendah untuk orang-orang dengan genotipe 2/3 daripada bagi mereka
dengan genotipe 3/3. Kerentanan terhadap penyakit Alzheimer dari APOE mempengaruhi banyak
Salah satu strategi yang digunakan untuk memfasilitasi pencarian penyebab mengakui
membandingkan keluarga (satu atau lebih dipengaruhi kerabat tingkat pertama dari subjek
penelitian atau autosomal dominan jenis besar) dan pasien penyakit Alzheimer sporadis, serta
pasien dengan onset dini (65 tahun atau lebih muda) dan demensia onset lambat, telah menemukan
perbedaan klinis dan biologis di antara mereka. Penelitian lain menunjukkan perbedaan jenis
kelamin menurut ekspresi penyakit, metabolisme glukosa otak, dan fungsi neuroendokrin dan
kemungkinan interaksi antara usia saat onset, jenis kelamin, dan riwayat keluarga demensia. Studi
kasus-kontrol telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko untuk penyakit Alzheimer, termasuk
trauma kepala sebelumnya dan depresi. Faktor-faktor yang dapat mengurangi risiko untuk
berkembangnya penyakit Alzheimer termasuk prestasi pendidikan yang lebih tinggi, ukuran otak
Faktor lain yang berkontribusi termasuk peradangan dan perubahan oksidatif yang dapat
menyebabkan disfungsi dan akhirnya kematian neuron. Mekanisme patogenik, hipertensi dan
resistensi insulin, lebih lanjut membahayakan aliran darah ke otak, mengurangi metabolisme
Dalam arti, penelitian dalam penyakit Alzheimer seperti memecahkan teka-teki puzzle
besar: Meskipun para peneliti mulai mengumpulkan beberapa sudut, teka-teki jauh dari
terpecahkan. Dalam beberapa kasus, penyebabnya mungkin merupakan cacat genetik pada
kromosom 14; di lain, campuran faktor genetik dan lingkungan dapat memainkan peran.
Ciri khas demensia adalah gangguan memori. Dalam perkembangan demensia, memori
jangka pendek pada awalnya terpengaruh. Pasien memiliki kesulitan khusus dalam mempelajari
informasi baru, seperti yang ditunjukkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengingat tiga
objek setelah 5 menit atau bahkan setelah dua pengalihan. Memori jangka panjang mungkin
terpengaruh, dan pasien mungkin tidak mengingat informasi pribadi yang penting di masa lalu.
Area kognitif lain mungkin terganggu, termasuk pemikiran abstrak, judgment, kepribadian, dan
bahasa. Dalam kasus khas penyakit Alzheimer, onsetnya tersembunyi (tidak terdeteksi) sehingga
Diagnosis demensia sering luput atau tertunda. Studi prevalensi sampel masyarakat juga
mendeteksi banyak kasus yang tidak terdiagnosis. Sayangnya, dokter sering menerapkan diagnosis
demensia secara salah dengan mendiagnosis kondisi ketika tidak ada atau melewatkannya ketika
itu terjadi. Kesalahan seperti itu mungkin disebabkan oleh kurangnya perhatian pada fungsi
kognitif selama pemeriksaan skrining medis atau kurangnya pengetahuan tentang proses penuaan
normal.
Riwayat lengkap dari seseorang yang mengetahui pasien dengan baik, pemeriksaan fisik
dan neurologis, dan pemeriksaan status mental sangat penting dalam evaluasi diagnostik. Tes
status mental standar singkat (misalnya, Pemeriksaan Mini-Mental State Examination, Mini-Cog)
berguna untuk mengukur tingkat gangguan kognitif, dan neuropsikologi yang lebih luas untuk
memberikan rincian tentang sifat defisit kognitif. Pada pemeriksaan, pasien dapat menunjukkan
fungsi motorik utuh), agnosia (ketidakmampuan untuk mengenali objek, meskipun fungsi sensorik
utuh), atau kesulitan dalam keterampilan visual-spasial (ketidakmampuan untuk menyalin gambar
dua dimensi dan tiga dimensi atau untuk menyusun blok). Berbagai perubahan perilaku dapat
menyertai defisit kognitif, termasuk paranoia, agitasi, insomnia, kecemasan, dan depresi.
Kepadatan plak telah digunakan sebagai kriteria untuk diagnosis penyakit Alzheimer setelah
kematian. Pengurangan jumlah neuron dan sinapsis dan akumulasi plak dan tangles terjadi di lobus
frontal, temporal, dan parietal; temuan itu konsisten dengan keterlibatan asosiasi dan struktur otak
limbik. Karena kehilangan neuronal, otak pasien penyakit Alzheimer menunjukkan atrofi lebih
[MRI]) dapat mengidentifikasi penyebab demensia yang bisa diobati seperti hidrosefalus tekanan
normal atau lesi yang menempati ruang (space occupying lession). Pencitraan struktural juga
membantu dalam mendeteksi stroke dan pola atrofi. The American Academy of Neurology dalam
Dalam praktek klinis, pemindaian struktural banyak digunakan, dan ahli radiologi
menafsirkan hasil berdasarkan pembacaan visual. Dalam setting penelitian, program analisis
gambar digunakan untuk mengukur volume MRI dan CT regional. Analisis ini telah menemukan
bahwa pengukuran atrofi medial temporal atau hippocampal dapat membedakan pasien dengan
diagnosis klinis penyakit Alzheimer dari kontrol. Atrofi pada korteks entorhinal dan hipokampus
dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk perkembangan memori dan perkembangan penyakit
Alzheimer.
setelah injeksi fluorodeoxyglucose (FDG) dapat membedakan demensia tipe Alzheimer dari
posterior cingulate, parietal, temporal, dan frontal, dan pola ini dapat diamati juga pada pasien
dengan gangguan kognitif ringan (Gambar 54.3f – 1). Menggabungkan penilaian risiko genetik
dengan PET adalah strategi potensial untuk deteksi dini penyakit Alzheimer.
Gambar 54.3f.1
Contoh PET otak dari kontorl subyek (kiri), pasien dengan mild cognitif impairment (tengah) dan
pasien dengan penyakit Alzheimer (kanan), termasuk penggunaan agen FDDNP (atas), FDG
(tengah) dan MPPF (bawah). Untuk semua metode pencitraan, pasien dengan mild cognitif
impairment menunjukkan hasil pertengahan antara pasien kontrol dan pasien dengan penyakit
Alzheimer. Skala absolut sebanding pada subyek dengan pemeriksaan spesifik dan pewarnaan
yang lebih hangat di indikasikan untuk hasil yang lebih baik. Pada pasien dengan penyakit
Alzheimer anak panah menunjukkan ke arah frontal, parietal, singulat posterior (atas), frontal dan
Beberapa probe molekul kecil yang digunakan pada pencitraan PET telah ditemukan untuk
menyediakan pengukuran in vivo dari plak amyloid, dan satu Senyawa (FDDNP) dapat mengukur
baik plak amiloid dan tau tangles. Penelitian PET menggunakan Pittsburgh Compound-B (PIB),
turunan dari pewarna thioflavin-T amyloid, menunjukkan retensi kortikal yang secara signifikan
lebih besar pada pasien dengan penyakit Alzheimer dibandingkan dengan kontrol (Gambar 54.3f
– 2). PET scan setelah injeksi FDDNP telah ditemukan untuk membedakan pasien dengan penyakit
Alzheimer dari pasien dengan gangguan kognitif ringan dan kontrol kognitif intak (utuh/tanpa
gangguan) (Gambar 54.3f – 1). Scan FDDNP-PET juga dapat menampilkan proyeksi permukaan
kortikal tiga dimensi, yang menunjukkan pola sinyal sangat mirip dengan yang diharapkan dari
studi otopsi yang menunjukkan pola akumulasi otak regional dari plak dan tangles (Gambar 54.3f
– 3). Ligan PET lainnya, MPPF, memberikan visualisasi neuron piramidal hippocampal, yang juga
menunjukkan tingkat sinyal yang berbeda sesuai dengan tingkat defisit kognitif pasien (Gambar
54.3f – 1).
Gambar 54.3f – 2
PIB standar menunjukkan gambar yaang dipertajam dari retensi PIB pada pasien 79 tahun dengan
penyakit Alzheimer dibandingkan dengan pasien kontrol berusia 67 tahun yang sehat.
Gambar 54.3f – 3
proyeksi permukaan kortikal tiga dimensi dari FDDNP-PET pada kontrol dan pasien dengan
penyakit Alzheimer yang menunjukkan permukaan otak lateral (atas) dan medial (bawah).
Pewaarnaan yang lebih hangat mengindikasikan level yang lebih tinggi dari plak dan tangles.
Single photon emission computed tomography (SPECT) memindai pola aliran darah
serebral dari hipoperfusi parietal dan temporal, yang dapat membantu dalam mendiagnosis
penyakit Alzheimer. Studi perbandingan menunjukkan bahwa SPECT memiliki akurasi diagnostik
yang lebih rendah daripada PET, tetapi kemajuan dalam analisis statistik berbasis voxel telah
meningkatkan akurasi diagnostik SPECT. Meskipun SPECT telah digunakan secara lebih luas
karena ketersediaannya dan biaya rendah, penggunaan PET yang lebih besar untuk studi onkologi
telah membuatnya tersedia di banyak wilayah geografis. Selain itu, Pusat Layanan Medicare dan
menyaring penyakit tiroid, defisiensi vitamin B12, anemia, penyakit hati, dan berbagai gangguan
metabolik yang mungkin dapat menyebabkan perubahan memori. Kadar protein pada cairan
serebrospinal berhubungan dengan plak dan tangles (misalnya, peningkatan tau terfosforilasi dan
amiloid β-peptida rendah 1–42 [Aβ1-42]) mampu membedakan pasien dengan penyakit Alzheimer
dari kontrol normal; Namun, pungsi lumbal tidak sering digunakan sebagai prosedur diagnostik
dalam setting klinis. Biomarker tambahan yang diteliti termasuk tes identifikasi penciuman,
penanda serum peradangan (inflamasi), pilocarpine eye drop test, dan skin test untuk menentukan
perubahan endotel.
DIFERENSIAL DIAGNOSA
Diagnosis banding penyakit Alzheimer bisa menjadi tantangan. Kecuali untuk pengukuran
metabolisme glukosa serebral regional menggunakan PET scanning, penanda biologis yang paling
potensial masih dalam tahap pengembangan, dan dokter masih menggunakan metode
konvensional untuk evaluasi: riwayat pasien, pemeriksaan fisik, pencitraan struktural, dan tes
laboratorium. Riwayat pasien memberikan informasi penting, dan beberapa informan harus dicari
untuk menguatkan. Bahkan dengan evaluasi yang paling menyeluruh, kesalahan diagnostik bisa
terjadi. Ketika pasien diikuti untuk otopsi untuk konfirmasi neuropatologi, akurasi diagnosis klinis
Demensia vaskular diperkirakan mencapai 10 hingga 20 persen pada demensia usia lanjut.
Secara klasik, gangguan ini ditandai oleh serangan penyakit yang tiba-tiba dan penurunan bertahap
dalam fungsi kognitif daripada onset tersembunyi dan perjalanan progresif penyakit Alzheimer.
Koeksistensi demensia vaskular dan demensia tipe Alzheimer (diperkirakan sekitar sepertiga dari
Meskipun penyakit Alzheimer dan demensia vaskular merupakan sebagian besar dari
semua demensia, banyak kondisi lain harus dipertimbangkan dan kadang-kadang dapat dibedakan
dari penyakit Alzheimer oleh gambaran klinis mereka. Misalnya, demensia frontotemporal
ditandai oleh perubahan kepribadian, kemampuan visuospasial relatif masih ada, dan disfungsi
eksekutif. Sebaliknya, pasien dengan demensia Lewy body mungkin terdapat bukti adanya
halusinasi visual, delusi, status mental yang berfluktuasi, dan kepekaan terhadap obat antipsikotik.
Alkohol dan obat-obatan dapat menyebabkan kehilangan memori dan gejala demensia
lainnya. Untuk pasien lanjut usia, obat layak mendapat penekanan khusus sebagai penyebab
gangguan memori karena polifarmasi yang meluas dan perubahan yang berkaitan dengan usia
dalam fungsi tubuh dan farmakokinetik. Otak orang dengan usia lanjut bisa sangat sensitif terhadap
perubahan di lingkungannya, dan hampir semua penyakit fisik dapat mempengaruhi perubahan
seperti itu dan menghasilkan sindrom mirip demensia. Banyak kondisi fisik dan mental yang
berpotensi dapat diobati harus dipertimbangkan setiap kali diagnosis demensia (Tabel 54.3f – 1).
Gambaran klinis depresi pada geriatri dapat mirip dengan demensia. Istilah "depressive
pseudodementia " sebelumnya tidak lagi dianggap bermanfaat karena demensia itu nyata; sebagai
gantinya, " dementia syndrome of depression" sering digunakan. Frekuensi yang dilaporkan telah
salah mengira pasien depresi dengan demensia berkisar 5 hingga 15 persen. Retardasi
psikomotorik, gangguan konsentrasi, dan sifat apatis dari pasien depresi dapat disalahartikan
sebagai gejala demensia, terutama ketika gejala-gejala ini disertai dengan hilangnya memori.
Namun, pada dementia syndrome of depression, keluhan memori cenderung melebihi gangguan
memori aktual yang diamati pada tes psikologis. Fakta bahwa demensia dan depresi sering kali
bersamaan semakin mengaburkan gambaran diagnostik. Sekitar 30 persen pasien dengan demensia
Banyak orang di usia 50-an dan yang lebih tua mengeluh tentang lupa dan khawatir tentang
maknanya. Gangguan memori terkait usia, seperti yang didefinisikan oleh workgroup yang
diselenggarakan oleh National Institute of Mental Health (NIMH), berlaku untuk orang sehat usia
50 tahun dan lebih tua yang memiliki keluhan subjektif kehilangan memori dan defisiensi ringan
dalam kinerja memori dibandingkan dengan orang dewasa muda. Sekitar 40 persen orang berusia
50-an dan hingga 85 persen dari mereka yang berusia 80 tahun dan lebih tua menderita gangguan
memori terkait usia. Data awal menunjukkan bahwa apabila kondisi stabil selama interval hingga
4 tahun dan dengan demikian dianggap mencerminkan penuaan normal dan biasanya tidak
berkembang menjadi demensia. Meskipun mungkin butuh waktu lebih lama untuk mengingat,
kebanyakan orang lanjut usia terus mengingat informasi yang telah mereka pelajari dengan baik
dan peristiwa penting dari masa lalu. Karena gangguan memori terkait usia begitu umum, hal ini
Tabel 54.3f-1
Beberapa kondisi potensial yang reversibel yang mungkin menyebabkan gangguan mnyerupai
demensia
Demensia tipe Alzheimer adalah penyakit kronik progresif yang pada akhirnya mengarah
pada kematian, tidak langsung dari proses demensianya tetapi biasanya dari penyakit yang saling
seberapa cepat penurunan yang mungkin dialami pasien. Beberapa pasien menjadi demensia berat
dalam waktu 1 tahun; yang lain mengalami perjalanan penyakit yang stabil selama beberapa tahun.
Bentuk lain dari neurodegenerasi, termasuk demensia frontotemporal, demensia vaskular, dan
demensia Lewy body, secara bertahap juga progresif. Kadang-kadang, penyebab demensia dapat
diobati (mis: Toksisitas obat, hipotiroidisme) dapat disembuhkan ketika penyebab yang
mendasarinya diobati.
PENGOBATAN
yang mendasari yang dapat menyebabkan gangguan memori dan gejala sindrom lainnya. Jika tidak
ada yang ditemukan atau jika gejalanya menetap setelah perawatan spesifik yang sesuai, maka
Psikofarmakoterapi
Berbagai perawatan farmakologis tersedia untuk penyakit Alzheimer (Tabel 54.3f-2 dan
54.3f-3). Banyak dari pendekatan ini mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi
tidak satu pun yang dapat menghentikan proses demensia. Sebagian besar agen farmakologis yang
sekarang tersedia atau sedang dalam pengembangan menargetkan gejala tertentu (misalnya, agitasi
atau kehilangan memori) dan berasal dari neurobiologi penyakit yang diketahui (misalnya, defisit
Tabel 54.3f-2
Terapi medikasi yang digunakan atau masih di investigasi untuk terapi demensia tipe Alzheimers
Tabel 54.3f-3
Beberapa obat yang digunakan atau masih di investigasi untuk terapi perilaku yang berhubungan
dengan demensia
Salah satu pendekatan untuk meningkatkan fungsi memori adalah untuk meningkatkan
aktivitas kolinergik di otak. Otopsi pasien dengan penyakit Alzheimer telah menemukan
penurunan kadar choline acetyltransferase di otak, sebuah temuan yang konsisten dengan defisit
kolinergik sentral. Percobaan agonis kolinergik untuk sementara meningkatkan memori pada
sukarelawan normal muda dan tua. Percobaan beberapa agen, termasuk physostigmine
(Antilirium), choline (Mega-B), dan lesitin (PhosChol), telah menghasilkan hasil yang
bertentangan (beberapa efek vs tidak ada efek yang dapat diukur pada memori pasien dengan
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menyetujui empat inhibitor
[Razadyne]) dan satu antagonis reseptor N-methyl D-aspartate (NMDA) (memantine [Namenda])
untuk pengobatan penyakit Alzheimer. Obat-obatan ini telah terbukti bermanfaat untuk daya ingat,
aspek kognisi lain, gangguan perilaku, fungsi keseluruhan, dan bahkan beban pengasuh. Tacrine
memiliki kelemahan menyebabkan peningkatan kadar transaminase serum reversibel dan karena
Alzheimer ringan sampai sedang. Baru-baru ini, efektifitas inhibitor kolinesterase telah meluas
hingga mencakup pasien dengan penyakit Alzheimer berat, pasien dengan penyakit Lewy body,
dan pasien dengan demensia yang terkait dengan penyakit Parkinson. Rivastigmine juga
diindikasikan untuk pengobatan demensia yang terkait dengan penyakit Parkinson. Memantine
diindikasikan untuk pasien dengan penyakit Alzheimer sedang sampai parah. Praktek klinis rutin
sering menggabungkan inhibitor kolinesterase dengan memantine, dan studi terbaru menunjukkan
Uji klinis menunjukkan pentingnya deteksi dini dan pengobatan dengan obat penghambat
cholinesterase. Pada uji kilinis Secara acak, pada pasien dengan penyakit Alzheimer yang
dikontrol dengan plasebo, obat ini menyebabkan peningkatan fungsi kognitif yang signifikan
dibandingkan dengan plasebo setelah 6 bulan pengobatan. Selama 6 bulan periode pengobatan
open-label, pasien yang awalnya diobati dengan plasebo diberikan obat aktif, dan pada 1 tahun,
kinerja kognitif yang lebih baik diamati pada pasien yang memulai pengobatan obat dari awal
percobaan dibandingkan dengan mereka yang yang telah tertunda plasebo selama 6 bulan. Studi
yang menggunakan obat penghambat cholinesterase pada pasien dengan gangguan kognitif ringan
tidak meyakinkan. Sebagai contoh, uji coba terkontrol plasebo secara acak pada pasien dengan
Namun, tidak ada perbedaan antara obat dan plasebo yang ditemukan setelah 3 tahun pengobatan.
Karena itu, meresepkan inhibitor cholinesterase untuk pasien dengan gangguan kognitif ringan,
kognitif, termasuk estrogen, agen antiinflamasi nonsteroid dan suplemen. Sayangnya, manfaat
klinis untuk berbagai perawatan ini tidak dapat disimpulkan. Banyak pasien juga menggunakan
Percobaan klinis sebelumnya pada pasien dengan penyakit Alzheimer cukup parah
menemukan bahwa pengobatan dengan vitamin E (α-tokoferol) pada 2.000 IU setiap hari
menurunkan tingkat penurunan fungsional. Namun, meta-analisis baru-baru ini telah menemukan
peningkatan risiko infark miokard pada pasien yang mengonsumsi suplemen vitamin E harian,
beberapa strategi terapi untuk mencegah atau mengurangi akumulasi amiloid yang tidak larut
sedang diselidiki, termasuk sekretase inhibitor atau modulator, vaksin aktif atau pasif, agregat
(oligomer) dan inhibitor tau kinase, obat penurun kolesterol statin, obat antiinflamasi, asam lemak
Terapi yang tersedia untuk perilaku yang terkait dengan demensia (mis : Depresi, agitasi,
psikosis, dan kecemasan) dapat membantu. Pasien yang menderita demensia dengan depresi secara
bersamaan dapat membaik setelah perawatan dengan obat antidepresan. Antidepresan dengan efek
antikolinergik minimal (mis : Inhibitor reuptake serotonin selektif [SSRI]) lebih disukai daripada
obat trisiklik. Lithium (Eskalith) dapat menjadi antidepresan yang efektif untuk depresi geriatri
dan gangguan bipolar I. Namun, pasien dengan penyakit neurologis yang mendasari telah
dilaporkan mempunyai hasil terapi yang buruk dengan pengobatan lithium, sehingga harus
pilihan agen tertentu tergantung pada profil efek sampingnya. Sebuah uji coba meta-analisis
memiliki efek yang jauh lebih besar daripada plasebo, tetapi tingkat efeknya kecil.
Agen dengan potensi tinggi seperti haloperidol (Haldol) cenderung menyebabkan gejala
parkinson, sedangkan obat dengan potensi rendah seperti klorpromazin menyebabkan sedasi,
hipotensi postural, dan efek antikolinergik. Lebih jarang, tardive dyskinesia dan sindrom
neuroleptik malignant dapat terjadi. Clozapine (Clozaril) dapat menghasilkan efek antikolinergik,
serta agranulositosis, dan karenanya membutuhkan pemantauan penghitungan darah, yang dapat
sangat bermasalah pada pasien usia lanjut yang lemah. Karena profil efek samping yang lebih baik,
obat antipsikotik atipikal yang lebih baru, seperti quetiapine (Seroquel), risperidone (Risperdal),
olanzapine (Zyprexa), dan ziprasidone (Geodon), telah menerima perhatian yang lebih besar dalam
beberapa tahun terakhir. Baik pengalaman klinis dan data dari uji coba terkontrol menggunakan
obat-obatan yang terakhir ini pada pasien yang lebih tua dengan demensia yang mulai muncul.
Namun, obat antipsikotik yang diminum oleh pasien demensia telah dikaitkan dengan efek
samping dan peningkatan angka kematian, sehingga para peneliti mempertanyakan apakah risiko
mereka lebih besar daripada manfaatnya, dan dokter menjadi lebih konservatif dalam
menggunakannya.
Dokter harus menyadari risiko tardive dyskinesia pada pasien usia lanjut. Satu penelitian
terhadap pasien psikiatri lansia menunjukkan bahwa risiko terbesar adalah selama 2 tahun pertama
pengobatan antipsikotik. Karena efek samping seperti itu, obat-obatan alternatif telah digunakan
untuk mengobati agitasi, termasuk agen penghambat β dan obat sedasi antidepresan, seperti
trazodone (Desyrel).
Benzodiazepin juga telah digunakan untuk mengobati agitasi yang menyertai demensia.
Namun, mereka memiliki efek samping yang tidak diinginkan, termasuk beberapa sangat
berbahaya bagi pasien lansia dengan demensia, seperti kebingungan, gangguan memori,
disorientasi, disartria, dan agitasi yang rumit dengan cara berjalan ataxic. Benzodiazepin kerja
pendek yang tidak memerlukan metabolisme oksidatif di hati dan tidak memiliki metabolit aktif
lebih aman daripada agen kerja panjang. Agen benzodiazepin yang bekerja lama cenderung
terakumulasi dalam darah dan paling baik dihindari, seperti senyawa yang bekerja sangat pendek,
yang cenderung mencapai tingkat puncak tinggi dengan cepat. Benzodiazepin yang bekerja singkat
mungkin berguna untuk mengobati insomnia, meskipun dokter harus mengevaluasi penyebab
spesifik insomnia, seperti restless leg syndrome, apnea obstruktif, frekuensi kemih yang
disebabkan oleh penyakit prostat, kurang olahraga siang hari, penggunaan kafein, dan lama tinggal
di tempat tidur. Selain itu, upaya mengurangi tidur siang hari, menghindari stimulan malam hari,
dan mengatur waktu makan dan kegiatan harus dilakukan sebelum menggunakan agen
Intervensi lainnya
Pasien dengan kehilangan kognitif peka terhadap lingkungan mereka dan tampaknya
melakukan yang terbaik dengan stimulasi optimal. Stimulasi yang kurang dapat menyebabkan
Lingkungan yang akrab dan konstan memaksimalkan fungsi kognitif pasien yang ada. Rutinitas
sehari-hari sering meningkatkan rasa aman pasien; memori dan orientasi dapat difasilitasi oleh
tampilan jam dan kalender yang menonjol, lampu malam, daftar periksa, dan buku harian. Jadwal
pengobatan harus disederhanakan, jika mungkin. Jika pergerakan tidak dapat dihindari, akan
sangat membantu untuk menempatkan objek yang dikenal (mis : Foto dan furnitur) di lingkungan
baru dan untuk menciptakan suasana seperti di rumah. Ketersediaan surat kabar, radio, dan televisi
dapat bermanfaat dalam mempertahankan kontak pasien dan kesadaran dengan dunia luar.
Intervensi Keluarga
Intervensi psikoterapi dengan anggota keluarga merupakan aspek penting dari perawatan.
Pendidikan dan konseling tentang sifat penyakit pasien membantu kerabat untuk mengatasi
kemarahan dan kebingungan yang sering mereka alami ketika pasien dengan demensia berperilaku
dengan cara yang aneh, mengganggu, dan tidak seperti biasanya. Kerabat mungkin perlu
diyakinkan bahwa reaksi emosional mereka adalah umum dan bahwa membicarakannya dapat
membawa kelegaan. Banyak kerabat juga membutuhkan bantuan untuk menghadapi kehilangan
pasien yang sekarang berperilaku seperti orang asing dan bukan orang yang pernah mereka kenal.
Asosiasi Alzheimer, sebuah organisasi nasional anggota keluarga dengan cabang-cabang lokal di
seluruh Amerika Serikat, telah berada di garis depan dalam memberikan dukungan pendidikan dan
Demensia tipe Alzheimer telah menarik perhatian media massa. Akibatnya, kekhawatiran
dan kecemasan publik telah menyebabkan peningkatan kesadaran akan perubahan memori dan
kecenderungan untuk menafsirkan secara berlebihan gangguan memori yang berkaitan dengan
usia normal sebagai demensia tipe Alzheimer. Anggota keluarga pasien Alzheimer umumnya
paling cemas tentang perubahan ingatan yang mereka amati dalam diri mereka sendiri, mengingat
kemungkinan komponen genetik dalam penyakit ini. Kadang-kadang pendidikan dan evaluasi fisik
dan neuropsikologis lengkap menghilangkan, setidaknya untuk sementara, kecemasan yang tidak
berdasar tentang penyakit ini. Di lain waktu evaluasi semacam itu akan mengungkap tanda-tanda
Dalam banyak situasi, orang usia lanjut dengan demensia adalah pasien yang diidentifikasi.
Tetapi konflik interpersonal di antara anggota keluarga memerlukan resolusi untuk membantu
pasien usia lanjut. Selain itu, anak dewasa sering melakukan kontak awal dengan psikiater
geriatrik, dan keterampilan dan sensitivitas yang cukup diperlukan untuk mempertahankan aliansi
dengan anak dewasa sambil menghormati otonomi, martabat, dan privasi orangtua lanjut usia.
Strategi Pencegahan
Studi MacArthur tentang penuaan yang berhasil menemukan bahwa pilihan gaya hidup
yang dilakukan orang di awal kehidupan menentukan kesehatan dan vitalitas mereka seiring
bertambahnya usia. Bahkan, hanya sekitar sepertiga dari apa yang menentukan penuaan yang
berhasil sudah diprogram melalui genetika seseorang. Dua pertiga lainnya merupakan hasil dari
pengaruh lingkungan yang sebagian besar berasal dari pilihan gaya hidup.
Berdasarkan bukti dari berbagai sumber, termasuk studi epidemiologi, studi pada hewan,
dan pengalaman klinis, beberapa strategi mungkin berguna dalam memaksimalkan kesehatan otak.
Karena data dari uji klinis double-blind, terkontrol plasebo umumnya tidak tersedia untuk
pendekatan ini, dokter harus mempertimbangkan potensi risiko dan manfaat dari strategi ini. Untuk
banyak dari pilihan gaya hidup sehat ini, seperti pengkondisian kardiovaskular atau makan diet
rendah lemak, risikonya minimal dan manfaatnya telah terbukti untuk kondisi lain (mis : Penyakit
jantung). Bukti epidemiologis dan lainnya mendukung pilihan gaya hidup dan strategi
nonfarmakologis yang dapat meningkatkan kinerja memori dan bahkan mungkin memperlambat
program gaya hidup sehat jangka pendek menggabungkan latihan mental dan fisik, pengurangan
stres, dan diet sehat dikaitkan dengan efek signifikan pada fungsi kognitif dan metabolisme otak.
dorsolateral kiri, yang mungkin mencerminkan efisiensi kognitif yang lebih besar dari wilayah
Gambar 54.3f-4
prefrontal kortek kiri sesudah 2 minggu dengan program gaya hidup sehat, termasuk latihan
memori, kondisi fisik dan diet sehat, sedangkan tidak ada penurunan yang bermakna yang
diobservasi pada grup kontrol. Skala warna menyoroti semua lokasi dari voxel kortikal yang
menunjukkan penuruan yang lebih besar secara signfikan (p<.01) pada kelompok intervensi
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Gambar sebelah kiri adalah titik pandang dari lateral kiri.
Gambar kanan titik pandang dari otak atas. Panah menunjukkaan voxel dari puncak signifikan
(Z=3.82, p<.001)