Anda di halaman 1dari 15

Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer

Perbandingan otak normal (kiri) dengan otak penderita penyakit

Alzheimer (kanan)

Informasi umum

Spesialisasi Neurologi 

Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif progresif pada otak yang umumnya


menyerang orang tua dan dikaitkan dengan perkembangan plak-plak beta amiloid pada
otak. Nama penyakit ini diambil dari nama ilmuwan Jerman, Alois Alzheimer.
Penyakit ini dicirikan oleh kebingungan, disorientasi, kegagalan memori, gangguan
bicara, dan demensia. Penyebabnya belum diketahui. Penyakit Alzheimer
bukanlah penyakit menular, melainkan merupakan
sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan,
sehingga otak tampak mengerut dan mengecil.[1]
Risiko untuk mengidap Alzheimer meningkat seiring dengan pertambahan usia. Saat
menginjak usia 65 tahun, seseorang mempunyai risiko lima persen mengidap penyakit
ini dan akan meningkat dua kali lipat setiap lima tahunnya. Sekalipun penyakit ini
dikaitkan dengan orang tua, tetapi sejarah membuktikan bahwa penyakit ini pertama
kali dikenali pada seorang wanita dengan usia awal 50-an.
Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia sekitar 65 tahun ke
atas. Di negara maju seperti Amerika Serikat, saat ini ditemukan lebih dari 4 juta orang
usia lanjut penderita penyakit Alzheimer. Angka ini diperkirakan akan meningkat sampai
hampir 4 kali pada tahun 2050. Hal ini berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup
pada masyarakat di negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga
bertambah. Sedangkan di Indonesia diperkirakan terdapat sedikitnya 5 juta penderita
Alzheimer pada tahun 2015.[2]
Pada tahap awal perkembangan Alzheimer, penurunan faktor-faktor
risiko vaskular dapat menyulitkan diagnosis sindrom ini, tetapi mengurangi kecepatan
perkembangan demensia.[3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pasien Alois Alzheimer yang bernama Auguste Deter pada tahun


1902. Kasusnya adalah kasus pertama yang dijelaskan dari penyakit yang kemudian dikenal
sebagai penyakit Alzheimer.

Para filsuf dan dokter Yunani dan Romawi kuno mengaitkan usia tua dengan


peningkatan demensia.[4] Baru pada tahun 1901, seorang psikiater asal Jerman yang
bernama Alois Alzheimer mengidentifikasi kasus pertama dari apa yang kemudian
dikenal sebagai penyakit Alzheimer, pada seorang wanita berusia lima puluh tahun
yang disebut Auguste D. Alois terus meneliti perkembangan kasus penyakit wanita itu
sampai dia meninggal pada tahun 1906 ketika Alois pertama kali melaporkan pasien
Alzheimer tersebut secara terbuka.[5] Selama lima tahun berikutnya, sebelas kasus
serupa dilaporkan dalam literatur medis, beberapa di antaranya sudah menggunakan
istilah penyakit Alzheimer.[4] Penyakit ini pertama kali dijelaskan sebagai penyakit yang
unik oleh Emil Kraepelin setelah ia menghapus beberapa gejala klinis
(delusi dan halusinasi) dan patologis (perubahan arteriosklerotik) yang terkandung
dalam laporan asli Auguste D.[6] Dia memasukkan penyakit Alzheimer, yang ia sebut
sendiri sebagai demensia pra-pikun, sebagai subtipe dari demensia pikun dalam edisi
kedelapan bukunya yang berjudul Textbook of Psychiatry dan diterbitkan pada 15 Juli
1910.[7]
Untuk sebagian besar abad ke-20, diagnosis penyakit Alzheimer hanya diperuntukkan
pada individu yang menginjak usia 45 hingga 65 tahun yang menunjukkan gejala
demensia.[8] Terminologi mengenai Alzheimer kemudian berubah setelah 1977 ketika
sebuah konferensi tentang penyakit Alzheimer menyimpulkan bahwa perwujudan klinis
dan patologis dari demensia pra-pikun dengan pikun yang sebenarnya hampir identik,
meskipun hal ini tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa kedua gangguan
tersebut memiliki penyebab yang berbeda.[9] Hal ini akhirnya menyebabkan penyakit
Alzheimer dianggap sebagai penyakit yang bisa menjangkiti manusia terlepas dari usia
mereka.[10] Istilah pikun demensia tipe Alzheimer (SDAT) digunakan untuk
menggambarkan kondisi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun. Hal ini bertujuan
untuk membedakannya dengan penyakit Alzheimer klasik yang digunakan untuk
menggambarkan pengidap penyakit ini pada pasien yang lebih muda. Akhirnya, istilah
penyakit Alzheimer secara resmi diadopsi dalam nomenklatur medis untuk
menggambarkan individu dari segala usia dengan pola gejala umum yang khas,
perjalanan penyakit, dan neuropatologi.[11]
Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Komunikasi dan Stroke (NINCDS) dan
Asosiasi Penyakit Alzheimer dan Gangguan Terkait (ADRDA, sekarang dikenal sebagai
Asosiasi Alzheimer) kemudian menetapkan Kriteria Alzheimer NINCDS-ADRDA yang
mana kriteria ini adalah kriteria yang palingng umum digunakan untuk mendiagnosis
Alzheimer pada tahun 1984.[12] Kriteria ini lalu diperbarui secara ekstensif[13] pada tahun
2007.[14] Kriteria ini mensyaratkan adanya gangguan kognitif, dan dugaan sindrom
demensia yang mana ini dikonfirmasi dengan pengujian neuropsikologis untuk
diagnosis klinis penyakit Alzheimer. Konfirmasisi histopatologi termasuk pemeriksaan
mikroskopis jaringan otak juga diperlukan untuk diagnosis definitif. Kriteria ini juga
mensyaratkan keandalan dan validitas statistik yang ditunjukkan antara kriteria
diagnostik dan konfirmasi histopatologis definitif.[15]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]
Penyakit Alzheimer yang disertai demensia. [sunting | sunting sumber]
[1]

Hingga saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hubungan antara
penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Sebagian ilmuwan beranggapan bahwa
demensia vaskular berada pada lintasan dislipidemia aterogenis, khususnya
dengan LDL rantai pendek dan jenuh, aterosklerosis karotid, tekanan darah sistolik
tinggi dan peningkatan rasio IR-UII (bahasa Inggris: plasma levels of immunoreactive);
[16]
 sedangkan Alzheimer berada pada bidang yang lain,
yaitu hiposomatomedinemia dan hipogonadisme.[17]
Ilmuwan yang lain berpendapat bahwa demensia vaskular sebagai patogen yang
menyertai Alzheimer pada lintasan radang aterosklerosis,[18] atau bahkan
mengemukakan bahwa aterosklerosis merupakan radang yang
mencetuskan hipoperfusi pada otak dan berakibat pada Alzheimer.[19]
Penyakit Alzheimer yang disertai ataksia. [sunting | sunting sumber]
[20]

Kombinasi keduanya[sunting | sunting sumber]

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]
Pemindaian otak manusia menggunakan pemindai PET
Perbandingan hasil pemindaian PET pada otak normal (atas) dan otak penderita penyakit Alzheimer (bawah)

Penyakit Alzheimer ditandai dengan perubahan-perubahan yang bersifat degeneratif


pada sejumlah sistem neurotransmiter, termasuk perubahan fungsi pada sistem neural
monoaminergik yang melepaskan asam glutamat, noradrenalin, serotonin dan
serangkaian sistem yang dikendalikan oleh neurotransmiter.[21] Perubahan degeneratif
juga terjadi pada beberapa area otak seperti lobus temporal dan lobus parietal, dan
beberapa bagian di dalam korteks frontal dan girus singulat,[21] menyusul dengan
hilangnya sel saraf dan sinapsis.[22]
Sekretase-β dan presenilin-1 merupakan enzim yang berfungsi untuk mengiris domain
terminus-C pada molekul AAP dan melepaskan enzim kinesin dari gugus tersebut.
[1]
 Apoptosis terjadi pada sel saraf yang tertutup plak amiloid yang masih mengandung
molekul terminus-C, dan tidak terjadi jika molekul tersebut telah teriris.[1] Hal ini
disimpulkan oleh tim dari Howard Hughes Institute yang dipimpin oleh Lawrence S. B.
Goldstein, bahwa terminus-C membawa sinyal apoptosis bagi neuron.[1] Sinyal
apoptosis juga diekspresikan oleh proNGF yang tidak teriris, saat terikat pada
pencerap neurotrofin p75NTR, dan distimulasi hormon sortilin.[23]
Penumpukan plak ditengarai karena induksi apolipoprotein-E yang bertindak
sebagai protein kaperon,[24] defiensi vitamin B1 yang mengendalikan[25] metabolisme
glukosa serebral[26] seperti O-GlkNAsilasi,[27] dan kurangnya enzim yang terbentuk dari
senyawa tiamina[28] seperti kompleks ketoglutarat dehidrogenase-alfa, kompleks piruvat
dehidrogenase, transketolase,[29] O-GlcNAc transferase, protein fosfatase 2A,
[30]
 dan beta-N-asetilglukosaminidase.[31] Hal ini berakibat pada peningkatan tekanan zalir
serebrospinal,[32] menurunnya rasio hormon CRH,[33] dan terpicunya hipoglikemia di
dalam otak walaupun tubuh mengalami hiperglisemia.
Selain disfungsi enzim presenilin-1 yang memicu simtoma ataksia,[20] masih terdapat
enzim Cdk5 dan GSK3beta yang menyebabkan hiperfosforilasi protein tau,[34] hingga
terbentuk tumpukan PHF. Hiperfosforilasi juga menjadi penghalang terbentuknya ligasi
antara protein S100beta dan tau, dan menyebabkan distrofi neurita, meskipun
kelainan metabolisme seng juga dapat menghalangi ligasi ini.[35]
Hiperinsulinemia dan hiperglikemia juga menginduksi hiperfosforilasi protein tau,
dan oligomerasi amiloid-beta yang berakibat pada penumpukan plak amiloid.[36] Namun
meski insulin menginduksi oligomerasi amiloid-beta, insulin juga menghambat enzim
aktivitas enzim kaspase-9 dan kaspase-3 yang juga membawa sinyal apoptosis, dan
menstimulasi sekresi Hsp70 oleh sel LAN5 untuk mengaktivasi program pertahanan sel.
[37]

Terdapat kontroversi minor dengan dugaan bahwa hiperfosforilasi tersebut disebabkan


oleh infeksi laten oleh virus campak, atau Borrelia. Tujuh dari 10 kasus Alzheimer yang
diteliti oleh McLean Hospital Brain Bank of Harvard University, menunjukkan infeksi
semacam ini.[38]

Faktor risiko[sunting | sunting sumber]


 Pengidap hipertensi yang mencapai usia 40 tahun ke atas
 Pengidap kencing manis
 Kurang berolahraga
 Tingkat kolesterol yang tinggi
 Faktor keturunan – mempunyai keluarga yang mengidap penyakit ini pada usia 50-an.

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Uji penapisan psikologi saraf dapat membantu diagnosis


penyakit Alzheimer. Dalam tes ini, pasien diminta untuk menggambar sesuai dengan contoh.
Tes lainnya meliputi mengingat kata-kata, membaca dan mengurutkan angka-angka.
PiB-PET scan memperlihatkan banyak amyloid beta (Aβ) di otak
penderita penyakit Alzheimer. Pib adalah singkatan untuk Pittsburgh compound B (PiB) yang
mana adalah jenis larutan pewarna yang dinjeksikan pada pasien sebelum scan dilakukan.
Amyloid beta menyerap PiB; PET scan akan merekam daerah dengan Pib yang berpendar PiB-
PET scans sekarang ini digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi amyloid beta (Aβ) pada
kondisi tahap awal klinis (preclinical phase) (sebelum terjadinya gejala-gejala).

Merah Biru Hijau Ungu Oranye
Ungu Oranye Hijau Biru Merah

Biru Oranye Ungu Hijau Merah
Ungu Hijau Merah Biru Oranye

The Stroop Color–Word Test


Ini adalah contoh singkat dari tes. Tes ini digunakan untuk mengukur perbedaan fungsi-
fungsi kognitif seperti perhatian pada pemilihan.
Menamai warna kata dari kelompok pertama lebih mudah dan cepat daripada kelompok
kedua, karena pada kelompok pertama, warnanya sama dengan yang ditulis,
sedangkan pada kelompok yang kedua tidak. Jadi harus memberikan perhatian lebih.
Pasien yang mengalami kesulitan perhatian, seperti halnya terjadi pada penderita penyakit
Alzheimer tingkat awal cenderung lemah dalam mengerjakan tes tersebut.[39][40]

Gejala klinis[sunting | sunting sumber]


Berikut ini gejala-gejala penyakit Alzheimer, meliputi gejala yang ringan sampai berat:

 Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti; lupa meletakkan


kunci mobil, mengambil baki uang, lupa nomor telepon atau kardus obat yang biasa
dimakan, lupa mencampurkan gula dalam minuman, garam dalam masakan atau cara-cara
mengaduk air,
 Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak mampu melakukan perkara
dasar seperti mengurus diri sendiri.
 Kesulitan bicara dan berbahasa
 Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan keadaan sekitar rumah, tidak
tahu akan membeli barang apa saat ke toko, tidak mengenali rekan-rekan atau anggota
keluarga terdekat.
 Kesulitan mengambil keputusan yang tepat
 Kesulitan berpikir abstrak, seperti; orang yang sakit juga mendengar suara atau bisikan
halus dan melihat bayangan menakutkan.
 Salah meletakkan barang
 Perubahan mood dan perilaku, seperti; menjadi agresif, cepat marah dan kehilangan minat
untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya.
 Perubahan kepribadian, seperti; seperti menjerit, terpekik dan mengikut perawat ke mana
saja walaupun ke WC.
 Hilangnya minat dan inisiatif [41]
Penderita juga kadang kala akan berjalan ke sana sini tanpa sebab dan pola tidur
mereka juga berubah. Para pengidap akan lebih banyak tidur pada waktu siang dan
terbangun pada waktu malam.
Secara umum, orang sakit yang didiagnosis mengidap penyakit ini meninggal dunia
akibat radang paru-paru atau pneumonia. Ini disebabkan, pada waktu itu orang yang
sakit tidak dapat melakukan sembarang aktivitas lain.
Gejala paraklinis[sunting | sunting sumber]
Pada otak penderita penyakit Alzheimer, ditemukan:

 penumpukan peptida dengan panjang 42-43 AA yang disebut amiloid-beta,


[42]
 dikelilingi neurita distrofis. Amioid beta merupakan protein iris dari APP (bahasa
Inggris: amyloid precursor protein)
 filamen PH yang menumpuk di dalam soma,[43]
 suatu lesi yang disebut badan Lewy[44]
 rasio proNGF yang tinggi. ProNGF merupakan prekursor hormon NGF yang sering juga
ditemukan memiliki rasio tinggi pada manusia berusia lanjut[45]
 rasio protein S100-beta yang tinggi, sebuah protein yang selalu dijumpai pada fase
perkembangan neurita. Interaksi antara protein S100-beta dan tau dianggap merupakan
simulator perkembangan neurita.[35]
 tingginya rasio kemokina CCL2 yang merupakan kemotaksis utama dari monosit.[46]
 gangguan metabolisme glukosa serebral pada area hipokampal, dan
hilangnya neurotransmiter kolinergic kortikal,[47] dan rendahnya laju O-GlkNAsilasi pada otak
kecil.[30] O-GlkNAsilasi adalah salah satu proses glikosilasi modifikasi paska-translasi dari
protein nukleositoplasma dengan beta-N-asetil-glukosamina yang bergantung pada
metabolisme glukosa.
 defisiensi CD36 atau EAAT.
Diagnosis awal[sunting | sunting sumber]
Penekanan penelitian penyakit Alzheimer ditujukan untuk diagnosis sebelum gejala-
gejala timbul.[48] Sejumlah tes bio-kimia telah dapat melakukan deteksi awal. Sebuah tes
yang melibatkan cerebrospinal fluid untuk beta-amyloid atau tau proteins,[49] keduanya
merupakan jumlah tau protein dan phosphorylated tau181P sebagai konsentrasi protein[50]
[51]
 Mencari protein-protein ini menggunakan spinal tap dapat memprediksi awal
Alzheimer dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas (sensitivity) antara 94% hingga
100%.[50] Jika digunakan bersamaan dengan teknik pencitraan fungsi syaraf (Functional
neuroimaging), dokter dapat mengidentifikasi pasien dengan kehilangan memori yang
mana penyakitnya telah berkembang.[50]
"Ketidaktepatan diagnosis pada pada tahap awal penyakit Alzheimer adalah masalah
yang mencolok, karena terdapat lebih dari 100 kondisi yang dapat menyaru penyakit ini.
Pada pasien dengan masalah memori yang ringan, tingkat ketepatan adalah barely
better than chance," menurut penelitian periset P. Murali Doraiswamy, MBBS, professor
of psychiatry and medicine at Duke Medicine, "Standar emas pasti untuk diagnosis
Alzeheimer adalah otopsi, kita butuh cara yang lebih baik untuk melihat ke dalam otak."

Diagnosis banding[sunting | sunting sumber]


Penyakit demensia Alzheimer harus dibedakan dengan Frontotemporal dementia (FTD)
yang memiliki gejala yang mirip dan sulit dibedakan secara klinis maupun patologi.
Sama seperti Alzheimer, FTD juga menimbulkan kesulitan dalam berbicara, memori
dan kemampuan visual serta spasial yang menurun. Tetapi jika pasien mengalami
perubahan kepribadian, kenaikan berat badan atau nafsu makan yang tidak terkontrol
selain gejala-gejala di atas, kemungkinan pasien mengalami FTD, bukan Alzheimer.[52][53]
[54]

Selain mirip dengan FTD, Alzheimer juga memiliki persamaan dengan penyakit-
penyakit neurodegeneratif lainnya. Untuk membedakan, dapat dilakukan
pemeriksaan neuroimaging. Pada tahap awal Alzheimer, computed
tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI) tidak menunjukkan
perbedaan dari otak normal. Seiring dengan perkembangan penyakit, akan terlihat
adanya atrofi pada bagian temporal medial otak dan predominan posterior korteks. Hal
ini juga membedakan dengan FTD yang mengalami atrofi pada predominan anterior.
Atrofi pada otak ditandai dengan adanya pelebaran sulkus dan pengecilan girus. Selain
itu, pada Alzheimer juga terlihat adanya hipometabolisme pada bagian parietal dan
temporal korteks.[52][53][54]
Pada pemeriksaan cairan serebrospinal, ditemukan penurunan A42 dan peningkatan
protein tau yang mengalami hiperfosforilasi. Meskipun demikian, perubahan komposisi
tersebut juga terjadi pada penuaan alamiah sehingga tidak bisa dijadikan penanda
untuk Alzheimer. Diagnosis spesifik Alzheimer dapat dilakukan secara pasti setelah
kematian dengan autopsi.[52][53][54]

Penanganan[sunting | sunting sumber]
Menyusul ditemukannya kinom pada manusia, kinase protein telah menjadi prioritas
terpenting kedua pada upaya penyembuhan, oleh karena dapat dimodulasi
oleh molekul ligan kecil. Peran kinase pada lintasan molekular neuron terus dipelajari,
tetapi beberapa lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein kinase, CK1 dan CK2,
ditemukan memiliki peran yang selama ini belum diketahui, pada patologi molekular dari
beberapa kelainan neurogeneratif, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson dan sklerosis
lateral amiotrofik. Pencarian senyawa organik penghambat yang spesifik bekerja pada
kedua enzim ini, sekarang telah menjadi tantangan dalam perawatan penyakit tersebut
di atas.[55]
Donepezil[sunting | sunting sumber]
Donepezil adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer
taraf rendah hingga medium. Donepezil tersedia dalam bentuk tablet oral. Biasanya
diminum satu kali sehari sebelum tidur, sebelum atau sesudah makan. Pada awalnya,
dokter akan memberikan dosis rendah, lalu ditingkatkan setelah empat hingga enam
minggu.
Efek samping yang sering terjadi sewaktu minum Donepezil adalah sakit kepala, nyeri
seluruh badan, lesu, mengantuk, mual, muntah, diare, nafsu makan hilang, berat badan
turun, kram, nyeri sendi, insomnia, dan meningkatkan frekuensi buang air kecil.
Rivastigmin[sunting | sunting sumber]
Rivastigmin adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer
taraf rendah hingga medium. Setelah enam bulan pengobatan dengan rivastigmin, 25-
30% penderita dinilai membaik pada tes memori, pengertian dan aktivitas harian
dibandingkan pada pasien yang diberikan plasebo hanya 10-20%. Rivastigmin biasanya
diberikan dua kali sehari setelah makan. Karena efek sampingnya pada saluran cerna
pada awal pengobatan, pengobatan dengan rivastigmin umumnya dimulai dengan dosis
rendah, biasanya 1,5 mg dua kali sehari, dan secara bertahap ditingkatkan tidak lebih
dari 2 minggu.
Dosis maksimum biasanya hingga 6 mg dua kali sehari. Jika pasien mengalami
gangguan pencernaan yang bertambah parah karena efek samping obat seperti mual
dan muntah, sebaiknya minum obat dihentikan untuk beberapa dosis lalu dilanjutkan
dengan dosis yang sama atau lebih rendah.
Sekitar setengah pasien yang minum rivastigmin menjadi mual dan sepertiganya
mengalami muntah minimal sekali, sering kali terjadi pada pengobatan di beberapa
minggu pertama pengobatan sewaktu dosis ditingkatkan. Antar seperlima hingga
seperempat pasien mengalami penurunan berat badan sewaktu pengobatan dengan
rivastigmin (sekitar 7 hingga 10 poun).
Seperenam pasien mengalami penurunan nafsu makan. Satu dari lima puluh pasien
mengalami pusing. Secara keseluruhan, 15 % pasien (antara sepertujuh atau
seperenam) tidak melanjutkan pengobatan karena efek sampingnya.
Memantin[sunting | sunting sumber]
Memantin adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer
taraf Sedang hingga berat dengan mekanisme keja yang berbeda dan unik dengan
memperbaiki proses sinyal glutamat. Obat ini diawali dengan dosis rendah 5 mg setiap
minggu dilakukan selama 3 minggu untuk mencapai dosis optimal 20 mg/hari. Untuk
pemilihan obat pikun atau obat Alzheimer yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Pencegahan[sunting | sunting sumber]
Pencegahan Alzheimer dapat dilakukan dengan rutin mengonsumsi minyak ikan,
berolahraga, mengisi teka teki silang, dan aktivitas lainnya yang bermanfaat bagi otak.
Tetapi menurut kajian terbaru, tidak ada bukti kuat bahwa semua itu dapat mencegah
penyakit Alzheimer. Sebuah panel ahli yang terdiri dari para ahli menyimpulkan,
suplemen, obat atau interaksi sosial juga belum terbukti dapat mencegah
penyakit degenerasi otak tersebut. Kelompok ahli itu mengamati puluhan riset yang
menunjukkan cara-cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, tetapi belum menemukan
satu pun bukti yang cukup kuat akan dampaknya bagi pencegahan.
Ada definisi yang tidak konsisten tentang penyakit Alzheimer dan penurunan
kondisi kognitif yang menyebabkannya. Para dokter juga tidak sepenuhnya memahami
bagaimana penyakit itu berkembang. Contohnya, ada perdebatan tentang apakah plak
amiloid yang ditemukan dalam otak penderita menjadi penyebab penyakit itu atau
hanya sekadar gejala.
Saat ini, hanya ada sedikit obat untuk mengobati penyakit Alzheimer, tetapi efeknya
hanya sementara. Serangan penyakit Alzheimer ditandai dengan kehilangan daya pikir
secara bertahap, dan akhirnya dapat menjadi cacat mental total. Gejala awal Alzheimer
adalah mudah lupa pada hal-hal yang sering dilakukan dan hal-hal baru. Penderita juga
mengalami disorientasi waktu dan mengalami kesulitan fungsi kognitif yang kompleks
seperti matematika atau aktivitas organisasi.
Penyakit Alzheimer berat ditandai dengan kehilangan daya ingat yang progresif sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari, disorientasi tempat, orang, dan waktu, serta
mengalami masalah dalam perawatan diri, seperti lupa mengganti pakaian. Penderita
penyakit itu biasanya juga mengalami perubahan tingkah laku seperti depresi, paranoia,
atau agresif. Orang yang mempunyai riwayat keluarga Alzheimer mempunyai risiko
mengalaminya dan risiko tersebut makin meningkat apabila kedua orang tua mengidap
Alzheimer.

Perkembangan[sunting | sunting sumber]
Alois Alzheimer memperhatikan adanya perubahan jaringan otak pada wanita
yang meninggal akibat gangguan mental yang belum pernah ditemui sebelumnya. Hasil
pengamatan dari bedah, Alzheimer mendapati saraf otak tersebut bukan saja mengerut,
bahkan dipenuhi dengan sedimen protein yang disebut plak amiloid dan serat yang
berbelit-belit neuro fibrillary. Meskipun penyakit ini ditemukan hampir satu abad yang
lalu, ia tidak sepopuler penyakit lain, seperti
sakit jantung, hipertensi, Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) dan sebagainya.
Publikasi mengenai penyakit Alzheimer masih rendah, banyak orang tidak mengetahui
penyakit ini hingga dipublikasikan secara terbuka oleh mantan Presiden Amerika
Serikat yang ke-40, Ronald Reagan dalam suratnya tertanggal 5 November 1994.
Sekitar tahun 1950-an diperkirakan 2,5 juta penduduk dunia mengidap penyakit ini, dan
mencapai enam miliar orang pada tahun 2000. WHO memperkirakan lebih dari satu
miliar orang tua yang berusia lebih dari 60 tahun atau 10 persen penduduk dunia
mengidap Alzheimer pada tahun 2003. Peningkatan ini disebabkan dengan semakin
banyak penduduk dunia yang berusia lanjut, peningkatan masa hidup hingga umur 80
tahun bagi wanita dan 75 tahun bagi lelaki. Selain itu, penjagaan kesehatan yang lebih
baik, tingkat perkawinan menurun, perceraian bertambah dan mereka yang kawin tetapi
tidak banyak anak.
Penelitian klinis terbaru menunjukkan suplementasi dengan asam lemak omega-3
dapat memperlambat menurunan fungsi kognitif pada penderita penyakit Alzheimer
ringan.
World Alzheimer Day[sunting | sunting sumber]
World Alzheimer Day diperingati setiap tahunnya dan tahun ini mengambil tema "No
Time To Lose". World Alzheimer Day merupakan suatu kampanye tahunan yang
bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Alzheimer dan
diagnosa dini Demensia. Asosiasi Alzheimer dunia, Alzheimer Disease
International (ADI), termasuk di dalamnya Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI)
menyerukan agar peringatan kali ini difokuskan pada perawatan (care) dengan
menitikberatkan peningkatan pengetahuan penyebab penyakit demensia maupun cara-
cara mendampingi ODD. Hal tersebut sesuai dengan Piagam Global Penyakit
Alzheimer yang dideklarasikan pada saat World Alzheimer Day yang mengungkapkan,
kurangnya kesadaran dan pemahaman terhadap Demensia Alzheimer mengakibatkan
ketidakcukupan sumber daya untuk menghadapi krisis ini.[41]

Arah penelitian[sunting | sunting sumber]


Pengobatan dan pencegahan[sunting | sunting sumber]
Saat ini, penelitian yang sedang berlangsung ditujukan untuk meneliti peran obat-
obatan tertentu dalam mengurangi prevalensi (pencegahan primer) dan/atau
perkembangan (pencegahan sekunder) dari penyakit Alzheimer.[56] Percobaan penelitian
yang menyelidiki obat seringkali berfokus pada beberapa efeknya seperti plak
Aβ, peradangan, APOE, reseptor neurotransmiter, neurogenesis, regulator epigenetik,
faktor pertumbuhan, dan hormon.[57] Penelitian-penelitian ini telah mengarah pada
pemahaman yang lebih baik tentang penyakit Alzheimer, tetapi tidak ada satupun
penelitian yang benar-benar mengarah pada strategi pencegahan yang jelas akan
penyakit Alzheimer.[57]
Diet ketogenik adalah diet yang sangat tinggi lemak, cukup protein, rendah karbohidrat
yang digunakan untuk mengobati epilepsi refrakter pada anak-anak. Dirancang untuk
meniru beberapa efek puasa, mengikuti diet ketogenik dapat menyebabkan
peningkatan kadar molekul dalam darah yang disebut badan keton. Badan keton ini
memiliki efek neuroprotektif pada sel-sel otak yang menua. Penelitian terbatas dalam
bentuk uji praklinis (mencit dan tikus), dan uji klinis (manusia) skala kecil, telah
mengeksplorasi potensi dari diet ini sebagai terapi untuk gangguan neurodegeneratif
semacam penyakit Alzheimer.[58]

Pengidap penyakit Alzheimer yang terkenal[sunting | sunting


sumber]

 Enid Blyton
 Charles Bronson
 Winston Churchill
 Perry Como
 Alfred Deakin
 James Doohan
 Ralph Waldo Emerson
 Barry Goldwater
 Rita Hayworth
 Charlton Heston
 Beatrice Lillie
 Ratu Juliana dari Belanda
 Burgess Meredith
 Iris Murdoch
 Maurice Ravel
 Ronald Reagan
 Sugar Ray Robinson
 Margaret Rutherford
 Cyrus Vance
 E.B. White
 Harold Wilson
 Chris Benoit

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


 Filamen PH
 Neurita
 Diabetes mellitus
 Asam linolenat
 Kreatina
 Kurkumin
 Vitamin B1
 Lesitin

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Lompat ke:a b c d e (Inggris)"Defective Cell Transport Suggested in Alzheimer's Disease". Howard
Hughes Medical Institute; Lawrence S. B. Goldstein. Diakses tanggal  2010-05-03.
2. ^ "Kenali 10 Gejala Alzheimer Alias Pikun".  Tribunnews.com. 13 Agustus 2014.
3. ^ (Inggris)"Influence of Vascular Disease on Cognitive Performance in the Preclinical and Early
Phases of Alzheimer's Disease".  Aging Research Center, Department of Neurobiology, Care
Sciences, and Society, Karolinska Institutet; Laukka EJ, Fratiglioni L, Bäckman L. Diakses
tanggal 2010-06-05.
4. ^ Lompat ke:a b Berchtold, N. C, Cotman, C. W (1998). "Evolution in the conceptualization of dementia
and Alzheimer's disease: Greco-Roman period to the 1960s". Neurobiology of Aging.  19  (3): 173–
189.  doi:10.1016/S0197-4580(98)00052-9.
5. ^ "History Module: Dr. Alois Alzheimer's First Cases". thebrain.mcgill.ca. Diakses tanggal 2022-03-
27.
6. ^ "Scientia Ricerca Open Access | Scientific Publications | International
Journals". www.scientiaricerca.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal  2022-03-27.
7. ^ Kraepelin, Emil; Diefendorf, A. Ross (Allen Ross) (1912). Clinical psychiatry  : a text-book for
students and physicians. Francis A. Countway Library of Medicine. New York  :. hlm. 542.
8. ^ Tarawneh, Rawan; Holtzman, David M. (2012-5). "The Clinical Problem of Symptomatic Alzheimer
Disease and Mild Cognitive Impairment".  Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine. 2  (5):
a006148. doi:10.1101/cshperspect.a006148. ISSN 2157-1422.  PMC 3331682  . PMID 22553492.
9. ^ Charles E. Wells (1978). "Role of Stroke in Dementia". Stroke: A Journal of Celebration
Circulation.  9 (1): 1–3.
10. ^ "Alzheimer's Disease Fact Sheet". National Institute on Aging  (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2022-03-27.
11. ^ "The Difference Between Senility and Dementia". Verywell Health  (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2022-03-27.
12. ^ McKhann, Guy M.; Knopman, David S.; Chertkow, Howard; Hyman, Bradley T.; Jack, Clifford R.;
Kawas, Claudia H.; Klunk, William E.; Koroshetz, Walter J.; Manly, Jennifer J. (2011-5). "The
diagnosis of dementia due to Alzheimer's disease: Recommendations from the National Institute on
Aging-Alzheimer's Association workgroups on diagnostic guidelines for Alzheimer's
disease". Alzheimer's & dementia  : the journal of the Alzheimer's Association.  7 (3): 263–
269.  doi:10.1016/j.jalz.2011.03.005.  ISSN  1552-5260. PMC  3312024  .  PMID  21514250.
13. ^ Jack, Clifford R.; Albert, Marilyn; Knopman, David S.; McKhann, Guy M.; Sperling, Reisa A.; Carillo,
Maria; Thies, William; Phelps, Creighton H. (2011-5).  "Introduction to Revised Criteria for the
Diagnosis of Alzheimer's Disease: National Institute on Aging and the Alzheimer Association
Workgroups". Alzheimer's & dementia  : the journal of the Alzheimer's Association.  7 (3): 257–
262.  doi:10.1016/j.jalz.2011.03.004.  ISSN  1552-5260. PMC  3096735  .  PMID  21514247.
14. ^ Dubois, Bruno; Feldman, Howard H.; Jacova, Claudia; DeKosky, Steven T.; Barberger-Gateau,
Pascale; Cummings, Jeffrey; Delacourte, André; Galasko, Douglas; Gauthier, Serge (2007-08-
01).  "Research criteria for the diagnosis of Alzheimer's disease: revising the NINCDS–ADRDA
criteria". The Lancet Neurology  (dalam bahasa English).  6 (8): 734–746. doi:10.1016/S1474-
4422(07)70178-3. ISSN 1474-4422.  PMID  17616482.
15. ^ Vasco de Almeida Jorge Veríssimo (2015).  Data Acquisition, Curation and Modeling for Integration
of Alzheimer’s Disease Neuroimaging Data from ADNI in the Translational Biomedicine Platform
tranSMART. Lisbon: University of Lisboa. hlm.  24–25.
16. ^ (Inggris)"Increased plasma urotensin-II and carotid atherosclerosis are associated with vascular
dementia".  Division of Diabetes, Metabolism, and Endocrinology, Department of Medicine, Showa
University School of Medicine; Ban Y, Watanabe T, Suguro T, Matsuyama TA, Iso Y, Sakai T, Sato R,
Idei T, Nakano Y, Ota H, Miyazaki A, Kato N, Hirano T, Ban Y, Kobayashi Y. Diakses tanggal  2010-
07-08.
17. ^ (Inggris)"Small dense low-density lipoprotein and carotid atherosclerosis in relation to vascular
dementia".  Third Department of Internal Medicine, Showa University School of Medicine, Division of
Internal Medicine, Showa University Karasuyama Hospital; Watanabe T, Koba S, Kawamura M,
Itokawa M, Idei T, Nakagawa Y, Iguchi T, Katagiri T. Diakses tanggal  2010-07-08.
18. ^ (Inggris)"Alzheimer's disease and atherosclerosis: passers-by or brothers?". Department of
Cardiology, The Second Xiangya Hospital of Central South University; Xing Y, Zhao S, Xiang R.
Diakses tanggal  2010-07-08.
19. ^ (Inggris)"Circle of willis atherosclerosis is a risk factor for sporadic Alzheimer's disease".  Longtine
Center for Molecular Biology and Genetics, Sun Health Research Institute; Roher AE, Esh C, Kokjohn
TA, Kalback W, Luehrs DC, Seward JD, Sue LI, Beach TG. Diakses tanggal 2010-07-08.
20. ^ Lompat ke:a b (Inggris)"Ataxic variant of Alzheimer's disease caused by Pro117Ala PSEN1
mutation". Département de Neurologie, Hôpital Civil, Centre Hospitalier Universitaire de Strasbourg;
Dr M Anheim, et al. Diakses tanggal  2010-06-28.
21. ^ Lompat ke:a b (Inggris)"Neuropathologic changes in Alzheimer's disease". Division of Neural
Systems, Memory & Aging, The University of Arizona; Wenk GL. Diakses tanggal 2010-06-29.
22. ^ (Inggris)"Neuroinflammation in Alzheimer's disease: protector or promoter?".  Institute
ofNeuroimmunology, Slovak Academy of Sciences; Zilka N, Ferencik M, Hulin I. Diakses
tanggal 2010-06-29.
23. ^ (Inggris)"Preservation of cortical sortilin protein levels in MCI and Alzheimer's disease". Department
of Neurological Sciences, Rush University Medical Center; Mufson EJ, Wuu J, Counts SE, Nykjaer A.
Diakses tanggal  2010-06-27.
24. ^ (Inggris)"[Alzheimer's disease: lesions and their progression]".  Laboratoire de Neuropathologie R.
Escourolle, Hôpital de La Salpêtrière; Duyckaerts C, Colle MA, Delatour B, Hauw JJ. Diakses
tanggal 2010-06-27.
25. ^ (Inggris)"Thiamine attenuates the hypertension and metabolic abnormalities in CD36-defective
SHR: uncoupling of glucose oxidation from cellular entry accompanied with enhanced protein O-
GlcNAcylation in CD36 deficiency".  Third Division, Department of Internal Medicine, Osaka Medical
College; Tanaka T, Sohmiya K, Kono T, Terasaki F, Horie R, Ohkaru Y, Muramatsu M, Takai S,
Miyazaki M, Kitaura Y. Diakses tanggal 2010-06-29.
26. ^ (Inggris)"Powerful beneficial effects of benfotiamine on cognitive impairment and beta-amyloid
deposition in amyloid precursor protein/presenilin-1 transgenic mice". Department of Neurology,
Zhongshan Hospital & Shanghai Medical College, State Key Laboratory of Medical Neurobiology,
Fudan University; Pan X, Gong N, Zhao J, Yu Z, Gu F, Chen J, Sun X, Zhao L, Yu M, Xu Z, Dong W,
Qin Y, Fei G, Zhong C, Xu TL. Diakses tanggal  2010-06-29.
27. ^ (Inggris)"O-GlcNAc modification in diabetes and Alzheimer's disease".  Department of Biological
Chemistry, Johns Hopkins University, School of Medicine; Dias WB, Hart GW. Diakses tanggal  2010-
06-30.
28. ^ (Inggris)"Thiamine-dependent processes and treatment strategies in
neurodegeneration".  Department of Neurology and Neurosciences, Weill Medical College of Cornell
University, Burke Medical Research Institute; Gibson GE, Blass JP. Diakses tanggal  2010-06-29.
29. ^ (Inggris)"Cerebrospinal fluid levels of thiamine in patients with Alzheimer's disease". Department of
Neurology, Hospital Universitario Doce de Octubre; Molina JA, Jiménez-Jiménez FJ, Hernánz A,
Fernández-Vivancos E, Medina S, de Bustos F, Gómez-Escalonilla C, Sayed Y. Diakses
tanggal 2010-06-29.
30. ^ Lompat ke:a b (Inggris)"Reduced O-GlcNAcylation links lower brain glucose metabolism and tau
pathology in Alzheimer's disease".  Department of Neurochemistry, New York State Institute for Basic
Research in Developmental Disabilities; Liu F, Shi J, Tanimukai H, Gu J, Gu J, Grundke-Iqbal I, Iqbal
K, Gong CX. Diakses tanggal  2010-06-29.
31. ^ (Inggris)"O-linked beta-N-acetylglucosamine (O-GlcNAc): Extensive crosstalk with phosphorylation
to regulate signaling and transcription in response to nutrients and stress". Department of Biological
Chemistry, Johns Hopkins University School of Medicine; Butkinaree C, Park K, Hart GW. Diakses
tanggal 2010-06-30.
32. ^ (Inggris)"Differential levels of apolipoprotein E and butyrylcholinesterase show strong association
with pathological signs of Alzheimer's disease in the brain in vivo".  Department of Neurobiology, Care
Sciences and Society, Division of Alzheimer Neurobiology, Karolinska Institutet; Darreh-Shori T,
Forsberg A, Modiri N, Andreasen N, Blennow K, Kamil C, Ahmed H, Almkvist O, Långström B,
Nordberg A. Diakses tanggal  2010-06-28.
33. ^ (Inggris)"Cerebrospinal fluid corticotropin-releasing hormone in neurodegenerative diseases:
reduction in spinocerebellar degeneration".  Department of Psychogeriatrics and
Psychoneuroendocrinology; Suemaru S, Suemaru K, Kawai K, Miyata S, Nobukuni K, Ihara Y,
Namba R, Urakami K, Hashimoto K. Diakses tanggal  2010-06-28.
34. ^ (Inggris)"The molecular bases of Alzheimer's disease and other neurodegenerative
disorders".  Millennium Institute for Advanced Studies in Cell Biology and Biotechnology, Faculty of
Sciences, University of Chile; Maccioni RB, Muñoz JP, Barbeito L. Diakses tanggal  2010-06-27.
35. ^ Lompat ke:a b (Inggris)"S100beta interaction with tau is promoted by zinc and inhibited by
hyperphosphorylation in Alzheimer's disease". Centre for Research in Neurodegenerative Diseases,
Department of Pharmacology, University of Toronto; Yu WH, Fraser PE. Diakses tanggal  2010-06-27.
36. ^ (Inggris)"(Pre)diabetes, brain aging, and cognition". Division of Geriatrics, Department of Internal
Medicine, Faculty of Medicine, University of São Paulo-RP; S Roriz-Filho J, Sá-Roriz TM, Rosset I,
Camozzato AL, Santos AC, Chaves ML, Moriguti JC, Roriz-Cruz M. Diakses tanggal  2010-06-29.
37. ^ (Inggris)"Insulin promotes survival of amyloid-beta oligomers neuroblastoma damaged cells via
caspase 9 inhibition and Hsp70 upregulation".  Istituto di Biomedicina e Immunologia Molecolare A.
Monroy, Consiglio Nazionale delle Ricerche; Di Carlo M, Picone P, Carrotta R, Giacomazza D, San
Biagio PL. Diakses tanggal 2010-06-29.
38. ^ (Inggris)"Alzheimer's neuroborreliosis with trans-synaptic spread of infection and neurofibrillary
tangles derived from intraneuronal spirochetes". Department of Pathology, St Catherine of Siena
Medical Center; MacDonald AB. Diakses tanggal 2010-06-29.
39. ^ G Binetti, E Magni, A Padovani et al. Executive dysfunction in early Alzheimer's disease. J Neurol
Neurosurg Psychiatry. 1996 January; 60(1): 91–93. PMCID PMC486198 [1]
40. ^ Cognitive Neuropsychology Of Alzheimer's Disease. Eds. Robin G. Morris, James T. Becker. Oxford
University Press, USA; 2 edition (2005) pp-109-110 ISBN 0-19-850830-1
41. ^ Lompat ke:a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-03. Diakses tanggal  2020-
04-05.
42. ^ (Inggris)"[Tau, amyloid and Alzheimer's disease]".  Olesen OF. Diakses tanggal  2010-06-27.
43. ^ (Inggris)"Mechanism of neurofibrillary degeneration and pharmacologic therapeutic approach". New
York State Institute for Basic Research in Developmental Disabilities; Iqbal K, Alonso AD, Gondal JA,
Gong CX, Haque N, Khatoon S, Sengupta A, Wang JZ, Grundke-Iqbal I. Diakses tanggal  2010-06-21.
44. ^ (Inggris)"Lewy body pathology in Alzheimer's disease".  Center for Neurodegenerative Disease
Research, University of Pennsylvania School of Medicine; Kotzbauer PT, Trojanowsk JQ, Lee VM.
Diakses tanggal  2010-06-21.
45. ^ (Inggris)"ProNGF, sortilin, and age-related neurodegeneration".  Centre for Biomedical Sciences,
University College London; Al-Shawi R, Hafner A, Chun S, Raza S, Crutcher K, Thrasivoulou C,
Simons P, Cowen T. Diakses tanggal 2010-06-25.
46. ^ (Inggris)"Mechanisms of mononuclear phagocyte recruitment in Alzheimer's disease". Center for
Immunology and Inflammatory Diseases, Massachusetts General Hospital; Hickman SE, El Khoury J.
Diakses tanggal  2010-05-09.
47. ^ (Inggris)"[Etiology and pathogenesis of Alzheimer dementia]".  Klinik für Psychiatrie und
Psychotherapie I, Universitätsklinik der Johann-Wolfgang-Goethe-Universität Frankfurt am Main;
Kratzsch T, Peters J, Frölich L. Diakses tanggal 2010-06-29.
48. ^ Chong MS, Sahadevan S. Preclinical Alzheimer's disease: diagnosis and prediction of
progression.. Lancet Neurology. 1 Sep 2005 [Diambil 7 April 2014];4(9):576–9. doi:10.1016/s1474-
4422(05)70168-x. PMID 16109364.
49. ^ Marksteiner J, Hinterhuber H, Humpel C. Cerebrospinal Fluid Biomarkers for Diagnosis of
Alzheimer's Disease: Beta-amyloid(1–42), Tau, Phospho-tau-181 and Total Protein. Drugs of Today.
2007;43(6):423–31. doi:10.1358/dot.2007.43.6.1067341. PMID 17612711.
50. ^ Lompat ke:a b c De Meyer G, Shapiro F, Vanderstichele H, Vanmechelen E, Engelborghs S, De Deyn
PP, Coart E, Hansson O, Minthon L, Zetterberg H, Blennow K, Shaw L, Trojanowski JQ. Diagnosis-
Independent Alzheimer Disease Biomarker Signature in Cognitively Normal Elderly People. Archives
of Neurology. 2010;67(8):949–56. doi:10.1001/archneurol.2010.179. PMID 20697045.
51. ^ Templat:Vcite2 journal
52. ^ Lompat ke:a b c Kathryn L. McCance. Alzheimer Disease. Pathophysiology, the biologic basis for
disease in adults and children. 7th ed. Elsevier;p. t46-50.
53. ^ Lompat ke:a b c T.R.Harrison. Alzheimer Disease. Harrison's principles of internal medicine. 18th ed.
McGraw-Hill;p.3305-9.
54. ^ Lompat ke:a b c Alzheimer Disease. Robbins Basic pathology. 9th Ed. Elsevier;p.836-8.
55. ^ (Inggris)"Protein kinases CK1 and CK2 as new targets for neurodegenerative diseases". Instituto
de Quimica Medica-CSIC; Perez DI, Gil C, Martinez A. Diakses tanggal  2010-07-07.
56. ^ McDade, Eric; Llibre-Guerra, Jorge J.; Holtzman, David M.; Morris, John C.; Bateman, Randall J.
(2021-07-21).  "The informed road map to prevention of Alzheimer Disease: A call to arms".  Molecular
Neurodegeneration.  16: 49.  doi:10.1186/s13024-021-00467-y.  ISSN  1750-1326.
57. ^ Lompat ke:a b Lemche, Erwin (2018-11). "Early Life Stress and Epigenetics in Late-onset
Alzheimer's Dementia: A Systematic Review". Current Genomics. 19 (7): 522–
602.  doi:10.2174/1389202919666171229145156.  ISSN  1389-2029. PMC  6194433 
. PMID 30386171.
58. ^ Rusek, Marta; Pluta, Ryszard; Ułamek-Kozioł, Marzena; Czuczwar, Stanisław J. (2019-
01).  "Ketogenic Diet in Alzheimer's Disease". International Journal of Molecular Sciences (dalam
bahasa Inggris). 20 (16): 3892. doi:10.3390/ijms20163892. ISSN 1422-0067.  PMC 6720297 
. PMID 31405021.

Anda mungkin juga menyukai