ABSTRAK ABSTRACT
dilahan budidaya. Sifat dan lokasi tumbuh untuk mengetahui besar Rasio Transmisi
dari tebu keprasan cenderung menurun dari Cahaya (RTC).
ketersediaan nutrisi, namun daya tumbuh Koefisien komunitas (C) berguna
dari tanaman lain (gulma) cenderung ber- untuk membandingkan dua komunitas atau
tambah (Olaoye, 2001). dua macam vegetasi dari dua daerah.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk
W
mengetahui tingkat heterogenitas dan C=2 X 100 %
keragaman tanaman dalam lahan budidaya A+B
tebu, selain itu hal tersebut pelu diketahui Keterangan:
agar dapat mengetahui cara pengelolaan W = jumlah dari dua kerapatan terendah
lahan budidaya terkait dengan pengendalian untuk jenis dari komunitas
tanaman pengganggu (gulma). A = jumlah dari seluruh kerapatan pada
komunitas pertama
BAHAN DAN METODE B = jumlah dari seluruh kerapatan pada
Penelitian dilaksanakan pada bulan komunitas kedua
September 2014 sampai dengan Desember Keanekaragaman jenis adalah para-
2014 pada tanaman perkebunan tebu rakyat meter yang sangat berguna untuk mem-
di Wilayah Petung Sewu sebagai lokasi bandingkan dua komunitas, terutama untuk
dataran tinggi (780 mdpl) dan Kepanjen mempelajari pengaruh gangguan biotik,
sebagai lokasi dataran rendah (242 mdpl). untuk mengetahui tingkatan suksesi atau
Berikut adalah lokasi penelitian yang kestabilan suatu komunitas. Perhitungan H’
digunakan: didapat dari data nilai penting pada analisis
Lokasi 1: Dataran Tinggi, Kepras Kemarau vegetasi. Berikut adalah rumus Keane-
Lokasi 2: Dataran Rendah, Kepras Kemarau karagaman Shannon-Wiener :
Lokasi 1: Dataran Tinggi, Kepras Hujan n
ni ni
Lokasi 2: Dataran Rendah, Kepras Hujan H' = - ln
N N
n=i
Lahan penelitian dibagi atas dua
lokasi yang diamati pada musim kemarau Keterangan:
masing-masing satu lokasi dataran rendah, H’ = Indeks diversitas Shannon-Wiener
dan dataran tinggi yaitu lahan 1 dan 2. ni = Jumlah nilai penting suatu jenis
Pengamatan pada musim hujan dilakukan N = Jumlah nilai penting seluruh jenis
pada empat lokasi yaitu lokasi 1, 2, 3, dan Ln = Logaritme natural (bilangan alami)
4. Lahan tebu yang digunakan adalah tebu
Besaran H’ < 1 menunjukkan
keprasan (ratoon cane) ketiga lahan kering
keanekaragaman tergolong rendah, H’= 1-
dengan tiga kali kepras dengan varietas BL
3.32 menunjukkan keanekaragaman ter-
(Bululawang). Dalam penelitian gulma pada
golong sedang, H’ > 3.322 menunjukkan
lokasi penelitian sebagai objek yang
keanekaragaman spesies tergolong tinggi.
diamati.
Indeks dominansi digunakan untuk
Penelitian ini mengunakan metode
mengetahui kekayaan spesies serta kese-
teknik sampling kuadrat .Luas dari satu
imbangan jumlah individu setiap spesies
lokasi penelitian adalah 100 m2. Total dari
dalam ekosistem. Untuk menentukan nilai
kuadrat yang digunakan adalah 10 kuadrat
indeks dominansi digunakan rumus Simp-
dengan luas 1 m2.
son sebagai berikut :
Pengamatan musim kemarau pada
dilakukan pada umur keprasan 30, 45, dan n 2
60 hari. Sedangkan, pada musim hujan ni
C=
yaitu pada 15, 30, dan 45 pada hari hujan. N
n=i
Parameter yang digunakan dalam analisis Keterangan:
vegetasi yaitu Summed Dominace Ratio C = Indeks dominansi
(SDR). Pengamatan tanaman tebu ni = Nilai penting suatu spesies ke-n
keprasan yaitu panjang tanaman. Selain itu N = Total nilai penting dari seluruh spesies
diamati pula intensitas radiasi matahari
408
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3 Lokasi 3
Kondisi lahan pada musim hujan cenderung yang terendah yaitu alang-alang dengan
sedikit ditumbuhi gulma (Gambar 1). nilai 2,00. Pada pengamatan 45 hari setelah
Sedangkan pada musim hujan baik lokasi kepras didapat hasil kirinyu tertinggi dan
dataran tinggi (Lokasi 1 dan 3), terlihat yang terendah adalah rumput grinting dan
banyak dijumpai gulma berdaun lebar alang-alang dengan nilai 1,34. Pada
(Gambar 2), sedangkan pada dataran tinggi pengamatan 60 hari setelah kepras nilai
lokasi 2 dan 4, banyak dijumpai teki. SDR spesies tertinggi yaitu Tebu 43,62
sedangkan yang terendah adalah jukut
Analisis Vegetasi puntir yaitu 0,91.
Analisis vegetasi merupakan kegiatan Pengamatan 30 hari setelah kepras
yang sangat penting dilakakuan agar belum ada gulma yang tumbuh.
mengetahui komposisi vegetasi supaya Pengamatan 45 hari setelah kepras selain
dapat menentukan tindakan pengendalian. tebu terdapat juga gulma yaitu wedusan
Gulma yang ditemukan pada lokasi dengan nilai SDR 3.71, songgolangit
pengamatan terdapat 35 spesies (Tabel 1). dengan nilai SDR 3,59. Pada pengamatan
Umur 30 hari setelah dikepras 60 hari setelah kepras, terdapat rumput
didapatkan hasil tertinggi, kirinyu sedangkan gajah dengan nilai SDR 7,48, Rumput
410
Grinting dengan nilai SDR 7,48, dan terendah pada ketiga interval pengamatan
wedusan yaitu 6.83. yaitu rayutan dengan nilai SDR pada 15 hari
Hasil pengamatan pada lokasi 7, pada 30 hari 10,79, dan pada 45 hari
dataran tinggi (tebu kepras musim kemarau) 11,7.
menunjukan 15, 30, dan 45 hari musim
hujan, SDR tertinggi E. geniculata. Sedang- Perbedaan Komposisi Vegetasi
kan, pada 15 hari setelah hujan nilai SDR Perbedaan komposisi vegetasi pada
terendah yaitu jukut puntir dan jotang kuda penelitian dihitung dengan mengunakan
dengan nilai 1,09. Penga-matan 30 hari rumus koefisien komunitas. Berikut adalah
musim hujan nilai SDR terendah terdapat hasil perhitungan dari perbandingan
pada meniran , rumput teki, dan dan lamtoro vegetasi pada lokasi pengamatan:
dengan nilai SDR 0,70. Pada pengamatan Perbedaan komposisi tebu keprasan
45 hari musim hujan nilai SDR terendah dataran tinggi dan rendah pada musim
yaitu. Berdasarkan pengamatan pada lahan kemarau, hasil perhitungan, koefisien
tebu keprasan di dataran rendah pada komunitas (C) didapat hasil 6,81% yang
pengamatan 15, 30, dan 45 hari musim artinya kedua lahan yaitu lahan tebu
hujan nilai SDR tertinggi yaitu rumput teki keprasan yang dikepras pada musim
32,06 pada 15 hari, E. geniculata 41,85 kemarau persamaan komposisi vegetasi di
pada 30 hari dan 38,92 pada 45 hari. Nilai musim hujan sebesar 6,81% atau per-
SDR terendah pada 15 hari musim hujan bedaan sebesar 93,19%.
terdapat pada grinting yaitu 2,02. Pada Tebu keprasan dataran tinggi dan
pengamatan 30 hari setelah hujan nilai SDR rendah pada musim hujan (tebu yang
terendah yaitu akar kucing dan maman dikepras musim kemarau). Nilai koefisien
ungu yaitu 2,66. Pada pengamatan 45 komunitas (C) didapat hasil 2,92% yang
musim hujan SDR terendah yaitu temu artinya kedua lahan yaitu lahan tebu
wiyang. keprasan yang dikepras pada musim
SDR tertinggi pada pengamatan 15 kemarau persamaan komposisi vegetasi di
hari musim hujan adalah rayutan yaitu musim hujan sebesar 2,92% atau
35,52. Sedangkan pada pengamatan 30 perbedaan sebesar 97,08%.
dan 45 hari musim hujan didapat hasil SDR Perbandingan komposisi kera-gaman
tertinggi yaitu pada rumput grinting yaitu tebu yang dikeprasan mumsim kemarau
26,46 pada 30 hari dan 19,90 pada 45 hari. dan musim hujan (lokasi dataran tinggi).
Nilai SDR terendah pada pengamatan 15 Hasil perhitungan koefisien keragam-an (C)
hari musim hujan adalah wedusan yaitu didapat hasil 1,4%. Nilai 1,4% ber-arti pada
2,37. Hasil pengamatan pada lahan tebu kedua lahan yaitu lahan tebu yang dikepras
keprasan yang dikepras pada awal musim pada musim awal hujan dan lahan tebu
hujan selain tanaman tebu yaitu rumput teki yang dikepras pada musim kemarau
dan rayutan. Nilai SDR tertinggi pada 15, memiliki persamaan komposisi vegetasi se-
30, dan 45 musim hujan yaitu rumput teki besar 1,4%, dan perbedaan komposisi
dengan nilai 60,71 pada 15 hari, 65,96 pada vegetasi sebesar 98,6%.
30 hari dan 65,6 pada 45 hari. SDR
411
60
a b
140
15 30 45
Lokasi Dataran
30 45 60
Rendah, Kepras
Usia (Hari Setelah Kepras) Hari Hujan (Hari) Hujan
Gambar 3 Grafik Panjang Tanaman (cm), (a) Musim Kemaraum, (b), Musim Hujan
H' C
3 2,75 Lokasi Dataran
0,8
0,69 Tinggi, Kepras
2,5 2,16
0,7 Kemarau
1,84 0,6 Lokasi Dataran
2 0,49
1,66
0,5 Rendah, Kepras
1,5 0,4 Kemarau
0,86 0,26 Lokasi Dataran
1 0,3 0,24
0,64
0,2 0,13 Tinggi, Kepras
0,5 0,1
Hujan
0,1
0 Lokasi Dataran
0
Redah, Kepras
Kemarau Hujan Kemarau Hujan Hujan
60 Lokasi Dataran
400
Tinggi, Kepras
300 40 22,62 Hujan
186
200 143
103
18,26 Lokasi Dataran
118 20 16,76 12,93
100 28 25 26 24 3,19 Redah, Kepras
3,97 3,16 3,02
Hujan
0 0
Atas Canopy Tengah Permukaan Atas Canopy Tengah Permukaan
Tanaman Tanah Tanaman Tanah
Gambar 5 (a).Intensitas Cahaya Matahari (Lux), (b). Rasio Transmisi Cahaya (RTC)
Indeks Keanekaragaman dan Indeks rendah dan lahan tebu yang di kepras pada
Dominansi awal musim hujan dataran rendah. Hasil
Keanekaragaman dan dominansi penelitian menunjukan seluruh lokasi peng-
penting diamatai diamati untuk mengetahui amatan tidak ada yang tergolong keaneka-
tingkat variasi dari spesies yang ada dalam ragamannya tinggi. Semakin banyak jenis
suatu ekosistem. Hasil penelitian me- yang ditemukan maka keanekaragaman
nunjukan Indeks Keanekaragaman (H’) akan semakin besar, meskipun nilai ini
yang tertinggi ialah pada lokasi pengamatan sangat tergantung dari jumlah inividu
musim hujan di lokasi penelitian tebu yang masing-masing jenis (Insafitri, 2010).
dikepras pada musim kemarau dataran Indeks dominasi simpson (C), pada
tinggi dimana nilai H’ ialah 2,75 dan yang penelitian berkisar antara 0,10 sampai
terendah pada musim kemarau lokasi tebu dengan 0,69. Pada lahan penelitian tanam-
yang dikepras musim kemarau dataran an budidaya yaitu tebu dan gulma berada
rendah dengan nilai H’ 0,64 (Gambar 4). pada posisi seimbang jika dilihat dari nilai
Nilai H’ yang tergolong rendah (<1,22) yaitu ini. Nilai indeks dominansi simpson (C)
pada musim kemarau lahan tebu yang berkisar antar 0-1. Perhitungan ini didapat
kepras pada musim kemarau di dataran
413
menghasilkan lebih banyak benih untuk upaya pengendalian yang utama dilakukan
bertahan. Banyak biji berkecambah lebih adalah pengendalian gulma purna tumbuh.
dan membentuk tumbuhan utuh dan akan Waktu yang baik dalam mengendalikan
terus menerus untuk memproduksi benih gulma pada lokasi dataran tinggi adalah 30
sendiri (Santosa, 2008) . Berdasarkan hasil hari musim hujan, dan dataran rendah 45
penelitian pada lahan penelitian diketahui hari musim hujan karena tebu sudah lebih
pada lahan dataran tinggi gulma yang dari 45 cm dan juga gulma tumbuh dengan
dominan adalah gulma berdaun lebar dapat baik.
direkomendasi-kan pengendalian meng-
gunakan herbisida pra tumbuh (pree DAFTAR PUSTAKA
emergence) sebagai upaya pencengahan
yang dilakukan setelah panen dan juga Dekker, Jack. 2011. Evoluntionary Ecology
herbisida purna tumbuh (post emergence) of Weeds. Ames Iwowa: Weed
yang dilakukan setelah tanaman setinggi 45 Biology Lab., Agronomy Dpt., Iwowa
cm. Menurut Odero dan Dusky (2014), State Univ.
untuk pengendalian gulma tahunan dan Ernawati, L. dan E. Suryani. 2013.
berdaun lebar pada tebu keprasan Analisa Faktor Produktivitas Gula
menggunakan herbisida pra tumbuh K-4. Nasional dan Pengaruhnya terhadap
Aplikasi harus di lakukan segera setelah Harga Gula Domestik dan Perminta-
panen atau sebelum gulma tumbuh. Selain an Gula Impor dengan Menggunakan
itu herbisida K-4 dapat diaplikasikan Sistem Dinamaik. J. Teknik Jurusan
sebagai herbisida pasca tumbuh. Peng- Sistem Informasi. 1 (1) : 1-7.
palikasian herbisida K-4 sebagai herbisida Faisal, R., B.M.S. Edy. dan A. Nelly.
pratumbuh dapat dilaku-kan ketika tebu 2011. Inventarisasi Gulma pada
mencapai ketinggian 45 cm atau dalam 234 Tegakan Tanaman Muda Eucalyptus
hari dari pemanenan sebelumnta. Aplikasi spp. J. Kehutanan Universitas Suma-
K-4 sebagai herbisida pasaca tumbuh tera Utara. 1 (1) : 1-6.
secara aktif mengganggu tumbuhnya tebu Hendrival. 2014. Priode Kritis Tanaman
ketika suhu harian melebihi 270 C. Agar Kedelai Terhadap Persaingan Gulma.
herbisida K-4 bekerja dalam upaya J. Floratek. 9 (1) : 46-57.
pengendalian dan pencegahan maka baik Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Kese-
dilakukan sebagai herbisida purna tumbuh. ragaman, dan Dominansi Bivalvia di
Lokasi penelitian dataran rendah Area Buangan Lumpur Lapindo
terdapat gulma berdaun teki, sehingga Muara Sungai Porong. J. Kelautan. 3
direkomendasikan pengendalian gulma (1) : 1-6.
dengan herbisida pasca tumbuh. Menurut Odero, D.C and J.A. Dusky. 2014. Weed
Odero dan Dusky (2014), untuk lahan yang Management In Sugarcane. Agro-
dominan gulma teki-tekian disarankan nomy Department, IFAS Extension
menggunakan herbisida purna tumbuh yaitu Florida.
Asulam (Saveral), dengan saran aplikasi Ognin’jo, E. and C.O. Olweny. 2011.
ketika tebu tumbuh diatas 45 cm. Determination of Optimum Harves-
ting Age for Sugarcane Ratoon Crop
KESIMPULAN at Kenyan Coast. J. of Microbiology
and Bio-technology Reserch. 1 (2) :
Melihat kondisi gulma pada dataran
113-118.
tinggi yang dominan adalah gulma berdaun
Olaoye, G. 2001. Effects of Ratooning on
lebar sehingga dapat direkomendasikan
Yield and Yield Components of Non-
untuk upaya pegendalian digunakan aplikasi
Irrigated Sugarcane Germplasm
herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh.
Accesions in Southern Guinea
Upaya pengendalian dengan herbisida
Savanna Zone of Nigeria. J.
pratumbuh yang dilakukan setelah panen
Agriculture Science. 34 (4) : 109-117.
dan herbisida purna tumbuh ketika umur
Puspitasari, K., H.T. Sembayang. dan B.
sebaran gulma sudah tinggi. Lokasi dataran
Guritno. 2013. Pengaruh Aplikasi
rendah umumnya gulma teki-tekian maka
415