Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Batu saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang
banyak ditemukan di seluruh dunia, contohnya negara maju seperti
amerika serikat, eropa, dan Australia. Di negara-negara asia, angka
kejadian batu saluran kemih mencapai 1,5 %. Selain itu banyak juga
ditemukan kasus batu saluran kemih di negara berkembang seperti
india, thailand dan Indonesia yang kejadiannya sekitar 2-15%, bias
dijumpai karena ada hubungannya dengan perkembangan ekonomi
dan peningkatan pengeluaran biaya untuk kebutuhan makanan
perkapita. Batu saluran kemih mempunyai angka kejadian morbiditas
yang tinggi, dipengaruhi oleh keadaan sosio ekonomi dan agka
mortalitas yang relattif rendah. Di Indonesia sendiri, angka kejaduan
batu saluran kemih yang sesungguhnya masih belum bias diketahui,
tetapi diperkirakan terdapat 170.00 kasus per tahunnyya.
Salah satu komplikasi dari adanya batu pada saluran kemih
adalah adanya infeksi saluran kemih yaitu istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikoroorganisme dalam urin yang
menginfeksi organ saluran kemih, seperti ginjal. Ureter, kandung
kemih dan uretra.
Terjadinya sumbatan pada saluran kemih ini menyebabkan
klien dapat merasaka nyeri pada daerah abdomen, nyeri ini sangat
mengganggu kenyamanan klien. Selain itu, dapat menyebabkan
terjadinya retensi urin, dimana klien tidak dapat berkemih karena
adanya sumbatan pada saluran kemih.
Berhubungan dengan kasus ini, peran perawat sangat
dibutuhkan dalam menyusun asuhan keperawatan yang tepat untuk
membantu merawat klien dengan batu pada saluran kemih.

1
B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan askep ini adalah sebagai berikut
1. Menjelaskan kajian teori dari batu buli-buli berupa defenisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan serta
pemeriksan diagnostik
2. Menjelaskan teori asuhan keperawatan yang menjadi landasan
pemenuhan kebutuhan klien ; pengkajian, diagnosa, dan intervensi
keperawatan
3. Menyusun asuhan keperawatan pada klien batu buli-buli serta
menegakkan diagnosa yang tepat.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN BATU BULI-BULI

Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam


saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks
organik tepatnya pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu
kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau
fosfat
Adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam ginjal, ureter,
atau kandung kemih yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat,
kalsium urat, asam urat dan magnesium. Batu dapat menyebabkan
obstruksi, infeksi atau oedema pada saluran perkemihan, kira-kira
75% dari semua batu yang terbentuk terdiri atas; kalsium

B. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Penyebab terjadinya secara teoritis dapat terjadi atau terbentuk
diseluruh salurah kemih terutama pada tempat-tempat yang sering
mengalami hambatan aliran urin (statis urin) antara lain yaitu sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalis
(stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi intravesiko kronik,
seperti Benign Prostate Hyperplasia (BPH), striktur dan buli-buli

3
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu
Selain itu, penyebab lain terbentuknya batu saluran kemih diduga
berkaitan dengan infeksi saluran kemih, dan dehidrasi. Factor resiko
yang dapat menimbulkan terbentuknya batu sehingga menimbulkan
stasis atau saturasi urine, sebagai berikut :
1. Imobilisasi gaya hidup yang kurang aktifitas dapat meningkatkan
stasis urin
2. Dehidrasi yang menimbulkan supersaturasi urin
3. Gangguan metabolisme yang menghasilkan peningkatan kalsium
dan ion-ion dalam urin
4. Riwayat kesehatan sebelumnya pernah mengalami batu pada
saluran kemih
5. Diet tinggi purin, oksalat, suplemen kalsium dan protein hewan
mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih
6. Infeksi saluran kemih
7. Penggunaan kateter indwelling dalam jangka waktu lama.

Penyebab terbentuknya batu dapat digolongkan dalam 2 faktor antara


lain faktor endogen seperti hiperkalsemia, hiperkasiuria, pH urin yang
bersifat asam maupun basa dan kelebihan pemasukan cairan dalam
tubuh yang bertolak belakang dengan keseimbangan cairan yang
masuk dalam tubuh dapat merangsang pembentukan batu, sedangkan
faktor eksogen seperti kurang minum atau kurang mengkonsumsi air
mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal
akibat ketidakseimbangan cairan yang masuk, tempat yang bersuhu
panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat, yang akan
mempermudah pengurangan produksi urin dan mempermudah
terbentuknya batu, dan makanan yang mengandung purin yang tinggi,
kolesterol dan kalsium yang berpengaruh pada terbentuknya batu

4
Tabel factor risiko dan intervensi pada batu ginjal

Jenis batu dan insiden Factor risiko penatalaksanaan


Kalsium fosfat - Hiperkalsiura dan - Farmakologi : diuretic tiazida,
dan/oksalat 70-80% hiperkalsemia, fosfat
hiperparatiroidisme, - Diet : batasi makanan tinggi
imobilitas, penyakit natrium dan protein,
tulnag, intoksikasi tingkatkan makanan yang
vitamin D,myeloma mengasamkan urin
multiple, asidosis - Lainnya : tingkatkan hidrasi
tubulus ginjal,
asupan steroid
jangka Panjang
- Urine basa
- Dehidrasi
- Penyakit radang
usus
Struvit 15-20% ISK khususnya infeksi - Farmakologi : terapi antibiotic
proteus untuk untuk ISK
- Lainnya : intervensi bedah atau
litotropsi untuk mengangkat
batu
Asam urat 5-10% Gout, peningkatan asupan - Farmakologi : kalium sitrat,
purin, urin asam alopurinol
- Diet : rendah purin
- Lainnya : tingkatkan hidrasi

Sistin (jarang) Kelainan genetic, urin asam - Farmakologi : penisilinamin,


natrium bikarbonat
- Diet : pembatasan natrium
- Lainnya : tingkatkan hidrasi

C. MANIFESTASI KLINIS
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi,
meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut
disertai nyeri tekan di saluran osteovertebral dan muncul mual muntah
maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala

5
gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal ke
lambung, pankreas dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung
kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang
menyebar ke abdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih,
namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter.
Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5
sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari
1 cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat
dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
(Brunner and suddart 2001)

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari
batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein.
Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu pembentukan batu kemih
seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan
intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium
oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan terjadinya batu
disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi
pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter
atau vesika urinari, stasis urine, periode imobilitas dan perubahan
metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa
batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada
wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita
infeksi saluran kemih.
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang
disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan
tumor, keadaan tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan
yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan
karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat

6
menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi
bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin
lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga
membentuk batu
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman,
2001:388):
1. Teori Supersaturasi Tingkat kejenuhan
komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian
menjadi batu.
2. Teori matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 %
protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya
matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga
menjadi batu
3. Teori kurangnya inhobitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam
jumlah yang melampaui daya kelarutan, sehingga
membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat
mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat
pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
4. Theory epistaxis
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara
bersama-sama. Salah satu jenis batu merupakan inti dari
batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan
luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam
urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan
bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium

7
E. PATHWAY

8
9
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi
infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya
digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih
kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang
dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya
kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien batu
saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
2. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan
mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan.
Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau
obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen
dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin
dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk
mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada
tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan
melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah
batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal,

10
atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan
melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama
rawat inap di rumah sakit.
4. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu,
dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :
- PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha
mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
- Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra
dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke
dalam buli-buli.
- Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan
memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
- Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
5. Tindakan Operasi
- Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu
diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa
pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu
tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada
beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan

11
pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu
berada, yaitu
- Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk
mengambil batu yang berada di dalam ginjal
- Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk
mengambil batu yang berada di ureter
- Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil
batu yang berada di vesica urinaria
-
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara
umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium
oksalat), ph asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali
( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat,
atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (
PTH. Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan
sirkulasi serum dan kalsium urine.
4. Foto Rontgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
5. IVP.: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri,abdominal atau panggul. Menunjukan abnormalitas pada
struktur anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi; visualiasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu atau efek obstruksi.

12
7. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi
batu. :

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Anamnesa
a. Identitas Klien
b. keluhan utama : Frekuensi berkemih yang meningkat, urine
yang masih menetes setelah berkemih, merasa tidak puas
setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari,
penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan
saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat
berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh
disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan
gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual, muntah
dan konstipasi.

c. Riwayat Penyakit :
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga,
penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit,
usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme,
penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin D

2. Pengkajian pola fungsi kesehatan


a. Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan
apakah pasien terpapar suhu tinnggi, keterbatasan aktivitas
,misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya cedera pada
medulla Spinalis.
b. Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan

13
;nyeri, ansietas atau gagal ginjal. Daerah perifer apakah teraba
hangat (kulit) merah atau pucat.
c. Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis. obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat
BAK. Keinginan /dorongan ingin berkemih terus, oliguria,
haematuria, perubahan pola berkemih.
d. Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin,
kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan
cairan tidak cukup minum, terjadi distensi abdominal, penurunan
bising usus.
e. Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada
lokasi batu misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral
dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat
paha’genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada
di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas adalah nyeri akut
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada
area ginjal pada palpasi .
f. Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau
menggigil.

3. Temuan Pemeriksaan fisik


- Peningkatan tekanan darah dan nadi yang berkaitan dengan
nyeri, ansietas atau gagal ginjal
- Kulit hangat, flushed, palor
- Oliguria (retensi urin berkurang), hematuria, pyuria, perubahan
pola berkemih
- Distensi abdomen, penurunan atau tidak ada bising usus
- Perilaku menjaga (area yang dirasa nyeri) dan distraksi, berfokus

14
pada diri sendiri
- Nyeri tekan pada area ginjal ketika dipalpasi
4. Asuhan preoperatif
- Kaji pengetahuan dan pemahaman prosedur, dan berikan
informasi sesuai kebutuhan
- Ikuti petunjuk dari departemen radiologi, dokter atau ahli
anestesi untuk puasa dan persiapan usus sebelum pembedahan
5. Asuhan pascaoperatif
- Pada periode awal, monitor tanda vital dan sering
- Monitor warna, jumlah, dan kejernihan haluaran urin
- Pertahankan posisi dan patensi kateter urin. Kaitkan kateter
ureter atau slang nefrostomi dengan aman.irigasi dengan aman
jika diinstruksikan
- Siapkan pemulangan dengan mengajarkan perawatan kateter
menetap, alat penampung urin dan tempat insisi
- Ajarkan upaya mengurangi resiko litiasis lebih lanjut.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi
ureteral,trauma jaringan,pembentukan edema, iskemia seluler.
2. Gangguan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu,
iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau inflamasi.
3. Resiko kekurangan volume cairan b/d mual, muntah, diuresis
pasca obstruksi

15
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO. Diagnosa Tujuan- Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria yang
diharapkan

1. Nyeri akut b/d Nyeri hilang 1. Kaji nyeri a. intensitas, tipe nyeri,
peningkatan dengan spasme menggunakan dan responsivitasnya
frekuensi terkontrol. skala nyeri terhadap analgesia
/dorongan standar dan memberi petunjuk
Kriteria ;
kontraksi karakteristikny penting mengenai
ureteral,trauma - Pasien a. Berikan penyebabnya.
jaringan,pemben tampak analgesic Pemberian secara
tukan edema, rileks. sesuai instruksi teratur analgesic
iskemia seluler. - Pasien dan monitor yang diprogramkan
mampu dan mengontrol nyeri
tidur/istirahat efektivitasnya lebih efektif
dengan 2. Kecuali dibandingkan
tenang dikontraindika menunggu hingga
- Tidak sikan, anjurkan nyeri menjadi tidak
gelisah, tidak asupan cairan dapat ditoleransi.
merintih dan ambulasi Memberikan
pada pasien NSAID yang
kolik ginjal diprogramkan
3. Gunakan sebagai jadwal rutin
upaya dapat secara
nonfarmakolog signifikan
is seperti mengurangi
positioning, kebutuhan analgesia
kompres narkotik pada pasien
hangat, Teknik kolik ginjal
relaksasi, b. .peningkattan cairan
guided dan ambulasi
imagerydan meningkatkan
diversi sebagai haluaran urin yang
terapi memfasilitasi
tambahan gerakan batu
untuk Pereda melewati ureter dan
nyeri mengurangi nyeri
c. Upaya peredaan
nyeri tambahan
dapat meningkatkan

16
4. Jika efektivitas analgesic
pembedahan dan pengobatan
telah yang diresepkan
dilakukan, lainnya
monitor d. Infeksi atau
haluaran urin, hematoma di tempat
kateter, insisi, pembedahan dapat
dan drainase secara signifikan
luka. Nyeri meningkatkan nyeri
dapat menjadi yang dirasakan
tanda distensi
proksimal
akibat
sumbatan
kateter
2. Gangguan Perubahan 1. Awasi a. Evaluasi fungsi
eliminasi urine eliminasi urine pemasukan ginjal
b/d stimulasi tidak terjadi dan dgn.memerhatikan
kandung kemih pengeluaran tanda-tanda
oleh batu, iritasi serta komplikasi misalnya
ginjal, atau Kriteria : karakteristik infeksi,atau
ureter, obstruksi urine perdarahan.
- Haematuria
mekanik atau 2. Dorong b. Membilas
tidak ada.
inflamsi. meningkatkan bakteri,darah.dan
- Piuria tidak
pemasukan debris,membantu
terjadi
cairan lewatnya batu.
- Rasa
3. Catat adanya c. Identifikasi tipe
terbakar
pengeluaran batudan alternatif
tidak ada.
dalam urinek/p terapi
- Dorongan
kirim ke lab d. Retensi
ingin
untuk urine,menyebabkan
berkemih
dianalisa. distensi
terus
4. Observasi jaringan.,potensial
berkurang.
keluhan resiko infeksi dan
kandung GGK.
kemih,palpasi e. Ketidakseimbangan
dan perhatikan elektrolit
output,dan dpt.menjadi toksik
edema. pada SSP.

17
5. Observasi f. Peninggian
perubahan BUN,indikasi
status disfungsi ginjal.
mental.,prilaku g. Evaluasi adanya
atau tingkat ISK.atau penyebab
kesadaran. komplikasi.

Kolaborasi ;

6. Monitoring
pem.Lab,BUN.
kreatinin
7. Ambil urine
untuk kultur
dan sensitivita
8. Berikan obat
sesuai dgn
program;
.

3. Resiko Keseimbangan 1. Catat insiden a. Mengesampingkan


cairan adekuat muntah, kejadian abdominal
kekurangan
perhatikan lain.
volume cairan
karakteristik, b. Mempertahankan
b/d mual,
Kriteria : dan frekuensi. keseimbangan
muntah, diuresis
2. Tingkatkan cairan dan
pasca obstruksi. 1. Intake
pemasukan homeostasis.
dan
cairan c. Penurunan
output
3. Awasi tanda LFG.merangasang
seimbang
vital, evaluasi produksi renin, yg.
2. Tanda
nadi, turgor Bekerja
vital
kulit dan meningktakan TD.
stabil
membran d. Peningkatan
(TD
mukosa. BB.yang
120/80
4. Timbang berat cepat,waspada
mmHg.
badan tiap hari retensi
Nadi 60-
100,
RR16-
Kolaborasi:
20, suhu
36.5°-
37°C)

18
3. - 5. Awasi e. Mengkaji hidrasi,
Membran Hb,Ht,elektroli kebutuhan
mukosa t, intervensdi.
lembab 6. Berikan cairan f. Mempertahankan
4. Turgor IV volume sirkulasi
kulit 7. Berikan obat
baik. s/d indikasi

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena
adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran
kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada
saluran kencing. Masalah keperawatan yang sering dialami pada batu
saluran kemih ialah nyeri akut, gangguan pola eliminasi urin, resiko
tinggi kekurangan volume cairan dan defisiensi pengetahuan.
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan
gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke
abdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun
hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah
akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya
klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1
cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya
harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara
spontan dan saluran urin membaik dan lancar.

B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan
dan bisa digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan
keperawatan medik bedah pemilihan secara tepat dan baik dikalangan
dunia kesehatan khususnya dibagian keperawatan

20
DAFTAR PUSTAKA

Dosen keperawatan medical bedah Indonesia, 2017. Rencana asuhan


keperawatan medical bedah. Jakarta : EGC
LeMone, priscilla. dkk. 2020. Buku ajar keperawatan medical bedah
(gangguan eliminasi). Jakarta : EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar diagnosis keperawatan
Indonesia (defenisi dan indicator diagnostic). Jakarta selatan : Dewan
pengurus pusat
Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku ajar keperawatan medical bedah
brunner & suddart. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai