BAHASA INDONESIA
DEBAT DAN PIDATO
KELOMPOK XI
TYARA ZEVILLA RAMADHANI
FANNY SYAM
AMANY TRY ANANDA
ANDI AULYA
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas
segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Debat dan Pidato” ini
dapat terselesaikan.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran
yakni baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga
syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Setitik harapan dari kami sebagai penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa
menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis
mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah berikutnya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Debat adalah sebuah tahapan yang harus dilalui oleh penyedia jasa konstruksi untuk
dapat mengerjakan sebuah proyek. Di dalam proses debat ini penyedia jasa konstruksi atau
calon kontraktor mengajukan penawaran agar dapat pemahaman tentang debat dan
penggunaan keterampilan bahasa memperoleh proyek tersebut. Namun dalam proses debat
sering terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta debat. Hal ini diakibatkan
karena pemahaman terhadap bahasa yang kurang baik, sehingga kurang di perhatikan oleh
para owner.
Pidato merupakan kegiatan berbicara yang kita lakukan di depan umum. Namun, tidak
semua orang dapat melakukan hal tersebut. Hal itu karena, ketidaksiapan ataupun tidak
adanya pengalaman berbicara di hadapan orang banyak meskipun pada dasarnya setiap
orang dapat berbicara.
Makalah ini penyusun maksudkan sebagai dasar untuk memahami secara umum bagaimana
cara kita dalam melakukan pidato atau berpidato.Dengan mengetahui hal tersebut kita akan
lebih memahami bagaimana seharusnya kita saat berbicara di depan khalayak umum.
Sesuai dengan judul yang diemban makalah ini yaitu “Debat dan Pidato”, maka makalah ini
mengupas segala yang ada kaitannya dengan kegiatan debat dan pidato.
Makalah ini disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Berbicara. Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberi informasi dan
pengetahuan mengenai apa itu debat dan pidato.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktik persengketaan dan kontroversi.
Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang
didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau alternatif, dan ditolak, disangkal oleh
pihak lain yang disebut penyangkalan atau negatif. Biasanya ada dua tim yang masing-masing
mempunyai tiga orang anggota. Setelah batasan setiap istilah ditentukan, maka kedua tim
tersebut mempersiapkan laporan-laporan singkat mereka yang ada kaitannya dengan masalah-
masalah yang bersangkutan. Pembicara pertama mengemukakan kasus bagi afirmatif serta
menyatakan masalah-masalah yang harus di perhatikan oleh kedua rekannya. Begitupula pihak
negatif pun membuat persiapan yang sama. Seorang pembicara, penangkis atau penyangkal pun
dipilih dari pihak, dan setelah pidato-pidato resmi disajikan, para pembicara penangkas pun
mengemukakan sangkaln-sangkalan mereka. Suatu persiapan yang matang jelas sangat
diperlukan.
2. Politik.
Selama kampanye-kampanye politik berlangsung, debat-debat bersama memudahkan para
pemilih atau pemberi suara mendengar para calon yang bertentangan saling mempertahankan
pendapat dan menyerang kelemahan lawan.
3. Bisnis.
Dewan pimpinan dan komite-komite eksekutif dalam suatu perusahaan, disamping diskusi,
mempergunakan juga debat untuk memperoleh keputusan dalam berbagai kebijakan
4. Hukum.
Dalam kantor-kantor pengadilan, kehidupan seseorang sering kali tergantung pada debat yang
terjadi antara pihak penuntut dan pembela, dimuka dewan juri atau hakim, hak-hak milik, hak-
hak penduduk, tuntutan-tuntutan kerugian, dan banyak lagi masala h kewarganegaraan yang
membutuhkan keputusan hakim.
5. Pendidikan.
Pada beberapa kampus perguruan tinggi di universitas, debat telah menjadi suatu sarana penting
untuk memperkenalkan komunitas atau masyarakat tersebut dengan masalah-masalah yang
hangat diperbincangkan dalamkehidupan sehari-hari. Debat yang demikian bermanfaat sekali
apabila dibarengi oleh komentor-komentor yang terperinci, analitis oleh suatu panel yang terdiri
dari tiga atau empat orang ahli dan dilanjutkan dengan forum tanya jawab.
(Mulgrave, 1954 :64-65)
2.1.3 Norma-norma Dalam Berdebat
1. Norma-norma dalam berdebat
Semua pembicara hendaknya memiliki:
a. Pengetahuan mengenai pokok pembicaraan.
b. Kemampuan menganalisis.
c. Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi.
d. Apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta.
e. Kecakapan menemukan buah pikiran.
f. Keterampilan dalam membuktikan kesalahan.
g. Keterarahan, kelancaran dalam penyampaian pidato (Mulgrave, 1954:75).
2. Norma-norma bertanya
a. Mengetahui yang akan didiskusikan sebelum bertanya.
b. Bersungguh-sungguh dalam mencari informasi.
c. Janganlah kita ingin menguji pembicara.
d. Singkat dan tepat.
e. Tidak terlalu berbelit-belit.
f. Hindarkan pertanyaan dari prasangka emosional.
g. Pertanyaan mempunyai tujuan tertentu yaitu mencari penjelasan dan fakta-
fakta yang telah dikemukakan pembicara.
h. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan khusus.
i. Hindarkan cara berfikir yang tidak masuk akal dengan tidak untuk
mendemonstrasikan keterampilan kita sendiri (powers,1951:311).
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228 : 2009)
Pidato adalah berucap didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, hal 455 : 2005)
Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk menyatakan
pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang ditujukan untuk orang
banyak. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan
pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato
adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato banyak jenisnya, di
antaranya, pidato sambutan yang disampaikan pada awal sebuah acara atau pidato
kenegaraan yang disampaikan oleh presiden.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang
mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan
umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik. Contoh pidato yaitu
seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat,
pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. Dalam berpidato, penampilan,
gaya bahasa, dan ekspresi kita hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri
menyampaikan isi dari pidato kita, agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan
terpengaruh oleh pidato yang kita sampaikan.
Suatu pidato tentu memiliki tujuan dan maksud yang ingin disampaikan, tujuan
pidato antara lain :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang
dan puas dengan ucapan yang kita sampa
Kerugian :
1) menimbulkan kesimpulan yang mentah
2) mengakibatkan penyampaian tidak lancer
3) gagasan yang disampaikan ngawur
4) demam panggung
b. Manuskrip
Merupakan pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’
tapi ‘membacakan pidato’. Manuskrip dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan
sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan :
1) kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya
2) pernyataan dapat dihemat
3) kefasihan bicara dapat dicapai
4) tidak ngawur
5) manuskrip dapat diperbanyak
Kerugian :
1) komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung
pada mereka
2) pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik
3) pembuatannya lebih lama
c. Memoriter
Merupakan pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata.
Keuntungan :
1) kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya
2) gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian
Kerugian :
1) komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada usaha untuk
mengingat kata-kata
2) memerlukan banyak waktu
d. Ekstemporan
Merupakan pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan pokok
penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya
kata demi kata.
Keuntungan :
1) komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik
2) pesan dapat fleksibel
Kerugian :
1) kemungkinan menyimpang dari garis besar
2) kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa debat merupakan suatu argumen
untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang
disebut pendukung/afirmatif, dan ditolak, disangkal, oleh pihak lain yang disebut penyangkal
atau negatif. Dan pidato merupakan kegiatan berbicara atau berorasi untuk menyatakan
pendapat di depan umum. Adapun tujuan dalam berpidato ialah untuk memberi pemahaman
dan informasi kepada orang lain, serta fungsinya untuk mempermudah komunikasi. Dalam
praktiknya pidato disampaikan oleh sseorang pimpinan pada khalayak ramai. Dalam berpidato
ada tata caranya mulai diawali dengan pembukaan, penyampaian isi dan penutup serta
bagaimana kita bersikap dan berbicara yang baik di muka umum.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam debat kita menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Jangan menggunakan emosi ketika berpendapat maupun menyanggah.
Menerima kritikan dan saran.
Dengan memahami konsep serta aturan berpidato maka kita akan menjadi terampil
berpidato. Metode yang dapat kita gunakan untuk berpidato diantaranya Impromptu (serta
merta), Manuskrip, Memoriter dan Ekstemporan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur.1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Arifin, E. Zaenal dan S. Imran Tasai.2009.Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta:Akademika
Pressindo.