Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FT OLAHRAGA

TIPE OTOT (SLOW TWITCH & FAST TWITCH)

Nama : Wulan
Kelas : II A
NIM : PO.71.3.241.13.1.050

A. Macam-Macam Serabut Otot


Tidak semua serabut otot mempunyai kemampuan metabolisme dan fungsional yang
sama. Ada serabut otot yang mempunyai kemampuan bekerja dalam suasana aerobik dan ada
yang anaerobik, sehingga keduanya berbeda dalam kecepatan berkontraksi dan kekuatannya.
Dalam tubuh manusia, ada dua macam tipe serabut otot, yaitu tipe serabut I atau tipe
serabut otot lambat atau slow twitch (ST) dan tipe serabut II atau tipe serabut otot cepat atau
fast twitch (FT). Kemudian, FT ini dibagi menjadi dua lagi, yaitu FTa dan FTb (Quinn,
2007). Wilmore, Costill, Kenney (2008) membagi tipe serabut otot sebagai tipe I dan II.
Kemudian, tipe II dibagi menjadi tipe IIa atau disebut sebagai FTA, tipe IIx dan tipe IIc.
Perbedaan tipe serabut ini mempengaruhi bagaimana otot berespons pada aktivitas fisik dan
masing-masing tipe serabut otot ini mempunyai sifat yang unik dalam kemampuannya untuk
berkontraksi. Ketika distimulasi, serabut otot lambat mencapai puncak tegangannya dalam
waktu 110 mili detik, sedangkan serabut otot cepat dalam waktu 50 mili detik (Wilmore,
Costill, Kenney, 2008).

1. Tipe I atau Slow Twitch (ST)

Serabut otot tipe ini disebut juga tipe serabut otot aerobik, otot merah atau slow-
oxidative (SO). Serabutnya mempunyai kemampuan aerobik yang sangat kuat, yaitu
dalam upaya suatu proses oksidasi untuk menghasilkan energi yang disebut Adenosine
Tri Phosphate (ATP). Kontraksinya lambat, sehingga ia sangat berguna dalam aktivitas
ketahanan yang memerlukan waktu yang sangat panjang. Serabut otot ini mempunyai
nilai ambang yang lebih rendah terhadap aktivasi ion Calsium dan lebih sedikit respons
tenaga terhadap ion Calsium. Di samping itu ia lebih efisien menggunakan oksigen untuk
membentuk bahan bakar tenaganya, sehingga tipe ini sangat ideal untuk aktivitas yang
membutuhkan waktu lama dan terus menerus dan tidak mudah lelah. Aktivitas itu dapat
berupa lari maraton atau bersepeda selama berjam-jam. Tipe I ini mempunyai miosin
ATPase yang lambat. Miosin ATPase adalah enzim yang berfungsi dalam pemecahan ATP
untuk menghasilkan tenaga.
Secara mikroskopis, serabut tipe I ini mempunyai mitokondria and mioglobin
dalam jumlah yg lebih banyak daripada serabut tipe II. Adanya mioglobin yg banyak
serta vaskularisasi yang padat membuat warna otot tersebut tampak kemerah-merahan.
Ciri lainnya adalah diameter serabutnya lebih kecil.

2. Tipe II atau Fast Twitch (FT)

Serabut otot tipe ini disebut juga tipe serabut otot anaerobik, otot putih atau fast-
glycolytic (FG). Lebih lanjut, tipe II ini dibedakan menjadi beberapa subdivisi, yaitu tipe
IIa atau sering juga disebut sebagai FTA, tipe IIx ekivalen dengan tipe IIb pada hewan
(Wilmore, Costill, Kenney, 2008), dan tipe IIc atau FTC, atau tipe intermediate.
Kesemuanya ini dihubungkan dengan kecepatan kontraksi dan sumber energi utama yang
diproduksinya (Foss, Keteyian, 1998). Tipe II ini mempunyai miosin ATPase yang cepat.

Secara mikroskopis, serabut tipe II mempunyai mitokondria and mioglobin dalam


jumlah yg lebih sedikit dibanding dengan serabut otot lambat, vaskularisasinya juga lebih
sedikit sehingga dalam penglihatan mikroskopis tampak pucat warnanya. Diameter
serabutnya lebih besar. Serabut tipe II menggunakan metabolisme anaerobik untuk
menghasilkan energi, yang artinya pembentukan energinya terjadi sangat cepat, sehingga
serabut ini baik untuk aktivitas dengan ledakan kuat dan cepat dalam waktu yang singkat,
seperti yang dilakukan oleh seorang sprinter. Secara umum, serabut tipe II menghasilkan
gaya yang sama per kontraksinya seperti tipe I, tetapi tipe II dapat melakukannya dalam
waktu yang singkat. Serabut tipe II mudah lelah. Serabut tipe II mempunyai nilai
ambang yang lebih tinggi terhadap ion Calsium dan respons tenaga lebih tinggi (Quinn,
2007).

Tipe Iia
Tipe ini juga dikenal sebagai tipe intermediate fast-twitch fibers. Tipe ini dapat
menggunakan kedua metabolisme aerobik dan anaerobik untuk menghasilkan energi,
secara hampir sama. Jadi, tipe ini adalah kombinasi dari tipe I dan tipe II.
Tipe IIb

Tipe ini menggunakan metabolisme anaerobik untuk menghasilkan energinya.


Tipe ini unggul dalam menghasilkan kecepatan dan ledakan kuat dan tingkat kekuatan
dan kecepatan kontraksi yang tinggi dibanding dengan semua jenis serabut otot, tetapi ia
memiliki tingkat kelelahan yang lebih cepat, sehingga aktivitasnya tidak dapat
berlangsung lama (Quinn, 2007). Salah satu metode yang digunakan untuk
mengklasifikasikan tipe serabut otot adalah dengan prosedur stain kimia yang diterapkan
pada suatu irisan tipis jaringan otot. Teknik stain kimia ini mengukur aktivitas ATPase
pada serabut otot. Tiap tipe serabut akan bereaksi berlain-lainan. Satu serabut otot
mempunyai satu macam ATPase, tetapi serabut-serabut otot dapat mempunyai campuran
ATPase.

B. Perbedaan Karakteristik Tipe I Dan II


Perbedaan ini mempengaruhi bagaimana otot berespons pada aktivitas fisik dan sifat unik
dalam kemampuannya untuk berkontraksi. Perbedaan di antara keduanya itu terutama karena
perbedaan pembentukan miosin ATPase. Miosin ATPase adalah enzim yang memecah ATP
sehingga menghasilkan tenaga yang dipakai untuk kontraksi otot. Tipe I mempunyai
bentukan miosin ATPase yang lambat, sedang tipe II sebaliknya, sehingga ATP lebih cepat
dipecah pada serabut tipe II, sebagai respons dari adanya stimulasi saraf.
Tipe II mempunyai retikulum sarkoplasma yang sangat berkembang, sehingga lebih
terampil memberikan Calsium ke dalam sel otot ketika otot distimulasi. Secara rata-rata,
serabut tipe II mempunyai kecepatan kontraksi 5-6 kali lebih cepat dibanding dengan tipe I,
walau jumlah gaya yang dihasilkan per besaran diameter serabut yang sama pada serabut tipe
II dan I adalah sama, power yang dihasilkan oleh serabut tipe II, 3-5 kali lebih besar daripada
tipe I, karena kecepatan pemendekan otot lebih tinggi pada tipe II (Wilmore, Costill, Kenney,
2008).
Unit fungsional dari sistem neuromuskuler adalah motor unit. Motor unit adalah sebuah
a-motor neuron dengan serabut-serabut otot yang dilayaninya. a-motor neuron juga
menentukan serabut otot itu tipe I atau II. Pada serabut otot tipe I, sel bodi a-motor
neuronnya lebih kecil dan hanya melayani sekelompok serabut otot kurang dari 300 buah,
sedangkan pada serabut otot tipe II, sel bodinya lebih besar dan melayani 300 serabut otot
atau lebih. Perbedaan ukuran motor unit ini mengakibatkan ketika a-motor neuron
menstimulasi serabut otot tipe I, hanya sedikit serabut otot yang berkontraksi dibandingkan
serabut otot tipe II. Oleh karena itu, serabut otot tipe II lebih cepat mencapai puncak
kecepatan dan kekuatan (Scott, Stevens, Binder–Macleod, 2001). Serabut otot tipe II
diaktivasi oleh neuron dengan kecepatan sepuluh kali lebih cepat daripada pada serabut otot
tipe I. Serabut otot tipe I mempunyai kemampuan aerobik yang tinggi, sehingga baik untuk
aktivitas ketahanan aerobik, sedangkan serabut tipe II mempunyai kemampuan anaerobik
yang baik. Serabut tipe IIa memegang peran dalam aktivitas dengan intensitas tinggi.

Tabel 1. Karakteristik 3 Tipe Serabut Otot

Karakteristik tipe I FO (IIa) FG (IIb)


Aktivitas miosin ATPase: rendah tinggi tinggi
Kecepatan kontraksi: lambat cepat cepat
Ketahanan terhadap kelelahan: tinggi sedang rendah
Kapasitas oksidatif: tinggi tinggi rendah
Kadar enzim anaerobik: rendah sedang tinggi
Mitokondria: banyak banyak sedikit
Kapiler: banyak banyak sedikit
Warna serabut: merah merah putih
Kadar glikogen: rendah sedang tinggi
Diameter serabut: kecil sedang besar
(Karp, 2007)

C. Distribusí Tipe Serabut Otot


Otot manusia selalu terdiri dari campuran kedua tipe serabut otot, yaitu tipe I dan tipe II,
tetapi setiap otot di seluruh tubuh mempunyai persentase kedua tipe itu berlain-lainan. Otot
yang sama pada orang yang berlainan, mempunyai persentase yang berlain-lainan juga.
Umumnya, otot lengan dan kaki seseorang mempunyai komposisi yang mirip. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan komposisi utama serabut otot tipe I pada
otot kaki, akan juga mempunyai komposisi utama yang sama pada otot lengannya.
Pengecualian terjadi pada otot Soleus di betis, otot ini mempunyai persentase serabut tipe I
yang sangat tinggi pada semua orang (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).
Penentuan komposisi tipe serabut ditentukan secara genetik, tetapi rata-rata setiap orang
memiliki kurang lebih 50 persen serabut otot tipe I dan 50 persen serabut otot tipe II,
walaupun masih dapat terjadi variasi yang lain (Quinn, 2007). Menurut Wilmore, Costill dan
Kenney (2008), Secara rata-rata, otot bergaris mempunyai komposisi serabut otot tipe I
sebanyak 50%, 25% tipe IIa, dan sisanya terutama tipe IIx, sedang tipe IIc hanya sejumlah 1-
3% saja. Secara tepatnya, persentase tipe serabut otot sangat bervariasi pada masing-masing
otot dan masing-masing individu.
Seorang sprinter Olimpiade dilaporkan mempunyai komposisi serabut otot cepat sebesar
80% dan atlit marathon Olimpiade mempunyai 80% tipe serabut otot lambat (Quinn, 2007).
Seseorang yang secara genetik mempunyai persentase yang tinggi dari suatu tipe serabut
otot, akan unggul dalam olahraga yang sesuai dengan tipe serabut ototnya.
Suatu studi menyatakan bahwa semakin tua seseorang, dapat terjadi perubahan distribusi
serabut otot tipe I dan II, yaitu kecenderungan penurunan motor unit tipe II, dan peningkatan
persentase serabut otot tipe I (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).
Tabel 1.Persentase serabut otot tipe I dan II pada beberapa serabut otot
(Wilmore, Costill, Kenney, 2008:41)

D. Respons Terhadap Latihan


Perbedaan kedua tipe serabut otot itu mempengaruhi bagaimana otot berespons pada
aktivitas fisik dan masing-masing serabut otot ini mempunyai sifat yang unik dalam
kemampuannya untuk kontraksi (Quinn, 2007). Serabut otot tipe I mempunyai level yang
tinggi untuk ketahanan aerobik. Aerobik berarti dengan adanya oksigen. Jadi, oksidasi yang
terjadi itu berjalan dengan proses aerobik. Serabut tipe I sangat efisien memproduksi ATP
melalui proses oksidasi karbohidrat dan lemak sepanjang aktivitas dilakukan. Kemampuan
mempertahankan aktivitas otot dalam periode yang panjang disebut ketahanan otot, sehingga
dapat disebut bahwa tipe I mempunyai kemampuan ketahanan aerobik yang tinggi.
Serabut otot tipe II mempunyai kemampuan ketahanan aerobik yang relatif buruk, tetapi
ia lebih baik melakukan aktivitas anaerobik, yaitu tanpa oksigen. Tanpa adanya oksigen yang
memadai, ATP dihasilkan melalui proses anaerobik. Serabut otot tipe IIa dapat menghasilkan
kekuatan lebih besar daripada serabut otot tipe I, tetapi ia lebih cepat lelah karena
keterbatasannya terhadap ketahanan. Jadi, tipe IIa sangat ideal untuk aktivitas dengan
intensitas yang agak tinggi, dan waktunya tidak terlalu lama, seperti renang 400 meter.
Serabut otot tipe IIx terutama dipakai untuk aktivitas dengan ledakan tinggi seperti lari sprint
100 meter dan renang 50 meter.

Anda mungkin juga menyukai