Ivty : perawat
Hurianah : ustadzah
Oktopiani : pasien
Ayu : dokter
Narator :
Suami pasien : suster, istri saya muntah terus. Saya takut suster (cemas)
Perawat : assalamualaikum
Ny.L: (muntah)
Perawat: permisi ya bu saya bersihkan dulu mulut nya, kita minum obat ya bu
habis ini,
Pukul 21.00 Dokter bersama perawat 2 mengobservasi Ny.L, perawat dan dokter
memasuki ruangan Ny. L
Ama: dokter, ibu saya kenapa? Apa baik baik saja? Ko muntah terus dan susah
bicara sejak tadi sore? Padahal kemarin bisa bicara tidak kesakitan seperti ini.
Bagaimana dok ibu saya?
(sambil menjawab pertanyaan, dokter memanggil suami dan anak pasien ke dekat
pintu dan memerintahkan yang ke 2x nya untuk merujuk ny L)
Dokter: iya mba, sabar dulu ya. Permisi. Bisa kesini sebentar?
Suami pasien : ada apa dok? Apakah penyakit istrii saya tambah parah? Dok,
tolong. Dokter kan pasti bisa menolong istri saya (terburu buru)
Dokter : pak, mba yang sabar ya tenang dulu, begini saya kan kemarin sudah
memberi tau pak untuk merujuk ny L ke RS di kota, tapi keluarga menolak, jadi
saya sebagai dokter disini hanya bisa melakukan tindakan sesuai apa yg bisa
dilakukan di rumah sakit ini, sekali lagi saya hanya mengingatkan bapak untuk
membawa Ny L Ke RS kota bagaimana pak ?
Suami pasien : tidak perlu dokter biar istri saya dirawat di sini saja, dokter saya
minta tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya, karna hanya dokter disini yang
bisa membantu istri saya
Dokter : baiklah, saya akan melakukan semaksimal mungkin dengan apa yang
bisa saya lakukan
Tidak lama kemudian anak Ny. L berlari ke ruangan perawat mengatakan keadaan
ibunya, mual muntah lagi.
Anak Pasien : Suster.. suster... tolong ibu saya muntah lagi ...
Perawat : Ibu.... sabar ya bu.. ibu muntah saja.. kalau mau muntah.. perut
ibu semakin sakit yah.. sabar ya bu... kalau ibu merasa nyeri lagi ibu bisa sambil
dzikir ya bu... dan tarik serta buang nafas perlahan – lahan bu supaya nyeri nya
berkurang (perawat sambil mengelus-elus bagian perut Ny.L)
Kemudian mual muntah pada ibu pasien sedikit berkurang pasien tampak dan
lemas dan beristirahat (setelah itu perawat mengajak anak dari Ny.L untuk
berbicara di ruang perawat)
Anak Pasien : Ada apa suster? Kenapa ibu saya tambah sering muntah nya sus..
suster.. kenapa jadi begini?? Suster saya tidak mau terjadi apa-apa dengan ibu
saya!
Perawat : mba. yang sabar dulu yah... gini mba, dokter kan sudah
menganjurkan mba untuk membawa Ny.S ke Rs dikota, karena disini hanya Rs
biasa dan kalau kondisi seperti Ny.L lebih baik Ny.L dirawat di Rs yang terbaik..
bukan kami mau menyerah mba, tapi ini memang saran dari dokter.. bagaimana
mbaa?
Anak Pasien : Bukannya saya tidak mau suster.. tapi keluarga saya tidak
mengizinkan kalau ibu saya dibawa ke Kota.. jadi saya hanya berharap besar pada
rumah sakit ini. Suster.. tolong.. sus... lakukan yang terbaik untuk ibu saya. Saya
ingin ibu saya sehat seperti dulu lagi... (anak pasien sambil menangis..). suster ibu
saya bisa sembuhkan suster? ?
Perawat : iya Mba. sabar yah. Saya dan dokter disini melaukan hal yang
terbaik untuk Ny.L. lebih baik sekarang ibu lebih fokus menjaga Ny.L agar
merasa lebih nyaman karena banyak yang memperdulikannya. Saran saya bu..
alangkah lebih baiknya dari pada ibu menjaga Ny.L sendirian, ibu bisa memanggil
keluarga terdekat untuk menemani ibu menjaga Ny.L dan rajin mendengarkan
ayat Suci Al-Quran kepada Ny.L agar merasa lebih rileks dari sebelumnya dan
merasa senang kalau banyak keluarga yang mengunjunginya.
Anak Pasien : Baik suster.. terimakasih sarannya.. saya akan segera memanggil
keluarga saya untuk menemani saya..
Anak dari Ny.L pun langsung menuju kamar dan mengabari ayah dan sanak
keluarganya untuk menemani dia menjaga Ny.L, tidak lama kemudian saudara
dari Ny.S yang bernama ima datang yang tinggal jauh dari Ny.L bersama seorang
tantenya yang bernama Rizka dan salah satu ustadzah yang berada di desanya.
Setibanya diruangan suami Ny.L, .adik pasien, tante pasein dan ustadzah langsung
menghampiri Ny.L dan ketika melihat kondisi Ny.L . mereka berdua langsung
menangis..
Adik pasien : Kak... maafin Ima, Ima jarang temuin kakak selama ini, Ima
menyesal baru bisa ketemu sama kakak ketika kakak seperti ini, kakak cepat
sembuh yah.. supaya kita bisa kumpul lagi.. mana dokternya?? Kok kakak saya
dibiarain muntah begini??? (Sambil marah )
Sementar aadik pasien dan tante dari Ny.L menangis ustadah pasien hanya diam
dan mengelus-elus saudaranya...
ustadzah : Sabar... jangan nangis kasian sama Kakanya ...dia jadi ikutan
sedih.. ibu Lila sabar yah... ini sudah jalan allah...
Tante pasien : lila jika ini sudah jalannya kami sekeluarga sudah ikhlas maafin
tante kalo selama init ante ada salah sama kamu.
Suami pasien : bu jika ini jalan allah bapak juga insyallah sudah ikhlas
Tidak lama kemudian an Ny.L mual muntah dan semakin menahan sakitnya dan
tidak bisa berbicara, adik passien langsung bergegas ke ruang perawat untuk
memanggil perawat dengan keadaan sedih bercampur emosi.
Suami pasien pun setia berada di samping pasien sambil mencoba menenangkan
situasi di sekitar.
Adik pasien : Suster.. dokter.. tolong kakak saya muntah lagi.. kok jadi gini sih?
Adik psien : dokter pokoknya dokter harus bantu kakak saya.. saya tidak mau
kakak saya begini terus... (sambil menagis)...
Ustadzah : Iya nak, sabar yah (Dengan ucapan Sedih) ayo pak bu
sama sma kita bacakan doa untuk ibu….
Tidak lama kemudian Ny.S semakin parah dan matanya naik dan suara mengeram
nya semakin tinggi..
Perawat : begini mba saya sarankan, mba dan keluarga yang lain
untuk membimbing dan mendoakaanlagi ajaran agama ibu sekalian, agara Ny L
tenang mba, mba juga yang tenang dan sabar mba
Tante pasien : Baik suster saya akan lakukan karena saya tahu ini sudah
jalan Allah.
Perawat pun langsung segera mengambil tensi dan memeriksa, kemudian ustadzah
langung membingbing syahadat kepada Ny.S
(Sementara itu perawat membantu menanenagkan anak dari NY.L yang sedang
mengis
Dokter : pak yang sabar yah.. ini sudah jalan Allah. Pak harus menerima
apa yang sudah terjadi pada NY.L. Dan bapak dan mba harus ikhlas dalam
menghadapi semua ini, bapaak dan mba harus terima agar Ny.L Bisa tenang.
Suami pasien : Iya dok.. Saya akan mencoba menerima semua ini, Insyaallah
saya dan anak saya ikhlas dengan kepergian ibu saya.
(Tidak lama kemudian suami dan anka dari Ny. L merasa sudah bisa menerima
apa yang telah terjadi pada ibunya, sementara itu dokter dan perawat pamit untuk
mengurus berkas dari Ny. S dan mengarahkan keluarga untuk mengurus jenazah
Ny. S)
Assalmaualaikum