Anda di halaman 1dari 16

MASALAH PEREKONOMIAN TENTANG “SUBSIDI”

OLEH :

SAID AMAR CHABRI 178330017

DESY RAHMAHYANI 178330014

PUTRI DEWI RAHAYU 178330015

DELIMA PUTRI 178330027

AHMAD SUHAIMI HRP 178330003

AKUNTANSI B1 – PAGI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MEDAN AREA

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2

C. TUJUAN........................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. DEFENISI SUBSIDI.....................................................................................................3

B. JENIS-JENIS SUBSIDI................................................................................................7

C. PENGARUH SUBSIDI TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR.........................7

D. PENGARUH SUBSIDI TERHADAP INFLASI........................................................8

E. MANFAAT DAN DAMPAK SUBSIDI.......................................................................9

BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................11

A. KESIMPULAN...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi, akan tetapi lumbung
minyak di tanah air ini banyak dikelola oleh perusahaan asing. Pertamina sebagai jargon BUMN
dalam pengelolaan minyak bumi hanya sebagai pajangan dan Pemerintah lebih bernafsu
memberikan izin pengelolaan kepada perusahaan asing.

Subsidi merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang


memproduksi, menjual barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga harga
jualnya dapat terjangkau. Belanja subsidi terdiri dari subsidi energi (subsidi BBM, BBN, LPG
tabung 3 kg, dan LGV serta subsidi listrik) dan subsidi nonenergi (subsidi pangan, subsidi
pupuk, subsidi benih, subsidi PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak/DTP).
Kebijakan subsidi yang dilakukan pemerintah selalu menimbulkan pendapat pro dan kontra. Ada
kalangan yang berpendapat bahwa subsidi itu tidak sehat sehingga berapapun besarnya, subsidi
harus dihapuskan dari APBN. Sementara pihak lain berpendapat bahwa subsidi masih diperlukan
untuk mengatasi masalah kegagalan pasar. Pelaksanaan subsidi perlu pengubahan pola subsidi
sesuai dengan kondisi. Misalkan, pengalihan subsidi secara bertahap dari subsidi harga yang
kurang efektif dan tidak tepat sasaran kepada subsidi bahan-bahan kebutuhan pokok bagi
masyarakat kurang mampu (targeted subsidy).

Wacana pembahasan subsidi dalam kebijakan publik yang dilakukan pemerintah


Indonesia seringkali menciptakan pro-kontra dalam tahap penyusunannya ataupun
pembahasannya. Hal ini terjadi pula di seluruh negara yang masih menerapkan kebijakan subsidi.
Malah tidak jarang kebijakan subsidi sering berdampak meningkatnya suhu politik
pemerintahan. Apalagi kebijakan subsidi tersebut pada umumnya akan berdampak pada berbagai
aspek kehidupan sebagian besar masyarakat. Pada umumnya pergolakan di negeri mereka akibat
wacana untuk pengurangan ataupun penghapusan subsidi. Ambil contoh saja, kasus subsidi
BBM yang sering menjadi pemicu berbagai demontrasi masyarakat di Indonesia. Subsidi BBM
adalah jenis subsidi energi yang berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Subsidi BBM jelas berbeda dengan kasus subsidi lain (subsidi non BBM). Sebagai

1
ilustrasi untuk subsidi pupuk, pihak pemerintah mengeluarkan anggaran yang dibayarkan kepada
industri pupuk dalam bentuk insentif. Misalnya seperti menjual gas alam (LNG, bahan baku
utama pembuatan urea) dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar, memberikan potongan
harga untuk pasokan energi (listrik dan BBM), dan bentuk insentif lainnya yang dapat
menurunkan harga pokok.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi subsidi?


2. Apa jenis-jenis dari subsidi?
3. Apa pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar?
4. Apa pengaruh subsidi terhadap inflasi?
5. Apa manfaat dan dampak subsidi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi subsidi.
2. Untuk mengetahui pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis subsidi
4. Untuk mengetahui pengaruh subsidi terhadap inflasi
5. Untuk mengetahui manfaat dan dampak subsidi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Subsidi

Arti kata subsidi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bantuan uang dan
sebagainya kepada yayasan, perkumpulan, dan sebagainya (biasanya dari pihak pemerintah).

Subsidi juga dapat di artikan sebagai suatu pemberian (kontribusi) dalam bentuk uang
atau finansial yang diberikan oleh pemerintah atau suatu badan umum (public body). Kontribusi
pemerintah tersebut dapat berupa antara lain:

1. penyerahan dana secara langsung seperti hibah, pinjaman, dan penyertaan,


pemindahan dana atau jaminan langsung atas hutang.

2. hilangnya pendapatan pemerintah atau pembebasan fiskal (seperti keringanan pajak);


penyediaan barang atau jasa diluar prasarana umum atau pembelian barang.

3. pemerintah melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan atau memberikan


otorisasi kepada suatu badan swasta untuk melaksanakan tugas pemerintah dalam hal
penyediaan dana.

4. Disamping hal tersebut, semua bentuk income dan price support juga merupakan
subsidi apabila bantuan tersebut menimbulkan suatu keuntungan.

Adapun menurut Nota Keuangan dan RAPBN 2014, subsidi merupakan alokasi anggaran
yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual barang dan jasa, yang
memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau
masyarakat.

Dengan demikian, subsidi merupakan upaya pemerintah melalui penyaluran anggaran


kepada produsen barang dan jasa dalam rangka pelayanan publik sehingga masyarakat dapat
memenuhi hajat hidupnya dengan harga beli yang lebih terjangkau atas barang dan jasa publik
yang disubsidi tersebut. Jadi bisa disimpulkan bahwa subsidi adalah bantuan pemerintah dalam

3
bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada produsen dan konsumen suatu bisnis atau
sektor ekonomi atas barang/jasa tertentu.

Menurut pandangan Leo Kusuma, pengertian subsidi ditinjau dalam ilmu ekonomi
terdapat dua pendekatan yang berbeda sehingga sering menimbulkan kontroversi. Dua
pendekatan tersebut menghasilkan dua definisi yang berbeda dan berlawanan. Sejatinya memang
tidak ada yang salah dari keduanya secara definitif, tetapi tidak akan bisa bertemu dalam satu
kesamaan pandang. Keduanya diakui dan disebutkan dalam buku-buku ilmu ekonomi.
Pendekatan pertama mengatakan bahwa subsidi tidak perlu mengeluarkan biaya atau disebut
pendekatan profit loss. Sedangkan pendekatan kedua mengatakan subsidi perlu mengeluarkan
biaya atau menggunakan pendekatan cost loss. Pendekatan profit loss diterapkan dalam lingkup
mikroekonomi. Sedangkan pendekatan cost loss digunakan untuk kebijakan ekonomi. Titik temu
di antara kedua pendekatan tersebut sebenarnya hanya terletak pada sasarannya, yaitu harga
(price equilibrium).

Pada pendekatan profit loss istilah subsidi ditemukan pada penghitungan biaya pokok dan
umumnya digunakan dalam lingkup mikroekonomi. Sebagaimana dimaklumi, tujuan organisasi
dalam melakukan produksi adalah untuk memperoleh keuntungan dari selisih antara harga pokok
dan harga jual. Harga pokok adalah harga yang diperoleh dari komponen-komponen biaya
dengan menggunakan metode perhitungan tertentu. Harga jual adalah besarnya harga pokok
ditambah besarnya laba atau keuntungan yang dikehendaki. Harga jual biasanya ditentukan pula
berdasarkan pertimbangan ekonomi, seperti harga persaingan atau harga pasar dan besarnya nilai
manfaat atas produk. Dengan demikian, pengertian subsidi berdasarkan pendekatan profit loss
merupakan kebijakan atas penentuan harga jual yang besarnya sama dengan harga pokok.

Dengan demikian, dalam pendekatan profit loss ini seperti dijelaskan di atas, pihak
produsen tidak mendapatkan keuntungan, tetapi tidak pula mengalami kerugian. Produsen
dikatakan rugi apabila harga yang dijual di bawah harga pokoknya. Penghitungan harga pokok
sudah memperhitungkan keseluruhan ongkos produksi yang dibayarkan oleh pihak konsumen.
Sebagai ilustrasi, apabila Pertamina (yang ditunjuk pemerintah) memproduksi bensin premium
dengan harga pokok sebesar Rp 6.500 per liter. Tentu saja, harga pokok tersebut sudah
memperhitungkan pula biaya distribusi dan sebagainya. Jika Pertamina kemudian menjual
bensin premium dengan harga jual sebesar Rp 6.500 per liter, maka disebutkan Pertamina

4
menjual dengan memberikan subsidi atas produknya. Jika harga pasar untuk bensin premium
sejenis sebesar Rp 9.900 per liter, maka seharusnya Pertamina akan memperoleh keuntungan
sebesar Rp 3.400 per liter bensin premium. Ini berarti apabila bensin premium tersebut dijual
sebesar harga pokoknya, maka Pertamina memberikan subsidi sebesar Rp 3.400 per liter bensin
premium yang dijual.

Berbeda halnya apabila Pertamina tadi kemudian menjual bensin premium di bawah
harga pokoknya. Pertamina sebagai produsen bensin premium tadi tidak bisa disebut
memberikan subsidi, melainkan telah mengalami kerugian. Besarnya kerugian yang ditanggung
oleh Pertamina adalah selisih antara besarnya harga pokok dan harga jual di mana harga jualnya
di bawah atau lebih rendah daripada harga pokok. Sekali lagi, harga yang dijual di mana
produsen mengalami kerugian tidak bisa dikatakan bahwa produsen memberikan subsidi,
melainkan produsen mengalami kerugian dalam penjualan. Selanjutnya Leo Kusuma
menjelaskan, bahwa pengertian subsidi dalam pendekatan kebijakan pemerintah memiliki
perspektif yang berbeda dengan definisi menurut ilmu ekonomi. Sasarannya masih sama, yaitu
harga. Dalam hal ini, kebijakan subsidi bertujuan untuk menekan harga penjualan di bawah
harga yang umumnya berlaku. Harga jual bisa memiliki dua pengertian, yaitu harga jual yang
ditetapkan oleh produsen atau harga jual yang mengikuti harga pasar (market price). Harga jual
dalam arti ditetapkan atau ditentukan oleh produsen merupakan harga pokok ditambahkan
besarnya keuntungan yang dikehendaki. Besarnya subsidi bisa jadi menggantikan tambahan
keuntungan atau tambahan keuntungan ditambah beberapa ongkos produksi yang terhitung pada
harga pokok. Ilustrasi tersebut merupakan mekanisme subsidi harga dalam APBN yang
digambarkan Leo Kusuma seperti dilihat pada gambar di bawah ini.

5
Mekanisme subsidi harga dalam APBN (Leo Kusuma, 2012)

Berdasarkan mekanisme subsidi harga tersebut di atas, harga normal yang ditetapkan oleh
produsen (misalnya Pertamina dalam hal bensin premium) sebesar Pm (misalnya = Rp 9.900 per
liter bensin premium) atau disebut juga harga pasar. Pertamina mendapatkan untung (laba)
sebesar Rp3.400 apabila menjual di antara harga Po hingga Pm. Dalam contoh ini apabila Po
(harga pokok Pertamina) sebesar Rp 6.500. Dimana untung (laba) dihitung dari Pm– Po=
Rp9.900 – Rp6.500 = Rp3.400. Dengan adanya kebijakan subsidi, pihak pemerintah membayar
kepada pihak Pertamina sebesar rentang harga Ps. Dengan demikian, besarnya subsidi yang
dibayarkan oleh pemerintah sebesar keuntungan/laba(dalam contoh ilustrasi di atas yaitu
Rp3.400 per liter bensin premium) atau sebesar keuntungan ditambahkan sebagian besarnya
harga pokok apabila penetapan harga jual bensin premium ditetapkan pemerintah lebih rendah
dari harga pokok Pertamina.Dalam kasus kedua tentu saja besarnya subsidi yang harus
ditanggung pemerintah menjadi lebih besar. Misalnya, apabila pemerintah menetapkan harga jual
bensin premium Rp4.500 per liter, maka besarnya subsidi yang dibayarkan pemerintah sebesar
Rp 5.400 per liter bensin premium. Hal ini didasarkan pada perhitungan harga pasar (Pm) –
harga jual = Rp9.900 – Rp4.500 = Rp5.400.

6
B. Jenis-jenis subsidi yang tertuang dalam uu apbn 2014 itu adalah:

1. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis tertentu dan bahan bakar gas cair (LPG
tabung 3 kilogram) sebesar Rp 210,735 triliun, atau naik Rp 11 triliun lebih dibanding besaran
subsidi pada APBN-P 2013 sebesar Rp 199,850 triliun. Besaran subsidi ini sudah termasuk
pembayaran perkiraan kekurangan Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp 20 triliun.

2. Subsidi listrik sebesar Rp 71,364 triliun atau turun Rp 28 triliun lebih dibanding
besarnya subsidi listrik pada APBN-P 2013 sebesar Rp 99,978 triliun. Besaran subsidi ini sudah
termasuk pembayaran perkiraan kekurangan subsidi listrik tahun 2013 sebesar Rp 3,5 triliun.

3. Subsidi pangan sebesar Rp 18,822 triliun atau lebih rendah dibanding besarnya subsidi
pada 2013 sebesar Rp 21,497 triliun.

4. Subsidi pupuk sebesar Rp 21,048 triliun (termasuk pembayaran kekurangan subsidi


tahun 2012 sebesar Rp 3 triliun). Angka ini lebih tinggi dibanding dengan besaran subsidi pupuk
2013 sebesar Rp 17,932 triliun.

5. Subsidi benih sebesar Rp 1,564 triliun hampir sama dengan subsidi benih 2013 sebesar
1,454 triliun.

6. Subsidi dalam rangka kewajiban pelayanan umum/public service obligation Rp 2,197


triliun (terdiri dari PSO penumpang KA Rp 1,224 triliun, PSO penumpang angkutan laut Rp
872,789 miliar, dan PSO informasi publik Rp 100 miliar). Pada 2013 alokasi subsidi PSO
sebesar Rp 1,521 triliun.

7. Subsidi bunga kredit program sebesar Rp 3,235 triliun meningkat dibanding APBN –P
2013 sebesar Rp 1,248 triliun.

8. Subsidi Pajak Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar Rp 4,713 triliun (terdiri subsidi
PPh-DTP Rp 3,713 triliun, dan fasilitas bea masuk Rp 1 triliun). Pada 2013 subsidi DTP sebesar
Rp 4,635 triliun.

C. Pengaruh Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar

Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, oleh karena itu ia sering juga disebut
pajak negatif. Seiring dengan itu, pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar berbanding terbalik
dengan pengaruh pajak. Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan sesuatu barang
menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan adanya subsidi, biaya
produksi suatu barang atau jasa menjadi lebih rendah sehingga produsen bersedia menjual
produknya lebih murah.

7
Dalam rangka menganalisa dan memecahkan masalah-masalah ekonomi, fungsi linear
sangat lazim diterapkan dalam ilmu ekonomi. Fungsi linier adalah suatu fungsi yang sangat
sering digunakan oleh para ahli ekonomi dan bisnis. Hal ini dikarenakan bahwa kebanyakan
masalah ekonomi dan bisnis dapat disederhanakan atau diterjemahkan ke dalam model yang
berbentuk linier. Dua variable ekonomi maupun lebih yang saling berhubungan acapkali
diterjemahkan kedalam bentuk sebuah persamaan linear. Dengan menerapkan persamaan linear,
pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar dapat dijelaskan sebagai berikut.

Adanya subsidi yang diberikan pemerintah atas penjualan suatu barang atau jasa akan
menyebabkan produsen menurunkan harga jual barang atau jasa tersebut sebesar subsidi per unit
(s), sehingga fungsi penawarannya akan berubah yang pada akhirnya keseimbangan pasar akan
berubah pula.

D. Pengaruh Subsidi Terhadap Inflasi

Subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen, distributor dan
konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu. Dalam hal inflasi subsidi lebih ditekankan
kepada masalah konsumen dan lebih tepatnya untuk masalah “demand full inflation”. Saat terjadi
inflasi maka akan ada kenaikan harga secara umum dan berlangsung terus menerus. Maka
Subsidi yang diberikan oleh pemerintah secara tidak langsung akan membuat peredaran uang
menjadi lebih sedikit. Sedangkan dari sisi produsen,subsidi dapat membatasi jumlah barang yang
akan diberikan ke konsumen.
contoh kasus :

8
Berdasarkan kurva diatas, pada keadaan perekonomian yang normal harga beras dipasar
sebesar Rp.7.000 dengan jumlah permintaan sebanyak 500 kg (d).Tetapi saat perekonomian
mengalami inflasi harga beras mulai naik sebesar Rp.10.000dan jumlah permintaan tetap
tinggi,tapi jumlah yang dapat di penuhi hanya 300 kg(d'). Karena nilai mata uang semakin
menurun, sedangkan pendapatan yang diterima masyarakat tidak sesuai dengak kenaikan harga
secara terus menerus. Lalu pemerintah memberikan subsidi beras kepada masyarakat sebesar
Rp.2000,harga yang ditawarkan menjadi Rp.8000. Sedangkan permintaan yang dapat dipenuhi
sebesar 400 kg(d''). Setidaknya pemberian subsidi dapat menambah kuantitas sebesar 100.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh subsidi terhadap inflasi
adalah dengan adanya subsidi yang diberikan pemerintah kepada pelaku ekonomi baik itu
produsen maupun konsumen, maka inflasi dapat ditekan seminimal mungkin atau dengan kata
lain subsidi dapat menurunkan tingkat inflasi.

E. Manfaat dan Dampak Subsidi

1. Manfaat subsidi

Kebijakan pemberian subsidi biasanya dikaitkan kepada barang dan jasa yang
memiliki positif eksternalitas dengan tujuan agar untuk menambah output dan lebih banyak

9
sumber daya yang dialokasikan ke barang dan jasa tersebut. Dalam ini meliputi pula bidang
pendidikan dan teknologi tinggi.

Secara umum pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh pemerintah, dirasakan


manfaatnya oleh masyarakat konsumen maupun produsen antara lain:

a. Membantu peningkatan kualitas ekonomi.

b. Membantu golongan yang berpendapatan rendah dalam hal pemenuhan


kebutuhan ekonomi.

c. Mencegah terjadinya kebangkrutan bagi pelaku usaha.

2. Dampak Subsidi

Pelaksanaan subsidi juga punya dampak negatif antara lain:

a. Subsidi menciptakan alokasi sumber daya yang tidak efisien. Karena konsumen
membayar barang dan jasa pada harga yang lebih rendah daripada harga pasar
maka ada kecenderungan konsumen tidak hemat dalam mengkonsumsi barang
yang disubsidi. Karena harga yang disubsidi lebih rendah daripada biaya
kesempatan (opportunity cost) maka terjadi pemborosan dalam penggunaan
sumber daya untuk memproduksi barang yang disubsidi.

b. Subsidi menyebabkan distorsi harga.

Subsidi yang tidak transparan dan tidak well-targeted akan mengakibatkan:

1) Subsidi besar yang digunakan untuk program populis cenderung menciptakan


distorsi baru dalam perekonomian

2) Subsidi menciptakan suatu inefisiensi

3) Subsidi tidak dinikmati oleh mereka yang berhak

c. Subsidi dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi yang besar.

d. Mematikan para pesaing, dalam arti pihak swasta yang dirugikan

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan subsidi yang dilakukan pemerintah selalu menimbulkan pendapat pro dan
kontra. Ada kalangan yang berpendapat bahwa subsidi itu tidak sehat sehingga berapapun
besarnya, subsidi harus dihapuskan dari APBN. Sementara pihak lain berpendapat bahwa subsidi
masih diperlukan untuk mengatasi masalah kegagalan pasar.

Pelaksanaan subsidi perlu pengubahan pola subsidi sesuai dengan kondisi. Misalkan,
pengalihan subsidi secara bertahap dari subsidi harga yang kurang efektif dan tidak tepat sasaran
kepada subsidi bahan-bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat kurang mampu (targeted
subsidy).

Subsidi ditinjau dalam ilmu ekonomi terdapat dua pendekatan yang berbeda sehingga
sering menimbulkan kontroversi. Dua pendekatan tersebut menghasilkan dua definisi yang
berbeda dan berlawanan. Sejatinya memang tidak ada yang salah dari keduanya secara definitif,
tetapi tidak akan bisa bertemu dalam satu kesamaan pandang. Keduanya diakui dan disebutkan
dalam buku-buku ilmu ekonomi. Pendekatan pertama mengatakan bahwa subsidi tidak perlu
mengeluarkan biaya atau disebut pendekatan profit loss. Sedangkan pendekatan kedua
mengatakan subsidi perlu mengeluarkan biaya atau menggunakan pendekatan cost loss.
Pendekatan profit loss diterapkan dalam lingkup mikroekonomi. Sedangkan pendekatan cost loss
digunakan untuk kebijakan ekonomi. Titik temu di antara kedua pendekatan tersebut sebenarnya
hanya terletak pada sasarannya, yaitu harga (price equilibrium).

Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, oleh karena itu ia sering juga disebut
pajak negatif. Seiring dengan itu, pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar, berbanding
terbalik dengan pengaruh pajak. Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan sesuatu barang
menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan adanya subsidi, biaya
produksi suatu barang atau jasa menjadi lebih rendah sehingga produsen bersedia menjual
produknya lebih murah.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://erwan29680.wordpress.com/2010/04/10/pengantar-mengenai-subsidi-dan contervailling-
di-dalam-perdagangan

http://leo4kusuma.blogspot.com/2012/01/definisi-subsidi-menelaah-kontroversi.html

http://www.bppk.depkeu.go.id/berita-cimahi/9631-memahami-pengertian-dan-kebijakan-subsidi-
dalam-apbn

Rudi Handoko dan Pandu Patriadi, “Evaluasi Kebijakan Subsidi NonBBM”, Kajian Ekonomidan
Keuangan, Volume 9, Nomor 4, Desember 2005

12
PENDAPAT KAMI MENGENAI PERMASALAH EKONOMI TENTANG
“SUBSIDI”

Subsidi BBM yang dimulai salah sasaran, penggunaan BBM bersubsidi didominasi 92%
kendaraan pribadi dan kendaraan umum hanya 8%. Subsidi BBM yang tidak tepat sasaran
menjadi salah satu sumber defisit transaksi berjalan. Jika ini terus menerus dibiarkan, BBM
subsidi harus naik harganya untuk menutupi defisit. Dan jika BBM naik maka perumbuhan
ekonomi akan mengalami penurunan.

13

Anda mungkin juga menyukai