Anda di halaman 1dari 96

Budidaya Cabai

Rawit Dengan
Interval
Penyiraman Air
Kelapa & Media
Tumbuh yang
Berbeda

i
Budidaya Cabai Rawit Dengan Interval Penyiraman Air
Kelapa & Media Tumbuh Yang Berbeda
Hak Cipta © 2019 Pada Penulis
Sabrina
Hilarius Jago Duda
Yasinta Lisa

Validator
.........................

Penyunting
Sabrina

Desain Cover
Sabrina

ii
Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Ketentuan Pidana
Pasal 27:
1) Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 ayat 1 (satu) atau pasal
49 ayat 1 (satu) dan ayat 2 (dua) di pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).
2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 (satu) dipidanakan dengan pidana penajara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT Tuhan pencipta semesta alam dan segala isinya, atas
anugrah dan kekuatan-Nya yang luar biasa sehingga buku
referensi yang berjudul “Budidaya Cabai Rawit Dengan
Interval Penyiraman Air Kelapa & Media Tumbuh Yang
Berbeda” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis berharap buku referensi ini dapat
bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya untuk mahasiswa-mahasiswa program studi
pendidikan biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang
pada Mata Kuliah Biologi Terapan. Tiada gading yang
tak retak. Tiada seorangpun yang luput dari kekurangan
dan kesalahan. Apabila ada kekurangan dan kesalahan
dalam penyajian buku ini, kami dengan setulus hati
mohon maaf, terima kasih.
Sintang, April 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PRANCIS ................................................... i


LEMBAR HAK CIPTA .................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................... ii
BAB I Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum Frutescens L.) ....................................... 1
A. Sejarah Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) .. 1
B. Manfaat Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) . 2
C. Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) . 3
D. Syarat Pertumbuhan Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.) ....................................................... 5
E. Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
........................................................................... 12
F. Klasifikasi Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
........................................................................... 14
BAB II Pupuk Organik Cair (Poc) .............................. 15

A. Pengertian Pupuk Organik Cair (POC) ............ 15

v
B. Macam dan Cara Aplikasi Pupuk Organik Cair
(POC) ....................................................................... 17
C. Kelebihan Pupuk Organik Cair (POC) .............. 20
D. Kendala Penggunaan Pupuk Organik Cair (POC)
........................................................................... 26
E. Upaya Mengatasi Kendala Pada Penggunaan
Pupuk Organik Cair (POC) .................................. 31
F. Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair
(POC) Air Kelapa ............................................. 31
G. Langkah-Langkah Membuat Pupuk Organik Cair
(POC) ................................................................ 31
H. Pupuk Organik Cair (POC) Sudah Jadi Setelah Di
Fregmentasi Selama Satu Malam ..................... 31
BAB III Media Tanam .................................................. 34
A. Pengertian Media Tanam................................... 34
B. Ragam Dan Sifat Fisiko-Kimia Media Tanam .. 40
BAB IV Proses Budidaya Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum Frutescens L.) Dengan Interval
Penyiraman Air Kelapa & Media Tumbuh Yang
Berbeda ...................................................................... 34
A. Proses Penanaman ............................................ 34

vi
B. Pemilihan Media Tanam .................................. 34
C. Pemberian pupuk organi cair (POC) air
kelapa ................................................................ 34
D. Pemeliharaan .................................................... 34
E. Pemanenan ........................................................ 34
BAB V ANALISIS USAHA BUDIDAYA TANAMAN
CABAI RAWIT......................................................... 43
A. Rekapitulasi Keuangan ...................................... 43

B. Prosedur Produksi.............................................. 44

C. Sarana dan Prasaran Produksi ........................... 45

D. Perkiraan Biaya ................................................. 47


E. Analisis Usaha ................................................... 49
F. Analisis Usaha Cabe Rawit .............................. 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................... 53
Biografi Penulis .............................................................. 54

vii
BAB I

TANAMAN CABAI RAWIT


(CAPCISUM FRUTESCENS L.)

A. Sejarah Cabai rawit (Capcisum frutescens L.)


Tanaman cabai merupakan tanaman perdu
yang sudah berabad-abad ditanam di Indonesia.
Tanaman ini mempunyai beragam jenis, salah
satunya adalah cabai rawit (Capsicum frutescens
L.). Tanaman cabai rawit merupakan salah satu
tanaman pertanian yang menjadi tanaman
unggulan. Tanaman ini mendapat perhatian petani
karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal tersebut
terbukti dari luasnya lahan pertanaman cabai yang
mencapai 20% dari total pertanaman sayur di
seluruh Indonesia (Syukur dkk, 2016: 6). Cabai
merupakan tanaman perdu yang memiliki banyak
ragam bentuk dan tipe pertumbuhan. Bentuk
buahnya bervariasi mulai dari bulat, lonjong
hingga panjang dengan ukuran kecil sampai
besar, permukaan buah licin dan rasanya pedas.

1
2

Cabai rawit merupakan tanaman yang mempunyai


banyak kandungan. Kandungan-kandungan tersebut
meliputi kapsaisin, kapsantin, karotenid, alkaloid,
resin, dan minyak atsiri. Selain itu, cabai ini juga
kaya akan kandungan vitamin A, B, C (Tjandra
dalam Umah, 2012). Zat gizi seperti protein, lemak,
karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe),
vitamin (salah satunya adalah vitamin C) dan
mengadung senyawa - senyawa alkaloid, seperti
kapsaisin, flavonoid, dan minyak esensial juga
kerkandung dalam tanaman ini. Cabai rawit paling
banyak mengandung vitamin A dibandingkan cabai
lainnya. Cabai rawit segar mengandung 11.050 SI
vitamin A, sedangkan cabai rawit kering
mengandung 1.000 SI. Sementara itu, cabai hijau
segar hanya mengandung 260 vitamin A, cabai
merah segar 470, dan cabai merah kering 576 SI.

B. Manfaat Cabai Rawit (Capcisum frutescens L.)


Buah cabai rawit ini juga mempunyai banyak
manfaat terutama sebagai bumbu masakan untuk
memberikan sensasi pedas. Selain itu, buah

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
tanaman ini juga berkhasiat untuk menambah nafsu
makan, menguatkan kembali tangan dan kaki yang
lemas, melegakan hidung tersumbat pada penyakit
sinusitis, serta mengobati migrain (sakit kepala
sebelah). Sebagai obat luar, cabai rawit juga dapat
digunakan untuk mengobati penyakit rematik, sakit
perut, dan kedinginan. Selain sebagai bahan
makanan dan obat, cabai rawit sering digunakan
sebagai tanaman hias disejumlah pekarangan
(Tjandra dalam Umah, 2012).

Gambar 1.1: cabai rawit (Capcisum frutences L)


Sumber: Dokumen Pribadi (2019)

C. Varietas Cabai Rawit (Capcisum frutences L)


Ada dua spesies cabai rawit, yaitu
Capsicum annum L dan Capsicum frutescens L.
3
4

Adapun beberapa varietas cabai rawit menurut


Syukur dkk (2016: 27) adalah sebagai berikut.
1) Varietas cabai rawit hibrida pelita

Gambar 1.2: Varietas Cabai Rawit Hibrida Pelita


Varietas ini cocok ditanam di dataran
rendah hingga dataran tinggi. Tinggi tanaman
mencapai 70 cm. umur panen pertama adala
100 HST. Buah muda berwarna hijau. Rasa
buahnya sangat pedas. Panjang buah
mencapai 4 cm dengan diameter 0,7 cm.
Potensi produktivitasnya yaitu 0,7
kg/tanaman. Varietas ini toleran terhadap
penyakit layu bakteri.
2) Varietas cabai rawit bara

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Gambar 1.3: Varietas Cabai Rawit Bara
Varietas ini termasuk spesies Capsicum
annum L. Varietas Bara cocok ditanam di
dataran rendah hingga dataran tinggi. Tinggi
tanaman 55 cm, umur panen pertama 100
HST. Buah mudanya berwarna hijau muda.
Rasa buahnya sangat pedas. Panjang buah 4
cm dan diameter 0,7 cm. potensi
produktivitasnya yaitu 0,5 kg/tanaman.
Tanaman ini toleran terhadap penyakit layu
bakteri.
3) Varietas Cabai rawit Taruna

5
6

Gambar 1.4: Varietas Cabai Rawit Taruna


Varietas ini termasuk spesies Capsicum
frutescens. Taruna cocok ditanam di dataran
rendah hingga dataran tinggi. Tinggi tanaman
100 cm. umur panen pertama ialah 130 HST.
Buah mudanya berwarna putiih gading. Rasa
buahnya aromatik. Panjang buah 4 cm dan
diameter buah 1,1 cm. potensi
produktivitasnya yaitu 0,5 kg/tanaman.

D. Syarat Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit


(Capcisum frutences L)
Faktor-faktor yang dibutuhkan oleh
tanaman harus tersedia dalam jumlah yang
optimum. Pengaturan jarak tanam merupakan
salah satu cara untuk menciptakan faktor-faktor
yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara
merata bagi setiap individu tanaman dan untuk
mengoptimasi penggunaan faktor lingkungan
yang tersedia. Tanaman cabai rawit sebagai
tanaman hortikultura membutuhkan syarat

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
pertumbuhan dalam kondisi tertentu agar bisa
tumbuh subur dan berbuah rimbun. Menurut
Wahyudi dalam Umah (2012), syarat tumbuh
yang harus dipenuhi ketika membudidayakan
cabai rawit adalah:
1) Tipe Tanah
Cabai rawit tumbuh baik di tanah
bertekstur lempung, lempung berpasir dan
lempung berdebu. Namun, cabai ini masih
bisa tumbuh baik pada tekstur tanah yang
agak berat, seperti lempung berliat.
Beberapa kultivar cabai rawit lokal bahkan
bisa tumbuh dengan baik pada tekstur tanah
yang lebih berat lagi, seperti tekstur liat
berpasir atau liat berdebu. Menurut Tjandra
dalam Umah (2012), “Tanah yang tidak
baik untuk penanaman cabai rawit adalah
tanah yang strukturnya padat dan tidak
berongga”. Tanah semacam ini akan sulit
ditembus air pada saat penyiraman sehingga
air akan tergenang. Selain itu, tanah tidak

7
8

akan memberikan keleluasan bagi akar


tanaman untuk bergerak, karena sulit
ditembus akar tanaman. Akibatnya,
tanaman sulit menyerap air dan zat hara
pada tanah. Jenis tanah yang tidak baik
untuk pertumbuhan cabai rawit antara lain :
tanah liat, tanah berkaolin, tanah berbatu,
dan tanah berpasir.
2) Ketinggian Tempat Penanaman
Karena sifat adaptasinya paling luas
diantara jenis cabai, maka sebagian besar
cabai rawit bisa ditanam di dataran rendah
hingga dataran tinggi. Namun, cabai rawit
yang ditanam di dataran tinggi akan
mengalami umur panen dan masa panen yang
lebih lama, tetapi hasil panennya masih relatif
sama dibandingkan dengan jika kultivar yang
sama ditanam di dataran rendah.
3) pH Tanah Optimum

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Gambar 1.5: pH Tanah Optimum
Sumber: Dokumen Pribadi (2019)

Cabai rawit menghendaki tingkat


kemasaman tanah optimal, yaitu tanah
dengan nilai pH 5,5 – 6,5. Jika pH tanah
kurang dari 5,5, tanah harus diberi kapur
pertanian. Pada pH rendah, ketersediaan
beberapa zat makanan tanaman sulit diserap
oleh akar tanaman, sehingga terjadi
kekurangan beberapa unsur makanan yang
ahirnya akan menurunkan produktivitas
tanaman. Menurut Tjandra dalam Umah
(2012), “Derajat keasaman tanah atau pH
tanah netral berkisar 6-7”. Pada tanah dengan
pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara

9
10

di dalamnya, terutama fosfor (P) dan kalsium


(Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit
terserap tanaman. Kondisi tanah yang masam
dapat menjadi media perkembangan beberapa
cendawan penyebab penyakit tanaman seperti
Fusarium sp. dan Pythium sp. Pengapuran
juga berfungsi menambah unsur kalsium yang
sangat diperlukan tanaman. Kalsium
berfungsi mengeraskan bagian tanaman yang
berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu
akar, mempertebal dinding sel buah, dan
merangsang pembentukan biji.
4) Intensitas Cahaya dan Sumber Air
Sama seperti tanaman hortikultura buah
lainnya, tanaman cabai rawit juga
memerlukan lokasi lahan yang terbuka agar
memperoleh penyinaran cahaya matahari dari
pagi hingga sore. Selain itu tanaman ini
menyukai lahan dengan sistem drainase yang
lancar, terutama pada musim hujan. Menurut
Sitompul dan Bambang dalam Umah (2012),
tanaman yang kurang cahaya akan
Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman
air kelapa & media tumbuh yang berbeda
mempunyai jumlah sel lebih sedikit dengan
habitus lebih tinggi dari tanaman yang
memperoleh banyak cahaya.

E. Morfologi Cabai Rawit (Capcisum frutences L)


Cabai rawit (Capsicum frustescens L)
tergolong dalam famili terung-terungan
(solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan
tanaman semusim atau tanaman berumur pendek
yang tumbuh sebagai perdu/semak, dengan tinggi
tanaman dapat mencapai 1,5 m.
A. Batang

11
12

Gambar 1.6: Batang Cabai rawit (Capcisum frutences L)


Sumber: Dokumen Pribadi (2019)

Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur


yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap,
berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak. Batang
utama tumbuh tegak dan kuat. Cabang tanaman
beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas
(cabang).
B. Daun

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Gambar 1.:7 Daun cabai rawit (Capcisum frutences L.)
Sumber: Dokumen Pribadi (2019)

Daun berbentuk bulat telur dengan ujung


runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi/berlekuk)
ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun
tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tunggal
dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang
daun menyirip dan tangkai tunggal yang melekat pada
batang/cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga
tanaman tampak rimbun.
C. Bunga

13
14

Gambar 1.8: Bunga cabai rawit (Capcisum frutences


L) Sumber: Dokumen Pribadi (2019)

Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga


tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh
menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga
berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk
penyerbukan sendiri (self pollinated crop), namun
dapat juga terjadi secara silang, dengan keberhasilan
sekitar 56%.
D. Buah

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Gambar 1.9: Buah cabai rawit (Capcisum frutences L.)
Sumber: Dokumen Pribadi (2019)

Buah cabai rawit akan terbentuk stelah terjadi


penyerbukan. Buah memiliki keanekaragaman dalam
hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabai
rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung
runcing/berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi,
menurut jenisnya cabai rawit yang kecil-kecil
memiliki ukuran panjang antara 2-2,5 cm dan lebar 5
mm. sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki
ukuran yang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12
mm. Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda
berwarna hijau/putih sedangkan buah yang telah
masak berwarna merah menyala/merah jingga (merah
agak kuning) pada waktu masih muda, rasa buah cabai
rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi
pedas.

F. Klasifikasi cabai rawit (Capcisum frutences L)


Cabai merupakan tanaman perdu yang
memiliki banyak ragam bentuk dan tipe

15
16

pertumbuhan. Bentuk buahnya bervariasi mulai


dari bulat, lonjong hingga panjang dengan ukuran
kecil sampai besar (Syukur dkk, 2016:5).
Menurut Simpson dalam Umah (2012),
klasifikasi cabai rawit adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum frutescens L

BAB II
PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

A. Pengertian Pupuk Organik Cair


Pemupukan adalah upaya pemberian
nutrisi kepada tanaman guna menunjang

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
kelangsungan hidupnya. Pemberian pupuk perlu
memperhatikan takaran yang diperlukan oleh
tumbuhan, jangan sampai pupuk yang
digunakan kurang atau melebihi takaran yang
akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pupuk dapat diberikan
melalui tanah ataupun disemprotkan ke daun
(Sutedjo, 2010: 9-10). Pupuk merupakan suatu
bahan yang digunakan untuk menambah hara
tanah dan menambah kesuburan tanah sehingga
tanaman yang ditanam pada media tersebut
dapat memperoleh cukup hara guna memenuhi
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal. Hal ini sejalan dengan pendapat
Balitbang Pertanian (2015) yang menyatakan
bahwa, “Pupuk adalah suatu bahan yang
mengandung satu atau lebih unsur hara atau
nutrisi bagitanaman untuk menopang tumbuh
dan berkembangnya tanaman”. Pupuk terbagi
menjadi dua jenis, yakni pupuk kimia/anorganik
dan pupuk organik. Pupuk anorganik ialah

17
18

pupuk yang dibuat dengan bahan-bahan kimia.


Sedangkan pupuk organik menurut Ayub
(Fadhli, 2015), “Pupuk organik ialah pupuk
yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan.
Pupuk organik mengandung banyak bahan
organik daripada kadar haranya. Sumber bahan
organik dapat berupa kompos, pupuk hijau,
pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan,
tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa),
limbah ternak, limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota
(sampah)”. Suriadikarta dan Simanungkalit
(2006) menyatakan bahwa, “Pupuk organik
adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang
berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah
melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
biologi tanah”. Pupuk organik sangat

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
bermanfaat untuk peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Salah satu jenis pupuk yang
sangat baik digunakan yaitu pupuk organik
dalam bentuk cair. Menurut Hanisar dan
Bahrum (2015), “Pupuk organik cair adalah
larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran
hewan dan manusia yang kandungan unsur
haranya lebih dari satu unsur”. Kelebihan dari
pupuk organik cair ini adalah mampu mengatasi
defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah
dalam pencucian hara, dan juga mampu
menyediakan hara secara cepat. Jika
dibadingkan dengan pupuk anorganik, pupuk
organik cair umumnya tidak merusak tanah dan
tanaman meskipun sudah digunakan sesering
mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki
bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang

19
20

diberikan kepermukaan tanah bisa langsung


dimanfaatkan oleh tanaman. (Hadisuwito dalam
Hanisar dan Bahrum, 2015).

B. Macam dan Cara Aplikasi Pupuk Organik


Cair
Berdasarkan teknik pembuatannya, pupuk
organik cair terbagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1. Pupuk Organik Cair Secara Sederhana
Pupuk organik cair ini dibuat dengan cara yang
sederhana, yaitu menggunakan bahan-bahan yang
mudah didapatkan, seperti limbah peternakan,
limbah pertanian, dan beberapa bahan organik
lain yang dibutuhkan seperti air kelapa dan air
cucian beras.
a. Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah
Peternakan: Beberapa bahan yang berasal dari
limbah peternakan dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk organik cair, seperti urin hewan ternak,
kotoran ternak, susu basi, dan limbah peternakan

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
lainnya. Urin sapi merupakan suatu bahan
organik yang mengikat zat pembangun berupa
unsur fosfor secara baik. Pupuk ini dapat
diaplikasikan melalui akar tanaman dengan cara
menyiramkannya ke media tanam. Selain itu,
pupuk ini juga dapat diaplikasikan melalui daun
dengan cara menyemprotkannya ke permukaan
daun.
b. Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah
Pertanian: Beberapa bahan yang berasal dari
limbah pertanian dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk organik cair, seperti dedaunan, buah-
buahan yang sudah busuk dan air kelapa. Air
kelapa mengandung unsur kalium cukup banyak.
Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung
gula dan protein. Mineral lain yang terkandung
dalam air kelapa, antara lain natrium (Na),
kalsium (Ca), magnesium (Mg). Besi (Fe),
tembaga (Cu), fosfor (P), dan sulfur (S).
Disamping itu, air kelapa juga mengandung
berbagai macam vitamin, seperti asam sitrat,

21
22

asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat,


niacin, riboflavin, dan thiamin. Pupuk ini dapat
diaplikasikan melalui akar tanaman dengan cara
menyiramkannya ke media tanam. Selain itu,
pupuk ini juga dapat diaplikasikan melalui daun
dengan cara menyemprotkannya ke permukaan
daun.
2. Pupuk Organik Cair Hasil Industri
Pupuk organik cair ini di produksi secara
industrial sehingga menghasilkan bermacam-
macam merk dagang yang komersial dan
memiliki spesifikasi tertentu. Biasanya pupuk
organik ini mencantumkan komposisi unsur hara
yang terkandung secara jelas. Contoh pupuk
organik cair ini, antara lain: Elang Biru, Promo,
Superbiota Plus, Organik RI I, Super A1, Super
Boy, Sitto, Nutrisi Saputra, dan Biokultur.
Aplikasi pupuk organik cair dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu aplikasi melalui
akar tanaman dan aplikasi melalui daun tanaman.
1. Aplikasi Melalui Akar Tanaman

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Cara ini biasanya dilakukan dengan
mengaplikasikan pupuk secara langsung ke media
tanam, seperti tanah. Taufika (2011) menyatakan
bahwa, “Tanaman akan mudah mengatur
penyerapan kompisisi pupuk yang dibutuhkan
jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk organik
cair yang diberikan pada tanah karna bentuknya
yang cair”. Pupuk organik cair dalam pemupukan
jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan
konsentrasi pupuk di satu tempat. Hal ini
disebabkan pupuk organik cair 100% larut.
2. Aplikasi Melalui Daun Tanaman
Aplikasi pupuk melalui daun tanaman ini
biasa dikenal dengan nama foliar application.
Pupuk disemprotkan pada permukaan daun. Hal
ini di lakukan sebagai cara untuk melengkapi
pemberian pupuk melalui tanah untuk
meminimalisir gejala ketahanan yang mungkin
muncul, terutama hara mikro dan hara yang
immobil dalam tubuh tanaman. Hara masuk
kedalam tubuh tanaman melalui mulut stomata

23
24

secara difusi atau osmosis. Pupuk disemprotkan


langsung kepada daun dengan alat penyemprot
(hand sprayer). Aplikasi pupuk ini disesuaikan
juga dengan dosis atau takaran dan waktu aplikasi
yang dianjurkan agar pertumbuhan dan hasil
tanaman dapat optimal.

C. Kelebihan Pupuk Organik Cair


Kelebihan pupuk organik cair dibandingkan
dengan pupuk lainnya menurut Leovini (2012)
adalah memiliki kandungan unsur hara yang lebih
banyak, mempermudah menyerap unsur hara,
pengatur tumbuh tanaman serta aman bagi
kesehatan dan ramah lingkungan. Adapun
penjelasannya sebagai berikut.
1. Pupuk organik cair memiliki jumlah kandungan
nirtogen, fosfor, kalium, dan air yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan pupuk organik
padat yang berbahan dasar kotoran sapi padat.

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
2. Bentuk pupuk organik cair yang berupa cairan
mempermudah tanaman dalam menyerap unsur-
unsur hara yang terkandung di dalamnya.
3. Pupuk organik cair mengandung zat peransang
tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur
tumbuh tanaman.
4. Pada pupuk organik cair yang berbahan dasar urin
hewan ternak, aroma atau bau yang dihasilkan
sangat khas sehingga dapat mencegah datangnya
berbagai hama tanaman.
5. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik,
pupuk organik cair ini memiliki sifat yang aman
bagi kesehatan dan ramah terhadap lingkungan.

D. Kendala Penggunaan Pupuk Organik Cair


Berikut ini adalah kendala-kendala yang sering
dihadapi dalam penggunaan pupuk organik cair
menurut Leovini (2012) adalah sebagai berikut.
1. Respon yang ditunjukan oleh penggunaan pupuk
organik cair terhadap produksi tanaman tidak

25
26

secepat seperti menggunakan pupuk anorganik


(kimia buatan).
2. Membutuhkan banyak tenaga kerja untuk
mengaplikasikan pupuk pada masing-masing
tanaman.
3. Membutuhkan waktu yang lebih relatif lama
karena aplikasi pupuk diharapkan merata untuk
masing-masing tanaman, khususnya yang
diaplikasikan melalui daun.
4. Tidak semua pupuk organik cair memiliki
komposisi kandungan unsur hara secara jelas
sehingga pemberian dosis pupuk terhadap
tanaman sulit untuk ditentukan.

E. Upaya Mengatasi Kendala Pada Penggunaan


Pupuk Organik Cair
Berikut ini merupakan beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kendala pada
penggunaan pupuk organik cair menurut Leovini
(2012) adalah sebagai berikut.

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
1. Diperlukan peran nyata dari pemerintah dalam
mengiatkan program pertanian organik sebagai
salah satu bentuk dukungan terhadap pertanian
berkelanjutan sehingga para petani mengetahui
peran dan manfaat pupuk organik cair bagi
tanaman dan lingkungan.
2. Untuk menghindari kekhawatiran para petani
akan lambatnya respon dari penggunaan pupuk
organik cair terhadap produktivitas tanamannya
dibandingkan dengan penggunaan pupuk
anorganik, maka penggunaan pupuk organik cair
masih perlu diikuti dengan penggunaan pupuk
anorganik dengan jumlah yang terbatas. Hal ini
berkaitan juga dengan pentingnya pengetahuan
tentang pupuk berimbang sehingga antara waktu,
tenaga, dan jumlah pupuk yang digunakan
menjadi lebih efektif dan efisien, serta bersifat
lebih aman dan ramah terhadap lingkungan.

27
28

Gambar 2.1: Pupuk Organik Cair (POC) Air Kelapa


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019).

F. Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair


(POC) Air Kelapa
Pupuk Organik Cair (POC) berasal dari
bahan-bahan alami yang ada disekitar kita.
Bahan baku pembuatan Pupuk Organik Cair
(POC) berasal dari air kelapa muda. Pada
prinsipnya bahan utama dalam pembuatan
Pupuk Organik Cair (POC) sangat sederhana
dan mudah ditemukan di sekitar kita.
Adapun alat dan bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut.
Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman
air kelapa & media tumbuh yang berbeda
No Nama Instrumen Jumlah Fungsi

1 Alat
Menampung cairan
a. Toples ukuran Pupuk Organik Cair
1 Buah
10 Liter (POC) air kelapa

Untuk menakar air


b. Gelas ukur
1 Buah mineral, dan air
1000 mL
kelapa
Membersihan lahan
c. Parang 1 Buah dan untuk
membelah kelapa
Mengolah lahan
d. Cangkul 1 Buah
penanaman
Media penyemaian
e. Ember 1 Buah
tanaman
1 Mengukur lahan
f. Meteran
Gulung dan jarak tanam
Mengukur tinggi
g. Penggaris 1 Buah
tanaman.
Mengukur berat
h. Timbangan 1 Buah
basah
Mengumpulkan
i. Alat tulis -
data di lapangan

29
30

No Nama Instrumen Jumlah Fungsi

dan membuat
pelang nama
perlakuan
Menyemprot
j. Alat semprot 1 Buah tanaman dengan
POC air kelapa
Mengukur
konsentrasi yang
k. Gelas ukur 1 Buah akan diberikan pada
tanaman

Untuk membakar
l. Korek api 1 Buah
media
2 Bahan
a. Benih Sebagai objek yang
±100
tanaman cabai akan diteliti
biji
rawit
Bahan pembuatan
4 biji/3
b. Kelapa muda Pupuk Organik Cair
liter
(POC) air kelapa
Sebagai bahan
c. Air 2 liter pencampur Mikro
Pupuk Organik Cair

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
No Nama Instrumen Jumlah Fungsi

(POC) air kelapa


muda dan sebagai
kontrol dalam
penelitian.
Sebagai media
d. Kotoran tanam yang
2 Kg
kambing digunakan dalam
penelitian.
Sebagai media
tanam yang
e. Gambut/moss 2 kg
digunakan dalam
penelitian.
Sebagai media
tanam yang
f. Arang sekam 2 kg
digunakan dalam
penelitian.
Sebagai media
tanam yang
g. Serbuk gergaji 2 kg
digunakan dalam
penelitian.
Sebagai media
h. Tanah 2 kg tanam yang
digunakan dalam

31
32

No Nama Instrumen Jumlah Fungsi

penelitian dan
sebagai pengontrol
dalam penelitian.

G. Langkah-langkah Membuat Pupuk


Organik Cair (POC)
Berikut adalah metode Pupuk Organik
Cair (POC) dengan menggunakan air kelapa
muda. Adapun bahan-bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan kelapa muda 4 biji.

Gambar 2.2: Kelapa Muda


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019).
2) Menyiapkan air kelapa 3 liter dan air
mineral 2 liter.
Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman
air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Gambar 2.3: Air Kelapa Muda & Air Mineral
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019).
3) Masukan menjadi satu campuran air
kelapa 3 liter dan air mineral 2 liter
kedalam topkes yang berukuran besar.

Gambar 2.4: Fregmentasi POC Air Kelapa


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019).
H. Pupuk Organik Cair (POC) Sudah Jadi
Setelah Di Fregmentasi Selama 1 Malam
1. POC yang sudah jadi, ciri-ciri :

33
34

- Berbau asam
- Terdapat bergelembung air dipermukaan
- Air berwarna putih susu

Gambar 2.5: POC Air Kelapa Siap Digunakan


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019).

BAB III
MEDIA TANAM

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
A. Pengertian Media Tanam
Media tanam disebut juga dengan media
tumbuh, bagi tanaman umumnya berupa tanah.
Puluhan bahan yang berbeda yang digunakan
dalam berbagai kombinasi untuk membuat media
tumbuh buatan sendiri atau komersial. Media
tanam umumnya memiliki berbagai nutrisi,
mineral, air, vitamin, serta kandungan lain yang
tentunya dibutuhkan oleh tanaman, sehingga
peran akar berperan penting dalam menyerap
kandungan hara yang dimiliki media tanam bisa
lebih optimal. Media tanam merupakan
komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin
ditanam. Menentukan media tanam yang tepat
dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda
habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini
dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan
dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum,
media tanam harus dapat menjaga kelembapan

35
36

daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara,


dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis
media tanam yang digunakan pada setiap daerah
tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya,
sejak tahun 1940 menggunakan media tanam
berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa,
kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan
tersebut juga tidak hanya digunakan secara
tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan
satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang
dicampur dengan perbandingan tertentu hingga
menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa
dicampur dengan pecahan batu bata.

B. Ragam Dan Sifat Fisiko-Kimia media Tanam


1. Ragam Media Tanah
a. Tanah
Tanah berasal dari pelapukan batuan
dengan bantuan organisme, membentuk tubuh
unik yang menutupi batuan. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
''pedogenesis''. Proses yang unik ini
membentuk tanah sebagai tubuh alam yang
terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai
horizon tanah. Setiap horizon menceritakan
mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia,
dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah
tersebut. Jenny (1899-1992), seorang pakar
tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika
Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk
dari bahan induk yang telah mengalami
modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor
iklim, organisme (termasuk manusia), dan
relief permukaan bumi (topografi) seiring
dengan berjalannya waktu. Berdasarkan
dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah
berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan
klasifikasi tanah.
Dekomposer atau pengurai adalah
organisme yang memakan organisme mati dan
produk-produk limbah dari organisme lain.
Pengurai membantu siklus nutrisi kembali ke

37
38

ekosistem. Dekomposer membuat tanah kaya


dengan menambahkan senyawa organik
dengan itu. Zat seperti karbon, air dan nitrogen
dikembalikan ke ekosistem melalui tindakan
pengurai. Yang termasuk contoh pengurai
(dekomposer) adalah serangga, cacing tanah,
bakteri, jamur, belatung, lactobacteria, kecoa,
ragi, siput, lumut, dan actinomycetes.
Dekomposer atau pengurai adalah makhluk
hidup yang memperoleh energi dengan cara
menguraikan sisa-sisa makhluk hidup yang
telah mati.
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah
batuan yang melapuk dan mengalami proses
pembentukan lanjutan. Usia tanah yang
ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua
daripada periode Tersier dan kebanyakan
terbentuk dari masa Pleistosen. Tubuh tanah
terbentuk dari campuran bahan organik dan
mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral
terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
mineral. Sebaliknya, tanah organik
(organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan
terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan
pembentuk utama lahan gambut dan kelak
dapat menjadi batu bara. Tanah organik
cenderung memiliki keasaman tinggi karena
mengandung beberapa asam organik (substansi
humik) hasil dekomposisi berbagai bahan
organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin
mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air
atau hasil dekomposisi jaringan makhluk
hidup. Tanah organik dapat ditanami karena
memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga
mampu menyimpan cukup air namun karena
memiliki keasaman tinggi sebagian besar
tanaman pangan akan memberikan hasil
terbatas dan di bawah capaian optimum. Tanah
non-organik didominasi oleh mineral. Mineral
ini membentuk partikel pembentuk tanah.
Tekstur tanah demikian ditentukan oleh

39
40

komposisi tiga partikel pembentuk tanah:


pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah
pasiran didominasi oleh pasir, tanah
lempungan didominasi oleh lempung. Tanah
dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung
yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam).
Warna tanah merupakan ciri utama yang
paling mudah diingat orang. Warna tanah
sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam,
coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga
putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-
lapisan dengan perbedaan warna yang kontras
sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau
pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam
atau gelap seringkali menandakan kehadiran
bahan organik yang tinggi, baik karena
pelapukan vegetasi maupun proses
pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga
dapat disebabkan oleh kehadiran mangan,
belerang, dan nitrogen. Warna tanah
kemerahan atau kekuningan biasanya

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
disebabkan kandungan besi teroksidasi yang
tinggi; warna yang berbeda terjadi karena
pengaruh kondisi proses kimia
pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif
menghasilkan warna yang seragam atau
perubahan warna bertahap, sedangkan suasana
anaerobik/reduktif membawa pada pola warna
yang bertotol-totol atau warna yang
terkonsentrasi.
Struktur tanah merupakan karakteristik
fisik tanah yang terbentuk dari komposisi
antara agregat (butir) tanah dan ruang
antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase:
fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair
dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur
tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor
penyusun ini. Ruang antara gregat disebut
sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik
bagi perakaran apabila pori berukuran besar
(makropori) terisi udara dan pori berukuran
kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang

41
42

gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup


besar dengan makropori dan mikropori yang
seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila
berlebihan lempung sehingga kekurangan
makropori.
b. Bahan Organik
Media tanam yang termasuk dalam kategori
bahan organik umumnya berasal dari
komponen organisme hidup, misalnya bagian
dari tanaman seperti daun, batang, bunga,
buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan
organik sebagai media tanam jauh lebih
unggul dibandingkan dengan bahan anorganik.
Hal itu dikarenakan bahan organik sudah
mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi
tanaman. Selain itu, bahan organik juga
memiliki pori-pori makro dan mikro yang
hampir seimbang sehingga sirkulasi udara
yang dihasilkan cukup baik serta memiliki
daya serap air yang tinggi. Bahan organik akan
mengalami proses pelapukan atau dekomposisi

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui
proses tersebut, akan dihasilkan
karbondioksida (CO2), air (H2O), dan mineral.
Mineral yang dihasilkan merupakan sumber
unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai
zat makanan. Namun, proses dekomposisi
yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan
bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media
tanam harus sering diganti. Oleh karena itu,
penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap
diberikan sebelum bahan media tanam tersebut
mengalami dekomposisi.
1) Arang kayu
Arang kayu adalah arang yang terbuat dari
bahan dasar kayu. Arang kayu paling banyak
digunakan untuk keperluan memasak seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Sedangkan penggunaan
arang kayu yang lainnya adalah sebagai penjernih
air, penggunaan dalam bidang kesehatan, dan
masih banyak lagi. Bahan kayu yang digunakan

43
44

untuk dibuat arang kayu adalah kayu yang masih


sehat, dalam hal ini kayu belun membusuk.
2) Arang Sekam Padi
Arang sekam padi biasa digunakan sebagai
pupuk dan bahan baku briket arang. Sekam yang
digunakan bisa diperoleh ditempat penggilingan
padi. Selain digunakan untuk arang, sekam padi
juga sering dijadikan bekatul untuk pekan ternak.
Arang sekam juga bisa digunakan sebagai
campuran pupuk dan media tanam di persemaian.
Hal ini karena sekam padi memiliki kemampuan
untuk menyerap dan menyimpan air sebagai
cadangan makanan.
3) Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis
dibedakkan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam
dan batang pakis cokelat. Dari kedua jensi
tersebut, batang pakis hitam lebih umum
digunakan sebagai media tanam. Batang pakis
hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua
sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
pun mudah dibentuk menajdi potongan kecil dan
dikenal sebagai cacahan pakis. Selain dalam
bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual
sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk
lempengan persegi empat.
Umumnya, bentuk lempengan pakis
digunakan sebagai media tanam anggrek.
Kelemahan dari lempengan batang pakis ini
adalah sering dihuni oleh semuta atau binatang-
binatang kecil lainnya. Karakteristik yang
menajdi unggulan media batang pakis
dikarenakan sifat-sifat yang mudah mengikat air,
memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta
berstektur lunak sehingga mudah ditembus oleh
akar tanaman.
4) Kompos
Kompos merupakan media tanam organik
yang bahan dasarnya berasal dari proses
fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti
jerami. Sekam, daun, rumput, dan sampah kota.
Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai

45
46

media tanam adalah sifatnya yang mampu


mengembalikan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi,
maupun biologis. Selian itu, kompos juga
menjadi fasilitator dalam penyerapan unsure
nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman. Kandungan bahan organik yang tinggi
dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki
kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut, dikenal 2
peranan kompos yakni soil conditioner dan soil
ameliorator.
Soil conditioner yaitu peranan kompos
dalam memperbaiki struktur tanah, terutaam
tanah kering. Sedangkan soil ameliator berfungsi
dalam memperbaiki kemampuan tukar kation
pada tanah. Kompos yang baik untuk digunakan
sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami
pelapukan secara sempurna, ditandai dengan
perubahan warna dari bahan pembentuknya
(hitam kecoklatan), tidak berbau, memiliki kadar
air yang rendah, dan memilik suhu ruang.

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
5) Pupuk Kandang
Pupuk organic yang berasal dari kotoran
hewan disebut sebagai pupuk kandang.
Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti
natrium (N), fospor (P), dan kalium (K) membuat
pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai
media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain
itu, pupuk kandang memiliki kandungan
mikroorganisme yang diyakini mampu merombak
bahan organic yang sulit dicerna tanaman
menjadi komponen yang lebih mudah untuk
diserap oleh tanaman. Komposisi kandungan
unsure hara pupuk kandang sangat dipengaruhi
oleh beberapa factor, antara lain jensi hewan,
umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan,
bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta
penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai
media tanam. Pupuk kandang yang digunakan
sebagai media tanam harus yang sudah matang
dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk

47
48

yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang


sudah matang bertujuan untuk mencegah
munculnya bakteri atau cendawan yang dapat
merusak tanaman.
6) Humus
Humus adalah segala macam hasil
pelapukan bahan organic oleh jasad mikro dan
merupakan sumber energy jasad mikro tersebut.
Bahan-bahan organic tersebut bisa berupa
jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati
yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna
gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah
(top soil). Humus sangat membantu dalam proses
penggemburan tanah dan memiliki kemampuan
daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa
menyimpan unsure hara. Oleh karenanya, dapat
menunjang kesuburan tanah. Namun, media
tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika
terjadi perubahan suhu, kelembapan, dan erasi
yang ekstrim. Humus juga memiliki tingkat
porousitas yang rendah sehingga akar tanaman

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
tidak mampu menyerap air. Denagn demikian,
sebaiknya penggunaan humus sebagai media
tanam perlu ditambahkan media lain yang
memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan
pasir.
7) Moss (gambut)
Moss yang dijadikan sebagai media tanam
berasal dari akar paku-pakuan atau kadaka yang
banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering
digunakan sebagai media tanam untuk masa
penyemaian sampai dengan masa pembungaan.
Media ini mempunyai banyak rongga sehingga
memungkinkan akar tanaman tumbuh dan
berkembang dengan leluasa. Menurut sifatnya,
media moss mampu mengikat air dengan baik
serta memiliki system drainase dan aerasi yang
lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal,
sebaiknya moss dikombinasikan dengan media
tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah
gambut, atau daun-daunan kering.
8) Sabut Kelapa (coco peat)

49
50

Sabut kelapa (coco peat) merupakan bahan


organik alternative yang dapat digunakan sebagai
media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam
sebaiknya berasal dari buah kelapa tua karena
memiliki serat yang kuat. Penggunaan sabut
kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan
didaerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan
yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam
ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi
cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber
penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut
kelapa perlu direndam terlebih dahlulu di dalam
larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan
media lain, pemberian fungisida pada media sabut
kelapa harus lebih sering dilakukan karena
sifatnya yang lapuk sehingga mudah ditumbuhi
jamur. Kelebihan sabut kelapa sebagai media
tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang
mampu mengikat dna menyimpan air dengan
kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung
unsure-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca),

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan
fosfor (P).
9) Serbuk Gergaji
Manfaat serbuk gergaji sebagai media
tanam dan juga serbuk kayu juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu media tanam
yang baik. Media tanam ini yang dibuat dengan
menggunakan serbuk kayu biasanya dapat
mengoptimalkan penyerapan air dan unsur hara
pada tanaman. Dengan meningkatnya penyerapan
air dan jga unsur hara oleh tanaman, maka
kondisi kesuburan dari tanaman tersebut akan
menjadi lebih baik. Anda dapat menggunakan
serbuk gergaji atau serbuk kayu sebagai media
tanam dalam polybag ataupun pot kecil, dan bisa
juga digunakan sebagai media tanam untuk
tanaman yang lebih besar. Kayu sebagian besar
tersusun atas tiga unsur yaitu unsur C, H dan O.
Unsur-unsur tersebut berasal dari udara berupa
CO2 dan dari tanah berupa H2O. Namun, dalam
kayu juga terdapat unsur-unsur lain seperti N, P,

51
52

K, Ca, Mg, Si, Al dan Na. Kandungan kimia kayu


adalah selulosa ± 60%, lignin ± 28% dan zat lain
(termasuk zat gula) ± 12%. Dinding sel tersusun
sebagaian besar oleh selulosa(C6H10O5). Lignin
adalah suatu campuran zat-zat organik yang
terdiri dari zat karbon (C), zat air (H2) dan
oksigen (O2). Serbuk gergaji kayu mengandung
komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin
dan zatekstraktif kayu.
10. Ampas Tebu (bagasse)
Ampas tebu (bagasse) merupakan sisa
bagian batang tebu dalam proses ekstraksi tebu
yang memiliki kadar air berkisar 46-52%, kadar
serat 43- 52% dan padatan terlarut sekitar 2-6%.
Komposisi kimia ampas tebu meliputi: zat arang
atau karbon (C) 23,7%, hidrogen (H) 2%, oksigen
(O) 20%, air (H2O) 50% dan gula 3%. Pada
prinsipnya serat ampas tebu terdiri dari selulosa,
pentosan dan lignin. Komposisi ketiga komponen
bisa bervariasi pada varietas tebu yang berbeda.
Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan organik

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
dapat berpotensi untuk menjadi media tanam
yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman
(Andriyanti, 2011).
c. Bahan Anorganik (Inert Components)
1) Tanah Liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang
berstektur paling halus dan lengket atau
berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah
memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-pori
mikro) yang lebih banyak dari pada pori-pori
yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga
memiliki kemampuan mengikat air yang cukup
kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang
berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori
makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara
atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari
setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit
sehingga menyebabkan sirkulais atau udara
menjadi lamban. Pada dasarnya, tanah liat
bersifat miskin unsure hara sehingga perlu
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang

53
54

kaya akan unsure hara. Penggunaan tanah liat


yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain
seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan
sebagai media penyemaian, cangkok, dan bonsai.
2) Vermikulit
Vermikulit adalah media anorganik steril
yang dihasilkan dari pemanasan kepingan-
kepingan mika serta mengandung potassium dan
kalsium. Berdasarkan sifatnya, vermikulit
meruapakn media tanam yang memiliki
kemampuan kepasitas tukar kation yang tinggi,
terutama dalam keadaan padat dan pada saat
basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jensi
dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa
dengan mudah diserap oleh akar tanaman.
Berbeda dengan vermikulit ,perlit merupakan
produk mineral berbobot ringan serta memiliki
kapasitas tukar kation dan daya serap air yang
rendah. Sebagai campuran media tanam, fugsi
perlit sama denagn vermikulit, yakni menurunkan
berat jenis dan meningkatkan daya serap air.

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media
tanam sebaiknya dikombinasikan dengan bahan
organic untuk mengoptimalakn tanaman dalam
menyerap unsure-unsur hara.
3) Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media
tanam alternative untuk menggantiakn fungsi
tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan
sesuai jika digunakan sebagai media untuk
penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman,
dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya
yang cepat kering akan memudahkan proses
pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah
cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah
kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan system aerasi serta drainase media
tanam. Pasir malang dan pasir bangunan
merupakan jenis pasir yang sering digunakan

55
56

sebagai media tanam. Oleh karena memiliki pori-


pori berukuran besar (pori-pori makro) maka
pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh
proses penguapan. Kohesi dan konsistensi
(ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir
sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau
angin.
4) Kerikil
Pada dasarnya, penggunaan kerikil sebagai
media tanam memang tidak jauh berbeda denagn
pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori
makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering
digunakan sebagai media untuk budidaya
tanaman secara hidroponik. Penggunaan media
ini akan membantu peredaran larutan unsure hara
dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan
pertumbuahn akar. Namun, kerikil memiliki
kemampuan mengikat air yang relative rendah
sehingga mudah basah dan cepat kering jika
penyiraman tidak dilakukan secara rutin.
5) Pecahan Batu Bata

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Pecahan batu bata juga dapat djadikan
alternative sebagai media tanam. Seperti hal nya
bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga
berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaliknya ,
ukuran batu bata yang akan digunakan sebagai
media tanam dibuat kecil, seperti kerikil ,
dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin kecil
ukurannya, kemampuan daya serap batu bata
terhadap air maupun unsure hara akan semakin
baik. Selain tu, ukuran yang semakin kecil juga
akan membuat sirkulasi udara dan kelmebapan
disekitar akar tanaman berlangsung lebih baik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
media tanam ini adalah kondisinya yang miskin
hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan
pecahan batu bata yang belum tentu terjamin.
Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu
ditambahkan dengan pupuk kandang yang
komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman. Walaupun miskin unsure hara, media
pecahan batu bata tidka mudah melapuk. Dengan

57
58

demikian, pecahan batu bata cocok digunakan


sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki
kemampan drainase dna aerasi yang baik.
Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu
bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.
6) Spons (floralfoam)
Para hobiis yang berkecimpung dalam
budidaya tanaman hias sudah sering
memanfaatkan spons sebagai media tanam
anorganik. Dilihat dari sifatnya, spons sangat
ringan sehinga mudah dipindah-pindahkan dan
ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan,
media jenis ini tidak membutuhkan pemberat
karena setelah direndam atau disiram air akan
menjadi berat denagn sendirinya sehingga dapat
menegakkan tanaman. Kelebihan lain dari media
tanam spons adalah tingginya daya serap
terhadap air dan unsure hara esensial yang
biasanya diberikan dalam bentuk larutan. Namun,
penggunaannya tidak tahan lama karena
bahannya mudah hancur. Oleh karean itu, jika

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
spons sudah tidak terlihat layak pakai 9mudah
hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti
dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan
kekurangannya tersebut, spons sering digunakan
sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga
potong (cutting flower) yang penggunaannya
cenderung hanya sementara waktu saja.
7) Gabus (Styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik
yang terbuat dari kopolimer styrene yang dapat
dijadikan sebagai alternative media tanam.
Mulanya, Styrofoam hanya diguanakan sebagai
media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi
tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses
aklimatisasi tersebut hanya bersifat sementara.
Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus
dengan ukuran (1 x 1x 1x )cm. Media tanam
terdiri dari campuran beberapa media seperti
tanah, kotoran kambing, gambut/moss, arang
sekam, serta serbuk gergaji. Setiap media
dicampur tanah dengan perbandingan 2:2. Media

59
60

tanam yang telah dicampur selanjutnya


dimasukkan kedalam lubang dengan masing-
masing perlakuan media yang telah ditentukan.
Setelah itu dilakukan penyiraman pada lubang
yang telah di isi dengan media dan dibiarkan
selama 1 minggu sebelum ditanami.

BAB IV
PROSES BUDIDAYA TANAMAN CABAI
RAWIT (Capcisum frutences L.)
DENGAN INTERVAL PENYIRAMAN AIR
Budidaya KELAPA
tanaman cabai rawit dengan
& MEDIA intervalYANG
TUMBUH penyiraman
air kelapa & media tumbuh yang berbeda
BERBEDA
A. Proses Penanaman
Menurut Syukur dkk (2016: 43), proses
penanaman cabai rawit terdiri dari beberapa tahap
yang diawali dengan pembibitan, persiapan lahan
dan penanaman serta pemeliharaan tanaman.
Masing-masing tahap akan dijabarkan sebagai
berikut.
1) Pembibitan
a) Lahan Pembibitan
Penyemaian benih (pembibitan)
dilakukan 1,5 bulan sebelum penanaman
di lahan. Tujuan pembibitan adalah
untuk mempersiapkan bibit hingga siap
ditanam di lahan. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan
tempat persemaian adalah sebagai
berikut.

61
62

(1) Tempat pembibitan cukup


mendapatkan cahaya matahari dan
tidak ternaungi.
(2) Dekat dengan sumber air.
(3) Dekat dengan areal penanaman
untuk mempermudah pengangkutan
bibit. Namun tidak dianjurkan di
lahan penanaman karena
dikhawatirkan dapat menjadi inang
hama penting cabai.
(4) Bebas dari sumber inang hama dan
penyakit.
b) Pembuatan Rumah Pembibitan
Pembuatan rumah pembibitan bertujuan
untuk melindungi bibit dari terpaan
hujan dan sinar matahari berlebihan.
Cara pembuatan rumah pembibitan
adalah sebagai berikut.
(1) Siapkan plastik transparan, bambu
(kayu) dan paranet.

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
(2) Buatlah penopang bambu dengan
ketinggian bagian depan 1,75 m dan
bagian belakang 1,25 m. Arahkan
bangunan ke timur. Buat bangku
dari bambu untuk meletakkan bibit
dengan ukuran lebar 1 m panjang 10
m dan tinggi 75 cm. tutup bagian
atas dengan plastic transparan, buat
pelindung dengan paranet jika
terlalu panas. Atap pembibitan dapat
pula menggunakan daun kelapa
kering.
c) Persiapan Media Semai
Media semai bermanfaat sebagai media
awal tumbuh bibit. Persiapan media
semai harus dilakukan sebaik mungkin.
Media semai merupakan campuran dari
berbagai bahan seperti tanah, pupuk
kandang, cocopeat dan arang sekam.
d) Penyemaian Benih

63
64

Benih dapat langsung disemai di polibag


kecil atau tray atau dikecambahkan
terlebih dahulu. Berikut dijelaskan cara
menyemai benih.
(1) Siapkan benih dan larutan fungisida
(2) Rendam benih dalam larutan
fungisida
(3) Semai benih
(4) Lakukan penyulaman
e) Pemeliharaan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan meliputi
penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian organisme penganggu
tanaman.
2) Persiapan Lahan dan Penanaman
a) Pengolahan tanah bertujuan untuk
menggemburkan tanah, memperbaiki
aerasi dan draenase tanah serta
mengendalikan gulma.
b) Pengapuran tanah dilakukan pada tanah
yang memiliki pH < 5,5. Derajat

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
keasaman tanah yang ideal untuk
penanaman cabai sekitar 5,5 – 6,8.
Pengapuran bertujuan untuk menaikan
pH tanah agar sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan meningkatkan ketersediaan
unsur hara tertentu seperti fosfat, kalsium
dan magnesium.
c) Pemberian pupuk dasar (organik maupun
kandang) sebelum penanaman cabai.
Pemberian pupuk ini diperlukan untuk
memperbaiki struktur tanah dan
meningkatkan jumlah organisme tanah
yang berguna dalam proses penguraian
bahan organik menjadi bahan yang
tersedia bagi tanaman.
d) Pemasangan mulsa plastik hitam perak
untuk menekan pertumbuhan gulma,
menjaga tanah tetap gembur, mejaga
kestabilan suhu dan kelembapan tanah.
e) Pengaturan jarak tanam. Jarak tanam
yang terlalu rapat menyebabkan

65
66

kepadatan tanaman lebih tinggi karena


jumlah populasi tanaman per satuan luas
lahan lebih banyak. Populasi terlalu padat
akan meningkatkan kelembapan udara di
sekitar tanaman, selain itu jarak tanam
yang terlalu rapat menyebabkan
penerimaan cahaya matahari tidak
merata. Jarak tanam yang terlalu lebar
juga tidak menguntungkan karena jumlah
tanaman menjadi lebih sedikit dan
penggunaan lahan menjadi tidak optimal.
Jarak tanam yang ideal dalam penanaman
cabai adalah 50 cm x 60 cm dengan
populasi 23.000-27.000 per ha.
f) Waktu dan cara tanam. Waktu tanam
yang baik untuk lahan kering adalah
akhir musim hujan (Maret-April). Agar
diperoleh harga cabai yang tinggi
penanaman biasa juga dilakukan pada
bulan Oktober dan panen bulan

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Desember walaupun resiko gagal panen
lebih tinggi.

B. Pemilihan media tanam


Media tanam terdiri dari campuran
beberapa media seperti tanah, kotoran kambing,
gambut/moss, arang sekam, serta serbuk gergaji.
Setiap media dicampur tanah dengan
perbandingan 2:2. Media tanam yang telah
dicampur selanjutnya dimasukkan kedalam
lubang dengan masing-masing perlakuan media
yang telah ditentukan. faktor pertama adalah
media tumbuh dengan 4 taraf perlakuan yaitu M1
(media tanah dan pupuk kandang kambing), M2
(media tanah dan arang sekam), M3 (media tanah
dan serbuk gergaji), M4 (media tanah dan pupuk
gambut), dengan kontrol perlakuan positif A
(media tanah, pupuk kandang kambing, arang
sekam, serbuk gergaji, gambut), kontrol
perlakuan positif B (media tanah dan air kelapa)
dan kontrol perlakuan negatif C (media tanah).

67
68

Gambar 4.1: Media Tanam


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019).

C. Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Air


Kelapa
Proses pemberian pupuk organik cair
(POC) air kelapa muda diberikan 4 hari sekali
untuk P1, 8 hari sekali untuk P2, 12 hari sekali
untuk P3, 16 hari sekali untuk P4 dan 20 hari
sekali untuk P5. Air kelapa diberikan dengan
dosis yang homogen yakni 100 ml per tanaman.

D. Pemeliharaan

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Kegiatan merawat tanaman umumnya
meliputi penyiraman, pengajiran, penyulaman,
pembuangan tunas air, pemupukan susulan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman
bisa dilakukan dengan menyemprotkan Pupuk
Organik Cair (POC) Air Kelapa.

E. Pemanenan
Cabe rawit sudah mulai berbuah dan bisa
dipanen setelah berumur 2,5-3 bulan sejak bibit
ditanam. Periode panen bisa berlangsung selama
6 bulan bahkan lebih. Umur tanaman cabe rawit
bisa mencapai 24 bulan. Frekuensi panen pada
periode masa panen tersebut bisa berlangsung 15-
18 kali.
Namun semakin tua tanaman,
produktivitasnya semakin rendah sehingga tidak
ekonomis lagi untuk dipelihara. Untuk budidaya
intensif, biasanya tanaman cabe rawit dipelihara
hingga berumur 12 bulan. Budidaya yang baik

69
70

bisa menghasilkan total produksi hingga 30


ton/ha.
Buah cabe rawit yang dikehendaki adalah
yang bentuknya ramping dan padat berisi. Tipe
buah seperti ini biasanya rasanya pedas dan
dihargai lebih tinggi di pasar dibanding buah
yang besar namun kopong.

BAB V
ANALISIS USAHA BUDIDAYA TANAMAN
Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman
CABAI RAWIT (Capcisum frutences L.)
air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Dari banyak kajian yang telah dilakukan di Negara
maju, industry pestisida organik sebaiknya dalam
bentuk usaha kecil dan menengah serta dekat dengan
pengguna. Dari kajian yang pernah dilakukan oleh
Untung Suwahyono bahwa, idealnya kapasitas produksi
minimal 1 ton dan maksimal 3 ton per bulan. Hal ini
tentunya sangat tergantung pada kapasitas permintaan
pasar. Berikut ini dipaparkan salah satu contoh proses
produksi analisi usaha penggunaan pestisida organik
dengan menggunakan berbagai bahan organic dan
analisis usaha tanaman cabe rawit.

A. Rekapitulasi Rencana Keuangan


Produksi pestisida organik termasuk dalam
kategori industri bervolume besar dan bernilai rendah.
Artinya untuk mendapatkan hasil yang besar,
produksi juga harus dalam kapasitas yang besar.
Berbeda dengan industri obat, apalagi yang termasuk

71
72

obat esensial yaitu jumlahnya sedikit, tetapi harganya


mahal. Produk pestisida organik sama halnya dengan
produk untuk sarana pertanian lainnya, seperti pupuk
dan pakan ternak yaitu produk dengan volume besar
dan nilainya rendah. Dengan demikian, besarnya
keuntungan sangat tergantung dari penyerapan
kapasitas pasar.

B. Proses Produksi
Produksi pestisida organik dari berbagai jenis
tanaman merupakan alir proses sederhana. Proses
dirancang untuk substitusi penggunaan pestisida oranik
yang memilki sifat kimia dengan kebutuhan minimal
500-1000 kg/bulan atau 12.000 kg/tahun.
Produksi pestisida organik dari berbagai jenis
tanaman dilakukan dalam tahapan produksi. Adapun
tahap yang paling utama adalah dengan memperbanyak
bimassa mikroorganisme dengan media cair dalam
proses fermentasi. Proses ini memerlukan waktu kurang
lebih 2 minggu. Selanjutnya media cair tersebut akan
siap untuk dikemas dalam kemasan.

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
C. Sarana dan Prasarana Produksi
Untuk mendirikan unit rumah produksi maka
kebutuhan utama yang harus tersedia adalah sebagai
berikut.
1. Lahan untuk mendirikan bangunan
Luas lahan yang dibutuhkan tergantung dari besar
dan kecilnya unit produksi yang akan dibuat.
Bangunan yang dibuat terdiri dari beberapa
ruangan yaitu untuk keperluan berikut.
a. Labolatorium kecil untuk ruangan
penyimpanan, pembuatan media dan pengujian
kelakan bahan.
b. Ruang pencampuran bahan
c. Ruang untuk membersihkan bahan
d. Ruang untuk pengeringan bahan (di angin-
anginkan agar tidak lembab)
e. Ruang penyimpanan bahan baku
f. Ruang kantor/ administrasi
2. Peralatan

73
74

Besar kecilnya peralatan akan tergantung pada


besarnya pada besarnya kapasitas produksi yang
direncanakan. Peralatan yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut:
a) Alat pencampur
b) Alat pengering
c) Mesin untuk menghancurkan bahan
d) Timbangan halus dan kasar
e) Botol unuk penampungan bahan
f) Derum untuk penampungan utama bahan
g) Karung
3. Prasarana listrik dan air sesuai dengan
kebutuhan
Rumah produksi dengan desain teknis seperti
diatas yaitu kapasitas produksi 1.000 kg/bulan
atau sekitar 12.000 ton/tahun, dengan daya listrik
sebagai kebutuh utama yaitu untuk menggerakan
mesin dan penerang dalam rumah tersebut. Total
daya listrik dibutuhkan sekitar 1.350 Kw.

D. Perkiraan Biaya

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Perkiraan biaya untuk mendirikan usaha pestisida
organik dari berbagai jenis tanaman dalam bentuk cair
pada industri kecil terdiri dari beberapa komponen
utama, yaitu biaya investasi, biaya tetap dan biaya
variabel.
Untuk mendirikan satu unit rumah produksi yang siap
operasi diperlukan biaya investasi sekitar Rp.
100.000.000,00 dengan modal kerja untuk satu tahun
diperkirakan mencapai 50.000.000,00. Perkiraan
biaya dalam mendirikan rumah produksi pestisida
organik akan ditampilkan pada tabel 5.1

Table 5.1 Biaya Mendirikan Rumah Produksi


Pestisida Organik
Beban Biaya Jumlah Biaya (Rp)
A. Biaya Investasi:
Lahan, bangunan dan peralatan 100.000.000,00
B. Biaya Tetap:
1. Bahan baku, 12.000 kg/tahun 8.000.000,00
2. Gaji tetap: 18.000.000,00
 Supervise produksi, 1 4.500.000,00

75
76

orang/tahun 4.000.000,00
 Tenaga ADM dan
pemasaran, 2 orang/tahun 5.000.000,00
 Teknisi 2 orang/tahun 1.500.000,00
 Administrasi kantor
3. Bahan penunjang 2.500.000,00
 Biaya listrik 500.000,00
 Biaya asuransi 44.000.000,00
Total
C. Biaya Variabel
1) Biaya pemeliharaan tertinggi 500.000,00
2) Biaya distribusi/pemasaran 2.000.000,00
3) Gaji/upah tenaga harian 3.500.000,00
Total 6.000.000,00
Biaya Total Produksi (B=C) 50.000.000,00

E. Analisis Usaha
Perkiraan biaya dalam paparan ini berdasarkan
pendekatan umum. Lokasi dan tempat didirikannya rumah
produksi sangat berpengaruh terhadap kisaran biaya modal
kerja, terutama bahan baku, tenaga kerja, dan biaya
pemasaran. Hasil analisis finansial dapat diperkirakan

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
bahwa kegiatan usaha rumah produksi pestisida organik
dari berbagai jenis tanaman dapat menjadi suatu kegiatan
usaha yang menguntungkan walaupun tingkat
keuntungannya tidak tinggi. Hal ini disesuaikan dengan
sifatnya sebagai industri kecil/menengah untuk produk
agroorganik, sistem rumah produksi dengan target pasar
lokal.
Kompensasi keuntungan sebetulnya masih bisa
ditingkatkan dengan mengoptimalkan unit produksi.
Misalnya, ketika memproduksi pestisida organik dapat
juga digunakan untuk produksi, biopestisida sejenis
dengan bahan aktif dari berbagai tumbuhan. Dengan
demikian, satu unit rumah produksi dapat mengeluarkan
dua atau lebih jenis produk yang saling mendukung
sehingga waktu pencapaian balik modal akan lebih
singkat. Analisis laba dan rugi akan dipaparkan pada tabel
5.2

Tabel 5.2 Pendekatan Analisis Laba Rugi Pestisida


Organik

77
78

A. Biaya Produksi Rp. 50.000.000,00


 Bunga Pinjaman 5% Rp. 2.500.000,00
 Total Biaya Produksi Rp. 52.500.000,00
B. Hasil Penjualan
12.000 kg x Rp. 10.000.’ Rp. 120.000.000,00
C. Keuntungan Rp. 70.000.000,00
Kotor/tahun
D. Keuntungan bersih Rp. 67.500.000,00

F. Analisis Usaha Cabe Rawit


Komoditas : Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.)
Luas Penanaman : 1 HaL.
Lama Usaha Tani : 6 Bulan

Tabel. 5.3 Analisis Usaha Cabe Rawit (Capsicum


frutescens L)
1. Pengeluaran
A. Biaya Tetap
- Sewa lahan 1 Ha Rp.612.500
- Peralatan
a. Cangkul 7 unit @ 55.000 Rp.385.000
b. Parang 7 unit @ 40.000 Rp.280.000
c. Gembor 7 unit @ 35.000 Rp.245.000

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
d. Sak/karung 50 unit @ 2.500 Rp.125.000
e. Sprayer 2 unit @ 230.000 Rp.460.000
B. Biaya Operasional
- Pengolahan tanah
a. Pembuatan surjan 143 HOK @ Rp.5.005.000
35.000
b. Pengolahan bedengan 35 HOk @ Rp.1.225.000
35.000
c. Penanaman dan penyulaman 8 Rp. 280.000
HOK @ 35.000
C. Pemeliharaan
- Pemupukan 15 HOK @ 30.000 Rp. 450.000
- Penyiraman 98 HOK @ 30.000 Rp.2.940.000
- Pemasangan Ajir 15 HOK @ 35.000 Rp. 525.000
- Perbaikan Saluran 6 HOK @ 35.000 Rp. 210.000
- Pemberantasan HPT 25 HOK @
35.000 Rp. 875.000
- Panen dan Angkut 120 HOK @
35.000 Rp.4.200.000
D. Bahan – Bahan
- Benih Cabe Rawit 20 bks 10 gr @
20.000 Rp. 400.000
- MOL 1000 L @ 750 Rp. 750.000

79
80

- Pupuk Urea 100 Kg @ 1.700 Rp. 170.000


- Pupuk Sp-36 100 Kg @ 2.100 Rp. 210.000
- Pupuk NPK 200 Kg @ 6.000 Rp.1.200.000
- Pupuk Daun 2 ltr @ 80.000 Rp. 160.000
- Pestisida 10 ltr @ 65.000 Rp. 650.000
- Kapur Pertanian/ Dolomit 250 kg @
700 Rp. 175.000
E. Kayu/ Bambu Ajir 20.000 Batang @ 150 Rp.3.000.000
Total Biaya Produksi 1 Ha Rp.24.532.500
2. Pendapatan
A. Total Produksi 2.000 kg @ 37.500 Rp.75.000.000
3. Analisis Usaha Tani
A. Total Biaya Produkis 1 Ha Rp.24.532.500
B. Total Hasil / Pendapatan 1 Ha Rp.50.467.500
C. Keuntungan 1 Bulan Rp.8.411.250

DAFTAR PUSTAKA

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda
Handayani, Yunus dan Susilowati. 2015. Uji Kualitas
Pupuk Organik Cair dari Berbagai Macam
Mikroorganisme Lokal (MOL). Jurnal Penelitian,
Vol.3, No.1, hal 54 – 60. (Online).
(http://jurnal.pasca.uns.ac.id, diakses Tanggal 7
Juni 2017).
Hermawati dan Nappu, B. 2012. Peran dan Pemanfaatan
Mikroorganisme Lokal (MOL) Mendukung
Pertanian Organik. Sulawesi Selatan: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
Nisa, K. dkk. 2016. Memproduksi Kompos dan Mikro
Organisme Lokal (MOL). Jakarta: Bibit Publisher.
Palupi, N. P. 2015. Karakter Kimia Kompos dengan
Dekomposer Mikroorganisme Lokal Asal Limbah
Sayuran. Artikel penelitian, Volume 40 Nomor 1
Halaman 54-60. (Online). (http://ojs.uniska.ac.id,
diakses Tanggal 7 Juni 2017).
Syukur, dkk. 2016. Budidaya Cabai Panen Setiap Hari.
Jakarta: Penebar Swadaya.

81
82

Umah, F. K .2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati


(Biofertilizer) dan Media Tanam yang Berbeda
pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman
Cabai Rawit (capsicum frutescens l.) di Polybag.
Skripsi. (Online). (http://repository.unair.ac.id,
diakses Tanggal 8 Mei 2017).

Budidaya tanaman cabai rawit dengan interval penyiraman


air kelapa & media tumbuh yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai