Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNOLOGI MULTIMEDIA
Kompresi Data

Kartika Eka Putri 17/410474/TK/45831


Afina Ryanie Dzikrie 17/413889/TK/46329
Muhammad Akmal F 17/413905/TK/46345

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 2

BAB I​ - ​PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 3
1.2 TUJUAN 4

BAB II​ - ​PEMBAHASAN 5


2.1 Kompresi Citra 5
2.1.1 Pengertian Kompresi Citra 5
2.1.2 Teknik Kompresi Citra 6
2.1.3 Pengukuran Error Kompresi Citra 7
2.1.4 Algoritma Kompresi atau Dekompresi Citra 8
2.2 Kompresi Video 9
2.2.1 Pengertian Kompresi Video 9
2.2.2 Teknik Pengkodean Video 9
2.3 Perbandingan Antara Standar Kompresi Citra dan Kompresi Video 13
2.3.1 Standar Kompresi Citra : JPEG (Joint Photographic Expert Group) 13
2.3.2 Standar Kompresi Citra : PNG (Portable Network Graphic) 13
2.3.3 Standar Kompresi Video : MPEG 1 (Moving Picture Expert Group 1) 1​4
2.3.4 Standar Kompresi Video : MPEG 2 (Moving Picture Expert Group 2) 1​4

BAB III​ - ​PENUTUP 1​6


3.1 Kesimpulan 1​6
3.2 Saran 1​6

DAFTAR PUSTAKA 1​7

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kompresi data atau pemadatan data merupakan sebuah proses mengurangi jumlah
data yang diperlukan untuk penyimpanan atau transmisi informasi yang diberikan, biasanya
dengan menggunakan teknik pengkodean. Kompresi sudah ada sebelum teknologi digital,
yang telah digunakan dalam Kode Morse, yang menetapkan kode terpendek ke karakter yang
paling umum dan pada telepon yang memotong frekuensi tinggi dalam transmisi suara. Saat
ini, ketika gambar digital yang tidak terkompresi mungkin memerlukan 20 MB, kompresi
data penting dalam menyimpan informasi secara digital pada disk komputer dan dalam
mentransmisikannya melalui jaringan komunikasi.
Informasi dikodekan secara digital dengan pola 0s dan 1s, atau bit (digit biner).
Four-letter a​ lfabet (a, e, r, t) akan membutuhkan dua bit per karakter jika semua karakter
memiliki kemungkinan yang sama. Semua huruf dalam kalimat "A rat ate a tart at a tea"
dengan demikian dapat dikodekan dengan 2 × 18 = 36 bit. Karena a paling sering dalam teks
ini, dengan t yang paling umum kedua, menetapkan kode biner panjang variabel — a: 0, t: 10,
r: 110, e: 111 — akan menghasilkan pesan terkompresi yang hanya 32 bit . Pengkodean ini
memiliki properti penting bahwa tidak ada kode yang merupakan awalan dari yang lain.
Artinya, tidak ada bit tambahan yang diperlukan untuk memisahkan kode huruf: 0.10.111
menerjemahkan secara tidak ambigu seperti makan.
Ada beberapa tipe kompresi data, seperti kompresi data berdasarkan penerimaan data
dan berdasarkan output dari kompresi data. Kompresi data berdasarkan penerimaan data
yaitu:
● Dialogue Mode
Proses penerimaan data di mana pengirim dan penerima mengirim dan menerima data
secara real-time​, contohnya saat melakukan ​video call. ​Delay antara pengirim dan
penerima tidak boleh lebih dari 150ms, dengan asumsi 50ms untuk proses kompresi
dan dekompresi, 100ms sisanya untuk mentransmisikan data.
● Retrieval Mode

3
Proses penerimaan data tidak secara real-time. Client b​ isa mempercepat ataupun
memperlambat. Dapat mengakses secara ​random dan bersifat interaktif karena semua
data sudah dimiliki semuanya.
Sedangkan untuk kompresi data berdasarkan output:
● Lossy Compression
Teknik kompresi kompresi yang menghasilkan data yang berbeda dengan data
sebelum dikompresi tetapi data yang dihasilkan sudah cukup untuk digunakan.
Contoh: MP3, JPEG, dan MPEG. Teknik ini menghilangkan data yang tidak berguna,
tidak bisa dirasakan, tidak begitu terlihat oleh manusia. Sesudah data tersebut hilang,
kita masih menganggap data tersebut masih ada.
● Loseless Compression
Teknik kompresi yang hasil kompresinya dapat didekompres dan menghasilkan data
yang sama dengan data sebelum dikompres. Contoh: .zip, .rar, 7z, dan tar.xz. Teknik
ini digunakan saat membutuhkan data yang sama dengan sebelum dikompresi
sehingga saat didekompres data yang dihasilkan sama dan bisa digunakan.

Beberapa fungsi dari kompresi data ialah pada kompresi audio dan video. Kompresi
data audio dapat mengurangi transmisi dan ​throughput. ​Terdapat dua cara kompresi data
audio yaitu: ​Loseless Audio Compression dan ​Lossy Audio Compression. ​Dua algoritma ini
menggunakan ‘psychoacoustics’ ​yaitu menghilangkan data suara yang tidak begitu terdengar
tetapi tidak begitu mengubah audionya sehingga ukuran ​file berkurang. Kompresi video
menggunakan pengkodean modern dengan mengurangi redundansi data dari video yang akan
dikompres. Algoritma untuk kompresi data di video dan codec menggabungkan kompresi
gambar dan tampilan sementara. Kompresi data pada video menggunakan teknik kompresi
audio secara terpisah dan disatukan dengan data stream sebagai satu paket utuh.

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui berbagai informasi terkait kompresi citra
2. Untuk mengetahui berbagai informasi terkait kompresi video
3. Untuk mengetahui perbandingan antara standar kompresi citra dan kompresi
video

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kompresi Citra


2.1.1 Pengertian Kompresi Citra
Kompresi Citra adalah aplikasi kompresi data yang dilakukan terhadap citra
digital dengan tujuan untuk mengurangi redudansi dari data-data yang terdapat dalam
citra sehingga dapat disimpan atau ditransmisikan secara efisien. Dalam kompresi
citra, terdapat hal-hal penting yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:
a. Scalability/Progressive Coding/Embedded Bitstream
Merupakan kualitas dari hasil proses pengkompresian citra karena
manipulasi bitstream tanpa adanya dekompresi atau rekompresi.
Scalability b​ iasanya dikenal pada ​lossless codec.​ Contohnya pada saat
preview image sementara ​image tersebut di download. Semakin baik
scalability​, maka semakin bagus ​preview image​. Terdapat tiga tipe dalam
scalability,​ yaitu sebagai berikut :
1) Quality Progressive
Suatu tipe dimana image dikompres secara perlahan-lahan dengan
penurunan kualitasnya.
2) Resolution Progressive
Suatu tipe dimana image dikompres dengan mengenkode resolusi
image yang lebih rendah terlebih dahulu baru kemudian ke resolusi
yang lebih tinggi.
3) Component Progressive
Suatu tipe dimana image dikompresi berdasarkan komponennya,
pertama mengenkode komponen gray baru kemudian komponen
warnanya.
b. Region of Interest Coding
Dalam hal ini, daerah-daerah tertentu akan dienkode dengan kualitas
yang lebih tinggi daripada yang lain.

5
c. Meta Information
Dalam hal ini, image yang dikompres juga dapat memiliki meta
information seperti statistik warna, tekstur, small preview image, dan
author atau copyright information

2.1.2 Teknik Kompresi Citra


Terdapat dua teknik dalam kompresi citra, yaitu sebagai berikut :
a. Loseless Compression
Merupakan suatu teknik kompresi citra dimana tidak ada satupun
informasi citra yang dihilangkan. ​Loseless compression, b​ iasa digunakan
pada citra medis. Dalam penerapannya, teknik ​loseless compression
menggunakan beberapa metode seperti ​Run Length Encoding, Entropy
Encoding (Huffman, Aritmatik), dan Adaptive Dictionary Based (LZW).​
b. Lossy Compression
Merupakan suatu teknik kompresi citra dimana terdapat beberapa
informasi citra asli yang dihilangkan, sehingga membuat ukuran file citra
menjadi lebih kecil. Informasi yang dihilangkan tersebut berupa
pengubahan detail dan warna pada file citra menjadi lebih sederhana tanpa
terlihat perbedaan yang mencolok dalam pandangan manusia. Teknik ​lossy
compression biasanya digunakan Biasanya digunakan pada citra foto atau
image lain yang tidak terlalu memerlukan detail citra, dimana kehilangan
bit rate foto tidak berpengaruh pada citra. Ada tiga teknik dalam ​lossy
compression​, yaitu :
1) Color reduction
Untuk warna-warna tertentu yang mayoritas dimana informasi warna
disimpan dalam color palette.
2) Chroma subsampling
Teknik yang memanfaatkan fakta bahwa mata manusia merasa
brightness (luminance) lebih berpengaruh daripada warna
(chrominance) itu sendiri, maka dilakukan pengurangan resolusi warna
dengan disampling ulang. Biasanya digunakan pada sinyal YUV.

6
3) Transform coding
Menggunakan ​Fourier Transform​ seperti DCT.
- Fractal Compression merupakan suatu metode lossy untuk
mengkompresi citra dengan menggunakan kurva fractal. Sangat
cocok untuk citra natural seperti pepohonan, pakis, pegunungan,
dan awan.
- Fractal Compression bersandar pada fakta bahwa dalam sebuah
image, terdapat bagian-bagian image yang menyerupai
bagian-bagian ​image​ yang lain.
- Proses kompresi ​Fractal lebih lambat daripada JPEG sedangkan
proses dekompresinya sama.

2.1.3 Pengukuran Error Kompresi Citra


Dalam kompresi image terdapat suatu standar pengukuran error (galat)
kompresi, yaitu sebagai berikut:
a. MSE (Mean Square Error),​ merupakan
sigma dari jumlah error antara citra hasil
kompresi dan citra asli. Rumus MSE
adalah seperti di samping.
Dimana :
● I(x,y) adalah nilai pixel di citra asli
● I’(x,y) adalah nilai pixel pada citra hasil kompresi
● M,N adalah dimensi image

7
b. Peak Signal to Noise Ratio (PSNR),​ yaitu untuk menghitung peak error.
Rumus dari PSNR adalah sebagai berikut.

Nilai MSE yang rendah akan lebih baik, sedangkan nilai PSNR yang tinggi
akan lebih baik

2.1.4 Algoritma Kompresi atau Dekompresi Citra


Algoritma umum untuk kompresi image adalah:
a. Menentukan bitrate dan toleransi distorsi image dari inputan user.
b. Pembagian data image ke dalam bagian-bagian tertentu sesuai dengan
tingkat kepentingan yang ada (classifying). ​ ilakukan
D dengan
menggunakan salah satu teknik yaitu DWT (​Discreate Wavelet
Transform​) yang akan mencari frekuensi nilai pixel masing-masing,
menggabungkannya menjadi satu dan mengelompokkannya sebagai
berikut:

Dimana,
● LL : Low Low Frequency (most importance)
● HL : High Low Frequency (lesser importance)
● LH : Low High Frequency (more lesser importance)
● HH : High High Frequency (most less importance)
c. Pembagian bit-bit di dalam masing-masing bagian yang ada ​(bit
allocation)​.
d. Lakukan kuantisasi (quantization).
o Kuantisasi Scalar : data-data dikuantisasi sendiri-sendiri
o Kuantisasi Vector : data-data dikuantisasi sebagai suatu himpunan
nilai-nilai vektor yang diperlakukan sebagai suatu kesatuan.

8
e. Lakukan pengenkodingan untuk masing-masing bagian yang sudah
dikuantisasi tadi dengan menggunakan teknik entropy coding (huffman
dan aritmatik) dan menuliskannya ke dalam file hasil.
Sedangkan algoritma umum dekompresi image adalah:
a. Baca data hasil kompresi menggunakan entropy dekoder.
b. Dekuantisasi data.
c. Rebuild image.

2.2 Kompresi Video


2.2.1 Pengertian Kompresi Video
Kompresi video adalah teknik memperkecil ukuran video dengan cara
melakukan kompresi terhadap gambar dan suara yang terdapat di dalam video
tersebut, hingga batas ambang kualitas yang masih dikatakan baik. Di dalam video
terdapat 2 hal yang dapat dikompresi yaitu frame (still image) dan audionya. Video
memiliki 3 dimensi, yaitu 2 dimensi spasial (horizontal dan vertikal) serta 1 dimensi
waktu.
Data di dalam video memiliki ​redundancy spatial (warna dalam still image)
dan redundancy temporal (perubahan antar frame). Dimana, penghilangan
redundancy spatial (spatial / intraframe compression) dilakukan dengan mengambil
keuntungan dari fakta bahwa mata manusia tidak terlalu dapat membedakan warna
dibandingkan dengan ​brightness,​ sehingga image dalam video bisa dikompresi (teknik
ini sama dengan teknik kompresi ​lossy color reduction p​ ada image). Sedangkan
penghilangan ​redundancy temporal (temporal / interframe compression) d​ ilakukan
dengan mengirimkan dan mengenkode frame yang berubah saja sedangkan data yang
sama masih disimpan.

2.2.2 Teknik Pengkodean Video


Terdapat beberapa teknik pengkodean video yang baiasa digunakan didalam
teknik kompresi video. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan serta
penggunaan yang berbeda. Teknik-teknik tersebut meliputi :

9
a. H.261 dan H.263
Merupakan standar video coding yang dibuat oleh CCITT (​Consultative
Commitee for International Telephone and Telegraph)​ pada tahun 1988-1990.
Teknik ini dirancang untuk ​video conferencing, yang merupakan sebuah aplikasi
video telepon menggunakan jaringan telepon ISDN. Kecepatan bitrate pada
teknik ini antara p x 64 Kbps, dimana p adalah frame rate (antara 1 sampai 30).
Teknik H.261 dan H.263 mempunyai 2 tipe frame yaitu ​Intra-frame (I-frame)
dan ​Interframe (P-frame). I-frame digunakan untuk mengakses banyak pixel,
sedangkan P-frame digunakan sebagai ​“pseudo-differences“ dari frame yang
sebelumnya ke frame sesudahnya, dimana antar frame terhubung satu sama lain.
Adapun susunan pada frame H.261 berurutan dimana tiap-tiap 3 buah frame (I)
dibatasi dengan 1 buah inter-frame (P). Untuk skema gambar ​Intraframe Coding,
dapat dilihat pada gambar berikut.

Makroblok yang digunakan pada gambar asli adalah 16 x 16 pixel per blok,
dimana Y menggunakan 4 blok, U (Cr) menggunakan 1 blok, dan V (Cb)
menggunakan 1 blok.
Adapun untuk skema gambar ​Interframe Coding, ​dapat dilihat pada gambar
berikut.

10
Gambar sebelumnya dijadikan gambar acuan yang akan dibuat gambar hasilnya,
dengan menggunakan RMSE untuk mencari tingkat error yang paling kecil.
Selain skema gambar ​Intraframe Coding d​ an ​Interframe Coding,​ terdapat pula
sekama gambar untuk ​Encoder H.261 s​ eperti pada gambar berikut.

Control pada ​Encoder H.216 b​ erfungsi untuk mengatur kecepatan bit rate, jika
buffer pengirim penuh, maka bit rate akan dikurangi. Sedangkan memory pada
encoder ini digunakan sebagai tempat penyimpanan blok gambar yang telah
direkonstruksi untuk penciptaan gambar pada P-frame selanjutnya. Kemudian
dikembangkan H.263 untuk encoding video pada bitrate rendah.

11
b. MPEG Audio-Video
Moving Picture Expert Group (MPEG) dirancang pada tahun 1998 untuk
standar audio video transmission. MPEG-1 bertujuan membuat kualitas VHS
pada VCD dengan ukuran 352 x 240 ditambah kualitas audio seperti CD Audio
dengan kebutuhan bandwidth hanya 1,5 Mbits/sec. Komponen penting dalam
MPEG adalah audio, video, serta sistem pengontrol stream video
Dalam MPEG, terdapat permasalahan pada frame makroblok, sebagai berikut.

Sehingga MPEG menambahkan frame dalam makroblok seperti pada


H.261/H.263 yang bernama B-frame (​bidirectional frame)​ sehingga strukturnya
menjadi seperti berikut:

MPEG memiliki beberapa perbedaan dengan H.261, yaitu antara lain adalah :
1) Mempunyai jarak yang lebih lebar dibandingkan antara frame I dan frame P
sehingga diperlukan perluasan pada vector motion yang digunakan
2) Vektor motion harus berukuran ½ x pixel yang ada

12
2.3 Perbandingan Antara Standar Kompresi Citra dan Kompresi Video
2.3.1 Standar Kompresi Citra : JPEG (Joint Photographic Expert Group)
● Bergantung pada kompresi DCT
● Kompresi teknik lossy
● Kompres gambar dengan kedalaman 24 bit
● JPEG cocok untuk citra pemandangan (natural generated image), tidak cocok
untuk citra yang mengandung banyak garis, ketajaman warna, dan computer
generated image
● Byte order: MSB-LSB
● JPEG merupakan nama teknik kompresi, sedangkan nama format filenya
adalah JFIF (​JPEG File Interchange Format​)

2.3.2 Standar Kompresi Citra : PNG (Portable Network Graphic)


● Bergantung pada kompresi LZW
● Kompresi teknik lossless
● Kompres gambar dengan kedalaman 32 bit
● Karena menggunakan teknik lossless, maka PNG memiliki teknik pencocokan
warna yang lebih canggih dan akurat
● Byte ordering: MSB-LSB
● Format penamaan file PNG diatur ke dalam suatu urutan blok biner yang
disebut sebagai “chunk“ (gumpalan), yang terdiri dari:

13
- Length (4 bytes), berupa informasi ukuran PNG
- Type (4 byte), berupa informasi nama chunk. Nama chunk terdiri dari 4
karakter ASCII dengan spesifikasi:
1) Karakter ke-1,2, dan 4 boleh uppercase/lowercase
2) Jika karakter ke-1 uppercase, berarti critical chunk (harus valid),
contohnya: IHDR, PLTE, IDAT, dan IEND.
3) Jika karakter ke-1 lowercase, berarti non-critical chunk (contohnya:
bKGD, cHRM, gAMA, hIST, pHYs, sBIT, tEXt, tIME, tRNS, zTXt)
4) Jika karakter ke-2 uppercase, berarti public (PNG Standard)
5) Jika karakter ke-2 lowercase, berarti private PNG
6) Jika karakter ke-4 lowercase, berarti save-to-copy
7) Jika karakter ke-4 uppercase, berarti unsave-to-copy
8) Karakter 3 harus uppercase

2.3.3 Standar Kompresi Video : MPEG 1 (Moving Picture Expert Group 1)


● Muncul pada November 1991
● Kualitas kompresi setara dengan kualitas video VHS
● Memiliki kemampuan Video CD
● Dapat diputar pada CD- ROM
● Bandwith skala menengah (up to 1.5Mbits/sec)
- 1.25Mbits/sec video 352 x 240 x 30Hz
- 250Kbits/sec audio (two channels/stereo)
● Termasuk pada golongan Non-interlaced video
● Digunakan untuk gambar beresolusi rendah.
● Pengkodean gambar bergerak dan audio terkait untuk media penyimpanan
digital hingga sekitar 1, 5 Mbit / s (ISO / IEC 11172)

2.3.4 Standar Kompresi Video : MPEG 2 (Moving Picture Expert Group 2)


● Muncul pada November 1994
● Kualitas kompresi setara DVD
● Memiliki kemampuan Digital TV (set-top boxes/decoder)
● Memiliki kemampuan Digital Versatile Disk (DVD)

14
● Bandwidth yang diperlukan relatif besar (up to 40Mbits/sec)
● Mendukung hingga 5 audio channels (i.e. surround sound)
● Ukuran frame yang lebih lebar (termasuk HDTV)
● Dapat digunakan pada perangkat interlaced video
● Digunakan untuk gambar beresolusi tinggi.
● Pengkodean umum gambar bergerak dan informasi audio terkait (ISO / IEC
13818)

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kompresi data atau pemadatan data merupakan sebuah proses mengurangi jumlah
data yang diperlukan untuk penyimpanan atau transmisi informasi yang diberikan, biasanya
dengan menggunakan teknik pengkodean. Kompresi data berdasar penerimaan data yaitu:
dialogue mode dan ​retrieval mode. ​Kompresi data berdasarkan output yaitu: ​lossy
compression ​dan ​loseless compression​.
Kompresi Citra adalah aplikasi kompresi data yang dilakukan terhadap citra digital
dengan tujuan untuk mengurangi redudansi dari data-data yang terdapat dalam citra sehingga
dapat disimpan atau ditransmisikan secara efisien. Kompresi video adalah teknik
memperkecil ukuran video dengan cara melakukan kompresi terhadap gambar dan suara yang
terdapat di dalam video tersebut, hingga batas ambang kualitas yang masih dikatakan baik.

3.2 Saran
Dengan kemajuan teknologi ini, dapat menerapkan teknik kompresi data pada
berbagai macam hal. Internet yang sekarang lebih cepat juga mendukung untuk mengakses
ataupun mengunduh suatu file yang berukuran besar. Tetapi tetap saja suatu file harus
dikompres untuk mengurangi pemakaian data pada internet dan mempercepat dalam
mengakses data tersebut. Kompresi data sangat berguna saat mengirimkan file kepada orang
lain karena dengan begitu ukuran dari file yang diunduh tidak akan terlalu besar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hemmendinger, David. Britannica.com. (2019). Data Compression Computing.


Diakses pada 17 November 2019, dari
https://www.britannica.com/technology/data-compression

Herdiyeni, Yeni. Cs.ipb.ac.id. (2013). Kompresi Citra.


Diakses pada 17 November 2019, dari
https://cs.ipb.ac.id/~yeni/files/ppcd/Kuliah%2013%20Kompresi%20Citra%202%20edit.pdf

Respitory.unikom.ac.id. Kompresi Audio/Video.


Diakses pada 17 November 2019, dari
https://repository.unikom.ac.id/40923/1/Bab%208%20-%20Kompresi%20Audio%20Video.pd
f

Agusalim, Hartanti. Docplayer.info. (2017). Standard Kompresi Citra.


Diakses pada 17 November 2019, dari
https://docplayer.info/39936269-Standard-kompresi-citra-jpeg.html

Darmali, Leony. (2017). Kompresi Video Menggunakan Discrete Cosine Transform - DST.
Diakses pada 17 November 2019, dari
https://docplayer.info/31729824-Kompresi-video-menggunakan-discrete-cosine-transform.ht
ml

17

Anda mungkin juga menyukai