PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
3
Salah satu sifat khas senyawa kuinon yang membedakan dengan senyawa
bahan alam lainnya adalah sifat redoks. Senyawa kuinon pada reduksi dengan
reduktor lemah menghasilkan senyawa yang tidak berwarna atau berwarna pucat
yang dapat dikembalikan kepada warna semula pada oksidasi. Prinsip dari reaksi ini
dapat di digunakan sebagai uji diagnostik untuk menetapkan senyawa kuinon.
Reduksi dapat dilakukan dengan menggunakan natriumborohidrida, NaBH4
sedangkan oksidasi dapat terjadi kembali dengan pengaliran udara.
O OH
[HH]
[OH2]
O OH
Kuinon Hidrokuinon
Manitto (1981: 206) menjelaskan bahwa sifat kimia dari kuinon adalah
kecenderungannya untuk menambahakan nukleofil. Kuinon yang terbentuk dalam
jumlah besar oleh mikroorganisme tanah dan/atau oleh otooksidasi turunan pirogalol,
dengan mudah akan menambahkan fenol, amina, asam amino, dan lain-lain.
Olehproses-proses oksidasi lebih lanjut, akan terbentuk senyawa dengan berat
molekul tunggal dan berwarna coklat (asam humat). Senyawa seperti itu merupakan
bagian utama dari substansi organik pada humus.
Sifat yang terpenting dari kinon adalah reduksi bolak baliknya menjadi
hidrokuinon. Hampir semua kinon mengalami reaksi ini. Reduksi melibatkan adisi
elektron secara bertahap, mula-mula menghasilkan anion radikal, kemudian dianion.
Sifat kinon seperti ini memainkan peranan penting dalam oksidasi reduksi biokimia
yang bolak-balik (transport elektron) (Hart, 1983: 225).
4
O
O O OH
+e +e +2H+
-e -e -2H-
O O O OH
kinon
radikal anion dianion hidrokuinon
2.3 Klasifikasi
a. Benzokuinon
Benzokuinon merupakan pigmen fungus yang umum tetapi jarang dijumpai
dalam tumbuhan tinggi dengan konsentrasi yang dapat diamati. Hidroksi- dan
metoksibenzokuinon terdapat dalam beberapa tumbuhan tinggi dan penting dari segi
ekonomi. Plastokuinon kloroplas merupakan turunan benzokuinon yang penting
ditinjau dari segi fungsiya karena bertindak sebagai pembawa redoks dalam
fotosintesis.
Ubikuinon (koenzim Q) mitokkondria strukturnya sangat mirip dengan
plastokuinon, dan terdapat beberapa anggota yang berbeda dalam jumlah bagian
isoprenoidnya dalam rantai samping. Senyawa ini diduga bertindak sebagai
pembawa hydrogen dalam rantai pernapasan, tetapi perannya yang tepat belum jelas.
Tokoferol merupakan antioksidan yang penting yang terdapat dalam minyak biji-
bijian (misalnya kecambah gandum). Tokoferol mempunyai tiga ikatan rangkap pada
5
rantai samping isoprenoidnya. Tokoferol dapat diperoleh dari struktur jenis
plastouinon dengan cara reduksi dan penutupan cincin.
O
O
O
1,2-benzokinon
merah
1,4-benzokinon
kunning,
Gambar 3: Contoh-contoh kuinon (suminar, 1983: 224-225)
b. Naftokuinon
Sejumlah besar naftokuinon dijumpai di alam berupa pigmen tumbuhan
merah-kuning. Vitamin K1 dan vitamin K yang sejenis, secara fungsional merupakan
naftokuinon terpenting. Naftokuinon dianggap mempunyai peran dalam transpor
electron. Turunan naftokuinon dimer dijumpai dalam Diospyros sp. dan karena
adanya senyawa inilah buahnya mempunyai aktivitas antihelmintik dan kayunya
berwarna gelap.
OH
O
O
2-hydroxynaphthalene-1,4-dione
1,2-naftokuinon Lawson
merah merah coklat
6
OH
O
O
5-hydroxynaphthalene-1,4-dione
jonglon, kuning
Gambar 4: Contoh-contoh kuinon (Hart, 1983: 224-225)
c. Antrakuinon
Antrakuinon merupakan kelompok yang terbesar, hampir semua senyawa ini
adalah polefenol atau turunan alkoksinya dan mengandung sebuah substituen pada
posisi β. Beberapa antrauinon merupakan zat warna penting dan yang lainnya
sebagai pencahar. Banyak antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida dengan
bagian gula terikata dengan saah satu gugus hidroksil fenolik. Salah satu jenis
antrakuinon penting ialah antrasiklina, yaitu suatu golongan glikosida antibiotik yang
dihasilkan oleh Streptomyces sp. contohnya adalah rutilantinon.
O OH
O OH
OH
OH O OH
O
1,4,5-trihydroxy-2,3-
1,2-dihydroxyanthracene-9,10-dione dimethylanthracene-9,10-dione
Alizarin
merah jingga
Gambar 5: Contoh-contoh kuinon (Hart, 1983: 224-225)
d. Kuinon-kuinon lain
Banyak jenis kuinon polisiklik alami yang telah dikenal di samping
naftokuinon dan antrakuinon. Sebagian besar merupakan pigmen fungsi dan bakteri,
OH O
tetapi jarang ditemukan dalam tumbuhan tinggi.
7
OH O
4,9-
dihydroxyperylene-
3,10-dione
Gambar 6: Contoh-contoh kuinon (Hart, 1983: 224-225)
2.4 Biosintesis
Kebanyakan quinon tinggi diperoleh dari jalan pintas poliketida atau dari
campuran beberapa reaksi pintas. Ubiquinon dan platoquinon keduanya mempunyai
8
biogenesis campuran dengan rantai samping poliprenoid, sedangkan inti
benzoquinon diturunkan dari asam shikimat.
*CH3 (Metionin)
O CH3 HO CH3
COOH COOH
*CH3 *CH OH OH
H*3C
*CH3* *CH3 H*3C
3
*CH3 **CH
CH3 CH3 CH33
HO CH3 HO CH3
O
O O OH
* O O
H3C H*3C *
HOOC
COOH HO CH2OH HO CH2OH
O OH O OH O
OH OH
*CH3 *CH SHANORELIN
*CH *CH
3 3 3
CH3 HO CH3
O
SITRININ
Gambar 6. Biosintesis benzokuinon dari shanorellin (Manitto, 1992: 207)
* O * O
HOOC HOOC
OH OH
CH3 OH CH3
O OH CH3
O HO
O O O
O
O
O COOH HO O 9
O O
H3C
H3C
C5
CH3 FUSCIN
H+ CH3
Gambar 7. Biosintesis benzokuinon dari beberapa kuinometida (Manitto, 1992: 208)
H O O
COOH
O O
COOH
OH OH
O O
OH OH
OCH3 OCH3 OH O
HO OH
OH O O OH
PLUMBAGIN OH
7-METILJUGLONO
OX
OH OH OH O
BINAFTIL 3,9- DIHIDROKSIPERILENA 10
3,10 KUINON
Gambar 9. Biosintesis naftokuinon dari beberapa turunan naftalena dan naftokuinon yang
berasal dari poliketida dan diproduksi oleh fungi (Manitto, 1992: 209)
O O O
O
COOH
O
OH O O OH O O OH O
O O O
HO OH
COOH
O O O
HO
HO OH HO OH OH
OH O OH O
COOH OH O
- CO2 OH O OH
EKINOKROM A SPINOKROM A SPINOKROM B
O
Gambar 10. Biosintesis naftokuinon dari beberapa pigmen yang berasal dari organisme laut
HO
(Manitto, 1992: 210)
COOH
OH O OH OH O OH
EMODIN-9-ANTRON ENDOKROSIN
O
OX
HO
O
HO
OX
O OH
O
COOH
OH O OH HO 11
EMODIN
COOH
OH O OH
SKIRIN
Gambar 11. Biosintesis dari antron dan antrakuinon yang berasal dari poliketida (Manitto,
1992: 211)
(a)
COOH X (b)
O OH
dari CH2
COSKoA
O ISLANDISIN
COOH
O
O O O
COOH
O
O O O
O
HO O
O O O O
HO X
HO
O O O
COOH
O
COOH
SITROMISETIN
O
OH O O
TETRANGOMISIN
Gambar 11. Skema dari perkiraan biosintesis islandisin dan sitromesitin (Manitto, 1992: 212)
OH O OH
HO OH
HO CH3 DENTIKULATOL
O
Gambar 13. Biosintesis kuinon polisiklik
Untuk memastikan apakah suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan, dapat
digunakan reaksi warna. Reaksi khas ialah reaksi bolak-balik yang mengubah kuinon
menjadi senyawa tanpa warna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi
oleh udara. untuk mendeteksi kuinon dalam suatu tumbuhan dapat dilakukan
skrining fitokimia.
13
Pengujian terhadap sampel tumbuhan yang mengandung kuinon contohya
adalah akar kayu mengkudu. Preparasi sampel dilakukan melalui beberapa tahap
mulai dari pengambilan sampel, pengeringan sampai penyerbukan.
Sifat lain yang dapat digunakan pada pemisahannya dari lipid lain ialah
kelarutannya dalam air pada lingkungan basa lemah seperti natrium karbonat atau
bikarbonat. Perlakuan dengan basa kuat disertai adanya udara sering kali
menimbulkan uraian secara oksidasi. Senyawa 1,2 kuinon tidak dapat didistilasi uap,
tetapi larut dalam larutan natrium bisulfit. Pemurnian akhir dapat dilakukan dengan
cara kromatografi pada alumina yang penjerap yang lebih lemah. Proses pemisahan
senyawa kuinon dapat dilakukan dengan tahapan ekstraksi, evapavorasi, dan terakhir
dengan kromatografi.
14
Maserasi dilakukan dengan cara merendam sampel dalam metanol secara
berulang-ulang selama 3×24 jam. Setiap 24 jam, ekstrak disaring dan ditampung
maseratnya. Semua maserat yang diperoleh selanjutnya dipekatkan menggunakan
rotary evaporator dan di peroleh sebanyak 67,61 gram (2,25%) maserat yang berupa
ekstrak kental metanol berwarna coklat kemerahan.
Partisi didasarkan pada kemampuan zat terlarut untuk terdistribusi antara dua
pelarut yang tidak saling campur. Partisi bertujuan untuk memperoleh campuran
yang lebih sederhana. Proses partisi ini dilakukan menggunakan pelarut yaitu dimulai
dari pelarut yang bersifat non polar (n-heksana), hingga yang lebih polar (kloroform).
Pertama menggunakan pelarut n-heksana, kloroform, dan metanol. Kemudian hasil
partisi dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga dihasilkan fraksi n-
heksana, fraksi kloroform, fraksi metanol.
15
dipercepat dengan bantuan pompa vacum (Soediro,1986). Pemilihan eluen di mulai
dari variasi eluen n-heksana: etil asetat (v/v) 9:1 dan selanjutnya di tingkatkan
kepolaran eluen ditingkatkan menjadi 8:2; 7:3; 6:4; 4:6; 3:7; 2:8; 1:9, etil asetat (v/v)
100% dan metanol (v/v) 100%. Pemisahan dilakukan menggunakan teknik elusi
bergradien.
16
preparatif adalah eluen n-heksana : etil asetat (v/v) (1:1). Kromatogram hasil KLT
preparatif masing-masing ditunjukan pada Gambar 2.
Hasil noda yang diperoleh kemudian dikerok dan dipisahkan dengan pelarut
nheksana untuk memisahkan isolat dari plat. Hasil isolat kemudian diuapkan dengan
suhu kamar yang menghasilkan 0,8 mg, kemudian dianalisis untuk mengetahui
tingkat kemurnian isolat dengan KLT 2D. Gambar 3 memperlihatkan bahwa fraksi
M.j2 relatif murni, hal ini terlihat dari kromatogram yang menunjukkan adanya noda
tunggal berwarna kuning.
17
KLT merupakan cara umum yang digunakan untuk memisahkan senyawa
kuinon. Tetapi, begitu banyak keragaman struktur sehingga tak satu pun sistem atau
deretan sistem yang berkaitan dapat digunakan secara umum pada kuinon.
Benzokuinon sederhana dan naftokuinon sederhana sangat mudah larut dalam lemak.
Sebaliknya antrakuinon yang banyak hidroksilnya sangat polar dan diperlukan
campuran pelarut rumit agar mereka bergerak. Oleh karena kuinon senyawa
berwarna, mendeteksinya pada pelat KLT dengan sinar tampak tidak sukar, tetapi
pemeriksaan dengan sinar UV mungkin bermanfaat dan merupakan pendeteksi yang
lebih peka.
BAB III
PENUTUP
18
3.1 Kesimpulan
Senyawa kuinon adalah suatu senyawa turunan dari senyawa aromatik
yang memiliki senyawa karbonil yang unik. Strukturnya siklik dan tergolong ke
dalam diketon yang berkonjugasi. Semua senyawa kuinon ini memiliki warna
sebagai sifat khasnya. Senyawa kuinon diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu,
Benzokuinon, Naftokuinon, dan Antrakuinon.
Senyawa-senyawa kuinon dapat diperoleh dengan melakukan biosintesis
seperti: biosintesis dari shanorellin, biosintesis dari beberapa kuinometida,
biosintesis dari beberapa turunan naftalena dan naftokuinon yang bersal dari
poliketida dan diproduksi oleh fungi, biosintesis dari beberapa pigmen yang berasal
dari organisme laut, dan biosintesis dari antro dan antrakuinon yang bersal dari
poliketida.
Untuk memastikan apakah suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan
dideteksi dengan metode skrining fitokimia. KLT merupakan cara umum yang
digunakan untuk memisahkan senyawa kuinon. Benzokuinon sederhana dan
naftokuinon sederhana sangat mudah larut dalam lemak. Sebaliknya antrakuinon
yang banyak hidroksilnya sangat polar dan diperlukan campuran pelarut rumit agar
mereka bergerak.
Berdasarkan penelitian (Sindora G, ett all : 2017) yang telah dilakukan,
bahwa isolat senyawa metabolit sekunder dari fraksi kloroform akar kayu tanaman
mengkudu (Morinda citrifolia, L) hasil isolat berwarna kuning. Senyawa
antrakuinon pada pengujian yang dilakukan memakai kromatografi lapis tipis (KLT)
ketika di semprot dengan KOH 10% menghasilkan warna merah menandai isolat
M.j2 adalah positif antrakuinon.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin A, Samsul. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
19
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB.
20