Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN DENGAN AUDITOR EXTERNAL

INTERNAL AUDIT

BAB 29

DOSEN:

ATI KUSHARIANI

KELOMPOK 4:

DEWI TRIAJENGNINGTIAS (023161018)


CHRISTIAN HANS SIBAGARIANG (023161170)
FIRDAUS (023161213)
MUHAMMAD RAFLY FAYYADH (023161127)
Antara auditor internal dan eksternal tentunya memiliki perbedaan, mulai dari
sasaran, pertanggungjawaban, kualifikasi dan beberapa hal lainnya. Namun satu hal
yang perlu dipahami bahwa kemampuan keduanya sangat dibutuhkan demi
kepentingan perusahaan. Beberapa perbedaan antara auditor eksternal dan internal
dapat dilihat sebagai berikut :

Auditor Internal Auditor Eksternal


Sasaran Menelaah efisiensi dan Menyatakan suatu opini
efektivitas operasi, kepatuhan, tentang kewajaran dalam
serta kecukupan dan efektivitas penyusunan dan penyajian
kontrol internal di perusahaan laporan keuangan
secara keseluruhan
Tanggung Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada
jawab manajer senior atau dewan yang mempekerjakan mereka;
komite audit pemegang saham,
Stakeholders pada perusahaan
Kualifikasi Dianggap tepat oleh manajemen Umumnya ditentukan oleh
untuk melakukan tugasnya peraturan dan biasanya
walau hanya pelatihan ditempat mensyaratkan keanggotaan
kerja. Terkadang dibutuhkan dalam suatu lembaga profesi.
sertifikasi atau latar belakang Seperti keanggotan dalam
profesi yang baik agar dapat IAPI
melaksanakan tugasnya
Aspek yang Memperhatikan seluruh aspek Umumnya hanya
menjadi aktivitas yang berjalan di berkepentingan untuk
perhatian perusahaan, baik aspek memperhatikan aspek
Auditor keuangan maupun non-keuangan keuangan perusahaan.
Profesionalisme Harus independen terhadap Independen terhadap
aktivitas atau unit yang sedang manajemen/klien, baik dalam
diaudit, namun selalu siap penampilan maupun sikap
merespon kebutuhan dan mental
keinginan manajemen.
Review Review atas aktivitas dilakukan Review atas catatan/dokumen
secara terus menerus (kontinyu) yang mendukung laporan
keuangan secara periodik
(umumnya satu tahun sekali)

Namun selain perbedaan antara auditor internal dan eksternal, keduanya juga
harus menjalin hubungan baik dimana masing-masing saling mempengaruhi dan juga
melengkapi terkait dengan kepentingan perusahaan. seperti contohnya adalah bila
pengendalian internal suatu perusahaan berjalan baik maka tentunya auditor eksternal
tidak perlu terlalu jauh dan menghabiskan waktu yang lebih lama dalam melakukan
tugas auditnya sehingga hal tersebut berimplikasi pada penurunan biaya audit atau
dapat dikatakan biaya audit yang dikeluarkan lebih rendah. Dengan fungsi auditor
internal yang berjalan baik maka akan terjalin sikap kooperatif dengan auditor
eksternal dimana mereka akan lebih mudah dalam melaksanakan tugasnya karena
telah meyakini bahwa pengendalian internal dalam perusahaan berjalan baik. Intinya
adalah tidak ada pekerjaan yang berjalan saling tumpang tindih ataupun yang
dilakukan dua kali, oleh karena itu perlu adanya koordinasi dimana hal-hal yang telah
dilaksanakan oleh auditor internal tidak dilakukan kembali oleh auditor eksternal,
dengan demikian pekerjaan audit oleh auditor eksternal dapat berjalan lebih cepat,
efisien, efektif dan dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. untuk
lebih memahami persoalan diatas maka selanjutnya akan dibahas manfaat dan
keuntungan dari koordinasi, beberapa persyaratan untuk koordinasi, penilaian
terhadap kualifikasi audit internal dan beberapa sarana koordinasi termasuk konsep
audit sebagai suatu kesatuan.
PENTINGNYA DAN MANFAAT KOORDINASI

Koordinasi antara auditor internal dengan auditor eksternal merupakan hal


yang penting karena berpotensi untuk meningkatkan nilai ekonomi, efisiensi dan
efektifitas dari keseluruhan aktivitas audit bagi perusahaan. Tidak ada bentuk audit
yang bisa menggantikan lainnya. Namun dalam banyak hal, audit internal dan
eksternal saling berbenturan. Jika kedua audit tidak terkoordinasi, maka akan menjadi
tumpang tindih dan duplikasi yang tidak perlu sehingga akan mempertinggi biaya
audit dan membuat rumit pertanggungjawaban audit.

Kebutuhan koordinasi semakin mendesak seiring berjalannya waktu. Baik sektor


usaha maupun sektor publik menjadi lebih kompleks. Standar pelaporan keuangan
telah membentangkan cakupan yang dibutuhkan untuk audit keuangan. Inflasi telah
meningkatkan biaya personel kantor akuntan publik. Biaya jasa audit meningkat
karenanya dan peningkatan biaya tersebut terjadi tanpa disadari oleh manajemen dan
dewan komisaris. Maka, sedapat mungkin auditor internal dan eksternal harus
berkoordinasi.

Auditor internal dapat memengaruhi lingkup pekerjaan auditor eksternal dengan cara
menurunkan batas dan kebutuhan untuk melaksanakan pengujian yang rinci. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wallace tahun 1984. Ia menemukan
bahwa peningkatan yang dilakukan auditor internal pada presentase yang
diperkirakan dari total aktiva yang diaudit, total laba yang diaudit dan total harga
pokok penjualan yang diaudit, berhubungan dengan biaya jasa auditor eksternal yang
secara statistic lebih rendah. Dan, alokasi jam audit operasional oleh auditor internal
juga berhubungan dengan biaya jasa auditor eksternal yang lebih rendah. Di samping
itu, manajer auditor internal yang lebih berpengalaman berhubungan dengan biaya
jasa auditor eksternal yang lebih rendah dan demikian pula dengan koordinasi formal
antara auditor internal dengan eksternal. Koordinasi yang bermanfaat menghasilkan
lebih dari sekadar pengurangan biaya jasa audit eksternal. Auditor internal juga dapat
memanfaatkan pekerjaan auditor eksternal
HAMBATAN-HAMBATAN HISTORIS UNTUK KOORDINASI

Terdapat beberapa hal yang menghambat terjalinnya sebuah koordinasi yang


baik antara auditor internal dengan eksternal, SAS No. 9 menyatakan bahwa
“pekerjaan auditor internal tidak dapat digantikan oleh pekerjaan auditor independen
(eksternal)”. Penelitian Berry mengungkapkan kritik terhadap SAS No. 9 tersebut
dengan mengungkapkan bahwa aturan tersebut sudah ketinggalan jaman. Secara
khusus kritik terhadap SAS No. 9 diungkapkan sebagai berikut :
 SAS No.9 tidak mengakui kontribusi audit internal sebagai sebuah profesi
 Tidak mengakui perkembangan signifikan dari auditor internal sebagai suatu
disiplin ilmu yang kompeten
 Mengasumsikan bahwa auditor eksternal meninggalkan independensi mereka
dan malah meningkatkan risiko audit bila mengandalkan pekerjaan auditor
eksternal
 Dari samplingnya pada 14 perusahaan, Berry menemukan bahwa sebagian
besar pekerjaan auditor internal telah tergantikan dengan auditor independen.
 Tidak menunjukkan subjek koordinasi dengan suatu cara yang sistematis dan
hanya berdasarkan pada pandangan auditor eksternal.

PENERBITAN SAS NO. 65 – SEBUAH KONTRAK BARU

SAS No. 9 menjadi pedoman sejak awal penerbitannya pada tahun 1975
sampai tahun 1990. Namun karena audit intenal telah diakui sebagai suatu disiplin
ilmu yang mengalami perkembangan cepat dan modern serta membutuhkan tehnik-
tehnik yang semakin canggih dan efektif maka SAS No. 9 keberadaannya sudah tidak
relevan lagi, maka digantikan posisinya oleh petunjuk baru yang lebih rinci yakni
SAS No. 65 yang menyatakan “pertimbangan auditor mengenai fungsi audit internal
dalam audit laporan keuangan”. Untuk mengakomodasi pernyataan SAS No. 65,
maka auditor eksternal harus:
 Menentukan relevansi fungsi audit internal
 Mengevaluasi tujuan dan kompetensi auditor internal
 Mempertimbangkan akibat dari pekerjaan auditor internal terhadap audit
keuangan yang dilaksanakan oleh auditor eksternal, termasuk prosedur audit
yang diperlukan
 Mengevaluasi dan menguji efektivitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh
auditor internal

Kandungan dalam SAS No. 65 memberikan instruksi dalam 7 bidang yang sama
dengan SAS No. 9, bidang-bidang tersebut adalah :
 Peranan auditor dan auditor internal
 Fungsi audit internal
 Kompetensi dan tujuan audit internal
 Luas dampak pekerjaan audit internal
 Koordinasi auditor/auditor internal
 Evaluasi auditor terhadap pekerjaan audit internal
 Bantuan langsung oleh auditor internal
Pekerjaan auditor internal tidak dapat digantikan oleh auditor eksternal, namun SAS
No. 65 telah memperluas pernyataan diatas dengan menyatakan bahwa auditor
eksternal harus menjaga independensi dari klien dan auditor internal harus menjaga
objektivitas terhadap unit-unit dari klien. Dalam SAS No. 65 juga disebutkan bahwa
auditor eksternal harus memahami fungsi audit internal, maka untuk melakukan hal
tersebut auditor eksternal harus menanyakan hal-hal berikut ini :
 Status organisasi auditor internal. Hal ini diperlukan untuk mengukur
independensi dan objektivitas
 Tingkat penerapan standar audit professional oleh auditor internal. Untuk
mengukur keandalan
 Isi dari program tahunan internal audit internal serta sejauh mana program
tersebut diikuti
 Batas akses yang dapat dilakukan serta kendala yang coba diatasi pada
lingkup pekerjaan auditor internal
 Isi dari akta auditor intenal atau arahan serupa dan tingkat sejauh mana hal
tersebut dapat dipatuhi.

SAS No. 65 juga menyatakan bahwa kompetensi audit internal dapat dinilai
berdasarkan pada hal-hal berikut :
 Tingkat pendidikan dan pengalaman professional
 Sertifikasi profesi dan pendidikan profesi yang berkelanjutan
 Kebijakan, program, dan proses audit yang sedang digunakan
 Praktik yang berhubungan dengan penugasan staff
 Supervisi dan telaah atas aktivitas audit
 Kualitas dari dokumentasi kertas kerja, laporan dan rekomendasi
 Evaluasi kinerja audit secara umum

Tujuan audit internal juga harus dinilai berdasarkan status organisasional seperti
pelaporan dan administrasi, kemudian juga kebijakan yang mencegah auditor internal
dari pekerjaan audit pada bidang-bidang yang objektivitasnya akan dikompromikan
dengan kendala personal. Kerja dari audit internal juga dapat mempengaruhi
pekerjaan auditor eksternal dalam hal :
 Pemahaman tentang struktur kontrol internal
 Penentuan risiko dalam bidang-bidang yang terdapat salah saji material
 Kinerja pengujian substantive
Kemudian sejauh mana auditor eksternal menggunakan hasil kerja auditor internal
tergantung pada hal-hal berikut :
 Materialitas dari laporan keuangan yang disertakan
 Risiko inheren dan risiko control dari asersi material
 Tingkat subjektivitas yang tercakup dalam pengevaluasian bukti audit
Dalam SAS No. 65 juga disebutkan aktivitas yang dapat membangun koordinasi
antara auditor internal dan eksternal, yakni :
 Pertemuan rutin antara auditor internal dan eksternal
 Pengembangan suatu skedul audit yang terkoordinasi
 Akses oleh auditor eksternal terhadap kertas kerja dan laporan auditor internal
 Diskusi tentang masalah-masalah akuntansi yang potensial
Terkait evaluasi auditor eksternal terhadap tentang hasil pekerjaan auditor internal
maka auditor eksternal harus mempertimbangkan hal-hal berikut :
 Apakah lingkup pekerjaannya benar?
 Apakah program audit dan cara pengerjaannya memadai?
 Apakah kesimpulannya tepat?
 Apakah laporan yang disiapkan konsisten dengan kerja yang dilakukan?
Kemudian juga auditor eksternal akan meminta bantuan langsung kepada auditor
internal, bantuan tersebut dapat berupa :
 Bantuan dalam memahami struktur kontrol internal
 Kinerja dari pengujian terhadap kontrol
 Kinerja dari pengujian substantif
Sebagai sebuah profesi tentunya auditor internal harus mematuhi standar IIA sebagai
sebuah organisasi yang menaungi audit internal. Kemudian penting juga untuk
direktur audit waspada kepada informasi sensitif dalam menelaah bidang-bidang
dalam perusahaan sehingga dapat mewujudkan kontrol operasional yang baik. Yakni :
 Kualifikasi personel; pendidikan, pengalaman, sertifikasi
 Program-program pelatihan
 Program pendidikan berkelanjutan
 Bagan organisasi
 Manual prosedur
 Arsip kertas kerja
 Prosedur pengawasan
 Arsip laporan audit
 Prosedur kontrol kualitas
Diaharapkan bahwa SAS No. 65 dapat mendukung timbulnya suatu hubungan yang
lebih erat antara auditor internal dan eksternal, khususnya dalam hal penjadwalan
audit dan segmen audit yang terkoordinasi. Auditor internal juga dapat
mengungkapkan kepada komite audit dan dewan komisari atas kinerja auditor
eksternal yang dibawah standar.

IKHTISAR TENTANG FILOSOFI AUDITOR EKSTERNAL


Penting untuk disadari bahwa audit eksternal merupakan tugas yang
independen dengan risiko yang tinggi, maka mereka harus mengandalkan
kemampuannya sendiri dan memberi keputusan yang subjektif. Namun jika
diperlukan mereka dapat meminta bantuan kepada staf auditor internal karena pada
hakikatnya hasil pekerjaan yang dilakukan audit internal berhubungan dengan proses
yang dilakukan audit eksternal.

EVALUASI AUDIT EKSTERNAL – SUATU SUBTITUSI UNTUK


PENELAAHAN AUDITOR EKSTERNAL
Standar Audit IIA No. 1311 dan 1312 memberikan penelaahan quality assurance
dari aktivitas audit internal. Penelaahan tersebut terdiri dari dua macam yakni:
 Penilaian internal
 Penilaian eksternal. Penilaian eksternal berpotensi untuk memenuhi
persyaratan SAS No. 65 dan membuat auditor eksternal lebih mengandalkan
auditor internal.
Hal-hal yang akan diperiksa dalam penelaahan eksternal dan juga dicakup dalam SAS
No. 65 adalah sebagai berikut :
 Tingkat pendidikan dan pengalaman professional dari staf anggota IIA
 Program pendidikan berkelanjutan
 Penunjukkan staf IIA untuk pengawasan pekerjaan staf anggota
 Sertifikasi professional yang dimiliki staf anggota
 Kualitas kebijakan audit internal, kertas kerja, laporan, rekomendasi dan
kinerja
Penelaahan eksternal dapat membangun kepercayaan diri yang lebih besar di pihak
auditor eksternal daripada penelaahan oleh auditor eksternal itu sendiri.

PERSIAPAN PENELAAHAN AUDITOR EKSTERNAL


Bahan-bahan yang harusnya disiapkan oleh direktur audit dalam proses penelaahan
oleh auditor eksternal, yakni :
 Pemahaman fungsi audit internal :
- Persyaratan SAS No. 65
- status organisasi dalam entitas
- Penerapan standar professional
- rencana audit
- akses pada catatan; pembahasan lingkup
 Penilaian kompetensi dan objektivitas
- Persyaratan SAS No. 65
- tingkat pendidikan dan pengalaman profesi
- sertifikasi profesi dan pendidikan yang berkelanjutan
- kebijakan, program dan prosedur audit
- praktik yang berhubungan dengan penunjukan auditor internal
- pengawasan dan penelaahan aktivitas auditor internal
- kualitas dokumentasi kertas kerja, laporan dan rekomendasi
- evaluasi kinerja auditor internal meurut persyaratan SAS No. 65
EVOLUSI POSISI IKATAN AUDITOR INTERNAL
Tahun1987 IIA menerbitkan pernyataan standar audit internal (SIAS) No. 5.
Selanjutnya komite standar audit IIA mengakui adanya kebutuhan untuk memperluas
pernyataan SIAS No. 5 karena timbul kebingungan dengan SAS No. 9 AICPA.
Kemudian juga harus diperhatikan bahwa ada alur penekanan dan arahan dalam SIAS
yang berhubungan dengan tanggung jawab proaktif dari direktur audit untuk
mengevaluasi efisiensi dan efektivitas pekerjaan auditor eksternal.

PEROLEHAN JASA AUDIT EKSTERNAL


IIA meyakini bahwa adalah hal yang tepat untuk memperluas standar 2050
yang berkenaan dengan koordinasi antara operasi audit internal dengan eksternal
sehingga memastikan cakupan yang tepat dan meminimalkan duplikasi upaya audit
kyang berdampak langsung pada penurunan biaya audit. IIA menerbitkan practice
advisory 2050-2, yakni “acquisition of external audit services”. Tujuannya adalah
agar auditor internal memiliki suatu peran dalam pemilihan atau pembatasan auditor
eksternal dan dalam pendefinisian lingkup pekerjaan. Hal-hal yang diatur didalamnya
mengacu pada batasan-batasan yang ada dalam Sarbanes-Oxley Act.

PERSYARATAN INDEPENDENSI AUDITOR EKSTERNAL UNTUK


MENYEDIAKAN JASA AUDIT INTERNAL
IIA telah menerbitkan practice advisory 2030-2 SEC, persyaratan independensi
auditor eksternal, untik menyediakan jasa audit internal. SEC ini memiliki karakter
yang informatif dan menyediakan informasi yang berkenaan dengan penilaian
independensi. Amandemen SEC berhubungan dengan :
 Investasi oleh auditor atau anggota keluarga mereka dalam klien audit
 Hubungan ketenaga kerjaan antara auditor dan anggota keluarganya dengan
klien audit
 Lingkup jasa yang disediakan oleh perusahaan audit kepada klien audit
mereka
Amandemen SEC tersebut berlaku efektif pada tanggal 5 februari 2001. Kemudian
pada tahun 2002 disediakan tanggal-tanggal transaksi khusus sebagai bentuk
implementasi peraturan baru. Peraturan SEC menyebutkan bahwa auditor eksternal
tidak independen jika selama periode audit mereka menyediakan jasa lain kepada
klien, tergantung pada pembatasan kriteria yang dijelaskan dalam peraturan :
 Tata buku atau jasa akuntansi lain yang berhubungan dengan lapkeu klien
 Rancangan dan implementasi system informasi keuangan
 Jasa penilaian atau valuasi atau opini tentang kewajaran
 Jasa aktuaria
 Jasa audit internal
 Fungsi manajemen
 Sumber daya manusia
 Jasa pialang perdagangan
 Jasa hukum
Dalam practice advisory merinci peraturan SEC yang berhubungan dengan beberapa
hal seperti independensi yang menurun jika pada saat yg bersamaan auditor eksternal
memberikan jasa audit internal kepada klien, karyawan kompeten yang akan
bertanggung jawab atas fungsi audit internal, evaluasi manajemen klien tentang
temuan dan hasil dari temuan akuntan, penentuan oleh klien tentang lingkup risiko
dan frekuensi aktivitas audit internal oleh akuntan dan terakhir manajemen dari klien
yang diaudit tidak bergantung pada pekerjaan akuntan sebagai dasar untuk
menentukan kecukupan control internal. Selebihnya mengatur hubungan dan
tanggung jawab direktur audit untuk dapat berkomunikasi secara baik dengan auditor
eksternal.

PARTISIPASI AUDITOR INTERNAL DALAM AUDIT EKSTERNAL


Pada bagian ini membahas hubungan auditor internal-eksternal dan kualitas yang
dicari auditor eksternal dalam menetapkan tingkat bantuan yang akan diperoleh dari
staf audit internal, kemudian juga pendekatan auditor internal atas bantuan.
Selanjutnya juga dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa jumlah waktu yang
dihabiskan untuk memberikan bantuan dan tugas-tugas apa saja yang dikerjakan.
Berikut ringkasan informasi penelitiannya :
 Banyaknya peserta
Dari 170 responden, 10 tidak berpartisipasi. Selanjutnya responden
dikelompokkan ke dalam dua bagian, 61 responden dengan partisipasi terbatas
dan 99 respondens yang signifikan
 Kontribusi auditor internal bagi auditor eksternal
Dalam hal ini kelompok terbatas mengungkapkan bahwa auditor internal
hanya memberikan sedikit bantuan dalam 16% penugasannya, namun
menggunakan 100 jam lebih dalam 83,6% kasus. Kemudian dalam kasus lain
bantuan diberikan dalam 60% dari penugasan (lebih dari 500 jam) dan dalam
kasus lain pula bantuan tersebut kadang diberikan lebih dari 1000 jam sampai
10.000 jam.
 Jumlah Jam Partisipasi dalam Tugas-tugas yang Berhubungan dengan
Audit Eksternal
Dari 61 responden terbatas, hanya 40 yang menggunakan jam-jam khusus dan
dari 99 yang berpartisipasi secara signifikan, hanya 76 yang memberikan jam
khusus.
 Jumlah Jam Partisipasi dalam Audit Eksternal dari Gabungan
Kelompok
Dengan klasifikasi waktu dari 1000 jam sampai 5000 jam dan dengan rata-rata
3000 jam serta waktu penugasan kurang lebih selama enam minggu, maka
dengan mengasumsikan satu minggu 50 jam termasuk lembur maka diperoleh
rata-rata 10 anggota staf audit internal dalam tiap penugasan.
 Bagian dari Total Jam Audit Internal yang Dikontribusikan untuk Audit
Eksternal
Pertanyaan selanjutnya adalah berapa waktu dari keseluruhan waktu auditor
internal yang diberikan untuk membantu auditor eksternal? Dalam kelompok
terbatas 92% melaporkan bahwa mereka memberikan 10% dari total
waktunya. Kemudian kelompok yang signifikan hamper 50% dari responden
melaporkan bahwa mereka memberikan 11% atau lebih, bahkan 20% lagi
menyatakan memberikan 20% atau lebih waktunya.
 Presentase Audit Eksternal yang Dikerjakan oleh Auditor Internal
Dalam banyak kasus kurang lebih 27% pekerjaan auditor eksternal
dilaksanakan oleh auditor internal. Hal ini merupakan pertanda yang baik
terjalinnya hubungan serta koordinasi antara auditor internal dan eksternal.
 Sifat Tugas yang Dilaksanakan oleh Auditor Internal
Tugas yang banyak dibantu oleh audit internal adalah dalam tiga bidang audit
utama; penelaahan kontrol internal, uji kepatuhan dan pengujian substantif.
 Tugas Khusus yang Dilaksanakan oleh Auditor Internal
Banyak tugas-tugas khusus yang dilaksanakan oleh auditor internal seperti;
tugas yang berkaitan dengan EDP, konfirmasi piutang, penelaahan analitis,
pengamatan dan penghitungan persediaan, audit cabang/unit yang lengkap,
penyusunan laporan, penyusunan surat manajemen dll.
 Penilaian Kerja Sama Selama Audit Tahunan Berakhir
Indikasi positif tentang efektivitas kerja sala selama audit (sebesar 84,4%)
merupakan suatu tanda yang menggembirakan tentang status kerja sama dari
upaya audit gabungan.
 Bagaimana Auditor Internal Memandang Auditor Eksternal
Sebuah survei telah dilakukan untuk melihat hal ini dan hasilnya adalah secara
umum auditor internal merespon baik kerja sama mereka dengan auditor
eksternal, namun dalam beberapa hal juga banyak auditor yang merasa kurang
puas atas kerja sama mereka dengan auditor eksternal.
 Opini Auditor Internal tentang Audit Eksternal
Dalam penelitian ini dilakukan pemeringkatan atas hal-hal terkait auditor
eksternal dan diperoleh lah hasil yang cukup, dimana tidak lebih dan juga
tidak terlalu mengecewakan. Hal ini menandakan masih ada hal-hal yang
perlu diperbaiki dalam hubungan keduanya. Berdasarkan pengungkapan
point-point dalam penelitian, auditor internal merasa mereka lebih banyak
berkontribusi membantu tugas dari audit eksternal terutama dalam penelaahan
control internal. Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang bagus
tentang hubungan auditor internal-eksternal serta jenis dan kuantitas pekerjaan
yang dilaksanakan oleh staf audit.

MAKNA KOORDINASI
Koordinasi dari keseluruhan cakupan audit terus berubah dan berkembang
secara cepat dari tahun ke tahun, 2 hal yang mendasari perubahan tersebut yakni;
profesionalisme auditor internal yang meningkat dan juga biaya audit yang meningkat
secara keseluruhan sehingga meningkatkan perhatian manajemen perusahaan. oleh
karena itu perlu adanya koordinasi antar elemen terutama auditor internal-eksternal.

KONSEP “AUDIT SEBAGAI SATU KESATUAN” (UNIFIED AUDIT)


Konsep “audit sebagai suatu kestuan” (unified Audit) yakni menganggap audit
internal dan eksternal dalam tingkatan kelompok yang sama, kedua staf audit tersebut
dianggap sebagai satu kumpulan auditor yang tersedia untuk penugasan satu segmen
audit tertentu di bawah pengawasan auditor internal atau auditor eksternal. Dalam
konsep ini, semua laporan keuangan, entitas dan fungsi harus diaudit hanya satu kali
selama suatu periode tertentu oleh kelompok mana pun. Kedua kelompok tentunya
harus mengikuti aturan standar dalam pelaksanaan dan control rencana audit yang
terkoordinasi. Keduanya dapat saling melengkapi dengan adanya koordinasi dan
komunikasi yang tepat antar staf audit.

OUTSOURCING DAN COSOURCING


Outsourcing merupakan suatu bentuk yang menjalankan fungsi audit internal
yang telah ada sejak lama, secara khusus merupakan kinerja fungsi organisasi yang
dilakukan oleh organisasi lain yang bukan merupakan bagian dari struktur dasar
organisasi secara integral, atau bias dikatakan secara lebih singkat sebagai suatu
badan atau organisasi lain yang ditunjuk untuk melakukan fungsi audit internal pada
suatu entitas. Masalah utama yang timbul dari hal tersebut yakni terkait independensi,
hal tersebut dikarenakan karena kebanyakan auditor eksternal juga melakukan fungsi
sebagai audit internal. Timbulnya outsourcing ini mendatangkan keuntungan dan juga
kerugian bagi klien. Bentuk lain selain outsourcing yakni cosourcing, cosourcing
maksudnya adalah perusahaan memanfaatkan source dari perusahaan lain dan begitu
sebaliknya sehingga mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Harus ada tanggung
jawab resmi yang tinggi dari audit internal yang disusun untuk mengawasi operasi
cosourcing.

MENGKOORDINASIKAN CAKUPAN AUDIT SECARA KESELURUHAN


Suatu survei (1998) tentang hubungan antara auditor internal dengan
eksternal, didukung oleh Badan Riset IIA menunjukkan bahwa persepsi auditor
internal dan eksternal tentang hubungan dimulai dari adanya eksistensi akibat tugas
yang dilakukan sampai timbulnya kemitraan antara keduanya. Dalam penelitian
tersebut terlihat hasil bahwa adanya kesepakatan antara kedua kelompok karena
adanya koordinasi yang terjalin. Dari survei yang dilakukan terdapat pemikiran yang
dapat disimpulkan dimana auditor internal menganggap kerja sama dengan auditor
eksternal sebagai suatu eksistensi bersama yang terintegrasi, begitu pula sebaliknya.
Selain aspek koordinasi, survei tersebut juga mengeksplorasi frekuaensi pertemuan
formal dan informal tahunan, aktivitas penjadwalan dan perencanaan, akases ke
laporan dan kertas kerja, pemahaman tentang operasi audit eksternal, aktivitas
pelatihan dan aktivitas penilaian.

JEMBATAN KERJA SAMA


Kepercayaan menjadi modal awal terjalinnya jembatan kerja sama, tidak ada
salah satu pihak yang ingin memperoleh keuntungan dengan membebani pihak
lainnya. Rasa saling percaya dan menghormati membuat jembatan kerja sama
terbentuk kokoh dan berjalan dengan baik. Berikut komponen yang dapat
memperkuat jembatan kerja sama:
 Kepedulian masing-masing pihak terhadap rencana dan tugas pihak lainnya
sehingga jika terjadi hal-hal diluar perkiraan dapat saling mengatasi.
 Auditor eksternal perlu diberikan informasi tentang kondisi yang dapat
mempengaruhi kualifikasi, independensi dan kompetensi dari staf audit
internal
 Membangun sebuah system kontrol internal klien yang baik, dimana hal
tersebut merupakan dasar pembentukan sebuah audit independen. Auditor
eksternal dan internal harus saling memberi informasi yang andal dan
memadai agar mereka dapat bersama-sama mengambil keputusan yang
independen.
 Kedua kelompok dapat memanfaatkan teknik pengambilan sampling yang
sama dan sistem yang sama
 Auditor internal dan eksternal harus memadukan pengetahuan mereka tentang
pembuatan dan penerapan sistem
 Membantu menyediakan pandangan dari orang luar yang independen dan
tidak terkait dengan perusahaan atau auditor internal itu sendiri untuk
menyediakan saran tentang perkembangan terbaru yang terjadi di akuntansi
dan juga dalam audit keuangan untuk lebih membuka pikiran dari auditor
internal-eksternal.
 Yang terpenting adalah komunikasi yang erat dan berkelanjutan antara kedua
kelompok tersebut, yakni audit internal dan eksternal.
Penelitian Berry mengungkapkan beberapa jenis informasi untuk membangun dan
mengembangkan komunikasi yang efektif; penyelesaian tugas utama, mendeteksi
kebutuhan-kebutuhan audit, pertukaran ide, identifikasi masalah-masalah yang
mungkin timbul, pengungkapan modifikasi rencana sesuai situasi dan kondisi,
identifikasi perkembangan yang terjadi dan pembahasan tentang kelemahan-
kelemahan yang ada dalam sistem koordinasi. Dengan demikian maka akan terjalin
komunikasi dan koordinasi yang baik antara keduanya yang berimlikasi langsung
terhadap manajemen dimana salah satu dampak pentingnya adalah tidak terjadi
tumpeng-tindih atau duplikasi pengerjaan sehingga secara tidak langsung akan
mengurangi biaya yang akan dikeluarkan manajemen untuk pelaksanaan audit.

Anda mungkin juga menyukai