Anda di halaman 1dari 193

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS


TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat menempuh ujian sidang laporan tugas akhir
(LTA)

Nunung
17.18.10087

YAYASAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENEGAH PASUNDAN


SMK FARMSI PASUNDAN KAWALI
KOMPETENSI KEAHLIAN KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Nama : Nunung

Nis : 17.18.10087

Kelas : XII-Keperawatan

Judul : Laporan Praktik Kerja Lapangan di RSUD Ciamis

Telah disetujui dan disahkan untuk mengikuti ujian sidang tugas akhir
PKL

Ciamis,10 Desember 2019

Pembimbing sekolah, pembimbing lapangan,

Hendra Permana,S.Kep.,Ners Nunung patimah,S.Kep.,Ners


Mengetahui :

Kepala sekolah

SMKF Pasundan Kawali,

Drs. Ace Sace, M.M

i
KATA PENGANTAR

Bismilahirohmanirohim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
karunian-nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
instalasi keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. Pelaksanaan 12
Agustus s.d 12 Oktober 2019

Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada jujunan


kita yakni Nabi Muhamad SAW. Laporan ini ditujukan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk mengikuti Uji Kompetensi dan Ujian Nasional di SMKFarmasi
Pasundan Kawali.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Ace Sace, M.M., Selaku kepala SMK Farmasi pasundan kawali
2. Titin Martini, S.Pd., Selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum
3. Irfan Fajaruddin, S.Kep., Ners., selaku pembibing sekolah dan kepala
prodi keperawatan
4. Maya Purnama Dewi S.Pd., selaku wali kelas XII Keperawatan yang
selalu memberikan motivasi kepada penulis
5. Heti Nurlatifah,S.Pd., selaku pembingbing teknik penulisan laporan
6. dr.H.Aceng Solahudin Ahmad, M.Kes., Selaku Direktur RSUD Ciamis
7. Nunung Patimah, S.Kep., Ners selaku pembibing lapangan atau Clinical
Instruktur (CI)
8. Seluruh Staff dan karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis
9. Seluruh Guru dan Staff TU Smk farmasi pasundan kawali
10. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan memberikan semangat
kepada penulis

ii
11. Sahabat seperjuangan kelas XII keperawatan dan seluruh angkatan 2018-
2020 yang sama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan selama di
SMK Farmasi pasundan kawali.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak


kekuranganya baik dari segi penulisan, isi maupun materi. Untuk itu penulis
mengharapkan kritikan, saran maupun masukan dari semua pihak untyuk
perbaikan laporan selanjutnya. Semoga degan tersusunya Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini dapat bermamfaat bagi para pembaca khusunya bagi penulis sendiri.

Kawali, ,Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... vii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
E. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan PKL ......................................................... 3
F. Metode Penulisan ......................................................................................... 4
G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORITIS .......................................................................................... 5
A. Tinjauan Teoritis Rumah Sakit Secara Umum............................................. 5
1. Pengertian Rumah Sakit ........................................................................... 5
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................................ 6
3. Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................................... 7
4. Tinjauan asisten keperawatan ................................................................... 8
5. Legal Etik Asisten Keperawatan ............................................................ 10
6. Prosedur Tindakan keperawatan Sesuai 19 kompetensi ......................... 16
BAB III ............................................................................................................... 102
TINJAUAN ......................................................................................................... 102
A. Tinjauan Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis ......................................... 102
1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis ....................................... 102

iv
2. VISI DAN MISI Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis ....................... 103
3. Kedudukan , Tugas, dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis 104
4. Fasilitas dan pelayanan RSUD Ciamis ................................................. 105
5. Alur pelayanan dan kunjungan RSUD Ciamis ..................................... 110
6. Tinjauan khusus Ruangan Melati ......................................................... 117
B. LAPORAN LOGBOOK REAL ............................................................... 122
BAB IV ............................................................................................................... 180
PENUTUP ........................................................................................................... 180
A. SIMPULAN ............................................................................................. 180
B. SARAN .................................................................................................... 181
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

TABEL 1 Data kunjungan IGD .......................................................................... 113


TABEL 2 Data kunjungan Rawat jalan .............................................................. 115
TABEL 3 Tabel data kunjungan Rawat inap ...................................................... 117

vi
DAFTAR BAGAN

BAGAN 1 Alur pelayanan IGD .......................................................................... 110


BAGAN 2 Alur pelayanan rawat jalan ............................................................... 111
BAGAN 3 Alur pelayanan rawat inap ................................................................ 112
BAGAN 4 Struktur organisasi Ruang melati ...................................................... 120
BAGAN 5 Struktur Rumah sakit Umum Ciamis ................................................ 121

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pendidikan sekolah merupakan sistem yang membangun
lingkungan belajar bagi peserta didik. Khususnya pada sekolah menengah
kejuruan (SMK). Praktik kerja lapangan (PKL) atau dikenal juga dengan
prakerin yang sangat berperan penting guna menyiapakan sumber daya
manusia secara terampil dengan kemampuan dan pengetahuan yang telah
diperoleh. Oleh karena itu, pihak sekolah mengadakan PKL di beberapa
instansi khusunya di bidang kesehatan, agar dapat meningkatkan mutu
lulusan SMK yang unggul dalam bidang keperawatan dan menjadi tenaga
kerja yang baik dan berkompeten dalam bidangnya.
Dalam hal ini kami selaku siswa SMK farmasi pasundan kawali
melaksanakan PKL di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis untuk
mengamati, mempelajari, dan mengaplikasikan tindakan-tindakan asuhan
keperawatan bidang kompetensi asisten keperawatan yang di lakukan oleh
tenaga kesehatan profesional di rumah sakit tersebut dan penulis
menyusun hasil PKL ini dalam bentuk laporan.
Karena pada dasarnya seorang asisten keperawat dituntut untuk
memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas maka dari itu seluruh siswa
diwajibkan untuk mengikuti kegiatan PKL untuk memenuhi salah satu
persyaratan uji kompetensi dan ujian nasional

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan umum Rumah Sakit ?
2. Bagaimana tinjauan teoritis asisten Keperawatan ?
3. Bagaimana perbandingan antara log book teori dengan log book real ?
4. Bagaimana gambaraan khusus ruang Melati ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui tinjauan Rumah Sakit Secara Umum
b. Untuk mengetahui tinjauan teoritis asisten keperawatan secara
umum
c. Untuk membandingkan antara log book secara teoritis dengan log
book real
d. Untuk mengetahui gambaran khusus ruang melati RSUD Ciamis
2. Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
a. Melatih keterampilan tindakan keperawatan yang dimiliki para
siswa sehingga dapat diaplikasikan dengan baik di dunia nyata
b. Membantu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan pada
pasien secara tuntas dari mulai pengkajian, diagnosis, perecanaan,
implementasi, sampai evaluasi berdasarkan etika profesi
keperawatan
c. Melahirkan sikap disiplin, tanggung jawab, dapat dipercaya,serta
menumbuhkan sikap etika yang baik agar dapat berkomunikasi
dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

D. Manfaat
1. Manfaat penulisan laporan
a. Dapat membandingkan teori – teori yang telah dipelajari, dengan
realisasinya di lapangan
b. Dapat memahami tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan
baik dan benar
c. Dapat mengetahui tugas seseorang perawat dalam memberikan
pelayananan kesehatan kepada pasien
2. Manfaat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan(PKL)
a. Menjalin hubungan kerjasama dengan baik antara siswa dengan
perawat di rumah sakit
b. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai keterampilan
tindakan keperawatan
c. Mengetahui keadaan dunia kerja yang sebenarnya, serta melatih
para siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
dengan rasa percaya diri

E. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan PKL


Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di mulai dari tanggal 12
Agustus sampai dengan 12 Oktober 2019 di RSUD Ciamis yang Lokasinya
di Jln. Rumah sakit 76 Desa Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten
Ciamis.
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini di bagi menjadi 2 shift yaitu :
1. Shift pagi : 07.00-14.00 WIB
2. Shift sore : 14.00-20.00 WIB

Pelaksanaan praktik kerja lapangan di bagi menjadi 4 ruangan yaitu:

1. Ruang Melati (Ruang yang khusus menangani penyakit anak )


Agustus s/d 27 agustus 2019
2. Ruang Bougenvile 2 ( Ruang yang khusus menangani penyakit
dalam terutama penyakit paru-paru) 28 agustus s/d 11 september
2019
3. Ruang Mawar 1 (Ruang yang khusus menangani penyakit syaraf )
September s/d 26 september 2019
4. Ruang Wijaya Kusama 3 ( Ruang yang khusus menangani penyakit
bedah) 27 september s/d 12 oktober 2019
F. Metode Penulisan
1. Metode deskriftif
Adalah metode yang digunakan untuk menggambarakan suatu kegiatan
praktik kerja lapangan secara nyata.
2. Metode / Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan degan percakapan langsung dengan klien
dan keluarga klien.
b. Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan
sistematis.
c. Studi Dokumtasi
Pengumpulan data di dapat dari pemeriksaan diagnostik,
labolatorium dan catatan perkembangan kesehatan lainya.
d. Studi Pustaka
Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relavan untuk
menunjang data dan selain itu dengan melakukan searching di
internet.

G. Sistematika Penulisan
BAB I : Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, mamfaat,
metode penulisan sistematika penulisan, dan waktu
pelaksanaan PKL
BAB II : Meliputi tinjauan teoritis Rumah Sakit secara umum, Tinjauan
asisten keperawatan, dan tinjauan teoritis peosedur tindakan
keperawatan yang terdiri dari 18 kompetensi
BAB III : Meliputi tinjauan Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis, dan log
book real
BAB IV : Meliputi simpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis Rumah Sakit Secara Umum


1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.340/MENKES/PER/III/2010 Tentang “Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripura yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut undang – undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara
paripura yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan dan
instalasi gawat darurat
Menurut WHO (Word Health Organization ) pengertian rumah
sakit adalah suatu bagian dari organisasi medis dan social yang
mempuyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap
kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif pelayanan keluarnya
menjangkau keluarga dan lingkungan rumah.Rumah sakit juga
merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan penelitian
biologi,psikologi,social ekonomi dan budaya.
Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian rumah sakit adalah suatu orgaanisasi yang menyediakan
pelayanan kesehatan bagi perorangan maupun kelompok oleh para tenaga
medis profesional yang terorganisir dan menyediakan pelayan rawat
jalan, rawat inap, dan instalasi gawat darurat.

5
6

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Menurut undang – undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Rumah Sakit mempuyai tugas memberikan pelayanan kesehatan dengan
program perseorangan secara paripurna.perawatan kesehatan paripurna
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatife.
Menurut undang – undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
mempuyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan kesehatan rumah sakit
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis
c. penyelengaran pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan
d. penyelengaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatanpelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan
e. Dalam upaya menyelenggarkan fungsinya, maka Rumah Sakit Umum
menyelenggarakan kegiatan :
1) pelayanan medis
2) pelayanan dan asuhan keperawatan
3) pelayanan penunjang medis dan non medis
4) pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
7

3. Klasifikasi Rumah Sakit


Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.
340/Menkes/Per/III/2010 rumah sakit dapat di klasifikasikan menjadi
beberpa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan
fasisilitas pelayanan.
a. berdasarkan jenis pelayananya rumah sakit di golongkan menjadi :
1) Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan
subspelialistik. Rumah sakit umum memberikan pelayanan
diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti
dalam, bedah, ibu hamil, anak dan sebagainya.
2) Rumah Sakit Ksusus adalah rumah sakit yang mempuyai fungsi
primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita
yang mempuyai kondisi medic khusus, baik bedah atau non
bedah, misalnya : rumah sakit ginjal, rumah sakit kista, rumah
sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak, dan lain lain.
b. Berdasarkan kepemilikanya yaitu :
1) Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah rumah sakit umum
milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, departemen
pertahanan dan keamanan, maupun badan usaha milik Negara.
Rumah sakit umum pemerintah dapat di bedakan berdasarkan
unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi 4
kelas yaitu kelas A, B, C, D.
2) Rumah Sakit Swasta di bagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Rumah Sakit Umum Swasta pratama yaitu rumah sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medic bersifat
umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas A
b) Rumah Sakit Umum Swasta Madya yaitu rumah sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medic bersifat
umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara degan rumah
sakit pemerintah kelas C
8

c) Rumah Sakit Umum Swasta Umum yaitu rumah sakit yang


memberikan pelayanan bersifat umum, sepesialitik dan
subspesialistik, setara degan rumah sakit pemerintah kelas
B
c. Berdasarkan fasalitas pelayanan dan tempat tidur :
1) Rumah Sakit kelas A yaitu rumah sakit umum yang mempuyai
fasilitas dan kemampuan playanan medic spesialistik dan
subspesialistik luas, degan kapasitas lebih dari 1000 tempat
tidur
2) Rumah Sakit kelas B, di bagi menjadi : rumah sakit B1 yaitu
rumah sakit yang melaksanakan pelayanan medic minimal 11(
sebelas) spesialistik dan belum memilki sub sepesialistik
degang kapasitas 300-500 tempat tidur
3) Rumah Sakit B2 yaitu rumah sakit yang melaksanakan
pelayanan medic spesialistik dan sub spesialistik terbatas
degan kapasitas 500-1000 tempat tidur
4) Rumah Sakit kelas C yaitu rumah sakit umum yang mempuyai
fasiilitas dan kemampuan pelayanan medic dasar, yaitu peyakit
dalam ,bedah, keboidanan ataau kandungan, dan kesehatan
degan kapasitas bed 100-500 tempat tidur
5) Rumas Sakit kelas D yaitu rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medic dasar, degan
kapasitas tempat tidur kurang dari 100

4. Tinjauan asisten keperawatan


1) Fungsi dan tugas asisten keperawatan
a. Membantu pengkajian pasien dan perencanaan asuhan
1) Memeriksa dan mencatat tanda – tanda vital
2) Mengukur tinggi badan dan berat badan
3) Mengukur masukan dan keluaran
4) Mengobsevasi respon pasien terhadap asuhan yang telah di
berikan
9

b. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi dan eliminasi


1) Membirikan makan pasien
2) Menyediakan air minum dan makanan kecil
3) Membantu eliminasi dengan menggunkan bedpens dan urinal
4) Mengosongkan kantung penampunagan urine
c. Membantu masalah mobilitas
1) Mengatur dan merubah posisi
2) Melakukan latihan rentang gerak (Range Of Motion)
3) Memindahkan ke kursi roda atau brankar
4) Membantu berjalan
d. Membantu masalah hygine perorangan dan penampilan diri
1) Memandikan pasien
2) Memberikan perawatan kuku dan rambut
3) Membersihkan mulut
4) Memberikan perawatan gigi
5) Membantu berpakaian
e. Membantu kenyamanan dan mengurangi kecemasan
1) Melindungi privasi pasien dan mempertahankan kerahasiaan
2) Membantu pasien melakukan komunikasi
3) Menyiapkan kompres hangat dan dingin
4) Membantu meningkatkan keamanan pasien dan kebersihan
lingkungan
5) Membereskan tempat tidur
6) Membersihkan dan merawat peralatan
7) Memperhatikan tindakan pencegahan berkaitan dengan oksigen
8) Berpartisipasi dalam latihan prosedur kebakaran dan evakuasi
f. Membantu dalam pengelolaan dan efisiensi ruangan
1) Memandikan pasien
2) Membantu prosedur-prosedur khusus
10

5. Legal Etik Asisten Keperawatan


a. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 8 tahun 2016
tentang penyelenggaraan pekerjaaan Asisten Tenaga Kesehatan
menimbang :
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 10 ayat (3) Undang -
Undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang penyelenggaraan
pekerjaan asisten tenaga kesehatan.
Mengingat:
1) Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2003 Nomor 78, tambahan lembaran Negara Reppublik
Indonesia Nomor 4301)
2) Udang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
4) Sebagaimana Telah Beberapa kali di ubah terakhir degan Undang
– Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 tahu 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah (Lenbaran Negara Republik Indonesia Tahun2015 Nomor
58 Tambahan Lembaran Republic Indonesia Nomor 5679);
5) Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 289, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607);
6) Undang –Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5612);
11

7) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5044);
8) Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5044);
9) Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan tata Kerja
Kementrian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508);
Peraturan Menteri Kesehatan tetang penyelenggaraan pekerjaan
Asisten Teanga Kesehatan yaitu mengenai asisten keperawatan
terdapat pada bab dan pasal sebagai berikut :
a) Bab I Tentang Ketentuan Umum Pasal 1
 Asisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan dini dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
bidang kesehatan di bawah jenjang diploma tiga.
 Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitative yang dilakukan pleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
 Supervisi adalah pengarahan dan pengadilan kepada
asisten tenaga kesehatan yang berada di bawahnya dalam
sesuatu lingkup bidang profesi kesehatan.
12

 Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut pemerintah


presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia yamg dibantu
oleh wakil presiden dan menteri sebagaimana di maksud
dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945
 Pemerinrah Derah adalah gubernur, bupati, dan wilikota
serta perangkat derah sebagai unsure penyelenggara
pemerintahan
 Menteri adalah menteri yang menyelengggarakan usrusan
pemerintahan di bidang kesehatan
 Asosiasi adalah wadah berhimpunya asisten kesehatan
sesuai dengan jenisnya
b) Bab II Tentang Asisten Tenaga Kesehatan Pasal 2
Jenis asisten tenaga kesehatan terdiri atas :
 Asisten perawat
 Asisten tenaga kefarmasian
 Asisten denial
 Asisten teknisi laboratorium medic
 Asisten teknisi pelayanan darah
c) Bab III tentang penyelengaraan pekerjaan (Bagian Kesatu Umum)
 Pasal 3
 Setiap sistem kesehatan yang telah lulus pendidikan wajib
mengikuti uji kompetensi
 Uji kompetensi sebagaimana di maksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
– undangan
 Pasal 4
Dalam melaksanakan pekerjaanya, asisten tenaga kesehatan
tidak memerlukan registrasi dan surat izin
13

 Pasal 5
 Asisten tenaga kesehatan hanya dapat melakukan
pekerjaanya di fasilitas pelayanan kesehatan
 Dikecualikam dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bagi asisten tenaga kefarmasian dapat juga
menjalankan pekerjaanya pada fasilitas produksi dan atau
distribusi sediaan farmasi, perbekalan kesehtan dan alat
kesehatan
 Pasal 6
 Setiap institusi pendidikan tenaga kesehatan wajib
melaporkan lulusan asiten tenaga kesehatan kepada dinas
kesehatan provinsi paling lamabat 3(tiga) bulan setelah
kelulusan
 Pelaporan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dilakukan
dalam rangka pemcatatan oleh dinas kesehatan
d) Bab III Tentang penyelenggaraan pekerjaan(Bagian kedua
supervisi
 Pasal 7
 Asisten tenaga kesehatan hanya dapat melakukan
pekerjaanya di bawah supervivi tenaga kesehatan
 Supervisi oleh tenaga kesehatan sebagaimana pada ayat (1)
dilakukan secara langsung
 Pelaksanaan supervisi sebagaiamana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) di tetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan
 Pasal 8
Dalam rangka pelaksanaan supervisi, dinas kesehatan
kabupaten/kota menetapkan rasio antara jumlah tenaga
kesehatan yang akan melakukan supervisi dengan asisten tenaga
kesehatan yang menjalankan pekerjaan di fasilitas pelayanan
kesehatan, dengan mempertimbangkan :
14

 Jumlah tenaga kesehatan yang akan melakukan supervisi dan


atau tenaga kesehatan lain
 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan lain
 Kebutuhan pelayanan
 Pasal 9
 Dalam menjalankan pekerjaan keperawatan, perawat
disupervisi oleh perawat
 Dalam hal perawat sebagaimana di maksud pada ayat (1)
tidak ada, supervisi dapat dilaksanakan oleh dokter.
 Ketiadaan perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di
tetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
 Pasal 14
Lingkup pekerjaan asisten perawat meliputi :
 Melakukan kebersihan lingkunagan keperawatan pasien,
meja, tempat tidur, dan keleengkapanya
 Melakukan personal hyigine pasien termasuk asistensi
terhadap pasien
 Melakukan pencucian peralatan dan melakukan
dekontaminasi peralatan keperawatan
 Membersihkan dan merapihkan alat tenun dan tempat tidur
pasien
 Melakukan asistensi penggantian alat tenun tempat tidur
yang ada pada pasien di atasnya
 Mengidentifikasi dan melaporkan situasi lingkunagan yang
dapat membahayakan keselamatan klien/pasien
e) Bab V Tentang Pembinaan dan Pengawasan
 Pasal 20
 Menteri, gubernur, dan bupati/walikota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pekerjaan asisten teanga kesehatan
15

 Dalam rangka melaksanakan pembinaan dan


pengawasan sebagaiman dimaksud pada ayat (1),
menteri, gubernur, dan bupati/walikota dapat
mengikutsertakan asosiasi masing – masing jenis
asisten tenaga kesehatan
 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana di maksud
pada ayat (1) dan (2) diarahkan untuk menjaga mutu
pelayanan bidang kesehatan yang di berikan oleh
asisten tenaga kesehatan
 Pasal 21
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana
dimaksud ddalam pasal 20, menteri, gubernur, dan/atau
bupati/walikota, dapat memberikan sanksi administrative
sesuai dengan tugas dan kewenagan masing-masing
Sanksi administrative sebagaimaan di maksud pada
ayat(1) berupa :
 Teguran lisan dan/atau
 Teguran tertulis
f) Bab VI Tentang Ketentuan Peralihan
 Pasal 22
Pada saat peraturan menteri ini mulai berlaku, asisten tenaga
kesehatan yang telah bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
sebelum diundangkanya peraturan mentri ini tetap dapat
bekerja dan harus menyesuaikan dengan ketentuan peraturan
menteri ini paling lama 2 (dua) tahun sejak diundangkanya
peraturan menteri ini
 Pasal 24
Pada saat peraturan menteri ini mulai berlaku, asisten tenaga
kesehatan yang telah lulus pendidikan dan belum
melaksanakan uji kompetensi sebelum diundangkanya
16

peraturan menteri ini di anggap telah melaksanakan uji


kompetensi
b. Keputusan Mentri Tenagakerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor : Kep.148/MEN/III/2007 (TERLAMPIR)

6. Prosedur Tindakan keperawatan Sesuai 19 kompetensi


1. Tindakan pemeriksaan tanda – tanda vital
a. Pengertian
Merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan dalam
system tubuh.
b. Tujuan
1) Untuk mengetahui tentang suhu tubuh pasien
2) Untuk mengetahui denyut nadi ( irama,frekuensi,dan kekuatan)
3) Menilai kemampuan kardiovaskular
4) Mengetahui frekuensi,irama,dan kedalaman pernafasan
5) Menilai kemampuan fungsi pernafasan
6) Mengetahui nilai tekanan darah
c. Rasional Tindakan
1) Mengetahui suhu tubuh pasien secara lebih akurat
2) Memberikan rasa nyaman pada pasien saat tindakan berlangsung
3) Mengetahui nilai tekanan darah pasien lebih akurat
4) Memfleksibelkan waktu pada saat pemeriksaan nadi dan respirasi
pasien
d. Pemeriksaan Klien, Alat dan bahan
1. Persiapan Klien
a) Memberithukan pasien tentang tindakan yang akan di lakukan
b) Memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan aktivitas
lain
c) Memposisikan klien ke posisi supinasi dan tangan pasien pada
posisi polar
2. Persiapan Alat dan Bahan
a) Sphygmomanometer
17

b) 1 buah bak instrumen


c) 1 bengkok
d) 3 buah kom terbuka, yang berisi :

 Cairan klorin
 Air sabun
 Air bersih

e) 1 buah masker
f) 1 pasang hand schoon
g) Thermometer raksa
h) Troly
i) Baki
j) Stetoscop
k) Tissue
l) Sound Timer
m) Buku catatn pasien
e. Prosedur Tindakan
1) Fase Pra interaksi
a) Verifikasi data pasien
b) Mempersiapkan diri
c) Mencuci tangan
d) Mempersiapkan alat
2) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri, dan menanyakan bahasa yang dimengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan di lakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan di lakukan
18

3) Fase Kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien (pasang sampiran)
d) Gumakan APD (hand schooner,masker)
e) Atur posisi pasien (supinasi atau fowler)
f) Lakukan pemeriksaan Suhu Tubuh

 Lakukan pembersihan axila pasien dengan menggunakan


tissue
 Ambil thermometer dan pastikan suhu thermometer
dibawah 35c
 Letakkan thermometer pada axila pasien yang posisinya
jauh dari pemeriksa da posisikan tangan pasien memegang
perut atau dada yang berlawanan

g) Lakukan pemeriksaan Tekanan Darah


 Lipat lengan baju pasien 5-10 cm
 Tentukan arteri brachialis di palpasi dengan dua jari
 Pasang manset sphygmomanometer 3 jari diatas fosa
medra cubity, posisikan agar selang manset searah dengan
arteri brachialis
 Pasang stetoscop ( lalu cek kepekaan) pada arteri
brachialis, tutup skup sphygmomanometer
 Pegang arteri radialis lalu pompa samapai arteri radialis
tidak teraba
 Buka skrup secara perlahan (jarum/air raksa akan
menentukan tekanan sistol dan diastol serta suara akan
terdengar melalui stetokop)
 Setelah terdengar dan mendapatkan hasil buka skrup
sepenuhnya
 Simpan stetoscop dan buka manset serta rapihkan alat
19

 Rapihkan kembali lengan baju pasien


h) Lakukan pemeriksaan denyut nadi selama 1 menit pada arteri
radialis

 Tempelkan dan raba 2 jari tangan pemeriksa pada arteri


radialis
 Kaji beberapa banyak denyutan nadi dalam 1 menit

i) Lakukan pemeriksaan respirasi selama 1 menit


j) Ambil thermomanometer lalu lap dengan tissue kering
k) Lihat hasil, lalu celupkan ke:

 Kom yang berisi larutan sabun (3-5 detik) lalu keringkan


dengan tissue
 Kom yang berisi larutan klorin (3-5 detik) lalu keringkan
dengan tissue
 Kom yang berisi air bersih (3-5 detik) lalu keringkan
dengan tissue

l) Turunkan suhu pada thermometer air raksa sampai dibawah


suhu 35c
m) Simpan thermometer pada tempatnya (rapihkan semua alat
pemeriksaan TTV)
n) Buka APD
o) Evaluasi
p) Terminasi sementara
q) Cuci tangan
r) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan
1. Kurangnya informasi mengenai kondisi pasien
2. Menyulitkan perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan
3. Menyulitkan perawat dalam menentukan tindakan apa yang akan di
lakukan selanjutnya
20

g. Evaluasi
Hasil yang di harapkan dari pemeriksaan TTV yaitu suhu tubuh,
tekanan darah, respirasi,dan denyut nadi dalam keadaan normal.
Perawat mengevaluasi intervensi yang di berikan untuk menunjang
pada pemeriksaan diagnosa yang akan dilakukan.
2. Memandikan Pasien di Tempat Tidur
a. Pengertian
Memandikan pasien di tempat tidur merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara mandiri.
b. Tujuan
1) Menjaga kebrsihan tubuh
2) Menghilangkan bau badan
3) Mengurangi infeksi akibat kulit kotor
4) Memperlancar system peredaran darah,syaraf
5) merelaksasikan otot
6) Menambah kenyamanan pasien
c. Rasional Tindakan
1) Mencegah cidera yang tidak disengaja pada klien selama mandi
2) Mencegah kehilangan panas tubuh secara cepat selama mandi
3) Mengurangi transmisi mikroorganisme
4) Meningkatkan arus balik vena
5) Menyediakan lingkungan bersih
6) Agar kondisi kesehatan kulit tubuh pasien dapat di ketahui
sehingga masalah-masalah yang ada dapat teratasi
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan klien
a) Memberitahukan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Memberiksn kesempatan kepada klien untuk melakukan
aktivitas lain
c) Memposisikan klien (supinasi)
21

2) Persiapan Alat dan Bahan


a) APD (hand schooner,masker)
b) Sabun mandi
c) 2 buah Waskom yang berisi air hangat atau air dingin

 Untuk membilas dan membasahi anggota badan


 Untuk membasuhi dengan sabun

d) 4 buah waslap (muka,badan,genitalia,dan sabun)


e) Selimut mandi (untuk menutupi anggota badn saat memandikan)
f) 2 buah handuk besar ( pengalas,dan untuk mengeringkan)
g) 1 buah perlak berukuran besar
h) Apabila terdapat 2 waslap, tambahkan kpas cebok untuk
membersihkan daerah genitalia
i) Deodoran,bedak,lotion,dll
j) Keranjang pakaian kotor
k) Pakaian bersih dan pembalut jika pasien post partum
l) Sketsel/sampiran
m) Troli
n) Bengkok
o) Baki
p) Tray instrument
q) Waskom berisi larutan desimfektan 0,5%
r) Selimut ganti
s) Kom
e. Prosedur Tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifikasi data pasien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
22

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahsa yang dimengerti
c) Croschek data pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Tanyakan pada pasien apabila ingin menggunakan air hangat
atau air dingin untuk mandi
i) Menanyakan aktivitas/kebutuhan pasien sebelum dilakukan
tindakan
3) Fase Kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan APD (apron,handschoon,masker)
e) Atur posisi pasien

 Supinasi
 Untuk membersihkan daerah wajah, ekstermitas,leher dan
dada,abdomen,serta ekstermitas bawah jika posisi dorsal
recumbent tidak memungkinkan
 Lateral
 Untuk membersihkan daerah punggung
 Dorsal recumbent
 Untuk membersihkan genitalia dan ekstermitas bawah
(dengan menekuk kaki atau lutut satu persatu)

f) Berdiri di sisi atau bagian terdekat dengan pasien


g) Pindahkan bantal terlebih dahulu
h) Buka selimut dari tempat tidur dan ganti dengan selimut mandi
23

i) Pasangkan atau pakaikan handuk dan perlak, pengalas dibawah


kepala pasien sampai daerah servikalis secara horizontal
j) Buka pakaian pasien (pakaian atas)
k) Lakukan tindakan mencuci/membersihkan wajah pasien

 Tanyakan pada pasien apakah mempunyai sabun wajah


khusus atau ingin menggunakan sabun dari Rumah Sakit
 Siapkan waslap dan basahi menggunakan air lalu bersihkan
wajah pasien
 Basuh mata pasien, gunakan ujung waslap yang berbeda
 Usap dari dalam keluar
 Jangan gunakan sabun dekat mata dan wajah kecuali
permintaan dari pasien
 Basahi waslpa dan berikan sabun jika pasien menginginkan,
lalu gosok atau remas waslap sampai berbusa
 Gosokkan/bersihkan wajah pasien dengan waslap yang
berbusa
 Bilas wajah pasien dengan waslap yang berbeda yang sudah
di celupkan kedalam air
 Keringkan wajah dengan handuk

l) Lakukan tindakan mencuci/membersihkan ektermitas atas


 Pindahkan pengalas kebawah lengan yang terjauh dari
perawat
 Ganti waslap yang di gunakan untuk mebilas
 Basahi, sabuni,dan bilas kedua ekstermitas atas pasien
menggunakan waslap pasien menggunakan waslap, dan
perhatikan pula kebersihan axila pasien
 Keringkan ekstermitas atas pasien
 Tanyakan pada pasien apakah ingin menggunakan
deodoran atau tidak
24

 Ulangi tindakan yang sama untuk lengan yang lain (lengan


yang terdekat dengan perawat)

m) Lakukan tindakan mencuci atau membersihkan leher dan dada


 Pindahkan pengalas kebawah punggung atau badan pasien
sampai ke glutea atau pinggang pasien

 Pada saat tindakan di lakukan, selimut mandi tetap


menutupi badan pasien
 Basahi,sabuni,bilas leher,dada dan kelenjar mamae pasien
menggunakan waslap (dengan teknik mmutar pada kelenjar
mamae)
 Keringkan dengan handuk

n) Lakukan tindakan mencuci atau membersihkan abdomen

 Selimut mandi tetap menyelimuti badan atau perut pasien


 Basahi,sabuni,bilas abdomen pasien dengan menggunakan
waslap dari sisi terjauh ke sisi terdekat perawat
 Keringkan dengan handuk
 Berikan kayu putih dan bedak (jika perlu)

o) Lakukan tindakan mencuci atau membersihkan daerah


punggung

 Atur posisipasien dan bantu pasien mengubah posisi


menjadi lateral menghadap perawat
 Selimut mandi tetap menutupi badan sampai punggung
pasien
 Basahi,sabuni,bilas punggung pasien menggunakan
waslap,dengan usapan lembut dan memnajang ketika
membersihkannya
 Keringkan dengan handuk
25

 Beri kayu putih,bedak atau lotion jika perlu


 Pakaikan pakaian atas pasien dengan rapih
 Ambil pengalas dari bawah punggung
 Kembalikan posisi pasien ke posisi semula (supinasi)

p) Lakukan mencuci atau membersihkan ekstermitas bawah

 Letakan pengalas dibawah ektermitas bawah pasien mulai


dari glutea sampai ujung kaki
 Tanggalkan pakaikan bawah pasien
 Minta pasien untuk menekuk lututnya satu persatu untuk
memudahkan membersihkan ekstermitas bawah, dimulai
dari ekstermitas terjauh dari perawat
 Basahi,sabuni,bilas ekstermitas bawah pasien dengan
menggunakan waslap dimulai dari betis bawah pasien,
kelipatan paha,kemudian kepunggung kaki, telapak
kaki,dan jari-jari
 Keringkan dengan handuk
 Usapkan lotion jika perlu
 Ulangi hal yang sama untuk ekstermitas bawah yang
terdekat dengan perawat

q) Lakukan mencuci atau membersihkan genitalia


 Ganti waslap yang di gunakan untuk membilas
 Ubah posisi paien ke posisi dorsal recumbent
 Tanggalkan celana
 Bersihkan daerah genitalia dengan menggunakan kapas
cebok terlebih dahulu :
o Untuk wanita
 Mons pubis/pubis
 Labia mayora kiri dan kanan
 Labia minora kiri dan kanan
26

 Klitoris, lubang vagina sampai perineum


 Vestibulum dan anus
o Untuk laki-laki
 Mons pubis/ pubis
 Venis beserta lipatannya
 Anus
 Basahi, sabuni,dan bilas genitalia pasien dengan
menggunakan waslap
 Keringkan genitalia dengan hati-hati
 Ganti celana dalam dengan yang bersih beserta
pembalutnya jika pasien post partum
 Pakaikan lotion
 Pakaikan celana pasien
r) Ambil handuk dan perlak lalu simpan ke keranjang yang
tersedia
s) Kembalikan posisi kaki pasien ke posisi semula
t) Ganti selimut mandi dengan selimut baru kemudian rapihkan
posisi pasien ke posisi nyaman dan aman serta pasang kembali
bantal pasien
u) Lakukan evaluasi
v) Terminasi sementara
w) Rapihkan semua alat
x) Buka APD
y) Cuci tangan
z) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Gangguan integritas kulit
2) Gangguan kebutuhan rasa nyaman
3) Gangguan kebutuhan di cintai dan mencintai
4) Gangguan interaksi social
5) Gangguan kebuuhan harga diri
27

g. Evaluasi
Hasil yang di harapkan dan tindakan memandikan pasien di tempat
tidur kebersihan klien dapat terjaga sehingga tidak timbul masalah
baru dari kebersihan diri. Setelah dilakukannya tindakan tersebut,
pasien terlihat lebih segar dari sebelumnya dan pasienpun merasa
lebih nyaman.
3. Mencuci Rambut pasien di Tempat Tidur
a. Pengertian
Mencuci rambut pasien di tempat tidur adalah tindakan keperawatan
yang di lakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
untuk mencuci rambut sendiri dengan menghilangkan kotoran rambut
dari kulit kepala dengan menggunakan sampo atau sabun.
b. Tujuan
1) Memberikan perasaan senang dan segar kepada klien
2) Menjaga rambut tetap besrih,rapih,dan terpelihara
3) Merangsang peredaran darah dibawah kulit kepala
4) Membersihkan kutu atau ketombe
5) Menambah kenyamanan pasien/ membantu merelaksasikan pasien
c. Rasional tindakan
1) menghilangkan rambut kusut, sel kulit mati, dan ketombe
2) Menstimulasi sirkulasi kulit kepala
3) Memberi kenyamanan bagi klien dan memberi rasa sejuk pada
kepala
4) Mengurangi transmisi mikroorganisme
5) Mengkaji drajat kekuatan, status kulit kepala dan meningkatkan
sirkulasi darah ke kulit kepala
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan di lakukan
pada pasien/ keluarga
28

b) Memberikan kesempatan pada pasien untuk melakukan


aktivitas lain
c) Memposisika pasien pada posisi yang nyaman
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Handuk 2 buah
b) APD (apron,hand schoon,masker)
c) 3 buah sampo (untuk rambut ketombe,rambut rontok,dan
rambut normal)
d) 2 buah ember (penampung air bersih,dan air kotor)
e) Sampiran
f) 2 buah kain kassa berbentuk persegi (untuk menutup kedua
mata) dan 2 buah kassa berbentuk persegi panjang (untuk
menggosok pangkal rambut)
g) Kapas gulung kecil 2 buah (untuk menutupi daerah telinga)
h) Gayung
i) 2 buah kain pel/lap/keset
j) 2 buah sisir
k) 2 buah bengkok (1 bengkok berisi larutan desinfektan 2-3%
dan 1 bengkok untuk menampung sampah medis)
l) Tray instrument
m) Baki berpengalas
n) Baskom yang berisi larutan desinfektan 0,5%
e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data pasien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di mengrti
29

c) Crosscheck identitas pasien


d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanykan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan (di awali dengan mempersiapkan air hangat)
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD (apron,masker,handscoon)
e) Atur posisi pasien (terlentng dengan kepala di tepi tempat tidur,
tetapi posisi awalduduk di atas tempat tidur untuk tindakan
penyisiran rambut)
f) Menyisir rambut pasien (dengan posisi duduk di atas tempat
tidur dan di alasi bengkok yang berisi larutan desinfektan 2-
3%, bisa juga dengan posisi tidur terlentang dengan kepala di
tepi tempat tidur dan berada pada bak mencuci rambut) sambil
kaji kondisi rambut pasien dan tanyakan apakah ingin
menggunakan sampo pribadi khusus atau sampo yang telah di
sediakan oleh Rumah Sakit
g) Pasang handuk pada dada dan punggung atau bawah kepala
pasien
h) Posisikan kepala pasien di bak pencuci rambu
i) Tutup mata pasien dengan menggunakan kassa atau waslap dan
kedua telinga menggunakan kapas
j) Basahi atau siram terlebih dahulu rambut pasien
k) Gosok pangkal rambut pasien dengan menggunakan kain kassa
yang sudah di beri sampo kemudian urut/pijat dengan ujung
jari
l) Bilas rambut dengan air sampai bersih lalu peras rambut pasien
30

m) Lepas kassa penutup mata dan kapas penutup telinga


n) Angkat kepala dari bak pencuci rambut dan keringkan dengan
handuk yang terpasang pada punggung pasien
o) Sisir rambut pasien dengan sisir kedua yang bersih dan dialasi
oleh bengkok yang berisi larutan desinfektan
p) Rapihkan handuk dari dada dan punggung pasien
q) Kembalikan posisi pasien ke poisi semula
r) Rapihkan alat
s) Buka APD
t) Lakulakn evaluasi
u) Terminasi sementara
v) Cuci tangan
w) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan
1) Gangguan kebutuhan rasa nyaman
2) Gangguan kebutuhan harga diri
3) Gangguan pada kulit kepala
4) Gangguan interaksi social
g. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan mencuci rambut pasien di tempat
tidur yaitu kebersihan kulit kepala dan rambut dapat terjaga sehingga
tidak timbul masalah baru. Setelah dilakukannya tindakan tersebut
pasien terlihat lebih segar dari sebelumnya.
4. Oral Hygiene
a. Pengertian
Oral hygiene menggosok gigi dan membersihkan mulut pasien di
tempat tidur merupakan tindakan menyikat gigi pasien dan
membersihkan mulut secara teratur.
Oral hygiene adalah tindakan membersihkan dan menyegarkan
mulut,gigi,dan gusi (Clark dalam Shocker,2008)
b. Tujuan
31

1) Meningkatkan daya tahan tubuh


2) Mencegah terjadinya penyakit infeksi baik setempat maupun
penularan melalui mulut
3) Memberikan perasaan segar pada klien
4) Menghindari bau mulut
5) Mmbantu menambah nafsu makan pasien
c. Rasional Tindakan
1) Membuat sekresi mengalir dari mulut dan tidak menumpuk di
belakang faring
2) Membersihkan gigi dan mukosa
3) Mengurangi transmisi perpindahan mikroorganisme
4) Mempertahankan kenyamanan klien
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Memberitahukan klien tindaka yang akan dilakukan
b) Menjelaskan proses tindakan
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) APD (masker dan handschoon)
b) Handuk dan perlak
c) Kassa atau depper yang di basahi larutan Nacl
d) Penlight
e) Tongue spatel
f) 2 buah pinset anatomis
g) Larutan Nacl
h) Air matang
i) 2 buah gelas
j) Pasta gigi
k) Sikat gigi
l) Mounth wash
m) Borax gliserin/gom
n) Kapas lidi
32

o) Kom
p) Baskom yang berisi larutan desinfektan
q) Baki berpengalas
r) 2 buah nirbeken
s) Keranjang untuk handuk dan perlak kotor (jika perlu)
t) Tray instrument
u) Tissue
v) Plester (untuk membalut tongue spatel dengan kassa)
e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data pasien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
f) Kontrak waktu
g) nform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD (masker dan hand schoon)
e) Atur posisi klien (fowler/semi fowler)
33

f) Pasang handuk pada daerah dada pasien dan perlak pada daerah
paha
g) Lakukan pengkajian pada mulut pasien dengan menggunakan
penlight dan tongue spatel yang dibalut dengan kassa. Kaji
adanya karies gigi, stomatitis, gingivitis, penggunaan gugi
palsu,glositis dan tanyakan apakah pasien mempunyai keluhan
gigi sensitive,labioskizis,atau labiopalatoskizis.
h) Lakukan pembersihan gusi,lidah serta langit-langit (palatum
i) menggunakan kassa yang sudah di basahi larutan Nacl,
kemudian kassa di lintingkan ke pinset anatomi, lakukan
pembersihan dengan cara di bulat-bulat pergerakannya (dari
belakang ke depan kemudian dari atas ke bawah, dan dari
belakang ke depan, lalu dari bawah ke atasuntuk tindakan pada
gusi).
j) Lidah di julurkan, lalu lakukan pembersihan lidah
menggunakan pinset anatomis yang dibalut kassa yang sudah di
basahi dengan Nacl. Lakukan pembersihan lidah dari pangkal
lidah ke ujung lidah.
k) Lakukan pembersihan langit-langit mulut dengan cara menekan
lidah pasien menggunakan tongue spatel, lalu bersihkan langit-
langit menggunakan pinset anatomis yang dibalut dengan kassa
dari sisi yang terjauh ke sisi yang terdekat dengan perawat.
l) Anjurkan pasien untuk berkumur menggunakan air matang
terlebih dahulu
m) Tuangkan pasta gigi ke sikat gigi terlebih dahulu,kemudian
sikat gigi pasien dari arah yang terjauh ke yang terdekat dengan
cara memutar
n) Anjurkan pasien untuk berkumur kembali
o) Berikan obat kumur, tuangkan kedalam gelas,kemudian setelah
selesai usap atau lap mulut pasien menggunakan tissue
34

p) Berikan gom/borax gliserin pada daerah yang terdapat


stomatitis dan pada bibir untuk melembabkan dengan
menggunakan kapas lidi
q) Rapihkan handuk dan perlak
4) Fase terminasi
r) Atur posisi pasien ke posisi semula
s) Evaluasi
t) Terminasi sementara
u) Rapihkan semua alat
v) Buka APD
w) Cuci tangan
x) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Kerusakan pada gigi
2) Mengganggu kesehatan mulut
3) Mengurangi nafsu makan
4) Menyebabkan bau mulut
g. Evaluasi
Hasil yang di harapkan dari tindakan oral hygiene adalah agar pasein
merasa lebih nyaman di daerah mulutnya, dan menambah nafsu
makan sehingga dapat mempercepat penyembuhannya.
5. Tindakan memotong dan membersihkan kuku tangan dan kaki pasien di
tempat tidur
a. Pengertian
Merupakan tindakan personal hygiene yang bertujuan untuk
meminimalisir atau menghilangkan bakteri dan virus yang terdapat di
kuku dan sekitar area kuku demi tercapainya insan yang sehat jasmani
dan rohani.
b. Tujuan
1) Memberikan rasa nyaman pada pasien
2) Menjaga kebersihan tangan dan kaki
35

3) Mencegah timbulnya luka (infeksi)


4) Mencegah kaki berbau tidak sedap
5) Mengkaji atau memonitor masalah-masalah yang terjadi pada
kuku tangan dan kaki
c. Rasional Tindakan
1) Mengurangi perpindahan mikroorganisme
2) Larutan desinfektan membunuh mikroorganisme yang ada pada
kuku
3) Pelunakan kutikula meningkatkan kemudahan pengangkatan sel
mati
4) Pengikiran menghambat pertumbuhan jamur dan mencegah
meserasi jaringan
5) Pengikiran kuku mencegah pemotongan kuku terlalu dekat dengan
pangkal kuku
6) Mengurangi insiden inflamasi katikula
7) Friksi melepaskan lapisan kulit mati
d. Persiapan klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan klien
a) Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan
yang akan di lakukan
b) Jaga privasi klien
c) Posisikan pasien sesuai dengan kebutuhan
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) APD ( masker,handschoon)
b) 2 buah bengkok berisi larutan desinfektan 2-3%, dan untuk
sampah medis
c) Baskom berisi air hangat
d) Perlak dan pengalas
e) Handuk kecil
f) Sikat kuku
g) Gunting kuku
36

h) Sabun
i) Aceton dan kapas
j) Lotion dan oil
k) Kain pel
l) Waslap
m) Baskom yang beisi larutan desinfektan 0,5%
n) Keranjang untuk kain kotor
o) Troli

e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verivikasi data pasien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan makud dan tujuan tindakan yang akan di lakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan di lakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
37

c) Jaga privasi pasien


d) Gunakan APD
e) Atur posisi pasien (fowler atau semi fowler)
f) Perawatan kuku tangan :
 Pasang pengalas di bagian paha klien
 Simpan baskom yang berisi air hangat diatas pengalas
 Rendam tangan klien dalam baskom yang berisi air hangat
selama 1-2 menit, kemudian angkat atau pindahkan
baskom dari atas paha klien dan letakkan tangan di atas
pengalas, lalu keringkan dengan handuk
 Sikat kuku pasien dengan menggunakan sabun secara satu
arah, lalu bilas dengan menggunakan waslap yang sudah di
basahi air
 Letakkan bengkok yang berisi larutan desinfektan 2-3% di
atas paha pasien,kemudian letakkan tangan pasien di atas
bengkok tersebut agar pada saat pemotongan kuku tidak
berantakan atau berserakan
 Potong kuku pasien sesuai dengan kelengkungan kuku
pasien
 Setelah di potong kemudian kikir kuku pasien agar rata
g) Perawatan kuku kaki

 Atur posisi pasien (dorsal recumbent)


 Pasang pengalas di bawah kaki pasien
 Letakkan baskom di atas pengalas atau di bawah kaki
pasien
 Rendam kaki pasien di dalam baskom yang berisi air
hangat selama 1-2 menit, kemudian angkat baskom dari
atas pengalas, lalu keringkan kaki pasein dengan
menggunakan handuk
38

 Sikat kuku pasien dengan sabun secar satu arah lalu bilas
dengan waslap yang sudah di basahi air
 Letakkan bengkok di atas pengalas/ di bawah kaki pasien
(bengkok yang berisi larutan desinfektan 2-3%), kemudian
letakkan kaki pasien di atas bengkok tersebut satu persatu
 Potong kuku pasien secar hati-hati dengan bentuk lurus dan
ujung pinggir tumpul, kemudian kikir kuku agar tidak
tajam
 Ambil pengalas dari bawah kaki pasien kemudian atur
posisi pasien ke seperti semula
 Rapihkan alat
 Buka APD
 Evaluasi terminasi sementara
 Cuci tanagan
 Lakukan pendokumentasian

f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan


1) Dapat terjadi diare
2) Infeksi cacing kremi
3) Infeksi kuku
g. Evaluasi
Evaluasi secara umum menilai adanya kemampuan untuk
mempertahankan kebersihan kuku di tandai dengan keadaan kuku
bersih, tidak ada tanda-tanda radang di sekitar kuku, pertumbuhan
baik dan tidak ada bau yang khas dari kuku.
6. Tindakan menyiapkan tempat tidur pasien
a. Pengertian
1) Unocuoied Bed ( tempat tidur yang belum ada pasien di atasnya)
a) Tempat tidur tertutup (Closed bed)
Merupakan tempat tidur yang sudah di siapkan dan masih
tertutup dengan sprei tertutup (ovr laken) di atasnya
39

b) Tempat tidur terbuka (Open Bed)


Merupakan tempat tidur yang sudah di siapkan tanpa sprei
penutup (over laken)
c) Tempat tidur pasien pasca operasi (Aether Beed)
Merupakan tempat tidur yang di siapkan ntuk pasien pasca
operasi yang mendapat nastose (obat bius)
2) Occupied Bed ( menyiapkan tempat tidur psien dengan pasien di
atasmya)
Merupakan tindakan mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur
pasien tanpa memindahkan pasien.

b. Tujuan
1) Unoccupied Bed
a) Tempat tidur tertutup (Closed Bed)
 Agar siap pakai sewaktu-waktu
 Agar tampak slalu rapih
 Memberikan perasaan senang dan nhaman pada pasien
b) Tempat tidur terbuka (Open Bed)
 Dapat segera di gunakan
 Dilakukan jika ada pasien yang dapat atau boleh turun
dari tempat tidur
c) Tempat tidur pasien pasca operasi (Aether Bed)
 Menghangatkan pasien
 Mencegah komplikasi pasca operasi
2) Occupied Bed
a) Memberikan perasaan senang pada pasien
b) Mencegah terjadinya decubitus
c) Memberikan kebersihan dan kerapihan
c. Rasional tindakan
1) Mencegah penyebaran mikroorganisme
2) Menjadikan tempat tidur rapih
40

3) Memberikan perasaan nyaman pada pasien


4) Mencegah timbulnya penyakit atau komplikasi
5) Mencegah kotoran agar tidak langsunng mengotori kasur
d. Persiapan klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan klien
a) Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan (
Occupied Bed dan jika pasien sadar)

b) Memposisikan sesuai dengan kebutuhan


2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Tempat tidur,kasur, bantal,serta APD
b) Alat tenun yang di susun menurut pemakaiannya :
 Alat kasur
 Laken/sprei besar
 Perlak
 Stik laken
 Boven laken
 Selimut di lipat terbalik (bagian dalam selimut dapat di
luar)
 Sarung bantal
 Over laken atau sprei penutup (Closed Bed)
c) Untuk Aether Bed tambahkan :
 Satu selimut tebal pada alat tenun tempat tidur terbuka
 2 buah buli-buli panas atau warm water zark dengan
suhu 40c-43c, perlak dan handuk dalam satu gulungan
dengan handuk di bagian dalam
 Thermometer air (jika ada)
d) Untuk Occuoied BeD
 Alat tenun bersuh di susun menurut pemakaiannya
 Kursi atau bangku
 Tempat air kotor yang tertutup
41

 2 ember kecil berisi larutan desinfektan (lisol 1%) dan


air bersih
 Lap kerja 3 buah

e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verivikasi data pasien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat

2) Fase orientasi jika Occupied Bed


a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan makud dan tujuan tindakan yang akan di lakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan di lakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien ( Occupied Bed)
d) Gunakan APD
e) Atur posisi pasien sesuai kebutuhan (Occupied Bed)
f) Untuk Close Bed dan Open Bed
 Letakkan alat tenun yang sudah di susun pemakaiannya di
dekat tempat tidur pasien
 Pasang alas kasur dan kasur
42

 Pasang laken atau sprei besar dengan ketentuan berikut :

 Garis tengah lipatan diletakkan tepat di tengah kasur


 Bentangkan sprei, masukkan sprei bagian kepala ke
bawah kasur kurang lebih 30cm, demikian juga pada
kaki
 Pada ujung setiap sisi kaur bentuk sisi 90, lalu
masukkan seluruh tepi sprei ke bawah kasur dengan
rapih dan tegang
 Letakkan perlak melintang pada kasur kurang lebih
50cm,dari bagian kepala

 Letakkan stik laken di atas sprei melintang, kemudian


masukan sisi-sisinya ke bawah kasur bersama dengan perlak
 Pasang boven laken pada kasur daerah bagian kaki, pada
bagian atas yang terbalik masukkan ke bawah kasur kurang
lebih 10cm kemudian ujung sisi bagian bawah(kaki)
dibentuk 90 dan masukkan ke bawah kasur, tarik sisi atas
samapai terbentang
 Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas
yang terbalik di masukkan bawah kasur kurang lebih 10cm
kemudian ujung sisinya di bentuk 90 dan masukkan ke
bawah kasur, tarik sisi atas sampai terbentang
 Lipat ujung atas boven laken sammpai tampak garis atau
pitanya
 Masukan bantal kedalam sarungnya dan letakkan di atas
tempat tidur denga bagian yang terbuka di bagian bawah
 Pasang sprei penutup atau over laken (Closed Bed)
 Buka APD
 Cuci tangan
g) Aether Bed
43

 Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan


gulungan perlak dan handukpada bagian kepala
 Pasang selimut tambahkanhingga menutupi seluruh
permukaan tempat tidur
 Letakkan buli-buli panas pada sprei dan selimut pada
bagian kaki arahkan mulut buli-buli ke punggir tempat
tidur
 Angkat buli-buli panas sebelum pasien di baringkan
setelah kembali dari kamar bedah
 Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari
atas tempat tidur pada salah satu sisi tempat masuknya
psien, sampai batas pinggir kasur, lalu lipat sampai sisi
yang lain
 Buka APD
 Cuci tangan

h) Occupied Bed

 Bawa alat yang sudah di siapkan ke dekat pasien


 Bersihkan rangka tempat tidur pasien
 Letakan bantal dan selimut pasien yang tidak perlu di kursi
 Miringkan pasien ke satu sisi (jika perlu ganjal
menggunakan bantal)
 Lepaskan alat tenun pada bagian yang kosong, dari bawah
kasur lalu gulung satu persatu sampai dengan di bawah
punggung pasien
 Bersihkan tempat tidur dengan lap lembab larutan
desinfektan,lalu lap,dengan lap kering
 Bentangkan sprei besar bersih dan gulungkan setengah
bagian, letakkan gulungannya di bawah pungggung pasien,
44

letakkan setengah bagian lagi kemudian pasangkan di


bawah kasur
 Gulung perlak dan ratakan kembali
 Bentangkan stik laken bersih di atas perlak,lalu masukan
ke bawah kasur bersama dengan perlak
 Setelah selesai dan rapih pada satu bagian,miringkan
pasien ke arah yang berlawanan tadi yang telah di
bersihkan
 Lepaskan alat tenun yang kotor dari bawah kasur
 Angkat stik laken dan masukkan ke tempat kain kotor
 Bersihkan perlak seperti tadi kemudian gulung ke tengah
 Lepaskan laken kotor kemudian letakkan ke keranjang kain
kotor
 Bersihkan alat tempat tidur dan kasur seperti tadi
 Buka gulungan laken dari bawah punggung pasien, tarik
dan ratakan setegang mungkin, kemudian masukkan ke
bawah kasur
 Pasang perlak dan stik laken seperti tadi
 Lepaskan sarung bantal dan guling yang
kotor,ratakan,kemudian pasang sarung bantal dan guling
yang bersih
 Susun bantal, lalu baringkan kembali pasien dalam posisi
yang nyaman
 Ganti selimut kotor dengan yang bersih
 Bereskan alat dan kemudian kembalikan ke tempatnya
 Buka APD
 Evaluasi
 Terminasi sementara
 Cuci tangan
 Lakukan pendokumenasian
45

f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan


1) Menyebabkan gangguan integritas kulit
2) Menyebabkan infeksi jamur atau bakteri
3) Menyebabkan alergi
4) Menyebabkan regenerasi kulit terhambat
g. Evaluasi
Menyiapkan tempat tidur telah selesai, kemudian mengobservasi
kerapihan dan kelengkapan tempat tidurnya

7. Tindakan membantu pasien melakukan Eliminasi Urine dan Elimimnasi


Alvi
a. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urine atau feses. Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi 2 yaitu
eliminasi urine dab eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar)
b. Tujuan
1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2) Agar pasien tidak mengotori alat tenun
3) Agar keadaan pasien tetap bersih sehingga kulit tidak lengket
4) Untuk mengurangi pergerakan pada pasien yang tirah
baring(bedrest)
c. Rasional Tindakan
1) Agar terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
2) Agar pasien dan alat tenun tetap bersih
3) Agar dapat memperoleh bahan atau sample pemeriksaan lab
46

4) Menampung urine dan feses sehingga dapat mengetahui kelainan


urine dan feses
d. Persiapan Klien,Alat dan Bahan
1) Persiapan klien
a) Menjelaskan proedur yang akan dilakukan
b) Memposisikan pasien dengan posisi dorsal recumbent
c) Memberikan kesempatan untuk melakukan aktifitas lain
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Urinal dan pispot (bedpan)
b) Perlak dan pengalas
c) APD ( masker dan hanschoon)
d) Traya instrument
e) Bengkok
f) Air dalam botol
g) Tissue atau handuk kecil
h) Kapas cebok
i) Baki dan pengalas
j) Selimut
k) Kom
l) Sketsel
m) Baskom yang berisi larutan desinfektan 0,5%
e. Prosedur Tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data pasien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
47

c) Crosscheck identitas pasien


d) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
e) Kontrak waktu (jika perlu dan di sesuaikan dengan kebutuhan
eliminasi klien)
f) Inform consent
g) Memberikan kesempatan pada pasien untuk melakukan
aktivitas lain
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD
e) Atur posisi pasien (dorsal recumbent), dimana selimut pasien
tetap menutupi anggota badannya
f) Pasang perlak dan pengalas dibawah glutea
g) Pasang selimut (jika psien tidak memakai selimut)
h) Lepaskan pakaian bawah pasien
i) Letakkan urinal atau pispot diantara kedua paha klien. Untuk
pria, ujung penis masuk ke lubang urinal
j) Anjurkan pasien untuk berkemih
k) Setelah selesai, bersihkan daerah genitalia dan anus pasien
dengan menyiramkan air, kemudian bersihkan dengan kapas
cebok
l) Angkat urinal atau pispot dari tempat tidur pasien lalu tutup
dan letakkan dibawah troli dengan segera
m) Keringkan daerah genitalia dan anus pada pasien
n) Angkat perlak dan pengalas dari bawah glutea pasien
o) Pasangkan kembali pakaian bawah pasien
4) Fase Terminasi
a) Posisikan pasien ke posisi semula
b) Rapihkan alat
48

c) Buka APD
d) Evaluasi tindakan
e) Mengakhiri pertemuan
f) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Tidak terpenuhinya kebutuhan eliminasi
2) Sulit memperoleh sample pemeriksaan laboratorium
3) Mengganggu kenyamanan pasien

g. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan membantu eliminasi urine dan
alvi pasien dapat terpenuhinya kebutuhan eliminasi pasien sehingga
pasien pun merasa nyaman serta tindakan ini dapat membantu dalam
proses pemeriksaan laboratorium
8. Tindakan Melakukan Kompres Hangat dan Kompres Dingin pada pasien
di tempat Tidur
a. Pengertian
Merupakan tindakan dengan memberikan rasa nyaman atau rasa
hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Sedangkan kompres dingin merupakan salah satu cara untuk
menurunkan rasa nyeri dengan pemberian rangasangan pada kulit
disebut stimulasi kulit.
b. Tujuan
1) Kompres Hangat
a) Memperlancar sirkulasi darah
b) Menurunkan sushu tubuh
c) Mengurangi rasa sakit
49

d) Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien


e) Memperlancar pengeluaran eksudat
f) Merangsang peristaltik usus
2) Kompres Dingin
a) Mencegah peradangan meluas
b) Mengurangi kongesti
c) Mengurangi perdarahan setempat
d) Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
c. Rasional Tindakan
1) Kompres Hangat
a) Mengurangi rasa nyeri yang timbul pada bagian tubuh pasien
b) Memberi rasa nyman pada pasien
c) Memberi respon hangat pada hipotalamus sehingga
menurunkan suhu tubuh
d) Agar pengeluaran eksudat lancer
2) Kompres Dingin
a) Dapat menjadi pertolongan pertama pada cidera
b) Agar peradangan pada daerah tertentu tidak meluas
c) Agar rasa sakit dapat berkurang
d) Perawatan lanjutan setelah pengobatan
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan klien
a) Memverifikasi data psien
b) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
c) Menjelaskan prosedur tindakan
d) Menjaga privasi klien
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Kompres Hangat

 APD (masker, handscoon)


 Waskom berisi air hangat sesuai kebutuhan 40-60C
50

 Perlak dan pengalas


 Lap kerja
 Termos berisi air panas
 Waslap/ handuk kecil/kassa
 Buli-buli (WWZ) dan sarungnya
 Thermometer air panas
 Bak instrument berisi 2 buah kassa dengan ukuran
sesuai
 Kassa perban atau kain segitiga
 Pinset anatomis 2 buah
 Bengkok 2 buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol
3% beserta kom

b) Kompres Dingin
 APD
 Kom berisi air biasa/ air es
 Perlak dan pengalas
 Waslap/ kain kassa beberapa potong
 Selimut (jika perlu)
 Sampiran (jika perlu)
 Baki dan pengalasnya
 Kirbat es dan sarungnya
 Kom berisi potongan-potongan kecil es
 Lap kerja
e. Prosedur Tindakan Kompres Hangat dan digin
Kompres hangat
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data pasien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
51

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD
e) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
f) Memasang pengalas dibawah daerah yang akan di kompres
g) Celumpkan waslap/handuk kecil kedalam air hangat
h) Peras waslap/handuk kecil agar tidak terlalu basah
i) Simpan waslap pada daerah yang akan di kompres
j) Lakukan pengompresan selama 15-30 menit
k) Untuk kompres hangat pada luka :
 Buka balutan perban bila diperlukan. Kemudian buka
bekas balutan kedalam bengkok
 Ambil beberapa potong kassa dengan pinset dari bak steril,
lalu masukan kedalam kom yang berisi air hangat
 Kemudian ambil kassa tersebut, lalu bentangkan dan
letakkan pada area yang akan di kompres
 Bila klien mentoleransi kompres hangat tersebut, lalu di
tutup/ dilapisi kain kassa kering. Selanjutnya di balut
dengan kassa perban atau kain segitiga
52

 Lakukan pijat ini selama 15-30 menit atau sesuai program


anti balutan kompres tiap 5 menit
l) Buka APD
m) Atur posisi pasien ke posisi semula
n) Rapihkan semua peralatan
o) Kompres Hangat kering :

 Lakukan pemasangan terlebih dahulu pada buli-buli panas


dengan cara:
 Mengisi buli-buli dengan air panas, lencangkan
penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli berulang-
ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang di
inginkan (50-60C)
 Isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih
setengah bagian dari buli-buli tersebut lalu keluarkan
udaranya dengan cara :
 Letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat
datar
 Bagian atas buli-buli dilipat sampai terlihat permukaan air
di leher buli-buli
 Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat
 Periksa buli-buli apakah bocor atau tidak
 Bawa buli-buli ke dekat klien
 Letakkan buli-buli pada daerah yang memerlukan
 Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetahui
kelainan yang timbul akibat pemberian kompres dengan
buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan, dan
seterusnya
 Ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang denegan
air panas lagi, sesuai yang di perlukan
 Bereskan alat apabila sudah selesai
53

Kompres Dingin
1) Fase prainteraksi
a) verifikasi data pasien
b) persiapan diri
c) cuci tangan
d) persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck data pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan di
lakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Kompres Dingin Basah :
 Cuci tangan
 Dekatkan alat
 Jaga privasi pasien
 Gunakan APD
 Mengatur posis pasien ke posisi senyaman mungkin
 Pasang pengalas pada area yang akan di kompres
 Masukkan beberapa waslap atau kain kassa kedalam air
biasa/air es lalu di peras sampai lembab
 Letakkan waslap/kain kassa pada daerah yang akan di
kompres
54

 Mengganti waslap/ kain kassa dengan


waslap/kainkassa yang baru yang usdah di rendam
dalam air biasa atau air es
 Observasi reaksi yang timbul pada pasien
 Angkat waslap atau kain kassa bila sudah selesai
b) Kompres Dingin Kering :
 Memeriksa kirbat es bocor/tidak dengan memasukkan
air kedalam kirbat es
 Memasukkan potongan es kedalam kom supaya pinggir
es tidak tajam
 Mengisi kirbat es kurang lebih setengah bagian dari
kirbat tersebut
 Mengeluarkan udara dari kirbat es/ eskap dengan
melipat bagian yang kosong, lalu di tutup rapat
 Keringkan kirbat es dengan lap, kemudian masukkan
kedalam sarungnya
 Letakkan pengalas dibawah bagian tubuh yang akan di
pasangkan kirbat es/waslap
 Meletakkan kirbat es/eskap pada bagian yang
memrlukan kompres dengan kepala kirbat mengarah
keluar tempat tidur
 Mengombservasi reaksi yang timbul pada klien,
misalnya iritasi kulit, nyeri mati rasa
 Mengangkat kirbat es/eskap bila sudah selesai atau
tidak di butuhkan lagi
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi respon klien
b) Rapihkan klien dan alat
c) Lakukan terminasi sementara dan akhiri kegiatan lalu beri
salam
55

d) Cuci tangan
e) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak Terhadap KDM apabila Tidak di Lakukan
1) Kompres Hangat
a) Terganggunya rasa nyaman
b) Rasa nyeri yang timbul tidak berlangsung
2) Kompres Dingin
a) Pembengkakkan kulit
b) Gangguan rasa nyaman
c) Gangguan integritas kulit
d) Gangguan interaksi sisoal
e) Gangguan kebutuhan harga diri

g. Evaluasi
1) Kompres Hangat
Setelah di lakukan tindakan kompres hangat, di harapkan rasa
nyeri pada berkurang dan suhu tubuh pasien menurun
2) Kompres Dingin
Setelah di lakukan kompres dingin, diharapkan pasien merasa
nyaman dan pasien merasa nyeri dari lukanya menjadi ringan
setelah tindakan di lakukan
9. Tindakan Pemberian Nutrisi pada Pasien Melalui Feeding Tube atau
Naso Gastrik Tube
a. Pengertian
Memberikan makan melalui selang lambung (enteral) yaitu berupa
makanan cair adalah proses pemberian makanan melalui saluran cerna
dengan menggunakan selang NGT kea rah lambung.
Memberikan nutrisi melalui NGT adalah memberikan makan dalam
bentuk cair dan minum melalui selang atau pipa NGT kepada klien
yang tidak mampu makan secara normal. (Ellet, 2004).
b. Tujuan
56

1) Memenuhi kebutuhan nutrisi klien


2) Mempertahankan fungsi usus
3) Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna
4) Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran
pencernaan
5) Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa
c. Rasional Tindakan
1) Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus
2) Mengurangi proses katabolic
3) Mempertahankan kebutuhan nutrisi
4) Integritas mukosa saluran cerna tetap terjaga
5) Mempercepat penyembuhan luka
6) Agar fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna tetap terjaga
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Beritahu klien tentang tindakan yang akan di lakukan
b) Klien menyiapkan diri agar tidak terjadi sesuatu saat tindakan
di lakukan, seperti klien merasa takut saat selang di masukkan
c) Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler atau fowler
d) Membentangkan perlak dan pengalas di bawah dagu atau di
daerah dada klien
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) APD ( maske,handschoon bersih,r dan handscoon steril)
b) Bak intrumen
c) Spuit ukuran 20 cc dan 50 cc
d) Klem
e) Plester
f) Gunting plester
g) Gel
h) Bengkok
i) Air matang
57

j) 2 buah gelas (1 gelas untuk nutrisi, 1 gelas untuk air minum


yang akan di berikan)
k) Kom berisi air matang
l) Tissue
m) Handuk dan perlak
n) Penlight
o) Stetoscop
p) Selang NGT
q) Bol point
r) Baki berpengalas
s) Baskom yang berisi larutan desinfektan 0,5%
t) Keranjang untuk kain tenun kotor

e. Prosedur Tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data psien
b) Pesiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
58

b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD
e) Mengatur posis pasien ke posisi fowler/ semi fowler
f) Pasangkan handuk dan pengalas pada daerah dada pasien
g) Lakukan pembersihan pada rongga hidung pasien dengan
menggunakn tissue
h) Periksa rongga hidung pasien dengan menggunakan penlight
untuk menentukan rongga hidung yang akan di pasang selang
NGT dan pastikan tidak ada pembesaran polip
i) Siapkan 2 helai plester yang berukuran 5 cm dan 3 cm
j) Ganti handschoon dengan handscoon steril
k) Lakukan pengukuran selang NGT dari ujung daun telinga ke
cuping hidung dan dari cuping hidung ke prosesus xipoides
l) Apabila sudah terdapat ukuran beri tanda dengan
menggunakan bolpoint
m) Klem ujung selang NGT
n) Lumasi selang NGT dengan menggunakan gel kurang lebih
10cm atau sampai tanda bolpoin
o) Tengadahkan kepala pasien, dan pasang selang NGT
p) Masukan selang NGT pada salah satu rongga hidung secara
perlahan-lahan
q) Apabila selang sudah dirasa sampai di tenggorokan fleksikan
kembali kepala pasien dan anjurkan pasien untuk melakukan
respon menelan
r) Lihat respon ( batuk/tidak, adanya perubahan warna tubuh
menjadi sianosis/kebiruan)
s) Setelah selang masuk sempurna, lakukan pemasangan plester
pada cuping hidung dengan menggunakan plester yang
berukuran 5cm
t) Lakukan pengecekan ketepatan selang NGT dengan cara :
59

 Teknik pengecekan ke-1 (dengan air) :


 Lipat selang NGT terlebih dahulu
 Buka klem
 Masukan selang NGT pada gelas yang berisi air
matang, selang harus tetap di lipat, apabila sudah
masuk maka buka lipatan selang
 Lihat respon dari selang NGT dalam air :
 Apabila tidak ada gelembung pada air, maka
dapat di pastikan selang tepat masuk pada
lambung
 Apabila terdapat gelembung pada air, maka
selang NGT tidak dapat masuk ke dalam
lambung, melainkan pada paru-paru
 Ambil kembali selang NGT dari dalam air kemudian
lipat kembali selang NGT
 Lakukan pengkleman kembali selang NGT
 Teknik pengkleman ke-2 (dengan udara dan stetoskop)
 Ambil spuit yang berukuran 20 cc
 Masukan udara kurang lebih 20 cc kedalam spuit
 Ambil dan gunakan stetoskop
 Lipat selang NGT lalu buka klem,kemudian masukan
ujung spuit yang berisi udara kedalam selang
 Letakkan stetoskop di atas perut bagian kiri atau pada
daerah lambung klien
 Masukan udara dari spuit kedalam selang NGT dengan
menekan spuit secara langsung
 Dengarkan bunyi melalui stetoskop :
 Apabila tepat pada lambung, suara akan seperti
gelembung pecah
60

 Apabila tidak tepat pada lambung, maka suara akan


terdengar seperti banyak gelembung
 Ambil kembali udara ke dalam spuit sebanyak yang
tadi dimasukan
 Klem kembali selang NGT, dan lakukan kembali
fiksasi ke-2 pada daerha pipi pasien dengan
menggunakan plester ukuran 3 cm
 Letakan selang NGT di pinggir badan pasien
u) Apabila ada intervensi dari dokter untuk melakukan pemberian
nutrisi melalui NGT, maka:
 Siapkan spuit brukuran 50 cc (dalam keadan terbuka)
 Lipat selng NGT
 Buka klem
 Masukan selang NGT pada spuit yang masih di lipat
 Masukan air minum ke dalam spuit sebangak 20 cc lalu
berikan pada pasien
 Buka lipatan selang NGT dan posisikan spuit sejajar
dengan kepala pasien atau bahkan lebih tinggi, jika air
sudah mulai surut, lipat kembali selang NGT
 Berikan nutrisi dan masukan kedalam spuit sedikit demi
sedikit sekitar 30-50 cc terlebih dahulu
 Buka lipatan selang dan posisikan spuit sejajar dengan
kepala pasien
 Lipat kembali selang, berikan semua nutrisi sesuai
intervensi dari dokter
 Apabila sudah selesai memberikan nutrisi,berikan minum
sekitar 50 cc atau secukupnya hingga selang bersih atau
sampai tidak ada sisa-sisa makanan yang menempel
 Klem kembali selang NGT
 Simpan selang di pinggir badan pasien
61

 Bersihkan mulut dan hidung pasien dengan menggunakan


tissue
v) Lakukan edukasi tentang pemeliharaan selang NGT kepada
pasien dan keluarga pasien
w) Rapihkan atau ambil handuk dari dada pasien, dari bawah ke
atas dan dari pinggir ke tengah
x) Anjurkan pasien untuk duduk sejenak sekitar 10-15 menit agar
pasien dapat relaksasi dan tidak ada respon muntah
4) Fase terminasi
a) Rapihkan alat
b) Kembalikan posisi pasien ke posisi semula
c) Lakukan evaluasi
d) Terminasi sementara
e) Buka APD
f) Cuci tangan
g) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan
1) Klien kesulitan untuk makan dan minum
2) Kebutuhan nutruisi klien tidak terpenuhi
3) Stamina klien akan semakin menurun
4) Dapat memperparah kondisi atau penyakit pasien
g. Evaluasi
Dari pemasangan NGT tersebut di harapakan respon klien baik
dengan tidak adanya keluhan saat tindakan di lakukan serta klien
mampu melakukan apa yang di perintahkan oleh perawat
10. Seting tetesan infuse
a. Pengertian
Seting tetesan infuse adalah menghitung infuse untuk mencegah
ketidaktepatan pemberian cairan
b. Tujuan
1) Mencegah kelebihan cairan pada pasien
62

2) Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit


3) Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada
klien dehidrasi dan syok
c. Rasional Tindakan
1) Mempertahankan/mengganti cairan tubuh yang mengandung
air,elektrolit,vitamin,protein,lemak dan kalori yang tidak di
pertahankan secara adekuat melalui oral
2) Memperbaiki keseimbangan asam basa
3) Mencegah terjadinya komplikasi yang berkaitan dengan
pemasangan infus
4) Memperlancar pemberian terapi IV
5) Mencegah kelemahan cairan pada klien
6) Memperbaiki komponen-komponen darah
7) Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan
kedalam tubuh
8) Memberikan nutrisi saat system pencernaan di istirahatkan
d. Persiapan Klien,Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan
b) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) APD (masker dan handschoon)
b) Jam tangan
c) Kertas
d) Bolpoint
e) Satu plabot infus
e. Prosedut Tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data psien
b) Pesiapan diri
c) Cuci tangan
63

d) Persiapan alat

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan
dilakukan
3) Fase kerja
a. Cuci tangan
b. Dekatkan alat
c. Jaga privasi pasien
d. Gunakan APD
e. Atur posisipasien (bila perlu)
f. Menutup raks clamp
g. Mencabut plabot infus yang habis
h. Memasang kembali plabot infus yang baru kebagian
spite/penetrate needle infus
i. Mengisi drip chamber sampai setengahnya dengan cara
menekannya secara perlahan
j. Memulai menghitung/ menyeting tetesan infus
perbeberapa detik dalam satu tetesan
Contoh :
64

Dokter mengintruksikan agar pasien di beri terapi cairan


infus RL 2.1600 cc/hr dengan macro set infus maka untuk
tetsan infusnya :
Volume : 2.1600 cc/hr
Factor tetesan : macro set infus (20)
Waktu : 1 hari (24 jam)
Rumus :
 Gtt (guttae) = volume x factor tetesan
Waktu x 60
= 2.160 cc x 20
24 x 60
= 30 gtt/menit

 Detik / gtt :
Waktu (1 menit = 60 detik)
gtt
= 60 detik
30 detik
= 2 detik

4) Fase Terminasi
a) Mengembalikan posisi pasien ke posisi senyaman mungkin
b) Merapihkan alat
c) Evaluasi hasil tindakan
d) Mengakhiri pertemuan/ tindakan
e) Cuci tangan
f) Lakukan pendokumentasian

f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan


1) Gangguan keseimbangan cairan
65

2) Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi/ kelebihan nutrisi


3) Dapat menyebabkan dehidrasi semakin parah
4) Memperparah kondisi pasien
5) Menyebabkan oedema, untuk penderita penyakit ginjal
g. Evaluasi
1) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi klien
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit seimabang

11. Tindakan Menghitung Intake dan Output Cairan Pada Pasien


a. Pengertian
Merupakan suatu tindakan mengkur jumlah cairan yang masuk
kedalam tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar
dari tubuh (ouput).
b. Tujuan
1) Menentukan status keseimbangan cairan tubuh pasien
2) Menentukan tingkat dehidrasi klien
3) Memudahkan untuk mengkontrol keseimbangan cairan
c. Rasional Tindakan
1) Memberikan informasi status cairan secara umum
2) Mengetahui adanya komplikasi lain
3) Menentukan therapy selanjutnya
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Memberitahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Pulpen dan buku catatan
66

b) Kalkulator
e. Prosedut Tindakan
1) Persiapan klien
a) Melakukan sesi wawancara dengan keluarga pasien dan
mengecek buku laporan
b) Menentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh
klien yang terdiri dari :
 Air minum
 Cairan intra vena
 Obat injek
 Air metabolis
 Dan lain-lain
c) Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh pasien
yang terdiri dari :

 IWL
 IWL kenaikan suhu
 Muntah
 Feses
 Urine
 Keringat
 Cairan drainase
 Dan lain-lain

d) Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan


rumus :

BC ( Balance Cairan ) = Intake – Output

e) Proses perhitungan
 Menghitung Intake
 Air minum
 Cairan intra vena
67

 Obat injek
 Air metabolis (5ml/kgBB/hr)
 Dan lain-lain
 Menghitung Output
 IWL (10 ml/kgBB/hr)
 IWL kenaikan suhu
 Muntah (200 cc)
 Feses (200 cc)
 Urine
 Keringat (500 ml)
 Cairan drainase
 Dan lain-lain
f) Menghitung kesimbangan cairana
Contoh perhitungan

Tn.A di rawat di RSUD Tasikmalaya selama 3 hari, dan


mengalami demam dnegan suhu 38C. Selama perawatan Tn.
A mendapat terapi RL 1.800 cc/hr, minum 4 gelas/hr,
cefotaxim 3x650 mg ( sediaan serbuk 1gr). Selama perawatan
Tn. A mengalami muntah 1x/hr, urine 300 cc/ 6 jam, BB 60 kg.
berapa keseimbangn cairan Tn. A dalam 1 hari penuh ?
Jawaban :
Diketahui :
Suhu : 38 C
Terapi RL : 1.800 cc/hr
Minum : 4 gelas/hr
Cefotaxim : 3x650 mg (sediaan serbuk 1gr)
Muntah : 1x (200 cc)
Urine : 300 cc/6 jam
BB : 60 kg
Ditanyakan : BC/hr?
68

Penyelesaian :
1) Input
Air metabolis =5ml/kgBB/hr
= 5x60 kg
= 300 cc/hr
Terapi RL = 1.800 cc/hr
Minum = 4 gelas/hr
= 4x220 cc
= 880 cc/hr
Cefotaxim = 3x650 mg (sediaan serbuk 1gr)
= 1gr (1000mg) + Aquabides 9 ml
= volume 1 ml + Aquabides 9 ml
= 10 ml (10 ml/1000 mg)
= 1 ml/1000 mg
= 650 mg
2) Output
Iwl = 10 ml / kg bb / hr
= 10 x 60 = 600 ml/hr
Muntah = 1 kali/hr( muntah = 200cc)
= 1x200 ml = 200 ml/hr
Urine = 300 ml/6 jam
= 300 x 4
= 1200 ml/hr
KebCairan = 10 kg x 100 ml
10 kg x 50 ml
Sisa x 20 ml
= 10 x 100 ml = 1000
10 x 50 ml = 500
40 x 20 ml = 800 +

1.300 ml/hr
69

Iwl kenaikan suhu


Keb cairan/hr x kenaikan suhu (%)
100
Atau
Keb cairan/jam x kenaikan suhu(%) x waktu ( jam )
100

= Suhu 38̊̊ - 37 ( suhu normal ) = 1% / 1


= 1 x 1% = 1% ( kenaikan 1 C = 1%, 2 = 2 % dan
seterusnya

= iwl = 2300 ml x 1
100
= 23 ml/hr
Total iwl = Iwl + iwl
= 600 ml + 23 ml
= 623 ml/hr
Jumlah intake :
Air metabolisme + RL + minum + ceftriaxon
= 300 ml + 1800 ml + 880 ml + 19,5 ml
= 2.999.5 ml/hr
Jumlah output :
Muntah + urine + total iwl
= 200 ml + 1200 ml + 623 ml
= 2.323 ml/hr
Balance cairan
BC = intake – output
= 2.99.5 – 2.023
= + 976, 5 ml/hr

f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan


1) Kurangnya informasi mengenai kondisi pasien
70

2) Keseimbangan cairan pasien tidak dapat di ketahui


3) Menyebabkan kelebihan intake/output
4) Terapi selanjutnya tidak dapat di tentukan
g. Evaluasi
Hal yang dapat di harapkan agar dapat menjadi acuan untuk
intervensi selanjutnya dan dapat di perlukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien.

12. Tindakan Pemberian Obar Oral Pada Pasien


a. Pengertian
Merupakan tidakan pemberian obat pada pasien yang di masukkan
langsung melalui mulut.
b. Tujuan
1) Menyediakan obat yang memiliki efek local atau sistemik
melalui saluran gastrointestinal
2) Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan jaringan
3) Menghindari pemberian obat yang dapat menimbulkan nyeri
4) Untuk memudahkan dalam pemberian obat
c. Rasional Tindakan
1) Memastikan klien meminum obat secara teratur
2) Mengetahui respon klien langsung terhadap obat yang di
berikan
3) Mengetahui kondisi/keadaan saluran pencernaan atas klien
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
71

a) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan di


lakukan
b) Mengatur posisi pasien dengan posisi fowler
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Meja obat/baki
b) Obat dan tempatnya
c) Air minum dalam tempatnya
d) Daftar buku obat atau buku catatan perawat
e) Label

e. Prosedur kerja
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data psien
b) Pesiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
72

b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Baca obat dengan prinsip tepat obat,klien,dosis,waktu kerja,
dan tepat pendokumentasian
e) Menyiapkan obat dan memberi keterangan pada tempat
obat dengan label
f) Jelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan di lakukan
atau jelaskan cara klien untuk meminum obat
g) Bantu klien untuk memenuhinya
h) Apabila pembereian obat berbentuk tablet atau kapsul dari
botol, maka tuangkan jumlah yang di butuhkan kedalam
tutup botol dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul,
jangan di lepaskan pembungkusnya
i) Kaji kesulitan menelan, bila ada kesulitan jadikan tablet
dalam bentuk bubuk dan campur dengan air minum
j) Kaji denyut nadi DNA tekanan darah sebelum pemberian
obat yang membutuhkan pengkajian
k) Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat, dan
evaluasi respond terhadap obat dengan mencatat hasil
pemberian obat
4) Fase Terminasi
a) Kembalikan posisi pasien ke posisi semula
b) Rapihkan alat
c) Akhiri pertemuan
d) Cuci tangan
e) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Terhambat Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
2) Terhambatnya proses penyembuhan pasien
3) Dapat menimbulkan penyakit tambahan/komplikasi
4) Kerja obat yang tidak maksimal
73

g. Evaluasi
Hasil yang di harapakan adalah respon psien baik,tidak ada keluhan
apapun, dan pada saat dilakukan tindakan tidak ada kendala apapun
13. Tindakan Pemberian Obat Tetes Pada Paien
a. Pengertian
Adalah tindakan keperawatan yang meberikan obat lansung pada
daerah mata dalam sedian tetes dan salep

b. Tujuan
1) Tetes mata
a) Mengurangi/menghilangkan iritasi pada mata
b) Mencegah kekeringan pada mata
c) Mengobati gangguan pada mata
2) Tetes telinga
a) Memberikan efek terapi lokal (mengurangi
peradangan,membunuh organisme penyebab infeksi kanal
telinga eksternal)
b) Menghilangkan nyeri
c) Melunakan selumen agar mudah di ambil
3) Tetes Hidung
a) Untuk mencegah sekresi dan memfasilitasi drainase dari
hidung
b) Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
c. Rasional Tindakan
1) Untuk menghilangkan gangguan pada organ telinga,mata,dan
hidung
2) Memfasilitasi untuk pemeriksaan lanjutan
74

3) Meminimalisir atau membunuh organisme penyebab infeksi


pada organ mata, telinga dan hidung
d. Persiapan Klien,Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan di
lakukan
b) Memposisikan pasien ke posisi senyaman mungkin
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Tetes mata
 APD (masker dan handschoon)
 Obat dalam tempatnya dengan penates steril
 Pipet
 Tissue
 Buku obat
 Air hangat/kapas pelembab
 Pinset anatomis
 Korentang
 Kain kassa
 Plester
b) Tetes telinga
 Obat dalam tempatnya
 Penates
 Speculum telinga
 Plester
 Kain kassa
 Buku obat
 Tissue
 Pinset anatomis
 Korentang
c) Tetes hidung
75

 Obat dalam tempatnya


 Pipet
 Speculum hidung
 Pinset anatomis
 Tissue
 Speculum hidung
 Korentang
 Plester, kain kassa/balutan
 Buku obat
e. Prosedur Tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data psien
b) Pesiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD (masker dan handscoon)
76

e) Untuk tetes mata :


 Atur posisi pasien dengan posisi kepala menengadah
dengan posisi perawat di samping kanan ( di
sesuaikan dengan kondisi pasien)
 Bersihkan daerah kelopak mata dan bulu mata
dengan kapas lembab dari sudut mata kea rah
hidung. Apabila sangat kotor, basuh dengan air
hangat
 Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian
bawah mata dengan ibu jari telunjuk di atas tulang
orbita. Ibujari di alasi dengan tissue
 Minta klien untuk melihat kearah atas
 Tetskan obat mata di atas sakus konjungtiva, setelah
tetesan selesai sesuai dengan dosisi, anjurkan klien
untuk menutup mata dengan pelahan-lahan
 Tutup mata dengan kassa jika perlu
f) Untuk tetes telinga
 Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan
sesuai dengan daerah yang akan di obati, usahakan
agar lubah telinga klien mengahadap ke atas
 Luruskan lubang telinga dengan menarik daun
telinnga ke atas/ ke belakang pada orang dewasa
dank e bawah pada anak-anak
 Teteskan obat dengan tetesan obat sesuai dengan
dosis pada dinding saluran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara
 Petahankan posisi kepala kurang lebih 2-3 menit
 Tutup telinga dengan kasa/pembalut dan plester
(jika perlu)
g) Untuk tetes hidung
77

 Atur posisi klien dengan cara:

 Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke


belakang
 Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi
tempat tidur
 Berabring dengan bantal di bawah bahu dan
kepala tengadah ke belakang

 Berikan tetesan obat sesuai dengan dosis pada tiap


lubang hidung
 Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke
belakang selama 5 menit
 Bersihkan telinga dengan tissue
4) Fase Terminasi
a) Kembalikan posisi pasien ke posisi semula
b) Evaluasi
c) Rapihkan alat
d) Akhiri pertemuan
e) Cuci tangan
f) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan
1) Memperoleh gangguan pada mata, hing dan telinga
2) Tidak terpenuhinya pemeriksaan lanjutan
3) Intervensi selanjutnya tidak dapat di lakukan
4) Memicu timbulnya masalah baru
g. Evaluasi
hasil yang di harapkan adalah iritasi pada mata,hidung dan telinga
klien berkurang. Gangguan/ maslah pada mata, telinga dan hidung
dapat teratasi serta dapat memperoleh hasil yang baik.
14. Tindakan Pemberian Obat Topikal Pada Pasien
a. Pengertian
78

Merupakan pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan


obat pada permukaan kulit atau membrane area mata,hidung dan
telinga,vagina dan rectum.
b. Tujuan
1) Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
2) Mempertahankan hidrasi lapisan kulit
3) Melindungi permukan kulit
4) Mengurangi infeksi kulit lokal
5) Mengatasi infeksi atau iritasi
6) Menciptakan anstesi local

c. Rasional Tindakan
1) Mempercepat proses penyembuhan
2) Mencegah kekeringan pada kulit/ membran pada area tertentu
3) Mengurangi peradangan
4) Membunuh organisme penyebab infeksi pada kulit/ membrane
area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Menjelaskan tujuan pemberian obat topical
b) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Obat kulit
 Obat dalam tempatnya
 Pinset anatomis
 Kain kassa
 Tissue
 Balutan
 Perlak dan pengalas
 Air sabun/ air hangat /NaCl
79

 APD (masker dan Handscoon)


b) Obat mata
 Obat dalam mata dengan penates steril/ berupa sabun
 Pipet
 Pinset anatomis
 Korentang dalam tempatnya
 Plester
 Tissue
 Balutan
 Air hangat/ kapas pelembab
 APD (masker dan handscoon)
 Kain kassa
c) Obat pada telinga
 Obat dalam tempatnya
 Speculum telinga
 Pinset anatomis dalam tepatnya
 Korentang dalam tempatnya
 Plester
 Kain kassa
 Kapas lidi
 Tissue
 Balutan
d) Obat pada hidung
 Obat dalam tempatnya
 Speculum hidung
 Pipet
 Pinset anatomis
 Korentang dalam tempatnya
 Plester
 Kain kassa
80

 Tissue
 Balutan
e. Prosedur Tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data psien
b) Pesiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD (masker dan handscoon)
e) Untuk pemberian obat pada mata

 Bersihkan daerah kelopak mata dan bulu mata


dengan kapas lembab, dari sudut mata kea rah
81

hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air


hangat. Dimana pada saat dilakukan tindakan,
kepala pasien di posisikan menengadah dengan
posisi perawat di sebelah kanan ( di sesuaikan
dengan kondisi pasien)
 Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian
bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang
orbita
 Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator
salep di atas pinggir kelopak mata kemudian
pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat
pada kelopak mata bawah, secara bergantian dan
berikan obat pada kelopak mata bagian atas.
Biarkan klien unuk memejamkan mata dan
meregangkn kelopak mata
 Tutup mata dengan kasa bila perlu

f) Untuk pemberian obat pada telinga


 Atur posisi pasien dengan posisi miring kiri/ kanan
sesuai daerah yang akan di obati, usahakan agar
lubang telinga klien menghadap ke atas
 Luruskan lubang telinga dengan menarik daun
telinga ke atas atau ke bawah pada anak-anak
 Apabila obat berupa salep, maka ambil kapas lidi
dan masukkan atau oleskan salep pada lubang
telinga
 Pertahankan posisi kepala kurang lebih 2-3 menit
 Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau
perlu
g) Untuk pemberian obat pada kulit
82

 Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan


tindakan
 Bersihkan daerah yang akan di berikan obat dengan air
hangat ( apabila tempat kulit mengeras ) dan gunakan
pinset anatomis
 Berikan obat sesuai indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan dan mengompres
 Kalu perlu tutup denga kassa atau balutan pada daerah
yang di obati
h) Untuk pemberian obat pada hidung
 Atur posisi klien dengan cara:
 Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke
belakang
 Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat
tidur
 Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala
di tengadahkan
 Beika obat sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
 Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang
selama 5 menit
4) Fase Terminasi
a) Kembalikan posisi pasien ke posisi semula
b) Evaluasi
c) Rapihkan peralatan
d) Akhiri pertemuan
e) Cuci tangan
f) Lakukan pendokumentasian (catat jumlah,tanggal dan dosis
pembeian obat)
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Memperparah gangguan pada mata,hidung, dan telinga
2) Tidak terpenuhinya pemeriksan lanjutan
83

3) Intervensi selanjutnya tidak dapat dilakukan


4) Memicunya timbul masalah baru
g. Evaluasi
Setelah di berikan obat topical, di harapakan iritasi ataupun luka
pada daerah mata, hidung, dan telinga klien berkurang gangguan
atau masalah pada mata, telinga, dan hidung dapat teratasi serta
dapat memperoleh hasil yang baik.

15. Tindakan Melakukan Pemberian Obat Suppositorial


a. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukan obat melalui
anus atau rectum dalam bentuk supoositorial
b. Tujuan
1) Memperoleh obat baik lokal maupun sistemik
2) Melunakan feses sehingga mudah untuk di keluarkan
c. Rasional Tindakan
1) Mmpercepat proses penyembuhan
2) Sebagai pencahar bagi feses sehingga mudah untuk di
keluarkan
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan klien
a) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Menjaga privasi klien
c) Memposisikan pasien dengan posisi simps
2) Persiapan alat dan bahan
a) Obat supositoria dalam tempatnya
b) Apd(masker dan handscone)
c) Bak instrument
84

d) Tissue
e) Kain kassa
f) Vasline / pelicin / pelumas /gel
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tanggan
d) Persiapan alat

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Croos chek data klien / identitas klien
d) Menanyakan kabar klien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menayakan kebutuhan eliminasi sebelum tindakan
dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan APD(masker dan handscone)
e) Atur posisi klien ke posisi simps
f) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kassa
g) Oleskan pelican pada ujung obat supositoria
85

h) Renggangkan glutea(dengan tangan kiri) kemudian


masukan obat supositoria secara perlahan melaui anus,
spinter ani interna, serta mengenai dinding rectal, ± 10 cm
pada orang deawasa, ± 5 cm pada bayi atau anak
i) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah
sekitar anus dengan tissue
j) Anjurkan klien untuk tetap pada posisi simps selam ± 5
menit untuk mencegah agar obat tidak keluar lagi
4) Fase terminasi
a) Atur posisi pasien ke posisi semula
b) Evaluasi tindakan
c) Rapihkan alat
d) Akhiri tindakan
e) Cuci tangan
f) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Dapat menimbulkan komplikasi penyakit
2) Mengahambat penyembuhan pasien
g. Evaluasi
Dari tindakan pemberian obat melalui anus, di harapakan tindakan
berjalan dengan baik dan obat tidak keluar lagi melalui anus pasien
16. Tindakan Pemindahan Pasien dari Tempat Tidur ke Blankar/ Kursi
Roda dan Sebaliknya
a. Pengertian
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
memiliki ketidak mempuan, keterbatasan, atau tidak boleh
melakukan sendiri pergerakan lebih dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
b. Tujuan
1) Melatih otot rangka utuk mencegah kontraktur
2) Memberikan kenyamanan
86

3) Mempertahankan control diri pasien


4) Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
5) Meberikan aktifitas atau latihan pertama pada klien yang tirah
baring
6) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnosis
c. Rasional Tindakan
1) Mengurangi jumlah energy yang di keluarkan oleh klien
2) Mempertahankan keseimbangan
3) Mengurangi atau mencegah terjadinya cidera
4) Memudahkan transport pada saat akan dilakukan pemeriksaan
diagnostic
5) Melatih mobilisasi pasien yang mengalami tirah baring
6) Meningkaykan atau memperlancar sirkulasi darah
7) Mencegah atau meminimalisir kekakuan otot dan sendi
d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Menjelaskan pada klien prosedur tindakan yang akan
dilakukan
b) Memposisikan klien dengan posisi klien berada di sisi
tempat tidur
c) Mengkaji kebutuhan otot, mobilisasi, sendi, toleransi
aktivitas, serta tingkat kesadaran klien
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Pemindahan ke kursi roda
 Kursi roda
 Masker
 Handscoon
b) Pemindahan ke blankar
 Blankar
 Bantal
 Masker
87

 Handschoon
e. Prosedur Tindakan
1) Fase Terminasi
a) Verifikasi data psien
b) Pesiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD (masker dan handscoon)
e) Untuk pemindahan pasien dari tempat tidur
 Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur ke
kursi roda 45 terhadap tempat tidur dan dalam posisi
terkunci
 Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan
lembaga
 Yakinkan pasien menggunakan sepatu stabil dan anti
selip
88

 Regangkan kedua kaki perawat


 Fleksikan panggul dan lutut perawat, selanjutnya dengan
pasien atau lutut pasiem
 Pegang sabuk pemindahan dari bawaha atau gapai
melalui aksila pasien dan tempatkan tangan dengan
scapula pasien
 Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan tiga sambil
meluruskan panggul dan kaki, pertahankan lutut agak
fleksi
 Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan
dengan lutut perawat
 Anjurkan pasien untuk meletakan tangan di samping
badan atau memegang perawat
 Berdiri di samping pasien dan pegang telapak tangan
serta lengan bahu pasien
 Bantu pasien berjalan menuju kursi roda
 Mengintruksikan psien untuk memegang salah satu
pegangan tangan pada kursi roda
 Memfleksikan panggul dan lutut sambil menurunkan
pasien ke kursi roda secara perlahan
 Memposisikan pasien ke posisi yang nyaman dan
tempatkan kaki pasien pada pijakan kursi roda
 Mengobservasi pasien untuk meentukan respon terhadap
pemindahan, mengobservasi terhadap kesejajaran tubuh
yang tepat
f) Untuk pemindahan pasien dari tempat tidur ke blanka
 Atur posisi blankar dalam posisi terkunci dengan sudut
90 terhadap tempat tidur
 Bantu pasien dengan 2/3 perawat
 Berdiri menghadap pasien
89

 Silangkan tangan pasien di depan dadanya


 Tekuk lutut perawat, kemudian masukkan tangan ke
bawah tubuh pasien
 Perawat pertama meletakan tangan di bawah leher,
perawat ke dua meletakkan tangan di bawah pinggang
dan panggul, perawat ke tiga meletakkan tangan di
bawah kaki pasien
 Pada hitungan ke 3 angakat pasien bersama-sama dan
pindahkan ke blankar
 Aur posisi pasien dan pasang pengaman

4) Fase terminasi
a) Evaluasi tindakan
b) Rapihkan alat
c) Buka APD
d) Akhiri pertemuan
e) Cuci tangan
f) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak di lakukan
1) Pasien dapat mengalami cidera
2) Transportasi pasien dapat terganggu
3) Menimbulkan gangguan rasa nyaman
4) Tidak terpenuhinya kebutuhan interaksi sosial pasien
5) Tidak terpenuhinya terapi pasien
g. Evaluasi
Hasil yang di harapkan adalah pasien tidak mengalami cidera yang
mengakitakan timbulnya masalah baru setelah dilakukan tindakan
tersebut. Tindakan ini juga di harapkan dapat memberikan efek
terapi bagi pasien yang tirah baring
17. Tindakan Perawatan Luka Dasar
a. Pengertian
90

Merupakan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang


(masuk melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka (
Delima Firdasari,2013)
b. Tujuan
1) Meliindungi luka dan trauma mekanik
2) Mengimobilisasikan luka
3) Mengabsorbsi drainase
4) Mencegah luka terkontaminasi oleh kotoran-kotoran tubuh (
feses,urin)
5) Membantu homeostatis
6) Menghambat/ membunuh pertumbuhan mikroorganisme
7) Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk
penyembuhan luka
8) Memberikan rasa aman bagi fisik dan mental klien
c. Rasional Tindakan
1) Mencegah infeksi pada luka
2) Menjaga luka agar tetap bersih
3) Menunjang penyembuhan
4) Menjaga kenyamanan
d. Persiapan klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan Klien
a) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
b) Memverifikasi data pasien
c) Menanyakan kesiapan pasien
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Perawatan luka dengan balutan basah
b) Satu set alat steril sesuai kebutuhan
c) APD (masker,Handscoon bersih dan steril)
d) Plester
e) Kassa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
f) Larutan normal saline steril (NaCl 0,9%)
91

g) Kantong sampah infeksius


h) Perlak dan pengalas
i) Tromol, bengkok dan kom steril
j) Pinset anatomis dan sirurgis ( masing-masing 2 buah) atau
pinset anatomis 3 buah ( sesuai kebuthan)
k) Salep
l) Gunting plester
m) Catton swab, catton ball
n) Korentang steril dalam tempatnya
o) Tray instrument
p) Baskom yang berisi larutan desinfektan 0,5%
q) Bengkok 2 buah, kom steril
e. Prosedur Tindakan
1) Fase Terminasi
a) Verifikasi data psien
b) Pesiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck identitas pasien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan pasien sebelum tindakan dilakukan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
92

b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi pasien
d) Gunakan APD (masker dan handscoon bersih)
e) Atur posisi pasien ( tinggikan tempat tidur dan turunkan
penghalang tempat tidur untuk bekerja di samping pasien)
f) Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan di ganti
balutan
g) Lepaskan plester kea rah luka atau buka ikatan balutan
h) Bila balutan lengket pada luka maka basahi dengan
menggunakan kapas alcohol
i) Lepaskan plester/ kasa satu persatu, lalu buang ke kantong
plastic
j) Lepaskan sarung tangan dan ganti handschoon steril
k) Buka bak instrumen steril, dengan ytetap mempertahankan
keseterlan alat
l) Tuangkan larutan normal saline (NaCl 0,9%) ke dalam kom
steril dan tambahkan beberapa potong kassa kedalam
larutan tersebut
m) Pakai sarung tangan steril
n) Bersihkan area luka dengan menggunakan kassa yang telah
di basahi larutan normal saline dengan menggunakan pinset,
tekan kassa pada daerah depresi atau lubang
o) Kaji luka, ukur, identifikasi, tipe dan tentukan apakah ada
tanda-tanda infeksi
p) Untuk luka dengan balutan basah:
 Bentangkan kassa lembab dan basah dalam lapisan
tunggal dan tempatkan di bagian atas menutupi seluruh
area luka
 Kemudian tutup dengan kssa kering pada balutan ( di
atas kassa lembab yang terpasang pada luka) untuk
menahnnya
93

 Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam kantong


infeksius
 Lakukan fiksasi dengan menggunakan plester hanya
pada bagian ujung balutan,plester montgomeri dapat di
gunakan untuk mencegah iritasi kulit yang berlebihan
dan kerusakkan yang di sebabkan oleh seringnya ganti
balutan, untuk daerah tertentu dapat di tambah gulungan
perban untuk memperkuat fiksasi

q) Untuk perawatan luaka dengan balutan kering :


 Jika ada selang drainase, bersihkandari drainase dna
sekitar luka dengan gerakan sirkulasi ( memutarkea rah
luar). Jangan menggunakan zat kimia sitotoksik atau
yang berbahaya
 Pasang beberapa kassa pada drainase
 Tutup daerah luka dengan kassa
 Lepaskan sarung tangan dan masukan ke dalam kantong
infeksius
 Lakkan fiksasi dengan menggunakan hanya pada bagian
ujung-ujung balutan, plester montgometri dapat di
gunakan untuk mencegah iritasi kulit berlebihan dan
kerusakan yang di sebabkan oleh seringnya ganti
balutan. (utuk daerah tertentu dapat di tambah gulungan
perban untuk memperkuat fiksasi)

4) Fase Terminasi
a) Kembalikan posisi klien ke posisi semula
b) Bereskan semua peralatan dan buang materi ke dalam
wadah yang tepat (infeksius)
c) Lakukan evaluasi
94

d) Akhiri evaluasi
e) Akhiri pertemuan
f) Cuci tangan
g) Lakukan pendokumentasian

f. Dampak Terhadap KDM apabila tidk dilakukan


1) Dapat mengakibatkan infeksi berat
2) Kecacatan
3) Ganguan system tubuh lain
4) Kematian
95

g. Evaluasi
Hasil yang di harapkan dari perawatan luka yaitu dapat
mempercepat proses penyembuhan, mengurangi/mencegah
terjadinya infeksi, luka dapat sembuh sesuai waktu yang telah di
lakukan
18. Melakukan pemberian oxygen nasal kanul dan masker pada pasien
a. Pengertian
Merupakan pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan
cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan
aliran gas oksigen sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh.
b. Tujuan
1) Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat( memadai sesuai
kebutuhan) pada jaringan
2) Untuk menurunkan kerja paru-paru
3) Untuk menurunkan kerja jantung
4) Meningkatkan ekspansi dada
5) Membantu kelancaran metabolisme
6) Mencegah hipoksia
7) Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi nafas pada
penyakit paru(Aryani,2009:53)
c. Rasional tindakan
1) Memudahkan pemberian tindakanyang akan dilakukan dan
mengurngi iritasi saluran pernafasan
2) Member oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien
3) Memastikan aliran oksigen berfungsi dengan baik
4) Meningkatkan kenyaman pasien dan mengurangi terjadinya
iritasi pada mukosa hidung
5) Agar kenyamanan dan kelembapan mukosa hidung terjaga
96

d. Persiapan Klien, Alat dan Bahan


1) Persiapan klien
a) Memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan
b) Jaga privasi klien
c) Posisikan pasien sesuai dengan kebutuhan
2) Persiapan alat dan bahan
a) Pemberian oksigen nasal kanul
 Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan
humidifier
 Nasal kanul
 Plester bila perlu
 APD(handscone dan masker)
b) Pemberian oksigen dengan masker

 Tabung oksigen lengakap dengan flowmeter dan


humidifier
 Oksigen maks( simple mask, rebrhiting maks, dan non
rebrhiting maks)
 Plester (bila perlu)
 Gunting scisors
 APD(masker dan handscone)

e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Persiapan alat
97

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri
c) Cross chek data klien
d) Menanyakan kabar klien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menanyakan kebutuhan klien
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan APD (masker dan handscone)
e) Atur posisi klien (fowler/semifowler/sesuai kondisi klien)
f) Cek flowmeter dan humidifier
g) Untuk pemberian oksigen melalui nasal kanul :
 Hubungkan nasal kanul pada tabung oksigen
 Berikan oksigen melalui nasal kanul dengan memasang
nasal kanul pada hidung pasien
 Berikan intervensi sesuai dokter
 Lakukan fiksasi pada derah pipi dengan menggunakan
plester

h) Untuk pemberian oksigen melalui masker oksigen :


 Hubungkan selang oksigen dengan humidifier
 Untuk rebrhiting maks dan non rebrhiting maks isi
oksigen ke dalam kantung dengan cara menutup lubang
antara kantung dengan sungkup atau tunggu sampai
kantung mengembang ( terisi penuh dengan oksigen)
98

 Atur tali pengikat sungkup dan tempatkan sungkup agar


tepat menutupi mulut dan hidung klien
 Alirkan oksigen sesuai kebutuhan untung rebrhing
maks sesuaikan dengan aliran oksigen sehingga
kantung akan terisi waktu ekspansi dan hanper kuncup
waktu inspirasi

4) Fase terminasi
a) Evaluasi tindakan
b) Rapihkan alat
c) Buka APD
d) Terminasi sementara
e) Cuci tangan
f) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Pada penderita hipoksia dapat menyebabkan distritmia dan
kematian
2) Memperparah kondisi klien
g. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakn pemberian oksigen yaitu pasien
tidak merasakan sesak nafas atau kesuliatan bernafas lagi.
19. Melakukan sterilisasi peralatan kesehatan
a. Pengertian
Merupakan tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri,jamur, parasit,dan virus) sterilisasi adalah suatu proses
pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan
semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia .
99

b. Tujuan

1) Mencegah terjadinya infeksi


2) Mencegah kontaminasi dari mmikroorganisme
3) Menjamin kebersihan dan keseterilan alat
4) Menjaga peralatan agar lebih awet
5) Menunjang penyembuhan dalam proses perawatan
c. Rasional tindakan
1) Mencegah terjadinya insfeksi yang di sebabkan pralatan tidak
steril
2) Menjaga peralatan tetap steril
d. Persiapan alat dan bahan
1) Alat kesehatan yang akan di sterilkan
2) Stelirisator
3) Tissue
4) Air mengalir
5) Kassa
6) Sabun
7) Handscone
e. Prosedur tindakan
Tahap kerja :
1) Menyiapkan alat – alat yang akan di sterilakan
2) Menggunakan handscone
3) Mencuci alat kesehatan dengan menggunakan sabun sambil
menggosok – gosok menggunkan kassa
4) Membersihkan alat kesehatan dengan air mengalir
5) Mengeringkan alat kesehatan menggunakan tissue sampai
alat kesehatan kering
6) Memasukan alat kesehatan yang akan disterilkan ke dalam
stelirisator
100

7) Menekan tombol power dan tombol desinfektan pada


stelirisator
8) Menunggu sterilisator sampai mati secara otomatis yang
menandakan alat kesehatan sudah selesai di sterilkan
9) Tunggu ± 10 menit untuk membuka sterilisator, jika sudah
10 menit buka sterilisator dan alt kesehatan siap untuk
digunakan dalam keadaan steril
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan :
1) Dapat mengalami komplikasi penyakit akibat peralatan yang
tidak steril
2) Mengalami insfeksi karena peralatan yang kotor (terdapat
mikroorganisme)
3) Gangguan rasa nyaman
g. Evaluasi
Hasil yang di harapkan dari tindakan mensterilisasi yaitu dapat
mencegah terjadinya infeksi pada pasien dan peralatan siap untuk
digunakan dalam keadaan steril tanpa adanya mikroorganisme
BAB III
TINJAUAN

A. Tinjauan Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis


Rumah sakit umum daerah ciamis didirikan pada tahun
1942 dengan luas 19.305 m² , beralamat di jalan Rumah Sakit
No.76 desa Ciamis, kecamatan Ciamis, kabupaten Ciamis dan di
pimpin oleh dr. M.Suwarto sekaligus merangkap sebagai kepala
dinas kesehatan rakyat kabupaten ciamis. Kapasitas tempat tidur
saat itu berjumlah 40 tempat tidur terdiri dari kelas 1 dan 2 degan
jumlah karyawan sebanyak 55 orang .
Perkembangan RSUD Ciamis pada tahun 1958 – 1965
masih dalam proses transisi. Perkembangan rumah sakit pada
periode ini mengalami hambatan akinat adanya krisis politik.
Situasi pemerintah mengalami kedaan sulit, krisis ekonomi
menimpa masyarakat, sandang dan pangan susah di dapat begitu
pula harga – harga mengalami peningkatan , efek dari hal tersebut
adalah menurunya jumlah kunjungan masyarakat . menurunya
pendapatan berpengaruh terhadap kelancaran operasional rumah
sakit begitu pula dengan upaya pengembanganya. Pada periode ini
terjadi pergantian kepemimpinan di ruamah sakit dari dr. M.
Suwarto kepada dr. Supandi selakigus sepakai kepala dinas
kesehatan rakyat kabupaten Ciamis.
Tahun 2009 sampai degan tahun 2011 terjadi pergantian
kepemimpinan dari drg.H.Dendi Rahayu S,MM, digantikan oleh
HJ.Dede Saepul Uyun,SKM,M.Kes selama 2 tahun (15 Oktober
2009 – 19 September 2011). Pada periode ini berdasarkan surat
keputusan bupati kepala derah kabupaten Ciamis tertanggal 7
februari 2011 No. 445/ kpts.53-HUK/2011 Rumah Sakit Umum

102
103

Daerah Ciamis kelas C, Sebagai perangkat daerah


menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum
daerah (PPK-BLUD) Secara penuh.
Pada periode tahun 2014 dipimpin oleh dokter dr.H.Aceng
Solahudin Ahmad,M.Kes serta degan berlakunya SOTK baru, pada
periode ini terjadi upaya - upaya lanjutan dalam kaitanya degan
pengembangan sarana dan prasarana diantaranya :
a. Pembangunan ruang rawat inap pavilion H. Hasan Sobari
b. Pembangunan ruang perawatan kelas 3 , Wijaya Kusuma
c. Pembangunan dapur RSUD atau Ruang Gizi
d. Pembangunan gedung Kamar Operasi , CSSD, Laundry, ISRS,
DAN IPSRS
e. Penambahan alat – alat medis
f. Akreditasi Versi 2012 degan hasil MADYA

2. VISI DAN MISI Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis


a. Visi
“ Rumah Sakit yang profesional dan diminati masyarakat ˮ
b. Missi
1) Menyelengarakan pelayanan kesehatan yang optimal dan
berkualitas
2) Meningkatkan kompetensi usmber daya manusia
3) Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi
104

3. Kedudukan , Tugas, dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah


Ciamis
a. Kedudukan
Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis merupakan unsur
pendukung tugas kepala daerah, dipimpin oleh direktur yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati
melalui sekertaris deerah.
b. Tugas
Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis mempuyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanna kebijakan daerah di
bidang pengelolaan rumah sakit daerah.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut menyelenggarakan fungsi :
1) Perumusan kebijakan teknis sesuai lingkup tugasnya
2) Pemberian dukunagan atas penyelengaraan pemerintah
daerah di bidang pengelolaan rumah sakit daerah
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
Rumah Sakit Umum Daerah;
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai
degan tugas dan fungsinya.
Pelayanan RSUD Ciamis memberikan :
 Rasa aman
 Rasa nyaman
 Kepastian biaya
 Kepastian waktu
 Kejelasan laur pelayanan
 Kejelasan informsi
105

4. Fasilitas dan pelayanan RSUD Ciamis


a. IGD( Instalasi Gawat Darurat )
IGD standby selama 24 jam degan dilengkapi :
1) Dokter jaga
a) dr.Rasam
b) dr.H.Ramdan pashja
c) dr.Ahmad Rifki
d) dr. Eni Arifah
e) dr.H.Anton pahrudin
f) dr.H.Rizali sofyan,M.M
g) dr.Pupung Opriani
h) dr.Rina Anggraini
i) dr.Abdulllah
j) dr. Usep
k) dr.Hans Abdillah
l) dr. Deana Ceputri
m) dr.Rini Widiastuti
n) dr. Badar Muhamad Padjajaran
2) Perawat jaga
3) Nomor telepon darurat ( 0265) 773661 untuk melayani
permintaan ambulance dan informasi kegawat daruratan
4) Apotek IGD
b. Rawat jalan
1) Apotek rawat jalan
2) Ruang poli klinik
3) Poli syaraf
Dokter yang bertugas : dr.H. Denny Raharjono,Sp.S
dr.Hj.Rissa Nurlaila,Sp.S
Jadwal tugas : Senin – jum’at
106

4) Poli mata
Dokter yang bertugas : dr. Sutrisno,Sp.M
dr. Mega Prayoga,Sp.M
Jadwal tugas : Senin, Rabu, Jum’at
5) Poli THT
Dokter yang bertugas : dr.H.Herdiana,Sp.THT
Jadwal tugas : Senin – sabtu
6) Poli Gigi
Dokter yang bertugas : drg. Asep Kemal
Pasha,Sp.KGA,MM
drg. Rita Dewi
Handayani,Sp.KG
Jadwal tugas : Senin- Sabtu
7) Poli kulit dan kelamin
Dokter yang bertugas : dr.Nur indah
Komarasari,Sp.D.V
Jadwal tugas : Senin – Kamis
8) Poli Anak
Dokter yang bertugas : dr. Hj. Suherjati, Sp.A
dr. Imelda Pinkan M, Sp.A
Jadwal tugas : Senin – Sabtu
9) Poli Dalam
Dokter yang bertugas : dr. Setyo Raharjo Sp.PD
dr. Primahati Riana Rosy,
Sp.PD
dr. Ayatullah Khomaini,
Sp.PD
Jadwal tugas : Senin – Sabtu
107

10) Poli Bedah


Dokter yang bertugas : dr. R. Achmad Haryadi, Sp.B
Jadwal bertugas : Senin – Juma’at

11) Poli kebidanan & kandungan


Dokter yang bertugas : dr. H. Suswadi, Sp.OG
dr. Didi Kurniadi, Sp.OG
dr. Budi Ahmad
R.,Sp.OG,M.Kes
dr. Nanang Wibowo, Sp.OG
Jadwal tugas : Senin - Sabtu
12) Poli DOT
Dokter yang bertugas : dr. Bakar, Sp.P
Jadwal tugas : Selasa – Jum’at
13) Poli jantung
Dokter yang bertugas : dr. Asep Sopandiana, Sp.JP
Jadwal Tugas : Selasa – Kamis
14) Poli Jiwa
Dokter yang bertugas : dr. H. Iwan
Arijanto,Sp.KJ,M.Kes
Jadwal Tugas : Selasa – Kamis
15) Poli ortophedi
Dokter yang bertugas : dr.Aldi rinaldi.Sp.OT
Jadwal tugas : senin – jumat
16) Poli rehabilitasi medik
Dokter yang bertugas : dr.Hj.Tina Susilawati Sp.KFR
dr.Hj.Irna Pusnamasari Sp KFR
Jadwal bertugas : rabu dan sabtu
108

17) Poli anastesi


Dokter yang bertugas : dr.Jaka Satria,Sp.An,M.Kes
dr. Indra Justian,Sp.An,M.Kes
jadwal bertugas : setiap hari
18) Patalogi klinik
Dokter yang bertugas : dr.Endang Octaviani W,Sp.PK
dr. H.Frissyerly,Sp.PK
Jadwal bertugas : setiap hari
d. Rawat inap
1) Ruang delima : ruang kebidanan dan kandungan
2) Ruang vk : ruang persalinan
3) Ruang Bougenvile 1 : ruang penyakit dalam dan jantung
4) Ruang Bougenvile 2 : ruang penyakit dalam dan paru
5) Ruang melati : ruang khusus penyakit anak
6) Ruang dahlia 1 : ruang penyekit dalam khusus laki
laki
7) Ruang dahlia 2 : ruang penyakit dalam khusus
perempuan
8) Ruang mawar 1 : ruang penyakit syaraf khusus
perempuan
9) Ruang mawar 2 : ruang penyakit syaraf khusus laki –
laki
10) Ruang wijaya kusuma 1 : ruang khusus penyakit bedah
umum kelas 1 dan 2
11) Ruang wijaya kususma 2 : ruang khusus penyakit bedah
umum wanita kelas 3
12) Ruang wijaya kusuma 3 : ruang khusus penyakit bedah
umum laki-laki kelas 3
13) Ruang VIP Hasan Sobari
14) Ruang Intensif Care Unit (ICU)
15) Ruang tPediatric Intensif Care Unit(PICU)
109

16) Ruang neonatal Intensif Care Unit (NICU)


e. Penunjang
1) Instalasi labolatorium
2) Intalasi radiologi
3) Intalasi farmasi
4) Instalasi gizi
5) Instalasi bedah sentral
6) Instalasi pemulasaran jenazah
7) USG
8) EEG
9) Hemodialisa
10) CT-SCAN
f. Ambulance kendaraan dinas atau operasional
1) Kendaraan roda 2
a) Honda-win (MCB) Z 2756 T (Sutaryat )
b) Yamaha-1LB Z 6150 T (Dani Kusdinar )
c) Yamaha -1LB Z 6149 T (Wawan Hermawan )
2) Kendaraan roda 4
a) Chevrolet-spin Activ 1.5 LTZ AT : Z 1081 T ( H. Ajis)
b) Mitsubishi Colt T 120 SS-T 120 SS : Z 201 T (H.Osep
hermandi )
c) Toyota New Avanza Veloz 1.5 MT LUX VIN 2015 Z
1064 T (Hj. Sri patimah)
d) Chevrolet Orlando –LT 1.8 LAT Z 1077 T ( dr.Aceng
Solahudin A)
e) KIA/K 2700 CKD- Ambulance Z 9931 T (Krisyanto)
f) KIA/K 2700 CKD- Ambulance Z 7070 T ( Cucu)
g) Mitsubishi-L300 BC-R (4X2 ) M/T Z 9967 T ( Ismail )
h) Mitsubishi –Colt L300 Z 9965 T ( Nurman)
i) Ambulance Toyota HI AC COMMUTER Z 9977 T (
Samsul )
110

j) SUZUKI / APV DLX Z 9924 T ( Ayi )

5. Alur pelayanan dan kunjungan RSUD Ciamis


a. Alur Pelayanan IGD
Pasien datang

Loket
pendaftaran
Triase
IGD

Permeriksaan

Rawat inap Rawat Rujuk Meninggal


jalan/Observasi

Rumah sakit
yang di tuju
Apotek yaitu mengambil
obat sesuai resep dokter

Kasir yaitu melakukan sistem


pembayaran

Pasien pulang

BAGAN 1 Alur pelayanan IGD


111

b. Alur Pelayanan rawat jalan


Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien
untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi
dan pelayanan kesehatan lainya, tanpa mengharuskan pasien
tersebut di rawat inap.
Pasien datang

Ambil nomor
antrian
Loket pendaftaran Loke pasien
umum BPJS

Mendaftar di ruang
Apotek
medis
ambil obat

Rawat inap
Poli
Kasir Loket pendaftaran
IGD

Pasien pulang Pasien di


rawat

BAGAN 2 Alur pelayanan rawat jalan


112

c. Alur pelayanan rawat inap


Rawat inap adalah proses perawatan pasien oleh tenaga
kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasiem
di inapkan suatu ruangan di rumah sakit.
Pasien
datang/rawat
jalan/IGD

Loket pendaftaran
Pasien BPJS
IGD

Pasien di rawat Verifikasi data BPJS


Rujukan dari
poli rawat /
jalan
puskesmas
/klinik Kasir

Pasien pulang

BAGAN 3 Alur pelayanan rawat inap


113

d. Data kunjagan IGD


Kegiatan IGD pada bulan Januari Sd/ September 2019

NO KETERANGAN JAN FEB MAR TRI I APRL MEI


1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN KUNJ. IGD
I JUMLAH 467 389 446 1302 391 387
UMUM
II JUMLAH 2048 1836 1970 5854 1918 1862
BPJS/JKN
1. ASKES 109 105 115 329 75 77
2. BPJS/JKN 620 554 10 1184 684 689
3. 8 3 556 567 12 9
JAMKESMAS
4. KIS 1301 1152 1275 3728 1133 1064
5. 10 22 14 46 14 23
JAMPWERSAL
JUMLAH 2515 2225 2416 7156 2309 2449
0
III 1. LAIKI-LAKI 1209 1050 1273 3532 1137 1096
2. 1306 1179 1143 3624 1172 1153
PEREMPUAN
JUMLAH 2515 2225 2416 7156 2309 2249
0
IV 1. BARU 1541 1323 1436 4300 1369 1357
2. LAMA 974 902 980 2856 940 892
JUMLAH 2515 2225 2416 7156 2309 2249

TABEL 1 Data kunjungan IGD


114

e. Data kunjungan rawat jalan


N CARA FE MAR APR ME JU JU AG
O BAYAR B I N L ST
1 Bedah 537 528 501 442 427 69 51
4 9
2 Syaraf 111 1233 1338 128 998 14 13
5 1 33 19
3 Mata 709 794 781 701 616 10 91
51 1
4 Gigi 79 99 94 143 94 18 14
mulut SP 1 3
5 Gigi 279 303 293 207 158 30 25
mulut 7 6
umum
6 Anak 864 905 932 856 160 85 83
0 5
7 Penyakit 232 2683 2499 238 206 26 24
dalam 3 4 5 46 78
8 THT 239 327 296 296 249 38 29
6 6
9 Kulit dan 281 264 319 274 211 34 24
kelamin 5 5
10 Kebidana 415 488 444 412 376 48 44
n dan 6 1
kandunga
n
11 DOTS 3 0 3 2 4 9 10

12 Fisioterap 105 76 77 111 67 12 86


i 7
115

13 Jiwa 226 232 249 287 220 27 26


0 1

14 Thallase 195 235 219 240 203 23 21


mia 8 0
15 VCT 51 56 48 62 44 61 66

16 Hemodial 965 1.063 1.144 1.1 1.0 1.1 1.1


isa 66 69 97 63
17 Jantung 423 516 384 460 391 50 52
6 7
18 Paru 558 521 569 580 495 61 62
3 9
19 Orthopedi 525 561 671 601 383 58 62
9 3
20 Rehabilita 842 919 880 662 453 92 91
si medic 0 3
21 MCU 27 1 - - 42 19 1

22 GIZI 3 2 2 - - - 1

TOTAL 10. 11.806 11.73 11. 9.1 12. 11.


764 4 167 75 92 93
8 3

TABEL 2 Data kunjungan Rawat jalan


116

f. Data kunjungan rawat inap


No Keterangan JAN FEB MAR APR MEI JUN
1 Pasien awal 196 256 245 254 227 170
2 Pasien 2249 1968 2163 1969 1929 1891
masuk
bulan ini
3 Pasien 336 286 329 273 288 305
pindahan
4 Total pasien 2585 2254 2492 2242 2217 2196
masuk
5 Jumlah 2781 2516 2373 2496 2444 2366
pasien
bulan ini
6 Pasienhka 337 279 331 281 276 330
dipindahkan
7 Pasien 2110 1920 2092 1925 1925 1746
keluar
hidup
8 Pasien 73 71 66 61 71 66
keluar mati
9 < 48 jam 43 32 27 38 31 35
10 > 48 jam 30 39 39 23 40 31
11 Pasien sisa 261 245 248 228 175 221
0 0 0 0 0 0
12 Jumlah 8048 7354 8201 7368 7155 6774
lama di
rawat
13 Jumlah hari 7701 7532 7604 6940 6515 6554
perawatan
117

14 BOR 68,44 74,22 68,14 64,26 59,37 61,71


15 LOS 3,69 3,69 3,72 3,71 3,58 3,57
16 TOI 3,69 3,69 3,72 3,71 3,58 3,57
17 BTO 6,01 5,53 5,99 5,52 5,64 5,12
18 GDR 19,7 16,07 12,51 19,13 15,53 19,32
19 NDR 33,44 35,66 30,58 30,72 35,57 36,42

TABEL 3 Tabel data kunjungan Rawat inap


6. Tinjauan khusus Ruangan Melati
Ruang melati merupakan ruang yang mengatasi penyakit khusus
anak , terletak di lantai 3 dengan jumlah kamar sebanyak 4 kamar
dan 28 bed/tempat tidur, terdapat ruang perawat serta ruang dokter
dan ruang administrasi serta taman bermain anak.
a. Fasilitas dan pelayanan utama dengan fasilitas yang tersedia
yaitu :
1. Ruang perawat
a) Sofa bed
b) Lemari es
c) Loker
d) Pendingin / AC
e) Kipas angin
f) Lemari
g) Televise
h) Dispenser
i) Wastapel
j) Wc
2. Ruang dokter
a) Pendingin AC
b) Sofa bed
c) Meja dokter
d) Lemari
118

e) Wastapel
f) Wc
3. Ruang administrasi
a) Komputer
b) Print out
c) Meja
d) Kursi
4. Kamar 1
a) AC
b) Wastaple
c) Bed 7
d) Wc
5. Kamar 2
a. AC
b. Wastaple
c. Bed 7
d. Wc
6. Kamar 3
a) Ac
b) Wastaple
c) Bed 7
d) Wc
7. Kamar 4
a) Ac
b) Wastaple
c) Bed 7
d) Wc
119

b. Jaminan yang digunakan


1. BPJS
2. ASKES/JAMKESMAS
3. KIS
4. UMUM
120

c. Struktur organisasi Ruang Melati

BAGAN 4 Struktur organisasi Ruang melati

KEPALA RUANGAN
Eti Sumiati AM.Kep

WAKIL KEPALA RUANGAN


Sari Komala Hindun S.Kep.,Ners

ADMINISTRASI
Iceu

TIM I TIM II

Ikah sukaesih Lina


Suherli,S.Kep.,Ners
S.Kep.,Ners
Nunung P
Narti,Amd.Kep ,S.Kep.,Ners
Sari Ratna N, Mala,S.Kep.,Ners
Ulfa,Amd.Kep
S.Kep.,Ners Neni,S.Kep.,Ners
Ati Rahmati,Amd.Kep Rika,S.Kep.,Ners
Dewi,S.Kep.,Ners
Aat Haryati,Amd.kep Erna,Amd.Kep
Resna,S.Kep.,Ners Linda,S.Kep.,Ners

Atik,Amd.Kep
Rini,Amd.kep
121

d. Struktur Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

BAGAN 5 Struktur Rumah sakit Umum Ciamis

DIREKTUR

dr.H.Aceng Solahudin
A,M.Kes

Kepala bagian tata usaha


H.Azis, S.Kep.,Ners

Kasubag Kasubag Kasubag


Umum,Humas,Aset kepegawaian program dan
KELOMPOK dan Perlengkapan dan DIKLIT pelaporan
JABATAN Hj.Mamay Surtayat, H.Nana Fiara
FUNGSIONAL Soenarti,S.Kep.,Ners S.Kep.,Ners

Kabid pelayanan
medis Kabid Keperawatan
drg.Asep Kemal H.Osep Kabid keuangan
Pahsa, Sp.KGA,MM. Herniadi,S.Sos.,S.Ke Drs. Sri Patimah
p.,M.Kes

Kepala seksi
pelayanan dan Kepala seksi
Kepala
tindakan medis asuhan
seksi
dr.Eri Arifah B keperawatam
anggaran
Eros
Hj.Teti
Rosmiati,S.Kep.,N
Mariani,SE
Kepala seksi ers
penunjang medis Kepala seksi
Harry pembendaharaan
Kepala seksi ektika
Ramndhan,SKM,MM verifikasi dan
dan mutu
akuntansi
keperawatan
Jojoh Kustijah
Ade Erni
Kurniati,S.Kep.,Ners,
MKM
122

B. LAPORAN LOGBOOK REAL


1. Pemeriksaan tanda – tanda vital
a. Pengertian
pemeriksaan tanda – tanda vital adalah suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan dalam sistem tubuh
b. Tujuan
1) Untuk mengetahui suhu tubuh klien
2) Untuk mengetahuai denyut nadi( irama, frekuensi, dan
kekuatan)
3) Menilai kemampuan kardiovaskuler
4) Mengetahui frekuensi, irama , dan kedalaman pernafasan
5) Menilai kemmpuan fungsi pernafasan
6) Menegetahui nilai tekanan darah
c. Rasional tindakan
1) Mengetahui suhu tubuh klien secara lebih akurat
2) Memberikan rasa nyaman pada klien saat tindakan
berlangsung
3) Mengetahui nilai tekanan darah klien lebih akurat
4) Mempleksibelkan waktu pada saat pemeriksaan nadi dan
respirasi pasien
5) Membuat pasien lengah pada saat pemeriksaan respirasi
sehingga respirasi tidak di atur
d. Persiapan klien, alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Memberitahukan klien tentang tindakan yang dilakukan
b) Memberikan kesempatan kepada klien untuk
melakukan aktivitas lain
c) Memposisikan klien ke posisi supinasi dan tanggan
pasien pada polar

2) Persipan alat
123

a) APD ( masker )
b) Bak instrument
c) Spyigmometer
d) Stetoscop
e) Thermometer digital
f) Oxsy meter (SpO2)
g) Stopwatch
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifikasi data klien

b) Persiapan diri

c) Cuci tangan

d) Mempersiapkan alat

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik

b) Memperkenalkan diri

c) Cross chek data klien

d) Menanyakan bahasa yang di mengerti

e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan

dilakukan

f) Kontrak waktu

g) Inform consent

h) Menayakan kebutuhan pasien sebelum tindakan

dilakukan
124

3) Fase kerja
a) Dekatkan alat

b) Jaga privasi klien

c) Atur posisi klien ke posisi supinasi

d) Lakukan pemeriksaan suhu tubuh :

 Ambil thermometer dan yalakan

 Letakan thermometer pada derah axilla klien yang

terjauh dari pemeriksa dan posisikan lengan klien

untuk memegang punggung atau dada yang

berlawanan

e) Lakukan pemeriksaan tekanan darah :

 Lipat legan baju klien 5-10 cm

 Pasang manset sphygmanometer 3 jari di atas posa

cubity

 Memposisikan selang manset searah arteri brachialis

 Pasang stetoscop ( lalu cek kepekaan ) dan simpan

pada derah arteri brachialis dan tutup sekrups

sphygmanometer

 Pegang arteri radialis lalu pompa sampai arteri

radialis tidak teraba dan tidak terdegar

 Buka skrups secara perlahan ( jaru air/ raksa akan

menetukan sistol dan diastole serta suara akan

terdegar melalui stetoscop


125

 Buka skrups sepenuhnya

 Simpan stetoskop dan buka manset serta rapihkan alat

 Rapihkan kembali baju klien

f) Lakukan pemeriksaan denyut nadi selama 1 menit pada

arteri radialis :

 Simpan oxsymeter pada jari telunjuk

 Tempelkan raba dan dua jari tangan pemeriksa arteri

radialis

 Kaji beberapa banyak denyutan nadi dalam 1 menit

g) Lakukan pemeriksaan respirasi selama 1 menit :

 Aktifkan stopwatch

 Kaji berapa banyak respirai dalam 1 menit

h) Ambil thermometer lalu lap degan alcohol swab

i) Lihatlah hasil dan matikan thermometer

j) Simpan thermometer pada tempatnya dan rapihkan semua

alat

4) Fase terminasi
a) Lakukan evaluasi

b) Terminasi sementara

c) Buka APD

d) Cuci tanggan

e) Lakukan pendokumentasian
126

f. Dampak terhadap KDM


1) Kurangnya informasi mengenai kondisi klien

2) Menyulitkan perawat untuk menetukan diagnose

keperawatan

3) Menyulitkan perawat untuk menentukan tindakan

selanjutnya

g. Evaluasi
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan tanda – tanda vital yaitu
suhu tubuh, tekanan dalam darah, respirasi dan denyut nadi
dalam keadaan normal dan abnormal dan perawat mengevaluasi
intervensi yang di berikan untuk menunjang diagnose yang akan
dilakukan selanjutnya
2. Tindakan memandikan pasien di tempat tidur
a. Pengertian
Adalah tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang
tidak mampu mandi secara mandiri,dengan cara memandikanya
di tempat tidur.
b. Tujuan
1) Menjaga kebersihan tubuh klien
2) Menghilangkan bau badan
3) Mengurangi infeksi akibat kulit kotor
4) Menambah kenyamanan klien
c. Rasional tindakan :
1) Mencegah cidera yang tidak di sengaja pada saat klien
mandi
1) Mencegah kehilangan panas tubuh secara cepat setelah mandi
2) Mengurangi tranmisi mikroorganisme
3) Menyediakan lingkungan bersih
127

d. Persiapan klien, alat dan bahan


1) Persiapan klien
a) memberitahukan klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
b) memberikan kesempatan kepada klien untuk melakukan
aktifitas lain
c) memposisikan posisi klien posisi supinasi(terlentang)
2) persiapan alat dan bahan
a) APD(masker)
b) 1 buah baskom yang berisi air hangat
c) 1 buah washlap
d) 1 buah handuk
e) 1 buah perlak besar
f) Bedak,daan minyak kayu putih
g) Pakaian besih sampiran
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri
c) Crosscheck data klien
d) Menanyakan kabar klien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
128

3) Fase kerja
a) Dekatkan alat
b) Menajaga privasi klien
c) Gunakan apd
d) Atur posisi klien
e) Berdiri di sisi klien / bagian terdekat dengan pasien
f) Pasangkan pengalas atau perlak
g) Buka pakain klien
h) Lakukan tindakan membersihkan derah wajah :
 Siapakan washlap dan basahi daerah wajah klien
menggunakan air hangat
 Basuh deerah mata pasien dengan menggunakan
washlap yang berbeda
 Dengan usapan yang lembut dari dalam ke luar
 Bilas kembali wajah klien dengan wahslap yang
sudah celupkan pada air
 Keringkan wajah klien dengan handuk
i) Lakukan tindakan membersihkan daerah ekstermitas
atas:
 Basahi washlap dan bersihkan daerah ekstermitas
yang terjauh terlebih dahulu
 Bilas kembali daerah ekstermitas atas terjauh
 Keringkan daerah ekstermitas atas klien dengan
handuk
 Lalu berikan minyak kayu putih pada lengan yang
sudah di bersihkan
 Lakukan hal yang sama pada ekstermitas yang
terdekat dengan perawat
j) Lakukan membersihkan derah leher dan dada :
129

 Basahi washlap dan bersihkan derah leher dan


dada dengan teknik memtura terutama pada daerah
lipatan dan kelenjar mamae
 Bilas kembali dan keringkan dengan handuk
k) Lakukan tindakan membersihkan abdomen :
 Basahi washlap dan bersihkan daerah abdomen
dengan teknik dari sisi terjauh di tarik ke sisi yang
terdekat
 Bilas hingga bersih lalu keringkan dengan handuk
 Beriakn kayu putih pada daerah abdomen
l) Lakukan tindakan membersihkan derah punggung :
 Atur posisi klien dan batu pasien mengubah posisi
menjadi lateral menghadap perawat
 Basahi washlap dan bersihkan derah punggung
dengan usapan lembut dan memanjang
 Bilas lalu keringkan dengan handuk
 Beriakn kayu putih
 Pakaikan pakaian atas dengan rapih
 Kembalikan posisi klien ke posisi semula
m) Lakukan tindakan membersihakan daerah ekstermitas
bawah
 Tanggalakan pakaian bawah klien
 Minta dan bantu pasien untuk menekuk lututnya
satu persatu untuk memudahkan ekstermitas bawah
yang di mulai dari ekstermitas yang terjauh dari
perawat
 Basahi washlap dan bersihkan daerah ekstermitas
bawah kliendengan menggunakan washlap dari
betis bawah sanmpai kelipatan paha, kemudian ke
punggung kaki ketelapak kaki dan ke jari-jari kaki
130

 Keringakan dengan handuk


 Ulangi hal yang sama untuk ekstermitas yang
terdekat dari perawat
n) Lakukan tindakan mebersihkan derah genitalia :
 Ubah posisi klien ke posisi dorsal recumbent
 Tanggalkan celana dalam
 Basahi derah genitalia dengan menggunakan
washlap
 Bersihkan daerah mons pubis, labia mayora kiri
dan kanan, labiya minora kiri dan kanan, klitoris
hingga lubang vagina, dan vestibulum dan anus
 Bilas kembali daerah genitalia dengan
menggunakan washlap
 Keringkan derah genitalia dengan hati hati
 Ganti celana dalam degan yang bersih
 Pakaikan celana klien
o) Ambil perlak lalu simpan pada keranjang kotor yang
tersdia
p) Posisikan kembali posisi kaki klien ke posisi semula
q) Lakukan evaluasi
r) Lakukanterminasi sementara
s) Rapihkan semua peralatan
t) Buka APD
u) Cuci tangan
v) Lakuakn pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM jika tidak dilakukan :
1) Gangguan integritas kulit
2) Gangguan rasa nyaman
3) Gangguan kebutuhan harga diri
4) Gangguan kebutuhan di cintai dan mencintai
5) Gangguan interkasi social
131

g. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tinadakan memandikan pasien di
tempat tidur kebersiahan pasien tetap terjaga sehingga tiddak
timbul masalah baru akibat dari kebersihan diri, dan setelah di
lakukanya tin dakan tersebut klien terliahat lebih segar dari
sebelumnya dank lien merasa lebih nyaman
3. Mencuci rambut klien di tempat tidur
a. Pengertian
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan untuk mencuci rambut sendiri
deangan menghilangkan kotoran rambut dari kulit kepala
dengan shampoo dan sabun.
b. Tujuan
1) Memberikan perassan senang dan segar
2) Menajaga rambut tetap bersih dan rapid an terpelihara
3) Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala
4) Mebersihkan kutu dan ketombe
5) Menambah kenyamanan pasien / merelaksasikan klien
c. Rasional tindakan
1) Menghilangkan rambut kusut, sel kulit mati, dan ketombe
2) Menstimulasi sirkulasi kulit kepala
3) Member kenyaman bagi klien denagn memberikan rasa
sejuk pada klien
4) Mengurangi tranmisi mikroorganisme
5) Mengkaji derajat kekusutan, status kepala , dan
meningkatkan sirkulasi darah di bawah kulit
132

d. Persiapan klien, alat dan bahan


1) Persiapan klien
a) Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
b) Memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan
aktivitas lain
c) Memposisikan posisi klien ke posisi nyaman
2) Persiapan alat
a) Handuk
b) Apd(masker dan handscone)
c) Shampoo
d) Waskom
e) Kassa untuk menggosok pangkal rambut
f) Gayung
g) Sisir
h) Bengkok
i) Perlak
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interkasi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tanggan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terpeutik
b) Memperkenalkan diri dan menayakan bahasa yang di
mengerti
c) Crosscheck data klien
d) Menanykan kabar klien
133

e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan


dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menayakan kebutuhan klien seblum dilakukn tindakan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan APD(masker dan handscone)
e) Atur posisi klien ke posisi tidur dengan kepala di sisi
tempat tidur
f) Menyisir rambut klien terlebih dahulu dengan dialasi
bengkok yang berisi cairan handswab
g) Basahi terlebih dahulu rambut pasien
h) Beriskan shampoo pada kassa secukupnya lalu gosok
pangkal rambut klien dengan menggunakan kassa
kemudian pijat-piajt dan urut
i) Bilas rambut dengan air sampai bersih lalu peras rambut
klien
j) Pndahkan Waskom lalu keringkan rambut klien dengan
handuk
k) Sisir kembali rambut klien
l) Rapihkan semua alat
m) Kembalikan posisi klien ke posisi semula
n) Rapihkan semua alat
o) Evaluasi terminasi
p) Buka apd
q) Cuci tanggan dan lakukan pendokumentasian
134

f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakuakan :


1) Gangguan kebutuhan rasa nyaman
2) Gangguan kebutuhan harga diri
3) Gangguan pada kulit kepala
4) Gangguan interaksi social
g. Evaluasi
Hasil yang di harapakan dari tindakan mencuci rambut klien di
tempat tidur yaitu kebersihan kulit kepala dan rambut dapat
terjaga sehingga tidak timbul masalah yang baru , setelah
dilakukanya tindakan tersebut klien terlihat lebih segar dan
nyaman
4. Melakukan tindakan mebersihakn mulut di tempat tidur (oral
hygine)
a. pemgertian
adalah tindakan keperawatan dengan caea menyikat gigi dan
mebersihkan dearh mulut secara teratur, oral hygine adalah
tindakan membersihkaan atau menyegarkan mulut,gigi, dan
gusi(crlak dalanm shorcker,2008)
b. Tujuan
1) Meningkatkan daya tahan tubuh
2) Mencegah terjadinya penyakit infeksi baik setempat atau
local
3) Menghindari bau mulut
4) Memberiakn perasaan segar pada klien
5) Membantu menambah nafsu makan klien
c. Rasional tindakan
1) Membuat sekresi mengalir dari mulut dan tidak menumpuk
di dalam faring
2) Mebersihakn gigi dan mukosa
3) Menguarangi transmisi perpindahan mikroorganisme
135

4) Mempertahankan kenyaman klien


d. Persiapan klien,alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Memberitahukan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
b) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2) Persiapan alat dan bahan
a) Apd(masker dan handscone)
b) Tissue
c) 1 buah gelas berisi air
d) 1 buah bengok
e) Pasta gigi dan sikat gigi
e. Prosedur tindakan
1) Fase para interaksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tanggan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menyakan bahasa yang
dimengerti
c) Crosscheck data klien
d) Menanyakan kabar klien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Tanyakn kebutuhan klien sebelum tindakan dilakukan
136

3) Fase kerja
a) Cuci tanggan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan APD(masker dan handscone)
e) Atur posisi klien ke posisi fowler
f) Anjurkan klien untuk mekaukan kumur-kumur terlebih
dahulu
g) Tuangkan pasta gigi pada sikat gigi lalu gosok gigi klien
dengan hati-hati dan perlahan hingga bersih
h) Bila sudah selesai anjurkan kembali klien untuk
berkumur-kumur kembali dan buang ke dalam bengkok
i) Lap dengan tisuue untuk daerah mulutnya supaya tidak
basah
j) Rapihkan alat
k) Kembalikan posisi klien ke posisi semula
l) Evuluasi
m) Terminasi sementara
n) Buka apd
o) Cuci tangan
p) Lakuakan pemdokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan :
1) Kerusakan pada gigi
2) Menggangu kesehatan mulut
3) Mengurangi nafsu makan
4) Menyebabkan bau mulut
g. Evaluasi
Hasil yang di harapakan dari tindakan oral hygine/kebersihan
mulut klien tetap terjaga dan dapat menunjang kesehatan yang
lebih baik
137

5. Memotong dan mebersihkan kuku tangan dan kaki


a. Pengertian
Adalah tindakan personal hygine yang bertujuan untuk
dmeminimalisir atau menghilanhkan bakteri dan virus yang
terdapat di kuku dan sekitar area kuku demi tercapainya insane
yang sehat jasmani dan rohani
b. Tujuan
1) Memberikan rasa nyaman pada klien
2) Menjaga kebersihan tangan dan kaki
3) Mencegah timbulnya luka(infeksi)
4) Mencegah kaki berbau tidak sedap
5) Mengkaji atau memonior masalah-masalah pada kuku
tangan dan kai
c. Rasional tindakan
1) Menrangi perpindahan mikroorganisme
2) Larutan desinfektan mebunuh mikroorganisme yang ada
pada kuku
3) Perlunakan katikula meningkatkan kemudahan
pengangkatan sel mati
4) Pengikiran menghambat pertumbuhan jamur dan mencegah
meserasi jaringan
5) Pengikiran kuku mecegah pemotongan kuku terlalu dekat
dengan pangkal kuku
6) Mengurangi insiden inflamasi katikula
7) Finiksi melepasakan insiden inflamasi katikula
d. Persiapan klien,alat dan bahan
1) Persiapan klien
b) Memberikan penjelsan tentang maksud dan
tujuantindakanyang akan dilakukan
c) Jaga privasi klien
d) Posisikan psien sesuai kebutuhan
138

2) Persiapan alat dan bahan


a) Apd(masker dan handscone)
b) 1 buah bengkok
c) Baskom berisi air hangat
d) Tissue
e) Gunting kuku dan pengikir
f) Tray instrument
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifiksdi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri
c) Crossvhek identitas klien dan menanyakan bahasa yang
dimengerti
d) Menayakan kabar pasien
e) Menjelaskan maaksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menayakan kebutuhan klien sebelum dilakukan tindakan
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatakan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakn apd(masker dan handscone)
e) Atur posisi klien ke posisi fowler
f) Perawatan kuku tangan :
139

 Simpan baskom yang berisi air hangt di atas paha


klien
 Rendam tangan klien pada air hangat selama 1- 2
menit, kemudian angkat dan pndahkan baskom
dari atas paha kien dan tanggar sedikit di angkat
lalu keringakan dengan tissue
 Letakan bengkok yang berisi larutan
desinfekatan/handswab di atas paha klien
kemudian letakan tanggan di atas bengkok agar
pada saat pemotongan kuku tidak berantakan dan
tidak berserakan
 Potong kuku tangan pasien sesuai dengan
kelengkekungan kuku
 Setelah di potong, kikir kuku agar rata halus
g) Perawatan kuku kaki :
 Atur posisi pasien dorsal recumbent
 Letakan baskom di bawah kaki klien
 Rendam kaki klien dalam baskom yang brisi air
hangat selama 2-3 menit kemudian akat lalua
keringkan dengan tissue
 Letakan bengkok di atas kaki pasien(yang berisi
larutan desinfektan) kemudian letakan satu-satu
persatu
 Potong kuku kaki klien secara perlahan – lahan
dengan hati-hati dengan bentuk lurus dan ujung
pinggir tumpul kemudian kikir kuku agar tidak
tajam
h) Rapihkan alat
i) Evaluasi
j) Terminasi sementara
k) Buka apd
140

l) Cuci tanggan
m) Lakukan pendokumentesian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Dapat terjadi diare
2) Infeksi cacing listemi
3) Insfeksi kuku
g. Evaluasi
Evaluasi secara umum meenilai adanya kemampuan untuk
mempertahankan kebersihan kuku di tandai dengan keadaan
kuku bersih tidak ada tanda – tanda radang di sekitar kuku,
pertumbuuhan baik dan tidak ada tanda – tanda radang di
sekitar kuku, pertumbuhan baik dan tidak bau khas dari kuku
6. Menyiapkan tempat tidur klien
a. Pengertian
Tempat tidur terbuka (open bed) adalah tempat tidur yang sudah
disiapkan tanpa seprai penutup(over laken).dan occupied bed
(menyiapkan /mengganti lat tenun dengan pasien di atasnya
dengan tanpa memindahakan paisen..
b. Tujuan
1) Open bed
a) Dapat segera di gunakan
b) Dilakukan jiga ada pasien baru
c) Pada tempat tiudr pasien yang dapat atau boleh turun dari
temapat tidur
2) Occupied bed
a) Memberikan perasaan senang pada pasien
b) Mencegah terjadinya dekubitus
c) Memberikan kebersihan dan kerapihan
c. Rasional timdakan
1) Mencegah penyebaran mikroorganisme
2) Nebjadikan tempat tidur menjadi rapih
141

3) Memeberikan perassan nyaman dan senang


4) Mencegah timbulnya pemyakit dan komplikasi
5) Menecegahh agar kotoran tidaak langsung mengotori kasur
d. Persiapan klien,alatdan bahan
1) Persiapan klien
a) Beritahu klien tentang tindakan yang akan
dilakukan(occupied bed jika pasien sadar)
b) Memposisikan pasien sesuai kebutuhan
2) Persiapan alat
a) Tempat tidur(bed), kasur, dan bantal
Alat tenun
 Alas kasur
 Laken seprai besar
b) Untuk occupied bed :
 Alat tenun bersih menurut pemakainaya
e. prosedur tindakan
1) Fase fra interaksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tanggan
d) Persiapan alat
2) Fese orientasi (jika occupied bed)
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menayakan bahas yang
dimengerti
c) Crooschek data klien
d) Menaykan kabar klien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
142

h) Menanyakan kebutuhan klien sebelum tindakan dilakukan


3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien (occupied bed)
d) Atur posisi pasien sesuai kebutuhan (occupied bed)
e) Untuk open bed :
 Letakan alat tenun yang sudah di susun sesuai
pemakainya
 Pasang laken atau seprai dengan ketentuann berikut :
 Garis tengan lipatan di tepatkan di tengah kasur
 Bentangkan seprai, llalu masukan seprai bagian
kepala ke bawah kasur ± 30cm demikian juga pada
kaki dan tarik setegang mungkin
 Pada ujung sisi bentuk 90 lalu masukan seluruh
tepi seprai ke bawaah kasur dengan rapid an tegang
f) Occupied bed :
 Bawa alat yang sudah di siapakan
 Berishkan derah tempat tidur
 Letakan bantal dan selimut pasien tidak perlu di kursi
(jika pasien memungkinkan)
 Miringkan pasien ke satu sisi (jika perlu ganajal
dengan bantal/guling supaya tidak jatuh)
 Lepasakan alat tenun pada bagian kosong lalu gulung
satu persatu sampai dengan bawah pungung klien
 Bentangkan seprai besar bersih dan gulung setengah
bagian, letakan gulunganya di bawah pungung klien,
ratakan setengah bagian lagi kemudian pasangkan di
bawah kasur
143

 Setelah selesai dan rapikan pada satu bagian,


miringkan pasien arah berlawanan (jika perlu ganjal
dengan bantal dan guling supaya pasien tidak jatuh)
 Buka gulungan laken dari bawah punggung pasien,
tarik dan ratakan setengahnya lagi, kemudian masukan
ke bawah kasur
 Ambil laken gulungan kotor dan masukan ke
keranjang kotor
 Ambil guling
g) Kembaliakan posisi klien ke posisi semula
h) Evaluasi
i) Terminasi sementara
j) Rapihkan alat
k) Buka apd
l) Cuci tanggan
m) Lakuakan pendokumentasian
f. Damapak terhadap KDM jika tidak dilakukan :
1) Menyebabkan gangguan integritas kulit
2) Menyebabkan insfeksi jamur atau bakteri
3) Menyebabkan alergi
4) Menyebabkan regenerasi kulit baru
g. Evaluasi
Menyiapakan tempat tidur klien telah selesai, kemudian
mengobservasi kerapihan dan kelengkapan tempat tidurnya.
7. Membantu klien eliminasi urine dan alvi
a. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh
baik berupa urine atau feses.
b. Tujuan
1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2) Agar keadaan pasien tetap bersih sehingga kulit tidak lecet
144

3) Agar pasien tidak mengotori alat tenun


4) Untuk mengurangi pergerakan pada pasien yang sedang tirah
baring (bedrest)
c. Rasional tindakan
1) Agar terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
2) Agar pasien dan alat tenun tetap bersih
3) Menampung urine dan feses sehingga dapat mengetahui
kelancaran urine dan feses
d. Persiapan klien,Alat dan Bahan
1) Persiapan klien
a) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Memposisikan klien posisi dorsal recumbent
c) Memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas lain
2) Persiapan alat dan bahan
a) Tissue basah dan kering
b) Apd (masker dan handscone )
c) Pempers
d) Keresek untuk alat kotor
e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tanggan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terpeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang
dimengerti oleh klien
c) Croos cheek data klien
d) Menjelasakan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
145

e) Kontrak waktu (jika perlu dan disesuaikan dengan


kebutuhan eliminasi urine)
f) Inform consent
g) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk melakukan
aktivitas lain
3) Fase kerja
a) Cuci tanggan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan apd (masker dan handscone)
e) Atur posisi pasien (dorsal recumbent ) jika memungkinkan
Dengan selimut tetap menutupi
f) Lepaskan pakaian bawah klien
g) Buka bagian – bagian pempers satu persatu
h) Lalu buka dan lipat untuk daerah yang bersih jadi
pengelasnya
i) Bersihakan daerah genitalia klien dengan menggunakan
tissue basah hingga bersih
j) Lalu ambil dan buang pempers dan tissue yang sudah di
pakai ke dalam keresek
k) Lalu pasangkan pempers yang baru pada klien
l) Lalu tempelakan – tempelan nya seseuai derah yang
dirapatken
m) Pasangkan celana dalam dan pakaian bawah klien
n) Rapihkan posisi klien ke posisi nyaman
o) Evaluasi
p) Terminasi sementara
q) Rapihkan alat
r) Lakukan pendokumentasian
146

f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan


1) Tidak terpenuhinya kebutuhan eliminasi
2) Sulit memperoleh sample pemeriksaan labolatorium
3) Menggangu kenyaman klien
g. Evaluasi
Hasil yang digharapkan dari tindakan membantu eliminasi urine
dan alvi pasien dapat terpenuhinya kebutuhan eliminasi pasien
sehingga pasien pun merasa lebih nyaman serta tindakan ini
dapat membenatu dalamm proses pemeriksaan labolatorium
8. Melankukan tindaakan kompres hangat
a. Pengertian
Merupakan tindakan dengan meberikan rasa hangat pada derah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan
b. Tujuan
1) Memperlancar sirkulasi darah
2) Menurunkan suhu tubuh
3) Mengurangi rasa sakit
4) Member rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
5) Memperlancar pengeluaran eksudat
6) Merangsang peristaltic usus
c. Rasional tindakan
1) Mengurangi rasa nyeri yang timbul pada bagian tubuh pasien
2) Memberi rasa nyaman pada klien
3) Memberikan rasa hangat pada hipotalamus sehingga dapat
menurunkan suhu tubuh
4) Agar pengeluaran eksudat lancar
d. Persiapan klien, Alat dan Bahan
1) Persipan klien
a) Memferivikasi data klien
147

b) Menjelaskan maksud dan tunuan tindakan


c) Menjelaskan prosedur tindakan
d) Menjaga privasi klien
2) Persiapan alat dan bahan
a. Apd (masker dan handscone)
b. Waskom yang berisi air hangat ( 40-60 )
c. Washlap
d. Termos berisi air hangat
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tanggan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalakan diri dan menanykan bahasa yang di
mengerti
c) Crooschek identitas klien
d) Menanyakan kabar pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
f) Kontrak waktu
g) Inform consent
h) Menayakan kebutuhan klien sebelum dilakukan tindakan
3) Fase kerja
a) Cuci tanggan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan apd ( masker dan handscone)
e) Mengatur posisi klien senyaman mungkin
148

f) Celupkan washlap ke dalam air hangat


g) Peras washlap agar tidak terlalu basah
h) Simpan washlap pada daerah yang akan di kompres
i) Lakukan pengompresan selama 15-30 menit
j) Evaluasi respon klien
k) Terminasi sementara
l) Rapihkan klien dan alat
m) Cuci tanggan
n) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1. Terganggunya rasa Nyaman
2. Rasa nyeri yang timbul akan berkurang
g. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan kompres hangat di harapakan rasa
nyeri pada pasien dapat berkurang dan suhu tubuh pasien
menurun.
9. Melakukan pemberian nutrisi melaluai NGT
a. Pengertian
Memberikan makanan melaluai selang lambung berupa
makanan cair dengan melalui saluran cerna dengan
menggunakan NGT kea rah lambung.
Memberikan makanan dalam bentuk cair dan minum
melaluai selang atau pipa NGT kepada klien yang tidak mampu
makan secara normal(Ellent,2004)
b. Tujuan
1) Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
2) Mempertahankan fungsi usus
3) Mempertahan intergritas mukosa saluran cerna
4) Memberikan obat – obatan dan makanan ke dalam saluran
percenaan
149

5) Mempertahankan fungsi – fungsi imunologik mukosa saluran


cerna
c. Rasional tindakan
1) Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus
2) Mengurangi proses metabolisme
3) Mempertahankan kebutuhan nutrisi
4) Integritas saluran cerna tetap terjaga
5) Agar fungsi – fungsi imunologik saluran cerna tetap terjaga
d. Persiapan klien, alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Beritahu klien tentng tindakan yang akan dilakukan
b) Klien menyiapakan diri agar tidak terjadi sesuatu saat
tindakan dilakukan seperti klien merasa takut saat selang
dimasukan
c) Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler atau
fowler
d) Membentangkan perlak dan pengalas di bawah dagu atau
daerah dada klien
2) Persiapan alat
a. Apd ( masker , handscone bersih)
b. Bak instrument
c. Spuit ukuran 50 cc
d. Air matang
e. 2 buah gelas ( satu gelas yang berisi mutrisi dan stu gelas
yang berisi air minum)
e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
150

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Cross chek identitas klien
d) Menjelaskanan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
e) Kontarak waktu
f) Inform consent
3) Fase kerja
a) Cuci tanggan
b) Dekatkan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan apd
e) Siapkan spuit yang berukuran 50 cc dalam keadaan
terbuka
f) Lipat selang NGT
g) Dan buka penutupnya
h) Masukan spuit pada selang NGT yang masih dilipat
i) Berikan air minum dan masukan pada spuit sekitar 20 cc
untuk melumasi selang
j) Buka lipatan selang NGT dan posisikan spuit sejajar
dengan kepala pasien atau bahkan lebih tinggi, jika air
sudah mulai habis, lipat kembali selang NGT
k) Berikan nutrisi melalui selang NGT dengan memasukan
nutrisi kedalam sedikit demi sedikit sekitar 30-50 cc
terlebih dahulu
l) Buka lipatan selang da posisikan sejajar dengan kepala
pasien
m) Lipat kembali selang, berikan nutrisi sesuai intervensi
dokter
151

n) Apabila sudah selesai memberikan nutrisi berikan minum


sekitar 50 cc atau secukupnya hingga selang bersih atau
tidak ada sisa-sisa makanan yang menempel
o) Lipat kembali dan tutup bagian penutup NGT atau tutup
dengan selang yang dilipat
p) Simpan selang di pinggir badan klien
q) Bersihkan mulut dan hidung klien dengan tissue
r) Lakukan edukasi tentang pemeliharaan selang NGT
kepada pasien dan keluarga
4) Fase terminasi
a) Rapihkan semua alat
b) Lakukan evaluasi dan terminasi
c) Buka apd
d) Cuci tanggan lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM jika tidak dilakukan
1) Klien kesulitan untuk makan dan minum
2) Kebutuhan nutrisi klien tidak terpenuhi
3) Stamina klien akan semakin menurun
4) Dapat memperparah kondisi atau penyakit klien
g. Evaluasi
Dari pemberian nutrisi melalui selang NGT di harapkan respo
klien baik dan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
10. Melakukan seting tetesan infuse
a. Pengertian
Melakukan seting tetesan infus adalah menghitung tetesan
infuse sesuai dengan intruksi dokter yang harus di berikan
b. Tujuan
1) Mencegah kelebihan cairan pada klien
2) Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit
3) Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskuler dan sirkulasi
pada klien dehidrasi dan syok
152

c. Rasional tindakan
1) Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori
yang tidak di pertahank an secara adekuat melalui oral
2) Memperbaiki kesimbangan asam basa
3) Mencegah timbulnya komplikasi yang berkaiatan dengan
pemasangan infus
4) Mempertahankan kelancaran pemberian terapy intra vena
5) Mencegah kelemahan cairan pada klien
6) Memperbaiki volume komponen – komponen darah
7) Memberikan jalan masuk unutuk pemberian obat-obatan ke
dalam tubuh
8) Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan
diistirahatkan
d. Persiapan klien, alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Member penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan
b) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
terlebih dahulu
2) Persiapan alat dan bahan
a) Jam tangan
b) Kertas
c) Pensil dan bolpoint
d) Satu plabot infuse
e) Apd ( masker )
e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data pasien
b) Pesiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
153

2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang di
mengerti
c) Croos chek data klien
d) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
e) Kontrak waktu
f) Inform consent
3) Fase kerja
a. Cuci tangan
b. Dekatkan alat
c. Jaga privasi klien
d. Atur posisi klien
e. Menutup lorer clamp
f. Mencabut kembali flabot infuse yang abis
g. Memasang kembali plabot yang baru ke bagian spoke atau
penetrate needle infus
h. Buka kembali roller clamp
i. Mengesi drip chamber sampai setengah nya dengan cara
menekanya secara peralahan
j. Mulai menghitung atau menyeting tetesan infus perberapa
detik dalam satu tetesan infus yang sudah di hitung dan
sudah sesuai dengan yang di anjurkan oleh perawat
4) Fase terminasi
a) Mengembalikan posisi klien ke semula
b) Merapihkan alat
c) Evaluasi dan mengakhiri pertemuan atau tindakan
d) Cuci tangan
e) Lakukan pendokumetasian
154

f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan


1) Ganguan keseimbangan cairan
2) Tidak terpenuhi kebutuhan nutrisi atau kelebihan nutrisi
3) Dapat menyebabkan dehidrasi semakin parah
4) Memperparah kondisi psien
5) Menyebabkan oedema untuk pemderita penyakit ginjal
g. Evaluasi
a. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pasien
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit seimbang
11. Melakukan perhitungan intake dan output pasien
a. Pengertian
Melakukan intake dan output pasien adalah suatu tindakan
mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh ( intake )
dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh ( output)
b. Tujuan
1) Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien
2) Menentukan tingkat dehidrasi klien
3) Memudahkan untuk mengentrol keseimbangan cairan
c. Rasional tindakan
a. Memberikan informasi tentang status cairan secara umum
b. Mengetahui adanya komplikasi lain
c. Menentukan teraphy selanjutnya
d. Persiapan klien ,alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Memberitahukan klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
2) Persiapan alat dan bahan
a. Pena / pulpen
b. Buku catatan
c. Kalkulator
155
156

e. Prosedur tindakan
1) Persiapan klien
a) Melakukan sesi wawancara dengan keluarga pasien dan
mengecek buku laporan
b) Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh pasien
yang terdiri :
 Air minum
 Cairan intravenna
 Obat injeks
 Dan lain-lain
c) Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh pasien
yang terdiri dari :
 Iwl
 Iwl
 Muntah
 Feses
 Urine
 Keringat
 Cairan drainase
 Dan lain-lain
d) Proses perhitungan
 Mengitung intake
 Air metabolisme : 5m/ kg BB / hr
: 5 x 55
: 275 cc / hr
 Minum = 200 / 6jam = 200 x 4 = 800 cc/hr
 Obat injeks
 Citikolin = 2 x 1 amp ( 250 mg / 2 ml)
2 ml = 250 mg
157

1 ml = 125 mg
2 𝑚𝑙 250 𝑚𝑔
=
1 𝑚𝑙 𝑥
𝑚𝑔
= 125 𝑚𝑔 × 𝑥 = 250 𝑚𝑙
𝑚𝑔
250
𝑥= 𝑚𝑙
125 mg
= 2 ml
 Ranitidine = 2 x 1 amp ( 50 mg / 2ml )

50 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔
= =
2 𝑚𝑙 𝑥

50 𝑚𝑔 × 𝑥 = 50 mg × 2 ml

𝑚𝑔
50 mg × x = 100
𝑚𝑙

𝑚𝑔
50 𝑚𝑔 × 𝑥 = 100
𝑚𝑙

𝑚𝑔
100
𝑥= 𝑚𝑙
50 𝑚𝑔

= 2 ml

 Ceftriaxon = 2 x 1 gr
1 gr = 100 𝑚𝑔
1 𝑚𝑙 = 100 mg
10 𝑚𝑙 = 1 𝑔𝑟
100 𝑚𝑙
2 × 100 𝑚𝑔 =
100 𝑚𝑔
= 10 𝑚𝑙
= 2 × 10 𝑚𝑙
= 20 𝑚𝑙
158

 Cairan infuse = 150 cc / hr


 Total input
= 800 𝑚𝑙 + 275 ml + 2 𝑚𝑙 + 20 𝑚𝑙 + 1500 𝑚𝑙
= 2.599 cc/ hr
 Menghitung output
 Iwl = 10 ml/ kgBB/hr

= 10 × 55 = 550 𝑚𝑙/ℎ𝑟

 Muntah = 1 kali/hr ( 200cc)

= 2 × 200 𝑚𝑙 = 400 𝑚𝑙

 Urine = 1200 ml/hr


 BAB = 200 ml/hr
 Kebutuhan cairan = 10 kg x 100 ml
= 10 kg x 50 ml
= sisa x 20 ml
= 10 kg x 100 ml = 1000

10 kg x 50 ml = 500

35 kg x 20 ml = 700 +

2200 ml/hr
 Total output
550 ml + 400 ml + 1200 ml + 200 ml
= 2350 ml/hr
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Kurangnya informasi mengenai kondisi pasien
2) Keseimbangan caiaran pasien tidak dapat diketahui
3) Menyebabkan kelebihan intake dan output
4) Terapi selanjutnya tidak dapat digunakan
159

g. Evaluasi
Hasil yang di harapkan dapat menjadi bahan acuan untuk
intervensi selanjutnya dan dapat di perlukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien.
12. Melakukan pemberian obat per oral pada pasien
a. Pengertian
Melakukan pemberian obat per oral adalah tindakan pemberian
obat yang di masukan melalui mulut.
b. Tujuan
1) Menyediakan obat yang memiliki efektif local atau sistemik
melalui saluran gastrointestinal
2) Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan jaringan
3) Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri
4) Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek
samping dari obat tersebut dapat segera di atasi
5) Untuk memudahkan dalam pemberian obat
c. Rasional tindakan
1) Memastikan klien mengkonsumsi obat secara teratur
2) Mengetahui respon klien secara langsung terhadap obat yang
diberikan
3) Mengetahui kondisi klien atau keadaan saluran pencernaan
atas klien
d. Persiapan klien, Alat dan Bahan
1) Persiapan klien
a) Menjelaskan prosedur yang dilakukan yang akan
dilakukan, agar klien dapat menyiapkan diri terlebih
dahulu
160

2) Persiapan alat dan bahan


a. Baki
b. Obat pada tempatnya
c. Air minum dalam tempatnya
e. Prosdur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifiksi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menyakan bahasa yang di
mengerti
c) Croos chek data klien
d) Menjelaskan masud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
e) Kontrak waktu
f) Inform consent
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Atur posisi klien sesuai dengan keadaan klien
d) Ambil baca dan lihat obat dengan prinsip tepat obat,
tepat klien, tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja, dan tepat
pendokumentasian
e) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan atau jelaskan cara
klien untuk minumnya
f) Bantu klien untuk minumnya
161

 Apabila pemberian obat dari botol , maka tuangkan


jumlah yang dibutuhkan kedalam tutup botol
 Berikan dan kaji kesulitan menelan
 Beriakan minum dan catat perubahan, reaksi terhadap
pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat
4) Fase terminasi
a) Kembalikan posisi klien ke posisi semula
b) Evaluasi
c) Rapihkan peralatan
d) Akhiri pertemuan
e) Cuci tangan
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Terhambatnya proses penyembuhan klien
2) Dapat menimbulkan penyakit tambahan / komplikasi
3) Kerja obat yang tidak maksimal
g. Evaluasi
Dari tindakan pemberian obat per oral pada pasien di harapkan
respon baik, tidak ada keluahan apapun, dan pada saat dilakukan
tindakan tidak ada kendala apapun.
13. Melakukan pemberian obat tetes pada klien
a. Pengertian
Adalah melakukan pemberian obat tetes pada derah tertentu.
b. Tujuan
1) Tetes mata
a) Mengurangi / menghilangkan iritasi mata
b) Mencegah kekkeringan pada mata
c) Mengobati gangguan pada mata
c. Rasional tindakan
1) Untuk menghilangkan gangguan pada organ mata, telinga,
dan hidung
2) Memfasilitasi untuk pemeriksaan lanjutan
162

3) Meminimalisir atau membunuh organism penyebab infeksi


pada organ mata, teliga dan hidung
d. Persiapan klien, Alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Memposisikan pasien pada yang nyaman
2) Persiapan Alat dan bahan
a) Baki
b) Obat pada tempatnya dan penetes steril
c) Tissue
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan bahasa yang
dimengerti
c) Croos chek data klien
d) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
e) Kontrak waktu
f) Inform comsent
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatkan alat
c) Atu posisi klien sesuai dengan kondisi klien
d) Bersihkan terlebih dahulu daerah mata
163

e) Buka mata dengan menekan perlahan – lahan bagian


bawah mata dengan ibu jari
f) Minta klien untuk melihat keatas
g) Teteskan obat mata paderah mata , setelah tetesan sesuai
dengan dosis klien, anjurkan klien untuk menutup mata
dengan perlahan
4) Fase terminasi
a) Kembalikan posisi klien ke posisi semula
b) Evaluasi
c) Akhiri pertemuan
d) Cuci tangan
e) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Memperparah gangguan pada mata, hidung, telinga
2) Tidak terpenuhinya pemeriksaan lanjutan
3) Intervensi selanjutnya tidalk dapat di tentukan
4) Memicu timbulnya masalah baru
g. Evaluasi
Setelah di beriksn obat tetes diharpkan iritasi pada mata, hidung,
dan telinga klien berkurang gangguan atau masalah pada mata,
hidung dan telinga dapat teratasi serta dapat memperoleh hasil
yang baik
14. Melakukan pemberian obat topical pada klien
a. Pengertian
Melakukan pemberian obat topical pada klien adalah pemberian
obat secara local dengan cara mengoleskan obat pada
permukaan kulit atau mebran area mata, hidung, lubang telinga,
vagina, dan rectum.
b. Tujuan
1) Memperoleh reaksi local dari obat tersebut
2) Mempertahankan hidrasi lapisan kulit
164

3) Melindungi permukaan kulit


4) Mengurangi iritasi local kulit
5) Mengatasi infeksi atau iritasi
c. Rasional tindakan
1) Mempercepat proses penyembuhan
2) Mencegah kekeringan pada kulit / membrane pada kulit atau
mebran area tertentu
3) Mengurangi peradangan
4) Membunuh organisme penyebab infeksi pada kulit atau
membrane area mata, hidung, lubang telinga, vagina, dan
rectum
d. Persiapan klien, Alat dan bahan
1) Obat pada tempaatnya ( cream )
2) Kain kassa
3) Tissue
4) Apd ( handscone )
e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Croos chek data klien
c) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
d) Kontrak waktu
e) Inform consent
165

3) Fase kerja
a) Dekatkan alat
b) Jaga privasi klien
c) Atur posisi klien sesuai tindakan yang akan dilakukan
d) Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan tissue
e) Berikan obat sesuai dengan indikasi klien dan cara
pemakaianya seperti mengoleskan dengan menggambil
plesan dengan menggunakan kassa
4) Fase terminasi
a) Kembalikan posisi klien ke posisi semula
b) Rapihkan alat
c) Evaluasi
d) Akhiri pertemuan
e) Buka apd dan cuci tanggan
f) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Dapat memperparah kondisi klien
2) Menghambat proses penyembuhan klien
g. Evaluasi
Setelah di berikan obat topical local pada daerah kulit di
harapkan gangguan atau masalah yang ada dapat teratasi serta
dapat memperoleh hasil yang baik dan dapat menunjang
kesembuhan pada klien
166

15. Melakukan tindakan pemberian obat supositoria pada klien


a. Pengertian
Melakukan tindakan pemberian obat supositoria pada klien
adalah cara memberikan obat dengan memasukan oabat melalui
anus atau rectum dalam bentuk supositoria.
b. Tujuan
1) Memberikan efek obat baik local maupun sistemik
2) Melunakan feses sehingga mudah untuk di keluarkan
c. Rasional tindakan
1) Mempercepat proses penyembuhan
2) Sebagai pencahar bagi feses yang keras sehingga mudah di
keluarkan
d. Persiapan klien, Alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Menjaga privasi klien
c) Memposisikan klien pada posisi simps
2) Persiapan alat
a) Obat supositoria dalam tempatnya
b) Apd ( handscone )
c) Bak instrument
d) Tissue
e. Prosedur tindakan
1) Fase prainteraksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persipan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Croos chek data klien
167

c) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan


dilakukan
d) Kontrak waktu
e) Inform consent
3) Fase kerja
a) Dekatakan alat
b) Jaga privasi klien
c) Gunakan apd
d) Atur posisi klien ke posisi simps
e) Buka pembungkus obat dan pegang dengan tanggan satu
yang menggunakan handscone
f) Renggangkan glutea dengan tanggan kiri ( tanggan non
dominan) kemudian masukan obat supositoria secara
perlahan melalui anus, spingter ani interna, serta
mengenai dinding rectal, ± 10 cm pada orang dewasa
dan 5 cm pada bayi dan anak
g) Setelah selesai, tarik jari jari tanggan dan bersihkan
daerah anus dengan tissue
h) Anjurkan klien untuk tetap dalam posisi simps atau
untuk tetap merapatkan kedua kaki selama ± 5 menit
untuk mencegah obat keluar lagi
4) Fase terminasi
a) Atur posisi klien ke posisi semula
b) Rapihkan alat
c) Evaluasi
d) Akhiri tindakan
e) Buka apd
f) Cuci tanggan
g) Lakukan pendokumentasian
168

f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan


1) Dapat menimbulkan komplikasi penyakit
2) Mengambat penyembuhan klien
g. Evaluasi
Dari tindakan pemberian obat melalui anus, di harapkan
tindakan berjalan dengan baik dan obat tidak keluar lagi melalui
anus klien
16. Melakukan tindakan pemindahan pasien dari tempat tidur ke
balangkar/ kursi roda dan sebaliknya
a. Pengertian
Melakukan tindakan pemindahan pasien dari tempat tidur ke
kursi roda dan sebaliknya adalah tindakan yang dilakukan pada
klien yang tidak mampu, keterbatasan, atau tidak boleh
melakukan sendiri pergerakan lebih dari tempat tidur ke
Blangkar/ kursi roda dan sebaliknya.
b. Tujuan
1) Melatih otot rangka untuk mencegah kontraktur
2) Memberikan kenyamanan
3) Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
4) Memberikan aktivitas atau latihan pertama pada klien yang
tirah baring
5) Memindahkan klien untuk pemeriksaan diagnosis
c. Rasional timdakan
1) Mengurangi jumlah energy yang dikeluarkan oleh klien
2) Mempertahankan keseimbangan
3) Mengurangi atau mencegah terjadinya cidera
4) Memudahkan transport pada saat akan dilakukan
pemeriksaan diagnostic
5) Melatih mobilisasi klien yang mengalami tirah baring
6) Meningkatkan atau memperlancar sirkulasi darah
7) Mencegah atau meminimalisir kekakuan otot dan sendi
169

d. Persiapan klien .Alat dan bahan


1) Persiapan klien
a) Menjelaskan tentang prosedur yang kan dilakukan
b) Memposisikan klien dengan posisi berada di sisi tempat
tidur
c) Mengkaji kebutuhan otot, mobilitas sendi, toleransi
aktivitas, serta tingkat kesadaran klien
2) Persipan alat dan bahan
a) Pemindahan kursi roda
1) Kursi roda ( dalam keadaan terkunci )
2) Apd ( masker)
b) Pemindahan ke blangkar
1) Blangkar ( dalam keadaan terkunci )
2) Apd (masker)
e. Prosedur tindakan
1) Fase terminasi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tanggan
d) Persipan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Croos chek data klien
c) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
d) Kontrak waktu
e) Inform consent
3) Fase kerja
a) Dekatkan alat
b) Untuk pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi roda :
170

 Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur,


but kursi roda 45 terhadap tempat tidur dan tetap
dalam keadaan terkunci
 Lakukan pemindahan klien dengan tangan klien
diletakan disamping badan atau memegang
perawat
 Angkat klien dan bantu klien berjalan sedikit –
sedikit menuju kursi roda
 Menggintruksikan klien untuk memegang salah
satu peganggan tangan pada kursi roda
 Memfleksikan panggul dan lutut sambil
menurunkan klien ke kursi roda secara perlahan-
lahan
 Posisikan klien pada posisi yang Nyman dan
letakan kaki klien pada pijakan kursi roda
c) Untuk pemindahan pasien dari tempat tidur ke blangkar :
 Atur posisi blangkar dalam posisi terkunci dengan
sudut 90 derajat terhadap tempat tidur
 Bantu pasien dengan 2-3 perawat atau keluarga klien
 Berdiri menghadap pasien
 Tekuk lutut perawat, kemudian masukan tangan ke
bawah tubuh klien
 Perawat pertama atau keluarga pertama melertakan
tanggan di bawah leher/bahu dan bawah pinggang dan
panggul untuk perawat kedua atau keluaraga kedua
dan perawat ketiga atau keluarga ketiga pada daerah
ekstermitas bawah
 Pada hitungan ketig angkat klien sama-sama dan
pindahkan ke blangkar
 Atur posisi klien senyaman mungkin
171

4) Fase terminasi
a) Rapihkan alat
b) Evaluasi tindakan
c) Akhiri pertemuan
d) Buka apd
e) Cuci tanggan
f) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Pasien dapat menglami cidera
2) Menimbulkan gangguan rasa Nyaman
3) Tranportasi klien dapat terganggu
4) Tidak terpenuhinya kebutuhan interaksi social
5) Tidak terpenuhinya terapi lanjutan
g. Evaluasi
Hasil yang di harapakan dari tindakan pemindahan klien ke
blangkar/kursi roda dan sebaliknya yaitu pasien tidak
mengalami cidera yang dapat mengakibatkan timbulnya masalah
baru, tindakan ini juga diharapkan dapat memberikan efek terapi
bagi pasien yang tirah baring
17. Melakukan tindakan perawatan luka dasar pada klien
a. Pengertian
Melakukan tindakan perawatan luka dasar pada klien adalah
tinndakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan
dengan tujuan mencegah infeksi silang( masuk melalui luka)
dan mempercepat proses penyembuhan luka ( Delrma
firdasi,2013)
b. Tujuan
1) Melindungi luka dari trauma mekanik
2) Mengemobilisasikan luka
3) Mengobservasi drainase
172

4) Mencegah luka terkontaminasi oleh kotoran-kotoran tubuh(


feses, urine)
5) Membantu homeostasis
6) Menghambat/membunuh pertumbuhan mikroorganisme
7) Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk
penyembuhan luka
8) Memberikan rasa amamn bagi fisik dan mental klien
c. Rasional tindakan
1) Mencegah infeksi pada luka
2) Menjaga luka agar tetap bersih
3) Menunjang penyembuhan
4) Menjaga kenyamanan
d. Persiapan klien,Alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Memverifikasi data pasien
c) Menanyakan kesiapan pasien
2) Persipan alat
a) Perawatan luka dengan balutan kering
 Satu set alat steril sesuai kebutuhan
 Apd ( handscone bersih dan steril dan masker)
 Plester
 Kassa steril pada tempatnya
 Larutan normal saline steril (Nacl 0,9%)
 Kantong sampah
 Bengkok
 Pinset anatomis dan sirurgis masing – masing 2 buah
(disesuaikan dengan kebutuhan)
 Zink
 Korentang steril pada tempatnya
173

 Gunting plester
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tanggan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri dan Crooschek data klien
c) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
d) Kontrak waktu
e) Inform consent
3) Fase kerja
a) Dekatkan alat
b) Jaga privasi klien
c) Gunakan apd( masker dan handscone bersih)
d) Atur posisi klien ( tinggikan daerah luka yang akan di
bersihkan)
e) Lepaskan plester dan buka ikatan balutan
f) Bila balutan lengket pada luka basahi dengan air NaCL
0,9% atau kapas alcohol
g) Lepaskan plester dan kassa satu persatu lalu buang ke
tempat sampah / kantong plsatik
h) Lepaskan sarung tanggan dan ganti dengan handscone
steril
i) Buka bak sterlil dan tetap mempertahankan
keseterilannya
j) Lalu guyur beberapa potong kassa dengan larutan NaCl
0,9 %
174

k) Bersihkan area luka menggunakan kassa yang telah


dibasahi larutan normal saline dengan menggunakan
pinset
l) Tutup daerah luka dengan kassa steril
m) Lepaskan sarung tangan dan masukan ke dalam kantong
plastik
n) Lakukan fiksasi dengan plester pada bagian ujung-ujung
luka balutan
4) Fase terminasi
a) Kembalikan posisi klien ke posisi semula
b) Nereskan semua peralatan dan buang materi kedalam
wadah yang tepat
c) Lakukan evaluasi
d) Akhiri tindakan
e) Cuci tanggan
f) Lakukan pendokumentasian
f. Dampak terhadap KDM apabila tidak dilakukan
1) Dapat mengakibatkan infeksi berat
2) Kecacatan
3) Gangguan terhadap sistem tubuh lain
4) Kematian
18. Evaluasi
Hasil yang di harapkan dari perawatan luka yaitu dapat
mempercepat proses penyembuhan, mengurangi / mencegah
terjadinya infeksi, luka dapat sembuh sesuai waktu yang telah
dilakukan
175

18. Melakukan tindakan pemberian oksigen nasal kanul dan masker


pada pasien
a. Pengertian
Melakukan tindakan pemberian oksigen nasal kanul dan masker
pada pasien adalah pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
dengan cara melancarkan saluran
b. Tujuan
1) Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat(memadai
sesuai kebutuhan) pada jaringan
2) Unutuk menurunkan kerja paru-paru
3) Untuk menurunkan kerja jantung
4) Meningkatkan ekspansi dada
5) Membantu kelancaran metabolisme
6) Mencegah hipoksia
7) Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi nafas pada
penyakit paru(Aryani,2009:53)
c. Rasional tindakan
1) Memudahkan pemberian tindakan yang akan dilakukan dan
mengurangi iritasi saluran pencernaan
2) Memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien
3) Memastikan aliran oksigen berfungsi dengan baik
4) Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi
terjadinya iritasi pada mukosa hidung
5) Agar kenyamanan dan kelembaban mukosa hidung tetap
terjaga
d. Persiapan klien,Alat dan bahan
1) Persiapan klien
a) Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dialakukan
b) Menjaga privasi klien
176

c) Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan


2) Persiapan alat dan bahan
a) Permberian oksigen nasal kanul
 Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan
humidifier
 Nasal kanul
 Apd ( masker)
b) Pemberian oksigen masker
 Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan
humidifier
 Oksigen mask
 Apd ( masker)
e. Prosedur tindakan
1) Fase pra interaksi
a) Verifikasi data klien
b) Persiapan diri
c) Cuci tangan
d) Persiapan alat
2) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
b) Crooschek data klien
c) Jelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
d) Inform consent
3) Fase kerja
a) Cuci tangan
b) Dekatakan alat
c) Jaga privasi klien
d) Gunakan APD
e) Atur posisi pasien (fowler dan semi fowler)
f) Cek flowmeter dan humidifier
g) Buka penutup tabung oksigen
177

h) Untuk pemberian oksigen melalui nasal kanul :


 Hubungkan nasal kanul pada tabung oksigen
 Berikan oksigen melalui nasal kanul dengan
memasang nasal kanul pada hidung pasien.
 Berikan oksigen sesuai intervensi dokter
i) Untuk pemberian oksigen melaluai masker oksigen :
 Hubungkan selang oksigen dengan humidifier
 Untuk rebrhiting mask dan Non rebrhiting mask isi
oksigen terlebih dahulu ke dalam kantung dengan
cara menutup lubang antara kantung dengan
sungkup
 Atur tali pengikat sungkup dan tepatkan sungkup
agar rapat menutupi mulut dan hidung pasien.
 Alirkan oksigen sesuai dengan kebutuhan dan
sesuai dengan intervensi dokter
4) Fase terminasi
a) Evaluasi tindakan
b) Rapihkan alat
c) Buka APD
d) Cuci tangan
e) Lakukan pendokumentasian
19. Melakukan tindakan sterilisasi peralatan kesehatan
a. Pengertian
Merupakan tindakan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk
bakteri endospora.Strilisasi merupakan upaya pembunuhan
kuman atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba
yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maipun
kimiawi.
178

b. Tujuan
1) Menyiapakan peralatan kesehatan dalam keadaan siap pakai
2) Mencegah cepat merusaknya peralatan
3) Mencegah terjadinya infeksi
4) Menetapkan peralatan sudah steril dan aman digunakan
c. Rasional tindakan
1) Mencegah terjadinya infeksi yang di sebabkan peralatan
steril
2) Menjaga peralatan tetap steril
d. Persiapan alat dan bahan
1) APD ( apron,masker,dan handscone)
2) Alat kesehatan yang akan di sterilkan
3) Stelirisator sesuai kebutuhan
4) Lap
e. Prosedur tindakan
Fase kerja
1) Cuci tangan
2) Gunakan APD( apron, masker, dan handscone)
3) Dekatkan alat yang akan di sterilkan
4) Persiapan alat yang akan di sterilkan dan masukan dalam
mesin pencucian terlebih dahulu
5) Tekan tombol power dan tunggu sampai selesai
6) Setelah selesai, ambil peralatan tersebut dan masukan ke
alat pengering kemudian tunggu sampai selesai sampai
kesehatan kering
7) Setelah kering, bungkus alat kesehatan bungkus alat
kesehatan tersebut dan berikan label/tanda
8) Masukan peralatan kesehatan yang telah di bungkus ke
dalam stelirisator
9) Tekan tombol power pada stelirisator kemudian tunggu
sampai selesai
179

10) Setelah selesai, simpan peralatan kesehatan yang telah di


sterilkan ke sesuatu tempat yang berusaha dingin sesuai
dengan kebutuhan peralatan tersebut
11) Setelah diiginkan peralatan kesehatan siap digunakan dalam
keadaan steril
C. Laporan Satuan acara penyuluhan (TERLAMPIR)
1. Satuan acara penyuluhan di Ruang Melati
Sub pokok pembahasan : Cara mencuci tangan
Tempat : Ruang melati
Tanggal : 27 Agustus 2019
Waktu : 25 menit
2. Laporan satuan acara penyuluhan di Ruang bougenvile
Sub pokok pembahasan : penyakit Asma
Tempat : Ruang bougenvile
Tanggal : 11 September 2019
Waktu : 25 menit
3. Laporan satuan acara penyuluhan di Ruang Mawar
Sub pokok pembahasan : penyakit Vertigo
Tempat : Ruang Mawar
Tanggal : 26 September 2019
Waktu : 25 menit
4. Laporan acara penyuluhan di Ruang Wijaya Kusuma III
Sub pokok pembahasan : Manajemen Nyeri
Tempat : Ruang Wijaya Kusuma III
Tanggal : 11 Oktober 2019
Waktu : 25 menit
180

BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas bahwa rumah sakit adalah pelayanan

masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertujuan

untuk memulihkan kesehatan mencegah dan mengobati penyakit.

Tugas dan Fungsi Asisten Keperawatan Adalah :

1) Membantu pengkajian pasien dalam perencanaan asuhan

keperawatan

2) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan eliminasi

3) Membantu masalah mobilitas

4) Membantu masalah hygine perorangan dan penampilan

diri

Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk pendidikan

dengan cara memberikan pengalaman belajar bagi siswa atau siswi

sekolah menengah kejuruan untuk berpartisipasi dengan tugas langsung

di suatu lembaga .Dalam hal itu siswa diharapakan dapat

mengaplikasikan tindakan keperawatan pada dunia kerja sebenarnya dan

siswa dapat membandingkan antara tindakan keperawatan sesuai teori

pendidikan dan tindakan keperawatan yang dilakukan di lapangan

Perbandingan antara Log Book Real dan Log Book Teori adalah

terdapat dalam persiapan alat karena keterbatasan alat yang tersedia di


181

RSUD Ciamis dan untuk mengefisienkan waktu sehingga tidakanya

lansung pada iti kegiatan.

Ruang melati adalah ruang yang mengatasi penyakit khusus anak,

terletak di lantai 3 dengan jumlah kamar sebanyak 4 kamar dan terdiri

dari 28 bed/tempat tidur, terdapat Ruang perawat,Ruang dokter,Ruang

administrasi serta taman bermain anak. Jaminan yang digunakan adalah

BPJS,ASKES,KIS dan Umum.

B. SARAN
1. Saran untuk rumah sakit

a. Saran saya untuk rumah sakit lebih meningkatkan pelayanan dan

kinerja perawat agar tercipta kepercayaan kenyamanan pasien dan

keluarga pasien

b. Meningkatkan budaya 5S (senyum, salam, sopan, santun) agar

pasien maupun keluarga pasien merasa nyaman dan tidak merasa

didiskriminasi oleh pihak rumah sakit

2. Saran untuk sekolah

Penulis begitu lihat banyaknya persaingan dalam dunia medis untuk

itu penulis menyarankan kepada pihak sekolah untuk melengkapi

fasilitas di labolatorium supaya siswa dapat lebih profesional dalam

segala tindakan yang sering ada di lapangan atau di rumah sakit


182
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan 1992.Surat Keputusan Manteri RI


No./983/Menkes/per/II/1992.Tersedia:https://id.scribd.com//Definisi-Rumah-
Sakit-Menurut-Keputusan-Menteri-Republik-Indonesia

Pengertian Rumah Sakit Menurut WHO dan UU No.44 Tahun 2009. Tersedia :
http://repository
usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4833/chapter%201.1.pdf?/sequence=4&isal
lowed=y

http://sfhmetro.com/peran-fungsi-dan-tugas-asisten-perawat/

Purnamasari Elly,2014.” Buku 18 Kompetensi Asisten Keperawatan” Vila Nusa


Indah.IN MEDIA

Profil Rumah Sakit Umum 2019,Ciamis.2019


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

Nama : Nunung

Tempat tanggal lahir : 19 Desember 2003

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Dusun kulon,Rt 06/ Rw 02 Desa Jatinagara

Kecamatan Jatingara Kabupaten Ciamis

2. Riwayat Pendidikan

Tahun : 2008-2014 SDN II Jatinagara

Tahun : 2014-2017 SMPN 1 Jatinagara

Tahun : 2017-2020 SMKF Pasundan kawali


3. Riwayat Pengalaman Organisasi

Organisasi Palang Merah Remaja (PMR) SMKF Pasundan kawali

2017/2020

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMKF Pasundan kawali 2017/2020

Organisasi Bantara SMKF Pasundan kawali 2017/2020


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai