Anda di halaman 1dari 229

LAPORAN KEGIATAN

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG LAVENDER BAWAH WANITA RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun oleh :
1. Shonita Estre Lycha S. Kep (NIM. 200104085)
2. Sri Ambarwati S. Kep (NIM. 200104088)
3. Sun Muafiroh S. Kep (NIM. 200104089)
4. Texa Fredyan Saputra S. Kep (NIM. 200104090)
5. Tomy Wiryanto S. Kep (NIM. 200104091)
6. Widi Ruchyat Viviana S. Kep (NIM. 200104094)
7. Wiwin Agustina S. Kep (NIM. 200104095)
8. Yeni Styorini S. Kep (NIM. 200104096)
9. Yuli Misnawati S. Kep (NIM. 200104100)
10. Siti Nuraminah S. Kep (NIM. 190104119)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik,
hidayah, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Manajemen
di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal”. Penyusunan laporan
Stase Manajemen Keperawatan ini dimaksudkan untuk memenuhi prasyarat stase
Manajemen Keperawatan guna memperoleh gelar Ners pada pada program studi
Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa Purwokerto.
Dalam proses penyusunannya kami mendapatkan banyak bantuan dari
pembimbing klinik, pembimbing akademik dan berbagai pihak lainnya, karena itu
kami mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah memberikan masukan,
saran, dan dukungannya. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua
ini dapat memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih
baik lagi.
Akhirnya laporan manajemen ini dapat terselesaikan. Kelompok Manajemen
menyadari bahwa laporan Stase Manajemen Keperawatan ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan agar dapat menghasilkan laporan yang lebih baik. Semoga laporan
Stase Manajemen Keperawatan ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

Tegal, 19 April 2021


Penyusun

Kelompok 2 LBW

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 5

C. Tujuan Praktik 5

D. Cara Pengkajian6

E. Praktikan 7

BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG


LAAVENDER BAWAH WANITA
A. Kajian Situasi RSUD Kardinah 8

1. Visi Rumah Sakit.............................................................................................8

2. Misi Rumah Sakit.............................................................................................8

3. Falsafah Rumah Sakit......................................................................................9

4. Nilai - Nilai......................................................................................................9

5. Tujuan Rumah Sakit 9

B. Kajian Situasi Di Ruang Lavender Bawah Wanita 10


1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Lavender Bawah Wanita 10
2. Unsur Input 14
a. Pasien 14
b. Peserta Didik 16
c. Ketenagaan 18
d. Fasilitas dan Alat 29
e. Metode 33

iii
f. Sumber Dana 58
3. Unsur Proses 60
a. Proses Asuhan Keperawatan 60
b. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan 120
4. Unsur Output 150
a. Efisiensi ruang rawat (BOR, LOS, TOL, BTO) 150
b. Instrumen A 155
c. Instrumen B 164
d. Instrumen C 178
e. Mutu Pelayanan Keperawatan 193
BAB III MASALAH DAN PERENCANAAN
A. Analisa Data 207
B. Prioritas Masalah 209
C. Analisis SWOT 211
D. Perencanaan 215
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 227
B. Saran 228
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147
Tahun 2010 Pasal 1 menyebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidang
kesehatan atau instansi tertentu dengan pengelolaan badan layanan umum atau
layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permenkes, No.3 Tahun 2020).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.82 Tahun 2013
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Pasal 1 menyebutkan bahwa
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS
adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk
jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat dan merupakan bagian dari Sistem Informasi
Kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi
data, informasi, indicator, prosedur, teknologi, perangkat dan sumber daya
manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan
tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pemangunan kesehatan.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global
ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh
karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan datang perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dengan
memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia secara
profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan,
yang dilaksanakan disarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen
pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu
proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankansuatu kegiatan di organisasi, dimana di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan koordinasi dan superfisi terhadap staf, sarana dan prasarana
dalam mencapai suatu organisasi.
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrase
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2012).
Kelly dan Heidental (2011) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
keemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan,
pengarahan dan pengendalian (Marquis & Huston, 2013).
Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan profesional
dengan pengelolaan sekelompok perawat dalam suatu tempat yang memberikan
asuhan keperawatan dengan menggunakan fungsi manajemen sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada pasien, untuk itu

2
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan (Nursalam, 2011).
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional
dengan pengelolaan sekelompok perawat dengan fungsi manajemen sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada klien, untuk itu
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi (Nursalam 2014).
Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan professional dimana
tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara
lain : pengorganisasian, perencanaan, motivasi dan pengendalian dari keempat
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan ketramilan teknis, hubungan
angtar manusia, konspetual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna masyarakat (Nursalam, 2017).
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mnegatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2015).
Nyeberg (2010) juga mengemukakan mutu pelayanan kesehatan menjadi
misi utama dan penting untuk diperhatikan oleh pengelola keperawatan.
Pelayanan keperawatan menjadi poin utama dalam pelayanan kesehatan karena
perawat selalu siaga digaris terdepan dalam upaya menciptakan system kesehatan
yang mendukung hasil yang positif bagi pasien dengan menyediakan pelayanan
24 jam penuh.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di

3
bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Rumah sakit perlu di
dukung dengan adanya organisasi dan manajemen yang baik dengan berorientasi
pada mutu pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh
sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien.
Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak
cara. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang baik
selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan
praktik.
Asuhan keperawatan memberikan banyak kontribusi dalam penilaian
akreditasi rumah sakit, dimana terdapat poin penilaian kelompok standar
berfokus pada pasien dan kelompok sasaran keselamatan pasien (Nursalam,
2011). Perawat di ruang rawat inap selalu berhubungan dengan pelayanan kepada
pasien, sehingga patient safety merupakan hal penting dalam pemberian asuhan.
Jika patient safety sudah berjalan dengan baik maka akan berdampak pada
terciptanya lingkungan yang aman bagi pasien, dan pemberian asuhan yang aman
pula, tidak mengakibatkan kerugian bagi pasien dan keluarganya maupun bagi
perawat. Semua kegiatan tersebut memerlukan suatu pendokumentasian
keperawatan sebagai aspek legal tanggung jawab dan tanggung gugat atas
pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
Pelayanan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih
diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan ini
sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki
otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability),
menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi,
serta mempunyai aspek legal.
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto diharapkan dapat mengaplikasikan secara langsung mengenai

4
pengetahuan manajerial di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota
Tegal yang berlangsung selama 3 minggu yaitu tanggal 19 April 2021 – 8 Mei
2021, dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun dari pembimbing
akademik. Praktik manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen.
Ruang Lavender Bawah Wanita adalah ruang rawat inap untuk penyakit
bedah khusus dengan fasiltas kelas III, model pengorganisasian Ruang Lavender
Bawah Wanita adalah dengan metode tim yang dilaksanankan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan keperawatan untuk meningkatkan keterampilan
manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi manajemen
keperawatan juga melakukan praktek langsung di lapangan. Dalam memberikan
asuhan keperawatan tentunya perawat harus memperhatikan proses dokumentasi
keperawatan tidak hanya implementasinya saja. Dokumentasi keperawatan
merupakan unsur penting dalam sitem pelayanan kesehatan, karena adanya
dokumentasi yang baik, informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat
diketahui secara berkesinambungan.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksaanaan praktik manajemen keperawatan dilaksanakan di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal, berlangsung dari tanggal
19 April 2021 sampai dengan 8 Mei 2021.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu
di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal, diharapkan
mahasiswa mampu melakukan pengorganisasian dalam mengelola asuhan

5
keperawatan dan menjadi role model di ruang rawat inap dengan
menggunakan keterampilan manajemen dan strategi kepemimpinan sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan profesional yang berkualitas.
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal mahasiswa mampu:
a. Melakukan Analisis tentang gambaran umum Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal.
b. Melakukan Analisis dari aspek manajemen di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal.
c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal.
d. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di
Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang telah
disusun sesuai prioritas di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah
Kota Tegal.

D. Cara Pengkajian
Praktik manajemen keperawatan ini dilakukan dengan cara pengkajian
proses manajemen yang meliputi :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi
ruangan, inventaris ruang, proses asuhan keperawatan yang dilakukan
perawat pada pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, perawat primer, perawat
pelaksana dan pasien untuk mengumpulkan data tentang proses pelayanan
pasien, dan proses pelayanan yang dilakukan oleh perawat.

6
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai
karakteristik pasien, ketenagaan dokumentasi proses keperawatan, struktur
organisasi, prosedur tetap ruangan, inventaris ruangan, dan instrument ruang.
4. Angket
Angket digunakan untuk mendapatkan informasi pasien di Ruang
Lavender Bawah Wanita.

E. Praktikan
Mahasiswa praktik stase manajemen di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Kota Tegal adalah Mahasiswa Profesi Ners Universitas Harapan
Bangsa Purwokerto Tahun Akademik 2020/2021. Nama anggota kelompok
sebagai berikut:
1. Shonita Estre Lycha S. Kep (NIM. 200104085)
2. Sri Ambarwati S. Kep (NIM. 200104088)
3. Sun Muafiroh S. Kep (NIM. 200104089)
4. Texa Fredyan Saputra S. Kep (NIM. 200104090)
5. Tomy Wiryanto S. Kep (NIM. 200104091)
6. Widi Ruchyat Viviana S. Kep (NIM. 200104094)
7. Wiwin Agustina S. Kep (NIM. 200104095)
8. Yeni Styorini S. Kep (NIM. 200104096)
9. Yuli Misnawati S. Kep (NIM. 200104100)
10. Siti Nuraminah S. Kep (NIM. 190104119)

7
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG LAVENDER BAWAH WANITA RSUD KARDINAH TEGAL

A. Kajian Situasi RSUD Kardinah Kota Tegal


1. Visi Rumah Sakit
Menjadi Rumah Sakit bertaraf Nasional, Berwawasan, Pendidikan dan
Penelitian, Profesional serta Mandiri dengan pelayanan prima. Makna yang
terkandung dalam visi tersebut adalah RSUD Kardinah harus menjadi rumah
sakit yang menerapkan standar pelayanan mutu melalui akreditasi nasional
(KARS) dan mandiri dalam tata kelolayang kredibel, transparan, adil dan
bertanggung jawab (Good Clinical Govermance), mengembangkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan perkembangan tekhnologi kedokteran terkini yang
berwawasan lingkungan (Continous Improvement) serta menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran yang profesional (Good
Health Education).
2. Misi Rumah Sakit
Dalam pencapaian Visi yang telah ditetapkan, maka RSUD Kardinah
melaksanakan beberapa langkah yang dirumuskan dalam Misi. Ada 4 (empat)
misi yang diharapkan akan memudahkan seluruh elemen yang ada di RSUD
Kardinah dalam mencapai Visi, yakni :
a. Misi “Mengembangkan Manajemen Rumah Sakit Yang Efektif Dan
Profesional (Good Corporate Govermance)” bertujuan meningkatkan
kemandirian organisasi dan manajemen yang efektif dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan sasaran mingkatnya
pendapatan operasional BLUD.
b. Misi “Memberikan Pelayanan Prima Kepada Seluruh Lapisan Masyarakat
Pengguna Jasa Rumah Sakit Dengan Menjunjung Tinggi Standar Dan Etika
Profesi Serta Berkeadilan (Good Clinical Govermance) adalah

8
meningkatkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasaan
pengguna jasa dengan sasaran tercapainya kepuasan pengguna jasa.
c. Misi “Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Ssuai Dengan Perkembangan
Teknologi Kedokteran Terkini Berwawasan Lingkungan (Continous
Improvement)” bertujuan meningkatkanmutu pelayanan kesehatan yang
berorientasi padastandar mutu pelayanan dan keselamatan pasien dengan
sasaran tercapainya mutu pelayanan kesehatan sesuai SPM.
d. Misi “Menyelenggarakan Pendidikan Dan Penelitian Di Bidang
Kedokteran Yang Profesional (Good Health Education)” adalah
bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam rangka menunjang pendidikan
bagi mahasiswa kedikteran guna menghasilkan SDM yang profesional.
3. Falsafah Rumah Sakit
Falsafah yang di anut oleh RSUD kardinah adalah bahwa pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan atas dasarkeikhlasan,kesungguhan, beretika dan
amanah, menjadikan setiap langkah pelayanan menjadi ibadah.
4. Nilai – Nilai
Dalam bekerja untuk memberikan pelayanan kepada pengguna jasa, RSUD
Kardinah menjunjung tinggi nilai-nilai, kerjasama tim, integritas, manusiawi,
dan profesional.
5. Tujuan rumah sakit
a. Terwujudnya rumah sakit dengan manajemen yang efektif dan profesional
b. Tercapainya pelayanan prima bagi seluruh pengguna jasa pelayanan
rumah sakit
c. Tercapainya mutu playanan kesehatan sesuai perkembangan teknologi
kedokteran berwawasan lingkungan.
d. Terselenggaranya program pendidikan kedokteran yang profesional.

9
B. Kajian Situasi Di Ruang Lavender Bawah Wanita
1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Lavender Bawah Wanita
Ruang Lavender Bawah Wanita merupakan salah satu ruang perawatan
kelas 3 di RSUD Kardinah Tegal yang memberikan perawatan pasien khusus
bedah,wanita. Ruang Lavender Bawah Wanita terletak dibagian barat RSUD
Kardinah Tegal dan berbatasan dengan ruang Rosella disebelah barat, ruang
Lavender Bawah Pria disebelah timur, ruang Unit Rawat Jantung disebelah
utara dan Lapangan di sebelah selatan.
Kapasitas Ruang Lavender Bawah Wanita terdiri dari 24 tempat tidur yang
terdiri dari kamar D sampai kamar F, dimana 1 kamar masing-masing terdapat
a. 8 tempat tidur
b. 8 lemari
c. 2 kamar mandi dalam
d. 4 kipas angina

10
Gambar 2.1 Denah Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
Tahun 2021

KETERANGAN :

WC
RUANG F B

WC S U

WC
T

RUANG E

Batas Ruangan :
WC Barat : Rosella
Timur : LBP
Utara : URJ
WC Selatan : Lapangan

RUANG D

WC

GUDA NURSE
RUANG KARU
NG STATION
DEKONTAMIN
ASI ALAT

TEMPAT OBAT

11
Tarif pelayanan perawatan di Ruang Lavender Bawah Wanita berdasarkan
ketentuan tarif terbaru di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal, yang dapat
dilihat dalam tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 Tarif Pelayanan di Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah


Tegal Tahun 2021
Jenis
No Pemeriksaan
Deskripsi Layanan Kelas Biaya
1 Akomodasi Akomodasi Perawatan III Rp 25.000
Perawatan
2 Tindakan Para Alih Baring III Rp 8.400
Medik Dasar
II
3 Asuhan Gizi Asuhan Gizi Standar III Rp 22.500
4 Tindakan Manajemen nyeri (distraksi, III Rp 8.400
Paramedik II relaksasi, hipnoterapi)
5 Tindakan Pantau Vital Sign III Rp 8.400
Paramedik II
6 Tindakan Pendidikan Kesehatan III Rp 8.400
Paramedik II
7 Visit Dokter Visit dan atau konsultasi dokter III Rp 25.000
spesialis
8 Visit Dokter Visit dan atau konsultasi dokter III Rp 20.000
umum
Sumber : Rekam Medis Pasien di Lavender Bawah Wanita

Ruang Lavender Bawah Wanita dipimpin oleh 1 kepala ruang, yang


beranggotakan 2 Ka TIM, 4 KA Shift dan 8 Perawat Assosiate. Struktur
organisasi di Ruang Lavender Bawah Wanita secara lengkap dapat dilihat pada
gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD


Kardinah Tegal Tahun 2021

12
13
2. Unsur Input
a. Pasien
1) Kajian teori
Kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien, pasien adalah setiap
orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukakan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit menurut Permenkes RI
No.4 tahun 2018.
Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis, seringkali
pasien menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter
untuk memulihkannya. Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan
kata patient dari bahasa inggris. Patient diturunkan dari bahasa latin yaitu
patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata pati yang artinya
menderita (Haryanto, 2015 dalam Tugiarto, A. dkk, 2018).
2) Kajian data
Ruang Lavender Bawah Wanita adalah ruang rawat inap kelas 3 yang
melayani perawatan pasien bedah wanita dengan perawatan pasien pre
dan post operasi. Jumlah pasien yang dirawat diruang Lavender Bawah
Wanita selama periode Januari – Maret 2021 dijelaskan dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Distribusi Jumlah Pasien Masuk di Ruang Lavender
Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal Bulan Januari –
Maret 2021
No Bulan Jumlah
1 Januari 30
2 Februari 44
3 Maret 67
Jumlah 141
Rata-rata 47
Sumber :Laporan Bulanan Rekam Medik
Periode Januari – Maret 2021

14
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.2 menunjukan
bahwa jumlah pasien tertinggi pada bulan Maret 2021 dengan 67
pasien dan terendah pada bulan Januari 2021 dengan 30 pasien.

Tabel 2.3 Distribusi 10 Besar Penyakit di Ruang Lavender Bawah


Wanita RSUD Kardinah Tegal Bulan Januari – Maret 2021
No NamaPenyakit Jumlah Persentasi
1 Katarak 19 29,6%
2 Fraktur 12 18,75%
3 Tumor 9 14,06%
4 Inpaksi 4 6,25%
5 Multiple choledocholi 4 6,25%
6 STT Punggung 4 6,25%
7 Anemia 3 4,68%
8 Struma 3 4,68%
9 Batu Ginjal 3 4,68%
10 Ca mammae 3 4,68%
Jumlah 64 100%
Sumber: Buku Pendataan Tanda Tanda Vital Pasien Lavender
Bawah Wanita bulan Januari – Februari 2021

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 2.3 diatas menunjukkan


10 besar penyakit di ruang Lavender Bawah Wanita katarak menduduki
urutan teratas yaitu sebesar 29,6% atau sebanyak 19 pasien dari total
jumlah pasien yang masuk atau dirawat di ruang Lavender Bawah Wanita
selama periode Januari sampai dengan Maret 2021 yaitu sebanyak 64
pasien, kemudian di urutan kedua Fraktur sebesar 18,75% atau sebanyak
12 pasien dan urutan ketiga penyakit Tumor sebesar 14,06% atau
sebanyak 9 pasien.
Proses penentuan 10 besar penyakit diatas belum bisa dijadikan
ukuran dalam proses pembuatan standar asuhan keperawatan karena data
diatas diambil 3 bulan terakhir yaitu bulan Januari – Maret 2021.
3) Analisis

15
Berdasarkan tabel 2.2 dan 2.3 diperoleh data jumlah pasien rawat inap
di ruang lavender bawah wanita selama 3 bulan terakhir mengalami
kenaikan. Serta untuk data 10 penyakit terbesar didominasi oleh katarak
dan fraktur.
b. Peserta didik
1) Kajian teori
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Rumah Sakit Umum
Kardinah memiliki salah satu visi yaitu menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat dibidang kesehatan serta
mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan
inovatif. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut RSUD Kardinah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
termasuk SDM keperawatan.
Rumah Sakit Umum Kardinah kota Tegal sebagai rumah sakit
pendidikan, yang digunakan sebagai lahan praktek dari berbagai institusi
pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan untuk
menghasilkan lulusan peserta didik keperawatan yang berkualitas, perlu
adanya pengelolaan bimbingan PKK yang baik, bermutu tinggi, serasi
dan selaras dengan perkembangan iptek.
2) Kajian data
Tabel 2.4 Distribusi Mahasiswa Praktik di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Bulan Januari 2021 -
Maret 2021
No Nama Institusi Bulan
Januari Februari Maret
1 Politeknik 8 4

16
Harapan mahasiswa mahasiswa -
Bersama Tegal
2 STIKES Brebes 8 4 -
mahasiswa mahasiswa
3 Universitas - 14 -
Harapan mahasiswa
Bangsa
4 STIKES - - 24
BHAMADA mahasiswa
Slawi
5 AKPER Buntet - - 24
Pesantren mahasiswa
Cirebon
Jumla 8 22 48
h
Sumber : Daftar Jadwal Praktik Ruang Lavender Bawah
Wanita Mahasiswa Bulan Januari – Maret 2021
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.4 menunjukan bahwa
pada bulan Januari sampai Februari 2021 terdapat mahasiswa praktik dari
Politeknik Harapan Bersama Tegal sebanyak 12 mahasiswa dan STIKES
Brebes sebanyak 12 mahasiswa. Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
sebanyak 14 mahasiswa pada bulan Februari 2021. STIKES BHAMADA
Slawi sebanyak 24 mahasiswa dan AKPER Buntet Pesantren Cirebon
sebanyak 24 mahasiswa pada bulan Maret 2021.

3) Analisis
Pelaksanaan praktik klinik di RSUD Kardinah Tegal sudah sesuai
dengan petunjuk teknis pelaksanaan praktik klinik yang dibuat oleh
RSUD Kardinah, yaitu mulai dari penandatanganan perjanjian kedua
institusi, pemberian kerangka acuan oleh institusi pendidikan ke lahan
praktek, penentuan lokasi praktik, perencanaan penerimaan orientasi dan
penyiapan pembimbing klinik bagi mahasiswa praktik. Selain itu, institusi
pendidikan sebelum menerjunkan mahasiswanya sudah memberikan
uraian rencana pelaksanaan PKK meliputi tujuan, kompetensi, penugasan,

17
tata tertib, sanksi, dll, dimana selain mahasiswa, pembimbing lapangan
juga sudah mendapatkan buku panduan dari institusi pendidikan. Sebelum
melaksanakan praktik klinik mahasiswa dibekali materi oleh pihak diklat
RSUD Kardinah.
Ruang Lavender Bawah Wanita adalah salah satu ruang kelas 3
yang menjadi tempat praktik mahasiswa. Dalam tiga bulan terakhir
terdapat 78 mahasiswa yang melakukan praktik diruang tersebut yang
terdiri dari Universitas Harapan Bangsa Purwokerto, Politeknik Harapan
Bersama Tegal, STIKES Bhamada Slawi, AKPER Buntet Pesantren
Cirebon, STIKES Brebes.
c. Ketenagaan
1) Kajian Teori
a) Kuantitas
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara profesional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukan pada individu,
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2012).
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan perencanaan
dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dalam
suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai untuk suatu ruangan
tiap shifnya. Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
atau staffing merupakan fungsi manajemen yang merupakan dasar
pelaksanaan kegiatan keperawatan. Perhitungan tenaga perawat
berhubungan dengan beban kerja perawat. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengkaji beban kerja tenaga perawat,
yakni rasio pasien dibanding perawat, rasio tempat tidur, serta
perlunya memperhitungkan tugas non-keperawatan yang dilakukan
oleh perawat seperti transport pasien (Kang et al. 2016). Dalam
penetapan jumlah tenaga perawat ada berapa rumus yang

18
dikembangkan oleh para ahli, selain untuk menetapkan rumus juga
dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga
yang ada saat ini cukup kurang atau lebih. Perhitungan menurut
Depkes (2005) adalah sebagai berikut :

Kebutuhan tenaga I = jumlah jam perawatan di ruangan/hari


Jam efektif perawat

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor


koreksi) dengan: hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss Day = jumlah hari minggu dlm 1 th+ cuti+hari besar
X keb.tenaga
Jumlah hari kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-keperawatan


diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

Pekerja non keperawatan= (Kebutuhan tenaga I + loss day) x 25%

Kebutuha tenaga = kebutuhan tenaga I + factor koreksi


(loss day+pekerja non keperawatan)

b) Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang berhubungan
dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan
berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen. Dalam
keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan
bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilkan
sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursallam, 2012).

19
Pelatihan, kursus dan loka karya yang diperlukan bagi tenaga
perawat profesional di rumah sakit menurut Djojdibroto (2010),
yaitu etika komunikasi yang meliputi:
a) Komunikasi dalam keperawatan
b) Etika keperawatan
c) Managemen keperawatan
d) Hospital managemen training
e) Audit medik
f) Pencegahan penyakit nosokomial
g) Sanitasi rumah sakit
Tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten melalui
pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan akan menunjang
terpenuhinya standar pendidikan tenaga keperawatan yang
berkualitas yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas pula secara profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

2) Kajian Data
a) Kuantitas
Tabel 2.6 Data Jumlah Pegawai di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2021
No Staff Jumlah Presentase %
1. Perawat 15 83,3%
2. Dokter ruangan 1 5,5%

20
3. Cleanning Service 2 11,1%
Jumlah 18 100%
Sumber: Data jumlah pegawai di Ruang Lavender
Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal tahun
2021
Berdasarkan data dari tabel 2.6 menunjukan bahwa jumlah
karyawan di ruang Lavender Bawah Wanita sebanyak 18 orang,
terdiri dari 15 Perawat, 1 Dokter ruangan, dan 2 Cleaning service.
Teori Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Menurut Depkes
(2005) dasar perhitungannya adalah :
 Perhitungan tenaga perawat
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien:
- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
- Rata-rata pasien perhari
- Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
- Jam perawatan yang diperlukan/ruang/hari
- Jam efektif setiap perawat/bidan adalah 7 jam perhari
Perhitunghan dalam Ruang Lavender Bawah Wanita
berdasarkan Klasifikasi pasien
Rata-rata Rata-rata jam Jumlah
No Jenis/Kategori
pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari
1 Pasien bedah 5 4 20
2 Pasien gawat 3 10 30
Jumlah 50

Rumus :

A = Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif /hari

A = 50 jam

21
7
= 7,14 dibulatkan menjadi 7 orang
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day) dan
jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
non-keperawatan (non-nursing job) seperti membuat rincian
pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien dan lain-lain.
Loss day
Dasar perhitungannya adalah:
- Jumlah hari minggu dalam satu tahun : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur hari besar : 14 hari
- Jumlah hari kerja efektif : 365 hari
Rumus:

B = ∑ hari minggu dalam 1 tahun + cuti tahunan + libur hari besar


XA
∑ hari kerja efektif

B = 52 + 12 + 14 X 7
286
= 78 X 7
286
= 546
286
= 1.9 orang, dibulatkan menjadi 2 orang
Tugas non keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
non-keperawatan (non-nursing jobs), seperti membuat rincian
pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien dan lain-lain, diperkirakan 25 % dari jam pelayanan
keperawatan.

22
Rumus :

C = Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25 %

C = (7 + 2) x 25 %
= 2.25, dibulatkan menjadi 2
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan
tersebut adalah :
Rumus:

Kebutuhan Tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi

= 7 + (2 + 2)
= 11 orang
Jadi tenaga yang dibutuhkan di Ruang Lavender Bawah
Wanita sebanyak 11 orang.
b) Kualitas
Berdasarkan observasi dan wawancara yang di peroleh
langsung, bahwa data di RSUD Kardinah Tegal ruang Lavender
Bawah Wanita telah di uraikan jabatan kepegawaian sebagai
klasifikasi jabatan.Uraian jabatan pegawai keperawn di RSUD
Kardinah Tegal ruang Lavender Bawah Wanita antara lain
(1) Jabatan Kepala Ruang Rawat
Syarat :
(a) Jenis pendidikan DIII Keperawatan / S1+Ners
(b) Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep kritis/
PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing praktek klinik
keperawatan, Peltihan keperawatan klinis sesuai bidang.
(c) Pengalaman kerja : pengalaman kerja minimal tahun
(d) Memiliki STR / SIK / SIPP
(2) Jabatan perawat Primer

23
Syarat:
(a) DIII kep / s1 kep + Ners
(b) Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep kritis/
PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing praktek klinik
keperawatan, Peltihan keperawatan klinis sesuai bidang
(c) Pengalaman Kerja : Pelaksaan keperawatan sesuai
kelompok klinis kep sesuai dengan latar belakang
pendidikan : DIII Kep 6 tahun, S1+Ners 3 tahun
(d) Memiliki STR / SIK / SIPP
(e) Di utamakan pernah mengikuti pelatihan klinik
keperawatan fungsional.
(3) Perawat Assosiate
Syarat:
(a) DIII kep
(b) Memiliki STR / SIK / SIPP
(c) Lolos seleksi mekanisme rekrutmen bagi yang non PNS
kriteria dan kualifikasi tersebut dapat memperhatikan
faktor dedikasi loyalitas dan perilaku berdasarkan
rekomendasi yang di atur internal RSUD Kardinat tegal.

Kualifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan dan


pelatihan dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.7 Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Golongan,
Pendidikan Dan Pelatihan di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Tegal
No Nama Jabata
Pendidikan Jenis pelatihan yang diikiuti
n
1 Laelly S1 Kepala - Pelatihan Kemoterapi Untuk Dokter
Rahmawat Keperawata Ruang Spesialis Penyakit Dalam (Intensist

24
No Nama Jabata
Pendidikan Jenis pelatihan yang diikiuti
n
i n Ners FellowHematology-Oncology)
(2015)
- Pelatihan manajemen asuhan
keperawatan (2016)
- Pelatihan Komunikasi Efektif Bagi
Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
(2018)
- Pelatihan Penerapan PPI Rumah
Sakit (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
- Pelatihan Aseptic Dispencing (2018)
- Pelatihan In House Training
Pngelolaan Pasien Isolasi (Airbone
Disease Dan Immunocomoremised)
(2020)
- Pelatihan Preceptor Mentorship bagi
Clinical Instructure (CI) (2021)
2 Dian Lis S1 Ka Tim - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Ratna Keperawata (2018)
- Pelatihann hand hygiene (2018)
n Ners
- Pelatihan penanggulangan bencana
kebakaran

3 Sri Asih S1 Ka Tim - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik


Keperawata (2018)
- Pelatihann hand hygiene (2018)
n Ners
- Pelatihan penanggulangan bencana
kebakaran
4 Desi Tri AMK Ka Shift - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Anggraeni (D3 1 (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
Keperawata
- Pelatihan Komunikasi Efektif Bagi
n) Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
Di Rumah Sakit (2018)

25
No Nama Jabata
Pendidikan Jenis pelatihan yang diikiuti
n

5 Riza Yanti S1 Ka - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik


Keperawata Shift 2 (2018)
- Pelatihann hand hygiene (2018)
n
- Pelatihan Komunikasi Efektif Bagi
Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
2018
6 Nur S1 Ka - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Fitriyani Keperawata Shift 3 (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
n Ners
- Pelatihan Komunikasi Efektif Bagi
Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
Di Rumah Sakit (2018)
7 Nur Aeni AMK Ka Shift - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
(D3 4 (2018)
- Pelatihann hand hygiene (2018)
Keperawata
n)
8 Sri AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Mulyati (D3 Assiosiet (2018)
- Pelatihann hand hygiene (2018)
Keperawata
n)
9 Nur AMK Perawat - Pelatihan penanggulangan bencana
Atikah (D3 Assiosiet kebakaran (2013)
- Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Keperawata
(2018)
n) - Pelatihan hand hygiene (2018)

10 Nani AMK Perawat - Pelatihan Basic Cardiac and Trauma


Apriyani (D3 Assiosiet Life Support (BC&TLS) 2017
- Pelatihann hand hygiene (2018)
Keperawata
n)
11 Yuliana AMK Perawat - Pelatihan pencampuran obat suntik
(2018)

26
No Nama Jabata
Pendidikan Jenis pelatihan yang diikiuti
n
(D3 Assiosiet - Pelatihann hand hygiene (2018)
Keperawata
n)
12 Juni AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Kresnawat (D3 Assiosiet (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
i Keperawata
n)
13 Vivi AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Ardilah (D3 Assiosiet (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
Keperawata
n)
14 Ninik AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Salimah (D3 Assiosiet (2018)
Pelatihan hand hygiene (2018)
Keperawatn
)
15 AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Indrawati (D3 Pelaksa (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
Keperawatn na
)
16 Habibi SMA Cleaning - Pelatihan penanggulangan bencana
Servis kebakaran
- Pelatihan hand hygiene
17 Ali SLTA Cleaning - Pelatihan BHD
Mustaqim Servis - Pelatihan hand hygiene
- Pelatihan penanggulangan bencana
kebakaran

3) Analisis
a) Kuantitas

27
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Depkes
didapatkan hasil kebutuhan tenaga perawat yaitu 11 perawat, dan
setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil jumlah perawat
yang ada yaitu 15 orang. Hal ini menunjukkan tenaga kesehatan di
ruangan Lavender Bawah Wanita telah lebih dari perhitungan,
namun hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena perhitungan
Depkes berdasarkan jumlah rata-rata pasien per hari, sedangkan
selama covid-19 jumlah pasien mengalami penurunan.
Perhitungan rumus Depkes berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien tidak dapat dilakukan karena tidak adanya data terkait
kategori tingkat ketergantungan pasien.
Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan angka kunjungan
pasien, hal ini terjadi karena terdapat alur proses pelayanan
kesehatan yang berubah, pembatasan jumlah pasien sebagai upaya
menghindari kerumunan, serta diterapkannya langkah pencegahan
standar, identifikasi awal dan pengendalian sumber virus
(Indonesia. Kementerian Kesehatan, 2020 dalam Astari, D. dkk,
2021).
b) Kualitas
Berdasarkan tabel 2.7 dapat di simpulkan bahwa perawat di
ruang Lavender Bawah Wanita mayoritas berpendidikan D3
Keperawatan.

d. Fasilitas dan alat


1) Kajian Teori
Pengertian alat kesehatan menurut ketentuan Pasal 1 UU Rumah
Sakit , ialah instrument, aparatus, mesin dan atau implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mediagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,

28
memulihkan keshatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Proses pelaksanaan pengadaan alat kesehatan yang baik adalah
pengadaan yang efektif dan efisien dan optimal dalam pemanfaatan
alat kesehatan. Pengadaan alat kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan harus dapat termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya
guna.
2) Kajian Data
Berdasarkan data inventris alat kesehatan diruangan Lavender
Bawah Wanita, perawatan alat dan fasilitas dilakukan secara periodik
dibagi dalam perawatan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang berupa perawatan rutin dan perawatan kalibrasi oleh tim IPS
rumah sakit.
Daftar inventaris fasilitas dan alat di ruang Lavender Bawah
Wanita dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.9 Daftar Inventaris Alat Kesehatan Di Ruang Lavender
Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2021
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Regulator O2 24 Baik
2 Stetoscop 2 Baik
3 Reflex Hammer 2 Rusak
4 Bengkok 2 Baik
5 Kom 1 Baik
6 Lampu kepala - -
7 Bak instrument 3 Baik
8 Troli instrument 2 Baik
9 Iluminator lamp 1 Baik
10 Nebulizer 1 Baik
11 Tensi meter 3 Baik
15 Senter 1 Baik
16 Glucotes 1 Baik
17 Gunting verban 2 Baik
18 Pen light 1 Baik
19 Timbangan badan berdiri 1 Baik

29
20 Box emergency 1 Baik
21 Buli-buli 1 Baik
22 Thermometer raksa 2 Baik
23 Thermometer digital 3 Baik
24 Escrup 1 Baik
25 Linen 24 Baik
26 Penumbuk obat 1 Baik
27 EKG 1 Rusak
Sumber : Kartu Inventaris alat kesehatan ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal tahun
2021

Tabel 2.10 Daftar Inventaris Alat Kantor Di Ruang Lavender


Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2021
No Alat kantor Jumlah Kondisi
1 Filing cabinet besi 1 Baik
2 Komputer set 1 Baik
3 Printer 1 Baik
4 Kursi putar 2 Baik
5 Kursi bulat hijau 4 Baik
6 Kursi rapat 3 Baik
7 Meja nurse station 1 Baik
8 Meja kayu 4 Baik
Lemari besi swing door 1 Baik
9
kaca
10 Lemari loker obat 1 Baik
11 Lemari loker petugas 1 Baik
12 Rak sepatu pintu kaca 1 Baik
13 Meja rak dorong hitam 1 Baik
14 Nurse call 1 Baik
15 Earphone 1 Baik
16 White Board 1 Baik
17 Lemari linen 1 Baik

Tabel 2.11 Daftar Inventaris Alat Dapur Di Ruang Lavender


Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun
2021

30
No Alat Rumah Jumlah Kondisi
Tangga
1 Rak piring kecil 1 Baik
2 Gelas pegawai 15 Baik
3 Sendok pegawai 15 Baik
4 Tremos 1 Baik
5 Mangkok pegawai 5 Baik
6 Panci 2 Baik
7 Kulkas 2 Baik
8 Teko 1 Baik
10 Dispenser 1 Baik
11 Tutup gelas 15 Baik
pegawai
Sumber : Data Sekunder Ruang
Lavender Bawah Wanita Tahun 2021

Tabel 2.12 Daftar Inventaris Alat Elektronik Di Ruang Lavender


Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2021
No Alat Rumah Tangga Jumlah Kondisi
1 AC 2 Baik
2 Kipas angin 2 Baik
3 TV LED 14 inch 1 Baik

3) Analisis
Berdasarkan hasil observasi inventaris alat diruang lavender bawah
wanita diketahui secara keseluruhan kondisi alat- dan fasilitas
tersebut dalam keadaan baik dan dapat digunakan adapun alat yang
rusak, yaitu EKG.

e. Metode (SAK dan SOP)

31
1. SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
a) Kajian teori
Standar dokumentsi asuhan keperawatan suatu pelayanan
tentang prioritas dokumentasi yang dipertimbangkan secara
adekuat dalam suatu situasi tertentu menurut Fisbach (2012).
Dengan asanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap
kualitas dokumentasi keperawatan. Perawat memerlukan suatu
standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan
sebagai petunjuk atau pedoman praktis pendokumentasian dalam
memberikan tindakan keperawatan.

Standar-standar yang ditetapkan dalam Standar Asuhan


Keperawatan terdiri dari :
1) Pengertian
Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang
diperlukan oleh setiap tenaga profesional. Satndar praktik
keperwatan adalah ekspektasi/harapan-harapan minimal
dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif
dan etis. Standar praktik keperawatan merupakan komitmen
profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap
praktik yang dilakukan oleh anggota profesi.
2) Lingkup
Lingkup Standar Praktik Keperawatan Indonesia meliputi :
a) Standar Praktik Profesional
a. Standar I : Pengkajian
b. Standar II : Dignosa Keperawatan

32
c. Standar III : Perencanaan Tindakan
(Intervensi)
d. Standar IV : Pelaksanaan Tindakan
( Implementasi)
e. Standar V : Evaluasi
b) Standar Kinerja Profesional
a. Standar I : Jaminan Mutu
b. Standar II : Pendidikan
c. Standar III : Peniliaian Kerja
d. Standar IV : Kesejawatan (Collegial)
e. Standar V : Etik
f. Standar VI : Kolaborasi
g. Standar VII : Riset
h. Standar VIII : Pemanfaatan Sumber-Sumber
3) Standar Praktik Profesional
Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan.

Rasional : Pengkajian keperawatan merupakan aspek


penting dalam proses keperawatan yang bertujuan
menetapkan dasar tentang tingkat kesehatan klien yang
digunakan untuk merumuskan masalah klien dan rencana
tindakan.
Kriteria Struktur
1. Metode pengumpulan data yang digunanak dapat
menjamin :
a. Pengumpulan data yang sitematis dan lengkap.

33
b. Diperbaharuinya data dalam pencatatan yang ada.
c. Kemudahan memperoleh data.
d. Terjaganya kerahasiaan.
2. Tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data
keperawatan yang merupakan bagian integral dari
sistem pencatatan pengumpulan data klien.
3. Sistem pencatatan berdasarkan proses keperawatan.
Singkat, menyeluruh, akurat dan berkesiambungan.
4. Praktek mempunyai sistem pengumpulan data
keperawatan yang menjadi bagian dari sistem
pencatatan kesehatan klien.
5. Ditatanan praktek tersedia sistem penyimpanan data
yang dapat memungkinkan diperoleh kembali bila
diperlukan.
6. Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung.

Kriteria Proses
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data
penunjang (pengumpulan data penunjang diperoleh dari
hasil pemeriksaan laboratorium dan uji diagnosis), serta
mempelajari catatan lain.
2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait,
tim kesehatan, rekam medis, serta catatan lain.
3. Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
4. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk
mengidentifikasi :
a. Status kesehatan klien saat ini
b. Status kesehatan klien masa lalu

34
c. Status biologis (fisiologis)
d. Status psikologis (pola koping)
e. Status sosial (cultural)
f. Status spiritual
g. Respon terhadap terapi
h. Haraoan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
i. Resiko masalah potensial

Kriteria Hasil
1. Data catatan dan dianalisis sesuai standar dan format
yang ada.
2. Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan
sesuai kebutuhan klien.

Standar II : Diagnosis Keperawatan


Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan
diagnosis keperawatan.
Rasional : Diagnosis keperawatan sebagai dasar
pengembangan rencana intervesi keperawatan dalam
rangka mencapi meningkatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan lainnya.
Kriteria Struktur
1. Tatanan praktek memnerikan kesempatan :
a. Kepada teman sejawat, klien untuk melakukan
validasi diagnosis keperawatan.
b. Adanya mekanisme pertukaran informasi tetang
hasil penelitian dalam menetapkan diagnosis
keperawatan yang tepat.

35
c. Untuk akes sumber-sumber dan program
pengembangan profesional yang terkait.
d. Adanya pencatatan yang sistematis tetang diagnosis
pelayanan.

Kriteria Proses
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis dan interpretasi
data, identifikasi masalah klien dan perumusan
diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah
(P), penyebab (E), gejala/ tanda(S), atau terdiri dari
masalah dengan penyebab (PE).
3. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petgas
kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis
keperawatan.
4. Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan
data terbaru.

Kriteria Hasil
1. Diagnosis keperawatan validasi oleh klien bila
memungkinkan.
2. Diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh
teman sejawat sebagai diagnosis yang relevan dan
signifikan.
3. Diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan
perencanaan, implementasi, evaluasi dan penelitian.

Standar III : Perencanaan

36
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan
klien.
Rasional : Perencanaan dikembangkan berdasarkan
diagnosis keperawatan.
Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan:
1. Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan
perencanaan.
2. Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat
dikomunikasikan.

Kriteria Proses
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah,
tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
2. Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual (sebagai individu,
kelompok dan masyarakat) sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria Hasil
1. Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien.
2. Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap
diagnosis keperawatan.
3. Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan
mudah didapat.

37
4. Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi
pencampaian tujuan.

Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)


Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah
diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan
Rasional: Perawat mengimplementasikan rencana asuhan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan
berpengaruh pada hasil yang diharapkan:
Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan:
1. Sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan.
2. Pola ketenagaan yang sesuai kebutuhan.
3. Ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola
ketenagaan secara periodik.
4. Pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis
keperawatan.
5. Sistem konsultasi keperawatan.

Kriteria Proses
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan.
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk
meningkatkan status kesehatan klien.
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah klien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana
keperawatan dibawah tanggung jawabnya.

38
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap
klien untuk mencapai tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada klien tentang status
kesehatan dan fasilitas- fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
7. Memberikan pendidikan kepada klien & keluarga
mengenai konsep & keterampilan asuhan dini serta
membantu klien memodivikasi lingkungan yang
digunakannya.
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelasanaan tindakan
keperawatan berdasarkan respon klien

Kriteria Hasil
1. Terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon
klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh
kembali.
2. Tindakan keperawatan dapat diterima klien.
3. Ada bukti- bukti yang terukur tentang pencapaian
tujuan.

Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien
terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana
yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan
perencanaan.
Rasional : Praktek keperawatan merupakan suatu proses
dinamis yang mencakup berbagai perubahan data, diagnosa
atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektifitas
suhan keperawatan tergantung pada pengkajian yang
berulang- ulang.

39
Kriteria Struktur
1. Tatanan praktek menyediakan: sarana dan lingkungan
yang mendukung terlaksananya proses evaluasi.
2. Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat
dalam penyempurnaan perencanaan.
3. Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu
perawat melakukan evaluasi secara efektif dan
mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat.

Kriteria Proses
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil tindakan secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam
mengukur perkembangan kearah pencapaian tujua.
3. Memvalidasi dan menganlisi data baru dengan sejawat
dan klien.
4. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk
memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodivikasi
perencanaan.
6. Melakukan supervisi dan konsultasi klinik.

Kriteria Hasil
1. Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencana
tindakan berdasarkan evaluasi.
2. Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi
rencana tindakan.
3. Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan.

40
4. Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa
yang menunjukkan kontribusi terhadap evektifitas
tindakan keperawatan dan penelitian

4) Standar Kinerja Profesional


Standar I : Jaminan Mutu
Perawat secara sistematis melakukan evaluasi mutu dan
efektifitas praktek keperawatan.
Rasional : Evaluasi mutu asuhan keperawatan melalui
penilaian praktek keperawatan merupakan suatu cara untuk
memenuhi kewajiban profesi yaitu menjamin klien
mendapat asuhan yang bermutu.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan institusi untuk mendukung
terlaksananya jaminan mutu
2. Tersedia mekanisme telaah sejawat dan program
evaluasi interdisplin ditatanan praktek.
3. Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan anggota
program evaluasi interdisiplin untuk menilai hasil
akhir asuhan keperawatan.
4. Tersedianya rencana pengembangan jaminan mutu
berdasarkan standar praktek yang sudah ditetapkan
untuk memantau mutu asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien.

Kriteria Proses
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis
pada evaluasi praktek keperawatan melalui:
a. Penetapan indkator kritis dan alat pemantauan.

41
b. Pengumpulan dan analisis data.
c. Perumusan kesimpulan, umpan balik dan
rekomendasi.
d. Penyebaran informasi.
e. Penyusunan rencana tindakan lanjut.
f. Penyusunan rencana dan pelaksanaan penilaian
secara periodik.
2. Perawat memanfaatkan usulan- usulan yang sesuai,
yang diperoleh melalui program evaluasi praktek
keperawatan.

Kriteria Hasil
1. Adanya hasil pengendalian mutu
2. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan
yang di identifikasi melalui program evaluasi baik
pada individu perawat, unit atau organisasi.

Standar II : Pendidikan
Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu
pengetahuan mutakhir dalam praktek keperawatan.
Rasional : Perkembangan ilmu dan teknologi, sosial,
ekonomi, politik dan pendidika masyarakat menuntut
komitmen perawat untuk terus menerus meningkatkan
pengetahuan sehingga memacu pertumbuhan profesi.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan ditatanan praktek untuk tetap
memberi peluang dan fasilitas pada perawat untuk
mengikuti kegiatan yang terkait dengan pengembangan
keperawatan.

42
2. Tersedianya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan
praktek.
3. Adanya peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan
organisasi profesi untuk mengembangkan profesi.

Kriteria Proses
1. Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri
agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan
meningkatkan ketrampilan.
2. Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan
ditempat kerja (inservice) seperti diskusi ilmiah, ronde
keperawatan.
3. Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan
profesional lainnya.
4. Perawat membantu sejawat mengidentifikasi
kebutuhan belajar.

Kriteria Hasil
1. Adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
perawat tentang ilmu keperawatan dan teknologi
mutakhir.
2. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir dalam praktek klinik.

Standar III : Penilaian Kinerja


Perawat mengevaluasi prakteknya berdasarkan standar
praktek profesional dan ketentuan lain yang terkait.
Rasional

43
Penilaiaan kinerja perawat merupakan suatu cara untuk
menjamin tercapainya standar praktek keperawatan dan
ketentuan lain yang terkait.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan tentang penilaian kinerja perawat.
2. Adanya perawat penilai sebagai anggota penilai kerja.
3. Adanya standar penilaian kerja.
4. Adanya rencana penilaian kinerja berdasarkan standar
yang ditetapkan.

Kriteria Proses
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis
pada penilaian kinerja melalui:
a. Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja.
b. Pengkajian kinerja berdasarkan kriteria yang
ditetapkan.
c. Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area
yang baik dan kurang.
d. Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut.
2. Perawat memanfaatkan hasil penilaian untuk
memperbaiki dan mempertahankan kinerja.

Kriteri Hasil
1. Adanya hasil penilaian kerja.
2. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan
yang diidentifikasikan melalui kegiatan penilaian
kinerja.

Standar IV : Kesejawatan (Colegial)

44
Perawat berkontribusi dalam mengembangkan
keprofesionalan dari sejawat kolega.
Rasional
Kolaborasi antara sejawat melalui komunikasi efektif
meningkatkan kualitas pemberian pelayanan asuhan
kesehatan pada klien.
Kriteria Struktur
1. Tersedianya mekanisme untuk telaah sejawat pada
tatanan praktek.
2. Adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat
yang mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
3. Perawat berperan aktif dalam kolaborasi sejawat.

Kriteria Proses
1. Perawat berperan serta aktif dalam melaksanakan
kolaborasi antar interdisiplin melalui mekanisme
telaah sejawat.
2. Perawat memanfaatkan hasil kolaborasi dan
melaksanakan asuhan keperawatan.

Kriteria Hasil
1. Adanya kesepakatan antar sejawat.
2. Dilakukan perbaikan tindakan berdasarkan hasil
pertemuan kolaborasi sejawat.

Standar V : Etik

45
Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien
ditemtukan dengan cara yang etis (sesuai dengan norma,
nilai budaya, modul dan idealisme profesi)
Rasional : Kode etik perawat merupakan parameter bagi
perawat dalam membuat penilaian etis. Berbagai isu
spesifik tenang etik yang menjadi kepedulian perawat
meliputi : Penolakan pasien terhadap pengobatan,
“informed consent”, pemberhentian bantuan hidup,
kerahasiaan klien.
Kriteria Struktur
1. Adanya komite etik keperawatan.
2. Adanya kriteria masalah etik.
3. Adanya mekanisme penyelesaian masalah etik.
4. Adanya program pembinaan etik profesi keperawatan.
Kriteria Proses
1. Praktek perawat berpedoman pada kode etik.
2. Perawat menjaga kerahasiaan klien.
3. Perawat bertindak sebagai advokat klien.
4. Perawat memberikan asuhan dengan “tanpa
menghakimi” (non-judgement), tanpa diskriminasi.
5. Perawat memberikan asuhan dengan melindungi
otonomi, martabat dan hak-hak klien.
6. Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk
membantu menetapkan keputusan etik.

Kriteria Hasil
1. Ada bukti dalam catatan tentang klien, bahwa isu-isu
etik diteukan dan dibahas didalam pertemuan tim.

46
2. Sasaran dalam pembinaan keperawatan berkelanjutan
mencerminkan diterapkannya konsep-konsep yang ada
dalam kode etik.

Standar VI : Kolaborasi
Perawat berkolaboraso dengan klien, keluarga dan semua
pihak terkait serta tim multi disiplin kesehatan dalam
memberikan keperawatan klien.
Rasional
Kerumitan dalam pemberian asuhan membutuhkan
pendekatan multi disiplin untuk memberikan asuhan
kepada klien. Kolaborasi multi disiplin mutlak diperlukan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas asuhan dan
untuk membantu klien mencapai kesehatan optimal.
Melalui proses kolaboratif kemampuan yang khusus dari
pemberi asuhan kesehatan digunakan untuk
mengkomunikasikan, merencanakan, menyelesaikan
masalah dan mengevaluasi.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan kerja tim dalam memberikan asuhan
kesehatan terhadap klien.
2. Perawat dilibatkan dalam menetapkan kebijakan yang
terkait dengan asuhan klien.
3. Adanya jadwal pertemuan berkala.
4. Tersedianya mekanisme untuk menjamin keterlibatan
klien dalam pengambilan keputusan tim.

Kriteria Proses

47
1. Perawat berkonsultasi dengan profesi lain sesuai
kebutuhan untuk memberikan asuhan yang optimal
bagi klien.
2. Perawat mengkomunikasikan pengetahuan dan
ketrampilan keperawatan sehingga sejawat dapat
mengintergrasikannya dalam asuhan klien.
3. Perawat melibatkan klien dalam tim multidisiplin.
4. Perawat berfungsi sebagai advokat klien.
5. Perawat berkolaborasi dengan tim multidisiplin dalam
program pengajaran, supervisi dan upaya-upaya
penelitian.
6. Perawat mengakui dan menghormati sejawat dan
kontribusi mereka.

Kriteria Hasil
1. Ada bukti bahwa perawat merupakan anggota atau
bagian integral dari tim multidisiplin.
2. Ada bukti terjadinya kolaborasi multi disiplin, seperti
tercermin dalam rencana terapi.

Standar VII : Riset


Perawat menggunakan hasil riset dalam praktik
keperawatan.
Rasional : Perawat sebagai profesional mempunyai
tanggungjwab untuk mengembangkan pendekatan baru
dlam praktek melalui riset.
Kriteria Struktur
1. Tersedianya kebijakan institusi tentang riset.
2. Tersedianya pedoman riset.

48
3. Tersedia kesepakatan bagi perawat untuk melakukan
dan atau berpartisipasi dalam riset sesuai tingkat
pendidikan.
4. Tersedia peluang dan fasilitas untuk menggunakan
hasil riset.

Kriteria Proses
1. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait
praktek yang memerlukan riset.
2. Perawat menggunakan hasil riset yang dapat
dipertangggungjawabkan dalam upaya investgasi.
3. Perawat melaksanakan riset.
4. Perawat menggunakan hasil riset.
5. Perawat menjaminadanya mekanisme untuk
melindungi manusia sebagai subjek. Perawat
mengembangkan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi telaah riset sesuai tingkat pendidikan.
6. Perawat mendapatkan konsultasi dan atau supervisi
dari pakar bila diperlukan.
7. Perawat berkewajiban dalam mendesimenasikan hasil
riset.

Kriteria Hasil
1. Masalah klien teridentifikasi dan ditanggukangi
melalui upaya riset.
2. Adanya bukti landasan pengetahuan keperawatan
secara terus menerus diuji dan dimutakhirkan dengan
hasil-hasil riset yang relevan.
3. Praktek perawat mencerminkan digunakannya temuan
riset muktahur yang tersedia.

49
4. Telah dipublikasikan kontribusi perawat terhadap
pengembangan teori, praktek dan riset.

Standar VIII : Pemanfaat Sumber-Sumber


Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait
dengan kemanan, keefektifitas dan biaya dalam
perencanaan dan pemberian asuhan klien.
Rasional : Pelayanan keperawatan menuntut upaya untuk
rancangan program layanan keperawatan yang lebih efektif
dan efisien. Perawat berpartisipasi dalam menggali dan
memanfaatkan sumber-sumber bagi klien.
Kriteria Struktur
1. Tersedianya kebijakan ukuran produktif yang
digunakan dipelayanan keperawatan dan unit
keperawatan.
2. Tersedianya sumber dana sesuai dengan anggaran
yang disetujui.
3. Tersedianya standar kinerja yang jelas dan mekanisme
penyelesaian konflik.
4. Tersedianya sistem informasi manajemen yang
digunakan oleh berbagai tingkat managerial
keperawatan, untuk menerima, mengatur, menganalsis
dan menyampaikan serta menyimpan informasi yang
diperlukan untuk merencanakan pelaksanaan
keperawatan, mengatur tenaga keperawatan,
mengarahkan kegiatan keperawatan dan evaluasi
keluaran keperawatan.
5. Tersdianya program K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) di isntitusi.

50
6. Tersdianya protokol penting penanggulangan biaya.
7. Tersdianya alat-alat yang dibutuhkan klien.

Kriteria Proses
1. Perawat pengelola menyiapkan dan menatalaksanaan
program anggaran unit.
2. Perawat bertangggungjawab untuk mendistribusikan
sumberdaya yang tersedia dengan cara paling efektif
dan tidak boros.
3. Perawat mengontrol penggunaan sebagian besar dari
sumber daya institusi yang menjadi tanggungjawab
keperawatan.
4. Perawat menganlisis laporan bulanan anggara untuk
mengevaluasi pola pengeluaran dan dapat
menyesuaikan penggunaannya pada situasi berubah.
5. Perawat pengelolaan menyesuaikan jumlah beban
kerja unit dengan setiap tenaga kerja purnawaktu.
6. Menetapkan tugas pokok dan fungsi keperawatan
dengan tepat (menyusun jejaring yang mendukung
kesejawatan bagi perawat dan menanggapi dengan
tepat semua keluhan dan konflik perawat dengan
sejawat, ketidakserasian keluarga dengan jdwal kerja,
ketidakadilan penugasan kerja dan kurang memadai
orientasi kerja).
7. Perawat bertanggungjawab menjamin ketersediaan
alat-alat yang berfungsi baik.
8. Perawat bertanggungjawab menjamin K3 institusi atau
unit keperawatan.

Kriteria Hasil

51
1. Tersedianya laporan bulanan anggaran untuk
memberikan gambaran pola pengeluaran dan
penyesuaian anggaran.
2. Terwujudnya loyalitas karyawan terhadap kelompok
kerjanya karena kepuasan kerja dan konstribusi
pekerjaannya diakui dan dihargai.
3. Adanya otonomi dalam pengetahuan sumber daya
yang diperoleh dari masyarakat.
4. Pemanfaatan sumber-sumber pelayanan kesehatan di
masyarakat.
5. Terwujudnya pelayanan yang memperhatikan
kemanan, efektifitas dan biaya yang sesuai.
b) Kajian data
Di ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal
dalam pemberian asuhan keperawatan mengacu pada SAK
berdasarkan SK direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Kota Tegal, SAK di ruang Lavender Bawah Wanita RSUD
Kardinah Kota Tegal pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.13 Daftar Standar Asuhan Keperawatan Di Ruang Lavender


Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2021
No Standar Asuhan Keperawatan
1 Standar asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
2 Standar asuhan keperawatan cemas
3 Standar asuhan keperawatan defisit perawatan diri
4 Standar asuhan keperawatan diare
5 Standar asuhan keperawatan gangguan eliminasi urine

52
No Standar Asuhan Keperawatan
6 Standar asuhan keperawatan gangguan pola tidur
7 Standar asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik
8 Standar asuhan keperawatan hipertermia
9 Standar asuhan keperawatan intoleransi aktivitas
10 Standar asuhan keperawatan kekurangan volume cairan
11 Standar asuhan keperawatan kelebihan volume cairan
12 Standar asuhan keperawatan keletihan
13 Standar asuhan keperawatan kerusakan integritas kulit
14 Standar asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
15 Standar asuhan keperawatan ketidakefektifan koping keluarga;
menurun
16 Standar asuhan keperawatan konstipasi
17 Standar asuhan keperawatan kurang pengetahuan
18 Standar asuhan keperawatan nyeri akut/ kronis
19 Standar asuhan keperawatan penurunan curah jantung
20 Standar asuhan keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral
21 Standar asuhan keperawatan perfusi jaringan tidak efektif
22 Standar asuhan keperawatan ketidak efektifan pola nafas
23 Standar asuhan keperawatan resiko aspirasi
24 Standar asuhan keperawatan resiko infeksi
25 Standar asuhan keperawatan resiko injuri
26 Standar asuhan keperawatan resiko kerusakan integritas kulit
27 Standar asuhan keperawatan resiko penurunan curah jantung

c) Analisis
Berdasarkan data yang didapatkan, SAK diruang Lavender
Bawah Wanita masih kurang dan belum tersedianya SAK yang baru,
SAK terakhir adalah SAK tahun 2018.
2. Sop (standar operasional prosedur)
a) Kajian teori
Standar operasioal prosedur (SOP) merupakan dokumen yang
berisi serangkaian istruksi tertulis yag dibakukan berisi cara
melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan termasuk siapa yang
berperan (Insani, 2010).

53
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan
prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada
unit kerja yang bersangkutan (Tjipto, 2012).
b) Kajian data
Jenis standar operasional prosedur yang ada di ruang lavender
bawah wanita adalah sebagai berikut :
Tabel 2.13 Daftar Standar Prosedur Operasional Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2021
No Standar operasional prosedur
1. Spo tata urutan rekam medis
2. Sop Mencuci Tangan 6 Langkah Menggunakan Air Atau
Handrub Antiseptik
3. Spo penyusuna berkas rekam medis (asemblig)
4. Spo formulir assessment ulang nyeri
5. Spo formulir cppt (catatan perkembangan pasien terintegrasi)
6. Spo formulir persetujuan umum/ general cosent pasien di
RSUD Kardinah Tegal
7. Sop fotmulir grafik harian
8. Spo formulir lembar keterangan penyebab kematian
9. Spo formulir riwayat peggunaan obat
10. Spo pengkajian awal pasien rawat inap
11. Spo formulir pegkajian keperawatan
12. Spo formulir pegkajian resiko pasien jatuh khusus anak
13. Spo formulir pegkajian resiko pasien jatuh khusus dewasa
14. Spo formulir rekosiliasi obat da daftar obat yang dibawa dari
rumah
15. Spo formulir idetifikasi masuk keluar
16. Spo formulir ringkasan pasien pulag (discharge summary &
plannilng)
17. Spo formulir surat peritah rawat inap
18. Spo formulir lembar riwayat peggunaan obat
19. Spo formulir pelaporan efek samping obat

54
No Standar operasional prosedur
20. Spo formulir pemberian obat
21. Spo formulir rekonsiliasi obat (admisi) dan daftar obat yang
dibawa dari rumah
22. Spo formulir rekosiliasi obat saat discharge (pulag)
23. Spo formulir rekosiliasi obat saat transfer
24. Spo gizi
25. Spo bedah
26. Spo dokumen
27. Spo radiologi
28. Sop pemasangan kateter
29. Sop perawatan kateter
30. Sop pemindahan pasien
31. Sop penatalaksanaan latihan ROM
32. Sop penatalaksanaan alih baring pada pasien
33. Sop penatalaksanaan menjaga keselamatan pasien di tempat
tidur
34. Sop perawatan luka colostomi dan penggantian bag colostomi
35. Sop penggantian balutan
36. Sop pemberian obat oral
37. Sop pemberian obat melalui anus
38. Sop pemberian obat topical
39. Sop pemberian obat tetes mata
40. Sop pendidikan kesehatan manajemen nyeri
41. Sop persiapan tindakan injeksi
42. Sop persiapan obat dari vial
43. Sop pemberian suntikan intrakutan
44. Sop pemberian suntikan subkutan
45. Sop pemberian suntikan intravena
46. Sop pemberian suntikan intramuskular
47. Sop penatalaksanaan skintest
48. Sop pengambilan sempel laborat (darah vena)
49. Sop pengambilan sampel laborat (urine)
50. Sop pengambilan sampel laborat (feses)
51. Sop persiapan pasien sebelum operasi
52. Sop penerimaan pasien baru diruang rawat inap
53. Sop penatalaksanaan program orientasi kepada pasien baru
54. Sop penyuluhan kesahatan kepada paien dan keluarga
55. Sop perekaman EKG
56. Sop pendokumentasian proses keperawatan
57. Sop pencatatan perkembangan terintregasi
58. Sop pemberian kewenangan kerja klinis perawat

55
No Standar operasional prosedur
59. Sop pengiriman rujukan
60. Sop pelaksanaan assesment keperawatan pasien gawat darurat
61. Sop pelaksanaan assesment medis pasien gawat darurat
62. Sop prosedur assesment derajat nyeri pada dewasa
63. Sop prosedur manajemen nyeri
64. Sop Perawatan luka
65. Sop tata cara konsultasi nyeri
66. Sop pelaksanaan edukasi kolaboratif
67. Sop prosedur konfirmasi identitas sebelum melakukan
tindakan tertentu
68. Sop pemberian identitas pasien
69. Sop identifikasi pasien koma, tidak sadar, gangguan jiwa dan
anak yang belum dapat berkomunikasi
70. Sop pelepasan gelang identitas pasien
71. Sop pemasangan gelang pasien
72. Sop timbang terima operan antar perawat jaga
73. Sop pemberian edukasi diruang rawat inap
74. Sop merujuk pasien ke rumah sakit lain
75. Sop penolakan atau penghentian rencana asuhan medis
76. Sop pulang atas permintaan sendiri (APS)
77. Sop panduan persetujuan umum pelayanan kesehatan (general
consent)
Sumber :Buku sop ruang lavender bawah wanita tahun
2021
c) Analisis
SOP diruangan lavender bawah wanita sudah lengkap, namun
untuk SOP perawatan luka stoma dan SOP perawatan luka dengan
drain belum tercantum di pembukuan ruangan lavender bawah
wanita.
f. Sumber dana (money)
a) Kajian teori
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa terlepas dari pembiayaan
kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,

56
keluarga, kelompok dan masyarakat. Fungsi rumah sakit
memberikan pelayanan kesehatan, baik medis maupun non medis
dalam hal tersebut agar rumah sakit dapat berjalan secara optimal
dan dapat dirasakan bersama oleh seluruh masyarakat maka untuk
itu rumahsakit perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis
dan jasa pemborong (Suarli, 2009)
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia didanai oleh
pemerintah dan swasta. Secara garis besar pihak swasta membiayai
sekitar 70% total pendanaan (Biro Keuangan Depkes, 2001).
Pendanaan dari swasta terutama diperuntukkan bagi sistem
pelayanan kesehatan perorangan yang lebih bersifat private goods.
Di samping itu, sistem pelayanan kesehatan mendapatkan dana dari
sumber pemerintah dan juga dari luar negeri. Sebagian kecil dana
pelayanan kesehatan menggunakan asuransi kesehatan sebagai
mekanisme pendanaan. Sumber dana kemanusiaan secara resmi
tidak tercatat.

b) Kajian data
Berdasarkan data subjektif yang di dapatkan bahwa sumber
dana RSUD Kardinah Kota Tegal didapatkan dari :
1) APBN ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara )
Menurut kemenkeu RI sesuai dengan aturan pemerintah dalam
UUD Nomor 9 tahun 2009 tentang kesehatan pemerintah
berkomitmen untuk memenuhi alokasi anggaran kesehatan
sebesar 5% dari belanja Negara.
2) APBD ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah )
3) BPJS
Berdasarkan peraturan badan penyelenggara jaminan sosial
kesehatan tahun 2018. Tentang pengelolaan administrasi klaim

57
fasilitas kesehatan dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan
bahwa dalam rangka kepastian kecepatan ketepatan proses
administrasi klaim telah di tetapkan peraturan badan
penyelenggara jaminan social kesehatan no 3 tahu n 2017
tentang administrasi klaim fasilitas kesehata dalam
penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional.
c) Analisis
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur
yang berada di RSUD Kardinah.

58
3. Unsur Proses
a. Proses Asuhan Keperawatan
1) Metode Penugasan
a) Kajian Teori
Model atau metode pengelolaan pemberian asuhan keperawatan
klien paling tepat untuk setiap organisasi, bergantung pada
keterampilan dan keahlian staf, ketersediaan perawat profesional
yang terdaftar, sumber daya ekonomi dari organisasi tersebut,
keakutan klien, serta kerumitan tugas yang harus diselesaikan
(Marquis dan Huston, 2010).
Gillies (1996) dalam Suni (2018) menyebutkan bahwa terdapat
beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu:
1) Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pemberian asuhan
keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Setiap perawat diberi satu atau beberapa
tugas untuk dilaksanakan kepada semua kllien di suatu ruangan.
Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian
obat, mengganti balutan, memantau penggunaan infus, dan
kegiatan lain.
Prioritas utama yang dikerjakan ialah kebutuhan fisik dan
kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan secara holistik.
Mutu asuhan sering terabaikan karena pemberian asuhan
terfragmentasi. Komunikasi antarperawat sangat terbatas
sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu
klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan.
Pada metode ini, kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan, lalu menentukan
perawat yang akan bertanggung jawab melakukan tindakan

59
keperawatan tersebut. Perawat akan melaporkan tugas yang
dikerjakannya kepada kepala ruangan, lalu kepala ruangan yang
bertanggung jawab dalam membuat laporan klien.
Adapun kelebihan dalam metode fungsional ini yakni lebih
efisien, sangat baik untuk RS yang kekurangan tenaga,
meningkatkan keterampilan perawat, kekurangan tenaga ahli
dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk
tugas sederhana, dan memudahkan kepala ruangan untuk
mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan praktik untuk
keterampilan tertentu.
Sedangkan kekurangan dari metode ini antara lain pelayanan
perawatan terpisah-pisah, perawat cenderung meninggalkan
klien setelah melakukan tugasnya, persepsi perawat cenderung
kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja, tidak
memberikan kepuasan kepada klien atau perawat lainnya,
menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat, serta
hubungan perawat dan klien sulit terbentuk.
2) Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang
pertama digunakan. Pada metode ini, satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara
total dalam satu periode dinas. Perawat bertanggung jawab
terhadap klien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat
untuk satu klien dengan pemberian perawatan konstan untuk
periode tertentu. Metode ini biasa diterapkan untuk perawatan
khusus seperti isolasi, intensive care, dan perawat kesehatan
komunitas.
Kelebihan metode kasus ini adalah perawat lebih memahami
kasus per kasus dan sistem evaluasi dapat dilakukan secara terus-

60
menerus. Sementara itu, kekurangan dalam penerapan metode ini
adalah perawat penanggung jawab belum dapat diidentifikasi,
serta perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar
yang sama
3) Metode Tim
Metode Keperawatan Tim merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan dengan seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien, melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Sitorus dan Panjaitan, 2011).
Metode ini merupakan pengorganisasian pelayanan asuhan
keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri dari
kelompok klien dan kelompok perawat. Kelompok ini dipimpin
oleh perawat yang berijazah minimal D-3 keperawatan dan
berpengalaman kerja, serta memiliki pengetahuan di bidangnya.
Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh ketua tim yang
bertanggung jawab untuk mengarahkan anggota timnya. Dalam
hal ini, ketua tim bertugas memberi pengarahan dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien, serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya, ketua tim melaporkan kepada kepala
ruang tentang kemajuan pelayanan asuhan keperawatan terhadap
klien (Suni, 2018).
Secara ringkas, tanggung jawab dari tiap komponen yang
terlibat dalam metode keperawatan tim diuraikan sebagai
berikut. (Suni, 2018). Tanggung jawab kepala ruang :
(a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan
(b) Mengorganisasikan pembagian tim dan klien

61
(c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan
(d) Menjadi narasumber bagi ketua tim
(e) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang
metode/ model tim dalam pemberian asuhan keperawtan
(f) Memberi pengarahan mengenai seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya
(g) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada
di ruangannya
(h) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan
yang lainnya
(i) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di
ruangannya, lalu melakukan tindak lanjut
(j) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui
riset keperawatan
(k) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua
staf
(l) Tanggung jawab ketua tim
(m)Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam pengaturan
jadwal dinas timnya
(n) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangan
yang didelegasikan oleh kepala ruangan
(o) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi asuhan keperawatan bersama anggota timnya
(p) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan
medis
(q) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui konferensi

62
(r) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil
yang diharapkan dan mendokumentasikannya
(s) Memberikan pengarahan kepada perawat pelaksana tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan
(t) Menyelenggarakan konferensi
(u) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
(v) Melakukan audit atau supervisi pelaksanaan asuhan
keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya
(w) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan
(x) Tanggung jawab anggota tim
(y) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan
keperawatan
(z) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang
telah diberikan berdasarkan respon klien
(aa) Berpartisipasi dalam memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan
(bb) Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim
(cc) Melaporkan perkembangan kondisi klien kepada ketua tim
(dd) Memberikan laporan
4) Metode Primer
Metode primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan, dengan Perawat Primer (PP) bertanggung jawab
selama 24 jam atas pelaksanaan asuhan keperawatan secara
holistik, mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi
hasil asuhan terhadap satu atau beberapa klien, yang dimulai
sejak klien masuk RS sampai klien dinyatakan pulang. Pada
umumnya, setiap PP merawat sampai 4 sampai 6 klien,
bertanggung jawab terhadap asuhan klien, serta

63
menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruang, dokter,
dan staf keperawatan (Suni, 2018).
Selama jam kerja, PP memberikan perawatan langung secara
total untuk klien. Ketika PP tidak sedang bertugas, tugas
perawatan dapat didelegasikan kepada Perawat Asosiet (Perawat
Pelaksana) yang mengikuti rencana keperawatan yang telah
disusun oleh perawat primer. Pada umumnya, di negara maju
perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah perawat
spesialis klinik yang memiliki kualifikasi master dalam bidang
keperawatan.
Karakteristik sebagai modalitas seorang perawat primer
dalam pelaksanaan keperawatn primer di uraikan sebagai
berikut. (Suni, 2018)
(a) Perawat primer bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan
klien selama 24 jam, mulai dari penerimaan sampai klien
diizinkan pulang
(b) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
keperawatan, kolaborasi dengan klien, dan profesi kesehatan
lain serta menyusun rencana tindakan keperawatan
(c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan
kepada perawat pelaksana selama shift lain
(d) PP berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
(e) Otoritas, tanggung gugat, dan otonomi ada pada PP.
Adapun kelebihan dari metode primer ini antara lain:
(a) PP mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
(b) Memberikan peningkatan otonomi pada pihak perawat,
sehiingga dapat meningkatkan tanggung jawab dan tanggung
gugat

64
(c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
PP dalam mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi
(d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
dan administrasi
(e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan
asuhan keperawatan secara holistik, staf medik juga
merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif
(f) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas
mereka, serta waktu yang digunakan lebih sedikit dalam
aktivitas koordinasi dan supervise
(g) Lebih dihargai oleh klien dan klien merasa dimanusiakan
karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, serta
meningkatkan hubungan antara perawat dan klien
(h) RS tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus memiliki kualitas tinggi.

65
b) Kajian Data
1) Tugas Kepala ruang di ruang Lavender Bawah Wanita
(a) Melaksanakan fungsi perencanaan
1. Menyusun program kerja tahunan diwilayah tanggung
jawabnya
2. Menyusun rencana kebutuhan SDM perawat dan tenaga
lain meliputi jumlah dan kualifikasinya
3. Menyusun dan mengusulkan kebutuhan pengembangan
SDM perawat dan tenaga lain
4. Menyusun usulan perbaikan dan pemeliharaan alat medik
dan keperawatan serta sarana dan prasarana di ruang
keperawatan.
(b) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan meliputi
1. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruang rawat dengan unit/ bagian yang
terkait dalam pelayanan diruang rawat
2. Menyusun dan mengatur jadwal dinas tenaga perawatan
dan tenaga lain meliputi petugas dinas, petugas dlibur,
petugas on call atau petugas pengganti dan jadwal cuti.
3. Melaksanakan program orientasi bagi pegawai baru/
peserta didik/ peserta pelatihan.
4. Mengatur pelaksanaaan program bimbingan bagi peserta
didik/ peserta pelatihan.
5. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana
perawatan dan tenaga lain yang berada di wilayah
tanggung jawabnya.
6. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatanya di
ruang rawat menurut kegawatan, infeksi dan non infeksi
untuk memudahkan pembinaan asuhan keperawatan.

66
7. Mengatur dan mengkoordinasikan penyediaan,
penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan alat- alat
keperawatan, alat medic, obat dan bahan yang diperlukan
agar selalu dalam siap pakai.
8. Memelihara kebersihan dan ketertiban ruang perawatan
melalui koordinasi dengan petugas terkait
9. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di
ruangan
10. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan
makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien.
11. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan dalam
kepatuhan terhadap SPO, standar pelayanan
keperawatan.
12. Mengkoordinasikan pelaksaaan kegiatan pengendalian
mutu pelayanan keperawatan dan patient safety.
(c) Melaksaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan
penilaian meliputi:
1. Melakukan supervise pelaksanaan asuhan keperawatan
meliputi: pencatatan asuhan keperawatan, kepatuhan
terhadap SPO, kehadiran pegawai dan meneliti
kebenaran absensi uang makan.
2. Melaksanakan penilaian kinerja pengawai
3. Melakukan pembinaan etik profesi dan membuat laporan
bila ada pegawai yang bermasalah.
4. Mengawasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan.
(d) Melaksanakan fungsi administrasi
1. Menyusun laporan mutu asuhan keperawatan
2. Menyusun laporan kegiatan pelayanan di ruang rawat

67
3. Menyusun laporan pertanggung jawaban inventaris dan
bahan habis pakai
(e) Menyusun laporan patient safety

Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Ruang bertanggung
jawab Kepala Bidang Keperawatan dalam hal:
1) Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
2) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
keperawatan
3) Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga
keperawatan
4) Kelancaran kegiatan orientasi perawatan.
5) Kebenaran dan ketepatan SPO pelayanan keperawatan
6) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelayanan
keperawatan
7) Kebenaran dan ketepatan kebutuhan penggunaan alat
8) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan program bimbingan
mahasiswa institusi keperawatan.
2) Tugas Ketua TIM di ruang lavender bawah wanita
a) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan
pasien masuk samapai dengan pulang
b) Melaksanakan timbang terima langsung ke pasien.
c) Melaksanakan pre dan post konfrence kepada anggota timnya
d) Melaksanakan pengkajian pasien baru, orientasi dan
memperkenalkan diri.
e) Membuat diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan
f) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan keperawatan

68
g) Melakukan evaluasi keperawatan dan kinerja tim
h) Menyampaikan menjelaskan evaluasi asuhan keperawatan dan
hasil kerja tim
i) Membuat perencanaan pulang (discharge planning)
j) Membuatn rincian biaya sebagai tanggung jawab administrasi
pasien kelolan.
k) Mengevaluasi laporan keadaan pasien yang telah dibuat anggotan
tim (Post Conference)
l) Melakukan tindakan keperawatan
m) Melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
n) Menciptakan kerjasama yang harmonis
o) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan laindan mengikuti
visit dokter
p) Merencanakan ronde keperawatan untuk kasus pasien
kelolaannya
q) Ikut serta kegiatan ilmiah rumah sakit
r) Mensupervisi dan menilai kinerja anggota tim

Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepada Ka Ruang Keperawatan
masing- masing.
3) Perawat Pelaksana/ Perawat Assosiet
a) Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya
b) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku
c) Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai
d) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnose
keperawatan, sesuai kewenangannya

69
e) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuaannya
f) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai
kebutuhan dan batas kemampuannya antara lain:
1. Tongkat penyangga
2. Memberikan penyuluhan kesehatan kepadaa pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya
h) Melatih/ membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
i) Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas
tinggi, kolaps, perdarahan, keracunan, nafas dan henti jantung)
sesaui protap yang berlaku selanjutnya segera melaporkan
tindakan yang telah dilakukan kepada dokter ruang rawat/
dokter jaga,
j) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas
kemampuan
k) Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi tersebut, sesuai batas
kemampuan
l) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahs
kasus dalam uapaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan
m) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara
bergilir sesuai jadwal dinas
n) Mengikuti pertemuan berkala tyang diadakan oleh kepala ruang
rawat
o) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang
keperawatan antara lain melalui pertemuaan ilmiah dan
penataran atas izi/ persetujuan atasan
p) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan yang tepat dn benar sesuai standar asuhan
keperawatan

70
q) Melaksamakam serah terima tugas kepada petugas pengganti
kepada petugas pengganti kepadaa lisan maupun tertulis pada
sat pergantian dinas
r) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien
mengenai:
1) Program diet
2) Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaanya
3) Pentingnya pemeriksaan ulang Rumah sakit, Puskesmas atau
instotusi kesehatan lainnya
4) Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan yang
bergizi atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial
ekonomi
5) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan
seperti:
a) Rollstoel
b) Tongkat penyangga
c) Protesa
s) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan
dirumahnya misalnya
a) Merawat luka
b) Melatih anggota gerak
t) Menyiapkan pasien yang akan pulang
u) Menyediakan formulir untuk penyelesaian administrasi seperti:
1) Resume medis
2) Surat keterangan istirahat sakit
3) Petunjuk diet
4) Resep obat untuk rumah, jika diperlukan
5) Surat rujukan atau pemeriksaan ulang (control)

71
Tanggung jawab
Tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya perawat
pelaksana di ruang perawatan bertanggung jawab kepada kepala
ruang terhadap hal- hsl sebagai berikut:
a. Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai standar
b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasi pelaksanaan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan.

72
c) Analisis
Metode penugasan yang digunakan di ruang Lavender Bawah
Wanita adalah metode Tim yang terdiri dari satu Kepala ruang, dua
perawat KATIM, empat perawat penanggung jawab sift dan 8 orang
perawat pelaksana. Bagan dalam ruangan lavender bawah wanita
masih belum sesuai dengan bagan metode tim karena masih seperti
bagan metode fungsional.

73
Tabel 2.22
Proses Asuhan Keperawatan
Di Ruang Lavender Bawah Wanita di
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Aspek yang Dinilai (n= 8)
Ya Tidak
A. PENGKAJIAN
1 Mencatat data yang dikaji sesuai 8 0
dengan pedoman
2 Pengkajian data mencakup:
a. Data biografi pasien dan 8 0
penanggung jawab
b. Riwayat sebelum sakit 8 0
c. Riwayat penyakit sekarang 8 0
d. Riwayat kesehatan keluarga 8 0
e. Keadaan Psikososial 2 6
f. Pola Fungsional 7 1
g. Pemeriksaan Fisik 2 6
3 Data dikelompokkan berdasarkan data 6 2
obyektif dan subjektif
4 Data dikelompokkan berdasarkan data 6 2
dasar dan data terfokus
5 Data dikaji dari pasien masuk sampai 8 0
pulang secara sistematis
6 Masalah dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsional:
a. Masalah disusun dalam daftar 4 4
masalah
b. Masalah diprioritaskan menurut 8 0
tingkat kebutuhan Maslow
Jumlah 72
72/104x100%
Rata-rata
= 69,2%
B. DIAGNOSA
1 Dx keperawatan dirumuskan
berdasarkan masalah yang telah
ditemukan
a. Perumusan jelas dan singkat 8 0

74
b. Spesifik dan akurat 8 0
c. Dapat dilaksanakan oleh perawat 8 0
2 Dx keperawatan mencerminkan
PE/PES
a. Spesifik dan akurat 8 0
b. Menggambarkan respon pasien 2 6
terhadap proses penyakit, kondisi
dan situasi
c. Berorientasi pada kebutuhan dasar 5 3
manusia
d. Berubah bila respon pasien 5 3
berubah
e. Dapat dilakukan oleh perawat 8 0
3 Merumuskan diagnosa keperawatan
aktual atau potensial (resiko):
a. Diagnosa aktual bersifat nyata, ada 8 0
penyebab/gejala
b. Diagnosa potensial bersifat 1 7
kemungkinan dan ditulis hanya
masalah dan penyebab saja
c. Dapat diatasi dengan intervensi 8 0
keperawatan
d. Mengarah pada fungsi mandiri 8 0
perawat
Jumlah 77
77/96x100% =
Rata-rata
80,2%
C. INTERVENSI
1 Perencanaan sesuai dengan diagnosa
keperawatan
a. Perencanaan sesuai dengan 8 0
diagnosa keperawatan yang telah
ditegakkan
b. Prioritas diagnose 8 0
2 Perencanaan disusun menurut prioritas 8 0
Hierarki Maslow
3 Rumusan tujuan mengandung
komponen pasien/subjek, perubahan,
perilaku, kondisi pasien atau kriteria:
a. Rumusan tujuan bersifat objektif 5 3
b. Fokus pada pasien 8 0

75
c. Jelas dan singkat 8 0
d. Dapat diukur dan diobservasi 8 0
e. Waktu relative dibatasi dengan 8 0
jelas (jangka pendek sampai
menengah, panjang)
f. Realistik 4 4
g. Mencakup kriteria keberhasilan 8 0
sebagai dasar evaluasi
4 Rencana tindakan mengacu pada
tujuan:
a. Menggunakan kalimat perintah 2 6
b. Melibatkan pasien/keluarga dalam 4 4
menyusun rencana tindakan
keperawatan
c. Mengetahui latar belakang agama 3 5
pasien
d. Mengarah pada tujuan yang akan 8 0
dicapai
e. Tindakan yang bersifat spesifik 6 2
dan realistic
f. Dapat dimodifkasi 8 0
5 Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga:
a. Ditentukan bersama oleh pasien, 2 6
keluarga, dan perawat
b. Tindakan yang dilakukan dapat 8 0
menjamin rasa aman dan nyaman
pasien
c. Memperhatikan kebijaksanaan dan 4 4
peraturan yang berlaku
d. Bahasa mudah dipahami 5 3
Jumlah 107 25
Rata-rata 107/160x100%
= 66,8%
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada
rencana keperawatan
a. Tindakan mengacu pada respon 8 0
pasien
b. Berdasarkan sumber yang tersedia 7 1
c. Dapat meningkatkan kemandirian 7 1

76
pasien
d. Memiliki dasar hokum 8 0
e. Berkolaborasi dengan profesi lain 8 0
f. Sesuai dengan dasar standar 4 4
praktek keperawatan
2 Penekanan pada aspek pencegahan
dan peningkatan kesehatan diberikan:
a. Selalu melakukan evaluasi 6 2
terhadap tindakan yang telah
diberikan
b. Tindakan berfokus untuk 2 6
mempertahankan daya tahan tubuh
pasien
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil 2 6
evaluasi
4 Semua tindakan yang telah 6 2
dilaksanakan dicatat secara jelas
dengan mencantumkan tanggal/jam,
paraf/nama terang
Jumlah 58
Rata-rata 58/80x100%
=72,5%
E. EVALUASI
1 Evaluasi mengacu pada tujuan dengan 7 1
menggunakan kriteria hasil
2 Setiap evaluasi dicatat sesuai yang 7 1
telah ditetapkan dan dilakukan secara
kontinyu
Jumlah
Rata-rata 14/16x100% =
87,5%
F. PENCATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1 a. Tindakan keperawatan dicatat 8 0
secara jelas
b. Setiap menulis tindakan 8 0
menggunakan tinta dan bukan
pensil
2 Perawat selalu mencantumkan tanggal 8 0
dan32 setiap jam melakukan tindakan
3 Tindakan ditulis secara urut sesuai jam 8 0
pelaksanaan

77
Jumlah 32
32/32x100% =
Rata-rata
100%
Nursalam.(2011)
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-04 April 2021di Di Ruang
Lavender Bawah Wanita di RSUD Kardinah Tegal

total rata−rata score


Perhitungan : x 100 %
total indikator

476,2
: x 100 % = 79,2%
6

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
13. Analisis
Hasil dari penilaian pengkajian didapatkan hasil 69,2% dengan
kategori cukup baik dan ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan
yaitu pada kelengkapan pengkajian fisik dan pengkajian psikososial
pasien. Hasil observasi diagnosis keperawatan didapatkan hasil
80,2% dengan kategori baik. Hasil observasi intervensi keperawatan
didapatkan hasil 66,8% dengan kategori cukup baik, dalam
intervensi keperawatan dapat ditingkatkan dalam aspek perencanaan
dituliskan dalam kalimat perintah dan ditentukan bersama oleh
pasien, keluarga dan perawat. Hasil observasi tindakan keperawatan
didapatkan hasil 72,5% dengan kategori cukup baik, hal yang perlu
ditingkatkan yaitu tindakan lebih berfokus untuk mempertahankan
daya tahan tubuh pasien dan revisi tindakan berdasarkan hasil
evaluasi. Hasil observasi evaluasi keperawatan didapatkan hasil

78
87,5% dengan kategori baik dan hasil observasi perencanaan
didapatkan hasil 100% dengan kategori baik. Hasil rata – rata
keseluruhan hasil observasi pendoumentasian keperawatan adalah
79,2% dengan kategori baik.
2) Sentralisasi obat
a) Kajian Teori
Nursalam (2011) menyatakan bahwa Sentralisasi Obat adalah
pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien atau klien yang diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2011).
Teknik Sentralisasi Obat adalah pengelolaan obat bahwa
seluruh obat yang diberikan kepada klien baik obat oral maupun
obat injeksi, diserahkan sepenuhnya kepada perawat, kemudian
perawat yang melakukan pengeluaran dan pembagian obat tersebut
(Nursalam, 2011). Dalam hal ini, klien atau keluarga wajib
mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan obat
tersebut dengan prinsip Enam Benar, yaitu benar klien, benar obat,
benar dosis, benar cara/ rute, benar waktu, dan benar dokumentasi
(Suni, 2018).

79
Alur pelaksanaan Sentralisasi Obat yakni sebagai berikut.
Dokter
Koordinasi dengan perawat
Klien/ Keluarga

Farmasi/ Apotek
- Surat persetujuan sentralisasi
Klien/ Kelurga obat dari perawat
- Lembar serah terima obat
- Buku sertah terima/ masuk
obat
PP/ Perawat yang menerima

Pengaturan dan Pengelolaan Obat


Oleh Perawat

Klien/ Keluarga
Sumber: Nursalam (2011)
Alur sentalisasi obat, seorang menajer keperawatan kesehatan
dapat mendidik staf mengenai sentralisasi obat dengan cara berikut.
(Nursalam, 2011)
(1) Buat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
menjelaskan penggunaan dan efek samping obat, lalu
memberikan salinan kepada semua staf.
(2) Tulis dosis yang tepat pada obat-obatan yang sering digunakan
dan menggantungnya di dinding.
(3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan
obat.
(4) Beri tahu kepada semua staf mengenai harga obat-obatan.

80
(5) Atur program diskusi membahas satu jenis obat setiap minggu
pada waktu pertemuan staf
(6) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi
sederhana di perpustakaan
Penerimaan dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat. Pada penerimaan obat, hal-hal yang harus diperhatikan
yaitu: (Nursalam, 2011)
(1) Obat yang telah diresepkan lalu ditunjukkan kepada perawat,
kemudian obat yang telah diambil oleh keluarga disertahkan
kepada perawat dengan menerima lembar terima obat.
(2) Perawat menuliskan nama klien, nomor registrasi, jenis obat,
jumlah, dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, serta
harus diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau klien
dalam buku masuk obat. Selanjutnuya, keluarga atau klien
mendapatkan penjelasan jika obat tersebut akan habis, serta
penjelasan 6 benar obat.
(3) Klien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kertu sediaan obat.
(4) Obat yang telah disertahkan lalu disimpan oleh perawat dalam
kotak obat.
Pembagian obat, yang harus diperhatikan yaitu: (Suni, 2018)
(1) Obat yang telah diterima, lalu disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
(2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat.
(3) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan, jumlah dan efek samping.

81
(4) Usahakan tempat/ wadah obat kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi klien
(5) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruang atau petugas yang ditunjuk.
(6) Obat-obatan yang hampir habis akan diinfokan kepada keluarga
dan kemudian dimaintakan resep kepada dokter penanggung
jawab pasien.
Jika ada penambahan obat baru, maka hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu: (Suni, 2018)
(1) Jika terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam obat khusus yaitu:
(Suni, 2018)
(1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu saja.
(2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus
obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
(3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama
obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung
jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukan kepada jkeluarga setelah pemberian

82
Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
persediaan obat yakni: (Suni, 2018)
(1) Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kebenaran obat, jenis
obat, jumlah obat, serta menulis etiket dan alamat klien.
(2) Membuat sistem kartu persediaan.
(3) Melakukan pemeriksaan lemari obat, meliputi pemeriksaan
keamanan mekanisme kunci, penerangan lemari obat, lemari
pendingin, serta pemisahan antara obat untuk penggunaan oral
dan obat luar
b) Kajian Data
Kajian data dilakukan secara observasional terkait
sentralisasi obat khususnya untuk pasien rawat di ruang
lavender bawah wanita didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.23
Sentralisasi Obat
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal

No Dilakukan
Aspek Yang Dinilai
. Ya Tidak
PENERIMAAN
1 Obat yang telah diresepkan 8 0
diterima oleh perawat dari farmasi
dengan menerima lembar terima
obat
2 Pasien atau keluarga selanjutnya 0 8
mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kartu
sediaan obat
3 Obat yang telah diserahkan 8 0
kemudian disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
PEMBAGIAN OBAT
4 Obat yang telah diterima 8 0

83
selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat
5 Obat yang telah disimpan untuk 5 3
selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang
tercantum dalam buku daftar
pemberian obat
6 Pada saat pemberian obat perawat 4 4
menjelaskan macam obat,
kegunaan, jumlah dan efek samping
7 Sediaan obat yang ada selanjutnya 2 6
diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruang atau petugas yang ditunjuk
PENAMBAHAN OBAT BARU
8 Bilamana terdapat penambahan 8 0
atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat,
maka informasi ini akan dimasukan
dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat
9 Pada pemberian obat yang bersifat 2 6
tidak rutin, maka dokumentasi
dilakukan pada buku masuk obat
dan selanjutnya diinformasikan
kepada keluarga dengan kartu
khusus obat
OBAT KHUSUS
10 Pemberian obat khusus 4 2
didokumentasikan diformat
pemberian obat khusus
11 Informasi yang diberikan kepada 6 2
pasien dan keluarga yaitu nama
obat, kegunaan, waktu pemberian
serta efek samping obat
Jumlah 8 3
55/88x100%
Persentase (%)
= 62,5%
Nursalam, 2011

84
Sumber: Hasil observasi dan wawancara tanggal 20 April
2021 di ruang Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
55
: x 100 % = 62,5%
88
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Jumlah rata-rata sentralisasi obat adalah 62,5% dengan
indikator cukup baik, akan tetapi sentralisasi obat dapat
dimaksimalkan pada aspek pasien atau keluarga mendapatkan
salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat
selain itu pemberian obat yang bersifat tidak rutin maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat.
3) Komunikasi Terapetik
a) Kajian Teori
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi
terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan  pasien
(Ermawati, 2009). Tujuan hubungan dari terapeutik adalah
kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnua kehormatan diri,
identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi,
kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling

85
ketergantungan hubungan interpersonal, dengan kapasitas member
dan menerima cinta, serta mendorong fungsi dan meningkatkan
kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai
tujuan pribadi yang realistik.
Empat fase dari hubungan terapeutik:
(1) Fase Preinteraksi
(a) Mengumpulkan data tentang pasien
(b) Menyiapkan alat
(c) Mencuci tangan
(2) Fase Orientasi
(a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien
(b) Melakukan validasi
(c) Memperkenalkan nama perawat
(d) Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien
(e) Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien
(f) Menjelaskan peran perawat dan pasien
(g) Menjelaskan akan kegiatan yang akan dilakukan
(h) Menjelaskan tujuan
(i) Menjelaskan waktu
(j) Menjelaskan kerahasian
(3) Fase Kerja
(a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
(b) Menanyakan keluhan utama
(c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
(d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
(e) Mencuci tangan
(4) Fase Terminasi
(a) Menyimpulkan hasil wawancara: evaluasi proses dan hasil
(b) Memberikan reinforcement positif

86
(c) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
(d) Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik
b) Kajian Data

Tabel 2.24
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No
Komponen (n=8)
.
Ya Tidak
TAHAP PERSIAPAN (PRE-INTERAKSI)
1 Perawat: mengumpulkan data tentang 8 0
pasien (dari RM)
2 Alat: menyiapkan alat yang dibutuhkan 5 3
3 Perawat: cuci tangan, menilai kesiapan 6 2
diri perawat
TAHAP PELAKSANAAN (ORIENTASI)
4 Memberikan salam, berjabat tangan, 5 3
dan tersenyum pada pasien
5 Melakukan validasi 6 2
6 Mempekenalkan nama perawat 2 6
7 Menanyakan nama panggilan kesukaan 2 6
klien
8 Menjelaskan tanggung jawab perawat 2 6
9 Menjelaskan peran perawat dan klien 2 6
10 Menjelaskan kegiatan yang akan 8 0
dilakukan
11 Menjelaskan tujuan 8 0
12 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan 8 0
untuk kegiatan/lama kegiatan
13 Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 8 0
TAHAP KERJA
14 Memberikan kesempatan pada klien 5 3

87
Pelaksanaan
No
Komponen (n=8)
.
Ya Tidak
untuk bertanya
15 Menanyakan keluhan pasien 8 0
16 Memulai kegiatan dengan cara yang 8 0
baik
17 Melakukan kegiatan sesuai dengan 8 0
rencana kegiatan
18 Mencuci tangan 8 0
TAHAP TERMINASI
19 Menyimpulkan hasil kegiatan 8 0
20 Memberi reinforcement positif 5 3
21 Membuat kesepakatan dengan 4 4
klien/keluarga untuk
pertemuan/kegiatan selanjutnya
22 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang 8 0
baik (mengucapkan salam/ tersenyum/
memberikan sentuhan/ berjabat tangan)
Jumlah 132 44
Presentase 132/176x100%
= 75 %
Damaiyanti, 2008
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 di ruang Di
Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah
Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
85
: x 100 % = 48,3 %
176
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %

88
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait penerapan
komunikasi terapeutik di ruang Lavender Bawah Wanita didapatkan
bahwa komunikasi terapeutik dalam kategori Cukup baik dengan
persentase 75%.
Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik beberapa perawat
kurang dalam memperkenalkan nama perawat saat bertemu dengan
pasien, menanyakan nama panggilan kesukaan klien pada saat
berkomunikasi dengan pasien, menjelaskan peran perawat dan
klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, komunikasi
terapeutik sangat membantu tenaga medis khususnya perawat dan
pasien dalam membina hubungan saling percaya. Selain itu juga
akan meningkatkan proses kesembuhan pasien secara tidak
langsung.
4) Patient Safety
a) Kajian Teori
Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan
yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Sejak malpraktik
menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik
cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama,
dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu
keselamatan pasien (Nursalam, 2014).
Keselamatan pasien adalah suat usaha untuk menurunkan
angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada
pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan
baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa

89
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat
yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana
kurang tepat dan lain sebagainya.
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk
mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan
pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk
menunjukkan:
(1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
(2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar
klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan
(3) Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi
pelayanan
(4) Ketidaksepadanan antara unit pelayanan kesehatan (misalnya,
pemerintah dengan swasta atau urban dengan rural).
Enam International Patient Safety Goals (IPSG) versi Joint
Commision International 2011 meliputi:
(1) Identifikasi pasien dengan benar atau tepat
(2) Meningkatkan komunikasi efektif
(3) Meningkatkan keamanan obat-obat dengan kewaspadaan tinggi
(4) Memastikan benar lokasi operasi, benar prosedur, dan benar
pasien
(5) Mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
(6) Mengurangi resiko bahaya akibat pasien jatuh

90
b) Kajian Data
Hasil pelaksanaan Patient Safety yang sudah diobservasi dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.25
Pelaksanaan Patien Safety
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
SASARAN I: KETEPATAN
IDENTIFIKASI PASIEN
1. Cara mengindentifikasi pasien yaitu 8 0
dengan menggunakan minimal dua
identitas pasien yaitu dengan
meminta menyebutkan nama
pasien dan tanggal lahir pasien
sambil melihat gelang indentitas
pasien
2. Untuk indentifikasi pasien tidak 8 0
boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien
3. Apakah identifikasi pasien 8 0
dilaksanakan sebelum pemberian
obat
4. Apakah identifikasi pasien 8 0
dilaksanakan sebelum mengambil
sampel darah untuk pemeriksaan
klinis.
5. Apakah Identifikasi pasien 8 0
dilaksanakan sebelum melakukan

91
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
tindakan keperawatan.
6. Apakah identifikasi pasien 4 4
dilaksanakan sebelum pemeriksaan
penunjang seperti :
(Xray,EKG,Echo dll)
7. Apakah Identifikasi pasien 6 2
dilaksanakan sebelum pemberian
tranfusi darah
8. Apakah Identifikasi pasien 6 2
dilaksanakan sebelum pengambilan
spesimen seperti sputum,urine dan
lain lain untuk pemeriksaan klinis.
SASARAN II : PENINGKATAN
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
9. Bila ada perintah secara lisan dan 8 0
yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan mencatat secara
lengkap perintahnya (write
back)oleh penerima perintah
10. Bila ada perintah secara lisan dan 2 6
telpon atau hasil pemeriksaan
dibacakan kembali secara lengkap
isi dari perintah (read back) oleh
penerima perintah
11. Bila ada perintah secara lisan dan 2 6
telpon atau hasil pemeriksaan
dikonfirmasi ulang (repeat back)
perintah yang ditulis oleh penerima
perintah

92
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
12. Apakah dalam komunikasi efektif 8 0
saat melapor dan serah terima
pasien sudah dengan cara SBAR
(Situation, Background, Assesment,
Recomendation)
SASARAN III : PENINGKATAN
KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
13. Apakah sudah dilaksanakan SPO 8 0
tentang pemberian obat dengan
prinsip 6 benar
14. Apakah sudah ada SPO tentang 8 0
penyimpanan obat high alert
15. Apakah obat high alert tidak boleh 8 0
disimpan di ruang rawat kecuali
jika dibutuhkan secara klinis
diruangan tertentu seperti IGD,
ICU dan kamar operasi
19. Apakah obat high alert yang 0 8
disimpan pada unit pelayanan
pasien harus diberi label yang jelas
dan disimpan pada area yang
diawasi ketat (restricted)
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-
LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT PASIEN OPERASI
20. Apakah rumah sakit menggunakan 2 6
suatu tanda yang jelas dan
dimengerti untuk mengidentifikasi

93
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
lokasi operasi dan melibatkan
pasien di dalam proses penandaan
(site marker)
21. Apakah rumah sakit menggunakan 8 0
lembar checklist untuk
memverifikasi pada saat serah
terima perawat sebelum tindakan
operasi.
22. Apakah sudah dilaksanakan SPO 8 0
tentang memastikan lokasi
pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, pembedahan pada
pasien yang benar.
SASARAN V : PENGURANGAN
RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
23. Apakah perawat saat bertugas 8 0
dirumah sakit sudah melakukan 6
langkah cuci tangan
24. Apakah semua perawat sudah 8 0
memahami 5 moment cuci tangan
menurut WHO
25. Apakah sudah dilaksanakan SPO 7 1
tentang cuci tangan yang bertujuan
mengurangi resiko infeksi
SASARAN VI : PENGURANGAN
RISIKO PASIEN JATUH
26. Apakah perawat menerapkan 4 4
proses pengkajian awal resiko

94
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
pasien jatuh
27. Apakah dilakukan pengkajian ulang 2 6
bila terjadi perubahan konsdisi
seperti pemberian obat penenang,
obat hipertensi, obat psikotropik
28. Pengkajian ulang risiko jatuh pada 2 6
pasien dengan resiko jatuh ringan
(skore 25-44) yaitu dengan
menutup pagar tepat tidur atau
brankar, beri tanda ceklist apabila
pagar sebelah kanan dinaikan, beri
tanda ceklist apabila pagar sebelah
kiri dinaikan.
29. Pengkajian ulang risiko jatuh tinggi 2 6
pada pasien dengan resiko jatuh
tinggi (skore ≥45 ) yaitu dengan
memastikan tempat tidur atau
brankar dalam posisi rendah dan
roda terkunci, menutup pagar
tempat tidur atau brankar, beri
tanda ceklist apabila pagar sebelah
kanan telah dinaikan, beri tanda
ceklist apabila pagar sebelah kiri
telah dinaikan, orientasi pasien atau
penunggu tentang lingkungan atau
ruangan, letakan tanda
“Kewaspadaan jatuh” pada panel

95
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
informasi pasien, pastikan pasien
melakukan stiker warna kuning
penanda risiko tinggi jatuh pada
gealng identifikasi, lakukan
pemasangan fiksasi fisik apabila
diperlukan persetujuan keluarga.
Jumlah 151 57
151/x232x100
Presentase %
= 65%
151/x232x100
Presentase %
= 65%
Nursalam, 2014
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

151
: x 100 % = 65%
232
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi kajian Patient Safety didapatkan
bahwa keselamatan pasien secara global di ruang Lavender Bawah
Wanita masuk dalam kategori cukup baik dengan persentase 65%.

96
Hal yang paling perlu dioptimalkan dalam pelaksanaan Patient
Safety adalah dalam implementasi pasien risiko jatuh tinggi dan
ringan ada beberapa yang belum dilaksanakan yaitu memastikan
tempat tidur atau brankar dalam posisi rendah, menutup pagar
tempat tidur, beri tanda ceklist apabila pagar sebelah kanan telah
dinaikan, beri tanda ceklist apabila pagar sebelah kiri telah
dinaikan, orientasi pasien atau penunggu tentang lingkungan atau
ruangan, letakan tanda “Kewaspadaan jatuh” pada panel informasi
pasien, pastikan pasien melakukan stiker warna kuning penanda
risiko tinggi jatuh pada gelang identifikasi.

5) Discharge Planning
a) Kajian Teori
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien
dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry,
2010).
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima
di suatu agen pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit
dimana rentang waktu pasien untuk pengkajian berkelanjutan untuk
mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutughan
pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan,

97
perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa
yang oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2010).
Manfaat discharge planning menurut Nursalam & Effendi
(2008) adalah:
(1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran
kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.
(2) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang
digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.
(3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan parawatan baru.
(4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan
perawatan di rumah.

98
b) Kajian Data
Tabel 2.26
Discharge Planning ke keluarga Pasien
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Kegiatan ( n = 8)
Ya Tidak
1 Identifikasi pasien dan persiapkan 8 0
discharge planning
2 Peninjauan ulang rekam medik 7 1
pasien
3 Ucapkan salam, dan perkenalan 7 1
nama dan profesi anda
4 Lakukan assesment kebutuhan 8 0
perawatan berdasarkan kondisi
dan penyakit pasien
5 Identifikasi dan diskusikan siapa 8 0
penanggung jawab perawatan di
ruang berikutnya
6 Diskusikan dengan pasien dan 7 1
kelurga mengenai alasan pasien
dirawat, tatalaksana prognosis,
dan rencana pemindahan pasien.
7 Pastikan bahwa pasien dan 8 0
keluarga/pendamping pasien telah
memperoleh informasi yang
adekuat
8 Dokumentasikan rencana 8 0
pemindahan pasien di rekam
medis pasien
9 Ucapkan salam dan terima kasih 8 0

99
Dilakukan
No Kegiatan ( n = 8)
Ya Tidak
TOTAL
PERSENTASE 69/72x100%
= 95%
Nursalam & Effendi (2008)
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
69
: x 100 % = 95% %
72

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan data observasi discharge planning di ruang
Lavender Bawah Wanita 95%, masuk dalam kategori baik. Dari
hasil observasi form discharge planning sudah lengkap terisi,
perawat telah memberi penjelasan mengenai nama, dosis, waktu
minum obat yang dibawa ke ruang rawat berikutnya, namun perawat
tidak mengucapkan salam, dan perkenalan nama dan profesi perawat
sebelum melakukan discharge planning.
6) Pelaksanaan Standar PPI
a) Kajian Teori
Standar Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk
semua pasien, setiap saat pada semua tempat pelayanan dalam

100
rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi (Nursalam dan
Kurniawati, 2014).
Alasan kewaspadaan universal adalah : semua infeksi dari
darah pasien tidak dapat diindentifikasi pada saat perawatan
diberikan kepada mereka, kewaspadaan barier yang tepat harus
digunakan secara utuh oleh semua pasien dan ditentukan oleh
kemungkinan yang lebih besar bahwa perawat akan terpajan pada
darah atau sekresi yang mengandung darah dari pasien yang
terinfeksi tersebut.cairan yang berkaitan dengan penularan patogen
darah adalah sekresi semen dan vagina, cairan serebrospinal, cairan
senovial,cairan pleural, cairan peritoneal, cairan perikardial dan
cairan amnitiotik (Smeltzer & Bare, 2013).
Terkait kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
antara lain:
(1) Melaksanakan hand hygiene dengan 6 langkah dan 5 moment.
(2) Menempatkan pasien sesuai dengan kasus penyakit, termasuk
pasien yang harus dengan isolasi.
(3) Melakukan surveilance PPI (pencatatan dan pelaporan terkait
infeksi nasokomial)
(4) Melaksanakan kewaspadaan universal bagi karyawan seperti
menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan,
etika batuk, pengelolaan pasca pajanan sesegera mungkin
(maksimal 3x24 jam).
(5) Pengelolaan manajemen pencucian linen (laundry), dan
sterilisasi alat sesuai prosedur.
(6) Membuang sampah pada tempatnya:
(a) Sampah infeksius ( plastik kuning)
(b) Sampah umum (plastik hitam)
(c) Sampah sitotoksik (palstik ungu)

101
(d) Sampah benda tajam (tempat bertutup seperti safety box)
(7) Melaksanakan edukasi hand hygiene, etika batuk, dll terkait
pencegahan infeksi.

102
b) Kajian Data

Tabel 2.27
Pelaksanaan Standar Precaution
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No Aspek Yang Dinilai (n=8)
Ya Tidak
Perawat cuci tangan ketika akan
1 kontak dengan klien atau melakukan 7 1
tindakan pada klien
Perawat cuci tangan ketika selesai
kontak dengan klien atau setelah
2 8 0
selesai melakukan tindakan dengan
klien
Perawat mencuci tangan dengan
3 8 0
sabun/ cairan intisep (handrub)
Perawat menggunakan sarung tangan
4 ketika kontak/ melakukan tindakan 5 3
dengan klien
Perawat menggunakan masker ketika
melakukan tindakan tertentu (penyakit
5 infeksi yang menular melalui udara, 8 0
peyakit dengan daya tahan tubuh
rendah, menjaga kebersihan diri)
Perawat menggunakan alat-alat steril
6 2 6
untuk satu klien
Perawat menggunakan alat-alat
7 2 6
disposable hanya untuk sekali pakai
Setelah menggunakan alat-alat non
8 disposable perawat mencucinya 8 0
dengan larutan desinfektan
Perawat mensterilkan alat-alat steril di
9 8 0
instalasi sterilisasi sentral
Perawat menyiapkan alat-alat
10 8 0
kesehatan ditempat khusus
Perawat membuang benda-benda
11 8 0
tajam di tempat khusus

103
Pelaksanaan
No Aspek Yang Dinilai (n=8)
Ya Tidak
Perawat membuang sampah medis di
12 8 0
tempat sampah medis
Perawat membuang sampah non
13 4 4
medis di tempat sampah non medis
JUMLAH 84 18
84/104x100
Persentase (%) %
= 80%
Nursalam dan Kurniawati, 2014
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 di ruang Di
Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah
total skor
Tegal Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
84
: x 100 % = 80 %
104
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Pelaksanaan Standar Precaution di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Tegal tergolong baik yaitu dengan
persentase 80%. Adapun beberapa item yang belum dilaksanakan
secara optimal oleh perawat adalah dalam menggunakan alat – alat
steril untuk 1 klien dan menggunakan alat – alat disposable untuk
sekali pakai.
7) Penerimaan Pasien Baru
a) Kajian Teori
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan
pasien baru (pasien dan/atau keluarga) di ruang pelayanan

104
keperawatan, khususnya pada rawat inap atau keperawatan intensif.
Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan ners − medis, dan
tata tertib ruang, serta penyakit (Nursalam, 2015).

105
Pasien masuk
Rumah Sakit

Assesment Resiko jatuh Morse


( untuk dewasa), humty
Hasil penilaian tidak Dumpty(untuk anak)
ada resiko, resiko dilakukan saat pasien masuk
rendah, resiko tinggi

1. Orientasi kamar inap kepada


pasien
2. Tempat tidur posisi rendah, Assesment ulang Resiko
roda terkunci, pegangan jatuh morse
Tindakan dikedua sisi tempat tidur
pencegahan umum Saat transfer keunit lain
terpasang baik dan penerima
(semua pasien) 3. Ruangan rapi 1. Saat terdapat
4. Barang pribadi dalam perubahan kondisi
jangkauan (telpon, tombol pasien dan terapi
panggilan, air minum, kaca 2. Adanya kejadian
mata, pispot) jatuh
5. Pencahayaan adekuat 3. Resiko tinggi tiap
6. Alat bantu dalam jangkauan 48 jam
(walker, cane, crutch)
7. Optimalisasi penggunakan
kacamata dan alat bantu
Pencegahan Tindakan pencegahan umum, ditambah :
kategori resiko 1. Beri penandaan resiko jatuh pada
(pasien dengan panel informasi
skor ≥45 dan 2. Alas kaki anti licin
pasien dengan skor 3. Tawarkan bantuan kekamar
Humty Dumpty mandi/penggunaan pispot.
nilai > 11) 4. Kunjungi atau amati pasien pasien
setiap 2 jam
5. Nilai kebutuhan akan :
a. Fisioterapi dan terapi okupasi
b. Lokasi kamar tidur berdekatan
dengan pos perawat/nurse
stastion

Gambar 2.4. Penerimaan pasien baru

106
b) Kajian Data
Pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruang Lavender
Bawah Wanita dimulai sejak menerima order pasien baru baik dari
IGD, Poli ataupun dari ruangan lain. Perawat pelaksana
menyiapkan tempat tidur, oksigen (jika diperlukan), lembar
assesment awal pasien baru, edukasi, inform consent dan lain-lain.
Saat pasien datang, akan diterima oleh perawat pelaksana, diantar ke
kamar dan diorientasikan tentang ruangan Lavender Bawah Wanita,
perawat dan dokter yang bertanggung jawab. Sementara timbang
terima dilakukan kepada perawat di ruang Lavender Bawah Wanita.
c) Analisis
Pelaksanaan penerimaan pasien baru di Ruang Lavender
Bawah Wanita sudah dilakukan pemberian informasi atau orientasi
pasien baru sesuai SPO.
8) Pre dan Post Conference
a) Kajian Teori
Pre-conference merupakan pertemuan tim yang dilakuakan
setiap hari dan merupakan langkah awal kegiatan shift perawat. Pre-
conference dilakukan di awal jaga setelah melakukan operan dinas,
baik dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
KATIM. Pre-conference sebaiknya dilakukan diruang sendiri
sehingga dapat menghindari gangguan dari luar.
Post-conference dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum
operan jaga shift pagi ke shift sore pada hari yang yang sama
dilakukan ketika akan pre conference hari selanjutnya. Pesertanya
yaitu kepala ruang, perawat katim, perawat asosiet (PA), dan
mahasiswa kalau ada.

107
Tujuan dari conference ini yaitu:
(1) Membahas masalah tiap klien berdasarkan renpra yang telah
dibuat oleh perawat kepala tim.
(2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA.
pembagian didasarkan pada jumlah klien, ketergantungan klien,
dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada suatu tugas jaga
(shift) perawat kepala tim didampingi oleh 2 orang PA, maka
semua klien bagi pada kedua PA sebagai penanggung
jawabnya. perawat kepala tim akan membimbing dan
membantu PA dalam memberikan asuhan keperawatan bila
perawat kepala tim hanya didampingi oleh 1 orang pada suatu
tugas jaga maka jumlah pasien yang menjadi tanggung jawab
perawat kepala tim adalah sebanyak 20%.
(3) Membahas Rencana Tindakan Keperawatan
(4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi
tangguang jawabnya
(5) Perawat kepala tim mendiskusikan dan mengarahkan PA
tentang masalah yang terkait dengan keperawatan
(6) Perawat kepala tim membagi tugas masing-masing PA
(7) Meningkatkan Kembali Standart Prosedur yang Ditetapkan
(8) Meningkatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran, dan kemajuan masing- masing PA
(9) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan

Tugas perawat pre dan post conference:


Tugas perawat kepala tim pada pre conference:
(1) Menyiapkan ruangan / tempat

108
(2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference
(4) Memandu pelaksanaan pre-conference
(5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan
rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
(6) Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang dimiliki
dengan memperhatikan keseimbangan kerja
(7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien /
tindakan
(8) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian
yang sedang didiskusikan
(9) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
(10) Memberikan reinforcement positif pada PA
(11) Menyimpulkan hasil pre conference

Tugas perawat kepala tim pada post conference:


(1) Menyiapkan ruangan/ tempat
(2) Menyiapkan rekam medis pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference
(4) Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan/hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA
(5) Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam
memberikan ASKEP pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
(6) Memberikan reinforcement pada PA
(7) Menyimpulkan hasil post conference

109
(8) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga
shift jaga berikutnya.

Tugas PA :
(1) Mengikuti pre dan post conference
(2) Menyiapkan diri dan melaksanakan askep kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperwatan
(3) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan.
(4) Melaksanakan konsultasi tentang masalah pasien kepada
perawat kepala tim.
(5) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasienyang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan.
(6) Menerima keluhan pasien dan keluarga serta berusaha untuk
mengatasinya.
(7) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
(8) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas
pada semua pasien yang menjadi tangggung jawabnya dan ada
bukti di rekam keperawatan.
(9) Mengikutinya post conference yang diadakan oleh perawat
kepala tim pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/
perkembangan semua pasien yang menjadi tangung jawabnya
dan ada bukti di rekam keperawatan.

110
(10) Bila perawat kepala tim tak ada, wajib mengenalkan PA yang
ada dalam satu group yang akan memberikan asuhan
keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien atau keluarga
baru.
(11) Mengikuti diskusi kasus/ conference dengan dokter/ tim
kesehatan lain setiap seminggu sekali
(12) Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan rutin.
(13) Melaksanakan tugas lain sesuai urain tugas PA.
(14) Melaksanakan tugas perawat kepala tim pada sore, malam dan
hari libur.

Langkah-langkah Pre dan Post Conference :


(1) Konfrensi dilakukan setiap hari segera setelah pergantian dinas
pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas perawat kepala tim
(2) Konfrensi dilakukan oleh perawat kepala tim dan PA dalam
timnya masing-masing
(3) Penyampaikan perkembangan dan masalah klien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh
dinas malam.
Hal-hal yang disampaikan oleh perawat kepala tim meliputi:
(1) Keadaan umum klien
(2) Keluhan klien
(3) Tanda-tanda vital dan kesadaran
(4) Hasil pemeriksaan lab, diagnostic terbaru
(5) Masalah keperawatan
(6) Rencana keperawatan hari ini
(7) Perubahan terapi medis
(8) Rencana medis

111
b) Kajian Data
Tabel 2.28
Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Selalu Sering Kadang Tidak
No Variabel Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat √
Menyiapkan rekam medik
2 klien yang menjadi tanggung √
jawabnya
Menjelaskan tujuan
3 √
dilakukannya pre conference
Memandu pelaksanaan pre
4 √
conference
Menjelaskan masalah
keperawatan klien, dan rencana
5 √
keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya
Membagi tugas kepada PA
sesuai kemampuan yang
6 dimiliki dengan √
memperhatikan keseimbangan
kerja
Mendiskusikan cara dan
7 strategi pelaksanaan asuhan √
klien/ tindakan
Memotivasi untuk memberikan
tanggapan dan penyelesaian
8 √
masalah yang sedang di
diskusikan

112
Selalu Sering Kadang Tidak
No Variabel Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
Mengklarifikasi kesiapan PA
untuk melaksanakan asuhan
9 √
keperawatan kepada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
Memberi reinforcement positif
10 √
pada PA
Menyimpulkan hasil pre
11 √
conference
JUMLAH 11
Persentase 11/ 33 x 100% = 33%
Sumber: Hasil observasi tanggal 20 April 2021 di ruang Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
11
: x 100 % = 81 %
33
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

Tabel 2.29
Evaluasi Pelaksanaan Post Conference
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal

113
N Selalu Sering Kadang Tidak
Aspek Yang Dinilai
O (3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat √
Menyiapkan rekam medik
2 klien yang menjadi tanggung √
jawabnya
Menjelaskan tujuan
3 √
dilakukannya post conference
Menerima penjelasan dari PA
tentang hasil tindakan/ hasil
4 √
asuhan keperawatan yang telah
di lakukan oleh PA
Mendiskusikan masalah yang
di temukan dalam memberikan
5 √
askep klien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya
Memberi reinforcement pada
6 √
PA
Menyimpulkan hasil post
7 √
conference
Mengklarifikasi klien sebelum
8 melakukan operan tugas jaga √
sift jaga berikutnya
JUMLAH 8
Persentase 8/24 x 100% = 33%
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
8
: x 100 % = 87,5 %
24
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %

114
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

c) Analisis
Evaluasi pelaksanaan Pre Conference sebesar 33% dengan
kriteria kurang dan Post Conference dengan kriteria kurang yaitu
33%, dikarenakan diruang Lavender Bawah Wanita jarang
dilakukan Pre Conference dan Post Conference.
9) Timbang Terima
a) Kajian Teori
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan atau menerima sesuatu atau laporan yang berkaitan
dengan keadaan klien. Operan dilakukan oleh Perawat Primer
keperawatan kepada Perawat Primer (penganggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Suni, 2018).
Tujuan timbang terima yaitu:
(1) untuk mengkomunikasikan keadaan klien dan menyampaikan
informasi yang penting
(2) menyampaikan kondisi dan keadaan klien
(3) menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien
(4) menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti
oleh perawat dinas berikutnya
(5) menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

b) Kajian Data
Tabel 2.30
Lember Observasi Serah Terima Pasien

115
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Serah terima pasien/operan jaga diawali √
dengan rapat bersama/ conference antara
petugas sebelumnya dengan petugas
yang baru
2. Petugas jaga lama membacakan buku √
laporan yang berisi informasi tentang:
a. Jumlah pasien dan kondisi masing-
masing pasien
b. Jumlah pasien maksimal care,
intermediate care dan minimal care
dan pasien dengan resiko tinggi
(manula, bayi, balita, immuno
suprissed, kondisi terminal)
c. Program terapi atau program
tindakan pasien yang belum
terlaksana (konsul Sp lain, foto,
obat, transfusi, dll)
d. Sarana prasarana baik alat
kesehatan maupun alat kedokteran
(jumlah, kondisi alat)
e. Informasi lain contoh
pengumuman-pengumuman, aturan
pembiayaan pasien, kondisi
bangunan misal bocor, dll
3. Dilanjutkan keliling ruangan untuk √
mengoperkan pasien satu persatu sambil
menginformasikan kepada pasien dan
atau keluarga bahwa ada pergantian
petugas jaga sambil memperkenalkan
petugas jaga yang akan bertugas

116
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
4. Berikutnya mengoperkan alat-alat √
kedokteran atau alat kesehatan lain dan
kondisi masing-masing alat tersebut
5. Mengoperkan obat-obat/ alat kesehatan √
yang tersedia di ruang tempat obat

6. Kegiatan serah terima/operan jaga di √


tulis pada buku operan atau blangko lain
7. Kegiatan operan di akhiri dengan jabat √
tangan dan petugas lama berpamitan
dengan petugas baru
TOTAL 5 2
PERSENTASE 6/7 x 100% =
85%
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
6
: x 100 % = 85 %√
7
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

c) Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan timbang terima di ruang Lavender Bawah Wanita baik
dengan presentasi 85%. Indikator kegiatan yang kurang optimal

117
adalah mengoperkan obat – obatan atau alkes yang tersedia di
ruangan obat.

118
b. Proses Managemen pelayanan Keperawatan
Mekanisme kerja dari fungsi-fungsi manajemen dapat digambarkan
dalam skema. Skema mekanisme kerja management keperawatan:

Gambar 2.5. Mekanisme Kerja Management Keperawatan


1) Perencanaan (Perencanaan kepala ruang)
a) Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan
yang berisikan apa yang akan dilakukan serta bagaimana, kapan dan
dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2011). Perencanaan
dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis
dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien menegakan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakan kebijakan dan prosedur operasional untuk mencapai visi
dan misi institusi yang telah ditetapkan.

119
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangkapanjang dan tujuan jangka pendek
serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010).
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan
memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatanuntuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan
kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh
personil mulai dari perawatpelaksana, ketua tim dan kepala ruang.
Tanpa perencanaan yang adekuat, prosesmanajemen pelayanan
kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010). Dengan
demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan
efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
(1) Misi berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
(2) Filosofi sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
(3) Tujuan berisikan tujuan yang ingin dicapai.
(4) Obyektif berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
(5) Prosedur berisi pelaksanaan perencanaan
(6) Aturan berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang
Model perencanaan meliputi :
(1) Reactive Planning yaitu tidak ada perencanaan, manajer
langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah.
Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh
masalah dan kondisi yang ada.

120
(2) Inactive Planning yaitu perencanaan yang sudah dibuat sejalan
dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan atau
perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan
dengan perkembangan masalah).
(3) Preactive Planning yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah
pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini
adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan
antara waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator
untuk pencapaian target, resiko dan ketidak pastian jelas.
(4) Practive Planning yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun
perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai
pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan
perencanaan masa lalu dan sekarang.

Perencanaan berdasarkan periode meliputi:


(1) Perencanaan jangka pendek: target waktu dalam seminggu atau
sebulan, Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam)
akibat perubahan kondisi bangsal dan permintaan fasilitas yang
segera akibat kerusakan yang tidak dapat diperkirakan.
(2) Perencanaan jangka menengah : periode dalam waktu satu
tahun, meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/ service,
permintaan perlengkapan rutin/ barang habis pakai.
(3) Perencanaan jangka panjang: periode tahun mendatang,
meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non

121
perawat, penambahan peralatan, penambahan jumlah tenaga,
cuti tahunan, dan sebagainya.

Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :


(1) Menyusun rencana kerja kepala unit
(2) Berperan serta dalam menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan diruang yang bersangkutan.
(3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kualifikasi diruang rawat, koordinasi dan
instalasi.
b) Kajian Data
Tabel 2.31
Kajian Perencanaan
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
No. Standar Keterangan
1. Perencanaan jangka Jadwal dinas disusun tiap bulan dan
pendek oleh Karu ada dokumen tentang jadwal dinas,
paparan pengetahuan, laporan
bulanan indikator mutu pelayanan
dan pertemuan setiap bulan dengan
seluruh staf keperawatan dan non
keperawatan melakukan audit
dokumentasi
2. Perencanaan jangka membuat jadwal jadwal shift tim
menengah oleh Karu anggota untuk penyegaran.
3. Perencanaan jangka Untuk pembangunan perencanaan
panjang oleh Karu yang dilakukan yaitu memperbaiki
infrastruktur dan menambah
beberapa sarana dan prasarana

122
No. Standar Keterangan
untuk menunjang pelayanan
ruangan.
(Marquis, 2011).
Sumber: Hasil wawancara kepada Kepala Perawat tanggal 20 April
2021 Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal

c) Analisis
Perencanaan jangka pendek oleh kepala ruang yaitu jadwal
dinas disusun tiap bulan dan ada dokumen tentang jadwal dinas,
paparan pengetahuan, laporan bulanan indikator mutu pelayanan dan
pertemuan setiap bulan dengan seluruh staf keperawatan dan non
keperawatan melakukan audit dokumentasi. Perencanaan jangka
menengah oleh Karu yaitu membuat jadwal jadwal shift tim anggota
untuk penyegaran. Perencanaan jangka panjang oleh Karu yaitu
Untuk pembangunan perencanaan yang dilakukan yaitu
memperbaiki infrastruktur dan menambah beberapa sarana dan
prasarana untuk menunjang pelayanan ruangan.
2) Pengorganisasian
a) Kajian Teori
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada
dalam suatu sistem orang, modal dan peralatan dalam kegiatan
menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang perawat kepala
adalah memasukan semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu
sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur
mereka sedemikian rupa sehingga kelompok dapat bekerja bersama
ke arah pencapaian tujuan (Nursalam, 2011).
Tujuan organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas
yang terpisah dan berbeda kepada masing-masing orang dan
menjamin tugas-tugas tersebut terkoordinir. Pengaturan staf dan

123
penjadwalan adalah komponen untama dalam manajemen
keperawatan. Studi pengaturan staf dapat digunakan untuk
menentukan kebutuhan staf sehubungan dengan ketrampilan
personil, jumlah perawat dan beban kerja (Swansbrug, 2008).
Didalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal
beberapa model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 5 elemen subsistem
(Hoffart and Words, 2012) yaitu : Nilai-nilai professional,
pendekatan manajemen, metode pemberian askep, hubungan
professional, sistem kompensasi dan penghargaan.
Tugas pokok kepala ruang dalam pengoganisasian meliputi:
(1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat
(2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
(3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
(4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
(5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
(6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
(7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

Tugas pokok Ketua Tim dalam pengorganisasian meliputi :


(1) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan
kepala ruangan
(2) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya
yang didelegasikan oleh kepala ruangan
(3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
asuhan keperawatan bersama-sama anggota tim

124
(4) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan
medik
(5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
(6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil
yang diharapkan serta mendokumentasikannya
(7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan
(8) Menyelenggarakan konferensi
(9) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
(10) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawab timnya
(11) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
(12) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

Tugas pokok penangung jawab tugas jaga meliputi :


(1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat pada sore, malam dan hari libur.
(2) Melakukan fungsi kolaboratif dengantim kesehatan lain
(3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
(4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
(5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
(6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
(7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

125
b) Kajian Data dan Analisis
(1) Pelaksanaan Tugas Karu
Tabel 2.32
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
1. Melaksanakan fungsi perencanaan √
dengan cara:
a. Merencanakan jumlah, jenis, dan
mutu tenaga lainnya sesuai kebutuhan
ruang rawat yang berada dibawah
tanggung jawabnya
b. Merencanakan jumlah dan jenis √
peralatan keperawatan yang
diperlukan sebagai penunjang
tercapainya pelayanan di ruang rawat
yang berada diwilayah tanggung
jawabnya
c. Merencanakan perawatan pasien oleh √
sejumlah tenaga keperawatan yang
berada diwilayah tanggung jawabnya
secara kesinambungan
d. Merencanakan pengelolaan ruang √
perawatan dan lingkungan sekitar
ruang perawatan diwilayah tanggung
jawabnya
2. Melaksanakan fungsi pergerakkan dan √
pelaksana dengan cara:
a. Mengatur dan mengkoordinir seluruh
kegiatan pelayanan di ruang rawat
yang berada diwilayah tanggung
jawabnya melalui pertemuan pagi
setiap akan memulai kegiatan setiap
harinya
b. Menyusun dan mengatur jadwal dinas √
tenaga perawatan dan tenaga lainnya
di ruang perawatan yang berada

126
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
dibawah tanggung jawabnya, sesuai
kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku (bulanan, mingguan, harian
dan lain-lain)

c. Memberikan pengarahan dan √


motivasi kepada tenaga perawatan
untuk melaksanakan tugasnya sesuai
standar
d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan √
yang ada dengan cara kerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat
dalam pelayanan diruang rawat
tersebut
e. Mengadakan pertemuan berkala √
dengan pelaksanaaan keperawatan
dan tenaga lainnya yang berada
diwilayah tanggung jawabnya
f. Meningkatkan pengetahuan dan √
ketrampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertemuan rutin
g. Mengenal jenis dan kegunaan barang √
atau peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan
pasien diruang perawatan agar
tercapai perawatan optimal
h. Menyusun permintaan kebutuhan √
rutin, alat, obat dan bahan yang
diperlukan diruang perawatan
i. Memberikan program orientasi √
terhadap pasien dan keluarganya
yang meliputi penjelasan tentang
peraturan Rumah Sakit, tata tertib,
keadaan ruang rawat, fasilitas yang
ada dan cara penggunaannya serta
kegiatan rutin sehari-hari di ruangan
j. Menjaga perasaan pasien agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
k. Memberi penyuluhan kesehatan √

127
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
terhadap pasien dalam batas
wewenangnya
l. Menjaga perasaan petugas agar √
merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
m. Mempertahankan dan meningkatkan √
system pencatatan dan pelaporan
tentang perkembangan pasien dan
kegiatan lain yang dilakukan secara
cepat dan benar.
n. Mengadakan kerjasama dan √
hubungan baik dengan kepala ruang
lainnya, seluruh kepala bidang,
kepala bagian, kepala instalasi dan
staff medis fungsional Rumah Sakit
o. Menciptakan dan memelihara √
lingkungan kerja dan suasana kerja
yang baik antara petugas, pasien dan
keluarga pasien sehingga
memberikan ketenangan
p. Memotivasi tenaga penunjang dan √
tenaga non perawatan dalam
mempersiapan serta memlihata
kebersihan ruang rawat dan
lingkungan
q. Memeriksa dan meneliti pengisian √
formulir sensus di ruang rawat secara
tepat dan benar
r. Memelihara buku register dan berkas √
catatan medis
s. Membuat laporan harian dan bulanan √
mengenai pelaksanaan kegiatan
pelayanan pelaksanaan kegiatan
pelayanan keperawatan serta kegiatan
lain diruang rawat. Selanjutnya
menyampaikan kepada kepada kepala
instalasi dengan tembusan kepada
kepala seksi keperawatan/kepala
bidang keperawatan
t. Melakukan verifikasi kepada seluruh √

128
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
dokumentasi asuhan keperawatan
yang dibuat oleh PP dalam wilayah
tanggungjawabnya
u. Memegang teguh rahasia jabatan √
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, √
pengendalian dan penilaian dengan cara:
a. Mengawasi, mengoreksi dan menilai
pelaksanaan pelayanan keperawatan
yang telah ditentukan
b. Melaksanakan penilaian terhadap √
upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan dibidang keperawatan

c. Mengawasi dan mengendalikan √


pendayagunaan peralatan
keperawatan serta obat-obatan secara
efektif dan efisien
d. Mengawasi pelaksanaan system √
pencatatan pelaporan kegiatan
pelayanan keperawatan serta
mendokumentasikan kegiatan lainnya
di ruang rawat
Jumlah 69 12 1
Jumlah Total 82/87x 100%
Presentase 94%
(Nursalam, 2011)
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner ke KATIM tanggal 20 April 2021
di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
82
= x 100 %
87

129
= 94%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100%: baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan tugas oleh kepala ruang keperawatan masuk dalam
kategori baik 94%. Hampir seluruh tugas karu sudah
dilaksanakan, hanya saja ada beberapa tugas yang belum
dilaksanakan secara optimal yaitu mengadakan pertemuan
berkala dengan pelaksanaan keperawatan dan tenaga lainnya
yang berada di wilayah tanggungjawabnya.
(2) Pelaksanaan Tugas Perawat Kepala Tim
Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan dari
KATIM didapatkan hasil: 90% dengan kategori baik akan
tetapi dalam pelaksanaan pembagian kerja, memberikan
pendkes dan mengorientasi pasien baru bisa ditingkatkan.

130
Tabel 2.33
Pelaksanaan KATIM
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal

Dilakukan
No. Tugas SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
1. Bertanggung jawab kepada pelayanan dalam √
1 tim
2. Melakukan timbang terima bersama KARU √
3. Membagi kerja sesuai dengan tingkat √
ketergantungan pasien
4. Menyusun rencana keperawatan √
5. Mengikuti visit dokter √
6. Mengorientasi pasien baru √
7. Mengkoordinir pekerjaan yang harus √
dilakukan bersama
8. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan √
kepada perawat pelaksana dibawah tanggung
jawab sesuai pasien yang dirawat
9. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada √
perawat pelaksana dalam implementasi dalam
implementasi tindakan apakah sudah sesuai
renpra
10. Melakukan supervise dokumentasi asuhan √
keperawatan
11. Melakukan tindakan keperawatan yang tidak √
dapat dilakukan oleh perawat pelaksana
12. Mengatur pelaksanaan konsultasi dan √
pemeriksaan penunjang
13. Memberikan Penkes √
14. Membuat rencana pasien pulang √
15. Mengusulkan ronde keperawatan kepada √
kepala ruang
16. Membuat laporan jaga √
17. Melaksanakan tugas lumpah atau tugas lain √
dari kepala ruang
Jumlah 42 6

131
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada PA tanggal 20 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto

48
(2010), yaitu: = x 100 %
51
= 90%

76 – 100%: baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik

132
(3) Pelaksanaan Tugas PA
Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan dari
PA didapatkan hasil:
Tabel 2.34
Pelaksanaan Tugas PA
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Observasi PA
No. Pernyataan Sift Sift Sift
malam pagi siang
1 Melaksanakan operan tugas setiap √ √ √
awal dan akhir jaga dari dan kepada
KATIM yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi √ √ √
tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan setiap pasien
3 Melakukan doa bersama setiap awal √ √ √
dan akhir tugas yang dilakukan setelah
selesai serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang √ √ √
dilakukan KATIM setiap awal jaga
pagi
5 Melaksanakan asuhan keperawatan √ √ √
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien √ √ √
dan ada bukti di rekam keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah 0 0 0
pasien atau keluarga kepada KATIM
8 Membimbing dan melakukan penkes 0 0 0
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
medik keperawatan
9 Menerima keluhan pasien atau √ √ √
keluarga berusaha untuk mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan √ √ √
keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya

133
Observasi PA
No. Pernyataan Sift Sift Sift
malam pagi siang
11 Melakukan evaluasi askep setiap akhir √ √ √
tugas yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
12 Mengikuti post conference yang √ √ √
diadakan KATIM pada setiap akhir
tugas dan melaporkan kondisi atau
perkembangan semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya kepada
KATIM
13 Bila KATIM tidak ada wajib 0 0 0
mengenalkan perawat yang ada dalam
satu grup yang akan memberikan
askep pada jaga berikutnya pada
pasien baru/keluarga
14 Melaksanakan pendelegasian tugas √ √ √
KATIM pada S/M/P
Jumlah √ √ √
Jumlah Total 33/42x100%
Sumber: Hasil observasi PA tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
33
= x 100 %
14 x 3
= 75%

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut


kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik

134
Berdasarkan Tabel diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan tugas PA terlaksana dengan cukup yaitu 75%.

3) Penggerakan
a) Kajian Teori
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada
staff agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang
mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah
kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif.
Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan fungsi yang paling
fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan
berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok
mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai
sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula,
dengan cara terbaik dan benar.
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha,
cara, tekhnik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi
dengan efisien, efektif dan produktif. Para anggota organisasi akan
bersedia mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian,
ketrampilan, dan waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan
organisasi apabila kepada mereka diberikan penjelasan yang
lengkap tentang hakikat, bentuk dan sifat tujuan yang hendak
dicapai.
Usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk memahami
dan menerima tujuan dan berbagai sasaran tersebut diperkirakan
akan lebih mudah apabila para manager berhasil pula meyakinkan
para bawahannya dalam mengemudikan organisasi, para manajer

135
tersebut akan menggunakan gaya manajerial yang mencerminkan
pengakuan atas harkat dan mahabat para bawahannya sebagai insan
yang ada. Pimpinan organisasi perlu menjelaskan kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang akan ditempuh oleh organisasi dalam usaha
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional yang
sekaligus berusaha memuaskan berbagai kebutuhan para bawahan
tersebut. Para manajer perlu menjelaskan bentuk pewadahan
kegiatan yang dianggap paling tepat untuk digunakan dalam
penekanan diberikan pada interaksi positif antara orang-orang
dalam satu satuan kerja dan antar satuan kerja dalam organisasi
berdasarkan kebiasaan, norma-norma, dan kultur organisasi yang
telah disepakati bersama. Dalam menggerakan para bawahan, para
manajer harus selalu mempertimbangkan pandangan para bawahan
tentang organisasi kemampuan yang dimiliki oleh organisasi akan
siap menyelenggarakan semua kegiatan operasional yang
diharapkan atau diharuskan untuk dilakukan.
Penggerakan adalah menggerakan orang-orang agar mau
bekerja, menciptakan suasana bekerja yang lebih mendukung bukan
hanya karena perintah, tetapi dengan kesadaran sendiri dan rasa
tanggung jawab, serta termotivasi secara internal (Suarli, 2009).
b) Kajian Data
Tabel 2.35
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal

136
K
SL SR TP
Tugas Kepala Ruang D
(3) (2) (0)
(1)
Melaksanakan fungsi pergerakkan dan √
pelaksana dengan cara:
a. Mengatur dan mengkoordinir
seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat yang berada diwilayah
tanggung jawabnya melalui
pertemuan pagi setiap akan memulai
kegiatan setiap harinya
b. Menyusun dan mengatur jadwal √
dinas tenaga perawatan dan tenaga
lainnya di ruang perawatan yang
berada dibawah tanggung jawabnya,
sesuai kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku (bulanan, mingguan, harian
dan lain-lain)
c. Memberikan pengarahan dan √
motivasi kepada tenaga perawatan
untuk melaksanakan tugasnya sesuai
standar
d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan √
yang ada dengan cara kerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat
dalam pelayanan diruang rawat
tersebut
e. Mengadakan pertemuan berkala √
dengan pelaksanaaan keperawatan
dan tenaga lainnya yang berada
diwilayah tanggung jawabnya
f. Meningkatkan pengetahuan dan √
ketrampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertemuan rutin
g. Mengenal jenis dan kegunaan barang √
atau peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan
pasien diruang perawatan agar
tercapai perawatan optimal

h. Menyusun permintaan kebutuhan √


rutin, alat, obat dan bahan yang
diperlukan diruang perawatan
i. Memberikan program orientasi √
terhadap pasien dan keluarganya
yang meliputi penjelasan tentang
peraturan Rumah Sakit, tata tertib,
keadaan ruang rawat, fasilitas yang
ada dan cara penggunaannya serta
kegiatan rutin sehari-hari di ruangan
j. Menjaga perasaan pasien agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
137
k. Memberi penyuluhan kesehatan √
terhadap pasien dalam batas
wewenangnya
l. Menjaga perasaan petugas agar √
Sumber :Hasil penyebaran kuesioner kepada KATIM tanggal 19
– 21 April 2021 Di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD
Kardinah Tegal Keterangan:
0 : Tidak Pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Selalu
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
47
= x 100 %
63
= 70%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup baik
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik

c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
penggerakan dan pelaksanaan di ruang Lavender Bawah Wanita
didapatkan bahwasanya tugas kepala ruang dalam kategori cukup
baik sesuai dengan data yang didapat data hasil observasi terhadap
pelaksanaan tugas kepala ruang mendapatkan persentase sebesar
70% dalam indikator cukup baik.
Kepala ruang telah melaksanakan tugasnya dalam pengarahan
dan pelaksanaan. Kepala ruang memberikan komando, arahan dan

138
bimbingan kepada seluruh staf keperawatan ataupun non
keperawatan.

4) Pengawasan
a) Kajian Teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan
standar dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat
tidak sesuai standar (Nursalam, 2008). Pengawasan melalui
komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien. Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur
yaitu:
(1) Penetapan standar pelaksanaan
(2) Penetapan ukuran-ukuran pelaksanaan
(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar
yang ditetapkan
(4) Pengambilan tindakan koreki

Pelaksanaan pengawasan antara lain yaitu:


(1) Pelaksanaan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan yang ada saat itu juga.
(2) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir
perawat yang ada, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan, mendengar laporan dari
KATIM mengenai pelaksanaan tugas.

139
(3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana perawatan yang telah disusun bersama KATIM.
(4) Mengaudit, untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan
dahulu persiapan antara lain: Standar Operating Prosedur.

b) Kajian Data
Tabel 2.36
Kepala Ruang sebagai Pengawas, Pengendali, dan
Penilaian Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
SL SR KD TD
No. Nama Kegiatan
(3) (2) (1) (0)
1. Mengawasi, mengoreksi dan √
menilai pelaksanaan pelayanan
keperawatan yang telah
ditentukan
2. Melaksanakan penilaian √
terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan
di bidang keperawatan
3. Mengawasi dan mengendalikan √
pendayagunaan peralatan
keperawatan serta obat-obatan
secara efektif dan efisien
4. Mengawasi pelaksanaan sistem √
pencatatan pelapor kegiatan
pelayanan keperawatan serta
pendokumentasian kegiatan
lainnya di ruang rawat
Jumlah 6 4

140
SL SR KD TD
No. Nama Kegiatan
(3) (2) (1) (0)
Jumlah total 10/12 x 100% = 80%
(Nursalam, 2008)
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada KATIM tanggal 21
April 2021 Di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD
Kardinah Tegal Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
10
= x 100 %
12
= 80%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi di ruang Lavender Bawah Wanita
secara keseluruhan kegiatan pengawasan dalam penilaian tugas
kepala ruang sebagai pengawas, pengendali, dan penilaian di ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal diperoleh nilai 80%
dengan kategori baik.
c. Proses bimbingan klinik dengan praktikan
a) Kajian Teori

141
Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan kepada
mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuann teoritis ke dalam
tindakan yang sesungguhnya, pembelajaran klinik tidak hanya
menerapkan teori-teori yang telah diperoleh. Proses manajemen
bimbingan praktek klinik keperawatan yaitu:
1) Perencanaan
Praktek klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata
dimana peserta didik diharapkan langsung dengan klien dan situasi
yang nyata, pembelajaran klinik tidak hanya menerapkan teori-teori
yang telah diperoleh dari kampus (Munthe, 2009)
Peserta didik berkesempatan dalam melatih diri melaksanakan
asuhan keperawatan professional, dan melatih kemampuan untuk
berhubungan langsung ke dalam masalah nyata. Hal tersebut perlu
adanya bimbingan dari Instruktur klinis (clinical instructor) dalam
membimbing dan mengembangkan keterampilan praktik klinis
mahasiswa keperawatan. Clinical instructor berperan sebagai
mediator dan fasilitator.
Sebelum melakukan praktik ada beberapa yang harus dipenuhi
yaitu :
a) Direktur RSUD Kardinah Tegal mendelegasikan penerimaan
mahasiswa kepada kepala bidang diklat.
b) Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademi sesuai
dengan kompetensi mahasiswa di koordinasikan dengan diklat.
c) Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK
menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, penetapan
lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai.

142
d) Mahasiswa selanjutnya akan menemui pembimbing klinik dan
pembimbing klinik akan memberikan pengarahan, orientasi
ruangan dan tugas pembuatan asuhan keperawatan.
e) Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik, pembimbing
klinik adalah seorang tenaga keperawatan yang profesional
yang di beri wewenang dan tanggung jawab membimbing
secara langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan terhadap mahasiswa PKK, peranan
pembimbing klinik adalah sebagai berikut :
a) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam
rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan
metode yang telah ditentukan.
b) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai metode yang ditentukan.
c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang
akan menjadi sumber pengalaman dilahan.
d) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan.
e) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik
f) Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan kepada
pasien.
g) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik
h) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.
i) Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan,
ketaatan, serta memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.
j) Mengarah dan membimbing peserta didik dalam rangka
pencapaian target kompetensi yang diharapkan.
k) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.
2) Pengorganisasian

143
Pengorganisasian mahasiswa PKK di ruang Lavender bawah
wanita sebagai berikut:
a) Penerimaan
b) Peserta didik diserahkan dari institusi, kepada Ruang Lavender
bawah wanita RSUD Kardinah Tegal
(1) Orientasi
(a) Umum
Orientasi yang bersifat umum diberikan dalam satu
hari, yang meliputi orientasi tugas secara umum,
tujuan orientasi umum adalah agar peserta didik
memahami tentang PPI rumah sakit, struktur
organisasi, tata tertib dan sanksi peserta didik PKK,
sistem pelayanan keperawatan, penjelasan tentang
pelaksanaan PKK.
(b) Khusus
Orientasi yang bersifat khusus diberikan pada awal
pelaksanaan PKK di ruangan, yang meliputi :
i) Orientasi Ruang
Meliputi Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
instalasi, Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
ruang rawat, Tata tertib ruang rawat dan Fasilitas
ruang rawat

ii) Orientasi Tugas


Meliputi MPKP Ruang rawat, Standar asuhan
keperawatan 10 kasus terbesar di ruang rawat,
Fasilitas alat keperawatan dan Sistem penugasan
peserta didik.
3) Menetapkan pembimbing klinik

144
Divisi keperawatan dan penanggung jawab PKK segera
menyiapkan pembimbing PKK, sesuai kriteria yang telah ditetapkan
di masing-masing lahan praktek.
Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan
PKK peserta didik (tujuan, kompetensi, penugasan, dll) kepada
pembimbing PKK yang dipakai sebagai lahan praktek satu minggu
sebelum pelaksanaan PKK. Waktu penjelasan sesuai dengan
kesepakatan pembimbing institusi pendidikan dan pembimbing
lahan. Proses bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik.
Pembimbing klinik adalah seorang tenaga perawat profesional yang
diberi wewenang dan tanggung jawab membimbing secara langsung
peserta didik.
4) Metode pembelajaran klinik
a) Kajian Teori
Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik ada
beberapa macam yaitu :
(1) Eksperensial
Metode ini memberikan pengalaman yang langsung
dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang melibatkan
interaksi dengan klien yang nyata dan orang lain di
lapangan atau melalui pengalaman yang seperti kenyataan.

(2) Proses Insident


Insiden harus berasal dari pengalaman klinik yang
baru dialami oleh peserta didik. Insiden harus dapat
berorientasi pada klien, staf, ataupun lingkungan.

145
(3) Observasi : Field trip, ronde keperawatan, observasi
lapangan, emonstrasi.
Observasi terhadap pengalaman actual dilapangan atau
terhadap suatu perangan yang diperlukan untuk belajar
didapat melalui modeling.
(4) Bed-Side Teaching
Metode pembelajaran klinik yang berbeda langsung
disamping atau bersama dengan klien.
(5) Conference
Pertemuan atau konferensi klinik/ lapangan
merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa
aspek praktik klinik/lapangan. Conference meningkatkan
pembelajaran pemecahan masalah yaitu bahwa kelompok
akan melakukan analisis kritis terhadap masalah dan
menerima umpan balik langsung dari pengajar. Dalam satu
Conference, kelompok peserta didik semakin terbuka
terhadap berbagai situasi yang ada di lapangan, yang
mungkin banyak diantaranya bekum pernah dialami
peserta didik.
(6) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing case study).
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan
pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai
masalah klinik yang mendasari pada perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang
dilakukan.

b) Kajian Data

146
Dari hasil wawancara dengan pembimbing lahan ataupun pembimbing
klinik di RSUD Kardinah Tegal, didapatkan bahwa metode
pembelajaran disini menggunakan dan Studi Asuhan Keperawatan dan
Metode Eksperensial. Pada awal, mahasiswa masuk ke ruangan,
pembimbing klinik akan melakukan orientasi ruangan dan memberikan
arahan serta kasus. Mahasiswa diberikan satu kasus atau mahasiswa
memilih sendiri kasus tersebut sesuai kesepakatan. Mahasiswa diberikan
tugas membuat laporan pendahuluan sesuai kasus yang didapatkan dan
asuhan keperawatan dikelola selama minimal tiga hari. Pembimbing
klinik akan melakukan bimbingan setiap minggunya sesuai kesepakatan
kontrak dengan mahasiswa. Pembimbing klinik mengevaluasi
mahasiswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang
pengetahuan dari laporan pendahuluan yang telah dibuat dan
mengklarifikasi asuhan keperawatan kelolaan mahasiswa. Pembimbing
klinik akan memberikan penilaian responsi tugas sesuai ketentuan dari
pihak akademik. Sedangkan Metode Eksperensial yang di maksudkan
yaitu pembimbing klinik atau CI melibatkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan klien dan orang lain di lapangan, dan memberikan
pengalaman yang seperti kenyataan
c) Analisis
Pembimbing klinik di ruang RSUD Kardinah Tegal sudah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada mahasiswa praktik yaitu mahasiswa
diperbolehkan untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
apa yang peserta didik diajarkan di kampus. Pembimbing klinik juga
membagikan kasus kepada setiap mahasiswa dan asuhan keperawatan
dikelola selama minimal 3 hari. Bimbingan dilaksanakan setiap minggu
1 kali pertemuan, pembimbing mengevaluasi tugas yang telah dibuat
mahasiswa. Pembimbing melakukan responsi kepada mahasiswa dan
memberikan nilai dengan format yang sudah ada dari pihak akademik

147
serta penilaian disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa menjawab
pertanyaan dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Unsur Output

a. Efisiensi Ruang Rawat

1) Kajian Teori

National Health Services (NHS) memperkenalkan 6 syarat

dalam menilai kinerja pelayanan rumah sakit salah satunya yaitu

effisiensi (Giancotti, Guglielmo & Mauro, 2017 dalam Sidiq, 2017).

Efisiensi merupakan salah satu parameter/indikator kinerja yang

secara teoritis mendasari seluruh kinerja suatu organisasi yaitu

rumah sakit. Penilaian efisiensi pelayanan berkaitan dengan

pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit, serta

efisiensi pemanfaatan penunjang medik rumah sakit. Ada beberapa

indikator untuk menilai efisiensi diantaranya Bed Occupancy Rate

(BOR), Average Length Of Stay (AvLOS), Turn Over Interval

(TOI) dan Bed Turn Over (BTO) (Soejadi, 2010 dalam Sidiq,

2017).

Depkes (2008) menentukan indikator pelayanan rumah

sakit yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat

pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator

148
tersebut terbagi untuk masing-masing unit. Indikator untuk unit

rawat inap antara lain :

a) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indicator untuk

menilai seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada

di suatu ruangan atau rumah sakit dalam jangka waktu

tertentu. Standar Depkes dalam satu tahun adalah sekitar (60-

85%).

BOR = Jumlah Hari Perawatan x 100 %


Jumlah TT x hari perawatan

b) LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan

lama waktu pasien tinggal. Semakin pendek Length of Stay

pasien semakin baik, menurut standart yang baik adalah

sekitar 6-9 hari.

LOS = Jumlah Lama hari perawatan x 100%


Jumlah pasien keluar hidup atau mati

c) TOI (Turn Over Interval), merupakan indikator mutu

pelayanan keperawatan yang menunjukkan rata-rata tempat

tidur kosong atau waktu antara tempat tidur ditinggalkan

pasien sampai diisi kembali. Standart nasional adalah 1 – 3

hari.

149
TOI = (Jumlah TTX hari)- hari perawatan
Jumlah pasien keluar hidup atau mati

d) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan

pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan

waktu. standar nasional BTO adalah 40-50 kali. Semakin banyak

BTO di suatu rumah sakit akan lebih baik.

BTO= Jumlah pasien keluar


Jumlah tempat tidur

Tabel 2. 1 Indikator Efisiensi Ruang Perawatan Menurut

Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan

No Indikator Standar Depkes


1 BOR 60-85 %
2 LOS 6-9 hari
3 TOI 1-3 hari
4 BTO 40-50 kali

150
2) Kajian Data

Tabel 2.2 Indikator Efisiensi Ruangan Di Ruang Lavender

Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal Periode Januari-Maret

2021

Indikator
No Bulan
BOR LOS TOI BTO
1. Januari 2021 14,0 3,2 27,8 1,0
2. Febuari 2021 23,5 3,7 16,6 0,2
3 Maret 2021 41,6 3,6 7,5 2,7
Jumlah 79,1 10,5 51,9 3,9
Rata-rata 26,3 3,5 17,3 1,3
Sumber: Buku Register rawat inap Ruang

LBW

3) Analisis

1) BOR (Bed Occupancy Rate), di ruang LBW 3 bulan terakhir

rata-rata 26,3% masuk dalam kategori kurang karena nilai

normal dalam depkes 60-85% dengan demikian apabila

dibandingkan dengan standar nasional menunjukkan

pemanfaatan tempat tidur yang rendah sehingga memerlukan

evaluasi rumah sakit tentang jumlah tempat tidur. Hal ini

151
kemungkinan dikarenakan terjadi penurunan jumlah pasien

akibat dengan adanya pandemi Covid-19.

2) LOS (Length Of Stay) pasien di ruang LBW dalam 3 bulan

terakhir yaitu 3 hari. Dengan demikian data tersebut

menunjukkan lama perawatan sesuai standar nasional yaitu 6-

9 hari, menunjukan pelayanan keperawatan di Ruang LBW

belum efektif dan efisien.

3) TOI (Turn Over Interval) di Ruang LBW selama 3 bulan

terakhir yaitu 17 hari, menunjukkan waktu rata-rata suatu

tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur

ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi belum

efisien, dimana standard nasional 1-3 hari. Hal ini terjadi

akibat penurunan jumlah pasien dari satu tahun terakhir

selama masa pandemi Covid-19.

4) BTO (Bed Turn Over) di Ruang LBW rata-rata 3 bulan

terakhir yaitu 1 kali menunjukkan frekuensi pemakaian

tempat tidur rumah sakit satu satuan waktu tertentu belum

efisien, karena sesuai dengan standar nasional dikatakan

efisien setiap 40-50 kali.

152
b. Instrumen A

1) Kajian Teori

Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian

asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap

dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3

hari.

Menurut Ali, 2010 Dokumentasi keperawatan adalah sistem

pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan

keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata, dan

tercatat dan bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien tapi juga

jenis, kualitas, dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam

memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan

merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan

perawatan, khususnya proses profesionalisasi keperawatan serta

upaya untuk membina dan mempertahankan akontabilitas perawat

dan keperawatan.

Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek:

a. Keakuratan data

b. Breavity (ringkas)

c. Legibility (mudah dibaca)

Komponen dokumentasi keperawatan:

a. Pengkajian

153
Dokumentasi pengkajian keperawatan merupakan catatan

tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk

mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar

tentang pasien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan

pasien. Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh,

sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung pada

identifikasi masalah-masalah pasien. Asuhan keperawatan

paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan

secara terus-menerus tentang keadaaan pasien untuk

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus

bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen

pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan data,

dan perumusan masalah dengan diperoleh dari data subjektif

(hasil pengkajian pasien) dan data objektif ( hasil observasi,

pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang).

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari

masalah kesehatan atau proses kehidupan baik aktual maupun

potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa

dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,

diAnalisis, dan dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan

154
pasien. Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai

dengan wewenang perawat, dengan komponen terdiri atas

masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari

masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila

masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial

apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dan

dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Rencana keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan. Komponen rencana perawatan meliputi prioritas

masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Prioritas masalah

ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah yang

mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang

mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah

masalah yang mempengaruhi perilaku.

d. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi

yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan,

serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan

keluarga.

155
e. Pelaksanaan

Tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang

ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien,

menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan

pada klien, sesuai waktu yang telah ditentukan dengan

menggunakan sumber-sumber yang ada. Tindakan perawatan

dilakukan dengan menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,

aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan

keselamatan pasien, dan merapikan pasien dan alat setiap

selesai tindakan. Semua tindakan yang telah dilaksanakan

dicatat pada format asuhan keperawatan yang berlaku.

Perbaikan tindakan dilakukan berdasarkan respon pasien dan

merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam

keselamatan pasien.

f. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan secara peroidik, sistematis, dan

berencana, untuk menilai perkembangan pasien. Evaluasi

dilaksanakan dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal

dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan

rencana perawatan selanjutnya termasuk strategi perawatan

yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien.

g. Catatan asuhan keperawatan

156
Pencatatan merupakan data tertulis tentang status

kesehatan dan perkembangan pasien selama dalam perawatan.

Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap maupun rawat

jalan. Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

komunikasi. Penulisan harus jelas dan ringkas, serta

menggunakan istilah yang baku sesuai dengan pelaksanaan

proses perawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan paraf

dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu

pelaksanaan, dan menggunakan format yang tersedia serta

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Kajian data

Table 2.3 Evaluasi Instrumen A Di Ruang Lavender Bawah


Wanita
Aspek yang Hasil
No Keterangan
dinilai (%)
1. Pengkajian 69,2 1) Mencatat data yg dikaji

sesuai pedoman

pengkajian

2) Data dikelompokkan bio-

psiko-sosial-spiritual

3) Data dikaji sejak pasien

masuk sampai pulang

157
4) Pemeriksaan fisik

beberapa belum dikaji

secara keseluruhan,

hanya berfokus pada

keluhan saja
2. Diagnosa 80,2% 1) Diagnosa keperawatan

Keperawatan berdasarkan masalah

yang telah dirumuskan

2) Diagnosa keperawatan

mencerminkan PE/PES,

namun ada beberapa

belum tergambarkan

respon pasien terhadap

proses penyakit, kondisi

dan situasi

3) Merumuskan diagnosa

keperawatan sudah

dengan aktual dan

potensial, pada diagnosa

potensial sebagian besar

bersifat kemungkinan

dan ditulis hanya

158
masalah dan

penyebabnya saja.
3. Perencanaan 1) Perencanaan sudah

sesuai dengan diagnosa

keperawatan

2) Perencanaan

keperawatan sudah

disusun secara prioritas

3) Rumusan tujuan

mengandung komponen

pasien/subjek, perubahan
66,8%
perilaku, kondisi pasien

dan atau kriteria waktu

4) Penulisan belum

menggunakan kalimat

perintah

5) Rencana tindakan belum

menggambarkan

keterlibatan

pasien/keluarga
4. Tindakan 72,5% 1) Tindakan yang dilakukan

mengacu pada rencana

159
keperawatan

2) Perawat mengobservasi

respon pasien terhadap

tindakan keperawatan

3) Revisi tindakan beberapa

belum berdasarkan hasil

evaluasi

4) Sebagian besar tindakan

yang telah dilakukan

dicatat secara jelas

dengan mencantumkan

tanggal/jam, paraf/nama

terang
5. Evaluasi 1) Sebagian besar evaluasi

sudah mengacu pada

tujuan

2) Sebagian besar hasil


87,5
evaluasi sudah dicatat

sesuai yang telah

ditetapkan dan dilakukan

secara kontinyu
6. Dokumentasi 100 1) Menulis pada format

160
Asuhan yang baku

Keperawatan 2) Pencatatan dilakukan

sesuai dengan tindakan

yang dilaksanakan

3) Pencatatan ditulis dengan

jelas, ringkas, istilah

yang baku dan

jelas/benar

4) Setiap melaksanakan

tindakan/kegiatan

perawat mencantumkan

paraf/nama jelas

5) Dokumentasi tersimpan

sesuai dengan ketentuan

yang berlaku
Rata-rata 79,2 Baik

3) Analisis

Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata dokumentasi

keperawatan dari 5 rekam medis di ruang Lavender Bawah Wanita

sebesar 79,2 (baik). Pada perencanaan asuhan keperawatan 66,8%

sudah sesuai standar. Semua Tindakan yang dilakukan mengacu pada

161
rencana keperawatan, namun revisi tindakan beberapa belum

berdasarkan hasil evaluasi (72,5). Pendokumentasian yang dilakukan

sudah terdapat intervensi keperawatan dan setiap menulis tindakan

perawat mencantumkan paraf / nama jelas dengan.

c. Instrumen B

Tingkat Kepuasan pasien

1) Kajian Teori

Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan

asuhan keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi pengkajian data, penyusunan

diagnosa, melakukan perencanaan, tindakan dan evaluasi.

Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada praktek

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai

tatanan layanan kesehatan (Zaidin Ali, 2011). Menurut Aswar (2010),

mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan yang dapat

memberikan kepuasan pasien sesuai tingkat kepuasan rata-rata serta

penyelenggaraan sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang

ditetapkan. Menurut Pasuraman (2012), pengukuran mutu dapat

dilakukan dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang

diharapkan (Experted Services) dengan pelayanan yang diterima dan

dirasakan (Perceived Services).

162
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi

aspek yang berpengaruh.Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara

langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek

itu adalah:

1. Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan

Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauh mana suatu

mutu pelayanan kesehatan telah mencapai standar program dan

standar pelayanan kesehatan.

2. Kompetisi Teknis

Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan,

dan penampilan petugas, manajer dan staf pendukung. Kompetisi

teknis berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti

standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat

dipertanggungjawabkan atau diandalkan (dependability),

ketepatan (accurancy), ketahanan uji (reliability), dan

konsistensi (concitency).

3. Akses Terhadap Pelayanan

Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang

oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau

hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jelas,

transportasi, jarak, waktu perjalanan, dan hambatan fisik lain

yang dapat menghalangi seseorang untuk memperoleh pelayanan

163
kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan sejauh mana

pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinik,

waktu tunggu.

4. Efektivitas

Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas

yang menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk

klinis sesuai dengan standar yang ada.

5. Hubungan antara manusia

Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara

petugas kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara

tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antara manusia

yang baik akan menanamkan kepercayaan dan kreadibilitas

dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,

responsive, memberi perhatian.

6. Efisiensi

Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang

optimal dari pada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan

masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik

dengan yang dimiliki.

7. Kelangsungan pelayanan

164
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima

pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan)

tanpa interupsi.

8. Kenyamanan

Kenyamanan mempengaruh kepuasan pasien dan

bersedianya kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh

pelayanan.

2) Kajian Data

Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap

kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuisioner

yang berisi 25 soal berbentuk pertanyaan pilihan yang dilakukan

terhadap 10 pasien dengan kriteria inklusi pasien yang dirawat ≥ 3

hari perawatan.

Table 2.4 Evaluasi Instrumen B1 Di Ruang Lavender Bawah

Wanita Rumah Sakit Kardinah Tegal

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu 6 4

mempekenalkan diri?
2 Apakah perawat melarang anda/ 10 0

pengunjung merokok di ruangan?


3 Apakah perawat selalu menanyakan 9 1

165
bagaimana nafsu makan anda/

keluarga anda
4 Apakah perawat selalu menanyakan 5 5

pantangan dalam hal makanan

anda/keluarga anda?
5 Apakah perawat selalu menanyakan/ 3 7

memperhatikan jumlah makanan dan

minumamyang biasa anda/keluarga

anda habiskan?
6 Apakah anda/keluarga anda tidak 0 10

mampu makan sendiri?, apakah

perawat membantu menyuapinya?


7 Pada saaat anda/keluarga anda 9 1

dipasang infus, apakah perawat selalu

memeriksa cairan atau tetesannya dan

area sekitar pemasangan jarum infus?


8 Apabila anda/keluarga anda 8 2

mengalami kesulitan BAB apakah

perawat menganjurkan makan buah-

buahan, sayuran, minum yang cukup

banyak bergerak?
9 Pada saaat perawat membantu 8 2

anda/keluarga anda waktu BAB dan

BAK. apakah perawat memasang

sampiran atau selimut, menutup

166
pintu/jendela, mempersilahkan

pengunjung keluar ruangan?


10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga 10 0

anda selalu dijaga kebersihannya

dengan disapu dan di pel setiap hari?


11 Apakah lantai kamar mandi/ WC 9 1

selalu: bersih, tidak licin, tidak

berbau, cukup terang?


12 Selama anda/keluarga anda belum 2 8

mampu mandi(dalam keadaan

istirahat total) apakah dimandikan

oleh perawat?
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu 1 9

oleh perawat jika tidak mampu:

menggosok gigi, membersihkan mulu,

mengganti pakaian, menyisir rambut?


14 Apakah alat-alat tenun seperti seprei, 8 2

selimut, dll diganti setiap kotor?


15 Apakah perawat pernah memberikan 9 1

penjelasan akibat dari: kurang

bergerak, berbaring terlalu lama?


16 Pada saat anda/keluarga anda masuk 5 5

RS, apakah perawat memberikan

penjelasantentang fasilitas yang

tersedia dan cara penggunaannya,

167
peraturan atau tata tertib yang berlaku

di RS?
17 Selama anda/keluarga anda dalam 10 0

perawatan, apakah perawat:

memanggil nama dengan benar?


18 Selama anda/keluarga anda dalam 9 1

perawatan, apakah perawat:

mengawasi keaadaan secara teratur

pada pagi, ssore, maupun malam hari?


19 Selama anda/keluarga anda dalam 10 0

perawatan, apakah perawat segera

memberi bantuan bila diperlukan?


20 Apakah perawat bersikap: sopan, 10 0

ramah?
21 Apakah anda/keluarga anda 8 2

mengetahui perawat yang

bertanggung jawab setiap kali

pergantian dinas?
22 Apakah perawat selalu memberi 10 0

penjelasan sebelum melakukan

tindakan perawatan atau pengobatan?


23 Apakah perawat selalu bersedia 10 0

mendengarkan dan memperhatikan

setiap keluhan anda/keluarga anda?


24 Dalam hal memberikan obat, apakah 6 4

perawat membantu menyiapkan atau

168
meminumkan obat?
25 Selama anda/keluarga anda dirawat, 10 0

apakah diberikan penjelasan tentang

perawatan/pengobatan/pemeriksaaan

lanjutan setelah anda/keluarga anda

diperbolehkan pulang?
TOTAL 185 65
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada pasien ruang LBW

Hasil perhitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori

Arikunto (2010), yaitu:

76-100% : puas

56- 75% : cukup puas

40-55 % : kurang puas

<40% : tidak puas

Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai

berikut :

Total skor
QUOTE X 100 % Jawaban ya
Item
Hasil keperawatan pasien= x 100 %
Jawaban ya+ jawaban tidak

185
¿ x 100 %=74 %
250

169
Berdasarkan hasil perhitungan, maka persepsi pasien terhadap

mutu asuhan keperawatan diruang LBW masuk dalam katagori

cukup puas (56% – 75%).

3) Analisis

Secara umum pasien merasa cukup puas (74%) dengan pelayanan

yang diberikan perawat seperti kebersihan ruangan, perawat selalu

memanggil nama pasien dengan benar, pasien juga merasa puas karena

perawat selalu siaga terhadap pasien, sopan juga ramah, dan perawat

selalu memberi penjelasan sebelum melakukan tidakan keperawatan

dan pengobatan. Namun perlu di tingkatkan lagi dalam melakukan

tindakan keperawatan seperti edukasi mengenai nutrisi yang di

konsumsi, pemenuhan kebutuhna personal hygine dan penggantian

linen, agar kepuasan pasien menduduki pada kategori puas dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan.

Tingkat Kepuasan Kerja Perawat

1) Kajian Teori

Pengertian kepuasan kerja menurut Newstrom ”job

satisfaction is the favorableness or unfavoraleness with employes

view their work” kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau

tidak mendukung yang dialami dalam kerja. Menurut Stephen

Robin; kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu

sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan

170
ketidaksukaan dikaitkan dengan pegawai; merupakan sikap umum

yang dimiliki oleh pegawai yang erat hubungannya dengan

imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah

melakukan sebuah pengorbanan.

2) Kajian Data

Data diperoleh dari 10 responden untuk evaluasi tingkat

kepuasan kerja perawat di Ruang Lavender Bawah Wanita Rumah

Sakit Kardinah yaitu :

Tabel 2.5 Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Lavender


Bawah Wanita Rumah Sakit Kardinah Tegal bulan Januari-Maret
2021
Jawaban
No Pertanyaan
Puas Tidak Puas
Jumlah gaji yang diterima 3 7

dibanding dengan pekerjaan

yang saudara lakukan


Sistem penggajian yang 8 2

dilakukan oleh institusi tempat

saudara bekerja
Jumlah gaji yang diterima 1 9

dibandingkan dengan

pendidikan saudara
Pemberian insentif tambahan 6 4

atas suatu prestasi atau

kerjasama

171
Tersedianya peralatan dan 9 1

perlengkapan yang mendukung

pekerjaan
Tersedianya fasilitas penunjang 10 0

seperti kamar mandi, tempat

parkir, dan kantin


Kondisi ruang kerja terutama 10 0

berkaitan dengan ventilasi

udara, kebersihan dan

kebisingan
Adanya jaminan kesehatan atau 5 5

keslamatan kerja
Perhatian institusi rumah sakit 5 5

terhadap saudara
10 Hubungan antar karyawan dan 10 0

kelompok kerja
11 Kemampuan dalam 10 0

bekerjasama antar karyawan


12 Sikap teman-teman terhadap 10 0

saudara
13 Kesesuaian antara pekerjaan 10 0

dan latar belakang pendidikan

saudara
14 Kemampuan dalam 10 0

menggunakan waktu

bekerjasama dengan penugasan

172
yang diberikan
15 Kemampuan supervisi atau 10 0

pengawas dalam membuat

keputusan
16 Perlakuan atasan selama 10 0

saudara bekerja disini


17 Kebebasan dalam melakukan 10 0

metode sendiri dalam

menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk 10 0

meningkatkan kemampuan

kerja melalui pelatihan dan

pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk 10 0

mendapatkan posisi yang lebih

tinggi
20 Kesempatan untuk 9 1

mendapatkan prestasi dan

kenaikan pangkat
TOTAL 166 34
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada perawat ruang

LBW

Dari perhitungan jawaban dibuat dengan persentasi menurut

kategori Arikunto (2010) yaitu:

76-100% : puas

173
56- 75% : cukup puas

40-55 % : kurang puas

<40% : tidak puas

Perhitungan kepuasan = Jawaban Puas x 100%

Jawaban Puas + Jawaban Tidak Puas

166
Perhitungan = x 100 %=83 %
2166+ 34

3) Analisis

Dari hasil kuesioner yang diberikan terhadap 10 perawat di

Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal

didapatkan kesimpulan dari 10 orang yang mengisi kuisioner

bahwa tingkat kepuasan kerja perawat sebesar 83% dalam kategori

puas.

Adapun beberapa poin pertanyaan yang tidak puas dengan

skor tertinggi diantaranya adalah pertanyaan poin 3 yaitu jumlah

gaji yang diterima dengan pendidikan yang ditempuh (90%),

kemudian pertanyaan poin 1 yaitu tentang jumlah gaji yang

diterima dibanding dengan pekerjaan yang dilakukan (70%).

d. Instrumen C

174
1) Kajian Teori

Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai

dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan

dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian

tindakan keperawatan yang mengacu pada instrumen evaluasi

penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah

ditetapkan oleh Rumah Sakit Kardinah Tegal.

2) Kajian Data

Berdasarkan pengamatan tanggal 20 April tahun 2021 terhadap

7 perawat dengan metode observasi kepatuhan terhadap SPO di

Ruang Lavender Bawah Wanita didapatkan data sebagai berikut :

175
Tabel 2.6 Kepatuhan Terhadap SPO Cuci Tangan Higienis

Di Ruang Lavender Bawah Wanita Rumah Sakit Kardinah Tegal

No 1 2 3 4 5 6 7
Alur tindakan Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
.
1 Basahi tangan dengan air mengalir √ √ √ √ √ √ √
2 Tuangkan sabun secukupnya pada telapak tangan √ √ √ √ √ √ √
3 Ratakan pada kedua telapak tangan dengan gerakan memutar kearah √ √ √ √ √ √ √

dalam
4 Gosok punggung tangan dengan sela-sela jari, lakukan pada kedua √ √ √ √ √ √ √

tangan
5 Gosok telapak tangan dengan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan √ √ √ √ √ √ √
6 Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling √ √ √ √ √ √ √

mengunci
7 Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam genggaman telapak tangan √ √ √ √ √ √ √

kanan, lakukan juga pada satunya


8 Gosokan ujung kuku tangan kanan dengan diputar ditelapak tangan kiri √ √ √ √ √ √ √

memutar ke arah dalam, lakukan juga pada tangan satunya


9 Gosok pergelangan tangan sampai kesiku dengan gerakan memutar √ √ √ √ √ √ √

kearah luar
10 Bilas kedua tangan dengan air mengalir, dengan pergerakan yang sama √ √ √ √ √ √ √

176
pada saat menggunakan sabun
11 Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue atau hand driyer (dari √ √ √ √ √ √ √

ujung jari dan sela-sela jari kearah proksimal)


12 Waktu pelaksanaan 40-60 detik √ √ √ √ √ √ √
Jumlah 1 9 1 1 1 1 1

1 2 0 1 1 0
74

Skor : x 100% = 88%

84

Tabel 2.7 Kepatuhan Terhadap SPO Pemberian Injeksi Intravena (Intra selang)

di Ruang Lavender Bawah Wanita Rumah Sakit Kardinah Tegal

1 2 63 4 5
No Alur tindakan
Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1 Cuci tangan √ √ √ √ √ √
2 Lakukan identifikasi pasien √ √ √ √ √ √
3 Atur posisi tidur pasien √ √ √ √ √ √
4 Hisap obat kedalam spuit dengan menarik plunger sebanyak dosis yang √ √ √ √ √ √

dibutuhkan dengan teknik aseptik dan antiseptik


5 Keluarkan udara yang ada didalam spuit √ √ √ √ √ √

177
6 Pakai jarum yang berukuran kecil (no 26, 23) √ √ √ √ √ √
7 Periksa kepatenan aliran infus dan tanda-tanda phlebitis √ √ √ √ √ √
8 Lakukan disinfeksi pada area yang akan ditusuk menggunakan alkohol √ √ √ √ √ √

swab di area insersi (slang atau injeksi port)


9 Masukan jarum suntik berukuran kecil yang berisi obat kebagian √ √ √ √ √ √

tengah port slang atau karet tempat injeksi


10 Klem slang infus, lakukan aspirasi untuk memastikan aliran balik √ √ √ √ √ √

darah
11 Buka klem dan masukan obat secara perlahan sesuai dengan petunjuk √ √ √ √ √ √

pemberian obat dari pabrik pembuat obat sambil melihat cairan

dibagian ruang drip infus, perhatikan respon klien


12 Cabut jarum sambil perhatikan apakah ada kebocoran pada selang √ √ √ √ √ √

bekas insersi
13 Atur kembali tetesan infus sesuai program terapi √ √ √ √ √ √
14 Buang spuit pada tempatnya dengan memperhatikan tehnik aman √ √ √ √ √ √
15 Bereskan alar-alat dan kembalikan pada tempatnya √ √ √ √ √ √
16 Rapikan lingkungan dan pasien √ √ √ √ √ √
17 Cuci tangan √ √ √ √ √ √
Jumlah 1 2 1 3 1 2 1 3 1 3 1 3

5 4 5 4 4 4

178
86

Skor : x 100% = 84,31%

102

179
Tabel 2.8 Kepatuhan Terhadap SPO Perawatan Luka

di Ruang Lavender Bawah Wanita Rumah Sakit Kardinah Tegal

N ALUR TINDAKAN 1 2 3
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
O
1 TAHAP PRA INTERAKSI √ √ √

Membaca rekam medis pasien dan catatan untuk rencana

perawatan luka
2 Mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan √ √ √

profesional pada diri sendiri


3 MENYIAPKAN ALAT √ √ √

Seperangkat set perawatan luka steril


4 Larutan pembersih yang diresepkan √ √ √
5 Larutan pembersih yang diresepkan √ √ √
6 Sarung tangan sekali pakai √ √ √
7 Plester,pengikat atau balutan sesuai kebutuhan √ √ √
8 Bengkok √ √ √
9 Perlak Peghalas √ √ √
10 Kantong Untuk Sampah √ √ √
11 Troli √ √ √
12 TAHAP ORIENTASI √ √ √

Memberikan salam,memasukkan dengan menanyakan nama,

180
alamat, dan umur pasien.
13 Menanyakan nama, alamat, dan umur pasien √ √ √
14 Memanggil nama pasien sesuai dengan persetujuan pasien √ √ √
15 Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada √ √ √

pasien/keluarga pasien
16 Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya √ √ √

sebelum tindakan dimulai


17 Meminta persetujuan √ √ √
18 Menjaga privacy pasien dengan menutup tirai √ √ √
19 Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan √ √ √
20 TAHAP KERJA √ √ √

Menyusun semua peralatan yang diperlukan di troli dekat

pasien (tidak membuka peralatan steril dulu


21 Meletekkan bengkok didekat pasien √ √ √
22 Memasangkan perlak penghalas √ √ √
23 Mengatur posisi klien dan mengintruksikan klien untuk √ √ √

tidak menyentuh area luka atau peralatan steril


24 Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan melepaskan √ √ √

plester, ikatan atau balutan dengan menggunakan pinset


25 Jika balutan lengket pada luka, melepaskan balutan dengan √ √ √

memberikan larutan steril/NaCl


26 Observasi karakter dan jumlah drainnase pada balutan √ √ √

181
27 Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan √ √ √

dan bulang pada tempatnya


28 Buka bak instrumen balutan steril. Balutan, gunting dan √ √ √

pinset, harus tetap pada bak intrumen steril.


29 Kenakan sarung tangan steril √ √ √
30 Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas √ √ √

balutan atau penutup kulit, dan karakter drainase


31 Membersihkan luka dengan larutan antiseptic yang √ √ √

diresepkan
32 Menggunakan satu kassa untuk satu kali usapan √ √ √
33 Membersihkan luka dari area kurang terkontiminasi ke area √ √ √

terkontaminasi
34 Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi √ √ √

35 Pasang kassa steril kering pada insisi atau letak luka √ √ √

36 Menggunakan plester diatas balutan, fiksasi dengan ikatan √ √ √

atau balutan

37 Melepaskan sarung tangan dan membuang pada tempat √ √ √

182
sampah medis

38 Membantu klien pada posisi yang nyaman √ √ √


39 TAHAP TERMINASI √ √ √

Mengevaluasi perasaan klien setelah dilakukan tindakan

40 Menyimpulkan hasil tindakan √ √ √


41 Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya √ √ √

42 Mencuci dan membereskan alat setelah digunakan √ √ √


43 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan √ √ √

44 DOKUMENTASI √ √ √

Mencatat tanggal dan jam perawatan luka


45 Mencatat nama, alamat dan umur klien √ √ √

46 Mencatat hasil tindakan sesuai dengan SOAP √ √ √


47 Paraf dan nama petugas/perawat yang melakukan tindakan √ √ √

Standar Operasional Prosedur

183
Keterangan :

Jawaban ‘YA’ point 1

Jawaban ‘TIDAK’ point 0

43
Skor : x 100 %=91,48 %
47

184
3) Analisis

Tabel 2.9 Hasil Rekapitulasi Kepatuhan SPO di Ruang Lavender Bawah


Wanita Rumah Kardinah Tegal
SPO yang Hasil Keterangan

dinilai Pencapaian
SPO cuci 88 % Evaluasi pelaksanaan cuci

tangan tangan di Ruang LBW

higienis dikategorikan baik dengan

prosentase 88%, tindakan

yang belum optimal adalah

perawat sering tidak

melakukan cuci tangan

sebelum kontak dengan

pasien tetapi selalu cuci

tangan setelah kontak dengan

pasien.
SPO injeksi 84,31% Evaluasi pelaksanaan

intravena pemberian injeksi intravena

(intra dikategorikan baik, dengan

selang) prosentase 84,31%, tindakan

yang belum optimal adalah

perawat sering tidak

melakukan identifikasi pasien

dengan benar, selain itu tidak

melakukan cuci tangan

sebelum tindakan.

185
SPO 91,48 % Evaluasi pelaksanaan

perawatan perawatan luka dikategorikan

luka baik, dengan presentsi

91,48%, dalam hal ini

menunjukan perawat sudah

melakukan tindakan sesuai

dengan prosedur secara baik,

dan ada yang perlu di

perbaiki lagi dalam

Mengeksplorasi perasaan,

analisis kekuatan dan

keterbatasan profesional pada

diri sendiri dan belum

memberikan kesempatan

pada pasien untuk bertanya

belum melakukan tindakan


Rata-rata 87,93%
Secara umum tindakan keperawatan yang dilakukan baik, terdapat

beberapa perilaku yang perlu ditingkatkan lagi diantaranya identifikasi pasien

sebelum injeksi, atur posisi pasien, dan merapikan lingkungan dan pasien

setelah tindakan, juga menanyakan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

sebelum melakukan tindakan.

186
Tabel 2.10 Hasil Rekapitulasi Instrumen A B C di Ruang Lavender

Bawah Wanita Rumah Sakit Kardinah Tegal Kasih Bulan Januari-

Maret Tahun 2021

Instrumen Rata-rata
Ruang
A B1 B2 C
Ruang

Perawata 79,2% 74 % 83 % 87,9% 81 %

n LBW
Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Lavender Bawah Wanita

Periode Januari-Maret 2021

Hasil evaluasi total instrument A, Instrumen B dan Instrumen C adalah

sebesar 82,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi penerapan SAK di Ruang

LBW RSUD Kardinah Tegal, termasuk dalam kategori baik, dimana skor

terbesar pada kategori instrumen C mengenai kepatuhan perawat terhadap SPO

suatu tindakan yaitu 87,9 %.

e. Mutu Pelayanan Keperawatan

1) Keselamatan Pasien

a) Kajian Teori

1. Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan

pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambi

Terbuatnya visi, misi dan falsafah ruangan

187
Setalah dibuatnya visi, misi dan falsafah ruangan, lebih mudah memetakan secara

jelas apa saja yang menjadi dasar tujuan perawatan pasien diruang lavender bawah

wanita.

l tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI, 2008). Sedangkan menurut

Nursalam 2011, pasien safety adalah penghindaran, pencegahan dan

perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera

dari proses pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah adalah

suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan pada pasien

selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan pasien maupun

rumah sakit itu sendiri (Cecep, 2013).

Tujuan patiebt safety rumah sakit, menurut depkes RI, 2006:

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan

masyarakat

c. Menurunnya angka kejadian tidak diharapkan di rumah sakit

d. Terlaksanya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

penanggulangan kejadian tidak diharapkan

Langkah-langkah pelaksanaan Pasien safety

a. Lakukan identifikasi pasien setiap akan melakukan tindakan

b. Lakukan komunikasi efektif dengan sistem SBAR

c. Lakukan pengelolaan obat kategori LASA dan High alert

d. Persiapan pasien operasi dengan benar (MARKING SITE)

e. Stop Infeksi dengan kepatuhan Hand hygiene

188
f. Amankan pasien dari bahaya jatuh dan cedera dengan melakukan

penilaian dan penandaan resiko jatuh.

b) Kajian Data

Table 2.10 Indikator Sasaran Keselamatan Pasien

No Indikator Ya Tidak
I Keselamatan Pasien (patient safety)
Apakah anda memahami

1 pemakaian gelang (identifikasi 10 0

pasien) ?
Apakah anda memehami SPO
10
2 komunikasi efektif dalam 0

pemberian obat?
Apakah anda memahami tentang

3 prinsip 7 benar dalam pemberian 10 0

obat?
Apakah anda mengetahui tentang

4 penandaan pasien operasi (marking 10 0

site)?
Apakah anda mengetahui

5 pencegahan infeksi dengan cuci 10 0

tangan secara efektif ?


Apakah anda mengetahui
6 10 0
penandaan pasien resiko jatuh?
II Keterbatasan Perawatan diri
Apakah anda memahami tingkat

ketergantungan pasien dalam


7 10 0
memenuhi kebutuhan dasar

manusia ?
III Kecemasan
8 Apakah anda memahami tentang 10 0

189
perawatan pasien dengan cemas?
IV Kenyamanan( nyeri)
Apakah anda sudah memahami

tentang SPO manajemen nyeri,


9 10 0
untuk memenuhi rasa nyaman

pasien?
V Pengetahuan
Apakah anda sudah memahami

10 tentang SPO Discharge planning 10 0

(perencanaan pemulangan pasien) ?


Jumlah 100 0
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada pasien ruang LBW sebanyak

10 perawat

c) Analisis

Berdasarkan data di atas di dapatkan hasil bahwa 100% perawat telah

mengerti dan memahami mengenai SPO peningkatan pemberian mutu

pelayanan baik dari keselamatan pasien, keterbatasan perawatan diri,

kecemasan, kenyamanan dan pengetahuan tentang SPO discharge planning.

2) Pengetahuan pasien

a) Kajian Teori

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2013).

Tingkat pengetahuan klien akan mempengaruhi dalam

pemberian/pelaksanaan discharge planning. Discharge Planning adalah

mekanisme yang menuntun berbagai multidisiplin pelayanan kesehatan untuk

mencapai transfer pasien yang dirawat di institusi pelayanan kesehatan ke

rumah dengan sukses (AARC, 2010).

190
b) Kajian Data

Berdasarkan kuisioner tanggal 20 april terhadap 10 pasien yang dirawat

di Ruang Lavender Bawah Wanita di dapatkan 4 pasien yang berpengetahuan

baik dan 6 orang yang kurang baik. Pasien tersebut belum memahami tentang

penyakit yang diderita (penularan dan pencegahan).

3) Kecemasan Pasien

a) Kajian Teori

Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman angst

kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata

yang digunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negative dan

keterangsangan (Darmanto Jatman, 2008).

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas Reality

Testing Ability/RTA,masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak

mengalami keretakan kepribadian /spilitting of personality), perilaku dapat

terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2008). Sedangkan

mennurut Nursalam, 2011 Cemas adalah emosi tanpa objek dan merupakan

pengalaman subjektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit

untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas

lewat perubahan tingkah laku pasien ( Nursalam 2011).

b) Kajian data

191
Tabel 2.12 Kuisioner Anxiety Scale

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan

keadaan anda atau apa yang anda rasakan saat akan menjalani pre operatif

 Tidak pernah sama sekali :1

 Kadang-kadang saja mengalami demikian :2

 Sering mengalami demikian : 3

 Selalu mengalami demikian setiap hari :4

Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4
Saya merasa lebih gelisah atau gugup 0 2 0 8
1
dan cemas dari biasanya
Saya merasa takut tanpa alasan yang 1 0 9 0
2
jelas
Saya merasa seakan tubuh saya 0 10 0 0
3
berantakan atau hancur
Saya mudah marah, tersinggung atau 0 6 4 0
4
panic
Saya selalu merasa kesulitan 2 8 0 0

mengerjakan segala sesuatu atau


5
merasa sesuatu yang jelek akan

terjadi
Kedua tangan dan kaki saya sering 5 5 0 0
6
gemetar
Saya sering terganggu oleh sakit 8 2 0 0
7
kepala, nyeri leher atau nyeri otot
Saya merasa badan saya lemah dan 7 2 1 0
8
mudah lelah
Saya tidak dapat istirahat atau duduk 0 2 8 0
9
dengan tenang

192
Saya merasa jantung saya berdebar- 0 8 2 0
10
debar dengan keras dan cepat
11 Saya sering mengalami pusing 9 1 0 0
Saya sering pingsan atau merasa 10 0 0 0
12
seperti pingsan
Saya mudah sesak napas tersengal- 9 1 0 0
13
sengal
Saya merasa kaku atau mati rasa dan 7 3 0 0
14
kesemutan pada jari-jari saya
Saya merasa sakit perut atau 9 1 0 0
15
gangguan pencernaan
Saya sering kencing daripada 9 1 0 0
16
biasanya
Saya merasa tangan saya dingin dan 10 0 0 0
17
sering basah oleh keringat
Wajah saya terasa panas dan 10 0 0 0
18
kemerahan
Saya sulit tidur dan tidak dapat 0 7 3 0
19
istirahat malam
20 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk 10 0 0 0

Keterangan:

Cara Penilaian Tingkat Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale

(SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang

dirancang oleh William W.K.Zung. Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap

pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagaian

waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan

193
kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Zung Self-

Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell, 2006).

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :

Skor 20-44 : normal./ tidak cemas

Skor 45-59 : kecemasan ringan

Skor 60-74 : kecemasan sedang

Skor 75-80 : kecemasan berat

c) Analisis

Dari Penyebaran kuisioner dan observasi kami dari 10 responden pada

tanggal 21 April 2021 diperoleh data tingkat kecemasan pasien :

Normal/tidak cemas :4

Cemas ringan :6

Cemas sedang : 0.

Berdasarkan hasil analisis kuisioner tingkat kecemasan pasien di ruang

Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal rata-rata pasien mengalami

cemas ringan sebanyak 6 responden, , dimana 4 dari 10 responden tidak

mengalami cemas. Nilai rata-rata tingkat kecemasan pasien adalah 46,5

4) Perawatan diri pasien

a) Kajian Teori

Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan kebutuhan

perawatan diri klienuntuk mempertahankan kehidupan, kesehatan,

perkembangan, dan kesejahteraan.

Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu:

194
1. Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen, air, nutrisi,

eliminasi, aktivitas dan istirahat

2. Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh kembang

manusia.

3. Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah kesehatan

atau penyakit.

Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu

1. Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan pasien

dengan individu , keluarga, kelompok, sampai pasien dapat melegitimasi

rencana keperawatan.

2. Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui

keperawatan.

3. Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan

untuk kontak dan dibantu perawat.

4. Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung dalam

bentuk keperawatan.

5. Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-

hari pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan

sosial dan edukasi yang dibutuhkan atau yang akan diterima.

b) Kajian Data

Berdasarkan teori Douglas melalui observasi terhadap 10 pasien pada

tanggal 20 April 2021 terdapat 6 pasien dengan kategori self care yang

memerlukan 1-2 jam dengan perawatan sebagian besar sudah secara mandiri, 2

orang kategori minimal care dan 2 pasien kategori intermediate care.

195
Tabel 2.11 Mutu Pelayanan Perawatan Diri Pasien Ruang Lavender

Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal

N
PERNYATAAN YA TIDAK
O
Perawat membantu saya untuk mandi 0 10
1
ketika keadaan saya kelihatan kotor
Perawat membiarkan saya dalam 6 4
2
keadaan kotor
Perawat mengingatkan saya pada saat 10 0
3
waktunya mandi
Perawat membantu memberikan lotion 0 10
4
kepada saya ketika selesai mandi.
Perawat mengingatkan saya pada saat 0 10
5
waktunya berkeramas
Perawat membantu saya menyisir ketika 0 10
6
rambut saya terlihat tidak rapih/kusut.
Perawat membantu saya berkeramas 0 10
7
menggunakan shampo.
Perawat membantu saya membersihkan 0 10
8
kuku tangan dan kaki ketika kotor.
Perawat membantu saya menggosok 0 10
9
gigi ketika pagi dan malam hari
Perawat mengingatkan saya pada saat 0 10
10
waktunya membersihkan mulut dan gigi
Perawat membantu saya menggunakan 10 0
11
pakaian dan merapihkan tempat tidur.
Perawat mengganti seprai saya sehari 0 10
12
sekali.
Perawat mengingatkan saya pada saat 5 5

13 waktunya mengganti pakaian dan seprai

ketika terlihat kotor


196
Jumlah 31 99
23,85 76,15%
Presentase
%
Sumber : Hasil penyebaran kuesioner dan observasi 20 April 2021 di ruang

LBW RSUD Kardinah Tegal.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa peran perawat dalam

membantu perawatan diri pasien masih sangat kurang dengan hasil 76,15%

belum tepenuhi dan 23,85% dari kebutuhan pasien terpenuhi.

c) Analisis

Hasil observasi kepada perawat terhadap perawatan diri pasien di ruang

Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal didapatkan bahwa kebanyakan

perawat belum membantu perawatan diri pasien dengan presentasi 76,15%,

namun perawat mengingatkan pasien untuk merawat kebersihan tubuhnya,

sedangkan perawat yang membantu beberapa perawatan diri pasien dengan

prosentasi 23,85%.

5) Kenyamanan (nyeri pasien)


a) Kajian Teori

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang

dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri, sakit,

dolor (Latin) atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada

negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang kurang menyenangkan.

Walaupun demikian,kita semua menyadari bahwa rasa sakit kerapkali

berguna,antara lain sebagai tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang

kurang baik di dalam diri manusia (Maria, 2017).

Klasifikasi Berdasarkan lama / durasinya.

197
1. Nyeri akut.

Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya

peningkatan tegangan otot.

2. Nyeri kronis.

Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya

berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang

termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom

nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis

b) Kajian Data

Berdasarkan hasil pengkajian Numeric Pain Scale pada 10 Orang pasien

di ruang Lavender Bawah Wanita tanggal 20 April 2021 didapatkan hasil:

Tabel 2.13 Kenyamanan Pasien Di Ruang Lavender Bawah Wanita

RSUD Kaardinah Tegal Tahun 2021

Indikator Pasien Presentase


Nyeri Ringan 5 50%
Nyeri Sedang 3 30%
Nyeri Berat 2 20%
Sumber : Hasil pengkajian dan observasi pada pasien tgl 20 April 2021 di

Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal.

c) Analisis

Berdasarkan tabel kenyamanan pasien di Ruang Lavender Bawah Wanita

RSUD Kardinah Tegal didapatkan hasil bahwa pasien yang mengalami nyeri

ringan sebanyak 5 pasien dengan presentase 50%, nyeri sedang 3 pasien

dengan presentase 30% dan nyeri berat sebanyak 2 pasien dengan presentase

198
20%, hal ini menunjukan sebagian pasien di ruang LBW mengalami

kenyamanan diri yang cukup baik.

199
BAB III
PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Hasil Analisa Data


Tabel 3.1
Hasil Analisa Data Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Kota Tegal
No Data Masalah
1 Struktur Organisasi: Belum tersedia visi misi
a. Bagan struktur organisasi di ruang dan falsafah, belum
sesuainya bagan metode
Lavender Bawah Wanita belum sesuai
tim
dengan bagan metode Tim,

b. Belum adanya visi, misi dan falsafah


ruangan

2 Patient Safety
a. Pagar tempat tidur pasien tidak
dinaikkan kembali setelah melakukan Implemntasi pasien risiko
tindakan keperawatan kepada pasien jatuh ada beberapa
dengan pasien risiko jatuh rendah implementasi yang belum
b. Tidak terdapat stiker kuning penanda terlaksana dengan baik.
resiko jatuh berat
c. Loker obat tidak terdapat minimal 3
identitas yang lengkap
3 SAK: Belum ada SAK yang
terbaru dan terdapat
a. Belum ada SAK yang terbaru, SAK
beberapa SAK yang masih
terakhir tahun 2018 belum dituliskan

b. Terdapat beberapa SAK yang masih


belum dituliskan
4 Sarana dan Prasarana: SOP alat belum ada,
a. Pencegahan resiko jatuh di kamar mandi terdapat alat yang rusak,
dan lorong ruangan belum tersedia belum tersedianya alat
pegangan di kamar mandi
b. Terdapat alat kesehatan di ruangan
untuk pasien risiko jatuh.
namun sebagian be

200
c. sar tidak dilengkapi dengan SOP

d. Tedapat alat yang dan belum diperbaiki


5 Labeling: Pelabelan pada loker obat
Pelabelan pada loker obat pasien belum pasien belum disertai
disertai identitas pasien yang lengkap identitas pasien yang
lengkap
6 PPI Penggunaan alat-alat
steril untuk satu klien
a. Perawat menggunakan alat-alat steril
belum optimal,
untuk satu klien
penggunaan alat
b. Perawat menggunakan alat-alat
disposable untuk sekali
disposable hanya untuk sekali pakai
pakai belum optimal
7 Pre Conference dan Post Conference Pre Conference dan Post
Pre conference dan Post Conference belum Conference belum
dilakukan secara optimal dilakukan secara optimal

201
B. Prioritas Masalah
Tabel 3.2

Prioritas Masalah Berdasarkan Hasil Analisa Data di Ruang Lavender


Bawah Wanita
No Masalah Mg S Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Profil dan gambaran ruangan
belum lengkap meliputi:
1.
4 5 4 3 3 720 III
ruangan
2.
metode Tim yang tepat
2 Pasien Safety :

1. Identitas pada loker obat


tidak lengkap
2. Implementasi pasien
risiko jatuh ada beberapa
implementasi yang belum
terlaksana dengan baik.
5 5 4 4 3 1200 I
3. Belum tersedianya alat
pegangan di kamar mandi
untuk pasien risiko jatuh
4. Pelabelan pada loker obat
pasien belum disertai
identitas pasien yang
lengkap
3 Alat dan Fasilitas :
1. SOP alat belum ada 5 4 3 3 3 540 V
2. Terdapat alat yang rusak
4 SAK :
Belum ada SAK yang
terbaru dan terdapat 4 4 4 4 3 768 II
beberapa SAK yang masih
belum dituliskan
5 Kepegawaian : 4 4 4 3 3 576 IV

1.

202
perawat ruang Lavender
Bawah Wanita yang
terdiri dari Profesi
Nersa ada 4 orang, S1
Keperawatan 1 orang &
DIII Keperawatan ada
10 orang
6 Pre Conference dan Post
Conference belum dilakukan 4 3 4 3 3 432 VI
secara optimal

Keterangan :
Magnetude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi

Saverity (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini

Manageability (Mn) : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur untuk


perubahannya

Nursing Consent (Nc) :Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat

Affordability (Af) : Ketersediaan sumber daya

Rentang Nilai :

1 : Sangat kurang penting

2 : Kurang penting

3 : Cukup penting

4 : Penting

5 : Sangat Penting

203
C. Analisa SWOT
Tabel 3.3
Analisa SWOT
NO ANALISA BOBOT RATING SKOR
(B) (R) (BXR)
Strenght (Kekuatan)
1. Adanya visi dan misi Rumah
sakit 0,15 4 0,6

2. Adanya struktur organisasi


dan tatalaksana kerja yang
dilengkapi dengan uraian 0,15 4 0,6
tugas dan sistem komando
yang jelas
3. Adanya SOP
0,15 4 0,6
4. Sudah ada metode praktik
0,15 4 0,6
keperawatan profesional

A 5. Tersedianya pelayanan
kesehatan spesialistik
sehingga memungkinkan
0,1 4 0,4
masyarakat memanfaatkan
berbagai pelayanan yang
disediakan
6. Adanya komite keperawatan,
struktur sesuai dengan 0,1 4 0,4
permenkes No 09 Tahun 2013
7. Adanya supervisi secara
0,1 3 0,3
berkala
8. Sebagai RS type B
0,1 3 0,3
pendidikan
Tot al 1 3,8
Weakness (Kelemahan)
B

204
1. Pasien safety :
Implementasi pasien risiko
jatuh ada beberapa 0,25 4 1
implementasi yang belum
terlaksana dengan baik.
2. Belum ada SAK yang
terbaru dan terdapat
0,15 3 0,45
beberapa SAK yang masih
belum dituliskan
3. SOP alat belum ada 0,15 4 0,6
4. Fasilitas dan alat : Terdapat
alat yang rusak, Belum
tersedianya alat pegangan 0,15 3 0,45
di kamar mandi untuk
pasien risiko jatuh
5. Pre Conference dan Post
Conference belum 0,15 3 0,45
dilakukan secara optimal
6. Tingkat pendidikan
perawat ruang Lavender
Bawah Wanita yang terdiri
dari Profesi Nersa ada 4 0,15 3 0,45
orang, S1 Keperawatan 1
orang & DIII Keperawatan
ada 10 orang
Total 3,4
1

Opportunity (Peluang)
1. Kerja sama dengan institusi
pendidikan FK dan institusi
keperawatan sebagai lahan 0,35 4 1,4
praktik
C

205
2. Adanya kerjasama dengan
pihak suransi kesehatan
0,35 4 1,4
(BPJS)

3. Adanya perhatian dan


dukungan dari pemerintah 0,3 4 1,2
setempat
Total 1 4
D Threat (Ancaman)
1. Semakin bertumbuhnya
beberapa rumah sakit,
dengan persaingan dalam 0,6 3 1,8
pemberian pelayanan prima
disertai sarana dan prasarana
2. Masyrakat sudah mulai
mengerti tentang UU 0,4 4 1,6
perlindungan konsumen
Total 1 3,4

SKORING SWOT
S = 3,8 W = 3,4
S - W = 0,4
O=4 T = 3,4
O - T = 0,6

III I

W S

IV II

T
Keterangan :

206
- Bobot : Nilai maksimal masing-masing analisis
1.00 - Rating : Rentang nilai dari 1-4

4 : Sangat penting
3 : Penting
2 : Cukup penting
1 : Tidak penting
Berdasarkan diagram kartesius diatas menyatakan bahwa masalah masuk
kedalam kuadran I (Positif – positif ) yang memungkinkan untuk terus
melakukan kegiatan untuk memperbesar pertubuhan dan perkembangan
Rumah Sakit.

207
N Masalah Program Sasaran Tujuan Kegiatan Indikator Waktu PJ Tempat
o Keberhasilan
1 Patient Pembuat Seluruh Meminimal - Membuat format - Terpasa Minggu
Safety a petugas i identitas pasien ngnya kedua Ruang
n label di sir Membuat label (26 April Lavender
sasaran 5 Ruang kesalahan cek list obat – 29 April
Lavende pasien didalam identitas 2021) Bawah Wanita
benar dalam -
r Bawah loker sesuai lengkap Kelompok 2
pemberia pemakaian -
Wanita dalam resep diloker mahasiswa
n obat obat
pasien profesi Ners di
Penulisa Tertulis Ruang
n nya Lavender
minimal identitas Bawah Wanita.
3 loker
identitas obat
a pasien

216
2 Implemen Membua Seluruh Terbentukn - Membuat visi - Tersedia Mingg Kelompo Ruang
tasi t visi, petugas ya visi, ruangan nya visi, u kedua k2 Lavender
metode misis, di ruang misi dan Lavender Bawah misi, (26 mahasisw Bawah Wanita
Lavende falsafah April – a profesi
Tim falsafah r Bawah falsafah Wanita dan bagan 30
belum dan ruangan Ners di
Wanita oraganisasi April
sesuai pembuat Lavender TIM 2021) ruang
an bagan Bawah Membuat misi Lavender
organisa Wanita - ruangan Bawah
si Penyesuaia Lavender Bawah Wanita
ruangan n bagan Wanita
Lavende organisasi
r Bawah metode
Wanita TIM di
ruangan Membuat
Lavender falsafah ruangan
Bawah - Lavender Bawah
Waniti Wanita

Pembetulan
Bagan organisasi
metode TIM

D. Perencanaan

217
3 Sop Alat Pembuat Mahasi Meningkat - Membuat lembar - Terpasangnya Mingg Kelompok Ruang
an s wa k an SOP lembar SOP di u 2 Laven
lembar baru pemelihara Menempelka n alat kesehatan kedua Mahasisw der
SOP a n alat - lembar SOP pada (26
ataupun dan alat kesehatan Dapat April a profesi Bawah
-
petugas mengurang Mendemonst memelihara dan – 28 Ners di Wanit
ruangan i kesalahan rasikan kepada pemakaian alat April Ruang a.
yang pemeriksa petugas atau dengan baik 2021) Lavender
baru a mahasiswa baru Bawah
n - Wanita

218
E. Jadwal Kegiatan

219
BAB IV

PEMBAHASAN

Prioritas masalah yang ditemukan dibangsal bedah lavender bawah wanita

adalah belum adanya SOP pada alat kesehatan, sudah terdapat bagan namun

belum sesuai dengan bagan metode tim, belum terdapat visi dan misi dan falsafah

ruangan, pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 19 April 2021 sampai 20

April 2021, pembuatan desain rencana kerja harian 21 april 2021 sampai dengan

23 April 2021. Implementasi berupa pembuatan SOP alat kesehatan, pembuatan

struktur bagan metode tim, pembuatan visi, misi dan falsafah ruangan pada 26

April 2021 sampai dengan 2 Mei 2021. Evaluasi dilakukan pada tanggal 3 Mei

2021 sampai dengan 5 Mei 2021.

A. Data Pre Implementasi

Hasil observasi dan wawancara sebelum dilakukan implementasi sebagai

berikut:

1. Belum lengkapnya identitas pasien diloker obat

2. Belum sesuainya bagan metode Tim

3. Belum adanya SOP di alat kesehatan

4. Belum adanya visi, misi dan falsafah ruangan Lavender Bawah Wanita

B. Implementasi

Implementasi dimulai tanggal 26 Mei 2021 dengan pemenuhan alat tulis

berupa spidol, penghapus dan tempat alat tulis dan kemudiam dituliskan

identitas asien diloker obat masing – masing pasien. embuatan visi, misi dan

falsafah ruangan kemudian didiskusikan dengan kepala ruang terlebih dahulu,

220
dari diskusi tersebut kelompok mendapat masukan untuk merevisi visi, misi

dan falsafah sesuai saran kepala ruang lavender bawah wanita. Implementasi

selanjutnya pada tanggal 27 April 2021 sampai dengan 2 Mei 2021 dengan

pembuatan SOP alat kesehatan, pembuatan bagan struktur metode tim.

1. Pemberian Identitas Pasien di loker Obat

Sebelum dilakukan tindakan

Setelah dilakukan tindakan

221
222
2. Pembetulan Bagan Metode Tim

Sebelum Tindakan

Sesudah Tindakan

223
Visi dan Misi Ruangan Lavender Bawah Wanita

a. Visi : Menjadi ruangan yang memberikan perawatan khusus bedah

secara profesional dan holistik di tahun 2025

b. Misi :

1. Memberikan pelayanan keperawatan bedah dengan prinsip steril

untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial

2. Memberikan pelayanan keperawatan berbasis evidance base

nursing

3. Menggunakan komunikasi terapeutik demi tercapainya

peningkatan mutu pelayanan kesehatan

c. Falsafah Ruangan :

Menyelamatkan, menyembuhkan dan menjunjung hak – hak

penderita adalah kewajiban utama

d. Motto : Kesembuhan anda merupakan kemuliaan dan kebahagiaan

kami

3. Pemberian SOP alat Kesehatan

Sebelum dilakukan tindakan

224
Setelah dilakukan Tindakan

225
C. Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 3 Mei 2021 sampai 5

Mei 2021. Pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan hasil

sebagai berikut:

2. Penulisan identitas pasien diloker obat

Tersediannya alat tulis untuk menuliskan indentitas pasien diloker

obat.

Hasil evaluasi ini maka kelompok menyimpulkan bahwa dengan

adanya pembuatan SOP alat kesehatan, pembuatan bagan struktur metode

Tim, pembuatan visi, misi dan falsafah ruangan lavender bawah wanita.

226
Penulisan identitas pasien diloker obat dapat meningkatkan pelayanan

keperawatan diruang lavender bawah wanita.

3. Terbuatnya bagan struktur metode tim keperawatan yang baru

Bagan struktur metode tim ruang lavender bawah wanita memiliki

bagan struktur fungsional

4. Terbuatnya visi, misi dan falsafah ruangan

Setalah dibuatnya visi, misi dan falsafah ruangan, lebih mudah

memetakan secara jelas apa saja yang menjadi dasar tujuan perawatan

pasien diruang Lavender Bawah Wanita.

5. Terbuatnya SOP alat kesehatan

Implementasi dengan memberikan format SOP alat kesehatan lebih

mempermudah perawat untuk melakukan tindakan sesuai dengan standar

operasional prosedur.

D. Hambatan

Hambatan yang dialami kelompok selama melakukan implementasi

diruang rawat inap Lavender Bawah Wanita adalah waktu untuk

pengimplementasian kurang panjang.

227
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan praktek manajemen keperawatan di Ruangan

Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal dimulai pada tanggal 19

April 2021 s/d 8 Mei 2021. Kelompok melakukan pengkajian selama 3 hari

dari tanggal 19 April 2021 hingga 21 April 2021 krmudian data

diolah/dianalisa dan merumuskan masalah dimana kelompok menemukan

beberapa masalah yang perlu diintervensi. Masalah-masalah tersebut

kelompok sudah melakukan intervensi, yaitu :

1. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di ruang lavender bawah

wanita, prioritas masalah yang diperoleh adalah penulisan labeling pada

loker obat,pasien safety, sudah ada tetapi belum sesuai visi, misi, falsafah

ruangan.

2. Dengan adanya labeling pada loker obat, SOP pada setiap alat diharapkan

mampu menjadikan pelayanan keperawatan secara optimal.

3. Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk

sejumlah pasien yang dirawat pada sift dinasnya kegiatan tersebut meliputi

: serah terima, preconference dan post conperence melaksanakan tindakan

asuhan keperawatan, dan mendokumentasikan asuhan keperawata.

228
B. Saran

1. Pihak Rumah Sakit

Menindak lanjuti rekomendasi untuk kelengkapan bahan logistic

seperti alat EKG dan material yang di butuhkan ruangan Lavender Bawah

Wanita

2. Pihak perawat ruangan

a. Perawat Lavender Bawah Wanita diharapkan rajin menuliskan labeling

nama pada loker obat sesuai dengan kamar pasien

b. Sebaiknya Lavender Bawah Wanita melaksanakan metode tim yang

sesuai dengan metode tim supaya kebutuhan pasien terpenuhi serta

manjalankan peran sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung

jawab yang menjadi standardisasi metode tim

c. Menggunakan alat sesuai dengan SOP yang telah disediakan

d. Pertahankan/tingkatkan keramahan kepada klien untuk

mempertahankan rasa kepuasan pasien

e. Mengadakan pendidikan kesehatan secara rutin dan terjadwal terhadap

klien dan anggota keluarga dalam rangka mengoptimalkan mutu

asuhan keperawatan yang di berikan.

f. Seluruh warga Rumah Sakit (tenaga medis, dan non medis, pasien dan

keluarga pasien) menjaga fasilitas yang sudah disediakan oleh Rumah

Sakit

g. Perawat Lavender bawah wanita diharapkan dapat memperbarui dan

membukukan SOP ke tahun terbaru.

229
3. Bagi institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapakan dapat memberikan bekal ilmu

yang lebih banyak lagi

4. Bagi mahasiswa stase manajemen selanjutnya

Terlaksanakannya stase manajement keperawatan, diharapkan

mahasiswa sudah mampu melakukan mengumpulkan data dengan metode

tim serta mampu menerapkan proses manajemen kesehatan.

C. Kesan

1. Kelompok mendapatkan pengalaman yang berharga selama dinas di

ruangan Lavender Bawah Wanita, dimana kelompok mendapat

pengetahuan dan pengalaman bagaimana memenejeman suatu ruangan

bedah rawat inap serta proses-proses yang berjalan dalam sebuah ruangan

2. Perawat di Ruang Lavender Bawah Wanita dapat menerima kehadiran tim

manajemen Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa dengan terbuka,

kepala ruang, katim dan perawat lainnya banyak memberikan masukan,

dukungan dan fasilitas untuk kelompok agar kelompok dapat menjalankan

tugas dengan baik.

3. Perawat di ruang Lavender Bawah Wanita mengajarkan kepada kelompok

untuk memanajemen waktu dengan baik contoh datang tepat waktu agar

proses keperawatan di lakukan sesuai waktu yang telah di jadwalkan.

230
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Dasar-Dasar Dokumentasi. Jakarta : EGC


Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
Arsad, Suni . (2018). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta:
Bumi Medika
Atmoko, Tjipto. 2012. Standar operasional prosedur (SOP dan akuntabilitas
kinerja pemerintah: skripsi Unpad Jakarta
Azwar, A. 2010. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Sinar Harapan
BPJS.218. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Tentang
Administrasi Program Jaminan Kesehatan.http// bpjs-kesehatan.go.id
Cecep, T. 2013. Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta :
Rineka Cipta
Dekes RI.2005. Metode penghitungan kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja.
Jakarta. kemenkes.go.id
Depkes, RI. 2008. Modul Manajemen Dan Pemberian Suhan Keperawatan Di
Unit Ruang Rawat Rumah Sakit. Bandung : Depkes
Depkes, RI. 2008. National Patient Safety Agency. Jakarta
Depkes, RI. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta :
Bhakti Husada
Ermawati Dalani, Skp, dkk. 2009. Komunikasi Keperawatan. Cetakan Pertama.
Jakarta : Trans Info Media.
Fisbach F., T.2012. Documenting Care Communication, The Nursing Proses and
documentation Standar. Philadelphia F.A. Davis company. 1991
Giancotti, M., Guglielmo, A., & Mauro, M. 2017. Efficiency And Optimal Size Of
Hospitals: Results Of A Systematic Search. Plos One.
Hawari, D. 2011. Manajemen Stress Cemas Dan Depresi. Jakarta : FKUI
Insani, Istyadi. 2010 . Standar Operasional Prosedur (SOP) Sebagai
PedomanPelaksanaan Administrasi Perkantoran Dalam Rangka
Peningkatan Pelayanan Dan Kinerja Organisasi Pemerintah.
Penyempurnaan makalah pada workshop manajemen perkantoran di
lingkungan kementrian komunikasi dan informatik: Bandung
Jatman, D. 2000. Pasikologi jiwa. Yogyakarta : yayasan bentang budaya
Joint Commision International (JCI).(2011) Patient Safety, essentials for health
care. (International Edition).USA.
Kemenkes RI., 2021. Pemberian mandat dan delegasi dalam manajemen pegawai
negeri sipil di lingkungan kementrian kesehatan.h ttp//
ropeg.kemenkes.go.id (diakses 23 april 2021)
Kemenkes RI.2012. demografi Dan Kesehatan Indonesia. Jakarta, kemekes.go.id
Kementrian Keuangan R1.2019. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah,
Jakarta :kemenkeu.go.id (diakses 22 april 2021)
Kozier dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis. Edisi: 5. Jakarta: EGC
Marquis, B & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
Jakarta: Salemba medika
Marquis, BL 2011, Kepemimpinan Dan Manajemen Kepeerawatan, Teori Dan
Aplikasi, EGC, Jakarta.
McDowell, I. 2006. Measuring Health : A Guide To Rating Scales And
Questionnaires. New York : Oxford University Press
Notoatmodjo, S. 2003. Management Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medik.
Nursalam.(2008).Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Edisi ke 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan
praktek.Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam.(2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam.(2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.2012. Manajemen Keerawatan aplikasi dalam raktik keperawatan
professional.edisi 3. Jakarta: salemba medika
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147 Tahun 2010 tentang
Perizinan Rumah Sakit Pasal 1 ayat (1)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013 tentang
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Pasal 1
Permenkes RI, 2018., Tentang Kewajiban Rumahsakit Dan Kewajiban Pasien.
Hukor.Kemenkes.go.id (diakses 23 april 2021)
Potter & Perry 2010, Fundamental of nursing: fundamental keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta
Sitorus & Panjaitan, (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan,
Jakarta: Sagung Seto.
Smeltzer, & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Suarli, S & Bahtiar, Y. (2009) Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktis.Jakarta : PT.Penerbit Erlangga.
Suarli, S dan Bachtiar.2009. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan
Praktis. Jakarta: Erlangga
Suarly, B.(2009). Manajemen Keperawatandengan Pendekatan Praktis. Erlangga:
Jakarta.
Undang Undang Dasar RI. 1992 . NO 23 TAHUN 1992 Tentang Kesehata:
Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Wilhamda.2011.Tingkat kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan keperawatan
di rumahsakit umum haji medan. Program Study diploma III keperawatan
Haji Medan

Anda mungkin juga menyukai