Disusun oleh :
1. Shonita Estre Lycha S. Kep (NIM. 200104085)
2. Sri Ambarwati S. Kep (NIM. 200104088)
3. Sun Muafiroh S. Kep (NIM. 200104089)
4. Texa Fredyan Saputra S. Kep (NIM. 200104090)
5. Tomy Wiryanto S. Kep (NIM. 200104091)
6. Widi Ruchyat Viviana S. Kep (NIM. 200104094)
7. Wiwin Agustina S. Kep (NIM. 200104095)
8. Yeni Styorini S. Kep (NIM. 200104096)
9. Yuli Misnawati S. Kep (NIM. 200104100)
10. Siti Nuraminah S. Kep (NIM. 190104119)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik,
hidayah, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Manajemen
di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal”. Penyusunan laporan
Stase Manajemen Keperawatan ini dimaksudkan untuk memenuhi prasyarat stase
Manajemen Keperawatan guna memperoleh gelar Ners pada pada program studi
Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa Purwokerto.
Dalam proses penyusunannya kami mendapatkan banyak bantuan dari
pembimbing klinik, pembimbing akademik dan berbagai pihak lainnya, karena itu
kami mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah memberikan masukan,
saran, dan dukungannya. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua
ini dapat memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih
baik lagi.
Akhirnya laporan manajemen ini dapat terselesaikan. Kelompok Manajemen
menyadari bahwa laporan Stase Manajemen Keperawatan ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan agar dapat menghasilkan laporan yang lebih baik. Semoga laporan
Stase Manajemen Keperawatan ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.
Kelompok 2 LBW
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
C. Tujuan Praktik 5
D. Cara Pengkajian6
E. Praktikan 7
4. Nilai - Nilai......................................................................................................9
iii
f. Sumber Dana 58
3. Unsur Proses 60
a. Proses Asuhan Keperawatan 60
b. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan 120
4. Unsur Output 150
a. Efisiensi ruang rawat (BOR, LOS, TOL, BTO) 150
b. Instrumen A 155
c. Instrumen B 164
d. Instrumen C 178
e. Mutu Pelayanan Keperawatan 193
BAB III MASALAH DAN PERENCANAAN
A. Analisa Data 207
B. Prioritas Masalah 209
C. Analisis SWOT 211
D. Perencanaan 215
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 227
B. Saran 228
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147
Tahun 2010 Pasal 1 menyebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidang
kesehatan atau instansi tertentu dengan pengelolaan badan layanan umum atau
layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permenkes, No.3 Tahun 2020).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.82 Tahun 2013
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Pasal 1 menyebutkan bahwa
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS
adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk
jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat dan merupakan bagian dari Sistem Informasi
Kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi
data, informasi, indicator, prosedur, teknologi, perangkat dan sumber daya
manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan
tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pemangunan kesehatan.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global
ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh
karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan datang perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dengan
memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia secara
profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan,
yang dilaksanakan disarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen
pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu
proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankansuatu kegiatan di organisasi, dimana di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan koordinasi dan superfisi terhadap staf, sarana dan prasarana
dalam mencapai suatu organisasi.
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrase
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2012).
Kelly dan Heidental (2011) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
keemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan,
pengarahan dan pengendalian (Marquis & Huston, 2013).
Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan profesional
dengan pengelolaan sekelompok perawat dalam suatu tempat yang memberikan
asuhan keperawatan dengan menggunakan fungsi manajemen sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada pasien, untuk itu
2
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan (Nursalam, 2011).
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional
dengan pengelolaan sekelompok perawat dengan fungsi manajemen sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada klien, untuk itu
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi (Nursalam 2014).
Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan professional dimana
tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara
lain : pengorganisasian, perencanaan, motivasi dan pengendalian dari keempat
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan ketramilan teknis, hubungan
angtar manusia, konspetual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna masyarakat (Nursalam, 2017).
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mnegatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2015).
Nyeberg (2010) juga mengemukakan mutu pelayanan kesehatan menjadi
misi utama dan penting untuk diperhatikan oleh pengelola keperawatan.
Pelayanan keperawatan menjadi poin utama dalam pelayanan kesehatan karena
perawat selalu siaga digaris terdepan dalam upaya menciptakan system kesehatan
yang mendukung hasil yang positif bagi pasien dengan menyediakan pelayanan
24 jam penuh.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di
3
bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Rumah sakit perlu di
dukung dengan adanya organisasi dan manajemen yang baik dengan berorientasi
pada mutu pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh
sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien.
Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak
cara. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang baik
selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan
praktik.
Asuhan keperawatan memberikan banyak kontribusi dalam penilaian
akreditasi rumah sakit, dimana terdapat poin penilaian kelompok standar
berfokus pada pasien dan kelompok sasaran keselamatan pasien (Nursalam,
2011). Perawat di ruang rawat inap selalu berhubungan dengan pelayanan kepada
pasien, sehingga patient safety merupakan hal penting dalam pemberian asuhan.
Jika patient safety sudah berjalan dengan baik maka akan berdampak pada
terciptanya lingkungan yang aman bagi pasien, dan pemberian asuhan yang aman
pula, tidak mengakibatkan kerugian bagi pasien dan keluarganya maupun bagi
perawat. Semua kegiatan tersebut memerlukan suatu pendokumentasian
keperawatan sebagai aspek legal tanggung jawab dan tanggung gugat atas
pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
Pelayanan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih
diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan ini
sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki
otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability),
menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi,
serta mempunyai aspek legal.
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto diharapkan dapat mengaplikasikan secara langsung mengenai
4
pengetahuan manajerial di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota
Tegal yang berlangsung selama 3 minggu yaitu tanggal 19 April 2021 – 8 Mei
2021, dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun dari pembimbing
akademik. Praktik manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen.
Ruang Lavender Bawah Wanita adalah ruang rawat inap untuk penyakit
bedah khusus dengan fasiltas kelas III, model pengorganisasian Ruang Lavender
Bawah Wanita adalah dengan metode tim yang dilaksanankan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan keperawatan untuk meningkatkan keterampilan
manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi manajemen
keperawatan juga melakukan praktek langsung di lapangan. Dalam memberikan
asuhan keperawatan tentunya perawat harus memperhatikan proses dokumentasi
keperawatan tidak hanya implementasinya saja. Dokumentasi keperawatan
merupakan unsur penting dalam sitem pelayanan kesehatan, karena adanya
dokumentasi yang baik, informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat
diketahui secara berkesinambungan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu
di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal, diharapkan
mahasiswa mampu melakukan pengorganisasian dalam mengelola asuhan
5
keperawatan dan menjadi role model di ruang rawat inap dengan
menggunakan keterampilan manajemen dan strategi kepemimpinan sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan profesional yang berkualitas.
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal mahasiswa mampu:
a. Melakukan Analisis tentang gambaran umum Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal.
b. Melakukan Analisis dari aspek manajemen di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal.
c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal.
d. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di
Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang telah
disusun sesuai prioritas di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah
Kota Tegal.
D. Cara Pengkajian
Praktik manajemen keperawatan ini dilakukan dengan cara pengkajian
proses manajemen yang meliputi :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi
ruangan, inventaris ruang, proses asuhan keperawatan yang dilakukan
perawat pada pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, perawat primer, perawat
pelaksana dan pasien untuk mengumpulkan data tentang proses pelayanan
pasien, dan proses pelayanan yang dilakukan oleh perawat.
6
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai
karakteristik pasien, ketenagaan dokumentasi proses keperawatan, struktur
organisasi, prosedur tetap ruangan, inventaris ruangan, dan instrument ruang.
4. Angket
Angket digunakan untuk mendapatkan informasi pasien di Ruang
Lavender Bawah Wanita.
E. Praktikan
Mahasiswa praktik stase manajemen di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Kota Tegal adalah Mahasiswa Profesi Ners Universitas Harapan
Bangsa Purwokerto Tahun Akademik 2020/2021. Nama anggota kelompok
sebagai berikut:
1. Shonita Estre Lycha S. Kep (NIM. 200104085)
2. Sri Ambarwati S. Kep (NIM. 200104088)
3. Sun Muafiroh S. Kep (NIM. 200104089)
4. Texa Fredyan Saputra S. Kep (NIM. 200104090)
5. Tomy Wiryanto S. Kep (NIM. 200104091)
6. Widi Ruchyat Viviana S. Kep (NIM. 200104094)
7. Wiwin Agustina S. Kep (NIM. 200104095)
8. Yeni Styorini S. Kep (NIM. 200104096)
9. Yuli Misnawati S. Kep (NIM. 200104100)
10. Siti Nuraminah S. Kep (NIM. 190104119)
7
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG LAVENDER BAWAH WANITA RSUD KARDINAH TEGAL
8
meningkatkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasaan
pengguna jasa dengan sasaran tercapainya kepuasan pengguna jasa.
c. Misi “Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Ssuai Dengan Perkembangan
Teknologi Kedokteran Terkini Berwawasan Lingkungan (Continous
Improvement)” bertujuan meningkatkanmutu pelayanan kesehatan yang
berorientasi padastandar mutu pelayanan dan keselamatan pasien dengan
sasaran tercapainya mutu pelayanan kesehatan sesuai SPM.
d. Misi “Menyelenggarakan Pendidikan Dan Penelitian Di Bidang
Kedokteran Yang Profesional (Good Health Education)” adalah
bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam rangka menunjang pendidikan
bagi mahasiswa kedikteran guna menghasilkan SDM yang profesional.
3. Falsafah Rumah Sakit
Falsafah yang di anut oleh RSUD kardinah adalah bahwa pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan atas dasarkeikhlasan,kesungguhan, beretika dan
amanah, menjadikan setiap langkah pelayanan menjadi ibadah.
4. Nilai – Nilai
Dalam bekerja untuk memberikan pelayanan kepada pengguna jasa, RSUD
Kardinah menjunjung tinggi nilai-nilai, kerjasama tim, integritas, manusiawi,
dan profesional.
5. Tujuan rumah sakit
a. Terwujudnya rumah sakit dengan manajemen yang efektif dan profesional
b. Tercapainya pelayanan prima bagi seluruh pengguna jasa pelayanan
rumah sakit
c. Tercapainya mutu playanan kesehatan sesuai perkembangan teknologi
kedokteran berwawasan lingkungan.
d. Terselenggaranya program pendidikan kedokteran yang profesional.
9
B. Kajian Situasi Di Ruang Lavender Bawah Wanita
1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Lavender Bawah Wanita
Ruang Lavender Bawah Wanita merupakan salah satu ruang perawatan
kelas 3 di RSUD Kardinah Tegal yang memberikan perawatan pasien khusus
bedah,wanita. Ruang Lavender Bawah Wanita terletak dibagian barat RSUD
Kardinah Tegal dan berbatasan dengan ruang Rosella disebelah barat, ruang
Lavender Bawah Pria disebelah timur, ruang Unit Rawat Jantung disebelah
utara dan Lapangan di sebelah selatan.
Kapasitas Ruang Lavender Bawah Wanita terdiri dari 24 tempat tidur yang
terdiri dari kamar D sampai kamar F, dimana 1 kamar masing-masing terdapat
a. 8 tempat tidur
b. 8 lemari
c. 2 kamar mandi dalam
d. 4 kipas angina
10
Gambar 2.1 Denah Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
Tahun 2021
KETERANGAN :
WC
RUANG F B
WC S U
WC
T
RUANG E
Batas Ruangan :
WC Barat : Rosella
Timur : LBP
Utara : URJ
WC Selatan : Lapangan
RUANG D
WC
GUDA NURSE
RUANG KARU
NG STATION
DEKONTAMIN
ASI ALAT
TEMPAT OBAT
11
Tarif pelayanan perawatan di Ruang Lavender Bawah Wanita berdasarkan
ketentuan tarif terbaru di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal, yang dapat
dilihat dalam tabel 2.1 dibawah ini :
12
13
2. Unsur Input
a. Pasien
1) Kajian teori
Kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien, pasien adalah setiap
orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukakan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit menurut Permenkes RI
No.4 tahun 2018.
Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis, seringkali
pasien menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter
untuk memulihkannya. Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan
kata patient dari bahasa inggris. Patient diturunkan dari bahasa latin yaitu
patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata pati yang artinya
menderita (Haryanto, 2015 dalam Tugiarto, A. dkk, 2018).
2) Kajian data
Ruang Lavender Bawah Wanita adalah ruang rawat inap kelas 3 yang
melayani perawatan pasien bedah wanita dengan perawatan pasien pre
dan post operasi. Jumlah pasien yang dirawat diruang Lavender Bawah
Wanita selama periode Januari – Maret 2021 dijelaskan dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Distribusi Jumlah Pasien Masuk di Ruang Lavender
Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal Bulan Januari –
Maret 2021
No Bulan Jumlah
1 Januari 30
2 Februari 44
3 Maret 67
Jumlah 141
Rata-rata 47
Sumber :Laporan Bulanan Rekam Medik
Periode Januari – Maret 2021
14
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.2 menunjukan
bahwa jumlah pasien tertinggi pada bulan Maret 2021 dengan 67
pasien dan terendah pada bulan Januari 2021 dengan 30 pasien.
15
Berdasarkan tabel 2.2 dan 2.3 diperoleh data jumlah pasien rawat inap
di ruang lavender bawah wanita selama 3 bulan terakhir mengalami
kenaikan. Serta untuk data 10 penyakit terbesar didominasi oleh katarak
dan fraktur.
b. Peserta didik
1) Kajian teori
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Rumah Sakit Umum
Kardinah memiliki salah satu visi yaitu menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat dibidang kesehatan serta
mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan
inovatif. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut RSUD Kardinah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
termasuk SDM keperawatan.
Rumah Sakit Umum Kardinah kota Tegal sebagai rumah sakit
pendidikan, yang digunakan sebagai lahan praktek dari berbagai institusi
pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan untuk
menghasilkan lulusan peserta didik keperawatan yang berkualitas, perlu
adanya pengelolaan bimbingan PKK yang baik, bermutu tinggi, serasi
dan selaras dengan perkembangan iptek.
2) Kajian data
Tabel 2.4 Distribusi Mahasiswa Praktik di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Bulan Januari 2021 -
Maret 2021
No Nama Institusi Bulan
Januari Februari Maret
1 Politeknik 8 4
16
Harapan mahasiswa mahasiswa -
Bersama Tegal
2 STIKES Brebes 8 4 -
mahasiswa mahasiswa
3 Universitas - 14 -
Harapan mahasiswa
Bangsa
4 STIKES - - 24
BHAMADA mahasiswa
Slawi
5 AKPER Buntet - - 24
Pesantren mahasiswa
Cirebon
Jumla 8 22 48
h
Sumber : Daftar Jadwal Praktik Ruang Lavender Bawah
Wanita Mahasiswa Bulan Januari – Maret 2021
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.4 menunjukan bahwa
pada bulan Januari sampai Februari 2021 terdapat mahasiswa praktik dari
Politeknik Harapan Bersama Tegal sebanyak 12 mahasiswa dan STIKES
Brebes sebanyak 12 mahasiswa. Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
sebanyak 14 mahasiswa pada bulan Februari 2021. STIKES BHAMADA
Slawi sebanyak 24 mahasiswa dan AKPER Buntet Pesantren Cirebon
sebanyak 24 mahasiswa pada bulan Maret 2021.
3) Analisis
Pelaksanaan praktik klinik di RSUD Kardinah Tegal sudah sesuai
dengan petunjuk teknis pelaksanaan praktik klinik yang dibuat oleh
RSUD Kardinah, yaitu mulai dari penandatanganan perjanjian kedua
institusi, pemberian kerangka acuan oleh institusi pendidikan ke lahan
praktek, penentuan lokasi praktik, perencanaan penerimaan orientasi dan
penyiapan pembimbing klinik bagi mahasiswa praktik. Selain itu, institusi
pendidikan sebelum menerjunkan mahasiswanya sudah memberikan
uraian rencana pelaksanaan PKK meliputi tujuan, kompetensi, penugasan,
17
tata tertib, sanksi, dll, dimana selain mahasiswa, pembimbing lapangan
juga sudah mendapatkan buku panduan dari institusi pendidikan. Sebelum
melaksanakan praktik klinik mahasiswa dibekali materi oleh pihak diklat
RSUD Kardinah.
Ruang Lavender Bawah Wanita adalah salah satu ruang kelas 3
yang menjadi tempat praktik mahasiswa. Dalam tiga bulan terakhir
terdapat 78 mahasiswa yang melakukan praktik diruang tersebut yang
terdiri dari Universitas Harapan Bangsa Purwokerto, Politeknik Harapan
Bersama Tegal, STIKES Bhamada Slawi, AKPER Buntet Pesantren
Cirebon, STIKES Brebes.
c. Ketenagaan
1) Kajian Teori
a) Kuantitas
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara profesional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukan pada individu,
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2012).
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan perencanaan
dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dalam
suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai untuk suatu ruangan
tiap shifnya. Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
atau staffing merupakan fungsi manajemen yang merupakan dasar
pelaksanaan kegiatan keperawatan. Perhitungan tenaga perawat
berhubungan dengan beban kerja perawat. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengkaji beban kerja tenaga perawat,
yakni rasio pasien dibanding perawat, rasio tempat tidur, serta
perlunya memperhitungkan tugas non-keperawatan yang dilakukan
oleh perawat seperti transport pasien (Kang et al. 2016). Dalam
penetapan jumlah tenaga perawat ada berapa rumus yang
18
dikembangkan oleh para ahli, selain untuk menetapkan rumus juga
dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga
yang ada saat ini cukup kurang atau lebih. Perhitungan menurut
Depkes (2005) adalah sebagai berikut :
b) Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang berhubungan
dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan
berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen. Dalam
keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan
bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilkan
sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursallam, 2012).
19
Pelatihan, kursus dan loka karya yang diperlukan bagi tenaga
perawat profesional di rumah sakit menurut Djojdibroto (2010),
yaitu etika komunikasi yang meliputi:
a) Komunikasi dalam keperawatan
b) Etika keperawatan
c) Managemen keperawatan
d) Hospital managemen training
e) Audit medik
f) Pencegahan penyakit nosokomial
g) Sanitasi rumah sakit
Tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten melalui
pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan akan menunjang
terpenuhinya standar pendidikan tenaga keperawatan yang
berkualitas yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas pula secara profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2) Kajian Data
a) Kuantitas
Tabel 2.6 Data Jumlah Pegawai di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2021
No Staff Jumlah Presentase %
1. Perawat 15 83,3%
2. Dokter ruangan 1 5,5%
20
3. Cleanning Service 2 11,1%
Jumlah 18 100%
Sumber: Data jumlah pegawai di Ruang Lavender
Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal tahun
2021
Berdasarkan data dari tabel 2.6 menunjukan bahwa jumlah
karyawan di ruang Lavender Bawah Wanita sebanyak 18 orang,
terdiri dari 15 Perawat, 1 Dokter ruangan, dan 2 Cleaning service.
Teori Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Menurut Depkes
(2005) dasar perhitungannya adalah :
Perhitungan tenaga perawat
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien:
- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
- Rata-rata pasien perhari
- Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
- Jam perawatan yang diperlukan/ruang/hari
- Jam efektif setiap perawat/bidan adalah 7 jam perhari
Perhitunghan dalam Ruang Lavender Bawah Wanita
berdasarkan Klasifikasi pasien
Rata-rata Rata-rata jam Jumlah
No Jenis/Kategori
pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari
1 Pasien bedah 5 4 20
2 Pasien gawat 3 10 30
Jumlah 50
Rumus :
A = 50 jam
21
7
= 7,14 dibulatkan menjadi 7 orang
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day) dan
jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
non-keperawatan (non-nursing job) seperti membuat rincian
pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien dan lain-lain.
Loss day
Dasar perhitungannya adalah:
- Jumlah hari minggu dalam satu tahun : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur hari besar : 14 hari
- Jumlah hari kerja efektif : 365 hari
Rumus:
B = 52 + 12 + 14 X 7
286
= 78 X 7
286
= 546
286
= 1.9 orang, dibulatkan menjadi 2 orang
Tugas non keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
non-keperawatan (non-nursing jobs), seperti membuat rincian
pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien dan lain-lain, diperkirakan 25 % dari jam pelayanan
keperawatan.
22
Rumus :
C = (7 + 2) x 25 %
= 2.25, dibulatkan menjadi 2
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan
tersebut adalah :
Rumus:
= 7 + (2 + 2)
= 11 orang
Jadi tenaga yang dibutuhkan di Ruang Lavender Bawah
Wanita sebanyak 11 orang.
b) Kualitas
Berdasarkan observasi dan wawancara yang di peroleh
langsung, bahwa data di RSUD Kardinah Tegal ruang Lavender
Bawah Wanita telah di uraikan jabatan kepegawaian sebagai
klasifikasi jabatan.Uraian jabatan pegawai keperawn di RSUD
Kardinah Tegal ruang Lavender Bawah Wanita antara lain
(1) Jabatan Kepala Ruang Rawat
Syarat :
(a) Jenis pendidikan DIII Keperawatan / S1+Ners
(b) Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep kritis/
PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing praktek klinik
keperawatan, Peltihan keperawatan klinis sesuai bidang.
(c) Pengalaman kerja : pengalaman kerja minimal tahun
(d) Memiliki STR / SIK / SIPP
(2) Jabatan perawat Primer
23
Syarat:
(a) DIII kep / s1 kep + Ners
(b) Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep kritis/
PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing praktek klinik
keperawatan, Peltihan keperawatan klinis sesuai bidang
(c) Pengalaman Kerja : Pelaksaan keperawatan sesuai
kelompok klinis kep sesuai dengan latar belakang
pendidikan : DIII Kep 6 tahun, S1+Ners 3 tahun
(d) Memiliki STR / SIK / SIPP
(e) Di utamakan pernah mengikuti pelatihan klinik
keperawatan fungsional.
(3) Perawat Assosiate
Syarat:
(a) DIII kep
(b) Memiliki STR / SIK / SIPP
(c) Lolos seleksi mekanisme rekrutmen bagi yang non PNS
kriteria dan kualifikasi tersebut dapat memperhatikan
faktor dedikasi loyalitas dan perilaku berdasarkan
rekomendasi yang di atur internal RSUD Kardinat tegal.
24
No Nama Jabata
Pendidikan Jenis pelatihan yang diikiuti
n
i n Ners FellowHematology-Oncology)
(2015)
- Pelatihan manajemen asuhan
keperawatan (2016)
- Pelatihan Komunikasi Efektif Bagi
Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
(2018)
- Pelatihan Penerapan PPI Rumah
Sakit (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
- Pelatihan Aseptic Dispencing (2018)
- Pelatihan In House Training
Pngelolaan Pasien Isolasi (Airbone
Disease Dan Immunocomoremised)
(2020)
- Pelatihan Preceptor Mentorship bagi
Clinical Instructure (CI) (2021)
2 Dian Lis S1 Ka Tim - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Ratna Keperawata (2018)
- Pelatihann hand hygiene (2018)
n Ners
- Pelatihan penanggulangan bencana
kebakaran
25
No Nama Jabata
Pendidikan Jenis pelatihan yang diikiuti
n
26
No Nama Jabata
Pendidikan Jenis pelatihan yang diikiuti
n
(D3 Assiosiet - Pelatihann hand hygiene (2018)
Keperawata
n)
12 Juni AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Kresnawat (D3 Assiosiet (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
i Keperawata
n)
13 Vivi AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Ardilah (D3 Assiosiet (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
Keperawata
n)
14 Ninik AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Salimah (D3 Assiosiet (2018)
Pelatihan hand hygiene (2018)
Keperawatn
)
15 AMK Perawat - Pelatihan Pencampuran Obat Suntik
Indrawati (D3 Pelaksa (2018)
- Pelatihan hand hygiene (2018)
Keperawatn na
)
16 Habibi SMA Cleaning - Pelatihan penanggulangan bencana
Servis kebakaran
- Pelatihan hand hygiene
17 Ali SLTA Cleaning - Pelatihan BHD
Mustaqim Servis - Pelatihan hand hygiene
- Pelatihan penanggulangan bencana
kebakaran
3) Analisis
a) Kuantitas
27
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Depkes
didapatkan hasil kebutuhan tenaga perawat yaitu 11 perawat, dan
setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil jumlah perawat
yang ada yaitu 15 orang. Hal ini menunjukkan tenaga kesehatan di
ruangan Lavender Bawah Wanita telah lebih dari perhitungan,
namun hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena perhitungan
Depkes berdasarkan jumlah rata-rata pasien per hari, sedangkan
selama covid-19 jumlah pasien mengalami penurunan.
Perhitungan rumus Depkes berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien tidak dapat dilakukan karena tidak adanya data terkait
kategori tingkat ketergantungan pasien.
Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan angka kunjungan
pasien, hal ini terjadi karena terdapat alur proses pelayanan
kesehatan yang berubah, pembatasan jumlah pasien sebagai upaya
menghindari kerumunan, serta diterapkannya langkah pencegahan
standar, identifikasi awal dan pengendalian sumber virus
(Indonesia. Kementerian Kesehatan, 2020 dalam Astari, D. dkk,
2021).
b) Kualitas
Berdasarkan tabel 2.7 dapat di simpulkan bahwa perawat di
ruang Lavender Bawah Wanita mayoritas berpendidikan D3
Keperawatan.
28
memulihkan keshatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Proses pelaksanaan pengadaan alat kesehatan yang baik adalah
pengadaan yang efektif dan efisien dan optimal dalam pemanfaatan
alat kesehatan. Pengadaan alat kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan harus dapat termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya
guna.
2) Kajian Data
Berdasarkan data inventris alat kesehatan diruangan Lavender
Bawah Wanita, perawatan alat dan fasilitas dilakukan secara periodik
dibagi dalam perawatan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang berupa perawatan rutin dan perawatan kalibrasi oleh tim IPS
rumah sakit.
Daftar inventaris fasilitas dan alat di ruang Lavender Bawah
Wanita dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.9 Daftar Inventaris Alat Kesehatan Di Ruang Lavender
Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2021
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Regulator O2 24 Baik
2 Stetoscop 2 Baik
3 Reflex Hammer 2 Rusak
4 Bengkok 2 Baik
5 Kom 1 Baik
6 Lampu kepala - -
7 Bak instrument 3 Baik
8 Troli instrument 2 Baik
9 Iluminator lamp 1 Baik
10 Nebulizer 1 Baik
11 Tensi meter 3 Baik
15 Senter 1 Baik
16 Glucotes 1 Baik
17 Gunting verban 2 Baik
18 Pen light 1 Baik
19 Timbangan badan berdiri 1 Baik
29
20 Box emergency 1 Baik
21 Buli-buli 1 Baik
22 Thermometer raksa 2 Baik
23 Thermometer digital 3 Baik
24 Escrup 1 Baik
25 Linen 24 Baik
26 Penumbuk obat 1 Baik
27 EKG 1 Rusak
Sumber : Kartu Inventaris alat kesehatan ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal tahun
2021
30
No Alat Rumah Jumlah Kondisi
Tangga
1 Rak piring kecil 1 Baik
2 Gelas pegawai 15 Baik
3 Sendok pegawai 15 Baik
4 Tremos 1 Baik
5 Mangkok pegawai 5 Baik
6 Panci 2 Baik
7 Kulkas 2 Baik
8 Teko 1 Baik
10 Dispenser 1 Baik
11 Tutup gelas 15 Baik
pegawai
Sumber : Data Sekunder Ruang
Lavender Bawah Wanita Tahun 2021
3) Analisis
Berdasarkan hasil observasi inventaris alat diruang lavender bawah
wanita diketahui secara keseluruhan kondisi alat- dan fasilitas
tersebut dalam keadaan baik dan dapat digunakan adapun alat yang
rusak, yaitu EKG.
31
1. SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
a) Kajian teori
Standar dokumentsi asuhan keperawatan suatu pelayanan
tentang prioritas dokumentasi yang dipertimbangkan secara
adekuat dalam suatu situasi tertentu menurut Fisbach (2012).
Dengan asanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap
kualitas dokumentasi keperawatan. Perawat memerlukan suatu
standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan
sebagai petunjuk atau pedoman praktis pendokumentasian dalam
memberikan tindakan keperawatan.
32
c. Standar III : Perencanaan Tindakan
(Intervensi)
d. Standar IV : Pelaksanaan Tindakan
( Implementasi)
e. Standar V : Evaluasi
b) Standar Kinerja Profesional
a. Standar I : Jaminan Mutu
b. Standar II : Pendidikan
c. Standar III : Peniliaian Kerja
d. Standar IV : Kesejawatan (Collegial)
e. Standar V : Etik
f. Standar VI : Kolaborasi
g. Standar VII : Riset
h. Standar VIII : Pemanfaatan Sumber-Sumber
3) Standar Praktik Profesional
Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan.
33
b. Diperbaharuinya data dalam pencatatan yang ada.
c. Kemudahan memperoleh data.
d. Terjaganya kerahasiaan.
2. Tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data
keperawatan yang merupakan bagian integral dari
sistem pencatatan pengumpulan data klien.
3. Sistem pencatatan berdasarkan proses keperawatan.
Singkat, menyeluruh, akurat dan berkesiambungan.
4. Praktek mempunyai sistem pengumpulan data
keperawatan yang menjadi bagian dari sistem
pencatatan kesehatan klien.
5. Ditatanan praktek tersedia sistem penyimpanan data
yang dapat memungkinkan diperoleh kembali bila
diperlukan.
6. Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung.
Kriteria Proses
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data
penunjang (pengumpulan data penunjang diperoleh dari
hasil pemeriksaan laboratorium dan uji diagnosis), serta
mempelajari catatan lain.
2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait,
tim kesehatan, rekam medis, serta catatan lain.
3. Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
4. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk
mengidentifikasi :
a. Status kesehatan klien saat ini
b. Status kesehatan klien masa lalu
34
c. Status biologis (fisiologis)
d. Status psikologis (pola koping)
e. Status sosial (cultural)
f. Status spiritual
g. Respon terhadap terapi
h. Haraoan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
i. Resiko masalah potensial
Kriteria Hasil
1. Data catatan dan dianalisis sesuai standar dan format
yang ada.
2. Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan
sesuai kebutuhan klien.
35
c. Untuk akes sumber-sumber dan program
pengembangan profesional yang terkait.
d. Adanya pencatatan yang sistematis tetang diagnosis
pelayanan.
Kriteria Proses
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis dan interpretasi
data, identifikasi masalah klien dan perumusan
diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah
(P), penyebab (E), gejala/ tanda(S), atau terdiri dari
masalah dengan penyebab (PE).
3. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petgas
kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis
keperawatan.
4. Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan
data terbaru.
Kriteria Hasil
1. Diagnosis keperawatan validasi oleh klien bila
memungkinkan.
2. Diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh
teman sejawat sebagai diagnosis yang relevan dan
signifikan.
3. Diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan
perencanaan, implementasi, evaluasi dan penelitian.
36
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan
klien.
Rasional : Perencanaan dikembangkan berdasarkan
diagnosis keperawatan.
Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan:
1. Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan
perencanaan.
2. Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat
dikomunikasikan.
Kriteria Proses
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah,
tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
2. Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual (sebagai individu,
kelompok dan masyarakat) sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria Hasil
1. Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien.
2. Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap
diagnosis keperawatan.
3. Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan
mudah didapat.
37
4. Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi
pencampaian tujuan.
Kriteria Proses
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan.
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk
meningkatkan status kesehatan klien.
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah klien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana
keperawatan dibawah tanggung jawabnya.
38
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap
klien untuk mencapai tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada klien tentang status
kesehatan dan fasilitas- fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
7. Memberikan pendidikan kepada klien & keluarga
mengenai konsep & keterampilan asuhan dini serta
membantu klien memodivikasi lingkungan yang
digunakannya.
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelasanaan tindakan
keperawatan berdasarkan respon klien
Kriteria Hasil
1. Terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon
klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh
kembali.
2. Tindakan keperawatan dapat diterima klien.
3. Ada bukti- bukti yang terukur tentang pencapaian
tujuan.
Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien
terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana
yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan
perencanaan.
Rasional : Praktek keperawatan merupakan suatu proses
dinamis yang mencakup berbagai perubahan data, diagnosa
atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektifitas
suhan keperawatan tergantung pada pengkajian yang
berulang- ulang.
39
Kriteria Struktur
1. Tatanan praktek menyediakan: sarana dan lingkungan
yang mendukung terlaksananya proses evaluasi.
2. Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat
dalam penyempurnaan perencanaan.
3. Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu
perawat melakukan evaluasi secara efektif dan
mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat.
Kriteria Proses
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil tindakan secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam
mengukur perkembangan kearah pencapaian tujua.
3. Memvalidasi dan menganlisi data baru dengan sejawat
dan klien.
4. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk
memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodivikasi
perencanaan.
6. Melakukan supervisi dan konsultasi klinik.
Kriteria Hasil
1. Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencana
tindakan berdasarkan evaluasi.
2. Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi
rencana tindakan.
3. Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan.
40
4. Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa
yang menunjukkan kontribusi terhadap evektifitas
tindakan keperawatan dan penelitian
Kriteria Proses
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis
pada evaluasi praktek keperawatan melalui:
a. Penetapan indkator kritis dan alat pemantauan.
41
b. Pengumpulan dan analisis data.
c. Perumusan kesimpulan, umpan balik dan
rekomendasi.
d. Penyebaran informasi.
e. Penyusunan rencana tindakan lanjut.
f. Penyusunan rencana dan pelaksanaan penilaian
secara periodik.
2. Perawat memanfaatkan usulan- usulan yang sesuai,
yang diperoleh melalui program evaluasi praktek
keperawatan.
Kriteria Hasil
1. Adanya hasil pengendalian mutu
2. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan
yang di identifikasi melalui program evaluasi baik
pada individu perawat, unit atau organisasi.
Standar II : Pendidikan
Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu
pengetahuan mutakhir dalam praktek keperawatan.
Rasional : Perkembangan ilmu dan teknologi, sosial,
ekonomi, politik dan pendidika masyarakat menuntut
komitmen perawat untuk terus menerus meningkatkan
pengetahuan sehingga memacu pertumbuhan profesi.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan ditatanan praktek untuk tetap
memberi peluang dan fasilitas pada perawat untuk
mengikuti kegiatan yang terkait dengan pengembangan
keperawatan.
42
2. Tersedianya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan
praktek.
3. Adanya peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan
organisasi profesi untuk mengembangkan profesi.
Kriteria Proses
1. Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri
agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan
meningkatkan ketrampilan.
2. Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan
ditempat kerja (inservice) seperti diskusi ilmiah, ronde
keperawatan.
3. Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan
profesional lainnya.
4. Perawat membantu sejawat mengidentifikasi
kebutuhan belajar.
Kriteria Hasil
1. Adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
perawat tentang ilmu keperawatan dan teknologi
mutakhir.
2. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir dalam praktek klinik.
43
Penilaiaan kinerja perawat merupakan suatu cara untuk
menjamin tercapainya standar praktek keperawatan dan
ketentuan lain yang terkait.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan tentang penilaian kinerja perawat.
2. Adanya perawat penilai sebagai anggota penilai kerja.
3. Adanya standar penilaian kerja.
4. Adanya rencana penilaian kinerja berdasarkan standar
yang ditetapkan.
Kriteria Proses
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis
pada penilaian kinerja melalui:
a. Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja.
b. Pengkajian kinerja berdasarkan kriteria yang
ditetapkan.
c. Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area
yang baik dan kurang.
d. Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut.
2. Perawat memanfaatkan hasil penilaian untuk
memperbaiki dan mempertahankan kinerja.
Kriteri Hasil
1. Adanya hasil penilaian kerja.
2. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan
yang diidentifikasikan melalui kegiatan penilaian
kinerja.
44
Perawat berkontribusi dalam mengembangkan
keprofesionalan dari sejawat kolega.
Rasional
Kolaborasi antara sejawat melalui komunikasi efektif
meningkatkan kualitas pemberian pelayanan asuhan
kesehatan pada klien.
Kriteria Struktur
1. Tersedianya mekanisme untuk telaah sejawat pada
tatanan praktek.
2. Adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat
yang mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
3. Perawat berperan aktif dalam kolaborasi sejawat.
Kriteria Proses
1. Perawat berperan serta aktif dalam melaksanakan
kolaborasi antar interdisiplin melalui mekanisme
telaah sejawat.
2. Perawat memanfaatkan hasil kolaborasi dan
melaksanakan asuhan keperawatan.
Kriteria Hasil
1. Adanya kesepakatan antar sejawat.
2. Dilakukan perbaikan tindakan berdasarkan hasil
pertemuan kolaborasi sejawat.
Standar V : Etik
45
Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien
ditemtukan dengan cara yang etis (sesuai dengan norma,
nilai budaya, modul dan idealisme profesi)
Rasional : Kode etik perawat merupakan parameter bagi
perawat dalam membuat penilaian etis. Berbagai isu
spesifik tenang etik yang menjadi kepedulian perawat
meliputi : Penolakan pasien terhadap pengobatan,
“informed consent”, pemberhentian bantuan hidup,
kerahasiaan klien.
Kriteria Struktur
1. Adanya komite etik keperawatan.
2. Adanya kriteria masalah etik.
3. Adanya mekanisme penyelesaian masalah etik.
4. Adanya program pembinaan etik profesi keperawatan.
Kriteria Proses
1. Praktek perawat berpedoman pada kode etik.
2. Perawat menjaga kerahasiaan klien.
3. Perawat bertindak sebagai advokat klien.
4. Perawat memberikan asuhan dengan “tanpa
menghakimi” (non-judgement), tanpa diskriminasi.
5. Perawat memberikan asuhan dengan melindungi
otonomi, martabat dan hak-hak klien.
6. Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk
membantu menetapkan keputusan etik.
Kriteria Hasil
1. Ada bukti dalam catatan tentang klien, bahwa isu-isu
etik diteukan dan dibahas didalam pertemuan tim.
46
2. Sasaran dalam pembinaan keperawatan berkelanjutan
mencerminkan diterapkannya konsep-konsep yang ada
dalam kode etik.
Standar VI : Kolaborasi
Perawat berkolaboraso dengan klien, keluarga dan semua
pihak terkait serta tim multi disiplin kesehatan dalam
memberikan keperawatan klien.
Rasional
Kerumitan dalam pemberian asuhan membutuhkan
pendekatan multi disiplin untuk memberikan asuhan
kepada klien. Kolaborasi multi disiplin mutlak diperlukan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas asuhan dan
untuk membantu klien mencapai kesehatan optimal.
Melalui proses kolaboratif kemampuan yang khusus dari
pemberi asuhan kesehatan digunakan untuk
mengkomunikasikan, merencanakan, menyelesaikan
masalah dan mengevaluasi.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan kerja tim dalam memberikan asuhan
kesehatan terhadap klien.
2. Perawat dilibatkan dalam menetapkan kebijakan yang
terkait dengan asuhan klien.
3. Adanya jadwal pertemuan berkala.
4. Tersedianya mekanisme untuk menjamin keterlibatan
klien dalam pengambilan keputusan tim.
Kriteria Proses
47
1. Perawat berkonsultasi dengan profesi lain sesuai
kebutuhan untuk memberikan asuhan yang optimal
bagi klien.
2. Perawat mengkomunikasikan pengetahuan dan
ketrampilan keperawatan sehingga sejawat dapat
mengintergrasikannya dalam asuhan klien.
3. Perawat melibatkan klien dalam tim multidisiplin.
4. Perawat berfungsi sebagai advokat klien.
5. Perawat berkolaborasi dengan tim multidisiplin dalam
program pengajaran, supervisi dan upaya-upaya
penelitian.
6. Perawat mengakui dan menghormati sejawat dan
kontribusi mereka.
Kriteria Hasil
1. Ada bukti bahwa perawat merupakan anggota atau
bagian integral dari tim multidisiplin.
2. Ada bukti terjadinya kolaborasi multi disiplin, seperti
tercermin dalam rencana terapi.
48
3. Tersedia kesepakatan bagi perawat untuk melakukan
dan atau berpartisipasi dalam riset sesuai tingkat
pendidikan.
4. Tersedia peluang dan fasilitas untuk menggunakan
hasil riset.
Kriteria Proses
1. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait
praktek yang memerlukan riset.
2. Perawat menggunakan hasil riset yang dapat
dipertangggungjawabkan dalam upaya investgasi.
3. Perawat melaksanakan riset.
4. Perawat menggunakan hasil riset.
5. Perawat menjaminadanya mekanisme untuk
melindungi manusia sebagai subjek. Perawat
mengembangkan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi telaah riset sesuai tingkat pendidikan.
6. Perawat mendapatkan konsultasi dan atau supervisi
dari pakar bila diperlukan.
7. Perawat berkewajiban dalam mendesimenasikan hasil
riset.
Kriteria Hasil
1. Masalah klien teridentifikasi dan ditanggukangi
melalui upaya riset.
2. Adanya bukti landasan pengetahuan keperawatan
secara terus menerus diuji dan dimutakhirkan dengan
hasil-hasil riset yang relevan.
3. Praktek perawat mencerminkan digunakannya temuan
riset muktahur yang tersedia.
49
4. Telah dipublikasikan kontribusi perawat terhadap
pengembangan teori, praktek dan riset.
50
6. Tersdianya protokol penting penanggulangan biaya.
7. Tersdianya alat-alat yang dibutuhkan klien.
Kriteria Proses
1. Perawat pengelola menyiapkan dan menatalaksanaan
program anggaran unit.
2. Perawat bertangggungjawab untuk mendistribusikan
sumberdaya yang tersedia dengan cara paling efektif
dan tidak boros.
3. Perawat mengontrol penggunaan sebagian besar dari
sumber daya institusi yang menjadi tanggungjawab
keperawatan.
4. Perawat menganlisis laporan bulanan anggara untuk
mengevaluasi pola pengeluaran dan dapat
menyesuaikan penggunaannya pada situasi berubah.
5. Perawat pengelolaan menyesuaikan jumlah beban
kerja unit dengan setiap tenaga kerja purnawaktu.
6. Menetapkan tugas pokok dan fungsi keperawatan
dengan tepat (menyusun jejaring yang mendukung
kesejawatan bagi perawat dan menanggapi dengan
tepat semua keluhan dan konflik perawat dengan
sejawat, ketidakserasian keluarga dengan jdwal kerja,
ketidakadilan penugasan kerja dan kurang memadai
orientasi kerja).
7. Perawat bertanggungjawab menjamin ketersediaan
alat-alat yang berfungsi baik.
8. Perawat bertanggungjawab menjamin K3 institusi atau
unit keperawatan.
Kriteria Hasil
51
1. Tersedianya laporan bulanan anggaran untuk
memberikan gambaran pola pengeluaran dan
penyesuaian anggaran.
2. Terwujudnya loyalitas karyawan terhadap kelompok
kerjanya karena kepuasan kerja dan konstribusi
pekerjaannya diakui dan dihargai.
3. Adanya otonomi dalam pengetahuan sumber daya
yang diperoleh dari masyarakat.
4. Pemanfaatan sumber-sumber pelayanan kesehatan di
masyarakat.
5. Terwujudnya pelayanan yang memperhatikan
kemanan, efektifitas dan biaya yang sesuai.
b) Kajian data
Di ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal
dalam pemberian asuhan keperawatan mengacu pada SAK
berdasarkan SK direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Kota Tegal, SAK di ruang Lavender Bawah Wanita RSUD
Kardinah Kota Tegal pada tabel dibawah ini.
52
No Standar Asuhan Keperawatan
6 Standar asuhan keperawatan gangguan pola tidur
7 Standar asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik
8 Standar asuhan keperawatan hipertermia
9 Standar asuhan keperawatan intoleransi aktivitas
10 Standar asuhan keperawatan kekurangan volume cairan
11 Standar asuhan keperawatan kelebihan volume cairan
12 Standar asuhan keperawatan keletihan
13 Standar asuhan keperawatan kerusakan integritas kulit
14 Standar asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
15 Standar asuhan keperawatan ketidakefektifan koping keluarga;
menurun
16 Standar asuhan keperawatan konstipasi
17 Standar asuhan keperawatan kurang pengetahuan
18 Standar asuhan keperawatan nyeri akut/ kronis
19 Standar asuhan keperawatan penurunan curah jantung
20 Standar asuhan keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral
21 Standar asuhan keperawatan perfusi jaringan tidak efektif
22 Standar asuhan keperawatan ketidak efektifan pola nafas
23 Standar asuhan keperawatan resiko aspirasi
24 Standar asuhan keperawatan resiko infeksi
25 Standar asuhan keperawatan resiko injuri
26 Standar asuhan keperawatan resiko kerusakan integritas kulit
27 Standar asuhan keperawatan resiko penurunan curah jantung
c) Analisis
Berdasarkan data yang didapatkan, SAK diruang Lavender
Bawah Wanita masih kurang dan belum tersedianya SAK yang baru,
SAK terakhir adalah SAK tahun 2018.
2. Sop (standar operasional prosedur)
a) Kajian teori
Standar operasioal prosedur (SOP) merupakan dokumen yang
berisi serangkaian istruksi tertulis yag dibakukan berisi cara
melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan termasuk siapa yang
berperan (Insani, 2010).
53
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan
prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada
unit kerja yang bersangkutan (Tjipto, 2012).
b) Kajian data
Jenis standar operasional prosedur yang ada di ruang lavender
bawah wanita adalah sebagai berikut :
Tabel 2.13 Daftar Standar Prosedur Operasional Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2021
No Standar operasional prosedur
1. Spo tata urutan rekam medis
2. Sop Mencuci Tangan 6 Langkah Menggunakan Air Atau
Handrub Antiseptik
3. Spo penyusuna berkas rekam medis (asemblig)
4. Spo formulir assessment ulang nyeri
5. Spo formulir cppt (catatan perkembangan pasien terintegrasi)
6. Spo formulir persetujuan umum/ general cosent pasien di
RSUD Kardinah Tegal
7. Sop fotmulir grafik harian
8. Spo formulir lembar keterangan penyebab kematian
9. Spo formulir riwayat peggunaan obat
10. Spo pengkajian awal pasien rawat inap
11. Spo formulir pegkajian keperawatan
12. Spo formulir pegkajian resiko pasien jatuh khusus anak
13. Spo formulir pegkajian resiko pasien jatuh khusus dewasa
14. Spo formulir rekosiliasi obat da daftar obat yang dibawa dari
rumah
15. Spo formulir idetifikasi masuk keluar
16. Spo formulir ringkasan pasien pulag (discharge summary &
plannilng)
17. Spo formulir surat peritah rawat inap
18. Spo formulir lembar riwayat peggunaan obat
19. Spo formulir pelaporan efek samping obat
54
No Standar operasional prosedur
20. Spo formulir pemberian obat
21. Spo formulir rekonsiliasi obat (admisi) dan daftar obat yang
dibawa dari rumah
22. Spo formulir rekosiliasi obat saat discharge (pulag)
23. Spo formulir rekosiliasi obat saat transfer
24. Spo gizi
25. Spo bedah
26. Spo dokumen
27. Spo radiologi
28. Sop pemasangan kateter
29. Sop perawatan kateter
30. Sop pemindahan pasien
31. Sop penatalaksanaan latihan ROM
32. Sop penatalaksanaan alih baring pada pasien
33. Sop penatalaksanaan menjaga keselamatan pasien di tempat
tidur
34. Sop perawatan luka colostomi dan penggantian bag colostomi
35. Sop penggantian balutan
36. Sop pemberian obat oral
37. Sop pemberian obat melalui anus
38. Sop pemberian obat topical
39. Sop pemberian obat tetes mata
40. Sop pendidikan kesehatan manajemen nyeri
41. Sop persiapan tindakan injeksi
42. Sop persiapan obat dari vial
43. Sop pemberian suntikan intrakutan
44. Sop pemberian suntikan subkutan
45. Sop pemberian suntikan intravena
46. Sop pemberian suntikan intramuskular
47. Sop penatalaksanaan skintest
48. Sop pengambilan sempel laborat (darah vena)
49. Sop pengambilan sampel laborat (urine)
50. Sop pengambilan sampel laborat (feses)
51. Sop persiapan pasien sebelum operasi
52. Sop penerimaan pasien baru diruang rawat inap
53. Sop penatalaksanaan program orientasi kepada pasien baru
54. Sop penyuluhan kesahatan kepada paien dan keluarga
55. Sop perekaman EKG
56. Sop pendokumentasian proses keperawatan
57. Sop pencatatan perkembangan terintregasi
58. Sop pemberian kewenangan kerja klinis perawat
55
No Standar operasional prosedur
59. Sop pengiriman rujukan
60. Sop pelaksanaan assesment keperawatan pasien gawat darurat
61. Sop pelaksanaan assesment medis pasien gawat darurat
62. Sop prosedur assesment derajat nyeri pada dewasa
63. Sop prosedur manajemen nyeri
64. Sop Perawatan luka
65. Sop tata cara konsultasi nyeri
66. Sop pelaksanaan edukasi kolaboratif
67. Sop prosedur konfirmasi identitas sebelum melakukan
tindakan tertentu
68. Sop pemberian identitas pasien
69. Sop identifikasi pasien koma, tidak sadar, gangguan jiwa dan
anak yang belum dapat berkomunikasi
70. Sop pelepasan gelang identitas pasien
71. Sop pemasangan gelang pasien
72. Sop timbang terima operan antar perawat jaga
73. Sop pemberian edukasi diruang rawat inap
74. Sop merujuk pasien ke rumah sakit lain
75. Sop penolakan atau penghentian rencana asuhan medis
76. Sop pulang atas permintaan sendiri (APS)
77. Sop panduan persetujuan umum pelayanan kesehatan (general
consent)
Sumber :Buku sop ruang lavender bawah wanita tahun
2021
c) Analisis
SOP diruangan lavender bawah wanita sudah lengkap, namun
untuk SOP perawatan luka stoma dan SOP perawatan luka dengan
drain belum tercantum di pembukuan ruangan lavender bawah
wanita.
f. Sumber dana (money)
a) Kajian teori
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa terlepas dari pembiayaan
kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
56
keluarga, kelompok dan masyarakat. Fungsi rumah sakit
memberikan pelayanan kesehatan, baik medis maupun non medis
dalam hal tersebut agar rumah sakit dapat berjalan secara optimal
dan dapat dirasakan bersama oleh seluruh masyarakat maka untuk
itu rumahsakit perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis
dan jasa pemborong (Suarli, 2009)
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia didanai oleh
pemerintah dan swasta. Secara garis besar pihak swasta membiayai
sekitar 70% total pendanaan (Biro Keuangan Depkes, 2001).
Pendanaan dari swasta terutama diperuntukkan bagi sistem
pelayanan kesehatan perorangan yang lebih bersifat private goods.
Di samping itu, sistem pelayanan kesehatan mendapatkan dana dari
sumber pemerintah dan juga dari luar negeri. Sebagian kecil dana
pelayanan kesehatan menggunakan asuransi kesehatan sebagai
mekanisme pendanaan. Sumber dana kemanusiaan secara resmi
tidak tercatat.
b) Kajian data
Berdasarkan data subjektif yang di dapatkan bahwa sumber
dana RSUD Kardinah Kota Tegal didapatkan dari :
1) APBN ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara )
Menurut kemenkeu RI sesuai dengan aturan pemerintah dalam
UUD Nomor 9 tahun 2009 tentang kesehatan pemerintah
berkomitmen untuk memenuhi alokasi anggaran kesehatan
sebesar 5% dari belanja Negara.
2) APBD ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah )
3) BPJS
Berdasarkan peraturan badan penyelenggara jaminan sosial
kesehatan tahun 2018. Tentang pengelolaan administrasi klaim
57
fasilitas kesehatan dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan
bahwa dalam rangka kepastian kecepatan ketepatan proses
administrasi klaim telah di tetapkan peraturan badan
penyelenggara jaminan social kesehatan no 3 tahu n 2017
tentang administrasi klaim fasilitas kesehata dalam
penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional.
c) Analisis
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur
yang berada di RSUD Kardinah.
58
3. Unsur Proses
a. Proses Asuhan Keperawatan
1) Metode Penugasan
a) Kajian Teori
Model atau metode pengelolaan pemberian asuhan keperawatan
klien paling tepat untuk setiap organisasi, bergantung pada
keterampilan dan keahlian staf, ketersediaan perawat profesional
yang terdaftar, sumber daya ekonomi dari organisasi tersebut,
keakutan klien, serta kerumitan tugas yang harus diselesaikan
(Marquis dan Huston, 2010).
Gillies (1996) dalam Suni (2018) menyebutkan bahwa terdapat
beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu:
1) Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pemberian asuhan
keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Setiap perawat diberi satu atau beberapa
tugas untuk dilaksanakan kepada semua kllien di suatu ruangan.
Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian
obat, mengganti balutan, memantau penggunaan infus, dan
kegiatan lain.
Prioritas utama yang dikerjakan ialah kebutuhan fisik dan
kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan secara holistik.
Mutu asuhan sering terabaikan karena pemberian asuhan
terfragmentasi. Komunikasi antarperawat sangat terbatas
sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu
klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan.
Pada metode ini, kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan, lalu menentukan
perawat yang akan bertanggung jawab melakukan tindakan
59
keperawatan tersebut. Perawat akan melaporkan tugas yang
dikerjakannya kepada kepala ruangan, lalu kepala ruangan yang
bertanggung jawab dalam membuat laporan klien.
Adapun kelebihan dalam metode fungsional ini yakni lebih
efisien, sangat baik untuk RS yang kekurangan tenaga,
meningkatkan keterampilan perawat, kekurangan tenaga ahli
dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk
tugas sederhana, dan memudahkan kepala ruangan untuk
mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan praktik untuk
keterampilan tertentu.
Sedangkan kekurangan dari metode ini antara lain pelayanan
perawatan terpisah-pisah, perawat cenderung meninggalkan
klien setelah melakukan tugasnya, persepsi perawat cenderung
kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja, tidak
memberikan kepuasan kepada klien atau perawat lainnya,
menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat, serta
hubungan perawat dan klien sulit terbentuk.
2) Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang
pertama digunakan. Pada metode ini, satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara
total dalam satu periode dinas. Perawat bertanggung jawab
terhadap klien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat
untuk satu klien dengan pemberian perawatan konstan untuk
periode tertentu. Metode ini biasa diterapkan untuk perawatan
khusus seperti isolasi, intensive care, dan perawat kesehatan
komunitas.
Kelebihan metode kasus ini adalah perawat lebih memahami
kasus per kasus dan sistem evaluasi dapat dilakukan secara terus-
60
menerus. Sementara itu, kekurangan dalam penerapan metode ini
adalah perawat penanggung jawab belum dapat diidentifikasi,
serta perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar
yang sama
3) Metode Tim
Metode Keperawatan Tim merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan dengan seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien, melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Sitorus dan Panjaitan, 2011).
Metode ini merupakan pengorganisasian pelayanan asuhan
keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri dari
kelompok klien dan kelompok perawat. Kelompok ini dipimpin
oleh perawat yang berijazah minimal D-3 keperawatan dan
berpengalaman kerja, serta memiliki pengetahuan di bidangnya.
Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh ketua tim yang
bertanggung jawab untuk mengarahkan anggota timnya. Dalam
hal ini, ketua tim bertugas memberi pengarahan dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien, serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya, ketua tim melaporkan kepada kepala
ruang tentang kemajuan pelayanan asuhan keperawatan terhadap
klien (Suni, 2018).
Secara ringkas, tanggung jawab dari tiap komponen yang
terlibat dalam metode keperawatan tim diuraikan sebagai
berikut. (Suni, 2018). Tanggung jawab kepala ruang :
(a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan
(b) Mengorganisasikan pembagian tim dan klien
61
(c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan
(d) Menjadi narasumber bagi ketua tim
(e) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang
metode/ model tim dalam pemberian asuhan keperawtan
(f) Memberi pengarahan mengenai seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya
(g) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada
di ruangannya
(h) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan
yang lainnya
(i) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di
ruangannya, lalu melakukan tindak lanjut
(j) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui
riset keperawatan
(k) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua
staf
(l) Tanggung jawab ketua tim
(m)Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam pengaturan
jadwal dinas timnya
(n) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangan
yang didelegasikan oleh kepala ruangan
(o) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi asuhan keperawatan bersama anggota timnya
(p) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan
medis
(q) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
62
(r) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil
yang diharapkan dan mendokumentasikannya
(s) Memberikan pengarahan kepada perawat pelaksana tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan
(t) Menyelenggarakan konferensi
(u) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
(v) Melakukan audit atau supervisi pelaksanaan asuhan
keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya
(w) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan
(x) Tanggung jawab anggota tim
(y) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan
keperawatan
(z) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang
telah diberikan berdasarkan respon klien
(aa) Berpartisipasi dalam memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan
(bb) Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim
(cc) Melaporkan perkembangan kondisi klien kepada ketua tim
(dd) Memberikan laporan
4) Metode Primer
Metode primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan, dengan Perawat Primer (PP) bertanggung jawab
selama 24 jam atas pelaksanaan asuhan keperawatan secara
holistik, mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi
hasil asuhan terhadap satu atau beberapa klien, yang dimulai
sejak klien masuk RS sampai klien dinyatakan pulang. Pada
umumnya, setiap PP merawat sampai 4 sampai 6 klien,
bertanggung jawab terhadap asuhan klien, serta
63
menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruang, dokter,
dan staf keperawatan (Suni, 2018).
Selama jam kerja, PP memberikan perawatan langung secara
total untuk klien. Ketika PP tidak sedang bertugas, tugas
perawatan dapat didelegasikan kepada Perawat Asosiet (Perawat
Pelaksana) yang mengikuti rencana keperawatan yang telah
disusun oleh perawat primer. Pada umumnya, di negara maju
perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah perawat
spesialis klinik yang memiliki kualifikasi master dalam bidang
keperawatan.
Karakteristik sebagai modalitas seorang perawat primer
dalam pelaksanaan keperawatn primer di uraikan sebagai
berikut. (Suni, 2018)
(a) Perawat primer bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan
klien selama 24 jam, mulai dari penerimaan sampai klien
diizinkan pulang
(b) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
keperawatan, kolaborasi dengan klien, dan profesi kesehatan
lain serta menyusun rencana tindakan keperawatan
(c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan
kepada perawat pelaksana selama shift lain
(d) PP berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
(e) Otoritas, tanggung gugat, dan otonomi ada pada PP.
Adapun kelebihan dari metode primer ini antara lain:
(a) PP mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
(b) Memberikan peningkatan otonomi pada pihak perawat,
sehiingga dapat meningkatkan tanggung jawab dan tanggung
gugat
64
(c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
PP dalam mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi
(d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
dan administrasi
(e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan
asuhan keperawatan secara holistik, staf medik juga
merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif
(f) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas
mereka, serta waktu yang digunakan lebih sedikit dalam
aktivitas koordinasi dan supervise
(g) Lebih dihargai oleh klien dan klien merasa dimanusiakan
karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, serta
meningkatkan hubungan antara perawat dan klien
(h) RS tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus memiliki kualitas tinggi.
65
b) Kajian Data
1) Tugas Kepala ruang di ruang Lavender Bawah Wanita
(a) Melaksanakan fungsi perencanaan
1. Menyusun program kerja tahunan diwilayah tanggung
jawabnya
2. Menyusun rencana kebutuhan SDM perawat dan tenaga
lain meliputi jumlah dan kualifikasinya
3. Menyusun dan mengusulkan kebutuhan pengembangan
SDM perawat dan tenaga lain
4. Menyusun usulan perbaikan dan pemeliharaan alat medik
dan keperawatan serta sarana dan prasarana di ruang
keperawatan.
(b) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan meliputi
1. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruang rawat dengan unit/ bagian yang
terkait dalam pelayanan diruang rawat
2. Menyusun dan mengatur jadwal dinas tenaga perawatan
dan tenaga lain meliputi petugas dinas, petugas dlibur,
petugas on call atau petugas pengganti dan jadwal cuti.
3. Melaksanakan program orientasi bagi pegawai baru/
peserta didik/ peserta pelatihan.
4. Mengatur pelaksanaaan program bimbingan bagi peserta
didik/ peserta pelatihan.
5. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana
perawatan dan tenaga lain yang berada di wilayah
tanggung jawabnya.
6. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatanya di
ruang rawat menurut kegawatan, infeksi dan non infeksi
untuk memudahkan pembinaan asuhan keperawatan.
66
7. Mengatur dan mengkoordinasikan penyediaan,
penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan alat- alat
keperawatan, alat medic, obat dan bahan yang diperlukan
agar selalu dalam siap pakai.
8. Memelihara kebersihan dan ketertiban ruang perawatan
melalui koordinasi dengan petugas terkait
9. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di
ruangan
10. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan
makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien.
11. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan dalam
kepatuhan terhadap SPO, standar pelayanan
keperawatan.
12. Mengkoordinasikan pelaksaaan kegiatan pengendalian
mutu pelayanan keperawatan dan patient safety.
(c) Melaksaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan
penilaian meliputi:
1. Melakukan supervise pelaksanaan asuhan keperawatan
meliputi: pencatatan asuhan keperawatan, kepatuhan
terhadap SPO, kehadiran pegawai dan meneliti
kebenaran absensi uang makan.
2. Melaksanakan penilaian kinerja pengawai
3. Melakukan pembinaan etik profesi dan membuat laporan
bila ada pegawai yang bermasalah.
4. Mengawasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan.
(d) Melaksanakan fungsi administrasi
1. Menyusun laporan mutu asuhan keperawatan
2. Menyusun laporan kegiatan pelayanan di ruang rawat
67
3. Menyusun laporan pertanggung jawaban inventaris dan
bahan habis pakai
(e) Menyusun laporan patient safety
Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Ruang bertanggung
jawab Kepala Bidang Keperawatan dalam hal:
1) Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
2) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
keperawatan
3) Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga
keperawatan
4) Kelancaran kegiatan orientasi perawatan.
5) Kebenaran dan ketepatan SPO pelayanan keperawatan
6) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelayanan
keperawatan
7) Kebenaran dan ketepatan kebutuhan penggunaan alat
8) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan program bimbingan
mahasiswa institusi keperawatan.
2) Tugas Ketua TIM di ruang lavender bawah wanita
a) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan
pasien masuk samapai dengan pulang
b) Melaksanakan timbang terima langsung ke pasien.
c) Melaksanakan pre dan post konfrence kepada anggota timnya
d) Melaksanakan pengkajian pasien baru, orientasi dan
memperkenalkan diri.
e) Membuat diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan
f) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan keperawatan
68
g) Melakukan evaluasi keperawatan dan kinerja tim
h) Menyampaikan menjelaskan evaluasi asuhan keperawatan dan
hasil kerja tim
i) Membuat perencanaan pulang (discharge planning)
j) Membuatn rincian biaya sebagai tanggung jawab administrasi
pasien kelolan.
k) Mengevaluasi laporan keadaan pasien yang telah dibuat anggotan
tim (Post Conference)
l) Melakukan tindakan keperawatan
m) Melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
n) Menciptakan kerjasama yang harmonis
o) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan laindan mengikuti
visit dokter
p) Merencanakan ronde keperawatan untuk kasus pasien
kelolaannya
q) Ikut serta kegiatan ilmiah rumah sakit
r) Mensupervisi dan menilai kinerja anggota tim
Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepada Ka Ruang Keperawatan
masing- masing.
3) Perawat Pelaksana/ Perawat Assosiet
a) Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya
b) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku
c) Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai
d) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnose
keperawatan, sesuai kewenangannya
69
e) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuaannya
f) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai
kebutuhan dan batas kemampuannya antara lain:
1. Tongkat penyangga
2. Memberikan penyuluhan kesehatan kepadaa pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya
h) Melatih/ membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
i) Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas
tinggi, kolaps, perdarahan, keracunan, nafas dan henti jantung)
sesaui protap yang berlaku selanjutnya segera melaporkan
tindakan yang telah dilakukan kepada dokter ruang rawat/
dokter jaga,
j) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas
kemampuan
k) Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi tersebut, sesuai batas
kemampuan
l) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahs
kasus dalam uapaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan
m) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara
bergilir sesuai jadwal dinas
n) Mengikuti pertemuan berkala tyang diadakan oleh kepala ruang
rawat
o) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang
keperawatan antara lain melalui pertemuaan ilmiah dan
penataran atas izi/ persetujuan atasan
p) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan yang tepat dn benar sesuai standar asuhan
keperawatan
70
q) Melaksamakam serah terima tugas kepada petugas pengganti
kepada petugas pengganti kepadaa lisan maupun tertulis pada
sat pergantian dinas
r) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien
mengenai:
1) Program diet
2) Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaanya
3) Pentingnya pemeriksaan ulang Rumah sakit, Puskesmas atau
instotusi kesehatan lainnya
4) Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan yang
bergizi atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial
ekonomi
5) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan
seperti:
a) Rollstoel
b) Tongkat penyangga
c) Protesa
s) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan
dirumahnya misalnya
a) Merawat luka
b) Melatih anggota gerak
t) Menyiapkan pasien yang akan pulang
u) Menyediakan formulir untuk penyelesaian administrasi seperti:
1) Resume medis
2) Surat keterangan istirahat sakit
3) Petunjuk diet
4) Resep obat untuk rumah, jika diperlukan
5) Surat rujukan atau pemeriksaan ulang (control)
71
Tanggung jawab
Tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya perawat
pelaksana di ruang perawatan bertanggung jawab kepada kepala
ruang terhadap hal- hsl sebagai berikut:
a. Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai standar
b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasi pelaksanaan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan.
72
c) Analisis
Metode penugasan yang digunakan di ruang Lavender Bawah
Wanita adalah metode Tim yang terdiri dari satu Kepala ruang, dua
perawat KATIM, empat perawat penanggung jawab sift dan 8 orang
perawat pelaksana. Bagan dalam ruangan lavender bawah wanita
masih belum sesuai dengan bagan metode tim karena masih seperti
bagan metode fungsional.
73
Tabel 2.22
Proses Asuhan Keperawatan
Di Ruang Lavender Bawah Wanita di
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Aspek yang Dinilai (n= 8)
Ya Tidak
A. PENGKAJIAN
1 Mencatat data yang dikaji sesuai 8 0
dengan pedoman
2 Pengkajian data mencakup:
a. Data biografi pasien dan 8 0
penanggung jawab
b. Riwayat sebelum sakit 8 0
c. Riwayat penyakit sekarang 8 0
d. Riwayat kesehatan keluarga 8 0
e. Keadaan Psikososial 2 6
f. Pola Fungsional 7 1
g. Pemeriksaan Fisik 2 6
3 Data dikelompokkan berdasarkan data 6 2
obyektif dan subjektif
4 Data dikelompokkan berdasarkan data 6 2
dasar dan data terfokus
5 Data dikaji dari pasien masuk sampai 8 0
pulang secara sistematis
6 Masalah dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsional:
a. Masalah disusun dalam daftar 4 4
masalah
b. Masalah diprioritaskan menurut 8 0
tingkat kebutuhan Maslow
Jumlah 72
72/104x100%
Rata-rata
= 69,2%
B. DIAGNOSA
1 Dx keperawatan dirumuskan
berdasarkan masalah yang telah
ditemukan
a. Perumusan jelas dan singkat 8 0
74
b. Spesifik dan akurat 8 0
c. Dapat dilaksanakan oleh perawat 8 0
2 Dx keperawatan mencerminkan
PE/PES
a. Spesifik dan akurat 8 0
b. Menggambarkan respon pasien 2 6
terhadap proses penyakit, kondisi
dan situasi
c. Berorientasi pada kebutuhan dasar 5 3
manusia
d. Berubah bila respon pasien 5 3
berubah
e. Dapat dilakukan oleh perawat 8 0
3 Merumuskan diagnosa keperawatan
aktual atau potensial (resiko):
a. Diagnosa aktual bersifat nyata, ada 8 0
penyebab/gejala
b. Diagnosa potensial bersifat 1 7
kemungkinan dan ditulis hanya
masalah dan penyebab saja
c. Dapat diatasi dengan intervensi 8 0
keperawatan
d. Mengarah pada fungsi mandiri 8 0
perawat
Jumlah 77
77/96x100% =
Rata-rata
80,2%
C. INTERVENSI
1 Perencanaan sesuai dengan diagnosa
keperawatan
a. Perencanaan sesuai dengan 8 0
diagnosa keperawatan yang telah
ditegakkan
b. Prioritas diagnose 8 0
2 Perencanaan disusun menurut prioritas 8 0
Hierarki Maslow
3 Rumusan tujuan mengandung
komponen pasien/subjek, perubahan,
perilaku, kondisi pasien atau kriteria:
a. Rumusan tujuan bersifat objektif 5 3
b. Fokus pada pasien 8 0
75
c. Jelas dan singkat 8 0
d. Dapat diukur dan diobservasi 8 0
e. Waktu relative dibatasi dengan 8 0
jelas (jangka pendek sampai
menengah, panjang)
f. Realistik 4 4
g. Mencakup kriteria keberhasilan 8 0
sebagai dasar evaluasi
4 Rencana tindakan mengacu pada
tujuan:
a. Menggunakan kalimat perintah 2 6
b. Melibatkan pasien/keluarga dalam 4 4
menyusun rencana tindakan
keperawatan
c. Mengetahui latar belakang agama 3 5
pasien
d. Mengarah pada tujuan yang akan 8 0
dicapai
e. Tindakan yang bersifat spesifik 6 2
dan realistic
f. Dapat dimodifkasi 8 0
5 Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga:
a. Ditentukan bersama oleh pasien, 2 6
keluarga, dan perawat
b. Tindakan yang dilakukan dapat 8 0
menjamin rasa aman dan nyaman
pasien
c. Memperhatikan kebijaksanaan dan 4 4
peraturan yang berlaku
d. Bahasa mudah dipahami 5 3
Jumlah 107 25
Rata-rata 107/160x100%
= 66,8%
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada
rencana keperawatan
a. Tindakan mengacu pada respon 8 0
pasien
b. Berdasarkan sumber yang tersedia 7 1
c. Dapat meningkatkan kemandirian 7 1
76
pasien
d. Memiliki dasar hokum 8 0
e. Berkolaborasi dengan profesi lain 8 0
f. Sesuai dengan dasar standar 4 4
praktek keperawatan
2 Penekanan pada aspek pencegahan
dan peningkatan kesehatan diberikan:
a. Selalu melakukan evaluasi 6 2
terhadap tindakan yang telah
diberikan
b. Tindakan berfokus untuk 2 6
mempertahankan daya tahan tubuh
pasien
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil 2 6
evaluasi
4 Semua tindakan yang telah 6 2
dilaksanakan dicatat secara jelas
dengan mencantumkan tanggal/jam,
paraf/nama terang
Jumlah 58
Rata-rata 58/80x100%
=72,5%
E. EVALUASI
1 Evaluasi mengacu pada tujuan dengan 7 1
menggunakan kriteria hasil
2 Setiap evaluasi dicatat sesuai yang 7 1
telah ditetapkan dan dilakukan secara
kontinyu
Jumlah
Rata-rata 14/16x100% =
87,5%
F. PENCATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1 a. Tindakan keperawatan dicatat 8 0
secara jelas
b. Setiap menulis tindakan 8 0
menggunakan tinta dan bukan
pensil
2 Perawat selalu mencantumkan tanggal 8 0
dan32 setiap jam melakukan tindakan
3 Tindakan ditulis secara urut sesuai jam 8 0
pelaksanaan
77
Jumlah 32
32/32x100% =
Rata-rata
100%
Nursalam.(2011)
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-04 April 2021di Di Ruang
Lavender Bawah Wanita di RSUD Kardinah Tegal
476,2
: x 100 % = 79,2%
6
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
13. Analisis
Hasil dari penilaian pengkajian didapatkan hasil 69,2% dengan
kategori cukup baik dan ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan
yaitu pada kelengkapan pengkajian fisik dan pengkajian psikososial
pasien. Hasil observasi diagnosis keperawatan didapatkan hasil
80,2% dengan kategori baik. Hasil observasi intervensi keperawatan
didapatkan hasil 66,8% dengan kategori cukup baik, dalam
intervensi keperawatan dapat ditingkatkan dalam aspek perencanaan
dituliskan dalam kalimat perintah dan ditentukan bersama oleh
pasien, keluarga dan perawat. Hasil observasi tindakan keperawatan
didapatkan hasil 72,5% dengan kategori cukup baik, hal yang perlu
ditingkatkan yaitu tindakan lebih berfokus untuk mempertahankan
daya tahan tubuh pasien dan revisi tindakan berdasarkan hasil
evaluasi. Hasil observasi evaluasi keperawatan didapatkan hasil
78
87,5% dengan kategori baik dan hasil observasi perencanaan
didapatkan hasil 100% dengan kategori baik. Hasil rata – rata
keseluruhan hasil observasi pendoumentasian keperawatan adalah
79,2% dengan kategori baik.
2) Sentralisasi obat
a) Kajian Teori
Nursalam (2011) menyatakan bahwa Sentralisasi Obat adalah
pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien atau klien yang diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2011).
Teknik Sentralisasi Obat adalah pengelolaan obat bahwa
seluruh obat yang diberikan kepada klien baik obat oral maupun
obat injeksi, diserahkan sepenuhnya kepada perawat, kemudian
perawat yang melakukan pengeluaran dan pembagian obat tersebut
(Nursalam, 2011). Dalam hal ini, klien atau keluarga wajib
mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan obat
tersebut dengan prinsip Enam Benar, yaitu benar klien, benar obat,
benar dosis, benar cara/ rute, benar waktu, dan benar dokumentasi
(Suni, 2018).
79
Alur pelaksanaan Sentralisasi Obat yakni sebagai berikut.
Dokter
Koordinasi dengan perawat
Klien/ Keluarga
Farmasi/ Apotek
- Surat persetujuan sentralisasi
Klien/ Kelurga obat dari perawat
- Lembar serah terima obat
- Buku sertah terima/ masuk
obat
PP/ Perawat yang menerima
Klien/ Keluarga
Sumber: Nursalam (2011)
Alur sentalisasi obat, seorang menajer keperawatan kesehatan
dapat mendidik staf mengenai sentralisasi obat dengan cara berikut.
(Nursalam, 2011)
(1) Buat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
menjelaskan penggunaan dan efek samping obat, lalu
memberikan salinan kepada semua staf.
(2) Tulis dosis yang tepat pada obat-obatan yang sering digunakan
dan menggantungnya di dinding.
(3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan
obat.
(4) Beri tahu kepada semua staf mengenai harga obat-obatan.
80
(5) Atur program diskusi membahas satu jenis obat setiap minggu
pada waktu pertemuan staf
(6) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi
sederhana di perpustakaan
Penerimaan dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat. Pada penerimaan obat, hal-hal yang harus diperhatikan
yaitu: (Nursalam, 2011)
(1) Obat yang telah diresepkan lalu ditunjukkan kepada perawat,
kemudian obat yang telah diambil oleh keluarga disertahkan
kepada perawat dengan menerima lembar terima obat.
(2) Perawat menuliskan nama klien, nomor registrasi, jenis obat,
jumlah, dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, serta
harus diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau klien
dalam buku masuk obat. Selanjutnuya, keluarga atau klien
mendapatkan penjelasan jika obat tersebut akan habis, serta
penjelasan 6 benar obat.
(3) Klien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kertu sediaan obat.
(4) Obat yang telah disertahkan lalu disimpan oleh perawat dalam
kotak obat.
Pembagian obat, yang harus diperhatikan yaitu: (Suni, 2018)
(1) Obat yang telah diterima, lalu disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
(2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat.
(3) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan, jumlah dan efek samping.
81
(4) Usahakan tempat/ wadah obat kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi klien
(5) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruang atau petugas yang ditunjuk.
(6) Obat-obatan yang hampir habis akan diinfokan kepada keluarga
dan kemudian dimaintakan resep kepada dokter penanggung
jawab pasien.
Jika ada penambahan obat baru, maka hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu: (Suni, 2018)
(1) Jika terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam obat khusus yaitu:
(Suni, 2018)
(1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu saja.
(2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus
obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
(3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama
obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung
jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukan kepada jkeluarga setelah pemberian
82
Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
persediaan obat yakni: (Suni, 2018)
(1) Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kebenaran obat, jenis
obat, jumlah obat, serta menulis etiket dan alamat klien.
(2) Membuat sistem kartu persediaan.
(3) Melakukan pemeriksaan lemari obat, meliputi pemeriksaan
keamanan mekanisme kunci, penerangan lemari obat, lemari
pendingin, serta pemisahan antara obat untuk penggunaan oral
dan obat luar
b) Kajian Data
Kajian data dilakukan secara observasional terkait
sentralisasi obat khususnya untuk pasien rawat di ruang
lavender bawah wanita didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.23
Sentralisasi Obat
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
No Dilakukan
Aspek Yang Dinilai
. Ya Tidak
PENERIMAAN
1 Obat yang telah diresepkan 8 0
diterima oleh perawat dari farmasi
dengan menerima lembar terima
obat
2 Pasien atau keluarga selanjutnya 0 8
mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kartu
sediaan obat
3 Obat yang telah diserahkan 8 0
kemudian disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
PEMBAGIAN OBAT
4 Obat yang telah diterima 8 0
83
selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat
5 Obat yang telah disimpan untuk 5 3
selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang
tercantum dalam buku daftar
pemberian obat
6 Pada saat pemberian obat perawat 4 4
menjelaskan macam obat,
kegunaan, jumlah dan efek samping
7 Sediaan obat yang ada selanjutnya 2 6
diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruang atau petugas yang ditunjuk
PENAMBAHAN OBAT BARU
8 Bilamana terdapat penambahan 8 0
atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat,
maka informasi ini akan dimasukan
dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat
9 Pada pemberian obat yang bersifat 2 6
tidak rutin, maka dokumentasi
dilakukan pada buku masuk obat
dan selanjutnya diinformasikan
kepada keluarga dengan kartu
khusus obat
OBAT KHUSUS
10 Pemberian obat khusus 4 2
didokumentasikan diformat
pemberian obat khusus
11 Informasi yang diberikan kepada 6 2
pasien dan keluarga yaitu nama
obat, kegunaan, waktu pemberian
serta efek samping obat
Jumlah 8 3
55/88x100%
Persentase (%)
= 62,5%
Nursalam, 2011
84
Sumber: Hasil observasi dan wawancara tanggal 20 April
2021 di ruang Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
55
: x 100 % = 62,5%
88
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Jumlah rata-rata sentralisasi obat adalah 62,5% dengan
indikator cukup baik, akan tetapi sentralisasi obat dapat
dimaksimalkan pada aspek pasien atau keluarga mendapatkan
salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat
selain itu pemberian obat yang bersifat tidak rutin maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat.
3) Komunikasi Terapetik
a) Kajian Teori
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi
terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien
(Ermawati, 2009). Tujuan hubungan dari terapeutik adalah
kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnua kehormatan diri,
identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi,
kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling
85
ketergantungan hubungan interpersonal, dengan kapasitas member
dan menerima cinta, serta mendorong fungsi dan meningkatkan
kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai
tujuan pribadi yang realistik.
Empat fase dari hubungan terapeutik:
(1) Fase Preinteraksi
(a) Mengumpulkan data tentang pasien
(b) Menyiapkan alat
(c) Mencuci tangan
(2) Fase Orientasi
(a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien
(b) Melakukan validasi
(c) Memperkenalkan nama perawat
(d) Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien
(e) Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien
(f) Menjelaskan peran perawat dan pasien
(g) Menjelaskan akan kegiatan yang akan dilakukan
(h) Menjelaskan tujuan
(i) Menjelaskan waktu
(j) Menjelaskan kerahasian
(3) Fase Kerja
(a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
(b) Menanyakan keluhan utama
(c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
(d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
(e) Mencuci tangan
(4) Fase Terminasi
(a) Menyimpulkan hasil wawancara: evaluasi proses dan hasil
(b) Memberikan reinforcement positif
86
(c) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
(d) Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik
b) Kajian Data
Tabel 2.24
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No
Komponen (n=8)
.
Ya Tidak
TAHAP PERSIAPAN (PRE-INTERAKSI)
1 Perawat: mengumpulkan data tentang 8 0
pasien (dari RM)
2 Alat: menyiapkan alat yang dibutuhkan 5 3
3 Perawat: cuci tangan, menilai kesiapan 6 2
diri perawat
TAHAP PELAKSANAAN (ORIENTASI)
4 Memberikan salam, berjabat tangan, 5 3
dan tersenyum pada pasien
5 Melakukan validasi 6 2
6 Mempekenalkan nama perawat 2 6
7 Menanyakan nama panggilan kesukaan 2 6
klien
8 Menjelaskan tanggung jawab perawat 2 6
9 Menjelaskan peran perawat dan klien 2 6
10 Menjelaskan kegiatan yang akan 8 0
dilakukan
11 Menjelaskan tujuan 8 0
12 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan 8 0
untuk kegiatan/lama kegiatan
13 Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 8 0
TAHAP KERJA
14 Memberikan kesempatan pada klien 5 3
87
Pelaksanaan
No
Komponen (n=8)
.
Ya Tidak
untuk bertanya
15 Menanyakan keluhan pasien 8 0
16 Memulai kegiatan dengan cara yang 8 0
baik
17 Melakukan kegiatan sesuai dengan 8 0
rencana kegiatan
18 Mencuci tangan 8 0
TAHAP TERMINASI
19 Menyimpulkan hasil kegiatan 8 0
20 Memberi reinforcement positif 5 3
21 Membuat kesepakatan dengan 4 4
klien/keluarga untuk
pertemuan/kegiatan selanjutnya
22 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang 8 0
baik (mengucapkan salam/ tersenyum/
memberikan sentuhan/ berjabat tangan)
Jumlah 132 44
Presentase 132/176x100%
= 75 %
Damaiyanti, 2008
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 di ruang Di
Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah
Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
85
: x 100 % = 48,3 %
176
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
88
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait penerapan
komunikasi terapeutik di ruang Lavender Bawah Wanita didapatkan
bahwa komunikasi terapeutik dalam kategori Cukup baik dengan
persentase 75%.
Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik beberapa perawat
kurang dalam memperkenalkan nama perawat saat bertemu dengan
pasien, menanyakan nama panggilan kesukaan klien pada saat
berkomunikasi dengan pasien, menjelaskan peran perawat dan
klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, komunikasi
terapeutik sangat membantu tenaga medis khususnya perawat dan
pasien dalam membina hubungan saling percaya. Selain itu juga
akan meningkatkan proses kesembuhan pasien secara tidak
langsung.
4) Patient Safety
a) Kajian Teori
Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan
yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Sejak malpraktik
menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik
cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama,
dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu
keselamatan pasien (Nursalam, 2014).
Keselamatan pasien adalah suat usaha untuk menurunkan
angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada
pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan
baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa
89
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat
yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana
kurang tepat dan lain sebagainya.
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk
mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan
pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk
menunjukkan:
(1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
(2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar
klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan
(3) Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi
pelayanan
(4) Ketidaksepadanan antara unit pelayanan kesehatan (misalnya,
pemerintah dengan swasta atau urban dengan rural).
Enam International Patient Safety Goals (IPSG) versi Joint
Commision International 2011 meliputi:
(1) Identifikasi pasien dengan benar atau tepat
(2) Meningkatkan komunikasi efektif
(3) Meningkatkan keamanan obat-obat dengan kewaspadaan tinggi
(4) Memastikan benar lokasi operasi, benar prosedur, dan benar
pasien
(5) Mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
(6) Mengurangi resiko bahaya akibat pasien jatuh
90
b) Kajian Data
Hasil pelaksanaan Patient Safety yang sudah diobservasi dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.25
Pelaksanaan Patien Safety
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
SASARAN I: KETEPATAN
IDENTIFIKASI PASIEN
1. Cara mengindentifikasi pasien yaitu 8 0
dengan menggunakan minimal dua
identitas pasien yaitu dengan
meminta menyebutkan nama
pasien dan tanggal lahir pasien
sambil melihat gelang indentitas
pasien
2. Untuk indentifikasi pasien tidak 8 0
boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien
3. Apakah identifikasi pasien 8 0
dilaksanakan sebelum pemberian
obat
4. Apakah identifikasi pasien 8 0
dilaksanakan sebelum mengambil
sampel darah untuk pemeriksaan
klinis.
5. Apakah Identifikasi pasien 8 0
dilaksanakan sebelum melakukan
91
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
tindakan keperawatan.
6. Apakah identifikasi pasien 4 4
dilaksanakan sebelum pemeriksaan
penunjang seperti :
(Xray,EKG,Echo dll)
7. Apakah Identifikasi pasien 6 2
dilaksanakan sebelum pemberian
tranfusi darah
8. Apakah Identifikasi pasien 6 2
dilaksanakan sebelum pengambilan
spesimen seperti sputum,urine dan
lain lain untuk pemeriksaan klinis.
SASARAN II : PENINGKATAN
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
9. Bila ada perintah secara lisan dan 8 0
yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan mencatat secara
lengkap perintahnya (write
back)oleh penerima perintah
10. Bila ada perintah secara lisan dan 2 6
telpon atau hasil pemeriksaan
dibacakan kembali secara lengkap
isi dari perintah (read back) oleh
penerima perintah
11. Bila ada perintah secara lisan dan 2 6
telpon atau hasil pemeriksaan
dikonfirmasi ulang (repeat back)
perintah yang ditulis oleh penerima
perintah
92
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
12. Apakah dalam komunikasi efektif 8 0
saat melapor dan serah terima
pasien sudah dengan cara SBAR
(Situation, Background, Assesment,
Recomendation)
SASARAN III : PENINGKATAN
KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
13. Apakah sudah dilaksanakan SPO 8 0
tentang pemberian obat dengan
prinsip 6 benar
14. Apakah sudah ada SPO tentang 8 0
penyimpanan obat high alert
15. Apakah obat high alert tidak boleh 8 0
disimpan di ruang rawat kecuali
jika dibutuhkan secara klinis
diruangan tertentu seperti IGD,
ICU dan kamar operasi
19. Apakah obat high alert yang 0 8
disimpan pada unit pelayanan
pasien harus diberi label yang jelas
dan disimpan pada area yang
diawasi ketat (restricted)
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-
LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT PASIEN OPERASI
20. Apakah rumah sakit menggunakan 2 6
suatu tanda yang jelas dan
dimengerti untuk mengidentifikasi
93
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
lokasi operasi dan melibatkan
pasien di dalam proses penandaan
(site marker)
21. Apakah rumah sakit menggunakan 8 0
lembar checklist untuk
memverifikasi pada saat serah
terima perawat sebelum tindakan
operasi.
22. Apakah sudah dilaksanakan SPO 8 0
tentang memastikan lokasi
pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, pembedahan pada
pasien yang benar.
SASARAN V : PENGURANGAN
RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
23. Apakah perawat saat bertugas 8 0
dirumah sakit sudah melakukan 6
langkah cuci tangan
24. Apakah semua perawat sudah 8 0
memahami 5 moment cuci tangan
menurut WHO
25. Apakah sudah dilaksanakan SPO 7 1
tentang cuci tangan yang bertujuan
mengurangi resiko infeksi
SASARAN VI : PENGURANGAN
RISIKO PASIEN JATUH
26. Apakah perawat menerapkan 4 4
proses pengkajian awal resiko
94
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
pasien jatuh
27. Apakah dilakukan pengkajian ulang 2 6
bila terjadi perubahan konsdisi
seperti pemberian obat penenang,
obat hipertensi, obat psikotropik
28. Pengkajian ulang risiko jatuh pada 2 6
pasien dengan resiko jatuh ringan
(skore 25-44) yaitu dengan
menutup pagar tepat tidur atau
brankar, beri tanda ceklist apabila
pagar sebelah kanan dinaikan, beri
tanda ceklist apabila pagar sebelah
kiri dinaikan.
29. Pengkajian ulang risiko jatuh tinggi 2 6
pada pasien dengan resiko jatuh
tinggi (skore ≥45 ) yaitu dengan
memastikan tempat tidur atau
brankar dalam posisi rendah dan
roda terkunci, menutup pagar
tempat tidur atau brankar, beri
tanda ceklist apabila pagar sebelah
kanan telah dinaikan, beri tanda
ceklist apabila pagar sebelah kiri
telah dinaikan, orientasi pasien atau
penunggu tentang lingkungan atau
ruangan, letakan tanda
“Kewaspadaan jatuh” pada panel
95
Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=8)
Ya Tidak
informasi pasien, pastikan pasien
melakukan stiker warna kuning
penanda risiko tinggi jatuh pada
gealng identifikasi, lakukan
pemasangan fiksasi fisik apabila
diperlukan persetujuan keluarga.
Jumlah 151 57
151/x232x100
Presentase %
= 65%
151/x232x100
Presentase %
= 65%
Nursalam, 2014
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
151
: x 100 % = 65%
232
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi kajian Patient Safety didapatkan
bahwa keselamatan pasien secara global di ruang Lavender Bawah
Wanita masuk dalam kategori cukup baik dengan persentase 65%.
96
Hal yang paling perlu dioptimalkan dalam pelaksanaan Patient
Safety adalah dalam implementasi pasien risiko jatuh tinggi dan
ringan ada beberapa yang belum dilaksanakan yaitu memastikan
tempat tidur atau brankar dalam posisi rendah, menutup pagar
tempat tidur, beri tanda ceklist apabila pagar sebelah kanan telah
dinaikan, beri tanda ceklist apabila pagar sebelah kiri telah
dinaikan, orientasi pasien atau penunggu tentang lingkungan atau
ruangan, letakan tanda “Kewaspadaan jatuh” pada panel informasi
pasien, pastikan pasien melakukan stiker warna kuning penanda
risiko tinggi jatuh pada gelang identifikasi.
5) Discharge Planning
a) Kajian Teori
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien
dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry,
2010).
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima
di suatu agen pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit
dimana rentang waktu pasien untuk pengkajian berkelanjutan untuk
mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutughan
pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan,
97
perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa
yang oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2010).
Manfaat discharge planning menurut Nursalam & Effendi
(2008) adalah:
(1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran
kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.
(2) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang
digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.
(3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan parawatan baru.
(4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan
perawatan di rumah.
98
b) Kajian Data
Tabel 2.26
Discharge Planning ke keluarga Pasien
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Kegiatan ( n = 8)
Ya Tidak
1 Identifikasi pasien dan persiapkan 8 0
discharge planning
2 Peninjauan ulang rekam medik 7 1
pasien
3 Ucapkan salam, dan perkenalan 7 1
nama dan profesi anda
4 Lakukan assesment kebutuhan 8 0
perawatan berdasarkan kondisi
dan penyakit pasien
5 Identifikasi dan diskusikan siapa 8 0
penanggung jawab perawatan di
ruang berikutnya
6 Diskusikan dengan pasien dan 7 1
kelurga mengenai alasan pasien
dirawat, tatalaksana prognosis,
dan rencana pemindahan pasien.
7 Pastikan bahwa pasien dan 8 0
keluarga/pendamping pasien telah
memperoleh informasi yang
adekuat
8 Dokumentasikan rencana 8 0
pemindahan pasien di rekam
medis pasien
9 Ucapkan salam dan terima kasih 8 0
99
Dilakukan
No Kegiatan ( n = 8)
Ya Tidak
TOTAL
PERSENTASE 69/72x100%
= 95%
Nursalam & Effendi (2008)
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
69
: x 100 % = 95% %
72
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan data observasi discharge planning di ruang
Lavender Bawah Wanita 95%, masuk dalam kategori baik. Dari
hasil observasi form discharge planning sudah lengkap terisi,
perawat telah memberi penjelasan mengenai nama, dosis, waktu
minum obat yang dibawa ke ruang rawat berikutnya, namun perawat
tidak mengucapkan salam, dan perkenalan nama dan profesi perawat
sebelum melakukan discharge planning.
6) Pelaksanaan Standar PPI
a) Kajian Teori
Standar Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk
semua pasien, setiap saat pada semua tempat pelayanan dalam
100
rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi (Nursalam dan
Kurniawati, 2014).
Alasan kewaspadaan universal adalah : semua infeksi dari
darah pasien tidak dapat diindentifikasi pada saat perawatan
diberikan kepada mereka, kewaspadaan barier yang tepat harus
digunakan secara utuh oleh semua pasien dan ditentukan oleh
kemungkinan yang lebih besar bahwa perawat akan terpajan pada
darah atau sekresi yang mengandung darah dari pasien yang
terinfeksi tersebut.cairan yang berkaitan dengan penularan patogen
darah adalah sekresi semen dan vagina, cairan serebrospinal, cairan
senovial,cairan pleural, cairan peritoneal, cairan perikardial dan
cairan amnitiotik (Smeltzer & Bare, 2013).
Terkait kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
antara lain:
(1) Melaksanakan hand hygiene dengan 6 langkah dan 5 moment.
(2) Menempatkan pasien sesuai dengan kasus penyakit, termasuk
pasien yang harus dengan isolasi.
(3) Melakukan surveilance PPI (pencatatan dan pelaporan terkait
infeksi nasokomial)
(4) Melaksanakan kewaspadaan universal bagi karyawan seperti
menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan,
etika batuk, pengelolaan pasca pajanan sesegera mungkin
(maksimal 3x24 jam).
(5) Pengelolaan manajemen pencucian linen (laundry), dan
sterilisasi alat sesuai prosedur.
(6) Membuang sampah pada tempatnya:
(a) Sampah infeksius ( plastik kuning)
(b) Sampah umum (plastik hitam)
(c) Sampah sitotoksik (palstik ungu)
101
(d) Sampah benda tajam (tempat bertutup seperti safety box)
(7) Melaksanakan edukasi hand hygiene, etika batuk, dll terkait
pencegahan infeksi.
102
b) Kajian Data
Tabel 2.27
Pelaksanaan Standar Precaution
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No Aspek Yang Dinilai (n=8)
Ya Tidak
Perawat cuci tangan ketika akan
1 kontak dengan klien atau melakukan 7 1
tindakan pada klien
Perawat cuci tangan ketika selesai
kontak dengan klien atau setelah
2 8 0
selesai melakukan tindakan dengan
klien
Perawat mencuci tangan dengan
3 8 0
sabun/ cairan intisep (handrub)
Perawat menggunakan sarung tangan
4 ketika kontak/ melakukan tindakan 5 3
dengan klien
Perawat menggunakan masker ketika
melakukan tindakan tertentu (penyakit
5 infeksi yang menular melalui udara, 8 0
peyakit dengan daya tahan tubuh
rendah, menjaga kebersihan diri)
Perawat menggunakan alat-alat steril
6 2 6
untuk satu klien
Perawat menggunakan alat-alat
7 2 6
disposable hanya untuk sekali pakai
Setelah menggunakan alat-alat non
8 disposable perawat mencucinya 8 0
dengan larutan desinfektan
Perawat mensterilkan alat-alat steril di
9 8 0
instalasi sterilisasi sentral
Perawat menyiapkan alat-alat
10 8 0
kesehatan ditempat khusus
Perawat membuang benda-benda
11 8 0
tajam di tempat khusus
103
Pelaksanaan
No Aspek Yang Dinilai (n=8)
Ya Tidak
Perawat membuang sampah medis di
12 8 0
tempat sampah medis
Perawat membuang sampah non
13 4 4
medis di tempat sampah non medis
JUMLAH 84 18
84/104x100
Persentase (%) %
= 80%
Nursalam dan Kurniawati, 2014
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 di ruang Di
Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah
total skor
Tegal Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
84
: x 100 % = 80 %
104
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Pelaksanaan Standar Precaution di Ruang Lavender Bawah
Wanita RSUD Kardinah Tegal tergolong baik yaitu dengan
persentase 80%. Adapun beberapa item yang belum dilaksanakan
secara optimal oleh perawat adalah dalam menggunakan alat – alat
steril untuk 1 klien dan menggunakan alat – alat disposable untuk
sekali pakai.
7) Penerimaan Pasien Baru
a) Kajian Teori
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan
pasien baru (pasien dan/atau keluarga) di ruang pelayanan
104
keperawatan, khususnya pada rawat inap atau keperawatan intensif.
Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan ners − medis, dan
tata tertib ruang, serta penyakit (Nursalam, 2015).
105
Pasien masuk
Rumah Sakit
106
b) Kajian Data
Pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruang Lavender
Bawah Wanita dimulai sejak menerima order pasien baru baik dari
IGD, Poli ataupun dari ruangan lain. Perawat pelaksana
menyiapkan tempat tidur, oksigen (jika diperlukan), lembar
assesment awal pasien baru, edukasi, inform consent dan lain-lain.
Saat pasien datang, akan diterima oleh perawat pelaksana, diantar ke
kamar dan diorientasikan tentang ruangan Lavender Bawah Wanita,
perawat dan dokter yang bertanggung jawab. Sementara timbang
terima dilakukan kepada perawat di ruang Lavender Bawah Wanita.
c) Analisis
Pelaksanaan penerimaan pasien baru di Ruang Lavender
Bawah Wanita sudah dilakukan pemberian informasi atau orientasi
pasien baru sesuai SPO.
8) Pre dan Post Conference
a) Kajian Teori
Pre-conference merupakan pertemuan tim yang dilakuakan
setiap hari dan merupakan langkah awal kegiatan shift perawat. Pre-
conference dilakukan di awal jaga setelah melakukan operan dinas,
baik dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
KATIM. Pre-conference sebaiknya dilakukan diruang sendiri
sehingga dapat menghindari gangguan dari luar.
Post-conference dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum
operan jaga shift pagi ke shift sore pada hari yang yang sama
dilakukan ketika akan pre conference hari selanjutnya. Pesertanya
yaitu kepala ruang, perawat katim, perawat asosiet (PA), dan
mahasiswa kalau ada.
107
Tujuan dari conference ini yaitu:
(1) Membahas masalah tiap klien berdasarkan renpra yang telah
dibuat oleh perawat kepala tim.
(2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA.
pembagian didasarkan pada jumlah klien, ketergantungan klien,
dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada suatu tugas jaga
(shift) perawat kepala tim didampingi oleh 2 orang PA, maka
semua klien bagi pada kedua PA sebagai penanggung
jawabnya. perawat kepala tim akan membimbing dan
membantu PA dalam memberikan asuhan keperawatan bila
perawat kepala tim hanya didampingi oleh 1 orang pada suatu
tugas jaga maka jumlah pasien yang menjadi tanggung jawab
perawat kepala tim adalah sebanyak 20%.
(3) Membahas Rencana Tindakan Keperawatan
(4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi
tangguang jawabnya
(5) Perawat kepala tim mendiskusikan dan mengarahkan PA
tentang masalah yang terkait dengan keperawatan
(6) Perawat kepala tim membagi tugas masing-masing PA
(7) Meningkatkan Kembali Standart Prosedur yang Ditetapkan
(8) Meningkatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran, dan kemajuan masing- masing PA
(9) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
108
(2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference
(4) Memandu pelaksanaan pre-conference
(5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan
rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
(6) Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang dimiliki
dengan memperhatikan keseimbangan kerja
(7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien /
tindakan
(8) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian
yang sedang didiskusikan
(9) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
(10) Memberikan reinforcement positif pada PA
(11) Menyimpulkan hasil pre conference
109
(8) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga
shift jaga berikutnya.
Tugas PA :
(1) Mengikuti pre dan post conference
(2) Menyiapkan diri dan melaksanakan askep kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperwatan
(3) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan.
(4) Melaksanakan konsultasi tentang masalah pasien kepada
perawat kepala tim.
(5) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasienyang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan.
(6) Menerima keluhan pasien dan keluarga serta berusaha untuk
mengatasinya.
(7) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
(8) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas
pada semua pasien yang menjadi tangggung jawabnya dan ada
bukti di rekam keperawatan.
(9) Mengikutinya post conference yang diadakan oleh perawat
kepala tim pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/
perkembangan semua pasien yang menjadi tangung jawabnya
dan ada bukti di rekam keperawatan.
110
(10) Bila perawat kepala tim tak ada, wajib mengenalkan PA yang
ada dalam satu group yang akan memberikan asuhan
keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien atau keluarga
baru.
(11) Mengikuti diskusi kasus/ conference dengan dokter/ tim
kesehatan lain setiap seminggu sekali
(12) Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan rutin.
(13) Melaksanakan tugas lain sesuai urain tugas PA.
(14) Melaksanakan tugas perawat kepala tim pada sore, malam dan
hari libur.
111
b) Kajian Data
Tabel 2.28
Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Selalu Sering Kadang Tidak
No Variabel Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat √
Menyiapkan rekam medik
2 klien yang menjadi tanggung √
jawabnya
Menjelaskan tujuan
3 √
dilakukannya pre conference
Memandu pelaksanaan pre
4 √
conference
Menjelaskan masalah
keperawatan klien, dan rencana
5 √
keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya
Membagi tugas kepada PA
sesuai kemampuan yang
6 dimiliki dengan √
memperhatikan keseimbangan
kerja
Mendiskusikan cara dan
7 strategi pelaksanaan asuhan √
klien/ tindakan
Memotivasi untuk memberikan
tanggapan dan penyelesaian
8 √
masalah yang sedang di
diskusikan
112
Selalu Sering Kadang Tidak
No Variabel Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
Mengklarifikasi kesiapan PA
untuk melaksanakan asuhan
9 √
keperawatan kepada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
Memberi reinforcement positif
10 √
pada PA
Menyimpulkan hasil pre
11 √
conference
JUMLAH 11
Persentase 11/ 33 x 100% = 33%
Sumber: Hasil observasi tanggal 20 April 2021 di ruang Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
11
: x 100 % = 81 %
33
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
Tabel 2.29
Evaluasi Pelaksanaan Post Conference
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
113
N Selalu Sering Kadang Tidak
Aspek Yang Dinilai
O (3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat √
Menyiapkan rekam medik
2 klien yang menjadi tanggung √
jawabnya
Menjelaskan tujuan
3 √
dilakukannya post conference
Menerima penjelasan dari PA
tentang hasil tindakan/ hasil
4 √
asuhan keperawatan yang telah
di lakukan oleh PA
Mendiskusikan masalah yang
di temukan dalam memberikan
5 √
askep klien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya
Memberi reinforcement pada
6 √
PA
Menyimpulkan hasil post
7 √
conference
Mengklarifikasi klien sebelum
8 melakukan operan tugas jaga √
sift jaga berikutnya
JUMLAH 8
Persentase 8/24 x 100% = 33%
Sumber: Hasil observasi tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
8
: x 100 % = 87,5 %
24
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
114
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Evaluasi pelaksanaan Pre Conference sebesar 33% dengan
kriteria kurang dan Post Conference dengan kriteria kurang yaitu
33%, dikarenakan diruang Lavender Bawah Wanita jarang
dilakukan Pre Conference dan Post Conference.
9) Timbang Terima
a) Kajian Teori
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan atau menerima sesuatu atau laporan yang berkaitan
dengan keadaan klien. Operan dilakukan oleh Perawat Primer
keperawatan kepada Perawat Primer (penganggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Suni, 2018).
Tujuan timbang terima yaitu:
(1) untuk mengkomunikasikan keadaan klien dan menyampaikan
informasi yang penting
(2) menyampaikan kondisi dan keadaan klien
(3) menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien
(4) menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti
oleh perawat dinas berikutnya
(5) menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
b) Kajian Data
Tabel 2.30
Lember Observasi Serah Terima Pasien
115
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Serah terima pasien/operan jaga diawali √
dengan rapat bersama/ conference antara
petugas sebelumnya dengan petugas
yang baru
2. Petugas jaga lama membacakan buku √
laporan yang berisi informasi tentang:
a. Jumlah pasien dan kondisi masing-
masing pasien
b. Jumlah pasien maksimal care,
intermediate care dan minimal care
dan pasien dengan resiko tinggi
(manula, bayi, balita, immuno
suprissed, kondisi terminal)
c. Program terapi atau program
tindakan pasien yang belum
terlaksana (konsul Sp lain, foto,
obat, transfusi, dll)
d. Sarana prasarana baik alat
kesehatan maupun alat kedokteran
(jumlah, kondisi alat)
e. Informasi lain contoh
pengumuman-pengumuman, aturan
pembiayaan pasien, kondisi
bangunan misal bocor, dll
3. Dilanjutkan keliling ruangan untuk √
mengoperkan pasien satu persatu sambil
menginformasikan kepada pasien dan
atau keluarga bahwa ada pergantian
petugas jaga sambil memperkenalkan
petugas jaga yang akan bertugas
116
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
4. Berikutnya mengoperkan alat-alat √
kedokteran atau alat kesehatan lain dan
kondisi masing-masing alat tersebut
5. Mengoperkan obat-obat/ alat kesehatan √
yang tersedia di ruang tempat obat
c) Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan timbang terima di ruang Lavender Bawah Wanita baik
dengan presentasi 85%. Indikator kegiatan yang kurang optimal
117
adalah mengoperkan obat – obatan atau alkes yang tersedia di
ruangan obat.
118
b. Proses Managemen pelayanan Keperawatan
Mekanisme kerja dari fungsi-fungsi manajemen dapat digambarkan
dalam skema. Skema mekanisme kerja management keperawatan:
119
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangkapanjang dan tujuan jangka pendek
serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010).
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan
memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatanuntuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan
kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh
personil mulai dari perawatpelaksana, ketua tim dan kepala ruang.
Tanpa perencanaan yang adekuat, prosesmanajemen pelayanan
kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010). Dengan
demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan
efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
(1) Misi berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
(2) Filosofi sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
(3) Tujuan berisikan tujuan yang ingin dicapai.
(4) Obyektif berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
(5) Prosedur berisi pelaksanaan perencanaan
(6) Aturan berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang
Model perencanaan meliputi :
(1) Reactive Planning yaitu tidak ada perencanaan, manajer
langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah.
Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh
masalah dan kondisi yang ada.
120
(2) Inactive Planning yaitu perencanaan yang sudah dibuat sejalan
dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan atau
perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan
dengan perkembangan masalah).
(3) Preactive Planning yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah
pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini
adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan
antara waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator
untuk pencapaian target, resiko dan ketidak pastian jelas.
(4) Practive Planning yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun
perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai
pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan
perencanaan masa lalu dan sekarang.
121
perawat, penambahan peralatan, penambahan jumlah tenaga,
cuti tahunan, dan sebagainya.
122
No. Standar Keterangan
untuk menunjang pelayanan
ruangan.
(Marquis, 2011).
Sumber: Hasil wawancara kepada Kepala Perawat tanggal 20 April
2021 Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
c) Analisis
Perencanaan jangka pendek oleh kepala ruang yaitu jadwal
dinas disusun tiap bulan dan ada dokumen tentang jadwal dinas,
paparan pengetahuan, laporan bulanan indikator mutu pelayanan dan
pertemuan setiap bulan dengan seluruh staf keperawatan dan non
keperawatan melakukan audit dokumentasi. Perencanaan jangka
menengah oleh Karu yaitu membuat jadwal jadwal shift tim anggota
untuk penyegaran. Perencanaan jangka panjang oleh Karu yaitu
Untuk pembangunan perencanaan yang dilakukan yaitu
memperbaiki infrastruktur dan menambah beberapa sarana dan
prasarana untuk menunjang pelayanan ruangan.
2) Pengorganisasian
a) Kajian Teori
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada
dalam suatu sistem orang, modal dan peralatan dalam kegiatan
menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang perawat kepala
adalah memasukan semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu
sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur
mereka sedemikian rupa sehingga kelompok dapat bekerja bersama
ke arah pencapaian tujuan (Nursalam, 2011).
Tujuan organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas
yang terpisah dan berbeda kepada masing-masing orang dan
menjamin tugas-tugas tersebut terkoordinir. Pengaturan staf dan
123
penjadwalan adalah komponen untama dalam manajemen
keperawatan. Studi pengaturan staf dapat digunakan untuk
menentukan kebutuhan staf sehubungan dengan ketrampilan
personil, jumlah perawat dan beban kerja (Swansbrug, 2008).
Didalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal
beberapa model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 5 elemen subsistem
(Hoffart and Words, 2012) yaitu : Nilai-nilai professional,
pendekatan manajemen, metode pemberian askep, hubungan
professional, sistem kompensasi dan penghargaan.
Tugas pokok kepala ruang dalam pengoganisasian meliputi:
(1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat
(2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
(3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
(4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
(5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
(6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
(7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
124
(4) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan
medik
(5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
(6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil
yang diharapkan serta mendokumentasikannya
(7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan
(8) Menyelenggarakan konferensi
(9) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
(10) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawab timnya
(11) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
(12) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
125
b) Kajian Data dan Analisis
(1) Pelaksanaan Tugas Karu
Tabel 2.32
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
1. Melaksanakan fungsi perencanaan √
dengan cara:
a. Merencanakan jumlah, jenis, dan
mutu tenaga lainnya sesuai kebutuhan
ruang rawat yang berada dibawah
tanggung jawabnya
b. Merencanakan jumlah dan jenis √
peralatan keperawatan yang
diperlukan sebagai penunjang
tercapainya pelayanan di ruang rawat
yang berada diwilayah tanggung
jawabnya
c. Merencanakan perawatan pasien oleh √
sejumlah tenaga keperawatan yang
berada diwilayah tanggung jawabnya
secara kesinambungan
d. Merencanakan pengelolaan ruang √
perawatan dan lingkungan sekitar
ruang perawatan diwilayah tanggung
jawabnya
2. Melaksanakan fungsi pergerakkan dan √
pelaksana dengan cara:
a. Mengatur dan mengkoordinir seluruh
kegiatan pelayanan di ruang rawat
yang berada diwilayah tanggung
jawabnya melalui pertemuan pagi
setiap akan memulai kegiatan setiap
harinya
b. Menyusun dan mengatur jadwal dinas √
tenaga perawatan dan tenaga lainnya
di ruang perawatan yang berada
126
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
dibawah tanggung jawabnya, sesuai
kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku (bulanan, mingguan, harian
dan lain-lain)
127
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
terhadap pasien dalam batas
wewenangnya
l. Menjaga perasaan petugas agar √
merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
m. Mempertahankan dan meningkatkan √
system pencatatan dan pelaporan
tentang perkembangan pasien dan
kegiatan lain yang dilakukan secara
cepat dan benar.
n. Mengadakan kerjasama dan √
hubungan baik dengan kepala ruang
lainnya, seluruh kepala bidang,
kepala bagian, kepala instalasi dan
staff medis fungsional Rumah Sakit
o. Menciptakan dan memelihara √
lingkungan kerja dan suasana kerja
yang baik antara petugas, pasien dan
keluarga pasien sehingga
memberikan ketenangan
p. Memotivasi tenaga penunjang dan √
tenaga non perawatan dalam
mempersiapan serta memlihata
kebersihan ruang rawat dan
lingkungan
q. Memeriksa dan meneliti pengisian √
formulir sensus di ruang rawat secara
tepat dan benar
r. Memelihara buku register dan berkas √
catatan medis
s. Membuat laporan harian dan bulanan √
mengenai pelaksanaan kegiatan
pelayanan pelaksanaan kegiatan
pelayanan keperawatan serta kegiatan
lain diruang rawat. Selanjutnya
menyampaikan kepada kepada kepala
instalasi dengan tembusan kepada
kepala seksi keperawatan/kepala
bidang keperawatan
t. Melakukan verifikasi kepada seluruh √
128
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
dokumentasi asuhan keperawatan
yang dibuat oleh PP dalam wilayah
tanggungjawabnya
u. Memegang teguh rahasia jabatan √
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, √
pengendalian dan penilaian dengan cara:
a. Mengawasi, mengoreksi dan menilai
pelaksanaan pelayanan keperawatan
yang telah ditentukan
b. Melaksanakan penilaian terhadap √
upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan dibidang keperawatan
129
= 94%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100%: baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan tugas oleh kepala ruang keperawatan masuk dalam
kategori baik 94%. Hampir seluruh tugas karu sudah
dilaksanakan, hanya saja ada beberapa tugas yang belum
dilaksanakan secara optimal yaitu mengadakan pertemuan
berkala dengan pelaksanaan keperawatan dan tenaga lainnya
yang berada di wilayah tanggungjawabnya.
(2) Pelaksanaan Tugas Perawat Kepala Tim
Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan dari
KATIM didapatkan hasil: 90% dengan kategori baik akan
tetapi dalam pelaksanaan pembagian kerja, memberikan
pendkes dan mengorientasi pasien baru bisa ditingkatkan.
130
Tabel 2.33
Pelaksanaan KATIM
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No. Tugas SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
1. Bertanggung jawab kepada pelayanan dalam √
1 tim
2. Melakukan timbang terima bersama KARU √
3. Membagi kerja sesuai dengan tingkat √
ketergantungan pasien
4. Menyusun rencana keperawatan √
5. Mengikuti visit dokter √
6. Mengorientasi pasien baru √
7. Mengkoordinir pekerjaan yang harus √
dilakukan bersama
8. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan √
kepada perawat pelaksana dibawah tanggung
jawab sesuai pasien yang dirawat
9. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada √
perawat pelaksana dalam implementasi dalam
implementasi tindakan apakah sudah sesuai
renpra
10. Melakukan supervise dokumentasi asuhan √
keperawatan
11. Melakukan tindakan keperawatan yang tidak √
dapat dilakukan oleh perawat pelaksana
12. Mengatur pelaksanaan konsultasi dan √
pemeriksaan penunjang
13. Memberikan Penkes √
14. Membuat rencana pasien pulang √
15. Mengusulkan ronde keperawatan kepada √
kepala ruang
16. Membuat laporan jaga √
17. Melaksanakan tugas lumpah atau tugas lain √
dari kepala ruang
Jumlah 42 6
131
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada PA tanggal 20 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto
48
(2010), yaitu: = x 100 %
51
= 90%
76 – 100%: baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
132
(3) Pelaksanaan Tugas PA
Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan dari
PA didapatkan hasil:
Tabel 2.34
Pelaksanaan Tugas PA
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
Observasi PA
No. Pernyataan Sift Sift Sift
malam pagi siang
1 Melaksanakan operan tugas setiap √ √ √
awal dan akhir jaga dari dan kepada
KATIM yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi √ √ √
tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan setiap pasien
3 Melakukan doa bersama setiap awal √ √ √
dan akhir tugas yang dilakukan setelah
selesai serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang √ √ √
dilakukan KATIM setiap awal jaga
pagi
5 Melaksanakan asuhan keperawatan √ √ √
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien √ √ √
dan ada bukti di rekam keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah 0 0 0
pasien atau keluarga kepada KATIM
8 Membimbing dan melakukan penkes 0 0 0
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
medik keperawatan
9 Menerima keluhan pasien atau √ √ √
keluarga berusaha untuk mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan √ √ √
keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
133
Observasi PA
No. Pernyataan Sift Sift Sift
malam pagi siang
11 Melakukan evaluasi askep setiap akhir √ √ √
tugas yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
12 Mengikuti post conference yang √ √ √
diadakan KATIM pada setiap akhir
tugas dan melaporkan kondisi atau
perkembangan semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya kepada
KATIM
13 Bila KATIM tidak ada wajib 0 0 0
mengenalkan perawat yang ada dalam
satu grup yang akan memberikan
askep pada jaga berikutnya pada
pasien baru/keluarga
14 Melaksanakan pendelegasian tugas √ √ √
KATIM pada S/M/P
Jumlah √ √ √
Jumlah Total 33/42x100%
Sumber: Hasil observasi PA tanggal 19-21 April 2021 Di Ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
33
= x 100 %
14 x 3
= 75%
134
Berdasarkan Tabel diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan tugas PA terlaksana dengan cukup yaitu 75%.
3) Penggerakan
a) Kajian Teori
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada
staff agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang
mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah
kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif.
Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan fungsi yang paling
fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan
berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok
mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai
sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula,
dengan cara terbaik dan benar.
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha,
cara, tekhnik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi
dengan efisien, efektif dan produktif. Para anggota organisasi akan
bersedia mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian,
ketrampilan, dan waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan
organisasi apabila kepada mereka diberikan penjelasan yang
lengkap tentang hakikat, bentuk dan sifat tujuan yang hendak
dicapai.
Usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk memahami
dan menerima tujuan dan berbagai sasaran tersebut diperkirakan
akan lebih mudah apabila para manager berhasil pula meyakinkan
para bawahannya dalam mengemudikan organisasi, para manajer
135
tersebut akan menggunakan gaya manajerial yang mencerminkan
pengakuan atas harkat dan mahabat para bawahannya sebagai insan
yang ada. Pimpinan organisasi perlu menjelaskan kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang akan ditempuh oleh organisasi dalam usaha
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional yang
sekaligus berusaha memuaskan berbagai kebutuhan para bawahan
tersebut. Para manajer perlu menjelaskan bentuk pewadahan
kegiatan yang dianggap paling tepat untuk digunakan dalam
penekanan diberikan pada interaksi positif antara orang-orang
dalam satu satuan kerja dan antar satuan kerja dalam organisasi
berdasarkan kebiasaan, norma-norma, dan kultur organisasi yang
telah disepakati bersama. Dalam menggerakan para bawahan, para
manajer harus selalu mempertimbangkan pandangan para bawahan
tentang organisasi kemampuan yang dimiliki oleh organisasi akan
siap menyelenggarakan semua kegiatan operasional yang
diharapkan atau diharuskan untuk dilakukan.
Penggerakan adalah menggerakan orang-orang agar mau
bekerja, menciptakan suasana bekerja yang lebih mendukung bukan
hanya karena perintah, tetapi dengan kesadaran sendiri dan rasa
tanggung jawab, serta termotivasi secara internal (Suarli, 2009).
b) Kajian Data
Tabel 2.35
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
136
K
SL SR TP
Tugas Kepala Ruang D
(3) (2) (0)
(1)
Melaksanakan fungsi pergerakkan dan √
pelaksana dengan cara:
a. Mengatur dan mengkoordinir
seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat yang berada diwilayah
tanggung jawabnya melalui
pertemuan pagi setiap akan memulai
kegiatan setiap harinya
b. Menyusun dan mengatur jadwal √
dinas tenaga perawatan dan tenaga
lainnya di ruang perawatan yang
berada dibawah tanggung jawabnya,
sesuai kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku (bulanan, mingguan, harian
dan lain-lain)
c. Memberikan pengarahan dan √
motivasi kepada tenaga perawatan
untuk melaksanakan tugasnya sesuai
standar
d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan √
yang ada dengan cara kerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat
dalam pelayanan diruang rawat
tersebut
e. Mengadakan pertemuan berkala √
dengan pelaksanaaan keperawatan
dan tenaga lainnya yang berada
diwilayah tanggung jawabnya
f. Meningkatkan pengetahuan dan √
ketrampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertemuan rutin
g. Mengenal jenis dan kegunaan barang √
atau peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan
pasien diruang perawatan agar
tercapai perawatan optimal
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
penggerakan dan pelaksanaan di ruang Lavender Bawah Wanita
didapatkan bahwasanya tugas kepala ruang dalam kategori cukup
baik sesuai dengan data yang didapat data hasil observasi terhadap
pelaksanaan tugas kepala ruang mendapatkan persentase sebesar
70% dalam indikator cukup baik.
Kepala ruang telah melaksanakan tugasnya dalam pengarahan
dan pelaksanaan. Kepala ruang memberikan komando, arahan dan
138
bimbingan kepada seluruh staf keperawatan ataupun non
keperawatan.
4) Pengawasan
a) Kajian Teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan
standar dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat
tidak sesuai standar (Nursalam, 2008). Pengawasan melalui
komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien. Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur
yaitu:
(1) Penetapan standar pelaksanaan
(2) Penetapan ukuran-ukuran pelaksanaan
(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar
yang ditetapkan
(4) Pengambilan tindakan koreki
139
(3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana perawatan yang telah disusun bersama KATIM.
(4) Mengaudit, untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan
dahulu persiapan antara lain: Standar Operating Prosedur.
b) Kajian Data
Tabel 2.36
Kepala Ruang sebagai Pengawas, Pengendali, dan
Penilaian Di Ruang Lavender Bawah Wanita
RSUD Kardinah Tegal
SL SR KD TD
No. Nama Kegiatan
(3) (2) (1) (0)
1. Mengawasi, mengoreksi dan √
menilai pelaksanaan pelayanan
keperawatan yang telah
ditentukan
2. Melaksanakan penilaian √
terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan
di bidang keperawatan
3. Mengawasi dan mengendalikan √
pendayagunaan peralatan
keperawatan serta obat-obatan
secara efektif dan efisien
4. Mengawasi pelaksanaan sistem √
pencatatan pelapor kegiatan
pelayanan keperawatan serta
pendokumentasian kegiatan
lainnya di ruang rawat
Jumlah 6 4
140
SL SR KD TD
No. Nama Kegiatan
(3) (2) (1) (0)
Jumlah total 10/12 x 100% = 80%
(Nursalam, 2008)
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada KATIM tanggal 21
April 2021 Di Ruang Lavender Bawah Wanita RSUD
Kardinah Tegal Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
10
= x 100 %
12
= 80%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi di ruang Lavender Bawah Wanita
secara keseluruhan kegiatan pengawasan dalam penilaian tugas
kepala ruang sebagai pengawas, pengendali, dan penilaian di ruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal diperoleh nilai 80%
dengan kategori baik.
c. Proses bimbingan klinik dengan praktikan
a) Kajian Teori
141
Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan kepada
mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuann teoritis ke dalam
tindakan yang sesungguhnya, pembelajaran klinik tidak hanya
menerapkan teori-teori yang telah diperoleh. Proses manajemen
bimbingan praktek klinik keperawatan yaitu:
1) Perencanaan
Praktek klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata
dimana peserta didik diharapkan langsung dengan klien dan situasi
yang nyata, pembelajaran klinik tidak hanya menerapkan teori-teori
yang telah diperoleh dari kampus (Munthe, 2009)
Peserta didik berkesempatan dalam melatih diri melaksanakan
asuhan keperawatan professional, dan melatih kemampuan untuk
berhubungan langsung ke dalam masalah nyata. Hal tersebut perlu
adanya bimbingan dari Instruktur klinis (clinical instructor) dalam
membimbing dan mengembangkan keterampilan praktik klinis
mahasiswa keperawatan. Clinical instructor berperan sebagai
mediator dan fasilitator.
Sebelum melakukan praktik ada beberapa yang harus dipenuhi
yaitu :
a) Direktur RSUD Kardinah Tegal mendelegasikan penerimaan
mahasiswa kepada kepala bidang diklat.
b) Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademi sesuai
dengan kompetensi mahasiswa di koordinasikan dengan diklat.
c) Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK
menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, penetapan
lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai.
142
d) Mahasiswa selanjutnya akan menemui pembimbing klinik dan
pembimbing klinik akan memberikan pengarahan, orientasi
ruangan dan tugas pembuatan asuhan keperawatan.
e) Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik, pembimbing
klinik adalah seorang tenaga keperawatan yang profesional
yang di beri wewenang dan tanggung jawab membimbing
secara langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan terhadap mahasiswa PKK, peranan
pembimbing klinik adalah sebagai berikut :
a) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam
rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan
metode yang telah ditentukan.
b) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai metode yang ditentukan.
c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang
akan menjadi sumber pengalaman dilahan.
d) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan.
e) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik
f) Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan kepada
pasien.
g) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik
h) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.
i) Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan,
ketaatan, serta memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.
j) Mengarah dan membimbing peserta didik dalam rangka
pencapaian target kompetensi yang diharapkan.
k) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.
2) Pengorganisasian
143
Pengorganisasian mahasiswa PKK di ruang Lavender bawah
wanita sebagai berikut:
a) Penerimaan
b) Peserta didik diserahkan dari institusi, kepada Ruang Lavender
bawah wanita RSUD Kardinah Tegal
(1) Orientasi
(a) Umum
Orientasi yang bersifat umum diberikan dalam satu
hari, yang meliputi orientasi tugas secara umum,
tujuan orientasi umum adalah agar peserta didik
memahami tentang PPI rumah sakit, struktur
organisasi, tata tertib dan sanksi peserta didik PKK,
sistem pelayanan keperawatan, penjelasan tentang
pelaksanaan PKK.
(b) Khusus
Orientasi yang bersifat khusus diberikan pada awal
pelaksanaan PKK di ruangan, yang meliputi :
i) Orientasi Ruang
Meliputi Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
instalasi, Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
ruang rawat, Tata tertib ruang rawat dan Fasilitas
ruang rawat
144
Divisi keperawatan dan penanggung jawab PKK segera
menyiapkan pembimbing PKK, sesuai kriteria yang telah ditetapkan
di masing-masing lahan praktek.
Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan
PKK peserta didik (tujuan, kompetensi, penugasan, dll) kepada
pembimbing PKK yang dipakai sebagai lahan praktek satu minggu
sebelum pelaksanaan PKK. Waktu penjelasan sesuai dengan
kesepakatan pembimbing institusi pendidikan dan pembimbing
lahan. Proses bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik.
Pembimbing klinik adalah seorang tenaga perawat profesional yang
diberi wewenang dan tanggung jawab membimbing secara langsung
peserta didik.
4) Metode pembelajaran klinik
a) Kajian Teori
Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik ada
beberapa macam yaitu :
(1) Eksperensial
Metode ini memberikan pengalaman yang langsung
dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang melibatkan
interaksi dengan klien yang nyata dan orang lain di
lapangan atau melalui pengalaman yang seperti kenyataan.
145
(3) Observasi : Field trip, ronde keperawatan, observasi
lapangan, emonstrasi.
Observasi terhadap pengalaman actual dilapangan atau
terhadap suatu perangan yang diperlukan untuk belajar
didapat melalui modeling.
(4) Bed-Side Teaching
Metode pembelajaran klinik yang berbeda langsung
disamping atau bersama dengan klien.
(5) Conference
Pertemuan atau konferensi klinik/ lapangan
merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa
aspek praktik klinik/lapangan. Conference meningkatkan
pembelajaran pemecahan masalah yaitu bahwa kelompok
akan melakukan analisis kritis terhadap masalah dan
menerima umpan balik langsung dari pengajar. Dalam satu
Conference, kelompok peserta didik semakin terbuka
terhadap berbagai situasi yang ada di lapangan, yang
mungkin banyak diantaranya bekum pernah dialami
peserta didik.
(6) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing case study).
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan
pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai
masalah klinik yang mendasari pada perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang
dilakukan.
b) Kajian Data
146
Dari hasil wawancara dengan pembimbing lahan ataupun pembimbing
klinik di RSUD Kardinah Tegal, didapatkan bahwa metode
pembelajaran disini menggunakan dan Studi Asuhan Keperawatan dan
Metode Eksperensial. Pada awal, mahasiswa masuk ke ruangan,
pembimbing klinik akan melakukan orientasi ruangan dan memberikan
arahan serta kasus. Mahasiswa diberikan satu kasus atau mahasiswa
memilih sendiri kasus tersebut sesuai kesepakatan. Mahasiswa diberikan
tugas membuat laporan pendahuluan sesuai kasus yang didapatkan dan
asuhan keperawatan dikelola selama minimal tiga hari. Pembimbing
klinik akan melakukan bimbingan setiap minggunya sesuai kesepakatan
kontrak dengan mahasiswa. Pembimbing klinik mengevaluasi
mahasiswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang
pengetahuan dari laporan pendahuluan yang telah dibuat dan
mengklarifikasi asuhan keperawatan kelolaan mahasiswa. Pembimbing
klinik akan memberikan penilaian responsi tugas sesuai ketentuan dari
pihak akademik. Sedangkan Metode Eksperensial yang di maksudkan
yaitu pembimbing klinik atau CI melibatkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan klien dan orang lain di lapangan, dan memberikan
pengalaman yang seperti kenyataan
c) Analisis
Pembimbing klinik di ruang RSUD Kardinah Tegal sudah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada mahasiswa praktik yaitu mahasiswa
diperbolehkan untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
apa yang peserta didik diajarkan di kampus. Pembimbing klinik juga
membagikan kasus kepada setiap mahasiswa dan asuhan keperawatan
dikelola selama minimal 3 hari. Bimbingan dilaksanakan setiap minggu
1 kali pertemuan, pembimbing mengevaluasi tugas yang telah dibuat
mahasiswa. Pembimbing melakukan responsi kepada mahasiswa dan
memberikan nilai dengan format yang sudah ada dari pihak akademik
147
serta penilaian disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa menjawab
pertanyaan dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Unsur Output
1) Kajian Teori
(TOI) dan Bed Turn Over (BTO) (Soejadi, 2010 dalam Sidiq,
2017).
148
tersebut terbagi untuk masing-masing unit. Indikator untuk unit
85%).
hari.
149
TOI = (Jumlah TTX hari)- hari perawatan
Jumlah pasien keluar hidup atau mati
150
2) Kajian Data
2021
Indikator
No Bulan
BOR LOS TOI BTO
1. Januari 2021 14,0 3,2 27,8 1,0
2. Febuari 2021 23,5 3,7 16,6 0,2
3 Maret 2021 41,6 3,6 7,5 2,7
Jumlah 79,1 10,5 51,9 3,9
Rata-rata 26,3 3,5 17,3 1,3
Sumber: Buku Register rawat inap Ruang
LBW
3) Analisis
151
kemungkinan dikarenakan terjadi penurunan jumlah pasien
152
b. Instrumen A
1) Kajian Teori
hari.
tercatat dan bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien tapi juga
dan keperawatan.
a. Keakuratan data
b. Breavity (ringkas)
a. Pengkajian
153
Dokumentasi pengkajian keperawatan merupakan catatan
b. Diagnosa keperawatan
154
pasien. Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi
keluarga.
155
e. Pelaksanaan
keselamatan pasien.
f. Evaluasi
156
Pencatatan merupakan data tertulis tentang status
2) Kajian data
sesuai pedoman
pengkajian
psiko-sosial-spiritual
157
4) Pemeriksaan fisik
secara keseluruhan,
keluhan saja
2. Diagnosa 80,2% 1) Diagnosa keperawatan
2) Diagnosa keperawatan
mencerminkan PE/PES,
belum tergambarkan
dan situasi
3) Merumuskan diagnosa
keperawatan sudah
bersifat kemungkinan
158
masalah dan
penyebabnya saja.
3. Perencanaan 1) Perencanaan sudah
keperawatan
2) Perencanaan
keperawatan sudah
3) Rumusan tujuan
mengandung komponen
pasien/subjek, perubahan
66,8%
perilaku, kondisi pasien
4) Penulisan belum
menggunakan kalimat
perintah
menggambarkan
keterlibatan
pasien/keluarga
4. Tindakan 72,5% 1) Tindakan yang dilakukan
159
keperawatan
2) Perawat mengobservasi
tindakan keperawatan
evaluasi
dengan mencantumkan
tanggal/jam, paraf/nama
terang
5. Evaluasi 1) Sebagian besar evaluasi
tujuan
secara kontinyu
6. Dokumentasi 100 1) Menulis pada format
160
Asuhan yang baku
yang dilaksanakan
jelas/benar
4) Setiap melaksanakan
tindakan/kegiatan
perawat mencantumkan
paraf/nama jelas
5) Dokumentasi tersimpan
yang berlaku
Rata-rata 79,2 Baik
3) Analisis
161
rencana keperawatan, namun revisi tindakan beberapa belum
c. Instrumen B
1) Kajian Teori
162
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi
itu adalah:
2. Kompetisi Teknis
konsistensi (concitency).
163
kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan sejauh mana
waktu tunggu.
4. Efektivitas
6. Efisiensi
7. Kelangsungan pelayanan
164
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima
tanpa interupsi.
8. Kenyamanan
pelayanan.
2) Kajian Data
hari perawatan.
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu 6 4
mempekenalkan diri?
2 Apakah perawat melarang anda/ 10 0
165
bagaimana nafsu makan anda/
keluarga anda
4 Apakah perawat selalu menanyakan 5 5
anda/keluarga anda?
5 Apakah perawat selalu menanyakan/ 3 7
anda habiskan?
6 Apakah anda/keluarga anda tidak 0 10
banyak bergerak?
9 Pada saaat perawat membantu 8 2
166
pintu/jendela, mempersilahkan
oleh perawat?
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu 1 9
167
peraturan atau tata tertib yang berlaku
di RS?
17 Selama anda/keluarga anda dalam 10 0
ramah?
21 Apakah anda/keluarga anda 8 2
pergantian dinas?
22 Apakah perawat selalu memberi 10 0
168
meminumkan obat?
25 Selama anda/keluarga anda dirawat, 10 0
perawatan/pengobatan/pemeriksaaan
diperbolehkan pulang?
TOTAL 185 65
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada pasien ruang LBW
76-100% : puas
berikut :
Total skor
QUOTE X 100 % Jawaban ya
Item
Hasil keperawatan pasien= x 100 %
Jawaban ya+ jawaban tidak
185
¿ x 100 %=74 %
250
169
Berdasarkan hasil perhitungan, maka persepsi pasien terhadap
3) Analisis
memanggil nama pasien dengan benar, pasien juga merasa puas karena
perawat selalu siaga terhadap pasien, sopan juga ramah, dan perawat
linen, agar kepuasan pasien menduduki pada kategori puas dan dapat
1) Kajian Teori
170
ketidaksukaan dikaitkan dengan pegawai; merupakan sikap umum
2) Kajian Data
saudara bekerja
Jumlah gaji yang diterima 1 9
dibandingkan dengan
pendidikan saudara
Pemberian insentif tambahan 6 4
kerjasama
171
Tersedianya peralatan dan 9 1
pekerjaan
Tersedianya fasilitas penunjang 10 0
kebisingan
Adanya jaminan kesehatan atau 5 5
keslamatan kerja
Perhatian institusi rumah sakit 5 5
terhadap saudara
10 Hubungan antar karyawan dan 10 0
kelompok kerja
11 Kemampuan dalam 10 0
saudara
13 Kesesuaian antara pekerjaan 10 0
saudara
14 Kemampuan dalam 10 0
menggunakan waktu
172
yang diberikan
15 Kemampuan supervisi atau 10 0
keputusan
16 Perlakuan atasan selama 10 0
menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk 10 0
meningkatkan kemampuan
pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk 10 0
tinggi
20 Kesempatan untuk 9 1
kenaikan pangkat
TOTAL 166 34
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada perawat ruang
LBW
76-100% : puas
173
56- 75% : cukup puas
166
Perhitungan = x 100 %=83 %
2166+ 34
3) Analisis
puas.
d. Instrumen C
174
1) Kajian Teori
2) Kajian Data
175
Tabel 2.6 Kepatuhan Terhadap SPO Cuci Tangan Higienis
No 1 2 3 4 5 6 7
Alur tindakan Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
.
1 Basahi tangan dengan air mengalir √ √ √ √ √ √ √
2 Tuangkan sabun secukupnya pada telapak tangan √ √ √ √ √ √ √
3 Ratakan pada kedua telapak tangan dengan gerakan memutar kearah √ √ √ √ √ √ √
dalam
4 Gosok punggung tangan dengan sela-sela jari, lakukan pada kedua √ √ √ √ √ √ √
tangan
5 Gosok telapak tangan dengan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan √ √ √ √ √ √ √
6 Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling √ √ √ √ √ √ √
mengunci
7 Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam genggaman telapak tangan √ √ √ √ √ √ √
kearah luar
10 Bilas kedua tangan dengan air mengalir, dengan pergerakan yang sama √ √ √ √ √ √ √
176
pada saat menggunakan sabun
11 Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue atau hand driyer (dari √ √ √ √ √ √ √
1 2 0 1 1 0
74
84
Tabel 2.7 Kepatuhan Terhadap SPO Pemberian Injeksi Intravena (Intra selang)
1 2 63 4 5
No Alur tindakan
Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1 Cuci tangan √ √ √ √ √ √
2 Lakukan identifikasi pasien √ √ √ √ √ √
3 Atur posisi tidur pasien √ √ √ √ √ √
4 Hisap obat kedalam spuit dengan menarik plunger sebanyak dosis yang √ √ √ √ √ √
177
6 Pakai jarum yang berukuran kecil (no 26, 23) √ √ √ √ √ √
7 Periksa kepatenan aliran infus dan tanda-tanda phlebitis √ √ √ √ √ √
8 Lakukan disinfeksi pada area yang akan ditusuk menggunakan alkohol √ √ √ √ √ √
darah
11 Buka klem dan masukan obat secara perlahan sesuai dengan petunjuk √ √ √ √ √ √
bekas insersi
13 Atur kembali tetesan infus sesuai program terapi √ √ √ √ √ √
14 Buang spuit pada tempatnya dengan memperhatikan tehnik aman √ √ √ √ √ √
15 Bereskan alar-alat dan kembalikan pada tempatnya √ √ √ √ √ √
16 Rapikan lingkungan dan pasien √ √ √ √ √ √
17 Cuci tangan √ √ √ √ √ √
Jumlah 1 2 1 3 1 2 1 3 1 3 1 3
5 4 5 4 4 4
178
86
102
179
Tabel 2.8 Kepatuhan Terhadap SPO Perawatan Luka
N ALUR TINDAKAN 1 2 3
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
O
1 TAHAP PRA INTERAKSI √ √ √
perawatan luka
2 Mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan √ √ √
180
alamat, dan umur pasien.
13 Menanyakan nama, alamat, dan umur pasien √ √ √
14 Memanggil nama pasien sesuai dengan persetujuan pasien √ √ √
15 Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada √ √ √
pasien/keluarga pasien
16 Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya √ √ √
181
27 Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan √ √ √
diresepkan
32 Menggunakan satu kassa untuk satu kali usapan √ √ √
33 Membersihkan luka dari area kurang terkontiminasi ke area √ √ √
terkontaminasi
34 Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi √ √ √
atau balutan
182
sampah medis
44 DOKUMENTASI √ √ √
183
Keterangan :
43
Skor : x 100 %=91,48 %
47
184
3) Analisis
dinilai Pencapaian
SPO cuci 88 % Evaluasi pelaksanaan cuci
pasien.
SPO injeksi 84,31% Evaluasi pelaksanaan
sebelum tindakan.
185
SPO 91,48 % Evaluasi pelaksanaan
Mengeksplorasi perasaan,
memberikan kesempatan
sebelum injeksi, atur posisi pasien, dan merapikan lingkungan dan pasien
186
Tabel 2.10 Hasil Rekapitulasi Instrumen A B C di Ruang Lavender
Instrumen Rata-rata
Ruang
A B1 B2 C
Ruang
n LBW
Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Lavender Bawah Wanita
sebesar 82,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi penerapan SAK di Ruang
LBW RSUD Kardinah Tegal, termasuk dalam kategori baik, dimana skor
1) Keselamatan Pasien
a) Kajian Teori
1. Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambi
187
Setalah dibuatnya visi, misi dan falsafah ruangan, lebih mudah memetakan secara
jelas apa saja yang menjadi dasar tujuan perawatan pasien diruang lavender bawah
wanita.
suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan pada pasien
masyarakat
188
f. Amankan pasien dari bahaya jatuh dan cedera dengan melakukan
b) Kajian Data
No Indikator Ya Tidak
I Keselamatan Pasien (patient safety)
Apakah anda memahami
pasien) ?
Apakah anda memehami SPO
10
2 komunikasi efektif dalam 0
pemberian obat?
Apakah anda memahami tentang
obat?
Apakah anda mengetahui tentang
site)?
Apakah anda mengetahui
manusia ?
III Kecemasan
8 Apakah anda memahami tentang 10 0
189
perawatan pasien dengan cemas?
IV Kenyamanan( nyeri)
Apakah anda sudah memahami
pasien?
V Pengetahuan
Apakah anda sudah memahami
10 perawat
c) Analisis
2) Pengetahuan pasien
a) Kajian Teori
190
b) Kajian Data
baik dan 6 orang yang kurang baik. Pasien tersebut belum memahami tentang
3) Kecemasan Pasien
a) Kajian Teori
Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman angst
yang digunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negative dan
mennurut Nursalam, 2011 Cemas adalah emosi tanpa objek dan merupakan
b) Kajian data
191
Tabel 2.12 Kuisioner Anxiety Scale
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan
keadaan anda atau apa yang anda rasakan saat akan menjalani pre operatif
Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4
Saya merasa lebih gelisah atau gugup 0 2 0 8
1
dan cemas dari biasanya
Saya merasa takut tanpa alasan yang 1 0 9 0
2
jelas
Saya merasa seakan tubuh saya 0 10 0 0
3
berantakan atau hancur
Saya mudah marah, tersinggung atau 0 6 4 0
4
panic
Saya selalu merasa kesulitan 2 8 0 0
terjadi
Kedua tangan dan kaki saya sering 5 5 0 0
6
gemetar
Saya sering terganggu oleh sakit 8 2 0 0
7
kepala, nyeri leher atau nyeri otot
Saya merasa badan saya lemah dan 7 2 1 0
8
mudah lelah
Saya tidak dapat istirahat atau duduk 0 2 8 0
9
dengan tenang
192
Saya merasa jantung saya berdebar- 0 8 2 0
10
debar dengan keras dan cepat
11 Saya sering mengalami pusing 9 1 0 0
Saya sering pingsan atau merasa 10 0 0 0
12
seperti pingsan
Saya mudah sesak napas tersengal- 9 1 0 0
13
sengal
Saya merasa kaku atau mati rasa dan 7 3 0 0
14
kesemutan pada jari-jari saya
Saya merasa sakit perut atau 9 1 0 0
15
gangguan pencernaan
Saya sering kencing daripada 9 1 0 0
16
biasanya
Saya merasa tangan saya dingin dan 10 0 0 0
17
sering basah oleh keringat
Wajah saya terasa panas dan 10 0 0 0
18
kemerahan
Saya sulit tidur dan tidak dapat 0 7 3 0
19
istirahat malam
20 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk 10 0 0 0
Keterangan:
193
kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Zung Self-
c) Analisis
Normal/tidak cemas :4
Cemas ringan :6
Cemas sedang : 0.
a) Kajian Teori
194
1. Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen, air, nutrisi,
manusia.
atau penyakit.
rencana keperawatan.
keperawatan.
bentuk keperawatan.
hari pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan
b) Kajian Data
tanggal 20 April 2021 terdapat 6 pasien dengan kategori self care yang
memerlukan 1-2 jam dengan perawatan sebagian besar sudah secara mandiri, 2
195
Tabel 2.11 Mutu Pelayanan Perawatan Diri Pasien Ruang Lavender
N
PERNYATAAN YA TIDAK
O
Perawat membantu saya untuk mandi 0 10
1
ketika keadaan saya kelihatan kotor
Perawat membiarkan saya dalam 6 4
2
keadaan kotor
Perawat mengingatkan saya pada saat 10 0
3
waktunya mandi
Perawat membantu memberikan lotion 0 10
4
kepada saya ketika selesai mandi.
Perawat mengingatkan saya pada saat 0 10
5
waktunya berkeramas
Perawat membantu saya menyisir ketika 0 10
6
rambut saya terlihat tidak rapih/kusut.
Perawat membantu saya berkeramas 0 10
7
menggunakan shampo.
Perawat membantu saya membersihkan 0 10
8
kuku tangan dan kaki ketika kotor.
Perawat membantu saya menggosok 0 10
9
gigi ketika pagi dan malam hari
Perawat mengingatkan saya pada saat 0 10
10
waktunya membersihkan mulut dan gigi
Perawat membantu saya menggunakan 10 0
11
pakaian dan merapihkan tempat tidur.
Perawat mengganti seprai saya sehari 0 10
12
sekali.
Perawat mengingatkan saya pada saat 5 5
membantu perawatan diri pasien masih sangat kurang dengan hasil 76,15%
c) Analisis
prosentasi 23,85%.
dolor (Latin) atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada
berguna,antara lain sebagai tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang
197
1. Nyeri akut.
2. Nyeri kronis.
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang
b) Kajian Data
c) Analisis
RSUD Kardinah Tegal didapatkan hasil bahwa pasien yang mengalami nyeri
dengan presentase 30% dan nyeri berat sebanyak 2 pasien dengan presentase
198
20%, hal ini menunjukan sebagian pasien di ruang LBW mengalami
199
BAB III
PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN
2 Patient Safety
a. Pagar tempat tidur pasien tidak
dinaikkan kembali setelah melakukan Implemntasi pasien risiko
tindakan keperawatan kepada pasien jatuh ada beberapa
dengan pasien risiko jatuh rendah implementasi yang belum
b. Tidak terdapat stiker kuning penanda terlaksana dengan baik.
resiko jatuh berat
c. Loker obat tidak terdapat minimal 3
identitas yang lengkap
3 SAK: Belum ada SAK yang
terbaru dan terdapat
a. Belum ada SAK yang terbaru, SAK
beberapa SAK yang masih
terakhir tahun 2018 belum dituliskan
200
c. sar tidak dilengkapi dengan SOP
201
B. Prioritas Masalah
Tabel 3.2
1.
202
perawat ruang Lavender
Bawah Wanita yang
terdiri dari Profesi
Nersa ada 4 orang, S1
Keperawatan 1 orang &
DIII Keperawatan ada
10 orang
6 Pre Conference dan Post
Conference belum dilakukan 4 3 4 3 3 432 VI
secara optimal
Keterangan :
Magnetude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi
Rentang Nilai :
2 : Kurang penting
3 : Cukup penting
4 : Penting
5 : Sangat Penting
203
C. Analisa SWOT
Tabel 3.3
Analisa SWOT
NO ANALISA BOBOT RATING SKOR
(B) (R) (BXR)
Strenght (Kekuatan)
1. Adanya visi dan misi Rumah
sakit 0,15 4 0,6
A 5. Tersedianya pelayanan
kesehatan spesialistik
sehingga memungkinkan
0,1 4 0,4
masyarakat memanfaatkan
berbagai pelayanan yang
disediakan
6. Adanya komite keperawatan,
struktur sesuai dengan 0,1 4 0,4
permenkes No 09 Tahun 2013
7. Adanya supervisi secara
0,1 3 0,3
berkala
8. Sebagai RS type B
0,1 3 0,3
pendidikan
Tot al 1 3,8
Weakness (Kelemahan)
B
204
1. Pasien safety :
Implementasi pasien risiko
jatuh ada beberapa 0,25 4 1
implementasi yang belum
terlaksana dengan baik.
2. Belum ada SAK yang
terbaru dan terdapat
0,15 3 0,45
beberapa SAK yang masih
belum dituliskan
3. SOP alat belum ada 0,15 4 0,6
4. Fasilitas dan alat : Terdapat
alat yang rusak, Belum
tersedianya alat pegangan 0,15 3 0,45
di kamar mandi untuk
pasien risiko jatuh
5. Pre Conference dan Post
Conference belum 0,15 3 0,45
dilakukan secara optimal
6. Tingkat pendidikan
perawat ruang Lavender
Bawah Wanita yang terdiri
dari Profesi Nersa ada 4 0,15 3 0,45
orang, S1 Keperawatan 1
orang & DIII Keperawatan
ada 10 orang
Total 3,4
1
Opportunity (Peluang)
1. Kerja sama dengan institusi
pendidikan FK dan institusi
keperawatan sebagai lahan 0,35 4 1,4
praktik
C
205
2. Adanya kerjasama dengan
pihak suransi kesehatan
0,35 4 1,4
(BPJS)
SKORING SWOT
S = 3,8 W = 3,4
S - W = 0,4
O=4 T = 3,4
O - T = 0,6
III I
W S
IV II
T
Keterangan :
206
- Bobot : Nilai maksimal masing-masing analisis
1.00 - Rating : Rentang nilai dari 1-4
4 : Sangat penting
3 : Penting
2 : Cukup penting
1 : Tidak penting
Berdasarkan diagram kartesius diatas menyatakan bahwa masalah masuk
kedalam kuadran I (Positif – positif ) yang memungkinkan untuk terus
melakukan kegiatan untuk memperbesar pertubuhan dan perkembangan
Rumah Sakit.
207
N Masalah Program Sasaran Tujuan Kegiatan Indikator Waktu PJ Tempat
o Keberhasilan
1 Patient Pembuat Seluruh Meminimal - Membuat format - Terpasa Minggu
Safety a petugas i identitas pasien ngnya kedua Ruang
n label di sir Membuat label (26 April Lavender
sasaran 5 Ruang kesalahan cek list obat – 29 April
Lavende pasien didalam identitas 2021) Bawah Wanita
benar dalam -
r Bawah loker sesuai lengkap Kelompok 2
pemberia pemakaian -
Wanita dalam resep diloker mahasiswa
n obat obat
pasien profesi Ners di
Penulisa Tertulis Ruang
n nya Lavender
minimal identitas Bawah Wanita.
3 loker
identitas obat
a pasien
216
2 Implemen Membua Seluruh Terbentukn - Membuat visi - Tersedia Mingg Kelompo Ruang
tasi t visi, petugas ya visi, ruangan nya visi, u kedua k2 Lavender
metode misis, di ruang misi dan Lavender Bawah misi, (26 mahasisw Bawah Wanita
Lavende falsafah April – a profesi
Tim falsafah r Bawah falsafah Wanita dan bagan 30
belum dan ruangan Ners di
Wanita oraganisasi April
sesuai pembuat Lavender TIM 2021) ruang
an bagan Bawah Membuat misi Lavender
organisa Wanita - ruangan Bawah
si Penyesuaia Lavender Bawah Wanita
ruangan n bagan Wanita
Lavende organisasi
r Bawah metode
Wanita TIM di
ruangan Membuat
Lavender falsafah ruangan
Bawah - Lavender Bawah
Waniti Wanita
Pembetulan
Bagan organisasi
metode TIM
D. Perencanaan
217
3 Sop Alat Pembuat Mahasi Meningkat - Membuat lembar - Terpasangnya Mingg Kelompok Ruang
an s wa k an SOP lembar SOP di u 2 Laven
lembar baru pemelihara Menempelka n alat kesehatan kedua Mahasisw der
SOP a n alat - lembar SOP pada (26
ataupun dan alat kesehatan Dapat April a profesi Bawah
-
petugas mengurang Mendemonst memelihara dan – 28 Ners di Wanit
ruangan i kesalahan rasikan kepada pemakaian alat April Ruang a.
yang pemeriksa petugas atau dengan baik 2021) Lavender
baru a mahasiswa baru Bawah
n - Wanita
218
E. Jadwal Kegiatan
219
BAB IV
PEMBAHASAN
adalah belum adanya SOP pada alat kesehatan, sudah terdapat bagan namun
belum sesuai dengan bagan metode tim, belum terdapat visi dan misi dan falsafah
April 2021, pembuatan desain rencana kerja harian 21 april 2021 sampai dengan
struktur bagan metode tim, pembuatan visi, misi dan falsafah ruangan pada 26
April 2021 sampai dengan 2 Mei 2021. Evaluasi dilakukan pada tanggal 3 Mei
berikut:
4. Belum adanya visi, misi dan falsafah ruangan Lavender Bawah Wanita
B. Implementasi
berupa spidol, penghapus dan tempat alat tulis dan kemudiam dituliskan
identitas asien diloker obat masing – masing pasien. embuatan visi, misi dan
220
dari diskusi tersebut kelompok mendapat masukan untuk merevisi visi, misi
dan falsafah sesuai saran kepala ruang lavender bawah wanita. Implementasi
selanjutnya pada tanggal 27 April 2021 sampai dengan 2 Mei 2021 dengan
221
222
2. Pembetulan Bagan Metode Tim
Sebelum Tindakan
Sesudah Tindakan
223
Visi dan Misi Ruangan Lavender Bawah Wanita
b. Misi :
nursing
c. Falsafah Ruangan :
kami
224
Setelah dilakukan Tindakan
225
C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 3 Mei 2021 sampai 5
sebagai berikut:
obat.
Tim, pembuatan visi, misi dan falsafah ruangan lavender bawah wanita.
226
Penulisan identitas pasien diloker obat dapat meningkatkan pelayanan
memetakan secara jelas apa saja yang menjadi dasar tujuan perawatan
operasional prosedur.
D. Hambatan
227
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
April 2021 s/d 8 Mei 2021. Kelompok melakukan pengkajian selama 3 hari
loker obat,pasien safety, sudah ada tetapi belum sesuai visi, misi, falsafah
ruangan.
2. Dengan adanya labeling pada loker obat, SOP pada setiap alat diharapkan
sejumlah pasien yang dirawat pada sift dinasnya kegiatan tersebut meliputi
228
B. Saran
seperti alat EKG dan material yang di butuhkan ruangan Lavender Bawah
Wanita
f. Seluruh warga Rumah Sakit (tenaga medis, dan non medis, pasien dan
Sakit
229
3. Bagi institusi pendidikan
C. Kesan
bedah rawat inap serta proses-proses yang berjalan dalam sebuah ruangan
untuk memanajemen waktu dengan baik contoh datang tepat waktu agar
230
DAFTAR PUSTAKA