Anda di halaman 1dari 198

TENAGA PROFESIONAL

PENDAMPING DESA

Panduan Kerja Untuk


Tenaga Profesional Pendamping Desa
Dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia
Modul Pelatihan

Tenaga Profesional
Pendamping Desa

KN PPID
1
MODUL PELATIHAN
TENAGA PROFESIONAL PENDAMPING DESA

PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa)

TIM PENULIS: I Nyoman Oka, Ismail Zainury, Octaviera Herawati, Lendy Wibowo, Lingga
Suyudi, Didik Faryanto, Hasan Rofiky, Roni Budi Sulistyo, Joko Wiryanu,

REVIEWER: Muhammad Fachry, Bambang Soetono, Yoseph Lucky, Wahyuddin Kessa,

COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno

Cetakan Pertama, April 2018

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id

KN PPID
2
Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas,
program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
11. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
KN PPID
3
12. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawarat-an
Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya Desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Desa.
13. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan Desa,
arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program dan program Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas kewilayahan disertai
dengan rencana kerja.
14. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan
kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang
dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana kerja dan pendanaan
serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Desa maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada
Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
15. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
Daerah.
16. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
18. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
19. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
20. Program Inovasi Desa disingkat PID merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan kapasitas desa
dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan desa secara
berkualitas.
21. Penyedia Jasa Layanan Teknis disingkat P2KTD adalah lembaga profesional yang
menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang Pengembangan Ekonomi Lokal
dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur Desa.
22. Tim Inovasi Kabupaten adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk
melaksanakan kegiatan Inovasi dalam program Inovasi Desa di kabupaten/kota.

KN PPID
4
Pembentukan Tim Inovasi Kabupaten PID ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota dan berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.
23. Kelompok Kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa disingkat Pokja PPID
adalah tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim inovasi Kabupaten bertugas
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan Inovasi melalui
pengelolaan pertukaran pengetahuan.
24. Kelompok Kerja Penyedia Jasa Layanan Teknis yang disingkat Pokja P2KTD, adalah Tim
yang dibentuk dibawah koordinasi Tim Inovasi Kabupaten bertugas merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyedia Layanan
Teknis (P2KTD) dalam upaya menyediakan kebutuhan desa akan jasa layanan teknis
yang professional.

KN PPID
5
Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim
Atas berkat rahmat Allah SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah
memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Pendamping Desa untuk
Program Inovasi Desa (PID) TA 2017 telah hadir sebagai panduan peningkatan kapasitas bagi
Pendamping Desa dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pembangunan Desa.
Modul Pelatihan Tenaga Profesional Pendamping Desa diinisiasi oleh Direktorat
Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), Direktur Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, PDT, dan
Transmigrasi. Modul pelatihan ini sebagai panduan dalam mendorong peningkatan kualitas
pemanfaatan Dana Desa dengan memberikan ruang kepada Pendamping Desa terlibat untuk
fasilitasi inovasi dalam pelaksanaan pembangunan Desa khususnya Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dalam bidang pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, sumber daya manusia serta infrastruktur Desa. Melalui dukungan
Pendamping Desa ini, Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan pertukaran
pengetahuan dalam peningkatan kualitas pembangunan.
Secara khusus modul pelatihan ini sebagai panduan bagi Tenaga Pendamping
Profesional dalam memfasilitasi proses pelatihan bagi Pendamping Desa agar memahami
secara filosofis, teknis serta memandu proses pelaksanaan pendampingan teknis
pengembangan inovasi di Desa. Jika diperlukan penambahan dan pengayaan terkait topik-
topik pembahasan dapat didiskusikan bersama agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan Pendamping Desa ini. Semoga Alloh SWT
senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid

KN PPID
6
PANDUAN BAGI PENGGUNA MODUL

Siapa Pengguna Modul ini?


Modul Pelatihan bagi Pendamping Desa ini merupakan salah satu panduan untuk proses
pengembangan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) pada Program Inovasi
Desa (PID). Selain modul pelatihan, juga telah tersedia kurikulum pelatihan dalam buku yang
terpisah. Modul ini dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan PPID, baik sebagai Fasilitator, Nara Sumber maupun penyelenggara
pelatihan khususnya yang ditujukan kepada pengembangan kapasitas Pendamping Desa.
Modul ini dapat diperbanyak sepanjang untuk kepentingan peningkatan kapasitas
Pendamping Desa dalam program yang sesuai.

Bagaimana Menggunakan Modul ini?


Pelatihan Fasilitator Desa ini membutuhkan waktu selama 20 JP (@ 45 menit). Secara
keseluruhan dapat dilakukan selama 2 hari (@ 7-8 jam per hari). Modul Pelatihan ini bukan
sesuatu yang bersifat teknis dan blue print, tetapi hanya sebatas tools dan pilihan cara dalam
proses pembelajaran partisipatif dan terstruktur. Segala bentuk kreatifitas, seni, dan fasilitasi
dengan sepenuh hati akan mampu menciptakan kesuksesan dalam sebuah proses
pembelajaran. Beberapa hal yang dapat disarankan dalam menggunakan modul ini adalah:
1. Mempelajari Kurikulum
Kurikulum yang disediakan pada buku terpisah harus dipelajari dengan cermat.
Kurikulum memuat tentang (1) Filosofi Pelatihan yang harus dianut, (2) Peran, Fungsi
dan Kompetensi yang menjadi acuan dalam mengembangkan proses pembelajaran, (3)
Tujuan Pelatihan, (4) Struktur Program Pembelajaran, (5) Garis-Garis Besar Program
Pembelajaran, (6) Diagram Proses Pembelajaran, (7) Peserta, Pelatih/Fasilitator dan Nara
Sumber serta (8) Evaluasi. Filosofi pelatihan yang harus dipelajari adalah bahwa Pelatihan
Pendamping Desa pada Program PPID ini diselenggarakan dengan memperhatikan: (1)
Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), (2) Berorientasi kepada peserta, (3)
Berbasis kompetensi, (4) Melakukan experimentasi dengan menggunakan metode
Experimental Learning Cycle (ELC) yang memberikan petunjuk praktis tentang desain
pembelajaran. Secara rinci diuraikan pada Kurikulum Pelatihan.

2. Mempelajari Sistematika Modul


Modul pelatihan ini terdiri dari 3 kelompok Materi yaitu 2 Pokok Bahasan Materi Dasar
dan 4 Pokok Bahasan Materi Inti dan 2 Pokok Bahasan Materi Penunjang. Bagian-bagian
tersebut seperti berikut:

KN PPID
7
BAGIAN POKOK BAHASAN ARAH CAPAIAN

Materi 1. Kebijakan Pembangunan Desa Tercapainya pemahaman


Dasar 2. Refleksi Tugas Pendamping Desa kebijakan pembangunan
desa dan tugas
pendamping desa dalam
PID

Materi Inti 1. Fasilitasi Pertemuan Antar Desa dan Tercapainya pemahaman


Pencairan Dana Fasilitasi Pertemuan antar
2. Pendampingan TPID dalam desa, pencairan dana,
pemanfaatan P2KTD pendampingan TPID dalam
3. Pendampingan TPID dalam PPID P2KTD dan PPID serta Data
4. Data dan Informasi dan Informasi

Materi 1. Orientasi dan Pengorganisasian Kelas Tercapainya pemahaman


Penunjang 2. Evaluasi Penyelengaraan dan Rencana pengorganisasian kelas dan
Kerja Tindak Lanjut Evaluasi penyelengaraan
dan RKTL

3. Mengembangkan Materi dan Metode Pelatihan


Setiap modul atau setiap materi Pokok Bahasan dalam modul ini berisi tentang (1) tujuan
pembelajaran, (2) sub pokok bahasan, (3) waktu, (4) metode, (5) media dan alat bantu
belajar, (6) proses penyajian sebagai langkah-langkah pembelajaran yang menjadi
panduan bagi Fasilitator, (7) Lembar Kerja, dan (8) Lembar Informasi sebagai bahan
bacaan peserta dan fasilitator.

Lembar Informasi dalam modul ini belum memuat secara detil materi pelatihan.
Fasilitator atau nara sumber sebaiknya mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan,
sehingga perlu mencari, menulis dan mengembangkannya sendiri dengan cara merujuk
kepada uraian materi yang sudah disediakan dan PTO- PPID. Ketika mengembangkan
bahan pelatihan termasuk metode pembelajaran, fasilitator hendaknya
mempertimbangkan:

▪ Kesesuaian dengan tujuan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


▪ Kemudahan untuk dipahami oleh peserta pelatihan
▪ Kemudahan untuk dipergunakan peserta pasca pelatihan sebagai referensi saat
menjalankan tugas/perannya dalam program PPID di lapangan.

4. Memahami Proses Pengorganisasian Pelatihan


Siapapun dapat menjadi penyelenggara pelatihan ini, namun sangat disarankan bahwa
penyelenggara memahami proses pelatihan partisipatif yang berimplikasi pada

KN PPID
8
kebutuhan alat dan bahan untuk mendukung pelatihan partisipatif. Fasilitator dan Nara
Sumber harus memahami bagaimana penyelenggara melakukan pengorganisasian
pelatihan ini.

Modul ini dirancang untuk pelatihan yang dilaksanakan secara klasikal (dirancang
khusus dalam kelas). Namun dengan memodifikasinya, maka modul ini dapat pula
dimanfaatkan mengikuti dinamika perkembangan proses pendampingan di desa.

Pelatihan Pendamping Desa untuk pendampingan PPID pada Program Inovasi Desa ini
sebaiknya dilaksanakan di tempat yang memungkinkan melakukan praktik lapangan
untuk capturing, aplikasi SIPEDE, Geottaging dan lainnya sesuai kebutuhan.

Fasilitator atau Nara Sumber harus mengajukan kebutuhan khusus tentang alat dan
bahan sehingga proses pembelajaran partisipatif dapat dijalankan. Panitia harus
menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan pelatihan
partisipatif tersebut. Peralatan minimal yang diperlukan antara lain papan tulis atau
whiteboard, stickycloth/kain tempel, kertas lebar (plano/flipchart), kartu metaplan warna
warni, spidol besar, Infocus dan alat tulis menulis lain yang relevan.

PERINGATAN BAGI FASILITATOR


Modul ini bukan merupakan sesuatu yang baku (blue print) yang harus diikuti
secara runtut dari yang pertama hingga tahap terakhir. Penggunaannya harus
disesuaikan dengan tingkat dinamika dan perkembangan calon peserta pelatihan.
Sebagai acuan, pelatihan selayaknya mulai dari Konsep Dasar yang dikelompokkan
dalam Materi Dasar baru dilanjutkan dengan Materi Ini sebagai materi operasional
dan metodologi program.

Fasilitator harus berkreasi melengkapi materi dan langkah-langkah pembelajaran,


serta cerdik memadukan kebutuhan untuk peningkatan kompetensi peserta dalam
menjalankan peran dan fungsinya sebagai Pendamping Desa.

5. Kreativitas Mengembangkan Metode


Modul pelatihan ini menawarkan berbagai metode pembelajaran orang dewasa, dimana
peserta menjadi pelaku utama dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa
teknis untuk proses pembelajaran yang dilakukan antara lain ceramah dan tanya jawab,
refleksi diri dan curah pendapat, umpan balik, observasi, demonstrasi, simulasi dan
Praktit lapangan. Beberapa metode yang perlu diuraikan dan dipelajari disini adalah:
• Refleksi diri dan curah pendapat: Metode ini dapat mendorong perubahan
kepribadian diri melalui kemunculan perasaan, kemampuan dan penemuan baru.
Ini proses yang memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk berpikir
sendiri tentang pengalaman pribadi dan digunakan untuk menyempurnakan
KN PPID
9
gagasannya. Selama pelatihan, secara berkala fasilitator harus meminta untuk
menilai kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
• Umpan balik pribadi: Secara berkala, setiap peserta akan memperoleh penilaian
dari sesama peserta dan fasilitator tentang bagaimana bersikap dalam melakukan
tehnik fasilitasi.
• Observasi: Peserta bisa mengamati penampilan para fasilitator selama mengikuti
pelatihan ini. Dengan mengamati, maka setiap peserta akan mendapatkan ide-ide
baru. Misal, cara mengatasi dinamika kelompok yang sulit atau mengatasi
penolakan kelompok saat memfasilitasi.
• Simulasi: Merupakan salah satu cara yang ampuh untuk belajar fasilitasi. Setiap
peserta diberikan kesempatan untuk berlatih mempraktekan metode-teknik baru
yang diajarkan, serta menghadapi berbagai situasi yang sulit.
• Demonstrasi: dilakukan untuk memberikan contoh, misalnya bagaimana menjadi
fasilitator yang baik, penggunaan alat-alat kajian untuk mendukung proses, dan
hal lain yang dibutuhkan.
• Permainan/Game; untuk penyegaran suasana yang monoton dan membangun
kembali semangat peserta, maka dalam setiap kesempatan atau saat memulai dan
mengakhiri pembahasan topik tertentu, diperkenalkan permainan-permainan
yang berkaitan dengan topik materi. Dari permainan tersebut peserta kemudian
akan diminta merefleksikan pelajaran yang didapat dari setiap materi secara
bersama-sama untuk dijadikan pertimbangan dalam pembahasan materi
selanjutnya.

KN PPID
10
Daftar Isi

Daftar isitilah 3
Kata Sambutan Direktorat Jenderal PPMD 6
Panduan bagi Pengguna Modul 7
Daftar isi 11

Pokok Bahasan 1: KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA


1.1. Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa … 14
1.2. Arah Kebijakan Program Inovasi Desa 16
1.3. Peran Pendamping Desa dalam Penanganan Stunting 18
1.4. Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa 20
Pokok Bahasan 2: REFLEKSI TUGAS PENDAMPING DESA
2.1 Tugas Pendampingan 24
2.2 Meningkatkan Kinerja Pendampingan 27
Pokok Bahasan 3: FASILITASI PERTEMUAN ANTAR DESA
3.1 Fasilitasi Musyawarah Antar Desa (MAD) Dalam Pelaksanaan PID 32
3.2 Fasilitasi Penggunaan Dana Operasional Kegiatan (DOK) 36
Pokok Bahasan 4: PENDAMPINGAN TPID DALAM PEMANFAATAN PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS DESA (P2KTD/P2KTD)
4.1 Identifikasi dan Verifikasi Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Teknis Desa 40
4.2 Perumusan dan Prioritas Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Teknis Desa 46
4.3 Fasilitasi Pemanfaatan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa 49
Pokok Bahasan 5: FASILITASI TPID DALAM PENGELOLAAN PROGRAM INOVASI DESA
(PID)
5.1 Identifikasi dan Verifikasi Inovasi 53
5.2 Menangkap Inovasi Desa (Capturing) 57
5.3 Bursa Inovasi Desa (BID) 61
Pokok Bahasan 6: DATA DAN INFORMASI
6.1 Data Program Inovasi Desa (PID) 64
6.2 Validasi Data Dana Desa 67
6.3 Aplikasi SIPEDE 69
6.4 Aplikasi Geottaging 73
Pokok Bahasan 7: EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL
7.1 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan 78
7.2 Rencana Kerja Tindak Lanjut. 80

KN PPID
11
Pokok Bahasan 1
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA

KN PPID
12
POKOK BAHASAN 1

Kebijakan Pembangunan Desa

Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

• Memahami pokok-pokok kebijakan pembangunan dan pemberdayaan


masyarakat Desa

• Memahami pokok-pokok kebijakan Program Inovasi Desa (PID)

• Memahami peran pendamping dalam penanganan Stunting.

• Memahami pokok-pokok keterbukaan informasi publik dalam mewujudkan


pembangunan desa yang transparan dan akuntable.

Sub Pokok Bahasan (SPB):

1.1. Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Desa

1.2. Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa (PID)

1.3. Peran Pendamping Desa dalam Penanganan Stunting

1.4. Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa

Waktu:
4 JP (180 menit atau 3 jam)

KN PPID
13
SUB POKOK BAHASAN 1.1

Arah Kebijakan
Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan Pokok-pokok Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa
2. Menjabarkan langkah-langkah fasilitasi penggunaan dana desa untuk
pelaksanaan kegiatan padat karya tunai dalam perencanaan pembangunan
desa.

Waktu:
1 JP (45 menit)

Metode:
Ceramah dan Tanya Jawab, Speed Reading.

Media:
• Media tayang,
• Lembar Informasi/Bahan Bacaan:
(1) Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri keuangan, Menteri
Desa, PDTT dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
BAPENAS Tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6/2014 Tentang Desa.
(2) Permendesa 19/2017 Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018;
Keputusan Menteri Desa,PDTT nomor 126/2017 tentang penetapan
desa prioritas sasaran pembangunan desa, daerah tertinggal, dan
transmigrasi; Peraturan Menteri Keuangan 225/2017
(3) Panduan Kegiatan Padat Karya tunai dan Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Desa untuk kegiatan Padat Karya Tunai )

Alat Bantu: Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

KN PPID
14
Proses Penyajian:
Kegiatan: Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa
1. Jelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari sub pokok
bahasan tentang Arah kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan meminta kepada peserta menceritakan
pengalaman selama ini terkait dengan kebijakan Pelaksanaan Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa selama ini.
3. Tulis point--point dari hasil penjelasan pengalaman peserta sebagai
kesimpulan atas sharing pengalaman (hasil refleksi)

4. Minta kepada setiap peserta untuk melakukan pembacaan cepat atas semua
peraturan perundangan beserta regulasi yang terkait dengan kebijakan
Padat Karya Tunai.

5. Nara Sumber memaparkan rangkuman pokok-pokok kebijakan kegiatan


padat karya tunai dan penggunaan dana desa, sambil diselingi tanya jawab
atau quize.

6. Akhiri kegiatan ini dengan penegasan dan kesimpulan bersama dari


pembelajaran yang telah dilakukan.

KN PPID
15
SUB POKOK BAHASAN 1.2

Arah Kebijakan
Program Inovasi Desa

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

• Menjelaskan latar belakang, tujuan, ruang lingkup Program Inovasi Desa

• Menjelaskan mekanisme Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)

Waktu:

1 JP (45 menit)

Metode:

• Ceramah dan Tanya Jawab, Speed Reading dan Sharing Pengalaman.

Media:

• Media tayang dan Lembar Diskusi

• Lembar Informasi/Bahan Bacaan (Keputusan Menteri Desa PDTT nomor 48


tahun 2018 Tentang Penetapan Pedoman Umum Program Inovasi Desa);
PTO Program Inovasi Desa.

Alat Bantu:

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian:
Kegiatan 1 : Memahami Kebijakan Program Inovasi Desa

1. Jelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari sub pokok
bahasan tentang Arah kebijakan Program Inovasi Desa;

KN PPID
16
2. Lakukan curah pendapat atas materi yang telah dipaparkan

3. Minta setiap peserta untuk melakukan pembacaan cepat atas peraturan dan
Petunjuk Teknis Program Inovasi Desa.

4. Lakukan curah pendapat atas materi yang telah dipaparkan dengan


mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa yang Anda pahami tentang kebijakan Program Inovasi Desa?

b. Bagaimana Peran PID dalam perencanaan Desa khususnya dalam


bidang ekonomi, sumber daya manusia, infrastruktur, dan
Pendampingan Desa.

5. Akhiri kegiatan ini dengan penegasan dan kesimpulan dari pembelajaran


yang telah dilakukan.

Kegiatan 2 : Mekanisme Program Inovasi Desa


1. Jelaskan alur mekanisme Program Inovasi Desa dengan menggunakan media
bahan tayang, disertai tanya jawab.

2. Lakukan diskusi dalam pleno mengenai peran pelaku dalam pelaksanaan


Program Inovasi Desa, sebagai berikut:
a. Siapa yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan Program Inovasi di
Kabupaten dan Kecamatan?
b. Apa tugas TPID dalam pelaksanaan PID di kecamatan?
c. Apa peran utama PD dan PLD dalam pelaksanaan PID.

3. Lakukan penegasan dan kesimpulan.


a. TIK merupakan pelaksana PID di Kabupaten; TPID merupakan pelaksanaan
kegiatan PID di Kecamatan.
b. TPID merupakan pelaksanaan Bursa Inovasi Desa di Kecamatan
(melakukan Capturing kegiatan Inovatif, mengidentifikasi kebutuhan desa
dalam pemanfaatan P2KTD, serta mengelola dana bantuan pemerintah /
DOK).
c. Peran utama PD adalah memfasilitasi TPID dalam pelaksanaan tugasnya;
PLD memfasilitasi desa dalam mengikuti Bursa Inovasi Desa serta
menindaklanjuti Komitmen Desa dalam RKPDes dan APBDes.

KN PPID
17
SUB POKOK BAHASAN 1.3

Peran Pendamping Desa


Dalam Penanganan Stunting

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. Menguraikan pengertian stunting, penyebab dan langkah-langkah


penanganannya;

2. Menjelaskan kebijakan pemerintah dalam penanganan stunting;

3. Menjelaskan peran pendamping dalam penanganan stunting

Waktu:

1 JP (45 menit)

Metode:

Penjelasan, tanya jawab dan curah pendapat,

Media:

Lembar Informasi Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting dan Buku Saku


Desa dalam Penanganan Stuting, Media Tayang, Video Film Dewi dan Putri.

Alat Bantu:

Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

Proses Penyajian:

Kegiatan 1: memahami kebijakan pemerintah dalam penanganan stunting


1. Jelaskan tujuan, metode, dan waktu yang digunakan pada sesi ini;

KN PPID
18
2. (Tentavie langkah – putarkan film “dewi dan putri”, yang bisa langsung di
download atau putar dari Youtube) dengan durasi 3-4 menit, kemudian
dilanjutkan dengan diskusi curah pendapat (masuk langkah – 3).
3. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang Stunting?”
b. Apa penyebab Stunting yang Anda ketahui?”
c. Apa saja kebijakan pemerintah dalam penanganan stunting?”
d. Mengapa masyarakat Desa perlu memahami isu-isu penting dalam
penanganan stunting?”
4. Beri kesempatan peserta untuk menyampaikan tanggapan, pertanyaan,
dan masukan;
5. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok dalam
penanganan stunting di Desa dapat dituliskan di kertas plano atau
whiteboard;
6. Lakukan pemaparan sebagai bagian dari penegasan terkait pokok
kebijakan tentang penanganan stunting dengan media yang telah
disediakan;
7. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan-2: Peran Pendamping dalam penanganan stunting

1. Gali pendapat dari peserta terkait dengan peran pendamping dalam


penanganan stunting;
a. Apa saja peran yang dapat dilakukan oleh Pendamping Desa dalam
penanganan stunting di wilayah kerjanya? Mengapa peran itu penting?
b. Apa yang dibutuhkan oleh Pendamping untuk dapat melaksanakan peran
tersebut?

2. Berikan penegasan-penegasan terkait dengan peran pendamping desa dalam


penanganan stunting (lihat bahan bacaan) dan bangun komitmen mereka.

KN PPID
19
SUB POKOK BAHASAN 1.4

Keterbukaan Informasi Publik


Dalam Pembangunan

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tata aturan pelayanan informasi publik UU No 14 tahun 2008 dan
UU No 6 tahun 2014.
2. Menjelaskan Standar Layanan Informasi Publik (SLIP) di tingkat desa.
3. Menjelaskan prosedur pemenuhan permintaan informasi yang diajukan oleh
masyarakat desa.

Waktu:
1 JP (45 menit)

Metode:
Ceramah dan Tanya Jawab, curah pendapat.

Media:
Media tayang 1.4.1, Lembar Informasi 1.4.1.

Alat Bantu:
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

Proses Penyajian:

1. Buka sesi dan dan jelaskan tujuan sesi, metode, dan waktu dalam pembelajarn
materi.

KN PPID
20
2. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman dan pengalaman
peserta terkait dengan praktik keterbukaan informasi dalam proses
pembangunan di desa. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk
memantik proses curah pendapat:

• Apakah yang Anda ketahui dengan Keterbukaan Informasi Publik?

• Kebijakan apa yang menjadi payung hukum penyelenggaraan pelayanan


keterbukaan informasi di tingkat desa? Ceritakan dengan singkat isi
kebijakan tersebut?

• Dokumen apa saja yang wajib dipublikasikan secara rutin oleh pemerintah
desa?

• Ceritakan, bagaimana prosedur pemenuhan permintaan informasi terkait


pembangunan desa?

3. Catat pendapat peserta dalam daftar curah, bisa menggunakan kertas plano
maupun catatan dijital yang ditayangkan melalui layar proyektor.

4. Tayangkan Media Tayang 2.4.1 untuk menjelaskan aturan keterbukaan publik,


standar layanan informasi publik di desa, dan prosedur pemenuhan
permintaan publik yang diajukan masyarakat.

5. Minta pendapat dari peserta untuk mendalami materi.

6. Berikan ulasan singkat untuk menegaskan kata-kata kunci dan kesimpulan


materi.
7. Berikan apresiasi keterlibatan peserta dalam mengikuti pembelajaran di sesi
ini.

KN PPID
21
Pokok Bahasan 2
REFLEKSI TUGAS
PENDAMPING DESA

KN PPID
22
POKOK BAHASAN 2

Tugas Pendamping Desa

Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. Memahami tugas pendampingan pembangunan dan pemberdayaan


masyarakat desa secara lebih inovatif.

2. Meningkatkan kinerja pendampingan pembangunan dan pemberdayaan


masyarakat desa.

Sub Pokok Bahasan (SPB):

2.1 Tugas Pendamping Desa dalam Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa

2.2 Peningkatan Kinerja Pendampingan Desa

Waktu:

3 JP (135 menit atau 2 jam dan 15 menit)

KN PPID
23
SUB POKOK BAHASAN 2.1

Refleksi Tugas Pendampingan

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. Merefleksikan pelaksanaan tugas sebagai pendamping desa

2. Merumuskan gagasan-gagasan untuk perbaikan kinerja pendampingan desa.

Waktu:
1 JP (45 menit)

Metode:
Curah Pendapat, Sharing Pengalaman dan diskusi kelompok.

Media:
Lembar Informasi, Media Tayang.

Alat Bantu:
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan.

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Merefleksikan pelaksanaan tugas pendampingan


1. Jelaskan tentang misi besar pendampingan desa seperti dalam box berikut:

Misi besar pendampingan desa adalah memberdayakan desa


sebagai self governing community yang maju, kuat, mandiri dan
demokratis. Pendampingan desa bukanlah mendampingi
pelaksanaan proyek yang masuk ke desa, bukan pula

KN PPID
24
mendampingi dan mengawasi penggunaan dana desa, tetapi melakukan
pendampingan secara utuh terhadap Desa.

2. Lakukan curah pendapat atas fakta-fakta di lapangan tentang pendampingan


berdasarkan misi besar tersebut dengan mengajukan pertanyaan melalui 2
kartu warna berbeda:
a. “apa bentuk praktik dan kerja-kerja yang PD sudah lakukan selama ini?” –
satu warna kartu pertanyaan.
b. “apa saja yang sudah dihasilkan di lapangan atas praktik-praktik PD
tersebut sebagai bukti?” – kartu warna pertanyaan lainnya.
3. Tempel ke 2 kartu pertanyaan tersebut berjajar ke samping di papan/ kain
tempel. Kemudian minta setiap peserta menuliskan jawabannya sesuai ke – 2
pertanyaan tersebut.
4. Lakukan analisa bersama dengan meminta peserta melihat seluruh hasil dan
membaca dengan cepat. Kemudian minta beberapa orang untuk memberi
komentar “apa yang terjadi?”
5. Berikan penjelasan seperlunya, seperti dalam box berikut:

Namun, dalam praktik di lapangan, kerja seorang pendamping


desa lebih dominan sebagai tenaga pencari kerja, mandor
proyek, pendamping administrasi, dan lain sebagainya.
Padahal dalam Peraturan Kemendesa PDTT No.3/2015 tentang
Pendamping Desa, tujuan pendamping desa, antara lain untuk;
meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerintahan desa
dan pembangunan Desa, meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi
masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif,
meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antar sektor, dan
mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.
Walaupun di beberapa wilayah desa ada banyak sukses-sukses yang sudah
ditempel di dinding.

6. Beberapa pihak mengatakan bahwa ada 4 tipe pendamping desa, yaitu (1)
sebagai aktivis pemberdayaan sejati, (2) sebagai pendamping administrasi
keuangan desa, (3) sebagai konsultan dan (4) sebagai pencari kerja. Tanyakan
kepada peserta “tipe yang mana posisi Anda saat ini?”, “mengapa Anda
memilih tipe tersebut?”.

Kegiatan 2: Merumuskan gagasan perbaikan kinerja pendampingan

1. Minta setiap orang menuliskan 1 (satu) pembelajaran paling penting dan


berkesan selama melakukan pendampingan di lapangan. Pembelajaran ditulis
pada kertas A4.
KN PPID
25
2. Berdasarkan pembelajaran tersebut, minta peserta berkelompok menjadi 4
untuk merumuskan gagasan-gagasan perbaikan untuk meningkatkan kinerja
pendampingan selanjutnya dalam rangka:
a. meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerintahan desa
dan pembangunan Desa, oleh kelompok – 1.

b. meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam


pembangunan desa yang partisipatif, oleh kelompok – 2
c. meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antar sektor, oleh
kelompok – 3
d. mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris, oleh kelompok –
4.

3. Minta setiap kelompok membaca hasilnya dan kelompok lain hanya


mendengar dan boleh meminta penjelasan lanjutan, jika diperlukan (bukan
membantah).

4. Berikan penjelasan jika diperlukan terutama yang berkaitan dengan tugas


pokok pendamping dan etika seorang pendamping.

KN PPID
26
SUB POKOK BAHASAN 2.2

Meningkatkan Kinerja Pendampingan

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi kriteria pendamping desa yang inovatif

2. Menjelaskan nilai tambah kerja pendampingan bagi diri sendiri dan


masyarakat

3. Menunjukkan spirit dan motivasi pendampingan desa.

Waktu:
2 JP (90 menit atau 1 jam dan 30 menit)

Metode:
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Game.

Media:
Lembar Informasi, Lembar Panduan Game

Alat Bantu:
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan.

Proses Penyajian

Kegiatan-1: Mengidentifikasi kriteria Pendamping Desa yang inovatif

1. Jelaskan bahwa sesi ini merupakan kelanjutan dari hasil refleksi


pendampingan sebelumnya yang sudah melahirkan gagasan-gagasan
perbaikan kinerja pendampingan kedepan.

KN PPID
27
2. Selanjutnya berikan 3 lembar kertas meta plan pada masing-masing peserta.
Kemudian mintalah setiap peserta menjawab pertanyaan berikut secara
tertulis dalam 3 meta plan yang berbeda. Untuk satu jawaban gunakan satu
metaplan.

1) Apa Kriteria Pendamping Desa yang inovatif?


2) Apakah Anda sudah memenuhi kriteria sebagai pendamping Desa yang
Inovatif?
3) Apa kegiatan yang akan anda lakukan untuk memenuhi kriteria
sebagai pendamping Inovatif?

Note: setiap pertanyaan dijawab satu persatu dan dibahas, setelah


selesai pembahasan baru dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya
sampai selesai. Setiap jawaban peserta setelah dibacakan oleh setiap
peserta ditempelkan ke media yang telah ditentukan (misalnya:
ruang dinding kelas belajar, dll) dan dikelompokan sesuai dengan
makna/artinya. Matriks berikut dapat dipakai untuk mempermudah
proses.

Kriteria Pendamping Penilaian peserta Upaya menjadi


Inovatif Sudah Belum pendamping
1. Inovatif
2.
3.dst
3. d

4. Setelah selesai, mintalah peserta untuk membacakan jawaban dari pertanyaan


tersebut sebagai tertulis dalam matriks dan mintakan umpan balik ke peserta.
Konfirmasi apakah seluruh jawaban sudah tercatat.
5. Simpulkan terkait Kriteria Pendamping Desa yang inovatif.

Kegiatan-2: Menjadi pendamping Inovatif: Nilai tambah dan motivasi


1. Buatlah kelompok dengan anggota 5-6 orang.
2. Setiap kelompok akan berdiskusi untuk:
a) merumuskan Apa Nilai tambah yang didapat sebagai pendamping desa
yang Inovatif baik untuk diri sendiri dan masyarakat desa?
Jawaban ditulis pada metaplan dan kemudian kelompok menyepakati
menentukan prioritas utama dari jawaban yang menjadi kesepakatan
kelompok.
b) menyepakati dan merumuskan Spirit dan motivasi pendampingan desa
dalam tugas pendampingan.
KN PPID
28
Jawaban ditulis pada kartu metaplan itu. Dari jawaban tersebut, kelompok
menyusun scenario dramatikal dalam gerak tari dan lagu. Tema gerak tari
dan nyanyi ini menggunakan Spirit dan motivasi pendampingan desa
dalam tugas pendampingan.
3. Plenokan setiap hasil kelompok, dengan perwakilan kelompok memaparkan
hasil kelompoknya. Kelompok lain menanggapi dengan motivasi positif yakni
melengkapi dan memberi tambahan dengan basis pengalaman masing
masing.

4. Setelah setiap perwakilan kelompok selesai memaparkan hasil rumusan


kelompoknya, dilanjutkan dengan gerak tari dan lagu dengan tema Spirit dan
motivasi pendampingan desa dalam tugas pendampingan.

5. Setelah semua kelompok tampil dan selesai. Ajak peserta untuk


menyimpulkan dari hasil penyajian diskusi kelompok

KN PPID
29
Pokok Bahasan 3
FASILITASI PERTEMUAN
ANTAR DESA

KN PPID
30
POKOK BAHASAN 3

Fasilitasi Pertemuan Antar Desa

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

• Melakukan fasilitasi pertemuan antar desa dalam pelaksanaan PID

• Melakukan fasilitasi pencairan dan penggunaan dana operasional


kegiatan (DOK).

Sub Pokok Bahasan (SPB)

3.1 Fasilitasi Musyawarah Antar Desa (MAD) dalam Pelaksanan PID


3.2 Fasilitasi Pencairan dan Penggunaan Dana Operasi Kegiatan (DOK)

Waktu

2 JP (90 menit atau 1 jam dan 30 menit)

KN PPID
31
SUB POKOK BAHASAN 3.1

Fasilitasi MAD
dalam Pelaksanaan PID

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. Menjelaskan tujuan MAD dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa.


2. Menyusun langkah-langkah fasilitasi pelaksanaan MAD-I dan MAD-II.

Waktu:
1 JP (45 menit)

Metode:
• Ceramah dan Tanya Jawab, curah pendapat, kerja kelompok.

Media:
• Media tayang, Lembar Informasi dan PTO

Alat Bantu:
Flipt chart, metaplan, spidol, kartu metaplan, laptop dan Infocus.

Proses Penyajian:
Kegiatan 1: MAD dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa

1. Jelaskan tentang tujuan MAD dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa


melalui media tayang 3.1.1 MAD; beserta hal-hal yang harus disiapkan.
2. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan terkait penjelasan
tersebut;
3. Berikan penegasan terhadap dialog yang berkembang terkait pelaksanaan
MAD I dan MAD II.
KN PPID
32
Kegiatan 2: langkah-langkah fasilitasi pelaksanaan MAD (20 menit)—Kerja
Kelompok dan Pleno.
1. Bagi peserta menjadi dua kelompok untuk membahas hal-hal berikut:

a. Kelompok satu membahas langkah-langkah fasilitasi pelaksanaan


MAD I,
b. kelompok dua membahas langkah-langkah fasilitasi pelaksanaan
MAD II;
2. Berikan pengantar kepada dua kelompok peserta untuk melakukan diskusi
dengan menayangkan media tayang 3.1.2 Form Diskusi MAD I dan MAD
II;
3. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk melakukan diskusi, dan
menuangkan hasilnya pada kertas plano atau ditulis dalam komputer;
4. Minta kedua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya; dan berikan
kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi paparan hasil diskusi
kelompok yang sedang dipaparkan;
5. Berikan penegasan terhadap hasil diskusi yang berkembang dalam kelompok
dan tanggapan peserta yang lainnya;
6. Tutup sesi ini dengan penegasan bahwa MAD memiliki peran penting dalam
pelaksanaan program inovasi desa.

KN PPID
33
Media Tayang 3.1.1.

Posisi MAD dalam Alur Kegiatan Program Inovasi Desa

KN PPID
34
Media Tayang 3.1.2

Form Diskusi Kelompok MAD I dan MAD II

Penyelenggaraan MAD I

PROSES/LANGKAH-
TAHAPAN PERAN PD HASIL/OUTPUT
LANGKAH
Persiapan 1. 1. 1.
2. 2..
2. 1. 1.
2. 2.
3. 1. 1.
2. 2.
Pelaksanaan 1. 1. 1.
2. 2.
3.
2. 1. 1.
2. 2.
3. 1. 1.
2. 2.

Penyelenggaraan MAD II

TAHAPAN PROSES PERAN PD HASIL/OUTPUT


Persiapan 1. 1. 1.
2. 2.
3.
2. 1. 1.
2. 2.
3. 1. 1.
2. 2.
3.
Pelaksanaan 1. 1. 1.
2. 2.
2. 1. 1.
2. 2.
3. 1. 1.
2. 2.
3.

KN PPID
35
SUB POKOK BAHASAN 3.2

Fasilitasi Penggunaan
Dana Operasional Kegiatan (DOK)

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

• Menjelaskan ketentuan penggunaan Dana Operasional Kegiatan


• Menjelaskan mekanisme pencairan Dana Operasional Kegiatan beserta
dokumen administrasi pencairan yang dipersyaratkan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode

• Ceramah Tanya Jawab dan Sharing Pengalaman.

Media

• Media tayang, Lembar Informasi dan PTO

Alat Bantu

Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

Proses Penyajian
Kegiatan-1: Memahami Ketentuan Penggunaan DOK - PID
1. Buka dengan salam dan jelaskan maksud dan tujuan sesi ini dan proses
belajar yang akan dilaksanakan

2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan penggerak


a. Apa tujuan penggunaan DOK -PID bagi PD?
b. Siapa yang bertanggungjawab atas pengelolaan dana DOK-PID?
c. Apa Peran PD dalam pengelolaan DOK?
KN PPID
36
3. Berikan kesempatan peserta untuk mengemukan pendapatnya dan berikan
kesempatan untuk melengkapi jawaban tersebut.

4. Tayangkan presentasi ketentuan penggunaan DOK – PID dan beri


kesempatan untuk melakukan tanya jawab.
5. Tegaskan kesimpulan tetang ketentuan penggunaan DOK -PID bahwa TPID
bertanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaaan DOK-PID. Peran PD
adalah memberikan bantuan teknis kepada TPID (i) dalam penyusunan
penggunaan DOK dan (ii) penyusunan administrasi pencairan dan
pertanggungjawaban penggunaan DOK sesuai ketentuan berlaku. PD tidak
boleh terlibat sama sekali dalam pengelolaan DOK-PID.

Kegiatan 2: Mekanisme pencairan DOK-PID


1. Lakukan tanya jawab “Apa yang dimaksud dengan mekanisme pencairan?”

2. Jelaskan melalui media tayang 3.2.1 (mekanisme pencairan), dan media


tayang 3.2.2 (syarat dokumen pengajuan dana 75% tahap I dan 25% tahap II
dana DOK), serta melalui media tayang 4.2.3 (rincian penggunaan DOK);

3. Lakukan diskusi dalam pleno “(i) Apa saja potensi terhambatnya pencairan
DOK -PID, dan (ii) Bagaimana Pendamping Desa mengantisipasi potensi
keterlambatan tersebut?

4. Akhiri sesi ini dengan penegasan bahwa pendampingan terhadap TPID


sangat penting untuk memastikan bahwa penggunaan DOK efektif, dan
dapat dipertanggungjawaban secara transparan dan tepat waktu.

KN PPID
37
Pokok Bahasan 4
PENDAMPINGAN TPID DALAM
PEMANFAATAN PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA
(P2KTD)

KN PPID
38
POKOK BAHASAN 4

PENDAMPINGAN TPID
DALAM PEMANFAATAN PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA
(P2KTD)

Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
• Melakukan pendampingan kepada Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) dalam
memfasilitasi kerjasama peningkatan kapasitas teknis Desa.

Sub Pokok Bahasan (SPB):


4.1 Fasilitasi Identifikasi dan Verifikasi Kebutuhan P2KTD
4.2 Fasilitasi Perumusan dan Prioritas Kebutuhan P2KTD
4.3 Fasilitasi Desa dalam Pemanfaatan P2KTD

Waktu:
3 JP (135 menit atau 2 jam dan 15 menit)

KN PPID
39
SUB POKOK BAHASAN 4.1.

Identifikasi dan Verifikasi kebutuhan


Peningkatan Kapasitas Teknis Desa

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu mengartikulasikan
tahapan dan proses Identifikasi serta Verifikasi kebutuhan P2KTD

Waktu:
1 JP (45 Menit)

Metode:
Pemaparan, Tanya Jawab, Curah Pendapat, Diskusi Development Video/ Film,
Kerja Kelompok, dan Pleno.

Media:
• Lembar Kerja 4.1.1; Daftar Usulan Kegiatan yang membutuhkan P2KTD
• Media Tayang 4.1.2: Formulir Rekapitulasi Usulan dan Penilaian Kegiatan
Desa yang membutuhkan P2KTD
• Lembar Informasi 4.1.3: “Tabel Rekomendasi Kebutuhan P2KTD”

Alat Bantu:
Flipt chart, Kertas Plano, Kertas Metaplan, Spidol, Laptop, dan Infocus.

Proses Penyajian:
Kegiatan-1: Makna dan Hakekat dari Proses Identifikasi serta Verifikasi
kebutuhan P2KTD
1. Jelaskan tujuan, metode dan waktu yang dibutuhkan dalam pembahasan
tentang “Identifikasi dan Verifikasi kebutuhan Penyedia Jasa Layanan Teknis
(P2KTD)”.
KN PPID
40
2. Awali dengan curah pendapat tentang “makna dan hakikat dari proses
Identifikasi dan Verifikasi” dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kunci sebagai berikut:
a. Apa yang anda pahami tentang proses identifikasi dan verifikasi yang
dilakukan oleh TPID dalam memenuhi kebutuhan P2KTD di Desa.
b. Apa Peran Pendamping Desa dalam proses identifikasi dan verifikasi
tersebut?
3. Gunakan kertas plano untuk mencatat hal-hal pokok yang dikemukakan
peserta;
4. Lakukan penegasan tentang isu-isu krusial terkait pemahaman proses
Identifikasi dan Verifikasi bagi kebutuhan P2KTD di desa. Gunakan Lembar
Informasi atau Media Tayang.

Kegiatan-2: Mengidentifikasi dan Memverifikasi Kebutuhan P2KTD


1. Jelaskan kembali tentang makna “Mengidentifikasi dan Memverifikasi
Kebutuhan P2KTD” berdasarkan hasil diskusi pembelajaran sebelumnya;
2. Bagikan Format dan dilengkapi dengan contoh yang dibutuhkan dalam
proses identifikasi dan verifikasi kebutuhan P2KTD berikut kepada setiap
peserta;
a. Format dan Contoh Daftar Usulan Kegiatan yang Membutuhkan P2KTD
(LK 4.1.1)
b. Contoh Pengisian Formulir Rekapitulasi Usulan-Hasil Identifikasi
Kebutuhan P2KTD *) Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) –(LK 4.1.2)
c. Contoh Pengisian Tabel rekomendasi kebutuhan P2KTD–TPID (LK 4.1.3)
3. Jelaskan dan diskusikan format-format di atas, minta peserta melengkapi
contoh-contoh berdasarkan pengalaman selama ini.

Pelatih memberikan penegasan bahwa penilaian usulan desa


oleh TPID dilakukan dengan melihat: 1) ketersediaan tenaga
ahli setempat termasuk pendamping, 2) kegiatan sudah
teralokasi dalam APBDesa, 3) ketersediaan kader lokal sesuai
bidang kegiatan. Ketiga hal tersebut menjadi dasar bagi
penilaian awal yang dilakukan oleh TPID untuk menentukan kebutuhan
jasa layanan teknis. Minima 2 dari 3 poin penilaian tersebut harus
terpenuhi oleh Desa. Khusus untuk poin 3. jika kader belum tersedia di
desa, masih dapat dipertimbangkan jika Desa tersebut memiliki
komitmen untuk menyediakan kader. PD dan PLD dapat membantu
memfasilitasi penyediaan kader, jika belum tersedia melalui musyawarah
desa.

KN PPID
41
Pelatih memberikan penegasan bahwa proses identifikasi
kebutuhan layanan teknis dapat dilakukan dalam dua cara:
Pertama, Desa dapat mengusulkan kegiatan pembangunan yang
membutuhkan layanan P2KTD dengan cara mengusulkan
langsung daftar kegiatan tersebut kepada TPID. Kedua, TPID
melakukan identifikasi kegiatan yang membutuhkan layanan teknis ke
Desa. Hasil identifikasi dan usulan kegiatan tersebut, selanjutnya
direkapitulasi oleh TPID dalam bentuk daftar usulan kebutuhan P2KTD.
Daftar usulan tersebut selanjutnya diserahkan kepada TIK –Pokja P2KTD
untuk diverifikasi dan mendapatkan rekomendasi P2KTD yang dapat
memberikan dukungan teknis berdasarkan usulan tersebut. Berdasarkan
rekomendasi dari Pokja P2KTD-TIK, selanjutnya TPID melakukan
perumusan dan penetapan P2KTD berdasakan jenis (3 bidang layanan) dan
cakupan wilayah kerja yang akan mendapatkan layanan teknis.
Berdasarkan rekomendasi tersebut, TPID akan melakukan kontrak
kerjasama dengan P2KTD terpilih.

4. Lakukan penegasan tentang isu-isu krusial terkait cara pengisian form


Identifikasi dan Verifikasi bagi kebutuhan P2KTD. Gunakan Lembar
Informasi atau Media Tayang

KN PPID
42
KN PPID
Lembar Kerja/Tayang 4.1.1

43
Daftar Usulan Kegiatan Yang Membutuhkan PJLT
Contoh Pengisian Formulir Usulan Kegiatan yang Membutuhkan Layanan Teknis di

TA …………
Desa :SEKARSARI
Sekarsari
Kecamatan : DEPOK
Kabupaten : SLEMAN
Jenis layanan Ketersediaan
Biaya dalam Ketersediaan
No Usulan Kegiatan Lokasi Tujuan Kegiatan Penerima manfaat teknis yang SDM lokal yang
APBdes Calon Kader
dibutuhkan memiliki keahlian
Meningkatkan
1 Peningkatan kapasitas guru PAUD Dsn. Sukajaya profesionalitas guru 5 orang guru PAUD Pelatihan Rp.7,500,000,- 2 orang tidak ada
PAUD
Bimbingan teknis dan
Tersedianya listrik belum ada, tapi PP tidak mempunyai
2 Pembangunan tenaga mikro hidro Dsn. Sukamakmur 50 kepala keluarga pendampingan Rp.75,000,000,-
dusun akan disediakan keahlian
pemeliharaan
……………., …………………………………………
Kepala Desa
(____________________________)

Desa
Lembar Kerja/Tayang 4.1.2

Contoh Pengisian Formulir Rekapitulasi Usulan dan Penilaian Kegiatan Desa yang
membutuhkan P2KTD

Rekapitulasi Usulan dan Penilaian Kegiatan Desa Yang Membutuhkan PJLT


TA …………
Kecamatan DEPOK
Kabupaten SLEMAN

Jenis layanan Ketersediaan Hasil


Biaya dalam Ketersediaan
No Nama Desa Usulan Kegiatan Tujuan Kegiatan Penerima manfaat teknis yang SDM lokal yang Penilaian
APBdes (Rp.) Kader
dibutuhkan memiliki keahlian (layak/tidak)

meningkatkan
1 Sekarsari Peningkatan kapasitas guru PAUD profesionalitas guru 5 orang guru PAUD Pelatihan 2.500.000,- 2 orang tidak ada layak
PAUD

Bimbingan teknis
Tersedianya listrik belum ada, tapi PP tidak mempunyai
2 Sekarsari Pembangunan tenaga mikro hidro 50 kepala keluarga dan pendampingan 75.000.000,- layak
dusun akan disediakan keahlian
pemeliharaan

Agar lingkungan yang


lebih nyaman dan
Pengelolaan sampah desa berbasis PP tidak mempunyai
3 Makmurjaya meningkatkan 10 orang Pelatihan 25.000.000 1 orang layak
masyarakat keahlian
pendapatan
masyarakat

Meningkatkan
kemampuan
perangkat desa dalam Bimbingan teknis PP mempunyai
4 Sukaringin Peningkatan kapasitas bagi perangkat desa 3 orang perangkat desa 10.000.000 belum ada tidak
membuat laporan dan pendampingan keahlian
pertanggungjawaban
keuangan

Pembuatan sumur ada 1 tenaga ahli di


5 Meranti Pembuatan sumur bor Penyediaan air bersih 4 kepala keluarga 30.000.000 1 orang tidak
bor desa

Peningkatan kapasitas perajin tas blok Meningkatkan nilai ada 1 tenaga ahli di
6 Karangrejo 20 orang Pelatihan 20.000.000 3 orang layak
ransel jual desa

Menciptakan
lingkungan yang lebih
Peningkatan kapasitas pengelolaan sampah nyaman dan Konsultasi,
7 Karangrejo 5 orang 35.000.000 1 orang SDM lokal tidak ada layak
desa menigkatkan pendampingan
pendapatan
masyarakat

Menyediakan rumah Bimbingan teknis


8 Beringin Rehab rumah sehat 3 orang 75.000.000 belum ada SDM lokal ada tidak
layak huni dan pendampingan

Meningkatkan
Peningkatan distribusi penjualan produk Pengembangan PP dan SMD lokal tdk
9 Triwarno produksi dan 15 orang 30.000.000 belum ada layak
kuningan jejaring ada
pendapatan

Mengurangi SDM dan PP tidak


10 Warnawarni Pengadaaan sarana biopori 10 kepala keluarga Bimbingan teknis 10.000.000 2 orang layak
genangan air ada

……………., …………………………………………

Tim Pengelola Inovasi Desa

(________________________________)

KN PPID
44
Lembar Kerja/Tayang 4.1.3

Contoh Pengisian Tabel Rekomendasi P2KTD

Tabel Rekomendasi Kebutuhan PJLT


TPID Kecamatan : DEPOK

PJLT yang
No Kegiatan Lokasi Jenis layanan Jumlah Dana Hasil Verifikasi
direkomendasikan
1 Peningkatan guru PAUD Sekarsari Pelatihan 2,500,000 layak Himpaudi

Bimbingan teknis dan


2 Pembangunan mikro hidro Sekarsari pendampingan 75,000,000 layak PT.Griya lestari
pemeliharaan

Pengelolaan sampah
3 Makmurjaya Pelatihan 25,000,000 layak LSM Pesona Alam
berbasisi masyarakat

Peningkatan kapasitas
4 Karangrejo Pelatihan 20,000,000 layak LSM Bintang gading
perajin tas blok ransel

Peningkatan kapasitas Konsultasi,


5 Karangrejo 35,000,000 layak LSM Adikarya Abadi
pengelolaan sampah desa pendampingan

Peningkatan distribusi
6 penjualan produk Triwarno Pengembangan jejaring 30,000,000 layak Bina Kreatif
kuningan

7 Pengadaan sarana biopori Warnawarni Bimbingan teknis 10,000,000 layak Banguncipta

Tim Inovasi Kabupaten ………


Kelompok Kerja PJLT

Ketua Sekretaris

(____________________) ( ________________________ )

KN PPID
45
SUB POKOK BAHASAN 4.2

Fasilitasi Perumusan
dan Prioritas Kebutuhan
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Menguraikan peran Pendamping Desa (PD) dalam memfasilitasi TPID
melakukan proses perumusan dan prioritas kebutuhan P2KTD.

2. Menjelaskan tata cara fasilitasi TPID dalam merumuskan dan


memprioritaskan kebutuhan P2KTD bagi Desa.

Waktu:
1 JP (45 Menit)

Metode:
Pemaparan, curah pendapat dan diskusi

Media:
Media tayang, Lembar Informasi. Lembar Kerja 4.2.1.

Alat Bantu:
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

KN PPID
46
Proses Penyajian:
Kegiatan 1: Peran PD dalam Memfasilitasi Tahap Perumusan dan Prioritas
Kegiatan P2KTD bagi Desa
1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini. Sesi ini
penting sebagai acuan PD dalam mendampingi TPID merumuskan dan
menetapkan prioritas kegiatan P2KTD bagi Desa.
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
• Apa saja yang menjadi lingkup kegiatan perumusan dan prioritas
kegiatan P2KTD bagi Desa?
• Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh PD dalam membantu
TPID melakukan perumusan dan penetapan prioritas kegiatan P2KTD
agar sesuai dengan kebutuhan pembangunan Desa?
3. Bagikan contoh pengisian hasil perumusan dan prioritas pemanfaatan
P2KTD
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat dan
gagasannya;
5. Buatlah catatan penting dari hasil curah pendapat yang telah dilakukan;

Kegiatan 2: Rangkuman dan Penutup


1. Untuk memastikan pencapaian tujuan pembelajaran, ajukan pertanyaan
kepada beberapa peserta:
a) “Jelaskan apa saja peran PD dalam memfasilitasi TPID melakukan
proses perumusan dan prioritas kegiatan P2KTD bagi Desa!”,
2. Lakukan pembulatan dengan menyajikan media tayang yang telah
disediakan, kemudian tutup sesi.

KN PPID
47
Lembar Kerja/Tayang 4.2.1
Contoh Pengisian
Hasil Perumusan dan Prioritas Pemanfaatan PJLT

Kecamatan : DEPOK
Kabupaten : SLEMAN
Kriteria Prioritas Usulan

Selaras Layanan
No Kegiatan Lokasi Komitmen Manfaat Partisipasi Nilai Ranking
kebijakan Sosial
Replikasi Masyarakat Masyarakat
Pemerintah Dasar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Peningkatan guru
1 Sekarsari ٤ 4 4 4 4 20 1
PAUD
Pembangunan mikro
2 Sekarsari 4 1 4 3 1 13 5
hidro
Pengelolaan sampah
3 Makmurjaya 3 3 4 3 1 14 4
berbasis masyarakat
Peningkatan kapasitas
4 Karangrejo 4 4 4 3 1 16 3
perajin tas blok ransel
Peningkatan kapasitas
5 pengelolaan sampah Karangrejo 2 3 3 2 1 11 7
desa
Peningkatan distribusi
6 penjualan produk Triwarno 3 3 3 3 1 12 6
kuningan
Pengadaan sarana
7 Warnawarni 4 4 4 4 3 19 2
biopori

Hasil Perangkingan Prioritas Kegiatan PJLT:

1. Peningkatan kapasitas guru PAUD


2. Pengadaaan sarana biopori
3. Peningkatan kapasitas perajin tas blok ransel
4. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
5. Pembangunan mikro hidro
6. Peningkatan distribusi penjualan produk kuningan
7. Peningkatan pengelolaan sampah desa

Tim Pengelola Inovasi Desa


Ketua

(_______________________)

KN PPID
48
SUB POKOK BAHASAN 4.3

Fasilitasi Pelaksanaan Kerjasama


Peningkatan Kapasitas Teknis Desa

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

- Menjelaskan maksud, tujuan dan peran Pendamping Desa (PD) dalam tahap
pemanfaatan P2KTD di Desa;

Waktu:

1 JP (45 Menit)

Metode:

Pemaparan, sharing dan curah pendapat

Media:

Media tayang dan Lembar Informasi

Alat Bantu:

Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

KN PPID
49
Proses Penyajian:

Kegiatan 1: Peran PD dalam Memfasilitasi TPID dalam Tahap Pemanfaatan


P2KTD di Desa

1. Jelaskan sub pokok bahasan, tujuan, metode dan waktu yang digunakan
dalam sesi ini. Pembahasan ini acuan PD dalam memfasilitasi tahapan
pemanfaatan jasa layanan teknis di Desa;

2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan:


• Apa saja yang menjadi ruang lingkup kegiatan pemanfaatan P2KTD di
Desa?
• Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh PD dalam memfasilitasi
TPID dan Desa pada tahap pemanfaatan P2KTD?
• Bagaimana proses atau tahapan fasilitasi PD pada tahap pemanfaatan
P2KTD?
• Hal-hal apa saja yang menjadi hambatan dan tantangan dalam proses
fasilitasi tersebut dan bagaimana cara mengatasinya?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat dan


gagasannya;

4. Jelaskan dengan bahan tayang tentang tahapan pemanfaatan P2KTD


terutama yang berkaitan dengan;
a) Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
b) Orientasi P2KTD
c) Pertanggungjawaban kegiatan P2KTD

5. Buatlah catatan penting dari hasil curah pendapat yang telah dilakukan;

Kegiatan 2 Rangkuman dan Penutup

1. Untuk memastikan pencapaian tujuan pembelajaran, ajukan pertanyaan


kepada beberapa peserta:
a) “Jelaskan Peran PD dalam tahap pemanfaatan P2KTD di Desa !”
2. Lakukan pembulatan dengan menyajikan media tayang yang telah
disediakan, kemudian tutup sesi.

KN PPID
50
Pokok Bahasan 5
FASILITASI PENGELOLAAN
PENGETAHUAN INOVASI DESA

KN PPID
51
POKOK BAHASAN 5

Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan


Inovasi Desa (PPID)

Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

• Melakukan pendampingan kepada Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) dalam


Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Sub Pokok Bahasan (SPB):

5.1 Identifikasi dan Verifikasi Inovasi

5.2 Capturing

5.3 Bursa Inovasi Desa

Waktu:

5 JP (225 menit atau 3 jam dan 45 menit)

KN PPID
52
SUB POKOK BAHASAN 5.1

Identifikasi dan Verifikasi Inovasi Desa

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:


1. Menjelaskan unsur-unsur dan kriteria inovasi dalam PID,
2. Mengidentifikasi pengetahuan dan inovasi desa yang benar-benar inovatif
(sesuai kriteria PID), original dan aplikatif,
3. Menjelaskan cara sederhana melakukan verifikasi dan validasi terhadap
pengetahuan dan inovasi desa.

Waktu:
1 JP (45 menit)

Metode:
Ceramah dan tanya jawab, curah pendapat.

Media:
Media tayang, film inovasi pilihan, Lembar Informasi dan PTO

Alat Bantu:
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

Proses Penyajian:
Kegiatan 1: Memahami Inovasi

1. Jelaskan maksud dan tujuan dari SPB serta metode dan waktu yang akan
digunakan dalam sesi ini.
2. Melalui media tayang SPB “Mendefinisikan dan Mengidentifikasi
Inovasi”, ajak peserta untuk curah pendapat dengan menanyakan pendapat
peserta tentang:
KN PPID
53
a. “apa yang mereka maksud atau pahami tetang inovasi?”
b. “apa saja unsur-unsur yang harus ada dalam inovasi?”,
3. Catat jawaban pada kertas plano atau kartu-kartu meta plan. Dari ungkapan
peserta tersebut, temukan dan ulang pendapat yang dinilai masuk sebagai
unsur inovasi.
4. Sampaikan melalui Media Tayang “Unsur-Unsur Inovasi” yang harus ada
pada sebuah inovasi dalam PID. Berikan kesempatan peserta untuk
menyampaikan tanggapan dan berdiskusi terkait unsur-unsur yang harus
ada dalam inovasi.
5. Gali dari peserta jika sekiranya ada contoh-contoh inovasi dari pengalaman
mereka bertugas di daerah masing-masing.
6. Ajak peserta lain untuk menanggapi “apakah contoh inovasi yang
disampaikan peserta itu layak disebut inovasi (jika berpegang pada unsur-
unsur yang harus ada pada sebuah inovasi)?”.
7. Sampaikan rangkuman melalui bahan/media Tayang Definisi Inovasi
dalam PID.

Kegiatan 3: Mengidentifikasi dan Menyortir Inovasi

1. Jelaskan kepada peserta:

Dalam PPID-PID menunjukan bahwa, pendokumentasian


pengetahuan dan inovasi desa itu harus melalui sejumlah
tahap atau prosedur sebelum disebarkan ke khalayak
umum.

2. Tanyakan kepada peserta “apa saja tahapan/prosedur pendokumentasian


pengetahuan dan inovasi desa yang penting sebelum disebarkan ke
khalayak?” Catat jawaban peserta pada kertas plano.

3. Informasikan kepada peserta melalui Media Tayang “Mengidentifikasi


dan Menyortir Inovasi”.

bahwa tahapan yang harus dilalui adalah: (1) identifikasi, (2)


dokumentasi-capturing awal, (3) verifikasi, (4) dokumentasi-
capturing, (5) validasi, (6) simpan-tayang-sebar.

KN PPID
54
4. Lakukan curah pendapat dan sharing dengan mengajukan pertanyaan
berikut ini:
a. Kenapa identifikasi itu harus dilakukan?”.
b. Bagaimana cara Anda mengidentifikasi inovasi selama ini (Minta
peserta yang sudah berpengalaman untuk sharing)
5. Sampaikan kepada peserta melalui media tayang langkah-langkah
mengidentifikasi inovasi, disertai dengan tanya jawab.
6. Lakukan curah pendapat, “bagaimana Cara Menyortir Inovasi” yang selama
ini dilakukan oleh mereka. Tampung dan catat jawaban peserta pada kertas
plano.
7. Sampaikan melalui Media Tayang Cara Menyortir Informasi.
8. Berikan kesempatan peserta untuk menyampaikan tanggapan dan
berdiskusi terkait “Cara Menyortir Inovasi”. Jika tidak ada, tunjuk 2-3
peserta yang kurang aktif untuk berpendapat.

Kegiatan 4: Memverifikasi dan Validasi Inovasi

1. Tanyakan kembali kepada peserta apakah ada yang sudah melakukan


capturing?, kemudian lanjukan dengan pertanyaan berikut:
a. Apakah melalui tahap verifikasi?” bagaimana melakukannya...?
b. Bagaimana seharusnya melakukan verifikasi pengetahuan dan
inovasi menurut mereka!”.
c. Kenapa verifikasi itu penting?”.
2. Sampaikan melalui Media Tayang Memverifikasi dan Memvalidasi
Inovasi “Kenapa Harus Verifikasi..?”, dan berikan kesempatan peserta untuk
menyampaikan tanggapan dan berdiskusi.
3. Tanyakan pula kepada peserta,
a) “siapa yang seharusnya melakukan verifikasi?” dan
KN PPID
55
b) “kapan verifikasi harus dilakukan?”. Lakukan curah pendapat.
4. Ulangi pendapat yang mendekati “Tahapan Verifikasi”.
5. Sampaikan melalui Media Tayang Memverifikasi dan Memvalidasi Inovasi
6. Tutup sesi dengan kesimpulan.

KN PPID
56
SUB POKOK BAHASAN 5.2

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pentingnya capturing dan tahapan dalam menangkap
(capturing) inovasi desa;
2. Menguraikan kapasitas-kapasitas dasar yang diperlukan untuk melakukannya;
3. Menyebutkan metode-metode capturing untuk mendapatkan informasi yang
tepat dan lengkap;
4. Menguraikan template dokumen pembelajaran Capturing dengan perangkat
5W1H .

Waktu:
2 JP (90 menit atau 1 jam dan 30 menit)

Metode:
Penjelasan, tanya jawab, sharing, curah pendapat, kerja kelompok.

Media:
Media tayang, film inovasi pilihan, Lembar Informasi, “Buku Kecil itu Indah,”

Alat Bantu:
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

Proses Penyajian:

Kegiatan 1: Makna dan metode capturing

1. Ajak peserta untuk curah pendapat tentang makna kegiatan capturing,


pengetahuan tacit dan eksplisit;
2. Jelaskan makna dari capturing dan tunjukkan posisi capturing pada tahapan
proses di Materi Tayang dan bahwa:
KN PPID
57
dalam Program Inovasi Desa terdapat tahapan capturing
awal/sederhana dan tahapan capturing lengkap;

3. Jelaskan dan berikan pemahaman bahwa:

Capturing adalah pendokumentasian atas pengetahuan


tacit dan pengalaman dalam pemanfaatan dana desa yang
inovatif agar dapat disebarkan ke desa lain untuk
direplikasikan atau dikembangkan;

4. Tegaskan kembali tujuan dari kegiatan capturing dan peran yang akan
diemban oleh para pelaku;
5. Sampaikan kepada peserta bahwa:

Hal terpenting dalam proses capturing untuk PID adalah


pemahaman akan konsep capturing dan kriteria inovasi,
dan tidak hanya memiliki kemampuan menulis atau IT;

Langkah-langkah capturing bisa memanfaatkan perangkat


yang mereka miliki dan tidak harus perangkat canggih dengan biaya
mahal;

6. Melalui Materi Tayang tentang Kurva Lupa, tegaskan bahwa:

- pentingnya pengalaman inovatif untuk di-capture sesegera mungkin;


- ada banyak pilihan metode untuk melakukan capturing dan perlu
ditentukan sejak awal metode apa yang akan digunakan;
- metode yang akan digunakakn dalam pelatihan adalah wawancara yang
merupakan metode paling umum;

7. Ajak peserta untuk curah pendapat tentang “siapa yang paling tepat
dijadikan sebagai narasumber wawancara?”; Kemudian Jelaskan bahwa:

narasumber adalah seseorang yang memiliki pengetahuan


tentang inovasi yang menjadi target capturing dan tidak
perlu seorang pakar akademis;

8. Tanyakan kepada peserta bila ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut
sebelum masuk ke bagian selanjutnya.

Kegiatan 2: Kapasitas dasar untuk melakukan capturing


KN PPID
58
1. Jelaskan bahwa kegiatan capturing memerlukan beberapa kapasitas dasar
dalam mengumpulkan informasi;

2. Ajak peserta berdiskusi tentang “kapasitas dasar apa saja yang diperlukan
untuk mengumpulkan informasi?”;
3. Berikan contoh bahwa:

Contoh:

untuk mencari pengetahuan inovatif, seseorang


memerlukan kapasitas dasar dalam berkomunikasi, dapat
menjalin dan menjaga hubungan interpersonal yang baik,
memiliki keingintahuan, menjaga obyektifitas terhadap subyek, dapat
menempatkan diri pada subyek, tidak berpihak, terbuka menerima
masukan;

4. Bagi peserta dalam 3 kelompok: (1) komunikasi, (2) pengetahuan, dan (3)
teknologi;
5. Setiap kelompok membahas selama 5 menit “kapasitas dasar apa saja yang
diperlukan dalam melakukan capturing sesuai dengan tema kelompoknya
masing-masing”;
6. Jawaban hasil diskusi kelompok ditulis pada flip chart; Kemudian dipaparkan
dengan cepat;

7. Tunjukkan materi tayang berisi kapasitas-kapasitas dasar yang


diperlukan dengan tambahan dari peserta yang menurut pelatih sesuai
untuk disertakan;

Kegiatan 3: Menuliskan hasil kumpulan informasi untuk penyusunan


Dokumen pembelajaran
1. Ajak peserta untuk melakukan kilas balik tentang kegiatan-kegiatan
sebelumnya, dari mulai mengidentifikasi inovasi, melakukan verifikasi dan
validasi, hingga persiapan capturing, dan pastikan mereka telah
memahaminya dengan baik; Tujuannya adalah:

untuk menghasilkan dokumen pembelajaran dalam bentuk


tulisan maupun video tentang inovasi desa;

2. Bagikan lembar contoh dokumen pembelajaran sebagai informasi dan


jelaskan secara garis besar bahwa format ini yang digunakan untuk
memudahkan pengumpulan informasi dan penyebarannya;

KN PPID
59
3. Berikan penjelasan singkat tentang tiap bagian; Tegaskan untuk mengingat
prinsip 5W1H: what (apa), where (di mana), who (siapa), when (kapan), why
(kenapa), dan how (bagaimana);
4. Pastikan bahwa peserta memahami perlunya menggunakan template
tersebut dan tidak memakai template lain;

5. Tunjukkan contoh dokumen pembelajaran yang telah resmi dicetak dan


yang diambil dari “Buku Kecil itu Indah,” lalu tanyakan kepada peserta
dokumen mana yang lebih mudah bagi mereka untuk melakukan replikasi
inovasi dan kenapa;
6. Jelaskan pentingnya tahapan-tahapan wawancara untuk bisa menjabarkan
proses terjadinya inovasi sehingga mudah direplikasi;

7. Tanyakan kepada peserta hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk


memperbaiki dokumen dari kedua buku;

Kegiatan 5: Penutup dan kilas balik


1. Ajak peserta untuk duduk melingkar dan berbagi tentang poin apa saja yang
mereka pahami dari kegiatan pada sesi kali ini;

2. Ajak peserta untuk berbagi tantangan-tantangan dalam melakukan


capturing dan apa yang membuat mereka bersemangat melakukannya;
3. Bagikan lembar evaluasi harian kepada peserta dan minta mereka
menyerahkannya sebelum keluar kelas.

KN PPID
60
SUB POKOK BAHASAN 5.3

Bursa Inovasi Desa


(BID)

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan Bursa Inovasi Desa
2. Menguraikan alur dan tahapan Bursa Inovasi Desa

Waktu:
1 JP (45 menit)

Metode:
Penjelasan, tanya jawab, curah pendapat, dan sharing

Media:
Media tayang dan Lembar Informasi

Alat Bantu:
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

Proses Penyajian:

Kegiatan-1: Pengertian dan Tujuan Bursa Inovasi Desa


1. Jelaskan tentang sub pokok bahasan, tujuan, metode dan waktu yang akan
digunakan dalam sesi ini.
2. Ajukan pertanyaan penggerak “apa yang anda ketahui tentang Bursa Inovasi
Desa?”. Beri kesempatan peserta untuk berpendapat tentang tujuan dan
manfaat BID, tulis jawaban peserta pada flipt chat,
3. Rumuskan kesimpulan tentang pengertian dan tujuan BID

KN PPID
61
Bursa Inovasi Desa (BID) merupakan sebuah forum
penyebaran dan pertukaran inisiatif atau inovasi masyarakat
yang berkembang di desa-desa.
BID dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan Pemerintah
Desa akan solusi bagi penyelesaian masalah, serta inisiatif atau alternatif
kegiatan pembangunan desa dalam rangka penggunaan Dana Desa yang
lebih efektif dan inovatif. BID diselenggarakan dengan tujuan:
1. Mendiseminasikan informasi pokok terkait Program Inovasi Desa
(PID) dan Hibah Dana Desa;
2. Menginformasikan rencana kegiatan penyelenggaraan Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa kepada pemangku kepentingan di
tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa;
3. Menginformasikan pelaku yang terlibat dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan
Desa
4. Memperkenalkan inisiatif atau inovasi masyarakat yang berkembang
di Desa dalam menyelesaikan masalah dan mendukung peningkatan
kualitas pembangunan.
5. Menjaring komitmen Pemerintah Desa untuk mengadopsi atau
mereplikasi inisiatif atau inovasi yang diperoleh dalam BID.

Kegiatan-2 : Alur dan Tahapan Bursa Inovasi Desa

1. Jelaskan secara lengkap melalui bahan tayang tentang alur dan tahapan
BID,
2. Lakukan tanya jawab dan curah pendapat serta sharing, sehingga peserta
betul-betul memahami langkah- langkah dan mekanisme BID dengan jelas.
3. Berikan rangkuman untuk memastikan bahwa peserta memahami
mekanisme BID dan mampu memfasilitasi proses BID.

KN PPID
62
Pokok Bahasan 6
DATA DAN INFORMASI

KN PPID
63
POKOK BAHASAN 6

DATA DAN INFORMASI

Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. Memahami data-data yang diperlukan terkait dengan Dana Desa dan


Program Inovasi Desa,
2. Memahami mekanisme validasi data dana desa

3. Mengenal aplikasi SIPEDE dan Geottaging

Sub Pokok Bahasan (SPB):


6.1 Data Program Inovasi Desa
6.2 Validasi Data Dana Desa
6.3 Aplikasi SIPEDE
6.4 Aplikasi Geottaging

Waktu:
7 JP (315 menit atau 5 jam dan 15 menit)

KN PPID
64
SUB POKOK BAHASAN 6.1

Data dalam Program Inovasi Desa

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pentingnya data dalam pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa.
2. Menjelaskan jenis data yang diperlukan terkait penggunaan Dana Desa dan
program Inovasi Desa.

Waktu:
1 JP (45 menit)

Metode:
• Ceramah dan Tanya Jawab, Diskusi Curah Pendapat dan Sharing.

Media:
• Media Tayang 6.1 Pentingnya data dalam pembangunan Desa.
• Media tayang 6.2 Jenis-jenis Data yang diperlukan dalam Program Inovasi
Desa “
Alat Bantu:
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian:
Kegiatan 1: Memahami pentingnya Data dalam Pembangunan Desa
1. Jelaskan tujuan, metode dan waktu yang akan digunakan dari SPB“

2. Diskusikan dengan peserta dalam pleno mengenai pentingnya data dengan


mengajukan pertanyaan berikut ini:
▪ Apakah yang Anda ketahui tentang data, apa bedanya dengan
informasi dan pengetahuan?
▪ Siapa saja yang membutuhkan data pembangunan Desa? Apakah
Pendamping Desa juga membutuhkan data, untuk apa?

KN PPID
65
▪ Siapa yang bertanggungjawab atas penyediaan data Dana Desa? Apa
peran Pendamping Desa?

3. Berikan kesempatan peserta untuk saling menanggapi dan pelatih


melakukan catatan penting atas jawabn peserta pada kertas plano / white
board. Tegaskan perbedaan data dan informasi: Data merupakan fakta,
sedangkan Informasi merupakan data yang sudah terolah.
4. Tayangkan media tayang 6.1 mengenai pentingnya data dalam
pembangunan desa: yang memuat sbb:

Ketersediaan data dan informasi penting untuk penyusunan, pengendalian,


dan evaluasi perencanaan pembangunan Desa. Dengan data yang baik akan
dapat diproyeksikan kondisi yang dicita-citakan, dapat ditetapkan target-
target kinerja sebagai patokan pelaksanaan pembangunan desa sesuai
dengan periodesasinya. Data akan sangat membantu dalam pemberian nilai
bagi prestasi yang telah dicapai, sehingga semakin memperbesar tingkat
akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan pemerintahan.

5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengajukan


pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan,

6. Buatlah rangkuman dari hasil pembahasan bahwa Pendamping Desa juga


membutuhkan Data dalam pendampingan penyusunan perencanaan Desa.

Kegiatan 2: Jenis Data yang terkait dengan Program Inovasi Desa


1. Jelaskan bahwa terkait dengan pelaksanaan UU Desa ada 2 jenis data yang
perlu disediakan: (i) Data Dana Desa, dan (ii) Data Program Inovasi Desa.

2. Tayangkan disertai penjelasan media tayang 6.2 tentang jenis data yang
perlu dikumpulkan Program Inovasi Desa. Beri kesempatan peserta untuk
bertanya. Dan mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

3. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam pengumpulan data.

▪ Apa hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam penyediaan


data program inovasi desa?
▪ Bagaimana cara mengatasi hambatan/kendala yang ada?
4. Tulis jawaban peserta dalam flip chart/white board dengan
pengelompokan sebagai berikut: (i) hambatan, dan (ii) Cara mengatasi
hambatan.
5. Lakukan penegasan terkait isu-isu krusial tentang penyediaan data
program Inovasi Desa.

KN PPID
66
SUB POKOK BAHASAN 6.2

VALIDASI DATA DANA DESA

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan dan validasi data
2. Menjelaskan cara-cara melakukan validasi data

Waktu:
2 JP (90 menit)

Metode:
Ceramah dan Tanya Jawab, diskusi curah pendapat dan sharing.

Media:
• Media Tayang 6.2.1“Validasi Data Pembangunan dan Program Inovasi Desa
• Lembar Informasi 6.2. 2“Validasi Data Pembangunan dan Program Inovasi
Desa”;

Alat Bantu:
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian:
Kegiatan 1: Memahami pentingnya validasi Data

1. Jelaskan tujuan, metode dan waktu yang akan digunakan dari pembahasan
“Validasi Data Pembangunan Desa dan Program inovasi Desa”;
2. Lakukan diskusi pemahaman peserta dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut:
▪ Apakah yang anda ketahui tentang Validasi data?
▪ Mengapa Validasi data penting dilakukan? Dan tujuannya untuk apa?
▪ Apa akibatnya jika proses validasi data diabaikan?
▪ Bagaimana pengalaman Anda dalam melakukan validasi?

KN PPID
67
3. Berikan kesempatan antar peserta untuk berdiskusi dan catat hal-hal yang
penting khususnya dalam memvalidasi data dana desa dan program Inovasi
Desa.
4. Selanjutnya paparkan tentang kebijakan pengolahan data, informasi dan
pengetahuan mencakup latar belakang, tujuan, dan mekanisme pengolahan
data dana desa dan program Inovasi Desa;
5. Berikan kesempatan peserta untuk bertanya dan mengajukan pendapat
terkait hasil paparan yang telah dilakukan; Catat hal-hal pokok yang
berkembang dalam tanya jawab.
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

Kegiatan 2: Melakukan validasi data


1. Minta peserta untuk kembali mempelajari/review desain eksisting data dana
desa dan program inovasi desa.

2. Tayangkan proses validasi data disertai penjelasan dan tanya jawab


3. Beri kesempatan peserta untuk bertanya dan mengajukan pendapat terkait
pengalaman melakukan validasi data.

4. Catat point-point penting dari proses diksusi


5. Lakukan penegasan terkait isu-isu krusial tentang data dan informasi.

KN PPID
68
SUB POKOK BAHASAN 6.3

APLIKASI SIPEDE

Tujuan Pembelajaran:
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pokok-pokok Kebijakan SIPEDE;
2. Memetakan kebutuhan pengembangan SIPEDE;
3. Mengimplementasikan SIPEDE secara berjenjang di lokasi tugas;

Waktu:
2 JP (90 menit atau 1 jam dan 30 menit)

Metode:
Ceramah dan tanya jawab, curah pendapat, kerja kelompok, demonstrasi aplikasi.

Media:
Media tayang, lembar informasi, lembar praktik/penugasan, film,

Alat Bantu:
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, mic, laptop, dan infocus+layer.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Konsep Dasar SIPEDE
1. Jelaskan tentang tujuan, metode dan waktu yang akan digunakan dari
kegiatan pembelajaran tentang Aplikasi SIPEDE;
2. Lakukan curah pendapat dan berbagai pengalaman untuk menggali
pemahaman awal tentang SIPEDE dalam mendukung pelaksanaan Undang-
Undang Desa dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

KN PPID
69
a. Apa yang Anda pahami tentang SIPEDE dalam kerangka pelaksanaan
Undang-Undang Desa?
b. Apakah di Desa Anda telah dikembangkan SIPEDE? Bagaimana sistem
kerjanya?
c. Apa tujuan dikembangkannya SIPEDE?
d. Apa saja manfaat SIPEDE?
e. Siapa saja penerima manfaat SIPEDE?

3. Beri kesempatan peserta untuk mengungkapkan pendapat, kritik dan saran


terkait pertanyaan tersebut;
4. Buat catatan dari hasil curah pendapat dalam metaplan, kertas plano atau
whiteboard. Berikan penegasan beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian dari peserta dengan memaparkan tentang hal-hal pokok dalam
SIPEDE dengan menggunakan Media Tayang.

5. Buatlah rangkuman dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan kegiatan


belajar selanjutnya.

Kegiatan 2: Menjelaskan Kebutuhan Pengembangan SIPEDE


1. Lakukan diskusi tentang bagaimana memetakan kondisi SIPEDE dengan
mengambil salah satu kasus di wilayah kerja pendampingan. Sebagai
panduan gunakan Lembar Kerja 6.3.1;
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya secara pleno;
3. Buatlah catatan dari hasil diskusi dalam metaplan, kertas plano atau
whiteboard;
4. Buatlah penegasan dan rangkuman dari pembahasan yang telah dilakukan.

Kegiatan 3: Praktek Penggunaan SIPEDE


1. Jelaskan Sistem Informasi Pembangunan Desa (SIPEDE) dengan regulasi
yang mendasarinya.
2. Jelaskan secara singkat tentang beberapa hal berikut melalui media tayang:

a. Jenis dokumen keuangan desa untuk dapat pencairan Dana Desa dari
RKUD (Lembar informasi)
b. Proses Pelaporan perkembangan Jumlah Penyaluran Dana Desa
(Agregasi) dari RKUD ke RK Desa Tahap I dan tahap II di Lokus
Kecamatan.
a. Identifikasi dan perkembangan Jumlah Penyaluran (Agregasi)
Penggunaan Dana Desa sesuai bidang kegiatan (Pembanguan Desa,
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemerintahan Desa, & Pembinaan
Kemasyarakatan)

KN PPID
70
3. Fasilitasi umpan balik, dengan memberikan kesempatan peserta untuk
bertanya dan berikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

4. Jelaskan secara singkat tentang panduan tata cara praktek (dengan


menayangkan beberapa format isian lokus Kabupaten) sebagaimana
berikut ini:

a. Pengisian Form Monitoring Dana Desa (RKUD ke RK Desa).


b. Form APB Desa dan mengorganisasi file untuk keperluan upload untuk
lokasi desa yang belum menggunakan SISKEUDES

5. Fasilitasi praktek pengisian format SIPEDE oleh peserta. Minta seluruh


peserta mempraktekkannya.
6. Umpan balikkan hasil praktek ke peserta. Beri kesempatan peserta untuk
bertanya dan berikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
7. Tegaskan dan simpulkan beberapa hal yang menjadi penting untuk
diperhatikan yaitu:

a. Proses transfer RKUD ke RKDesa dan persyaratan administratifnya serta


konsolidasi agregasinya.
b. Pelaporan Penggunaan sesuai dengan bidang Pembangunan desa ke
dalam 4 bidang lokus Kab/Kec/Desa.
c. Monitoring dilakukan berkala sesuai dengan update Pelaporan di Desa
dan di agregasi di kabupaten.

KN PPID
71
Lembar Kerja 6.3.1

Matrik Diskusi Kajian Kebutuhan Pengembangan SIPEDE

Cakupan Potens
Inisiasi
No / Manfa i Daya Permasalah Solu
SIPEDE Pengembang
. Jangkaua at Dukun an si
an
n g
A. Kabupate
n

B. Desa

Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok
dapat memberikan tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan.

(2) Lakukan review terhadap kondisi SIPEDE yang selama ini telah digunakan di
Desa baik yang kembangkan atau inisiatif sendiri, bantuan pemeritah pusat, dan
pemerintah daerah;

(3) Rumuskan permasalahan yang dihadapi Desa dan alternatif pemecahannya


termasuk bagaimana mengintegrasikan seluruh sistem yang ada atau yang akan
dikembangkan sehingga tidak terjadi kesulitan dalam mengembangkan,
memanfaatkan dan memeliharanya;
(4) Hasilnya dituliskan dalam kertas plano atau dalam bentuk slide power point
untuk dipaparkan dalam pleno.

KN PPID
72
SUB POKOK BAHASAN 6.4

APLIKASI GEOTTAGING

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan manfaat aplikasi Geottaging
2. Mengoperasikan dan mengaplikasikan Geotag Android atau iphone.

3. Menggunakan aplikasi geotag untuk mendukung optimalisasi data desa.

Waktu
2 JP (90 menit atau 1 jam dan 30 menit)

Metode
Ceramah dan tanya jawab, curah pendapat, demontrasi aplikasi dan simulasi.

Media
Media tayang, lembar praktik/penugasan dan film,

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus.

KN PPID
73
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Penjelasan tentang aplikasi geotag
1. Buka sesi ini dengan salam, lalu sampaikan tujuan dari sub pokok bahasan
tentang aplikasi geotag ini.
2. Paparkan bahan tayang tentang geotag sambil memberikan kesempatan
peserta untuk memberikan tanggapan terkait substansi yang dipaparkan.
3. Minta peserta untuk browsing atau googling artikel aplikasi geotag;
4. Ajukan pertanyakan kepada peserta tentang seputar geotag. Pertanyaan
tersebut misalnya:
a. Adakah salah satu diantara peserta ini yang sudah memasang aplikasi
geotag? Bila ada, pintalah peserta yang telah memasang aplikasi ini di
andoridnya untuk menerangkan;
b. Jadi, apa dan manfaat aplikasi geotag berdasarkan artikel hasil
browsing anda?;
c. Adakah aplikasi lain yang setara dengan fungsi aplikasi geotag?
Sebutkan dan jelaskan keunggulan masing-masing berdasarkan artikel
atau pengalaman anda?

5. Catat secara singkat penjelasan atau jawaban peserta atas pertanyaan di


atas pada kertas plano yang telah tersedia.
6. Bacakan kembali hasilnya serta ulaslah setiap jawaban tersebut.

Kegiatan 2: Praktik pemasangan aplikasi geotag


1. Setelah diperkirakan peserta dapat memahami tentang apa dan fungsi
dari aplikasi geotag, pinta mereka untuk mengunduh software aplikasi
geotag;

2. Fasilitator dapat membantu peserta dengan menayangkan contoh hasil


browsing artikel dan software geotag;
3. Ulaslah artikel yang telah anda browing tersebut;

4. Pinta setiap peserta untuk menginstall aplikasi tersebut ke dalam andorid,


atau perangkat telepon seluler lainya yang kompatibel;
5. Sekali lagi, setelah dipandang para peserta berhasil menginstall aplikasi
tersebut, pinta salah satu atau beberapa dari mereka untuk menjelaskan
bagaimana melakukannya, agar peserta lain yang belum berhasil bisa
tertuntun karenanya.

6. Pinta kepada peserta untuk bisa saling membantu;


KN PPID
74
Kegiatan 3: Praktik pemanfaatan fungsi aplikasi geotag
1. Ulas secara singkat tentang aplikasi geotag, untuk mengingatkan peserta;
2. Tunjukan (melalui bahan tayang) kepada peserta tentang contoh hasil
pemakaian aplikasi geotag;
3. Ulas sebentar tentang hasil pemakaian aplikasi geotag tersebut;
4. Sekarang, pinta peserta untuk menggunakan aplikasi tersebut. Berikanlah
waktu secukupnya;
5. Setelah dipandang cukup, pinta peserta untuk menunjukkan dan
mengulas singkat hasil kerjanya.

6. Berikan apresiasi kepada peserta tentang hasil kerja dalam menerapkan


aplikasi tersebut.
7. Tutup sesi dengan memotivasi peserta agar dapat memanfaatkan aplikasi
tersebut untuk mendorong publikasi atau penyebarluasan informasi
tentang inovasi desa.

KN PPID
75
Pokok Bahasan 7
EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL

KN PPID
76
POKOK BAHASAN 7

EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merancang evaluasi kegiatan pelatihan atau orientasi tugas;

2. Merancang rencana kerja tindak lanjut kegiatan pelatihan dan orientasi


tugas.

Sub Pokok Bahasan


7.1 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
7.2 Rencana Kerja Tindak Lanjut

Waktu
2 JP (90 menit)

KN PPID
77
SUB POKOK BAHASAN 7.1

EVALUASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN

Tujuan SPB
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menilai penyelenggaraan kegiatan pelatihan


2. Menuliskan manfaat pembelajaran.

Waktu:
1 JP (45 menit)

Metode
Penjelasan, tanya jawab, curah pendapat, kerja kelompok.

Media
Media tayang, dan media pembelajaran lain

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

Proses Penyajian SPB


Kegiatan 1: Mengevaluasi Kegiatan Pelatihan
1. Berikan lembar kerja 7.1.1 Evaluasi Kegiatan Orientasi/Pelatihan kepada
peserta
2. Minta peserta untuk mengisi lembar evaluasi tersebut
3. Minta peserta untuk menyampaikan hasil isian lembar evaluasi yang telah
diisi
4. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menambahkan penjelasan
sesuai isian masing-masing (yang berbeda)
5. Berikan umpan balik atas evaluasi dan proses yang telah berlangsung.

KN PPID
78
KN PPID
79
Lembar Kerja 7.1.1 Evaluasi Kegiatan Pelatihan

PB
Tingkat Kepuasan
No dan Tingkat Manfaat Materi
Penerimaan Materi
SPB
Sangat Cukup Kurang Sangat Cukup Kurang

KN PPID
80
SUB POKOK BAHASAN 7.2

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT

Tujuan SPB

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:


1. Mengidentifikasi pokok-pokok kegiatan Pendampingan Desa dalam PID;
2. Merumuskan rencana dan jadwal kerja Pendamping Desa Tahun Anggaran
2018.

Waktu:

1 JP (45 menit)

Metode
Penjelasan, tanya jawab, curah pendapat, kerja kelompok.

Media
Media tayang, dan media pembelajaran lain

Alat Bantu

Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan infocus

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Merumuskan RKTL


1. Berikan lembar kerja 7.2.1 Penyusunan RKTL kepada peserta
2. Minta peserta untuk mengisi lembar RKTL tersebut
3. Minta peserta untuk menyampaikan hasil isian lembar RKTL yang telah diisi
4. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menambahkan penjelasan
sesuai isian masing-masing (yang berbeda)
5. Berikan umpan balik atas RKTL dan proses yang telah berlangsung.
KN PPID
81
Lembar Kerja 7.2.1 RKTL

PB dan SPB Yang Sangat


Rencana Kegiatan Yang Rencana Waktu
Bermanfaat tetapi
No Akan Dilakukan untuk Pelaksanaan
Dirasakan Masih Kurang
Memperbaiki
Dikuasai

KN PPID
82
Modul Pelatihan
Tenaga Ahli Pemberdayaan
Masyarakat
Program Inovasi Desa
Modul Pelatihan
Lembar Informasi
Tenaga Profesional Pendamping Desa
Program Inovasi Desa

Lembar Informasi

KN PPID
83
KN PPID
84
Lembar Informasi 1.1.1

Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa

A. Pendahuluan

Pembangunan nasional pada dasarnya adalah upaya pemenuhan keadilan bagi rakyat
Indonesia. Pembangnan dilaksanakan berdasar rencana besar bangsa Indonesia melalui
perencanaan Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Desa. Dalam melakukan perencanaan
pembangunan dalam UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) secara legal menjamin aspirasi masyarakat dalam pembangunan dalam
kesatuannya dengan kepentingan politis (keputusan pembangunan yang ditetapkan oleh
legislatif) maupun kepentingan teknokratis (perencanaan pembangunan yang dirumuskan
oleh birokrasi). Aspirasi dan kepentingan masyarakat ini dirumuskan melalui proses
perencanaan partisipatif yang secara legal menjamin kedaulatan rakyat dalam berbagai
program/proyek pembangunan desa. Perencanaan partisipatif yang terpadukan dengan
perencanaan teknokratis dan politis menjadi wujud nyata kerjasama pembangunan antara
masyarakat dan pemerintah.
Untuk pencapain tujuan pembangunan nasional diperlukan arah dan strategi yang
terumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dalam setiap periode 5
tahunan (Periode 2005-2019, 2010-2014 dan sekarang memasuki periode ketiga 2015-2019).
Dari setiap periode RPJM kemudian dalam setiap tahunnya dirumuskan dalam rencana kerja
Pemerintan (RKP)
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015, tugas Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan
masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan
tugas itu, salah satu fungsi yang dijalankan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi adalah perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, serta pemberdayaan masyarakat desa.

Tugas dan fungsi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan


Transmigrasi salah satunya dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa yang diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) ketiga periode 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi
Presiden serta agenda Nawacita. Keselarasan agenda pembangunan nasional dengan

KN PPID
85
pembangunan desa memberi kepastian bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

B. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


Secara umum arah kebijakan dan strategi pembangunan Desa dan kawasan perdesaan,
termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi serta kepulauan
dan pulau kecil, sebagai berikut:
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa termasuk permukiman transmigrasi
sesuai dengan kondisi geografis Desa, melalui strategi:

a. meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perumahan dan fasilitas


permukiman;
b. meningkatkan ketersediaan tenaga pengajar serta sarana dan prasarana
pendidikan;
c. meningkatkan ketersediaan tenaga medis serta sarana dan prasarana kesehatan;
meningkatkan ketersediaan sarana prasarana perhubungan antar permukiman
ke pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, dan pusat kegiatan
ekonomi; dan
d. meningkatkan ketersediaan prasarana pengairan, listrik dan telekomunikasi.
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa
termasuk di permukiman transmigrasi, melalui strategi:
a. fasilitasi pengelolaan BUM Desa serta meningkatkan ketersediaan sarana
prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pasca panen, pengolahan produk
pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa;
b. fasilitasi, pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha,
bantuan permodalan/kredit, kesempatan berusaha, pemasaran dan
kewirausahaan; dan
c. meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pemanfaatan dan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tepat Guna.
3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan
modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk di permukiman transmigrasi melalui
strategi:
a. mengembangkan pendidikan berbasis ketrampilan dan kewirausahaan;
b. memberi pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak
masyarakat adat;
c. mengembangkan kapasitas dan pendampingan kelembagaan kemasyarakat an
desa dan kelembagaan adat secara berkelanjutan;

KN PPID
86
d. meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat termasuk perempuan, anak,
pemuda dan penyandang disabilitas melalui fasilitasi, pelatihan, dan
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring
pembangunan desa;
e. menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta lingkungan
hidup desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan; dan
f. meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.

4. Pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan


melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan dengan strategi:
a. konsolidasi satuan kerja lintas Kementerian/Lembaga;

b. memastikan berbagai perangkat peraturan pelaksanaan UU Desa sejalan


dengan substansi, jiwa, dan semangat UU Desa, termasuk penyusunan PP
Sistem Keuangan Desa;

c. memastikan distribusi Dana Desa dan Alokasi Dana Desa berjalan secara efektif,
berjenjang, dan bertahap;
d. mempersiapkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
mengoperasionalisasi pengakuan hak-hak masyarakat adat untuk dapat
ditetapkan menjadi desa adat.
5. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Pembangunan Sumber Daya Manusia,
Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa Penguatan Pemerintahan
Desa dan masyarakat Desa melalui strategi:
a. melengkapi dan mensosialisasikan peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
b. Meningkatkan kapasitas pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan
kader pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring pembangunan desa, pengelolaan keuangan desa serta pelayanan
publik melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan;
c. menyiapkan data dan informasi desa yang digunakan sebagai acuan bersama
perencanaan dan pembangunan desa.
6. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta
penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi melalui
strategi:
a. menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa-desa dan distribusi hak
atas tanah bagi petani, buruh lahan, dan nelayan;

b. menata ruang kawasan perdesaan untuk melindungi lahan pertanian dan


menekan alih fungsi lahan produktif dan lahan konservasi;

KN PPID
87
c. menyiapkan dan melaksanakan kebijakan untuk membebaskan desa dari
kantong-kantong hutan dan perkebunan;

d. menyiapkan kebijakan tentang akses dan hak desa untuk mengelola sumber
daya alam berskala lokal termasuk pengelolaan hutan negara oleh desa
berorientasi keseimbangan lingkungan hidup dan berwawasan mitigasi
bencana untuk meningkatkan produksi pangan dan mewujudkan ketahanan
pangan;
e. menyiapkan dan menjalankan kebijakan-regulasi baru tentang shareholding
antara pemerintah, investor, dan desa dalam pengelolaan sumber daya alam;
f. menjalankan program-program investasi pembangunan perdesaan dengan
pola shareholding melibatkan desa dan warga desa sebagai pemegang saham;

g. merehabilitasi kawasan perdesaan yang tercemar dan terkena dampak bencana


khususnya di daerah pesisir dan daerah aliran sungai.
7. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk
mendorong keterkaitan desa-kota dengan strategi:
a. mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan
hasil pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata;

b. meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan


ekonomi lokal/wilayah;
c. mengembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar pemerintah-
swasta termasuk kerjasama pengelolaan BUM Desa, (melalui pembentukan
lembaga BUM Desa Bersama atau kerjasama antar 2 BUM Desa) dan
membangun agribisnis kerakyatan melalui pembangunan bank khusus untuk
pertanian, UMKM, dan Koperasi;
d. membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan;
e. mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi petani
untuk berinteraksi denga pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan produksi
panen, penjualan, distribusi, dan lain-lain.

C. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pemberdayaan Desa


1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografis
Desa, melalui strategi: menyusun dan memastikan terlaksananya NSPK SPM Desa
(antara lain perumahan, permukiman, pendidikan, kesehatan, perhubungan antar
permukiman ke pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, dan pusat
kegiatan ekonomi, pengairan, listrik dan telekomunikasi);
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa,
melalui strategi: (i) penataan dan penguatan BUM Desa untuk mendukung
ketersediaan sarana prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pengolahan
KN PPID
88
produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa; (ii) fasilitasi, pembinaan,
maupun pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuan permodalan/kredit,
kesempatan berusaha, pemasaran dan kewirausahaan; dan (iii) meningkatkan
kapasitas masyarakat desa dalam pemanfaatan dan pengembangan Teknologi
Tepat Guna Perdesaan;

3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan


modal sosial budaya masyarakat Desa untuk mendukung peningkatan karakter jati
diri bangsa melalui revolusi mental, dengan strategi:

a. mengembangkan pendidikan berbasis keterampilan dan kewirausahaan;


b. mendorong peran aktif masyarakat dalam pendidikan dan kesehatan;
c. mengembangkan kapasitas dan pendampingan lembaga kemasyarakatan desa
dan lembaga adat secara berkelanjutan;
d. menguatkan partisipasi masyarakat dengan pengarusutamaan gender
termasuk anak, pemuda, lansia dan penyandang disabilitas dalam
pembangunan desa;
e. menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta lingkungan
hidup desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan;
f. meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat desa dalam
meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik;
(vii) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
monitoring pembangunan desa; dan
g. meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.

D. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018


Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Indonesia Tahun 2018 (RKP 2018) terdapat 5 Prioritas
pembangunan Wilayah; Pembangunan wilayah Perbatasan dan Daerah Tertinggal, Percepatan
Pembangunan Papua, Pencegahan dan Penanggulangan Bencana antara lain Kebakaran Hutan,
Reformasi Agraria dan Pembangunan Perdesaan. Untuk Prioritas Pembangunan Desa di fokuskan
pada 7(tujuh) Kegiatan Prioritas, yaitu: Pemenuhan SPM di Desa Termasuk Permukiman Transmigrasi,
Penanggulangan Kemiskinan dan Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa, Pengembangan
SDM Pemberdayaan dan Modal Sosial Masyarakat Desa, Penguatan Pemerintahan Desa, Pengawalan
Implementasi Undang - Undang Desa, Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Hutan di Desa dan Kawasan Perdesaan.

Adapun sasaran yang hendak dicapai berupa: Desa tertinggal menjadi desa
berkembang mencapai 4.500 desa, Desa berkembang menjadi desa mandiri mencapai 1.800
desa, Pembangunan ekonomi hulu-hilir dan pengelolaan kawasan perdesaan 39 Kawasan
dan Kawasan transmigrasi untuk percepatan menjadi desa berkembang sebanyak130
Kawasan/ 65 SP/ 18 KPB.
KN PPID
89
Untuk merealisasikan target capaiaan RKP 2018 tersebut; Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi telah Menetapkan Desa Prioritas Sasaran
Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi sejumlah 17.000
(tujuh belas ribu) melalui surat keputusan menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal
dan transmigrasi Nomor 126 Tahun 2017 tentang Penetapan Desa Prioritas Sasaran
Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Penetapan tersebut
berdasarkan kategori Desa yang termasuk dalam wilayah pinggiran, yaitu Desa dalam
kawasan perdesaan, perbatasan, dan daerah tertinggal dengan usaha pokok sektor pertanian
dan pelaku usahanya mikro dan kecil yang berkarakter tradisional sebagaimana dimaksud
dalam cita ke-3 Nawa Cita Kabinet Kerja sebagaimana ditetapkan dalam Buku I angka 6.3
RPJMN 2015-2019.

Dalam Kegiatan Prioritas Pengawalan Implementasi Undang - Undang Desa,


Pemerintah telah menerbitkan surat keputusan Bersama 4 menteri, antara Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tertanggal Desember 2017
(SKB-4 Menteri). Dalam SKB 4 menteri tersebut telah ditetapkan beberapa kebijakan, salah
satunya berupa Pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa dalam penggunaan Dana Desa untuk
pembangunan.

Padat Karya Tunai di Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat


marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan, meningkatkan
pendapatan dan menurunkan angka stunting.

E. Kebijakan Padat karya Tunai


Adanya berbagai permasalahan dan fakta yang menunjukan;
1. Masih tingginya Angka Gizi Buruk dan Stunting; berdaarkan ata yang ada Status
gizi masyarakat (37,2% stunting)
2. Masih tingginya Angka Pengangguran; Jumlah penganggur 2,39 juta orang di
perdesaan
3. Masih tingginya Angka Kemiskinan; Jumlah setengah penganggur 6 juta orang di
perdesaan
4. Masih tingginya Tingkat Kesenjangan Pendapatan; Jumlah pekerja tak dibayar
10,58 juta pekerja di perdesaan
5. Tingginya jumlah Desa Tertinggal Penduduk miskin di desa 27,7 juta orang. 10,2
juta orang tinggal di sekitar dan dalam kawasan hutan
6. Dan Terjadinya migrasi dan urbanisasi yang tinggi

KN PPID
90
Dibutuhkan kebijakan yang tepat untuk menjawab dan mengurangi permasalahan
tersebut diatas. Oleh karenanya Pemerintah telah mengambil kebijakan Kegiatan Padat
karya Tunai yang diharapkan mampu memberikan manfaat dan dampak untuk:
1. Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah
2. Perluasan kesempatan kerja sementara
3. Penciptaan Upah/ Tambahan Pendapatan
4. Perluasan Akses Pelayanan Dasar
5. Perluasan Mutu Pelayanan Dasar
6. Peningkatan aksesibilitas desa (terbukanya desa terisolir)
Padat Karya Tunai di Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat
marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan, meningkatkan
pendapatan dan menurunkan angka stunting.
Untuk melakukan akselerasi pencapaian dampak yang diharapkan dari program
padat karya tunai, seluruh Pemanfaatan Dana Desa dan berbagai program
Kementerian/Lembaga yang ditujukan ke Desa harus dilakukan dengan model padat karya.
Harapannya adalah akan menciptakan kesempatan kerja di Desa dan peningkatan tambahan
upah/ pendapatan bagi masyarkat desa yang dilakukan dengan Padat Karya Tunai (cash for
work). Swakelola dan Pelaksanaan program K/L di daerah khususnya desa perlu diarahkan
untuk mendukung Padat Karya Tunai di Desa. Selain itu perlu adanya Peningkatan pelatihan
dan pendampingan bagi desa dalam mengembangkan potensi Desa serta Penyederhanaan
sistem pelaporan dan pertanggungjawaban di Desa.

Jenis Kegiatan
1. Pembangunan dan/atau rehabilitasi sarana prasarana perdesaan sesuai dengan
daftar kewenangan Desa, antara lain: perbaikan alur sungai dan irigasi,
pembangunan dan/atau perbaikan jalan dan jembatan skala Desa, tambatan perahu.
2. Pemanfaatan lahan untuk meningkatkan produksi, termasuk di kawasan hutan,
antara lain:Pertanian; Perhutanan; Perkebunan; Peternakan; dan Perikanan.
3. Kegiatan produktif lainnya, antara lain: Pariwisata; Ekonomi kreatif,
pengembangan potensi ekonomi lokal dengan mendorong kewirausahaan;
Pengelolaan hasil produksi pertanian; Pengelolaan usaha jasa dan industri kecil.
4. Pemberdayaan Masyarakat, antara lain: Pengelolaan sampah; Pengelolaan limbah;
Pengelolaan lingkungan pemukiman; Pengembangan energi terbarukan; Penyediaan
dan pendistribusian makanan tambahan bagi anak (bayi dan balita).
5. Kegiatan lainnya Kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan penyelesaian
pekerjaan fisik bangunan, tetapi mendukung keberhasilan pelaksanaan pekerjaan
fisik tersebut, misalnya antara lain: mengemudikan kendaraan pengangkut bahan dan
alat kerja.

KN PPID
91
Kelompok Sasaran Tenaga Kerja Padat Karya Tunai
1. Kelompok penganggur, setengah penganggur dan warga miskin.
2. Pencari nafkah utama keluarga.
3. Laki-laki, wanita dan pemuda usia produktif dan bukan anak-anak.
4. Petani/kelompok petani yang mengalami paceklik dan menunggu masa
tanam/panen.
5. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan ( diputus hubungan kerja ).

Prinsip-Prinsip Padat Karya Tunai di Desa Tahun 2018


1. Inklusif ; Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan mempertimbangkan ketenagakerjaan
(penganggur, setengah penganggur), masyarakat marginal/miskin, kondisi geografis,
sosial, budaya dan ekonomi, serta mempertahankan daya dukung dan keseimbangan
lingkungan.
2. Partisipatif Dan Gotong Royong ; berdasarkan asas “DARI, OLEH dan UNTUK
masyarakat”. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mendampingi pemerintah
Desa, BPD dan masyarakat Desa untuk melaksanakan pembangunan Desa secara
partisipatif dan gotong royong.
3. Transparan Dan Akuntabel; Pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
dilakukan dengan mengutamakan prinsip transparan dan akuntabel baik secara
moral, teknis, legal maupun administratif kepada semua pihak
4. Efektif; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa harus memiliki dampak positif dan nyata
bagi peningkatan produksi dan produktivitas, upah/pendapatan dan daya beli
masyarakat desa.
a. Swadaya; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendorong
keswadayaan dengan berbagai bentuk sumbangan dana, tenaga, material, dan asset
bergerak dan/atau tidak bergerak dari warga desa yang berkecuk
b. Penentuan Upah; Batas Bawah dan Batas Atas Upah/HOK ditentukan berdasarkan
hasil kesepakatan Musyawarah Desa mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota.
Adapun Batas Atas Upah/HOK dibawah Upah Minimum Provinsi. Besaran upah/HOK
lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan Bupati/Walikota

c. Prioritas; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendahulukan


kepentingan sebagian besar masyarakat Desa yang berdampak pada terciptanya
lapangan kerja, teratasinya kesenjangan, dan terentaskannya warga miskin

d. Swakelola; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan secara mandiri oleh
Desa dengan mendayagunakan tenaga kerja, bahan material, serta peralatan dan
teknologi sederhana yang ada di Desa.
KN PPID
92
e. Keberlanjutan; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan
memastikan adanya rencana pengelolaan, pemeliharaan, perawatan dan
pelestariannya.
f. Disepakati Dalam Musyawarah Desa; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dibahas
dan disepakati dalam musyawarah desa yang diselenggarakan berdasarkan asas
kesamaan dan kesetaraan bagi setiap peserta musyawarah Desa melalui hak bicara,
hak berpendapat dan hak bersuara dalam mencapai kemufakatan bersama
g. Berbasis kewenangan lokal Desa dan Hak asal usul; Kegiatan Padat Karya Tunai di
Desa yang pembiayaannya bersumber dari APBDesa harus menjadi bagian dari Daftar
Kewenangan Desa berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.
h. Kewenangan yang ditugaskan kepada Desa; . Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
yang pembiayaannya bersumber dari Non APBDesa diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Prioritas lokasi Padat Karya Tunai di Desa pada tahun 2018 Lokasi Kegiatan padat Karya
Tunai Tahun 2018 adalah 1.000 desa di 100 kabupaten yang diusulkan oleh Bappenas
bersama TNP2K, dan Kemenko PMK.

F. Penggunaan Dana Desa untuk Kegiatan Padat karya Tunai


Dalam kebijakan Kegiatan Padat karya Tunai setiap kementerian mendapat
pembagian peran sesuai Tupoksi dari masing-masing kementerian. Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendapatkan peran untuk Menetapkan
Juknis penggunaan Dana Desa, Koordinasi Penguatan dan Peran Pendamping Desa,
Monitoring dan Evaluasi Dana Desa untuk Program Padat Karya Tunai di Desa dan Bimbingan
teknis pelaksanaan padat karya tunai di Desa kepada para pendamping dan pengelola di
Desa.
Dalam rangka implementasi Pengggunaan dana desa untuk kegiatan padat karya
tunai tahun 2018 dibutuhkan upaya agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan maksud dan
tujuan yang diharapkan, untuk itu dibtuhkan petunjuk teknis penggunaan dana desa untuk
pelaksanaan kegiatan padat karya tunai tahun 2018. Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Desa
Tahun 2018 untuk Padat Karya Tunai ini diharapkan menjadi arah kebijakan pelaksanaan
kegiatan Padat Karya Tunai yang dibiayai dengan Dana Desa.

G. Penggunaan Dana Desa untuk Kegiatan Padat Karya Tunai

Dalam kebijakan Kegiatan Padat karya Tunai setiap kementerian mendapat pembagian peran
sesuai Tupoksi dari masing-masing kementerian. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi mendapatkan peran untuk Menetapkan Juknis penggunaan
Dana Desa, Koordinasi Penguatan dan Peran Pendamping Desa, Monitoring dan Evaluasi
Dana Desa untuk Program Padat Karya Tunai di Desa dan Bimbingan teknis pelaksanaan
padat karya tunai di Desa kepada para pendamping dan pengelola di Desa.
KN PPID
93
Dalam rangka implementasi Pengggunaan dana desa untuk kegiatan padat karya
tunai tahun 2018 dibutuhkan upaya agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan maksud dan
tujuan yang diharapkan, untuk itu dibtuhkan petunjuk teknis penggunaan dana desa untuk
pelaksanaan kegiatan padat karya tunai tahun 2018. Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Desa
Tahun 2018 untuk Padat Karya Tunai ini diharapkan menjadi arah kebijakan pelaksanaan
kegiatan Padat Karya Tunai yang dibiayai dengan Dana Desa.
Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program dan
kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. haruslah
diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang bersifat lintas
bidang. antara lain bidang kegiatan produk unggulan Desa atau kawasan perdesaan, BUM
Desa atau BUM Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga Desa sesuai dengan
kewenangan Desa; Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri desa nomor 19 tahun
2017 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.

KN PPID
94
Lembar Informasi 1.2.1

ARAH KEBIJAKAN PROGRAM INOVASI DESA (PID)

A. Latar Belakang
Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa), memberikan
berbagai kewenangan kepada Desa antara lain : Kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal skala Desa. Untuk mendukung kewenangan tersebut agar Desa-Desa
meningkat kemampuannya untuk mengatur dan mengurus kepentingannya secara efektif
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, negara mengalokasikan Dana Desa
melalui APBN setiap tahunnya.
Konsekswensi logis atas kewenanganan tersebut, memunculkan adanya pendekatan
baru dalam pembanguan Desa yang disebut dengan “Desa Membangun”, disamping
pendekatan “Pembangunan Desa”. Namun disadari bahwa kapasitas Desa dan rendahnya
dukungan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pembangunan dalam perspektif
“Desa Membangun”, masih terbatas. Keterbatasan itu dapat dideteksi pada aras pelaku
Pembangunan Desa (kapasitas aparat Pemerintah Desa dan Masyarakat), kualitas tata kelola
Desa dan support system yang mewujud melalui regulasi dan kebijakan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah yang terkait dengan Desa. Hal itu, pada akhirnya mengakibatkan kualitas
perencanaan, pelaksanaan, pengedalian dan pemanfaatan kegiatan pembangunan kurang
optimal menjadikan lambannya upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat
Desa.
Merespon kondisi tersebut dan untuk melaksanakan UU Desa secara konsisten,
Pemerintah melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (
Kemendesa PDTT ), menyediakan tenaga pendamping profesional, yaitu: Pendamping Lokal
Desa (PLD), Pendamping Desa (PD), sampai Tenaga Ahli (TA) di tingkat Pusat, untuk
memfasilitasi Pemerintah Desa dalam bidang pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat
Desa. Pendampingan dan pengelolaan tenaga pendamping profesional menjadi isu krusial
dalam pelaksanaan UU Desa; oleh karenanya penguatan kapasitas Pendamping Profesional
dan efektivitas pengelolaan tenaga pendamping menjadi agenda strategis Pendampingan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Berbagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas terkait isu-isu diatas terus
dilakukan oleh Kemendesa PDTT secara pro aktif; Salah satunya dengan meluncurkan
Program Inovasi Desa (PID) yang dirancang untuk mendorong penguatan kapasitas Desa
yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target RPJM Kemendesa PDTT yang
terumuskan dalam kebijakan Program prioritas Menteri Desa PDTT, melalui peningkatkan
produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada tiga bidang kegiatan utama:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha masyarakat,
maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna mendinamisasi
perekonomian Desa.

KN PPID
95
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek maupun
dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan
kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya,
dan hilangnya potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang
sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan dasar
dalam penyelenggaraan pembangunan Desa, dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara langsung
berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang memiliki dampak
menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.
Aspek lain yang harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan pembangunan
Desa adalah ketersediaan data yang memadai dan up to date, mengenai kondisi objektif
maupun perkembangan Desa-Desa yang menunjukkan pencapaian pembangunan Desa.
Ketersediaan data sangat penting bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi
Pemerintah dalam merumuskan kebijakan pembangunan. Pegelolaan data dimaksud dalam
skala nasional, dengan kondisi wilayah, khususnya Desa-Desa di Indonesia yang sangat
beragam tentunya memiliki tantangan dan tingkat kesulitan yang besar; Oleh karenanya
Program Inovasi Desa (PID) akan mendukung dalam upaya penguatan Pendampingan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) dan pengembangan sistem
informasi pembangunan Desa.
Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah inovasi/ kebaruan dalam praktik
pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas / hasil kerja
Desa-Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai
pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. PID juga memberikan perhatian terhadap
dukungan teknis dari penyedia jasa layanan teknis secara professional. Dua unsur itu dirasa
akan memberikan kontribusi signifikan terhadap investasi Desa, yaitu pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APB Desa), khususnya Dana Desa (DD). Dengan demikian, PID diharapkan dapat menjawab
kebutuhan Desa-Desa terhadap layanan teknis yang berkualitas dan merangsang munculnya
inovasi dalam praktik pembangunan serta solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa
secara tepat dan seefektif mungkin.

B. Tujuan
Kegiatan PID bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa
dengan memberikan banyak referensi dan inovasi pembangunan desa dalam rangka
mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi perdesaan, serta membangun
kapasitas desa yang berkelanjutan.

C. Sasaran
1. Menguatkan Program Pendampingan yang fokus pada kualitas hasil
2. Memperkuat kualitas pengelolaan program P3MD, PID dan Pengelolaan Data.
KN PPID
96
3. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dalam mengelola pembangunan dan
kegiatan produktif yang didanai melalui Dana Desa untuk hal-hal yang bersifat inovatif.
4. Mendukung peningkatan produktivitas ekonomi desa dan kawasan perdesaan melalui
kegiatan-kegiatan yang bersifat inovatif

D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan

Pengelolaan PID didasarkan pada prinsip-prinsip: Taat hukum; Transparansi; Akuntabilitas;


Partisipatif; dan Kesetaraan Jender.

E. Ruang Lingkup

Secara skematis ruang lingkup Program Inovasi Desa digambarkan sebagai berikut:

1. Kegiatan Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa.


Merupakan kegiatan pengelolaan pengetahuan untuk mendorong munculnya inovasi dalam
pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan Desa khususnya terkait dengan peningkatan
kapasitas kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, peningkatan kualitas
infrastruktur dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Pengelolaan pengetahuan
dilakukan secara sistematis, terencana dan partisipatif meliputi proses, identifikasi, validasi,
dokumentasi, pertukaran pengetahuan atau eksposisi dan replikasi. Kegiatan ini didukung
dengan Dana Operasional Kegiatan (DOK) bantuan Pemerintah pengelolaan pengetahuan
inovasi desa.

2. Kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)


P2KTD adalah organisasi atau lembaga yang berbadan hukum yang memiliki keahlian
tertentu dan diakui secara profesional serta berkomitmen membantu desa dalam
meningkatkan kualitas pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa di bidang
Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal, Pengembangan Sumber Daya Manusia,
dan Infrastruktur. Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan
utama yang tidak dapat diberikan oleh pendamping profesional dalam mendukung
KN PPID
97
kemandirian desa, antara lain: (1) Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal, (2)
Pengembangan Sumber Daya Manusia (pelayanan sosial dasar, dan kewirausahaan sosial)
dan (3) infrastruktur desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk dukungan teknis
berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi sesuai dengan
kebutuhan Desa, P2KTD dapat memfasilitasi Desa dalam mengidentifikasi, mengorganisir
dan memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung meningkatkan produktivitas dan hasil
guna kegiatan di Desa.

3. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa


Sistem Informasi Pembangunan desa merupakan solusi bagi percepatan pengelolaan,
evaluasi dan Analisa data desa, untuk tujuan percepatan pembangunan desa dan
produktivitas desa berbasis pada pengelolaan data pembangunan desa. Pengelolaan dan
pengembangan sistem informasi pembangunan desa tidak terlepas dengan data dasar yang
selama ini dihasilkan di kementerian desa dan aplikasi pengolah data yang sudah berjalan di
desa. Pengelolaan dan pengendalian data bertujuan untuk menyediakan model dan platform
untuk mendukung pengolahan data program Inovasi Desa.
Sistem informasi pengelolaan data ditujukan untuk penyediaan data dan informasi
tentang desa dan pengolahan data untuk tujuan penyajian data peningkatan kapasitas desa,
dengan mengolah data-data berdasarkan variable Key Performance Indicator (KPI) data
(target output data) desa yang akan diolah untuk melihat status dan peningkatan level desa
serta melihat secara utuh dampak intervensi program terhadap desa (program inovasi desa,
program pendampingan dan dana desa) terhadap perubahan dan dinamika partumbuhan
desa dalam skala indeks ukur status desa serta perubahan kondisi desa atas pertumbuhan
peluang kerja di desa, pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan pendapatan di
tingkat desa.

F. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan Program Inovasi Desa, meliputi:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha masyarakat,
maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna mendinamisasi
perekonomian Desa;
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas perdesaan
dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek maupun dampak
signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan kesehatan
dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari aspek/strategi
peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya, dan hilangnya
potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar
(PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang sensitivitas Desa terhadap
permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan
pembangunan Desa; dan

KN PPID
98
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara langsung
berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang memiliki dampak
menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.

G. Daftar Larangan
Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa antara
lain:
1. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis.
2. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang mempekerjakan anak.
3. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berdampak merusak lingkungan
hidup.

KN PPID
99
Lembar Informasi 1.3.1

PERAN PENDAMPING DALAM PENANGANAN STUNTING

A. Stunting Adalah Kondisi Gagal Tumbuh Pada Anak Balita (Bayi Di Bawah Lima
Tahun)
Akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan
sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi
badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar
deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting (Riset
Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan
prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang
mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak
menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan
hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa
hingga 20%. Selain itu stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/
inequality, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga
menyebabkan kemiskinan antar-generasi.
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh rumah
tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh rumah
tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40 % tingkat kesejahteraan sosial
dan ekonomi. Seperti yang digambarkan dalam grafik dibawah, kondisi anak stunting juga
dialami oleh keluarga/rumah tangga yang tidak miskin.

B. Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi
buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan
untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi
penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

KN PPID
100
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik,
Termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada
menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan.
Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat
mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta
membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap
makanan maupun minuman.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care


(pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan
pembelajaran dini yang berkualitas.
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa
tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013
dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2
dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih
terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-
6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.


Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.Menurut
beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta
94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia
lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga
dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.


Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki
akses ke air minum bersih. Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah
berkontibusi pada masih tingginya pervalensi stunting di Indonesia dan oleh karenanya
diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk dapat mengurangi pervalensi
stunting di Indonesia.
C. Kerangka Intervensi Stunting di Indonesia
Pada 2010, gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutrition (SUN) diluncurkan
dengan prinsip dasar bahwa semua penduduk berhak untuk memperoleh akses ke makanan
yang cukup dan bergizi. Pada 2012, Pemerintah Indonesia bergabung dalam gerakan
tersebut melalui perancangan dua kerangka besar Intervensi Stunting. Kerangka Intervensi
Stunting tersebut kemudian diterjemahkan menjadi berbagai macam program yang

KN PPID
101
dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait. Kerangka Intervensi Stunting yang
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu

1. Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.


Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang ditujukan
kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30%
penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada
sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat
dalam waktu relatif pendek. Kegiatan yang idealnya dilakukan untuk melaksanakan Intervensi
Gizi Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa
kehamilan ibu hingga melahirkan balita:

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil.


Intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk
mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan asam
folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta
melindungi ibu hamil dari Malaria.

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan.
Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong inisiasi menyusui
dini/IMD terutama melalui pemberian ASI jolong/colostrum serta mendorong pemberian ASI
Eksklusif.

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan.
Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI hingga
anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh
pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink, melakukan
fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria,
memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Kerangka Intervensi Stunting yang direncanakan oleh Pemerintah yang kedua adalah
Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan
pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting.
Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu
hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait Intervensi Gizi
Sensitif dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan
secara lintas Kementerian dan Lembaga. Ada 12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada
penurunan stunting melalui Intervensi Gizi Spesifik sebagai berikut:
(1) Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.
(2) Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
(3) Melakukan fortifikasi bahan pangan.
(4) Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
KN PPID
102
(5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
(6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
(7) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
(8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
(9) Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
(10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
(11) Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.
(12) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Kedua kerangka Intervensi Stunting diatas sudah direncanakan dan dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk mencegah dan mengurangi
pervalensi stunting.

2. Kebijakan Dan Program Terkait Intervensi Stunting Yang Telah Dilakukan


Terkait upaya untuk mengurangi serta menangani pervalensi stunting, pemerintah di tingkat
nasional kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan serta regulasi yang diharapkan dapat
berkontribusi pada pengurangan pervalensi stunting, termasuk diantaranya:
(1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 (Pemerintah
melalui program pembangunan nasional ‘Akses Universal Air Minum dan Sanitasi
Tahun 2019’, menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan
layanan air minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia).
(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 (target penurunan
prevalensi stunting menjadi 28% pada 2019).
(3) Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011.
(4) Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan.
(5) Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif.
(6) Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
(7) Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
Pemberian Ais Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia.
(8) Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
(9) Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
(10) Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi.
(11) Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), 2013.
(12) Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), 2013.

KN PPID
103
Selain mengeluarkan paket kebijakan dan regulasi, kementerian/lembaga (K/L) juga
sebenarnya telah memiliki program baik terkait intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi
sensitif, yang potensial untuk menurunkan stunting. Intervensi Program Gizi Spesifik
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) melalui Gerakan 1.000 Hari Pertama
Kegiatan (HPK). Berikut ini adalah identifikasi beberapa program gizi spesifik yang telah
dilakukan oleh pemerintah:
(1) Program terkait Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil, yang dilakukan melalui
beberapa program/kegiatan berikut:
• Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi
dan protein kronis
• Program untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
• Program untuk mengatasi kekurangan iodium
• Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
• Program untuk melindungi ibu hamil dari Malaria.
Jenis kegiatan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat nasional
maupun di tingkat lokal meliputi pemberian suplementasi besi folat minimal 90 tablet,
memberikan dukungan kepada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
minimal 4 kali, memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), pemberian makanan
tambahan pada ibu hamil, melakukan upaya untuk penanggulangan cacingan pada ibu
hamil, dan memberikan kelambu serta pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria.
(2) Program yang menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 bulan termasuk
diantaranya mendorong IMD/Inisiasi Menyusui Dini melalui pemberian ASI
jolong/colostrum dan memastikan edukasi kepada ibu untuk terus memberikan ASI
Eksklusif kepada anak balitanya. Kegiatan terkait termasuk memberikan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), promosi menyusui ASI
eksklusif (konseling individu dan kelompok), imunisasi dasar, pantau tumbuh kembang
secara rutin setiap bulan, dan penanganan bayi sakit secara tepat.
(3) Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia
7-23 bulan:
• mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian
• MP-ASI
• menyediakan obat cacing
• menyediakan suplementasi zink
• melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
• memberikan perlindungan terhadap malaria
• memberikan imunisasi lengkap
• melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

KN PPID
104
Selain itu, beberapa program lainnya adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Balita Gizi Kurang oleh Kementerian Kesehatan/Kemenkes melalui Puskesmas dan Posyandu.
Program terkait meliputi pembinaan Posyandu dan penyuluhan serta penyediaan makanan
pendukung gizi untuk balita kurang gizi usia 6-59 bulan berbasis pangan lokal (misalnya
melalui Hari Makan Anak/HMA). Anggaran program berasal dari Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) – Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik sebesar Rp. 200.000.000 per tahun
per Puskesmas di daerahnya masing masing.
Terkait dengan intervensi gizi sensitif yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui
K/L terkait beberapa diantaranya adalah kegiatan sebagai berikut:
(1) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih melalui program
PAMSIMAS (Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi berbasis Masyarakat). Program
PAMSIMAS dilakukan lintas K/L termasuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas/Kementerian PPN),
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPERA), Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Selain
pemerintah pusat, PAMSIMAS juga dilakukan dengan kontribusi dari pemerintah
daerah serta masyakart melalui pelaksanaan beberapa jenis kegiatan seperti dibawah:
• Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat
• Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi yang
berkelanjutan
• Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah daerah
maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat
• Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
(2) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi melalui Kebijakan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang pelaksanaanya dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (KemenPUPERA). Kegiatan ini meliputi gerakan peningkatan gizi/Scaling Up
Nutrition (SUN) Movement yang hingga 2015 telah menjangkau 26.417
desa/kelurahan;
(3) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan (Garam, Terigu, dan Minyak Goreng),
umumnya dilakukan oleh Kementerian Pertanian;
(4) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)
melalui dua program:
Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga)
oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) bekerjasama
dengan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). Kegiatan yang dilakukan meliputi:
• Penguatan advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait Program
KKBPK
• Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata

KN PPID
105
• Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi
dan penyiapan kehidupan berkeluarga
• Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan pembangunan
bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)
• Penguatan data dan informasi kependudukan, KB dan KS
Program Layanan KB dan Kesehatan Seksual serta Reproduksi (Kespro) oleh LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Kegiatan yang dilakukan adalah:
• Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan kemampuan
berbeda) dan kelompok marjinal termasuk remaja
• Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang komprehensif
yang terjangkau.
• Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata pelayanan,
termasuk mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
• Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
• Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi pada
situasi bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
• Mengembangkan model pelayanan KB dan Kesehatan Produksi (Kespro) melalui
pendekatan pengembangan masyarakat.
(5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) telah melakukan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-Penerima
Bantuan Iuran (PBI) berupa pemberian layanan kesehatan kepada keluarga miskin dan
saat ini telah menjangkau sekitar 96 juta individu dari keluarga miskin dan rentan.
(6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan memberikan layanan kesehatan kepada
ibu hamil dari keluarga/rumah tangga miskin yang belum mendapatkan JKN-Penerima
Bantuan Iuran/PBI.
(7) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
(8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal yang dilakukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Program Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). Beberapa kegiatan yang dilakukan berupa:
(9) Perluasan dan peningkatan mutu satuan PAUD.
• Peningkatan jumlah dan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) PAUD.
• Penguatan orang tua dan masyarakat.
• Penguatan dan pemberdayaan mitra (pemangku kepentingan, stakeholders).
(10) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (melalui Puskesmas dan Posyandu) Kegiatan
yang dilakukan berupa:
KN PPID
106
• Peningkatan pendidikan gizi.
• Penanggulangan Kurang Energi Protein.
• Menurunkan prevalansi anemia, mengatasi kekurangan zinc dan zat besi, mengatasi
Ganguan
• Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) serta kekurangan Vitamin A
• Perbaikan keadaan zat gizi lebih.
• Peningkatan Survailans Gizi.
• Pemberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
(11) Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Gizi pada Remaja,
berupa Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja yang dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) termasuk
pemberian layanan konseling dan peningkatan kemampuan remaja dalam menerapkan
Pendidikan dan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
(12) Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin, misalnya melalui
Program Subsidi Beras Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Raskin/Rastra) dan
Program Keluarga Harapan (PKH) yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial
(Kemensos). Kegiatannya berupa pemberian subsidi untuk mengakses pangan (beras
dan telur) dan pemberian bantuan tunai bersyarat kepada ibu Hamil, Menyusui dan
Balita.
(13) Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi melalui Program Ketahanan Pangan dan
Gizi yang dilaksanakan Lintas K/L yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi,
Kemendagri. Kegiatan yang dilakukan berupa:
• Menjamin akses pangan yang memenuhi kebutuhan gizi terutama ibu hamil, ibu
menyusui, dan anak-anak.
• Menjamin pemanfaatan optimal pangan yang tersedia bagi semua golongan
penduduk.
• Memberi perhatian pada petani kecil, nelayan, dan kesetaraan gender.
• Pemberdayaan Ekonomi Mikro bagi Keluarga dengan Bumil KEK (Kurang Energi
Protein).
• Peningkatan Layanan KB.
Berdasarkan identifikasi kebijakan dan program yang seharusnya potensial untuk
membantu mengurangi pervalensi stunting seperti penjelasan diatas, pertanyaan selanjutnya
adalah mengapa hingga saat ini Intervensi Stunting belum efektif dan prosentase
prevalensi stunting masih cukup tinggi di Indonesia? (Berkisar di 37%)
Beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab belum efektifnya kebijakan serta
program Intervensi Stunting yang ada dan telah dilakukan sebagai berikut:
a. Kebijakan dan regulasi terkait Intervensi Stunting belum secara maksimal dijadikan
landasan bersama untuk menangani stunting, contohnya bisa dilihat pada grafik 2 yang
menunjukkan belum maksimalnya fungsi alokasi anggaran kesehatan.

KN PPID
107
b. Kementerian/Lembaga (K/L) melaksanakan program masing-masing tanpa koordinasi
yang cukup.
c. Program-program Intervensi Stunting yang telah direncanakan belum seluruhnya
dilaksanakan.
d. Program/intervensi yang ada (baik yang bersifat spesifik gizi maupun sensitif gizi)
masih perlu ditingkatkan rancangannya, cakupannya, kualitasnya dan sasarannya.
e. Program yang secara efektif mendorong peningkatan pengetahuan gizi yang baik dan
perubahan perilaku hidup sehat masyarakat belum banyak dilakukan.
f. Program-program berbasis komunitas yang efektif di masa lalu tidak lagi dijalankan
secara maksimal seperti sebelumnya misalnya akses ke Posyandu, PLKB, kader PKK,
Dasawisma, dan lainnya, serta;
g. Pengetahuan dan kapasitas pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menangani
stunting perlu ditingkatkan.

D. Peran Desa dalam Penanganan Stunting


Berdasarkan Pasal 78 ayat (1) Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Desa
menyebutkan bahwa tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan
potensi ekonomi lokal serta pemanfaat sumberdaya alam dan lingkungan berkelanjutan.
Sesuai dengan UU tentang Desa, maka terhadap upaya penanganan stunting yang
sudah menjadi prioritas nasional sangat memungkinkan bagi Desa untuk menyusun
kegiatankegiatan yang relevan dan yang bersifat skala desa melalui APBDes. Rujukan Belanja
Desa untuk penangan stunting diperkuat dengan telah dikeluarkannya Permendesa No. 19
Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa.
Guna mendorong kegiatan penanganan stunting dalam prioritas perencanaan
pembangunan desa, masyarakat desa harus:
1. Memetakan realitas permasalahan dan potensi penanganan stunting di desa
2. Meningkatkan wawasan keragaman jenis kegiatan penanganan stunting yang efektif,
inovatif, produktif, dan berkelanjutan
3. Proaktif dan terlibat dalam tahapan perencanaan pembangunan desa, memperkuat
koordinasi, dan membangun peluang advokasi, dan
4. Mendorong komitmen desa dan penyedia layanan untuk pemenuhan standar
pelayanan sosial dasar yang berkualitas di desa.

E. Peran Pendamping Desa Dalam Penanganan Stunting


1. Mensosialisasikan stunting kepada para pemangku kepentingan utama desa,
2. Mendukung desa untuk melakukan pemetaan sosial terhadap penerima manfaat
target
3. Mengidentifikasi akses mereka ke intervensi gizi
KN PPID
108
4. Membantu desa untuk meninjau APBD mereka untuk melihat berapa banyak
pengeluaran desa untuk kelompok dan kebutuhan prioritas ini
5. Menyediakan proposal template untuk kegiatan
6. Membantu memobilisasi kelompok untuk menyesuaikan templat
7. Menilai posyandu terhadap "daftar periksa pengaktifan posyandu" dll

Daftar Pustaka

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2017) 100 Kabupaten/Kota Prioritas


Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun
2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2018.

KN PPID
109
Lembar Informasi 1.4.1

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK


DALAM PEMBANGUNAN DESA

A. Pendahuluan
Hak atas informasi dan dokumen yang ada pada Badan Publik merupakan Hak Azazi Manusia
(HAM) berdasarkan Pasal 19 Deklarasi Umum Hak Azazi Manusia (DUHAM) tanggal 10
Desember 1948. Hak atas informasi dan dokumen yang ada pada Badan Publik juga
merupakan Hak Konsitusional Warga Negara Indonesia yang diberikan, dijamin, dan sesuai
dengan Pasal 28F Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hasil
Amandemen Kedua.
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia telah
mengeluarkan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(KIP) sebagai tindak lanjut dari perintah Pasal 28F UUD NRI 1945 tanggal 30 April 2008
diiringi dengan peraturan pelaksanaanya berupa Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik. UU 14.2008 mengatur bahwa berlakunya seluruh
ketentuan dalam UU 14/2008 tersebut adalah 2 (dua) tahun semenjak diundangkan atau
tahun 2010.
UU 14/2008 dan PP 61/2010 pada prinsipnya mengatur bagaimana dan apa kewajiban
Badan Publik dalam rangka melayani masyarakat agar dengan cara mudah, sederhana, cepat,
dan berbiaya murah (azas KIP) dapat memperoleh informasi dan dokumen yang ada pada
Badan Publik guna mengembangka diri dan lingkungannya. Dan juga mengatur bagaimana
penyelesaian jika terjadi sengketa informasi antara masyarakat dengan Badan Publik.
Badan Publik yang dimaksud dalam UU 14/2008 adalah seluruh lembaga yang berada
dibawah cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Juga termasuk Badan Publik
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Partai Politik,
seluruh lembaga yang mengumpulkan uang dari masyarakat, seluruh lembaga yang
menerima uang dari luar negeri, dan seluruh lembaga yang sebagian atau seluruh dananya
berasal dari Anggaran Pendapat Belanja Negara (APBN) dan atau dari Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD). Kesemua lembaga diatas diwajibkan oleh UUD NRI 1945 dan UU
14/2008 untuk mengelola seluruh informasi dan dokumennya agar bisa diakses oleh
masyarakat, kecuali informasi dan dokumen yang dikecualikan setelah melalui uji
konsekuensi dan memenuhi syarat sebagai informasi dan dokumen yang boleh dikecualikan
(tertutup) sesuai ketentuan Pasal 17 UU 14/2008.
Tahun 2009 sudah terbentuk Komisi Informasi Pusat (KIP) Republik Indonesia untuk
melaksanakan UU 14/2008, dan saat ini Komisi Informasi Pusat dijalankan oleh 7 (Tujuh)
Komisioner periode ketiga (2017-2021). Dan juga sudah terbentuk 30 (Tiga Puluh) Komisi
Informasi Provinsi dan beberapa Komisi Informasi Kabupaten/Kota. Komisi Informasi wajib
dibentuk di tingkat Pusat dan Provinsi dan dapat dibentuk ditingkat Kabupaten Kota.

KN PPID
110
Komisi Informasi disemua tigkatan bertanggungjawab untuk memastikan
terselenggaranya Keterbukaan Informasi di semua Badan Publik dan bertanggungjawab juga
untuk memastikan Badan Publik melayani permohonan informasi dan dokumen dari
masyarakat. Komisi Informasi diberi tugas dan wewenang juga untuk menerima, memeriksa,
dan memutus sengketa informasi antara masyarakat dengan Badan Publik melalui Ajudikasi
Nonlitigasi yang didalamnya didahului dengan proses Mediasi. Komisi Informasi Pusat
berwenang untuk menyidangkan sengketa informasi jika sengketa itu melibatkan Badan
Publik tingkat nasional, sementara Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota berwenang
untuk menyidangkan sengketa informasi antara masyarakat dengan Badan Publik sesuai
tingkatannya. Untuk menjalankan UU 14/2008 Komisi Informasi pusat mengeluarkan Standar
Layanan Informasi dalam bentuk Peraturan Komisi Informasi (PERKI).

B. Mandat Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa berkaitan Keter-bukaan


Informasi Publik
Dalam Undang-Undang Desa, keterbukaan informasi terdapat dalam beberapa pasal seperti
Pertama sebagaimana diatur dalam pasal 24, yang menyatakan bahwa asas
penyelenggaraan Pemerintahan Desa salah satunya adalah keterbukaan. Selanjutnya
dinyatakan pada bagian penjelasan bahwa yang dimaksud dengan keterbukaan adalah asas
yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur,
dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kedua pada pasal 26 ayat (4) huruf (f) diatur bahwa dalam menjalankan tugasnya
Kepala Desa berkewajiban untuk melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi,
dan nepotisme. Masih pada pasal dan ayat yang sama, pada huruf (p) diatur bahwa Kepala
Desa juga memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
Ketiga pada pasal 27 huruf (d) diatur bahwa dalam menjalankan hak, tugas,
kewenangan, dan kewajiban Kepala Desa wajib memberikan dan/atau menyebarkan
informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap
akhir tahun anggaran.
Keempat Pasal 68 ayat (1) huruf (a) dinyatakan bahwa masyarakat desa berhak
meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Kelima pada pasal yang mengatur tentang keterbukaan informasi yaitu pasal 86 ayat
(1) dan ayat (5) yang menyatakan bahwa desa berhak mendapatkan akses informasi melalui
sistem informasi desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan
sistem informasi tersebut dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat
desa dan semua pemangku kepentingan.
Dalam peraturan pelaksanaaannya, pada Pasal 127 ayat (2) huruf e Peraturan
Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa juga menyatakan bahwa upaya
pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan mengembangkan sistem transparansi
dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan desa.

KN PPID
111
C. Badan Publik Desa
Pemerintahan Desa dengan segala perangkatnya adalah merupakan bagian dari cabang
kekuasaan eksekutif dan karenanya merupakan Badan Publik yang wajib menjalankan
Pemerintahan Desa sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi yang diatur dalam UU
14/2008, dan wajib mengelola informasi dan dokumen sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Komisi Informasi, serta wajib melayani permintaan informasi daan dokumen
dari masyarakat sesuai dengan UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan
seuruh peraturan pelaksanaanya.
Tidak hanya berhenti pada itu, Pemerintahan Desa harus melibatkan partisipasi
masyarakat mulai dari perencanaan (Musrenbang misalnya), pelaksanaan, sampai evaluasi
dan laporan semua kegiatan dan program yang dijalankan oleh Pemerintah Desa.
Pemerintah Desa juga diminta untuk mengeluarkan Peraturan Desa terkait dengan
Keterbukaan Informasi Desa.
Hal ini diperlukan agar masyarakat Desa bisa memahami dengan baik bagaimana untuk
mendapatkan informasi dan dokumen terkait pelaksanaan Pemerintahan Desa maupun
pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan Pemerintahan Desa, sebagai
bagian integral untuk pengembangan diri dan lingkungan masyarakat Desa.

D. Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa


Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa dan atau pihak terkait dengan
pemberdayaan masyarakat Desa (Pemerintah Kabupaten danseluruh instansi terkait),
pelaksana dari program-program pemerintah terkait Desa (misal : Program Inovasi Desa)
diharapkan menjadi ujung tombak dalam membangun transparansi di Desa, dalam
membangun pengelolaan informasi yang terbuka di Desa, dalam membangun masyarakat
yang melek infomasi di Desa.
Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa diharapkan mampu untuk meyakinkan
Pemerintah Desa agar menyiapkan seluruh perangkat yang dibutuhkan untuk melayani Hak
Konstitusional untuk mendapatkan informasi yang ada di seluruh Badan Publik Desa.
Termasuk dan tidak terbatas pada penyiapan kursi dan meja untuk masyarkat yang ingin
menghadiri Musrenbang misalnya. Termasuk dan tidak terbatas pada mengeluarkan
Peraturan Desa terkait pelayanan informasi bagi masyarkat Desa misalnya. Dan lain
sebagainya.

E. Mekanisme Mendapatkan Informasi


Mekanisme mendapatkan informasi secara sederhana digambarkan dalam Diagram 1
dibawah ini:

KN PPID
112
Diagram 1 : Mekanisme memperoleh Informasi

F. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Informasi


Mekanisme penyelsaian sengketa Informasi secara sederhana sebagaimana digambar-kan
dalam Diagram 2 dibawah ini

KN PPID
113
Diagram 2 : Mekanisme penyelesian sengketa informasi

Sebagai penekanan, sebagaimana disampaikan diatas, kedua diagram ini haruslah bisa
dijalankan sesuai dengan azas dan prinsip-prinsip SEDERHANA, CEPAT, dan BERBIAYA
MURAH. Permohonan Informasi Publik dan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Komisi
Informasi tidaklah boleh membenani masyarakat diluar kepatutan dan kewajaran.

G. Penutup
Demikian Lembar Informasi ini disusun dengan sangat sederhana dan ringkas. Besar harapan
Penyusun agar pembaca yang budiman berkenan memandang lembaran ini sebagai pintu
gerbang untuk masuk kedalam perpustakaan, kedalam diskusi-diskusi, kedalam seminar dan
workshop yang tentunya akan lebih memberikan pemahaman kepada kita semua betapa
penting dan strategisnya agenda keterbukaan informasi ini bagi perkembangan bangsa dan
negara kita tercinta kedpan, untuk agenda pemberdayaan masyarkat Indonesia sehingga
makin berdaya.

Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa


Undang-Undang No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik
Suparyo, Yossy. 2018. Modul Tata Kelola Desa diunduh dari
http://www.gedhe.or.id/2018/03/modul-tata-kelola-desa/

KN PPID
114
Lembar Informasi 2.1.1

TUGAS PENDAMPING DESA DALAM PEMBANGUNAN DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

A. Latar Belakang

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa ditempuh melalui upaya pendampingan. Pendampingan
merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan untuk percepatan pencapaian
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dapat dicapai diantaranya melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi masalah
dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Pendampingan masyarakat dalam konteks implementasi Undang-Undang Desa


berada dalam ranah pembelajaran politik. Karenanya, tidak dimungkinkan lagi adanya pola-
pola pendampingan desa yang bersifat apolitis sebagai sekedar urusan penyelesaian
urusan proyek pembangunan. Ke depan dituntut adanya pendamping masyarakat desa
yang mampu hadir sebagai guru kader untuk melahirkan kekuatan rakyat desa sebagai
benteng NKRI. Pendamping masyarakat desa harus didudukkan sebagai bagian dari upaya
menegakkan kedaulatan bangsa dan negara sebagaimana diwujudkan dengan
mengimplementasikan Undang-Undang Desa secara sistematis, konsisten, dan
berkelanjutan.

B. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendampingan Desa

Pendampingan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan pemberdayaan masyarakat


melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi Desa.
1. Tujuan
Tujuan pendampingan Desa dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
(1) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerintahan desa dan
pembangunan Desa;
(2) Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam
pembangunan desa yang partisipatif;
(3) Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan
(4) Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pendampingan Desa meliputi:

KN PPID
115
(1) Pendampingan masyarakat Desa dilaksanakan secara berjenjang untuk
memberdayakan dan memperkuat Desa;
(2) Pendampingan masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan yang didasarkan pada
kondisi geografis wilayah, nilai APB Desa, dan cakupan kegiatan yang didampingi; dan
(3) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan
Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaan masyarakat Desa melalui
pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan, termasuk dalam hal penyediaan
sumber daya manusia dan manajemen.

C. Landasan Hukum

Landasan hukum pendampingan Desa, meliputi:


(1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
(4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan Desa;
(5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa;
(6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
(7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa;
(8) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;
(9) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
(10) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
(11) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
(12) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa.

D. Kompetensi Pendamping Desa


KN PPID
116
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dibutuhkan adanya para pendamping masyarakat
yang mampu:
(1) Mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan Desa yang
dilaksanakan secara swakelola oleh Desa;
(2) Mengembangkan program dan kegiatan pembangunan Desa secara berkelanjutan
dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di
Desa;
(3) Menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai dengan prioritas, potensi, dan nilai
kearifan lokal;
(4) Menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kepentingan warga
miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal;
(5) Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa;
(6) Mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat;
(7) Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan Desa yang dilakukan
melalui musyawarah Desa;
(8) Menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia
masyarakat Desa;
(9) Melakukan pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan; dan
(10) Melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa.

E. Tugas Pokok dan Fungsi Pendamping Desa

Misi besar pendampingan desa adalah memberdayakan desa sebagai self governing
community yang maju, kuat, mandiri dan demokratis. Pendampingan desa bukanlah
mendampingi pelaksanaan proyek yang masuk ke desa, bukan pula mendampingi dan
mengawasi penggunaan dana desa, tetapi melakukan pendampingan secara utuh terhadap
Desa.
Namun, dalam praktik di lapangan, kerja seorang pendamping desa lebih dominan
sebagai tenaga pencari kerja, mandor proyek, pendamping administrasi, dan lain sebagainya.
Padahal dalam Peraturan Kemendesa PDTT No.3/2015 tentang Pendamping Desa, tujuan
pendamping desa, antara lain untuk; meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas
pemerintahan desa dan pembangunan Desa, meningkatkan prakarsa, kesadaran dan
partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif, meningkatkan
sinergi program pembangunan Desa antar sektor, dan mengoptimalkan aset lokal Desa
secara emansipatoris. Secara keseluruhan disebut sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan.
Pemberdayaan suatu komunitas tidak lain adalah suatu proses transfer pengetahuan dan
ketrampilan (transfers of knowledge and skill). Pendampingan dilakukan dengan
menempatkan tenaga pendamping di dalam komunitas dengan tugas-tugas pendampingan,
KN PPID
117
yaitu: penyadaran (concientization), pengorganisasian, advokasi, dan fasilitasi.
Pendampingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pemberdayaan
masyarakat.
Prinsip utama pendampingan adalah membangun kepercayaan yang bersumber
pada komitmen moral. Karena itu pendampingan tidak hanya membawa misi program di
mana seseorang ditugaskan, tetapi juga menjaga komitmen moral pendamping kepada
masyarakat dalam seluruh kegiatan yang dilakukan.
Tujuan utama pendampingan masyarakat adalah menciptakan perubahan kondisi
mentalitas dan kultur masyarakat, yang tercermin dalam perubahan kesadaran
(pengetahuan, dorongan, sikap, dan perilaku) warga masyarakat, sebagai kekuatan
pendorong kemajuan. Pendampingan mutlak diperlukan, agar pengembangan masyarakat
tidak dilakukan hanya oleh aktor tunggal di lapangan, melainkan dengan melitbatkan banyak
aktor yang aktif dan partisipatif.

F. Substansi Pendampingan

Pendampingan masyarakat pada dasarnya adalah suatu aktivitas untuk merubah cara
berpikir masyarakat, dari sifat statis-tradisional menjadi dinamis-rasional, melalui proses alih-
pengetahuan dan alih-kesadaran.
Substansi pendampingan adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat.
Komponen perilaku ini merujuk kepada apa yang telah diketahui atau dipahami oleh
masyarakat (knowledge), apa yang dapat mereka lakukan (skills), apa yang mereka pikirkan
(attitudes) dan apa yang mereka kerjakan (action). Secara sederhana, perilaku terdiri dari 3
domain, yaitu domain perilaku pengetahuan, domain perilaku sikap, dan domain perilaku
keterampilan.
Kegiatan pendampingan dilakukan dalam bentuk interaksi secara terus menerus
antara pendamping dengan masyarakat yang dilakukan setiap saat. Aktivitas pendampingan
memang tidak serta-merta mencapai sasaran dan tujuan yang cepat dan nyata, melainkan
dapat dirasakan efek dan hasilnya setelah berjalan cukup lama. Karena itu aktivitas
pendampingan perlu dilakukan secara terus-menerus dan intensif sehingga mendukung
keberhasilan program-program aksi pengembangan masyarakat.
Aktivitas pengembangan dan pemberdayaan, tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
melainkan keduanya harus dilakukan secara komplementer (saling melengkapi), yang
dilakukan secara sinergis (bersama-sama) antara masyarakat dan pendamping.
Dengan demikian, konsep pendampingan dapat diartikan sebagai pembelajaran,
penyadaran, atau pembudayaan, yaitu suatu proses pembelajaran masyarakat dalam
kerangka penciptaan kesadaran baru untuk mencapai tujuan kemajuan. Perubahan sikap
mental yang diperlukan adalah cara berpikir dan perilaku masyarakat untuk mencapai
kemajuan. Secara konseptual, perubahan-perubahan yang diperlukan mencakup perubahan
dari:
(1) Sikap mental, cara berpikir dan perilaku yang “statis-tradisional” menjadi “dinamis-
modern dan rasional”;

KN PPID
118
(2) Kesadaran naif, apatis dan pasif, ke kesadaran kritis dan aktif;
(3) Kesadaran dan kebiasaan konsumtif ke kesadaran dan kebiasaan kewirausahaan, dan;
(4) Ketiadaan kelembagaan (organisasi) ke terbentuknya kelembagaan (organisasi) lokal
yang produktif dan rasional.
Untuk mendorong terjadinya perubahan tersebut di atas, diperlukan pendekatan
alih-pengetahuan-kesadaran, alih-nilai, dan alih-keinginan dan dorongan, yang dilakukan
melalui dialog dan sharing secara terus-menerus antara pendamping dan kelompok
dampingan.

G. Fungsi Pendamping

Pendampingan tidak dilakukan dengan cara tunggal, melainkan dapat dilakukan dengan cara
berbeda-beda, tergantung kondisi dan konteks masyarakat yang didampingi. Salah satunya
adalah gaya atau paradigma “pendampingan partisipatoris” atau pendampingan situasional,
yang berarti tidak menggunakan cara tunggal dalam proses pendampingan.
Fungsi pendamping berbeda-beda secara kontekstual sesuai situasi dan kondisi
masyarakat. Dalam konteks pendampingan situasional, fungsi pendamping mencakup 4
(empat) macam, yaitu:
(1) Fungsi Telling, yaitu situasi masyarakat yang menuntut peran pendamping sangat
besar. Pendamping berfungsi sebagai pihak yang memberikan informasi secara
intensif kepada kelompok dampingan. Fungsi ini dilaksanakan dalam kelompok
dampingan yang kesiapannya masih sangat rendah, atau kelompok dampingan belum
memiliki kemampuan dan kemauan untuk memperjuangkan kepentingan secara
mandiri.
(2) Fungsi Selling, yaitu peran pendamping di mana kelompok dampingan belum memiliki
kecakapan, namun memiliki kemauan kuat untuk memperjuangkan kepentingannya.
Dalam kondisi demikian, pendamping mulai menawarkan gagasan, memberikan
penjelasan dan dukungan terhadap antusiasme kelompok.
(3) Fungsi Participating, yaitu fungsi yang diperankan pendamping dalam kelompok
dampingan dalam kondisi telah mampu memperjuangkan kepentingan atau
menyelesaikan persoalannya, namun kurang memiliki kemauan kuat untuk
melakukannya. Kelompok demikian memerlukan dukungan untuk meningkatkan
motivasi mereka dengan mengajak kelompok dampingan untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan. Fungsi ini membantu meningkatkan hasrat kelompok untuk
menjalankan kerjasama.
(4) Fungsi Delegating, yaitu peran pendamping ketika kelompok telah memiliki
kemampuan dan kemauan memperjuangkan kepentingan, sehingga fungsi
pendamping hanyalah memberikan sedikit dorongan dan memberikan mandat bagi
kelompok untuk mengambil alih dan menjalankan tanggung jawab sesuai yang telah
direncanakan.
Dengan demikian pendamping harus mampu menganalisa tuntutan dan situasi
kelompok dampingan, dan kemudian menentukan atau mengimplementasikan fungsi
pendampingan yang sesuai dengan kondisi kelompok dampingan tersebut. Gaya

KN PPID
119
kepemimpinan pendamping harus selalu konsisten disesuaikan dengan tahap kesiapan
kelompok dampingan.
Semua aspek metodologis dari program pemberdayaan dilakukan oleh masyarakat
bersama pendamping desa yang berperan sebagai mitra-masyarakat dalam melakukan atau
menjalankan program pembangunan.

H. Prinsip-Prinsip Pendampingan

Pendampingan masyarakat, sebagai bagian dari upaya pemberdayaan, didasarkan atas


prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Kesetaraan. Posisi pendamping adalah sejajar dengan kelompok yang didampingi
dan berperan sebagai mitra dalam pemberdayaan masyarakat.
(2) Spesifik Lokal. Penguasaan dan pemahaman terhadap ruang, kondisi, potensi dan
bahasa lokal dalam pemberdayaan masyarakat.
(3) Berkelompok. Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat.
Selain dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antara
kelompok dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi.
(4) Keberlanjutan. Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan diorientasikan
pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan
masyarakat secara berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan
kegiatan yang memiliki potensi berlanjut di kemudian hari.
(5) Kemandirian. Masyarakat diberi motivasi dan dorongan untuk berusaha atas dasar
kemauan dan kemampuan mereka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan
dari luar.
(6) Kesatuan Keluarga. Masyarakat tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan
keluarga yang utuh. Kepala keluarga beserta anggota keluarganya merupakan
pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk
memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
(7) Belajar Menemukan Sendiri. Kelompok dalam masyarakat tumbuh dan
berkembang atas dasar kemauan dan kemampuan mereka untuk belajar
menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka
kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya.

KN PPID
120
Lembar Informasi 2.2.1

MENINGKATKAN KINERJA PENDAMPINGAN DESA

A. Pengertian

Istilah kinerja merupakan bagian dari kata job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor Internal
(disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat seseorang. Misalnya, kinerja
seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe
pekerja keras, sedangkan seseorang yang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang
tersebut tidak memiliki upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu
factor yang mempengaruhi kinerja seeorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku ,
sikap, dan tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Indikator kinerja karyawan Menurut Robbins, (2006:260) dalam
https://jispar.files.wordpress.com/2018/02/kinerja-pendamping-desa-dalam-
pemberdayaan-masyarakat-desa.pdf, ada 6 (enam), adalah sebagai berikut:
1. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang
dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan.
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah
unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,
teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap
unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya
6. Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen
kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
Itu artinya bahwa kinerja sangat ditentukan oleh bagaimana etika dan sikap,
pemahaman, keterampilan pendamping desa yang dirumuskan dalam kerangka kerja
pendampingan desa.

KN PPID
121
B. Etika Kerja Pendamping Desa

Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang artinya kebiasaan atau watak, sedangkan
kata moral berasal dari bahasa Latin mos atau mores yang berarti cara hidup atau kebiasaan.
Kata lain yang selalu berkaitan dengan kata etika adalah kata norma yang berarti sesuatu
yang bisa menjadi alat ukur. Kemudian diadopsi dalam bahasa Inggris yang bermakna
kumpulan kaidah yang berhubungan dengan prilaku manusia. Jadi norma adalah pedoman,
haluan bagi prilaku manusia tentang apa yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan atau
tidak dilakukan dalam berinter-aksi dengan sesamanya.
Etika merupakan seperangkat nilai sebagai pedoman, acuan, referensi, penuntun apa
yang harus dilakukan dalam menjalankan tugasnya, tapi juga sekaligus berfungsi sebagai
standar untuk menilai apakah sifat, perilaku, tindakan atau sepak terjangnya dalam
menjalankan tugas dinilai baik atau buruk. Oleh karenanya, dalam etika terdapat sesuatu nilai
yang dapat memberikan penilaian kinerja bahwa sesuatu tadi dikatakan baik, atau buruk.
Dengan demikian, etika dapat dibedakan dalam etika yang besifat individu. Etika
individu berupa tuntutan individu/diri seseorang untuk melakukan perbuatan baik dan tidak
melakukan perbuatan jelek/buruk. Sedangkan etika sosial berupa tuntutan kewajiban yang
harus dilakukan kelompok individu dalam suatu komunitas untuk memenuhi tuntutan nilai-
nilai lingkungan sosialnya dimana mereka berada. Pemahaman sosial dewasa ini tidak hanya
berarti lingkungan masyarakat sekitarnya, tetapi lingkungan dan hubungan sesama manusia,
bangsa dan negara serta hubungan antar negara dan bangsa yang dilandasi norma-norma
baik yang disepakati antara bangsa dan negara dalam hubungan bertetangga antar negara
didunia.
Perbedaan tentang makna etika dapat dilihat dalam beberapa hal:
(1) Etika merujuk kepada disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh
manusia termasuk pembenarannya dan etika termasuk kedalam salah satu cabang
ilmu filsafat;
(2) Dalam disiplin ilmu etika, dibahas masalah-masalah pokok yang terdiri dari berbagai
nilai, hukum/ kaidah yang mengatur tingkah laku manusia yang memiliki profesi
tertentu (kode etik); dan
(3) Etika mempunyai arti sebagi ilmu tentang yang baik atau buruk, dalam arti ini sama
dengan filsafat moral dan dalam bahasa Arab yang biasa disebut Akhlaq.

C. Kerangka Kerja Pendampingan Desa

Berbagai program atau kegiatan dalam kerangka pengembangan masyarakat


transmigrasi, baik berbentuk pemberian bantuan, berupa materiil sarana dan prasarana,
modal stimulan, teknologi, maupun bantuan teknis, dilakukan sesuai kebutuhan, harus
dilakukan bersama-sama dengan proses pendampingan. Proses pendamping masyarakat
oleh pendamping dilakukan melalui berbagai aktivitas, antara lain sebagai berikut.
(1) Identifikasi Masalah. Bersama-sama masyarakat, pendamping melakukan identifikasi
masalah dan merumuskan kebutuhan masyarakat secara partisipatif. Kegiatan ini

KN PPID
122
dilakukan secara intensif dengan cara diskusi-diskusi dalam forum kecil atau
pertemuan-pertemuan informal yang diikuti oleh warga masyarakat.
(2) Perumusan Program Aksi. Hasil identifikasi harus ditulis dan dirumuskan secara
kongkrit sebagai bentuk program aksi pengembangan masyarakat oleh masyarakat
bersama pendamping. Program aksi berisi berbagai item kegiatan yang disusun
untuk 5 (lima) tahun. Program yang paling prioritas dituangkan dalam program satu
tahun pertama, program untuk tahun selanjutnya disesuaikan dengan urutan
prioritasnya. Pendamping mendorong agar masyarakat dapat memprogramkan
kegiatan yang swadaya, walau tak menutup kemungkinan adanya program yang
memerlukan bantuan dari luar. Untuk kegiatan yang memerlukan bantuan dari luar,
maka selanjutnya dapat disusun proposal untuk diajukan kepada pihak-pihak terkait
agar diperoleh dukungan pembiayaan.
(3) Mediasi-Advokasi. Pendamping melakukan fungsi-fungsi mediasi, yaitu menjalin
hubungan ke pihak-pihak luar (pemerintah/dinas terkait, swasta, atau lembaga-
lembaga non-pemerintah) dalam kerangka pemecahan masalah atau pemenuhan
kebutuhan pengembangan masyarakat. Pendamping melakukan fungsi advokasi,
yaitu mengusulkan berbagai perubahan kebijakan atau pendekatan pembangunan
terutama kepada pemerintah setempat apabila di dalam masyarakat terdapat
masalah yang secara langsung ataupun tidak langsung muncul sebagai akibat dari
kebijakan yang merugikan masyarakat.
(4) Supervisi. Pendamping melakukan pengendalian (supervisi) terhadap implementasi
program-program aksi, baik yang dilakukan oleh masyarakat ataupun oleh pihak-
pihak eksternal lain.
(5) Internalisasi. Pendamping secara terus-menerus mempengaruhi dan merubah sikap
atau cara berpikir masyarakat yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan
pengembangan. Pendamping juga harus selalu siap untuk memberikan informasi
ataupun pengetahuan yang diperlukan oleh masyarakat. Jika pendamping tidak
mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat, maka ia dapat mencari
informasi tersebut melalui berbagai media, internet, koran, buku, majalah, dll.

Rincian tugas, kerangka kerja dan output Pendamping Desa bidang Pemberdayaan (PD-P)
berdasar kerangka acuan kerja sebagai berikut:

KN PPID
123
KN PPID
124
KN PPID
125
Sedangkan Rincian tugas, kerangka kerja dan output Pendamping Desa bidang Teknik
Infrastruktur (PDTI) berdasar kerangka acuan kerja sebagai berikut:

KN PPID
126
Kepustakaan
Kerangka Acuan Kerja Pendamping Desa Pemberdayaan, Direktorat Jenderal Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Tahun Anggaran 2016, April 2016.
Kerangka Acuan Kerja Pendamping Desa Teknik Infrastruktur, Direktorat Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Tahun Anggaran 2016, April
2016.

KN PPID
127
Lembar Informasi 3.1.1

FASILITASI MUSYAWARAH ANTAR DESA


DALAM PROGRAM INOVASI DESA

A. Latar Belakang
Salah satu tahapan dalam alur tahapan Program Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
di tingkat kecamatan adalah Musyawarah Antar Desa (MAD). MAD dilaksanakan sebanyak
dua kali, yaitu MAD I dan MAD II. MAD I merupakan forum musyawarah untuk merumuskan
tahapan perencanaan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa. MAD II merupakan forum
musyawarah untuk melaksanakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Program
Inovasi Desa. Pendamping Desa P3MD yang bertugas di kecamatan memiliki tugas untuk
memfasilitasi pelaksanaan MAD I dan MAD II ini.

B. Penyelenggaraan MAD I dan MAD II


Untuk melaksanakan Musyawarah Antar Desa I, Pendamping Desa bertugas memfasilitasi
proses pelaksanaan MAD I ini dengan berkoordinasi kepada Camat. MAD I merupakan forum
di tingkat kecamatan yang terdiri dari minimal 6 orang perwakilan desa (Kepala Desa, Unsur
BPD dan tokoh masyarakat). Minimal 3 orang wakil desa adalah perempuan. Musyawarah ini
juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat kecamatan yang relevan (Puskesmas, UPTD
Pendidikan, PU kecamatan, dll).

1. Musyawarah Antar Desa (MAD)-1


TAPM Kabupaten/Kota bersama PD dan PLD serta TPID (bagi yang sudah terbentuk)
memfasilitasi pelaksanaan MAD-1 melalui koordinasi dengan Camat. MAD-1 merupakan
forum di tingkat kecamatan yang yang dihadiri oleh maksimal 6 orang perwakilan desa, yaitu
Kepala Desa, Unsur BPD, tokoh masyarakat, dan keterwakilan perempuan minimal 2 orang).
MAD 1 juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat kecamatan yang relevan seperti Puskesmas,
UPTD Pendidikan, PU kecamatan, dan lain-lain.
MAD I dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. Sosialisasi konsep program inovasi dan penggunaan Bantuan Pemerintah Dana
Operasional Kegiatan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa.
b. Diseminasi informasi kegiatan-kegiatan inovasi yang sudah teridentifikasi
sebelumnya, baik yang ada di lokasi dampingan maupun tempat lain.
1) Pembentukan Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) sebagai Tim yang
bertanggungjawab atas penggunaan dana bantuan Pemerintah (DOK) untuk
Pelaksanaan Program Inovasi di Kecamatan/
KN PPID
128
2) Merumuskan kesepakatan pokok-pokok kegiatan yang akan dibiayai melalui
dana Inovasi (kebijakan umum penggunaan dana dapat dilihat dalam Petunjuk
Teknis Penggunaan DOK PPID).

2. Musyawarah Antar Desa (MAD)-2


TIPD menyampaikan laporan pertanggung jawaban dan penggunaan Dana Bantuan
Pemerintah PPID melalui MAD II-2. Laporan pertanggungjawaban selanjutnya disampaikan
kepada TIK yang ditembuskan kepada Satker Provinsi.
Adapun MAD II dilaksanakan dengan tujuan sebagai forum penyampaian
pertanggungjawaban. Dalam MAD II ini TPID menyampaikan laporan pertanggungjawaban
kegiatan dan penggunaan Dana Bantuan Pemerintah PPID (Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa). Laporan pertanggung jawaban ini selanjutnya disampaikan kepada Tim Inovasi
Kabupaten (TIK) yang ditembuskan kepada Satker Provinsi.

C. TPID bekerja berdasarkan keputusan Forum


Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) bekerja atas dasar kesepakatan forum MAD tentang
pokok-pokok pembiayaan penggunaan DOK Inovasi . TPID berada di tingkat kecamatan
berasal dari anggota masyarakat yang dipilih dalam MAD-1 yang berperan sebagai Tim
Pelaksana Kegiatan Program Inovasi Desa.
TPID berkedudukan di Kecamatan dan terdiri dari perwakilan warga desa yang
memiliki minat besar dalam pengembangan kegiatan/ fasilitas/ sumber daya manusia dan
inovasi desa yang ada di wilayahnya, mendokumentasikan, membagikan, serta
mempromosikannya. TPID juga merupakan kelompok masyarakat yang akan mengelola
Dana Bantuan Pemerintah PPID. TPID dipilih melalui forum musyawarah di tingkat
Kecamatan dan dikukuhkan oleh Camat a.n Bupati/Walikota melalui surat keputusan.
1. Kriteria TPID:
a. Tidak terdaftar sebagai pengurus dari partai politik;
b. Memiliki dedikasi terhadap pembangunan desa dan kawasan;
c. Diutamakan masyarakat yang memiliki kreatifitas dalam proses-proses kegiatan
pembangunan desa; dan
d. Anggota TPID berasal dari tokoh masyarakat dengan mengutamakan keterwakilan
perempuan.
2. Tugas TPID:
a. Menerima dan menyalurkan dana operasioanl kegiatan inovasi dan pengelolaan
pengetahuan desa;
b. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan musyawarah masyarakat; dan
c. Memfasilitasi tahapan pelaksanaan pengelolaan inovasi Desa (identifikasi,
dokumentasi, eskposisi dan replikasi).

KN PPID
129
3. Tim Pelaksana Inovasi Desa terdiri atas:
a. Ketua; bertugas untuk memimpin tim dalam mengelola pelaksanaan kegiatan inovasi
desa dan menandatangani dokumen pencairan DOK PPID dan laporan
pertanggungjawaban;
b. Bendahara; bertugas untuk mengadministrasikan pengelolaan dan transaksi
keuangan DOK PPID, serta membantu Ketua Tim dalam menyiapkan laporan
pertanggungjawaban;
c. Bidang Pengelolaan Inovasi desa; bertugas dalam fasilitasi tahapan identifikasi
Pendokumentasian, Promosi dan Penyebaran (Publikasi) inovasi desa yang ada di
desa-desa serta penyebaran inovasi desa dari tempat lain yang telah
direkomendasikan oleh Tim Inovasi Kabupaten; dan
d. Bidang Verifikasi Inovasi; bertugas untuk memeriksa dan memberikan rekomendasi
kepada musyawarah antar desa bagi desa-desa yang berminat melakukan replikasi
kegiatan inovasi melalui APBDesa. 


KN PPID
130
Lembar Informasi 3.2.1

FASILITASI PENCAIRAN
DAN PENGGUNAAN DANA OPERASIONAL KEGIATAN

A. Mekanisme Pencairan

Mekanisme Pencairan Dana Bantuan Pemerintah PPID dapat dilihat dalam alur berikut
ini:

Gambar 2: Alur Pencairan dan Penyaluran Dana DOK

DIPA, Juknis Dekon, Program SOP,


Satker Pusat /

Kemendesa
Juknis Penggunaan Dana Bantuan
Satker Provinsi Pemerintah
Ditjen PPMD
Provinsi

3 SPM

KPPN
4 SP2D 1. Surat Permintaan DOK PID
BANK 2. SPD
2 3. Proposal Kegiatan & RAB
4. Hasil verifikasi
Kabupaten

Transfer 5 Tim Inovasi Kabupaten

1. SPD
1 2. Proposal Kegiatan dan RAB

BANK Tim Pelaksana Inovasi Desa Keterangan :


Garis Dokumen
Garis Dana

Keterangan Alur:
1. TPID menyusun dan mengajukan proposal yang disertai RAB penggunaan dana
DOK (penggunaan dana DOK mengaju pada Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah
PPID) kepada TIK untuk diverifikasi sebelum dikirim kepada Satker Dekon di
Provinsi.
2. TIK setelah melakukan verifikasi, atas kelengkapan dokumen-dokumen pencairan
TPID maka dilanjutkan kepada Satker Dekon untuk diproses dalam pencairan tahap
I.
3. Satker Dekon setelah melakukan verifikasi dan dinilai kelengkapan administrasi
telah lengkap maka Satker dekon mengeluarkan SPM kepada KPKN.
KN PPID
131
4. KPKN setelah menerima SPM dari satker Dekon akan melakukan pengecekan
administrasi dan selanjutnya KPKN mengeluarkan SP2D untuk meminta Bank
operasional membayar kepada rekening TPID.
5. Setelah Bank operasional mentransfer dana ke Rekening TPID, maka tidak lebih dari
7 hari kerja uang telah dibelanjakan sesuai proposal dan RAB yang telah diajukan.
6. Setelah mencapai 90% penggunaan dana dari 50% tahap I, maka TPID segera
mengajukan pencairan tahap II dengan dilampiri LPD dan RPD dari 90% uang yag
telah digunakan pada tahap I.
**Secara rinci akan proses pencairan dan pengajuan diatur selanjutnya pada
Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah PPID 2018.

B. Syarat Dokumen Pencairan DOK TPID

1. Sumber Pendanaan Bantuan Pemerintah


Pendanaan Bantuan Pemerintah PPID berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang bersumber dari pinjaman luar negeri IBRD 8217-ID, sebagaimana dituangkan
melalui DIPA Dekonsentrasi Ditjen PPMD pada Satuan Kerja P3MD Provinsi pada Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi dan atau dengan sebutan lain.
2. Pengelolaan Kegiatan
a. Pengelola dan penanggungjawab bantuan pemerintah PPID adalah Satuan Kerja
(Satker) P3MD Provinsi pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Provinsi
atau dengan sebutan lainnya yang sekaligus sebagai pengelola kegiatan
dekonsentrasi Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD);
b. Bantuan pemerintah PPID disalurkan kepada TPID di kecamatan berdasarkan
Perjanjian Kerjasama
c. Sebelum pencairan dan penyaluran bantuan pemerintah, tahapan yang dilakukan
adalah:
1) Pemerintah kabupaten/kota melalui Camat dengan dibantu oleh Tenaga Ahli PID
dan P3MD Kabupaten/Kota memfasilitasi pembentukan TPID dengan
berpedoman pada PTO PPID yang diterbitkan oleh Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi;
2) TPID membuka rekening Bank atas nama TPID Kec, Kab, Prov, dengan speciment
Ketua TPID dan Bendahara TPID;
3) TPID membuat Nomor Pokok Wajib Pajak
4) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker P3MD Provinsi melakukan seleksi
penerima bantuan pemerintah PPID berdasarkan kriteria/persyaratan yang telah
ditetapkandi dalam Pedoman Umum PID dan PTO PPID, dengan dibantu oleh TIK;
5) Berdasarkan hasil seleksi sebagimana nomor 3.2, Satker P3MD Provinsi
KN PPID
132
menetapkan Surat Keputusan penerima bantuan pemerintah yang selanjutnya
disahkan oleh KPA Satker P3MD Provinsi
6) Surat keputusan penerima bantuan pemerintah menjadi dasar pemberian
Bantuan Pemerintah PPID
7) PPK Satker P3MD Provinsi melakukan perjanjian kerjasama dengan penerima
Bantuan PemerintahPPID yaitu TPID, yang difasiltiasi oleh Dinas PMD
Kabupaten/Kota sebagai koordinator TIK dan dibantu oleh anggota TIK lainnya..

C. Pencairan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah

1. TPID melakukan rapat/musyawarah menyusun rencana pengeluaran dana bantuan


pemerintah PPID, yang dituangkan dalam bentuk proposal dan Rencana Pengeluaran
Dana PPID (RPD-PPID)
2. TPID mengajukan permohonan pencairan dana kepada PPK Satker P3MD Provinsi melalui
Dinas PMD Kabupaten/Kota sebagi koordinator TIK, dengan dilampiri:
a. Proposal dan RPD – PPID
b. Kwitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;
c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB),
1) TIK memverifikasi dokumen permohonan pencairan dana dari TPID, dan apabila
hasil verifikasi telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga, maka pengajuan permohonan
pencairan dana dari TPID akan diteruskan ke PPK Satker P3MD, dan apabila
tidak/belum sesuai dikembalikan kepada TPID untuk disempurnakan atau
dilengkapi.
2) PPK Satker P3MD Provinsi melakukan pengujian ulang dokumen permohonan
pencairan dana yang diajukan oleh TPID;
3) PPK Satker P3MD Provinsi mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta
menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pencairan dana secara
bertahap setelah pengujian telah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Tahapan
pencairan bantuan pemerintah PPID dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
a) Tahap I sebesar maksimal 30% (proses pencairan tahap 1 harus melampirkan
proposal kegiatan dan RAB)
b) Tahap II sebesar maksimal 70% dapat dilakukan dengan ketentuan
penggunaan dana tahap I telah mencapai 90%.(untuk pencairan tahap kedua
harus melampirkan Laporan Penggunaan Dana (LPD) dan Rencana
Penggunaan Dana (RPD))
4) Apabila hasil pengujian tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku, PPK Satker
KN PPID
133
P3MD Provinsi menyampaikan informasi kepada penerima bantuan melalui TIK
untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen;
5) SPP disampaikan kepada PP-SPM dengan mekanisme pembayaran secara
bertahap, dengan dilampiri RPD– PPID, Perjanjian Kerjasama yang telah
ditandatangi penerima bantuan dan PPK Satker P3MD Provinsi serta kuitansi bukti
penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan disahkan
oleh PPK Satker P3MD Provinsi;
6) PP-SPM selanjutnya melakukan proses pencairan dana ke KPPN sesuai
mekanisme pencairan dana dekonsentrasi;
7) Berdasarkan SPM yang diterima dari PP-SPM Satker P3MD Provinsi, KPPN
menerbitkan SP2D LS ke Bank Operasional KPPN;
8) Bank operasional KPPN melakukan transfer dana ke rekening TPID ;
9) Maksimal 5 (lima) hari kerja setelah dana diterima,. TPID harus segera
melaksanakan kegiatan.

D. Syarat dokumen pengajuan dana 30% tahap I dan 70% tahap II DOK TPID
1. Dokumen Pencairan Tahap I (maksimal 30%):

a. Proposal kegiatan dengan lampiran proposal sbb:


1) Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Detail
2) Rencana Penggunaan Dana ( RPD )
3) Kwitansi Bukti Penerimaan
4) Surat Pernyatan Tanggung Jawab Belanja ( SPTB )
5) Foto Copy Rekening TPID
6) Foto Copy NPWP TPID
7) Foto Copy SK TPID
8) Foto Copy SK TIK – PID
9) Foto Copy MOU DPMD Provinsi dan DPMD Kabupaten
10) Foto Copy SPC DOK TPID
11) Foto Copy Kesepkatan Kerja sama PPK DPMD Provinsi dengan TPID
12) Surat Perjanjian Pendanaan ( SP2 )
b. RAB
2. Dokumen Pencairan Tahap II (70%) :

A. Pertanggungjawaban penggunaan dana tahap I telah mencapai 90%.


B. (melampirkan Laporan Penggunaan Dana (LPD)
C. Rencana Penggunaan Dana tahap II (RPD II)
D. Rincian Penggunaan DOK

E. Rincian Penggunaan DOK

KN PPID
134
Penggunaan Bantuan Dana Operasional Kegiatan sesuai dengan PTO tentang PPID
1. Kegiatan Bursa Inovasi Desa dilaksanakan di kecamatan dengan alokasi maksimal 10%
dari seluruh alokasi DOK TPID, yang digunakan untuk:
a. Transportasi perwakilan desa dari desa menuju kecamatan. Perwakilan desa
dimaksud maksimal 4 orang per desa, dengan catatan jumlah perwakilan
masyarakat dapat ditambahkan sesuai kecukupan pembiayaan yang tersedia,
namun akan lebih baik biaya transportasi ini desa juga memberikan subsidi dari
utusan perwakilan desa;
b. Biaya penyelenggaraan event Bursa Inovasi Desa yang meliputi sewa tempat, sewa
stand, konsumsi, peralatan, dan kebutuhan teknis lain untuk kelancaran
penyelenggaraan event;
c. Pelaksanaan Bursa Inovasi Desa di kecamatan dapat dilaksanakan beberapa kali
dalam satu tahun, sesuai dengan kecukupan pembiayaan yang tersedia, yang perlu
menjadi perhatian utama kegiatan Bursa Inovasi Desa ini dilaksanakan sebelum
Desa melakukan kegiatan Musrenbangdes;
d. Biaya percetakan, peralatan-peralatan kelengkapan Bursa Inovasi dan pelaporan
dalam pelaksanaan kegiatan Bursa Inovasi;

2. Kegiatan dalam rangka proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi di desa dan
kecamatan dialokasikan total sebesar 50% dari total dana DOK PPID yang dapat
digunakan untuk adapun rinciannya sebagai berikut:
a. Dokumentasi atau melakukan cupturing merupakan kegiatan pendokumentasian
hasil identifikasi yang masuk kriteria kegiatan inovatif ke dalam bentuk media visual,
album photo, artikel/tulisan dan media cetak lainnya, pada tahun 2018 capturing
dilakukan 2 kali yaitu hasil identivikasi dan kartu ide yang direkomendasi oleh TIK
atas persetujuan dari TA Provinsi, dan Capturing setelah ada Bursa Inovasi di Tahun
2018, oleh karena itu dialokasikan sebesar 25 % dari dana alokasi DOK
b. Pelatihan TPID dilakukan di Kabupaten dalam upaya penguatan kapasitas yang
pesertanya adalah 2 orang TPID dan satu orang PLD selama 3 hari efektiv, panitia
pelatihan adalah TPID bersama-sama dengan TAPM Kabupaten, TIK dan PD adapun
besaran dana yang digunakan sebesar 10% dari dana alokasi DOK, biaya ini sudah
termasuk transportasi dan akomodasi peserta.
c. Replikasi, adalah proses mengawal kartu komitmen sampai kegiatan dapat masuk
dalam RAPBDesa, kegiatan replikasi ini meliputi, tukar informasi, uji silang,
mendatangkan narasumber, kunjungan lapangan dll. Adapun besaran dari replikasi
ini sebesar 15% dari dana alokasi kegiatan

3. Kegiatan Penunjang dalam kelancaran kegiatan PPID yaitu berupa biaya operasional dan
administrasi sebesar 15% dari total dana DOK PPID

KN PPID
135
a. Musyawarah Antar Desa (MAD), merupakan forum di tingkat kecamatan untuk
merencanakan kegiatan inovasi dan pengelolaan pengetahuan desa sebesar 3 %
dari alokasi DOK
b. Monitoring dan evaluasi sebesar 5% dari alokasi DOK
c. Administrasi dan Pelaporan TPID 7 % dari alokasi DOK

4. Kegiatan untuk pembiayaan Penyedia Jasa Layanan Teknis (P2KTD) dalam upaya
mendukung desa untuk mencapai replikasi dari kartu komitmen sampai proses
pelaksanaan kegiatan dialokasikan sebesar 25% dari seluruh alokasi TPID, setiap lembaga
P2KTD besar alokasi biaya maksimal Rp. 6 - 7 Juta rupiah per desa didasar atas kesulitan
dampingan. Oleh karena itu TPID akan melakukan perjanjian dengan P2KTD dalam upaya
melakukan kegiatan di desa-desa. Desa-desa yang mendapatkan bantuan P2KTD atas
rekomendasi dan ditetapkan oleh TPID.

Contoh rincian penggunaan DOK

1 Bursa Inovasi Desa di Kecamatan (10% )


a Transportasi perwakilan desa
(maks 4 org/desa )
b Biaya-biaya event Bursa :
Sewa tempat
sewa stand
konsumsi
peralatan
percetakan
dll
c Pelaporan bursa
2 Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi di Desa dan Kecamatan (50%)
2.1 Capturing ( 25% )
.
hasil identifikasi dan kartu ide
2017
transport identifikasi dan
pelaksanaan capturing
Sewa kamera/video shooting
dll
Capturing setelah BID 2018
transport identifikasi dan
pelaksanaan capturing
Sewa kamera/video shooting
dll
2.2 Pelatihan TPID (10%)
.
KN PPID
136
1 Bursa Inovasi Desa di Kecamatan (10% )
transport peserta
konsumsi
materi
Pelaporan pelatihan
dll
2.3 Replikasi (15%)
.
kunjungan lapangan/
mendatangkan narasumber/uji
silang/ tukar informasi (rincian
dana disesuaikan kebutuhan
replikasi yang dipilih)
3 Operasional dan Administrasi ( 15% )
3.1 MAD ( 3% )
.
MAD 1
konsumsi
pelaporan
dll
MAD 2
konsumsi
pelaporan
dll
3.2 Monitoring dan evaluasi ( 5% )
.
transport
Pelaporan
dll
3.3 Administrasi dan Pelaporan TPID (7 %)
.
Sew laptop
Sewa printer
pembelian atk
dll
4 Ppembiayaan Penyedia Jasa Layanan Teknis (P2KTD) ( 25% )
Sesuai kebutuhan desa yang
memerlukan P2KTD

F. Sanksi

Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi yang dikarenakan adanya
pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan dalam Program
Inovas iDesa, khususnya pada Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa.Sanksi
KN PPID
137
bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait
dalam pengelolaan program. Sanksi dapat berupa:
1. Sanksi program dengan pemberhentian bantuan apabila menyalahi prinsip-
prinsip dan menyalahgunakan dana atau wewenang;
2. Sanksi hukum yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku bagi yang melakukan penyalahgunaan dana dan
wewenang.

G. Ketentuan Perpajakan

Seluruh kewajiban perpajakan yang timbul dari setiap transaksi yang dihasilkan dari
pelaksanaan kegiatan-kegiatan bantuan pemerintah PPID harus dipungut pajak menurut
jenis yang diatur dalam peraturan perpajakan. Pengadministrasian perpajakan mulai dari
pembuatan bukti pungut, setoran pajak dan pelaporannya dibuat oleh bendahara atau atas
nama bendahara dan harus diselenggarakan secara benar dan tertib sesuai yang diatur
dalam peraturan perpajakan.

KN PPID
138
Lembar Informasi 4.1.1
Lembar Informasi 4.1.2

IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI


KEBUTUHAN PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

A. Konsep Penyedia Jasa Layanan Teknis (P2KTD)

1. Dasar Pemikiran
Program Inovasi Desa merupakan salah satu upaya Kemendesa PPDT dalam mempercepat
penanggulangan kemiskinan di Desa melalui pemanfaatan dana desa secara lebih berkualitas
dengan strategi pengembangan kapasitas desa secara berke-lanjutan khususnya dalam
bidang pengembangan sumber daya manusia, pengembangan sumber daya manusia:
Pelayanan Sosial Dasar , serta Infrastruktur Desa.
Desa menumbuhkan kebutuhan jasa layanan teknis yang beragam yang tidak dapat
dipenuhi oleh OPD terkait dan pemangku kepentingan professional. Sementara itu, Desa
memiliki keterbatasan dalam mengakses penyedia jasa layanan teknis professional yang
berasal dari lembaga swadaya masyarakat, Universitas, Asosiasi profesi dan perusahaan.
Kondisi tersebut mendorong kebutuhan pasar akan jasa layanan teknis dalam mendukung
pembangunan desa. Di sisi lain, lembaga penyedia jasa layanan teknis yang professional
belum memanfaatkan peluang jasa layanan ini karena keterbatasan informasi serta
kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan terkait.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan kebutuhan desa dengan pihak
penyedia jasa layanan teknis dan menjamin tersedianya jasa layanan yang berkualitas
diperlukan sistem layanan yang dapat diakses dengan mudah oleh desa. Oleh karena itu, jasa
layanan teknis yang sudah ada perlu diorganisir dan diperkuat kapasitasnya agar dapat
memberikan pelayanan secara lebih berkualitas dan berkelanjutan sesuai kebutuhan Desa.
Desa diharapkan memiliki pilihan untuk mendapatkan jasa layanan teknis yang berkualitas
dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Desa.

2. Maksud dan Tujuan


Penyedia Jasa Pelayanan Teknis (P2KTD) dimaksudkan untuk membantu desa mewujudkan
kegiatan inovasi desa yang membutuhkan keahlian teknis tertentu dalam meningkatkan
kualitas pembangunan Desa, di bidang pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan,
pengembangan sumber daya manusia, serta infrastruktur Desa. Secara khusus tujuan P2KTD,
yaitu:
a. Mewujudkan kegiatan pembangunan desa yang inovatif dan lebih berkualitas.
b. Membantu pemerintah daerah dalam menyediakan layanan teknis yang dibutuhkan
desa.
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kader pemberdayaan masyarakat desa.
KN PPID
139
3. Pengertian
P2KTD dalam PID adalah lembaga profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis
tertentu di bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan
Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur Desa. P2KTD bersifat mendukung pendampingan
teknis yang dilakukan oleh OPD kabupaten/kota dan tenaga Pendamping Profesional.
4. Kedudukan dan Lokasi
P2KTD berkedudukan di Kabupaten/kota, diorganisir oleh Tim Inovasi Kabupaten/kota untuk
memberikan pelayanan teknis pembangunan desa dalam bidang pengembangan ekonomi
lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, dan infrastruktur desa serta
terdaftar dalam direktori P2KTD kabupaten/kota. Keberadaaan P2KTD diharapkan dapat
mempercepat pencapaian target RPJMN 2015-2019 dan Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Khusus. Lokasi P2KTD di 33 provinsi dan 434 kabupaten/kota, dan ditetapkan oleh
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

5. Target Capaian

Dalam rangka mendukung Program Inovasi Desa (PID) perlu disediakan 2.604 P2KTD
meliputi bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, pengembangan sumber
daya manusia, dan infrastruktur desa yang diharapkan dapat mendampingi 14,000 desa.

6. Prinsip-Prinsip
Dalam menjalankan perannya, P2KTD bekerja atas dasar prinsip-prinsip, sebagai berikut:
a. Profesional, memberikan pelayanan teknis berkualitas teknis sesuai standar safeguard
dan peraturan yang berlaku.
b. Tanggungjawab Sosial, pelayanan didasarkan atas komitmen menumbuhkan
kewirausahaan sosial (sosial entrepreneurship);
c. Inklusi Sosial (Social Inclusion), menghormati kesetaraan, berpihakan pada
perempuan, berkebutuhan khusus, dan mendorong kohesi sosial;
d. Ramah Lingkungan, mendorong penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah
lingkungan;
e. Tata kelola, Jasa layanan yang diberikan harus bersifat transparan, partisipatif, dan
akuntabel.

7. Ruang Lingkup

Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama dalam
mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan oleh pendamping profesional
dalam mendukung kemandirian desa. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari: (1)
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk dukungan
teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi sesuai dengan
kebutuhan inovasi Desa. Layanan P2KTD dapat diberikan dalam tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pemeliharaan, dan evaluasi.

KN PPID
140
a. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan
Jasa layanan teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal disesuaikan
dengan kebutuhan dan karekteristik desa dalam pendukung pengembangan Produk
Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (prukades) serta
BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Bentuk layanan teknis pengembangan ekonomi
lokal dan kewirausahaan dapat berupa analisis dan identifikasi sumberdaya lokal,
analisis keberlanjutan usaha, pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan
produksi, dan mata rantai usaha (market chain) yang dikelola secara mandiri, serta
pengelolaan keuangan mikro.
b. Layanan Jasa Teknis Pelayanan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Jasa layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang diberikan P2KTD
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SDM khususnya layanan sosial dasar
(antara lain: PAUD, Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi kewenangan lokal
berskala desa) dan kewirausahaan sosial.
Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi inovatif untuk
menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan menawarkan ide-ide
kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah, pengelolaan air bersih,
pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan Desa Wisata.
Bentuk kegiatan layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat berupa
pelatihan dan bimbingan untuk mendorong kemandirianDesa dalam memberikan
pelayanan sosial dasar yang berkualitas (seperti: Posyandu Mandiri, Pengelolaan
PAUD), serta menumbuhkan kewirausahaan sosial di Desa.
c. Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa
Jasa layanan teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis sarana prasarana
skala desa dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas layanan jasa teknis
infrastruktur Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa
yang meliputi:
1) Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana prasarana Embung
Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan air lainnya yang
mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
2) Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana Olah Raga di Desa
yang mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;
3) Jasa layanan teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya
yang memiliki dampak ekonomi besar, seperti: jalan, jembatan, pasar desa,
pengelolaan air bersih.

B. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan P2KTD di dalam Program Inovasi Desa meliputi: (1) sosialisasi di
Provinsi dan Kabupaten, (2) Pembentukan Pokja P2KTD, (3) Pelatihan Pokja P2KTD-TIK (4)
Penyusunan direktori P2KTD, (5) Pemanfaatan P2KTD.

KN PPID
141
Alur Mekanisme Kegiatan P2KTD

Alur nomor 1 s.d. 4 menjadi tugas tim di level kabupaten. Pada prinsipnya pemanfaatan jasa
P2KTD baru dapat dilaksanakan setelah Direktori P2KTD disahkan oleh BPMD kabupaten.
Proses pemanfaatan jasa layanan P2KTD diawali dengan identifikasi kebutuhan Desa akan
jasa P2KTD.

1. Identifikasi Kebutuhan P2KTD ke Desa-Desa (TPID)


Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan Jasa
layanan teknis. Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani kegiatan P2KTD dengan
mengecek APB Desa yang telah ditetapkan tahun sebelumnya khususnya untuk bidang
kegiatan ekonomi lokal dan kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan
Infrastruktur. Kegiatan yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh Kader Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping profesional
karena membutuhkan keahlian khusus. Kegiatan jasa layanan teknis yang dapat diberikan
oleh P2KTD meliputi pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan
pengembangan jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa.

2. Verifikasi Kebutuhan P2KTD dalam APB Desa


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan kegiatan
yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa membutuhkan layanan P2KTD. Verifikasi
dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan layanan P2KTD.
Hasil verifikasi yang dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD disampaikan kepada TPID berupa daftar
usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan layanan teknis serta P2KTD yang
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Desa. Jika P2KTD yang dibutuhkan tidak
KN PPID
142
tersedia dalam direktori, maka TIK dapat merekomendasikan P2KTD dari luar wilayah
kerjanya.

3. Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD


Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas kegiatan
yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan kriteria sebagai
berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi; (b) kegiatan inovasi
yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang memiliki dampak langsung
terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya melibatkan masyarakat; (e)
mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD dan Posyandu.
P2KTD sebagai alternatif solusi untuk mewujudkan pembangunan di desa tentu
memiliki keterbatasan terkait dengan jumlah, sumber daya manusia yang memiliki keahlian
yang dibutuhkan desa dan jangkauan layanannya. Oleh karena itu, Tim Pengelola Inovasi
Desa (TPID) dengan difasilitasi oleh Tim Inovasi kabupaten (TIK) mempunyai peran yang
penting untuk menetapkan jenis kegiatan yang layak mendapatkan bantuan dari P2KTD.
Pemilihan dan penetapan prioritas kegiatan-kegiatan yang membutuhkan P2KTD
tentu tidaklah mudah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
kegiatan prioritas. Dengan memahami konsep dan cara menentukan prioritas kegiatan
diharapkan TIK dan TPID dapat membantu desa mewujudkan apa yang dibutuhkan demi
peningkatan pembangunan di desa.

1. Konsep Prioritas
Penentuan prioritas merupakan proses mengidentifikasi aktivitas yang paling penting.
Penentuan prioritas (priority setting) dikembangkan sebagai dasar pembuatan keputusan.
Penentuan prioritas perlu dikembangkan dengan memahami sumber-sumber daya yang
bermanfaat untuk mencapai hasil (outcomes) dan pengaruh (impact) yang diharapkan.
Ketersediaan sumber daya dapat menjadi faktor utama dalam penentuan prioritas
kegiatan pembangunan desa. Penentuan prioritas disusun berdasarkan tingkat kebutuhan
dan kepentingan (urgensi) dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya, penyusunan
prioritas akan memperhatikan masalah-masalah dasar yang dihadapi di desa maupun faktor-
faktor yang menghambat tercapainya tujuan pembangunan. Oleh karena itu, pemahaman
terhadap akar permasalahan yang dihadapi menjadi modal utama bagi pengambil
keputusan, khususnya yang terkait dengan masalah mendasar di desa terkait kewenangan
lokal desa.
Selain itu, penyusunan prioritas suatu kegiatan perlu dibuat dengan bekal
pemahaman mengenai sumber daya yang dapat digunakan untuk mencapai hasil dan
dampak yang diharapkan. Ketersediaan atau keterbatasan sumber daya dapat menjadi faktor
utama dalam memilih prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan. Tanpa pemahaman
mengenai potensi, tujuan dan kondisi sumber daya yang dimiliki, prioritas tidak akan
dilakukan dengan tepat.

KN PPID
143
Efektifitas penentuan prioritas terkait erat dengan proses pengambilan keputusan.
Dalam hal ini, pengambilan keputusan harus mempertimbangkan dampak dan manfaat, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.

(1) Kriteria Perumusan dan Penetapan Prioritas Kegiatan


Kriteria penetapan prioritas kegiatan sangat tergantung pada jenis dan tujuan
yang hendak dicapai. Penentuan kriteria bertujuan untuk memudahkan TIK
Pokja P2KTD dan TPID dalam memberikan penilaian dan menentukan
kelayakan sebuah kegiatan. Terkait dengan kegiatan desa yang mendapatkan
dukungan P2KTD, ada 5 (lima) kriteria yang telah ditentukan oleh Program
Inovasi Desa (PID) sebagai berikut:
(a) Desa mempunyai komitmen untuk melaksanakan replikasi kegiatan.
Desa mengalokasikan dana untuk melakukan kegiatan replikasi dan
penyediaan jasa layanan teknis dalam RKP desa dan APB Desa.
(b) Kegiatan yang diusulkan merupakan kegiatan inovasi yang selaras
dengan kebijakan pemerintah. Usulan kegiatan inovasi yang
membutuhkan jasa layanan teknis didasarkan pada arah kebijakan
Kabupaten/Kota, khususnya terkait dengan kewenangan desa.
Disamping itu pemerintah kabupaten/ kota berkomitmen memberikan
dukungan teknis dan atau alokasi anggaran terhadap kegiatan tersebut.
(c) Kegiatan memiliki dampak langsung terhadap masyarakat. Kegiatan
inovasi yang diusulkan merupakan hasil kajian terhadap kebutuhan
pembangunan desa yang berpengaruh langsung terhadap kepentingan
orang banyak khususnya rumah tangga miskin dan kelompok marjinal.
Disamping itu mendorong peningkatan kesejahteraan ekonomi dan
pengentasan kemiskinan.
(d) Dalam pelaksanaannya kegiatan yang dimaksud akan melibatkan
masyarakat.Usulan kegiatan inovasi yang membutuhkan jasa layanan
teknis tidak bersifat elitis dan melibatkan masyarat dalam
pelaksanaannya.
(e) Mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD dan
Posyandu. Usulan kegiatan inovasi yang membutuhkan jasa layanan
teknis diprioritaskan untuk mendukung peningkatan layanan dasar
(bidang Pendidikan dan kesehatan) di desa
Selanjutnya untuk pelaksanaan kegiatan P2KTD diuraikan pada Lembar Informasi
Sub Pokok Bahasan 2.3 berikut.

KN PPID
144
Lembar Informasi 4.3.1

FASILITASI PEMANFAATAN PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

A. Latar Belakang
Pemanfaatan P2KTD merupakan serangkaian kegiatan pendayagunaan keahlian yang dimiliki
oleh P2KTD dalam mendorong inovasi dan peningkatan kualitas pembangunan Desa. Bentuk
pemanfaatan P2KTD hampir sama dengan pola kerjasama Desa dengan pihak ketiga dalam
mendampingi masyarakat desa. Dimana pihak ketiga dalam hal ini P2KTD memberikan
layanan dan bimbingan teknis kepada Desa secara bervariasi, diantaranya, advokasi,
peningkatan kapasitas, pendidikan, pembangunan infrastuktur, dan masih banyak aktifitas
lain.
Dalam kerangka dukungan P2KTD melalui pola kerjasama Desa dengan pihak ketiga
baik dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan inovasi yang tidak dapat dilakukan
sevara mandiri oleh Desa dan pendamping. Pemanfaatan P2KTD dilakukan dalam rangka
membantu desa. Selama ini desa dipandang sebagai pihak yang ‘lemah’. Terlalu lamanya
dibiarkan dan urusannya dipercayakan kepada pihak lain, maka desa sulit untuk berdaya.
Desa menjadi obyek yang harus selalu dibantu.
Para pegiat desa, akademisi, atau LSM, baik yang berasal dari atau luar desa,
melakukan upaya guna memandirikan desa. Desa didorong untuk menjadi entitas yang kuat
dalam berbagai hal. Kerjasama dan kerja bersama yang dilakukan mendapat apresiasi
masyarakat. Mereka antusias menyambut baik uluran tangan para pihak itu.
Dalam bidang yang lain, pihak swasta pun ikut andil. Mereka dapat memberikan
bantuan berupa uang dan atau barang yang dibutuhkan oleh masyarakat secara langsung.
Bentuk-bentuk kepedulian ini sedikit banyak membuka mata kita, bahwa desa perlu
dikuatkan.
Terbitnya UU Desa diharapkan mampu memperkuat desa. Modal sosial di desa yang
selama ini menjadi andalan, bisa lebih optimal. Tidak menutup kemungkinan pada saatnya
nanti, desa lah yang akan memberikan bantuan kepada pihak lain. Saat desa sejahtera,
negara akan makmur. Persoalan-persoalan sosial yang terjadi bukan tidak mungkin akan
teratasi oleh desa.

B. Ruang Lingkup Pemanfaatan Jasa Layanan P2KTD


Ruang lingkup pemanfaatan layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang
kegiatan utama dalam mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan oleh
pendamping profesional. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari: (1) Pengembangan
Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya Manusia, serta (3)
Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk dukungan teknis berupa
pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan pengembangan
jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa. Layanan P2KTD dapat diberikan dalam
tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan evaluasi.
KN PPID
145
1. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan
Pemanfaatan jasa layanan teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal
didasarkan kebutuhan dan karakteristik Desa dalam pendukung pengembangan Produk
Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (prukades) serta BUM
Desa atau BUM Desa Bersama. Kegiatan pemanfaatan P2KTD dalam pengembangan
ekonomi lokal dan kewirausahaan dapat berupa layanan teknis dan bimbingan terkait analisis
dan identifikasi sumberdaya lokal, analisis keberlanjutan usaha, pengembangan SDM dan
kelembagaan, pengembangan produksi, dan mata rantai usaha (market chain) yang dikelola
secara mandiri, serta pengelolaan keuangan mikro.

2. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia


Pemanfaatan jasa layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang diberikan
P2KTD didasakran kebutuhan pengembangan layanan sosial dasar (antara lain: PAUD,
Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi kewenangan lokal berskala desa) dan
kewirausahaan sosial. Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi inovatif
untuk menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan menawarkan ide-ide
kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah, pengelolaan air bersih,
pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan desa wisata. Bentuk kegiatan layanan
teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat berupa pelatihan dan bimbingan untuk
mendorong kemandirian Desa dalam memberikan pelayanan sosial dasar yang berkualitas
(seperti: Posyandu Mandiri, Pengelolaan PAUD), serta menumbuhkan kewirausahaan sosial
di desa.

3. Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa


Jasa layanan teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis sarana prasarana skala desa
dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas layanan jasa teknis infrastruktur
Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa yang meliputi:
a. Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana prasarana Embung
Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan air lainnya yang
mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
b. Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana Olah Raga di Desa yang
mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;
c. Jasa layanan teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya yang
memiliki dampak ekonomi besar, seperti : jalan, jembatan, pasar desa, pengelolaan air
bersih.

C. Tahapan Pemanfaatan P2KTD


Pemanfaatan P2KTD dilakukan oleh Desa melalui pentahapan sebagai berikut: (1) identifikasi
kebutuhan P2KTD yang dilakukan oleh TPID; (2) verifikasi kebutuhan P2KTD dalam APB Desa;
(3) perumusan dan prioritas kegiatan P2KTD; (4) pelaksanaan kegiatan P2KTD; (5) orientasi
KN PPID
146
P2KTD; (6) pertanggungjawaban P2KTD. Tiga (3) tahapan sudah dibahas pada SPB 2.1 dan
2.2. Sehingga pada Sub Pokok Bahasan 2.3 akan difokuskan pada tahapan (4) – (6) dengan
uraian sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
Berdasarkan kontrak kerjasama dengan TPID, P2KTD akan mulai melakukan kegiatan
persiapan, pelaksanaan bimbingan, capaian hasil kegiatan dalam memberikan layanan teknis
kepada desa. Dalam menjalankan tugasnya P2KTD wajib mendorong pelibatan masyarakat
dan mempersiapkan kader desa untuk keberlanjutan kegiatan pembangunan.
2. Orientasi P2KTD
Orientasi P2KTD bertujuan untuk mempersiapkan P2KTD dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan program inovasi desa. Penyelenggaraan orientasi dilaksanakan di
provinsi. Peserta orientasi P2KTD terdiri dari maksimal 6 orang per kabupaten yang mewakili
6 P2KTD. Pemilihan peserta orientasi dilakukan oleh TIK- Pokja P2KTD berdasarkan usulan
TPID dengan mempertimbangkan jasa layanan teknis yang paling banyak dibutuhkan oleh
desa dalam skala kabupaten.
3. Pertanggungjawaban kegiatan P2KTD
P2KTD wajib menyusun laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima jasa layanan. Laporan pertanggungjawaban terdiri dari
laporan kemajuan kegiatan dan hasil jasa layanan teknis P2KTD. Selain itu TPID selaku
pengelola dana operasional P2KTD pada DOK PPID wajib menyusun laporan hasil
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana dalam forum musyawarah antar desa (MAD)
dengan tembusan kepada TIK.

D. Peran Pendamping Desa (PD)


Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai
berikut:
1. Memfasilitasi kegiatan sosialisasi P2KTD di Kecamatan dan Desa;
2. Memfasilitasi TPID dalam proses identifikasi, perumusan dan prioritas, serta penetapan
P2KTD sesuai kebutuhan Desa;
3. Memfasilitasi forum Musyawarah Desa untuk pertanggungjawaban hasil kerja P2KTD;
4. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

Daftar Pustaka
Standar Prosedur Operasional–Penyedia jasa layanan Teknis (P2KTD), Kementerian Desa,
Transmigrasi dan Daerah Tertinggal, 2018.
http://mellyeyf.blogspot.co.id/2014/07/menentukan-prioritas-pekerjaan.html
https://www.scribd.com/doc/2908460/Modul-3-Konsep-Penentuan-Prioritas

KN PPID
147
Lembar Informasi 5.1.1

IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI INOVASI

A. Pendahuluan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di sejumlah lokasi, banyak pengetahuan dan
kegiatan inovatif yang telah dilakukan atas inisiatif masyarakat, Pemerintah Desa maupun
Kabupaten dalam menjawab sebuah tantangan atau dalam menjalankan kegiatan
pembangunan. Pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar-desa maupun dengan
kabupaten pun telah terjadi. Inisiatif tersebut dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat
dan mendapat dukungan dari berbagai program.
Meski demikian, seiring berhentinya sebuah program, tidak sedikit inisiatif yang
hilang. Untuk itu, perlu ada sistem pengelolaan inisiatif yang memiliki nilai-nilai inovasi.
Selain untuk menjamin keberlanjutan inisiatif tersebut, pengelolaan yang baik dapat
memungkinkan pihak lain mengakses informasi terkait inisiatif atau inovasi tersebut,
menjadikan inspirasi atau bahkan rujukan bagi penyelesaian masalah mereka atau
pengayaan kegiatan pembangunan yang lebih efektif dan inovatif.

B. Pengertian
Inovasi tidak sama dengan praktik cerdas (best practice). Inovasi disini merujuk pada cara
atau pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara yang
dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok)
masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi atau
dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil.

C. Kriteria

KN PPID
148
Kriteria Inovasi adalah segala bentuk inisiatif atau “gebrakan” dari masyarakat, kelompok,
satuan kerja, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan keberlanjutan
pembangunan sebagai akibat dari intervensi Program Inovasi Desa maupun aktivitas lainnya.
Kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Sangat Dibutuhkan (ada permintaan) di masyarakat
b. Terdefinisi dengan baik
c. Dapat direkam
d. Dapat/layak untuk dibagikan
e. Dapat diulang dan dikembangkan
f. Relevan.

D. Kategori
Kategori inovasi Desa sebagai berikut:
a. Kegiatan pembangunan di bidang pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan,
pengembangan sumber daya Manusia, dan infrastruktur Desa yang memberi manfaat
secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh masyarakat;
b. Upaya yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan berkualitas,
serta mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat dalam pembangunan;
c. Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan ekonomi dan
sosial budaya;
d. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena mengadopsi unsur
budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai
keberlanjutan;
e. Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur baru dengan yang
sudah ada dan memberikan perubahan yang signifikan dari cara-cara sebelumnya dan
memiliki nilai keberlanjutan;
f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan terhadap kondisi
geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.

E. Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan


Model pengelolaan inovasi di tingkat Kecamatan merupakan serangkaian kegiatan
pengelolaan inovasi mencakup diseminasi dan sosialisasi yang melibatkan pemangku
kepentingan serta dilaksanakan di tingkat Kecamatan. Tujuan pengelolaan inovasi di
Kecamatan, yaitu:
a. Melanjutkan dan mengembangkan upaya inovatif yang lahir dari masyarakat dalam
mendorong kemandirian Desa melalui penggunaan Dana Desa secara efektif dan
inovatif;
b. Mendokumentasikan praktik cerdas yang memiliki muatan inovasi dari setiap desa
yang akan menjadi aset Kecamatan;
c. Menyediakan media pembelajaran atau forum pertukaran inovasi di tingkat kecamatan
untuk kemajuan bersama.

KN PPID
149
Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh dalam mengelola inovasi di tingkat
Kecamatan, sebagai berikut:
(1) Pengidentifikasian dan pemilihan inisiatif yang bermuatan inovasi dari desa-desa;
(2) Pendokumentasian secara sederhana dari inisiatif atau kegiatan-kegiatan inovatif di
desa-desa, dalam berbagai bentuk yang memungkinkan. Bisa dalam bentuk tulisan,
gambar, video, maupun audio;
(3) Pengemasan inovasi sesuai tema menjadi materi sosialisasi dan komunikasi sederhana;
(4) Penyimpanan dokumen pembelajaran dalam tempat/ruangan tertentu;
(5) Penyebaran dokumen pembelajaran ke desa melalui berbagai saluran komunikasi
(Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi) dan/atau melalui forum pertemuan
masyarakat antar-desa
(6) Penentuan minimal satu inovasi per kecamatan untuk diajukan, diverivikasi dan dikelola
oleh Tim Inovasi Kabupaten/Kota.

F. Identifikasi Inovasi
Identifikasi inovasi dilakukan untuk memetakan kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan di
masyarakat dan desa pada bidang infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, serta
kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal berdasarkan kriteria yang termasuk dalam
kategori inovatif. Identifikasi dibedakan pada dua kategori lokasi berdasarkan pelaksanaan
PID tahun 2017, yaitu:
1. Lokasi yang sudah tersedia Kartu Ide melalui Bursa Inovasi Desa pada tahun
sebelumnya
Pada lokasi ini identifikasi inovasi didasarkan atas kartu ide yang sudah tersedia, yaitu
dengan mengumpulkan seluruh kartu ide hasil bursa dan mengelompokkan ide-ide
tersebut ke dalam 3 bidang, yaitu bidang infrastruktur, kewirausahaan dan
pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan sumber daya manusia. Tahapan
ini dilakukan oleh Pokja PPID pada TIK dengan difasilitasi oleh TAPM. Pengelompokan
dilakukan melalui pemilahan ide inovasi mana saja yang memenuhi kriteria kategori
inovatif.
2. Lokasi yang belum tersedia Kartu Ide atau yang belum melakukan Bursa Inovasi
Desa
Pada lokasi ini, TPID terutama yang menangani bidang PPID dengan dibantu difasilitasi
oleh PD, melakukan identifikasi ke desa-desa atas beberapa kegiatan di bidang
infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan
sumber daya manusia, yang sudah dilakukan dan dinilai berpotensi sebagai kegiatan
yang inovatif sesuai kriteria. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan ke
desa-desa dan melakukan pengamatan dan wawancara dengan pelaku-pelaku
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan setelah
TPID mendapatkan pelatihan terlebih dahulu tentang PID dan memahami apa saja
kriteria kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan inovatif.

KN PPID
150
G. Verifikasi dan Validasi Inovasi oleh Pokja PPID - TIK
Pokja PPID-TIK, setelah mendapatkan hasil identifikasi kegiatan dari Kartu Ide atau TPID
selanjutnya melakukan proses verifikasi dan validasi apakah kegiatan-kegiatan tersebut
masuk dalam kriteria inovatif atau tidak. Hasil verifikasi berupa rekomendasi kelayakan
sebagai kegiatan inovatif yang bisa dilanjutkan proses berikutnya, yaitu capturing atau
pendokumentasian kegiatan inovasi. Verifikasi merujuk pada kriteria kegiatan inovatif
sebagaimana yang sudah disebutkan dalam Bab I Ketentuan Dasar. Rekomendasi kelayakan
ini ditujukan kepada TPID.

KN PPID
151
Lembar Informasi 5.2.1

MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)

A. Pendahuluan
Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian
kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing
menggunakan metode dan format yang dilatihkan kepada TIK dan TPID. Capturing dilakukan
terhadap inovasi yang merupakan hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam
Kartu Ide dari BID dan telah diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.
Pengetahuan eksperiensial dan pembelajaran bisa ditangkap dengan berbagai
metode. Memilih metode akan bergantung pada kebijakan organisasi, ketersediaan
anggaran dan alat pendukung, selera individu, dan keterampilan penangkap pengetahuan.
Dua jenis kegiatan untuk menangkap pengalaman operasional dan pembelajaran: yang
dilakukan oleh individu dan yang dilakukan berkelompok. Kegiatan menangkap inovasi
(capturing) dapat dilakukan secara langsung, namun bisa juga dilakukan secara online.
Beberapa kegiatan menangkap inovasi (capturing), seperti ruang kerja bersama dan
wiki, menggabungkan penangkapan dengan berbagi pengetahuan, sehingga pengetahuan
didokumentasikan dan dibagikan pada waktu yang sama. Disamping itu, kegiatan tersbeut
menuntut kemampuan atau keterampilan khusus serta persiapan yang cukup matang untuk
memperoleh hasil yang baik.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menagkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Wawancara; (2) Bercerita; (3) Observasi; (4) Blog; (5) Kajian pascapelaksanaan; (6)
FGD/Kelompok diskusi terfokus; (7) Wiki; (8) Ruang Kerja Bersama; (8) Webinar; (9) Forum
online; dan (10) Komunitas praktisi.

B. Wawancara
Cara tercepat untuk mencari tahu pengetahuan seseorang adalah dengan bertanya langsung
kepadanya. Wawancara adalah metode yang paling sering digunakan untuk menggali
pengetahuan. Pewawancara mengajukan pertanyaan untuk menemukan fakta dan opini
yang terkait dengan pengalaman. Wawancara empat-mata yang terstruktur dan terencana
akan membantu memberikan informasi seputar observasi, pengetahuan tentang latar
belakang, sikap, dan kepercayaan seputar pengalaman tertentu. Untuk mendapatkan hasil
yang sebaik-baiknya, pewawancara perlu melakukan persiapan total, idealnya menyusun
daftar pertanyaan secara cermat berdasarkan urutan tertentu, terutama jika ada lebih dari
satu orang yang akan diwawancarai secara berurutan tentang kejadian yang sama. Daftar
pertanyaan menjamin setiap peserta mendapatkan pertanyaan yang sama dengan cara yang
kurang lebih sama sehingga mengurangi bias.
Wawancara juga bisa dilakukan secara tertulis di kertas, dengan perekam suara, atau
dengan kamera video. Wawancara lazimnya dilakukan tatap muka, meskipun wawancara
melalui telepon atau konferensi video juga bisa dilakukan di era digital ini, terutama bila
KN PPID
152
narasumber dan pewawancara tidak bisa melakukan pertemuan atau sebagai tindak lanjut
atas wawancara yang telah dilakukan.

1. Tahapan Wawancara
Wawancara terdiri atas empat tahap: pengaturan, persiapan, wawancara, dan rekonstruksi.

a. Pengaturan
Proses wawancara yang mulus mensyaratkan pengaturan logistik dan komunikasi yang
cukup canggih.
(1) Buat perjanjian dengan target yang akan diwawancara dan jelaskan tujuannya.
(2) Jika ada beberapa orang yang harus diwawancarai, wawancarai sang pelaku utama
terakhir kali.
(3) Susun jadwal wawancara dan pesan tempat yang tenang dengan gangguan minimal.
(4) Kirim undangan dengan perincian wawancara (tempat, waktu, topik, durasi, dan lain-
lain).
(5) Telepon responden sehari sebelum wawancara untuk mengingatkan dan
mengkonfirmasi-kan janji.

b. Persiapan
Cara memandu wawancara dan mengajukan pertanyaan berdampak besar bagi kualitas
informasi yang akan diperoleh. Berikut beberapa kiat yang dapat disiasati:
(1) Awali persiapan sebaik-baiknya sebelum hari wawancara.
(2) Tentukan hal yang Anda ingin dapatkan dari wawancara.
(3) Tentukan target terwawancara Anda dan pertimbangkan matang-matang alasan
memilihnya.
(4) Tentukan jenis wawancaranya (survei, mendalam, terpandu, atau percakapan).
(5) Pelajari peristiwa, fakta, atau pengalaman sebisa mungkin sebelum wawancara.
(6) Susun pengantar yang tepat untuk disampaikan ketika wawancara dimulai.
(7) Susun daftar topik yang merinci topik sekaligus pertanyaan spesifik yang ingin Anda
ajukan sepanjang wawancara. Topik-topik ini bisa berkaitan dengan perilaku, opini
atau nilai, perasaan, pengetahuan, indera (semua yang dilihat, didengar, diamati, dan
lain-lain), latar belakang baku atau pertanyaan demografis.
(8) Dalam menjaga spontanitas, pewawancara jangan membocorkan pertanyaan kepada
terwawancara sebelum wawancara dimulai.
(9) Pastikan semua persoalan yang ingin digali informasinya telah tercakup.
(10) Gunakan pertanyaan 5W-1H (apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana)
sebagai panduan ketika membuat daftar pertanyaan dan sepanjang jalannya
wawancara.
(11) Uji pertanyaan wawancara untuk mengetahui terpenuhi/tidaknya tujuan yang telah
ditetapkan.

KN PPID
153
(12) Akhiri desain wawancara dengan pertanyaan atau komentar pamungkas, tindak
lanjut, dan lain-lain.
(13) Pilih teknologi penangkapan yang tepat (tulisan, lisan, audio, atau rekaman video).
(14) Jika menggunakan peralatan rekam, setel, dan ujilah terlebih dahulu.

c. Pelaksanaan Wawancara
Inti dari wawancara yang baik adalah membuat lawan bicara Anda merasa nyaman terlebih
dahulu, barulah kemudian mengajaknya terlibat aktif dan larut dalam percakapan.
(1) Sambut responden dengan hangat, perkenalkan diri Anda, dan awali percakapan santai
untuk membangun suasana yang enak. Buat responden merasa nyaman.
- Jelaskan langkah-langkah sepanjang proses wawancara:
- Surat sepakat (informed consent)
- Sesi wawancara
- Menjawab pertanyaan mereka
- Insentif atau imbalan atas sesi wawancara
- Penjelasan tentang cara Anda menggunakan hasil-hasil wawancara.
(2) Idealnya, dapatkan surat sepakat secara lisan untuk saat ini dengan perekam yang
sudah dinyalakan, atau secara tertulis
(3) Sampaikan panjang dan tingkat perincian jawaban yang diharapkan. Jika menggunakan
perekam, minta terwawancara untuk menyampaikan inti jawabannya pada menit-menit
awal, diikuti dengan penjabaran lebih lanjut bilamana perlu.
(4) Awali dengan membahas semua pertanyaan atau topik dan jangan ragu-ragu untuk
mengajukan pertanyaan susulan atau pertanyaan yang muncul atas jawaban yang
diberikan demi mendapat pencerahan lebih dalam seputar topik, kasus, atau
pengalaman.
(5) Ajukan pertanyaan-pertanyaan pendek tetapi relevan. Beri waktu terwawancara untuk
berpikir dan menjawab. Biarkan terwawancara menjelaskan peristiwa yang terjadi
dengan kata-katanya sendiri.
(6) Jadilah pendengar yang baik.
(7) Jaga kontak mata dan amati bahasa tubuh. Amati dan catat perilaku responden Anda
berikut sisi kontekstual wawancara, dan tetap buat notula meskipun Anda
menggunakan peralatan audiovisual. Anda hanya perlu mencatat kata-kata atau poin
kunci dan menjabarkannya setelah wawancara usai.
(8) Campur pertanyaan "berat" dengan pertanyaan "ringan", dan campur juga pertanyaan
berdasarkan fakta dengan pertanyaan berdasarkan skenario.
(9) Usahakan tetap netral.
(10) Pikirkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.
(11) Gunakan struktur wawancara yang sudah Anda susun (5W-1H) dan ajukan perincian
pertanyaannya: seberapa lama, seberapa banyak, untuk apa, dengan siapa, dan lain-
lain.

KN PPID
154
(12) Gali pelajaran-pelajaran pribadi yang diambil oleh terwawancara.
(13) Beri kesempatan terwawancara untuk mengajukan pertanyaan.
(14) Ucapkan terima kasih kepada responden Anda.
(15) Catat semua materi tambahan yang perlu Anda himpun, dengan mempertimbang-kan
jawaban responden (gambar, foto, statistika, data, informasi dari pakar lain, dan lain-
lain).
(16) Kembangkan catatan Anda segera setelah masing-masing wawancara (sebaiknya
dalam waktu 24 jam).

d. Rekonstruksi
Setelah wawancara, tuangkan informasinya ke dalam format tertentu--mungkin berupa
dokumen atau presentasi yang menggambarkan pemahaman dari wawancara--yang
nantinya dapat Anda bagikan dan gunakan dalam proses memformat.
(1) Segera setelah wawancara, baca ulang catatan Anda sepanjang wawancara dan
rangkum pikiran serta pertimbangan Anda, meskipun Anda juga menggunakan
perekam. Jika tidak, ingatan Anda akan hilang, bahkan selang satu hari sekalipun, dan
beberapa catatan penting bisa saja kehilangan maknanya.
(2) Buat transkrip wawancara.
(3) Buat laporan wawancara. Jika Anda melakukan beberapa wawancara (yang memang
dianjurkan), Anda dapat menggunakan laporan wawancara pertama ini sebagai sarana
pembanding dan pembeda hasil-hasil Anda.
(4) Rangkum temuan dalam bentuk poin-poin kunci dan gunakan kutipan untuk
menggambarkan dan mendukung temuan Anda.

2. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan terbesar wawancara terletak pada dalamnya rincian yang bisa diperoleh.
Terwawancara dapat menghadirkan gambaran peristiwa secara hidup sehingga memberikan
pandangan pertama peristiwanya kepada pewawancara. Pewawancara dapat menyesuaikan
pertanyaan dengan responden agar bisa memancing contoh atau penjelasan yang lebih
banyak lagi. Wawancara dapat membantu menangkap latar belakang, akar permasalahan,
dan aneka faktor yang mempengaruhi, di samping menjelaskan hal yang terjadi dalam
peristiwa tertentu. Wawancara juga dapat memberikan pemahaman tentang interpretasi,
persepsi, pikiran, dan perasaan responden, yang bisa saja terungkap lewat isyarat-isyarat
sosial semisal intonasi dan bahasa tubuh.
Kelemahan wawancara diantaranya pada saat merekrut orang dan membuat perjanjian
untuk wawancara bisa jadi terasa berat. Dibutuhkan tempat dan waktu yang sesuai dan
mungkin juga harus mengatur banyak jadwal. Pewawancara bisa saja lupa mengajukan
pertanyaan pokok, atau jawaban mungkin memicu pertanyaan-pertanyaan baru nantinya.
Namun sekali wawancaranya sudah selesai, tentunya sulit untuk menindaklanjuti topik yang
tertinggal. Kadang-kadang segunung informasi berhasil dikumpulkan, yang ujung-ujungnya
membuat pengolahan data sangat menyita waktu.

KN PPID
155
3. Situasi khusus: Wawancara akhir tugas
Ketika karyawan meninggalkan organisasi, manajer mengadakan wawancara ketika karyawan
keluar agar terbantu dalam menilai hal-hal yang membutuhkan peningkatan atau
perubahan, mengurangi hilangnya pengetahuan akibat kepergian karyawan, dan membantu
para karyawan baru agar mereka tidak harus "membuang-buang waktu menciptakan sesuatu
yang sudah ada."
Pertanyaan-pertanyaan khas dalam wawancara ketika karyawan keluar:
• Apakah pelajaran terpenting yang Anda ambil dari pengalaman profesional dengan
klien? Dengan rekan kerja? Dengan pihak manajemen?
• Apakah keberhasilan/kegagalan terbesar Anda dalam organisasi dan apa alasannya?
• Apakah satu-satunya rekomendasi terpenting yang akan Anda berikan kepada pihak
manajemen? Kepada rekan kerja? Kepada penerus Anda?
• Sudikah Anda membuat anekdot yang memberikan pencerahan penting bagi karyawan
saat ini atau karyawan baru kami?
• Jika Anda mampu membuat satu perubahan, seperti apakah bentuknya?
• Apakah tindakan prioritas yang perlu segera diambil oleh penerus Anda dan apa nasihat
Anda terhadap tindakan-tindakan tersebut?
• Apa saja aset atau pengaturan organisasi saat ini yang perlu dijaga?
• Apa saja alat, referensi pengetahuan, dan hubungan terpenting bagi Anda dalam
menunaikan tugas? Apa saja yang masih luput atau belum ada?

C. Storytelling (Bercerita)
Bercerita merupakan salah satu metode penelitian dan cara yang efektif untuk berbagi
informasi dan membangun pemahaman. Dalam mencari solusi, storytelling dapat menjadi
alat untuk menciptakan suatu desain kerja sama sehingga membuka kesempatan bagi para
pelaku mencari solusi atas suatu masalah. Bercerita semakin sering digunakan oleh organisasi
untuk berbagi dan menginterpretasikan pengalaman dalam konteks sosial. Dari perspektif
pendengar, memahami dan mengingat pengetahuan itu lebih mudah ketika tersaji dalam
bentuk cerita, terutama bila disampaikan oleh narasumbernya langsung. Selain itu, bercerita
dapat melengkapi pemikiran analitis--seorang narasumber mungkin tidak menyadari nilai
pengalaman dirinya sebelum dia menceritakannya. Mungkin pernah mendengar TED Talks
atau melihat video-videonya di YouTube? TED Talks umumnya menyajikan narasumber-
narasumber yang menceritakan kembali pengalamannya, dari nol hingga sukses, jatuh-
bangunnya. Cara mereka bercerita menggugah pendengar hingga bisa menjadi inspirasi dan
memotivasi. Beberapa proses yang digunakan dalam teknik bercerita sebagai berikut:

1. Riset Naratif
(1) Domain: identifikasi isu/masalah yang berfokus pada isu personal atau sosial
(2) Demografi: identifikasi individu yang memiliki cerita yang dapat dikumpulkan melalui
wawancara, pendokumentasian, observasi, dll.
(3) Membangun cerita: berikut adalah langkah-langkah dalam membangun sebuah cerita
• Berbagi cerita pribadi seseorang;

KN PPID
156
• Tambahkan cerita dari jurnal atau photo, dsb;
• Ceritakan kembali dalam suatu forum dan sempurnakan berdasarkan input dari
pendengar;
• Kemas kembali cerita berdasarkan langkah-langkah sebelumnya dan informasi
tambahan yang telah diperolah;
• Simulasikan sebuah cerita dalam kelompok sehingga peserta dapat melihat
sendiri cerita yang telah dibuatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memasangkan
peserta yang membuat sebuah cerita dari gabungan keduanya, lalu digabungkan
dengan pasangan lainnya hingga menghasilkan sebuah cerita kelompok.
(4) Pencatatan: menceritakan kembali kisah-kisah ke dalam urutan kronologis, termasuk
komponen konteks dan penekanan pada tema-tema khusus (contoh: TED Talks);
(5) Analisis: tematik/analisa konten (menyortir konten ke dalam pola/kategori); analisa
diskors (review terhadap bahasa yang digunakan); analisa struktural (analisa terhadap
struktur cerita untuk menelusuri pengalaman). Dalam proses analisa, selalu cek kembali
kepada narasumber untuk memastikan bahwa interpretasi cerita tetap akurat.

2. Desain Storytelling
Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mengembangkan cerita sehingga
menghasilkan kisah yang bagus dan bagaimana seorang desainer/periset dapat membantu
prosesnya. Berikut beberapa elemen cerita yang dapat digunakan:
• Tokoh-tokoh yang dijelaskan sehingga pembaca/pendengar berempati kepada-nya;
• Seting yang kaya dan sarat konteks;
• Memiliki tujuan tentang apa yang ingin dihasilkan dan mengapa;
• Ada sebab-akibat; dan
• Ada hambatan, masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan.

3. Teknik bercerita
Jika Anda sedang bercerita, ingatlah saran-saran berikut untuk melahirkan pengetahuan
yang bernilai:
• Tentukan pesan inti dari cerita Anda.
• Bangun suasana yang kondusif untuk bercerita.
• Bangun ceritanya berdasarkan pengalaman Anda sendiri: gunakan kata-kata kunci
bilamana perlu untuk memandu cerita dan menjaganya agar tetap terarah.
• Awali dengan memberikan konteks yang diperlukan, dan akhiri dengan pelajaran yang
bisa diambil dan saran, jika ada.
• Amati pendengar saat bercerita.

4. Kiat mendengar cerita


• Tunjukkan minat dan rasa ingin tahu Anda.
• Simak dengan cermat--bersikaplah menerima/berempati, penuh pengertian, dan
tanggap.

KN PPID
157
• Biarkan ceritanya menghanyutkan Anda--jangan menyela dan tahan pertanyaan
hingga usai.

D. Observasi
Semua mungkin mengenal nama Sherlock Holmes, pernah membaca bukunya atau
menonton filmnya. Bagi yang pernah membaca seri bukunya, tentu sangat mengagumi
keahlian Sherlock Holmes dalam mengamati jejak-jejak atau petunjuk yang akhirnya
membantu menyelesaikan kasus pembunuhan. Tentunya kita tidak akan mengamati sebuah
kasus pembunuhan, tetapi hal yang akan kita bahas adalah bagaimana kita dapat melakukan
observasi secara rinci terhadap kegiatan di desa seperti Sherlock Holmes mengamati
petunjuk suatu kasus.
Banyak pengetahuan dapat diperoleh murni dengan mengamati seorang pakar/narasumber
yang sedang mengerjakan tugasnya karena observasi memberikan penjelasan umum
tentang kepakaran atau pengalaman khusus mereka yang dapat kita lihat langsung.
Observasi dapat menumbuhkan pemahaman dasar tentang pengetahuan yang sedang
terjadi sekaligus hambatan atau persoalan lainnya.
Idealnya observasi berlangsung di lingkungan kerja sang pakar/narasumber, atau di desa
tempat sang narasumber tinggal dan bekerja bila dalam konteks PID, sehingga pengamat
dapat melihat kegiatan yang sebenarnya secara langsung. Namun tidak semua pengalaman
yang relevan, seperti kecelakaan atau peristiwa tak terduga, apalagi yang telah terjadi, dapat
diamati. Metodologi observasi bervariasi tergantung pada subyek observasi, peran yang
dilakukan oleh pengamat (partisipatif atau pasif), dan metode perekaman (tulisan, foto,
audio, video). Dalam observasi, biasanya tidak ada percakapan dengan narasumber yang
sedang diamati. Di bawah ini dijelasakan tujuh fenomena kegiatan yang dapat diobservasi:

Fenomena Contoh
Perilaku atau - Pola gerakan pekerja di sebuah pabrik
kegiatan manusia - Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan role-
play atau wawancara dalam FGD dari balik kaca; pengamat
melihat interaksi antara para pelaku dan mendengarkan
percakapan yang terjadi
- Kegiatan fisik (pola kerja, menonton TV)
Perilaku lisan Pernyataan yang dibuat oleh pelancong yang hendak mengantri
masuk pesawat; sikap dalam sebuah percakapan di salah satu
ruang kantor
Perilaku ekspresif Ekspresi wajah, nada bicara, dan bentuk bahasa tubuh lainnya;
sikap bicara yang berekspresi seperti nada bicara atau raut
wajah
Hubungan tata Jarak tempuh kantor manajer ke kantor direktur; hubungan dan
ruang/ spasial lokasi ruang; jarak fisik antara rekan kerja atau pola lalu lintas
Pola temporal Berapa lama pekerja melakukan tugasnya; waktu yang
digunakan untuk berbelanja atau menyelesaikan tugas
Obyek-obyek fisik Berapa banyak kerja didaur ulang oleh staf kantor; inventarisasi
barang
Catatan lisan & Berapa banyak ilustrasi muncul di buku pelatihan; isi catatan
gambar

KN PPID
158
Kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:
• Kelebihan observasi: Observasi tanpa menyela atau nonpartisipatoris tidak banyak
mengganggu praktik pakar/narasumber dan dapat memberikan pemahaman tentang
fakta, aturan, dan strategi yang ditempuh oleh pakar/narasumber, termasuk yang tidak
disadari olehnya.
• Kelemahan observasi: Sering kali sulit untuk tetap netral dan objektif saat menganalisis
observasi. Selain itu, interpretasi bisa jadi menyita waktu lantaran jumlah data yang
terkumpul. Fenomena kognitif seperti sikap, motivasi, harapan, niat, dan preferensi,
tidak dapat diobservasi. Selain itu, observasi terbatas pada waktu yang singkat.
Observasi yang dilakukan dalam beberapa hari atau minggu akan memakan biaya yang
besar dan sulit dilakukan.

E. Blog
Blog adalah situs web yang dibuat oleh perorangan atau kelompok dan dapat diakses publik
maupun anggota komunitas tertutup. Blog terdiri atas kontribusi teks ("kiriman blog") oleh
orang atau kelompok yang membuat situs tersebut; blog berfungsi layaknya buku harian,
yang memungkinkan pemilik blog menuliskan pengalamannya secara informal, sekaligus
berfungsi sebagai saluran komunikasi langsung (tanpa suntingan) dengan khalayak.
Kelebihan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Pembuatan dan penggunaan blog cukup mudah, bahkan bagi orang-orang yang tidak
terlalu paham teknologi digital sekalipun.
(2) Blog biasanya tidak menelan biaya sepeser pun.
(3) Publikasi kiriman blog biasanya bersifat kilat karena blog tidak memiliki penerbit atau
pengurus konten (meskipun pembuat blog dapat memantau komentar pembaca untuk
menilai kepantasannya atau sekalian melarangnya).
(4) Blog memuat teks, gambar, video, dan tautan ke halaman web atau blog lain.
(5) Blog mudah diperbarui.
(6) Blog mudah diakses, asalkan ada koneksi internet.
(7) Blog mendorong bercerita sebagai sarana bagi transfer pengetahuan.
(8) Pembaca dapat memberikan masukan, dengan begitu bisa berinteraksi dengan pemilik
blog.
Sedangkan kelemahan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Blog bisa bias atau mengandung ketidakakuratan.
(2) Menulis blog bisa jadi memakan banyak waktu.
(3) Pengunjung bisa saja memberikan komentar yang tidak pantas.
(4) Pemilik blog tidak mempromosikan keberadaan blognya secara luas, sehingga
membuat pembaca blog tidak sebesar atau seberagam yang seharusnya.

F. Kajian Pasca Pelaksanaan


Kajian pasca pelaksanaan (after-action review/AAR) dilakukan oleh moderator dengan
sebuah tim segera setelah ia mengalami pekerjaan atau peristiwa. Target akhirnya adalah

KN PPID
159
memberi kesempatan anggota tim untuk bercermin dari tindakan yang diambil agar mereka
bisa melakukannya dengan lebih baik kemudian hari.
AAR idealnya dilakukan tidak lama setelah kejadian. Pada momen tersebut, ingatan masih
segar dan autentik (artinya, belum tersaring oleh interpretasi atau penilaian susulan) dan
orang-orang yang ikut terlibat dalam pengalaman tersebut masih ada. AAR lazimnya
dilakukan secara tatap-muka, namun juga dapat dilakukan secara virtual.
Seorang moderator memimpin tinjauan, dengan mengajukan pertanyaan semisal:
• Apa saja yang direncanakan? Apa yang seharusnya terjadi?
• Apakah kejadian sebenarnya berbeda dari yang direncanakan? Di sini yang dikehendaki
adalah fakta, bukan penilaian.
• Mengapa terjadi perbedaan?
• Apakah hal-hal yang berjalan baik dan alasannya?
• Apa yang dapat diperbaiki dan bagaimana? Apa yang bisa dilakukan secara berbeda
pada masa datang?
Keunikan AAR berupa kesempatan yang ada untuk memperoleh pengetahuan kualitatif
tepercaya pada saat masih segar-segarnya. Kunci kesuksesan AAR terletak pada
penyelenggaraan diskusi terbuka yang membuat semua orang paham bahwa target akhir
AAR adalah untuk mempelajari dan memecahkan masalah, bukan menyalahkan. Oleh karena
itu, AAR dilakukan tanpa satu pun penonton. Para peserta harus merasa bebas berinteraksi
dan mengekspresikan diri tanpa memandang jenjang formal.
Orang sering mencatat diskusi AAR ke dalam flip chart sepanjang tinjauan, baru kemudian
mengolah catatan menjadi objek pembelajaran dan pencerahan bagi orang lain di dalam
organisasi atau tempat lain.

G. Focused Group Discussion (FGD)/Kelompok Diskusi Terfokus


FGD bisa menjadi metode efektif untuk merekam dan mengevaluasi pengalaman serta
persepsi dari target-target narasumber/pakar. Dalam FGD, ada seorang moderator yang
berpengalaman yang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing
tanggapan dari peserta. FGD terdiri atas pakar dan pemangku kepentingan lain yang sudah
atau siap terlibat dalam pengalaman tertentu; diskusi kelompok mereka bisa melahirkan
banyak informasi dan pemahaman. Pengaturan kelompok memungkinkan para peserta
untuk menanggapi sekaligus saling membangun saran atau komentar masing-masing. FGD
juga bisa digunakan untuk peristiwa yang sudah lalu dan dirasa perlu diadakan sesegera
mungkin agar dapat memperoleh masukan untuk membantu para praktisi menyusun
prosedur dan rencana baru untuk keberlanjutannya. FGD biasanya diadakan secara tatap
muka, namun kadang-kadang perlu dilakukan juga melalui telepon atau konferensi video.
FGD biasanya digunakan ketika suatu permasalahan memerlukan pemahaman yang lebih
dalam dibanding survei biasa. Dalam melakukan capturing terhadap inovasi desa, FGD dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi informasi yang telah dikumpulkan. FGD memberikan nilai
tambah terhadap pengetahuan yang telah diperoleh, atau terhadap pertanyaan “apa” dan
“bagaimana” dari suatu pengetahuan. Sebuah survei dapat memberikan informasi bahwa
mayoritas masyarakat menyukai kegiatan A. Tetapi sebuah FGD dapat memberikan

KN PPID
160
tambahan informasi tentang mengapa masyarakat tersebut menyukai kegiatan A atau
bahkan ternyata menyukai kegiatan lain.

1. Persiapan
Tingkat persiapan Anda akan banyak menentukan nilai dari hasil-hasil FGD. Jika Anda telah
menyusun rencana pelaksanaan FGD tersebut dengan anggota tim yang telah Anda
tentukan, termasuk untuk tindak lanjutnya, Kesuksesan FGD ditentukan oleh tujuan yang
jelas, melibatkan peserta yang dipilih secara cermat, dan mengikuti sederet pertanyaan dan
topik yang sudah disiapkan. FGD idealnya didukung oleh satu atau dua moderator dan
seorang pengamat yang bertugas membuat catatan atau merekam jalannya diskusi serta
hasilnya. Jika dikehendaki dan tersedia, gunakan peralatan audio atau video untuk merekam
diskusi FGD. Untuk memperoleh manfaat maksimal dari FGD, pertimbangkan masing-masing
aspek berikut secara cermat.
(1) Tujuan. Tentukan hal-hal yang ingin dicatat.
(2) Partisipasi.
• Tetapkan besarnya kelompok (idealnya 10 peserta) dan undang peserta (1-2
minggu sebelum sesi kelompok terfokus).
• Tetapkan komposisi FGD Anda (beragam/seragam).
• Jumlah undangan dapat dilebihi untuk mengantisipasi pembatalan kehadiran.
• Pertimbangkan keseimbangan kehadiran antara pria dan wanita, peserta dengan
variasi usia yang jauh, maupun hirarki jabatan.
(3) Penetapan waktu dan tempat.
• Susun jadwal untuk FGD dan pesan tempat.
• Telepon masing-masing peserta sehari sebelum FGD sebagai pengingat dan
konfirmasi.
• Durasi FGD idealnya antara 60 – 90 menit untuk mendapatkan hasil diskusi yang
optimal.
(4) Topik
• Susun daftar topik yang ingin dibahas sepanjang FGD.
• Untuk sesi 1,5 jam, rencanakan untuk mengajukan 5 atau 6 (atau tidak lebih dari
10) pertanyaan yang jawabannya bisa memberikan pemahaman tentang tujuan
yang hendak Anda raih.
• Buat daftar pertanyaan dengan singkat agar mudah dimengerti karena pertanyaan
tidak untuk dibagikan kepada peserta.
• Pastikan topik dan pertanyaan harus dijawab dengan penjelasan, tidak hanya
dengan jawaban “Ya” atau “Tidak.” Gunakan kata tanya “Mengapa” dan
“Bagaimana” untuk menjaring jawaban yang lebih lengkap dari peserta.
Contoh pertanyaan:
Seberapa kenal Anda dengan program ini?
Seberapa sering Anda terlibat dalam program ini?
Apa yang Anda sukai dari program ini?
KN PPID
161
Apa yang paling Anda sukai dan tidak sukai dari kegiatan A? Kegiatan B?
Apa yang memengaruhi Anda untuk hadir atau tidak hadir dalam suatu kegiatan?
Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan tentang program ini?
(5) Fasilitasi. Rekrut dua moderator, salah satunya bertugas membuat notulensi. Sebagai
pilihan, rekrut seorang pengamat atau staf dari tim Anda untuk membuat notulensi
agar kedua moderator lebih terfokus pada interaksi dari FGD. Pastikan bahwa
moderator dapat bersikap netral, mampu menjaring informasi dari peserta yang sulit
berbicara atau malu, sanggup menangani peserta yang dominan, dapat merangkum
pernyataan peserta yang kurang jelas atau panjang, dan bisa bersikap spontan bila
diperlukan.
(6) Teknologi. Jika menggunakan perekam, setel dan ujilah terlebih dahulu sebelum FGD
dimulai serta persiapkan dukungan teknis untuk mengantisipasi kesalahan fungsi.
(7) Logistik. Atur perabotan di ruangan, termasuk flip chart atau papan tulis; pasang papan
nama; siapkan makanan ringan.

2. Pelaksanaan FGD
FGD Anda harus terjaga penggunaan waktunya agar mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan
berikut alokasi waktu untuk memperkenalkan topik, peserta, dan metodologi. Moderator dan
(jika ada) notulen saling bekerja sama untuk memastikan pembahasan semua pertanyaan,
agar diskusi tetap terfokus pada topik, semua peserta bisa turut serta, dan jadwal diikuti
dengan baik. Target akhir FGD adalah untuk mengumpulkan informasi yang bermanfaat,
sehingga penting sekali agar peserta merasa opininya dihargai. Berikut ini langkah-langkah
kunci bagi moderator:
(1) Jika menggunakan perekam, awali perekaman persis pada saat peserta tiba.
(2) Seperti diuraikan sebelumnya untuk sesi wawancara, sambutlah peserta dengan baik,
perkenalkan diri Anda berikut moderator dan pengamat/notulen jika sudah hadir. Awali
dengan komentar-komentar santai untuk menciptakan suasana yang kondusif dan
buat peserta merasa senyaman mungkin.
(3) Moderator memberikan penjelasan umum tentang topik, pemanfaatan hasil-hasil dari
FGD, dan menggarisbawahi tidak diperkenankan adanya pencantuman nama dalam
laporan akhir meskipun FGD tersebut direkam.
(4) Pastikan semua peserta telah menandatangani formulir surat kesepakatan (informed
consent).
(5) Moderator menjelaskan aturan-aturan dasar sesi, seperti suarakan opini, jangan saling
menyela, matikan ponsel, dan sebagainya.
(6) Moderator meminta semua peserta untuk memperkenalkan diri lalu mulai mengajukan
pertanyaan terkait tujuan FGD.
(7) Berikan waktu secukupnya kepada masing-masing peserta untuk memberi tanggapan
sebelum membuka diskusi kelompok tentang satu pertanyaan atau topik. Penting
sekali bagi moderator untuk menyimak beragam sudut pandang peserta.
(8) Satu staf yang ditunjuk membuat catatan, mencermati waktu, dan memeriksa bilamana
semua topik sudah terbahas.

KN PPID
162
(9) Jika sebuah topik atau persoalan memicu diskusi tak terduga, kiranya tidak masalah
membiarkan peserta memberikan tanggapan sepanjang topiknya berkaitan erat
dengan tujuan akhir FGD.
(10) Pada akhir acara, moderator merangkum poin-poin utama yang dilontarkan oleh
peserta, meminta konfirmasi bahwa rangkumannya akurat, dan mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak atas keterlibatan mereka.
(11) Moderator memberikan insentif dan/atau imbalan.
(12) Setelah peserta meninggalkan tempat, moderator dan notulen perlu langsung
meluangkan waktu untuk membahas dan mendalami poin-poin yang telah dibahas
dalam FGD agar masih segar dalam ingatan.

3. Analisis
Sebagaimana kebanyakan metode penangkapan pengetahuan lainnya, kumpulkan dan
tinjau semua materi yang dibuat oleh FGD sesegera mungkin, idealnya pada hari yang sama.
Target akhirnya adalah untuk melahirkan sebuah analisis FGD yang bisa dibagikan dengan
para rekan kerja yang tidak ikut hadir. Pemahaman yang diperoleh dari analisis ini harus jelas
dan didukung oleh rekaman atau catatan yang dibuat sepanjang acara. Berikut ini beberapa
langkah yang perlu diambil:
(1) Jika acaranya direkam secara elektronis, tinjau rekaman dan catatan Anda. Transkrip
utuh rekaman bisa memberikan rujukan bagi tinjauan berikutnya.
(2) Dalam laporan, bandingkan dan bedakan hasilnya berdasarkan kategori FGD individu
jika kategorinya merupakan bagian dari satu rangkaian. Secara khusus FGD akan
sangat membantu jika pelaksanaannya lebih dari satu. Kemampuan untuk
membandingkan dan membedakan hasil bisa berfungsi sebagai konfirmasi atas
pemahaman yang sepintas lalu tampak keliru. Namun demikian, hal ini bergantung
pula pada anggaran dan waktu yang tersedia.
(3) Gunakan kutipan dari rekaman FGD untuk menjelaskan temuan-temuan Anda.

H. Wiki
Wiki adalah halaman web internal atau eksternal yang memungkinkan orang bekerja
bersama-sama pada dokumen atau kumpulan dokumen yang sama melalui peramban web.
Wiki bisa menjadi sarana yang efektif untuk menangkap pengetahuan secara bersama-sama
dengan orang lain. Peserta dapat menyunting teks, menambahkan gambar dan media, serta
membuat tautan antarlaman. Aksesibilitas wiki bisa dibatasi.
Kelebihan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Sebagian besar orang dapat membuat dan menyunting konten wiki dengan bimbingan
ala kadarnya.
(2) Publikasi di wiki lazimnya bersifat kilat karena wiki tidak memiliki penerbit atau
pengurus konten.
(3) Akses ke dokumen rahasia bisa dibatasi meskipun tetap mengizinkan kelompok
terdaftar untuk membuat dan menyuntingnya.
(4) Pengguna dapat mengerjakan dokumen yang sama tanpa memandang lokasinya.
(5) Perangkat lunak wiki memungkinkan kembali ke penulisan ulang artikel sebelumnya.
KN PPID
163
(6) Sebagian wiki menyediakan artikel wiki versi cetak.
(7) Banyak aplikasi wiki hadir sebagai perangkat lunak gratis sumber-terbuka (open-
source).
Sedangkan kelemahan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Wiki perlu dikelola agar dapat menjaga kualitas konten sesuai keinginan.
(2) Wiki juga perlu dikelola agar bisa menjaga keteraturan isinya, terutama ketika situs wiki
menjadi sangat besar.

I. Ruang Kerja Bersama


Ruang Kerja Bersama, juga disebut ruang kerja atau perangkat kelompok, merujuk pada
perangkat lunak berbasis-web yang memungkinkan kerja sama kelompok secara lebih
terperinci atau terstruktur daripada wiki. Pengguna dapat mengobrol, menulis pesan,
memberikan catatan, dan mengirim gambar, serta video. Sebagian ruang kerja bersama
berpusat pada dokumen, artinya para pengguna mengunggah dokumen mereka masing-
masing yang lantas dapat dikomentari, diberi catatan, atau didiskusikan secara online oleh
pengguna lain.
Kelebihan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Kini sudah banyak hadir ruang kerja bersama yang berbeda, dengan fungsionalitas
yang sangat bervariasi.
(2) Sebagian besar ruang kerja bersama dapat dikonfigurasi sesuai dengan fungsionalitas
yang dikehendaki pengguna, dan fungsi-fungsi baru bisa ditambahkan bilamana perlu.
(3) Interaksi antarorang dengan jenis dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda bisa
sangat bermanfaat bagi organisasi; ruang kerja bersama dapat menjadi wahana bagi
transfer pengetahuan secara sistematis.
(4) Ruang kerja bersama memungkinkan penyimpanan jangka panjang objek-objek
pengetahuan dalam bentuk dokumen, diskusi, dan catatan yang langsung datang dari
peserta.
Sedangkan kelemahan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Ruang kerja bersama tidak terlalu ramah pengguna.
(2) Ruang kerja bersama sering kali mensyaratkan pengenalan diri agak dalam dan tingkat
literasi digital dasar.
(3) Peserta dengan kemampuan komunikasi atau kecakapan bahasa asing yang rendah
sering kali merasa tersisih dan bisa memilih keluar.
(4) Ruang kerja bersama mensyaratkan moderasi aktif, yang bisa menghalangi sebagian
peserta.

J. Webinar
Perangkat konferensi berbasis-web memungkinkan banyak peserta untuk berbagi kombinasi
sajian video, audio, dan teks secara bersamaan tanpa memandang lokasi mereka (sepanjang
ada koneksi internet). Webinar luas digunakan untuk pertemuan, diskusi, presentasi,
perkuliahan, dan acara pelatihan.
KN PPID
164
Kelebihan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Peralatan konferensi sering berdasarkan prinsip "tampil-dan-bicaralah". Peralatan
konferensi tidak banyak menuntut kapasitas atau upaya dari peserta, yang
membuatnya mudah sekali diakses.
(2) Peralatan konferensi cocok dengan gaya belajar yang berbeda-beda (aural, visual,
teksual).
(3) Peralatan konferensi memudahkan kerja sama waktu nyata lintas jarak jauh.
(4) Peralatan konferensi bisa menjadi pengganti bagi pertemuan tatap muka, sehingga
menghemat biaya.
(5) Peralatan konferensi menjadikan pertukaran pikiran berlangsung lebih akrab daripada
konferensi fisik.
Sedangkan kelemahan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Sebagian besar layanan konferensi web mahal biayanya. Layanan gratis biasanya
terbatas dari segi fungsionalitas atau kapasitasnya.
(2) Layanan gratis mensyaratkan koneksi internet yang baik dan perangkat keras khusus.
(3) Kualitasnya sangat bervariasi bergantung pada koneksi internetnya. Gangguan bisa
muncul tanpa diduga.

K. Forum Online
Forum online memungkinkan komunitas terlibat aktif dalam diskusi. Dimana setiap orang
dapat berinteraksi dan berbagi infomasi melalui perangkat internet dan media online untuk
mendiskusikan suatu topik atau isu-isu yang menarik bagi anggota forum.
Kelebihan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Forum online membolehkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Forum online dapat
diakses sewaktu-waktu dan dari mana pun sepanjang ada koneksi internet.
(2) Forum online memungkinkan pengguna mengekspresikan diri secara bebas dalam
diskusi tersasar. Forum online mendorong kesetaraan antarpengguna karena setiap
pesan berbobot sama.
(3) Forum online mendorong penyampaian pandangan dan opini yang berbeda-beda
terhadap topik yang sudah ditetapkan lebih dulu.
(4) Forum online bisa menampilkan diskusi berkualitas tinggi karena pengguna memiliki
waktu untuk merenung dan meneliti topik/komentar yang tengah dibahas.
(5) Forum online bisa mengarah kepada pembentukan komunitas online yang berusia
lama di seputar topik-topik yang menjadi minat peserta.
Sedangkan kelemahan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Forum publik dan tanpa moderasi itu rawan penyalahgunaan.
(2) Forum online sangat bergantung teks sehingga tidak terlalu cocok untuk audio dan
video.
(3) Para penutur bahasa bahasa asing bisa merasa kurang nyaman untuk ikut serta dalam
diskusi.
KN PPID
165
(4) Forum online sering sangat bergantung pada moderator atau kontributor tertentu.
Moderator atau narasumber mungkin harus bekerja keras untuk menjaga keterlibatan
aktif peserta dalam diskusi.

L. Komunitas Praktis
Komunitas praktisi (CoP) mengelola praktisi atau pakar di wilayah tertentu. Komunitas
praktisi memberikan kesempatan untuk mendokumentasikan pengetahuan lewat proses
bertukar pengalaman antarorang yang sama-sama memiliki minat serupa. Peserta terlibat
aktif satu sama lain di dalam proses pembelajaran kolektif teman sebaya. Untuk mendukung
pembuatan dan berbagi pengetahuan, komunitas praktisi idealnya disusun berdasarkan
target akhir belajar. Komunitas praktisi sering memfasilitasi beragam interaksi berbagi
pengetahuan, seperti obrolan, forum, diskusi, dan konferensi. Interaksinya bisa dilakukan
online atau tatap muka.
Kelebihan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Komunitas praktisi menyediakan ruang berkumpul berdasarkan kesamaan minat atau
kepakaran.
(2) Komunitas praktisi online memungkinkan anggota untuk membaca, mengajukan, dan
menerima nasihat serta masukan dari komunitas berdasarkan pertanyaan yang
dikirimkan.
(3) Tergantung tingkat partisipasinya, dari yang menerima bulat-bulat hingga sangat
interaktif, para peserta bisa memperoleh pengetahuan dan kecakapan dari anggota
komunitas yang lebih berpengalaman.
(4) Komunitas praktisi bermanfaat bagi pemula, yang antusias untuk belajar dari rekan
kerja berpengalaman, namun belajar dengan rekan sebaya antarspesialis juga bisa
terjadi.
(5) Komunitas praktisi memungkinkan keterlibatan peserta sesuai dengan waktu dan
tempat yang lebih disukai.
(6) Komunitas praktisi menjaga sumber daya, ide, dan diskusi sehingga bisa melahirkan
arsip kepakaran di bidang teknik tertentu.
(7) Pengetahuan kelompok membantu menopang para praktisi profesional secara
perorangan, yang sering melahirkan rasa sekomunitas.
Sedangkan kelemahan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Jika komunitas dibangun secara online, aspek teknologi bisa menjadi kendala bagi
peserta yang kurang melek digital.
(2) Perlu upaya gigih untuk membangun rasa sekomunitas yang efektif bagi komunitas
praktisi online. Kurangnya isyarat visual dan emosional, misalnya bahasa tubuh, bisa
menyulitkan upaya mendorong interaksi yang penuh makna.
(3) Pengguna bisa merasa tersisih atau tersingkir jika tanpa membangun komunitas atau
moderasi yang proaktif.
(4) Peserta bisa merasa kewalahan jika tidak melebur secara hati-hati ke dalam komunitas,
atau tetap pasif akibat kurangnya stimulasi.
KN PPID
166
(5) Komunitas praktisi bisa saja mensyaratkan moderasi intensif agar bisa saling
menghubungkan antara pencari pengetahuan dengan kontributor.
(6) Komunitas praktisi bisa berkembang terlalu cepat atau berubah haluan sedemikian
rupa sehingga tidak bisa diikuti oleh anggota, yang menimbulkan penurunan tajam
aktivitas.

Peran Pendamping Lokal Desa (PLD)


PLD bertugas memfasilitasi seluruh tahapan kegiatan pelaksanaan PPID dan P2KTD di tingkat
desa agar dapat berjalan dengan baik. Sesuai dengan tugas tanggung jawab sebagai
Pendamping Lokal Desa maka koordinasi secara terus menerus harus dilakukan dengan
Pendamping Desa dan TPID. Dalam kegiatan menangkap informasi (capturing) sebagai
bagian dari pelaksanaan PPID, maka tugas dan tanggung jawab PLD adalah;
- bersama PD dan TPID melakukan identifikasi desa-desa yang mempunyai program
pembangunan desa yang Inovatif sesuai kriteria dari pelaksanaan PPID;
- bersama PD dan TPID melakukan dokumentasi atas program-program pembangunan
desa yang inovatif;

Daftar Pustaka
1. https://faculty1.coloradocollege.edu/~afenn/web/EC303_8_04/FALL07/READINGS/Ob
servation.pdf
2. https://blog.socialcops.com/academy/resources/conduct-successful-focus-group-
discussion/
3. https://www.chsalliance.org/files/files/Resources/Tools-and-guidance/Belfrage-and-
Wigley_Guidelines-for-Focus-Group-Discussions.pdf

KN PPID
167
Lembar Informasi 5.3.1
BURSA INOVASI DESA (BID)

A. Pendahuluan
Bursa Inovasi Desa (BID) merupakan sebuah forum penyebaran dan pertukaran inisiatif atau
inovasi masyarakat yang berkembang di desa-desa. Kegiatan BID dapat diselenggaran di
tingkat Kabupaten/Kota sebagai kegiatan peluncuran untuk mendukung pelaksanaan inovasi
Desa dan di tingkat Kecamatan sebagai wahana pertukaran pengetahuan dan inovasi Desa.
BID merupakan bagian tak terpisahkan dari Model Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID) mulai dari tinggjat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa.
Perlu ditekankan bahwa BID merupakan media belajar bagi Desa untuk memperoleh
informasi dan kegiatan inovasi yang dapat mendukung pembangunan Desa. BID bukan ajang
pertukaran “jual-beli” cara-cara atau solusi yang telah dinilai inovatif, terutama terkait
kegiatan pembangunan Desa. BID bukan juga kegiatan pameran barang tapi ide-ide kreatif
dalam pembangunan Desa. BID dilaksanakan untuk membantu Desa dalam meningkatkan
kualiatas pembangunan melalui pertukaran pengetahuan kegiatan yang inovatif untuk
memberi inspirasi dan alternatif pilihan kegiatan bagi pembangunan Desa.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud diselenggarakannya BID untuk menjembatani kebutuhan Pemerintah Desa akan
solusi bagi penyelesaian masalah, serta inisiatif atau alternatif kegiatan pembangunan desa
dalam rangka penggunaan Dana Desa yang lebih efektif dan inovatif. Sedangkan tujuan
diselnggarakan BID sebagai berikut:
1. Mendiseminasikan informasi pokok terkait Program Inovasi Desa (PID) dan Hibah Dana
Desa;
2. Menginformasikan rencana kegiatan penyelenggaraan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa kepada pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Desa;
3. Menginformasikan pelaku yang terlibat dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa
4. Memperkenalkan inisiatif atau inovasi masyarakat yang berkembang di Desa dalam
menyelesaikan masalah dan mendukung peningkatan kualitas pembangunan.
5. Menjaring komitmen Pemerintah Desa untuk mengadopsi atau mereplikasi inisiatif atau
inovasi yang diperoleh dalam BID.

C. Hasil yang Diharapkan


1. Terdiseminasikan informasi penitng terkait Program Inovasi Desa (PID);
2. Terdesiminasikan rencana kegiatan penyelenggaraan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) dan Penyedia Jasa Layanan Teknis (P2KTD kepada pemangku
kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa;

KN PPID
168
3. Terbangunnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan baik pemerintah,
pemerintah daerah dan Desa dalam penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat
Kabupaten/Kota;
4. Tersedianya dokumen pembelajaran tentang inisiatif atau inovasi masyarakat yang
berkembang di Desa dalam menyelesaikan masalah dan mendukung peningkatan
kualitas pembangunan.
5. Terbangunnya komitemen Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dalam mengadopsi
dan mereplikasi kegiatan Inovasi Desa.

D. Waktu Pelaksanaan
BID sebaiknya dilaksanakan sebelum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbang Desa) atau pengesahan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKP Desa dan
APB Desa). Agar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dapat mewujudkan komitmennya
dalam bentuk kebijakan dan dukungan pembiayaan melalui APBD dan APB Desa.

E. Ruang Lingkup Pelaksanaan


1. Pelaksanaan Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kabupaten
Penyelenggaraan BID di tingkat Kecamatan diharapkan dapat memberikan keleluasaan
bagi Desa dalam lingkup kecamatan untuk melakukan pertukaran inovasi desa dan
membangun komitmen desa dalam replikasi. Secara teknis BID diselenggarakan di
lokasi Kabupaten yang memadai untuk menampung jumlah peserta yang akan
diundang. Pelaksanaan BID dibagi dalam beberapa ruang, antara lain:
• Ruang Pleno untuk menampung seluruh peserta;
• Ruang Bursa A (Infrastruktur dan Kewirausahaan/Ekonomi) untuk menampung
minimal 50% peserta, dengan beberapa sudut untuk display inovasi;
• Ruang Bursa B (Sumberdaya manusia) untuk menampung minimal 50% peserta,
dengan beberapa sudut untuk display inovasi;
• Setiap ruang bursa dilengkapi 3-5 meja konsultasi.

F. Peserta
Peserta yang hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan BID yaitu:
• Perwakilan Desa: Tiga orang per desa (pihak yang dapat memberikan keputusan
atau komitmen), minimal Kepala Desa dan BPD sebagai penanggung jawab
penyelenggaraan pembangunan desa.
• Camat untuk sebagai pembina penyelenggaraan BID di tingkat kecamatan
• Kepala Daerah/ Bupati (untuk pembukaan)
• Kepala Dinas PMD Kabupaten
• Perwakilan Penyedia Jasa Layanan Teknis
• Pihak lain sebagai pemantau

KN PPID
169
G. Penyelenggara dan Pemandu
Penyelenggara BID adalah Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) bersama TIK Kabupaten. Proses
fasilitasi BID dilaksanakan oleh TPID dibantu TIK-PID dan pendamping profesional (TAPM,
PD).

H. Metode
Penyelenggaraan BID menggunakan pendekatan bursa atau expose/pertukaran gagasan dan
inovasi desa, pemaparan, pengamatan, unit belajar (learning unit) atau jendela bursa, multi
media, bimbingan serta konsultasi.

I. Materi
• Panduan Teknis Operasional Program Inovasi Desa (PID)
• Panduan Teknis Operasional Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
• Panduan Teknis Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID)
• Daftar inovasi Desa, dll.
J. Media dan Alat Pendukung
• Daftar hadir
• Agenda
• Peta Alur Kegiatan Bursa Inovasi
• Poster dan Brosur Inovasi
• Daftar Inovasi per bidang (Infrastruktur, Kewirausahaan/Ekonomi, Sumberdaya
Manusia)
• Daftar Inovasi per Ruang Bursa (Ruang Bursa A, Bursa B)
• Video tentang PID dan pembelajaran inovasi Desa
• Kartu untuk penjaringan Komitmen (Kartu Komitmen) yang dibuat sedemikian
rupa sehingga menjadi dua bagian yang dapat disobek: 1 untuk Panitia dan 1
untuk desa
• Kartu untuk penjaringan ide-ide (Kartu IDE)
• Sertifikat
• Stempel PID Kabupaten di meja konsultasi
• Stiker (pemilihan inovasi terbaik) di meja konsultasi
• Alat bantu lain: sound system, projector/in focus, screen, laptop
• Kamera untuk dokumentasi foto bersama seluruh kepala desa

K. Tahapan Kegiatan

Persiapan : (1) Tim Inovasi kabupaten melakukan sosialisasi dan koordinasi


dengan OPD tekait mengenai rencana Bursa;
(2) Penyusunan Kepanitiaan;
(3) Penentuan Tanggal, waktu dan tempat penyelenggaraan Bursa
Inovas Desa (BID);
(4) Menyiapkan undangan, daftar undangan dan daftar hadir
undangan;
KN PPID
170
(5) Menyiapkan undangan untuk peserta pameran (jika diperlukan);
(6) Penyusunan Agenda Bursa Inovasi Desa (BID;
(7) Penghitungan RAB Logistik yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID);
(8) Penyiapan materi dan alat yang dibutuhkan;
(9) Pengaturan pembagian ruangan Bursa Inovasi Desa (BID);
(10) Pengaturan pembangian stand untuk pameran (jika perlu);
(11) Skenario mobilisasi peserta.

Proses : Peserta mengisi daftar hadir dan diberikan Agenda Kegiatan, salinan
dokumen pembelajaran dan video, Kartu Komitmen, Kartu IDE.
Jendela Pertama (Pleno – Penjelasan Umum)
(1) Seluruh peserta memasuki ruang pleno
(2) Panitia menyampaikan secara singkat Agenda Kegiatan
(3) Pembukaan
(4) Foto Bersama seluruh peserta
(5) Pemandu yang ditunjuk oleh Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID)
sebagai panitia menyampaikan informasi-informasi pokok terkait:
PID, PPID, Mekanisme Bursa/ alur belanja di dua ruang Bursa yang
berbeda (Bursa A dan Bursa B) serta menu inovasi yang disajikan,
Penggunaan Kartu Komitmen dan Kartu IDE, Pemberian rating
untuk inovasi terbaik dan diminati, serta Pengambilan Sertifikat
dan Foto.
(6) Peserta dipersilakan menuju “Jendela Kedua” untuk “berbelanja”
inovasi dan melakukan konsultasi di setiap ruang Bursa yang
dibuka secara parallel
(7) Jendela Kedua (Belanja di Bursa A dan/atau Bursa B)
• Panitia mengarahkan peserta untuk berbelanja di Ruang Bursa
A dan juga ruang Bursa B
• Di setiap ruang bursa, pemandu yang ditunjuk oleh TPID
menyampaikan: (a) Mekanisme belanja inovasi dan (b) Sekilas
menu inovasi yang tersedia di ruang Bursa A atau Bursa B
• Penayangan video-video inovasi
• Tanya jawab
• Peserta menuliskan inovasi-inovasi (minimal 1 inovasi) yang
diminati dan kebutuhan-kebutuhan dalam mereplikasinya
pada Kartu Komitmen
• Peserta menyampaikan informasi inovasi lain yang diketahui
telah dilakukan di desanya namun belum tersedia di Bursa,
dan menuliskannya di Kartu IDE
• Peserta melakukan konsultasi di meja konsultasi yang
disiapkan guna menggali informasi lebih dalam mengenai
KN PPID
171
inovasi yang diminati dari menu yang disediakan dan
kebutuhan untuk replikasi
• Peserta melengkapi Kartu Komitmen dengan inovasi yang
diminatinya untuk direplikasi di desanya
• Panitia di meja konsultasi akan memberikan stempel sesuai
Ruang Bursa pada kartu Komitmen
• Peserta diberikan satu stiker dan dipersilakan memberi rating
inovasi yang diminatinya pada display yang disediakan, dan
peserta dipersilakan menuju ke “Jendela Ketiga”
(8) Jendela Ketiga (Komitmen)
• Peserta menyerahkan Kartu Komitmen dan Kartu IDE kepada
panitia untuk ditukarkan dengan Sertifikat Komitmen Replikasi
dan Foto
• Panitia mengumpulkan dan mendata Kartu Komitmen, Kartu
IDE, dan Inovasi yang diminati peserta

Hal-hal yang : (1) Pastikan kehadiran perwakilan seluruh Desa untuk mengikuti
harus Bursa Inovasi
diperhatikan (2) Persiapkan secara baik dan lengkap media atau alat serta materi
(dibuat dalam ppt yang menarik atau ditulis pada kertas besar
dengan desain menarik)
(3) Atur setiap ruang/ bursa dengan baik sehingga memungkin-kan
peserta berinteraksi dengan baik dan merasa nyaman. Pastikan
setiap ruangan Pleno, Bursa A dan Bursa B, Penukaran Kartu
Komitmen diberi tanda petunjuk yang jelas
(4) Hindari hal–hal yang bersifat dominasi terhadap proses
pertemuan dari dan oleh siapapun juga
(5) Fasilitator jangan memaksakan diri untuk menjawab
pertanyaan yang belum diketahui persis kepastiannya, apalagi
yang berkaitan dengan kebijakan PID/VIG
(6) Dokumentasikan secara baik proses dan hasil Bursa Inovasi
(7) Pastikan setiap wakil Desa sudah memahami betul tentang
konsep PID/PPID dan Tujuan Bursa Inovasi, serta memberi-kan
Komitmen untuk replikasi
(8) Hindari penggunaan bahasa asing atau singkatan-singkatan,
pergunakan bahasa dan kebiasaan lokal
(9) Mempersiakan jalur komunikasi pasca bursa untuk pertanyaan
lanjutan dari pihak desa.
Kepanitiaan • Pembina
:
• Penanggung jawab
• Koordinator Bursa Inovasi

KN PPID
172
• Bagian Umum (Perlengkapan, Perizinan, Tempat dan Alat)
• Bagian Korespondensi (Undangan, Koordinasi, Konfirmasi)
• Bagian Substansi (penyiapan materi)
• PIC Registrasi peserta/undangan
• PIC Protokol & Pembukaan
• PIC Pleno
• PIC Ruang Bursa A
• PIC Ruang Bursa B
• PIC Konsultan untuk meja-meja konsultasi
• PIC Pameran (jika perlu)
• PIC Ruang Penukaran Kartu Komitmen
• Bagian Konsumsi
• Bagian dokumentasi
Display : - Luar Ruang:
• Daftar Inovasi desa per Bidang – @3 rangkap (Plano)
• Spanduk Kegiatan
• Denah Alur dan Petunjuk ruangan (plano)
• Poster inovasi desa - @3 rangkap
- Dalam Ruang Bursa:
• Daftar inovasi desa per Ruang Bursa – 3 rangkap (plano)
• Daftar inovasi desa untuk diberikan rating oleh peserta
• Brosur inovasi desa
• Daftar P2KTD (direktori)
• Displai Inovasi desa (bila perlu)
• Penayangan video inovasi desa
• Nama setiap ruangan

KN PPID
173
Alur Tahapan Program PPID

Sistem
L Identifikasi Inovasi Validasi Pengelolaan
dari Kartu Ide Verifikasi Peluncuran Bursa
Pelatihan Dokumen Pengetahuan
hasil BID tahun Inovasi Inovasi (TIK-
TIK Pembelajaran (TIK-Pokja
2017 (TIK-Pokja (TIK-Pokja Pokja PPID)
(TIK-Pokja PPID)
PPID) PPID) PPID)
Pelatihan
TPID (1) Identifikasi,
Verifikasi
Kartu Ide,
Identifikasi “Capturing”
Penyusunan Bursa “capturing” MAD 2
Rapat Dokumen
MAD 1 TPID Inovasi Inovasi oleh Inovasi
Pembelajaran Desa Replikasi
(TPID) TPID
(Oleh TPID) Inovasi di
desa

Identifikasi Kebutuhan PJLT ke Desa-Desa Perumusan & Pelaksanaan


(TPID) Prioritas Kegiatan Kegiatan PJLT
PJLT (TPID)

Verifikasi
Pelatihan
APBDes
TIK
Kebutuhan PJLT
(TIK-Pokja PJLT)

Memastikan komitmen replikasi hasil BID 2017 masuk di APBDes


2018

KN PPID
174
152
175

Tugas Pendamping Desa (PD) dan Pendamping Lokal Desa (PLD) pada pelaksanaan
PPID
Dalam melaksanakan PPID tentunya harus melibatkan peran serta dari PD dan PLD. Sesuai
dengan tugas tanggung jawab sebagai pendamping desa maka koordinasi secara terus
menerus harus dilakukan dengan TAPM Kabupaten/Kota dan TPID, adapun tugas dan
tanggung PD/PLD dalam pelaksanaan PPID antara lain:
1. Bersama dengan TPID menyiapkan proses pelaksanaan PPID dari mulai proses MAD
sampai dengan proses membangun komitmen atau replikasi;
2. Melakukan pendampingan khususnya pada proses memastikan komitmen Desa setelah
pelaksanaan bursa inovasi Desa, memastikan komitmen masuk dalam penetapan
APBdesa;
3. Bersama TPID melakukan identivikasi desa-desa yang mempunyai program
pembangunan desa yang Inovasi sesuai kreteria dari pelaksanaan PPID;
4. Bersama-sama TPID melakuan dokumentasi atas program-program pembangunan desa
yang inovatif;
5. Bersama-sama TPID melakukan identifikasi kebutuhan P2KTD memfasilitasi proses
pelaksanaannya, dan
6. Terlibat aktif dalam setiap proses pelaksanaan PPID.

KN PPID
152
153

Lembar Informasi 6.1.1


DATA PROGRAM INOVASI DESA

A. Latar Belakang

Sejak tahun 1945 hingga tahun 1998 desa diakui sebagai suatu wilayah yang memiliki
karakteristik khusus sehingga negara harus menghormatinya. Penghormatan tersebut
dituangkan dalam pasal 18 UUD 1945. keudian dijabarkan dalam berbagai perundangan
yang berkaitan dengan daerah. Akan tetapi hingga hari ini desa tidak pernah menajdi sub
sistem yang benar-benar otonom.

Fiolosofi otonomi desa dianggap sebagai kewenangan yang telah ada, tumbuh
mengakar dalam adat istiadat desa bukan juga berarti pemberian atau desentralisasi.
Otonomi desa berarti juga kemampuan masyarakat dalam mengatur urusan rumah
tangganya sendiri dan secara legal formal diatur oleh pemerintah pusat melalui undang-
undang.

Perwujudan otonomi maysarakat desa adalah suatu proses peningkatan


kemampuan maysarakat untuk berpartisipasi menuju kehidupan masyarakat dengan
prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Ini berarti otonomi masyarakat desa merupakan
demokrasi. Otonomi desa juga dicirikan oleh adanya kemampuan masyarakat untuk
memilih pemimpinnya sendiri, kemampuan pemerinah desa dalam melaksanakan fungsi-
fungsi pemerintahan sebagai perwujudan atas pelayanan terhadap masyarakat dari segi
pemerintahan dan pelayanan publik. Menguatnya fungsi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pembangunan serta meningkatkan kemampuan keuangan desa untuk
membiayai kegiatan-kegiatan didesa baik yang bersumber dari swadaya masyarakat
maupun sumber lainnya.

Akan tetapi, masalah mengenai pemenuhan kebutuhan dan keuangan desa masih
menjadi masalah dan pekerjaan rumah bagi pemerintah. Meskipun telah diperbarui
peraturan yang baru tidak dapat memberikan perubahan yang berarti bagi pemberdayaan
pemerintah desa. dalam kasus ini terjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah desa
untuk melangsungkan pemerintahannya. Peranan undang-undang dalam hal
merealisasikan otonomi desa belum terwujud, akibatnya pemerintahan tidak efektif.
Sosialisasi undang-undang juga dirasa sangat kurang mengakibatkan pemerintah desa
masih dalam posisi yang menyulitkan.

Pembangunan desa yang berupa program dana desa dan program inovasi desa
merupakan dinamika yang harus dicermati khususnya dalam penggunaan dan
pemanfaatan. Pola hubungan mereka yang kadang dibatasi oleh regulasi membuat
suasana menjadi kurang menguntungkan. Tersebarnya data informasi yang belum bisa
diproses secara on line membuat pelaporan dimasing masing pihak belum bisa diproses

KN PPID
153
154

secara baik. Perlunya langkah langkah yang meningkatkan kemampuan mengelola data
dana desa dan inovasi desa.

B. Prinsip Prinsip Basis Data

Prinsip utamanya adalah pengaturan data atau arsip. Sedangkan basis data (database)
merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lainnya, tersimpan di
perangkat keras dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.

C. Manfaat Basis Data

1. Mengurangi Redundansi. Data yang sama pada beberapa aplikasi cukup disimpan
sekali saja.
2. Menghindarkan Inkonsistensi. Karena redundansi berkurang sehingga umumnya
update hanya sekali saja.
3. Terpeliharanya Integritas data. Data tersimpan secara akurat.
4. Data dapat dipakai bersama sama. Data yang sama dapat diakses oleh beberapa
user pada saat bersamaan.
5. Memudahkan penerapan standarisasi. Menyangkut keseragaman penyajian data.
6. Jaminan sekuriti. Data hanya dapat diakses oleh yang punya hak .
7. Menyeimbangkan kebutuhan. Dapat ditentukan prioritas suatu operasi, misalnya
antara update, menampilkan.

Daftar Pustaka
1. Date, C.J.; An Introduction to Database System, Addison Wesley Publishing
Company, Vol. 7, New York, 2000.
2. Elmasri, Ramez; Navathe, Shamkant B.; Fundamentals of Database Systems, The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc., California, 2001.
3. Korth, H.; Database System Concept, Mc Graw Hill, 4th edition, New York, 2002.
4. Abdul Kadir, Konsep & Tuntuanan Praktis Basis Data, Andi Offset,
Jogyakarta,1999
5. Bunawan, Suryadi H.S, Seri Diktat Kuliah : Pengantar Basis Data, Gunadarma, Jakarta,
1993.
6. Courtney, James F; Paradice, David B; Database Systems for Management, Times
Mirror/Mosby College Publishing, Toronto, 1998.
7. Fathansyah, Basis Data, Informatika, cetakan pertama, 1999.
8. Harianto Kristanto, Konsep dan Perancangan Database, Andi Offset, Cetakan
Pertama, Yogyakarta, 1994.

KN PPID
154
155

Lembar Informasi 6.2.1

VALIDASI DATA DANA DESA

A. Latar Belakang

Sejak tahun 1945 hingga tahun 1998 desa diakui sebagai suatu wilayah yang memiliki
karakteristik khusus sehingga negara harus menghormatinya. Penghormatan tersebut
dituangkan dalam pasal 18 UUD 1945. keudian dijabarkan dalam berbagai perundangan
yang berkaitan dengan daerah. Akan tetapi hingga hari ini desa tidak pernah menajdi sub
sistem yang benar-benar otonom.

Filosofi otonomi desa dianggap sebagai kewenangan yang telah ada, tumbuh
mengakar dalam adat istiadat desa bukan juga berarti pemberian atau desentralisasi.
Otonomi desa berarti juga kemampuan masyarakat dalam mengatur urusan rumah
tangganya sendiri dan secara legal formal diatur oleh pemerintah pusat melalui undang-
undang.

Perwujudan otonomi maysarakat desa adalah suatu proses peningkatan


kemampuan maysarakat untuk berpartisipasi menuju kehidupan masyarakat dengan
prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Ini berarti otonomi masyarakat desa merupakan
demokrasi. Otonomi desa juga dicirikan oleh adanya kemampuan masyarakat untuk
memilih pemimpinnya sendiri, kemampuan pemerinah desa dalam melaksanakan fungsi-
fungsi pemerintahan sebagai perwujudan atas pelayanan terhadap masyarakat dari segi
pemerintahan dan pelayanan publik. Menguatnya fungsi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pembangunan serta meningkatkan kemampuan keuangan desa untuk
membiayai kegiatan-kegiatan didesa baik yang bersumber dari swadaya masyarakat
maupun sumber lainnya.

Akan tetapi, masalah mengenai pemenuhan kebutuhan dan keuangan desa masih
menjadi masalah dan pekerjaan rumah bagi pemerintah. Meskipun telah diperbarui
peraturan yang baru tidak dapat memberikan perubahan yang berarti bagi pemberdayaan
pemerintah desa. dalam kasus ini terjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah desa
untuk melangsungkan pemerintahannya. Peranan undang-undang dalam hal
merealisasikan otonomi desa belum terwujud, akibatnya pemerintahan tidak efektif.
Sosialisasi undang-undang juga dirasa sangat kurang mengakibatkan pemerintah desa
masih dalam posisi yang menyulitkan.

Pembangunan desa yang berupa program dana desa dan program inovasi desa
merupakan dinamika yang harus dicermati khususnya dalam penggunaan dan
pemanfaatan. Pola hubungan mereka yang kadang dibatasi oleh regulasi membuat
suasana menjadi kurang menguntungkan. Tersebarnya data informasi yang belum bisa

KN PPID
155
156

diproses secara on line membuat pelaporan dimasing masing pihak belum bisa diproses
secara baik. Perlunya langkah langkah yang meningkatkan kemampuan mengelola data
dana desa dan inovasi desa.

B. Fungsi Validasi
Validasi adalah adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap data, proses,
prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan.

C. Cara Melakukan Validasi Data


1. Membentuk tim validasi yang dimotori oleh Data Analis
2. Membentuk / identifikasi rencana induk basis data
3. Menetapkan jadwal validasi

4. Membuat dokumen validasi

Daftar Pustaka

1. Korth, H.; Database System Concept, Mc Graw Hill, 4th edition, New York, 2002.
2. Abdul Kadir, Konsep & Tuntuanan Praktis Basis Data, Andi Offset, Jogyakarta,1999
3. Bunawan, Suryadi H.S, Seri Diktat Kuliah : Pengantar Basis Data, Gunadarma,
Jakarta, 1993.
4. Courtney, James F; Paradice, David B; Database Systems for Management, Times
Mirror/Mosby College Publishing, Toronto, 1998.
5. Fathansyah, Basis Data, Informatika, cetakan pertama, 1999.
6. Harianto Kristanto, Konsep dan Perancangan Database, Andi Offset, Cetakan
Pertama, Yogyakarta, 1994.

KN PPID
156
157

Lembar Informasi 6.3.1

APLIKASI SIPEDE

A. Latar Belakang
Nawacita ke-3 pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yaitu membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam negara kesatuan, merupakan political
will menjalankan amanah UU No 6 Tahun 2014, untuk selanjutnya dalam rangka kewenangan
pembinaan dalam rangka urusan desa telah di keluarkan Peraturan PreSIPEDEen No 11
Tahun 2015 dan Peraturan PreSIPEDEen No 12 Tahun 2015, Urusan tentang Pemerintah Desa
di bawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri dan Urusan Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Msyarakat Desa di bawah koordinasi Kementerian Desa, Transmigrasi dan
PDT.
Desa mendapatkan Hak Dana Desa sebagaimana UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa
dan aturan turunannya PP 60 Tahun 2014 yang direvisi dengan PP No 22 tahun 2015, PP No
43 Tahun 2014 dan di revisi menjadi PP 47 Tahun 2015. Dampak pengelolaan Dana Desa,
Desa berkewajiban untuk bertanggungjawab dalam pengelolaannya, desa dituntut untuk
akuntable, bersih dan transparan. Hal ini juga sesuai dengan amanat UU No. 14 tahun 2008,
tentang Keterbukaan Informasi Publik. Lebih jauh, secara khusus Pasal 82 dan 86 UU No 6
Tahun 2014 tentang Desa mengisyaratkan untuk pelaporan anggaran desa dapat diakses
oleh siapa saja dan dari mana saja.
Mengacu pada Pasal 86 UU Desa, SIPEDE dikembangkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota. Pendekatan dalam skala yang lebih kecil ini dibandingkan dengan nasional,
bertujuan untuk memperkecil hilangnya kewenangan lokal berskala desa akibat
penyeragaman di tingkat nasional. Tujuan dari pengaturan skala kewajiban penyediaan
SIPEDE dalam lingkup Kabupaten juga bertujuan untuk menjaga prinsip rekognisi dan
subSIPEDEiaritas yang menjadi prinsip UU Desa.
Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) berkewajiban untuk mengembangkan SIPEDE
dan Pembangunan Kawasan (pasal 86 ayat 3). Kewajiban ini melekat pada Kabupaten/Kota,
bukan pada pemerintah di tingkat nasional (pusat). SIPEDE juga mengandung maksud bukan
sebatas aplikasi, melainkan perangkat keras, perangkat lunak (aplikasi), jaringan dan sumber
daya manusia. SIPEDE mengandalkan adanya bisnis proses yang jelas, tanpa
mengenyamping-kan jenis-jenis data dan informasi yang bersifat atau mengandung
kewenangan lokal berskala desa. Penegasan pentingnya sumber daya manusia sebagai
bagian dari SIPEDE menunjukkan kewajiban pada pihak Kabupaten/Kota untuk memberikan
pendampingan dan penguatan atas tata kelola informasi dan data pembangunan di tingkat
desa.

SIPEDE mengandung data desa, data pembangunan desa, kawasan desa dan
informasi lain yang berkaitan dengan pembangunan desa. Informasi berkaitan dengan

KN PPID
157
158

pembangunan kawasan perdesaan juga wajib disediakan oleh pemerintah di tingkat


Kabupaten/Kota. Informasi-informasi ini dibuka menjadi data atau informasi publik yang
dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

B. Memahami SIPEDE

SIPEDE (SIPEDE) memiliki beberapa pengertian, diantaryan sebagai sebuah aplikasi yang
membantu pemerintahan Desa dalam mendokumentasikan data-data milik Desa guna
memudahkan proses penelusurannya. Dalam arti luas, SIPEDE sebagai suatu sistem (baik
mekanisme, prosedur hingga pemanfaatan) yang bertujuan untuk mengelola sumber daya
yang ada di Desa. SIPEDE pada dasarnya sebuah sistem yang dinamis akan terus berkembang
sesuai dengan kebutuhan di tingkat lokal. Selalu ada input yang bisa dijadikan sebagai bahan
untuk mengembangkan sistem. Dengan demikian dapat disimpulkan SIPEDE merupakan
sekumpulan prosedur yang dilaksanakan oleh Pemerintah daerah ke desa, maupun
pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa kepada kepada masyarakat desa terkait
pemberian informasi yang menjadi dasar dalam pengambil keputusan di desa maupun pihak
yang terkait dengan desa baik Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat.
Pengembangan SIPEDE, tidak bisa dilihat sebagai langkah teknis dan administratife.
Akses informasi harus diletakkan dalam kerangka yang lebih luas: suatu pintu yang membuka
banyak kemungkinan bagi desa untuk ambil bagian dalam mengurus urusan rumah
tangganya, dan pada saat yang bersamaan menjadi langkah kontribusi desa dalam ikut
menjadi bagian dari penyelesaian masalah-masalah bangsa. Oleh sebab itu pula, konsepsi
system informasi desa, penting untuk dilihat tidak dalam kerangka dari atas ke bawah, tetapi
juga dari bawah ke atas dan dinamika relasi tersebut. Pemerintah Daerah dalam hal ini punya
kewajiban untuk mengembangkan SIPEDE , namun di sisi yang lain, desa dan para pihak yang
mendorong pembangunan desa, juga memiliki kesempatan untuk memajukan suatu system,
terutama agar informasi yang tersedia benar-benar informasi yang punya makna dalam
gerak maju desa.
Dalam isu terakhir ini, Desa sendiri harus mulai dengan tiga kebaruan, yakni: (1)
kesadaran baru–suatu kesadaran yang menempatkan informasi sebagai titik penting dalam
keseluruhan pergerakan desa untuk membangun; (2) ketrampilan baru – pada khususnya
dalam menghimpun, mengolah, mengelola dan menggunakan informasi, termasuk
penggunaan teknologi informasi; dan (3) kebiasaan baru. Apa yang paling utama dari hal
yang terakhir ini adalah bahwa soalnya bukan terletak pada penghimpunan informasi dan
menatanya menjadi sumber informasi yang akurat. Soal utamanya adalah apakah desa akan
punya kemampuan mempergunakan semua informasi yang ada menjadi elemen penting
penggerak seluruh pihak di desa untuk bersama-sama membangun desa? Kemampuan inilah
yang harus berkembang, sehingga SIPEDE, bukan menjadi hal yang bermakna bagi pihak
luar, tetapi bermakna bagi desa dan warga desa sendiri.

SIPEDE yang disampaikan mencakup, antara lain :


1. Rencana pembangunan jangka menengah kabupaten;

KN PPID
158
159

2. Rencana kerja pemerintah daerah;


3. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di desa pada tahun berjalan;

4. Pagu indikatif desa;


5. Laporan pertanggungjawaban Kepala Desa;
6. Program dan kegiatan yang berjalan di desa;

7. Potensi dan produk unggulan desa;


8. Kendala dan masalah di desa;
9. Informasi harga komoditi pertanian pertanian, peternakan, dan perikanan;

10. RKP Desa dan APB Desa.

C. Maksud dan Tujuan SIPEDE

Berkaitan dengan SIPEDE, dimana dalam pengaturannya harus disediakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dengan maksud sebagai berikut:
1. Ketersediaan data untuk mendukung kebutuhan Pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, dan Pemberdayaan masyarakat;
2. Pengawasan pembangunan Desa, dengan adanya SIPEDE yang terbuka bagi
publik maka pengawasan pembangunan desa akan semakin jelas dan tepat
sasaran;
3. Pemetaan kondisi dan potensi Desa, dengan adanya SIPEDE kondisi dan sektor-
sektor yang menjadi potensi unggulan Desa dapat didokumentasikan dan
dikedepankan dengan baik;
4. Peningkatan kualitas pelayanan publik di tingkat Desa, dengan adanya SIPEDE,
data-data dan dokumen surat menyurat untuk pelayanan publik desa akan
lebih akurat dan cepat, sehingga kualitas pelayanan publik meningkat;
5. Mensosialisasikan kebijakan dan rencana pembangunannya kepada seluruh
pemangku kepentingan khususnya masyarakat di Desa tentang arah dan
strategi pembangunan sebagai pertimbangan dalam pembangunan Desa dan
kawasan perdesaan;
6. Mendorong partisipasi, transparansi dan akuntabilitas;

7. Memperkuat modal sosial;

D. Prinsip-Prinsip Pengembangan SIPEDE

Pengembangan SIPEDE idealnya dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip penting,


antara lain:

KN PPID
159
160

1. SIPEDE adalah kewenangan dan kewajiban pemerintah daerah di tingkat


Kabupaten/Kota;

2. Data yang dikelola melalui SIPEDE perlu ditetapkan sebagai data terbuka (open
data);
3. SIPEDE bukan semata teknologi, melainkan sumber daya manusia.

4. Penerapan SIPEDE tidak boleh menghilangkan peluang, kesempatan dan upaya


desa untuk membangun data yang relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa;

5. Penerapan SIPEDE harus mengakomodir kebutuhan desa untuk tetap memiliki,


mengembangkan dan menggunakan data sebagai bagian tidak terpisahkan
dari perencanaan di tingkat desa;

6. Standardisasi Data dalam SIPEDE tidak boleh menghilangkan kesempatan


pemeratah desa untuk mengembangkan data yang relevan terkait dengan
kewenangan lokal berskala desa;

E. Manfaat SIPEDE
SIPEDE menjadi sumber dan alat dalam mendukung perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembangunan, penyelenggaraan pemerintahan, maupun pengaduan masyarakat desa
menjadi didasarkan data dan informasi yang akurat. Ketersediaan informasi dan data yang
akurat serta terus mengalami pembaharuan, maka Desa dapat merencanakan dirinya dengan
baik. Tabel berikut menguraikan manfaat SIPEDE dalam pembangunan dan pemberdayaan
Desa

No Komponen Manfaat
1. Pemerintah • Memperbaiki kualitas pelayanan publik yang berbasis kebutuhan
di tingkat lokal.
• Adanya ketersediaan data yang bisa dimanfaatkan di tingkat lokal
maupun supra Desa.
2. Pembanguna • Membantu proses perencanaan dan sebagai kekayaan data
n dalam menyusun dokumen perencanaan Desa.
• Mendorong transparansi dan akuntabilitas pembangunan di
tingkat desa
3. Pemberdayaa Mendorong partisipasi dan lahirnya inisiatif masyarakat untuk
n terlibat dalam pembangunan desa
4. Pemerintaha • Kemudahan dalam memperoleh data dan informasi desa.
n Supra Desa • Efisiensi anggaran SKPD pada komponen perjalanan dinas.
• Efektifitas kerja
• Membantu proses perencanaan pembangunan di tingkat
Kabupaten/Kota
5. Pemerintah • Ketersediaan data dan informasi secara lengkap dan tertata.
Desa

KN PPID
160
161

No Komponen Manfaat
• Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam urusan administrasi
kependudukan.
• Membantu proses perencanaan pembangunan di tingkat desa.
• Apabila SIPEDE bersifat online maka akan membantu dalam
mempromosikan desa
6. Lembaga di • Perumusan kebutuhan dan program kerja menjadi lebih mudah
Desa karena ketersediaan data dan informasi yang mudah diakses.
• Membantu kerja-kerja kelembagaan baik sektoral maupun
spasial (kewilayahan).
7. Masyarakat • Mendorong munculnya partisipasi masyarakat dalam
Desa pembangunan di tingkat desa.
• Menumbuhkan modal social
8. Pihak-pihak • Membantu mempercepat pihak-pihak terkait yang
luar yang membutuhkan data dan informasi tentang Desa.
berkepentin • Pihak luar memiliki potret tentang kondisi desa yang bisa diakses
gan dengan mudah.
• Apabila SIPEDE tersedia dalam bentuk online, maka akan
membuka relasi antara Desa dengan pihak-pihak di luar Desa.

F. Ruang Lingkup SIPEDE


SIPEDE memiliki dua fungsi utama. Pertama, fungsi bagi desa –pemerintahan dan masyarakat
desa, yaitu menghimpun seluruh informasi yang diperlukan untuk penyelenggaraan
pemerintahan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, pemberdayaan masyarakat
dan kemasyarakatan. Informasi yang dihimpun dapat merupakan informasi yang bersifat
lokal –sesuai dengan sosial budaya masyarakat maupun informasi yang diatur/diwajibkan
dalam peraturan perundangan yang lebih tinggi. Kedua, fungsi bagi pemerintahan yang lebih
tinggi, yaitu mendapatkan informasi dari desa berkaitan dengan kebutuhan pemerintahan,
pelayanan dan pembangunan di desa. Informasi yang kedua ini ditetapkan oleh pemerintah
yang membutuhkan.

G. Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan SIPEDE


Penerapan SIPEDE, mengacu pada semangat UU Desa, harus dikembalikan ke tingkat Kabupaten/Kota.
Hal ini sejalan dengan penetapan kewenangan lokal berskala desa yang turut diatur dalam Peraturan
Daerah. SIPEDE perlu mengakomodir keragaman di tingkat Desa. Keragaman, dalam konteks terdekat,
dapat diakomodir oleh pemerintah di tingkat Kabupaten/Kota.

Pemerintah nasional lebih penting menetapkan standar platform teknologi agar satu jenis
aplikasi (teknologi) dapat berkomunikasi dengan teknologi lainnya. Perkembangan dunia teknologi
informasi sudah memungkinkan adanya komunikasi data melalui Application Programming Interface
(API). Standardisasi data apabila dilakukan tidak boleh menghilangkan peluang desa untuk tetap
dapat memasukkan data-data yang terkait dengan kewenangan lokal berskala desa.

KN PPID
161
162

Dalam Undang-Undang Desa pasal 86 telah menegaskan kedudukan Desa dalam


pengembangan SIPEDE, dimana Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui SIPEDE yang
dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
mengembangkan SIPEDE dan pembangunan Kawasan Perdesaan. SIPEDE meliputi fasilitas
perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia. SIPEDE meliputi
data Desa, data Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta informasi lain yang berkaitan
dengan Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan. SIPEDE dikelola oleh
Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua pemangku
kepentingan. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota menyediakan informasi perencanaan
pembangunan Kabupaten/ Kota untuk Desa.
Dalam pelaksanaanya, maka pemerintah daerah melalui instansi terkait wajib
memberikan informasi kepada desa terkait rencana kerja pemerintah daerah, program yang
berjalan di desa, dan pagu indikatif desa, maupun informasi kabupaten yang
terkait/berhubungan dengan Desa. Informasi tersebut disampaikan ke masing-masing desa
baik melalui media informasi daerah. Kepala Desa wajib memberikan atau menyebarkan
informasi kepada masyarakat desa secara tertulis terkait penyelenggaraan pemerintahan
desa setiap akhir tahun. Masyarakat Desa dapat menyampaikan informasi yang terjadi di
desanya kepada Kepala Desa dan Pemda melalui media informasi desa. Informasi yang
diminta oleh masyarakat Desa menyangkut: penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
SIPEDE sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawaban Kepala Desa kepada
masyarakat, maupun pemerintah Kabupaten/ Kota kepada Desa. Sampai saat ini, SIPEDE
merupakan salah satu solusi dalam mengatasi kebekuan informasi antara desa dengan
warganya, ataupun desa dengan Pemerintah Daerah.

H. Penerapan SIPEDE
Penerapan teknologi perlu mengedepankan pertimbangan ketersediaan akses masyarakat
atas teknologi. Teknologi yang terlalu dipaksakan pada konteks wilayah tertentu, justru akan
menjadi hambatan tersendiri bagi pemerintah desa dan masyarakat dalam pemanfaatan data
tersebut.
Penerapan teknologi tidak boleh ditunggalkan dengan mempertimbangkan akses
masyarakat atas informasi pembangunan yang berbeda-beda di setiap lokasi.Ketersediaan
data yang tidak dibarengi dengan akses masyarakat atas data pembangunan juga
menghambat partisipasi masyarakat.

Penerapan Sistem Informasi harus mempertimbangkan bagaimana masyarakat dapat


memanfaatkan informasi yang termuat dalam sistem informasi. Akses atas informasi menjadi
prasyarat dasar untuk memastikannya.

KN PPID
162
163

I. Praktek SIPEDE

Sistem Informasi Pembangunan Desa merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk
memantau proses pelaporan sekaligus memberikan informasi Perencanaan Kegiatan desa
bersumber APBDes, pendanaan (7 Sumber Pendanaan) sampai dengan hasil-hasil kegiatan
Pembangunan Desa. Adapun fokus monitoring Keuangan APBN (Dana Desa) dapat disajikan
secara detail beserta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dimaksud dapat
dikategorikan sesuai dengan Bidang dan Prioritas penggunaan Danana Desa. Untuk
mengenal dan menjalanakan aplikasi, silahkan berikut ini tatacaranya:

Pastikan SIPD dapat diakses di alamat: http://sipede.ppmd.kemendesa.go.id

1. Dashboard

1.1. Data Tematik Provinsi Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah

1.2. Data Tematik Provinsi Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Kas Desa

KN PPID
163
164

1.3. Grafik Penggunaan Dana Desa sesuai Bidang dan Sub Bidang Pembanguan Desa per
Tahun Anggaran.

1.4. Data Kegiatan bersumber Dana Desa (APBN) per Tahun Anggaran

1.5. Masuk Aplikasi


Untuk masuk ke Aplikasi adalah user yang terdaftar sebagai pendamping dengan Login dan
Password sesuai lokus-masing-masing.

2. APBDesa
Sistem pengadministrasian APBDesa pada dasarnya terbagi pada pengelolaan Pendapatan,
Belanja, Pembiayaan, Perencanaan, Pelaporan dan Penatausahaan keuangan Desa.

KN PPID
164
165

Sistem menyediakan 3 cara Input data APBdesa:


1. Mengisi secara manual
2. Upload file format excel pada lembar kerja:
a. PLD : Lembar Kerja APBDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
b. PD-PDTI : Lembar Kerja APBDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
c. TAM : Lembar Kerja APNDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
Catatan:
• Input data diisikan oleh PLD; jika PLD kosong diisikan PD; dan jika PD
kosong diisikan oleh TA Kab.
• TA Kab bertugas meverifikasi, validasi data dan melaporkan secara
berjenjang

3. Untuk Desa yang sudah menggunakan SISKEUDES dapat melakukan ekport pada
menu Laporan Penganggaran:

dan pilih pada Laporan 1b- Ringkasan APBDes dan selanjutnya sesuai dengan
SISKEUDES Desa. pilih parameter yang sesuai, print to file di cek box, pilih ke file excel,
kemudian isikan sumber pendanaan secara manual sesuai kreteria kemudian di
upload.

KN PPID
165
166

Sebagai catatan: untuk kegiatan-kegiatan diisikan nilai Sumary (Kode 3 Digit) dan
untuk Detai Rab dalam Laporan ini belum di perlukan (capture Data Keguiatan
berdasar APBDes SISKEUDES)

Berikut ini contoh upload format excel berdasar lembar kerja form APBdes

3. RKUD ke RK Desa
Pemantauan Transfer Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) ke RK Desa sesuai dengan
kesiapan Desa untuk mengakses Dana Desa. Pendamping dapat melaporkan progres ke
dalam aplikasi dengan melaukan Edit Data

KN PPID
166
167

4. Kegiatan dari dana Desa


Kegiatan Dana Desa adalah realisasi dari perencanaan berdasar APBDesa yang dilengkapi
oleh pendamping sesuai dengan Laporan progres Kegiatan berdasar LPJ. adapun kegiatan-
kegiatan yang memiliki nomenklatur yang perlu di sesuaikan dengan keperluan Kementrian
Desa PDTT akan disesuaikan dengan pilihan-pilih kegiatan untuk singkronisasi.

5. Profil Desa
Profil Desa memuat informasi terkait Desa menggunakan Dana Desa (APBN)

KN PPID
167
168

CATATAN:
Sistem Pelaporan Yang sedang Di Kembangkan P3MD Pusat:
1. HRD
2. Penangan dan Pengaduan Masalah (CHS)
Penegasan
1. PMK 50_2017. Pengelolaan transfer ke daerah dan DD.
2. PMK 112_2017. Perubahan pertama thd PMK 50_2017.
3. PMK 199_2017. Tata cara pengalokasian DD Kab Kota.
4. PMK 225_2017. Perubahan kedua thd PMK 50_2017.
5. PMK 226_2017. Perubahan rincian DD menurut Kab Kota.

Catatan:
1. Pastikan peserta sudah memiliki pengetahuan APBDesa (Pemendagri 113)
dan telah membaca petunjuk tersebut.
2. Pastikan peserta sudah memiliki pengetahuan "Transfer Pemerintah Daerah
dan Dana Desa" (PMK 50 tahun 2017) terkait Dana Desa mulai Pasal 99.
3. Peserta sudah memahami (Permendesa No. 4 Tahun 2017) Penetapan
perubahan atas peraturan Menteri Desa, Pembanguanan Daerah Tertinggal
Transmigrasi No. 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
dana Desa.

KN PPID
168
169

Lembar Informasi 6.4.1

APLIKASI
GEOTAGGING

A. Pendahuluan

Kecanggihan HP saat ini sudah menjadi hal yang wajar, peningkatan teknologi yang
signifikan tiap tahunnya sudah bukan menjadi hal yang mengherankan. Sekarang
bermunculan teknologi yang modern dengan ukuran segenggaman tangan saja yaitu
HP/smartphone. Saking canggihnya sekarang sudah terdapat fitur Geotagging. Apa itu
Geotagging? Yuk kita bahas fungsi dan tips menggunakan geotagging.
Geotagging adalah sebuah proses identitas metadata terhadap suatu media seperti
gambar, video, foto maupun sebuah website yang akan diselipkan titik koordinat suatu
tempat secara detail. Fungsi koordinat tersebut adalah:
• Sebuah koordinat yang mempunyai keterangan tentang sebuah letak di bumi
dengan satuan bujur dan lintang.
• Selain memberikan koordinat dengan bujur dan lintang, geotagging juga
memberikan informasi berupa keterangan kapan waktu koordinat tersebut
diambil, jadi sangat akurat untuk mengabadikan suatu gambar atau foto atau
tempat dengan tepat.
• Serta mempunyai fungsi untuk menyimpan data sebuah letak dan tempat
sehingga mudah untuk dicari dalam peta.
Pada jaman awal komputer ditemukan, geotagging sudah mulai banyak digunakan,
apalagi pada saat adanya jaringan internet dan satelit, perkembangan teknologi geotagging
sungguh berkembang pesat. Fungsi dan tips menggunakan geotagging akan kita ulas lebih
dalam lagi.
Balik lagi ke topik awal, dengan kecanggihan HP saat ini, sudah dapat dipastikan
hampir semua HP dan aplikasi dalam HP pasti mempunyai geotagging, tentunya untuk
menggunakan geotagging anda harus menyalakan GPS dahulu. Apa itu GPS? GPS adalah
singkatan dari Global Positioning System, yang merupakan sistem navigasi berbasis satelit
yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dan dioperasikan dengan 27 jaringan satelit di
dunia. Jadi informasi tentang peletakan sebuah posisi dapat saling terkait dengan satelit dan
GPS akan mudah diproses.
Dengan menyalakan GPS pada HP anda, maka satelit akan bekerja untuk menerima
sinyal dari HP anda dan menyimpan koordinat dimana HP anda berada. Memang sangat
praktis apabila anda sedang berpergian yang harus menggunakan peta. Fungsi lainnya yaitu
untuk mencari sebuah lokasi berdasarkan penamaan jalan, alamat, atau suatu daerah dengan
menggunakan GPS. Misal apabila anda menggunakan Instagram atau Foursquare dengan
menggunakan share location, maka akan secara otomatis akan menyimpan juga koordinat
KN PPID
169
170

dimana gambar atau lokasi tempat dimana anda mengakses kedua aplikasi tersebut,
tentunya anda harus mengaktifkan GPS terlebih dahulu. Bahkan GPS juga bisa digunakan
sebagai cara melacak hp yang hilang.
Namun mempunyai kelemahan apabila anda mengaktifkan GPS secara terus
menerus, dapat menyebabkan baterai hp anda cepat panas. Maka dari itu Anda perlu
mempelajari cara menghemat baterai Android. Selain baterai boros, terkadang juga dapat
menyebabkan kuota anda cepat habis dan sebaiknya anda mengetahui cara menghemat
kuota supaya tidak boros. Hal ini Fungsi dan tips meggunakan geotagging benar-benar
berguna supaya HP anda tetap terawat.

B. Cara Penggunaan Geotagging

Bila anda mempunyai aplikasi-aplikasi media sosial seperti Instagram, Foursquare,


penggunaan geotagging Android dan iPhone dapat digunakan dengan mudah, anda hanya
tinggal mengaktifkan GPS dan untuk mengakses aplikasi tersebut juga anda harus
mempunyai jaringan internet. Perlu anda tahu juga bagaimana cara mempercepat kinerja hp
Android agar tidak lemot supaya aplikasi yang berat dikarenakan loading image yang banyak
seperti Instagram dapat berjalan dengan lancar.
Contoh aplikasi lainnya selain media sosial adalah aplikasi untuk komersil seperti
aplikasi buatan Indonesia yang saat ini sedang ngehitz yaitu:
• Go-jek (perusahaan transportasi lokal yang berdiri pada tahun 2010)
• Grab (perusahaan transportasi internasional yang berdiri pada tahun 2012, dahulu
dikenal dengan nama MyTeksi)
• Uber (perusahaan transportasi San Fransisco yang telah diadaptasi ke Indonesia
pada tahun 2012)
Ketiga aplikasi ini merupakan aplikasi transportasi massal yang sangat memudahkan
penggunanya dalam bidang transportasi. Dengan menggunakan sistem geotagging, ketiga
aplikasi ini memuat data-data dimana client, driver serta lokasi yang ditujukan. Dan aplikasi
selain media sosial dan komersil, ada pula aplikasi yang pada zaman sekarang yang pasti
menggunakan geotagging yaitu aplikasi hiburan game, dan hampir segala jenis game yang
online pasti menggunakan geotagging agar sesama player (pemain) dapat saling
mengetahui lokasi player lainnya.
Dan sudah tidak mengherankan lagi pada jaman sekarang, dengan teknologi
geotagging kita dapat mengetahui lokasi-lokasi tempat makan, tempat nongkrong, tempat
hiburan dan bahkan tempat-tempat lainnya yang ada di dunia maya. Bahkan bisa juga
digunakan sebagai cara mengetahui posisi seseorang melalui Google Map atau mengintai
langsung lokasi yang anda inginkan secara 3D layaknya anda berada disana. Lokasi tersebut
dengan mudah anda temukan hanya dengan menginput nama jalan, alamat atau koordinat
yang anda inginkan, hebat sekali bukan?

KN PPID
170
171

C. Bahaya Geotagging

Geotagging sangat membantu kehidupan manusia. Namun geotagging juga dapat sangat
berbahaya apabila disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Berhati-hatilah
pada saat anda memposting foto anda pada aplikasi media sosial yang menggunakan
geotagging. Pada foto tersebut akan menyimpan informasi seperti lokasi, waktu dan
keterangan-keterangan anda yang dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak
berkepentingan.
Selain foto, informasi tentang nama, misalnya nama keluarga atau teman yang sering
anda upload ke media sosial dapat memicu dan memancing perbuatan kejahatan. Begitu
pula dengan foto tentang barang-barang berharga (maksudnya pamer, tapi malahan
memancing malapetaka). Oleh sebab itu sungguh anda harus berhati-hati dalam
menggunakan geotagging. Apabila tidak diperlukan, lebih baik anda non-aktifkan saja fungsi
geotagging tersebut daripada dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Caranya sangat
mudah, yaitu:
• Non-aktifkan Location Services pada HP berjenis iPhone.
• Untuk berjenis Android, masuklah ke setelan lalu Location Services dan Uncheck
kedua option GPS Satellites dan WLAN & Mobile Network Location.
• Lalu untuk HP diluar jenis-jenis diatas, berbeda-beda caranya, dan untuk cara
ringkasnya anda tinggal non-aktifkan saja GPSnya. Beres deh.
Demikian pengertian, fungsi dan tips menggunakan geotagging Android dan iPhone
serta bahayanya menggunakan geotagging. Gunakan dengan bijaksana ya.

D. JENIS-JENIS APLIKASI GEOTAGGING


1. Pix GPS
Software sederhana untuk Windows yang dapat memasukkan posisi nyata (latitude dan
longitude) ke dalam poto EXIF metadata.

Yang dibutuhkan : Kamera digital yang dapat menyimpan file EXIF disamping file
gambar, GPS receiver, dan software Pix GPS. PixGPS tergolong mudah digunakan,
mendownload foto dari kamera kemudian mengambil data berformat GPX dari GPS
receiver. Pix GPS geotagger akan mengkalkulasi longitude dan latitude dari masing-masing
foto.

2. Geosetter
adalah perangkat lunak untuk windows (XP atau yang lebih tinggi) untuk menunjukkan dan
merubah geo data dan metadata lainnya dari sebuah image file (IPTC/XMP/EXIF). Versi saat
ini yang digunakan adalah versi 3.4.26 yang dirilis pada 1 Februari 2011. Spesifikasi detailnya
sillakan klik link berikut http://www.geosetter.de/en

KN PPID
171
172

3. Picasa

Google picasa 3 dan windows live photo gallery adalah perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk melihat dan mengedit personal photographs. Editor photo ini not-fuul
featured, perangkat lunak professional untuk pengeditan foto. Picasa dapat digunakn
dengan mudah tidak diperlukan teknik yang sulit untuk menggunakannya.

Google Picasa 3 dapat digunakan pada windows XP, Vista atau Mac OS X versi 10.4.9 atau
lebih besar dari itu. Tetapi untuk menggunakannya pada Linux dan windows 98 , ME dan
2000 diperlukan picasa khusus untuk itu. Kita dapat mengupload foto secara langsung untuk
membuat Picasa Web Album menggunakan tombol upload pada bawah screen.

4. Software GpicSync

Merupakan singkatan dari GPS Pictures Synchronization, sebuah perangkat lunak


geotagging gratis yang dibuat oleh francois.schnell. Gpicsync merupakan aplikasi kecil dan
sederhana yang berfungsi secara otomatis menyisipkan informasi lokasi ke dalam metadata
foto sehingga foto tersebut bisa ditampilkan ke dalam google earth, flickr, loc.alize.us
menggunakn timeline GPS track.

5. Haodah Geo

Seperti pada kamera yang dilengkapi GPS, Houdah Geo dapat menyimpan informasi latitude,
longitude dan altitude. Dapat menuliskan pada EXIF, XMP, IPTC. Hasilnya dapat ditampilkan
pada google earth, flickr, locr. Houdah Geo memiliki 2 kebutuhan: Untuk pengarsipan
menggunakan EXIF, XMP, dan IPTC sementara untuk publikasi menggunakan google earth,
flickr, atau locr.

6. IMMAGEO

Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk proses geo tag sebuah foto dengan GPS
koordinat dan dapat menunjukkan secara real foto yang diambil. Dan hasilnya dapat
dipublikasikan secara online pada Flickr.

7. GPS Photolink

Adalah perangkat lunak yang dapat menghubungkan photo digital dengan koordinat GPS
dimana proses pengambilannya tanpa terhubung dengan wire. GPS photo link
mendownload foto dari kamera dan GPS tracklog atau waypoint dari GPS receiver. Kemudian
mencocokkannya dengan waktu pada GPS.

KN PPID
172
173

8. JetPhoto Studio 5

JetPhoto studio adalah perangkat lunak yang lengkap dan mudah digunakan. Dapat
digunakan untuk:

· Mengedit foto dalam album

· Mengelola foto dengan kalender dan peta

· Dapat melakukan proses geotagging dengan GPS

· Membuat Flash dan Web Galeri

· Dapat mempublish album dengan JetPhoto Server

Pengguna dapat melihat peta yang menunjukkan lokasi dimana sebuah foto diambil.
jetPhoto mencocokkan foto digital dengan time-syncronized GPS tracks untuk menlokasikan
foto secara otomatis. Dengan JetPhoto Studio, akan lebih mudah membuat galeri dengan
Google Map dan Google Earth untuk menunjukkan lokasi kamera ketika mengambil gambar.

9. PictoGEO

Ketika dilakukan pengambilan foto secara otomatis disimpan informasi-informasi gambar


tersebut. Namun, karena seringkali tidak ada informasi dimana gambar itu disimpan jadi
seringkali terjadi kesulitan ketika memanggil lokasi yang ditunjukkan. Pictogeo bekerja
dengan data GPS dan mengikuti view lokasi foto pada virtual map, seperti google earth. Picto
Geo juga dapat mengatur seluruh perjalanan. Jika kamu melakukan sebuah perjalanan kamu
dapat melakukan rekonstruksi ulang, dan semua jarak dapat diketahui.
Untuk menyimpan informasi pada lokasi dengan kamera digital, kamu akan
membutuhkan, kamera, GPS data logger, PictoGeo GPS data logger. Sebuah GPS data logger
berkemampuan untuk menemukan posisi dengan akurat dengan bantuan GPS satelit.
Namun, tidak seperti system navigasi, GPS data logger tidak akan menunjukkan jalan dari
point A ke B tetapi menyimpan posisi geografis saat ini, kecepatan, dan ketinggian absolute,
dan waktu UTC yang tepat juga mengacu pada koordinat universal. Kamu dapat
menggunakan pictoGeo untuk melakukan link informasi lokasi yang dikumpulkan oleh GPS
data logger dengan foto digital.

10. Panoramio

Merupakan komunitas website yang dapat digunakan untuk memberikan informasi geo
lokasi pada peta, menyimpan dan mengedit foto-foto dan mempublikasikan melalui google
earth. Lintang Google (google latitude) akan mempublish lokasi kita dengan teman dan
pemandangan lokasi tersebut pada peta. ketika diaktifkn, google latitude history menyimpan
lokasi sebelumnya dan mencocokkan foto dengan penyimpanan lokasi di dalam Google
Latitude History. Dengan kombinasi Panoramio dan Google Latitude dapat dilakukan
geotagging secara otomatis dengan mencocokkan waktu pada stamp foto dan lokasi yang
terekam dalam Google Latitude History. Untuk menggunakan aplikasi ini dibutuhkan
KN PPID
173
174

pengaturan Panoramio. Jika kita menginginkannya, Panoramio akan mengakses Google


Latitude History yang kita untuk menemukan lokasi pada waktu ketika foto tersebut diambil.
Sehingga membuat waktu pada kamera sesuai dengan nilai yang dimasukkan dalam
pengaturan Panoramio.

KN PPID
174

Anda mungkin juga menyukai