Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK MUSKULOSKELETAL
DEPARTEMEN BIOMEDIK
DIVISI FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
NOVEMBER 2019

NAMA : FIRDHA ASSYIFA

NIM : 1910911220024

KELOMPOK : 12

NAMA ASISTEN PRAKTIKUM : NABILA BILQIS

LEMBAR PENGESAHAN

BANJARMASIN 14 NOVEMBER 2019


ASISTEN PRAKTIKUM PRAKTIKAN

NABILA BILQIS FIRDHA ASSYIFA


NIM 1810911220038 NIM 1910911220024
Soal
1. Apa yang dapat anda amati pada otot biseps brachii saat tanpa beban, diberi
beban 1 kg dan diberi beban 4 kg? Apakah ada perbedaan bentuk dan
konsistensi perabaannya? Jelaskan!
2. (Apa yang terjadi pada jarak antara olecranon ke apex articulatio
metacarpophalanx III saat tanpa beban, diberi beban 1 kg, dan diberi beban 4
kg? Jelaskan!
3. Hitunglah besarnya gaya yang dihasilkan otot (gaya otot) saat tanpa beban,
diberi beban 1 kg dan diberi beban 4 kg jika jarak antara olecranon ke insertio
otot biseps brachii pada tulang radius adalah 10 cm. Jelaskan jawaban dengan
cara menguraikan langkah-langkah perhitungannya.

Jawab :
1. Ketebalan dan kekerasan otot, serta jarak antara olecranon ke apex articulation
metacarpophalanx III. Ada perbedaan di antara mereka, yaitu otot menjadi
lebih besar dan lebih keras yang 4 kg dibanding kan dengan yang 1 kg, dan
yang 1 kg lebih keras dan lebih besar dibandingkan yang tanpa diberi beban
pada saat di raba karena otot akan bekerja lebih jika diberi beban yang lebih
besar sehingga otot akan berkontraksi lebih yang mana sarkomer akan lebih
memendek dan otot terasa lebih keras dan tebal
2. Jaraknya menjadi lebih pendek ketika diberi beban 4 kg dibanding yang 1 kg,
dan yang 1 kg lebih pendek daripada tanpa beban. Karena lempengan tertarik
pada saat berkontraksi sehingga terlihat lebih pendek jika massa yang
ditambahkan semakin berat.
3. Dik : 𝐿𝑏 = 10
𝐿1 = 37 𝑐𝑚, 𝑤1 = 0 𝑘𝑔
𝐿2 = 36 𝑐𝑚, 𝑤2 = 1 𝑘𝑔
𝐿3 = 35 𝑐𝑚, 𝑤3 = 4 𝑘𝑔
Dit :M
Jwb :
𝐿𝑎
𝑀=𝑤
𝐿𝑏
𝐿1 37
𝑀1 = 𝑤1 =0 =0N
𝐿𝑏 10
𝐿2 36
𝑀2 = 𝑤2 =1 = 3,6 N
𝐿𝑏 10
𝐿3 35
𝑀3 = 𝑤3 =4 = 14 N
𝐿𝑏 10

Jadi, semakin berat beban yang di angkat maka semakin besar juga gaya yang
dibutuhkan dan jarak antara olecranon ke apex articulation metacarpophalanx
III akan terlihat memendek
PEMBAHASAN
Otot merupakan kelompok jaringan terbesar yang membentuk tubuh. Otot
rangka membentuk sekitar 40% berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita, dengan
otot polos dan otot jantung membentuk 10% berat lainnya. Berdasarkan struktur dan
fungsinya, otot dibedakan menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot polos, dan otot
jantung. Otot rangka atau disebut juga otot lurik bersifat volunter dan berfungsi untuk
pergerakan tubuh relatif.Otot polos bersifat involunter, berbentuk gelendong, dan
berfungsi untuk pergerakan isi organ berongga. Otot jantung bersifat involunter,
tampak lurik dengan adanya khas serat-serat otot jantung disatukan dalam suatu
anyaman bercabang. Otot jantung berfungsi khusus untuk memompa darah keluar
jantung.
Otot rangka berukuran relatif besar dengan bentuk silindris, dengan ukuran
garis tengah berkisar dari 10 hingga 100 µm dan panjang hingga 750.000 µm. Otot
rangka terdiri dari serat-serat otot yang tersusun sejajar satu sama lain dan terbentang
di keseluruhan panjang otot. Serat-serat otot dipersatukan oleh jaringan ikat.
Serat otot rangka mengandung banyak struktur intrasel berbentuk silindris
dengan diameter 1 µm yang memanjang ke keseluruhan panjang serat otot disebut
miofibril. Miofibril membentuk 80% volume serat otot. Miofibril terdiri dari susunan
teratur mikrofilamen sitoskeleton, yaitu filamen tebal dan filamen tipis. Filamen tebal
bergaris tengah 12 sampai 18 nm dan panjang 1,6 µm yang terdiri dari protein miosin.
Filamen tipis mempunyai garis tengah 5 hingga 8 nm dan panjang 1 µm, terdiri dari
tiga protein yaitu aktin, tropomiosin, dan troponin dengan aktin sebagai protein
utama. Melalui mikroskop elektron, sebuah miofibril memperlihatkan pita gelap (pita
A) dan pita terang (pita I) secara bergantian. Pita A dibentuk oleh tumpukan filamen
tebal dengan sebagian filamen tipis yang tumpang-tindih di kedua ujung filamen
tebal. Filamen tebal hanya terdapat di pita A dan terbentang di seluruh lebarnya.
Daerah yang lebih terang di tengah pita A, tempat yang tidak dicapai oleh filamen
tipis adalah zona H. Bagian tengah zona H terdapat garis M, yaitu protein-protein
penunjang yang menahan filamen-filamen tebal vertikal di dalam setiap tumpukan.
Pita I terdiri dari bagian filamen tipis yang tidak menjulur ke dalam pita A dan
terlihat garis Z di bagian tengah pita tersebut. Daerah antara dua garis Z disebut
sarkomer, yaitu unit fungsional otot rangka. Dengan mikroskop elektron, terlihat
adanya jembatan silang halus yang terbentang dari masing-masing filamen tebal
menuju filamen tipis sekitar di tempat filamen tebal dan filamen tipis bertumpang
tindih. Jembatan silang ini berperan dalam mekanisme kontraksi.
Sarkomer merupakan unit fungsional otot, sarkomer ini akan berulang
sepanjang poros fibril jarak 1500-2500 nm. Bila dilihat menggunakan mikroskop
terdiri atas pita A (gelap) dan I (terang) berselang-seling, sedangkan pada pita A
(zona H) bersifat kurang padat dan pita I terbagi 2 dibatasi garis z.
Potongan melintang myofibril, mikrograf elektron terdiri 2 filamen
longitudinal yaitu filamen tebal pada pita A yaitu miosin dengan diameter 16 nm
deret heksagonal dan filamen tipis pada pita I meluas ke pita A tidak sampai pita H,
diameter 6 nm yaitu aktin, tropomiosin dan troponin. Pita A filamen tipis terletak
setangkup antara 3 filamen tebal masing-masing filamen tebal dikelilingi simetris
oleh 6 filamen tipis. Jembatan lintang/ silang (cross bridges) akan interaksi filamen
tebal dan tipis. Kontraksi pada zona H dan pita I memendek menyebabkan susunan
filamen yang bertautan (interdigitating) harus bergeser satu sama lain selama
kontraksi otot.
Aktin merupakan monomer G-aktin, struktur protein globuler, BM 43.000,
25% berat protein otot, terdapat magnesium serta berpolimerisasi membentuk G-aktin
berpolimerisasi. Aktin F (6-7 nm) mempunyai struktur berulang setiap 35,5 nm. Ada
4 Protein lain bagian kecil dari massa otot lurik yaitu tropomiosin yang terdiri dari
molekul fibrosa 2 rantai  dan  pada celah aktin-F terdapat disemua otot, troponin
yang merupakan unit untuk otot lurik terdiri 3 protein berupa troponin T (TpT) terikat
pada tropomiosin, troponin I (TpI) menghambat interaksi aktif F-miosin dan troponin
C (TpC) protein pengikat 4 kalsium ((mirip kalmodulin) dan filamen tipis otot lurik
Aktin-F, tropomiosin dan 3 komponen troponin.
Kontraksi otot disebabkan karena adanya interaksi jembatan silang antara
aktin dan miosin melalui mekanisme pergeseran filamen. Pada saat akan dimulainya
kontraksi otot rangka, ion Ca2+ dilepaskan ke dalam sarkoplasma melalui saluran
pelepas Ca2+ (reeptor rianodin) dan akan secara efisien ditranspor kembali ke dalam
RS oleh kerja SERCA pada membran RS saat relaksasi otot. RS akan menyimpan
Ca2+ yang terikat pada protein calsequestrin. Oleh karena Ca2+ didaur ulang
sedemikian efisien maka pada kontraksi otot rangka (short term) tidak diperlukan
Ca2+ ekstrasel. Filamen tipis di kedua sisi sarkomer bergeser ke arah dalam terhadap
filamen tebal yang diam menuju ke pusat pita A. Saat bergeser, filamen tipis menarik
garis-garis Z sehingga sarkomer memendek, menyebabkan seluruh serat otot
memendek. Sewaktu kontraksi jembatan silang miosin dapat berikatan dengan
molekul aktin sekitar, disebabkan adanya pergeseran tropomiosin dan troponin oleh
Ca2+. Dua kepala miosin di masing-masing molekul miosin bekerja secara
independen, dengan satu kepala yang melekat ke aktin pada suatu saat. Ketika tempat
perlekatan dengan aktin terpajan, molekul miosin pada ekor menekuk untuk
memudahkan pengikatan kepala miosin dengan molekul aktin yang terdekat. Pada
pengikatan, kepala miosin menekuk 45⁰ ke arah dalam, menarik filamen tipis ke pusat
sarkomer. Mekanisme ini disebut dengan kayuhan kuat jembatan silang.
RS otot rangka merupakan tempat penyimpanan ion Ca2+ dalam jumlah
besar. Transpor ion ini melalui membran RS diatur oleh dua molekul: reseptor
rianodin dan Ca+2 -ATPase. Sinyal pelepasan ion Ca2+ diawali oleh adanya
depolarisasi membran sarkolema yang dihantarkan ke TT. Aksi potensial akan meluas
ke RS melalui struktur kaki pada daerah triad dan memicu pelepasan ion Ca2+ dari
RS melalui saluran pelepas Ca2+ ke sarkoplasma di sekitar miofilamen tebal dan
tipis.
Pada akhir satu siklus jembatan silang, ikatan antara jembatan silang miosin
dan molekul aktin terputus. Pada relaksasi otot terjadi penguraian asetilkolin sehingga
aksi potensial terhenti. Kerja pompa transpor aktif Ca2+ memasukkan ion Ca2+ ke
dalam RS. Saluran pelepas Ca2+ pada RS tertutup. Dengan turunnya konsentrasi
Ca2+ sarkoplasma maka ikatan i9on ini dengan troponinC terlepas, kompleks
tropomiosintroponin kembali ke posisi semula menutupi tempat aktif pada aktin.
Pelepasan miosin dari aktin F yang memerlukan ATP tidak terjadi menyebabkan
kaku mayat (rigor mortis). Pengaturan kontraksi berdasarkan myosin. Semua otot
mempunyai : aktin, miosin dan tropomiosin keculai otot lurik vertebrata mempunyai
troponin. Otot polos mempunyai molekul -aktinin dan tropomiosin, tetapi tidak
mempunyai troponin. Kontraksi otot polos diatur oleh Ca2+ . Miosin otot polos
terikat aktin-F tidak ada tropomiosin serta tidak ada aktivitas ATPase. Mekanisme
otot polos mencegah pengikatan kepala miosin ke aktin-F fosforilasi rantai ringan
memulai siklus kontraksi pengikatan pelepasan dari otot polos. Jembatan silang tidak
terbentuk dan filamen tipis kembali ke tempat semula. Jembatan silang kembali
menekuk ke arah dalam untuk menarik filamen tipis lebih jauh, kemudian terlepas
dan mengulangi siklus.
Kontraksi otot rangka dirangsang oleh adanya pelepasan asetilkolin (ACh) di
neuromuscular junction antara terminal neuron motorik dan serat otot. Pengikatan
ACh dengan end-plate motoric suatu serat otot menyebabkan perubahan
permeabilitas di serat otot dan menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan ke
seluruh permukaan membran sel otot. Terdapat dua struktur dalam serat otot yang
berperan penting dalam proses eksitasi dan kontraksi, yaitu tubulus transversus
(tubulus T) dan retikulum sarkoplasma.
Sarkolema merupakan membran plasma dari serat otot yang membungkus
sarkoplasma. Sarkolema serat otot rangka tersusun oleh plasmalema dan membran
basalis, sedangkan membran basalis sendiri terdiri dari lamina basalis dan lamina
retikularis; oleh karena itu sarkolema disebut juga trilaminar cell membrane. Di setiap
pertemuan antara pita A dan pita I, membran permukaan masuk ke dalam serat otot
membentuk tubulus T. Tubulus ini berjalan tegak lurus dari permukaan membran sel
otot ke dalam bagian tengah serat otot. Potensial aksi di membran permukaan
menyebar turun menelusuri tubulus T, menyalurkan aktivitas listrik permukaan ke
bagian tengah serat dengan cepat. Potensial aksi lokal di tubulus T memicu perubahan
permeabilitas di retikulum endoplasma.
Tubulus T (TT) merupakan invaginasi sarkolema, yang memungkinkan TT
berhubungan dengan luar serat (ekstrasel). TT menembus serat otot secara vertikal
terhadap RS dan miofilamen. Pada membran TT terdapat reseptor dihidropiridin yaitu
suatu voltage gated calcium channel. Pada kedua sisi TT terdapat sisterna terminalis
yaitu pelebaran ujung RS. Tubulus T dan kedua sisterna terminalis disebut triad.
Retikulum sarkoplama (RS) merupakan sistem membran intrasel, berisi
cairan, yang melingkari setiap miofibril (Gambar 2). RS merupakan bentuk khusus
retikulum endoplasmik yangberfungsi antara lain untuk menyimpan ion Ca2+ . Pada
RS terekspresi tiga jenis protein: sarco/endoplasmic Ca2+ -ATPase (SERCA),
reseptor rianodin (saluran pelepas Ca2+ , Ca2+ release channel) dan calsequestrin
(protein pengikat Ca2+). Pada otot rangka manusia, triad terdapat pada tepi miofibril,
terletak pada batas pita A dan I. Membran TT dan sistena terminalis dipisahkan oleh
suatu celah. Merentang pada celah tersebut terdapat struktur yang disebut kaki
(junctional feet) yang merupakan saluran pelepas Ca2+ dari RS (reseptor rianodin).
Otot rangka memiliki tiga jenis serat yang berbeda berdasarkan kemampuan
dalam hidrolisis dan sintesis ATP yaitu serat oksidatif lambat (tipe I), serat oksidatif
cepat (tipe IIa), dan serat glikolitik cepat (tipe IIx). Serat cepat memiliki aktivitas
miosin ATP-ase (pengurai ATP) yang lebih cepat daripada yang dimiliki serat
lambat. Semakin tinggi aktivitas ATP-ase maka semakin cepat ATP terurai dan
terbentuk menjadi energi untuk siklus jembatan silang. Tipe serat oksidatif dan
glikolisis dibedakan berdasarkan kemampuannya untuk membentuk ATP.
Pembentukan ATP bisa terjadi melalui fosforilasi oksidatif dan glikolisis anaerob.
Serat yang melakukan fosforilasi oksidatif menghasilkan lebih banyak ATP sehingga
lebih resisten terhadap kelelahan dibanding serat glikolitik. Serat oksidatif kaya akan
kapiler dan mioglobin sehingga menimbulkan warna merah. Serat oksidatif disebut
juga serat merah. Serat glikolitik disebut serat putih karena mengandung sedikit
mioglobin. Persentase tiap-tiap tipe terutama ditentukan oleh jenis aktivitas yang
khusus dilakukan untuk otot yang bersangkutan. Selain itu, persentasi tipe serat otot
juga berbeda tiap individu.
Sistem metabolik otot dalam latihan dibagi menjadi tiga, yaitu sistem
fosfokreatin-kreatin, sistem glikogen-asam laktat, dan sistem aerobik. Sumber energi
untuk kontraksi otot adalah adenosine trifosfat (ATP) yang memiliki struktur dasar.
Ikatan yang melekatkan dua fosfat radikal terakhir pada molekul yang
dilambangkan dengan simbol “ ~ “ merupakan ikatan fosfat berenergi tinggi. Setiap
ikatan ini mengandung 7300 kalori energi per mol ATP di bawah kondisi standar.
Oleh karena itu bila satu ikatan fosfat dipindahkan, akan dilepaskan lebih dari 7300
kalori untuk melakukan kontraksi otot. Perpindahan fosfat pertama akan mengubah
ATP menjadi adenosine difosfat (ADP), perpindahan fosfat kedua akan mengubah
ADP menjadi adenosine monofosfat (AMP). Jumlah ATP yang terdapat di dalam otot
hanya cukup untuk mempertahankan daya otot yang maksimal kira-kira tiga detik,
sehingga ATP penting dibentuk terus menerus.
Latihan fisik dapat menyebabkan adanya perubahan pada otot rangka,
bergantung dari jenis latihan fisik yang dilakukan. Latihan fisik yang mementingkan
kekuatan otot akan menyebabkan adanya peningkatan ukuran (hipertrofi) dan bisa
juga peningkatan jumlah serabut (hiperplasia). Sebaliknya pada latihan ketahanan
otot (endurance) akan meningkatkan kemampuan oksidatif otot dengan adanya
peningkatan jumlah mitokondria. Latihan fisik juga mempengaruhi persentase tipe
serat otot pada seseorang. Pada atlet sprint, mempunyai serat otot cepat dalam
persentase yang besar, sedangkan atlet yang mementingkan ketahanan otot akan
mempunyai serat otot lambat lebih banyak dibanding serat otot cepat. Menurut
penelitian, latihan ketahanan mempengaruhi perubahan serat otot cepat menjadi serat
otot lambat. Awalnya serat otot tipe IIx akan berubah menjadi tipe IIa. Apabila
latihan dilakukan dalam jangka panjang, lama kelamaan serat otot tipe IIa akan
dikonversikan ke serat otot tipe I.
Konsumsi tinggi karbohidrat akan menyimpan lebih banyak glikogen
dibandingkan dengan konsumsi tinggi lemak. Selama awal latihan lemak juga
digunakan sebagai energi dalam bentuk asam lemak dan asetoasetat yang akan lebih
dibutuhkan saat cadangan glikogen otot hampir habis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2011.
2. Costanzo, Linda S. Physiology sixth edition. Elsevier, Inc: Philadelphia. 2018.
3. Anita D.Christie, Stephen A.Foulis, Jane A.Kent. ELSEVIER : ATP cost of
muscle contraction is associated with motor unit discharge rate in humans.
2016 : 629 p. 186-188
4. Ivana Y. Kuo and Barbara E. Ehrlich. CSH Perrspectives : Signaling in
Muscle Contraction. 2019 : 11 (11)

Anda mungkin juga menyukai