dengan pihak-pihak yang akan terlibat dalam setiap tahapan. Project Delivery Method sering
disebut juga Project Delivery System (PDS) atau sistem pelaksanaan proyek. PDS sangat penting
karena berfungsi sebagai kerangka kerja bagi orang-orang dan organisasi yang terlibat dalam
proyek. Beberapa pertimbangan owner dalam menentukan PDS :
Pengalaman, kebiasaan
Saran konsultan
Sumber dan kendala pembiayaan
Penggunaan sumber daya yang dimiliki
Keinginan stakeholder dari proyek
2. Tradisional (Design-Bid-Build/DBB)
Dari berbagai jenis PDM diatas, sistem tradisional merupakan sistem yang banyak dipakai baik
owner pemerintah maupun swasta. Sistem tradisional dipilih untuk mendapatkan harga yang
murah dengan kualitas yang terbaik.
Tradisional (Design-Bid-Build/DBB)
PDM ini merupakan PDM yang ditetapkan oleh perundangan untuk pelaksanaan proyek
pemerintah. Namun, owner swasta pun banyak pula yang menggunakannya.
Owner menginginkan pengendalian dan otoritas yang tinggi atas pihak-pihak yang ada
Owner merupakan pemerintah dan harus akuntabel dalam pengeluaran dana milik publik
Ditetapkan oleh perundang-undangan
Digunakan metoda kualifikasi untuk seleksi perancang
Digunakan metoda kompetisi untuk pemilihan kontraktor
Salah satu keunggulan dalam PDM tradisional ini adalah untuk mendapatkan kualitas yang
terbaik.
Sebagai owner, tentunya harus dapat memastikan tersedianya dana, tujuan awal proyek,
menetukan standard spesifikasi dan bentuk kontrak. Owner akan melakukan tahapan planning
yang dapat dibantu oleh professional, sementara perancang atau konsultan melakukan
perancangan (design) serta mempersiapkan dokumen pengadaan (bid) untuk konstruksi.
Kemudian pada tahapan pengadaan (bid), calon kontraktor berkompetisi mengusulkan proposal
baik teknis maupun harga. Pemilihan biasanya didasarkan pada beberapa aspek, seperti harga
terendah, lama waktu pelaksanaan, dan metode kerja yang digunakan. Pada tahap ini juga akan
ada banyak negoisasi antara owner dengan calon kontraktor. Kontraktor yang terpilih kemudian
melakukan pelaksanaan konstruksi (build). Sementara itu, owner akan memilih perwakilan baik
dari sumber daya yang dimiliki maupun dari profesional yang dikontrak oleh owner untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan proyek apakah pekerjaan yang dilakukan kontraktor sudah
benar.
Kelebihan dan kekurangan:
Metode ini dapat diterapkan secara luas, dipahami dengan baik, dan telah mapan dan
peran yang jelas untuk tim yang terlibat.
Metode ini saat ini merupakan pendekatan yang sangat umum bagi pemilik publik
Pemilik memiliki sejumlah besar tanggung jawab untuk keberhasilan atau kegagalan
produk akhir, terutama karena fitur fasilitas sepenuhnya ditentukan dan ditentukan
sebelum memilih kontraktor (Pemilik "memiliki" rincian desain).
Kontraktor bekerja langsung untuk pemilik.
Perancang bekerja langsung untuk pemilik.
Proses mungkin memiliki durasi yang lebih lama jika dibandingkan dengan metode
pengiriman lainnya karena semua pekerjaan desain harus diselesaikan sebelum solusi
tawaran.
Konstruksi tidak boleh dimulai dari fase desain dan pengadaan sudah lengkap.
Tidak adanya input konstruksi ke dalam desain proyek dapat membatasi keefektifan dan
kemampuan membangun desain.
Keputusan desain yang penting mempengaruhi jenis bahan yang ditentukan dan cara serta
metode
Tidak ada hubungan kontrak antara kontraktor dan perancang.
Tidak ada kesempatan untuk kolaborasi selama fase desain.
CM ditugaskan oleh owner untuk membuat dokumen pengadaan dan mengawasi pelaksanaan
konstruksi. Namun,CM dapat berperan dari awal daur hidup proyek.
Terdapat 2 jenis CM :
Pada saat planning dan conceptual design, yaitu bergabung dengan designer untuk
perancangan. Dengan demikian, CM akan memberikan masukan kepada perancangan
mengenai jadwal, biaya dan juga constructability.
Pada saat pelaksanaan konstruksi berlaku sebagai general contractor
Dengan CM ini dapat diterapkan strategi fast track, yaitu proses perencanaan dapat
diselingi dengan proses konstruksi. Namun memiliki resiko apabila terjadi kesalahan
pada proses perancangan, akan langsung berimbas pada proyek konstruksinya.
DB adalah sistem pelaksanaan proyek dimana hanya ada satu entitas yang bertanggung jawab
baik dalam perancangan maupun pelaksanaan konstruksi. Dengan sistem ini diharapkan dapat
menghindari adanya ketidaksepemahaman antara konsultan dan kontraktor.
Pemilihan Design-Builder oleh owner dapat dilakukan dengan kompetitif maupun dengan
negosiasi. Berbagai aspek menjadi pertimbangan dalam memilih Design-Builder, seperti
pengalaman, reputasi, sumber dana, dan hal-hal lain yang terkait dalam keberhasilan proyek.
Dengan sistem ini fast track juga dapat dilakukan. Untuk bangunan industri seperti pabrik dan
power plant dikenal sebuah istilah yang sistemnya mirip dengan DB, yaitu Engineering,
Procurement, Construction (EPC). Sama seperti DB, pada EPC hanya terdapat satu entitas yang
bertugas untuk melakukan kegiatan perancangan engineering, pembelian bahan dan alat, serta
melakukan pelaksanaan konstruksi.
Terdapat beragam arrangement untuk kontrak DB yang menyediakan berbagai fungsi lain untuk
melaksanakan proyek, seperti fungsi pendanaan, penyewaan, operasi dan pemeliharaan.
Beberapa ragam tersebut:
Turnkey
Variasi Turnkey
Variasi Pendanaan
Turnkey
Karakteristik Turnkey adalah sama dengan DB tapi ditambahkan tanggung jawab operasi dan
pemeliharaan proyek kepada design-builder. Jadi ketika proyek selesai, design-builder ”turns
over the keys”, namun tanggung jawab masih berada di design-builder.
Beberapa jenis Turnkey:
Variasi Turnkey
Operator swasta dan developer menawarkan berbagai variasi kepada owner swasta dalam
menjalankan DB.
Seperti:
Variasi Pendanaan
Selain skema pendanaan diperkenalkan dalam turnkey terdapat beberapa skema lain:
Finance, Design, Build, Transfer
Finance, Design, Build, Operate, Transfer
Finance, Design, Build, Own, Operate, Transfer
Efisiensi biaya dapat dicapai sejak kontraktor dan perancang bekerja bersama di seluruh
proses:
Lebih sedikit perubahan, lebih sedikit klaim dan lebih sedikit litigasi.
Pengetahuan sebelumnya tentang biaya perusahaan.
Ubah pesanan biasanya terbatas pada perubahan pemilik.
DB dapat memberikan proyek lebih cepat daripada DBB konvensional atau CMR.
Pemilik dapat, dan harus, menentukan persyaratan kinerja sebagai pengganti spesifikasi
preskriptif.
Kemampuan untuk meningkatkan koordinasi proyek.
Kemampuan untuk mengurangi klaim proyek.
Kualifikasi tim DB sangat penting untuk keberhasilan proyek;
Pemilik harus rela memberikan penekanan pada
bagian kualifikasi dari proses seleksi.
Pemilik harus bersedia mengizinkan tim DB menangani desain detail.
Pemilik seluruh tim harus membuat "perubahan mental" ke cara yang berbeda untuk
menyelesaikan proyek mereka.