FLUIDA
memiliki berwujud
memiliki
ud
Tekanan Cair Tegangan
Hidrostatis permukaan
memenuhi memenuhi
Hukum
Hukum Hukum Gaya Hukum
pokok
kontinuitas Bernoulli Archimides Pascal
Hidrostatik
m
ρ=
V
dengan :
ρ : massa jenis benda (kg/m3 atau kg m3)
m : Massa benda (kg)
V : Volum benda (m3)
Contoh soal
Perhatikan gambar di bawah ini
6 cm
3 cm
2 cm
Jika massa balok tersebut adalah 0,5 kg berapakah massa jenis balok tersebut?
Dik : p = 6 cm V = p × l t
l = 3 cm = 6 cm 3 cm 2 cm
t = 2 cm
= 36 cm3 atau 36 10-6 m3
m = 0,5 kg
Dit : ρ …….?
m
Jawab : ρ=
V
0,5 kg
=
36 ×10−6 m3
= 13888,8 kg/m3
2. Tekanan pada fluida
a. Pengertian Tekanan
Tekanan (p) didefinisikan sebagai gaya yang bekerja tegak lurus (F) pada suatu bidang
benda per satuan luas bidang itu (A). di tulis dalam bentuk persamaan :
F
p=
A
dengan :
A
3
p : Tekanan (N/m ) atau pascal (Pa)
m : Luas bidang tekan (m2)
F : Gaya (N)
Satuan tekanan pascal atau N/m3 merupakan satuan tekanan dalam SI. Dalam pengukuran
cuaca, masih di gunakan satuan tekanan lain yaitu atmosfir (atm), cm-raksa (cmHg) dan
milibar (mb).
1 mb = 10-3 bar
1 bar = 105 Pa
1 atm = 76 cmHg = 1,01 105 Pa = 1,01 bar
Contoh soal
Perhatikan gambar di bawah ini!
8 cm
1,5 cm
b. Tekanan Hidrostatis
Fluida yang berada dalam satu wadah, memilki gaya berat akibat pengaruh gravitasi bumi.
Gaya berat fluida menimbulkan tekanan. Tekanan di dalam fluida tak mengalir yang di
akibatkan oleh adanya gaya gravitasi ini, di sebut tekanan hidrostatis. Misalnya sebuah bak
berisi air yang beratnya m.g (lihat gambar ….) mempunyai luas penampang A dan tinggi
(kedalaman) air diukur dari permukaannya adalah h, maka besarnya tekanan hidrostatik di
titik S yang berada di dasar bak dapat dirumuskan sebagai berikut:
F m.g
p=A = …………………………………………….…………….(*)
A
massa air dalam bak adalah:
m=ρ.V
V = volume air dalam bak
= luas alas x tinggi
=A.h
Sehingga m = ρ . A . h …………………………………………………….…….(**)
Dengan mensubtitusikan persamaan (**) ke
A
persamaan (*) akan diperoleh:
ρ. A. h. g
p=
A
p = ρ .g .h
h
dengan :
p : Tekanan hidrostatis (N/m3) atau pascal (Pa)
g : Percepatan gravitasi (m/s2) S
h : Kedalaman air (m)
ρ : Massa jenis zat cair (kg/m3)
Apabila tekanan udara luar (tekanan barometer)
↓ po
ikut diperhitungkan, maka besarnya tekanan pada titik
T yang berada pada kedalaman h di dalam fluida dapat
dirumuskan: h
T
pT = p0 + ρgh
Dengan :
pT : Tekanan di titik T
p0 : Tekanan udara luar (N/m3) atau pascal (Pa)
ρgh : Massa jenis zat cair (kg/m
Contoh soal
Perhatikan gambar di bawah ini!
2 m
Sebuah ikan berada pada kedalaman 100 cm dari udara dan jarak ikan ke dasar akuarium
adalah 15 cm. Bila diketahui massa jenis air 1,03 x 103 kg/m3 dan tekanan udara di atas
permukaan laut 105 Pa, berapakah tekanan hidrostatis yang dialami kapal selam tersebut (g =
10 m/s2)?
dik : h = h2 - h1 = 200-15 = 185 cm = 185.10-2 m
ρ = 1,03 x 103 kg/m3
p0 = 10 Pa
g = 10 m/s2
dit : p = ...?
jwb : p = p0 + ρgh
= 105 + 1,03 x 103. 10 . 185.10-2
= 105 + 190,5.102
= 105 + 1,905.105
= 2,905 x 105 Pa
3. Hukum Pascal
Perubahan dengan alat penyemprot pascal
(gambar ,,,,) menunjukkan bahwa semburan air
yang keluar dari bola penyemprot itu dari
tekanannya sama rata.
Pascal menyatakan :
“Tekanan yang diadakan dari luar zat cair di
dalam ruang tertutup di teruskan oleh zat
cair itu ke segala arah dengan sama rata.”
F1 F2
Sebuah contoh pemakaian hukum pascal
yaitu pada dongkrak hidrolik yang prinsipnya
A1
ditunjukkan pada gambar ….. alat ini berupa
A2
bejana tertutup yang dilengkapi oleh dua buah
torak (pengisap) pada dua kakinya. Luas
penampang kaki 1 adalah A1 dan luas
penampang kaki 2 adalah A2 (A1< A2).
Tekanan yang diberikan oleh torak ke (1) adalah p1. Tekanan ini akan diteruskan oleh zat
cair ke kaki (2) dengan sama besar yaitu p2. Jadi p1= p2.
p1= p2
F1 F2 atau A
= F2 = A2 . F1
1
A1 A2
Dengan demikian Hukum Pascal dan tekanan Hidrostatis, akan didapat hubungan
ketinggian hA dan hB sebagai berikut :
pA = pB (hukum Pascal)
po + ρA . g . hA = po + ρB . g . hB (tekanan Hidrostatis)
ρA . hA = ρB .hB
dengan :
ρA : Massa jenis fluida A (kg/m3)
hA : Tinggi fluida A dari bidang acuan (m)
ρB : Massa jenis fluida A (kg/m3)
hB : Tinggi fluida A dari bidang acuan (m)
Contoh soal
A B
hB = 3 cm = 3 x 10-2 m
ρB = 103 kg/m3
air
Dit : ρA = ...?
Jwb : ρA . hA = ρB .hB
ρA . 5 x 10-2 = 103 . 3 x 10-2
ρA = 30 = 600 kg/m3
0,05
5. Hukum Archimides
Timbanglah sebuah benda dengan neraca pegas
(dinamometer), seperti ditunjukkan gambar
…..ketika benda ditimbang sambil dicelupkan
kedalam zat cair, ternyata berat benda itu
berkurang dibandingkan ketika ditimbang di udara.
Mengapa demikian?
Sesungguhnya benda yang dicelupkan kedalam
zat cair tidak berkurang beratnya. Gaya berat itu
sebenarnya tetap saja. Tetapi pada saat dicelupkan
kedalam zat cair adanya gaya ke atasyang
dikerjakan zat cair terhadap benda, sehingga berat
benda seolah-olah berkurang.
Orang yang pertama menjelaskan peristiwa ini
adalah archimides, yang menyatakan bahwa:
Fluida dikatakan dinamis (mengalir) jika fluida itu bergerak secara terus menerus
(kontinu) terhadap sekitarnya. Sifat fluida mengalir lebih kompleks dari pada sifat fluida tak
mengalir. Akan tetapi fluida mengalir yang akan dibahas di sini dibatasi untuk fluida
sederhana yang disebut fluida ideal, yaitu fluida yang tidak memiliki uiskositas (kekentalan),
tidak kompresibel (tidak termampatkan), dan mempunyai aliran stasioner (tenang).
1. Viskositas (kekentalan)
2. Fluida ideal
b. Tak kental (nonviscous), artinya fluida itu mengalir tanpa mengalami gesekan akibat
sifat kekentalan (viskositas) fluida itu, baik gesekan antara partikel fluida dengan tempatnya
maupun gesekan antarpartikel fluida. Fluida yang kental (viscous) tentu mengalami gaya
gesekan yang tidak dapat diabaikan pada waktu fluida itu mengalir. Gesekan yang terjadi
dapat mengakibatkan pengurangan (disipasi) energi kinetik yang memiliki fluida itu.
c. Alirannya stasioner (tenang), artinya aliran fluida yang jejak aliran partikel –
partikelnya mengikuti garis alir tertentu seperti ditunjukan gambar 2.22. jika partikel –
partikel fluida suatu saat melalui K – L dan saat selanjutnya melalui M dan N, maka partikel –
partikel di belakangnya yang melalui K-L saat berikutnya juga akan melalui M dan N. jadi,
pertikel yang belakang dating di suatu titik akan mengikuti jejak partikel yang lebih dahulu di
titik itu. Lintasa yang ditempati oleh partikel ini dinamai garis alir.
Garis alir
Ada dua macam aliran fluida yaitu aliran
garis arus (streamline/laminar) dan aliran
turbulen. Aliran fluida yang paling sederhana
ialah aliran garis lurus. Aliran garis lurus adalah
aliran yang mengikuti suatu garis (lurus atau
lengkung) yang jelas ujung pangkalnya. Aliran
fluida yang stasioner identik dengan aliran garis
arus ini.
Aliran turbulen ditandai oleh adanya
aliran berputar. Ada partikel – partikel yang
arah geraknya berbeda, bahkan berlawanan
dengan arah gerak fluida. Gambar 2.23
memperlihatkan bentuk aliran garis lurus dan
aliran turbulen.
3. Debit aliran dan laju fluida
Misalnya fluida mengalir dalam suatu pipa yang luas penampangnya A dengan kecepatan
v (gambar 2.24). pada suatu saat, penampang fluida A berada di P dan setelah t detik
penampang itu piundah sejauh υt ke Q. volume air yang mengalir dalam waktu t detik (dari P
ke Q) adalah :
V=A.v.t ……………………………. (2.8)
Banyaknya fluida yang mengalir per satuan waktu disebut laju aliran atau debit aliran.
Jika debit aliran diberi lambang Q, maka banyaknya fluida yang mengalir per satuan waktu
dapat ditulis :
V A.v.t
Q= =
t t
Q = Av …………………………………………………… (2.9)
dengan :
A = luas penampang pipa (m2)
V = kecepatan atau laju fluida (m/s)
Q = debit aliran (m3/s)
. Untuk fluida yang tidak kompresibel, debit
aliran Q untuk berbagai ukuran penampang
haruslah sama. Bila tidak, berarti terjadi
pertambahan atau pengurangan banyaknya fluida
di suatu tempat. Hal ini tidak mungkin untuk
fluida yang tidak kompresibel
Perhatikan gambar 2.25! Jika pada penampaqng A1 debit alirannya Q = A1 . v1 maka pada
penampang A2 debit alirannya juga sebesar Q, dengan Q = A2 . v2 . secara matematis, dapat
ditulis Q di A1 = Q di A2 atau Q1 = Q2.
A1 . v1 = A2 . v2 ……………………………………………………..( 2.10 )
Persamaan ( 2.10 ) disebut persamaan kontinuitas. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika
penampang pipa besar maka laju fluida kecil dan jika penampang kecil maka laju fluida besar.
Dengan kata lain, laju fluida berbanding terbalik dengan luas penampang pipa. Misalnya: luas
1
penampang A1 = 2 A2, maka v1 = 2 v2
4. Asas Bernoulli
5. Bila kita mengalirkan zat cair pada sebuah
pipa seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.27, kita akan memperoleh bahwa kecepatan
zat cair paling tinggi ialah di B karena luas
penampangnya paling sempit. Akan tetapi
kenaikkan air di dalam tabung B justru yang
paling rendah. Ini berarti tekanan zat cair di
bawah tabung Bperistiwa
Gambaran itu ialah paling
di ataskecil.
memberi petunjuk bahwa tekanan fluida di tempat yang
kecepatannya besar, lebih kecil daripada tekanan fluida di tempat yang kecepatannya kecil.
Asas ini pertama kali ditemukan oleh Daniel Bernoulli, sehingga disebut Asas Bernoulli.
A. Persamaan Bernoulli
Asas Bernoulli dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk persamaan, yang disebut
persamaan Bernoulli. Persamaan ini menyatakan hubungan antara tekanan, kecepatan, dan
tinggi – rendah ( letak ) berbagai titik pada aliran fluida. Berdasarkan hukum kekekalan energi
dan persamaan kontinuitas, dapat diturunkan persamaan Bernoulli sebagai berikut:
Gambar 2.28 memperlihatkan fluida yang ditinjau pada keadaan (1) dan keadaan (2).
P1 dan P2 = tekanan di titik (1) dan (2)
A1 dan A2 = luas penampang di bagian (1) dan (2)
∆ l1 dan ∆ l2 = jarak yang di tempuh oleh titik (1)
V1 dan V2 = kecepatan di titik (1) dan (2)
h1 dan h2 = ketinggian tempat (1) dan (2)
Usaha (W) yang dilakukan untuk mendorong fluida sama dengan perubahan energi
mekanik (Em) fluida.
W = ∆ Em
W1 + W2 = ∆ Ep + ∆ Ek
dengan:
W1 = usaha akibat tekanan P1
= P1 . A1 . ∆ l1
W2 = usaha akibat tekanan P2
= -P2 . A2 . ∆ l2 ( ke kiri )
∆ Ep = perubahan energi potensial
= mg ( h2 – h1 )
∆ Ek = perubahan energi kinetik
1
= m ( v 22 – v12)
2
1
P1.A1.∆ l1-P2.A2.∆l2 = mg ( h2 – h1 )+ 2 m ( v22 – v12 )
𝑚 𝑚 1 (1)
P1 . 𝜌
– P2 𝜌
= mg ( h2 – h1 )+ 2 m( v22 – v12 ) :
m
P1 P2 1 1
- = gh2 – gh1 + 2 v22- 2 v12 ( x ρ )
ρ ρ
1 1
P1 + 2 ρ v12 + ρ gh1 = P2 + 2 ρ v22 + ρ gh2 ………………………… (2.11)
Penerapan asas Bernoulli
1) Menentukan kecepatan dan debit semburan air pada tangki bocor
Menurut persamaan (2.9), debit aliran adalah Q = A . v. Jika A = luas penampang lubang
bocoran dan v = kecepatan semburan air pada bocoran itu, maka debit aliran dari lubang
bocoan itu dapat dirumuskan sebagai:
Q= A . √2gh ………………………………………………………………( 2.13 )
dengan:
v = kecepatan semburan zat cair pada lubang bocoran (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = tinggi permukan air diukur dari lubang (m)
A = luas penampang bocoran (m2)
Q = debit aliran (m3/s)
2) Tabung Venturi
Tabung venturi merupakan tabung atau pipa yang mempunyai penyempitan di salah satu
bagiannya ( gambar 2.30 ). Karena kedudukan tabung mendatar, maka h I = hII. Dengan
demikian persamaan Bernoulli cukup ditulis:
1 1
P1 - P2 = 2 ρ v22 – 2
ρ v12 ……………………………………………….( 2.14 )
Menurut persamaan hidrostatis:
P1 = P0 + ρ gh1
P2 = P0 + ρ gh2
P0 = tekanan atmosfer
Selisih tekanan antara P1 dan P2 adalah:
P1 – P2 = ρ gh1 – ρ gh2
atau
P1 – P2 = ρ g ( h1- h2 ) ……………………………….(2.15)
Persamaan 2.15 menunjukkan bahwa selisih tekanan P1 dan P2 sama dengan tekanan
hidrostatis zat cair setinggi h.
Apabila persamaan 2.15 kita masukkan ke dalam persamaan 2.14, maka diperoleh:
2gh
v1 = A1
(A2)−1
3) Karburator
Fungsi karburator dalam mesin penggerak ialah untuk mencampur bahan bakar (bensin)
dengan udara. Campuran ini selanjutnya dimasukkan kedalam silinder mesin untuk dibakar
dengan bantuan busi ( pemercik bunga api ).
4) Penyemprot nyamuk
Prisip kerja penyemprot nyamuk mirip dengan prinsip kerja karburator, bahkan lebih
sederhana. Ketika pengisap pompa ditekan T, udara dari tabung silinder dipaksa keluar
melalui lubang sempit A ( gambar 2.32 ). Pancaran udara yang kecepatannya besar itu
menurunkan tekanan dibagian atas nosel. Tekanan dibagian itu lebih kecil daripada tekanan
atmosfer pada cairan didalam wadah, sehingga cairan B mengalir dari tempat bertekanan
tinggi ke tempat bertekanan rendah atau menyemprot keluar dalam bentuk kabut.
4) Gaya angkat pesawat terbang
Timbulnya gaya angkat pada pesawat terbang disebabkan oleh adanya aliran udara yang
melalui sayapnya. Gambar 2.33 melukiskan bentuk umum penampang sayap pesawat terbang.
Pada waktu pesawat bergerak maju, di bagian bawah pesawat hampir tidak terjadi
pemampatan garis arus, tetapi di bagaian atas sayap terjadi pemampatan garis arus. Udara di
bagian atas harus bergerak lebih cepat daripada udara di bagian bawah sayap ( v2 > v1 ).
Perbedaan kecepatan ini menyebabkan perbedan tekanan di atas dan di bawah sayap. Sesuai
asas Bernoulli, bila v2 > v1 maka p2 < p1 ( tekanan di atas sayap lebih kecil daripada tekanan
di bawah sayap ). Selisih gaya yang bekerja dari bawah dengan gaya yang bekerja dari atas
merupakan gaya angkat bagi pesawat.
Pada waktu pesawat tinggal landas, gaya angkat harus lebih besar daripada berat pesawat.
Pada waktu pesawat melayang di udara, sekurang – kurangnya gaya angkat harus sama
dengan berat pesawat. Besar dan kecilnya gaya angkat ini tentu bergantung pada besar
kecilnya kecepatan pesawat dari hasil gaya dorong mesinnya ( motor jet ). Bila kecepatan
pesawat tidak cukup menghasilkan gaya angkat yang lebih besar daripada beratnya, maka
pesawat tidak dapat terbang. Dengan kata lain, pesawat akan jatuh dari keadaan terbangnya
bila gaya angkatnya lebih kecil daripada gaya beratnya.
PEMBANGKIT PEMAKAIAN
Energi listrik
Energi panas Energi Energi Energi Energi
Energi otot mekanik hidrolik hidrolik mekanik