Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYIMPANAN DAN PENGUJIAN MUTU BENIH (AGH 450)

PENGARUH KADAR AIR BENIH DAN KONDISI RUANG SIMPAN


TERHADAP VIABILITAS BENIH ORTODOK

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Anggota Kelompok:
1. Badia Lumbangaol (A24110015)
2. Fajrilla Akhirta M (A24110023)
3. Adelina Ratnasari (A24110047)
4. Abi Ardhillah Y (A24110093)
5. Gitta Cinthya H (A24110098)
6. Lisa Sentani (A24110167)
7. Choirul Umam (A24110173)

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyimpanan benih merupakan sesuatu yang penting agar benih tetap dalam keadaan
baik selama disimpan, yaitu selama waktu dikumpulkan sampai ditanam di persemaian atau
lapang juga melindungi benih dari kerusakan. Penyimpanan benih yang sesuai dengan
karakteristik benih akan meningkatkan daya simpan benih dan mempertahankan mutu benih.
Benih yang bermutu tinggi adalah benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk
tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Kadar air memiliki dampak besar terhadap
benih selama penyimpanan. Benih ortodok yaitu benih yang dapat disimpan pada kadar air
rendah sekitar 5% dan suhu di bawah titik beku, pada kelembaban relatif 15-20% untuk
periode simpan lama. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi beresiko cepat
mundurnya benih selama dalam penyimpanan.
Kondisi ruang simpan juga mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan, terutama RH
dan suhu yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam mempertahankan
daya simpan benih.

Tujuan
Mengetahui pengaruh kadar air dan kondisi ruang simpan terhadap viabilitas benih
ortodoks.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman,


sebelum berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman. Perkecambahan ditandai dengan
munculnya radikula dan plumula. Biasanya radikula keluar dari kulit benih, terus ke bawah
dan membentuk sistem akar. Plumula muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada
tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan
diubah agar dapat dilarutkan, hormon auksin terbentuk pada endosperm dan kotiledon.
Hormon tersebut dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru
dan membebaskan energi kinetik (Sadjad 1977).
Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh – tergantung pada
variabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung
pada usaha pemecahan dormansi. Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang
tidak permeabel dapat dirangsang dengan skarifikasi, yaitu pengubahan kulit biji untuk
membuatnya menjadi permeable terhadap gas-gas dan air, dan Cara mekanik. (Harjadi 1986).
Biji akan bekecambah setelah mengalami masa dorman yang disebabkan berbagai factor
internal, seperti embrio masih berbentuk rudiment atau belum masak (dari segi fisiologis),
kulit biji yang tahan atau impermeabel, atau adanya penghambat tumbuh (Hidayat 1995).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap vigor benih :
1. Genetik
2. Tingkat kemasakan
3. Kondisi lingkungan selama perkembangan benih
4. Ukuran dan Densitas benih
5. Kerusakan mekanik
6. Umur dan tingkat kemunduran
7. Serangan mikroorganisme selama penyimpanan
8. suhu rendah selama imbibisi
Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal.
Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari golongan kacang-kacangan dan pinus,
sedangkan perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan
rerumputan. Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah
dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah Dalam proses perkecambahan, setelah
radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas
permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil
meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas
permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya
kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian,
kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan epigeal
adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lamtoro (Sadjad 1993).
BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan adalah benih jagung, kantong plastik PP, kertas CD, dan label.
Alat yang digunakan adalah sealer, timbangan, oven, cawan kadar air, desikator, alat
pengepres kertas, alat pengecambah benih tipe IPB 72-I, freezer, dan refrigerator.

Metode
Praktikum ini terdiri dari dua faktor, yaitu kadar air benih (kadar air tinggi dan kadar air
rendah yang berasal dari lot benih yang sama) dan faktor penyimpanan (ruang simpan alami,
ruang ber-AC, refrigerator, dan freezer). Percobaan dilakukan sebanyak 6 ulangan.
Pengujian dilakukan terhadap daya berkecambah benih (DB) dan kadar air benih.
Pengujian benih dilakukan dengan mengecambahkan benih sejumlah 25 per ulangan. Metode
pengecambahan benih dengan metode UKDdp. Benih yang ditanam adalah benih yang telah
disimpan pada beberapa tempat selama 0 minggu, 6 minggu, 10 minggu, dan 14 minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1 Data pengamatan KA dan DB jagung pada periode simpan dan kondisi ruang simpan yang
berbeda untuk jagung kadar air tinggi
Periode Ruang KA (%) Rata- DB (%)
Rata-rata
simpan simpan 1 2 3 4 5 6 rata 1 2 3 4 5 6
Suhu Ruang 10.99 11.56 11.61 12.4 11.59 13.2 11.89 80 84 92 96 94 84 88.33
AC 10.43 11.56 10.91 11.93 11.67 13.92 11.74 96 100 92 88 94 88 93.00
4 MSS
Refrigerator 12.88 12.8 11.8 11.72 11.72 12.12 12.17 92 84 84 88 92 96 89.33
Freezer 10.08 12.9 12.9 11.71 11.81 11.31 11.79 96 100 88 88 92 88 92.00
Suhu Ruang 11.55 11.55 12.11 11.7 11.61 12.26 11.80 88 52 84 80 90 80 79.00
AC 11.72 11.58 10.65 11.95 12.17 10.98 11.51 92 84 96 96 86 96 91.67
8 MSS
Refrigerator 13.15 12.52 11.58 13.18 11.86 10.75 12.17 100 92 80 96 84 96 91.33
Freezer 12.92 12.73 12.81 11.97 12.1 11.58 12.35 92 92 84 92 84 92 89.33
Suhu Ruang 11.52 11.28 11.05 11.98 11.58 13.77 11.86 68 80 92 60 78 68 74.33
AC 11.46 11.86 10.6 11.95 11.56 12.52 11.66 72 100 100 92 74 80 86.33
12 MSS
Refrigerator 12.03 12.23 11.59 10.93 11.08 8.95 11.14 100 92 80 92 72 88 87.33
Freezer 12.36 12.19 12.93 10.34 10.67 10.54 11.51 88 88 92 96 72 92 88.00

Tabel 2 Data pengamatan KA dan DB jagung pada periode simpan dan kondisi ruang simpan yang
berbeda untuk jagung kadar rendah
KA (%) DB (%)
Periode Ruang Rata- Rata-
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
simpan simpan rata rata
Suhu
11.64 9.63 10.06 10.32 9.88 9.19 10.12 88 100 84 84 94 84 89.00
Ruang
AC 10.34 9.84 11.28 10.78 10.11 11.9 10.71 96 92 84 88 92 88 90.00
4 MSS Refrige 10
10.98 10.04 9.66 10.02 10.43 9.83 10.16 96 88 80 88 80 88.67
rator 0
10.6
Freezer 9.07 10.91 10.45 10.28 11.02 10.40 84 96 88 84 88 84 87.33
4
Suhu
10.18 16.4 10.9 10.3 10.17 6.37 10.72 92 72 84 88 86 88 85.00
Ruang
AC 9.76 3.17 11.39 10.43 11,12 10.8 9.11 92 84 92 92 84 92 89.33
8 MSS Refrige 11.4
10.14 10.24 9.88 10.66 9.92 10.38 84 88 72 72 80 72 78.00
rator 3
11.9 10
Freezer 10.47 10.55 10.42 10.11 10.67 10.69 72 76 84 74 84 81.67
1 0
Suhu 13.9
9.83 10.61 10.12 13.25 11.32 11.51 92 92 88 88 74 88 87.00
Ruang 5
AC 9.68 9.35 11.17 11.21 11.2 9.83 10.41 76 92 88 96 72 96 86.67
12 MSS Refrige 10
10.33 9.56 9.8 12.04 11.97 13.1 11.13 96 92 64 68 64 80.67
rator 0
11.0
Freezer 10.04 9.88 10.42 11.89 12.02 10.89 84 100 88 92 64 92 86.67
9

Pembahasan
Kadar air benih yang disimpan setelah panen sangat dipengaruhi oleh kelembaban
relatif ruang simpan, karena kelembaban relatif akan berpengaruh langsung terhadap kadar
air benih. Kadar air benih akan meningkat atau menurun dengan meningkat atau menurunnya
kelembaban relatif. Perubahan kadar air benih akan terus berlangsung sampai tercapainya
keseimbangan (Delouche dan Rodda 1976).
Menurut Delouche (1974) bahwa pada suhu yang konstan tetapi kelembaban relatif
berbeda maka kadar air keseimbangan akan menyesuaikan diri dengan udara sekitarnya,
karena adanya perbedaan tekanan uap antara benih dan udara sekitar. Jika kadar air benih
lebih rendah dari pada tingkat keseimbangannya dengan kelembaban relatif maka benih akan
mengabsorbsi uap air dari udara sekitarnya, sebaliknya akan terjadi proses desorpsi jika kadar
air benih lebih tinggi dari tingkat kelembaban relatifnya., sehingga uap air akan bergerak dari
benih keudara sekitarnya (Harrington 1972)
Daya kecambah benih merupakan salah satu parameter yang bersifat langsung yang
menggambarkan viabilitas suatu benih. Berdasarkan daya kecambah benih bisa diketahui
tingkat kadar air yang aman atau yang terbaik untuk penyimpanan benih. Hasil analisa
menunjukkan bahwa daya kecambah benih sangat dipengaruhi oleh kadar air benih selama
penyimpanan. Hasil pengamatan daya kecambah benih, diperoleh kisaran tingkat kadar air
yang menunjukkan daerah penyimpanan terbaik yaitu daerah yang mempunyai daya
kecambah tertinggi, berada pada daerah kadar air antara 7.58% - 13.14% (Asni Nur 2012)
Berdasarkan hasil percobaan periode simpan dan kondisi ruang simpan yang berbeda
untuk jagung kadar air tinggi, pada 4 MSS kadar air terendah dan daya berkecambah tertinggi
diproleh pada penyimpanan benih di ruangan ber-AC yaitu senilai 11.74% dan 93%.
Sedangkan kadar air tertingi terdapat pada refrigerator (12.17%) dan daya berkecambah
terendah terdapat pada kondisi suhu ruang (88.33%). Demikian juga halnya pada periode
simpan 8 MSS KA terendah dan daya berkecambah tertinggi terdapat pada penyimpanan
benih di ruangan ber-AC yaitu dengan kadar air 11.51% dan daya berkecambah 91.67%.
Sedangkan kadar air tertingi terdapat pada freezer (12.35%) dan daya berkecambah terendah
terdapat pada kondisi suhu ruang (79%).
Berbeda dengan periode simpan 12 MSS, kadar air terendah benih jagung bukan pada
ruangan ber AC melainkan refrigerator (11.14%) dan daya berkecambah tertinggi terdapat
pada freezer (88%). Untuk KA paling tinggi (11.69%) dan daya berkecambah terendah
(74.33%) terapat pada kondisi suhu ruang.
Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar air dan daya berkecambah makin
lama makin menurun di setiap ruang simpan baik pada 4 MSS, 8 MSS, dan 12 MSS. Ruang
simpan yang paling baik untuk penyimpan tedapat pada ruangan ber-AC serta kadar air yang
paling baik 11.74% kare pada kadar air ini daya berkecambah tinggi yaitu 93%.
Periode simpan dan kondisi ruang simpan yang berbeda untuk jagung kadar rendah,
pada 4 MSS kadar air terendah terdapat pada kondisi suhu ruang (10.12%) dan daya
berkecambah terendah terdapat pada freezer (87.33%). Sedangkan kadar air tertingi
(10.71%) dan daya berkecambah tertinggi (90%) terdapat pada penyimpanan benih di
ruangan ber-AC. Pada periode simpan 8 MSS KA terendah (9.11%) dan daya berkecambah
tertinggi (89.33%) terdapat pada penyimpanan benih di ruangan ber-AC. Sedangkan kadar air
tertingi (10.72%) terdapat pada kondisi suhu ruang dan daya berkecambah terendah terdapat
pada refrigerator (78%). Pada periode simpan 12 MSS kadar rendah, kadar air terendah
terdapat pada ruangan ber-AC senilai 10.41% dan daya berkecambah daya berkecambah
terendah terdapat pada penyimpanan benih di ruangan refrigerator dengan nilai 80.67%.
Sedangkan kadar air tertingi terdapat pada kondisi suhu ruang senilai 10.41% dan tertinggi
terdapat pada kondisi suhu ruang sebesar 87%.

Penyimpanan benih dengan kadar air rendah (daerah yang berada pada dan dibawah
kadar air berkeseimbangan dengan RH 65%) sangat baik untuk penyimpanan benih, karena
reaksi-reaksi metabolisme dan aktivitas enzim-enzim didalam benih berjalan sangat lambat
(Robert, 1972), begitu juga respirasi berjalan sangat lambat sehingga lajunya hampir tidak
terukur (Justice dan Bass 1990), tetapi proses tersebut akan berhenti kalau benih sudah mati
sama sekali (Copeland 1976). Benih dengan kadar air yang tinggi akan melakukan respirasi
dengan aktif, sehingga viabilitasnya cepat menurun Robert (1972) menyebutkan bahwa salah
satu sebab hilangnya viabilitas benih dalah karena hilangnya bahan makanan melalui
respirasi.
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan. Pada
suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Asni Nur. 2010. Kadar Air Yang Aman Untuk Penyimpanan Benih Tanaman Pangan (Jagung,
Kedelai, Dan Kacang Tanah). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP): Jambi.
Copeland L O. 1976. Principles of seed Science and Technology. Burgess PublishingCo.
Minneapolis – Minnesota, USA. 369 p.
Delouche J C. 1974. Seed quality and Storage of Soybean. In. Soybean Production,
Protection, and Utilization. Proc. Of a Conference of Scientist of Africa, the Midle
East and South Asia. Addis Ababa, Ethiopia. P.86-107.
Delouche J C, E D. Rodda. 1976. Seed Quality Storage of Soybeans. in R. M. Goodman (ed.)
Expanding the use of soybean. Proc. Conf. For Asia and Oceania. Univ. Illinois.
Urbana (Intsoy ser,10). P. 38 – 39.
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta(ID): PT.Gramedia.
Harrington J F. 1972. Seed Storage and Longevity. In T.T. Kozlowski (ed.) Seed Biology. Vol.
III. Academic Press. New York. P. 145-246.
Hidayat E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Cetakan ke-1. Bandung(ID): Institut
Teknologi Bandung.
Justice O L, L N Bass. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.Terjemahan Renie-
Rusly. C. V. Rajawali. Jakarta. Indonesia. 446 hal.
Roberts E H. 1972. Storage and Environment and the Control Viability. In E. H. Robert.(ed.)
Viability of Seed. Chapman and Hall, Ltd. London. P. 14 – 58.
Sadjad S. 1977. Produksi Benih Berkualitas Tinggi untuk Menunjang Produksi Pangan.
Bogor(ID): IPB Press.
Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta(ID): PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai