Anda di halaman 1dari 361

Penyusun :

1. Saiful Islam
2. Bungkus Sasongko Purnomo
3. Linggo Supranggono
4. Agus Hendartono
5. Hafez Aditya

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan draft modul Manajemen of Spending Authority
(MoSA) ini sesuai waktu yang direncanakan. Draft modul Manajemen of Spending
Authority atau yang biasa dikenal dengan Manajemen Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) ini merupakan hasil kajian dari proses bisnis dalam kewenangan
Ditjen Perbendaharaan yaitu Mekanisme Pelaksanaan Anggaran.

Draft modul Manajemen DIPA merupakan kajian terhadap pelaksanaan


manajemen DIPA di Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dalam modul ini akan
diuraikan mekanisme manajemen DIPA saat ini, menganalisis dari sisi pelaksanaannya
serta kemudian memberikan masukan tentang rancangan manajemen DIPA di masa
mendatang berikut strategi penerapannya.

Penyusunan Draft Modul MoSA ini merupakan salah satu bagian dari tugas
pokok dan fungsi Direktorat Transformasi Perbendaharaan. Penyusunan modul ini
diharapkan dapat menjadi sarana untuk menggali lebih jauh mengenai mekanisme
penerbitan DIPA dan hubungannya dengan berbagai subsistem dalam Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Sedangkan bagi Direktorat Transformasi
Perbendaharaan khusunya bagi penyusun, draft modul ini diharapkan mampu
memberikan motivasi untuk selalu memperbaiki diri dan terbuka bagi segala masukan
dan kritikan yang membangun.

Penyelesaian draft modul Manajemen DIPA ini tidak terlepas dari bimbingan,
arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Tim Penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya dalam penyelesaian modul ini, khususnya kepada Direktur Transformasi
Perbendaharaan atas bimbingan dan masukannya sehingga draft modul ini dapat
diselesaikan.

ii
Terakhir, dengan kerendahan hati penyusun menyadari draft modul ini jauh
dari kesempurnaan, berbagai sudut pandang yang ada sangat kami butuhkan untuk
selalu memperbaiki analisis kami atas berbagai permasalahan yang ada. Oleh karena
itu maka penyusun sangat membuka bagi setiap masukan dan kritik yang membangun.

Sekian dan Terimakasih.

a.n Tim Penyusun


Kasubdit TPBI

Saiful Islam, MBA

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Ruang Lingkup 2
C. Tujuan dan Manfaat 2
D. Metode Penulisan 3
5
BAB II LANDASAN KONSEPTUAL
A. Tinjauan Literatur 5
B. International Practices 20
28
BAB III GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING
A. Dasar Hukum 28
B. Pengertian Umum 30
C. Format DIPA 52
D. Proses Bisnis 56
E. Exception dalam Manajemen DIPA 64
F. Permasalahan Terkait Manajemen DIPA 66
72
BAB IV MANAJEMEN DIPA FUTURE
A. Visi dan Misi 72
B. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA 74
C. Manajemen DIPA diluar ERP “Pemberian DIspensasi (UP dan Akun)” 83
D. Area of Improvement Manajemen DIPA Future 85
E. Usulan Format Baru DIPA 140

BAB V KONEKSITAS PENGEMBANGAN BISNIS PROSES DAN STRATEGI


IMPELEMENTASI 150
A. Koneksitas Pengembangan Proses Bisnis MoSA 150
B. Strategi Implementasi 151
157
BAB VI PENUTUP
158
DAFTAR PUSTAKA
161
LAMPIRAN

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama beberapa dekade sebelum disahkannya peraturan perundang-


undangan terkait penganggaran dan keuangan negara, Indonesia menggunakan sistem
pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial.
Dengan perkembangan pelaksanaan keuangan pemerintah di berbagai negara dan
tuntutan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mendorong pemerintah
Indonesia untuk melakukan reformasi pengelolaan keuangan negara.

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 2004 merupakan komitmen bersama dalam memperbaiki sistem
penganggaran negara. Pelaksanaan peraturan keuangan negara perlu didukung oleh
sistem manajemen penggaran dan perbendaharaan yang menunjang pelaksanaan
tugas-tugas yang dibebankan oleh pengelola keuangan baik oleh chief financial officer
(CFO) sebagai Bendahara Umum Negara maupun chief operating officer (COO) sebagai
pengguna anggaran. Sebagai tindak lanjut penerapan sistem manajemen
penganggaran maka diluncurkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)
sebagai wadah dalam menerapkan sistem manajemen penganggaran dan
perbendaharaan negara.

Modernisasi pengelolaan keuangan pemerintah memerlukan dukungan


sistem informasi yang handal dan terintegrasi, mulai dari perencanaan anggaran,
perbendaharaan dan pelaksanaan anggaran, pengelolaan utang, maupun pelaporan
dan pengawasan.

Sebagai bagian dari reformasi di bidang keuangan sejak tahun 2004


Departemen Keuangan telah merencanakan untuk melakukan reformasi sistem
informasi, khususnya di bidang perbendaharan dan penganggaran. Rencana tersebut
akan dibiayai dengan pinjaman dari Bank Dunia dalam payung Government Financial

1
Management and Revenue Administration Project (GFMRAP) di Departemen
Keuangan. Salah satu unsur utama dalam GFMRAP tersebut adalah proyek Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN).

SPAN adalah proyek jangka panjang yang menempatkan Direktorat Jenderal


Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Anggaran sebagai leading institutions,
meliputi pembangunan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang sesuai
dengan best practices yang diharapkan, dengan didukung oleh sistem informasi yang
modern, baik yang terkait dengan software maupun hardware, melibatkan dan
menghubungkan sistem informasi perbendaharaan dan anggaran di beberapa Eselon I
di Departemen Keuangan, lima kementrian/lembaga negara di pusat, DPR, seluruh
KPPN dan institusi pemerintah lainnya yang ditetapkan.

Sistem pelaksanaan anggaran harus memenuhi sasaran dari Public


Expenditure Management (PEM) yaitu pengawasan pengeluaran secara menyeluruh,
alokasi strategis dan efisiensi pelaksanaan. Dalam sistem pelaksanaan anggaran
sebelumnya mengacu pada : fokus pada kepatuhan dan meyakinkan penerapan
disiplin fiskal

B. Ruang Lingkup

Tulisan ini akan membatasi pembahasan pada permasalahan yang berkaitan


langsung dengan proyek SPAN sesuai dengan dokumen penawaran (bidding document)
yang telah disusun. Beberapa hal yang akan dibahas antara lain proses allotment,
annual financial plan dan cash limit

C. Tujuan dan Manfaat

Pembaharuan proses pelaksanaan anggaran agar sesuai dengan tuntutan


masyarakat yaitu keterbukaan, efisiensi dan sebagai sarana mencapai kesejahteraan
memerlukan format yang modern namun tetap disesuaikan dengan tingkat kesiapan
para penyelenggara secara keseluruhan agar tujuan akhir untuk peningkatan
kesejahteraan dapat dicapai. Berdasarkan kondisi yang ada dari satuan kerja dan
harapan di masa mendatang perlu disusun konsep pelaksanaan anggaran yang
komprehensif namun tetap mengakokomodasi keadaan-keadaan tertentu yang tidak
terdapat dalam pelaksanaan di negara lain yang sudah maju. Tulisan ini bertujuan
2
untuk mendefinisikan visi dan tujuan yang akan dicapai dari pelaksanaan Management
of Spending Authority (MoSA) serta bagaimana kondisi pelaksanaan anggaran saat ini
untuk dilakukan penyesuaian dengan konsep yang ada dalam SPAN.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam modul ini dimulai dari penjelasan mengenai latar
belakang penulisan, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat serta metodologi
penulisan. Kemudian akan dijelaskan mengenai landasan konseptual dalam
manajemen DIPA baik yang berasal dalam literatur maupun best practice internasional
sebagai dasar pemikiran untuk pengembangan manajemen DIPA future. Langkah
selanjutnya yaitu analisis terhadap Manajemen DIPA existing, hal ini dilakukan untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihannya serta menentukan pada titik-titik mana
yang memerlukan perbaikan. Berdasarkan analisis terhadap Mananajemen DIPA
existing, modul ini akan berusaha menguraikan bagaimana seharusnya Manajemen
DIPA future baik dalam tataran konsep maupun bisnis prosesnya.

Tabel I
Metodologi Penulisan

JUDUL BAB KETERANGAN

BAB I A. Latar Belakang pembahasan Manajemen DIPA

PENDAHULUAN B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan dan Manfaat

D. Metode Penulisan

BAB II A. Tinjauan Literatur tentang manajemen DIPA yang


akan membahas tentang teori dan best practice
LANDASAN KONSEPTUAL
manajemen DIPA di dunia.

B. International Practice akan membahas tentang


manajemen anggaran di beberapa negara

3
BAB III A. Manajemen DIPA saat ini baik dari sisi peraturan
yang mendasarinya, bisnis prosesnya dan exception-
GAMBARAN UMUM
exception dalam Manajemen DIPA saat ini.
MANAJEMEN DIPA
EXISTING B. Assesment manajemen DIPA yang berlaku saat ini
sehingga dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihannya.

BAB IV A. Visi dan Misi

MANAJEMEN DIPA B. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA


FUTURE C. Areas of Improvement Manajemen DIPA Future

D. Proses Bisnis Manajemen DIPA Future

E. Proses Bisnis MoSA Kedepan (alur dan Penjelasan)

BAB V Identifikasi potensi permasalahan dalam penerapan


future Management of Spending Authority (MoSA) serta
KONEKSITAS
strategi yang akan dilakukan dalam rangka mewujudkan
PENGEMBANGAN
PROSES BISNIS DAN proses bisnis tersebut.
STRATEGI
IMPLEMENTASI

BAB VI Kesimpulan dan saran untuk proses pada tahap


selanjutnya
PENUTUP

4
BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL

Bab ini akan membahas beberapa pengertian terkait dengan manajemen


pelaksanaan anggaran serta beberapa konsep yang diterapkan oleh negara lain sebagai
bahan perbandingan dalam pelaksanaan anggaran di masa mendatang. Peningkatan
manajemen pelaksanaan anggaran berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 pasal 7 angka 2
huruf (c) yaitu Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara berwenang
melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara. Tugas dimaksud dilaksanakan
dengan mengoptimalkan peran DIPA bukan hanya sebagai dokumen alokasi pagu bagi
suatu satuan kerja namun juga sebagai alat kontrol dalam pengeluaran anggaran oleh
satuan kerja.

A. Tinjauan Literatur

1. Pentingnya Manajemen Pelaksanaan Anggaran

Pelaksanaan anggaran (budget execution) adalah tahapan pada saat sumber daya
digunakan untuk implementasi kebijakan dikaitkan dengan anggaran yang
disediakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan
anggaran adalah implementasi anggaran yang formulasinya disusun dengan baik
namun pelaksanaannya jelek, namun tidak memungkinkan untuk
mengimplementasikan anggaran yang formulasinya buruk dengan baik.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan rencana penganggaran


yang baik sesuai dengan rangkaian proses yang telah disusun. Namun proses
pelaksanaan anggaran bukan mekanisme yang sederhana untuk memastikan
kepatuhan pelaksanannya berjalan sesuai dengan program awal. Bahkan dengan
sistem yang direncanakan dengan baik, adanya perkembangan ekonomi makro
yang tidak diharapkan dapat terjadi selama tahun anggaran berjalan akan
tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Tentunya perubahan-perubahan yang ada

5
seharusnya diakomodasi sesuai dengan sasaran kebijakan awal secara konsisten,
untuk menghindari permasalahan pada kegiatan yang akan dilaksanakan dan
manajemen proyek yang telah disusun.

Keberhasilan pelaksanaan anggaran tergantung sejumlah faktor lain, seperti


kemampuan menyesuaikan dengan perubahan-perubahan dalam ekonomi makro
dan kapasitas implementasi/kemampuan penyesuaian dari pelaksana (satker K/L)
bersangkutan. Pelaksanaan anggaran melibatkan sejumlah besar pelaku yang
dimulai dari persiapan anggaran dan kedua proses tersebut dilibatkan untuk
memastikan bahwa perencanaan anggaran ditransmisikan dengan benar dan
untuk memperhitungkan umpan balik dari pengalaman yang terjadi dalam
implementasi anggaran (Allen, R, dkk, 2001).

Pelaksanaan anggaran yang efisien mencakup: (i) kepastian bahwa anggaran akan
diimplementasikan sesuai dengan otorisasi yang diperoleh dari UU baik aspek
yang terkait dengan keuangan dan kebijakan; (ii) mengadaptasi/menyesuaikan
pelaksanaan anggaran terhadap perubahan-perubahan yang signifikan dalam
ekonomi makro; (iii) mengatasi masalah yang muncul selama implementasi dan
(iv) mengatur/manajemen dalam pembelanjaan dan penggunaan sumber daya
secara efisien dan efektif.

2. Sistem Pelaksanaan Anggaran

Allen, R dan Tommasi, D, (2001) menyatakan bahwa siklus pelaksanaan anggaran


(The Budget Execution Cycle ) terdiri dari tahap :

a. Apportionment dari anggaran yang telah disahkan dan pemberian dana kepada
satuan kerja
b. Komitmen
c. Penerimaan (acquisition) dan verifikasi (tahap pengenalan liabiliti)
d. Pengeluaran permintaan pembayaran
e. Pembayaran

Terkait dengan Management of Spending Authority (MoSA) maka siklus anggaran


akan terfokus pada tahap otorisasi dan pengalokasian. Setelah anggaran disetujui
oleh lembaga legislatif, satuan kerja diberikan kewenangan untuk membelanjakan

6
uang melalui berbagai mekanisme, seperti warrant dari kementerian keuangan,
keputusan-keputusan dan rencana alokasi. Otorisasi ini pada umumnya diberikan
untuk sepanjang tahun anggaran, namun untuk beberapa negara persemakmuran
diberikan untuk periode yang lebih singkat (otorisasi untuk membelanjakan dana
untuk belanja barang dan jasa diberikan secara kuartalan). Dalam beberapa
negara, prosedur otorisasi terdiri dari dua langkah :

a. Warrant memberikan kewenangan kepada kementerian untuk menggunakan


anggaran yang telah disahkan atau bagian dari anggaran yang telah disahkan
tersebut.
b. Kementerian (satuan kerja utama) memberikan/membagi dana yang telah
disahkan untuk dibelanjakan oleh satuan kerja di bawahnya.

Kementerian keuangan dapat menggunakan prosedur otoriasi ini untuk menunda


sebagian dari dana yang telah disahkan untuk digunakan oleh satuan kerja. Suatu
prosedur dapat mengindikasikan manajemen penganggaran yang bijaksana,
namun dalam penerapannya sering timbul dari kenyataan bahwa terdapat proses
yang sulit dari perencanaan anggaran menjadi pelaksanaan anggaran. Proses
penganggaran seharusnya segera mengalokasikan pagu yang sudah disetujui
kepada satuan kerja. Namun dibeberapa negara prosedur pengesahan dapat
menghabiskan waktu sampai beberapa minggu. Khususnya beberapa negara yang
menggunakan konsep Perancis (francophone), dana-dana yang dialokasikan
kepada satuan kerja yang lokasinya jauh hanya dapat disediakan pada kuartal
kedua tahun anggaran berjalan. Hal ini tentunya secara umum akan menjadi
sumber inefisiensi utama yang seharusnya diatasi.

Sedangkan Thompson, F, dan Zumeta, W, (1981) memberikan pernyataan bahwa


Budget Execution memiliki dua fase :

a. Pengeluaran oleh pemerintah dalam suatu tahun anggaran dimulai dengan


membelanjakan alokasi yang diterimanya. Pengawasan pemerintah pusat
bertujuan meyakinkan bahwa pengeluaran yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Jangka waktu pengeluaran dilaksanakan melalui sistem allotment
baik bulanan atau triwulanan. Lembaga yang melaksanakan pengeluaran
dilarang menciptakan kewajiban melebihi allotment. Lebih jauh lembaga yang
7
melaksanakan pengawasan meneliti semua permintaan transfer dari waktu ke
waktu antar rekening untuk beberapa pengeluaran yang digunakan;
b. Audit dan evaluasi setelah tahun anggaran berakhir, lembaga pencatat diaudit
melaksanakan verifikasi atas akurasi laporan pengeluaran berdasarkan
peraturan hukum berlaku. Evaluasi ex post dapat dilakukan untuk
memverifikasi apakah target yang dibuat sesuai dengan hasil yang dicapai.

Proses penganggaran pemerintah pusat dapat berlangsung lama sehingga setiap


lembaga baik pengguna anggaran, pengevaluasi dan sebagainya terlibat dalam
suatu siklus yang secara simultan terdiri atas fase yang multi proses. Kejadian-
kejadian yang timbul antara lain perubahan harga, proyeksi penerimaan akan
berpengaruh terhadap proses tersebut. Sehingga pengertian, komitmen dan
ekspektasi secara konstan direvisi seperti estimasi dan pengawasannya.

Komponen yang spesifik, kejadian dan waktu dari proses penganggaran tentunya
tidak identik di setiap tempat. Namun kegiatan penganggaran dimaksud tetap
merupakan hal yang spesifik dengan peran, struktur, fase serta kegiatan serta
tidak masalah dimana hal tersebut dilakukan (suatu negara). Hampir semua analis
anggaran dan pengujinya berpendapat bahwa proses pengeluaran/pelaksanaan
anggaran memerlukan waktu lebih panjang daripada proses persiapan
penganggaran.

Konsep pengawasan memiliki banyak arti apabila diterapkan pada pelaksanaan


penganggaran. Hal itu dapat berarti memangkas perkiraan-perkiraan yang
direncanakan karena tidak adanya dana, mengurangi rencana pengeluaran dalam
proses pelaksanaan anggaran atau mengimplementasikan kebijakan tertentu
terhadap suatu kegiatan atau pelaksana kegiatan. Namun para pejabat yang
terkait dengan pengawasan mengharapkan adanya keseimbangan anggaran
dengan mengontrol suatu ketidakpastian yang mungkin timbul (Wildavsky, 1975,
pp. 118-119).

Oleh karena itu dalam sektor publik, pengawasan terhadap pengeluaran memiliki
tiga manfaat : efisiensi (manajemen kontrol/pengawasan), memastikan kepatuhan
sesuai dengan persetujuan parlemen (kontrol politik) dan keseimbangan anggaran
(kontrol anggaran).
8
3. Overspending and Underspending

Kelebihan penggunaan (overruns) pembayaran terkadang disebabkan karena


ketidakpatuhan pengelola anggaran dengan jumlah pagu (spending limits) yang
telah ditentukan dalam anggaran yang terjadi pada saat pengeluaran dibuat
komitmennya. Karena dana yang dialokasikan kepada satuan kerja untuk
pengeluaran yang telah disetujui biasanya dikontrol maka kelebihan ini
menyebabkan tunggakan. Kelebihan sering terjadi sebagai hasil mekanisme
pengeluaran off-budget (pembayaran dari rekening khusus, neraca “below-the-
line”).

Pada beberapa negara, prosedur pengeluaran dapat menjadi tidak praktis


sehingga “pengaturan yang dikecualikan” dibuat untuk memangkas prosedur
tersebut. Pembayaran yang dibuat melalui prosedur pengecualian ini tidak
dikontrol sesuai dengan pengesahan dana (appropriation) sehingga menjadi
penyebab penting terjadinya kelebihan penggunaan. Kepatuhan yang kurang
dapat diatasi melalui penguatan sistem audit dan sistem pelaporan serta
meyakinkan pengawasan pelaksanaan anggaran. Penganggaran yang
komprehensif diperlukan dan prosedur yang dikecualikan seharusnya dihindari
dalam beberapa negara hal ini membutuhkan penyederhanaan sistem.

Kelebihan dapat terjadi karena kurang efisiennya pembahasan anggaran dan


underspending dapat terjadi karena tidak tercukupinya alokasi dana dalam
perencanaan anggaran dan program. Perkembangan pelaksanaan pengeluaran
anggaran yang mengalami kesulitan karena faktor perencanaan dapat diberikan
fleksibilitas untuk realokasi dana dalam pelaksanaan keseluruhan program.

Beberapa hal yang memungkinkan penyebab overspending :

- Berlanjutnya komitmen dalam investasi


- Pembayaran gaji yang melampaui pagu
- Dampak inflasi
- Keputusan atau peraturan yang diambil oleh pemerintah atau DPR yang
berakibat terhadap sektor keuangan

9
- Kekurangan dana pada rekening khusus pemerintah disebabkan pengeluaran
yang tidak memenuhi syarat
- Anggaran yang dianggarkan berlebihan serta proyeksi penerimaan yang tidak
realistis
- Perencanaan keuangan yang terlalu optimisits yang tidak mempertimbangkan
jangka waktu yang diperlukan untuk pengadaan atau mobilisasi dana dari luar

4. Assuring Financial Compliance (Allen, R, dkk, 2001)


a. Release of funds

Instrumen yang digunakan oleh Menteri Keuangan untuk memberikan suatu


otoritas kepada pengelola anggaran dalam melakukan pengeluaran berbeda antar
negara (penerbitan warrant dan pemberitahuan rencana pelaksanaan
anggaran/budget implementation plan). Hal ini penting bagi pelaksanaan anggaran
yang efektif yaitu menteri keuangan memberikan otoritas tersebut dalam rentang
waktu dan pola yang jelas sebagai usaha untuk menghindari terjadinya kesulitan
dalam penggunaan anggaran. Dalam pelaksanaan manajemen kas memerlukan
persiapan implementasi anggaran in-year dan rencana kas namun rencana-
rencana ini harus disesuaikan dengan otoriasi-otorisasi anggaran (kecuali dalam
keadaan khusus atau jika anggaran tidak dapat dipersiapkan dengan baik).

Di beberapa negara yang masih dalam keadaan transisi, karena adanya masalah
fiskal atau anggaran yang overestimated, dana yang diberikan kepada K/L
berdasarkan harian (day-to-day basis). Hal tersebut terdapat dalam sistem
perbendaharaan yang terpusat, mekanisme ini terdiri dari suatu lembaga yang
dipilih khusus yang akan diberikan dana atau pemilihan (penentuan) dari tagihan-
tagihan yang akan dibayar. Di beberapa negara pilihan ini dibuat oleh komite yang
disusun oleh pimpinan perbendaharaan, menteri keuangan dan perdana menteri.

Dana sering diberikan dalam keadaan darurat dan berdasarkan politik,


mengurangi/membuang prioritas-prioritas yang didefinisikan dalam anggaran
dimaksud. “Cash budget” yang efektif diformulasikan secara implisit dalam proses
ini, diganti untuk anggaran yang telah diotorisasi dan mungkin cukup berbeda dari
anggaran yang disetujui parlemen. Kelemahan lain dari sistem cash rationing

10
adalah bahwa pengelola pengeluaran dapat melanjutkan untuk membuat
komitmen sesuai dengan anggarannya dan kemudian mengakumulasi tunggakan
walaupun hal tersebut telah sesuai dengan bentuk prosedur anggaran yang
formal.

Sequestering adalah pemblokiran anggaran yang sudah disetujui oleh menteri


keuangan terkait dengan penyeimbangan kembali anggaran tanpa penyesuaian
rencana kas. Pada saat sequestering disetujui, komitmen yang sedang berjalan
seharusnya diperhitungkan di dalam suatu rekening. Walaupun sequestering
terkadang menjadi penting, namun hal tersebut dapat mengurangi kemampuan
prediksi dan seharusnya hanya digunakan dalam keadaan khusus.

Di beberapa negara, otorisasi pengeluaran melalui warrants oleh pengguna untuk


membuat komitmen pengeluaran memerlukan persetujuan sebelumnya (“visa”)
dari institusi audit tertinggi. Dalam kebanyakan kasus, prosedur ini adalah “ agak
seremonial” atau “muluk” (Premchand, 1993) murni secara formal dan tidak
menciptakan penundaan yang tidak perlu dalam pelaksanaan anggaran. Dalam
kaitan ini relevansi dari prosedur ini perlu dipertanyakan, setelah institusi audit
tertinggi seharusnya tidak dilibatkan dalam prosedur pengawasan ex ante.

b. Compliance controls

Dasar pengawasan kepatuhan selama pelaksanaan anggaran adalah :

- At the commitment stage (financial control),

Perlu verifikasi apakah (i) usulan untuk pengeluaran dana telah disetujui oleh
pihak yang diberi kewenangan; (ii) dana yang telah disetujui untuk digunakan
tercantum dalam dokumen anggaran; (iii) dana yang tersisa cukup tersedia
dalam kategori pengeluaran yang sesuai; dan (iv) pengeluaran diklasifikasikan
dalam cara yang tepat.

- When goods and services are delivered (verification)

Dokumen sebagai bukti yang diperlukan terkait barang yang telah diterima atau
jasa yang telah dilaksanakan harus diverifikasi.

11
- Before payment is made

Perlu konfirmasi terkait (i) komitmen telah dibuat dengan benar pada suatu
pengeluaran; (ii) penanggung jawab yang kompeten telah menyetujui bahwa
barang-barang telah diterima atau jasa telah dilaksanakan seperti yang
diharapkan; (iii) tagihan dan dokumen permintaan pembayaran lainnya
lengkap, benar dan sesuai untuk pembayaran dan (iv) kreditor diindentifikasi
dengan tepat.

- After final payment is made (audit)

Penting untuk menguji dan meneliti dengan cermat pengeluaran yang terkait
dan laporan yang tidak biasa.

Tanggung jawab dari kementerian keuangan antara lain :

- Terkait dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, administrasi sistem


pemberian dana (release of funds), memonitor arus pengeluaran,
mempersiapkan revisi anggaran, manajemen sistem pembayaran yang terpusat
(jika ada), pengawasan rekening bank pemerintah, administrasi sistem
penggajian terpusat (jika ada), mempersiapkan laporan keuangan dan neraca.
- Dalam implementasi kebijakan, peninjauan perkembangan pelaksanaan secara
independen atau bersama dengan K/L, mengidentifikasi perubahan kebijakan
yang sesuai dan mengusulkan kepada Presiden realokasi appropriations dalam
kerangka yang disahkan oleh legislatif.

Tanggung jawab dari K/L antara lain :

- Terkait dengan administrasi anggaran, alokasi dana antar unit di bawahnya,


pembuatan komitmen, pembelanjaan dan pengadaan barang dan jasa,
verifikasi barang dan jasa yang diperoleh, penyiapan permintaan pembayaran
(pembuatan payment jika sistem payment tidak sentralisasi), penyiapan
laporan perkembangan pelaksanaan, memonitor indikator kinerja dan tetap
menjaga catatan keuangan dan rekeningnya.

12
- Terkait dengan implementasi kebijakan, secara periodik meninjau implementasi
program-program yang sesuai (termasuk memonitor indikator kinerja),
identifikasi permasalahan dan implementasi solusi yang tepat,dan realokasi
sumber dana antar program sektoral (namun masih di dalam kerangka
kebijakan anggaran secara keseluruhan).

c. Other Issues of Budget Implementation


- Monitoring the execution of the budget

Untuk menjaga pelaksanaan anggaran dalam suatu pengawasan maka suatu


sistem yang komprehensif dan tepat untuk memonitor transaksi anggaran
diperlukan. Hal ini pelru untuk mendata secara sistematik dan melacak
penggunaan dana yang sesuai. Akuntansi penganggaran (appropriation)
seharusnya mencakup appropriation, apportionment, kenaikan atau penurunan
dalam appropriation, komitmen/kewajiban (termasuk prosedur khusus untuk
memonitor komitmen ke depan), pengeluaran-pengeluaran yang berada pada
tahap verifikasi/pengiriman dan pembayaran (payment). Suatu sistem hanyalah
salah satu elemen dari sistem akuntansi pemerintah, namun hal yang paling
penting bagi kedua formulasi kebijakan dan implementasi anggaran yang
diawasi.

- In-year budget revisions

Kesulitan sering timbul dalam melakukan perencanaan yang akurat dari


implementasi dari program-program tertentu atau kunci pengembangan
ekonomi makro seperti perubahan ekonomi dunia, inflasi, tingkat bunga dan
nilai tukar. Lebih jauh, beberapa pengeluaran yang tidak direncanakan selama
persiapan anggaran mungkin muncul selama pelaksanaan anggaran. Untuk
membatasi pengaruh dari permasalahan dimaksud, pengaturan untuk
pemindahan (transfer) harus fleksibel dan suatu cadangan yang dimungkinkan
seharusnya dimasukkan dalam anggaran tersebut seperti tersebut.
Appropriation untuk pengembalian hutang merupakan contoh yang tidak dapat
dibatasi jumlahnya dan seharusnya direvisi sesuai dengan perkembangan
tingkat bunga dan nilai tukar.

13
- Dalam kasus perubahan dalam tahun berjalan maka perubahan komposisi dari
anggaran atau saat keseluruhan kenaikan pengeluaran tidak dapat diabaikan,
anggaran mungkin harus direvisi. Mekanisme revisi anggaran antar negara
berbeda-beda dan seharusnya secara jelas tercantum dalam undang-undang
penganggaran.

5. Pengertian Dasar Manajemen Pengeluaran : (Hashim, A and Allan, B, 2001)


a. Apportionment and Allotment

Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke dalam sistem oleh
DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi kementerian untuk membelanjakan
diuraikan dalam tingkat yang lebih detil yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi dan
dialokasikan berdasarkan periode waktunya (triwulanan dan bulanan) dan
didaftarkan ke dalam sistem oleh kementerian keuangan dan diberitahukan
kepada kementerian/lembaga. Sebaliknya K/L mendaftarkan anggaran secara
mendetail kepada satker di bawahnya dan mengkomunikasikan alokasi pada
masing-masing satker. Inilah “batas pengeluaran” (spending limits) bagi K/L dan
satker setiap tirwulanan/bulanan sepanjang tahun anggaran. Spending limits
dimungkinkan bervariasi selama proses berjalan sepanjang tahun sesuai dengan
hasil pertimbangan kemampuan penganggaran triwulanan/bulanan. Sebagai
contoh suatu kasus yang disebabkan oleh variasi dan perbedaan dalam
perencanaan penerimaan, komitmen dan bentuk pengeluaran.

b. Warrant allocation

Setiap tahun perencanaan keuangan membuat proyeksi mendetil terhadap


perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh satker dan K/L. Dalam
perkembangannya selama tahun berjalan, pejabat sektoral mempersiapkan
permintaan penggunaan dana secara periodik berdasarkan kategori ekonomi.
Kemudian kementerian keuangan mengeluarkan warrant kepada K/L untuk setiap
kategori pengeluaran. Dari jumlah tersebut setiap K/L mengeluarkan sub-warrants
untuk tiap satker dan mempertimbangkan satker yang tepat. Proses-proses ini
dilaksanakan secara periodik sepanjang tahun. Jumlah warrant dan sub-warrant
diberikan dalam jumlah yang spesifik dalam spending limits/pagu masing-masing
14
satker. Jumlah warrant ditentukan berdasarkan hasil penelitian/pertimbangan
anggaran secara periodik, revisi perkiraan penerimaan dan cash balances.

Sistem manajemen anggaran yang ada pada Kantor Pusat Perbendaharaan


seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk menerbitkan Treasury Warrants dalam
suatu batas anggaran yang telah disetujui parlemen sesuai dengan klasifikasi
anggarannya. Sistem manajemen anggaran yang berjalan pada kantor pusat K/L
seharusnya juga memiliki fasilitas untuk mencatat Treasury Warrants yang
diterima dari Perbendaharaan dan menerbitkan Sub-warrants kepada satker
dibawahnya dalam batas yang ditetapkan Perbendaharaan. Demikian pula
pelaksanaan sistem manajemen anggaran pada kantor perbendaharaan di daerah
(Kanwil) seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk mencatat sub-warrants yang
diterima dari lembaga di atasnya dan menerbitkan sub-sub-warrants terhadap
sub-warrant yang dibutuhkan.

Pada umumnya warrants dan sub-warrants akan disampaikan kepada K/L, satker
dan kantor perbendaharaan dibawahnya secara elektronik melalui network.

c. Funds control register

Komitmen dibuat berdasarkan kombinasi kode klasifikasi anggaran pengeluaran


dan sub-warrant atau sejumlah sub-sub-warrant. Dana yang tersedia (fund
available) ditentukan oleh perbedaan antara akumulasi dana yang dialokasikan
oleh sub-warrant(s) atau sub-sub warrant(s) dan perkembangan komitmen total di
bawah masing-masing kode klasifikasi anggaran pengeluaran. Untuk meyakinkan
bahwa :

a) Warrants yang dikeluarkan oleh Treasury Office direkam secara akurat dan
lengkap;

b) Penerbitan sub-warrants masih dalam batas warrant yang tersedia untuk tiap
kode klasifikasi anggaran;

c) Penerbitan sub-sub-warrant dalam batas yang tersedia bagi sub-warrant untuk


tiap kode klasifikasi anggaran;

d) Komitmen terhadap tiap kode klasifikasi anggaran dalam batas yang disediakan
bagi sub-warrant atau sub-sub-warrant.

15
d. Budget Transfers/Virements

Pada umumnya peraturan terkait dengan penganggaran memberikan kewenangan


kepada kementerian keuangan, K/L dan satker untuk melakukan pergeseran
anggaran antar organisasi dan klasifikasi tujuan dalam pembatasan-pembatasan
yang terdapat dalam peraturan terkait. Kekurangan yang teridentifikasi oleh satker
dalam satu atau beberapa kategori ekonomi akan disesuaikan dengan kelebihan
yang terdapat pada kategori ekonomi lainnya dalam belanjanya. Dalam hal ini
permintaan transfer anggaran/dana perlu diproses.

Untuk beberapa item dan dalam batas tertentu, satker mungkin memiliki kekuatan
keuangan dalam transfer antar mereka sendiri. Dalam kasus-kasus ini, satker akan
mengupdate data base anggaran dalam sistem. Dalam kasus transfer yang berada
di luar kemampuan keuangannya, mereka akan mengajukan permohonan kepada
kementeriannya (pusat) atau kementerian keuangan untuk memproses transfer
tersebut, tergantung pada jenis transfer. Jika disetujui, K/L/MOF akan memproses
transfer dan mengupdate data base dimaksud. Satker akan diinformasikan tentang
keputusan atas permintaan yang diajukan.

Definition of virement (OECD, ADB, Ecorys, 2010)

Virement berasal dari kata Bahasa Perancis. Dalam sistem francophone secara
umum kata virement digunakan dalam pengertian yang sempit dan mengacu
hanya untuk realokasi antara budget items yang merubah pengeluaran dalam
kelompok ekonomi. Namun terminologi dalam bahasa Perancis sering digunakan
dalam peraturan/hukum dalam bidang penganggaran dan/atau regulasi keuangan
di negara-negara lain dan telah menggunakan pengertian yang lebih luas :
virement berarti realokasi antar budget items (kementerian/bagian, program, line
item, dll). Dalam definisi yang lebih luas ini pengertian virement dapat dibedakan
menjadi :

(1) realokasi yang bebas dibuat oleh SU;


(2) realokasi yang memerlukan persetujuan oleh L/M;

16
(3) realokasi yang dusampaikan untuk mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan.

Dalam beberapa kasus, terminologi virement bahkan termasuk (4) realokasi yang
memerlukan otorisasi legislatif terkait, yang didefinisikan dalam undang-
undang/peraturan penganggaran dan atau regulasi keuangan. Dalam kasus
keempat ini perubahan secara umum dalam apropriasi terhadap suatu prosentase
tertentu dari apropriasi awal, namun tanpa mempengaruhi pengeluaran total dari
persetujuan atas virement di pembahasan tingkat tinggi, dan tidak selalu anggaran
tambahan diperlukan. Dalam kasus perubahan-perubahan yang mempengaruhi
jumlah pengeluaran total, hal ini harus diajukan kepada legislatif untuk mendapat
persetujuan melalui anggaran tambahan.

OECD mendefinisikan virement lebih umum sebagai “ A movement of funds from


one account to another, which can be limited by formal rules. To prevent misuse,
government organitations must normally seek authorisation to make such
transfers”. Namun demikian definisi umum yang digunakan di banyak negara
difokuskan pada item (1) sampai (3).Hal ini sejalan dengan definisi yang digunakan
oleh organisasi-organisasi internasional (ADB) yaitu virement secara umum
didefinisikan sebagai : “The [simultaneous] transfer of expenditure provision from
one line item [object; sub-program] to another during the budget year”.

e. Supplementary Budgets

Proses revisi pada tahun tertentu terhadap anggaran yang telah disetujui oleh
parlemen mungkin akan dilaksanakan. Revisi-revisi ini dilakukan terkait dengan
finalisasi anggaran yang telah disetujui di awal. Proses penyiapan anggaran
tambahan mencakup persiapan, alur kerja dan persetujuan atas permintaan bagi
anggaran tambahan. Anggaran tambahan pada umunya disampaikan kepada
parlemen untuk dibahas pada pertengahan tahun. Tambahan dana ini pada
umunya digunakan untuk program yang langsung terkait dengan perekonomian
nasional antara lain digunakan dalam rangka meningkatkan lapangan kerja dan
pengentasan kemiskinan.

17
6. Performance Based Budgeting (PBB)

Dengan penerapan penganggaran berbasis kinerja (PBK) diharapkan efisiensi


dalam pencapaian suatu program-program pemerintah semakin meningkat.
Penggunaan tolok ukur kinerja akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya
yang digunakan sehingga harapan masyarakat terhadap hasil kerja pemerintah
dapat lebih diterima.

1. Performance Budgeting

Didasarkan pada asumsi bahwa penyajian informasi kinerja dengan sejumlah


alokasi anggaran akan meningkatkan penyusunan keputusan penggunaan
anggaran yang terfokus pada pilihan pendanaan pada hasil-hasil program (Probst,
A, 2009). Penganggaran berbasis kinerja tidak dapat dimulai sampai suatu sistem
pengukuran kinerja telah dibuat. Fungsi sistem penganggaran berbasis kinerja
tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan output yang diinginkan dalam jangka
panjang pada tahun pertama sejak dikenalkan program tersebut. Untuk itu harus
dibangun suatu sistem manajemen berbasis kinerja.

2. Management Tool

Anggaran berdasar kinerja fokus pada misi, tujuan dan sasaran untuk menjelaskan
mengapa sejumlah dana/uang akan dibelanjakan dan menyediakan suatu cara
untuk mengalokasikan sumber-sumber untuk mencapai hasil khusus. PBK
dimaksudkan sebagai suatu alat manajemen bagi peningkatan program bukan
suatu metode “carrot and stick” yang digunakan untuk “punish” suatu K/L yang
tidak mencapai tujuan.

Kebanyakan pemerintah pusat di berbagai negara saat ini memerlukan evaluasi


outcome (pengukuran kinerja) dalam pelaksanaan tugas masing-masing. Sumber
penerimaan antara lain penjualan obligasi (bond) memerlukan indikator-indikator
terkait kondisi keuangan negara yang disajikan dengan data kinerja.
Memperkenalkan kaitan yang logis antara perencanaan dan penganggaran
merupakan cara bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana kinerja
pemerintah dibandingkan dengan pelaksanaan periode sebelumnya.

18
Dalam pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan adanya
suatu potensi kesalahan yang cukup besar yaitu membuat asumsi-asumsi yang
disederhanakan berdasarkan pada hasil mentah (belum sepenuhnya dikaji) dan
kemudian diterapkan dalam suatu sistem reward and punishment. Karena suatu
pendekatan kerap menghasilkan akibat program sebaliknya. Jika PBB digunakan
sebagai sistem reward and punishment apakah dapat dipastikan bahwa
pengurangan anggaran misalnya 5 % untuk kinerja yang buruk tidak akan
mengakibatkan penurunan 20 % pada kinerja di masa mendatang. Bagaimana kita
dapat meyakinkan bahwa semua faktor telah dipertimbangkan yang akan
mempengaruhi penurunan kinerja.

3. Potensi Kelemahan

Kesalahan asumsi atau kesimpulan

Polisi : Penahanan meningkat; Kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ?

Polisi : Penahanan menurun, kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ?

Apakah lebih banyak penahanan berarti polisi berkerja lebih baik, kriminalitas
yang meningkat, berkurangnya kriminalitas, pencegahan kriminalitas yang lebih
baik atau pekerjaan polisi yang kurang ?

Sebagai contoh : Suatu satuan kepolisian yang bertugas mencegah kejahatan


dengan efektif, bagaimana suatu pengukuran “pencegahan” kejahatan ? “
Penahanan oleh polisi menurun 5 % dari tahun lalu sehingga berdasarkan
penganggaran berbasis kinerja seharusnya mengurangi anggaran kepolisian
sebesar 5 % sampai suatu saat dapat meningkatkan hasil”. Suatu pendekatan
sederhana akan gagal untuk menghitung keberhasilan usaha pencegahan
kejahatan di lingkungan kepolisian sehingga memberikan hukuman (punishment)
terhadap suatu kinerja yang bagus.

4. Performance Measurement

Pengumpulan data reguler secara sistematis, analisis dan pelaporan data melalui
sumber-sumber yang digunakan, bagaimana hasil pekerjaan yang akan diperoleh
dan apakah outcome yang spesifik dicapai oleh suatu organisasi merupakan bagian

19
dari pengembangan proses pengukuran kinerja. Performance measurement
seharusnya didasarkan pada tujuan program dan sasaran yang terkait dengan misi
program yang disampaikan atau tujuannya serta mengukur outcome program.
Kegiatan tersebut juga menyediakan perbandingan alokasi sumber daya sepanjang
waktu pelaksanaan serta mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas bagi
kelanjutan peningkatan program yang harus dapat diverifikasi, mudah
dipahami/dimengerti dan tepat waktu.

B. International Practices

Apabila di dalam budget preparation terdapat kemiripan sistem di dalam


Public Expenditure Management (PEM) namun terdapat perbedaan yang cukup
penting dalam sisi budget execution. Perbedaan penting dari dua sistem tersebut
adalah derajat desentralisasi tanggung jawab dari budget management kepada
spending ministries. Perbedaan-perbedaan dimaksud antara lain (Lienert, I, 2003) :

1. British approach

British approach memiliki karakteristik desentralisasi manajemen diberikan


kepada spending ministries sebagai penanggung jawab utama terhadap bugdet
execution. Sebaliknya dalam sistem French-based yaitu Ministry of Finance (MoF)
di tingkat pusat memainkan peranan penting dalam setiap tahapan proses
pengeluaran.

Di negara-negara anglophone, pejabat dalam spending ministries memiliki


tanggung jawab terhadap pelaksanaan dan otorisasi setiap langkah dalam proses
pengeluaran dimulai dari komitmen sampai payment. Dengan mengadopsi hal
tersebut pada penganggaran, Menkeu menerbitkan warrants baik secara
kuartalan maupun tahunan kepada “Accounting Officers” (AOs) yang pada
umumnya adalah pimpinan (permanent secretaries) dari spending ministries dan
memiliki tanggung jawab yang luas. Warrants membawa otoritas resmi kepada
penerima untuk melakukan otorisasi pengeluaran dana publik. Accounting Officer
selanjutnya mendelegasikan otoritas pencairannya kepada pejabat dalam
lingkungan kementeriannya.

20
Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam
Budget Execution British Approach

Kementerian Keuangan Kementerian


Teknis

Anglophone African Countries

Secretary
to the
“Accounting
Treasury;
Officers”
Accountan
(permanent
t General;
secretaries);
Budget
Warrant holders;
Director
budget planners;
accountants

2. Sistem francophone

Dalam Sistem francophone tanggung jawab yang luas bukan terletak pada
spending ministries. Di negara-negara tersebut, yang dekat persamaannya dengan
AO (gestionnaires de crédit) memiliki peran yang lebih terbatas terutama dalam
inisiatif pengeluaran pada tahap komitmen pada anggaran yang tersedia. Mereka
tidak memiliki otoritas untuk mengeluarkan perintah pembayaran
(ordonancement).

Berbagai unit bagian (departments) di Kementerian Keuangan dari negara-negara


Francophone memainkan peranan yang penting dalam budget execution. Peranan-
peranan kunci tersebut antara lain :

 Financial controllers yang pada umumnya di bawah departemen/unit


anggaran dari MOF;
 Pejabat otorisasi pembayaran (ordonnateurs) yang menyetujui penerbitan
perintah pembayaran kepada treasury dan akuntan publik (comptables
publics) pada treasury.

Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam


Budget Execution Sistem Franchophone

21
Kementerian Keuangan Kementerian
Teknis

Francophone African Countries


Initiators
of
Spending
Payment authorizing (gestionnai
officers res de
(ordonnateurs); crédit)
Budget Department
and Financial
Controllers;
Ordonnancement
Department;
Treasury
Department and
Public Accountants

Suatu prinsip penting dalam sistem PEM di Francophone adalah pemisahan


pejabat otorisator pembayaran dan pejabat perbendaharaan yang bertanggung
jawab untuk melakukan pembayaran. Dengan dua fungsi yang terpusat di MOF
(sentralisasi) maka manajemen pengeluaran pada spending ministries dikurangi
(semakin kecil).

Di banyak negara, Menteri Keuangan adalah pejabat otorisator tunggal


(ordonnateur unique). Namun Menteri Keuangan juga pengawas dari fungsi
treasury dan akuntan publik. Sehingga walaupun terdapat prinsip pemisahan
ordonnateur dan comptable, Menteri Keuangan adalah kepala ordonnateur dan
“chief of staff” dari semua comptables. Sebagai konsekuensinya Menteri Keuangan
memiliki kekuasaan yang unique dalam manajemen pengeluaran, tanpa posisi
paralel seperti dalam sistem yang digunakan di Anglophone.

Sistem yang digunakan di negara-negara Afrika bahkan lebih sentralisasi daripada


di Perancis, baik pada posisi menteri-menteri kabinet dan pemerintah pusat yang
mewakili tingkat lokal sebagai ordonnateur. Sehingga sistem yang digunakan di
Francophone Afrika hampir-hampir tidak memiliki tanggung jawab bagi
manajemen keuangan yang efektif pada kementerian di pemerintahan atau
pimpinan dari spending ministries.

22
C.1.Budget Expenditure in UK

Kerangka pengeluaran publik di Inggris Raya didasarkan pada beberapa prinsip


utama yaitu :

1. Konsisten dengan penerapan kerangka jangka panjang, prudent, dan rezim yang
transparan dalam manajemen keuangan publik secara menyeluruh

2. Penilaian keberhasilan dengan menggunakan kebijakan outcomes daripada


menggunakan sumber-sumber input

3. Insentif yang kuat bagi department (bagian) dan partnernya dalam pemberian
pelayanan untuk merencanakan pada beberapa tahun dan merencanakan
bersama secara tepat sehingga memberikan pelayanan publik yang lebih baik
dengan efektifitas pengeluaran yang lebih tinggi

4. Pembebanan (costing) yang tepat dan manajemen aset modal (capital) untuk
memberi insentif yang baik bagi investasi publik

Hasil fiscal rules diuji (asses) oleh akuntan nasional yang berasal dari kantor
statistik pusat sebagai agen yang independen. Pemerintah membuat kerangka
pengeluaran untuk memenuhi dengan fiskal rules ini.

Departemental Expenditure Limits (DEL) and Annually Managed Expenditure


(AME)

Kerangka pengeluaran publik dibagi antara :

 DEL spending yang direncanakan dan dikontrol dengan dasar periode 3 tahunan

 Annually Managed Expenditure (AME) dimana pengeluaran tidak dapat menjadi


subyek yang mencukupi bagi perusahaan, batasan multi-year dengan cara yang
sama sebagai DEL. AME termasuk social security benefits, pengeluaran yang
dibiayai sendiri oleh otoritas lokal, bunga utang dan pembayaran untuk lembaga
seperti Uni Eropa.

1. Departemental Expenditure Limits (DEL)

Dari sisi pengeluaran rencana DEL disusun bagi department selama tiga tahun
untuk meyakinkan konsistensi dengan fiscal rules dari pemerintah, department

23
menyusun sumber-sumber yang terpisah (current) dan anggaran untuk kapital.
Sumber-sumber anggaran berisi suatu kontrol terpisah secara total untuk
pengeluaran “near cash”, yaitu pengeluaran untuk pembayaran dan grants yang
berpengaruh secara langsung terhadap pengukuran Golden Rule.

Untuk mendorong department dalam perencanaan sepanjang periode jangka


menengah, department akan mengcarryforward unspent DEL provision dari satu
tahun ke tahun berikutnya dan mengusahakan pengujian secara normal terhadap
kekuatan suatu perencanaan yang mungkin ditarik ditahun-tahun mendatang.

Fleksibilitas end-year ini juga menghilangkan/mengganti suatu insentif bagi


department untuk menggunakan persediaan (provision) sebagai pendekatan end-
year yang kurang terkait dengan nilai uangnya. Karena keuntungan yang penuh
dari fleksibilitas ini dan perencanaan tiga tahunan memberikan umpan ke dalam
pemberian pelayanan kepada publik yang meningkat, fleksibilitas end-year dan
penganggaran tiga tahunan seharusnya disalurkan dari department ke executive
agencies dan pemegang kuasa anggaran lainnya.

Anggaran tiga tahunan dan fleksibilitas end-year memberikan manajemen


pelayanan publik suatu stabilitas dalam merencanakan kegiatan dengan rentang
waktu yang masuk akal, lebih jauh sistem tersebut mengandung pengertian bahwa
department tidak dapat mencari penawaran dana tiap tahun (sebelum 1997),
rencana tiga tahunan disusun dan direview dalam public expenditure surveys
tahunan. Sehingga kredibilitas perencanaan jangka menengah ditingkatkan baik
pada tingkat pusat maupun departemental.

2. Annually Managed Expenditure (AME)

Umumnya terdiri atas program yang cukup besar, volatil dan lebih cenderung pada
sisi permintaan sehingga tidak memungkinkan menjadi suatu subyek dari limit
multi-years. Elemen tunggal yang terbesar adalah pengeluaran untuk social
security. Hal lain termasuk tax credits, pengeluaran yang dibiayai oleh otoritas
lokal, pengeluaran untuk Scottish Executive yang dibiayai oleh non-domestic rates,
dan pengeluaran yang dibiayai dari proses National Lottery. AME direview dua kali
setahun sebagai bagian dari proses Budget dan Pre Budget Report yang

24
mencerminkan integrasi yang dekat antara sistem tax and benefit yang
ditingkatkan dengan pengenalan tax credit. AME bukan hal pokok yang sama
seperti pembatasan pengeluaran tiga tahunan DEL, namun masih bagian dari
keseluruhan envelope dari public expenditure. Dalam cakupan yang menyeluruh
bagi public spending, peramalan dari AME mempengaruhi tingkat sumber daya
yang tersedia untuk pengeluaran DEL. Perkiraan-perkiraan yang cermat dan
batasan AME digunakan sehingga prakiraan AME ini akan mengurangi resiko
overspending.

C.2. Public Expenditure in France

Sejak 1998 strategi penganggaran jangka menengah Perancis didasarkan pada


penyusunan suatu target atas peningkatan yang terakumulasi dari pengeluaran
pemerintah riil sepanjang periode tiga tahun. Dalam pelaksanaannya pengeluaran
riil direncanakan peningkatannya lebih rendah daripada GDP riil potensial.
Penurunan poryeksi diimplied dalam rasio pengeluaran terhadap GDP. Penurunan
proyeksi dalam rasio pengeluaran terhadap GDP dianggap sebagai pendorong
pengurangan defisit cyclically-adjusted dan tax burden. Tiap tahun target baru
disusun selama periode tiga tahunan. Periode tersebut overlap sehingga target-
target pengeluaran pada tahun tertentu dapat dimodifikasi.

Budgetary Strategics Based on Expenditure Targets Have Clear Advantages

Dalam literatur ekonomi menekankan adanya keuntungan-keuntungan dari fiscal


rules dalam membentuk ekspektasi dan peningkatan transparansi dari kerangka
penganggaran. Peraturan penganggaran berdasarkan pada pembuatan spending
limits yang memiliki aspek-aspek positif antara lain :

 Seperti disampaikan Mills dan Quinet (2002) yaitu komitmen pemerintah


terkait dengan keuangan publik yang berada di bawah pengawasan langsung,
hal itu biasanya menyebabkan masalah kurang pengukuran dan survelillance
(pengawasan) serta mengizinkan penstabilan otomatis secara penuh pada sisi
penerimaan

25
 Lebih jauh seperti yang ditekankan oleh Brunila (2002) bahwa fiscal rules
membantu mengatasi bias defisit dengan menyoroti kemungkinan
pengeluaran yang overrun dan akan membantu menemukan sumber
utama/prinsip dari pemborosan fiskal : kecenderungan institusional dan
secara politis untuk meningkatkan pengeluaran pada waktu yang baik.
 Akhirnya jika penyusunan dan penegakan fiscal rules memadai menyebabkan
kemungkinan pengurangan pajak dan membuat pelaku ekonomi
mengantisipasi bahwa hal tersebut akan menjadi permanen. Hal ini adalah
salah satu saluran (channel) yang memicu kemungkinan efek non-Keynesian
yang akan mengurangi biaya konsolidasi fiskal.

Terdapat beberapa cara berbeda dalam mendesain aturan pengeluaran :

 Target-target dapat disusun untuk keseluruhan pengeluaran pemerintah secara


umum atau tidak termasuk beberapa kategori (pembayaran bunga,
unemployment benefits, belanja modal). Penyusunan target pengeluaran
pemerintah total memiliki keuntungan dengan simplifikasi dan transparansi.
Namun hal tersebut dapat mendorong bias yang menyebabkan berkurangnya
pengeluaran dengan kategori yang kurang sensitif secara politik sebagai
contoh pengeluaran belanja modal.
 Target dapat didefinisikan dalam bentuk nominal atau riil. Sebuah target yang
didefinisikan dalam bentuk nominal lebih sederhana dan membuat
monitoring menjadi lebih mudah. Hal itu dapat juga membuktikan lebih
bermanfaat dalam stabilisasi perekonomian dalam kasus inflasi demand-pull
yang akan muncul. Di sisi lain, target yang disusun dalam bentuk riil
menyebabkan penghitungannya memasukkan akibat dari inflasi pada
pengeluaran.
 Akhirnya terdapat isu rentang waktu (time span) yang dicakup oleh aturan
tersebut. Hal itu perlu dipertimbangkan karena secara umum multi-annual
fiscal rules adalah superior dari aturan tahunan, karena aturan tahunan dapat
lebih mudah diabaikan dengan menunda pengeluaran pada periode tahun
anggaran berikutnya. Idealnya dalam konteks aturan multi-annual, deviasi
dalam satu tahun seharusnya dikompensasi pada tahun berikutnya.

26
Penerapan konsep-konsep penganggaran dari negara lain yang telah lebih dahulu
melaksanakannya (Inggris, Perancis, dan lain sebagainya) menjadi bahan masukan
bagi penerapan sistem penganggaran di Indonesia tanpa harus menggunakan
semua metode yang sama. Hal ini dikarenakan peraturan hukum yang ada telah
ditetapkan sebagai landasan pelaksanaan penganggaran yaitu UU No. 17 Tahun
2003 dan UU No. 1 Tahun 2004. Produk hukum tersebut merupakan hal pokok
yang harus dipenuhi dalam setiap pelaksanaan penganggaran. Namun demikian
dalam penerapan penganggaran dimungkinkan untuk melakukan penyesuaian
atau penjelasan dengan membuat aturan yang lebih terinci antara lain melalui PP,
Keppres, PMK dan lain sebagainya. Dengan demikian maka modul yang disusun
juga menggunakan acuan utama UU Keuangan Negara (UU No. 17 Tahun 2003 dan
UU No. 1 Tahun 2004).

27
BAB III
GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING

Bab ini akan memberikan gambaran mengenai manajemen DIPA yang berjalan
saat ini baik dari sisi dasar hukumnya, proses bisnisnya, maupun permasalahan yang
dihadapi. Gambaran mengenai manajemen DIPA saat ini sangat diperlukan sebagai
dasar penyempurnaan dan pengembangan manajemen DIPA yang akan dibahas pada
bab berikutnya.

A. DASAR HUKUM

Penulisan mengenai Gambaran Umum Manajemen DIPA existingakan


didasarkan pada peraturan-peraturan terkait Manajemen DIPA yang berlaku sampai
saat ini. Peraturan tersebut diantaranya :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
5. Undang-Undang Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

28
Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan
Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara
Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010
13. Peraturan Menteri Keuangan 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
16. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara
Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
17. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme Pemberian Kuasa Antar Kuasa
Pengguna Anggaran
18. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-57/PB/2008 tentang Format Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (DIPA BLU)
19. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-29/PB/2010 tentang Tata Cara Revisi
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010

29
B. PENGERTIAN UMUM

1. Pengertian RKAKL, SAPSK dan SRAA dan DIPA


a. RKAKL

Menurut Pasal 1 ayat (14) PP 21 Tahun 2004, Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut RKA-KL, adalah dokumen
perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu
Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.

b. SAPSK

Satuan Anggaran Per Satuan Kerja yang selanjutnya disebut SAPSK adalah alokasi
anggaran yang ditetapkan untuk sebuah satuan kerja (Satker) berdasarkan hasil
penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (PER
29/PB/2010). SAPSK pada dasarnya ialah lampiran 5 Perpres Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), hal ini sebagaiman diatur dalam Pasal
I ayat (2) Perpres 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat

c. SRAA

Surat Rincian Alokasi Anggaran yang selanjutnya disebut SRAA ialah dokumen yang
dibuat berdasarkan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat yang memuat nama kementerian negara/lembaga, provinsi,
alokasi anggaran, sumber dana, kode dan nama Satker yang digunakan sebagai
dasar penelitian/pencocokan alokasi anggaran dalam konsep DIPA (PER
29/PB/2010).

SRAA disusun oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran DJPB berdasarkan Perpres


RABPP/SAPSK. SRAA menjadi dasar penelaahan DIPA pada Kanwil DJPB.

30
d. DIPA

Dalam Bab II Lampiran II PMK 119/PMK.02/2010 disebutkan bahwa DIPA adalah


dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Dirketur Jenderal Perbendaharaan atas
nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA berlaku
untuk satu tahun anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang
berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatandan penggunaan
anggaran.Disamping itu, DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendali,
pelaksanaan, pelaporan, pengawasan dan sekaligus merupakan perangkat
akuntansi pemerintah.Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi
yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat
dipertanggungjawabkan.

DIPA merupakan kesatuan antara rincian rencana kerja dan penggunaan anggaran
yang disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan disahkan oleh BUN. Dengan
demikian DIPA terdiri dari Konsep DIPA yang disusun oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga dan Surat Pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan
atau Kepala Kanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara. DIPA berlaku mulai tanggal 1 januari sampai dengan 31 Desember tahun
berkenaan.

2. Jenis DIPA

Berdasarkan pembagian anggaran dalam APBN, Jenis DIPA dapat dikelompokkan


atas DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) dan DIPA Bendahara Umum
Negara (DIPA BUN)

a. DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL)

DIPA Kementerian Negara/Lembaga adalah DIPA Satuan Kerja yang memuat


rincian penggunaan anggaran dari Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
yang dapat dikategorikan menjadi :

1) DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat

31
DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh
satuan kerja yang merupakan satuan kerja Pusat atau satuan kerja kerja Kantor
Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga, termasuk di dalamnya untuk DIPA
Badan Layanan Umum (BLU), dan Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)

Satker Pusat dapat terdiri dari satuan kerja-satuan kerja yang dibentuk oleh
Kementerian Negara/Lembaga secara fungsional dan bukan merupakan instansi
vertikal.Sedangkan Satker Kantor Pusat ialah satuan kerja dalam lingkup Kantor
Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga.

2) DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah

DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di daerah, termasuk di
dalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU).

3) DIPA Dana Dekonsentrasi

DIPA Dana Dekonsentrasi ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi,
yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.

4) DIPA Tugas Pembantuan

DIPA Tugas Pembantuan ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.

32
b. DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN)

DIPA BUN adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang
bersumber dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dikelola
Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran. Berdasarkan Surat Dirjen Anggaran
Nomor S-78/AG/2010 DIPA BA BUN berdasarkan kode anggaran terdiri dari :

1) Pengelolaan Utang Pemerintah (999.01)


2) Pengelolaan Hibah (999.02)
3) Pengelolaan Investasi Pemerintah (999.03)
4) Pengelolaan Penerusan Pinjaman (999.04)
5) Pengelolaan Transfer ke Daerah (999.05)
6) Pengelolaan Belanja Subsidi (999.07)
7) Pengelolaan Belanja Lain-lain (999.08)
8) Pengelolaan Transaksi Khusus (999.99)

DIPA BUN dapat dikelompokkan menjadi :

1) DIPA Utang dan Belanja Hibah

DIPA Utang dan Belanja Hibah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan
rincian penggunaan anggaran untuk keperluan pengelolaan utang pemerintah
yang alokasi anggarannya bersumber dari bagian anggaran 999.01 (Pengelolaan
Utang Pemerintah) dan untuk keperluan belanja hibah yang alokasi anggarannya
bersumber dari bagian anggaran 999.02 (Pengelolaan Hibah).

2) DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman

DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman adalah DIPA yang memuat
rencana kerja dan rincian penggunaan anggaran untuk keperluan Investasi
Pemerintah dan Penerusan Pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri, yang
bersumber dari bagian anggaran 999.03 (Pengelolaan Investasi Pemerintah) dan
999.04 (Pengelolaan Penerusan Pinjaman).

DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman terdiri dari :


a. Investasi Pemerintah
b. Dana Bergulir
33
c. Penerusan Pinjaman yang terdiri dari :
d. Penerusan Pinjaman kepada BUMN/BUMD
e. Penerusan Pinjaman kepada Pemerintah Daerah

3) DIPA Belanja Daerah

DIPA Belanja Daerah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan rincian
penggunaan danapenyeimbang dan dana otonomi khusus dan
penyeimbang/penyesuaian yang diserahkan kepada Daerah bersumber dari
Bagian Anggaran 999.05 (Pengelolaan Transfer ke Daerah). DIPA Belanja Daerah,
terdiri dari :

a) Dana Alokasi Umum (DAU)


b) Dana Alokasi Khusus (DAK)
c) DBH Pajak : Penghasilan, PBB, BPHTB
d) DBH Cukai
e) DBH SDA : Migas, Pertambangan Umum, Perikanan, Kehutanan
f) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

4) DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain

DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain adalah DIPA yang memuat rincian
penggunaan anggaran untuk alokasi anggaran yang bersumber dari Bagian
Anggaran 999.06 (Pengelolaan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain)

5) DIPA Format Khusus

DIPA Format Khusus adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang
berasal dari Bagian Anggaran BUN dimana karena sifat dan keperluan tertentu,
maka konsep DIPA dan Surat Pengesahannya perlu disusun dalam satu lembar.
Sifat dan keperluan penerbitan DIPA Format Khusus ini ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan untuk penanganan kejadian luar biasa yang mempunyai
tingkat urgensi tinggi dan bersifat mendesak seperti :

a) Penanganan keadaan darurat


b) Kegiatan yang bersifat politis dalam rangka menjaga kredibilitas pemerintah

34
Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera
dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat
penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas
utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus
karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan
diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA Format
Khusus sebagai berikut :
1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk
melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena pertimbangan
bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan menyebabkan kerugian yang
besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat harus didukung dengan
anggaran/dana yang digunakan untuk melaksanakannya.
2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan
sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden
tersebut.
3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung
jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.
4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri satu
lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen DIPA
yang lain secara rinci.
5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan agar BI
melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang tercantum dalam
DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.

35
3. Pokok-Pokok Materi Konsep DIPA

Pokok-pokok materi Konsep DIPA terdiri dari: organisasi, fungsi, pejabat


perbandaharaan, rincian penggunaan anggaran,dan rencana penarikan dana serta
perkiraan pendapatan.

a. Organisasi

Alokasi anggaran pada Konsep DIPA disusun untuk masing-masing kementerian


negara/lembaga sesuai struktur organisasinya Rincian anggaran disusun mulai
Bagian Anggaran (kementerian negara/lembaga) Unit Organisasi (Unit Eselon I)
dan Satuan Kerja.Penyusunan Konsep DIPA menurut organisasi dilakukan untuk
melaksanakan tugas dalam rangka pancapaian program Kementerian
Negara/Lembaga sesuai dengan visi dan misi organisasinya. Pengertian bagian
anggaran, unit organisasi dan satuan kerja adalah sebagai berikut :

1) Bagian Anggaran

Bagian Anggaran adalah kementerian negara/lembaga yang menguasai bagian


tertentu dari penggunaan anggaran yang ditetapkan dalam Undang Undang
APBN.Kementerian Negaral Lembaga dalam hal ini bertindak sebagai Pengguna
Anggaran.

2) Unit Organisasi

Unit organisasi adalah unit eselon I kementerian negara lembaga yang


bertanggung jawab terhadap pencapaian tugas pokok, fungsi, dan program
tertentu dari kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

3) Satuan Kerja

Satuan kerja adalah bagian dari suatu unit organisasi pada kementerian
negara/lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program.

Satuan Kerja dalam hal ini merupakan unit organisasi lini kementerian
negara/lembaga/pemerintahan daerah yang memperoleh kuasa penggunaan

36
anggaran untuk melaksanakan tugas, fungsi, program, dan misi Pengguna
Anggaran.

Dalam rangka melaksanakan tugas, fungsi, program dan misi tersebut, Satuan
Kerja juga merupakan kesatuan entitas manajemen dan keuangan yang melakukan
perencanaan pelaksanaan dan pertanggungiawaban anggaran.

b. Fungsi

Fungsi merupakan uraian kualitatif dari alokasi dana untuk menjawab


fungsi/program /kegiatan yang dilaksanakan dan sasaran/hasil/keluaran sebagai
akibat pelaksanaan fungsi/prograrn/kegiatan tersebut. Uraian kualitatif fungsi
dalam DIPA bermanfaat untuk mengkaitkan DIPA dengan pencapaian kinerja
satuan kerja sesuai dengan penugasan dan penguasaan anggaran dari Pengguna
Anggaran.

Dalam rangka memenuhi pencantuman materi fungsi, maka dalam Konsep DIPA
harus memuat uraian fungsi dan subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan,
sasaran dan indikator keluaran.

1) Fungsi dan Subfungsi

Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang


dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Sub fungsi
merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi.

2) Program

Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga yang berisi


satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi yang dilaksanakan instansi
atau masyarakat dalam koordinasi kementerian negara/lembaga yang
bersangkutan.

3) Kegiatan dan Subkegiatan

Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program

37
yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik berupa
personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi,
dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang dan jasa.

Subkegiatan adalah bagian dari kegialan yang menunjang usaha pencapaian


keluaran /output dan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan dapat terdiri dari satu
atau lebih subkegiatan karena kegiatan tersebut mempunyai satu atau lebih jenis
dan satuan keluaran yang berbeda satu sama lain. Subkegiatan yang satu dengan
subkegiatan yang lain dapat dibedakan berdasarkan perbedaan keluaran, sehingga
besaran keluaran kegiatan tidak selalu merupakan penjumlahan dari besaran-
besaran subkegiatan dalam satu kegiatan.

4) Sasaran

Sasaran adalah kinerja atau tujuan yang akan dicapai dari suatu pengerahan
sumber daya dan anggaran pada suatu program dan kegiatan. Sasaran dirumuskan
secara kuantitatif, jelas dan terukur.Sasaran pada Konsep DIPA dirumuskan
berdasarkan sasaran program dan sasaran kegiatan. Sasaran program merupakan
sasaran program dari kementerian negara, lembaga dan unit eselon I berkenaan.
Sedangkan sasaran kegiatan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh satuan
kerja dalam rangka melaksanakan kegiatan dalam DIPA berkenaan.

5) Keluaran dan Indikator Keluaran

Keluaran (output) adalah hasil yang jelas dan terukur sebagar akibat dari
pelaksanaan subkegiatan dalam mencapai sasaran kegiatan oleh satuan kerja.
Indikator keluaran adalah satuan biaya/harga kuantitas dan/atau kualitas dari
keluaran yang dicapai langsung dari pelaksanaan kegiatan.Keluaran dapat
dibedakan ke dalam keluaran Subkegiatan dan Keluaran Kegiatan.

38
c. Pejabat Perbendaharaan.

Pejabat Perbendaharaan adalah para pengelola keuangan pada Satuan Kerja yang
diberi tugas sebagai kuasa pengguna anggaran, pengujian dan penerbitan Surat
Perintah Membayar (SPM), serta melaksanakan tugas kebendaharaan. Pejabat
Perbendaharaan tersebut terdiri dari: Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat
Penandatangan SPM, dan Bendahara Pengeluaran.

1) Kuasa Pengguna Anggaran

Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran untuk melaksanakan program/kegiatan dan diberikan
kewenangan untuk menggunakan anggaran dalam DIPA.Kuasa Pengguna Anggaran
menjadi manajer, melakukan pengelolaan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada D IPA. Pejabat yang dapat
ditunjuk dan ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran adalah Kepala Satuan
Kerja alau pejabat lain yang ditunjuk dalam lingkup satuan kerja tersebut.

2) Pejabat Penandatangan SPM.

Pejabat Penandatangan SPM adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran tagihan kepada negara dan selanjutnya menerbitkan
surat perintah bayar/SPM atas beban DIPA berkenaan.

3) Bendahara Pengeluaran.

Bendahara Pengeluaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh


Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk menerima menyimpan,
membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
kantor/satker/kementerian negara/lembaga

39
d. Rincian Penggunaan Anggaran

Rincian penggunaan anggaran adalah rincian anggaran yang dibelanjakan dalam


rangka :

a. Pelaksanaan rencana kerja satuan kerja untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.

Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, Konsep DIPA disusun berdasarkan


fungsi, subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan, dan kelompok akun (klasifikasi
belanja). Masing-masing rincian anggaran dalam fungsi, subfungsi, program,
kegiatan, subkegiatan, dan akun dicantumkan perjenis belanja.

Kelompok akun yang ditampilkan pada DIPA adalah 4 (empat) digit pertama dari
rincian akun pada Bagan Akun Standar.Penetapan kelompok akun sebagai rincian
anggaran dalam DIPA dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas kepada Kuasa
Pengguna Anggaran untuk melakukan penyesuaian atas akun belanja pada 2 (dua)
digit terakhir dari Bagan Akun Standar. Hal ini sesuai prinsip let the managers
manage dan anggaran berbasis kinerja.

b. Anggaran yang disediakan dapat dibayarkan/dicairkan melalui mekanisme APBN.

Rincian penggunaan anggaran dalam Konsep DIPA berfungsi sebagai dasar


pembayaran dan pembebanan pada anggaran negara.Oleh karena itu, rincian
penggunaaan anggaran harus memenuhi ketentuan pembayaran dalam
mekanisme pelaksanaan APBN sehingga dana yang dialokasikan dapat dicairkan
oleh Kuasa BUN. Ketentuan pelaksanaan pembayaran meliputi kesesuaian
pencantuman rincian penggunaan dana dengan standar akuntansi pemerintah dan
persyaratan pencairan dana seperti kode kantor bayar, sumber dana dan
kesesuaian jenis belanja.

e. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan.

Pencantuman rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan dalam Konsep


DIPA diperlukan untuk pencapaian optimalisasi fungsi DIPA sebagai alat
manajemen kas pemerintah. Disamping sebagai alat manajemen kas pemerintah
juga sebagai alat monitoring pembanding terhadap penyerapan pagu.

40
Rencana Penarikan Dana merupakan pelaksanaan fungsi manajemen kas
pemerintah dalam sisi belanja negara.Pengesahan DIPA oleh BUN memberi
jaminan bahwa anggaran dalam DIPA dapat disediakan oleh negara dalam jumlah
yang cukup pada saat anggaran tersebut ditagihkan.Dalam rangka optimalisasi
pengelolaan rekening kas negara, ketepatan waktu penyediaan uang untuk
memenuhi tagihan negara menjadi penting.

Perkiraan penerimaan yang dapat dipungut diperlukan untuk melakukan estimasi


penerimaan negara yang disetor ke rekening kas negara sebagai akibat dari
pelaksanaan DIPA Satuan Kerja. Melalui perkiraan penerimaan diestimasikan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun penerimaan pajak yang akan
dipungut dalam rentang waktu satu tahun anggaran pada masing-masing satuan
kerja.

4. Pengertian Penyusunan DIPA

Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) dilakukan oleh


Menteri/Pimpinan Lembaga berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh
Presiden.Hal ini diatur dalam pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Alokasi anggaran yang merupakan dasar penyusunan DIPA, saat ini disusun oleh
dua institusi yang berbeda yaitu :

1. Alokasi anggaran untuk Belanja Pemerintah Pusat disusun oleh Direktorat


Jenderal Anggaran (DJA) dalam bentuk Peraturan Presiden tentang Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP). Hal ini sesuai dengan pasal 6 ayat
(6) UU No 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010.
2. Alokasi anggaran untuk Transfer ke Daerah disusun oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK) dalam bentuk Perpres Rincian DAU dan PMK
mengenai alokasi transfer ke daerah. hal ini sesuai dengan pasal 5 ayat (2)
PMK 126/PMK.07/2010 yang berbunyi : “Alokasi transfer ke daerah
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan dengan Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri Keuangan

41
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan berlaku sebagai Satuan
Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK)”

Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun DIPA berdasarkan alokasi anggaran yang


menjadi tanggung jawabnya.Dalam pelaksanannya, hampir semua
Menteri/Pimpinan Lembaga merupakan pengguna anggaran Belanja Pemerintah
Pusat sehingga penyusunan DIPAnya didasarkan pada Perpres RABPP.

DJPK merupakan satu-satunya instansi yang menggunakan anggaran belanja


pemerintah pusat sekaligus menggunakan anggaran transfer ke daerah, sehingga
penyusunan DIPA nya menggunakan dasar yang berbeda. DJPK menggunakan
Perpres RABPP sebagai dasar penyusunan DIPA anggaran belanja pemerintah
pusat, sementara dalam penyusunan DIPA Transfer ke Daerah DJPK akan
mendasarkannya pada Perpres Rincian DAU atau PMK mengenai alokasi transfer
ke daerah.

a. Penyusunan Rincian Penggunaan Anggaran

Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja, penuangan muatan rencana kerja dan
anggaran ke dalam Konsep DIPA harus menunjukkan keterkaitan fungsi, subfungsi,
program, kegiatan, subkegiatan dengan sasaran dan indikator keluaran. Untuk
keperluan penggunaan anggaran, penuangan muatan rencana kerja dan anggaran
ke dalam Konsep DIPA harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintah (Bagan
Akun Standar) dan ketentuan pembayaran/pencairan dana melalui mekanisme
APBN.

Berdasarkan tujuan di atas, tata cara penuangan rencana kerja dan anggaran ke
dalam rincian penggunaan anggaran pada Konsep DIPA adalah sebagai berikut :

1) Penuangan Program Kegiatan Sub Kegiatan dan Kelompok Akun.

Program, kegiatan, subkegiatan dan kelompok akun dalam Konsep DIPA


hendaknya memiliki keterkaitan satu sama lain dalam rangka pencapaian kinerja
satuan kerja, dan harus sesuai dengan program kegiatan, subkegiatan pada
rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Ketentuan penuangan
program, kegiatan, subkegiatan dan kelompok akun adalah sebagai berikut :
42
i. Penuangan Program

Program yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah progam yang akan
dilaksanakan oleh Satuan Kerja yang bersangkutan dalam rangka pelaksanaan
rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Apabila satuan kerja
melaksanakan lebih dari satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus
dicantumkan program-program yang dilaksanakan.

ii. Penuangan Kegiatan

Kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh satuan kerja dalam rangka pencapaian sasaran program.
Kegiatan yang dicantumkan dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang terkait
langsung dengan pencapaian program dalam rencana kerja dan anggaran
berkenaan.Apabila satuan kerja melaksanakan lebih dari satu kegiatan dalam
satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus dicantumkan kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan.

iii. Penuangan Sub Kegiatan

Sub kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah bagian-bagian dari
kegialan dalam rangka pencapaian keluaran/output dan tujuan kegiatan
tersebut. Pembedaan antara subkegiatan satu dengan subkegiatan yang lain
adalah jenis keluaran dari subkegiatan yang bersangkutan.

iv. Penuangan Kelompok akun

Kelompok akun adalah kelompok dari akun yang terdiri dari 6 (enam) digit
untuk dibelanjakan dalam rangka pencapaian tujuan dan keluaran
subkegiatan.Penuangan dalam DIPA hanya ditampilkan 4 (empat) digit pertama
pada Bagan Akun Standar.

2) Penempatan Akun dan Jenis Belanja

Dalam rangka akuntabilitas kinerja pelaksanaan anggaran oleh Pengguna


Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan penyusunan laporan keuangan,
penempatan akun harus sesuai dengan jenis belanja yang ditetapkan.
Ketidaktepatan penempatan jenis belanja dalam Konsep DIPA akan

43
mengakibatkan tertundanya pencairan dana karena masih memerlukan
penyesuaian.

Jenis belanja merupakan klasifikasi ekonomi dalam standar statistik keuangan


pemerintahan (Government Financial Statistics/GFS). Melalui jenis belanja akan
ditetapkan status kinerja pengeluaran pemerintah berupa hasil dan keluaran
dalam bentuk barang dan jasa sebagai akibat dari pengerahan sumber daya
melalui belanja/pengeluaran negara. Klasifikasi dalam jenis belanja akan
membedakan kinerja, sumber daya yang dikerahkan, dan bentuk keluaran baik
aset maupun non aset negara. Rincian penggunaan akun dalam jenis belanja
mengacu pada Bagan Akun Standar.

a. Pengisian Kode Kewenangan

Kode kewenangan pelaksanaan anggaran terdiri dari:

i) Kewenangan yang diberikan kepada satuan kerja Pemerintah Pusat terdiri


dari :

 Kewenangan Kantor Pusat (KP) yaitu kewenangan untuk melaksanakan


kegiaran dalam DIPA yang diberikan kepada satuan kerja lingkup
kantor pusat kementerian negara/lembaga.

 Kewenangan Kantor Daerah (KD) yaitu kewenangan untuk


melaksanakan kegiatan dalam DIPA yang diberikan kepada satuan
kerja pusat yang berada di daerah.

ii) Kewenangan yang diberikan kepada satuan kerja Pemerintah Daerah,


terdiri dari :

 Kewenangan Dekonsentrasi (DK) yaitu kewenangan untuk


melaksanakan kegiatan dalam DIPA Dekonsentrasi yang diberikan
kepada Kepala Dinas lnstansi Pemerintah Provinsi.

 Kewenangan Tugas Pembantuan (TP) yaitu kewenangan untuk


melaksanakan kegiatan dalam DIPA Tugas Pembantuan yang diberikan
kepada Kepala Dinas/Instansi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

44
b. Penetapan Sasaran dan Perhitungan Indikator Keluaran.

Penetapan sasaran pada DIPA harus sesuai dengan sasaran yang tercantum
dalam rencana kerja dan anggaran.Sasaran harus bersifat kuantitatif dan
terukur.Perhitungan indikator keluaran pada DIPA harus sesuai dengan
perhitungan hasil dan satuan keluaran pada rencana kerja dan anggaran.

c. Penetapan Sumber Dana, Kantor Bayar, dan Cara Penarikan Dana.

1. Sumber Dana

Sumber dana dalam DIPA dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

 Rupiah Murni, Sumber dana rupiah murni digunakan untuk


menampung pengeluaran yang dibiayai dari rupiah murni APBN.

 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Sumber dana PNBP


digunakan untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PNBP.
Pencairan pengeluaran yang dibiayai dari PNBP harus mengacu kepada
batas maksimal pencairan dana yang diperkenankan dalam
penggunaan PNBP bersangkutan.

 Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), Sumber dana PHLN digunakan
untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PHLN. Pada setiap
pengeluaran yang dibiayai dari PHLN harus dicantumkan nomor
register PHLN dan tata cara penarikan dana.

2. Kantor Bayar
Kantor bayar yang perlu dicantumkan pada DIPA adalah kode Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang ditunjuk untuk
melaksanakan pembayaran /pencairan dana
3. Cara Penarikan Dana

Cara penarikan dana diperlukan untuk pengeluaran yang dibiayai dari


PHLN. Cara penarikan meliputi Pembayaran Langsung atau Rekening
Khusus.

45
b. Penyusunan Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan

Dokumen pelaksanaan anggaran (Konsep DIPA) yang disusun oleh


Menteri/Pimpinan Lembaga dirinci menurut sasaran yang hendak dicapai, fungsi,
program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran
tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan
yang diperkirakan (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 2 dan 3). Dalam PMK
119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 2 rincian dalam dokumen DIPA diatur lebih rinci
yaitu menjadi fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian kegiatan/sub
kegiatan, jenis belanja, kelompok mata anggaran/akun dan rencana penarikan
dana serta perkiraan penerimaan.

Konsep DIPA yang telah disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kemudian


disampaikan ke DJPB untuk ditelaah.Khusus untuk DIPA BLU harus dilampirkan
rencana kerja dan anggarannya (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 4).

5. PengertianPenelaahan DIPA

Dalam Lampiran II PMK 119/PMK.02/2009 penelaahan DIPA didefinisikan sebagai


serangkain proses dan prosedur penilaian yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan/Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terhadap
Konsep DIPA yang diajukan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran satuan
kerja untuk menjamin kesesuaian Konsep DIPA dengan Peraturan Presiden
mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), dan
prinsip pembayaran/pencairan dana, serta standar akuntansi pemerintahan.

Tujuan dari proses penelaah DIPA meliputi :

1. Menjamin kesesuain konsep DIPA dengan Perpres RABPP


2. Menjamin kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme APBN
3. Menjamin kesesuaian dengan kaidah akuntansi
4. Menjamin kesesuaian rencana penarikan dan perkiraan penerimaan dana

46
6. Pengertian Pengesahan DIPA

Pengesahan DIPA merupakan penetapan oleh BUN atas Konsep DIPA yang disusun
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan memuat pernyataan
bahwa rencana kerja dan anggaran pada DIPA berkenaan tersedia dananya dalam
APBN dan dapat menjadi dasar pembayaran/pencairan dana atas beban APBN.
Pengesahan DIPA dilakukan dengan penerbitan Surat Pengesahan DIPA yang
ditandatangani oleh :

1. Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan, untuk DIPA


Kantor Pusat/Satker Pusat, dan DIPA Tugas Pembantuan
2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan, untuk DIPA Kantor Daerah/Satker Vertikal, dan DIPA Dana
Dekonsentrasi.

Penetapan SP DIPA oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah


Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilakukan per tanggal 31 Desember sebelum
tahun berjalan.DIPA yang sudah disahkan terdiri dari Surat Pengesahan, Hal 1A
umum memuat rincian sumber dana, Hal 1B memuat rincian output, Hal II Rincian
biaya, Hal III Rencana Penarikan dan Penerimaan Dana (Pajak,PNBP, dan BLU)
serta Hal IV Catatan. DIPA yang dudah disahkan akan menjadi dasar penggunaan
anggaran bagi Satker.

Apabila sampai tanggal yang telah ditetapkan Satker belum menyerahkan Konsep
DIPA maka Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB akan menerbitkan DIPA
sementara berdasarkan Perpres RABPP/SRAA.DIPA sementara ini tidak perlu
ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Dana yang
dapat dicairkan dalam DIPA Sementara dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai,
pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, dan lauk
pauk/bahan makanan, sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya diblokir.

7. Pengertian Revisi DIPA

Menurut Pasal I ayat (2) Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA adalah perubahan
rincian dalam DIPA akibat revisi rincian anggaran pada halaman Surat Pengesahan

47
DIPA dan/atau halaman I dan/atau halaman II dan/atau halaman III dan/atau
halaman IV, termasuk perbaikan akibat kesalahan administrasi.

Dalam Bab II dan III Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA dikelompokan menjadi dua
yaitu revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK dan revisi DIPA tanpa perubahan
SAPSK.

a. Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK

Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilaksanakan
berdasarkan Revisi Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat ( Revisi RABPP)
yang ditetapkan dalam perubahan SAPSK. Menurut Pasal 2 ayat (2) PMK
69/PMK.02/2010, revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK terjadi Karena hal-hal
sebagai berikut :

1) Anggaran belanja tambahan (ABT)


2) Kelebihan realisasi PNBP yang melampaui target APBN
3) Luncuran PHLN atau PHDN termasuk penerusan pinjaman
4) Percepatan penarikan PHLN atau PHDN termasuk penerusan pinjaman
5) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah
APBN/APBNP ditetapkankhususuntuk hibah yang diterima oleh pemerintah
c.q Kementerian Keuangan dan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga
6) Pergeseran dari Bagian Anggaran (BA) 999.08 (Belanja Lainnya) ke BA KL
7) Pergeseran antar unit organisasi dalam satu Bagian Anggaran (BA)
8) Pergeseran antar kegiatan dalam satu program sebagai hasil optimalisasi
9) Penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam
10) Pencairan blokir (tanda *) yang diberikan oleh DJA
11) Perubahan pagu PHLN akibat perubahan kurs sepanjang perubahan tersebut
terjadi setelah kontrak ditandatangani dan untuk pembayaran utang
12) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode satuan kerja berubah
13) Perubahan parameter dalam penghitungan subsidi
14) berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilakukan sesuai dengan
perubahan SAPSK.

48
b. Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK
Menurut Bab III Perdirjen 29/PB/2010 Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK
meliputi:
1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi
2) Perubahan kantor bayar
3) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode Satker tetap.
4) Pergeseran antas jenis belanja dalam satu kegiatan tanpa merubah target
kinerja
5) Revisi DIPA Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan (TP), dan Urusan Bersama
(UB), sepanjang tidak merubah target kinerja
6) Perubahan alokasi anggaran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan
operasional (0001 dan 0002), termasuk pengadaan bahan makanan untuk
tahanan/narapidana yang dilakukan oleh unit organisasi di tingkat pusat
maupun oleh instansi vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target
kinerja.
7) Pencairan tanda bintang/blokir, khusus untuk anggaran yang diblokir oleh DJPB
8) Revisi DIPA untuk penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang
diterushibahkan setelah APBN/APBNP ditetapkan. Revisi penerimaan hibah ini
dikhususkan untuk hibah yang dilaksanakan secara langsung oleh
Kementerian/Lembaga dalam bentuk kas.
9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi
penerimaan PNBP di atas target yang telah direncanakan dalam APBN untuk
Satker PT bukan BHMN dan Satker BLU
10) anggaran belanja yang Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari
PNBP
11) Penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama,
dananya cukup tersedia dan tidak menggangu target kinerja tahun berjalan.
12) Revisi Rencana Penarikan dan Perkiraan Penerimaan Dana

Usulan konsep revisi DIPA beserta ADKnya untuk Satker Kantor Pusat yang
berlokasi di DKI Jakarta disampaikan ke Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA

49
lainnya disampaikan ke Kanwil DJPB.Dalam pengajuan revisi DIPA tanpa
perubahan SAPSK, konsep revisi DIPA harus dilampiri dengan :

a. Surat pernyataan bahwa sasaran dan volume keluaran kegiatan/sub kegiatan


telah dicapai/dikontrakan dalam hal pengesahan revisi DIPA berupa
perubahan alokasi dana antar sub kegiatan atau perubahan volume keluaran
pada sub kegiatan
b. Dokumen yang menerangkan PHLN dalam hal revisi terkait PHLN
c. Naskah Perjanjian Hibah atau dokumen lain yang dipersamakan dan nomor
register dalam hal penerimaan hibah setelah APBN/APBN P ditetapkan
d. Surat pernyataan PA/Kuasa PA bahwa usul pengesahan revisi DIPA tidak
merubah/mengganggu target kinerja khusus untuk usulan revisi anggaran
berupa pergeseran antar jenis belanja dalam satu kegiatan, revisi DIPA DAK,
DIPA TP dan DIPA UB, dan perubahan alokasi anggaran antar
provinsi/kabupaten/kota
e. Usulan revisi DIPA dalam rangka penyelesaian tunggakan harus dilampiri :
Konsep revisi DIPA dengan mencantumkan catatan pada halaman IV DIPA
mengenai jumlah pagu dan uraian pembayaran, Surat Pernyataan PA/KPA
bahwa usul pengesahan revisi DIPA tidak mengubah target kinerja dan volume
keluaran kegiatan/sub kegiatan dan tanggung jawab kebenaran tagihan, hasil
verifikasi BPKP setempat untuk jumlah seluruh tunggakan Rp. 500.000.000,00
keatas.

Usulan revisi untuk DIPA Satker Kantor Pusat yang berlokasi di Jakarta
disampaikan ke Direktorat PA sedangkan untuk DIPA Satker selainnya disampaikan
ke Kanwil DJPB sesuai dengan wilayah kerjanya. Revisi DIPA yang diajukan Satker
kemudian ditelaah untuk menjamin kesesuainnya dengan Perpres RABPP, prinsip
pembayaran/pencairan dana dan standar akuntansi pemerintah. Konsep DIPA
revisi yang sudah ditelaah dan dinyatakan benar kemudian akan disahkan oleh
Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB.

50
8. Pengertian SKPA

Dalam Perdirjen PER-07/PB/2005 disebutkan bahwa SKPA adalah surat kuasa yang
diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi (KPA asal) kepada KPA unit
eselon yang lebih rendah (KPA penerima) dalam unit eselon I yang sama pada
suatu departemen/kementerian negara/lembaga untuk menggunakan bagian
tertentu dari pagu anggaran yang dimilikinya dalam rangka pelaksanaan kegiatan
yang telah ditentukan.

Penerbitan SKPA dilakukan dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan


pembayaran antar wilayah. SKPA diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi
ke unit eselon yang lebih rendah, dalam eselon I yang samapada suatu
Departemen/Kementerian/Lembaga. SKPA diterbitkan sesuai program, kegiatan,
sub kegiatan, dan MAK sebagaimana tercantum dalam DIPA. Penggunaan
mekanisme SKPA ini akan mengurangi alokasi pagu anggaran KPA asal dan
menambah alokasi pagu anggaran KPA penerima.

9. Pemberian Dispensasi

Dispensasi merupakan ijin bagi Satker untuk melakukan pengeluaran


dana/pelaksanaan anggaran di luar ketentuan umum yang berlaku.Dispensasi
dalam pelaksanaan anggaran hanya diberikan untuk hal-hal tertentu sebagaimana
diatur dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005. Jenis Dispensasi
beserta instansi yang berhak memberikan dispensasi menurut Perdirjen
Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 dan Perdirjen Perbendaharaan PER-
07/PB/2005 ialah sebagai berikut :

2. Pemberian dispensasi di Direktorat PA


a. Dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000
b. Pengadaan tanah melalui UP
c. Dispensasi penerbitan SKPA
3. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN (PER-66/PB/2005)
a. Penambahan TUP
b. Pengadaan tanah melalui UP
c. Pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya

51
C. FORMAT DIPA

DIPA existing terdiri dari 5 halaman yaitu Surat Pengesahan (SP), Halaman I,
Halaman II, Halaman III, dan Halaman IV. Masing-masing halaman DIPA tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1. Surat Pengesahan DIPA (SP DIPA)

Halaman ini berisi informasi mengenai hal-hal yang disahkan dari DIPA. Surat
Pengesahan DIPA memuat informasi berikut :

a) Nomor SP DIPA
b) Peraturan yang menjadi dasar pengesahan DIPA
c) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
d) Pagu anggaran DIPA
e) Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan beserta jumlah pagu dananya masing-
masing
f) Rincian sumber dana DIPA
g) Kantor bayar beserta jumlah dananya
h) Pernyataan dari BUN bahwa penetapan dan perhitungan biaya serta
penggunaan dana dalam DIPA merupakan tanggung jawab Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
i) Informasi masa berlakunya DIPA
j) Tanda tangan Dirjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Perbendaharaan atas
nama menteri keuangan sebagai tanda pengesahan DIPA.

2. DIPA Halaman I (Umum)

Halaman ini diisi dengan informasi yang bersifat umum dan merupakan
rekapitulasi dari seluruh Satuan Kerja dalam satu Unit Organisasi dan satu
Propinsi.Halaman ini terdiri dari Halaman IA dan Halaman I B.

a. Halaman I A memuat informasi mengenai :


a. Nomor SP DIPA

52
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat
Penanda Tangan SPM
d. Fungsi, Sub Fungsi, Program beserta pagu dananya masing-masing
e. Sasaran Program
f. Sasaran/Keluaran Kegiatan beserta pagu dananya
g. Indikator Keluaran Sub Kegiatan beserta pagu dananya
h. Tanggal dan tempat penetapan Konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat
yang menetapkan konsep DIPA

b. Halaman I B memuat informasi mengenai :


1) Nomor SP DIPA
2) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi,
Propinsi dan Satker pemilik DIPA
3) Pagu Anggaran DIPA total beserta rinciannya menurut sumber dana.
4) Pagu pinjaman/hibah luar negeri dan satuan mata uangnya (dalam bentuk
valuta asing dan kurs dalam rupiah)
5) Rincian Pinjaman Hibah Luar Negeri yang meliputi :
1) Sumber PHLN : No NPLN, tahun, No Register
2) Pagu total PHLN dan jumlah pagu yang akan dilaksanakan tahun ini
3) Jumlah penarikan s.d tahun lalu dan jumlah penarikan yang akan
dilakukan tahun ini (dalam US$)
4) Cara penarikan beserta jumlah dana yang ditarik (dalam ribuan rupiah)
5) Jenis dana pendamping beserta nilainya dalam rupiah

3. DIPA Halaman II (Rincian Pengeluaran)

Halaman II berisi informasi untuk masing-masing Satuan Kerja, baik sasaran yang
hendak dicapai maupun alokasi dana pada masing-masing jenis belanja dan
kelompok Akun, baik untuk DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) maupun

53
DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN). Secara umum halaman II DIPA
memuat informasi berikut :

a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Informasi mengenai Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub
Kegiatan dan Kelompok Akun
d. Informasi Kewenangan (KP/KD/DK/TP/UB)
e. Pagu anggaran per jenis belanja (dalam rupiah)
f. Lokasi (kabupaten) dan KPPN Pembayar
g. Sumber dana/cara penarikan dan nomor register
h. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA.

Informasi pagu per jenis belanja dalam halaman II DIPA memiliki perbedaan untuk
tiap jenis DIPA, perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Jenis belanja DIPA Kementerian Negara/Lembaga terdiri dari : pegawai, barang,


modal, bantuan sosial dan lain-lain
b. Jenis belanja untuk DIPA subsidi dan belanja lain-lain terdiri dari : pegawai,
barang, modal, bantuan sosial dan lain-lain
c. Jenis belanja DIPA Belanja Daerah terdiri dari : Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil, Dana Otonomi Khusus, Dana Penyesuaian
d. Jenis belanja untuk DIPA Belanja Utang dan Hibah terdiri dari : Hibah, Bunga
Utang Dalam dan Luar Negeri serta Cicilan Pokok Utang dalam Negeri dan Luar
Negeri
e. Jenis belanja untuk DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman terdiri
dari : pembiayan dalam negeri, pembiayaan luar negeri, penerusan pinjaman
dan penyertaan modal negara

54
4. DIPA Halaman III (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan)

Halaman III merupakan rencana penarikan dana oleh masing-masing Satuan Kerja
sampai dengan jenis belanja serta rencana penerimaan perpajakan/bea dan cukai
dan PNBP yang menjadi tanggung jawab masing-masing satuan kerja. Informasi
yang terdapat dalam halaman III DIPA meliputi :

a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Rencana penarikan dana per bulan yang dirinci sampai dengan jenis belanja
untuk masing-masingkegiatan
d. Perkiraan penerimaan per bulan menurut jenis penerimaannya (PBNP, Pajak,
BLU)
e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA

5. DIPA Halaman IV (Catatan)

Halaman IV merupakan catatan yang harus diperhatikan oleh Satuan Kerja dalam
melaksanakan DIPA. Informasi yang tercantum dalam halaman IV DIPA meliputi :

a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Informasi mengenai belanja mengikat yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi,
program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun
d. Informasi mengenai dana yang diblokir yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi,
program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun.
Diberikan juga informasi keterangan pemblokiran
e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA

55
D. PROSES BISNIS

Bisnis proses manajemen DIPA existing terdiri dari 6 (enam) bisnis proses
utama yaitu penerbitaan SRAA, penelaahan dan pengesahan DIPA, pengesahan revisi
DIPA karena perubahan SAPSK, pengesahan revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK,
Penerbitan SKPA, dan pemberian dispensasi. Untuk memperjelas penggambaran
mengenai bisnis proses Manajemen DIPA, akan dijelaskan juga bisnis proses
penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP yang dilaksanakan oleh DJA.

1. Penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP

Secara umum proses penyusunan DIPA oleh Satker dan proses penelaahan DIPA
oleh DJPB didasarkan pada Perpres RABPP yang selama ini disusun oleh DJA.
Untuk memperjelas gambaran bisnis proses manajemen DIPA, dibawah ini akan
digambarkan proses penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP dan kaitannya dengan
bisnis proses manajemen DIPA.

Penyusunan RKAKL
DPR

Pembahasan Pembahasan Pengesahan oleh


RKA/KL RAPBN DPR

Himpunan RKAKL
DJA

Penyusunan Pagu Penelaahan Penyusunan Pagu Penyusunan


Sementara RKAKL Definitif Perpres RABPP

Perpres
RABPP
DJPB

RKAKL Hasil
Pagu RKAKL Pagu
Kesepakatan DPR Penelaahan DIPA
Sementara Definitif

Pembagian Pagu
Penyusunan Penyesuaian Penyesuaian Pagu Penyesuaian
Sementara per
RKAKL RKAKL Per Eselon I RKAKL
K/L

Eselon I

Pagu Per RKAKL Pagu Per RKAKL


Perpres
Eselon I Eselon I Eselon I Eselon I
RABPP
Eselon I K/L

Pembagian Pagu
Konsolidasi Penyesuaian Pagu Konsolidasi
Sementara per Konsep
KK RKAKL Per Satker KK RKAKL
Satker DIPA

KK RKAKL KK RKAKL
Pagu Per Pagu Per
Satker Satker
Penyusunan
Konsep DIPA
Satker

Penyusunan Update
KK RKAKL KK RKAKL

Data RKAKL Final

Berdasarkan PMK 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan


Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga Tahun

56
Anggaran 2011, bisnis proses penyusunan RKA-KL s.d Penerbitan Perpres RABPP
adalah sebagai berikut :

a. Setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara,


setiap K/L akan membreakdown pagu K/L menjadi pagu per eselon I dan
kemudian dibreakdown lebih lanjut oleh masing-masing Eselon I menjadi pagu
per Satker.
b. Berdasarkan pagu yang diterimanya, Satker menyusun kertas kerja (KK RKAKL)
dan menyampaikannya ke Eselon I. Eselon I kemudian mengkompilasi kertas
kerja dari satker dibawahnya dan menyampaikannya ke Biro Perencanaan K/L
c. Biro Perencanaan K/L menyusun RKAKL berdasarkan kompilasi KK RKAKL dari
masing-masing eselon I. RKAKL ini kemudian dibahas bersama komisi terkait di
DPR. RKAKL hasil pembahasan dengan DPR kemudian disampaikan ke DJA.
d. Biro Perencanaan K/L bersama DJA melakukan penelaahan RKAKL. Seluruh
RKA-KL hasil pembahasan atau yang telah disepakai oleh DPR kemudian
dihimpun menjadi Himpunan RKA-KL yang merupakan lampiran tak
terpisahkan dari Nota Keuangan dan RAPBN dan selanjutnya diajukan
Pemerintah kepada DPR untuk dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN
e. Kementerian Keuangan bersama K/L melakukan penyesuaian RKA-KL
sepanjang hasil pembahasan RAPBN antara Pemerintah dan DPR
menyebabkan adanya perubahan;
f. RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Peraturan Presiden
(Perpres) tentang Rincian ABPP. Rincian ABPP tersebut dirinci menurut
organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
g. Perpres tentang Rincian ABPP ini akan menjadi dasar bagi K/L untuk
menyusun konsep DIPA dan menjadi dasar bagi DJPB dalam proses
penelaahan DIPA.

57
2. Penerbitan SRAA (mulai Tahun Anggaran 2011 diganti dengan Daftar Nominatif
Anggaran)
SRAA disusun oleh Direktorat PA DJPB dan akan menjadi dasar dalam
penelaahan/pencocokan DIPA di Kanwil DJPB. Alur proses penerbitan SRAA dapat
dilihat pada gambar berikut :

PENERBITAN SRAA
UPSTREAM

A.1.
DJA

SAPSK
SRAA
Salah

B.2.1.1
Check B.2.1.2 B.2.1.3 B.2.1.4
Konsep Catatan Sesuai
HARD SAPSK Penyusunan Penelaahan YES Tanda tangan
SRAA Penelaahan SAPSK?
COPY Konsep SRAA SRAA SRAA
VS ADK
DIT. PA

Database
STREAM
DOWN

B.2.2

Setelah menerima Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK), Direktorat PA akan
mengklasifikasikan data SAPSK sesuai dengan tempat penelaahan dan pengesahan
DIPAnya. Untuk DIPA yang disahkan di Direktorat PA, data SAPSK bisa digunakan
langsung sebagai dasar penelaahan DIPA. Sedangkan untuk DIPA yang disahkan di
Kanwil DJPBN Direktorat PA harus terlebih dahulu menyusun Surat Rincian Alokasi
Anggaran (SRAA) yang akan menjadi dasar penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN

Konsep SRAA yang telah disusun akan ditelaah kesesuaiannya dengan SAPSK,
apabila telah sesuai maka akan ditandatangani dan disahkan menjadi SRAA.
Sebaliknya apabila data dalam Konsep SRAA belum sesuai dengan SAPSK maka
Konsep SRAA tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu dan kemudian ditelaah
ulang untuk mendapatkan pengesahan. Data dalam SRAA sebenarnya sama
dengan data dalam DIPA hanya saja data dalam SRAA telah diuraikan per Satker

58
per Propinsi. Data SRAA kemudian akan diinput ke dalam database dan dikirimkan
ke Kanwil DJPB sebagai bahan dalam penelaahan DIPA di daerah.

3. Penelaahan dan Pengesahan DIPA


Proses Penelaahan DIPA di Direktorat PA dan di Kanwil DJPB pada prinsipnya
sama, yang membedakan ialah penelaahan DIPA di Direktorat PA didasarkan pada
Perpres RABPP/SAPSK sedangkan penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN didasarkan
pada SRAA. Alur proses penelaahan dan pengesahan DIPA dapat dilihat pada
gambar berikut :

Penerbitan dan Pengesahan DIPA


UPSTREAM

DJA/Dit
M.SU
PA

B.1.1.4
Penyesuaian
SAPSK/SRAA Konsep DIPA Konsep DIPA Konsep
Salah DIPA

B.1.1.1.
B.1.1.4
Check B.1.1.2 B.1.1.3
HardCopy Konsep Konsep Ttd SP
DIT. PA/Kanwil DJPB

HARD Penelaahan Penilaian OK ?


SAPSK DIPA DIPA dan
COPY Konsep DIPA DIPA
DIPA
VS ADK
DIPA

Data Perpres

Data Data DIPA


Database
SAPSK Final
B.1.2
Data B.1.3
DIPA
STREAM

C D B.2
H
DOWN

Rincian Proses Penelaahan DIPA ialah sebagai berikut :

a. Satker menyampaikan konsep DIPA beserta ADK ke Direktorat PA/Kanwil DJPB


b. Petugas dari Direktorat PA/Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara
bersama-sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan
Satker. Penelaahan DIPA pada Direktorat PA didasarkan pada Perpres
RABPP/SAPSK sedangkan penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN didasakan pada
SRAA.

59
c. Penelaahan Konsep DIPA meliputi: penilaian kesesuaian dengan Perpres
RABPP/SRAA, kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme
APBN, kesesuaian dengan kaidah akuntansi pemerintahan, kesesuaian
rencana penarikan dana tiap bulan dan perkiraan penerimaan tiap bulan.
d. Apabila dalam proses penelaahan ditemukan adanya ketidaksesuaian maka
akan dilakukan perbaikan terhadap Konsep DIPA tersebut, dalam beberapa
hal perlu juga disampaikan dalam catatan penelaahan atau pemberian tanda
bintang (blokir).
e. Setelah proses penelaahan selesai, Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil
DJPB akan mengesahkan DIPA dengan menerbitkan Surat Pengesahan (SP)
DIPA.DIPA yang telah disahkan kemudian dikirimkan ke Satker dan pihak-
pihak terkait lainnya

4. Pengesahan Revisi DIPA karena Perubahan SAPSK

Revisi DIPA Perubahan SAPSK


UPSTREAM

A.3 M. SU M. SU
DJA

SAPSK Konsep
Pengembalian
Revisi DIPA Revisi
B.1.1. Konsep DIPA-R
DIT. PA/Kanwil DJPB

B.1.2.1
B.1.2.2 B.1.2.3 B.1.2.4
Check HardCopy Konsep/
Penelaahan Cek Sama Ttd SP
HARD Revisi Net
Konsep DIPA DIPA- SAPSK-R ? dan
COPY SAPSK DIPA Revisi
Revisi Revisi DIPA-R
VS ADK
DIPA-R

Data SAPSK
Revisi DIPA-R
Data + ADK
Data
DIPA SAPSK
Revisi
B.1.3
Data DIPA
Database
setelah REVISI
DOWNSTREAM

C D H

Satuan kerja mengajukan permohonan revisi DIPA kepada Dit PA/Kanwil sebagai
dasar pelaksanaan pengesahan revisi DIPA. Selanjutnya data hardcopy SAPSK
Revisi dari DJA akan dibandingkan dengan ADK SAPSK Revisi yang dikirimkannya,
kemudian data ADK akan diinput ke dalam database. Data hardcopy SAPSK Revisi

60
akan menjadi dasar dalam penelaahan Konsep DIPA Revisi yang diajukan Satker.
Apabila Konsep DIPA revisi sudah sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka Dit
PA/Kanwil DJPB akan memberikan persetujuan revisi DIPA. Sebaliknya apabila
konsep DIPA Revisi tidak sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka konsep DIPA
yang diajukan Satker akan dikembalikan untuk diperbaiki.

Batas waktu pengesahan revisi DIPA paling lama 5 (lima) hari kerja setelah usulan
pengesahan revisi DIPA serta data pendukungnya diterima secara lengkap. Data
DIPA Revisi kemudian diinput kembali ke database untuk update data, selain itu
data tersebut juga akan dikirimkan ke payment management, comitment
management dan reporting untuk update data di masing-masing modul tersebut.

5. Pengesahan Revisi DIPA tanpa Perubahan SAPSK

Revisi DIPA Permohonan Satker – Dit. PA


UPSTREAM

M. SU M. SU

Permohonan
Surat
Revisi + ADK
B.1.1. Penolakan
DIT. PA/Kanwil DJPB

B.1.2.2 B.1.2.3
B.1.2.1 Konsep/
Cek Sesuai Ttd
Penilaian Net
Surat Ketentuan ? Surat
Revisi Surat Revisi
Data Revisi Revisi Surat
DIPA Pengesahan
Revisi
Data DIPA
Database
Dan Realisasi

Data DIPA Revisi

B.1.3
Surat Revisi
Dan ADK
DOWNSTREAM

C D H

Saker mengirimkan permohonan revisi DIPA beserta ADKnya. Permohonan revisi


tersebut kemudian akan diteliti oleh Dit PA/Kanwil DJPB dengan memperhatikan
data DIPA dan realisasi anggarannya untuk menjamin bahwa revisi tersebut sesuai
dengan pagu dana yang masih tersedia dan menghindari adanya pagu minus.
Apabila permohonan revisi telah sesuai dengan segala peraturan yang ada maka
Dit PA/Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengesahan revisi dan kemudian
61
menginput data DIPA revisi ke database serta mengirimkan data revisi DIPA ke
comitment management, payment management dan reporting untuk update data
di masing-masing modul tersebut.

6. PersetujuanPenerbitan SKPA

Penerbitan SKPA ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam


pelaksanaan pembayaran antar wilayah. Mekanisme penerbitan SKPA dapat
dilihat dalam gambar berikut :

Pengesahan SKPA
UPSTREAM

B.1.1
SU SU
B.2.2

Permohonan
Pengesahan Pengembalian
SKPA SKPA

B.2.5.1 B.2.5.3
D B.2.5.2
Penilaian SKPA OK ? Ttd
Data Cek
Permohonan SKPA
DIPA
KPPN

Data
Realisasi
DIPA

SKPA
Sudah
DIsahkan
Data DIPA
Database D

Update Data
Pagu DIPA
DOWNSTREAM

KPA Asal (pemberi) mengirimkan 10 dokumen SKPA ke KPPN Asal. KPPN Asal akan
melakukan penelitian terhadap permohonan SKPA dengan memperhatikan
kesesuaiannya dengan peraturan dan ketersediaan pagu DIPAnya. SKPA yang telah
disahkan oleh KPPN Aasal akan dijadikan pertinggal (1 buah), dikirimkan ke KPA
Asal (5 buah), Kanwil Asal (1 buah), Kanwil Penerima (1 buah), KPPN Penerima (1
buah) dan APK (1 buah). Pengiriman SKPA ke Kanwil, APK dan KPPN dimaksudkan
untuk update data DIPA.

62
7. PemberianDispensasi

Dalam pelaksanaan anggaran seringkali ditemui kondisi-kondisi yang memerlukan


adanya pemberian dispensasi bagi Satker. Pemberian dispensasi bagi Satker dapat
diuraiakan sebagai berikut :

a. Pemberian dispensasi di Direktorat PA, terdiri dari dispensasi pemberian UP di


atas Rp 200.000.000, pengadaan tanah melalui UP, dispensasi penerbitan SKPA
b. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN, terdiri dari penambahan TUP,
pengadaan tanah melalui UP, pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun
sebelumnya

Mekanisme pemberian dispensasi untuk semuda model dispensasi tersebut pada


dasarnya sama, yang membedakan hanyalah tempat pemberian dispensasi dan
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan dispensasi. Proses pemberian
dispensasi baik di Direktorat PA maupun di Kanwil DJPB dapat dilihat pada gambar
berikut :

Persetujuan Dispensasi
UPSTREAM

SU SU

Prmhnan
Pengembalian
Dispensasi
Surat

B.1.1.
B.1.2.
B.1.3.1 Konsep/
DIT. PA/Kanwil DJPB

B.1.3.3
Penilaian Net Surat B.1.3.2
OK ? Ttd
Permohonan Persetujuan / Cek
Surat
Dispensasi Penolakan

Data
DIPA
Data
Surat
DIPA

Database
DOWNSTREAM

Persetujuan perubahan besaran UP dapat diberikan berdasarkan permohonan


yang diajukan K/L. Pemberian perubahan UP harus sangat selektif dan sesuai
dengan kebutuhan, karena pemberian UP yang terlalu besar tidak sejalan dengan
prinsip pengelolaan kas yang baik.

63
Pada dasarnya seluruh pembayaran harus dilakukan dengan mekanisme LS dengan
tujuan mengurangiidle cash pada bendahara pengeluaran. Proses pengkajian
kelayakan meliputi penilaian urgensi dan jumlah permohonan perubahan besaran
UP. Dasar penilaian dapat menggunakan pertanggungjawaban UP/TUP
sebelumnya.

Penerbitan dispensasi pembayaran melalui mekanisme UP masih dilaksanakan


karena satker mengalami kesulitan apabila pelaksanaan kegiatan dilokasi tertentu
yang tidak memungkinkan menggunakan LS misalnya pembelian bahan bakar di
luar SPBU khususnya di daerah terpencil.

Dalam pelaksanaan anggaran seringkali ditemui kondisi-kondisi yang


memerlukan adanya pemberian dispensasi bagi Satker. Pemberian dispensasi bagi
Satker dapat diuraiakan sebagai berikut :
a. Pemberian dispensasi di Direktorat PA
- Dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000 (PER-66/PB/2005)
- Pengadaan tanah melalui UP (PER-66/PB/2005)
- Dispensasi penerbitan SKPA (PER-07/PB/2005)
b. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN (PER-66/PB/2005)
- Penambahan TUP
- Pengadaan tanah melalui UP
- Pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya

E. EXCEPTION DALAM MANAJEMEN DIPA

1. DIPA BLU

Dalam perdirjen 57/PB/2008 tentang format DIPA BLU disebutkan bahwa alur
proses DIPA BLU secara umum tetap mengikuti ketentuan penyusunan DIPA yang
digunakan satuan kerja Kementerian/Lembaga lainnya terutama pada kegiatan
yang dananya bersumber dari rupiah murni APBN, Pinjaman/Hibah dan PNBP.

Perlakuan terhadap PNBP BLU yang dapat digunakan langsung untuk memberikan
pelayanan pada masyarakat membutuhkan adanya format DIPA yang memiliki

64
karakteristik khusus.Karakteristik khusus yang dimiliki DIPA BLU yaitu
pencantuman persentase ambang batas, saldo awal kas, dan saldo akhir kas pada
halaman SP DIPA serta pencantuman pagu pembiayaan pada halaman II.B.
Karakteristik khusus yang lain yaitu diwajibkannya Satker melampirkan dokumen
Rencana Bisnis dan Anggaran dalam proses penyusunan DIPA BLU (UU No 1 Tahun
2004 Pasal 14 ayat 4).

Ambang batas berisi informasi jumlah anggaran (persentase) yang boleh


dikeluarkan melebihi pagu yang telah ditetapkan tanpa harus merevisi DIPA
terlebih dahulu sepanjang tercantum dalam RBA dan PNBP nya telah melebihi
target.

Saldo awal kas merupakan saldo kas yang bersumber dari surplus anggaran tahun
sebelumnya dan saldo anggaran bersih BLU tahun sebelumnya yang dicarry over
pada tahun berjalan. Saldo akhir kas adalah surplus dan pembiayaan netto akhir
tahun berjalan.

Pencantuman pagu pembiayaan mengisyaratkan bahwa Satker BLU diperbolehkan


untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam kegiatan
usahanya. Pengeluaran pembiayaan dimungkinkan dalam hal Satker BLU akan
melakukan investasi, pembayaran pokok pinjaman, dan pemberian pinjaman.
Sebaliknya penerimaan pembiayaan dimungkinkan dalah hal Satker BLU akan
melakukan divestasi, menerima pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.

2. DIPA Belanja Daerah

DIPA Belanja Daerah memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan DIPA
pada umumnya. Perbedaan tersebut meliputi :

a. Data sumber untuk penyusunan dan penelaahan DIPA Belanja Daerah tidak
berasal dari DJA.

DIPA pada umumnya disusun oleh Satker dan ditelaah oleh DJPB berdasarkan
Perpres RABPP yang diterbitkan oleh DJA. Akan tetapi, berbeda dengan DIPA pada
umumnya, DIPA Belanja Daerah disusun oleh Satker (DJPK) dan ditelaah oleh DJPB

65
berdasarkan Perpres/PMK yang diterbitkan oleh DJPK, hal ini sesuai dengan pasal
5 ayat (2) PMK 126/PMK.07/2010.

Dengan demikian, DJPK memiliki tiga peran sekaligus dalam proses pengelolaan
keuangan negara, yaitu sebagai unit perencana, unit pelaksana sekaligus sebagai
unit penanggung jawab Belanja Transfer ke Daerah. Proses bisnis penyusunan
DIPA Belanja Daerah dapat digambarkan sebagai berikut :

Penerbitan DIPA Transfer ke Daerah


UPSTREAM

M. DJPK M. DJPK M. DJPK

Perpres DAU /
Konsep DIPA Pengembalian
PMK TKD
Konsep DIPA

B.1.1.1 B.1.1.5
B.1.1.3 B.1.1.4 Sesuai
Check Hard copy Konsep/ Ttd SP
Penelaahan Cek Perpres /
HARD Perpres / PMK Net DIPA dan
DIT. PA

Konsep DIPA DIPA PMK ?


COPY DIPA

DIPA
Transfer ke Daerah
DOWNSTREAM

b. Penyusunan DIPA Belanja Daerah belum menggunakan aplikasi DIPA

Penyusunan DIPA Belanja Daerah sampai saat ini masih dilakukan secara manual
menggunakan Microsoft Excel, belum bisa menggunakan aplikasi DIPA.Hal ini
dikarenakan belum ada interface data antara aplikasi DIPA dengan aplikasi di DJPK.

F. PERMASALAHAN TERKAIT MANAJEMEN DIPA EXISTING

Pada dasarnya best practise yang ada secara garis besar sudah sesuai dengan
SOP dalam manajemen DIPA saat ini. Kesesuaian tersebut secara langsung disebabkan
oleh adopsi terhadap best practise yang ada dengan paket Undang-Undang Keuangan
Negara serta petunjuk pelaksanaan lainya yang berkaitan dengan Management of

66
Spending Authority. Adapun berbagai permasalahan yang timbul dalam manajemen
DIPA eksisting antara lain :

1. Fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran


2. Pelaksanaan penarikan dana dan mekanisme penyesuaian
3. Perbedaan pagu dana antara appropriation (APBN) dan allotment (DIPA)
4. Komponen anggaran dalam APBN belum terdokumentasi seluruhnya dalam
DIPA (Penerimaan Pembiayaan)
5. DIPA belum optimal sebagai dokumen perencanaan penerimaan
6. Database terpisah
7. Format dan mekanisme penyusunan DIPA yang beragam

Penjelasan permasalahan sebagai berikut :

1. Fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran.

Fleksibilitas yang kurang pada dasarnya karena alokasi anggaran yang dibahas
dalam RKA-KL antara DPR, DJA dan K/L dan dalam dokumen DIPA tercantum
empat digit yaitu kelompok akun. Apabila dalam pelaksanaan memerlukan
pergeseran dana sehingga kelompok akun dalam DIPA berubah harus mendapat
pengesahan terlebih dahulu dari Ditjen Perbendaharaan.

2. Pelaksanaan pencairan dana dan mekanisme penyesuaian

Paket UU Keuangan Negara Tahun 2003 dan UU Perbendaharaan Negara Tahun


2004 menjadi dasar penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran. Namun sampai
tahun 2006 dokumen pada halaman III DIPA belum mencerminkan rencana
penarikan dana yang baik dan masih menggunakan pola bagi rata setiap bulan
dalam rencana yang disusun oleh satuan kerja. Diterbitkannya peraturan tentang
perencanaan kas yang dituangkan pada UU No 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara dan SE-02/PB/2006 tentang Penyampaian Penerimaan dan
Pengeluaran Kas Satker Pusat maupun Daerah menjadi dasar bagi perencanaan
penarikan dan penerimaan dana satuan kerja.

Rencana penarikan dana pada halaman III DIPA menjadi perikatan antara menkeu
(selaku CFO) dan menteri teknis (selaku COO), sehingga perubahan yang
berhubungan dengan hal tersebut harus diketahui kedua belah pihak yang terikat.

67
Proses update rencana penarikan dana yang merubah halaman III DIPA dilakukan
oleh satker dan disampaikan kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan
per triwulan.

3. Perbedaan pagu dana appropriation (APBN) dan allotment (DIPA)

Setelah UU APBN disahkan dengan jumlah anggaran belanja, pendapatan dan


kalau dimungkinkan pembiayaan maka akan masuk dalam jurnal appropriation.
Namun jumlah anggaran tersebut sampai saat ini belum seluruhnya diterbitkan
DIPAnya khususnya anggaran pembiayaan pada awal tahun sehingga terjadi
perbedaan pagu antara appropriasi dan allotment (DIPA). Sebagaimana diketahui
DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran sebagai penjabaran dari UU
APBN sehingga pagu anggaran yang tercantum dalam APBN semestinya
ditampung dalam DIPA.

Selama ini DIPA yang diterbitkan pada awal tahun lebih banyak untuk anggaran
belanja dan pendapatan, sedangkan DIPA anggaran pembiayaan yang
ditatausahakan oleh BUN umumnya diterbitkan setelah UU APBN disahkan bahkan
sampai mendekati akhir tahun. Hal ini mengakibatkan perbedaan pagu antara
APBN dan DIPA tidak dapat diselesaikan dalam waktu dekat yaitu pagu APBN lebih
besar dari pagu di dalam DIPA.

4. Komponen anggaran dalam APBN belum terdokumentasi seluruhnya dalam DIPA


(Penerimaan Pembiayaan)

Untuk memenuhi kebutuhan belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah,


diperlukan sumber-sumber pendapatan negara dan pembiayaan anggaran.
Anggaran pembiayaan defisit merupakan sumber pendanaan apabila dalam
perhitungan APBN terjadi ketidakseimbangan dan digunakan untuk menutup
kekurangan anggaran belanja. Pembiayaan terdiri dari dua yaitu dalam negeri dan
luar negeri dan perencanaan serta penatausahaan anggaran pembiayaan
merupakan salah satu tugas Menteri Keuangan dalam pelaksanaan kebijakan fiskal
yang dilakukan pada saat menyusun rancangan APBN.

68
Kesenjangan APBN dan DIPA
Komponen APBN Anggaran dalam DIPA
 Pendapatan Negara dan Tidak sama Pendapatan Negara dan
Hibah Hibah
 Belanja Negara (Belanja Pmth  Belanja Negara (Belanja Pmth
Pusat dan Transfer ke Pusat dan Transfer ke
Daerah) Daerah)
 Anggaran Pembiayaan Tidak sama Anggaran Pembiayaan
(Penerimaan dan (Penerimaan)
Pengeluaran)

Selama ini anggaran pembiayaan khususnya dari sisi penerimaan belum


dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran sehingga terjadi kesulitan
untuk mengetahui dengan jelas kapan dan berapa besar rencana penerimaan
pembiayaan baik dari pembiayaan dalam negeri maupun luar negeri apabila dilihat
pada dokumen pelaksanaan anggaran.Pada waktu mendatang diharapkan semua
anggaran yaitu belanja, pendapatan dan pembiayaan yang tercantum pada UU
APBN ditatausahakan dalam suatu dokumen pelaksanaan anggaran.Untuk
melaksanakan hal tersebut perlu integrasi dalam penyusunan dokumen
pelaksanaan anggaran khususnya pada anggaran pembiayaan.Integrasi dimaksud
meliputi bagaimana BUN melaksanakan penatausahaan dan pendelegasian
wewenang (KPA) di lingkungan BUN dalam penyusunan DIPA BUN.

5. DIPA belum optimal sebagai dokumen perencanaan penerimaan

Sebagai bagian dari komponen anggaran dalam APBN maka pendapatan menjadi
bagian yang sangat penting dalam pengelolaan manajemen kas. Apabila informasi
yang terdapat dalam DIPA dapat digunakan bukan hanya sebagai informasi namun
lebih berdaya guna maka pendapatan harus ditatausakan dengan baik dalam DIPA.

Selama ini perkiraan penerimaan dalam halaman III DIPA belum dioptimalkan
dalam pengertian belum digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
manajemen kas.Salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah belum
dilaksanakannya mekanisme updating pada halaman III tentang perkiraan
penerimaan.Hal lainnya adalah belum dikaitkannya penerimaan dengan tupoksi
69
dari satker.Terlebih jika dikaitkan dengan konsep PBB maka keterkaitan antara
penerimaan dengan kegiatan satker perlu dicantumkan dalam DIPA.Selama ini
pada Halaman III DIPA perkiraan penerimaan tidak mengacu pada suatu fungsi,
program dan kegiatan tertentu sehingga informasi yang dicantumkan dalam DIPA
belum dapat digunakan dengan optimal.

6. Database yang digunakan dari proses perencanaan anggaran sampai dengan


pelaksanaan dan pelaporan masih terpisah yang menyebabkan antar pengelola
data tidak dapat menyajikan informasi yang menyeluruh. Setiap pengelola data
base di masing-masing unit apabila membutuhkan informasi dari database lainnya
harus melakukan interface secara manual antara lain dengan menggunakan media
penyimpanan.

Terpisahnya database ini mengakibatkan terjadinya perbedaan data karena


perubahan yang dilakukan disuatu database tidak diupdate secara otomatis oleh
pengelola database yang lain. Akibat dari tersegmentasinya database ini adalah
diperlukannya proses pencocokan data yang antara lain dilakukan dengan
rekonsiliasi. Permasalahan selanjutnya adalah jumlah data yang direkon antara
satu database dengan lainnya jumlahnya cukup besar sehingga memerlukan
menyita waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.

7. Perbedaan mekanisme dan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran


khususnya antara DIPA K/L dan DIPA BUN saat ini terjadi sehingga menyebabkan
kurang efisien. Apabila mekanisme proses penyusuna DIPA dapat sama maka tidak
perlu dibuat aplikasi tersendiri untuk masing-masing bagian anggaran. Masalah
lainnya terkait dengan akuntansi dan pelaporan karena masih ada DIPA yang
menggunakan konsep simplifikasi. DIPA untuk kebutuhan tertentu masih
menggunakan satu akun untuk beberapa transaksi belanja apalagi jika digunakan
untuk membentuk suatu aset.

Mekanisme belanja yang berasal dari penerimaan PNBP satker BLU juga memiliki
karakteristik yang berbeda dengan mekanisme belanja bagi satker biasa.
Perbedaan tersebut perlu diantisipasi dalam sistem SPAN yang akan dibangun
karena dalam aplikasi SPAN proses pengembangannya sedapat mungkin tidak
berbeda jauh antara berbagai proses mekanisme yang dilaksanakan.
70
Hal lainnya adalah masih adanya perbedaan mekanisme penganggaran yang
dimulai dari penyusunan kertas kerja RKAKL dan dilanjutkan dengan DIPA
khususnya untuk DIPA transfer ke daerah. Sampai saat ini proses bisnis yang
dilakukan dalam penyusunan dokumen anggaran untuk transfer dilaksanakan oleh
DJPK dan penggunaan aplikasi yang berbeda dengan DIPA K/L lainnya. Aplikasi
yang tidak terintegrasi ini akan menyulitkan proses selanjutnya jika diperlukan
laporan realisasi transfer untuk suatu daerah tertentu karena data hanya dapat
dilihat pada institusi yang menanganinya.

71
BAB IV
MANAJEMEN DIPA FUTURE

Komitmen dalam penyempurnaan pengelolaan keuangan negara telah


dikukuhkan sejak disusunnya paket Undang-undang Keuangan Negara.
Penyempurnaan dari sisi pelaksanaan anggaran dilakukan secara bertahap dimulai dari
pelaksanaan unified budget (penyatuan anggaran rutin dan pembangunan dalam satu
dokumen yaitu DIPA) yang diikuti dengan pelaksanaan DIPA dimulai dari 1 Januari
hingga 31 Desember, fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran, pendelegasian
kewenangan dalam pembinaan pengelolaan keuangan negara, hingga perubahan
paradigma pelaksanaan anggaran yang memberikan keleluasaan satker selaku manajer
untuk memanajemen anggaran dalam lingkup kewenangannya.

A. VISI MISI

Visi merupakan hal yang penting untuk mencapai misi dalam perwujudan
implementasi tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola perbendaharaan negara
yang profesional.Diharapkan dengan adanya visi sebagai pengelola manajemen
pelaksanaan anggaran yang profesional dan dapat diandalkan dalam mengatasi
tantangan perubahan aspek pengelolaan keuangan negara. Lahirnya paket undang-
undang di bidang keuangan negara No. 17 Tahun 2003 dan No. 1 Tahun 2004
memberikan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan di Indonesia. Kementerian
keuangan yang sebelumnya menjalankan fungsi financial administration dan financial
management sekaligus saat ini dititikberatkan pada pelaksanaan fungsi financial
management, sementara fungsi financial administration diberikan sepenuhnya kepada
kementerian teknis.

Dengan misi untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan anggaran yang


simpel dan dapat mengakomodasi kepentingan Kementerian/Lembaga serta
menyediakan mekanisme penyediaan dana yang efektif dan efisien diharapkan DJPB
menjadi institusi yang dapat meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan negara
sehingga dapat disejajarkan dengan negara lain di bidang perbendaharaan negara.
72
Tantangan ke depan dalam bidang penganggaran adalah bagaimana pengelolaan
keuangan negara didasarkan pada penganggaran berbasis kinerja. Hal itu bertujuan
agar akuntabilitas dalam penggunaan dana dapat secara langsung diketahui dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Penerapan penganggaran berbasis kinerja mendorong
Kementerian/Lembaga untuk menciptakan kegiatan yang lebih produktif, terarah dan
efisien. DJPB bertugas untuk menciptakan ketersediaan dana yang diperlukan oleh
pengguna anggaran secara efektif dan efisien. Rencana penggunaan dana menjadi hal
yang penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Revitaliasi rencana penggunaan dana pada dokumen pelaksanaan
anggaran menjadi sorotan utama ke depan bagi peningkatan efektifitas pelaksanaan
kegiatan masing-masing penggunaan anggaran.

Tanggungjawab pelaksanaan kegiatan di masing-masing kementerian/


lembaga akan semakin meningkat sehingga KPA akan semakin fleksibel dalam
mengatur pengelolaan kegiatan yang dilaksanakan. Agar maksud tersebut dapat
dicapai salah satu hal yang dapat digunakan adalah penyederhanaan format dokumen
Perpres Rincian APBN yang semula dirinci dalam enam digit rencananya akan dikurangi
menjadi dua digit. Pengurangan digit ini akan membuat K/L semakin mudah
penyusunan anggaran dan pelaksanaannya antara lain pergeseran akun untuk
mencapai suatu output tertentu dengan tetap memperhatikan kewenangan yang
dimiliki. Pelaksanaan kegiatan yang semakin fleksibel dalam melakukan pergeseran
dana akan memungkinkan waktu pelaksanaan pencairan dana juga berubah.
Penganggaran berbasis kinerja (performance base budgeting) diterapkan untuk
mengetahui sejauh mana kinerja masing-masing K/L dalam pencapaian output dengan
sejumlah dana yang telah ditetapkan. Dalam penganggaran berbasis kinerja ini akan
dilihat perkembangan pelaksanaan anggaran dari satu periode ke periode lainnya.

Penggunaan dua digit dalam dokumen anggaran berarti bahwa yang


digunakan sebagai acuan bagi MoF untuk penelaahan atau pembahasan hanya jenis
belanja.Apabila terjadi perubahan jenis belanja maka harus disetujui terlebih dahulu
oleh legislatif.Disamping perubahan format digit yang merupakan landasan bagi
rencana kegiatan, RKAKL juga mengakomodasi kepentingan bagi pelaksanaan anggaran
yang menjadi tanggung jawab DJPB. Perubahan dimaksud dengan menambah jumlah

73
halaman RKAKL menjadi lima halaman yaitu tambahan halaman IV dan V menjadi
bagian tugas yang akan dilaksanakan oleh DJPB meliputi rencana penarikan dana dan
batas pencairan dana serta catatan yang diperlukan. Pencantuman halaman tambahan
ini bertujuan agar dari awal proses perencanaan K/L sudah dapat menganalisis
kebutuhan dana untuk pelaksanaan kegiatan pada suatu periode tertentu namun hal
ini jika dikaitkan dengan fleksibilitas yang diberikan kepada K/L akan menjadi kendala
karena dapat terjadi pergeseran dana menyebabkan perubahan waktu pelaksanaan
kegiatan.

Pelaksanaan anggaran memerlukan suatu koridor/dasar pijakan yaitu


manajemen DIPA (Management of Spending Authority). Manajemen DIPA dilakukan
mulai dari diterimanya data dan dokumen hasil pembahasan dari Direktorat Jenderal
Anggaran bersama Kementerian Negara /Lembaga (K/L) hingga dana DIPA dapat
ditarik oleh K/L yang bersangkutan. Berkaitan dengan beberapa permasalahan dalam
manajemen DIPA saat ini seperti yang tertulis pada bab sebelumnya, maka disusunlah
berbagai proses untuk menyempurnakan pengelolaan keuangan negara, sampai
dengan pengembangan sistem pengelolaan keuangan negara yang terintegrasi yang
saat sedang dilaksanakan. Integrasi yang dimaksudkan adalah dari sisi database dan
konektivitas subsistem yang satu dengan yang lain ataupun dengan sistem lain
berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara. Sistem tersebut adalah SPAN yang
diharapkan akan dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan untuk perbaikan dalam
pengelolaan keuangan di masa mendatang.

B. FITUR ORACLE (ERP SPAN) DALAM MANAJEMEN DIPA


1. Penyusunan Annual Financial Plan (Rencana Penarikan Dana)
a. Konsep Penyusunan AFP dengan Alternatif Pertama
Untuk alternatif pertama dalam penyusunan AFP ini memiliki dua karakteristik
yaitu :

1) Bersifat mengikat dan sebagai batas pengeluaran memiliki ciri :

- Baik untuk manajemen kas karena treasury dapat menggunakan informasi yang
ada untuk melakukan penyediaan dana dengan tepat atau minimal tidak terlalu
banyak dana yang disimpan untuk jaga-jaga.
74
- Namun demikian bagi satker hal tersebut akan menambah proses bisnis baru
yaitu updating rencana penarikan dana setiap bulan karena AFP yang
dituangkan dalam Halaman III DIPA menjadi batas pengeluaran setiap bulan.
Apabila pengeluaran melebihi yang direncanakan dapat dilakukan dengan
merubah rencana pengeluaran pada bulan berikutnya sedangkan pada bulan
berjalan apabila terjadi kelebihan pengeluaran tidak dapat diajukan
penambahan dana yang dicairkan (sesuai dengan Permenkeu 192 Tahun 2009).

2) Perencanaan kas jangka panjang memiliki ciri :

- Tidak berlaku sebagai batas tertinggi sehingga apabila terdapat kebutuhan dana
untuk kegiatan yang dilakukan dengan ikatan dengan pihak ketiga atau kegiatan
non kontraktual yang lebih besar dari Halaman III akan dilakukan penyesuaian
data kebutuhan tersebut. Perencanaan kas jangka panjang menjadi lebih
fleksibel dalam pelaksanaannya dari sisi satker namun menyebabkan treasury
harus menyediakan dana yang cukup besar untuk jaga-jaga apabila terjadi
permintaan dana yang melebihi rencana.
- Untuk mengurangi resiko dana yang menganggur terlalu besar maka diperlukan
mekanisme penelaahan Halaman III DIPA yang seakurat mungkin dan proses
updating yang terintegrasi terkait pengeluaran yang melebihi rencana dari
satker. Dalam mendukung hal tersebut dibutuhkan aplikasi yang terhubung dan
terkoneksi antara baik komitmen maupun pengeluaran lain dan spending
authority di satker.

Hal-hal yang melatarbelakangi alternatif mekanisme manajemen kas jangka


panjang yaitu adanya konsep terkait AFP itu sendiri yang dijelaskan bahwa setelah
pagu dana diterima dari MoF maka satuan kerja menyusun rencana penggunaan
dana sesuai dengan kewenangannya. Dikaitkan dengan landasan hukum
berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3) dinyatakan antara lain bahwa
dalam dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan rencana penarikan dana tiap-tiap
satuan kerja dan Pasal 7 ayat (2F) yang menyatakan bahwa Bendahara Umum
Negara berwenang mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan anggaran negara. AFP yang termuat dalam DIPA bukanlah sesuatu
yang bersifat permanen (perencanaan kas jangka panjang). Ketika satker

75
melakukan suatu rencana pengeluaran khususnya terkait komitmen, rencana
pembayaran atas komitmen tersebut bisa mengakibatkan perubahan AFP. Setiap
perubahan AFP harus didaftarkan oleh satuan kerja ke dalam sistem. Sistem akan
secara otomatis mencek AFP/revisi AFP dengan ketersediaan pagu DIPA.

Perubahan rencana penarikan dana (AFP) dilaksanakan atas perubahan data


POK/revisi POK satker, sehingga DJPB dapat memperkirakan kebutuhan dana yang
harus disediakan di kas negara. Terkait dengan AFP, tidak ada kewenangan kantor
pusat DJPB untuk menolak usulan perubahan AFP satuan kerja. Karena
berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 3 ayat (7) tentang Perbendaharaan
Negara, keterlambatan pembayaran dapat mengakibatkan denda/bunga. Dengan
demikian menjadi tugas DJPB untuk mencari tambahan dana untuk disesuaikan
dengan AFP satuan kerja.

b. Konsep Penyusunan AFP dengan Alternatif kedua

Penyusunan AFP untuk alternatif kedua ini memiliki beberapa karakteristik yaitu:

1) Pengecekan encumbrance terhadap ketersediaan pagu dilakukan terhadap saldo


pagu DIPA secara kumulatif satu tahun (tidak periodik/ bulanan);
2) Data komitmen dan realisasi terintegrasi dengan AFP, dimana AFP tidak
digunakan untuk mengontrol data komitmen (payment schedule) dan data
realisasi. Tidak dilakukan pengujian AFP pada saat approval SP2D
3) Sisa AFP maupun sisa encumbrance yang tidak direalisasi sampai akhir bulan
akan terbawa ke bulan berikutnya.
Penyesuaian terhadap kedua alternative tersebut dapat dilakukan dengan
mengatur kontrol anggaran (budgetary control) pada AFP. Untuk alternatif
pertama maka pengaturan budgetary control dilakukan secara period to date
(PTD) sehingga pagu anggaran perbulan tidak dapat dilampaui. Sehingga system
Oracle akan melakukan pengecekan ketersediaan pagu perbulan. Sedangkan
untuk alternative kedua maka pengaturan pada budgetary control dilakukan
year to date, pada pengaturan ini AFP tidak dijadikan mengikat perbulan, namun
pertahun.

76
2. Penerapan Cash Limit

Dalam dokumen bidding SPAN terdapat suatu mekanisme yang disebut cash limits
yaitu treasury menggunakan kewenangan untuk mengatur dana yang dapat
dicairkan oleh satuan kerja. Penerapan cash limits berdasarkan kondisi yang tidak
seimbang antara realisasi penerimaan dan rencana penarikan dana. Cash limits
merupakan suatu fasilitas bagi treasury untuk menerbitkan pembatasan pencairan
secara periodik baik bulanan/triwulanan maupun kebutuhan treasury yang
bersifat khusus (ada perintah dari eksekutif). Kasus cash limits di Indonesia
penerapannya ke depan ditekankan hanya pada saat kekurangan kas pada waktu
tertentu sehingga dimungkinkan apabila kondisi kas sudah pulih dapat dilakukan
pencairan sesuai dengan perencanaan semula. Pembatasan kas (cash limits) akan
membentuk dasar bagi pengawasan pelaksanaan anggaran yang akan digunakan
sedangkan AFP akan membentuk dasar bagi perencanaan penarikan dana pada
tingkat satuan kerja.

Apabila cash limit diterapkan di Indonesia maka institusi lingkup DJPB yang akan
memberikan data kas adalah Dit PKN. Data yang terekam dalam data base yang
sudah terintegrasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
melaksanakan cash forecasting bagi Direktorat PKN dan sesuai dengan bidding
document SPAN bahwa apabila terjadi ketidakseimbangan antara realisasi
penerimaan dan rencana penarikan dana maka diberlakukan cash limit.

Direktorat PKN sebagai owner pengelolaan kas melakukan analisa terhadap


kebutuhan kas satuan kerja kemudian diteliti apakah dana pemerintah yang
tersedia sesuai dengan kebutuhan satuan kerja. Apabila dana yang dapat
disediakan oleh pemerintah lebih sedikit berdasarkan perkiraan penerimaan
dikurangi dengan rencana penarikan dana maka untuk mengatasi hal tersebut
akan diberlakukan cash limit. Data cash limit akan dimasukkan dalam database
dan akan digunakan oleh KPPN sebagai dasar pencairan dana satuan kerja.
Kewenangan satker dalam pelaksanaan anggaran belanja terikat oleh cash limit.
Penerapan cash limit dapat dilihat pada UU No.1 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (2c)
bahwa Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara berwenang
mengendalikan pelaksanaan anggaran.

77
Namun demikian, usulan penerapan cash limit sebaiknya tidak dikenakan pada
kegiatan yang sudah dilakukan pembuatan komitmennya dengan pihak ketiga
karena akan berakibat pengenaan denda pada pemerintah. Cash limit dapat
dikenakan pada kegiatan yang belum memiliki ikatan serta kepastian jadwal
pelaksanaan sehingga merupakan kegiatan yang belum didaftarkan komitmennya
oleh satker ke dalam sistem antara lain kegiatan perjalanan dinas, honor dan
sebagainya. Apabila terjadi AFP tidak sama dengan cash limit, maka sistem akan
mengabaikan AFP dan menerapkan cash limit. Sistem yang akan digunakan juga
menyediakan interface dengan modul lain dalam pelaksanaan cash limit.

Pengaturan dana (kas) yang dapat digunakan oleh K/L dalam pengertian yang
sedikit berbeda yaitu warrant allocation yang diberikan oleh treasury kepada line
ministries baru kemudian dibagikan oleh line ministries kepada unit di bawahnya
dengan mengeluarkan sub warrant. Penerbitan warrant juga berdasarkan
pertimbangan ketersediaan kas pemerintah yang tidak sesuai dengan rencana
permintaan dana dari satuan kerja (cash shortage).

Sistem aplikasi dalam SPAN yang digunakan yaitu menggunakan Oracle secara
standar tidak dapat mengatur jumlah kas yang dapat digunakan oleh satker.
Dengan demikian maka pelaksanaan cash limits hanya dapat dilakukan melalui
modul MoSA menggunakan pembatasan pada pagu dana satker yang dapat
digunakan. Pagu dana pada periode tertentu (bulanan) akan dibatasi untuk jumlah
tertentu dan jenis pengeluaran tertentu yang tercantum pada Halaman III DIPA.
Informasi cash shortage dari Dit PKN akan digunakan bagi DJPB untuk melakukan
cash limits dan lebih dahulu melalui DJA jika pengurangan pagu terkait dengan
revisi kewenangan DJA.

3. Pencatatan MTEF

Hal ini dimaksudkan bahwa kewenangan satker dalam pelaksanaan anggaran


belanja yang bersifat multi years terikat MTEF. Dasar Hukum yang digunakan
adalah draft revisi PP 21/2004 tentang RKA-KL. Dengan adanya data yang akurat
tentang MTEF, MOF juga akan lebih mudah dalam menyusun perencanaan kas di
masa mendatang (forward cash plan). Sistem menyediakan fasilitas untuk

78
merekam, merubah dan menyimpan data perencanaan maju tiga tahun ke depan
(prakiraan maju). MTEF lebih menonjol pada sisi perencanaan lebih dari satu
tahun sedangkan DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran tahunan
sehingga modul MoSA tidak langsung terlibat dalam proses dalam MTEF.

Dalam konteks MTEF yang akan dibahas adalah rencana kegiatan yang baru
sebagai ”new initiative” sehingga kegiatan bersifat pengulangan dan tidak berubah
tidak perlu dibahas di legislatif. Terdapat suatu gagasan apabila kegiatan yang
bersifat rutin dapat langsung diusulkan setelah mendapat penetapan dari Menteri
Keuangan sehingga tidak perlu menunggu pembahasan dengan legislatif. Namun
apabila kegiatan dimaksud terdapat unsur baru yang akan dilaksanakan dan untuk
menyesuaikan tingkat harga-harga umum (inflasi) maka perlu dilakukan
pembahasan.

4. Vote on Account

Suatu mekanisme yang digunakan pada saat anggaran belum disetujui parlemen
pada batas waktu yang telah ditentukan dengan menerbitkan DIPA yang
digunakan untuk kegiatan operasional satker. MoSA dalam hal ini menerbitkan
DIPA yang bersifat sementara agar pelaksanaan pemerintahan tetap berjalan.
DIPA dimaksud akan digunakan untuk keperluan belanja pegawai dan belanja
lainnya (operasional) yang tidak dapat ditunda untuk kelancaran kegiatan satker.
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 15 ayat (6) dinyatakan bahwa apabila
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang yang
diusulkan, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

79
Penerbitan DIPA VoA
Minggu ke dua November Bulan ketiga belum ada UU APBN

RKA-KL TA Baru
APBN belum dg pagu anggaran
DJA

disahkan yg sudah
ditentukan Menkeu

APBN blm disepakati

SPAN

Alokasi tahun lalu


DJPB

sebagai batas Penelaahan DIPA DIPA VoA DIPA Biasa


maksimal pagu Pencairan blokir
VoA
Roren K/L; Unit

Alokasi per K/L;


Es I

Unit Eselon I
Satker

Kertas Kerja RKA-


Konsep DIPA KPPN DJA
KL

5. Carryforward (dalam modul ini diartikan sama dengan carryover)

Menurut L, Ian dan L, Gösta, (2009) Carry-over adalah hak untuk menggunakan
sisa alokasi (appropriation) melampaui jangka waktu yang diberikan sebelumnya
“Carry-over is the right to use an unspent appropriation beyond the time period
for which it was originally granted”. Hal ini berarti bahwa K/L dapat
menggunakan beberapa atau semua dari anggaran yang belum habis dari alokasi
tahun-tahun sebelumnya selain alokasi anggaran tahun berjalan ini. Beberapa
negara juga mengizinkan K/L untuk “meminjam” terhadap alokasi di masa depan,
yang secara konseptual serupa dengan “carry-forward negatif”.

Kebutuhan untuk carry-forward muncul sebagai akibat dari fakta bahwa otorisasi
anggaran biasanya diberikan untuk jangka waktu yang bersifat diskrit
(tertentu/penuh). Argumen untuk membatasi hak untuk melakukan pengeluaran
pada waktu yang telah ditentukan yang sering disebut sebagai prinsip tahunan
merupakan hal menarik yang dipertimbangkan, karena hal ini memungkinkan
untuk melakukan penilaian secara reguler dan merupakan konfirmasi terhadap
suatu prioritas pengeluaran. Sehingga Carry-overs harus ditafsirkan sebagai
pengecualian, dan dibenarkan karena pertimbangan praktis daripada sebuah
penentangan atas prinsip annuality itu sendiri.

80
Kebutuhan untuk carry-overs muncul karena dalam penganggaran sektor publik,
dalam banyak hal proses yang dilakukan tidak sempurna. Sifat heterogen kegiatan
pemerintah, informasi yang asimetris, keterbatasan waktu dan sumber daya yang
tersedia untuk penyusunan anggaran, serta prosedur persetujuan yang rumit di
eksekutif dan legislatif, merupakan hal yang menyulitkan jika tidak mungkin, untuk
benar-benar menilai semua item dalam anggaran setiap tahun. Akibatnya,
beberapa alokasi anggaran akan (harus) didasarkan pada perkiraan dan formula
terapan yang universal (perlu penyesuaian dalam pelaksanaan).

Carry-over adalah salah satu dari sejumlah prosedur anggaran yang digunakan
untuk mempermudah transisi antara dua tahun anggaran. Dalam anggaran
berbasis kas dan rezim akuntansi, rekening transaksi tahun sebelumnya kadang-
kadang dapat dicatat secara singkat ke dalam tahun fiskal yang baru, misalnya,
selama satu bulan. Seperti complementary accounting periods diperkenalkan
untuk mengatasi penundaan proses transaksi.

Pelaksanaan kegiatan dengan karakter multi-years merupakan hal yang berbeda,


dan beberapa negara memberikan multi-years appropriations. Seperti dengan
carry-over, maka prinsip annuality adalah bertentangan tetapi hal ini dapat
dibenarkan oleh pertimbangan praktis pengelolaan anggaran. Di sejumlah negara
maju, kewenangan anggaran adalah atas dasar akrual, antara lain mengukur
pemanfaatan sumber daya aktual. Ketika anggaran berbasis akrual, tidak ada
kemungkinan untuk menggunakan alokasi dengan pre-paying goods and services
atau dengan stocking-up on supplies. Sehingga anggaran berbasis akrual
mengurangi beberapa alasan (some of the rationale) untuk pelaksanaan carry-
over.

Carryforward dilaksanakan terkait dengan fund available seperti yang telah ditulis
di atas yaitu pengalihan pagu dana sedangkan yang lain adalah terkait dengan
encumbrance (ikatan atau kontrak yang melebihi satu tahun anggaran). Pengertian
carryforward terkait dengan fund available merupakan penggunaan alokasi dana
yang melebihi satu tahun anggaran sehingga dapat dilaksanakan pada tahun
anggaran berikutnya tanpa dibahas lagi oleh parlemen (persetujuan). Di Indonesia
pada umumnya digunakan untuk program yang menjadi prioritas pemerintah dan

81
berdampak luas dalam perekonomian nasional. Program PNPM merupakan salah
satu bentuk carryforward pada fund available yang menggunakan pedoman/dasar
UU APBN namun tidak dilakukan pembahasan persetujuan kegiatan.

Siklus penganggaran tahunan pada dasarnya dilaksanakan sesuai rentang


waktunya sehingga apabila terdapat pelaksanaan yang belum selesai pada akhir
tahun anggaran harus dilihat dahulu penyebabnya. Jika penyebabnya adalah dari
kesalahan pelaksanaan manajemen oleh satuan kerja sudah pasti tidak dapat
diberlakukan carryforward.

Terkait dengan encumbrance pada carryforward yaitu kontrak multiyears apabila


pelaksanaan kegiatan satu tahun belum selesai maka dapat dilaksanakan pada
tahun anggaran berikutnya dengan menggunakan kegiatan yang sama. Dengan
alokasi pagu kegiatan yang sama pada tahun berikutnya mengakibatkan adanya
alokasi dana kegiatan yang dikorbankan. Namun apabila dalam pelaksanaan
ternyata diperkirakan dapat diselesaikan maka pagu sisa tahun berjalan dapat
dialokasikan melalui APBN-P. Pelaksanaan carryforward untuk encumbrance only
dapat dilaksanakan dengan keputusan Menteri Keuangan.

Carryforward Encumbrance Only (Revisi DIPA)

Data
Satker

Dana yg belum encumbrance, Database Revisi DIPA


1 fund available
direalisasikan satker

2
5 10

12
KPPN

Penelitian budget, Jurnal


encumbrance, 3 Carryforward
fund available
4
ERP

6
Kanwil DJPB

9
SP DIPA Revisi Jurnal Allotment
10 11

Penelitian
Revisi Kertas penyebab Revisi Perpres
DJA

Kerja 7 Carryforward & 8 RABPP Hyperion


Perubahan Kertas
Kerja

82
Carryforward Fund Only (Revisi DIPA/DIPA Luncuran PNPM Mandiri)

17
Satker
8

Database 7 “Konsep” DIPA


satker

1
2
KPPN

Appropriation/ Data fund Penelitian budget, Jurnal


allotment yg belum available encumbrance, 3 Carryforward 4 ERP 9
direalisasikan fund available

5 12
Kanwil DJPB

Data fund
SP DIPA Revisi Jurnal Alloment
available Penelaahan 10 11
6

19
Dit PA

Jurnal
DIPA Revisi 13 Appropriation 18

14

Revisi Perpres
DJA

APBN-P
Hyperion 15 16 RABPP

6. Retirement

Apabila digunakan konsep warrant pada saat akhir tahun, ketika dokumen
pelaksanaan anggaran habis masa berlakunya maka KPA/satuan kerja harus
mengirimkan kembali sisa dana yang tidak habis digunakan kepada kantor pusat
K/L.
C. Manajemen DIPA di luar Sistem ERP “Pemberian Dispensasi” (UP dan Akun)

Walaupun tidak terkait langsung dengan SPAN namun dispensasi masih diperlukan
sepanjang keputusan pemberian izin penggunaannya diperketat (tidak termasuk
dalam proses aplikasi SPAN). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah dinyatakan bahwa Uang
Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk satuan kerja dalam
melaksanakan kegiatan operasional kantor sehari-hari. Pasal 28 PP No. 39 Tahun
2007 dinyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengeluaran, kementerian
negara/lembaga dapat diberikan Uang Persediaan sebagai uang muka kerja untuk
membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Sedangkan pada Pasal 29 disebutkan
Uang Persediaan hanya digunakan untuk jenis pengeluaran yang tidak dapat
83
dilakukan langsung oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada
pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Penggunaan Uang Persediaan yang
menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pelanggaran dan dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas pemberian
uang persediaan. Uang persediaan lebih banyak terkait dengan manajemen
pembayaran sehingga dari modul MoSA akan sedikit menyinggung masalah UP.
Pada dasarnya kemudahan yang diharapkan bagi pelaksanaan kegiatan adalah
tujuan utama bagi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memberikan
pelayanan kepada satuan kerja. Namun di sisi lain perlunya dijaga agar penyediaan
dana oleh pemerintah tidak dimanfaatkan secara langsung sehingga terjadi idle
cash. Oleh karena itu diusulkan bahwa UP masih diperlukan namun dibatasi
pemberian UP sesuai dengan pedoman dalam PP No. 39 Tahun 2007.
Terkait dengan pemberian dispensasi perubahan besaran UP terdapat dua
alternatif usulan yaitu pemberian dispensasi besaran UP yang selektif dan kedua
adalah tidak diperlukan lagi perubahan dispensasi besaran UP. Pertimbangan yang
menjadi dasar bahwa dispensasi masih diperlukan adalah kegiatan yang sangat
khusus dan dilakukan dalam jangka waktu lama (tidak dapat diperkirakan dengan
pasti) di suatu lokasi yang tidak memungkinkan melakukan untuk penarikan dana
sewaktu-waktu. Apabila dibayarkan dengan LS pada jumlah tertentu sedangkan
pelaksanaan masih belum selesai maka akan menyulitkan dalam menyelesaikan
kegiatan (intelijen di daerah terpencil untuk jangka waktu yang tidak pasti).
Tambahan Uang Persediaan (TUP) masih diperlukan karena terkait dengan
semakin dibatasinya permohonan perubahan besaran UP.

84
Gambar : Proses Pengajuan Dispensasi Besaran UP
Satker

DJPBN

Permintaan dispensasi

Surat penolakan

Surat Dispensasi
Database

Data DIPA dan Realisasi


Di t PA/Kanwi l DJPBN
Anggaran

No
Penel aahan
Sesuai Pem beri an
terhadap Yes
dengan
perm i ntaan aturan Di spensasi
di spen sasi

Data D ispensasi

D. AREA OF IMPROVEMENT MANAJEMEN DIPA FUTURE

Untuk mencapai kondisi pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab diperlukan suatu sistem manajemen untuk mendukung
pelaksanaannya. Disusunnya manajemen pelaksanaan anggaran dengan sistem yang
terpadu merupakan penjabaran dari tugas DJPB sebagai sarana untuk mendukung
kegiatan pelaksanaan anggaran pada Kementerian/lembaga

1. Database Terintegrasi

Dengan adanya SPAN maka akan terjadi pengintegrasian proses penganggaran


antara budget preparation dan budget authority (execution) sehingga perlu
dilakukan koordinasi untuk menentukan apakah future business yang akan
dilakukan oleh DJPB (budget authority) berjalan sesuai dengan proses
perencanaan yang dilakukan oleh DJA (budget preparation). Hal ini perlu dilakukan
karena tugas DJPB dalam mengelola manajemen pelaksanaan anggaran bukan
tugas yang berdiri sendiri namun merupakan suatu rangkaian proses
penganggaran yang menyeluruh. Koordinasi dapat dilaksanakan sebelum proses
perencanaan dilaksanakan dengan saling bertukar informasi atau data yang

85
diperlukan sehingga pada saat pelaksanaan akan memiliki kesesuaian baik secara
konseptual maupun aplikatif.

Konsep baru yang akan dilaksanakan yaitu kinerja dan penganggaran jangka
menengah serta penerapan fleksibilitas bagi satker dalam pelaksanaan anggaran
menyebabkan terjadinya perubahan struktur data pada RKAKL dan DIPA.
Kebutuhan informasi perencanaan anggaran dalam RKAKL dengan memasukkan
konsep baru tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pelaksanaan
anggaran yang tercantum dalam DIPA yang salah satu fungsinya merupakan
dokumen untuk dasar pembayaran yang berlaku selama satu tahun.Sehingga
terdapat perbedaan kebutuhan informasi yang diperlukan antara RKAKL dan DIPA
walaupun dalam database semua berasal dari RKAKL.

Database yang terintegrasi juga memudahkan pelaksanaan kegiatan pada modul-


modul lain dalam proses bisnis tertentu. Dengan penyatuan database suatu modul
tidak memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proses bisnis hanya
tinggal mengambil informasi dari database pada modul lainnya.

Integrasi dimaksud terjadi antara data RKAKL yang ada di hyperion dengan data
DIPA di ERP (Oracle) yang akan dibuat suatu interface sehingga informasi dari
RKAKL dan DIPA dapat saling berhubungan tanpa ada media antara. Namun
demikian dalam perkembangan terdapat usulan agar RKAKL dan DIPA dijadikan
satu dalam sistem aplikasi hyperion sehingga akan menghemat proses
penyesuaian (custom) jika masing-masing aplikasi melakukannya secara terpisah.

2. StreamliningBudget Authority Processes for DIPA

Dengan adanya SPAN proses penyusunan dokumen DIPA dapat lebih cepat karena
tidak lagi melihat/mencocokkan pagu dana masing-masing kegiatan karena hanya
dua digit dan dengan sistem yang terintegrasi menyebabkan tidak akan terjadi
perbedaan data. Penelaahan akan semakin mudah dan dilakukan antara lain untuk
mencocokkan rencana penarikan dana pada Halaman III DIPA serta apabila
terdapat catatan terhadap penggunaan dana antara lain dana yang masih diblokir
pada Halaman IV DIPA. Namun demikian karena pembagian tugas/kewenangan
dari DJA dan DJPB maka masih diperlukan untuk melakukan penelaahan antara

86
lain terkait dengan Bagan Akun Standar (BAS) yang menjadi tugas DJPB untuk
menilai kebenarannya.

3. Peningkatan Fleksibilitas Dalam Pelaksanaan Anggaran

Rencana penggunaan dua digit dalam dokumen pelaksanaan anggaran akan


semakin meningkatkan fleksibilitas bagi satuan kerja dalam mengoptimalkan
sumber daya yang digunakan untuk mencapai suatu output disesuaikan dengan
kondisi riil. Dengan pengelolaan yang semakin fleksibel akan membuat KPA dapat
leluasa dalam penyesuaian pelaksanaan kegiatan karena yang direncanakan dapat
berubah serta kebutuhan yang mungkin berbeda sesuai dengan kondisi riil yang
dihadapi namun tetap mengacu pada output yang akan dicapai. Namun
pengertian let the managers manage bukan diartikan bahwa rencana yang telah
disusun tidak digunakan sama sekali sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.
Hanya kondisi yang benar-benar mendesak KPA sebagai penanggung jawab
kegiatan melakukan penyesuaian pelaksanaan pekerjaan.

4. Peningkatan Fungsi Halaman III DIPA

Rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan yang saat ini tercantum dalam
dokumen DIPA halaman III akan menjadi fokus tugas DJPB dalam
manajemen/pengelolaan kas masing-masing satuan kerja. Hal ini sejalan dengan
maksud Pasal 7 angka (2) huruf c UU No. 1 Tahun 2004 yaitu Menteri Keuangan
sebagai Bendahara Umum Negara melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran
negara. Dengan demikian maka kewenangan Menteri Keuangan untuk
pengendalian pelaksanaan anggaran negara termasuk mengawasi
pelaksanaanrencana penarikan dana agar dapat sejalan dengan rencana
penerimaan kas pemerintah sehingga dapat menjaga keseimbangan neraca
pemerintah.

Selama ini yang kerap terjadi adalah pencairan dana pada periode waktu tertentu
sedikit sedangkan pada periode waktu yang lain menumpuk yang tidak sesuai
dengan rencana kerja/kegiatan yang telah dibuat. Pelaksanaan pencairan dana
yang tidak terencana menyebabkan Direktorat PKN harus menyediakan kas yang

87
cukup besar yang digunakan sebagai kas untuk jaga-jaga. Namun ketidakpastian
waktu pencairan dana menyebabkan adanya idle cash yang cukup besar dan
membebani anggaran pemerintah karena terdapat biaya yang ditanggung untuk
menyediakan kas yang siap digunakan termasuk jika didanai dengan penerbitan
SUN.

Mekanisme yang ada saat ini dalam pengendalian pelaksanaan anggaran negara
masih belum dapat meningkatkan ketepatan waktu atau jadwal penarikan dana
karena tidak ada sanksi bagi pengguna anggaran. Hal yang sering terjadi adalah
penumpukan pencairan dana pada akhir tahun anggaran yang membuat beban
kerja KPPN bertambah.

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No.PMK 192/PMK.05/2009


tentang Perencanaan Kas salah satu tujuannya adalah meningkatkan pelaksanaan
manajemen kas.Peraturan dimaksud dapat mendukung revitalisasi Halaman III
DIPA sehingga peranan DIPA sebagai alat/dokumen perencanaan dapat
dilaksanakandengan memberikan informasi kebutuhan kas dari satker. Penerapan
Permenkeu tersebut mendorong satuan kerja lebih disiplin dalam pencairan
dananya, karena penggunaan dana tidak boleh melebihi rencana yang diusulkan
dalam satu bulan. Secara konteks peraturan tentang pencairan dana ini akan
merubah pola yang sudah ada yaitu Annual Financial Plan yang ada di halaman III
DIPAsebagai perencanaan kas jangka panjang.

Namun demikian prinsip keseimbangan menjadi pertimbangan dalam penyusunan


konsep rencana penarikan dana di masa mendatang. Selama ini pelaksanaan
pencairan dana penekanannya lebih banyak berada di satker yaitu fleksibilitas
dalam mengajukan permintaan pencairan. Namun di sisi lain sebagai BUN,
Menkeu memiliki kewajiban untuk mengelola kas agar lebih efisien. Untuk
menjalankan fungsi pengelolaan kas dengan baik disyaratkan adanya informasi
yang akurat tentang penggunaan dana yang dilakukan oleh satker. Dalam
menjembatani dua sisi kepentingan tersebut maka diperlukan data-data rencana
penarikan dana yang lebih baik dan dilakukan updating data pada periode
tertentu. Data dari satker digunakan oleh Dit PKN sebagai bahan informasi (by
product) dalam manajemen kas untuk keperluan satker.

88
Dalam pelaksanaan konsep AFP perencanaan pencairan dana digunakan selama
satu tahun dan dimungkinkan untuk terjadi penarikan dana berbeda dari rencana
dalam periode tertentu (pergeseran waktu pencairan dalam satu bulan).
Sedangkan pelaksanaan Permenkeu No. 192/PMK.05/2009 tidak memungkinkan
untuk menggunakan dana melebihi rencana dalam satu bulan. Sehingga terdapat
semacam pembatasan penggunaan dana pada satuan kerja. Pembatasan
penggunaan kas dalam satu bulan hampir seperti konsep ‘Cash Limit’ namun
pembatasan ini hanya sekedar menunda pelaksanaan pencairan dana bukan
mengurangi alokasi yang telah disahkan dalam DIPA dan bukan disebabkan karena
pemerintah kesulitan pendanaan. Sehingga penerapan Permenkeu 192 Tahun
2009 tersebut dapat diistilahkan sebagai “cash allocation” yaitu penetapan
sejumlah dana yang dapat digunakan pada periode tertentu. Rencana ke depan
dalam kaitannya dengan Halaman III DIPA :

 Dalam sistem SPAN halaman III DIPA dapat disebut sebagai Annual Financial
Plan (AFP) yang berfungsi sebagai pedoman rencana penarikan dana dan
penerimaan dari satuan kerja. Di masa mendatang dimungkinkan untuk
meningkatkan peranan halaman III DIPA baik sebagai perencanaan penarikan
dana dan perkiraan penerimaan dari satuan kerja serta dapat digunakan (by
product) sebagai manajemen kas pemerintah.
 Penelaahan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan pada halaman
III DIPA antara DJPB dan K/L merupakan kegiatan untuk merinci dan
mengevaluasi hasil pembahasan yang dilakukan antara K/L dengan DJA (dalam
hal waktu pelaksanaan sudah tercantum di RKAKL). Rencana penarikan dana
dan perkiraan penerimaan yang telah tercantum dalam “konsep” POK pada
aplikasi RKAKL (existing) dapat berubah dalam pelaksanaannya sehingga perlu
penyesuaian agar dalam pelaksanaan kegiatan satuan kerja dapat berjalan
dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena pembahasan dengan DJA
berlangsung dalam kurun waktu yang masih jauh dari pelaksanaan dan
memungkinkan rencana kegiatan yang disusun masih belum sesuai dengan
pelaksanaan. Karena fokus DJPB pada penelaahan halaman III DIPA maka
pelaksanaan konfirmasi dengan satuan kerja dilakukan secara mendetail

89
dengan menggunakan “konsep” POK atau dokumen lainnya.Namun terdapat
usulan lain yaitu RKAKL tidak memasukkan perkiraan waktu pelaksanaan
sehingga penelaahan AFP secara penuh dilakukan pada proses pengesahan
DIPA.

 Proses Pengelolaan Halaman III DIPA (dengan alternative kelima)

RPD dalam Konteks Alternatif Kelima AFP

AFP = Rencana Penarikan


Dana

Otomatis Updating Manual

- Perubahan AFP
karena POK
dirubah
Fund Available
- Perubahan
dicarryforward ke
Fund Available
bulan berikutnya
(mis Jenis
Belanja) harus
merubah Budget

Input data Input data

- Perubahan AFP +
Fund Available
AFP Awal + Fund
Berubah/Tetap
Available
- AFP Awal +
Perubahan FA

Output Output

Rencana
Penarikan Dana
(next month
plan/ updated)

Minimum cash Cash plan


information information
Used by Dit PKN

Keterangan gambar :

c. Pada awal tahun anggaran setelah penyusunan dan pengesahan selesai maka
halama rencana penarikan dana (Halaman III DIPA) merupakan AFP awal.
Perubahan AFP dapat dilaksanakan secara otomatis oleh sistem Oracle dengan
melakukan pergeseran sisa dana (fund available) yang belum direalisasikan ke
90
bulan berikutnya. Perubahan (updating) AFP dapat dilakukan secara manual jika
satker melakukan perubahan POK sehingga akan merubah rencana penarikan
dana. Hal ini dilaksanakan secara manual karena dalam sistem aplikasi Oracle tidak
dapat melakukan penyesuaian AFP jika tidak dilakukan lebih dahulu dengan
merubah POK (AFP bersifat statis).

d. AFP bersifat tidak mengikat namun demikian diperlukan penyesuaian jika terjadi
perubahan kegiatan sehingga mempengaruhi pelaksanaan pencairan dana.
Perubahan manual yang dilaksanakan karena perubahan POK akan mengakibatkan
perubahan AFP awal. Perubahan manual juga dilaksanakan jika fund available
dirubah sesuai dengan komposisi jenis belanja baru misal dari 52 (belanja barang)
ke 53 (belanja modal). Perubahan komposisi fund available dapat dilakasanakan
dengan melakukan perubahan komposisi pagu (bugdet) dalam sistem aplikasinya.
Dengan demikian perubahan manual akan mengakibatkan perubahan AFP awal
dan perubahan komposisi fund available.

e. Updating secara otomatis oleh sistem Oracle dimaksudkan agar satker tidak
selalau melakukan update tiap bulan jika satker tidak melakukan perubahan POK.
Penyesuaian secara otomatis dilakukan dengan mengcarryforward fund available
tiap satker sehingga akan menambah pagu rencana penarikan dana ke bulan
berikutnya (on top). Pelaksanaan updating secara otomatis dilakukan dalam
sistem diusulkan pada tiga hari sebelum bulan berakhir.

f. Perubahan manual yang akan merubah AFP dan fund available serta perubahan
otomatis yang hanya merubah fund available akan menjadi dasar perubahan
(updating) rencana penarikan dana dari satker. Output yang dihasilkan adalah
rencana penarikan dana bulan berikutnya dan digunakan sebagai informasi
minimun yang disediakan oleh modul MoSA bagi pelaksanaan manajemen kas bagi
Dit PKN.

91
5. Usulan Proses Bisnis Perubahan/Revisi Halaman III DIPA (Rencana Penarikan
Dana)
Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara khususnya
pasal 14 Ayat (3) dinyatakan bahwa dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan
sasaran antara lain rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja. Konsep DIPA
yang disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan merupakan persetujuan pencairan dana bagi satuan kerja untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan periode pelaksanaan kegiatan (AFP). Sehingga DIPA
memiliki dua fungsi tidak hanya sebagai dokumen alokasi anggaran, namun juga
sebagai surat keputusan otorisasi untuk jangka waktu tertentu (warrant). Namun
demikian dalam pelaksanaannya AFP memiliki sifat tidak mengikat dan tidak
berlaku sebagai batas pengeluaran/spending limit untuk jangka waktu
sebagaimana tertuang dalam AFP karena sifatnya sebagai perencanaan kas jangka
panjang. Apabila pada waktu pelaksanaan terdapat pergeseran penggunaan dana
pada bulan berjalan yang akan berakibat pencairan dana melebihi pagu bulanan
maupun hanya menggeser jenis belanja maka perlu diajukan updating AFP yang
akan berakibat pada perubahan rencana penarikan dana bulan berikutnya. Hal ini
dimaksudkan sebagai bagian dari fungsi Rencana Penarikan Dana (Halaman III
DIPA) yaitu memberikan informasi bagi perencanaan kas. Walaupun AFP tidak
mengikat perbulannya namun diperlukan informasi yang lebih baik sehingga
pencairan dana khususnya yang sudah terikat dengan pihak ketiga (sudah dibuat
komitmennya) dapat dilakukan sesuai dengan permintaan dari satker. Revisi AFP
juga dilakukan apabila terjadi penambahan pagu baik revisi antar DIPA maupun
jika terdapat APBN-P dan Revisi karena Eskalasi (Kenaikan Harga Barang dan Jasa
pemborongan karena kenaikan harga secara umum). Updating AFP diajukan
kepada KPPN dan akan diteruskan kepada Dit PA/Kanwil untuk untuk dilakukan
approval. Setelah rencana penarikan dana pada (halaman III DIPA existing) direvisi
digunakan oleh Dit PKN sebagai informasi minimun yang harus disediakan untuk
kebutuhan dana satker bulan berikutnya dan bagi KPPN sebagai pedoman
pencairan dana bagi satuan kerja. Pelaksanaan proses bisnis ini akan
mengakibatkan satuan kerja lebih terfokus untuk membuat perencanaan
pengeluaran yang baik dan di sisi lainnya Ditjen Perbendaharaan mendapatkan
92
informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan kas sehingga terjadi keseimbangan
antara kepentingan Ditjen Perbendaharaan sebagai BUN dan satker sebagai
pengguna anggaran yang masing-masing memiliki hak dan kewajibannya secara
proporsional.
6. Mekanisme perubahan AFP karena revisi pagu antar DIPA atau adanya APBN-P
a. Perubahan AFP dalam hal ini berbeda karena dilakukan pada saat penyusunan DIPA
baru.
b. Proses dimulai pada saat penelaahan revisi pagu antar DIPA atau APBN-P
c. Penelaahan dilakukan dengan melihat alokasi pagu baru sesuai dengan dokumen
sumber yang digunakan dan menambahkan pada AFP bulan berkenaan dan bulan-
bulan berikutnya.
d. Setelah DIPA baru disahkan (DIPA Revisi) maka rencana penarikan dana yang baru
digunakan sebagai dasar pencairan dana oleh KPPN

7. Perubahan Manajemen Penyusunan DIPA


a. Penyusunan DIPA BLU

Pada Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum Pasal 15 ayat (4) dinyatakan bahwa pelaksanaan DIPA BLU
dimungkinkan untuk menggunakan anggaran melebihi pagu yang telah ditetapkan
dalam DIPA khususnya yang berasal dari dana PNBP. Hal ini berbeda dari prinsip
pelaksanaan anggaran bahwa pagu DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat
digunakan oleh satuan kerja.

Untuk ke depannya diusulkan apabila kelebihan penerimaan (PNBP) akan


digunakan pada tahun anggaran berjalan perlu perubahan proses dokumen
pelaksanaan anggaran sehingga pendapatan PNBP yang diterima oleh satker BLU
dimasukkan keseluruhan dalam DIPA. Namun proses revisi perubahan pagu yang
dilakukan oleh DJPB seharusnya tidak rumit hanya mengesahkan perubahan pagu
yang akan disesuaikan/tercantum dalam APBN-P (Permenkeu No. 69 Tahun 2010).
Revisi/updatingperubahan atau penambahan pagu tersebut dapat dilakukan
setelah pelaksanaan kegiatan berjalan.

93
Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) dalam Ambang Batas

Kanwil DJPB

Updating Pagu
Approval Input DIPA BLU Revisi
DIPA BLU

Memasukkan data updating pagu

Database
Hasil updating
SPAN DIPA BLU Pagu
Pengajuan Revisi DIPA
KPPN

Revisi
Pencocokan pagu
DIPA BLU SP2D
Input SP2D Pengesahan Pengesahan

Pengajuan Pengesahan PNBP

Konsep Revisi
Satker

SPM Pengesahan DIPA BLU DJA


Input perubahan pagu (triwulan)

Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) Melewati Ambang Batas


Kanwil DJPB

Pencocokan RBA DIPA BLU Pagu


Revisi & DIPA Input DIPA Revisi Revisi
BLU Revisi

Database
SPAN
KPPN
Satker

Revisi RBA Konsep Revisi


Definitif DIPA BLU Dit PA DJA
Input perubahan pagu

b. Penyusunan DIPA Transfer BA BUN (DAU, DP-DAU, Infrastruktur, Otsus, DBH,


Existing, DAK)

Format dan karakteristik yang berbeda khususnya pada DIPA Bagian Anggaran
BUN di masa mendatang perlu disesuaikan dengan dokumen DIPA lainnya (Bagian
Anggaran K/L) apabila dimungkinkan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat DIPA
yang semakin konsisten sesuai dengan landasan hukum dan mekanisme yang ada
dan pada akhirnya penyusunan DIPA sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dengan diterapkannya penganggaran berbasis kinerja yang menggunakan output
sebagai salah satu tolok ukur pencapaian kinerja, maka DIPA satker/K/L yang saat
ini menggunakan Bagian Anggaran BUN sedapat mungkin dikembalikan kepada
masing-masing K/L yang menangani hal tersebut sesuai dengan tupoksi terkait
dengan alokasi dana maupunPNBP yang saat ini dikelola oleh BUN.

94
Mekanisme penyusunan DIPA BUN diusulkan untuk mengikuti siklus DIPA BA K/L
secara umum sehingga dalam pelaksanaanya proses penyusunan DIPA tidak
menggunakan dokumen yang berbeda sebagai landasan hukum. Selama ini DIPA
BUN Transferadayang menggunakan Peraturan Menteri Keuangan sebagai
dokumen sumber alokasipenyusunan DIPA bukan menggunakan Perpres.
Berkaitan hal tersebut perlu dibuat dasar hukum yang dapat melingkupi kebijakan
penyatuan seluruh DIPA dalam satu mekanisme dan penetapan seluruh KPA pada
K/L sebagai pelaksana kegiatan.

Penerapan penganggaran berbasis kinerja pada masing-masing K/L mensyaratkan


bahwa setiap kegiatan menghasilkan suatu output yang dihasilkan dari
pelaksanaan anggaran yang telah dialokasikan pada DIPA. Dengan demikian
pengukuran kinerja adalah pencapaian output dari penggunaan dana yang telah
dialokasikantermasuk BA BUN.

Permasalahan pada DIPA BUN yaitu KPA dari DIPA yang diterbitkan adalah pejabat
Eselon I Departemen Keuangan sedangkan dana yang dialokasikan digunakan oleh
instansi/satker lainnya. Apabila diterapkan konsep penganggaran berbasis kinerja
akan mengalami kesulitan pengukuran kinerja pada DIPA-BUN. Namun apabila
kondisi khusus tidak memungkinkan diperlakukan sama, maka diperlukan suatu
pengecualian penerapan penganggaran berbasis kinerja pada DIPA-BUN sehingga
KPA tidak harus bertanggung jawab pada hasil kegiatan yang menggunakan dana
seperti dialokasikan pada DIPA dimaksud namun disusun suatu target kinerja
(output) tertentu yang mendukung tugas KPA bersangkutan bukan pada
pertanggungjawaban penggunaan dana. Hal yang menjadi pertimbangan adalah
UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaaan Negara pada pasal 3 ayat (6)
disebutkan untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak
terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur
dalam peraturan pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih
lanjut mengenai hal tersebut belum terbit sehingga masih menggunakan Keppres
42 tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara Pasal 6 (1) yang berbunyi Menteri Keuangan mempunyai kewenangan

95
otorisasi atas penguasaan bagian anggaran diluar bagian anggaran departemen/
lembaga.

8. Pemberian Kode Wilayah pada DIPA Transfer ke Daerah

Di dalam sistem SPAN dengan data terintegrasi akan terlihat keseluruhan realisasi
dari masing-masing satker, sehingga ke depannya database untuk Dana Transfer
diusulkan diberikan kode wilayah untuk masing-masing daerah penerima sehingga
mempermudah penatausahaan pencairan dana. Dengan demikian DIPA transfer
hampir mirip dengan satu DIPA yang memuat alokasi untuk berbagai satker (misal
untuk Gabrah TNI AD). Namun penerapan satu DIPA yang memuat informasi dari
berbagai daerah mungkin akan menyebabkan kesulitan penyusunan laporan
realisasi.

Alternatif yang dapat digunakan adalah memecah DIPA untuk masing-masing


daerah penerima. Permasalahan yang akan terjadi jika masing-masing daerah
memiliki DIPA tersendiri adalah jumlah DIPA menjadi terlalu banyak karena jumlah
daerah baik tingkat I maupun tingkat II seluruhnya melebihi 300. Jika alokasi untuk
masing-masing dana (dana bagi hasil dipisahkan per jenis , DAU dan DAK) maka
jumlahnya akan mencapai ribuan dokumen.

Oleh karena itu diharapkan agar dokumen DIPA untuk dana transfer ke daerah
tetap menjadi satu namun dapat dipisahkan alokasi untuk masing-masing daerah
penerima. Sistem SPAN diharapkan dapat membuat pemisahan alokasi pada satu
nomor DIPA sehingga jika ingin mengetahui pagu dan realisasi per daerah dapat
dilakukan dengan mudah. Hal lain yang mungkin timbul adalah terjadinya revisi
alokasi pada DIPA transfer baik keseluruhan daerah penerima maupun jika
dilakukan untuk suatu daerah penerima tertentu serta revisi pagu antar daerah
penerima yang satu digeser untuk daerah yang lain walaupun secara total pagu
DIPA tidak berubah.

Saat ini alokasi dana pada DIPA BA BUN khususnya dana transfer ke daerah
digabungkan dalam satu DIPA. DIPA Transfer ke daerah tersebut merupakan
gabungan alokasi dana seluruh daerah yang menerima. Apabila diperlukan laporan
realisasi penyaluran dana transfer pada daerah tertentu akan mengalami kesulitan

96
di dalam database SPAN karena realisasi dari daerah lain juga tergabung pada
DIPA tersebut. Menurut hemat kami untuk memudahkan dalam penatausahaan
khususnya data realisasi perlu pemecahan DIPA sesuai dengan daerah penerima.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi DIPA BUN khususnya dana transfer akan
lebih mudah jika DIPA Transfer dapat dipecah sesuai daerah penerima.

DIPA BUN untuk dana transfer ke daerah dapat dibagi dalam suatu kelompok
tertentu sesuai dengan jenis transfer dan apabila dimungkinkan sesuai dengan
daerah penerima minimal terbagi menjadi provinsi. Apabila diperlukan dapat
dibuat kode untuk menampung dana transfer dimaksud. Kode tersebut diletakkan
di bawah kegiatan misalnya pada sub output dengan maksud agar kinerja dari
DJPK sebagai pengelola dana perimbangan masih dapat tercantum dalam DIPA.
Permasalahan yang mungkin akan timbul adalah jumlah halaman DIPA menjadi
membengkak dan menambah kegiatan pada aplikasi dalam menentukan klasifikasi
kode yang akan digunakan (menempatkan kode daerah penerima).

9. Penyesuaian Anggaran Pendapatan dengan Kegiatan dan Fungsi

DIPA belum mencantumkan informasi terkait pendapatan sesuai konsep


penganggaran berbasis kinerja.Saat ini pencantuman pendapatan baik perpajakan
maupun PNBP tidak mengacu pada suatu fungsi dan kegiatan spesifik.

Perkiraan penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak serta hibah pada Halaman
III DIPA selama ini belum mencantumkan kode kegiatan (dan fungsi) dari
pendapatan yang diterima. DIPA yang ada saat ini memiliki karakteristik jumlah
kegiatan lebih dari satu. Sehingga penerimaan pendapatan yang diperoleh tidak
jelas mengacu pada kegiatan yang mana. Ke depannya diusulkan Halaman III DIPA
khususnya perkiraan penerimaan dapat memberikan informasi kegiatan dan fungsi
spesifik dari perkiraan penerimaan satker bersangkutan.

Penerimaan negara yang bersifat strategis (misal SDA) karena jumlahnya yang
cukup besar merupakan hasil pendapatan negara secara keseluruhan yang
diperoleh bukan dari kegiatan fungsional suatu K/L namun menjadi bagian
penerimaan BUN (ditatausahakan pada DIPA BA BUN). Namun di sisi lain terdapat

97
ketidakjelasan terkait dengan rencana penerapan konsep PBB yang
menitikberatkan kinerja sesuai dengan peran dan fungsi pada penerimaan suatu
K/L. Hal tersebut disebabkan perbedaan perlakuan pada PNBP strategis yang saat
ini ditatausahakan sekaligus menjadi bagian kinerja BUN. Dapat diambil contoh
penerimaan migas merupakan kegiatan yang dilakukan dengan fungsi yang lebih
dekat pada Departemen ESDM demikian juga penerimaan kehutanan lebih dekat
pada fungsi dari Departemen Kehutanan. Oleh karena itu maka pengelolaan
penerimaan SDA yang ditatausahakan oleh Kementerian Keuangan sebagai
Bendahara Umum Negara dalam DIPA BUN harus diperkuat dengan konsep yang
lebih jelas terkait dengan PBB.

Ke depannya baik penerimaan umum maupun fungsional baik perpajakan maupun


PNBP dapat merujuk ke fungsi dan kegiatan tertentu sesuai dengan kelompok
pendapatan yang diterima. Hal ini akan memperjelas konsep kinerja yang akan
diterapkan bagi setiap K/L dan mendorong transparansi dari sisi penerimaan
pendapatan khususnya pada saat penyesuaian/updating dapat dilakukan dengan
tertib. Masalah yang mungkin timbul adalah kesesuaian antara tupoksi dari K/L
dengan kinerja yang akan dilaksanakan. Terdapat kemungkinan pada K/L dengan
tupoksi tertentu melaksanakan penatausahaan penerimaan DIPA yang kurang
sesuai dengan misi K/L dimaksud.

10. Anggaran pembiayaan dari sisi penerimaan (DIPA BUN dipisah dengan K/L misal
Kementerian Keuangan)

Pada prinsipnya anggaran dalam APBN terdiri dari belanja, pendapatan dan
apabila diperlukan digunakan anggaran pembiayaan. Sehingga apabila ketiga
komponen APBN tersebut dapat dicantumkan dalam DIPA akan terjadi
keseimbangan anggaran atau minimal mengurangi kesenjangan data antara APBN
dan DIPA.

Menteri Keuangan sebagai pengelola kekuasaan fiskal mempunyai tugas antara


lain melaksanakan fungsi bendahara umum negara yang memiliki kewenangan
antara lain menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara.
Kewenangan dimaksud dilakukan dengan menentukan mekanisme pelaksanaan

98
anggaran negara yang tercantum dalam APBN. Dengan demikian, apabila dalam
APBN terdapat defisit yang dibiayai dengan pembiayaan seyogyanya anggaran
pembiayaan tersebut ditampung dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang
merupakan penjabaran dari amanat UU APBN.

Keputusan Presiden No. 36 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keppres No 109
Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen Pasal 11 ayat
(8) dinyatakan bahwa Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
perbendaharaan negara. Apabila dikaitkan dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7
ayat (1) dan (2) maka dapat diartikan bahwa kewenangan pengelolaan
Perbendaharaan Negara oleh Menteri Keuangan didelegasikan kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut, DJPB
akan menyusun pedoman teknis dalam pelaksanaan anggaran yang dituangkan
pada DIPA sebagai dokumen pelaksanaan APBN termasuk penerimaan
pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan belum dicantumkan dalam DIPA karena dalam UU No. 1


Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3) memang tidak dicantumkan secara eksplisit. Namun
demikian ke depannya alokasi anggaran dalam UU APBN termasuk pembiayaan
dicantumkan dalam DIPA, sehingga perlu penyesuaian untuk menampung
anggaran pembiayaan (penerimaan) dalam DIPA yang diusulkan dimasukkan pada
klasifikasi pendapatan. Saat ini anggaran pembiayaan yang berasal dari utang
dikelola dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang sedangkan
penerimaan lainnya (hasil privatisasi dan pengelolaan aset) dikelola oleh DJKN.
Dokumen sumber penerimaan pembiayaan yang digunakan saat ini bermacam-
macam tergantung dari jenis pembiayaan. Untuk pinjaman luar negeri dokumen
yang digunakan adalah Nota Perjanjian Pinjaman Luar Negeri sedangkan untuk
penerbitan surat berharga menggunakan dokumen lelang.

Format DIPA BUN untuk menampung penerimaan pembiayaan dapat disamakan


dengan format DIPA lainnya dengan pengertian terdapat dua sisi yaitu penerimaan
dan pengeluaran anggaran pembiayaan. Fungsi DIPA Anggaran Pembiayaan
disamping sebagai otorisasi pengeluaran juga sebagai penyedia informasi sampai

99
sejauh mana prosentase pembiayaan yang direncanakan dalam APBN serta
sebagai alat untuk analisis proporsi jumlah pinjaman dengan PDB tahun berjalan
secara makro. Dalam penatausahaan anggaran pembiayaan ke depannya,
diharapkan data-data penerimaan pembiayaan baik dari pinjaman, penjualan aset
maupun penerimaan pembiayaan lainnya dapat ditatausahakan dalam DIPA.
Hambatan yang mungkin timbul adalah penyesuaian data penerimaan yang tidak
dapat dipastikan waktunya dan keberadaan sumber data di unit organisasi
tertentu belum jelas.

11. Konsep neto dan bruto dalam anggaran pembiayaan

Anggaran pembiayaan harus sesuai dengan konsep yang digunakan mulai dari
perencanaan hingga pelaporan. Selama ini belum jelas konsep yang digunakan
oleh masing-masing institusi yang memiliki kewenangan dalam penatausahaan
anggaran pembiayaan. Apabila konsep neto yang akan dipilih harus konsisten
untuk dilaksanakan dari mulai perencanaan hingga pelaporan. Konsep neto yang
akan digunakan akan merubah CoA dari anggaran pembiayaan yang saat ini
digunakan. Jenis belanja yang digunakan dalam pembiayaan dikelompokkan
menjadi dua yaitu 71 merupakan penerimaan pembiayaan dan 72 pengeluaran
pembiayaan. Apabila disetujui penerapan konsep neto maka akan terjadi
perubahan penggunaan jenis belanja yaitu misalnya 71 menjadi pembiayaan neto
dalam negeri dan 72 adalah pembiayaan neto luar negeri.

12. Pencantuman Invormasi Valas pada DIPA Satker Luar Negeri

Selama ini informasi pagu dana bagi satker yang melaksanakan kegiatan di luar
negeri masih menggunakan rupiah. Ke depannya akan dimasukkan nilai valas
(dollar AS) sebagai nilai yang setara dengan rupiah yang berasal pada saat
pembahasan anggaran antara K/L dengan DJA. Informasi valas dicantumkan untuk
menjaga agar pelaksanaan kegiatan di luar negeri tetap berpedoman pada nilai
awal perhitungan anggaran dan digunakan untuk patokan nilai pagu jika terjadi
perubahan kurs.

100
Jika kita berpatokan hanya dengan nilai rupiah maka jika terjadi penurunan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan kegiatan tidak dapat
dilaksanakan karena nilai pekerjaan melebihi pagu pada DIPA. Sedangkan usulan
ke depannya yaitu jika pekerjaan dilakukan dengan berpedoman pada mata uang
asing (misal dollar AS)yang alokasinya tercantum pada DIPA, diharapkan tidak
akan ada permasalahan resiko kurs bagi K/L (satker) yang bersangkutan karena
perubahan kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab BUN untuk mengatasinya
(selisih ditanggung oleh BUN). Valas juga digunakan tidak hanya pada sisi belanja
namun juga dilakukan untuk kegiatan sisi pendapatan dan pembiayaan.

Mekanisme pencantuman nilai pagu rupiah pada belanja satker setara dalam valas
( misalUS $):

a. Satker dalam pembahasan RKAKL dengan DJA khususnya satker luar negeri
mengajukan rencana pembiayaan dalam valas yang dikonversi menjadi rupiah
sesuai dengan kurs yang digunakan dalam APBN;
b. Pada database RKAKL data perhitungan biaya dalam US $ dicantumkan seperti
alokasi yang telah disesuaikan dalam rupiah;
c. Database dari budget preparation tersebut akan diinterface ke dalam database
budget execution sehingga dapat digunakan dalam penyusunan DIPA yang
mencantumkan nilai alokasi dalam US $.

13. Perubahan pagu DIPA karena selisih kurs dan pembayaran utang
Informasi valas yang tercantum dalam DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat
dicairkan oleh satuan kerja. Namun demikian alokasi pagu dalam DIPA tetap
menggunakan mata uang rupiah sehingga transaksi pada DIPA adalah rupiah. Kurs
APBN yang digunakan untuk menghitung pagu DIPA bersifat tetap sehingga pada
saat proses pencairan dana menggunakan kurs transaksi dimungkinkan terjadi
selisih kurs. Kontrak/pembayaran utang dengan kurs yang mengakibatkan realisasi
pencairan dana melebihi pagu DIPA harus diantisipasi agar kegiatan tidak
tertunda. Terdapat dua alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
melakukan update otomatis atas pagu kegiatan yang transaksinya menggunakan
valas. Alternatif lainnya tetap menggunakan konsep revisi pagu dari DJA namun

101
dalam sistem diberikan keleluasaan untuk loan dan cara tarik tertentu dapat
melewati pagu. Setelah itu baru dilakukan revisi dokumen sebagai pengesahan
atas realisasi pencairan yang melebihi pagu DIPA. Hal yang perlu mendapat
perhatian adalah nilai valas yang dituangkan dalam DIPA merupakan acuan
tertinggi yang tidak boleh dilewati.

14. Interface data antara SPAN dan DJPU

Jika terjadi kasus pinjaman belum efektif karena nomor register belum ada
sehingga alokasi dana masih dibintang, maka mekanisme pencairan tanda bintang
dapat dilakukan langsung oleh DJPB dengan melakukan revisi pencairan tanda
bintang. Tanda bintang untuk loan/grant yang belum efektif berasal dari DJA
namun bukan merupakan substansi penelaahan sehingga pencairannya dapat
dilaksanakan oleh DJPB (pemblokiran dari DJA tidak terkait dengan perhitungan
biaya yang datanya kurang memenuhi syarat).

Efektifitas pelaksanaan pencairan tanda bintang untuk register pinjaman/hibah


akan meningkat jika terdapat interface antara database di DJPU dengan SPAN
sehingga pengiriman data lebih akurat dan mempersingkat waktu proses revisi.
Selama ini pengiriman data antara DJPU dan DJPB masih manual sehingga
meningkatkan resiko kesalahan input data ke dalam database di DJPB dan proses
pengiriman data hardcopy memerlukan waktu yang cukup lama. Mekanisme
interface dan revisi pencairan tanda bintang sebagai berikut :

a. DJPU dalam hal ini Dit EAS meneliti loan register tahun anggaran berjalan yang
belum ada dan kemudian disusun daftar register bagi masing-masing
pinjaman/hibah.
b. Berdasarkan register pinjaman/hibah yang baru DJPU menyampaikan data ke
DJPB melalui interface antara sistem DMFAS dan SPAN.
c. DJPU juga menyampaikan notifikasi secara tertulis kepada Dit PA bahwa
pinjaman/hibah dimaksud sudah efektif dan digunakan sebagai dasar formal
untuk revisi pencabutan blokir pinjaman/hibah tersebut oleh DJPB.

102
d. Dit PA menyampaikan kepada satker bahwa pinjaman/hibah sudah efektif dan
berdasarkan hal tersebut agar satker menyampaikan surat permohonan dan
konsep revisi DIPA ke Dit PA.
e. Atas dasar permohonan dari satker Dit PA akan melakukan revisi pencairan
tanda bintang dengan mengisi/merubah register pinjaman/hibah sesuai dengan
data dari DJPU dan kemudian mengesahkan DIPA berkenaan.

15. Informasi Penerimaan Pembiayaan pada DIPA BUN DJPU


Pada dasarnya dokumen pelaksanaan anggaran merupakan penjabaran dari
alokasi yang tercantum dalam UU APBN. Salah satu komponen dalam UU APBN
yaitu pembiayaan selama ini belum ditatausahakan secara terintegrasi dalam
dokumen DIPA khususnya dari sisi penerimaannya. Sehubungan dengan hal
tersebut diusulkan agar ke depannya terdapat informasi penerimaan pembiayaan
yang dicatat dalam dokumen DIPA BUN DJPU untuk melengkapi data pembiayaan
sehingga tidak hanya dari sisi pengeluaran saja. Terdapat alternatif perubahan
akun dalam Bagan Akun Standar yang diusulkan yaitu jenis belanja yang saat ini
digunakan untuk menampung pembiayaan adalah 71 untuk penerimaan
pembiayaan dan 72 untuk pengeluaran pembiayaan. Ke depannya diusulkan agar
jenis belanja dibedakan berdasarkan mekanisme penerimaan pembiayaan yaitu 71
untuk penerimaan pembiayaan yang berdasarkan naskah perjanjian dan 72 untuk
mekanisme yang berasal dari SBN. Alasan yang digunakan sebagai dasar
perubahan usulan jenis belanja untuk pembiayaan adalah dalam UU APBN alokasi
pembiayaan yang berasal dari penerbitan SBN menggunakan neto dan tidak
dicantumkan masing-masing komponen pembiayaan (penerbitan dan pembayaran
pokok; pembelian kembali).
Mekanisme penatausahaan penerimaan pembiayaan dalam DIPA BUN DJPU
terbagi secara garis besar yaitu Pinjaman Hibah Dalam Negeri/Luar Negeri yang
menggunakan dasar naskah perjanjian pinjaman dan penerimaan yang berasal dari
Surat Berharga Negara sebagai berikut :
a. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari pinjaman yang menggunakan dasar
naskah perjanjian dapat menggunakan informasi dari masing-masing satuan
kerja untuk melakukan rencana penarikan pinjaman sebagai dasar informasi
103
pencantuman penerimaan pembiayaan pada DIPA BUN DJPU. Rincian proses
sebagai berikut :
- Pada saat satker menyusun kertas kerja RKA-KL maka dicantumkan rencana
penarikan pinjaman dalam satu tahun dan dimasukkan dalam database
hyperion;
- Rencana penarikan pinjaman tersebut merupakan belanja pada DIPA satker
bersangkutan namun merupakan input bagi penerimaan pembiayaan DIPA
BUN DJPU;
- Setelah proses penelaahan RKA-KL diselesaikan dengan DJA maka informasi
rencana penarikan pinjaman yang ada di database hyperion akan masuk ke
dalam database ERP;
- Database rencana penarikan pinjaman dari satker yang ada dalam database
ERP akan digunakan oleh DJPU untuk menyusun perkiraan penerimaan
pembiayaan. Hal ini dimungkinkan karena DJPU akan diberi akses untuk
menggunakan aplikasi Oracle sekaligus melakukan download data;
- Konsep DIPA BUN DJPU yang sudah dimasukkan data penerimaan
pembiayaan akan disatukan dengan sisi pengeluaran pembiayaan menjadi
satu dokumen DIPA yang utuh sebagai bahan penelaahan dengan Dit PA;
b. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara
memang sedikit berbeda karena konsep yang diterapkan merupakan selisih
antara rencana penerbitan dikurangi dengan pembayaran pokok dan pembelian
kembali (UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN). Perbedaan tersebut
mengakibatkan informasi penerimaan pembiayan yang akan dicantumkan
dalam DIPA BUN DJPU bukan berasal dari APBN namun dari data DJPU sendiri.
Rincian proses sebagai berikut :
- Pada saat penyusunan kertas kerja RKA-KL BA BUN maka DJPU sudah dapat
memasukkan informasi perkiraan penerbitan SBN dalam satu tahun
termasuk rincian penerbitan dalam tiap bulan;
- Apabila penelaahan yang dilakukan antara DJPU dan DJA disetujui maka
Informasi yang diusulkan dimasukkan dalam database hyperion;

104
- Berdasarkan data yang ada di hyperion kemudian ditransfer ke database
ERP dan digunakan DJPU untuk menyusun konsep DIPA BUN yang telah
memasukkan informasi penerimaan pembiayaan dari SBN;
- Setelah diajukan ke Dit PA maka konsep DIPA BUN sudah termasuk
informasi yang mencantumkan penerimaan pembiayaan yang akan
diterbitkan dalam satu tahun anggaran.
16. Pencantuman Informasi Lokasi, BUMN/BUMD dan Kategori dalam CoA pada
DIPA Penerusan Pinjaman
- Lokasi
Kode lokasi yang saat ini tercantum dalam DIPA digunakan untuk mengetahui
lokasi dari kegiatan suatu satker. Penempatan kode lokasi kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan dari satker yang melaksanakan kegiatan yang sama
untuk beberapa lokasi (untuk penugasan tertentu). Ke depannya lokasi
kegiatan juga diusulkan digunakan untuk DIPA transfer sehingga dalam DIPA
akan terlihat pagu dari masing-masing daerah penerima.

- BUMN/BUMD
Bagi DIPA penerusan pinjaman terdapat kemungkinan dalam satu naskah
perjanjian pinjaman dialokasikan untuk lebih dari satu BUMN. Dengan demikian
dalam naskah perjanjian pinjaman dapat digunakan sebagai dasar
pengalokasian dalam DIPA karena alokasi bagi satu BUMN/BUMD sudah
ditetapkan dalam perjanjian tersebut.
- Kategori
Naskah perjanjian pinjaman luar negeri untuk lender tertentu sudah ditetapkan
alokasi untuk masing-masing cara penarikan khususnya PL dan L/C. Apabila
dalam DIPA tidak dialokasikan dalam CoA akan dimungkinkan dalam satu
nomor register pinjaman pencairannya tidak mengikat sehingga akan
berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan maupun terkait dengan perjanjian
pinjaman yang telah ditandatangani.

105
17. Manajemen DIPA untuk satker sementara atau jika suatu saat terjadi
penambahan dan pengurangan satker

Struktur organisasi (K/L/satker) di Indonesia memililki karakteristik yang mudah


berubah-ubah tergantung dengan kepentingan baik secara ekonomi maupun yang
bersifat politik. Jika dikaitkan dengan struktur organisasi pusat terdapat kemungkinan
suatu pergantian pimpinan akan terjadi perubahan jumlah maupun tugas pokok suatu
K/L. Terpilihnya presiden baru dapat mengakibatkan penambahan atau pengurangan
K/L terlepas dari kepentingan tertentu sehingga berpengaruh pada dokumen
pelaksanaan anggaran bagi unit organisasi bersangkutan. Demikian pula dengan
struktur organisasi di tingkat bawah mulai dari eselon I dan seterusnya sampai tingkat
satker dapat berubah termasuk satker di daerah yang sangat bergantung dengan
kebijakan Kepala Daerah setempat.

Dalam mengantisipasi kemungkinan tersebut perlu dibuat mekanisme penyusunan


anggaran sampai dengan pelaporan. Terkait dengan manajemen DIPA maka yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana alokasi terkait dengan pengurangan atau penambahan
satker atau K/L yang mengalami perubahan tersebut. Hal ini dapat menjadi masalah
jika perubahan terjadi setelah UU APBN disahkan atau pelaksanaan anggaran sudah
berjalan. Sehingga perlu dibuat mekanisme penyusunan dokumen pelaksanaan
anggaran khususnya jika terjadi setelah tahun anggaran berjalan atau UU APBN sudah
disahkan. Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai dasar pelaksanaan perubahan :

1. Setelah usulan penambahan/pengurangan satker atau K/L disetujui oleh pihak


yang berwenang antara lain Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menpan) maka diajukan permohonan untuk perubahan dokumen bagi masing-
masing K/L.
2. Bagi satker yang mengalami pengurangan maka sisa alokasi yang belum digunakan
akan dikembalikan kepada unit eselon I atau bagi yang mempunyai hirarki dengan
kantor pusat dikembalikan kepada Setjen. Di dalam sistem penganggaran ada
suatu mekanisme yang memiliki kemiripan fungsi yaitu konsep warrant yang
dilakukan jika pada akhir tahun dana yang dialokasikan pada suatu satker akan
dikembalikan kepada K/L masing-masing. Jika pengurangan terjadi di tingkat K/L

106
maka alokasi akan digabungkan dengan K/L yang telah ditunjuk oleh pemerintah
sebagai induk dari unit organisasi yang ada dibawahnya. Namun unit eselon
dibawah K/L yang dilikuidasi akan tetap menggunakan alokasi pagu DIPAnya
namun dengan merubah Bagian Anggaran (BA) dalam hal tidak ada likuidasi unit
eselon.
3. Mekanisme sebaliknya jika terjadi penambahan jumlah satker maka alokasi kantor
pusat akan dikurangi sebagian untuk digunakan pada satker yang baru.
4. DJPB harus diberi kewenangan untuk melakukan revisi antar DIPA sepanjang tidak
menyangkut penambahan Bagian Anggaran (BA) suatu kementerian atau unit
eselon baru karena menyangkut kode satker dan nomenklatur yang menjadi
kewenangan DJA.
5. Sehingga revisi yang dapat dilakukan oleh DJPB adalah jika terjadi pengurangan
jumlah satker K/L atau unit organisasi sepanjang telah disetujui oleh pemerintah
(unit yang berwenang).
Mekanisme penyusunan DIPA baru sebagai penampung alokasi satker likuidasi :
a. KPPN melakukan perhitungan terhadap alokasi satker yang dilikuidasi termasuk
sisa dana baik UP maupun TUP yang belum dipertanggujawabkan.
b. Atas dasar perhitungan sisa pagu dana tersebut, KPPN menyampaikan data alokasi
satker likuidasi yang masih ada kepada Kanwil DJPB.
c. Kanwil DJPB akan menganalisis struktur DIPA satker yang dilikuidasi yaitu antara
lain terkait sisa pagu dan jumlah kegiatan dan diinvetarisir secara lengkap.
d. Data yang diperoleh dari Kanwil akan diteruskan ke Dit PA untuk dilakukan analisis
dan perhitungan jika akan digabungkan dengan DIPA Kantor Pusat.
e. Namun terjadi kemungkinan jika satker yang dilikuidasi masih memiliki pegawai
yang akan digabungkan dengan satker dalam unit organisasi yang sama di daerah
sehingga penggabungan bukan pada kantor pusat K/L namun pada satker di
daerah.

Penelaahan DIPA baru yang satkernya dilikuidasi :

1. Dit PA menyampaikan undangan penelaahan kepada Setjen K/L atau yang


setingkat

107
2. Setjen K/L atau setingkat menyampaikan konsep DIPA baru terkait penggabungan
alokasi dan kegiatan dari satker likuidasi
3. Dit PA dan Setjen K/L atau setingkat akan menganalisis konsep DIPA dari satker
dan data-data yang sudah dihitung/diteliti oleh Dit PA.
4. Apabila terjadi perbedaan data maka yang akan digunakan adalah data dari Dit PA
terkait dengan jumlah sisa alokasi, namun jika perubahan menyangkut rincian
pengeluaran maka disesuaikan dengan data konsep DIPA. Jika kegiatan dari satker
likuidasi berbeda dengan kegiatan pada DIPA yang akan digabung maka akan
dilakukan penelitian apakah kegiatan tersebut perlu dituntaskan atau tidak. Jika
kegiatan tersebut perlu dituntaskan maka kegiatan satker likuidasi akan
ditambahkan ke DIPA baru.
5. Setelah selesai penelaahan maka diterbitkan SP DIPA dan disatukan dengan DIPA
yang telah ditandatangani oleh Setjen K/L dalam hal penggabungan di tingkat
Kantor Pusat. Jika digabung dengan satker di daerah maka data hasil penelaahan
akan diteruskan kepada Kanwil DJPB untuk diterbitkan SP DIPA nya.
6. Setelah dilakukan penelaahan maka DIPA revisi akan disampaikan kepada DJA
untuk digunakan sebagai bahan penyusunan perubahan APBN (APBN-P).

A. BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA FUTURE

Perubahan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran


berpengaruh terhadap proses penyusunan dokumen DIPA yang memuat satuan-satuan
terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan jaminan
dari BUN atas sejumlah dana yang diperlukan bagi satker tersebut.Proses penyusunan
dokumen DIPA juga disesuaikan dengan kewenangan DJPB dalam kaitannya dengan
tugas sebagai BUN antara lain apabila terjadi kesalahan dalam pencantuman kode
kantor bayar, cara penarikan dan sebagainya oleh satker.

Proses bisnis manajemen DIPA Future terdiri dari 3 aktivitas utama (bisnis
domain) yaitu penerbitan DIPA, revisi DIPA, dan pelaksanaan penggunaan dana.Ketiga
proses tersebut di bagi lagi kedalam beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan
masing-masing. Alur kerja untuk tiap-tiap bisnis proses adalah sebagai berikut :

108
1. Penerbitan DIPA

Penerbitan DIPA pada dasarnya dibagi menjadi beberapa alur kerja (workflow)
yaitu, Penerbitan DIPA biasa, penerbitan DIPA Sementara, carry forward dan Vote
on Account. Untuk yang pertama akan dibahas workflow penerbitan DIPA Biasa
atau DIPA tahunan yang rutin di terbitkan.

a. Penerbitan DIPA biasa

Terdapat 3 (dua) alternatif mekanisme penerbitan DIPA biasa, yaitu :

1) Alternatif I

Sesuai dengan gambar B.1.a tentang penebitan DIPA biasa maka dapat kami
jelaskan sebagai berikut:

1) Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP) selesai maka DJA
mengirimkan Perpres Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) ke
MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen DIPA pada Ditjen
Perbendaharaan.

2) Berdasarkan perpres tersebut akan dilakukan penelaahan sesuai dengan


peraturan yang berlaku untuk menerbitkan DIPA. Kemudiaan untuk DIPA
Kantor Pusat (KP) akan dilakukan penelaahan di Direktorat Pelaksanaan
109
Anggaran, sedangkan untuk DIPA Kantor Daerah (KD) akan dilakukan
penelaahan pada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil DJPBN).

3) Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) mengirimkan Konsep


DIPA kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat dan ke Kanwil
Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah maka dilakukan Penelaahan konsep
DIPA satker.

4) Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker dengan


Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, pengesahan
dan revisi DIPA. Hal yang penting untuk dilakukan pada saat penelaahan DIPA
adalah penyusunan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan. Khusus
untuk rencana penarikan dana harus dilihat apakah usulan dari satker sudah
sesuai dan realistis dengan kondisi satker bersangkutan. Sebagai contoh
kegiatan non kontraktual yang dapat diperkirakan antara lain untuk pengeluran
belanja pegawai dan kegiatan operasional dapat dibuat per bulan dengan
dengan selisih yang tidak terlalu besar. Sedangkan untuk belanja baik
kontraktual maupun yang tidak dikontrakkan namun sulit dipastikan dapat
dilihat dari kebutuhan dana atau jadwal pelaksanaan.

5) Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat


dan Kanwil DJPB atas nama Ditjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah.

6) Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan
berbagai kriteria diatas maka Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil
DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera
diperbaiki oleh satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan
juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan kewenangan yang
diberikan seperti dalam hal koreksi administratif misal kode Kantor bayar, kode
kewenangan dan penyesuaian antara lain dengan kaidah akuntansi.

Sistem yang digunakan dalam SPAN sudah terintegrasi maka proses


penelaahan akan lebih cepat karena sistem dengan mudah akan melakukan
pencocokan data kemudian menampilkan berbagai perbedaan yang ada dan

110
“user” pada Direktorat PA dan Kanwil DJPBN hanya tinggal melakukan tindak
lanjut atas berbagai “warning” yang dilakukan oleh sistem IT. Di masa mendatang
DJPB lebih fokus pada implementasi DIPA yang dilakukan oleh masing-masing
satuan kerja yaitu manajemen pengeluaran kas sehingga rencana penarikan dana
dari satuan kerja dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah
disusun, satuan kerja dapat menyesuaikan rencana penarikan dana dan DJPB akan
melakukan penyesuaian DIPA Halaman III berdasarkan pertimbangan yang
disampaikan satuan kerja.

2) Alternatif II
Alternatif Proses Penganggaran 1
Budget Preparation Budget Execution

UU APBN/BA Permenkeu
DJA

Hasil Pagu Definitif K/


Pembahasan L

Penelaahan
RKA-KL dan
Hasil
Kesepakatan
RKA-KL (Pagu DPR
RKA-KL Final
K/L

Sementara)

Perpres Rincian SP DIPA


DJPB

Alokasi APBN

Penelaahan
DIPA
Satker

Kertas Kerja Proses


DIPA
RKA-KL Penyusunan
DIPA

a) Setelah UU APBN disahkan atau Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembahasan


diterima oleh DJA maka bersama dengan Biro Perencanaan K/L melakukan
penelaahan RKAKL dari pagu sementara.

b) Apabila RKA-KL pagu sementara sudah sesuai dengan pagu yang disahkan
dalam APBN maka DJA akan menyusun Pagu Definitif per BA dan Program
masing-masing K/L

c) Berdasarkan Pagu Definitif tingkat K/L (berisi pagu BA dan Program), Biro
Perencanaan K/L melakukan penyesuaian konsep RKA-KL Final apabila alokasi
RKA-KL per satker berdasarkan pagu sementara berbeda dengan pagu definitif
yang ditetapkan oleh DJA. Hasil penelaahan tersebut disampaikan kepada

111
satker untuk melakukan penyesuaian pada kertas kerja masing-masing.
Setelah dilakukan penyesuaian terhadap kertas kerja akan disampaikan
kembali kepada Biro Perencanaan K/L untuk bahan penyusunan RKA-KL Final
dan diteruskan kepada DJA.

d) DJA akan menerbitkan Permenkeu pagu definitif yang berasal dari RKA-KL
Final dari masing-masing K/L yang dirinci sampai pagu satker.

e) Setelah Permenkeu tentang Pagu Definitif bagi K/L ditetapkan oleh DJA
disampaikan kepada DJPB dan akan digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan Perpres Rincan Alokasi APBN.

f) Setelah Perpres Rincian Alokasi APBN ditetapkan oleh DJPB kemudian


disampaikan kepada K/L untuk diteruskan bagi satker masing-masing.

g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL yang sudah disesuaikan (final) dan perpres
alokasi APBN maka satker menyusun DIPA untuk dilakukan penelaahan dan
selanjutnya disahkan oleh DJPB.

h) Penelaahan hanya bersifat konfirmasi yang ditekankan pada pelaksanaan


kegiatan satker sehingga BUN dapat menyediakan kas pada saat satker
mengajukan permintaan pembayaran.

112
3) Alernatif II

Alternatif Proses Penganggaran 2 Paralel antara DJA dan DJPB


Budget Preparation Budget Execution

UU APBN/BA Perpres Rincian


DJA

Pagu Definitif
Hasil Pembahasan Input Perpres Alokasi APBN

Penelaahan RKA-
KL dan Pagu
Definitif

RKA-KL (Pagu
K/L

Sementara) Bahan Penyusunan Alokasi DIPA


RKA-KL Final
DJPB

SP DIPA
Konfirmasi Hal III DIPA

Konsolidasi Kertas
Kerja RKA-KL
Final
Satker

Proses Pengesahan
DIPA
Konsep DIPA FInal

a) Setelah UU APBN disahkan atau Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembahasan


diterima maka DJA akan menerbitkan pagu definitif bagi K/L.

b) DJA akan melakukan penelaahan bersama satker apabila RKA-KL dari pagu
sementara tidak sama dengan pagu definitif sehingga diperlukan penyesuaian.

c) Berdasarkan hasil penelaahan RKA-KL maka Biro Perencanaan menyampaikan


kepada satker agar melakukan penyesuaian terhadap kertas kerja masing-
masing.

d) Pada saat satker melakukan penyesuaian kertas kerja maka bersama dengan
DJPB dilakukan konsolidasi atas penyusunan rencana penarikan dana sehingga
terjadi proses paralel baik yang dilakukan oleh DJA untuk RKA-KL maupun data
rencana penarikan dana yang akan menjadi input DIPA.

e) Setelah dilakukan penyesuaian oleh satker maka kertas kerja RKA-KL akan
digunakan sebagai bahan penysunan RKA-KL Final oleh Biro Perencanaan K/L.

f) Data RKA-KL Final akan digunakan sebagai dasar penetapan Perpres Rincian
Alokasi APBN oleh DJA dan disampaikan kepada masing-masing K/L.

113
g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL Final dan mengacu pada pagu Perpres, satker
menyusun DIPA kepada DJPB untuk dilakukan pengesahan tanpa melakukan
penelaahan karena DIPA sudah bersih tidak ada penyesuaian.

b. Penerbitan DIPA Sementara

Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada waktu yang ditentukan
Satker belum menyampaikan konsep DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN
akan menerbitkan DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan
sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya. Proses bisnis penerbitan
DIPA sementara adalah sebagai berikut:

1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN

2. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan membuat


Konsep DIPA satker yang belum menyampaikan konsp DIPAnya sampai waktu
tertentu.

3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil
DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun
hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak
diblokir.

4. Terakhir DIPA sementara tersebut dikirim ke satker sebagai dasar pelaksanaan


anggaran sebelum DIPA Tahunan satker tersebut disahkan

114
c. Penerbitan DIPA Vote on Account

Vote on Account dilakukan apabila sampai pada saat yang ditentukan DPR belum
menyetujui APBN, maka berdasarkan Undang-Undang kita dapat menggunakan
anggaran tahun lalu atau menggunakan pagu belanja maksimum tahun lalu.
Proses Vote on Account sebagaimana gambar di bawah ini.

Penerbitan DIPA VoA


Minggu ke dua November Bulan ketiga belum ada UU APBN

RKA-KL TA Baru
APBN belum dg pagu anggaran
DJA

disahkan yg sudah
ditentukan Menkeu

APBN blm disepakati

SPAN

Alokasi tahun lalu


DJPB

sebagai batas Penelaahan DIPA DIPA VoA DIPA Biasa


maksimal pagu Pencairan blokir
VoA
Roren K/L; Unit

Alokasi per K/L;


Es I

Unit Eselon I
Satker

Kertas Kerja RKA-


Konsep DIPA KPPN DJA
KL

Proses Vote on Account :

1) Apabila sampai dengan minggu ke dua bulan Novemver UU APBN belum


disahkan oleh DPR maka DJA mengirimkan RKA-KL yang sudah ditetapkan pagu
anggarannya oleh Menkeu kepada DJPB dan setiap Biro Perencanaan K/L dan
diteruskan kepada Unit Eselon I untuk ditentukan alokasi per satker di tiap
Eselon I

2) Berdasarkan alokasi yang telah ditetapkan oleh setiap Unit Eselon I maka satker
menyesuaiakan kertas kerja RKA-KL dan menggunakannya sebagai dasar
penyusunan konsep DIPA

3) Konsep DIPA yang sudah disusun disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan
penelaahan berdasarkan alokasi anggaran tahun lalu dan RKA-KL dari DJA untuk
diproses menjadi DIPA VoA

115
4) Berdasarkan data RKA-KL dari DJA yang dirinci sampai program dan alokasi
untuk anggaran satker bersangkutan tahun lalu, maka DJPB akan menyesuaikan
alokasi tersebut dengan konsep DIPA masing-masing satker. Pada proses
penyusunan DIPA VoA akan dilakukan pemblokiran kegiatan kecuali untuk
belanja pegawai dan operasional termasuk bahan permakanan napi

5) DIPA VoA digunakan sampai bulan ketiga, sedangkan apabila rancangan


anggaran dari pemerintah belum disetujui oleh DPR maka akan diterbitkan
DIPA “definitif” oleh DJPB dengan mengacu pada rencana kegiatan tahun yang
baru dengan alokasi pagu maksimal tahun lalu.

d. Penerbitan DIPA Format Khusus

Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera


dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat
penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas
utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus
karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan
diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA
Format Khusus sebagai berikut :

a. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk


melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena
pertimbangan bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan
menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat
harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk
melaksanakannya.
b. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan
sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden
tersebut.
c. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung
jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.

116
d. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri
satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen
DIPA yang lain secara rinci.
e. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
f. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan
agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang
tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.

2. Revisi DIPA

Revisi DIPA kedepan akan terdiri dari terdiri dari revisi DIPA akibat Perubahan
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP), Revisi DIPA tanpa perubahan
RABPP dan revisi ambang batas BLU. Revisi DIPA pada dasarnya adalah semua
perubahan yang terjadi pada DIPA atas usulan satker. Berikut akan dijelaskan
mengenai bisnis proses revisi DIPA yang dimulai dari revisi akibat perubahan
RABPP.

a. Revisi DIPA Akibat Perubahan RABPP (Rincian Alokasi APBN)

Revisi DIPA yang merubah RABPP pada dasarnya merupakan usulan satker,
kemudian satker mengusulkan revisi RABPP ke sekjen kementerian masing-
masing. Setelah itu Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi DIPA ke DJA dan
di DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi
RABPP. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation di DJA selesai maka
dimulailah proses pada Manajemen DIPA sebagai berikut :

117
1) Proses Revisi DIPA yang merubah RABPP dimulai setelah DJA mengirimkan
Perpres RABPP ke DJPB melalui Manajemen DIPA. RABPP revisi juga
disampaikan kepada Satker sebagai persetujuan dari DJA atas usulan
perubahan kertas kerja satker bersangkutan. Setelah dilakukan penyesuaian
atas DIPA bersangkutan berdasarkan persetujuan revisi RABPP dari DJA, maka
satker mengirimkan konsep DIPA dan bersama kanwil DJPB melakukan
penelaahan konsep DIPA.
2) Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep DIPA satker dengan
Perpres RABPP dan peraturan lainnya.
3) Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan
mengirimkan DIPA revisi ke satker.
4) Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB akan mengirimkan (surat)
pengembalian konsep DIPA kepasa Satker.

Revisi ini dilaksanakan terutama dikaitkan dengan konsep penganggaran berbasis


kinerja yaitu target keluaran yang akan dicapai oleh satker walaupun perubahan
lainnya yang menjadi kewenangan DJA dapat dilakukan juga. Dengan demikian
konsep revisi di masa mendatang dititikberatkan untuk menjaga agar kinerja
pemerintah yang telah ditetapkan dapat dicapai yaitu sasaran program (outcome).

118
Outcome yang dicapai adalah hasil dari pelaksanaan program yang mencerminkan
berfungsinya keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan. Namun demikian
prinsip-prinsip penganggaran masih dipertahankan menjadi kewenangan DJA
apabila terjadi perubahan khususnya yang terkait dengan PHLN/PHDN, tambahan
belanja dalam APBN, program yang menjadi prioritas nasional, pergeseran dari BA
BUN ke K/L dan sebagainya.

b. Revisi Tanpa Perubahan RABPP

Karena dalam usulan proses bisnis ke depannya khususnya terkait dengan revisi
yang dilaksanakan untuk K/L umum (bukan BUN) diserahkan kepada Kanwil DJPB
maka dalam modul dijelaskan proses revisi hanya dilaksanakan di Kanwil DJPB
(secara teknis oleh Subdit PA).

Langkah-langkah dalam revisi DIPA yang tidak merubah RABPP :


1) Satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil DJPB beserta
dokumen pendukung dan ADK nya.
2) Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan
dengan peraturan yang ada.
3) Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB akan
mengirimkan (atau pengembalian) konsep DIPA kepada satker untuk segera
memperbaikinya.

119
4) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka
Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi
administratif atas usulan dimaksud.
5) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan
pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.

Karena DJA akan lebih fokus pada anggaran pada tingkat K/L dan pencapaian
output, maka kewenangan revisi pada DJPB akan meningkat. Kewenangan revisi
DJPB diusulkan kedepannya akan diserahkan seluruhnya pada Kanwil DJPB.
Kewenangan pengaturan penggunaan dana oleh Satker akan menjadi lebih besar
pada DJPB termasuk pergeseran antar jenis belanja dan pergeseran dana antar
satker (Permenkeu No. 69 Tahun 2010). Di masa mendatang pelaksanaan revisi
lebih banyak berada pada Kanwil DJPB, sedangkan Dit. PA akan ditekankan pada
revisi yang terjadi jika terdapat pergeseran dana antar provinsi maupun pada DIPA
BUN.

Revisi/virement oleh Kanwil dan Dit PA (Permenkeu No. 69 Tahun 2010) yaitu :

1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi termasuk ralat kode akun


sesuai dengan kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran
yang sama termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja dan sudah
direalisasikan;
2) Perubahan kantor bayar (KPPN);
3) Perubahan nomenklatur satuan kerja sepanjang kode satuan kerja tetap;
4) Pergeseran antar jenis belanja dalam satu kegiatan sepanjang tidak mengubah
target kinerja;
5) Pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan dalam rangka
tugas pembantuan dan urusan bersama, atau dalam satu provinsi untuk
kegiatan dalam rangka dekonsentrasi sepanjang tidak mengubah target
kinerja;
6) Pergeseran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional
termasuk pengadaan bahan makanan untuk tahanan/narapidana yang

120
dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi
vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target kinerja;
7) Pencairan dana yang diblokir/bertanda bintang (*) sepanjang dicantumkan
oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, apabila persyaratan telah dipenuhi;
8) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah APBN
Tahun Anggaran 2010 dan/atau APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010
ditetapkan khusus untuk hibah LN/DN yang dilaksanakan secara langsung oleh
Pemberi Hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh Kementerian
Negara/Lembaga;
9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi
PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN untuk satuan kerja PT
Bukan BHMN dan Satuan Kerja BLU; dan/atau
10) Perubahan rincian belanja sebagai akibat dari penyelesaian tunggakan tahun
yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama, dananya masih tersedia dan
tidak mengubah target kinerja.

c. Revisi DIPA lintas kanwil oleh kantor pusat DJPBN cq Direktorat Pelaksanaan
Anggaran
Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk pergeseran dana
antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional (kode kegiatan 0001
dan 0002) yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun unit
organisasi vertikalnya. Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker
dalam satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi berbagai
perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya fasilitas revisi lintas kanwil
ini.
1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan permohonannya
secara berjenjang hingga ke Setjen K/L masing masing dan mengirimkan
tembusan pemberitahuan kepada Kanwil DJPBN.
2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di ajukan ke Kantor
Pusat DJPBN cq Dit PA.

121
3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta mengirimkan
surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)
4. Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi pagu satker pada
kanwil yang bersangkutan dengan kemudian menambahkan kepada satker
yang membutuhkan dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar
kanwil hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA)
5. Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang terlibat dalan revisi
tersebut melakukan penerbitan revisi DIPA sesuai kewenagan masing-masing
dan mengirimkan ke satker yang bersangkutan.

d. Updating Pagu DIPA BLU (Ambang Batas)

Updating ambang batas DIPA BLU (Badan Layanan Umum) merupakan perubahan
pagu dalam batas kewenangan Ditjen PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu
dalam ambang batas dan diatas ambang batas.

1. Updating Dalam Ambang Batas

Untuk revisi didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah menggunakan
dananya namun untuk mempertanggung jawabnkan BLU menggunakan SPM
pengesahan. Sebelum mengajukan SPM pengesahan BLU wajib melakukan
penyesuaian POK dan DIPA terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM
pengesahan ke KPPN. Namun perubahan yang akan dilakukan hanya sekedar
mengupdate pagu DIPA karena pengeluaran yang masih dalam ambang batas
dapat dilaksanakan sebelum pagu direvisi.

Persoalan yang terkait dengan pagu DIPA BLU yaitu bahwa DIPA secara umum
merupakan batas maksimal pencairan dana. Sehubungan dengan hal tersebut
maka mekanisme revisi ambang batas BLU disesuaikan yaitu pada saat satker
mengajukan SPM Pengesahan maka KPPN akan meneruskan kepada Kanwil DJPB
melalui aplikasi SPAN agar dilakukan approval updating pagu DIPA sejumlah yang
diajukan SPM Pengesahannya oleh satker. Dengan demikian maka proses
penggunaan dana dan revisi pagu tidak menyalahi ketentuan umum tentang fungsi
DIPA sebagai alokasi maksimal.

122
Proses approval pagu BLU sampai ambang batas tidak akan memakan waktu
karena dilaksanakan secara langsung dalam sistem aplikasi SPAN dimana pada saat
KPPN memasukkan data satker BLU yang akan melakukan updating pagu maka
saat itu juga Kanwil DJPB akan melakukan approval pagu satker bersangkutan.

Secara alur proses, revisi DIPA Satker BLU yang masih dalam ambang batas dapat
dijelaskan sebangai berikut :

Proses Pengesahan DIPA BLU (updating)


Kanwil DJPB

Updating Pagu
Approval Input DIPA BLU Revisi
DIPA BLU

Memasukkan data updating pagu

Database
Hasil updating
SPAN DIPA BLU Pagu
Pengajuan Revisi DIPA
KPPN

Revisi
Pencocokan pagu
DIPA BLU SP2D
Input SP2D Pengesahan Pengesahan

Pengajuan Pengesahan PNBP

Konsep Revisi
Satker

SPM Pengesahan DIPA BLU DJA


Input perubahan pagu (triwulan)

a. Pada saat satker mengajukan SPM Pengesahan kepada KPPN maka data SPM
Pengesahan yang melebihi alokasi pagu DIPA BLU akan dimasukkan ke dalam
database sistem SPAN;

b. KPPN akan melakukan penelitian atas PNBP dari kegiatan BLU yang telah
diterima sebagai bahan untuk disampaikan approval kepada Kanwil DJPB;

c. Berdasarkan input data dari KPPN maka Kanwil DJPB akan melakukan approval
atas perubahan/revisi pagu namun hanya bersifat updating tidak ada proses
pemberian pertimbangan sehingga akan langsung melakukan approaval oleh
Kanwil DJPB;

d. Setelah approval dilakukan oleh DJPB maka otomatis pagu DIPA BLU
berkenaan sudah disesuaikan dengan input data dari KPPN dalam database
SPAN;
123
e. Atas perubahan pagu tersebut maka KPPN menggunakannya sebagai dasar
penerbitan SP2D Pengesahan dan disampaikan kepada Satker;

f. Satker mengajukan konsep “revisi” pagu DIPA BLU kepada Kanwil tiap
triwulanan untuk dilakukan pengesahan revisi pagu DIPA BLU dalam ambang
batas;

g. Kanwil akan mengesahkan revisi pagu DIPA BLU berdasarkan data dari sistem
SPAN tanpa melakukan penelaahan sepanjang tidak merubah kegiatan di luar
BLU;

h. DIPA yang sudah disahkan akan disampaikan kepada DJA sebagai bahan untuk
perubahan pagu APBN (APBN-P) namun jika tidak ada proses APBN-P akan
digunakan untuk bahan LKPP.

Alternatif proses :

Setelah satker mengajukan SPM pengesahan dan diteliti oleh petugas KPPN maka tidak
dilanjutkan proses updating ke Kanwil DJPB. KPPN diberikan kewenangan langsung
untuk melakukan updating sehingga proses akan lebih sederhana dan cepat.
Penyesuaian pagu oleh KPPN akan diteruskan dengan memberikan notifikasi kepada
Kanwil DJPB bahwa pagu DIPA BLU tertentu telah disesuaikan.

Proses Pengesahan DIPA BLU (updating)


Kanwil DJPB

Updating
pagu

Memasukkan data updating pagu Database


SPAN Input DIPA BLU Revisi
Hasil updating

DIPA BLU Pagu


KPPN

Pencocokan pagu Updating Pagu SP2D Revisi


DIPA BLU DIPA BLU Pengesahan Pengajuan Revisi DIPA

Pengajuan Pengesahan PNBP Approval


Input SP2D Pengesahan
Konsep Revisi
Satker

SPM Pengesahan DIPA BLU DJA


Input perubahan pagu (triwulan)

124
2. Revisi di atas ambang batas

Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas ambang batas/fleksibilitas, maka
satker tidak dapat membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus melakukan
revisi untuk menyesuaikan pagunya baru dapat melakukan belanja. Hal ini karena
BLU untuk melakukan belanja diatas ambang batas membutuhkan ijin Dirjen PBN
untuk menilai kelayakan penggunaan dananya. Alur Proses Revisi pagu DIPA BLU
yang melebihi ambang batas fleksibilitas adalah sebagai berikut :

Proses Pengesahan DIPA BLU (updating) Melewati Ambang Batas


Kanwil DJPB

Pencocokan RBA DIPA BLU Pagu


Revisi & DIPA Input DIPA Revisi Revisi
BLU Revisi

Database
SPAN
KPPN
Satker

Revisi RBA Konsep Revisi


Definitif DIPA BLU Dit PA DJA
Input perubahan pagu

a. Berdasarkan RBA definitif yang direvisi, satker BLU mengajukan konsep DIPA
BLU revisi kepada Kanwil DJPB;
b. Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu
dan kaidah akuntansi. Penelaahan akan dilakukan untuk meneliti apakah
penerimaan PNBP BLU telah melewati rencana penerimaan dalam DIPA
sehingga pagu belanja melebihi ambang batas fleksibilitas;
c. Setelah proses penelaahan dilakukan dan disetujui oleh Kanwil DJPB maka
dilakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan menyampaikan kepada Dit PA
DJPB.
d. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke
DJA untuk penyesuaian data appropriation dan allotment untuk dimasukkan
pada APBN-P atau dilakukan pada akhir tahun dengan (LKPP).
125
e. Update Komponen Input

Sesuai dengan Permenkeu No. 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi


Anggaran TA 2010 dinyatakan bahwa salah satu revisi anggaran yang menjadi
kewenangan satker adalah perubahan komponen input. Pergeseran komponen
input dimaksud untuk kebutuhan biaya operasional, digunakan pada satu keluaran
(output) sepanjang tidak menambah komponen honorarium dan dalam jenis
belanja yang sama dan pergeseran antar keluaran (output) dalam satu kegiatan
sepanjang dalam jenis belanja yang sama. Karena ke depannya diusulkan bahwa
komponen input dimasukkan dalam DIPA maka setiap perubahan kewenangan
satker namun mempunyai akibat perubahan DIPA harus dilakukan updating pada
database SPAN.

Penjelasan bisnis proses di atas adalah sebagai berikut :


1) Setiap akhir bulan satker merekap perubahan komponen input yang berakibat
perubahan DIPA.

126
2) Perubahan data komponen input (softcopy) disampaikan kepada Kanwil DJPB
beserta hardcopy perubahan DIPA satker.
3) Kanwil DJPA akan memasukkan data komponen input dari satker ke dalam
database SPAN.
4) Proses updating akan dilaksanakan satu bulan sekali untuk menyesuaikan database
SPAN dan DIPA dengan perubahan yang dilakukan oleh satker sehingga tidak akan
dilakukan proses pencocokan data.

f. Revisi halaman III DIPA (Rencana Penarikan Dana) Secara Manual

1) Mekanisme revisi AFP apabila realisasi pencairan dana melebihi rencana pada
suatu periode

a) Satker melakukan analisis kebutuhan dana yang akan digunakan untuk


pelaksanaan kegiatan yang melebihi rencana penarikan dana pada bulan
tertentu. Dana yang akan digunakan sebagai tambahan untuk melaksanakan
kegiatan tertentu diambil dari data rencana bulan-bulan berikutnya.

127
b) Hal ini mengakibatkan AFP pada bulan-bulan berikutnya akan berubah dan
disesuaikan untuk direalokasi sehingga perlu ditentukan pada bulan apa
sajakah AFP akan dikurangi untuk menambah kebutuhan tersebut. Proses
tersebut akan merubah POK satker bersangkutan dan setelah diteliti
kebutuhan dana yang diambil dari bulan berikutnya maka satker mengajukan
permintaan pembayaran kepada KPPN terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut termasuk menyampaikan perubahan data POK sebagai bahan
updating AFP.

c) Berdasarkan perubahan POK tersebut maka satker mengajukan update AFP


bulan bersangkutan dan bulan berikutnya yang berubah sesuai dengan jumlah
perubahan pencairan dana tersebut. Perubahan AFP yang diajukan oleh satker
kepada KPPN dilakukan setelah pengajuan permintaan pembayaran dan
bukan merupakan syarat dilakukannya pembayaran oleh KPPN karena AFP
bukan merupakan batas tertinggi bagi satker dalam melakukan pencairan
dana.

d) Updating AFP yang dilakukan oleh satker disampaikan kepada KPPN untuk
selanjutnya digunakan sebagai input perubahan pada DIPA Halaman III
bersangkutan yang selanjutnya diteruskan ke Kanwil DJPB.

e) Perubahan AFP akan menjadi bahan informasi bagi Dit PKN untuk
perencanaan kas pada bulan-bulan berikutnya sebagai informasi minimum
yang harus disediakan.

2) Mekanisme revisi AFP untuk kegiatan yang terkait dengan komitmen yang sudah
dibuat :

a) Satker melakukan analisis terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan


dengan pihak ketiga atau dilaksanakan dengan kontrak. Setelah diteliti
terhadap prestasi yang diberikan oleh pihak ketiga maka satker mengajukan
permintaan pembayaran atas prestasi tersebut. Karena dalam POK yang
sudah disusun berbeda dengan realisasi (prestasi dapat dilakukan lebih
cepat/besar) maka setelah bulan berkenaan satker mengajukan permintaan

128
pembayaran yang lebih besar dari rencana. Sebagai batas pencairan dalam
satu bulan maka pada AFP perlu dilakukan perubahan rencana penarikan dana
bulan berkenaan khusus untuk pengeluaran yang terkait dengan ikatan atau
komitmen dengan pihak ketiga.

b) Satker mengajukan revisi penyesuaian AFP berdasarkan perubahan hasil


prestasi dari pihak ketiga pada suatu termin tertentu bulan berkenaan khusus
terkait komitmen kepada Kanwil DJPB melalui KPPN.

c) KPPN akan meneliti berkas-berkas pendukung yang menjadi dasar satker


mengajukan revisi AFP. Setelah data disesuaikan dengan usulan revisi satker
maka dalam database SPAN sudah ada informasi AFP yang baru. KPPN
kemudian memberikan notifikasi kepada Kanwil bahwa ada perubahan AFP
dalam database SPAN dari satker tertentu.

d) Setelah dilakukan penelitian (harus dilihat urgensinya) oleh Kanwil DJPB dan
sesuai dengan tujuan permintaan perubahan AFP (sesuai dengan komitmen
yang telah dibuat dan dana bulan bersangkutan sudah tidak cukup dan harus
segera dibayarkan) maka rencana penarikan dana bulan berkenaan
disesuaikan sebesar permintaan dari satker.

e) Berdasarkan perubahan rencana penarikan dana tersebut maka satker


mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN.

f) Atas dasar perubahan/revisi rencana penarikan dana dari Kanwil DJPB maka
KPPN melakukan pembayaran kepada satker sesuai dengan perubahan yang
disampaikan dari Kanwil DJPB. Proses pada modul MoSA sebagaimana gambar
di bawah.

3. Cash Limits

Apabila pemerintah pada suatu saat mengalami kekurangan kas/likuiditas (cash


shortage) maka diperlukan mekanisme untuk mengatur jumlah pencairan dana
yang dilakukan oleh satker. Setiap satker diberi batas prosentase tertentu dari
rencana penarikan dana yang dapat dicairkan. Terdapat dua alternatif dalam
mekanisme cash limits yaitu DJPB menentukan jenis pengeluaran yang akan

129
dibatasi jumlahnya dan alternatif lain satker diberikan kebebasan dalam
menentukan suatu alokasi tertentu pada kegiatan yang akan dikurangi sesuai
dengan kebutuhan satker bersangkutan. Menurut hemat kami penerapan cash
limits tidak dilakukan sepanjang tahun anggaran namun hanya diterapkan jika
pemerintah kesulitan kas (karena realisasi penerimaan kecil). Apabila kondisi
sudah memungkinkan maka cash limits akan ditiadakan dan dimungkinkan alokasi
yang semula dikurangi dapat dikembalikan.

a. Cash limits yang ditentukan DJPB

Penerapan cash limits tanpa usulan satker pada dasarnya memiliki tujuan yang
sama dengan cash limits lainya namun, penerapan cash limits metode ini dapat
dilakukan apabila kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan segera. Berikut ini
adalah gambar B.3.b workflow penetapan cash limit tanpa usulan satker

Langkah-langkah dalam penerapan cash limits ini dimulai dari:

1) Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas kepada Direktorat


Pelaksanaan Anggaran, kondisi ini berdasarkan perhitungan realisasi
penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan.

130
2) Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat
digunakan oleh masing-masing satker.

3) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar
perubahan Halaman III DIPA dan menyampaikannya kepada satker.

4) Satker akan melakukan perubahan POK sesuai dengan keputusan DJPB


kegiatan dan belanja yang harus dikurangi untuk bulan tertentu. Setelah POK
disesuaikan maka disampaikan kepada KPPN untuk dilakukan penyesuaian
pagu rencana penarikan dana (budget).

5) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk


digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup.
Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana
DIPA masing-masing satker.

b. Cash limits dengan usulan satker

Mekanisme Cash Limits yang diserahkan kepada satker untuk menentukan sendiri
jumlah dana yang dikurangi pada kegiatan tertentu dapat digambarkan sebagai
berikut :

1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas
yang tidak mencukupi bagi satker bulan depan berdasarkan perhitungan
realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan.
Kekurangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan
karena berbagai faktor.
2) Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi
yang dapat digunakan oleh masing-masing satker.
3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada
bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar
menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya.
4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan
dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana
penarikan dana kepada KPPN.

131
5) Updating tersebut didasarkan pada perubahan POK untuk digunakan sebagai
batas pagu maksimum yang dapat dicairkan sesuai dengan kebutuhan satker.
6) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar
perubahan Halaman III DIPA. Cash limit dilakukan dengan membatasi budget
bulan tertentu sehingga tidak dapat digunakan melebihi batas yang
ditentukan.
7) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk
digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup.
Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana
DIPA masing-masing satker.

Berikut ini adalah gambar B.3.a workflow penetapan cash limit dengan usulan
satker

4. Carry Forward

Mekanisme penganggaran setiap tahunnya disesuaikan dengan prioritas dalam


program pemerintah. Program yang menjadi perhatian pemerintah menjadi hal

132
yang penting pada saat pembahasan anggaran sebagai usulan pemerintah dalam
RUU APBN. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa program/kegiatan yang
dapat di carry forward ke tahun anggaran berikutnya. Penerapan Carry Forward
pada dasarnya dibagi tiga yaitu Fund Only, Carry Forward Encumbrance only dan
Encumbrance and Fund Availability.

a. Carry Forward dengan Fund Only

Carryforward yang dilakukan dengan menggeser alokasi yang belum habis pada
tahun anggaran tertentu akan dilanjutkan pelaksanaan kegiatannya pada tahun
anggaran berikutnya. Carryforward untuk fund available pada TA 2010 terkait
dengan kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada DIPA PNPM TA 2009
namun sampai akhir tahun belum diselesaikan seluruhnya. Alokasi kegiatan
digunakan pada tahun anggaran berikutnya menggunakan DIPA Luncuran sesuai
dengan UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010.
Kegiatan BLM adalah kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat sesuai
dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri, sehingga pelaksanaan kegiatan BLM
melalui mekanisme swakelola dan tidak melibatkan pihak ketiga walaupun dapat
juga dilaksanakan oleh pihak lain jika masyarakat tidak mampu. Alokasi kegiatan
yang diluncurkan dengan demikian tidak menggunakan kontrak sehingga yang
diluncurkan hanyalah pagu dananya (fund available), dengan demikian alokasi
pagu yang diluncurkan menjadi tambahan dana satker bersangkutan sehingga
bersifat on top.

b. Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availability

Terkait dengan carryforward fund avaiable dan encumbrance sebagai contoh


adalah rekening escrow yaitu suatu jumlah alokasi yang sudah disediakan namun
belum dapat digunakan karena tagihan dari pihak lain belum ada. Hal ini dapat
diambil contoh berbagai pembayaran subsidi antara lain pupuk, listrik dan lainnya
pada akhir tahun yang sudah dialokasikan namun besarannya belum diketahui
karena belum ada penagihan dari pihak terkait. Jumlah yang harus dibayarkan
oleh pemerintah untuk biaya subsidi paling cepat diterima pada awal bulan tahun
anggaran baru sehingga komitmen dan fund available digeser pelaksanaannya
pada tahun anggaran berikutnya.
133
Penerapan metode ini dilakukan dengan membawa kegiatan yang telah
dikontrakan kepada pihak ketiga beserta alokasi dananya ke tahun yang akan
datang. Bisnis proses Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availibility
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry
Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika
menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan
bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan
hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan.

2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit
PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry Forward.

3) Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry


Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.

134
4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya
juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan
kepada Satker.

c. Carry Forward dengan Encumbrance only

Disamping proyek-proyek tahun jamak, maka kegiatan yang dicarryforward


ecumbrance only adalah kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam yang dilakukan dalam tahun 2009,
tetapi belum dapat diselesaikan sampai dengan akhir Desember 2009, dapat
dilanjutkan penyelesaiannya ke tahun 2010. Pendanaan untuk kegiatan-kegiatan
tersebut bersumber dari pagu kementerian negara/lembaga masing-masing
dan/atau belanja lain-lain dalam Tahun Anggaran 2010.

Penerapan metode ini Encumbrance only pada dasarnya memiliki langkah yang
sama dengan Encumbrance dan Fund Availability. Perbedan mendasar adalah
pada Encumbrance only sisa alokasi dana tahun lalu tidak dibawa untuk
menambahkan pagu DIPA tahun yang akan datang. Bisnis proses Carry Forward
dengan Encumbrance Only dapat dijelaskan sebagai berikut :

135
1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry
Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika
menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan
bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan
hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan.

2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit
PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward.

3) Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry


Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.

4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya


juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan
kepada Satker.

5. Mekanisme DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN :

Terdapat kemungkinan bahwa anggaran untuk keperluan tertentu (antara lain


hibah, BLU) diterbitkan dokumen DIPA/Revisi DIPAnya pada waktu yang tidak
dapat dipastikan. Apabila dokumen pelaksanaan yang akan digunakan harus
menunggu Perpres Rincian APBN dalam pembahasan dengan DPR (APBN
Perubahan) hal tersebut sulit untuk dilaksanakan/tidak memungkinkan karena
kegiatan bersifat mendesak. Oleh karena itu perlu disusun mekanisme penerbitan
DIPA-Pengesahan untuk kepentingan tersebut.

Bagi penerimaan hibah baik Hibah LN/DN termasuk yang diterushibahkan setelah
APBN atau APBN-P disahkan yang dilaksanakan secara langsung oleh pemberi
hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh K/L dapat diterbitkan DIPA
Pengesahan. Kegiatan yang dibiayai dengan sumber dana hibah yang akan
dimasukkan alokasinya dalam DIPA adalah berbentuk uang sedangkan apabila
hibah dalam bentuk barang tidak dimasukkan dalam DIPA hanya dicatat dalam
catatan aset. Usulan ini disebabkan karena DIPA merupakan dokumen alokasi
untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang menghasilkan barang dan jasa

136
sehingga apabila hibah sudah berbentuk barang maka tidak perlu dimasukkan
dalam DIPA.

Apabila pengesahan DIPA Hibah dilaksanakan setelah APBN berjalan akan


diperhitungkan dalam APBN-Perubahan namun jika penerbitan DIPA setelah
APBN-Perubahan maka akan disesuaikan dalam LKPP. Hal ini karena kewenangan
dalam penerbitan dokumen pelaksanaan anggaran (revisi) dimaksud dilaksanakan
oleh DJPB sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 69/PMK.02/2010.

Pemberian dana hibah dapat dilaksanakan di luar periode penyusunan APBN


(APBN sudah disahkan) dan dapat dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah
sehingga perlu dilaksanakan penatausahaan untuk mengupdate/revisi penerimaan
hibah pada DIPA. Updating/revisi dimaksud terdiri dari :

a. Updating/revisi hibah luar negeri dan dalam negeri bagi hibah yang diterima
melalui Kementerian Keuangan dilakukan pada saat nota perjanjian hibah
ditandatangani oleh pemerintah dan donor. Penggunaan nota perjanjian
hibah sebagai dokumen sumber penerimaan menyebabkan updating
penerimaan hibah tidak dapat diperkirakan waktunya karena dimungkinkan
dilaksanakan setelah UU APBN disahkan.

Apabila hibah diteruskan kepada pihak yang bukan sebagai satker (BUMN)
maka penatausahaannya dilakukan oleh Kementerian Keuangan termasuk
menyampaikan updating perkiraan penerimaan menggunakan DIPA BUN
setelah register diterima.

Revisi/updating disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan penyesuaian data


beserta data pendukung dari penggunaan dana hibah disesuaikan dengan
kegiatan pada DIPA BUN berkenaan. DIPA BUN dimaksud dapat disusun oleh
beberapa unit eselon I di lingkup Kementerian Keuangan antara lain DJPK,
DJPU dan DJKN.

b. Updating/revisi penerimaan hibah yang diterima oleh K/L atau dilaksanakan


langsung oleh pemberi hibah dilakukan satker yang menerima hibah. Setelah
register diterima maka satker mengajukan revisi DIPA kepada DJPB beserta

137
rencana penggunaan dana atau apabila hibah berupa barang disertakan
keterangan tentang barang dimaksud beserta jumlahnya (satuan).

Terkait dengan konsep kinerja maka hibah yang diterima akan berpengaruh
kepada kegiatan yang dilaksanakan sehingga perlu disesuaikan dengan alokasi
hibah yang diterima. Pelaksanaan revisi DIPA yang menggunakan sumber
dana hibah dilaksanakan oleh Kanwil DJPB dan setelah disahkan diteruskan
kepada Dit PA. Dana hibah ini akan menambah pagu DIPA berkenaan (on top)
sehingga harus disampaikan perubahannya kepada DJA untuk bahan
penyusunan APBN-P.

Proses bisnis DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN dapat dijelaskan sebagai
berikut :

a. Setelah nomor register Hibah LN/DN (dokumen pendukung) diterima maka


sakter mengajukan permohonan pengesahan DIPA Hibah kepada Kanwil DJPB;

138
b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan rencana penggunaan dana
hibah (RKAKL) sesuai dengan pagu hibah;
c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian pagu dana dari register yang telah diterima
dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah selesai akan
diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi penambahan pagu
DIPA.

6. Mekanisme Penerbitan DIPA DAU

Ke depannya DAU pada masing-masing kabupaten/kota maupun provinsi


diterbitkan DIPAnya dengan mekanisme penerbitan DIPA DAU sama dengan DIPA
BUN sebagai berikut :

a) Setelah Peraturan Presiden tentang Penetapan Alokasi Anggaran Belanja


maka Menteri Keuangan dalam hal ini unit organisasi yang mengelola dana
perimbangan menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk BA-BUN yang
dikelolanya;

139
b) Penyusunan konsep dokumen DIPA menggunakan RKA-KL BA-BUN sesuai
dengan alokasi anggaran yang tercantum dalam Perpres dan disampaikan
kepada Dit PA;

c) Penelaahan dilakukan untuk mengetahui kebenaran dalam konsep DIPA


sesuai kaidah akuntansi termasuk klasifikasi belanja dan kode-kode lainnya;

d) Setelah proses penelaahan selesai maka dilakukan pengesahan DIPA dengan


menerbitkan SP-DIPA.

E. USULAN FORMAT BARU DIPA

1. Format Baru DIPA

Dengan terintegrasinya sistem perencanaan dan pelaksanaan anggaran akan


semakin memudahkan dalam proses penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran
sehingga diharapkan terjadi ‘penyatuan’ alur penyusunan dokumen anggaran.
Agar tujuan dimaksud dapat dicapai maka direncanakan format dokumen DIPA
menampung item-item dalam RKAKL sehingga akan memudahkan dalam
pembuatan aplikasi. Disamping itu dengan adanya usaha untuk meningkatkan
peranan halaman III DIPA sebagai perencanaan penarikan dana maka item
halaman III DIPA ditambah dengan pencantuman kegiatan yang termasuk
kontraktual maupun non kontraktual.

Salah satu tugas menteri/pimpinan lembaga dalam rangka penyusunan dan


pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yaitu menyusun Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya. Dasar penyusunan DIPA adalah Peraturan Presiden tentang Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP). Dalam rangka penyusunan
DIPA, akan diwujudkan dalam suatu desain berupa rancang bangun format DIPA
dalam rangka memfasilitasi penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dan
Kerangka Pembangunan Jangka Menengah yang memuat informasi terkait dengan
perencanaan dan pelaksanaan penganggaran. DIPA yang akan disusun formatnya
memberikan fleksibilitas kepada satuan kerja yaitu penggunaan pagu dana hanya

140
dua digit (jenis belanja) dan menampung beberapa item terkait dengan PBK dan
KPJM.

DIPA merupakan dokumen yang menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang telah
disahkan dalam UU APBN. Tugas pemerintah adalah melaksanakan amanat UU
APBN dalam hal ini oleh Kementerian Keuangan sebagai BUN dan Kementerian
Negara/Lembaga sebagai pelaksana kegiatan. Menteri Keuangan sebagai BUN
mempunyai kewajiban antara lain mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
yang disusun oleh K/L. Dalam kaitannya dengan DIPA maka Menteri Keuangan
sebagai BUN mengesahkan DIPA dalam Surat Pengesahan (SP-DIPA) dan K/L
menyusun isi/bagian DIPA yaitu Halaman I sampai IV. Yang harus diperhatikan
bahwa DIPA harus mencantumkan uraian seperti yang diamanatkan dalam UU No.
1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3). Berikut ini akan dijelaskan fungsi bagian-bagian
DIPA :

a. SP-DIPA

SP-DIPA pada prinsipnya adalah persetujuan Menteri Keuangan sebagai BUN


terhadap sejumlah alokasi dana yang dapat digunakan oleh K/L. SP-DIPA juga
merupakan kewajiban bagi BUN untuk menyediakan sejumlah dana bagi satker
dalam melaksanakan kegiatan dengan jumlah anggaran tertentu yang sebaliknya
menjadi hak bagi satker untuk memperoleh dana dimaksud.

Informasi lain yang terdapat dalam SP-DIPA yaitu dasar penggunaan alokasi serta
ringkasan dari halaman DIPA yaitu informasi kinerja yang akan dicapai, fungsi, sub
fungsi, program, alokasi pagu untuk menghasilkan output, kantor bayar dan
periode waktu berlakunya DIPA serta tanggung jawab bagi K/L terhadap
pelaksanannya.

b. Halaman I

Halaman I DIPA memberikan informasi umum yang lebih rinci terkait dengan
satker bersangkutan antara lain pejabat perbendaharaan termasuk target kinerja
yang akan dicapai beserta rinciannya, dana yang diperlukan dalam mencapai
kinerja, sumber dana pelaksanaan kegiatan dan penjelasan terhadap sumber dana
yang berasal dari pembiayaan dan hibah. Pada halaman I DIPA juga disediakan
141
informasi kerangka pengeluaran jangka menengah sebagai bahan pertimbangan
bahwa kegiatan yang ada dalam DIPA akan dilaksanakan pada tahun berikutnya
termasuk perkiraan pendanaannya.

c. Halaman II

Halaman II berisi informasi rincian jumlah pagu untuk pelaksanaan kegiatan satker
untuk mencapai output yang telah ditentukan pada jenis belanja tertentu. Jumlah
pagu tersebut merupakan hak dari satker yang menjadi dasar permintaan
pembayaran. Terkait dengan diberlakukannya otonomi daerah dimana
pelaksanaan kegiatan pemerintah dibagi antara pusat dan daerah, maka informasi
kewenangan pelaksanaan kegiatan menjadi penting untuk membedakan
pelaksanaan di daerah dan pusat, sehingga pengklasifikasian kewenangan (KP, KD,
DK, TP dan UB) perlu dicantumkan dalam DIPA Halaman II. Perlakuan kegiatan
yang bersumber dari masing-masing sumber dana berbeda sehingga informasi
sumber dana dari masing-masing pengeluaran harus dicantumkan Halaman II.

d. Halaman III

Alokasi dana bagi satker pada Halaman II harus dijabarkan pelaksanaannya dalam
periode waktu tertentu baik dari sisi rencana penarikan dan perkiraan
penerimaan. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan inilah yang dicantumkan dalam
halaman III DIPA dengan periode waktu bulanan sebagai acuan bagi sakter dalam
melaksanakan kegiatan maupun DJPB baik KPPN dalam penerbitan SP2D maupun
Dit PKN dalam manajemen kas. Yang perlu diperhatikan bahwa Halaman III harus
dibuat mekanisme updating baik rencana penarikan dana maupun perkiraan
penerimaan sehingga fungsi Halaman III menjadi efektif sebagai alat manajemen
kas (by product).

e. Halaman IV

Walaupun prinsip let the managers manage diterapkan dalam pelaksanaan


kegiatan namun untuk menjaga agar kebutuhan minimum yang penting bagi
kegiatan sehari-hari perkantoran tetap dapat dilaksanakan maka harus dijamin
pendanaannya dan tidak digunakan untuk keperluan lainnya. Disamping itu

142
Halaman IV juga mencantumkan hal-hal tertentu (catatan) sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan bagi satker (dana yang masih diblokir, penggunaan dana
yang masih harus mendapat penjelasan).

Halaman IV DIPA ke depannya masih diperlukan untuk menampung hal-hal yang


harus dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan. Halaman Catatan dalam DIPA
mencakup antara lain pengeluaran yang alokasi dananya tidak boleh digunakan
sebelum diajukan perubahan kepada DJPB atau sudah dipenuhi persyaratan yang
sebelumnya tidak lengkap. Disamping itu halaman Catatan dalam DIPA juga
memberikan informasi alokasi dana yang belum dapat digunakan baik seluruhnya
maupun sebagian karena kurangnya kelengkapan data yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan. Halaman Catatan juga menampung informasi apakah suatu
kegiatan dilaksanakan oleh satker bersangkutan atau dilaksanakan oleh instansi
lainnya misalnya dana bantuan bagi satker lain.

1. Catatan DIPA :
b. Kegiatan yang masih diblokir dananya
Pada saat alokasi pada APBN disahkan maka kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh satker (K/L) dibahas dengan data pendukung untuk penentuan rincian
biaya di DJA. Blokir tidak terbatas dilakukan oleh DJA namun dapat dilakukan
mulai dari DPR dan juga dapat dilaksanakan oleh DJPB sesuai dengan
kewenangannya. Blokir dapat diperoleh dari alokasi anggaran yang belum
ditetapkan penggunaannya (berasal dari efisiensi dan/atau komponen input
yang tidak relevan dengan output). Apabila data dukung yang dipersyaratkan
belum lengkap maka DJA akan melakukan blokir baik seluruhnya maupun
sebagian atas dokumen pendukung yang belum lengkap sebagai syarat untuk
penggunaan dana. Sebagai contoh dalam belanja modal untuk membangun
gedung salah satu persyaratannya misalnya adalah TOR dan RAB, namun
karena satker (K/L) belum menyampaikan maka alokasi dana pembangunan
gedung diblokir sebagian atau keseluruhan.
c. Akun yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan operasional (pemenuhan
kebutuhan minimum kantor)

143
Pagu dana untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari perkantoran diusahakan
tetap menggunakan jumlah pagu dana yang telah dialokasikan pada akun
bersangkutan. Apabila diberikan keleluasaan untuk melakukan pergeseran
untuk mengurangi alokasi dikhawatirkan akan menyebabkan kegiatan kantor
tidak berjalan dengan semestinya.
Daftar akun untuk belanja sehari-hari perkantoran (kondisi saat ini) namun
dapat disesuaikan baik jenis maupun jumlah akun dapat dikurangi atau
ditambah :
521111 : Belanja Keperluan Perkantoran
521112 : Belanja Barang Operasional Lainnya
521113 : Belanja untuk Menambah Daya Tahan Tubuh
521114 : Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat
521115 : Honor Terkait dengan Operasional Satuan Kerja
521119 : Belanja Barang Operasional Lainnya
522111 : Belanja Langganan Daya dan Jasa
522114 : Belanja Sewa
523111 : Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan
523121 : Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin

Apabila dibutuhkan satker dapat mengajukan pergeseran antar belanja


operasional namun harus disampaikan perubahannya melalui KPPN untuk
seterusnya disampaikan kepada Kanwil DJPB untuk proses approval dalam
database SPAN. Pengajuan perubahan belanja operasional dapat dilakukan
bersamaan dengan pengajuan SPM sehingga satker tidak perlu
menyampaikan langsung kepada Kanwil DJPB karena perubahan 6 (enam)
digit sebenarnya merupakan kewenangan satker namun karena alokasi
belanja tersebut dicantumkan dalam Halaman Catatan DIPA yang harus
disesuaikan jika akan dirubah besaran alokasi masing-masing belanja.

2) Khusus untuk belanja pegawai alokasi yang telah disahkan tidak boleh
dikurangi namun dapat dilakukan penambahan terkait dengan penambahan
jumlah pegawai. Hal ini termauk untuk belanja honor, uang makan dan
tunjangan yang melekat pada gaji termasuk uang duka wafat, karena pada
suatu saat satker dapat menerima tambahan pegawai sehingga belanja yang
terkait dengan pegawai juga akan bertambah atau terjadi pegawai yang

144
meningggal dunia. Sedangkan untuk uang lembur sudah ditentukan tidak
boleh melebihi alokasi tahun 2010 sehingga harus dikunci tidak boleh
melewati pagu 2010.
Daftar akun untuk belanja pegawai :
511111 : Belanja Gaji Pokok PNS
511119 : Belanja Pembulatan Gaji PNS
511121 : Belanja Tunjangan Suami/Istri PNS
511122 : Belanja Tunjangan Anak PNS
511123 : Belanja Tunjangan Struktural PNS
511124 : Belanja Tunjangan Fungsional PNS
511125 : Belanja Tunjangan PPh PNS
511126 : Belanja Tunjangan Beras PNS
511129 : Belanja Uang Makan PNS
511147 : Belanja Tunjangan Lain lain Termasuk Uang Duka PN Dalam dan
Luar Negeri
511151 : Belanja Tunjangan Umum PNS
512211 : Belanja Uang Lembur

2. Catatan lainnya yang diperlukan


a. Catatan ini tidak terkait dengan jumlah alokasi pagu yang boleh digunakan
namun hanya untuk menjelaskan keperluan dalam pelaksanaan kegiatan.
Misalnya ada belanja modal yang dihibahkan untuk satker vertikal atau ada
belanja barang yang diterima oleh masyarakat. Sehingga catatan ini disesuaikan
dengan kebutuhan dan tidak menggunakan suatu konsep atau dasar
pertimbangan yang sudah ditentukan. Termasuk catatan untuk kegiatan yang
dilaksanakan dengan sumber dana PNBP terdapat catatan bahwa pencairan
dana yang bersumber PNBP dapat dibayarkan setelah dana disetorkan ke kas
negara.
b. Catatan untuk kegiatan (0003) Pelayanan Publik atau Birokrasi yang diikat
jumlah pagunya namun akun yang digunakan tidak dapat ditentukan seperti
pada kegiatan operasional perkantoran. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam
menentukan jumlah pagu pada akun untuk kegiatan (0003).

Penyesuaian Format Dokumen DIPA :

 Halaman Surat Pengesahan (SP-DIPA) diusulkan sedikit penyesuaian antara lain


pencantuman kinerja kegiatan sesuai dengan konsep penganggaran yang baru

145
(PBK). Pencantuman kinerja menjadi komitmen bagi satker agar dalam
menggunakan alokasi dana yang diterima lebih terfokus pada pencapaian
target yang telah ditetapkan. Kepentingan DJPB dalam melakukan tugas
sebagai Bendahara Umum Negara tercantum dalam halaman SP-DIPA sesuai
dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7 yaitu antara lain melakukan pembayaran
berdasarkan permintaan pejabat PA dapat dipenuhi.

 Konsep format dokumen DIPA halaman IA diusulkan dibagi menjadi dua bagian
yaitu formulir 1 yang berisi informasi sasaran dan kinerja dari satker sedangkan
formulir 2 berisi informasi rincian sumber pendanaan. Usulan perubahan antara
lain penyesuaian item yang terkait dengan aspek penganggaran berbasis kinerja

146
dan penambahan indikator-indikator, prioritas nasional dan fokus prioritas
termasuk visi serta misi. Format DIPA yang diusulkan dapat dilihat pada di
bawah ini :

147
 Usulan perubahan Halaman II DIPA yang saat ini menjadi formulir 3 yaitu
penambahan satu tabel yang berisi informasi target pendapatan/penerimaan
dalam satu tahun. Dasar pertimbangan terhadap usulan tersebut yaitu DIPA
diharapkan tidak hanya dititikberatkan sebagai dokumen yang memuat belanja
dari satker tetapi ke depannya juga memuat informasi rencana pendapatan
yang terdokumentasi dengan baik. Gambar usulan dapat dilihat di bawah :

 Halaman III DIPA diusulkan untuk dirubah menjadi formulir 4 dengan


memisahkan rencana penarikan dana dan perkiraan pendapatan/penerimaan.
Perubahan tersebut dimaksudkan agar satker lebih terinci dalam
menyampaikan informasi terkait waktu pelaksanaan kegiatan. Data yang
dicantumkan dalam formulir 4 ini berasal dari formulir 3 yang dibagi dalam
periode waktu yang direncanakan. Gambar dapat dilihat dibawah :

148
 Halaman IV DIPA diusulkan menjadi formulir 5, masih diperlukan disesuaikan
fungsinya antara lain untuk mencatat akun yang tidak boleh dikurangi
(mengikat/jika diperlukan) serta dana yang masih diblokir. Walaupun
fleksibilitas yang diberikan kepada satuan kerja/KPA dalam pelaksanaan
kegiatan namun perlu kepastian bahwa dana yang digunakan untuk kegiatan
tertentu terjamin kecukupannya. Apabila terjadi kelebihan dapat digunakan
namun dengan melakukan revisi. Gambar dapat dilihat di bawah :

149
BAB V

KONEKSITAS PENGEMBANGAN PROSES BISNIS DAN STRATEGI IMPLEMENTASI

MANAJEMEN DIPA KE DEPAN

Penyusunan sistem penganggaran yang terpadu berbasis teknologi informasi


(SPAN) membutuhkan kesiapan dari berbagai pihak. Persiapan perumusan kebijakan
dan strategi, perancangan, dan penyusunan proses bisnis yang terkait dengan
mekanisme penerimaan, pengeluaran, manajemen kas, pelaporan yang berbasis pada
akuntansi yang sehat membutuhkan dukungan penuh dari pihak-pihak terkait. Tanpa
adanya kerjasama baik dari internal Direktorat Transformasi Perbendaharaan sebagai
pelaksana kegiatan utama maupun dari pihak lain dalam memberikan masukan dan
saran maka rencana program yang telah disusun akan sulit dicapai.

A. Koneksitas Pengembangan Proses Bisnis MoSA

Manajemen DIPA tidak terlepas dari sisi proses bisnis perencanaan anggaran
(budget preparation) yang disusun oleh DJA seperti yang tercantum dalam dokumen
bidding SPAN. Proses penganganggaran merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh dua institusi Departemen Keuangan yang memiliki kewenangan
dan tanggung jawab yang berbeda. Di mulai dengan proses pembahasan rencana kerja
kementerian/lembaga disesuaikan dengan pagu dana dilaksanakan oleh DJA.
Selanjutnya dokumen yang dihasilkan (Perpres) dari proses perencanaan menjadi
bahan yang akan digunakan oleh DJPB sebagai dasar pengesahan DIPA yang
disampaikan oleh kementerian/lembaga. Secara alur pengembangan proses bisnis
MoSA dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses perencanaan yang telah dilaksanakan oleh DJA menghasilkan dokumen


Perpres tentang Rincian APBN yang selanjutnya disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sebagai bahan pengesahan DIPA. Mekanisme

150
perencanaan anggaran saat ini dan konsep yang akan datang sebagai bahan
masukan bagi penyusunan proses bisnis MoSA.
2. Masukan dari the owner DIPA yaitu Direktorat Pelaksanaan Anggaran akan
digunakan sebagai acuan dalam mengkaji manajemen DIPA (MoSA). Berdasarkan
masukan baik DIPA saat ini maupun konsep DIPA yang akan datang dari Direktorat
PA serta mekanisme perencanaan anggaran dari DJA selanjutnya disusun kajian
MoSA oleh Bagian Transformasi Bisnis Internal Direktorat Transformasi
Perbendaharaan.
3. Setelah konsep penyempurnaan MoSA di susun maka dilakukan lagi pengayaan
yang diperoleh dari internal direktorat lingkup Direktorat Jenderal
Perbendaharaan maupun dari pihak eksternal yang pada saatnya akan terlibat
dalam pelaksanaan DIPA serta dari narasumber yang kompeten. Masukan dan
updating DIPA existing dari berbagai pihak akan diteliti kelebihan dan
kekurangannya serta kaitannya dengan landasan hukum yang berlaku. Penelitian
ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan dalam pelaksanaan dengan
peraturan khususnya paket Undang-undang Keuangan Negara.
4. Setelah dilakukan penelitian kemudian finalisasi dan kajian penerapan MoSA
dengan menerima berbagai usulan perubahan dari konsep semula. Setelah
pengkajian selesai maka Diretorat Transformasi Perbendaharaan menyusun
rekomendasi terhadap strategi dan implementasi DIPA yang akan datang.
5. Rekomendasi proses bisnis pelaksanaan DIPA yang akan datang disampaikan
kepada Direktorat PA untuk penyusunan aturan dan implementasi proses bisnis
yang baru.

B. Strategi Implementasi

Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi harus menerapkan
strategi pelaksanaan yang efektif. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan strategi
tersebut antara lain Birnbaum, B, (2009) :

1. Action Planning
2. Organization Structure
3. Human Resources

151
4. The Annual Business Plan
5. Monitoring and Control
6. Linkage

STRATEG
Y

1 2 3 4 5
LINKAGE
Terkait dengan penyempurnaan proses bisnis MoSA di masa mendatang perlu
langkah-langkah yang dilakukan sebagai strategi pelaksanaan yaitu :

1. Action Planning

Penyusunan proses bisnis MoSA yang baru tidak terlepas dari pertimbangan
rencana kegiatan yang rinci termasuk tahapan-tahapan pelaksanaan yang disusun
secara kronologis dengan membuat penambahan-penambahan yang mendetil
apabila diperlukan. Pada tahap sekarang yaitu penyusunan future state vision,
langkah-langkah yang dilakukan termasuk menyusun jadwal kegiatan. Dalam
penyusunan future state vision diperlukan sumber-sumber baik dari naskah
akademik maupun para pejabat/ahli yang berkompeten untuk dimintakan
masukan dalam penyusunan proses bisnis MoSA. Selajutnya adalah
menterjemahkan masukan-masukan tersebut dalam bentuk tertulis yaitu draft
naskah akademik MoSA.

Jadwal Pengembangan Proses Bisnis MoSA :

Perlu penyesuaian pelaksanaan SPAN terkait dengan ruang lingkup inti proses
bisnis/modul MoSA. Pengkajian MoSA sampai dengan penyusunan peraturan dan
implementasi proses bisnis baru dengan berbagai bahan/sumber yang diperoleh
dari berbagai pihak perlu dilakukan penyesuaian antara time line dan road map di

152
dalam lingkup pengembangan SPAN. Sesuai dengan rencana pelaksanaan SPAN
maka dibuat jadwal pengembangan proses bisnis MoSA pada tahun 2010 sebagai
berikut :

Dalam rencana penyusunan proses bisnis MoSA yang baru kegiatan yang akan
dilaksanakan antara lain berupa workshop, site visit, konsinyering serta apabila
naskah rekomendasi proses bisnis MoSA sudah disusun dan disetujui akan
dilakukan sosialisasi. Kegiatan yang penting dalam penyempurnaan proses bisnis
MoSA diperkirakan berlangsung pada bulan September sampai akhir tahun 2010.
Dengan rencana yang akan dilaksanakan tersebut diharapkan dapat sesuai dengan
target penyelesaian yang terdapat pada time line dan mendukung road map SPAN
secara menyeluruh. Tahapan-tahapan dalam jadwal kegiatan proses bisnis MoSA
direncakan antara lain:

a. Bulan Januari sampai dengan Maret 2010 akan dilakukan perumusan future
vision MoSA dan penjelasan secara mendetail bisnis proses dengan output
diharapkan adalah draft future definition MoSA.

153
b. Bulan April sampai dengan Juni 2010 akan dilaksanakan revisi dan
penyempurnaan future definition MoSA dengan output penyusunan
perbaikan draft proses bisnis
c. Bulan Juli sampai September 2010 akan dilakukan uji coba aplikasi
d. Bulan Oktober sampai Desember 2010 direncanakan melakukan piloting di
Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan serta
review untuk penyempurnaan.

2. Organization Structure

Setelah draft MoSA di masa mendatang disusun akan dimungkinkan terjadinya


perubahan dalam struktur organisasi khususnya tugas dan fungsi unit Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang saat ini dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan
Anggaran. Dengan SPAN maka proses penyusunan dokumen DIPA menjadi
semakin sederhana dengan data base yang sama sehingga akan merubah pola
penelaahan konsep DIPA dari satuan kerja. Semakin ringkasnya proses penelaahan
konsep DIPA dapat diantisipasi dengan fokus pada monitoring dan bimbingan
pelaksanaan kegiatan satker demikian juga dalam pencairan dana.

3. Human Resources

Penerapan suatu ide baru harus mempertimbangkan faktor sumber daya manusia
termasuk MoSA di masa mendatang agar penerapannya dapat berjalan sesuai
rencana. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah gagasan yang baru
membutuhkan analisis manajemen komunikasi yang dibutuhkan. Sumber daya
manusia harus memahami langkah-langkah strategi dalam pengembangan
kegiatan yang akan diterapkan. Terkait dengan hal ini setiap SDM yang terlibat
harus diberikan penjelasan mulai dari ide/konsep sampai rencana implementasi.
Cara yang efektif adalah dilakukannya rapat, workshop dan site visit untuk
mengenalkan dan menerima masukan terhadap ide-ide baru.

Faktor terkait SDM kedua adalah kebutuhan SDM bagi pelaksanaan MoSA baru
harus dipertimbangkan karena penerapan SPAN dapat berdampak jumlah pegawai
yang terlibat dalam pelaksanaannya. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
154
bagaimana para pegawai yang terlibat dapat mengembangkan ide-ide awal
dengan memberikan waktu untuk menambah pengalaman, melakukan pelatihan-
pelatihan maupun menggunakan pegawai baru yang dapat melaksanakannya.

4. The Annual Business Plan

Terkait dengan pelaksanaan MoSA perlu dipertimbangkan penyediaan dana yang


diperlukan untuk operasionalisasi sistem yang terintegrasi. Dukungan sarana dan
prasarana yang memadai memerlukan pendanaan yang cukup besar. Apabila dana
yang disediakan tidak mencukupi maka sebaik apapun strategi yang diterapkan
dalam pengembangan MoSA di masa mendatang tidak akan berjalan dengan baik
dan bahkan mungkin akan berhenti di tengah jalan.

5. Monitoring and Control

Monitoring dan kontrol perencanaan yang dilaksanakan tersebut menggunakan


penilaian yang periodik untuk melihat apakah strategi yang digunakan telah
berjalan sesuai rencana. Hal tersebut juga termasuk pertimbangan pilihan-pilihan
untuk mendapatkan suatu strategi agar pelaksanaan yang tidak sesuai dapat
dikembalikan pada jalurnya. Pilihan-pilihan ini termasuk perubahan jadwal,
perubahan taktik dalam langkah-langkah pelaksanaan, perubahan strategi atau
perubahan dalam tujuan (hal terakhir).

6. Linkage

Banyak organisasi yang sukses membangun kelima faktor pendukung di atas.


Mereka membangun rencana tindak, mempertimbangkan struktur organisasi,
mendekatkan dengan kebutuhan yang diperlukan SDM, pendanaan rencana
strategis melalui rencana bisnis tahunan dan mengembangkan rencana untuk
memonitor dan kontrol strategi dan taktik mereka. Namun dapat juga terjadi
kegagalan dengan alasan yang paling sering terjadi adalah kesenjangan
keterkaitan dari masing-masing faktor pendukung untuk meyakinkan bahwa
semua sumber-sumber organisasi adalah “rowing in the same direction”. Tidak
cukup untuk mengatur satu, dua, atau beberapa faktor pendukung strategi. Agar
155
penerapan strategi tersebut sukses, organisasi harus mengatur semuanya. Dan
harus diyakinkan bahwa kita telah mengaitkan/menghubungkan mereka bersama.
Strategi yang diperlukan untuk “linkage/hubungan” baik vertikal dan horisontal.

Hubungan vertikal dalam pengembangan MoSA adalah membangun koordinasi


dan dukungan antara rencana yang disusun dengan pelaksanaan dibawahnya.
Dalam hal ini penyusunan proses bisnis MoSA yang baru harus merupakan
aktivitas yang torkoordinir antara Kantor Pusat DJPB sebagai perencana dengan
unit eselon dibawahnya yang akan melaksanakan. Tanpa koordinasi maka tanpa
pengendalian terhadap tujuan yang akan dicapai akan mengalami kesulitan.

Hubungan horisontal antar unit yang terkait dengan manajemen DIPA akan
berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan proses bisnis MoSA yang baru. Kerjasama
dan koordinasi antar unit antara lain karena dalam satu hal terkait dengan
beberapa tugas yang saling terkait dilaksanakan oleh unit-unit yang berbeda.
Sebagai contoh dalam rencana penggunaan dana halaman III DIPA akan terlibat
Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Tanpa
koordinasi dan kerjasama yang harmonis maka masing-masing unit akan
mengedepankan tugas masing-masing tanpa melihat keterkaitan dengan tugas
dari unit lainnya.

156
BAB VI

PENUTUP

Manajemen pelaksanaan anggaran merupakan bagian dari sistem dalam SPAN


yang memberikan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan oleh Pengguna/Kuasa
Pengguna Anggaran agar alokasi dana yang tertuang dalam DIPA dapat digunakan
sebaik mungkin. Tujuan dari penyusunan draft modul manajemen DIPA salah
satunya yaitu semakin fleksibel pelaksanaan kegiatan dari sisi satuan kerja dan dari
sisi Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah dapat menyediakan kebutuhan
dana yang diperlukan satuan kerja dengan sebaik-baiknya. Salah satu tujuan
pengembangan sistem SPAN adalah semakin mempermudah proses penganggaran
yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Dalam sistem SPAN
proses penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran akan semakin terintegrasi
sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara.

Draft modul Manajemen DIPA/MoSA masih merupakan usulan yang harus


diberikan masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki dan menyempurnakan
materi dalam modul dimaksud sehingga diharapkan dapat menjadi bahan
pembahasan di tingkat yang lebih tinggi serta dapat memenuhi keinginan bersama
untuk memperbaiki pelaksanaan pengelolaan keuangan negara.

157
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Richard dan Tommasi, Daniel, 2001, Managing Public Expenditure: A Reference
Book for Transition Countries, OECD

Allen, Richard, Schiavo-Campo, Salvatore dan Columkill Garity, Thomas, 2004,


Assessing and Reforming Public Financial Management “A New Approach”, IBRD,
The World Bank

Birnbaum, Bill, 2009, Strategy Implementation: Six Supporting Factors (Bimbaum


Associates, http://www.birnbaumassociates.com/strategy-implementation.htm

Edgardo Campos, Jose and Pradhan, Sanjay, 1997, Evaluating Public Expenditure
Management Systems ‘An Experimental Methodology with an Application to the
Australia and New Zealand Reforms’, Journal of Policy Analysis and Management

European Commission, 2008, European Union Public Finance, 4th Edition

Hashim, Ali dan Allan, Bill, 2001, Treasury Reference Model, The World Bank

HM Treasury, 2010, Public Expenditure Planning and Control in the UK : Spending


Review, www.hm-treasury.gov.uk

Lienert, Ian, 2003, A Comparison Between Two Public Expenditure Management


Systems in Africa, IMF Working Paper

M. Kim, John, 2009, Budget Execution ‘Performance Budgeting and Fiscal


Transparency’, Korea Institute of Public Finance

Moulin, Laurent, 2004, Expenditure Rules à la franҫ aise : An Assessment after Five
Years, ECFIN Country Focus, Volume 1, Issue 5, European Commission

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 119/PMK.02/2009 tentang


Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.05/2009 tentang


Perencanaan Kas

158
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.05/2010 tentang
Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran PNPM Mandiri TA 2009 sebagai ABT
Tahun 2010

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 28/PMK.05/2010 tentang


Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56/PMK.02/2010 tentang Tata


Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 69/PMK.02/2010 tentang Tata


Cara Revisi Anggaran

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 104/PMK.02/2010 tentang


Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL Tahun Anggaran 2011

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 126/PMK.07/2010 tentang


Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 180/PMK.02/2010 tentang


Perubahan atas PMK No. 69 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2010

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 187/PMK.02/2010 tentang


Pengalihan Bagian Anggaran BUN ke Bagian Anggaran K/L

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.05/2010 tentang


Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan DIPA Tahun Anggaran 2011

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 193/PMK.02/2010 tentang


Perubahan atas PMK No. 104 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
RKAKL Tahun Anggaran 2011

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 194/PMK.05/2010 tentang


Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran Penerusan Pinjaman Tahun Anggaran
2010 sebagai Tambahan Anggaran Tahuan Anggaran 2011

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum

159
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah

Premchand, A, 1993, Public Expenditure Management, International Monetary Fund

Probst, Alan, 2010, Performance Measurement & Performance Based Budgeting (PBB),
Financial Management Series No.8, University of Wisconsin-Extension

Shah, Anwar, 2007, Budgeting and Budgetary Institutions’ Public Sector Governance
and Accountability Series’, IBRD, The World Bank

Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-02/PB/2006 tentang


Penyampaian Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Forecasting)
Instansi / Satuan Kerja Pemerintah Pusat / Daerah

The International Banking for Reconstruction and Development, 1998, Public


Expenditure Management Handbook, The World Bank

Thompson, Fred dan Zumeta William, 1981, Control and Controls: A Reexamination of
Control Patterns in Budget Execution, Policy Science 13, 25-50, Elsevier Scientific
Publishing Company, Amsterdam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


KPMK, Departemen Keuangan RI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara

Wildawsky, Aaron, 1975, Budgeting: A Comparative Theory of Budgetary Processes,


Little-Brown, Boston

160
LAMPIRAN

PENJELASAN PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA


RINCIAN PENJELASAN PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA
PENERBITAN DIPA

Process ID B.1.a
Process Name Penerbitan SP DIPA Biasa
Objective Proses penelahan dan pengesahan DIPA
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan
Kantor Wilayah DJPB
Major Data UU APBN, Perpres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
Input (RABPP)/Alokasi APBN, Konsep DIPA K/L
Major Data DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN dan Satker.
User
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3 UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4 UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5 PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum

6 PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7 Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran


Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010

161
8 PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

9 PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan


Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan

10 PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

11 PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan


dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

12 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata


Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

Frekuensi Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB

Process 1. Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP)


Description and
selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Alokasi APBN
Special Rules
ke MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen
DIPA pada DJPB.

2. Pada DIPA Kantor Pusat (KP) yang berlokasi di Jakarta akan


dilakukan penelaahan di Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA
yang lainnya akan dilakukan penelaahan pada Kantor Wilayah
DJPB.

3. Satker menyampaikan Konsep DIPA (kepada Direktorat PA


untuk DIPA Pusat dan ke Kanwil DJPB untuk DIPA lainnya)
maka dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker. Penelaahan

162
tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker
dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan,
penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Setelah semua sesuai
maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan
Kanwil DJPB a.n Menkeu mengesahkan DIPA selain Kantor
Pusat K/L yang berlokasi di Jakarta.

4. Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak


sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Direktorat
Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB akan menerbitkan
surat pengembalian konsep DIPA untuk segera diperbaiki oleh
satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan
juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan
kewenangan yang diberikan seperti dalam hal koreksi
administratif antara lain kode kantor bayar, kode kewenangan
penyesuaian dengan kaidah akuntansi.

Rincian Proses :

a. (ASUMSI PERPRES DI DJA) Setelah DJA menetapkan Perpres


dan diinput dalam hyperion kemudian data tersebut disampaikan
ke ERP (Oracle) sebagai database dari DJPB. Data di ERP
(Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit
Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal appropriation.
Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek
dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit
Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA juga mengirimkan
hardcopy Perpres sebagai dokumen formal untuk dasar
penerbitan SP DIPA.

b. Setelah itu data secara otomatis diterima oleh pelaksana Subdit


Teknis/Bidang PA Kanwil DJPB masing-masing serta dilakukan
persiapan penelaahan dengan membuat dan menyampaikan
pemberitahuan jadwal penelaahan bersama dengan petugas dari
K/L. Sedangkan untuk penelaahan di Kanwil DJPB, setelah
dilakukan posting untuk jurnal appropriation maka Direktur PA

163
membuat cover letter Perpres Rincian Alokasi APBN sebagai
dasar formal penelaahan DIPA.

c. Hardcopy Perpres diterima Subdit Dabantek PA untuk dilakukan


pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit
Dabantek (Bagian Perekaman Data) juga melakukan pencocokan
data antara hardcopy dan database untuk memastikan bahwa
kedua data tidak berbeda (diusulkan alternative lain yaitu tidak
diperlukan pencocokan antara hardcopy dan database dengan
asumsi hardcopy hasil cetakan dari database). Apabila terjadi
data yang berbeda maka akan disampaikan pemberitahuan
kepada DJA untuk mendapatkan kepastian data yang benar.
Setelah data antara hardcopy dan softcopy dinyatakan sama akan
disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk
dilakukan disposisi dan diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA
jika pembahasan di kantor pusat dan diteruskan kepada Kanwil
DJPB untuk DIPA selain kantor pusat K/L di Jakarta melalui
Subdit Teknis Dit PA.

d. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat


digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan
jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit
Teknis/Bidang PA Kanwil dengan terlebih dahulu melakukan
pengecekan pagu per satker dan selanjutnya disampaikan kepada
Kepala Subdit/Bidang PA untuk diteruskan kepada Direktur
PA/Kepala Kanwil DJPB untuk diparaf/ditandatangani.

e. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut dengan


jadwal penelaahan maka satker yang diwakili oleh pejabat
eselon III beserta staf melaksanakan penelaahan. Dokumen
sumber yang digunakan berdasarkan data Perpres dengan
menggunakan peraturan yang berlaku (Permenkeu) untuk
menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.

f. Pelaksanaan penelaahan bersama pejabat eselon III dan IV serta


staf Dit PA. Pejabat eselon III baik dari K/L maupun DJPB pada

164
umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan
sekilas kemudian untuk penelaahan yang bersifat teknis akan
dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-masing staf.

g. Satker memberikan data dan hardcopy konsep DIPA yang


dicetak dari aplikasi satker. Data tersebut diupload dalam
database ERP. Dari data yang disampaikan oleh satker maka
akan diketahui dalam database ERP komponen apa saja yang
tidak sesuai (validasi). Apabila terjadi perbedaan maka data
konsep DIPA yang digunakan diambil dari ERP oleh pelaksana
Subdit Teknis Dit PA. Setelah proses upload selesai maka data
tersebut diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kepala Subdit
Teknis untuk dilakukan approval. (Dokumen konsep DIPA
dikembalikan untuk diperbaiki oleh Satker).

h. Dokumen DIPA hasil penelaahan diterbitkan Surat


Pengesahannya untuk diparaf oleh Kepala Seksi Dit
Teknis/Bidang PA Kanwil DJPB dan diteruskan kepada
Kasubdit/Kabid PA untuk diparaf dan selanjutnya
ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil
DJPB.

i. Hasil penelaahan dalam database ERP dibuat posting untuk


jurnal allotment oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA/Bidang
PA Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi dan Kasubdit
Teknis / Kabid PA Kanwil DJPB.

Proses aplikasi jika ada blokir (alternatif selain menggunakan


budget code) :

Blokir dari DJA

1. Pada saat data hyperion diinterface ke database ERP maka


sudah ada pemisahan antara alokasi yang dapat digunakan
dan yang masih diblokir. Alokasi yang diblokir akan
menggunakan data tersendiri namun bukan menggunakan
budget code yang berbeda.

165
2. Pelaksana Seksi Perekaman Data Subdit Dabantek membuat
posting jurnal appropriation atas data alokasi yang langsung
dapat digunakan dan jurnal blocking untuk alokasi yang
masih diblokir.

3. Proses berikutnya pengesahan DIPA (hardcopy).

Blokir oleh DJPB

1. Pelaksana Seksi Teknis Subdit PA/Kanwil DJPB menerima


notifikasi dari Dabantek bahwa alokasi untuk satker tertentu
sudah dibuat jurnal appropriation sehingga sudah dapat
dilakukan proses penelaahan.

2. Berdasarkan hasil penelaahan bersama dengan satker maka


apabila terdapat alokasi yang diblokir oleh DJPB akan dibuat
jurnal blocking.

3. Setelah selesai penelaahan pelaksana subdit Dabantek/Bagian


Umum Kanwil DJPB melakukan posting jurnal allotment
untuk alokasi yang dapat digunakan dan jurnal blocking
untuk alokasi yang diblokir.

4. Jurnal blocking mempunyai fungsi yang mirip dengan


encumbrance untuk alokasi yang kegiatannya dilaksanakan
secara kontraktual.

5. Proses selanjutnya pengesahan DIPA (hardcopy).

Process ID B.1.b
Process Name Penerbitan DIPA Sementara
Objective Pengesahan DIPA Sementara
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan Kantor Wilayah
166
DJPB
Major Data UU APBN, Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP)
Input
Major Data DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPBN, Kanwil DJPBN, dan KPPN
User
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran


Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010

8. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan


dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

167
11. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan
Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan

Frequency Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB

Process 1. DJA mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/Kanwil


Description and
Ditjen PB (hard copy) termasuk database yang langsung
Special Rules
diterima DJPB sehingga mendahului hardcopynya.

2. Proses penerbitan SP DIPA Sementara tidak dilakukan melalui


proses penelaahan karena satker K/L belum menyampaikan
“konsep” DIPA sampai batas waktu yang telah ditentukan
sehingga DJPB mengambil langkah antisipasi agar pelaksanaan
kegiatan khususnya operasional dan pembayaran belanja
pegawai tidak terlambat.

3. Pada DIPA Kantor Pusat (KP) yang berlokasi di Jakarta akan


dilakukan penerbitan SP DIPA di Direktorat PA, sedangkan
untuk DIPA lainnya akan dilakukan pengesahan pada Kantor
Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil DJPB).

4. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi


Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit
Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala
Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang).

5. Dengan terbentuknya jurnal appropriation maka data sudah


dapat digunakan sebagai dasar penerbitan SP DIPA Sementara.
Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis masing-
masing untuk dilakukan persiapan penerbitan SP DIPA dengan
membuat DIPA secara langsung yang ditandatangani oleh
Direktur PA untuk DIPA Kantor Pusat dan Kabid PA di Kanwil

168
DJPB.

6. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB


terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu per satker.
Kemudian dilakukan pemblokiran alokasi belanja terkecuali
untuk belanja pegawai dan operasional sehari-hari perkantoran.
Selanjutnya disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala
Subdit untuk dilakukan approval serta diteruskan kepada
Direktur PA untuk ditandatangani pada hardcopy DIPA
Sementara.

7. Langkah berikutnya Direktur PA akan melihat alokasi pagu


masing-masing satker dan apabila telah sesuai maka
disampaikan konsep SP DIPA satker yang telah ditandatangani
tersebut atas nama Dirjen Perbendaharaan. Konsep SP DIPA
Sementara yang telah ditandatangani diteruskan kepada Dirjen
Perbendaharaan untuk dilakukan penandatanganan SP DIPA.

8. Kemudian pelaksana subdit Teknis Dit PA / Bidang PA Kanwil


DJPB akan melakukan posting jurnal allotment dan diapprove
oleh Kepala Seksi dan Kepala Subdit Teknis Dit PA / Bidang
PA Kanwil DJPB.

9. Selanjutnya oleh Subdit Dabantek DIPA yang sudah


ditandatangani oleh Direktur PA disampaikan ke Dirjen
Perbendaharaan untuk penandatanganan SP DIPA Sementara.

10. SP DIPA Sementara yang telah diterbitkan tersebut menjadi


dasar pencairan dana pada kegiatan yang sudah dapat
direncanakan namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan
sehari-hari perkantoran (kegiatan lain diblokir).

11. Langkah selanjutnya DIPA sementara tersebut dikirim ke KPPN


dan satker sebagai dasar pelaksanaan pembayaran.

Process ID B.1.c
169
Process Name Penerbitan SP DIPAVote An Account
Objective Pengesahan DIPAVote An Account
Input Process Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahaan DIPA
Output Process Pengesahan DIPA
Major Data RKA-KL
Input
Major Data DIPA VoA
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, dan KPPN
User
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum

5. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

6. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan


Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan

7. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan


dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

Frequency Apabila DPR/legislatif tidak mengesahkan APBN sampai batas


waktu yang ditentukan

SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran


Process 1. Penyampaian data kertas kerja RKA-KL menggunakan pagu
Description and
sementara dari modul Budget Preparation di hyperion
Special Rules

170
kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di ERP. Bahan
pertimbangan dalam penyusunan kertas kerja RKA-KL adalah
alokasi yang digunakan maksimal sebesar alokasi tahun
sebelumnya.

2. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi


Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman
Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang).

3. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis


masing-masing untuk dilakukan persiapan pencetakan DIPA
VoA. Sedangkan untuk proses di Kanwil DJPB setelah
dilakukan posting untuk jurnal appropriation oleh Subdit
Dabantek Dit PA, maka Direktur PA menandatangani cover
letter untuk dikirimkan ke masing-masing Kanwil sehingga
data yang diterima dapat diproses.

4. Penerbitan DIPA VoA menggunakan mekanisme yang hampir


sama dengan penerbitan SP DIPA Sementara yaitu satker tidak
perlu melakukan penelaahan dengan DJPB karena pagu yang
digunakan masih belum final. Apabila pagu final sudah
ditetapkan dengan Perpres Rincian Alokais APBN maka akan
dilakukan revisi DIPA VoA yang dilaksanakan dengan
penelaahan bersama antara satker dan DJPB.

5. Hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya


dikumpulkan oleh Pelaksana Subdit Teknis PA untuk dilakukan
pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit
Teknis Dit PA melakukan pencocokan alokasi pagu per satker
antara hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya dan hasil cetakan kertas kerja RKA-KL dari
database yang sudah dalam bentuk konsep DIPA untuk
memastikan bahwa alokasi pada konsep DIPA tidak melebihi
alokasi yang tercantum dalam Perpres Rincian APBN. Apabila

171
terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan
pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian data
sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya.

6. Setelah data antara kertas kerja RKA-KL disesuaikan dengan


Perpres oleh DJA maka akan disampaikan kembali ke DJPB
dan ditransfer ke dalam database ERP.

7. Demikian data kertas kerja RKA-KL sudah didalam ERP maka


oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA akan dilakukan
pemblokiran terhadap belanja pada kegiatan di luar keperluan
belanja pegawai dan operasional. Data yang sudah diinput oleh
pelaksana akan diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit
Teknis Dit PA untuk dilakukan approval.

8. Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kasubdit


Teknis maka konsep DIPA dicetak dan diparaf untuk diteruskan
kepada Direktur PA. Direktur PA melakukan pengecekan pagu
per satker pada database, apabila tidak sesuai dikembalikan
kepada Subdit masing-masing untuk diperbaiki. Apabila sudah
sesuai maka DIPA akan ditandatangani oleh Direktur PA dan
disampaikan kepada Subdit Dabantek untuk dibuat jurnal
allotment oleh pelaksana yang diapprove Kepala Seksi dan
Kepala Subdit Teknis PA / Bidang PA Kanwil DJPB.

9. Subdit Dabantek / Bidang Umum Kanwil DJPB kemudian


mengirimkan DIPA VoA untuk penandatanganan SP oleh
Dirjen Perbendaharaan / Kepala Kanwil DJPB.

10. Kemudian Dit PA/Kanwil DJPB mengirimkan DIPA tersebut


kepada satker dan KPPN setempat.

Process ID B.1.d
Process Name Penerbitan DIPA BUN yang Dikelola Kementerian Keuangan
Objective Proses penelahan dan pengesahan DIPA

172
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB
Major Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA BUN
Input
Major Data DIPA BUN
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPB, KPPN dan Satker.
User
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

Frekuensi Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB

Process 1. Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP)


Description and
173
Special Rules selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Alokasi APBN
di hyperion ke database MoSA (Manajemen of Spending
Authority)/Manajemen DIPA dalam sistem ERP pada Ditjen
Perbendaharaan. Apabila belum memungkinkan diterbitkannya
Perpres maka dalam proses pengesahan dokumen DIPA BUN
khususnya untuk dana transfer dapat menggunakan Permenkeu
yang saat ini diterbitkan oleh DJPK.

2. Berdasarkan perpres tersebut akan dilakukan penelaahan sesuai


dengan peraturan yang berlaku untuk menerbitkan DIPA BUN.
Karena dalam menyusun konsep DIPA BUN sudah
menggunakan aplikasi dan data dari ERP maka penelaahan yang
dilakukan sedikit berbeda dari yang dilaksanakan untuk DIPA
K/L biasa yang menggunakan aplikasi satker. Hal ini disebabkan
karena dalam aplikasi ERP data yang digunakan adalah sama
sehingga kemungkinan perubahan data sangat kecil.

3. Khusus untuk penyusunan dokumen DIPA BA BUN lingkup


Kementerian Keuangan, tiap PA/KPA diberikan akses untuk
menggunakan aplikasi ERP sehingga mulai dari penyusunan
konsep DIPA sampai perbaikan data dilakukan di ERP bukan
menggunakan aplikasi satker.

4. Terdapat dua perbedaan mendasar dalam penerbitan SP DIPA


BUN yaitu DIPA BUN yang disusun dengan mekanisme yang
sama pada DIPA K/L biasa dan DIPA BUN yang karena sifat
alokasi dananya masih belum memiliki rincian sehingga proses
penerbitan SP DIPAnya menunggu rincian tersebut.

5. DIPA BUN (selain DIPA Dana Transfer) yang memiliki


mekanisme sama dengan DIPA K/L biasa sebagai berikut :

a. (ASUMSI PERPRES DI DJA) Setelah DJA menetapkan


Perpres dan diinput dalam hyperion kemudian data tersebut
disampaikan ke ERP (Oracle) sebagai database dari DJPB.
Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi
Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal

174
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman
Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA
juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal
untuk dasar penerbitan SP DIPA.

b. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis


masing-masing untuk dilakukan persiapan penelaahan dengan
membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal
penelaahan bersama dengan pejabat/petugas dari unit
pengelola DIPA BUN.

c. Hardcopy Perpres diterima Subdit Dabantek PA untuk


dilakukan pemilahan masing-masing unit eselon I pengelola
BUN. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian Perekaman Data)
juga melakukan pencocokan data antara hardcopy dan
database untuk memastikan bahwa kedua data tidak berbeda.
Apabila terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan
pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan kepastian
data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan softcopy
dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala Seksi dan
Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan diteruskan
kepada Subdit Teknis Dit PA.

d. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat


digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan
jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit
Teknis dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu
per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit
untuk diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani.

e. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut


dengan jadwal penelaahan maka unit pengelola BUN yang
diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan
penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan
data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku

175
(Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.

f. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh staf dan pejabat


eselon III dan IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf
Dit PA. Pejabat eselon III baik dari unit pengelola BUN
maupun DJPB pada umumnya hadir untuk acara pendahuluan
yaitu pemaparan sekilas, kemudian pada saat proses
penelaahan yang bersifat teknis akan dilakukan oleh pejabat
eselon IV beserta masing-masing staf.

g. Pada saat penelaahan unit pengelola BUN/Satker


menyampaikan Konsep DIPA kepada Direktorat PA maka
dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker (lebih bersifat
konfirmasi). Penelaahan tersebut untuk melihat kesesuaian
konsep DIPA dengan tugas DJPB sebagai Kuasa BUN antara
lain penentuan kode KPPN. Setelah semua sesuai maka
Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA BUN a.n
Menkeu.

h. Proses yang dilakukan unit pengelola BUN yaitu


menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan
kemudian dicetak konsep DIPA BUN.

- Setelah data Kertas Kerja RKA-KL BA-BUN ditelaah di


DJA dan mendapat persetujuan dari DPR ditetapkan
dalam Perpres Rincian APBN maka pelaksana Teknis di
satker BUN mentransfer data Kertas Kerja dari aplikasi
satker ke dalam format DIPA dalam aplikasi ERP
(asumsi satker BUN tidak mendapat aplikasi hyperion).

- Kertas kerja tersebut akan dilakukan approval oleh


Kepala Seksi dan Kepala Subdit dan dicetak hardcopy
“konsep” DIPA.

- Hardcopy „konsep” DIPA disampaikan kepada Direktur


untuk diparaf dan ditandatangani an PA/KPA BUN
bersangkutan.

176
- Setelah jadwal penelaahan diterima dari Dit PA DJPB
maka staf dan pejabat eselon IV dan III satker BUN
menyampaikan hardcopy “konsep” DIPA untuk proses
“penelaahan” bersama staf dan pejabat Dit PA (eselon III
dan IV).

6. DIPA BUN khusus Dana Transfer Dana Bagi Hasil penetapan


SP DIPAnya sebagai berikut :

a. ASUMSI PERPRES OLEH DJA. Setelah UU APBN


disahkan maka alokasi masih belum dirinci sehingga perlu
ditetapkan dalam dokumen sebagai penjabaran APBN yaitu
Perpres Rincian Alokasi APBN atau Permenkeu.

b. Asumsi bahwa semua rincian alokasi APBN menggunakan


Perpres yang ditetapkan melalui DJA maka setelah data
rincian diperoleh (dilakukan dalam mekanisme budget
preparation) akan dimasukkan ke database hyperion dan
selanjutnya akan terhubung dengan database ERP di DJPB
dan DJPK karena unit pengelola BUN di Kemenkeu
diberikan akses terhadap ERP.

c. Data rincian baru alokasi DBH per daerah penerima


diperoleh setelah tahun anggaran baru berjalan sehingga
DIPA DBH disahkan paling cepat bulan Februari. Hal ini
merupakan salah satu perbedaan mendasar dalam proses
pengesahan DIPA DBH dengan DIPA lainnya.

d. Proses selanjutnya dalam penelaahan sama dengan DIPA K/L


lainnya yang dilakukan di Kantor Pusat DJPB (Dit PA).

e. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi


Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman
Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA
juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal

177
untuk dasar penerbitan SP DIPA.

f. Proses yang dilakukan DJPK yaitu menggunakan data di ERP


untuk dilakukan penyesuaian dan kemudian dicetak konsep
DIPA DBH.

g. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis


masing-masing untuk dilakukan persiapan penelaahan dengan
membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal
penelaahan bersama dengan pejabat/petugas dari unit
pengelola DIPA BUN.

h. Hardcopy Perpres/Permenkeu diterima Subdit Dabantek PA


untuk dilakukan pemilahan masing-masing unit eselon I
pengelola BUN. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian
Perekaman Data) juga melakukan pencocokan data antara
hardcopy dan database untuk memastikan bahwa kedua data
tidak berbeda. Apabila terjadi data yang berbeda maka akan
disampaikan pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan
kepastian data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan
softcopy dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala
Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan
diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA.

i. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat


digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan
jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit
Teknis dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu
per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit
untuk diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani.

j. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut


dengan jadwal penelaahan maka unit pengelola BUN yang
diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan
penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan
data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku
(Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.

178
k. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh pejabat eselon III dan
IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf Dit PA. Pejabat
eselon III baik dari unit pengelola BUN maupun DJPB pada
umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan
sekilas, kemudian pada saat proses penelaahan yang bersifat
teknis akan dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-
masing staf.

i. Pada saat penelaahan unit pengelola BUN/Satker


menyampaikan Konsep DIPA kepada Direktorat PA maka
dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker (lebih bersifat
konfirmasi). Penelaahan tersebut untuk melihat kesesuaian
konsep DIPA dengan tugas DJPB sebagai Kuasa BUN antara
lain penentuan kode KPPN. Setelah semua sesuai maka
Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA BUN a.n
Menkeu.

j. Proses yang dilakukan unit pengelola BUN yaitu


menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan
kemudian dicetak konsep DIPA BUN.

- Setelah data Kertas Kerja RKA-KL BA-BUN ditelaah di


DJA dan mendapat persetujuan dari DPR ditetapkan
dalam Perpres Rincian APBN maka pelaksana Teknis di
satker BUN mentransfer data Kertas Kerja dari aplikasi
satker ke dalam format DIPA dalam aplikasi ERP
(asumsi satker BUN tidak mendapat aplikasi hyperion).

- Kertas kerja tersebut akan dilakukan approval oleh


Kepala Seksi dan Kepala Subdit dan dicetak hardcopy
“konsep” DIPA.

- Hardcopy „konsep” DIPA disampaikan kepada Direktur


untuk diparaf dan ditandatangani an PA/KPA BUN
bersangkutan.

179
PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA

REVISI DIPA

Process ID B.2.a
Process Name Revisi Karena Perubahan Rincian Alokasi APBN
Objective Proses Penjelasan Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi
APBN
Input Process  Pada masing-masing submodul,
 Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahan DIPA,
Output Process Pengesahan Revisi DIPA Kewenangan DJA, Pengesahan Revisi
DIPA Kewenangan DJPB,

Major Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN


Input
Major Data DIPA, Revisi DIPA,
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
User
Controls Deadlines :
 1 hari kerja
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. UU Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan atas UU No. 47


Tahun 2009 tentang APBN TA 2010

6. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

7. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

180
8. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010

9. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan


Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan

11. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

12. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan


dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

13. PMK Nomor 180/PMK.02/2010 tentang Perubahan atas PMK


Nomor 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran
TA 2010

Frequency Sesuai kebutuhan satker dan berdasarkan kebijakan pemerintah


untuk perubahan Perpres Rincian APBN atau perubahan pagu
berdasarkan APBN-P

SOP Reference SOP Direktorat PA


SOP Subdit PA Kanwil DJPB

Process 1. Revisi DIPA yang merubah Rincian Alokasi APBN


Description and
merupakan usulan satker, kemudian satker mengusulkan
Special Rules
revisi Rincian Alokasi APBN ke sekjen kementerian masing-
masing. Namun perubahan tersebut dapat juga disebabkan
panambahan pagu APBN berdasarkan kebijakan pemerintah
dan DPR untuk tujuan tertentu antara lain memacu
pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

181
2. Apabila perubahan disebabkan oleh satker (K/L) maka
Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi kertas kerja
RKA-KL yang dihimpun menjadi RKA-KL ke DJA dan di
DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan,
pengesahan dan revisi Rincian Alokasi APBN.

3. Namun apabila perubahan karena inisiatif pemerintah dan


DPR alur mekanismenya bersifat top down yaitu K/L akan
menerima sejumlah alokasi baru bagi masing-masing
satkernya untuk melaksanakan suatu program tertentu.

4. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation selesai


maka dimulailah proses pada Manajemen DIPA. Proses
Revisi DIPA yang disebabkan karena perubahan Rincian
Alokasi APBN dimulai setelah DJA mengirimkan Perpres ke
DJPB melalui Manajemen DIPA. Setelah Satker
mengirimkan konsep DIPA maka kanwil DJPB melakukan
penelaahan konsep DIPA.

5. Penerapan konsep let the manager manages menyebabkan


fleksibilitas bagi satker untuk melakukan penyesuaian
rincian kegiatan sepanjang tidak merubah jenis belanja dan
alokasi kegiatan pada Perpres Rincian Alokasi APBN.

6. Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep


DIPA satker dengan Perpres Rincian Alokasi APBN atau
peraturan lainnya. Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil
DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan DIPA
revisi ke satker.

7. Mekanisme selanjutnya sama dengan penelaahan dan


pengesahan DIPA yaitu :

- Penyampaian data kertas kerja RKA-KL menggunakan


pagu sementara dari modul Budget Preparation di
hyperion kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di
ERP. Bahan pertimbangan dalam penyusunan kertas

182
kerja RKA-KL adalah alokasi yang digunakan maksimal
sebesar alokasi tahun sebelumnya.

- Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi


Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting
jurnal appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi
Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan
diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk
approval (berjenjang).

- Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis


masing-masing untuk dilakukan persiapan pencetakan
DIPA VoA sedangkan untuk proses di Kanwil DJPB
setelah dilakukan posting untuk jurnal appropriation
maka Direktur PA melakukan approval dan data siap
diterima oleh masing-masing Kanwil DJPB.

- Penerbitan DIPA VoA menggunakan mekanisme yang


hampir sama dengan penerbitan SP DIPA Sementara
yaitu satker tidak perlu melakukan penelaahan dengan
DJPB karena pagu yang digunakan masih belum final.
Apabila pagu final sudah ditetapkan dengan Perpres
Rincian Alokais APBN maka akan dilakukan revisi
DIPA VoA yang dilaksanakan dengan penelaahan
bersama antara satker dan DJPB.

- Hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun


sebelumnya dikumpulkan oleh Pelaksana Subdit Teknis
PA untuk dilakukan pemilahan masing-masing BA dan
K/L. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA melakukan
pencocokan alokasi pagu per satker antara hardcopy
Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya dan
hasil cetakan kertas kerja RKA-KL dari database yang
sudah dalam bentuk konsep DIPA untuk memastikan
bahwa alokasi pada konsep DIPA tidak melebihi alokasi
yang tercantum dalam Perpres Rincian APBN. Apabila

183
terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan
pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian
data sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya.

- Setelah data antara kertas kerja RKA-KL disesuaikan


dengan Perpres oleh DJA maka akan disampaikan
kembali ke DJPB dan ditransfer ke dalam database ERP.

- Demikian data kertas kerja RKA-KL sudah didalam ERP


maka oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA akan
dilakukan pemblokiran terhadap belanja pada kegiatan di
luar keperluan belanja pegawai dan operasional. Data
yang sudah diinput oleh pelaksana akan diteruskan
kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Teknis Dit PA untuk
dilakukan approval.

- Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan


Kasubdit Teknis maka konsep DIPA dicetak dan diparaf
untuk diteruskan kepada Direktur PA. Direktur PA
melakukan pengecekan pagu per satker pada database,
apabila tidak sesuai dikembalikan kepada Subdit masing-
masing untuk diperbaiki. Apabila sudah sesuai maka
DIPA akan ditandatangani oleh Direktur PA dan
disampaikan kepada Subdit Dabantek untuk dibuat jurnal
allotment oleh pelaksana yang diapprove Kepala Seksi
Perekaman dan Kasubdit Dabantek PA.

- Subdit Dabantek kemudian mengirimkan DIPA VoA


untuk penandatanganan SP oleh Dirjen Perbendaharaan.

- Kemudian Dit PA/kanwil DJPBN mengirimkan DIPA


tersebut kepada satker dan KPPN setempat.

Process ID B.2.b
Process Name Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN

184
Objective Proses Penjelasan Virement DIPA Kewenangan DJPB
Input Process  Pada masing-masing submodul,
 Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Pengesahan DIPA R tanpa perubahan Rincian Alokasi APBN
Major Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA.
Input
Major Data DIPA Revisi
Output
Department/Key Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
User
Controls Deadlines :
 1 hari kerja
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran


Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010

8. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

9. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan


Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan

185
Kemiskinan

10. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

Frequency Sesuai kebutuhan satker


SOP Reference SOP Kanwil DJPB

Process 1) Proses dilakukan berdasarkan kewenangan DJPB untuk


Description and
pengesahan perubahan/virement DIPA
Special Rules
2) Konsep fleksibilitas dari satker yang ditandai dengan penerapan
dua digit DIPA menyebabkan virement menjadi lebih sedikit,
namun demikian DJPB diberi kewenangan yang lebih besar
terkait dengan pergeseran belanja operasional baik dalam satu
DIPA maupun antar DIPA (satker) yang tercantum dalam PMK
No. 69 Tahun 2010

3) Satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil


DJPB beserta dokumen pendukung dan ADK nya.

4) Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian


permohonan dengan peraturan yang ada.

5) Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil


DJPB akan mengirimkan surat penolakan atau pengembalian
konsep DIPA kepada satker untuk segera memperbaikinya.

6) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang


Kanwil DJPB maka Kanwil dapat melakukan penyesuaian
sesuai kewenanganya misalnya koreksi administratif atas usulan
dimaksud.

7) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB


melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.

Rincian Proses :

a. Satker mengajukan permohonan perubahan DIPA yang


suratnya dikirim ke Kanwil DJPB/Dit PA. ADK dari kertas

186
kerja RKA-KL satker dimasukkan dalam database hyperion oleh
pelaksana subdit teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB.

b. Pelaksana Subdit Teknis/Bidang PA menerima surat dari satker


tersebut untuk dilakukan penelitian apakah permohonan tersebut
merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan.
Apabila ternyata kewenangan berada di DJA maka surat
diteruskan kepada DJA dan memberitahukan kepada satker agar
menindaklanjuti permohonan kepada eselon yang lebih tinggi
dari satker bersangkutan.

c. Apabila usulan perubahan tersebut merupakan kewenangan DJA


maka dibuat konsep surat penerusan revisi oleh pelaksana untuk
diteliti oleh Kepala Seksinya. Setelah selesai diteliti maka
konsep surat diteruskan kepada Kepala Subdit/Bidang untuk
disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Kanwil/Direktur PA.

d. Sedangkan apabila perubahan menjadi kewenangan DJPB maka


dibuat disposisi untuk segera melakukan penelaahan konsep
DIPA. Berdasarkan disposisi dari kasubdit/Kepala Bidang PA
bahwa perubahan DIPA merupakan wewenang DJPB maka
segera dilakukan penelaahan bersama dengan pejabat dari satker
dengan jadwal yang fleksibel yaitu tidak harus dibuat jadwal
tertulis seperti penelaahan DIPA awal.

e. Pada saat penelaahan pelaksana Bidang PA/Subdit Teknis akan


mengupload data dari satker untuk dilihat perubahan-perubahan
yang diusulkan oleh satker dan kemudian hasilnya digunakan
sebagai bahan penelaahan. Proses akan dilakukan dengan
berpedoman bahwa pergeseran dititikberatkan untuk belanja
operasional baik antar satker maupun antar jenis belanja
(Permenkeu No. 69 Tahun 2010).

f. Kepala Seksi akan menilai apakah permohonan pergeseran


belanja dapat disetujui dan selanjutnya perubahan tersebut akan
dimasukkan dalam database untuk dilakukan penyesuaian oleh
Pelaksana Bidang PA.

187
g. Kemudian dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kepala
Bidang di aplikasi hyperion. Data akan dibuat jurnal
appropriation dan diposting oleh pelaksana Seksi Perekaman
Data Subdit Dabantek/Perlengkapan Bidang Umum Kanwil
DJPB. Data tersebut selanjutnya diapprove oleh Kasubdit
Dabantek/Kabag Umum.

h. Setelah proses di hyperion selesai data akan ditransfer secara


“otomatis” ke aplikasi ERP. Pelaksana Bidang PA/Subdit
Teknis Dit. PA menyampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala
Bidang PA/Subdit Teknis untuk dibuat jurnal allotment.

i. Posting jurnal allotement dilakukan oleh pelaksana dan


diapprove oleh Kepala Seksi dan Kabid PA/Kasubdit Teknis Dit
PA.

j. Proses selanjutnya DIPA yang telah direvisi dicetak Surat


Pengesahannya untuk disampaikan kepada Kepala Kanwil
DJPB/Direktur PA untuk disahkan.

k. DIPA yang telah dilakukan perubahan virement disampaikan


kepada KPPN dan Dit PA serta pihak lainnya sesuai dengan
Permenkeu No. 119 Tahun 2009.

Process ID B.2.c
Process Name Revisi Update Pagu DIPA BLU (DIPA Pengesahan)
Objective Proses penjelasan updating yang merupakan kewengan satker
Input Process  Pada masing-masing submodul,
 Konsep Mekanisme Update/Pengesahaan DIPA
Output Process Updating pagu DIPA Kewenangan satker
Major Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA Revisi
Input DIPA R dan ADK
Major Data DIPA, Revisi DIPA,
Output
Department/Key Dit PA, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
188
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman


Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-43/PB/2010 tentang


Tata Cara Revisi Rencana Bisnis dan Anggaran dan Revisi
DIPA BLU

Frequency Sesuai kebutuhan satker


SOP Reference SOP Kanwil DJPB
a. Update pagu DIPA BLU dalam ambang batas mekanismenya
Process
Description and sebagai berikut :

189
Special Rules - Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan
diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena
dalam database sudah dilock bahwa penggunaan alokasi pagu
belanja tidak boleh melebihi appropiration maka sistem akan
menolak sebesar selisih pagu yang ada di database.
- Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang
mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu
penerimaan PNBP BLU yang melebihi target.
- Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker
BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih
besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada
Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB.
- Karena realisasi tidak boleh melewati appropriation maka
data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut diterima
secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil DJPB.
Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA
Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang
batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan
kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk
dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data
diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena
tidak ada proses penelitian.
- Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bidang
PA dan diapprove oleh Kepala Seksi.
- Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal
appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove
oleh Kepala Seksi Perekaman Data.
- Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy yang
baru pada saat itu karena satker memiliki kewenangan untuk
melakukan pengeluaran sampai ambang batas. Diusulkan
agar tiap tiga bulan disampaikan updating hardcopy DIPA
kepada Kanwil untuk dibuat pengesahan DIPA.
Alternatif updating jika dilaksanakan oleh KPPN :

190
- Setelah satker menyampaikan SPM pengesahan dan diterima
oleh pelaksana FO KPPN akan diteliti apakah realisasi
penerimaan melebihi besaran alokasi belanja yang
menggunakan sumber dana BLU.
- Kepala Seksi FO KPPN melakukan validasi atas hasil penelitian
dari pelaksana dan meneruskan kepada Seksi MO untuk
dilakukan updating.
- Pelaksana MO KPPN menganalisis antara bukti penerimaan
PNBP BLU dengan pagu dan jika bukti-bukti telah cukup maka
pagu DIPA BLU akan diupdate sesuai dengan realisasi
penerimaan PNBP tersebut.
- Proses tersebut dilanjutkan dengan menyampaikan kepada
Kepala Seksi FO bahwa pagu DIPA BLU satker tertentu telah
dirubah.
- Kepala Seksi akan melakukan validasi dan apabila telah sesuai
akan dilakukan approval.
- Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi FO data akan
diteuskan kepada Kepala Kantor untuk konfirmasi dan
disampaikan kepada Bidang PA Kanwil DJPB sebagai
notifikasi.
- Apabila proses sudah selesai akan diterbitkan SP2D pengesahan
oleh pelaksana BO KPPN dan diapprove Kepala Seksi.

b. Pengesahan Revisi DIPA BLU Sumber Dana PNBP dalam


Ambang Batas Fleksibilitas (pagu melewati ambang batas dan
terjadi penambahan kegiatan)
- Penggunaan dana yang bersumber dari PNBP BLU sampai
dengan ambang batas fleksibilitas dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan satker.
- Apabila dalam pengajuan SPM Pengesahan terdapat
penambahan kegiatan atau jenis belanja yang berbeda maka
sistem akan memberitahukan bahwa terdapat input data yang
tidak sama dengan database.

191
- Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan
diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena
dalam database sudah dilock bahwa kegiatan dan jenis
belanja harus sesuai dengan appropiration maka sistem akan
menolak data yang berbeda dari database.
- Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang
mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu
penerimaan PNBP BLU yang melebihi target.
- Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker
BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih
besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada
Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB.
- Adanya data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut
diterima secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil
DJPB. Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA
Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang
batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan
kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk
dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data
diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena
tidak ada proses penelitian.
- Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bagian
Umum Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi.
- Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal
appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove
oleh Kepala Seksi Perekaman Data. Selanjutnya data akan
ditransfer ke hyperion sebagai bahan penyesuaian data
Perpres Rincian Alokasi dan APBN-P
- Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy pada
saat pengajuan SPM Pengesahan karena satker memiliki
kewenangan untuk melakukan pengeluaran dan perubahan
kegiatan sampai ambang batas.
- Namun untuk menjaga agar data yang ada di sistem sama

192
dengan hardcopy maka satker BLU setiap tiga bulan
mengajukan revisi hardcopy DIPA ke Kanwil DJPB dan akan
diterbitkan DIPA Pengesahan oleh Kanwil DJPB.
c. Revisi pagu DIPA BLU yang melewati ambang batas
mekanismenya sebagai berikut (Sumber Dana PNBP) :
- Satker mengajukan permohonan penggunaan dana DIPA
bersumber dari PNBP BLU yang melewati ambang batas ke
Kanwil DJPB.
- Prosesnya sama dengan revisi DIPA kewenangan DJPB
dengan penambahan proses yaitu satker dapat menggunakan
kegiatan yang baru namun tetap dalam program yang sama

Mekanisme :

- Satker mengajukan permohonan perubahan DIPA yang


suratnya dikirim ke Kanwil DJPB dengan mengajukan konsep
revisi DIPA BLU kepada kanwil DJPB berdasarkan RBA yang
telah direvisi dan ditandatangani oleh K/L

- Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian


dengan pagu dan kaidah akuntansi

- Setelah disetujui kanwil melakukan pengesahan DIPA revisi


BLU dan melaporkan kepada Dit PA DJPB.

- Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA


BLU ke DJA untuk penyesuaian data appropriasi dengan
memasukkan pada APBN-P atau pelaporan dilakukan pada akhir
tahun dan melakukan rekonsiliasi (LKPP).

Rincian Proses :

- Pelaksana Subdit Teknis menerima surat dari satker tersebut


untuk dilakukan penelitian apakah permohonan tersebut
merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan.
Apabila ternyata kewenangan berada di DJA maka akan dibuat
konsep surat penerusan kepada DJA dan pemberitahuan kepada
satker agar menindaklanjuti permohonan kepada eselon yang

193
lebih tinggi dari satker bersangkutan. Apabila merupakan
kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan maka dibuat
konsep surat revisi ke Kepala Seksinya dan menghubungi satker
untuk dilakukan penelaahan secara lisan. Setelah selesai dibuat
konsep surat maka disampaikan kepada Kepala Seksi Subdit
Teknis untuk dilakukan penelitian yang akan diteruskan kepada
Kepala Subdit untuk dibuat surat jawaban jika permohonan
menjadi kewenangan DJA. Sedangkan apabila perubahan
menjadi kewenangan DJPB maka dibuat disposisi untuk segera
melakukan penelaahan konsep DIPA.

- Berdasarkan disposisi dari kasubdit bahwa perubahan DIPA


merupakan wewenang DJPB maka segera dilakukan penelaahan
bersama dengan pejabat dari satker dengan jadwal yang
fleksibel yaitu tidak harus dibuat jadwal tertulis seperti
penelaahan DIPA awal.

- Pelaksana Bidang PA akan mengupload data dari staker untuk


dilihat perubahan-perubahan yang diusulkan oleh satker dan
kemudian hasilnya digunakan sebagai bahan penelaahan. Proses
akan dilakukan dengan berpedoman bahwa pergeseran
dititikberatkan untuk belanja operasional baik antar satker
maupun antar jenis belanja (Permenkeu No. 69 Tahun 2010).

- Kepala Seksi akan menilai apakah permohonan pergeseran


belanja dapat disetujui dan selanjutnya perubahan tersebut akan
dimasukkan dalam database untuk dilakukan penyesuaian oleh
Pelaksana Bidang PA kemudian dilakukan approval oleh Kepala
Seksi dan Kepala Bidang.

- Setelah dilakukan approval oleh Kasubdit maka DIPA yang


telah direvisi dicetak untuk disampaikan kepada Kepala Kanwil
DJPB untuk disahkan.

- DIPA yang telah dilakukan perubahan virement disampaikan


kepada KPPN dan Dit PA serta pihak lainnya sesuai dengan

194
Permenkeu No. 119 Tahun 2009.

- Data DIPA virement baru disampaikan kepada Bagian Umum


untuk dilakukan penyesuaian jurnal allotment oleh Pelaksana
Bidang PA Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksinya.

- Jurnal allotment yang telah diapprove oleh Kepala Seksi Bidang


PA Kanwil DJPB diteruskan kepada Subdit Dabantek PA untuk
dibuat jurnal appropriation yang baru oleh Pelaksana
Perekaman Data dan diapprove oleh Kepala Seksi Subdit
Dabantek Dit PA pada database hyperion.

Process ID B.2.d
Process Name Rekon Data Akun
Objective Proses mengatasi perbedaan data akun antara satker dan KPPN
Process ID B.2.d
Process Name Update Komponen Input
Objective Proses penjelasan penyesuaian komponen input yang merupakan
kewengan satker
Input Process  Pada masing-masing submodul,
 Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process pengesahan revisi DIPA untuk komponen input
Major Data Konsep DIPA Revisi DIPA R dan ADK
Input
Major Data DIPA, Revisi DIPA,
Output
Department/Key Kanwil DJPBN, KPPN, Satker.
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

195
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman


Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

Frequency Sesuai kebutuhan satker


SOP Reference SOP Kanwil DJPBN
Process 1) Satuan kerja yang mengirimkan konsep DIPA kepada Kanwil
Description and
DJPB, kemudian kanwil akan melakukan pengecekan
Special Rules
kesesuaian komponen input pada konsep DIPA satker tersebut

2) Kemuadian Kanwil DJPB akan melakukan penyesuaian


komponen input yangtelah di revisi satker kedalam database
SPAN.

3) Setelah dilakukan penyesuaian komponen input Kanwil DJPB


akan mengirimkan hasil penyesuaian komponen input ke
Satker.

Process ID B.2.e
Process Name Revisi DIPA/Pengesahan Hibah Dalam dan Luar Negeri

196
(DM/LN)
Objective Proses penjelasan revisi penambahan pagu akibat hibah yang
diterima langsung oleh K/L atau yang langsung dilakukan oleh
pemberi hibah

Input Process  Pada masing-masing submodul,


 Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process Revisi DIPA Pengesahan untuk Hibah Dalam dan Luar Negeri
(DN/LN)
Major Data Konsep Pengesahan DIPA Hibah Dalam dan Luar Negeri (DN/LN)
Input
Major Data Revisi DIPA,
Output
Department/Key Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

197
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang


Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan satker


SOP Reference SOP Kanwil DJPBN
Process a. Setelah dokumen perjanjian Hibah LN/DN diterima oleh
Description and
satker maka diajukan konsep DIPA pengesahan untuk
Special Rules
menampung alokasi hibah LN/DN

b. Surat permohonan pengesahan DIPA Hibah dan ADK akan


diterima oleh Kanwil DJPB dan oleh pelaksana Bagian
Umum menyampaikan informasi ke Kepala Seksi TU dan
melakukan upload pagu tambahan dana hibah dan diapprove
oleh Kepala Seksi Perekaman Data.

c. Data pagu tambahan dalam ERP akan digunakan oleh


pelaksana Bidang PA Kanwil sebagai bahan pengesahan
DIPA. Data akan diteruskan dan diapprove oleh Kepala
Seksi Bidang PA dan Kepala Bidang PA.

d. Satker mengajukan konsep DIPA Pengesahan dan bersamaan


dengan proses approval dalam sistem ERP diteruskan
kepada Kepala Kanwil untuk mengesahkan hardcopy DIPA
Pengesahan.

e. Pada saat approval oleh Bidang PA maka KPPN sudah dapat


melakukan penerbitan SP2D pengesahan karena pagu sudah
disesuaikan.

Hibah yang diterushibahkan oleh DJPU dan DJPK

198
Process a. Setelah nomor register Hibah LN/DN diterima dari DJPU maka
Description and
sakter mengajukan permohonan revisi Kertas Kerja RKA-KL
Special Rules
dan setelah disetujui oleh DJA diajukan pengesahan DIPA
Hibah kepada Kanwil DJPB;

b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan nomor


register sesuai dengan pagu hibah;

c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian kantor bayar (KPPN) dan


dokumen register yang telah diterima. Setelah selesai akan
diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi
penambahan pagu DIPA karena tambahan dana hibah.

Proses Rincian :

- Sama dengan revisi RKA-KL dari DJA

Process ID B.2.f
Process Name Updating Rencana Penarikan Dana
Objective Proses penjelasan yang berkaitan dengan perubahan pada
rencana penarikan dana
Input Process  Pada masing-masing submodul,
 Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process Perubahan DIPA halaman III
Major Data Pengajuan updating halaman III
Input
Major Data Rencana penarikan dana updated
Output
Department/Key Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

199
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan


Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang


Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan satker


SOP Reference SOP Kanwil DJPBN
Updating otomatis
Process - Dengan penerapan sistem yang baru diharapkan satker tidak
Description and
akan terlalu banyak berinteraksi untuk melakukan updating RPD
Special Rules
- Updating jika realisasi lebih kecil dari RPD :
1. Database dalam modul MoSA akan melakukan pemisahan
data otomatis terhadap fund available yaitu dana yang belum
dilakukan kontrak dan aktual. Data diperoleh setelah budget
dikurangi encumbrance dan actual

2. Hari kerja terakhir bulan berkenaan sistem akan memberi

200
notifikasi kepada pelaksana di MO KPPN dan pelaksana
menginformasikan kepada Kepala Seksi PB untuk melakukan
approval carryover atas fund available masing-masing satker

3. Data carryover atas fund available diterima oleh pelaksana


Bidang PA Kanwil DJPB dan diteruskan kepada Kepala
Seksi sebagai pemberitahuan bahwa rencana penarikan dana
suatu satker telah terupdate

4. Agar data hardcopy dan softcopy di database sama diusulkan


setiap tiga bulan satker menyampaikan updating RPD yang
telah ditandatangani KPA kepada Kanwil DJPB setiap tiga
bulan

- Updating jika rencana pencairan lebih besar dari RPD :

1. Jika satker mengajukan permintaan pencairan yang lebih


besar dari RPD maka sistem akan otomatis mengambil
alokasi AFP bulan Desember namun jika masih kurang akan
mengambil bulan November dan seterusnya.

2. Walaupun budget checking adalah year to date namun untuk


memberikan informasi perencanaan kas maka hal ini harus
dilakukan dalam rangka revitalisasi RPD

3. Pada saat satker melakukan input data RFC atau SPP maka
sistem akan melihat pada AFP bulan berkenaan, jika alokasi
tidak mencukupi maka sistem otomatis memberikan
notifikasi kepada pelaksana MO dan menggeser AFP bulan
Desember dan bulan sebelumnya jika belum mencukupi.

4. Pergeseran alokasi ini akan menjadi RPD yang baru karena


sistem tidak dapat merubah AFP secara otomatis dalam
standar Oracle (bersifat statis) kecuali dilakukan perubahan
secara manual. Pelaksana akan memberitahukan kepada
Kepala Seksi MO bahwa alokasi sudah digeser dari bulan
Desember ke bulan berkenaan dan dilakukan approval
carryover.

201
5. Proses penarikan dana yang lebih besar dari AFP membuat
otoritas perencanaan kas harus menyediakan tambahan dana
untuk memebuhi kebutuhan yang meningkat. Sehingga
diperlukan jangka waktu antara pengajuan SPP dengan
penerbitan SP2D agar Dit PKN dapat menyediakan dana
sesuai kebutuhan.

6. Perlu dibuat suatu standar waktu minimal yang dapat


digunakan oleh Dit PKN untuk menyediakan sejumlah dana
tambahan yang diperlukan oleh satker. Diusulkan bahwa
waktu yang dapat digunakan untuk mempersiapkan tambahan
dana oleh Dit PKN adalah minimal lima hari kerja yang
dilakukan dengan menggeser alokasi satker lainnya. Namun
jika cadangan dana secara keseluruhan tidak mencukupi
maka Dit PKN dapat menyediakan tambahan dana dengan
waktu yang lebih panjang.

Updating Manual
Process a) Atas kebijakan unit eselon yang lebih tinggi maka KPA
Description and
diwajibkan untuk merubah jadwal pelaksanaan kegiatan baik
Special Rules
dalam satu jenis belanja atau antar jenis belanja. Perubahan
dilakukan misal untuk bulan tertentu dilakukan
perubahan/pergeseran belanja modal dan dialihkan untuk
perjalanan. Dengan demikian maka POK yang sudah disusun
harus disesuaikan dan diajukan kembali kepada KPPN.

b) Akibat perubahan POK tersebut maka AFP dalam database


harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan rencana
pelaksanaan kegiatan satker.

c) Satker mengajukan perubahan POK kepada KPPN untuk


dimasukkan dalam database ERP dan akan mengupdate
perubahan-perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan pada
periode tertentu sehingga mempengaruhi perubahan rencana
penarikan dana.

202
d) Pengajuan perubahan POK secara manual dapat dilakukan pada
saat pengajuan SPM dan akan diterima oleh pelaksana FO
kemudian data dimasukan dalam database untuk diapprove oleh
Kepala Seksi dan diteruskan kepada Kanwil DJPB.

e) Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB akan menerima notifikasi


perubahan rencana penarikan dana dan disampaikan kepada
kepala Seksi untuk dilakukan konfirmasi perubahan tersebut.

f) Berdasarkan perubahan rencana penarikan dana tersebut maka


satker dapat mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN
sesuai dengan perubahan rencana penarikan dana pada Halaman
III DIPA.

g) Perubahan rencana penarikan dana menjadi informasi bagi Dit


PKN dalam perencanaan kas.

PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA

CASH LIMIT

Process ID B.3.a
Process Name Cash Limit dengan Usulan Satker
Objective Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker dengan usulan
satker
Input Process Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Output Process Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN
Major Data Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Input
Major Data Perubahan AFP sebagai akibat penerapan cash limit
Output
Department/Key Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

203
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman


Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang


Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan BUN


SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process 1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke
Description and
Dit PA kondisi kas yang tidak mencukupi bagi satker bulan
Special Rules
depan berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan
ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. Kekurangan
tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan
karena berbagai faktor.

204
2) Dari data PKN dimasukkan dalam ERP dan surat
pemberitahuan diterima pelaksana dan diteruskan Kepala
Seksi Subdit Dabantek Dit PA dan disampaikan kepada
KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-
masing satker.

3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar


pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah
tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang
akan dikurangi dananya.

4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang


telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut
sekaligus menyesuaikan rencana penarikan dana kepada
KPPN.

5) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan


digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA.

6) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih


dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah
sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai
periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk
mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.

Proses detil :

a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui


informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan
diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil
DJPB.

b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan


melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan
dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi
tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada
Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk

205
disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala
Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk
melakukan penyesuaian.

c. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut maka masing-


masing satker akan melakukan perubahan POK sesuai
dengan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan
terlebih dahulu.

d. Perubahan POK akan disampaikan kepada KPPN dan


diterima oleh pelaksana FO dan diteruskan kepada Kepala
Seksi untuk dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kanwil DJPB.

e. Berdasarkan notifikasi yang diterima dari KPPN maka


pelaksana subdit teknis/bidang PA melakukan penelitian
persentase atau jumlah alokasi yang dikurangi apakah sudah
sesuai. Apabila belum sesuai maka disampaikan kepada
satker untuk melakukan perubahan. Jika sudah selesai maka
pelaksana subdit teknis/bidang PA menyampaikan kepada
Kepala Seksi untuk dilakukan approval perubahan rencana
penarikan dana yang dapat dicairkan pada periode tertentu.
Dengan demikian akan terjadi perubahan mekanisme AFP
yang semula tidak dilakukan penguncian pencairan dana
yaitu pagu dihitung dalam satu tahun (year-to-date),
disesuaikan dengan jumlah kas tertentu yang diperkirakan
dapat disediakan oleh Dit PKN pada periode tertentu
(period-to-date).

f. Data tersebut akan diterima Dit PKN dalam penyediaan kas


pada periode tertentu dan untuk keperluan perencanaan kas
bulan berikutnya.

Process ID B.3.b
Process Name Cash Limits Tanpa Usulan Satker
206
Objective Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker tanpa usulan satker
Input Process Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Output Process Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN
Major Data Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Input
Major Data Perubahan AFP sebagai penerapan penetapan cash limit
Output
Department/Key Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman


Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

207
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009

Frequency Sesuai Informasi Kekurangan Kas PKN


SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process 1) Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas
Description and
kepada Dit PA dan Kanwil DJPB, kondisi ini berdasarkan
Special Rules
perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan
pencairan dana bulan depan.

2) Dit PA dan Kanwil DJPB kemudian menyesuaikan pagu


yang dapat dicairkan pada periode tertentu kemudian
disampaikan kepada KPPN dan satker

3) KPPN memberitahukan bahwa jumlah alokasi yang dapat


digunakan oleh masing-masing satker dikurangi untuk
kegiatan/belanja tertentu.

4) Satker menyesuaikan POK berdasarkan pemberitahuan dari


KPPN dan surat dari Dit PA/Kanwil DJPB dan
menyampaikan kembali perubahannya kepada KPPN untuk
perubahan rencana penarikan dana di database ERP.

5) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih


dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah
sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai
periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk
mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.

Proses Rincian :
a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui
informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan
diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil
DJPB.

208
b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan
melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan
dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi
tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada
Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk
disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala
Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk
melakukan penyesuaian.

c. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut maka masing-


masing satker akan melakukan perubahan POK sesuai
dengan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan
terlebih dahulu.

d. Perubahan POK akan disampaikan kepada KPPN dan


diterima oleh pelaksana FO dan diteruskan kepada Kepala
Seksi untuk dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kanwil DJPB.

e. Berdasarkan notifikasi yang diterima dari KPPN maka


pelaksana subdit teknis/bidang PA melakukan penelitian
persentase atau jumlah alokasi yang dikurangi apakah sudah
sesuai. Apabila belum sesuai maka disampaikan kepada
satker untuk melakukan perubahan. Jika sudah selesai maka
pelaksana subdit teknis/bidang PA menyampaikan kepada
Kepala Seksi untuk dilakukan approval perubahan rencana
penarikan dana yang dapat dicairkan pada periode tertentu.
Dengan demikian akan terjadi perubahan mekanisme AFP
yang semula tidak dilakukan penguncian pencairan dana
yaitu pagu dihitung dalam satu tahun (year-to-date),
disesuaikan dengan jumlah kas tertentu yang diperkirakan
dapat disediakan oleh Dit PKN pada periode tertentu
(period-to-date).

209
PENJELASAN DETAIL PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA

CARRY FORWARD

Process ID B.4.a
Process Name Carry Forward Encumbrance Only
Objective Melakukan Carry Forward hanya untuk encumbrance saja
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk encumbrance saja
Major Data Konsep Revisi DIPA
Input
Major Data DIPA
Output
Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. PMK Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2009

4. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

5. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

6. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang

210
Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme
Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran

7. PMK 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian


Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman


Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

10. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

11. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

12. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang


Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009

13. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

14. 192/PMK.05/2010 tentang perencanaan kas

Frequency Sesuai kebutuhan satker


SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process 1) Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data encumbrance
Description and
dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada satker
Special Rules
bahwa kegiatan tertentu tidak dapat dilanjutkan pembayarannya.
Kontrak tahunan tidak dapat diperpanjang namun hambatan
pelaksanaan pekerjaan karena faktor alam yang tidak dapat
diatasi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan carryforward
setelah mendapat persetujuan Menkeu.

211
2) Pelaksana di MO KPPN akan mendapat notifikasi dari sistem
bahwa masih ada encumbrance yang belum direalisasikan dan
pelaksana akan melakukan penundaan proses yang dalam sistem
Oracle disebut hold.

3) Sistem tidak secara langsung memisahkan antara kontrak


tahunan dan tahun jamak karena tidak ada setting untuk jangka
waktu pelaksanaan kegiatan.

4) KPPN memberitahukan kepada Kanwil tentang kontrak yang


belum direalisasikan dan menyampaikan informasi
encumbrance yang sama ke DJA sebagai bahan untuk revisi
RKA-KL yang menjadi kewenangan DJA (pembangunan
infrastruktur, rekonstruksi dan rehabilitasi bencana alam).

5) Kanwil akan meneliti encumbrance yang dapat dicarryforward


berdasarkan kewenangan DJPB (penyelesaian tunggakan dalam
kegiatan yang sama).

6) Berdasarkan informasi encumbrance tersebut maka DJA/Kanwil


akan melakukan revisi dokumen anggaran sebagai dasar
pencairan dana bagi KPPN.

7) Paling lambat minggu kedua bulan Januari satker mengajukan


permohonan revisi kepada Kanwil DJPB dan akan dilakukan
penelaahan paling lambat minggu ketiga bulan Januari.

Detil proses :

a. Data encumbrance dalam database ERP yang masih belum


direalisasikan sampai akhir Desember diteliti oleh pelaksana
Seksi MO di KPPN. Pelaksana MO di KPPN menyampaikan
kepada satker bahwa ada encumbrance yang belum
direalisasikan. Pemberitahuan juga dimaksudkan agar satker
yang ingin mengajukan perpanjangan (carryforward) segera
membuat permohonan kepada Kanwil DJPB.

b. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB meneliti apakah


encumbrance yang belum direalisasikan dapat dicarryforward

212
atau tidak. Seandainya dapat dicarryforward akan dinilai
kewenangan untuk melaksanakan hal tersebut. Apabila
kewenangan berada di DJA maka akan diteruskan sebagai bahan
revisi RKA-KL.

c. Kepala Seksi Bidang PA Kanwil memberitahukan kepada KPPN


bahwa encumbrance dapat dilakukan carryforward pada tahun
berikutnya oleh Kanwil DJPB.

d. Berdasarkan informasi tersebut Kepala Seksi KPPN akan


meneruskan kepada satker pada minggu pertama bulan Januari
dan memberikan batasan waktu bagi satker untuk
menyampaikan konfirmasi perubahan/revisi DIPA paling lambat
minggu kedua. Satker juga diminta untuk melakukan penelaahan
carryforward bersama Kanwil pada minggu ketiga bulan
Januari.

e. Apabila satker tidak memberikan konfirmasi sampai batas waktu


yang telah ditetapkan maka satker dianggap tidak akan
melakukan carryforward atas encumbrance tersebut.

f. Apabila satker memberikan konfirmasi maka akan diteruskan


kepada Kanwil untuk mempersiapkan penelaahan virement
encumbrance pada DIPA yang baru.

g. Penelaahan dilakukan bersama antara pelaksana dan Kepala


Seksi/Kabid PA Kanwil bersama pejabat dan pelaksana dari
satker untuk melakukan revisi DIPA.

h. Revisi dilakukan dengan melihat kegiatan yang sama dan tidak


merubah output yang telah ditetapkan dalam RKA-KL.

i. Perubahan DIPA karena adanya encumbrance hanya terlihat


dalam rincian database sedangkan untuk alokasi dua digit dan
pagu keseluruhan dapat berubah namun dapat juga sama dengan
DIPA yang ada.

j. Setelah dilakukan penelaahan maka pelaksana akan menginput


data yang baru dari semula encumbrance dirubah menjadi

213
budget yang ada dalam database ERP.

k. Kepala Seksi akan melakukan approval terhadap perubahan


tersebut dan diteruskan kepada Kepala Bidang PA.

l. Apabila terdapat perubahan pada hardcopy DIPA maka akan


dilakukan pengesahan oleh Kepala Kanwil DJPB.

Process ID B.4.b
Process Name Carry Forward Encumbrance dan Fund Available
Objective Melakukan Carry Forward untuk encumbrance dan Fund
available
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk encumbrance dan Fund available
Major Data Perpres RABPP, konsep DIPA
Input
Major Data DIPA
Output
Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

214
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman


Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang


Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan satker


SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process 1. Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data encumbrance dan
Description and
fund available dalam database ERP maka KPPN menyampaikan
Special Rules
kepada satker bahwa kegiatan tertentu tidak dapat dilanjutkan
pembayarannya.

2. Kanwil menyampaikan informasi encumbrance dan fund


available yang sama ke DJA sebagai bahan untuk revisi RKA-
KL yang menjadi kewenangan DJA (luncuran PHLN).

3. Mekanisme sama dengan revisi yang menjadi kewenangan DJA.

4. Berdasarkan informasi encumbrance dan fund available tersebut


maka DJA/Kanwil akan melakukan revisi dokumen anggaran
sebagai dasar pencairan dana bagi KPPN.

5. Paling lambat minggu kedua bulan Januari satker mengajukan


permohonan revisi kepada DJA dan akan dilakukan penelaahan
paling lambat minggu ketiga bulan Januari (tergantung pihak
DJA).

215
Detil proses :

a. Data encumbrance dan fund available dalam database ERP


yang masih belum direalisasikan sampai akhir Desember diteliti
oleh pelaksana Bidang PA Kanwil. Pelaksana MO di KPPN
menyampaikan kepada satker bahwa ada encumbrance dan fund
available yang belum direalisasikan.

b. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB meneliti apakah


encumbrance dan fund available yang belum direalisasikan
dapat dicarryforward atau tidak. Seandainya dapat
dicarryforward akan dinilai kewenangan untuk melaksanakan
hal tersebut. Apabila kewenangan berada di DJA maka akan
diteruskan sebagai bahan revisi RKA-KL.

c. Berdasarkan informasi tersebut Kepala Seksi KPPN akan


meneruskan kepada satker pada minggu pertama bulan Januari
dan memberikan batasan waktu bagi satker untuk
menyampaikan konfirmasi perubahan/revisi DIPA paling lambat
minggu kedua. Satker juga diminta untuk melakukan penelaahan
carryforward bersama Kanwil pada minggu ketiga bulan
Januari.

d. Apabila satker tidak memberikan konfirmasi sampai batas waktu


yang telah ditetapkan maka satker dianggap tidak akan
melakukan carryforward atas encumbrance dan fund available
tersebut.

e. Apabila satker memberikan konfirmasi maka akan diteruskan


kepada Kanwil dan disampaikan ke DJA bahwa satker akan
melakukan penelaahan carryforward.

f. Setelah hasil penelaahan antara K/L dan DJA selesai dan data
RKA-KL sudah direvisi akan digunakan sebagai bahan revisi
DIPA oleh Kanwil DJPB.

g. Data perubahan RKA-KL di hyperion akan digunakan sebagai


bahan revisi DIPA dan dimasukkan dalam database ERP.

216
h. Pelaksana Dabantek Dit PA akan melakukan jurnal
appropriation dan meneruskan kepada Kepala Seksi Perekaman
Data untuk dilakukan approval.

i. Setelah dilakukan approval data diteruskan kepada Kanwil


DJPB untuk bahan penelaahan.

j. Penelaahan dilakukan bersama antara pelaksana dan Kepala


Seksi/Kabid PA Kanwil bersama pejabat dan pelaksana dari
satker untuk melakukan revisi DIPA.

k. Penelaahan dititikberatkan antara data encumbrance dari satker


yang dituangkan dalam konsep DIPA dengan database ERP.

l. Setelah dilakukan penelaahan maka pelaksana Bidang PA akan


menginput data yang baru sesuai dengan kewenangan DJPB.
Kepala Seksi melakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Bidang PA Kanwil DJPB untuk approval.

m. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB akan melakukan posting


jurnal allotment dalam database ERP.

Process ID B.4.c
Process Name Carry Forward Fund Available
Objective Melakukan Carry Forward untuk Fund available
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk Fund available
Major Data Konsep DIPA
Input
Major Data DIPA
Output
Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

217
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman


Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang


Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan satker


SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process 1. Berdasarkan kebijakan pemerintah maka beberapa program
Description and
khususnya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
Special Rules
penyerapan lapangan pekerjaan dapat dilakukan

218
perpanjangan waktu kegiatan apabila sampai akhir tahun
tidak dapat diselesaikan. Sebagai contoh program
penanggulangan kemiskinan (PNPM) merupakan kegiatan
yang dapat diluncurkan yang ditetapkan dengan UU APBN.

2. Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data fund available


dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada
satker dana yang belum dicairkan.

3. Berdasarkan informasi data dari KPPN maka satker


menyampaikan konsep DIPA Luncuran sebesar sisa dana
yang belum dicairkan (fund available) kepada Kanwil DJPB.

4. Setelah penelaahan di Kanwil DJPB dilanjutkan dengan


pengesahan DIPA dan diteruskan kepada Dit PA dan
diteruskan ke DJA sebagai bahan perubahan APBN.

Rincian Proses :

a. Pelaksana MO di KPPN melakukan penelitian terhadap


jumlah dana (fund available) yang belum dicairkan oleh
satker yang melaksanakan program tertentu di akhir bulan
Desember.

b. Data diteruskan kepada Kepala Seksi untuk diteruskan


kepada satker setelah terlebih dahulu dibuat surat
pemberitahuan atau sarana lain dengan persetujuan Kepala
KPPN pada minggu pertama bulan Januari.

c. Pelaksana MO KPPN akan menyampaikan notifikasi kepada


Kanwil DJPB bahwa terdapat sejumlah fund available yang
akan dibuat DIPA Luncuran.

d. Berdasarkan informasi dari KPPN pelaksana Bidang PA


Kanwil DJPB mempersiapkan bahan untuk penelaahan
DIPA paling lambat minggu kedua bulan Januari.

e. Setelah data diterima maka satker membuat konsep DIPA


Luncuran dengan pagu sebesar fund available yang diperoleh
dari KPPN.

219
f. Konsep DIPA Luncuran ditelaah bersama antara pelaksana
dan Kepala Seksi/Kepala Bidang PA Kanwil DJPB bersama
pelaksana dan pejabat dari satker bersangkutan.

g. Pada penelaahan akan diteliti apakah data pagu dan kegiatan


yang disampaikan oleh satker dalam Konsep DIPA Luncuran
sama dengan database ERP.

h. Apabila belum sama akan dikembalikan untuk disesuaikan


dan setelah sesuai akan dicetak surat pengesahan DIPA.

i. Pelaksana bidang PA Kanwil akan melakukan jurnal


allotment terhadap hasil penelaahan tersebut dan
disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala Bidang PA
Kanwil DJPB untuk dilakukan approval.

j. Pada tahap ini belum dapat dilakukan posting jurnal


appropriation oleh Subdit Dabantek PA karena data
appropriation belum disesuaikan.

k. Setelah DIPA Luncuran disahkan, Subdit Teknis PA


mendapat notifikasi bahwa satker tertentu telah mendapat
pengesahan DIPA Luncuran.

l. Pelaksana Subdit Teknis akan melakukan konfirmasi data


dan setelah sesuai diteruskan kepada Kepala Seksi dan
Kepala Subdit Teknis untuk dilakukan approval.

m. Setelah Subdit Teknsi melakukan approval, maka pelaksana


Subdit Dabantek akan meneruskan kepada Kepala Seksi
untuk approval dan diteruskan kepada DJA sebagai bahan
perubahan APBN (APBN-P) paling lambat minggu ketiga
bulan Januari.

Process ID C.1.

220
Process Name Penyusunan Data Output
Objective Rekonsiliasi data untuk menyusun laporan realisasi output
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses penyusunan output
Major Data Perpres RABPP, DIPA
Input
Major Data DIPA
Output
Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. PMK Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2009

4. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk


Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010

5. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2010

6. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang


Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme
Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran

7. PMK 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian


Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar

221
Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman


Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan

9. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

10. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang


Negara/Daerah

11. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum

12. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang


Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009

13. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

14. PMK Nomor 192/PMK.05/2010 tentang perencanaan kas

Frequency Setiap bulan


SOP Reference -
-
Process 1. Pada tiap akhir bulan satker menyampaikan data realisasi output
Description and
atas kegiatan yang telah dilakukan pencairan dananya.
Special Rules
2. KPPN bersama dengan satker akan melakukan rekon namun
hanya satu pihak yaitu data dari satker sedangkan KPPN hanya
menerima laporan yang disusun oleh satker.

3. Setelah dilakukan rekon data output maka KPPN akan


melakukan input data tersebut dengan aplikasi statistik dalam
Oracle.

4. Kanwil DJPB menerima notifikasi data output dalam database


Oracle dan disampaikan ke Dit PA

222
5. Berdasarkan notifikasi tersebut Dit PA meneruskan data
realisasi output ke hyperion di DJA

Detil proses :

a. Pada akhir bulan pelaksana dan kepala seksi dari satker


melakukan rekon data realisasi output dengan pelaksana dan
kepala seksi Back Office di KPPN.

b. Rekon dilakukan dengan mencocokkan data output yang ada di


DIPA dengan data realisasi yaitu volume dan satuan harus
sesuai dengan DIPA.

c. Setelah selesai rekon maka pelaksana BO KPPN melakukan


input data output tiap satker menggunakan aplikasi statistik dan
diajukan kepada Kepala Seksi untuk approval.

d. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB menerima notifikasi dari


KPPN atas output yang sudah direkon dan menyampaikan
kepada Kepala Seksi Bidang PA untuk diteruskan kepada DJA.

e. Pelaksana Bidang PA menginput data output ke hyperion dan


membuat notifikasi bagi proses selanjutnya di DJA. (lihat di sub
modul)

223
B.1.a Pengesahan (Endorsement) DIPA

1b
DJA

Data Hardcopy Perpres


Perpres

Jurnal
Dit PA

3a
Appropriation
1a Hyper 4a
ion

3b ERP Penelaahan DIPA


4b
Kanwil DJPB

2 5

Jurnal
6 8
Allotment
Satker

DIPA
7 “Konsep” DIPA

Rincian Proses
Dabantek
Subdit

Jurnal Hardcopy Perpres


Hyperion
Appropriation
Penyampaian dokumen

Posting
Subdit Teknis

Approval
Pengesahan
Interface (Automatically)
Hardcopy Perpres
Dokumen sumber Cover Letter

Jurnal DIPA
Approval Posting
Allotment
ERP Penelaahan
Dokumen sumber
Proses penelaahan
Bidang PA

Upload data DIPA & validation


Hardcopy Perpres

Penyampaian dokumen
Satker

“Konsep” DIPA
ADK DIPA Copy data Aplikasi Satker Cetak Konsep

B.1.b Penerbitan DIPA Sementara


Dabantek
Subdit

Jurnal Hardcopy Perpres


Hyperion
Appropriation
Posting
Penyampaian dokumen

Approval
Subdit Teknis

Interface (Automatically) Dokumen sumber


Hardcopy Perpres
Cover Letter

Download data Posting


Cetak SP DIPA-S
Validasi (Blokir Jurnal
ERP
non operasional) Allotment
Bidang PA

Approval
Hardcopy Perpres
Dokumen sumber

224
B.1.c. Pengesahan DIPA VoA
Dabantek
Subdit

Jurnal
Hyperion
Appropriation
Posting

Approval
Subdit Teknis

Approval
Interface (Automatically) Data pagu maksimal

Data pagu DIPA VoA Jurnal


ERP Penelaahan
tahun lalu Allotment
Pengesahan
Bidang PA

Download data
Upload data DIPA & validation Posting

Penyampaian dokumen

“Konsep” DIPA
Satker

ADK DIPA Aplikasi


Copy data Cetak Konsep VoA
VoA Satker

B.1.d Penerbitan DIPA BUN


Dabantek
Subdit

Hardcopy Perpres/
Jurnal Permenkeu
Hyperion
Appropriation
Penyampaian dokumen
Posting

Pengesahan Dokumen sumber


Subdit Teknis

Interface (Automatically) Hardcopy Perpres/


Approval Jurnal DIPA
Posting Penelaahan Permenkeu
Allotment

ERP
Approval
Satker BUN

“Konsep” DIPA
Cetak Konsep Penyampaian dokumen

Aplikasi Satker

225
B.2.a Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi APBN Inisiatif K/L dan Karena Perubahan APBN-P

DJA
Penelaahan RKA- Revisi Perpres
Hyperion Download Pengesahan
KL

Pengiriman
Dabantek Dit

Interface (Automatically)
Subdit

Posting
Jurnal Hardcopy Perpres
PA

Appropriation

ERP Approval
Distribusi
Subdit Teknis

Dokumen Sumber
Approval Cover Letter
Dit PA

Download data Pengesahan Hardcopy Perpres


Transfer Data

SP DIPA Jurnal
Posting
Allotment
Penelaahan
Kanwil DJPB

Hardcopy Perpres
Dokumen Sumber
Input Data

Upload data

Revisi RKA-KL ADK Revisi Konsep Revisi


Aplikasi Satker Data DIPA
DIPA
K/L

Download Data
Pencetakan

B.2.b Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN


Dabantek Dit
Subdit

Jurnal
PA

Posting
Appropriation
Approval
Subdit Teknis
Dit PA

Approval

SP DIPA Jurnal
Hyperion Upload ERP Upload/Download Penelaahan Cetak Posting
Allotment
Kanwil DJPB
Bidang PA

Upload Data
Bahan Virement
Satker

Perubahan Kertas Konsep DIPA


Aplikasi Satker Revisi KK Kerja RKA-KL Revisi DIPA Virement

226
B.2.c Revisi Kegiatan pada DIPA BLU

Approval
Dabantek Dit
Subdit

Jurnal
PA
Hyperion
Appropriation

Posting

Tiap tiga bulan


Bidang PA Kanwil DJPB

Upload
DIPA updated

Approval Pengiriman

E
Proses updating Jurnal
R Notifikasi Posting
pagu Allotment
P

Input data
KPPN

Kegiatan
Penelitian Pengesahan
Konfirmasi data Output beda/ Persetujuan
Kegiatan SP2D
bertambah

Input

Upload
Satker

SP2D
SPM Revisi Kegiatan Pencetakan DIPA Updated
Aplikasi Satker Input Pengesahan

Update pagu DIPA BLU

Approval
Dabantek Dit
Subdit

Jurnal
PA

Hyperion
Appropriation

Posting
Bidang PA Kanwil DJPB

DIPA updated
Upload Tiap tiga bulan

Pengiriman
Approval

E
Proses updating Jurnal
R Notifikasi Posting
pagu Allotment
P

Cetak
Input data realisasi
KPPN

Realisasi
Penelitian lebih besar
Pengesahan
Realisasi PNBP Output dan
SP2D
dan Belanja kegaiatan
beda

Pengiriman
Input

Upload
Satker

SP2D
SPM Realisasi PNBP DIPA Updated
Aplikasi Satker Input Pengesahan

227
Update pagu oleh KPPN

Approval
Dabantek Dit
Subdit

Jurnal
PA
Hyperion
Appropriation

Posting
Kanwil DJPB
Bidang PA

DIPA updated
Tiap tiga bulan
Upload
Pengiriman

Approval

Proses updating Jurnal


Notifikasi Posting
E pagu Allotment
R
KPPN

P
Cetak
Input data realisasi

Realisasi
Penelitian lebih besar
Pengesahan
Realisasi PNBP Output dan
SP2D
dan Belanja kegaiatan
beda
Pengiriman
Input

Upload
Satker

SP2D
SPM Realisasi PNBP DIPA Updated
Aplikasi Satker Input Pengesahan

B.2.e Pengesahan DIPA Hibah


Dabantek Dit

Approval

Hyperion
PA

Jurnal
Posting Appropriation
Update

Approval
Kanwil DJPB

ERP
Bidang PA

Jurnal
Pengesahan DIPA Posting Pengiriman
Allotment
Download data
Upload
Pengiriman

Konsep DIPA
Satker

Naskah Perjanjian DIPA Pengesahan


Pengesahan
Aplikasi Satker Input Hibah Hibah
Hibah

Cetak

B.2.f.Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Kecil (Otomatis)


Kanwil DJPB
Bidang PA

RPD Updated

Approval
ERP
KPPN

FA Akhir
Notifikasi Carryover
bulan
Satker

Aplikasi Satker Triwulanan

228
Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Besar (Otomatis)
Kanwil DJPB
Bidang PA

RPD Updated

ERP Approval
KPPN

Mengurangi
RPD tidak RPD
Notifikasi
cukup Desember
dst

Triwulanan
Satker

Resume Tagihan/
Aplikasi Satker SPP

Updating Rencana Penarikan Dana (Manual)


Kanwil DJPB
Bidang PA

Data RPD Updated


konfirmasi

ERP
Approval
KPPN

Data
Penyesuaian
Notifikasi Perubahan
RPD
RPD

Triwulanan
Satker

POK
Aplikasi Satker

229
B.3.b Cash Limits

Dit PKN

Cash RPD baru


Shortage
Dabantek Dit

Cash Shortage
PA
Subdit Teknis
Dit PA

E
R
P

Analisis Data alokasi yang


persentase pagu dapat
yang dapat direalisasikan
Kanwil DJPB

dicairkan
Bidang PA

Perubahan data
Alokasi yang bisa
KPPN

alokasi yang dapat


digunakan
dicairkan
Satker

Aplikasi KPPN Revisi POK

230
B.4. a Carryforward

Approval
Dabantek Dit
Subdit

Jurnal
PA
Hyperion
appropriation

Posting
Approval
Posting
Kanwil DJPB
Bidang PA

Jurnal
allotment
Penelitian
kewenangan Konfirmasi/validasi
carryforward DIPA

ERP
KPPN

Encumbrance Penelitian Virement DIPA


Notifikasi
/FA carryforward
Satker

Data yang Kertas Kerja RKA- Perubahan rincian


Virement DIPA
dicarryforward Aplikasi satker KL kegiatan

Penyusunan Data Output


Dabantek Dit
PA

DJA
Hyperion
Kanwil DJPB
Bidang PA

Data output hasil


rekon

ERP
KPPN

Rekon data output


Satker

Data output

231
Lampiran naskah akademis MOSA

Proses Bisnis Penyempurnaan manajemen DIPA

232
Proses Penyempurnaan Manajemen DIPA secara garis besar terdiri beberapa bisnis domain yang terdiri dari Penerbitan DIPA, Revisi DIPA , Cash
Limit dan Carry Forward. Setiap bisnis domain akan dijelaskan kedalam beberapa bisnis proses kemudian akan diuraikan kembali kedalam
sebuah workflow. Setiap work flow akan kami jelaskan sebagai berikut.

233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
HIGH LEVEL GAP MANAJEMEN DIPA (MOSA)

No Bahasan Existing Proposal Oracle/Gap Arahan Proses ke Depan

1 Halaman III Belum optimal sebagai Perannya lebih ditingkatkan dengan Belum bisa Diusulkan agar dibuat suatu kode
DIPA digunakan sebagai menggunakan Halaman III DIPA membuat informasi yang merefer pengeluaran untuk
(Rencana rencana penarikan dana. sebagai batas pencairan dana dalam terkait kegiatan kegiatan kontraktual dan non
Penarikan Prosentase antara satu bulan kontraktual dan non kontraktual (dalam COA) atau data
Dana dan rencana dan realisasi kontraktual dari POK yang sudah dirinci baik
Perkiraan penarikan dana baru 29 % kontraktual maupun non kontraktual
Penerimaan) dituangkan dalam Halaman III DIPA

2 Kaitan RKAKL Saat ini informasi yang DJA mengajukan konsep RKAKL Masih mengalami Diusulkan agar informasi dari RKAKL
dan DIPA ada di RKAKL dapat sampai unit eselon I dan menyusun kesulitan dalam dapat dimasukkan seluruhnya dalam
digunakan sebagai bahan Kertas Kerja RKAKL bagi menghubungkan database SPAN walaupun informasi
penyusunan DIPA dengan penyusunan perencanaan bagi aplikasi RKAKL yang akan ditampilkan dalam
jelas karena informasi satker. Secara dokumentasi ada link dengan Oracle di dokumen DIPA tidak serinci pada
yang tercantum dalam yang terputus bagi DJPB karena dalam SPAN. RKAKL.
RKAKL per satker tidak format RKAKL hanya sampai eselon
merinci keluaran di I. Masalah lainnya yaitu dengan
bawah akun tambahan informasi kinerja yang
disampaikan apakah sampai dengan
satker atau satker sebagai unit
eselon II

3 DIPA BA BUN Beberapa DIPA BUN saat Ke depannya diharapkan semua Pada DIPA BUN Apabila informasi yang diperoleh dari
disamakan ini menggunakan DIPA bersumber pada Perpres Dana Transfer yang Oracle tidak dapat mengakomodasi
dengan K/L dokumen sumber, Rincian APBN dan mekanisme merupakan pembagian alokasi pagu daerah
mekanisme penyusunan penyusunannya menggunakan246 dokumen gabungan penerima, diusulkan DIPA Dana
dan format yang berbeda aplikasi dari database SPAN serta dari seluruh daerah Transfer ke Daerah dipecah sesuai
dibandingkan dengan formatnya disesuaikan dengan DIPA yang menerima dengan wilayah
dana tersebut belum
DIPA K/L biasa K/L biasa dapat diuji apakah
dapat memilah pagu
masing-masing
penerima

4 Posting rule Saat ini akuntansi dalam Ke depannya usulan dari Oracle Pada Oracle pada Perlu penyesuaian alur proses
entry data pada budget akan menggunakan single entry budget journal pada sehingga model yang akan
journal menggunakan pada budget journal (MoSA) MoSA menggunakan diterapkan dapat dilaksanakan.
double entry yang single entry Usulannya ke depan terkait dengan
menghubungkan dari sehingga akan posting rule pada MoSA tetap
perencanaan anggaran menyulitkan karena menggunakan double entry agar
sampai ke pelaporan modul lainnya juga apabila ada data yang berbeda
sehingga semua proses memerlukan data dengan mudah dapat segera
terhubung dari MoSA baik dilakukan pembalikan jurnal
budget,
encumbrance dan
actual yang
merupakan
rangkaian proses
yang tidak berdiri
sendiri.

5 Encumbrance Saat ini ikatan dengan Dengan peningkatan peran Masih belum dapat Usulan ke depannya dibuat suatu
dalam pihak ketiga terkait Halaman III DIPA pada rencana membuat kode yang mengacu pada kegiatan
hubungannya dengan encumbrance penarikan dana maka pengeluaran pengelompokan yang dilaksanakan kontraktual
dengan tidak terlalu bermasalah satu bulan tidak boleh dilewati. Hal rencana penarikan maupun non kontraktual
MoSA karena tidak ada ini akan menyulitkan kegiatan yang dana untuk kegiatan
pembatasan pengeluaran menggunakan kontrak. kontraktual dan
bagi satker nonkontraktual

247
Perbandingan antara Eksisting, Future dan Oracle dalam pelaksanaan CRP I

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan


1. Allotment
4) Allotment Alotmen dilakukan dengan Ketika DJA mengirim data Perpres RABPP ke MoSA Oracle dapat melakukan 1. Oracle tidak dapat 1. Selain data pagu oracle
dari DJPBN ke mentransfer data anggaran dari dan meng-approve nya (approproation) maka Dit transfer data dari DJA (stage menunjukan/data-data harus mampu
satker dan Budget Preparation(DJA) ke PA akan mendapat sinyal dan menerimanya pada Appropriation) ke DJPBN (stage) non financial menampilkan data non
dari Kanwil ke DJPBN modul MoSA. Satker akan mendapat data dari DJA financial seperti output,
1. Detail data anggaran 6 digit 2. Apabila oracle menahan
satker dan mencetak konsep DIPA secara offline (terpisah outcome, volume, dll
1. Penelaahan dilakukan secara dapat diperoleh melalui data anggaran di stage 1
dengan system SPAN).
manual karena belum ada fasilitas dossier oracle (appropriation)maka tidak 2. Oracle dapat
integrasi database DJA dan dapat diterbitkan DIPA, menfasilitasi
2. Oracle akan menahan data
DJPBN. karena data hanya dapat penerbitan DIPA
1. Ketika Dit PA mendapatkan konsep DIPA dari allotmen yang belum dapat
diterbitkan DIPA pada sementara, dengan
2. Apabila sampai batas waktu Satker, maka akan dilakukan review oleh dilengkapi oleh Satker pada
stage 2 (allotmen). cara mengirimkan data
yang ditentukan Satker blum system untuk mencocokan data dari konsep tahap appropriasi
Sedangkan bila di kirimkan dari appropriation ke
dapat membuat konsep DIPA dan database pepres RABPP pada SPAN.
3. Oracle dapat melakukan ke stage allotmen maka allotment namun tidak
DIPA maka Ditjen PBN akan
2. Ketika tercapai kesesuaian maka akan approval secara berjenjang data anggaran dapat dapat digunakan oleh
menerbitkan DIPA
dilakukan registrasi budget allotment pada langsung digunakan satuan satuan kerja tanpa
Sementara
SPAN dan dapat di cetak DIPA. kerja padahal dokumen persetujuan Ditjen PBN.
3. Nomor DIPA merupakan pndukung belum
3. Data allotment pada Sistem SPAN akan detai 3. Nomor DIPA
nomor identik yang lengkap(konsep DIPA
sampai 6 digit. seharusnya dapat
berfungsi sebagai singe satker)
dihasilkan setiap proses
indentity number dalam 4. Data allotmen akan di buat berdasarkan 3. Approval oracle dapat pengiriman akun dari
berbagai proses berikutnya bulanan (PTD), sehingga AFP sudah tersedia. dilakukan oleh otoritas allotment
dalam pelaksanaan
5. Bila dalam review terdapat sesuatu/dokumen yang lebih rendah (missal
anggaran
yang belum dilengkapi maka Dit PA akan pelaksana), namun tidak
4. Selesai penelaahan approval memblokir akun tertentu dan satker tidak otomatis ter Approve tapi
dilakuakan secara manual dapat mencairkan dananya kecuali melakukan statusnya “hang” karena
berjenjang melalui revisi pembukaan dana blokir. level yang lebih tinggi
persuratan (missal kepala seksi juga
6. Approval dilakukan secara berjenjang melalui tidak bisa malakukan
5. Untuk kanwil hanya berbeda sistem dalam SPAN approval)
approvalnya saja
7. Untuk kanwil hanya berbeda hanya 4. Oracle tidak bisa
kewenangan approvalnya saja menempatkan sebuah fitur
yang memiliki keunikan

248
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
seperti nomor DIPA

5) Alotmen 1. Untuk DIPA BUN proses 1. DIPA BUN akan menggunakan mekanisme yang 1. Oracle dapat melakukan 1. Untuk DIPA BUN transfer 1. Seluruh DIPA BUN
untuk DIPA allotmen dilakukan sesuai sama namun proses dari allotmen akan transfer dengan fasilitas yang belum dapat dapat menggunakan
BUN(kecuali dengan karakteristik DIPA menggunakan akun tampungan dari dossier dari appropriation BA dilakukan karena untuk mekanisme yang sama
transfer BUN itu sendiri dan sistemnya appropriation ke allotment BUN ke allotmen dana perimbangan dengan DIPA regular
pusat ke terpisah2 didalamya ada beberapa
2. Akun tampungan digunakan agar tidak secara 2. Oracle dapat membuat akun 2. DIPA transfer harus bisa
daeran dan kabupaten penerima
2. DIPA transfer di kelola oleh otomatis membuat satuan kerja dapat penampungan untuk BA BUN memenuhi 2 skenario:
investasi) sehingga belum bisa
DJPK dengan menggunakan menggunakan dananya karena ada beberapa pada saat allotmen.
dilaksanakan a. Dalam satu DIPA
6) Alotment excel dan tidak terintegrasi DIPA BUN yang membutuhkan dokumen
3. Untuk transfer belum transfer ada beberapa
untuk DIPA pendukung.
3. DIPA transfer dilakukan dilakukan kabupaten penerima
transfer
dengan menggunakan satu 3. DIPA Transfer dilakukan dengan 2 skenario: dana di halaman IV
DIPA dan didalamnya ada DIPA
a. Dalam satu DIPA transfer ada beberapa
beberapa kabupaten
kabupaten penerima dana di halaman IV DIPA b. Setiap kabupaten
penerima di halaman IV DIPA
penerima memiliki
b. Setiap kabupaten penerima memiliki satu DIPA
satu DIPA

7) Allotemen DIPA BLU pada dasarnya DIPA BLU kedepan masih menggunakan mekanisme1. Allotmen DIPA BLU pada oracle 1. Oracle belum dapat 1. Saldo awal dan akhir
DIPA BLU menggunakan mekanisme DIPA yang sesuai dengan peraturan mengenai BLu yaitu: dilakukan sama dengan DIPA menyajikan saldo awal dan sebaiknya dimasukan
Umumnya namun dengan umumnya namun diberikan saldo akhir ketika revisi DIPA awal
1. Adanya penempatan saldo awal dan saldo ahkir
beberapa pengecualian “budgetary control” pada user
2. Oracle belum dapat 2. Seharusnya dalam
2. Setiap terjadi perubahan dalam batas ambang yang melakukan input data.
1. Adanya saldo awal san saldo membuat fleksibilitas menentukan budgetary
batas maka BLU wajib melakukan revisi DIPA
akhir sesuai permintaan contol dapat dilakukan
otomatis pada KPPN untu menyesuaikan pagu
scenario berdasarkan
2. Adanya fleksibilitas dalam pada DIPA BLU dengan permintaan pada SPM yg
indentifikasi satker BLU
penggunaan dana(prosebtase) melebihi pagu 3. Fleksibilitas terutama
bukan berdasarkan user
dalam penambahan
3. Penggunaan SPM pengesahan 3. BLU dapat menggunakan selama masih dalam yang meninput.
ambang batas belum
setiap tiga bulan ambang batas dan harus merevisi diakhir tahun
dapat dilakukan 3. Solusi yang diberikan
4. Toleransi diberikan berdasarkan satker blu bukan oleh LG berkaitan
berdasarkan user dengan meniadakan
“budgetary control”
untuk mengatasi
pembatasa pada user
sangat fatal akibatnya

249
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
karena user dapat
menambahkan pagu
tanpa ada control.

8) Allotment Dalam proses eksisting Reverse 1. Allotmen untuk reverse budget kedepan akan Oracle dapat melakukan Untuk melakukan transfer ke Sebaiknya oracle dapat
budget budget dapat dilakukan pada sama perlakuannya namun lebih ditekankan transfer kepada akun akun tampungan sementara, melakukan budget
Reserve saat allotmen sehingga pada isntansi mana yang seharusnya sebagai tampungan sehingga Bunget kemudian mengeluarkan ke reserve tanpa menambah
penerbitan DIPA dapat dilakukan penerima outcome. tidak langsung terkirim ke Stage Allotment (fase Penerbitan stage.
segera ketika terjadi kejadian Allotment DIPA) tidak terdapat Gap
2. Proses allotment pada DIPAnya akan dilakukan
luar biasa
ketika terjadi kejadian luar biasa.
3. Sebelum allotmen, budget terlebih dahulu dari
Appropriation di kirimkan kea kun tampungan
seperti bagian BA BUN lainya.

2. AFP 1. AFP disusun pada awal tahun 1. AFP disusun pada awal tahun 1. Oracle dapat mengeset AFP 1. Masih terdapat AFP sebaiknya disusun
sebagai batasan penarikan permasalahan dalam dengan
2. Revisi AFP bisa dilakukan 2. Revisi AFP tidak bisa dilakukan pada bulan
dana per bulan (diset integrasi antara AFP mempertimbangkan
kapan saja berjalan
menjadi period to date) dengan manajemen berbagai hubungan antar
3. AFP tidak bersifat mengikat 3. AFP menjadi batas penarikan dana perbulan komitmen terkait dengan modul namun juga simple
2. Jumlah angsuran kontrak
batasan dana untuk dan dapat memberikan
4. AFP akan terintegrasi dengan manajemen yang akan dibayarkan pada
pembayaran angsuran informasi yang akurat.
komitmen, manajemen kas dan manajemen setiap bulan akan langsung
kontrak
pembayaran masuk ke dalam AFP
(melalui purchase order line) 2. AFP belum bisa
5. AFP digunakan sebagai alat bantu perencanaan memberikan informasi
kas cash forecasting yang
akurat bagi manajemen
kas

3. Cash Limit Cash limit secara baku belum Cash Limit akan dilakukan ketika pemerintah Oracle dapat mendukung Untuk melakukan transfer Prose pelaksanaan cash
diatur namun sudah digunakan menilai diperlukanya pembatasan kas karena pelaksanaan cash limit bulan beikutnya dari alokasi limit sebaiknya dapat
secara otomatis apabila terjadi kejadian luar biasa. bulan bersangkutan maka dilakukan secara cepat
1. Oracle dapat melakukan
perubahan APBN-P ketika 1. Cash limit dilakukan dengan memindakan pagu tidak di temukan adanya gap Dan tidak terlalu
pemindahan pagu kebulan
pengurangan APBN anggaran ke bulan berikutnya bukan mengurangi membebani sitem karena
berikutnya
cash limit akan dilakukan
2. Cash limit dilakukan dengan menggunakan 2. Oracle dapat menggunakan secara serentak kepada
formula(prosentase pengurangan bulan tertentu formula pengurangan sesuai seluruh satker bila
dan memindahkan ke bulan lain) dilakukan oleh kebijakan menteri Keuangan keadaan mendesak.
Menteri Keuangan

250
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
3. Menggunakan AFP sebagai batasan cash limit,
yaitu Satker mengupdate AFPnya sesuai arahan
Menteri Keuangan dan Menteri Keuangan
mengguankan sebagai cash limit

4 Virement
a. Revisi dengan 1. Dit PA/Kanwil menerima 1. Setelah DJA melakukan input data revisi RABPP Oracle dapat mendukung Dalam melakukan proses Proses revisi sebaiknya
perubahan hardcopy dan ADK revisi pada database SPAN, Kanwil DJPB langsung proses revisi dengan melakukan revisi oracle dapat dilakukan dengan
RABPP RABPP dari DJA menerima notifikasi tentang adanya revisi transfer dari satu akun ke akun melakukan dan tidak ada gap langkah-langkah yang
RABPP. Data perubahan RABPP tersebut lain, dari satu bulan ke bulan karena secara prinsip revisi sederhana, tidak terlalu
2. Hardcopy dan ADK tersebut
langsung bisa diakses oleh Kanwil DJPB melalui lain, dari satu stage ke stage adalah melakukan transfer kompleks hanya untuk
kemudian direview untuk
database SPAN lainnya dari satu akun ke akun lain, metransfer dari datu
memastikan kesesuaian
dari satu bulan ke bulan lain elemen ke elemen lain.
diantara keduanya 2. Satker mengirimkan konsep DIPA R beserta
dan dari satu stage ke stage
ADKnya. Konsep DIPA R Satker akan direview
3. Dit PA/Kanwil menerima lain.
secara manual sedangkan ADKnya akan direview
Konsep DIPA R dari Satker
melalui aplikasi SPAN
4. Konsep DIPA R dari Satker
3. Apabila Konsep DIPA R sudah sesuai dengan
ditelaah untuk memastikan
ketentuan maka Kanwil DJPB akan mengesahkan
kesesuiannya dengan data
konsep DIPA tersebut dan mengupdate
revisi RABPP
database SPAN sesuai dengan data DIPA revisi
5. Apabila Konsep DIPA R sudah
4. Diperlukan approval dari Kepala Kanwil agar
sesuai dengan ketentuan
data yang diupdate bisa masuk ke database
maka Dit PA/Kanwil akan
SPAN
mengesahkan konsep DIPA
tersebut dan mengupdate 5. Mdoul lain yang terkait MOSA secara langsung
database sesuai dengan data dapat mengakses data DIPA revisi dalam
DIPA revisi database SPAN sehingga tidak perlu ada
pengiriman ADK dari Kanwil ke modul-modul
6. DIPA R yang sudah disahkan
tersebut
dikirimkan ke Satker
6. DIPA R yang sudah disahkan dikirimkan ke
7. Data ADK DIPA revisi
Satker
dikirimkan ke payment
management, cash
management dan
accounting/reporting
management
b. Revisi tanpa 1. Dit PA/Kanwil memperoleh 1. Kanwil DJPB memperoleh surat permohonan Oracle dapat mendukung Dalam melakukan proses Proses revisi sebaiknya
perubahan surat permohonan revisi DIPA revisi DIPA dari Satker proses revisi dengan melakukan revisi oracle dapat dilakukan dengan

251
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
RABPP dari Satker transfer dari satu akun ke akun melakukan dan tidak ada gap langkah-langkah yang
2. Permohonan revisi tersebut diteliti kanwil DJPB
lain, dari satu bulan ke bulan karena secara prinsip revisi sederhana, tidak terlalu
2. Permohonan revisi tersebut
3. Apabila permohonan tersebut sudah sesuai lain, dari satu stage ke stage adalah melakukan transfer kompleks hanya untuk
diteliti oleh Dit PA/Kanwil
ketentuan maka akan dilakukan inpu data ke lainnya dari satu akun ke akun lain, metransfer dari satu
DJPB dengan memperhatikan
database SPAN dari satu bulan ke bulan lain elemen ke elemen lain.
data DIPA dan realisasi
dan dari satu stage ke stage
anggarannya 4. Kepala Kanwil DJPB akan meng approve data lain.
tersebut untuk bisa masuk ke Database SPAN.
3. Apabila permohonan revisi
tersebut disetujui maka Dit 5. Surat persetujuan revisi DIPA ke Satker
PA/Kanwil akan mengirimkan
surat pengesahan revisi dan 6. Modul lain yang berkaitan dengan mosa bisa
melakukan update data di langsung mengakses data DIPA revisi tersebut
database
4. Dit PA/Kanwil mengirimkan
surat persetujuan revisi DIPA
ke Satker
5. Data ADK DIPA revisi
dikirimkan ke payment
management, cash
management dan
accounting/reporting
c. SKPA 1. KPA Asal mengirimkan dokumen Mekanisme SKPA ditiadakan dan diganti dengan Oracle dapat mendukung Dalam melakukan proses Proses SKPA sebaiknya
SKPA ke KPPN Asal. mekanisme revisi DIPA proses SKPA dengan melakukan SKPA sama dengan revisi dan dilakukan dengan
transfer dari satu akun ke akun oracle dapat melakukan dan langkah-langkah yang
2. KPPN Asal meneliti permohonan
lain secara prinsip dama dengan tidak ada gap karena secara sederhana, tidak terlalu
SKPA dengan memperhatikan
revisi prinsip revisi adalah kompleks hanya untuk
kesesuaiannya dengan peraturan
melakukan transfer dari satu metransfer dari datu
dan ketersediaan pagu
akun ke akun lain, dari satu elemen ke elemen lain.
3. SKPA yang telah disahkan oleh bulan ke bulan lain dan dari
KPPN Asal dikirimkan ke KPA satu stage ke stage lain.
Asal, Kanwil Asal , Kanwil
Penerima, KPPN dan APK (1
buah).
d. Revisi yang Untuk eksisting proses revisi 1. Satker mengirimkan data revisi DIPA yang Oracle belum dicoba untuk Gap belum dapat di tentukan Sebaiknya oracle dalam
menjadi kewenangan satker dilakukan menjadi kewenangannya ke KPPN melakukan ini melakukan proses ini dan
kewenangan dalam akun dibawah 4 digit yaitu mempertimbangkan
2. Pengiriman data revisi DIPA ini bisa diajukan
Satker 2 digit terakhir. Proses revisi untuk dilakukan pada
saat Satker mengajukan SPM ke KPPN
kewenangan satker dilakukan modul payment namun

252
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
hanya denga mengupdate secara prinsip data yang
3. KPPN kemudian akan mengupdate database
dengan akun 2 digit yang dirubah adalah data dari
SPAN berdasarkan revisi yang diajukan Satker
diajukan satker MoSA

5. Vote on Account Vote on account dilakukan bila Proses ini dilakukan untuk mengatasi permasalah Oracle dapat melakukan vote gap nya adalah
hingga batas yang ditentukan apabila sampai batas yang ditentukan APBN belum on account namun ada
1. memisahkan realisasi
APBN belum disetujui oleh DPR disahkan oleh DPR sedangkan tahun anggaran akan beberapa catatan :
belanja DIPA vote on
maka: segera berlangsung
1. karena belum dapat account dengan belanja
1. Pemerintah menggunakan Dit PA or Kanwil akan melakukan penerbitan DIPA menentukan fitur mana yang DIPA biasa(tahunan )
pagu anggaran tahun lalu, vote on account : memiliki karakter sama karena ketika DIPA
untuk belanja adalah batasan dengan Nomor DIPA Tahunan Disahkan maka
1. Data perpres yang digunakan merupakan data
tertinggi eksisiting sehingga ketika dana belanjanya
tahun lalu.
DIPA tahunan di lakukan bercampur
2. Proses sama dengan proses
2. DIPA yang dibuat hanya dapat dicairkan untuk pengesahan maka DIPA vote
penerbitan DIPA eksisiting 2.
belanja tertentu yaitu belanja gaji dan keperluan on account akan bercampur
namun yang digunakan
sehari-hari perkantoran. dengan DIPA tahunan
belanja tahun lalu
tersebut dan tidak dapat
3. Untuk proses Appropriasi DJA akan melakukan dipisahkan mana realisasi
interface dengan SPAN untuk mengirim data untuk DIPA tahunan dan
perpres RABPP kepada Dit PA dan Kanwil Vote on account
4. Dalam data yang dikirimkan ke DJPB sudah
termasuk didalamnya terdapat AFP.
5. Prose Approval akan dilakukan pada DIT PA dan
kanwil DJPB.
6. Proses yang dilakukan berikutnya adalah satker
membuat konsep DIPA dan mengirimkan ke
DJPB dan dilakukan penelaahan . proses lain
sama dengan penerbitan DIPA biasa.
7. DIPA yang dicetak nomornya harus berbeda
dengan penomoran DIPA biasa.

6. Review MTEF MTEF dapat dilihat dengan mengambil data dari Oracle dapat menyediakan data Tidak ada gap Usulan telah dipenuhi
Budget Budget Preparation detail informasi yang disajikan MTEF berdasarkan koneksi oracle

253
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
MTEF secara tahunan dengan Budget preparation

7. Carry Forward Akan dilakukan dengan tiga (3) skenario: Belum bisa dilakukan karena Belum dapat dilihat gapnya Usulan harus sesuai
1. Encumbrance saja yang di carryforward menunggu proses modul dengan tiga (3) skenario:
Budget balances
2. Fund Availibility saja yang di carryforward General Ledger (GL) yang 1. Encumbrance saja yang
3. Encumbrance dan fund availibility sampai saai ini belum dapat di carryforward
dittutup buku angaran tahun 2. Fund Availibility saja
yang bersangkutan. yang di carryforward
3. Encumbrance dan fund
availibility
8. Supplementary Sistem dapat memproses perubahan pagu Oracle dapat melakukan Oracle tidak dapat Oracle harus dapat
anggaran tahun berjalan/ APBN-P karena perubahan pagu anggaran menyediakan informasi menyediakan data
Budget
tambahan atau pengurangan anggaran. tahun berjalan. berkaitan dengan realisasi realisasi APBN-P karena
APBN-P karena ketika masuk hal itu penting sebagai
Data APBN-P harus dapat di perlakukan seperti
kedalam sistem APBN dan dasar pertanggung
APBN sebelumnya dan memenuhi kriteria
APBN-P bercampur pagunya jawaban pemerintah
1. Data APBN-P harus dapat dibuat laporan kepada seluruh
terpisah dengan APBN stakeholder

2. Data APBN yang masuk kedalam allotment harus


terlebih dahulu memiliki AFP (rencana penarikan
dirinci perbulan)

9 Berkaitan teknis Aplikasi RKA-KL dan DIPA dapat Proses Transfer data keuangan dan non keuangan Oracle dapat melakukan 1. Oracle tidak dapat Seharusnya dapat
melakukan transfer berdasarkan pada setiap transaksi diatas dilakukan dapat transfer antar akun mengumpulkan data dilakukan transfer antar
Satker atau transfer berdasarkan berdasarkan BA, Eselon 1, satker hingga antar akun keseluruhan akun dalam satu stage berdasarkan BA,
akun satker Eselon 1, satker hingga
antar akun agar proses
2. Oracle tidak dapat mengirim
pelimpahan dari
data selain berdasarkan akun
appropriation ke
allotmenjadi lebih cepat
Approval dilakukan Approval dilakukan juga menggunakan sistem Oracle dapat melakukan masih belum dapat Approval merupakan
menggunakan surat menyurat sebelum proses selanjutnta dapat berlangsung agar hierarki approval memisahkan kewenangan bentuk pemisahan
validitas data dapat terjamin yang melakukan penginputan kewenangan yang sangat
data dan yang melakukan penting dalam sebuah
approval proses bisnis sehingga
Seharusnya setiap

254
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
approval disesuaikan
dengan kewenangan yang
dimiliki oleh pengguna.
Approval dapat dilakukan Approval dapat dilakukan dengan berdasarkan Approval dilakukan berdasarkan Oracle tidak dapat Oracle harus dapat
dengan berdasarkan pada pada sekumpulan akun akun melakukan approval melakukan approval
sekumpulan akun berdasarkan satker atau berdasarkan satker karena
kumpulan akun semua hal itu akan sangat
approval dilakukan secara memudahkan user dalam
akun, bila dilakukan secara pelaksanan tugas
bersamaan, apabila ada satu dilapangan.
akun yang salah maka harus
mengulang dari awal

255
Skenario dalam Pelaksanaan CRP I

Scenario ID Execution Result


Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Step Description : Enter Budget


1. Enter Budget "APBN2010" , "FUNDING2010" and
(N)OPSF(I) "APBN2011"
Dossier > GL > 2. Enter Description for each budget book Budget
24-
C_00 Define Budgets > 24-Mar- 3. Enter Status : Open Book
Setup Budget DGB Mar- 1 SA006 Pass N/A N/A BP010
00 Budget Define > Budget 2010 4. Enter First and Last Budget Period " Jan-10" and "Adj-10" will be
2010
for APBN2011 --> Jan-11 and Adj-11 created
5. Click Open Next Year button
6. Save your work

Step Description : Define Budget Organization


1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org and
Kanwil Org
2. Enter Description
3. Click Ranges button
4. Enter range account code combination ( Low - High ) and
budgetary control options.

BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-
SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location
/BudgetStage/Account(6)/Future

DGB Org :
Define
SA001 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
Budget
51.1.511141.0000 Account
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 combin
(N)OPSF(I) 51.1.523119.0000 ation
Dossier > GL > 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 for each
Define Budgets > 24-
C_00 Setup Account range than 24-Mar- 51.1.523120.0000 Budget
Organizati Define > DGB Mar- 1 N/A Pass N/A N/A BP010
002 will be budgeted 2010 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 Organiz
on Organization 2010
52.1.423213.0000 ation
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 will be
52.1.712122.0000 assigne
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 d
52.1.711112.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
01.1.119119.0000018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.
01801.0180105.2952.1.551313.0000
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.1.551316.0000
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.1.551318.0000022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.
02205.0220501.0152.1.532111.0000
022.E0015.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.01
52.1.536111.0000

Above code combination will be set Boundary: Period and


Amount type :YTD, Fund Check : Advisory, Budget : APBN2010

256
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Central Org :
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
51.2.511141.0000
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
51.2.523119.0000
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
51.2.523121.0000
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01
52.2.423213.0000
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01
52.2.712122.0000
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01
52.2.711112.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
01.2.6111211.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
01.2.6111212.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
02.2.6111211.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
02.2.6111212.0000
022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.02205.0220501.01
52.2.532111.0000
022.02204.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.01
52.2.536111.0000
Above code combination will be set
Boundary: Year and Amount type :YTD, Fund Check :
Advisory, Budget : FUNDING2010

Kanwil Org :
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.2.551313.0000
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.2.551316.0000
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.2.551318.0000

Above code combination will be set


Boundary: Period and Amount type:YTD, Fund Check :
Advisory, Budget : FUNDING2010
5. Print report Budget - Organization Listing

Once annual budget is Step Description : Review and Post Budget Journal 015.E0010.119091.133.
approved by parliament, it 1. Find the the budget journal 01000001.01.0690.091
will be interfaced to general "Source = Budget Journal, Status = Unposted" 02.0910202.0151.1.511
ledger by DGB with 141.0000(DB)
Presidential decree of 015.E0010.119091.133.
Interface
Budget RABPP (central goverment (N)OPSF(I) 01000001.01.0690.091
annual Find
Appropri detail budget). Dossier > GL > 24- SA001 02.0910202.0151.1.523
C_00 budget 24-Mar- journal SA_I_00010
ation SA002 It will be lowest level(6 Journals > Enter DGT Mar- 1 SA002 Pass 119.0000(DB) N/A Fit
001 appropriat 2010 from SA_I_00015
(Annual digits economic 2010 SA004 015.E0010.119091.133.
ion from PSB
Budget) classification) and PTD 01000001.01.0690.091
PSB
balance 02.0910202.0151.1.523
121.0000(DB)
BA/Echelon/SU/Central- 015.E0011.537721.019.
Kanwil- 01000001.01.0401.015
KPPN/Fund/Authority/Func 01.0070128.0152.1.711

257
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
-SubFunc/Prog-Prio- 112.0000(DB)
Focus/Activ-ActivPrio/ 015.E0011.537721.019.
Location/BudgetStage/Acco 01000001.01.0401.015
unt(6)/Future 01.0070128.0152.1.712
122.0000(DB)
015.00000.000000.000.
00000000.00.0000.000
00.0000000.0000.1.311
214.0000(CR)
015.E0011.537721.019.
01000001.01.0401.015
01.0070128.0152.1.423
213.0000(CR)

Step Description : Review and Post Budget Journal


1. Change responsibility to Public Sector General Ledger
(N) Change 2. Select the budget journal
Responsibility to 3. Review Batch and click Post Budget
Post Public Sector 24- 4. Print report Trial Balance Budget
24-Mar- Journal
Budget Post Budget Journal General Ledger DGT Mar- 1 Pass
2010 will be
Journal (N) OPSF(I)> 2010
POSTED
Dossier
>GL>Post

Step Description : Enter Budget


Create 1. Enter Budget "APBN2010COPY"
new 2. Enter Description "APBN 2010 BACKUP BUDGET"
Budget 3. Enter Status : Open
and copy 4. Enter First and Last Budget Period
Create new Budget and (N)OPSF(I) Budget
Budget as 24- "Jan-10" and "Adj-10"
C_00 copy Budget as a backup to Dossier > GL > 24-Mar- balance
a backup DGT Mar- 1 5. Click Autocopy button and choose "APBN2010" budget to Pass N/A Fit
002 maintain history of this Budgets > 2010 s will be
to 2010 be copied
budget Define > Budget copied
maintain 6. Save your work
history of
this
budget

Annual
Budget
Apportion
ment from
DGB Org
to Line
Ministry
Not Required in CRP1 (
Budget Org ( YTD
There is no process annual
Apportio SA003 Balances - N/A N/A N/A N/A N/A N/A
budget apportionment
nment will be
from DGB to Line Ministry
inputted
in Jan-09
and this
demo
without
Approval
hierarchy )

258
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

In Concept DIPA, there is Because from PSB already break down into PTD balance
Annual Financial Plan which process allotment and AFP will be done in the next process
is PTD balance. (Allotment process )

1. After annual budget Step Description : Review AFP Information


alloment registration, AFP 1. Enter Budget "FUNDING2010"
information will be 2. Enter Budget Organization : "Central Org " or "Kanwil Org"
reviewed in SPAN system 3. Enter Period : From and To Period
based on Concept DIPA.
- Annual Financial Plan in
View
database will be at lowest (N)OPSF(I)
24- AFP
C_00 Annual FP level (6 digits economic Dossier > GL > 24-Mar- DG
Mar- Informa Pass N/A
001 Review classification) and PTD Budgets > Enter 2010 T
2010 tion by
balance but for reporting > Journals
month
can be printed at 2 digits.
BA/Echelon/SU/Central-
Kanwil-
KPPN/Fund/Authority/Func
-SubFunc/Prog-Prio-
Focus/Activ-ActivPrio/
Location/BudgetStage/Acco
BC002
Annual unt/Future
SA018 BC003
Financial SA005 2. Head of Kanwil/Dit PA SA_I_00006
SA019 PM00
Plan will approve it.
1
Every month Spending AFPR1-2010-2
Units will provide update Step Description : Find the Journal :
AFP Revision 1. Login as : KPPN USER Dossier Batch Name : CJE:
26-
information(Offine) 26-Mar- 2. Select Dossier Type : AFP-Rev-295213 Type Transfer 5838092: B
DGT Mar- 1 Pass
2010 3. Enter Dossier Name : AFP Revision for SU 119091 and that 018.E0012.295213.020.
2010
1. Spending Unit will send Description : Annual Financial Plan Revision for SU code want to 01000001.02.0403.018
AFP Revision document to 119091 be used 01.0180105.2952.2.551
KPPN for updating AFP. 316.0000 (DB ) - Feb
Update - AFP Revision document (N)OPSF(I) 2010-
C_00 Annual will be 2 digits. but SU will Dossier > 25.000.000
Step Description : Enter Source Budget Fit
002 Financial provide detail Dossier
Plan information 6 digits Maintenance 1. Enter Budget : FUNDING2010
economic classification by 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.
018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 Range
monthly but for reporting 26- 01000001.02.0403.018
26-Mar- 52.2.551313.0000 account
can be DGT Mar- 2 Pass 01.0180105.2952.2.551
2010 can be
printed at 2 digits. 2010 316.0000 (CR) - Jan
3. Enter Period Name : Jan-10 selected
BA/Echelon/SU/Central- 2010 - 25.000.000
Kanwil-
KPPN/Fund/Authority/Func
-SubFunc/Prog-Prio-

259
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Focus/Activ-
ActivPrio/Location/BudgetS Enter Destination Budget
tage/Account/Future Step Description : Enter Source Budget
- Based on AFP Revision, 1. Enter Budget : FUNDING2010
Head of KPPN will register 2. Enter Account
AFP Revision in SPAN 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
Range
System. 26- 52.2.551313.0000
26-Mar- account
2. Head of KPPN will DGT Mar- 3 Pass
2010 can be
approve it and send AFP 2010 3. Enter Period Name : Feb-10
selected
Revision to Spending Unit.

Step Description : Check and Reserve Funds Fund


1. Click Check Funds button will be
2. Reserve Funds reserve
3. Click Approve button d and
Dossier
26- transact
26-Mar-
DGT Mar- 4 ion will Pass N/A
2010
2010 be
saved
with
status
"Creatin
g"

Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > after
Approve Approve Dossier Step Description : Approval
Workflow 26- Approv
Dossier Transaction based on 26-Mar- 1. Login as : KPPN HEAD
Monitor DGT Mar- 5 ed the Pass N/A
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction " AFP-Rev-295213"
>Administrator 2010 status
n already defined 2. Click Approve
Workflow will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"

Step Description : Print Report The


(N) OPSF(I) > 1. Click View transact
26-
Print Dossier > GL > 26-Mar- 2. Select Request ion
Check report DGT Mar- 6 Pass N/A
Report Request > 2010 3. Print reports : show in
2010
Standard - Trial Balance Budget the
- Budget - Funds Available Analysis report

260
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Once DGB interface SA_I_00008 BC002


approved budget, they will ALLC1-2010-2 SA_I_00011 BC003
inform to Dit PA and SU will Step Description : Creating Budget Transfers to allocate Find the Batch Name : CJE: SA_I_00012 PM00
use DIPA system to print budget funds Dossier Transfer 5836852: B SA_I_00013 1
concept DIPA and send it to 1. Login as user : PA USER Type Journal : SA_I_00014
Dit PA. (Offline) 1 Pass 015.E0010.119091.133. SA_I_00017
2. Select Dossier Type : that
3. Enter Dossier Name : Central-119091 want to 01000001.01.0690.091
1. Once Dit PA get concept Description : Allotment & AFP in Central for SU 119091 be used 02.0910202.0151.2.511
DIPA from SU, they will 141.0000 (DB) - Jan
review with SPAN system 2010 - 166,666,666.67
and it is matched, they will
register budget allotment Step Description : Enter Source Budget
information in SPAN 1. Enter Budget : APBN 2010
system. 2. Enter Account : 015.E0010.119091.133.
- Annual allotment 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 01000001.01.0690.091
process will be at lowest 51.1.511141.0000 02.0910202.0151.1.511
level (6 digits economic 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 141.0000 (CR ) - Jan
classification) 51.1.523119.0000 2010-
and PTD balance 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 166,666,666.67
BA/Echelon/SU/Central- 51.1.523120.0000
Kanwil- 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10
KPPN/Fund/Authority/Func Step Description : Enter Destination Budget ALLC1-2010-6
-SubFunc/Prog-Prio- 1. Enter Budget : FUNDING2010 Journal :
Focus/Activ- Range Batch Name : CJE:
2. Enter Account and amount :
ActivPrio/Location/BudgetS SA010 account Transfer 5838467: B
2 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 Pass
Budget tage/Account(6)/Future SA011 can be 015.E0010.119091.133.
(N)OPSF(I) 51.2.511141.0000
Budget Allotment - DIPA with authority 24- SA012 selected 01000001.01.0690.091
C_00 Dossier > 24-Mar- 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
Allotmen SA004 from code Central Office, Mar- 51.2.523119.0000 SA013 02.0910202.0151.2.523
001 Dossier 2010
t DGT to LM Assistance Task and Co- 2010 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 SA014 119.0000 (DB) - Jan
Maintenance
HO Administration 51.2.523120.0000 SA015 2010 - 83,333,333.33
will be approved and SA017
printed by Dit PA 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10

- If during process Review 015.E0010.119091.133.


DIPA, Head of Dit PA find 01000001.01.0690.091
the documents from 02.0910202.0151.1.523
Spending Unit is not 119.0000 (CR ) - Jan
complete yet, Dit PA will 2010-
block certain economic 83,333,333.33
classification, so spending
unit cannot use it until
Spending Unit complete all Fund
the documents,( This will be
blockade fund still in reserve
budget stage 1 ) d and
Dossier
Step Description : Check and Reserve Funds
- Need to protect certain transact
1. Click Check Funds button
expenditure so this 3 ion will Pass
2. Reserve Funds
expenditure cannot be be
3. Click Approve button
switched/used with others saved
expenditure ( During setup with
Dossier type, make sure status
that this certain "Creatin
expenditure not include in g"
source account )

261
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > after
Approve Approve Dossier Step Description : Approval
Workflow 24- Approv
Dossier Transaction based on 24-Mar- 1. Login as : PA HEAD
Monitor DGT Mar- 4 ed the Pass
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction "Central-119091"
>Administrator 2010 status
n already defined 2. Click Approve
Workflow will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"

Step Description : Print Report


The
1. Click View
(N) OPSF(I) > transact
24- 2. Select Request
Print Dossier > GL > 24-Mar- ion
Check report DGT Mar- 5 3. Print reports : Pass
Report Request > 2010 show in
2010 - Trial Balance Budget
Standard the
- Budget - Funds Available Analysis
report
- FSG APBN - ALLOTMENT

Once DGB interface ALLK1-2010-1


approved budget, Dit PA SA010 Journal :
will inform Kanwil that Step Description : Creating Budget Transfers to allocate Find the Batch Name : CJE:
Budget SA011
approved budget is (N)OPSF(I) budget funds Dossier Transfer 5837149: B
Allotment 25- SA012
C_00 uploaded. SU will use DIPA Dossier > 25-Mar- 1. Login as user : KANWIL USER Type 018.E0012.295213.020.
from DGT Mar- 1 SA013 Pass
002 system to print concept Dossier 2010 2. Select Dossier Type : Kanwil-SU295213 that 01000001.02.0403.018
Kanwil to 2010 SA014
DIPA and send it to related Maintenance 3. Enter Dossier Name : Kanwil-SU295213 want to 01.0180105.2952.2.551
SU SA015
Kanwil. (Offline) Description : Allotment & AFP in Kanwil for SU 295213 be used 316.0000 (DB) - Jan
SA017
2010 - 100,000,000.00

262
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
1. Once Kanwil get concept
DIPA from SU, they will
review with SPAN system
and it is matched, they will Step Description : Enter Source Budget 018.E0012.295213.020.
register budget allotment 1. Enter Budget : APBN 2010 01000001.02.0403.018
information in SPAN 2. Enter Account : 01.0180105.2952.1.551
system. 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 316.0000 (CR ) - Jan
- Annual allotment 52.1.551313.0000 2010-
process will be at lowest 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 100,000,000.00
level (6 digits economic 52.1.551316.0000
classification) and 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
PTD balance 52.1.551318.0000
Range
BA/Echelon/SU/Central- 3. Enter Period Name : Jan-10
account
Kanwil- 2 Pass
can be
KPPN/Fund/Authority/Func Step Description : Enter Destination Budget
selected
-SubFunc/Prog-Prio- 1. Enter Budget : FUNDING2010
Focus/Activ- 2. Enter Account and amount :
ActivPrio/Location/BudgetS 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
tage/Account(6)/Future 52.2.551313.0000
- DIPA with authority code 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
Region Office and 52.2.551316.0000
Deconcentration will be 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
approved and printed by 52.2.551318.0000
Head of Kanwil 3. Enter Period Name : Jan-10

- If during process Review


DIPA, Head of Kanwil find
the documents from Fund
Spending Unit is not will be
complete yet, Dit PA will reserve
block certain economic d and
classification, so spending Dossier
unit cannot use it until transact
Spending Unit complete all ion will
the documents, ( This be
blockade fund still in Step Description : Check and Reserve Funds saved
budget stage 1 ) 1. Click Check Funds button with
3 Pass
2. Reserve Funds status
- Need to protect certain 3. Click Approve button "Creatin
expenditure so this g"
expenditure cannot be
switched/used with others
expenditure ( During setup
Dossier type, make sure
that this certain
expenditure not include in
source account )

Find the
Dossier
(N)OPSF(I) transact
Dossier > ion and
Approve Approve Dossier Step Description : Approval
Workflow 25- after
Dossier Transaction based on 25-Mar- 1. Login as : KANWIL HEAD
Monitor DGT Mar- 4 Approv Pass
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction "Kanwil-SU295213"
>Administrator 2010 ed the
n already defined 2. Click Approve
Workflow status
>Notifications will be
changed
to

263
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
"Compl
ete"

Step Description : Print Report


1. Click View
(N) OPSF(I) > Report
25- 2. Select Request
Print Dossier > GL > 25-Mar- run
Check report DGT Mar- 5 3. Print reports : Pass
Report Request > 2010 successf
2010 - Trial Balance Budget
Standard ully
- Budget - Funds Available Analysis
- FSG APBN - ALLOTMENT

Once DGB interface ALLC3-2010-4 SA_I_00003 BC002


approved budget, the DIPA Journal : SA_I_00008 BC003
BUN will not be created yet Step Description : Creating Budget Transfers to allocate Find the Batch Name : CJE: SA_I_00011 PM00
by each directorate who budget funds Dossier Transfer 5837149: B SA_I_00012 1
manage DIPA BUN until the 1. Login as user : PA USER Type 999.E0014.999204.999. SA_I_00013
1 Pass
supporting documents for 2. Select Dossier Type : Central-SU999204 that 01000001.05.0106.010 SA_I_00014
each particular transactions 3. Enter Dossier Name : Central-SU999204 want to 06.0100601.0601.2.611 SA_I_00016
is ready. Description : Allotment & AFP in Central for SU 999204 be used 121.0000 (DB) - Jan SA_I_00017
2010 - 3,333,333.33
1. Once Dit PA get concept 999.E0014.999204.999.
DIPA from each Directorate, 01000001.05.0106.010
Step Description : Enter Source Budget
they will review with SPAN 06.0100601.0601.2.611
1. Enter Budget : APBN 2010
system and it is matched, 121.0000 (DB) - Jan
2. Enter Account :
they will register budget 2010 - 50,000,000.00
999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.06 SA010
allotment information in
01.1.119119.0000 SA011
Budget SPAN system. (N)OPSF(I)
25- SA012
C_00 Allotment - Annual allotment process Dossier > 25-Mar- 999.E0014.999204.999.
DGT Mar- 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 SA013
003 for DIPA will be at lowest level (6 Dossier 2010 01000001.05.0106.010
2010 SA014
BUN digits economic Maintenance 06.0100601.0601.1.119
Step Description : Enter Destination Budget SA015
classification) level, from 119.0000 (CR) - Jan
1. Enter Budget : FUNDING2010 SA017
summary account into Range 2010 - 53,333,333.33
2. Enter Account and amount :
detail account and PTD account
2 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.06 Pass
Balance can be
01.2.6111211.0000
999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.06 selected
BA/Echelon/SU/Central-
01.2.6111212.0000
Kanwil-
KPPN/Fund/Authority/Func
3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10
-SubFunc/Prog-Prio-
Focus/Activ-ActivPrio/
Location/BudgetStage/Acco
unt/Future
- DIPA BUN will use
authority code Central
Office and approve by Head

264
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
of Dit PA.
Fund
will be
reserve
d and
Dossier
Step Description : Check and Reserve Funds
transact
1. Click Check Funds button
3 ion will
2. Reserve Funds
be
3. Click Approve button
saved
with
status
"Creatin
g"

Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > after
Approve Approve Dossier Step Description : Approval
Workflow 25- Approv
Dossier Transaction based on 25-Mar- 1. Login as : PA HEAD
Monitor DGT Mar- 4 ed the
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction "Central-SU999204"
>Administrator 2010 status
n already defined 2. Click Approve
Workflow will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"

Step Description : Print Report


1. Click View
(N) OPSF(I) > Report
25- 2. Select Request
Print Dossier > GL > 25-Mar- run
Check report DGT Mar- 5 3. Print reports :
Report Request > 2010 successf
2010 - Trial Balance Budget
Standard ully
- Budget - Funds Available Analysis
- FSG APBN - ALLOTMENT

Once DGB interface (N) OPSF(I) >


approved budget, they will Input additional Budget balances using control account
Dossier > GL >
inform to Dit PA and SU will 1 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01
Setup>
use DIPA system to print 52.2.999999.0000
Summary
concept DIPA and send it to
Dit PA. (Offline) Step Description :
Budget 1. Choose Budget name : FUND2010
C_00 Allotment 1. Once Dit PA get concept 2. Input Batch Name : Revise end of Year SU 537721 SA010
004 for DIPA DIPA from SU, they will 3. From : SA011
BLU review with SPAN system (N)OPSF(I) Budget Organization Central Org BC002
SA012
and it is matched, they will Dossier > Account : BC003
DGT 2 SA013 Pass N/A SA_I_00018
register budget allotment Dossier 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 PM00
SA014
information in SPAN Maintenance 52.2.999999.0000 1
SA015
system. 4. To : SA017
- Annual allotment Budget Organization : Central Org
process will be at lowest Account :

265
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
level (6 digits economic 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01
classification) 52.2.423213.0000
and PTD balance 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01
BA/Echelon/SU/Central- 52.2.712122.0000
Kanwil- 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01
KPPN/Fund/Authority/Func 52.2.711112.0000
- 5. Input Transfer Amount :
SubFunc/Prog-Prio-
Focus/Activ-
ActivPrio/Location/BudgetS
tage/Account(6)/Future
- DIPA with authority
code Central Office,
Assistance Task and Co-
Administration
will be approved by Dit
PA.
2. Head of Dit PA will
approve it.

For DIPA BLU because they


have their own revenue, BC
and PM transactions can
exceed YTD balance based
on certain percentage rules
5%,10% etc .

There are two scenarios


need to consider :
a. Tolerance apply to total
Spending Unit and end of
year Spending Unit must
make revision of its DIPA.
b. Every 3 months,
Spending Unit will send
SPM Pengesahan to KPPN
but before that SPM
Pengesahan is inputted
into system , Spending Unit
must make revision of its
DIPA.

Solutions :
Scenario a, create
Summary Account
template based on total SU
with total account values
D.D.SU537721.D.T.D.T.T.T.
T.DIPA.T.D
Create additional budget
using Control Account.
(999999)

Scenario b, because this


revision no need approval
process, can use Budget
Transfer function to do this
process

266
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
(Scenario A)
Step Description : Creating Budget Transfers to allocate ALLC4-2010-1 SA_I_00008 BC002
budget funds Journal : SA_I_00011 BC003
1. Login as user : PA USER Batch Name : CJE: SA_I_00012 PM00
2. Select Dossier Type : Central-986829 Transfer 5838467: B SA_I_00013 1
3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU 015.E0003.414406.006. SA_I_00014
986829 01000001.02.0302.103 SA_I_00016
Description : Transfer Reserve fund because of Natural 01.1030406.0855.2.534 SA_I_00017
Disaster 111.0000 (DB) - Jan
2010 - 700,000.00
Once DGB interface
(Scenario B) 015.E0003.414406.006.
approved budget, this DIPA
30- 30-Mar- Step Description : Creating Budget Transfers to allocate 01000001.02.0302.103
will not be created yet until
Mar- 2010 budget funds 01.1030406.0855.2.523
the Goverment need to use
2010 1. Login as user : PA USER 111.0000 (DB) - Jan
it for special circumtances (
2. Select Dossier Type : Central-986829 2010 - 300,000.00
example Natural Disaster ).
3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU
986829 999.E0002.986829.140.
1. The president will ask
Description : Transfer Reserve fund because of Natural 01000001.01.0103.103
Ministry of Finance to
Disaster 04.1030105.0151.1.581
prepare DIPA
149.0000 (CR) - Jan
2. Ministry of Finance will
Find the 2010 - 1,000,000.00
ask Dit PA team to create
Dossier
this DIPA and allocate it to Scenario A) Type
Line Ministry that needed Step Description : Enter Source Budget that
this fund. 1. Enter Budget : APBN 2010 want to
- Annual allotment process 2. Enter Account : be used
will be at lowest level (6 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.01
digits economic SA010 Pass
51.1.581149.0000
Budget classification) level, from SA011
(N)OPSF(I)
Allotment summary account ( SA012
C_00 Dossier > 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10
for miscellenaous expenditure ) DGT 1 SA013
005 Dossier
Reserve into detail account and PTD SA014
Maintenance Step Description : Enter Destination Budget
Fund DIPA Balance SA015
1. Enter Budget : FUNDING2010 Pass
SA017
2. Enter Account and amount :
BA/Echelon/SU/Central- 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08 Range
Kanwil- 55.2.534111.0000 account
KPPN/Fund/Authority/Func 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08 can be
-SubFunc/Prog-Prio- 55.2.523111.0000 selected
Focus/Activ-ActivPrio/
Location/BudgetStage/Acco 3. Enter Period Name : Jan-10
unt/Future
(Scenario B)
There are two scenarios Step Description : Enter Source Budget
need to be consider : 1. Enter Budget : APBN 2010
a. The outcome of the fund 2. Enter Account :
is belongs to MOF ( BUN ), 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.01
example Contingency Fund 30- 51.1.581149.0000
for Bank Restructuring Mar- 30-Mar-
b. The outcome of the fund 2010 2010 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10
is belongs to Line Ministry ,
allot from BA 999 to BA LM Step Description : Enter Destination Budget
1. Enter Budget : FUNDING2010
2. Enter Account and amount :
015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08
55.2.534111.0000
015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08
55.2.523111.0000

3. Enter Period Name : Jan-10

267
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

(Scenario A) Fund
Step Description : Check and Reserve Funds will be
1. Click Check Funds button reserve
2. Reserve Funds d and
3. Click Approve button Dossier
transact
(Scenario B) ion will
30- Step Description : Check and Reserve Funds be
30-Mar-
Mar- 3 1. Click Check Funds button saved Pass
2010
2010 2. Reserve Funds with
3. Click Approve button status
"Creatin
g"

(Scenario A)
Step Description : Approval
1. Login as : PA HEAD
1. Select the Dossier transaction "Central-986829"
Find the
2. Click Approve
Dossier
transact
(Scenario B)
(N)OPSF(I) ion and
Step Description : Approval
Dossier > after
Approve Dossier 1. Login as : PA HEAD
Approve Workflow 30- Approv
Transaction based on 30-Mar- 1. Select the Dossier transaction "Central-986829"
Dossier Monitor DGT Mar- 4 ed the Pass
approval hierarchy that 2010 2. Click Approve
Transaction >Administrator 2010 status
already defined
Workflow will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"

Step Description : Print Report


1. Click View
2. Select Request
3. Print reports :
- Trial Balance Budget
- Budget - Funds Available Analysis
- FSG APBN – ALLOTMENT
(N) OPSF(I) > Report
30-
Print Dossier > GL > 30-Mar- run
Check report DGT Mar- 5 Pass
Report Request > 2010 successf
2010
Standard ully

268
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

When Ministry of Finance Step Description :


announce that some 1. Define Mass Budget formula depends on the requirement
expenditure need to be 2. Click Formulas
reduced without changing 3. Input Formula Name " Reduce 10% for SU 295213 and acct
budget ceiling, then cash 551313 "and Description " Reduce 10% for SU 295213 and
limit process will be acct 551313 "
applied. 4. Create formula :
A:
Ministry of Finance will 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
make guide. For example, 52.2.551313.0000
reduce employee salary up B : 10
to 85%. As per guide, SU C : 100
will prepare their updated O:
AFP plan, and submit to 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
KPPN. 52.2.551313.0000
T:
1. KPPN will register their 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
updated AFP plan which 52.9.551313.0000
total ceiling for AFP is
different with budget Formula :
ceiling A * B/C = T
- Cash limit process in the SU 295213 - acct 551313 - budget code 1 will be reduced
Make sure
system will be the same 10% and SU 295213-acct 551313 - budget code 9 will be
that
machanism with AFP. increased 10%.
transactio SA020
- Cash Limit will use (N)OPSF(I) Journal Name : Reduce BC002
n for each 25- SA021 Journal
Cash C_00 monthly AFP information Dossier > GL > 25-Mar- 10% for all SU MOF BC003
SA014 SU cannot DGT Mar- 1 SA022 generat Pass SA_I_00007 Fit
Limit 001 for blocking Commitment Budget > Define 2010 Accrual Ledger PM00
exceed 2010 SA023 ed
and Payment > Mass Budget Source : MassAllocation 1
monthly SA024
Management transaction
budget
- Blocking process is 4
balance
digits account blocking and
2 digits account blocking for
and
PTD balances
2. Head of Kanwil/Dit PA
will approve it.

When reduce rate and


specific account is decided
byMOF, PA can reduce AFP
information in the system
automatically, for example
reduce 10% for SU 295213
and for
economic classification
551313

When Cash Limit is


imposed, commitment and
payment will be blocked by
Cash Limit(Cash limit =
Updated AFP)

269
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

(N) OPSF(I) >


Generate program to Step Description :Choose Mass Budget Formula
Generate Dossier > GL > 25-
calculate budget reduction 25-Mar- 1. Selet Mass Budget Formula " Reduce 10% for SU 295213
Mass Budget > DGT Mar- 2
based on certain 2010 and acct 551313"
Budget Generate > 2010
percentage 1. Select which period the budget will be reduced.
Mass Budget

Because of the virement Step Description : Creating Budget Transfers to allocate VIRM1-2010-1
will change Presidential budget funds
Decree RABPP, Spending 1. Login as : DGB USER Journal :
Unit need to ask approval 2. Select Dossier Type : Virement Pepres SU537721 Batch Name : CJE:
to DGB for its virement. 3. Enter Dossier Name : Virement process change Perpres for Transfer 5838467: B
Once the virement is SU537721 015.E0009.410656.019.
approved, DGB will prepare and Description : Virement process change Perpres for 01000001.01.0401.015
notification then Spending SU537721 01.0070128.0152.2.711
Unit will send Concept 112.0000 (DB) - Jan
DIPA-R to Dit PA or Kanwil. Step Description : Enter Source Budget 2010 - 83,333,333.33
1. Enter Budget : FUNDING2010
1. Register Budget Virement 2. Enter Account : Batch Name : CJE:
by DGB : 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01 Transfer 5838092: B
- Based on Virement 52.2.711112.0000 Find the 015.E0011.537721.019.
request from Spending Dossier 01000001.01.0401.015
Virement Unit, DGB will register 3. Enter Period Name : Jan-10 Type 01.0070128.0152.2.711
process Virement in SPAN Step Description : Enter Destination Budget that 112.0000 (CR) - Jan
(N)OPSF(I)
will System 26- 1. Enter Budget : FUNDING2010 want to 2010 - 83,333,333.33
Dossier > 26-Mar-
change 2. DGB will approve it. DGB Mar- 1 2. Enter Account : be used Pass
Dossier 2010
Presidenti - After DGB approve, DGT 2010 015.E0009.410656.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01
Maintenance
al Decree will get notification through 52.2.711112.0000 Range
RABPP SPAN system account
3. DGT will review can be
BC002
notification and approve it selected
C_00 BC003
Virement SA006 - DGT will review SA013 SA_I_00002
001 PM00
notification from DGB with
1
DIPA-R from Spending Unit
- DGT will approve this
notification.
4. Dit PA or Kanwil will
print DIPA Revision
through SPAN System.
-Below changes need to
be approved by DGB :
BA,Echelon,SU,Func-
SubFunc,Prog-Prio-
Focus,Activ-ActivPrio
Fund will
Step Description : Check and Reserve Funds be
1. Click Check Funds button reserved
(N)OPSF(I) 2. Reserve Funds and
Dossier > 3. Click Approve button Dossier
Approve
Workflow 26- transacti
Dossier DGB user will input 26-Mar-
Monitor DGB Mar- 2 on will Pass N/A
Transactio Virement into SPAN System 2010
>Administrator 2010 be saved
ns
Workflow with
>Notifications status
"Creating
"

270
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Approv
ed
related
(N)OPSF(I)
Dossier
Dossier > Step Description : Approval
Approve transact
DGB manager will review Workflow 26- 1. Login as : DGB HEAD
Dossier 26-Mar- ion,
again and send notification Monitor DGB Mar- 3 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres Pass N/A
Transactio 2010 notificat
to DGT >Administrator 2010 SU295213"
ns ion will
Workflow 2. Click Approve
be sent
>Notifications
to next
hierarch
y

Approv
ed
related
(N)OPSF(I)
Dossier
Dossier > Step Description : Approval
Approve transact
Workflow 26- 1. Login as : PA User
Dossier DGT user will review it with 26-Mar- ion,
Monitor DGT Mar- 4 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres Pass N/A
Transactio Concept DIPA-R from SU 2010 notificat
>Administrator 2010 SU295213"
ns ion will
Workflow 2. Click Approve
be sent
>Notifications
to next
hierarch
y

Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > Step Description : Approval after
Approve
Workflow 26- 1. Login as : PA Head Approv
Dossier DGB manager will review it 26-Mar-
Monitor DGT Mar- 5 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres ed the Pass N/A
Transactio again and approve it 2010
>Administrator 2010 SU295213" status
ns
Workflow 2. Click Approve will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"

(N)OPSF(I)
Step Description : Print Report
Dossier >
1. Click View Report
Workflow 26-
Print 26-Mar- 2. Select Request run
Check report Monitor DGT Mar- 6 Pass N/A
Report 2010 3. Print reports : successf
>Administrator 2010
- Trial Balance Budget ully
Workflow
- Budget - Funds Available Analysis
>Notifications

Step Description : Find the VIRM2-2010-2


Virement Spending Unit prepare
1. Login as : PA HEAD Dossier Journal :
process "Request of DIPA Revision"
(N)OPSF(I) 2. Select Dossier Type : " Virement DGT SU295213" Type Batch Name : CJE:
will not letter and send it to Dit PA 26-
C_00 Dossier > 26-Mar- 3. Enter Dossier Name : Virement process for SU 295213 and that Transfer 5839281: B
change or Kanwil(currently SU DGT Mar- 1 Pass
002 Dossier 2010 Description : Virement Process for SU 295213 want to
Presidenti prepares this letter 2010
Maintenance be used 018.E0012.295213.127.
al Decree manually)
01000001.02.0403.018
RABPP

271
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
1. Dit PA or Kanwil will 01.0180105.2952.2.551
review this Request of DIPA 313.0000 (DB) - Jan
Revision letter and register Step Description : Enter Source Budget 2010 - 10,000,000.00
in 1. Enter Budget : FUNDING2010
SPAN system. Range
2. Enter Account :
2. Head of Kanwil/Dit PA account 018.E0012.295213.020.
2 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
will approve it. can be 01000001.02.0403.018
52.2.551313.0000
3. Dit PA or Kanwil will selected 01.0180105.2952.2.551
print DIPA Revision 3. Enter Period Name : Jan-09 313.0000 (CR) - Jan
through SPAN System. 2010 - 10,000,000.00
-Below changes need to
be approved by DGT :
Central-Kanwil-
KPPN/Location/Account( Step Description : Enter Destination Budget
only if first 2 digits change ) 1. Enter Budget : FUNDING2010
Range
2. Enter Account :
account
3 018.E0012.295213.127.01000000.02.0403.01801.0180105.29
can be
52.2.551313.0000
selected
3. Enter Period Name : Jan-09

Fund
will be
reserve
d and
Dossier
Step Description : Check and Reserve Funds
transact
1. Click Check Funds button
4 ion will
2. Reserve Funds
be
3. Click Approve button
saved
with
status
"Creatin
g"

(N)OPSF(I)
Find the
Dossier >
Approve Approve Dossier Step Description : Approval Dossier
Workflow 26-
Dossier Transaction based on 26-Mar- 1. Login as : Head of Dit PA User Type
Monitor DGT Mar- 1 Pass N/A
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction "Virement DGT SU295213" that
>Administrator 2010
ns already defined 2. Click Approve want to
Workflow
be used
>Notifications

(N)OPSF(I)
Step Description : Print Report
Dossier >
1. Click View Report
Workflow 26-
Print 26-Mar- 2. Select Request run
Check report Monitor DGT Mar- 1 Pass N/A
Report 2010 3. Print reports : successf
>Administrator 2010
- Trial Balance Budget ully
Workflow
- Budget - Funds Available Analysis
>Notifications

272
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

VIRM3-2010-2

Journal :
Batch Name : CJE:
Step Description : Transfer 5838467: B
1. Login as : KPPN USER 015.E0010.119106.139.
2. Select Dossier Type : " Virement SKPA SU119091" 01000001.01.0690.091
Find the
3. Enter Dossier Name : Virement SKPA for SU 2119091 and 02.0910202.0151.2.523
Dossier
Description : Virement SKPA Process for SU 119091 119.0000 (DB) - Jan
Type
1 Pass 2010 - 3,333,333.33
that
Step Description : Approval
want to
1. Login as : KPPN User 015.E0010.119091.133.
be used
1. Select the Dossier transaction " Virement SKPA 01000001.01.0690.091
SU2119091" 02.0910202.0151.2.523
Origin Spending Unit 2. Click Approve
prepare "SKPA Concept" 119.0000 (CR) - Jan
and send it to Origin KPPN : 2010 - 3,333,333.33

1. KPPN will review this


SKPA Concept letter and
based on this document
KPPN Step Description : Enter Source Budget
revise AFP information in 1. Enter Budget : FUNDING2010 Range
SPAN system. 2. Enter Account : account
SKPA (N)OPSF(I) 2 Pass
2. Head of Origin KPPN will 26- 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 can be
C_00 Virement Dossier > 26-Mar- 51.2.523119.0000 selected
approve it. KPPN Mar-
003 ( Approve Dossier 2010 3. Enter Period Name : Jan-10
3. Head of Origin KPPN will 2010
by KPPN ) Maintenance
print DIPA Revision
through SPAN System and
send
Step Description : Enter Destination Budget
it to Receiver KPPN and
1. Enter Budget : FUNDING2010 Range
Origin Spending Unit.
2. Enter Account : account
4. Origin Spending Unit 3 Pass
015.E0010.119106.139.01000000.01.0690.09102.0550226.01 can be
send DIPA Revision to
51.2.523119.0000 selected
Receiver Spending Unit for
3. Enter Period Name : Jan-10
Budget
Execution process.
Fund
will be
reserve
d and
Dossier
Step Description : Check and Reserve Funds
transact
1. Click Check Funds button
4 ion will Pass N/A
2. Reserve Funds
be
3. Click Approve button
saved
with
status
"Creatin
g"

273
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > Step Description : Approval after
Approve Approve Dossier
Workflow 26- 1. Login as : Head of KPPN Approv
Dossier Transaction based on 26-Mar-
Monitor KPPN Mar- 1 1. Select the Dossier transaction "Virement SKPA ed the Pass N/A
Transactio approval hierarchy that 2010
>Administrator 2010 SU119091" status
n already defined
Workflow 2. Click Approve will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"

(N)OPSF(I)
Step Description : Print Report
Dossier >
1. Click View Report
Workflow 26-
Print 26-Mar- 2. Select Request run
Check report Monitor KPPN Mar- 1 Pass N/A
Report 2010 3. Print reports : successf
>Administrator 2010
- Trial Balance Budget ully
Workflow
- Budget - Funds Available Analysis
>Notifications

When there is virement in Step Description :


Spending Unit itself, it will 1. Choose Budget name :
not be reflected to SPAN 2. Input Batch Name :
System. 3. From :
However, it need to be Budget Organization
reflected for reporting Account :
purpose(budget realization 4. To :
not showing negative Budget Organization
amount) Account :
5. Input Transfer Amount :
Spending Unit will send
Virement
their own virement
request
information(softcopy) to (N)OPSF(I)
from SU,
C_00 KPPN Dossier > GL >
in system KPPN 1
004 - Whenever SU submit SPM, Budgets > Enter
will be
it will be provided to KPPN > Journals
updated
and KPPN will update in
by KPPN
SPAN System
- During monthly closing, SU
will submit thier own
virement information to
KPPN and KPPN will update
in SPAN System
- During year end closing,
SU will submit thier won
virement information to
APK and APK will update in
SPAN System

274
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Transfer
back
remaining
Budget
Budget balances
Retireme SA007 to LM Org Not Required in CRP1 N/A N/A N/A N/A N/A
nt ( Can use
Retiremen
t
Relationsh
ip )

<<Assumption based on PIC Step Description : Enter Budget


suggestion>> 1. Enter Budget "VoteonAcct2011"
This process covers 2. Enter Description "Vote on Acctount budget 2011"
scenario if annual Budget 3. Enter Status : Open Budget
has not approved until 4. Enter First and Last Budget Period " Jan-11" and "Adj-11" Book
1 Pass
beginning of Fiscal Year but 5. Click Open Next Year button will be
some transactions at 6. Save your work created
Spending Unit need to be
paid.

Dit PA or Kanwil will do


following process : Step Description : Copy Data from Spreadsheet to WebADI
1. Dit PA or Kanwill will 1. Create Document
create DIPA on behalf 2. Select Integrator General Ledger - Budgets
Spending Unit : 3. Click Next button
BC002
- This DIPA will be created 30- 4. Select Excell Version
Vote on C_00 Vote on 30-Mar- BC003
SA015 only for certain transactions DGT Mar- 5. Click Next SA007 N/A SA_I_00001
Account 001 Account 2010 PM00
( salary, electricity, water 2010 6. Select data in mandatory field (field with * sign)
1
bill, etc ) 7. Click Next
- The DIPA amount will 8. Click Continue
use previous year budget Login to 9. Click Create Document, the WebADI Excell will pop up. WebADI
with full year budget Responsibility : Wait, till complete.
2 will be Pass
balance. Desktop 10. Click Tool on Toolbar then highlight Protect and select opened
2. Appropriation process, Integrator ADI Unprotect, to enable you insert as many row as you needed.
DGB will not interface data 11. Save your work
budget to Dit PA or Kanwil
3. Register Budget
Allotment:
- Dit PA or Kanwill will
register budget allotment in
SPAN system.
4. Register Annual Financial

275
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Plan process, AFP
information will be Step Description : Upload data to system.
registered in SPAN System 1. Copy data from your spreadsheet to WebADI excell.
based on AFP 2. Select Oracle from Toolbar then select Upload
information from 3. Fill out parameter as you needed, then click Upload.
previous year DIPA.
- Head of Dit PA/Kanwil Data :
will approve and print this 015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.01
DIPA 51.1.511111.0000
015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.01
After Annual budget has 51.1.511121.0000
been approved, Spending Upload to Jan-11 - Dec-11 period
Unit will create Concept Will use budget code 1
DIPA and DGB will interface
full year budget amount.
Dit PA/Kanwil will perform
following processes :
6. Annual Budget data Data
from DGB will replace DIPA will be
that has been created by 3 interfac Pass
Dit PA or Kanwil. ed to
Register Budget Allotment Oracle
process:
- SU will print Concept
DIPA and DGT need to
review it with SPAN System.
7. Register Annual Financial
Plan process,
- AFP information will be
registered in SPAN System
based on Concept DIPA
from Spending Unit.
- Head of Kanwil/Dit PA
will approve and print it.
8. Vote on Account DIPA (
step no 3 ) and Annual
Budget DIPA will have
different DIPA number

(N) Change
Responsibility to Step Description : Review and Post Budget Journal
Post Public Sector 30- 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger Journal
30-Mar-
Budget Post Budget Journal General Ledger DGB Mar- 1 2. Select the budget journal will be Pass N/A
2010
Journal (N) OPSF(I)> 2010 3. Review Batch and click Post Posted
Dossier 4. Print report Trial Balance Budget
>GL>Post

276
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Step Description : Enter Budget


1. Enter Budget "Vote on Acct 2011 BACKUP"
Create 2. Enter Description "APBN Vote on Acct 2011 BACKUP"
new 3. Enter Status : Open
Budget 4. Enter First and Last Budget Period
and copy "Jan-11" and "Adj-11"
Create new Budget and (N)OPSF(I) Budget
Budget as 30- 5. Click Autocopy button and choose which budget want to be
copy Budget as a backup to Dossier > GL > 30-Mar- data will
a backup DGB Mar- copied Pass N/A
maintain history of this Budgets > 2010 be
to 2010 6. Save your work
budget Define > Budget copied
maintain
history of
this
budget

After Annual Budget has (N)OPSF(I) Step Description : Find the Budget Organization
been approved and transfer Dossier > GL > 1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org or Kanwil
to General Ledger module, Budgets > 30-
Replace 30-Mar- Org
need to replace budget Define > DGT Mar- 1
Budget 2010 2. Click Ranges button
from budget Vote on Organization 2010
3. Click Budgetary Account and delete Funding budget Vote
Account to Approved
on Account to APBN2011
Annual Budget

After
C_00 Budget
002 has been
approved,
Additional Budget
the
interfaced from PSB and do
process
process Allotment and AFP 30-
will be 30-Mar- Refer to Budget Allotment and Annual Financial Plan
again DGT Mar- 1 N/A Pass N/A
same like 2010 process
( The allotment and AFP 2010
"Budget
process only for difference
Allotment
amount )
and
Annual
Financial
Plan"

Once MTEF budget is Step Description : Review and Post Budget Journal
reviewed by parliament, 1. Find the the budget journal
DGB will interface its MTEF "Source = Budget Journal, Status = Unposted"
budget with Supporting
Document. If will be 1
Budget
proposed year + 2 year
SA025 journal
estimates and YTD balance.
Review Review (N)OPSF(I) 30- SA026 will be
C_00 BA/Echelon/000000/000/Fu 30-Mar-
MTEF SA008 MTEF Dossier > GL > DGT Mar- 1 SA027 created Pass N/A SA_I_00009 N/A Fit
001 nd/00/Func-SubFunc/Prog- 2010
Budget Budget Journals > Enter 2010 SA029 with
Prio-Focus/Activ-
SA032 status
ActivPrio/0000/0/000000/0
Unpost
000

1. MTEF budget will be


inquiry and printed by SPAN
system

277
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Step Description : Review and Post Budget Journal


1. Change responsibility to Public Sector General Ledger
(N) Change 2. Select the budget journal
Responsibility to 3. Review Batch and click Post
4. Print report Trial Balance Budget Budget
Post Public Sector 30-
30-Mar- FSG MTEF BUDGET Journal
Budget Post Budget Journal General Ledger DGT Mar- 1 Pass N/A
2010 will be
Journal (N) OPSF(I)> 2010
POSTED
Dossier
>GL>Post

Step Description : Check Period


This process applicable for (N)OPSF(I) 1. Close Previous year period
26-
below condition : Dossier > GL > 26-Mar- 2. Open Next Year Period
DGT Mar- 1
1. If remaining PO decided Setup >> Open / 2010
2010
to be carryforward to next Close
year, SU will prepare report
Carry which need to be
forward carryforward. Step Description : Generate Carryforward
C_00
Open PO 2. KPPN will receive this list 1. Choose Carryforward rule
001
to next from SU and after year end 2. Choose Budget and period
closing, it will be (N)OPSF(I)
year 3. Choose account from / to
carryforward to next year. Dossier > GL > 26-
26-Mar-
Journal > DGT Mar- 2
2010
Generate > 2010
4. Click Preview
Carry foward
5. View Request to see the result
6. Click Carryforward if want to execute this process

After APBN is approved by Step Description : Generate Carryforward


parliament, there will be 1. Choose Carryforward rule Encumb
some fund which need to 2. Choose Budget and period rance
Carry BC002
be carryforward to next 3. Choose account from / to will be
Forward BC003
SA009 year SA016 carried Pass N/A SA_I_00005
Budget PM00
- Each LM(??) will make forward
balances 1
request for approval to 4. Click Preview to next
Carryforw
parliament with supporting 5. View Request to see the result year
ard
document 6. Click Carryforward if want to execute this process
budget to
- After the request has been
next
approved by Parliament ,
year(SU
Dit PA will carryforward the (N)OPSF(I)
realize its
remaining fund and print Dossier > GL > 26-
C_00 remaining 26-Mar-
DIPA based on Carry Journal > DGT Mar- 1
002 fund in 2010
Forward amount . Generate > 2010
Dec –
-After APBN-P is Carry foward
after
approved(include
Budget
carryforward amount from
preparatio
last year), it will be
n phase is
interfaced to DGT.
over)
- The carry forward amount
from APBN-P will not be
allotted to SU.

- Carryforward budget and


APBN budget should be
distinguished.

278
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

*Waktu carry forward harus


dalam budget stage 1 ??? ,
hasil carry forward
dilakukan process allotment
dengan menggunakan
dossier .?? bisa kah ?

Once annual budget Step Description : Review and Post Budget Journal
revision is approved by 1. Find the the budget journal
parliament, DGB will "Source = Budget Journal, Status = Unposted"
interface its annual budget
revision budget with
RABPP-R. It will be lowest 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.01
level(6 digits economic 51.1.511141.0000
classification) and YTD 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.01
balance 51.1.523119.0000
BA/Echelon/SU/Central- 022.02204.412801.133.01000000.01.0408.02205.0220501.01
Kanwil- 52.1.532100.0000
KPPN/Fund/Authority/Func 022.02204.412801.140.01000000.01.0408.02205.0220501.01
-SubFunc/Prog-Prio- 52.1.536100.0000
Focus/Activ-
ActivPrio/Location/BudgetS Will use budget stage 1
tage/Account/Future

Once DGB interface


approved budget, they will
inform to Dit PA, and SU
Bugdet
Interface will use DIPA system to
Jornal
Suppleme print concept DIPA-R and
will be BC002
Supplem ntary send it to Dit PA. (Offline) (N)OPSF(I) 30-
C_00 30-Mar- created BC003
entary SA010 budget Dossier > GL > DGT Mar- 1 SA003 Pass N/A N/A
001 2010 with PM00
Budget appropriat Based on Annual Budget Journals > Enter 2010
status 1
ion from Revision from DGB, Dit PA
Unposte
PSB /Kanwil will perform
d
following processes :
1. Register Budget
Allotment :
- Supplementary budget
allotment process will be at
lowest level (6 digits
economic
classification) and YTD
balance
- DIPA with authority
code Central Office,
Assistance Task and Co-
Administration
will be approved by Dit
PA and DIPA with authority
code Region Office and
Deconcentration will be
approved by Head of Kanwil
2. Update Annual Financial
Plan :

279
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
- After supplementary
budget alloment
registration, AFP
information will be
registered in SPAN
system based on DIPA-R.
- Head of Dit PA or
Kanwil/Dit PA will approve
it.
- DIPA-R will be printed
by DIT PA/Kanwil
- In database, AFP
information will be by 6
digits but for reporting
purpose 2 digit
account will be printed.

Step Description : Review and Post Budget Journal


(N) Change 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger
Responsibility to 2. Select the budget journal
3. Review Batch and click Post Budget
Post Public Sector
30-Mar- 4. Print report Trial Balance Budget Journal
Budget Post Budget Journal General Ledger DGT 1 Pass N/A N/A
2010 will be
Journal (N) OPSF(I)>
POSTED
Dossier
>GL>Post

Step Description : Enter Budget


Create 1. Enter Budget "APBN 2010 Supplement BACKUP"
new 2. Enter Description "APBN Supplement 2010 BACKUP"
Budget 3. Enter Status : Open
and copy 4. Enter First and Last Budget Period
Create new Budget and (N)OPSF(I) Budget
Budget as 30- "Jan-10" and "Adj-10"
C_00 copy Budget as a backup to Dossier > GL > 30-Mar- balance
a backup DGT Mar- 1 5. Click Autocopy button and choose which budget want to be Pass N/A N/A
002 maintain history of this Budgets > 2010 s will be
to 2010 copied
budget Define > Budget copied
maintain 6. Save your work
history of
this
budget

Allotment process and AFP will move from budget stage 4 to Dossier
Repeat Budget stage 2 transact
scenarions ion
: created
Allotment Repeat scenarions : 30- successf
C_00 30-Mar-
and Allotment and registering DGT Mar- 1 ully and Pass N/A N/A
003 2010
registering Annual Financial Plan 2010 print
Annual report
Financial for
Plan checkin
g.

280
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID

Check Journal Journal


Encumbrances from Dossier Dossier
(N) OPSF(I) >
trasactions Step Description : Print Report will be
Journal Transfer Dossier > GL >
- After Budget 30- 1. Click View created
transfer C_00 Journal Inquiry > Budget 30-Mar-
SA011 Appropriation DGT Mar- 1 2. Select Request N/A in GL Pass N/A N/A
from 001 from (N) OPSF(I) > 2010
- After Budget Allotment 2010 3. Find Request and select Program - Create Journals with
Dossier Dossier Dossier > GL >
- After Annual Financial Plan 4. Click View Output to see the result status
Other > Request
- After Cash Limit Unposte
- After Virement d

Step Description : View Annual Budget Data


1. Enter Ledger
Check Budget Journal
2. Enter Budget Check
- After Budget SA008
3. Enter Currency budget
Query Appropriation (N) OPSF(I) > 30- SA009
30-Mar- 4. Enter Inquiry Type balance Check budget balance
Budget - After Budget Allotment Dossier > GL > DGT Mar- 1 SA015 Pass N/A
2010 5. Enter Accounting Periods online online from system
Balances - After Annual Financial Plan Inquiry > Budget 2010 SA030
6. Select Factor from
Inquiry - After Cash Limit SA031
7. Select Summary Template to limt the query system
Budget - After Virement
C_00 8. Select summary accounts
Journal SA012 7. Click Show Balances button
001
and
Fund
Check Fund Available
Check
- After Budget Step Description : View Funds Available SA008
Fund
Appropriation (N) OPSF(I) > 30- 1. Enter Ledger SA009
Query 30-Mar- Availabl Check Fund Available
- After Budget Allotment Dossier > GL > DGT Mar- 1 2. Enter Budget SA015 Pass N/A
Fund 2010 e online online from system
- After Annual Financial Plan Inquiry > Fund 2010 3. Enter Period SA030
from
- After Cash Limit 4. Select Range account SA031
system
- After Virement

Step Description :
1. Create PR from Puirchasing Module Check
Check Check budget balances 2. Check Fund Encumb
Encumbr encumbra movement (N) OPSF(I) > 30- 3. Create PO from Purchasing Module rance Check Encumbrance
C_00 30-Mar-
ance SA013 nce from - After Budget Commitment Dossier > GL > DGT Mar- 1 4. Check Fund N/A movem Pass movement from PR N/A
001 2010
Checking PR, PO, AP - After Payment Inquiry > Fund 2010 5. Match AP Invoice from AP Module ent until GL
and GL Management 6. Check Fund from PR
7. Transfer from AP to GL and POST until GL
8. Check Fund

- SA008 Viewing and printing out the initial Annual Budget


(N) OPSF(I) >
Appropriation
Dossier > GL > SA008
30- - SA009 The system should have the ability to analyze the
C_00 Inquiry > Budget 30-Mar- SA009
Other SA015 Other Reporting DGT Mar- 1 Annual Budget Appropriations in varied detail N/A N/A N/A N/A Fit
001 (N) OPSF(I) > 2010 SA030
2010 - SA030 Viewing and printing out the MTEF
Dossier > GL > SA031
- SA031 The system should have the ability to analyze the
Other > Request
MTEF in varied detail

281
Proses Skenario CRP II dan Penyempurnaannya

Nama Proses Penjelasan Proses

Penjelasan :

Setelah DPR menyetujui RUU APBN menjadi UU APBN maka


diperlukan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat (RABPP) untuk melaksanakan UU APBN tersebut.
Perpres ini disusun berdasarkan rincian anggaran pemerintah per
satker, lokasi, program, kegiatan, fungsi/subfungsi, unit organisasi
dan jenis belanja (Pasal 26 ayat 1 UU 17/2003). Peraturan Presiden
tersebut menjadi dasar penyusunan dan pengesahan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 1).

Appropriasi Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka Pengeluaran


Anggaran Jangka Menengah mulai diperkenalkan dalam DIPA terutama
(Anggaran Tahunan dimulai pada tahun anggaran 2012. Antisipasi dalam pelaksanaan
anggaran ke depannya dengan pendekatan kinerja dan kerangka
jangka menengah, menyebabkan format RKAKL 2011 dan unsur-
unsurnya digunakan sebagai bahan penyusunan DIPA.

Pemroses : Pelaksana dan Kepala Seksi pada Ditjen Anggaran

Input : RUU APBN

Output : UU APBN

Rincian Proses

Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke


dalam sistem oleh DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi
kementerian untuk belanja diuraikan dalam tingkat yang lebih detil
yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi

282
Penjelasan :

Berdasarkan Perpres RABPP Menteri/Pimpinan Lembaga


Pengesahan DIPA di
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran (Konsep DIPA) yang
Kantor Pusat
diuraikan menurut sasaran yang hendak dicapai, fungsi,
program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap
satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan (UU 1/2004
Pasal 14 ayat 2 dan 3). Dalam PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat
2 rincian dalam dokumen DIPA diatur lebih rinci yaitu menjadi
fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian
kegiatan/sub kegiatan, jenis belanja, dan rencana penarikan dana
serta perkiraan penerimaan.

Konsep kinerja dan penganggaran jangka menengah yang akan


diterapkan menyebabkan penambahan beberapa unsur yang ada
pada RKAKL 2011 dicantumkan dalam DIPA. Unsur kinerja
tersebut yaitu visi, misi, hasil (outcome), indikator kinerja utama
program, sasaran strategis, prioritas nasional dan fokus prioritas.
Kerangka penganggaran jangka menengah menyebabkan DIPA
menyediakan informasi alokasi pagu untuk tiga tahun ke depan.

Pemroses:

1. Pelaksana/staff pada Dit PA DJPBN


2. Kepala Seksi Dit PA DJPBN

Waktu : Akhir tahun anggaran (Desember tahun n-1)

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget
Prepraration Modul

283
Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.


(Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)
sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya
sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian merestore data DIPA


ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan
informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA
dengan RABPP.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan


penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep
DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP yang
dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat
bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan


mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika
konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar
maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem
sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database
SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data

284
belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval
sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan
perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang
diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke
Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh
Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit


PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA
DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke
Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA


diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.

Catatan :

1. Jika terdapat perbedaan data akun antara SPAN dan ADK satker
maka sistem akan memilih data yang ada diSPAN. Karena sesuai
dengan hasil penelaahan DJA dengan Satker yang disepakati
adalah data yang disimpan pada database SPAN

2. Penekanan proses pada saat penelaahan adalah rencana


penarikan dana khususnya pada triwulan pertama apakah
sudah realistis atau belum

285
Penjelasan:

Petugas dari Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara bersama-
sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan
Pengesahan
Anggaran dari Satker. Penelaahan DIPA pada Kanwil DJPBN didasarkan pada cover
Kantor Wilayah ke
letter Perpres Rincian APBN dari Dit PA
Satuan Kerja

Pemroses
1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN
2. Kepala Seksi Kanwil DJPBN

Waktu : Akhir tahun anggaran (Desember tahun n-1)

Tempat : Bidang PA Kanwil DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget
Preparation Modul

Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Bidang PA


Kanwil DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai
6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA
disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN kemudian menginput


data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan
memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep
DIPA dengan RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN dan Satker akan


melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara
Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK.

286
Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan


mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika
konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi


Bid PA Kanwil DJPBN untuk diparaf, kemudian diteruskan pada
kasubid PA Kanwil DJPBN untuk direview dan diparaf dan
terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil untuk direview dan
ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPBN, DIPA


diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.

287
Penjelasan:
Pengesahan
Anggaran untuk Setelah DJA mengesahkan anggaran, DIPA BUN (999.01
DIPA BUN
Manajemen Utang, 999.02 Manajemen Hibah, 999.03
Manajemen Investasi, 999.04 Perjanjian Penerusan Pinjaman,
999.07 Subsidi dan 999.08 Belanja lain-lain) tidak akan dilakukan
penelaahan oleh masing-masing Direktorat/Seksi yang mengelola
DIPA BUN sampai dokumen pendukung untuk masing-masing
transaksi khusus selesai. Khusus untuk DIPA BUN 999.05 Transfer
ke daerah, DIPA nya akan dibuat sekitar bulan November-
Desember. DIPA ini menggunakan kode kewenangan Kantor
Pusat (KP) pada sistem yang akan dilakukan oleh Kepala Seksi dan
akan dicetak oleh Pelaksana pada kantor Pusat DJPB.

Pemroses :

1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA,


memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah
Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasubid PA.

Waktu : Sesuai dengan kebutuhan

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

288
Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.


Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)
sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya
sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA


ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan
informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan


penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep
DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat
bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan


mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika
konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh

289
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit


PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA
DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke
Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA


diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.

8. Penelaahan termasuk dari sisi penerimaan sesuai dengan


rencana dari satker bersangkutan.

290
DIPA Sementara Penjelasan :

Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada


waktu yang ditentukan Satker belum menyampaikan konsep
DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN akan menerbitkan
DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan
sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya.

Pelaksana: Pelaksana pada kantor pusat DJPBN dan Kanwil


DJPBN

Proses yang dilakukan:

1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit


PA/kanwil Ditjen PBN

2. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen


PBN akan membuat Konsep DIPA satker yang belum
menyampaikan konsp DIPAnya sampai waktu tertentu.
3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka
Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung melakukan pengesahan
DIPA sementara tersebut, namun hanya belanja pegawai dan
kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak diblokir.
4. Terakhir DIPA sementara tersebut dikirim ke satker sebagai
dasar pelaksanaan anggaran sebelum DIPA Tahunan satker
tersebut disahkan

291
Penjelasan:

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran BLU, yang selanjutnya


disingkat DIPA BLU adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga serta disahkan oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan
dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana BLU atas
Pengesahan
Anggaran untuk beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi
DIPA BLU
pemerintah.

Pemroses :

1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA dan


RBA dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung,
menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa
kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data
pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada
Kasubdit PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Peraturan Menkeu tentang prosentase ambang batas


fleksibilitas bagi BLU Penuh dan besaran pencairan dana bagi BLU
Bertahap (prosentase) + RBA Definitif + Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA BLU

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data


dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara

292
data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis
belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan
Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep
DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan
menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data
DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum
sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai
dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan
tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk
ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya
jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval
sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan
oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh
DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus
diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA
untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk
direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan
kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak
terkait.

293
Penjelasan :
Pengesahan DIPA DIPA Dekonsenrasi merupakan DIPA yang memuat rincian
Dekonsentrasi penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka
pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang dilaksanakan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk Gubernur.

Pemroses
1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN akan menerima konsep
DIPA Dekon dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen
pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa
kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data
pada sistem, memparaf DIPA net dan meneruskannya pada
Kasubid PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.


Tempat : Bidang PA Kanwil DJPBN.
Input : Konsep DIPA + ADK
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Bidang PA Kanwil
DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit
(akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun
hanya sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN kemudian menginput


data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan
memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep
DIPA dengan RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN dan Satker akan


melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara

294
Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang
dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu
dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost


data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA
belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA
disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost
oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan
menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Bid PA


Kanwil DJPBN untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubid PA
Kanwil DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan
ke Kepala Kanwil untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPBN, DIPA


diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.

295
Penjelasan :

DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian


Pengesahan DIPA
penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka
Tugas Pembantuan
pelaksanaan tugas pembantuan yang pelaksanaanya dilakukan
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga. Konsep DIPA Tugas Pembantuan disusun dan
ditetapkan oleh Kepala Satker di tingkat Pusat yang ditunjuk oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga.

Pemroses
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA
Tugas Pembantuan dari satker, memeriksa kelengkapan
dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak
DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasubid PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam
ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam
Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem

296
SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang
perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data
DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai
maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan
informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan
tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk
ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika
data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga
data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB)
atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk
diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview
dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan
ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada
Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.
8. Pejabat perbendaharaan yang akan melaksanakan kegiatan DIPA TP
ditunjuk oleh Kepala Intansi di daerah. Hal ini dapat berakibat
pengesahan DIPA TP menjadi lebih lama karena harus menunggu
informasi dari daerah.

297
Pengesahan DIPA Penjelasan :
satu satker banyak
DIPA
DIPA untuk satu satker yang memiliki banyak DIPA adalah suatu
satker yang karena tugas, pokok dan fungsinya mendapatkan
kewenangan untuk mengelola DIPA Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan selain mengelola DIPA satker yang bersangkutan
(jika dimungkinkan).

Pemroses :

1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA


Tugas Pembantuan dan DIPA Dekonsentrasi dari satker,
meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, memeriksa
kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA
dan mencetak DIPA.
2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasudit PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

298
Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.


Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)
sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya
sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA


ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan
informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan


penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep
DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat
bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan


mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika
konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data

299
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit


PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA
DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke
Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA


diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.

8. Satker bisa mendapatkan DIPA Dekonsentrasi ketika


Kementerian / Lembaga lain atau Kementerian / Lembaga
yang sama dibawah satu organisasi ingin melakukan kegiatan
tertentu di lokasi dari satker yang bersangkutan namun
Kementerian / Lembaga tidak mempunyai kantor perwakilan
dan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini hanya untuk
kegiatan non-fisik.

9. Satker bisa mendapatkan DIPA Tugas Pembantuan ketika


Kementerian / Lembaga lain atau Kementerian / Lembaga
yang sama dibawah organisasi ingin melakukan kegiatan
tertentu di lokasi dari satker yang bersangkutan namun
Kementerian / Lembaga tidak mempunyai kantor perwakilan
dan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini hanya untuk
kegiatan fisik.

300
Penjelasan :
Pengesahan satu
Satu DIPA banyak Satuan kerja (Satker) adalah satu DIPA yang
DIPA banyak satker
digunakan oleh lebih dari satu Satuan Kerja (Satker). Hal ini
dimungkinkan untuk satker Kementerian Pertahanan dimana
dokumen pelaksanaan anggaranya ada untuk Satker Kementerian
Pertahanan namun (tidak perlu ditulis) digunakan oleh lebih dari
satu satker dibawahnya meskipun data apropriasi telah di
turunkan untuk beberapa satker.

Pemroses :
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA
dari satker, meemriksa kelengkapan dokumen pendukung,
menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasudit PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data
dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara
data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit
(jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi

301
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost
data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA
belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA
disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost
oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan
menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA
untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk
direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan
kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak
terkait.

302
Penjelasan :

DIPA Reserved Fund merupakan DIPA yang menggunakan dana


cadangan. DIPA ini diterbitkan sewaktu-waktu saat ada kejadian
tertentu yang membutuhkan pengeluaran pemerintah dan belum
direncanakan sebelumnya, misalnya untuk penanganan bencana.
Sebelum dialokasikan ke dalam DIPA dana cadangan ini akan
terlebih dahulu di tampung pada akun 581149 (belanja lain-lain)
dan kemudian saat disahkan DIPAnya akan dibagi-bagi ke dalam
akun-akun lain sesuai peruntukannya

Pengesahan DIPA Pemroses :


Reserve Fund (Dana
1. Pelaksana pada Direktorat PA bertugas menelaah konsep DIPA,
Cadangan) Kita
menginput data dan mengeprint DIPA
tidak ada DIPA
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
Dana Cadangan
memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
yang ada DIPA
meneruskannya pada Kasubdit
Format
Khusus/Belanja 3. Kasubdit bertugas mereview DIPA, memaraf DIPA net dan

Lain-lain meneruskannya pada Direktur PA

4. Direktur PA bertugas mereview DIPA dan menandatangani DIPA

Waktu : Temporary/sewaktu-waktu

Tempat : Direktorat PA

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

Rincian Proses

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA. Data dalam
ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data

303
dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis
belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA kemudian menginput data Konsep DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
3. Pelaksana pada Dit PA dan Satker akan melakukan penelaahan untuk
memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost
data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA
belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA
disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan
tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa
dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang
diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker
(untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi untuk
diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk direview dan
diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan
ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA, DIPA diserahkan kepada
Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.

304
Penjelasan :

Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus


segera dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus.
Sebagaimana pada saat penyediaan dana untuk korban gempa bumi di
daerah yang menjadi prioritas utama pemerintah. Mekanisme DIPA
Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus karena tidak melalui proses
penganggaran dari DJA.

Pemroses : -
Waktu : Sewaktu-waktu.
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Tidak dapat ditentukan
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk
melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena
Pengesahan DIPA pertimbangan bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan
Format Khusus menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat
harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk
melaksanakannya.
2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk
menyediakan sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka
melaksanakan perintah Presiden tersebut.
3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit DPA)
menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
darurat tersebut.
4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya
terdiri satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan
seluruh elemen DIPA yang lain secara rinci.
5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan
agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang
tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.

305
Penjelasan :

Annual financial Plan ialah rencana penarikan dana dan perkiraan


penerimaan Satker selama satu tahun anggaran yang diuraikan
perbulan. Rencana penarikan dana menjadi batas tertinggi jumlah
dana yang bisa dicairkan Satker dalam satu bulan.
Pemutakhiran/update AFP wajib dilakukan setiap bulan dan harus
disampaikan ke DJPB selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum
bulan perkiraan.

Pemroses

1. Pelaksana pada KPPN mereview dan menginput data AFP

2. Kasi pada Kanwil atasan KPPN mengnyetujuiaprove data yang


diinput pelaksana
Update AFP
Waktu : Setiap bulan
(Rencana Penarikan
Dana dan Perkiraan Tempat : KPPN

Penerimaan) Input : Konsep AFP

Output : AFP

Rincian Proses

1. Satker menyampaikan update rencana penarikan dana ke KPPN


dalam bentuk dokumen dan ADK. Data dalam hardcopy hanya akan
ditampilkan sampai 2 digit sedangkan data dalam ADK akan berisi
sampai 6 digit
2. Pelaksana di KPPN akan mereview dokumen AFP dan kemudian
menginput data tersebut kedalam Sistem SPAN.
3. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data yang sudah diinput tadi.
Jika data telah sesuai maka Kasi pada Kanwil akan menyetujui
(menekan tombol approve pada sistem) sehingga data akan
langsung masuk di database SPAN.

306
Penjelasan :

Cash limit dengan usulan Satker merupakan mekanisme


pembatasan jumlah kas yang bisa dicairkan Satker dengan
memberikan kesempatan pada Satker untuk mengusulkan
kegiatan apa saja yang akan ditunda terlebih dahulu penggunaan
dananya

Pemroses

1. Pelaksana KPPN mereview dan menginput data AFP yang


diajukan Satker

2. Kasi pada Kanwil mengapprove data yang diinput oleh


Cash Limit dengan
pegawai KPPN sesuai dengan prosentase jumlah yang
usulan Satker
dikurangi

Waktu : Sewaktu-waktu/temporary

Tempat : KPPN

Input : Informasi kekurangan kas /cash limit dari Dit PKN, Konsep
AFP dari Satker

Output : AFP

Rincian Proses

1. Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara) akan memberikan informasi ke


Dit PA mengenai terjadinya kekurangan kas beserta nilai
kekurangannya.
2. Berdasarkan data dari Dit PKN maka Dit PA akan menyampaikan

307
kepada KPPN jumlah alokasi/dana yang dapat digunakan oleh
masing-masing satker.
3. KPPN menyampaikan kepada masing-masing Satker agar
pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah
tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan
dikurangi dananya.
4. Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah
disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus
menyesuaikan rencana penarikan dana kepada KPPN.
5. KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan
sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA.
6. Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan
untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana
kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu
diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan
dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA
masing-masing satker.

308
Penjelasan :

Cash limit tanpa usulan Satker ialah mekanisme pembatasan


jumlah kas yang bisa dicairkan Satker yang pelaksanaannya
dilakukan langsung oleh pemerintah (BUN) tanpa terlebih dahulu
meminta masukan dari Satker. Langkah ini ditempuh jika
kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan sesegera mungkin.

Pemroses

1. Pelaksana pada Dit PA

2. Kasi pada Dit PA

3. Kasubdit pad Dit PA

Waktu : Sewaktu-waktu/temporary

Tempat : Dit PA
Cash Limit tanpa
Usulan Satker Input : Informasi kekurangan cash dari Dit PKN

Output : Cash Limit

Rincian Proses

1) Dit PA meneriman informasi kekurangan kas dari Dit PKN


beserta nilai kekurangannya.
2) Dit PA menetapkan jumlah dana yang bisa digunakan oleh
masing-masing Satker kemudian menyampaikannya kepada
KPPN untuk diteruskan kepada seluruh Satker terkait
3) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan
untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana
kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu
diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan
dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA
masing-masing satker.

309
Penjelasan :

Apabila terjadi revisi RABPP/SAPSK maka Satker yang


bersangkutan harus mengajukan revisi DIPA ke DJPB untuk
menyesuaikan data DIPA dengan data revisi RABPP/SAPSK

Pemroses

1. Pelaksana pada Kanwil DJPB/Dit PA

2. Kasi pada Kanwil DJPB/Dit PA

Waktu : Setelah terjadinya revisi RABPP

Tempat : Direktorat PA/Kanwil DJPB

Input : Surat Permintaan Revisi, Konsep DIPA R, ADK DIPA R

Output : DIPA R
Revisi Karena
Rincian Proses
Perubahan RABPP
1. Satker mengirimkan Surat permohonan revisi, konsep DIPA R
dan ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB

2. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB kemudian menginput data


konsep DIPA R ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan
memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep
DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R

3. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB dan Satker akan


melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara
Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK
R yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu
alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA R telah sesuai maka pelaksana akan

310
mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya
jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R dan
hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database SPAN
dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi
akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus
diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA R yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi


untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil
DJPB untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPB, DIPA R


diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait

311
Penjelasan :

Revisi DIPA tanpa perubahan RABPP

Pemroses

1. Pelaksana pada Kanwil DJPB/Dit PA

2. Kasi pada Kanwil DJPB/Dit PA

Waktu : Sewaktu-waktu/temporary

Tempat : Direktorat PA/Kanwil DJPB

Input : Surat Permintaan Revisi dan lampirannya, ADK DIPA R

Output : DIPA R

Rincian Proses

1. Satker mengirimkan Surat permintaan revisi, lampirannya dan


Revisi tanpa
ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB
Perubahan RABPP
2. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB kemudian menginput data
konsep DIPA R ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan
membandingkan data pagu dana dalam ADK DIPA R dengan
data ketersediaan dana (fund available) dalam database SPAN
untuk memastikan tidak terjadinya DIPA minus yang
diakibatkan oleh Revisi DIPA. Sistem juga akan memberikan
informasi tentang perbedaan antara data ADK DIPA R dengan
data RABPP untuk memastikan bahwa revisi yang diajukan
Satker merupakan wewenang DJPB.

3. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB dan Satker akan


melakukan penelaahan untuk memastikan bahwa revisi yang
diajukan Satker sesuai ketentuan. Informasi perbandingan
pagu DIPA R dengan fund available dan informasi perbedaan

312
data antara ADK DIPA R dengan RABPP yang dihasilkan oleh
Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses
penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA R telah sesuai maka pelaksana akan


mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya
jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi
mengenai hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA/Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R


yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah
benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem
sehingga data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database
SPAN dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA R yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi


untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Dirketur
PA/Kepala Kanwil DJPB untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPB, DIPA R


diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait

313
Penjelasan :

Perlakuan belanja pada DIPA BLU Penuh memiliki karakteristik


yang berbeda dengan belanja pada DIPA umum karena satker
BLU diberikan kewenangan untuk melakukan belanja mendahului
permintaan pembayaran kepada KPPN. Apabila syarat telah
dipenuhi yaitu realisasi penerimaan melebihi suatu target maka
satker dapat menggunakan dana yang telah diterima sampai
ambang batas fleksibilitas yang telah ditentukan mendahului
permintaan pembayaran kepada KPPN. Setiap tiga bulan satker
mengajukan SPM Pengesahan dan disampaikan kepada KPPN
untuk diterbitkan SP2D Pengesahan.
Revisi DIPA Dana hibah terutama yang diterima langsung oleh K/L (satker)
Pengesahan pada maupun yang dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah selama
BLU dan Hibah ini belum ditatausahakan dengan baik pada DIPA bersangkutan.
(Alternatif proses Di masa mendatang diupayakan ada mekanisme pelaksanaan
revisi perubahan DIPA yang bersumber dari hibah dan diusulkan menggunakan
pagu) mekanisme DIPA BLU penuh yaitu kegiatan/belanja dapat
dilakukan mendahului permintaan pembayaran kepada KPPN.

Pemroses
1. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB
2. Seksi pada Dit PA/Kanwil DJPB

Waktu : Setiap saat/temporary

Tempat : Dit PA/Kanwil DJPB

Input :
1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir
2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan

Output : SP2D Pengesahan, DIPA Pengesahan

314
Rincian Proses

1. Satker mengirimkan surat permintaan pembayaran sesuai


dengan jumlah penerimaan bagi satker BLU dan satker
penerima hibah.

2. Setelah dilakukan penelitian KPPN menerbitkan SP2D


Pengesahan berdasarkan data-data yang diterima dari satker.

3. SP2D Pengesahan disampaikan kepada Kanwil sebagai bahan


penerbitan DIPA Pengesahan.

4. Data DIPA Pengesahan disampaikan kepada DJA sebagai


bahan penerbitan APBN-P atau LKPP pada akhir tahun
anggaran

315
Penjelasan :

Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk


pergeseran dana antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan
operasional (kode kegiatan 0001 dan 0002) yang dilaksanakan oleh
unit organisasi di tingkat pusat maupun unit organisasi vertikalnya.
Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker dalam
satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi
berbagai perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya
fasilitas revisi lintas kanwil ini.

Pemroses :

a. Pelaksana pada Kanwil DJPB;

b. Kepala Seksi Bidang PA Kanwil DJPB.

Waktu : Sesuai kebutuhan


Revisi antar kanwil
Tempat : Kantor Pusat DJPBN, Dit PA

Input :

a. Surat permohonan revisi DIPA

b. ADK dan Konsep DIPA-R dari satker.

Output : DIPA-R

Rincian proses :

1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan


permohonannya secara berjenjang hingga ke Setjen K/L
masing masing dan mengirimkan tembusan pemberitahuan
kepada Kanwil DJPBN.

2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di


ajukan ke Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA.

316
3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta
mengirimkan surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)

4. Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi


pagu satker pada kanwil yang bersangkutan dengan
kemudian menambahkan kepada satker yang membutuhkan
dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar kanwil
hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA)

5. Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang


terlibat dalan revisi tersebut melakukan penerbitan revisi
DIPA sesuai kewenagan masing-masing dan mengirimkan ke
satker yang bersangkutan.

317
Penjelasan :

Pemblokiran adalah suatu tindakan yang diambil oleh petugas


penelaah dengan maksud seluruh atau sebagian alokasi anggaran
dalam DIPA tidak dapat dicairkan, karena pada saat penelaahan
belum memenuhi satu atau lebih persyaratan alokasi anggaran.
Agar alokasi anggaran tersebut bisa digunakan maka Satker harus
terlebih dahulu mengajukan revisi pembukaan tanda bintang
(blokir) ke Dit PA/Kanwil DJPB. Pembukaan blokir terkait dengan
register pinjaman atau hibah maka direncanakan ada interface
antara sistem di DJPU dan SPAN. Pinjaman yang belum efektif
karena belum ada register maupun jika ada ralat kode register
dapat langsung dilakukan perubahan dari database DJPU ke SPAN.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan input data manual
Pembukaan tanda
dan mempercepat proses pembukaan blokir tersebut.
blokir di
Pemroses
Perbendaharaan
1. Pelaksana pada Kanwil DJPB

2. Seksi pada Kanwil DJPB

Waktu : Sesuai dengan kebutuhan

Tempat : Kanwil DJPB

Input :

1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir

2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan

Output : DIPA R

Rincian Proses

1. DJPU menyampaikan data perubahan register ke dalam database


SPAN.

318
2. Berdasarkan data tersebut Dit PA menyampaikan kepada satker
bahwa register sudah efektif serta memberitahukan agar satker
mengajukan permohonan pembukaan blokir terkait dengan register
yang baru dari DJPU. Proses selajutnya sama dengan pembukaan
blokir lainnya.
3. Satker mengirimkan surat permohonan revisi pembukaan tanda
bintang (blokir) dan persyaratan tambahan dibutuhkan untuk
melengkapi syarat pembukaan blokir
4. Pelaksana pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan mereview
persyaratan tambahan yang diajukan Satker, jika persyaratan
tersebut telah memenuhi ketentuan maka pelaksana Ditjen
Perbendaharaan akan menginput ADK DIPA R yang diajukan Satker.
Proses ini dilakukan dengan mentransfer data akun yang diblokir
dari stage 9 (blokir) ke stage 2 (allotment). Sistem akan memastikan
bahwa data ADK DIPA R yang diajukan Satker sesuai dengan data
RABPP yang ada pada database SPAN
5. Kepala Seksi memeriksa data yang telah diinput pelaksana, jika data
tersebut telah benar maka Kepala Seksi akan memberikan
persetujuan (menekan tombol approval pada sistem) dan data
otomatis akan masuk ke database SPAN.
6. Setelah data di approve oleh Kepala Seksi, pelaksana bisa langsung
mencetak DIPA R untuk diajukan ke Subdit dan kemudian ke Kepala
Kanwil untuk mendapat persetujuan
7. Dana yang diblokir tidak berarti mengurangi total pagu DIPA selama
satu tahun.
8. Dana yang diblokir akan masuk kedalam perhitungan AFP karena
AFP mengacu pada total pagu DIPA setahun.
9. Dana yang diblokir dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan
kontrak, namun tidak dapat dilakukan pembayaran pada KPPN
sampai tanda blokirnya terbuka.

319
Penjelasan :

Proses Penerbitan DIPA “Vote On Account” (VOA) dilakukan


apabila APBN untuk tahun depan yang diusulkan oleh
pemerintah tidak disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat/Parlemen) sampai batas waktu yang ditentukan. Proses
“Vote On Account” ini sangat penting karena untuk menunjang
kelanjutan berjalannya proses pemerintahan. Dalam
pelaksanaannya “Vote On Account” akan menggunakan batas
tertinggi Pagu Belanja Tahun sebelumnya namun rincian belanja
Vote On Account menggunakan rincian belanja Satker untuk tahun yang akan
dating/sesuai RKA-KL terbaru.

Pemroses :

Proses akan dilakukan oleh Pelaksana pada Kantor Pusat DJPBN


dan Kanwil DJPBN

Dokumen/data input :

Konsep DIPA/ADK(Arsip Data Komputer) dari satker, ADK Usulan


Perpres rincian APBN dari DJA dan Data Pagu Belanja DIPA Satker
Tahun sebelumnya.

Dokumen/data output :

DIPA Vote On Account

Waktu: (berdasarkan analisa sementara dan best practice dari


India)

1. DIPA VOA ini diterbitkan apabila pada akhir waktu yang


ditentukan APBN belum disetujui DPR (contoh sampai akhir

320
November).

2. Dana yang bisa dicairkan hanya Gaji dan keperluan sehari-hari


perkantoran paling lambat sampai 3 bulan pada tahun anggaran
berjalan APBN masih belum disetujui DPR.

3. Seluruh dana (pagu DIPA) dapat digunakan apabila lebih 3 bulan


tahun anggaran berjalan APBN masih belum disetujui DPR.
Penggunaan dana ini harus didahului dengan revisi DIPA.

Pelaksanaan proses pada Kantor Pusat dan Kanwil DJPBN


sebagai berikut:

A. A. Skenario Pertama (Berlaku sampai paling lambat bulan ke 3 TA


berjalan)

1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan


melakukan input data dan mencocokan konsep DIPA beserta AFP
dengan ADK dari usulan perpres RABPP dari DJA (interface
Hyperion).

2. Setelah selesai pencocokan kemudian dilakukan “approval” oleh


pelaksana/staff dan mengirim data/Cetakan draft SP DIPA ke
kepala Seksi.

3. Kemudian Kepala Seksi akan memeriksa dan melakukan


“Approval”. Setelah Approval dilakukan sepala seksi maka SP DIPA
dicetak kemudian dikirim ke Subdit dan melanjutkan ke Dirjen
PBN/Kepala Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahkan DIPA.

4. DIPA yang disahkan hanya dapat digunakan untuk belanja pegawai


dan keperluan sehari-hari perkantoran. Alternatif penyusunan

321
DIPAnya terdiri dari:

1. Alternatif pertama DIPA hanya berisi dana untuk belanja pegawai


dan keperluan sehari-hari perkantoran.

2. Alternatif kedua DIPA berisi seluruh dana satker namun diblokir


kecuali untuk belanja pegawai dan keperluan sehari-hari
perkantoran.

B. B. Skenario Kedua (Bila APBN masih belum disetujui DPR setelah


bulan ke 3 TA berjalan)

1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan


melakukan revisi DIPA sesuai dengan usulan konsep DIPA beserta
AFP yang diajukan satker dan ADK usulan Perpres RABPP.

2. Revisi DIPA bertujuan agar satker dapat menggunakan seluruh


dana dalam DIPAnya. Setelah selesai pencocokan kemudian
dilakukan “approval” dan mengirim data/Cetakan draft SP DIPA
ke kepala Seksi. Kemudian Kepala Seksi akan memeriksa dan
melakukan “Approval”.

3. Setelah Approval dilakukan oleh kepala seksi maka SP DIPA


dicetak kemudian dikirim ke Dirjen PBN/Kepala Kanwil DJPBN
untuk dilakukan pengesahkan DIPA berdasarkan konsep DIPA
satker dan Adk usulan Perpres dari DJA.

Revisi dapat dilakukan dengan:

1. Menerbitkan DIPA baru mengganti DIPA lama dengan pagu


disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama.

2. Membuka blokir dana DIPA Lama dan menerbitkan DIPA baru

322
dengan pagu disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama.

3. Revisi juga dilakukan untuk penyesuaian AFP/Rencana Penarikan


Dana.

C. C. Skenario ketiga (Bila APBN telah disetujui DPR)

1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan


melakukan revisi DIPA (sesuai dengan usulan konsep DIPA beserta
AFP yang diajukan satker dan ADK Perpres RABPP dari DJA).

2. Revisi dilakukan dengan menerbitkan DIPA baru dan harus


diperhitungkan realisasi dana pada DIPA tahun sebelumnya

323
Penjelasan :

Carryforward dilakukan apabila pelaksanaan anggaran pada


tahun ini akan dilimpahkan ke tahun anggaran berikutnya atau
melampaui tahun anggaran yang bersangkutan.

Waktu:
1. Sebelum tahun anggaran berlangsung (n-1) atau bersamaan
penganggaran tahun anggaran yang datang.
2. Ketika tahun anggaran berlangsung.

Carryforward dilakukan dengan tiga pendekatan:


1. A. Carryforward encumbrance only, dalam proses Carryforward ini
Carry Forward hanya dikirimkan kontraknya(yang sudah dilakukan perikatan dengan
pihak ketiga) saja ketahun anggaran berikutnya. Proses ini
mengakibatkan tidak bertambahnya pagu dana DIPA satker yang
bersangkutan ditahun anggaran berikutnya, namun kegiatan (yang
sudah dikontrakkan) ini akan menjadi prioritas pada perencanaan
anggaran ditahun anggaran berikutnya.

Contoh: pada tahun 2010 DIPA satker nomor 541278 pagunya


sebesar Rp 100 M, Aktual dana yang telah digunakan 90 M dan 10 M
dana yang tersisa dan sudah dikontrakkan/dikomitmenkan. Pada
tahun yang bersangkutan dana yang tersisa tersebut akan diajukan
oleh satker dalam perencanaan anggaran untuk tahun berikutnya.
Sehingga apabila pagu tahun depan satker nomor 541278 adalah
sebesar 120 maka didalamnya sudah termasuk 10 M sisa kontrak
yang tidak terealisasi pada tahun yang lalu.

324
Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan
kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.

Prosesnya adalah :
1. Satker akan mengirimkan Encumbrance list/ daftar kegiatan yang
telah di kontrakan dan akan di caryforward-kan ke tahun depan
ke kanwil DJPBN.

2. Berdasarkan informasi ini , staff akan meregister kedalam Sistem


SPAN.

3. Rincian detail yang disampaikan adalah


Satker/KPPN/Dana/Kewenangan/Program/Output/Lokasi/Budget
Code/Akun/Cadangan.

4. Pelaksana pada kantor pusat/Kanwil DJPBN akan mereview data


usulan carryforward kemudian mengirimkan kepada kepala seksi
terkait.

5. Kepala seksi akan mengecek dan meng“approve” kemudian


mengirimkan konsep SP, DIPA ke kasubdit/kabag kemudian ke
Dirjen PBN/Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahan dan
menerbitkan DIPA bersamaan dengan DIPA tahunan.

B. Carryforward Fund availability saja

Pengertian: Proses pelaksanaan Caryforward ini dilakukan hanya


untuk dananya saja, hal ini dilakukan untuk program yang perlu di
carryforward ke tahun yang akan datang. Pada proses ini pagu DIPA
tahun berikutnya akan bertambah sesuai dengan sisa dana yang

325
belum terealisasi pasa tahun sebelumnya.

Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan


kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.

Prosesnya adalah :
a) Satker akan mengirimkan data berkaitan dengan sisa dana atas
kegiatan yang belum selesai pada tahun ini dan akan di
caryforward-kan ke tahun depan ke kanwil DJPBN.

b) Berdasarkan informasi ini , staff akan meregister kedalam Sistem


SPAN

c) Rincian detail yang disampaikan adalah


Satker/KPPN/Dana/Kewenangan/Program/Output/Lokasi/Budget
Code/Akun/Cadangan

d) Pelaksana pada Central/Kanwil akan mereview data usulan


carryforward kemudian mengirimkan kepada kepala seksi terkait.

e) Kepala seksi akan mengecek dan meng “approve” kemudian


mengirimkan konsep SP, DIPA ke kasubdit/kabag kemudian ke
Dirjen PBN/Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahan kemudian
menerbitkan DIPA pada waktu yang bersamaan dengan DIPA
tahunan.

D. Carry forward untuk Encumbrance dan Fund Availability

Pengertian: Penerapan metode ini dilakukan dengan membawa


kegiatan yang telah dikontrakan beserta alokasi dananya ke
tahun yang akan datang.

Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan


kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN

326
Langkah-langkah dalam Carry Forward dengan Encumbrance dan
Fund Availability adalah sebagai berikut:

1. Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanaan


alokasi Carry Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan
pada akhir tahun (ketika menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan)
maka proses dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan
DIPA Tahunan namun hanya untuk program/kegiatan yang di
Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya
penyesuaian kode administratif bila diperlukan.
2. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward
diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry
Forward.
3. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan
data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang
bersangkutan.
4. Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang
didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward
dan mengirimkan kepada Satker.
5. Untuk DIPA BUN yang di carryforward untuk alokasi dan
kontraknya akan memerlukan scenario khusus lainnya. Contoh
Penerusan Pinjamana (SLA) maka harus dapat dibuat pelaporan
dana penerusan pinjaman untuk masing-masing penerima
dana(pemda atau BUMN ).

327
Penjelasan :

Suplementary budget adalah perubahan/penyesuaian APBN


pada saat tahun anggaran berjalan, penyesuaian ini dapat
menambah, mengurangi atau tetap namun komposisi didalam
APBN tahun berjalan berubah.

pemroses :
1. Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan
2. kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN
Suplemaentary
Budget (APBN-P) Waktu : Setelah APBN tahun berjalan disahkan

Proses:
1. Setelah APBN-P disetujui oleh parlemen, Maka DJA akan
mengirimkan RABPP-R sampai pada tingkat terdetil (klasifikasi
ekonomi 6 digit) dan bersifat tahunan /Year To Date (YTD)
balances. Dengan kode Chart of Account (COA) sebagai
berikut, Satker / KPPN / Dana / Kewenangan / Program /
Output / Subsidiaries / Anggaran Kode / Akun / Cadangan.
2. Langkah berikutnya DJA akan mengirimkan data dan hardcopy
kepada Dit PA dan Satker, kemudian satker dengan Aplikasi
DIPA untuk mencetak konsep DIPA-R dan mengirimkannya ke
pelaksana pada kantor pusat DJPBN / Kanwil DJPBN secara
offline.
3. Kemudian proses revisi DIPA dilakukan sesuai dangan skenario
revisi DIPA dan AFP untuk DIPA yang berubah dan
menyesuaikan denan realisasinya(untuk menghindari pagu
minus).

328
a) Query Budget Balances
Mengecek Jurnal Anggaran :
 Setelah apropriasi anggaran;
 Setelah alotmen anggaran;
 Setelah Annual Financial Plan (AFP);
 Setelah Cash Limit;
Mengecek Jurnal  Setelah Revisi.
Anggaran
b) Query Fund
Mengecek Ketersediaan Dana
 Setelah apropriasi anggaran;
 Setelah alotmen anggaran;
 Setelah Annual Financial Plan (AFP);
 Setelah Cash Limit;
 Setelah Revisi.

Mengecek encumbrance dari PR, PO, AP and GL


Mengecek
Mengecek budget balances movement :
Encumbrance
- Setelah Budget Commitment

- Setelah Payment Management

Reporting :
Lain-Lain
 SA008 Tayang dan cetak initial Annual Budget Appropriation

 SA009 Sistem harus bisa menganalisis Annual Budget


Appropriations

 SA030 Tayang dan cetak MTEF

SA031 Sistem harus bisa menganalisis MTEF

329
Skenario CRP III Modul Spending Authority

OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Appropriation Detail Dit PA GL

a>DJA will transfer Annual apporved budget from DJA HP


Hyperion to SPAN and at the same time DJA need
to send report data that being transferred to Staff
Sub-Dit Dabantek
b> Journal Import Staff Sub- Dit GL
Dabantek
c> If journal import is REJECTED, Staff Sub-Dit Staff Sub- Dit GL
Dabantek will inform DJA to correct the data and Dabantek
re-transfer again to SPAN >
d> Posting Journal Staff Sub- Dit GL
Dabantek Auto Posting will be run every 1 hour
e> Reconciliation data between Hyperion and Staff Sub- Dit GL For this purposes need to create new
SPAN Dabantek custom report

2 Allotment BA999 SU BA999 but under SA SA * The KPA name is depend on the
MOF, eg : DJPU* business
process
a>Download data from Hyperion into DIPA Staff DJPU HP SU BA999 under MOF will have access to
formatted file as DJPU have access to Hyperion. Hyperion
b> Input additional information in SPAN that not yet Staff DJPU SA SU BA999 under MOF will have access to
exist in RKA-KL but required for DIPA. Eg treasurer SPAN
name, etc
c>Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA
d>First Approval Section Head - DJPU
e>Print Concept DIPA ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA
f> Find Concept DIPA in SPAN that need to be Staff PA - Central SA
reviewed based on DIPA number

330
g> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN Staff PA - Central SA
amount
h> If necessary, certain information will be modified Staff PA - Central SA System will show warning message if there
by Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 is changed in KPPN, Location or Authority
digits account ) else go to step (k) type because the APBN amount is not
changed but the validation result need to
be PASSED
i> If necessary, certain budget amount will be Staff PA - Central SA
blocked by Dit PA else go to step (k)
j> Re-validate modified uploaded ADK against Staff PA - Central SA
APBN amount
k>Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA
l> First Approval Section Head - PA SA
m>Second Approval Sub-Directorate SA
Head - PA
n> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
o> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL
p> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA

331
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Appropriation Detail Non BA 999 Dit PA GL GL
Staff Sub- Dit Dabantek
a>DJA will transfer Annual apporved budget from
Hyperion to SPAN and at the same time DJA need to
send report data that being transferred to Staff Sub-Dit
Dabantek.

b> Journal Import

c> If journal import is REJECTED, Staff Sub-Dit


Dabantek will inform DJA to correct the data and re-
transfer again to SPAN >

d> Posting Journal

e> Reconciliation data between Hyperion and SPAN GL


Staff Sub- Dit Dabantek GL Auto Posting

2 Allotment Non BA999 SU s SA SA


a> Upload formatted file Concept DIPA from SU into Staff PA - Central SA
SPAN
b> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN Staff PA - Central SA
amount
c> If necessary, certain information will be modified by Staff PA - Central SA
Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 digits
account ) else go to step (f)
d> If necessary, certain budget amount will be blocked Staff PA - Central SA
by Dit PA else go to step (f)
e> Re-validate modified uploaded ADK against APBN Staff PA - Central SA System will show warning message
amount if there is changed in KPPN,
Location or Authority type because
the APBN amount is not changed
but the validation result need to be
PASSED

332
f> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA
g> First Approval Section Head - PA SA
h> Second Approval Sub-Directorate Head - SA
PA
i> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
j> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting
k> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA
l> If uploaded formatted file is modified by Dit PA ( Staff PA - Central SA
process c and d ) , Dit PA will export modified
formatted file from SPAN database to formatted file
again for SU

333
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)

1 Release Blockage - All Sus SA SA


a> SU will bring required document to Dit PA in SUs SA
Central/Kanwil
b> Dit PA will find DIPA that need to be released Staff PA - Central SA
in SPAN
c> Release blockage DIPA Staff PA - Central

d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA


e> First Approval Section Head - PA SA
f> Second Approval Sub-Directorate Head - SA
PA
g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
h> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting
i> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA
j>If uploaded formatted file is modified by Dit PA Staff PA - Central
( process c and d ) , Dit PA will export modified
formatted file from SPAN database to formatted
file again for SU ( Only for Non BA999 )

334
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Virement BA999 SU BA999 but SA SA * The KPA name is depend on the
under MOF, eg : business
DJPU* process
a> Find DIPA in SPAN system that need to be re- Staff DJPU SU BA999 under MOF will have access
allocate SA to SPAN
b> Input Virement transaction in SPAN system Staff DJPU SA
c> Validate againts Fund Available and make sure that Staff DJPU
exception accounts cannot be re-allocated to other
accounts SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA
e> First Approval Section Head -
DJPU SA
f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA
g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need to be Staff PA - Central
reviewed in SPAN based on DIPA number SA
h> First Approval Staff PA - Central SA
i> Second Approval Section Head - PA SA
j> Third Approval Sub-Directorate
Head - PA SA
k> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
l> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting
m> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff PA - Central SA

Exception rules for Virement :


- Below accounts cannot be re-allocated to other accounts
512211, 521111, 521112, 521113, 521114, 521115, 521119, 522111, 522114, 523111, 523121 ,511111, 511119, 511121, 511122, 511123, 511124, 511125,
511126, 511129, 511147, 511151

335
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Virement Non BA999 SU s SA SA
a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into Staff PA - Central
SPAN SA
b> Validate againts Fund Available and make sure that Staff PA - Central
exception accounts cannot be re-allocated to other
accounts SA
c> If the validation result is REJECTED, the uploaded Staff PA - Central
formatted file need to be revised first by Spending Unit
and uploaded again step (a) else go to step (d) SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA
e> First Approval Section Head -
PA SA
f> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA SA
g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
h> Posting Journal Allotment Section Head -
PA GL
i> Print DIPA-R ( Validated data ) SA

Exception rules for Virement :


- Below accounts cannot be re-allocated to other accounts
512211, 521111, 521112, 521113, 521114, 521115,
521119, 522111, 522114, 523111, 523121 ,511111,
511119, 511121, 511122, 511123, 511124, 511125,
511126, 511129, 511147, 511151

336
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Update AFP Non BA999 SU s SA SA
a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into SPAN Staff PA - Central SA For AFP Update proces, the process is
similar with Virement but re-alocation
between period
b> Validate againts Fund Available and make sure that Staff PA - Central
exception accounts cannot be re-allocated to other accounts SA
c> If the validation result is REJECTED, the uploaded Staff PA - Central
formatted file need to be revised first by Spending Unit and
uploaded again step (a) else go to step (d) SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA
e> First Approval Section Head -
PA SA
f> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA SA
g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
h> Posting Journal Allotment Section Head -
PA GL
i> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff PA - Central SA

337
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 AFP Update BA999 SU BA999 but under SA SA * The KPA name is depend on the
MOF, eg : DJPU* business
process
a> Find DIPA in SPAN system that need to be re- Staff DJPU SU BA999 under MOF will have access
allocate SA to SPAN
b> Input AFP information that need to be updated Staff DJPU
in to SPAN system SA
c> Validatie againts Fund Available and make Staff DJPU
sure that exception accounts cannot be re-
allocated to other accounts SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA
e> First Approval Section Head - DJPU SA
f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA
g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need Staff KPPN/Kanwil
to be reviewed in SPAN based on DIPA number SA
h> Ask approval to higher hierachy Staff KPPN/Kanwil SA
i> First Approval Section Head -
Kanwil/KPPN SA
j> Second Approval Sub-Directorate Head -
Kanwil/KPPN SA
k> Transfer to General Ledger Staff KPPN/Kanwil SA
l> Posting Journal Allotment Staff KPPN/Kanwil GL Auto Posting
m> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff KPPN/Kanwil SA

338
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Cash Limit for all Sus ( MOF decides which expenditure SA SA
type that going to be reduced )
a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all Dit PKN
SU
b> Create Mass Allocation formula based on Cash Limit rules ( Staff PA - Central
which SUs, percentages Cash Limit)
GL
c> Print custom report to identify percentages of remaining Staff PA - Central Need to custom report as
Fund Available against total budget amount based on summary identification which Fund
2 digits account Available by summary 2 digits
account that exceed Cash Limit
GL percentage
d> Run Mass Allocation program to generate Encumbrance Staff PA - Central
journal to reserve Fund Available amount GL
e> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central GL
f> First Approval Section Head - PA GL
g> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA
l> Posting Journal Cash Limit Sub-Directorate
Head - PA GL Auto Posting
m> Print Cash Limit report Staff PA - Central Need to design report layout for
GL this process

339
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Cash Limit ( SU decides which expenditure type that going SA SA
to be reduced )
a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all Dit PA
SU
b> Based on regulation from Dit PA, each Spending Unit will SUs
create Cash Limit report and send it to KPPN GL
c> Print custom report to identify percentages of remaining Staff KPPN Need to custom report as
Fund Available against total budget amount based on summary identification which Fund
2 digits account. If the Cash Limit amount is more than Fund GL Available by summary 2 digits
Available then Cash Limit data need to be revised first by SU account that exceed Cash Limit
percentage
c> By using WebADI, Staff KPPN will upload Cash Limit report Staff KPPN
as Encumbrance journal with category Cash Limit
GL
e> Ask approval to higher hierachy Staff KPPN GL
f> First Approval Section Head -
KPPN GL
g> Second Approval Sub-Directorate
Head - KPPN
l> Posting Journal Cash Limit Sub-Directorate
Head - PA GL Auto Posting
m> Print Cash Limit report Staff KPPN Need to design report layout for
GL this process

340
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Carry Forward - Fund Available SA SA * The KPA name is depend on the
business
process
a> Staff PA - Central SU BA999 under MOF will have
SA access to SPAN
b> Dit PA in Central/Kanwill will create Carry Forward DIPA Staff PA - Central
file based on remaining Fund Available from previous year
and will be uploaded in to SPAN with budget type 4

c>There is no validation between uploaded formatted file Staff PA - Central DIPA Luncuran will be created
and Annual budget ( APBN ) first without any annual
budget (APBN) revision therefore
this transaction will
make Annual budget amount
minus because DIPA
amount is more than APBN.
d>Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central
e>First Approval Section Head - PA
f>Second Approval Sub-Directorate Head -
PA
g>Posting Journal Carry Forward Staff PA - Central GL
h>Print DIPA-R Staff PA - Central This DIPA-Luncuran will increase
amount of the DIPA
and will use same DIPA number
with beginning of year DIPA

341
Isu Selama Pelaksanaan CRP II Modul Spending Authority

NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan

Pengesahan Setelah proses penganggaran di DJA selesai maka 1. Masih terdapat jenis DIPA yang Proses High Level Open Seluruh Jenis DIPA
DIPA Biasa modul Budget Preparation (DJA) mengirimkan Perpres tidak menggunakan proses bisnis Bisnis menggunakan
Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) DIPA pada umumnya, contohnya Proses Bisnis yang
ke Ditjen Perbendaharaan dan diterima oleh modul untuk DIPA Transfer ke daerah. terstandardisasi
Manajemen DIPA. Perpres tersebut akan menjadi Open
dasar penelaahan DIPA di DJPB. 2. Pemberian nomor DIPA belum dapat Sistem
dihasilkan oleh sistem oracle
Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) 3. Dengan penerapan DIPA 2 digit, Open Khusus DIPA transfer
mengirimkan Konsep DIPA kepada Direktorat bagaimana jenis DIPA transfer dapat Sistem Dibuat 3 digit
Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat atau ke dibedakan?(perbedaan antar DIPA
Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah transfer selama ini dilihat dari digit
maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker. ketiganya) Open
Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian Sistem
konsep DIPA satker dengan Perpres RABPP dan 4. Penelaahan DIPA melalui aplikasi ini
Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, hanya bisa dilakukan untuk data
pengesahan dan revisi DIPA. Proses penelaahan yang masuk kedalam struktur COA, Open
DIPA akan menggunakan bantuan aplikasi, aplikasi data lainnya masih manual. Sistem
akan memberikan informasi perbedaan antara ADK 5. Perbedaan blokir yang dilakukan
Konsep DIPA Satker dan ADK Perpres RABPP. DJA dan DJPB tidak dapat Middle Open TIM Modul telah
dibedakan oleh oracle Proses Level membuat usulan
Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan Bisnis daftar kode BUMN
mengesahkan DIPA Pusat dan Kanwil DJPB A.n Ditjen 6. Perlunya standardisasi Kode BUMN
Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah. Apabila sebagai dasar dalam penyusunan
dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak DIPA Penerusan Pinjaman
sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Pemerintah (DIPA SMI)
Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB
akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA
untuk segera diperbaiki oleh satker.

342
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan

2 Pengesahan Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Perbedaan Blokir yang dilakukan DJA Sistem
DIPA Dit PA/kanwil Ditjen PBN Kemudian Direktorat dan DJPB tidak dapat dibedakan oleh
Sementara Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan oracle
membuat Konsep DIPA satker yang belum
menyampaikan konsep DIPAnya sampai waktu
tertentu.

Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA


tersebut maka Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung
melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut,
namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-
hari perkantoran yang tidak diblokir
3 Pengesahan Penyampaian RABPP dari DJA ke DJPB melalui Proses bisnis membutuhkan Proses High Level Open Seluruh Jenis DIPA
DIPA Vote manajemen DIPA, kemudian pada manajemen DIPA kesepakatan dengan DJA, menginggat Bisnis menggunakan
on Account baik di Dit PA maupun Bidang PA Kanwil DJPB pengiriman data rancangan perpres Proses Bisnis yang
menyusun konsep DIPA Vote on Account dan rincian APBN yang menjadi dasar DIPA terstandardisasi
dilakukan penyesuaian untuk pelaksanaan anggaran Vote on Account merupakan
di tahun yang akan datang. Setelah dilakukan kewenangan DJA
penyesuaian pada konsep DIPA Vote on Account,
maka DIPA Vote on Account disahkan oleh Direktur
Pelaksanaan Anggaran (PA) / Kepala Kanwil DJPB
4 Revisi DIPA Setelah DJA mengirimkan RABPP R ke Dit PA dan
dikarenakan Kanwil DJPB melalui Manajemen DIPA, setelah Satker
Perubahan mengirimkan Konsep DIPA R maka Dit PA / kanwil
RABPP DJPB melakukan penelaahan terhadap konsep DIPA
R tersebut. Penelaahan dilakukan untuk menilai
kesesuaian konsep DIPA R satker dengan Perpres
RABPP R dan peraturan lainnya;
Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB
melakukan pengesahan DIPA R dan mengirimkan
DIPA revisi ke satker;
Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB
akan mengirimkan surat pengembalian konsep DIPA R
kepada Satker .

343
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan

5 Revisi DIPA Setelah satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA


tanpa kepada Kanwil DJPB beserta dokumen pendukung
Perubahan dan ADK nya. Kanwil DJPB melakukan
RABPP penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan dengan
peraturan yang ada.

Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka


Kanwil DJPB akan mengirimkan surat penolakan atau
pengembalian konsep DIPA kepada satker untuk
segera memperbaikinya.

Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam


wewenang Kanwil DJPB maka Kanwil dapat
melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya
misalnya koreksi administratif atas usulan dimaksud.
Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil
DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan
kepada Satker.
6 Revisi Revisi Ambang batas BLU (Badan Layanan Umum) Dalam revisi DIPA, satker BLU dapat Proses High Level Open Perlunya dibuat
Ambang merupakan revisi dalam batas kewenangan Ditjen melakukan belanja terlebih dahulu bisnis batasan SPM
Batas BLU PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu dalam kemudian melakukan revisi namun pengesahan diatas
ambang batas dan diatas ambang batas. Untuk revisi apabila berada diatas ambang batas ambang batas harus
didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah maka harus ijin Menkeu. merevisi DIPAnya
menggunakan dananya namun untuk Permasalahannya karena semua dana terlebih dahulu.
mempertanggung jawabkannya BLU menggunakan PNBP ada pada Satker BLU dan mereka
SPM pengesahan. Sebelum mengajukan SPM dapat melakukan belanja. perlu dibuat
pengesahan BLU wajib melakukan revisi DIPAnya batasan SPM pengesahan diatas
terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM ambang batas harus merevisi DIPAnya
pengesahan ke KPPN. terlebih dahulu.

344
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan

Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas


ambang batas/fleksibilitas, maka satker tidak dapat
membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus
melakukan revisi untuk menyesuaikan Pagunya baru
dapat melakukan belanja. Hal ini karena BLU untuk
melakukan belanja diatas ambang batas
membutuhkan Ijin Dirjen PBN untuk menilai kelayakan
penggunaan dananya.

Secara alur proses revisi yang dilakukan oleh Satker


BLU untuk merevisi DIPAnya baik yang dalam ambang
batas maupun yang diatas ambang batas adalah
sama, prosesnya adalah sebagai berikut:
a. Satker BLU mengajukan konsep revisi DIPA BLU
kepada kanwil DJPB
b. Kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian
dengan pagu dan kaidah akuntansi
c. Setelah disetujui kanwil melakukan pengesahan
DIPA revisi BLU dan melaporkan kepada Dit PA
DJPB.
d. kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran
mengirimkan revisi DIPA BLU ke DJA untuk
penyesuaian data appropriasi dengan memasukkan
pada APBN-P atau pelaporan dilakukan pada akhir
tahun dan melakukan rekonsiliasi (LKPP).

Rencana Satker mengajukan Rencana Penarikan dana ketika Salah satu alat untuk melakukan cash Sistem
Penarikan proses pengajuan konsep DIPA, sehingga limit adalah melalui pembatasan rencana
Dana Rencana Penarikan Dana hanya digunakan sebagai penarikan dana
informasi awalperencanaan kas bukan pembatasan
dalam pelaksanaan kontrak atau pencairan dana

Rencana Penarikan Dana di ajukan bersama dengan


pengajuan konsep DIPA satker ketika melakukan
penelaahan DIPA di DJPBN (Dit PA/Kanwil)

345
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan

7 Carry Mekanisme Carry Forward (encumbrance only) Pada proses carryforward tidak dapat Sistem
Forward Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum dihasilkan jurnal dari oracle
pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak
melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode
administratif bila diperlukan. Setelah data dan dasar
hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit
PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry
Forward.
Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan
penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA
Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.
Selanjutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan
pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat
program/kegiatan yang di Carry Forward dan
mengirimkan kepada Satker.

Carry Forward Encumbrance and fund availability


Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum
pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak
melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode
administrative bila diperlukan.
Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi
Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan
Pengesahan Carry Forward.
Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan
penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA
Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.
Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan
DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan
yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada
Satker.

346
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan

8 Cash Limit a. Cash limit tanpa usulan satker Cash limit pada dasarnya adalah Proses high level Closed Menggunakan
pembatasan kas keluar oleh BUN karena Bisnis pembatasan pagu,
• Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan keadaan mendesak, namun dalam apabila pembatasan
kas kepada Direktorat PA, kondisi ini berdasarkan pelaksanaany pembatasan hanya dapat kas sulit dilakukan
perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan dilakukan melalui pagu DIPA satker.
perkiraan pencairan dana bulan depan;
• Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN
jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing- Belum ditemukan cara untuk melakukan Sistem
masing satker. cash limit
• KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan
digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA
dan menyampaikannya kepada satker.
• Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih
dimungkinkan untuk digunakan kembali jika
pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup;
• Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan
pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan
APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA
masing-masing satker.

b. Cash limit dengan usulan satker

• Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan


menyampaikan ke Dit PA kondisi kas yang tidak
mencukupi bagi satker berdasarkan perhitungan
realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan
dana bulan depan.
• Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan
kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan
oleh masing-masing satker.
• KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker
agar pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi
sebesar jumlah tertentu sekaligus agar menyesuaikan
jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya.
• Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran
yang telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi
tersebut sekaligus menyesuaikan rencana penarikan

347
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan

dana kepada KPPN.


• KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan
digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III
DIPA.
• Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih
dimungkinkan untuk digunakan kembali jika
pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup.
Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan
pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan
APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA
masing-masing satker.
9 Pemblokiran Pemblokiran dana DIPA dapat dilakukan oleh DJA Oracle tidak dapat membedakan siapa Sistem
Dana dan DJPB, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal yang melakukan pemblokiran, sehingga
sesuai peraturan yang berlaku, contohnya belum akan berdampak pada sulitnya membagi
adanya no register loan atau dokumen pendukung lain kewenangan pemblokiran dan
yang belum lengkap. pembukaan blokir dana.
10 Web ADI Selama CRP II proses dilakukan dengan WEB ADI Web ADI bukanlah sebuah Aplikasi Sistem Untuk CRP III sudah
yaitu aplikasi berbasis Microsoft excell yang dapat standar yang digunakan dalam transaksi ada Aplikasi dari
terhubung dengan oracle. Manajemen DIPA, hanya sebuah alat Oracle untuk
untuk memasukan data Pagu DIPA agar melakukan transaksi
dapat digunakan oleh Modul lain Manajemen DIPA

348
Jurnal dalam Manajemen DIPA

Pada dasarnya jurnal standar anggaran pada oracle menggunakan single jurnal, yaitu jurnal yang hanya menggunakan satu sisi debit atau
kreditnya saja. Jurnal standar anggaran ini tidak seperti jurnal transaksi double entry dimana salah satu akunnya akan menyeimbangkan akun
pasangannya. Struktur chart of account (COA) terdiri Satker-KPPN-Sumber dana-Kewenangan-BA,Esln,Program-Aktivitas-Lokasi-Kode budget-
Akun-Interco. Penentuan perbedaan jurnal dalam manejemen DIPA terletak pada kode budget didalam COA. Untuk sementara kode terdiri
dari:
Kode Penjelasan
budget
1 Appropriasi
2 Allotment
3 Carryforward
4 VOA
5 -
6 -
7 Pengembalian Belanja
8 Blokir DJA
9 Blokir DJPBN

Diusulkan kedepan kode dibuat menggunakan Alfabetis sehingga dapat menampung lebih banyak kemungkinan terjadinya penambahan kode
berkaitan dengan budget code. Berikut adalah contoh Jurnal pada manajemen DIPA.

349
1. Approprisasi
Jurnal appropriation terjadi saat Undang-Undang APBN disahkan. Jurnal appropriation menggunakan single jurnal yaitu hanya menggunakan
sisi debit saja. Contoh jurnalnya dapat kita lihat berikut ini:

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewen BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit Kredit
dana angan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 1 532111 123546 30.000

2. Allotment
Jurnal Allotment
Alternatif I
Jurnal allotment terjadi saat Konsep DIPA disahkan oleh Dirjen PBN/Kepala Kanwil Ditjen PBN. Jurnal allotment ini tidak dapat melampaui pagu
pada jurnal appropriasi sebagai contoh : dilakukan pengesahan disahkan DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 27.000,
maka akunnya adalah sebagai berikut :

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewen BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit Kredit
dana angan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 27.000

Dalam membuat jurnal allotment, sebelumnya didahului dengan pengecekan pagu appropriasi sehingga tidak akan melampaui pagu
appropriasi.

350
3. Carryforward

Jurnal Carryforward merupakan jurnal yang terjadi pada saat transaksi pengiriman appropriasi menjadi allotment sesuai dengan metode
carryforward yang ditentukan:
a. Untuk carryforward Fund only maka akan digunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun berjalan dengan
DIPA carryforward.
b. Untuk Carryforward encumbrance dan Fund only juga menggunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun
berjalan dengan carryforward.
c. Untuk Carryforward encumbrance Only maka akan diperlakukan sama dengan penggunaan kode budget 3 agar
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber Kewen BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana angan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 3 532111 123546 27.000

4. Vote on Acount
Jurnal Vote on Account (VOA) terjadi apabila RUU APBN belum disahkan DPR sampai waktu yang ditentukan, maka DJPBN akan melakukan
Allotment dengan menerbitkan DIPA VOA. Nanti apabila APBN telah disetujui pada tahun berjalan maka akan di jurnal kembali ke kode budget
Allotment (2)

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewen BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana angan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 4 532111 123546 27.000

351
5. Pengembalian Belanja
Jurnal pengembalian belanja terjadi apabila terdapat pengembalian belanja pada tahun anggaran berjalan. Jurnal ini berfungsi untuk
membedakan antara belanja yang merupakan pengembalian dan bukan.

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewena BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana ngan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 7 532111 123546 27.000

6. Blokir dana dari DJA


Jurnal Blokir DJA terjadi saat appropriasi yang diterima dari DJA telah diblokir dan kewenangan membuka blokirnya ada pada DJA, sebagai
contoh : dilakukan pemblokiran DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 15.000, maka akunnya adalah sebagai berikut :

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewena BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana ngan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 8 532111 123546 15.000

352
7. Blokir dana dari DJPBN

Jurnal Blokir dana dari terjadi bila pada saat appropriasi tidak terdapat dana yang diblokir namun dalam membuat allotment, DJPBN diharuskan
melakukan blokir sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jurnal pemblokiran oleh DJPBN ini contohnya terjadi pada saat pengesahan DIPA
sementara. Contoh transaksi Dilakukan pemblikiran DIPA satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp.25.000, maka junalnya adalah

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewena BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana ngan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 9 532111 123546 25.000

8. Jurnal Revisi DIPA antar akun, satker,KPPN,dll

Jurnal revisi DIPA terjadi apabila terdapat pergeseran akun sesuai dengan peraturan tentang revisi anggaran, Jurnal ini pada dasarnya
bertujuan untuk mencatat perubahan pada struktur COA.

Contoh Revisi Antar Akun.


Dari:
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber Kewena BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana ngan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 25.000

353
Menjadi:

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewena BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana ngan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 25.000

9. Jurnal AFP (Halaman III DIPA)

Halaman III DIPA pada dasarnya hanya digunakan untuk kepentingan cash forecasting, bukan sebagai salah satu syarat dalam pencairan dana. Contoh pada
DIPA satker 123456 memiliki pagu DIPA Rp. 1.000.000,00 kemudian pada halaman III DIPA disusun rencana penarikan dana.

Contoh Akun pada satker 123456 pada bulan Januari dan februari berdasarkan pembagian dana DIPA satu tahun yang dibagi menjadi 12 bulan.

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewena BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana ngan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 115.000

Struktur Chart of Account


Bulan Satker KPPN Sumber Kewena BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana ngan program Budget
Februari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 150.000

354

Anda mungkin juga menyukai