Modul Manajemen DIPA PDF
Modul Manajemen DIPA PDF
1. Saiful Islam
2. Bungkus Sasongko Purnomo
3. Linggo Supranggono
4. Agus Hendartono
5. Hafez Aditya
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan draft modul Manajemen of Spending Authority
(MoSA) ini sesuai waktu yang direncanakan. Draft modul Manajemen of Spending
Authority atau yang biasa dikenal dengan Manajemen Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) ini merupakan hasil kajian dari proses bisnis dalam kewenangan
Ditjen Perbendaharaan yaitu Mekanisme Pelaksanaan Anggaran.
Penyusunan Draft Modul MoSA ini merupakan salah satu bagian dari tugas
pokok dan fungsi Direktorat Transformasi Perbendaharaan. Penyusunan modul ini
diharapkan dapat menjadi sarana untuk menggali lebih jauh mengenai mekanisme
penerbitan DIPA dan hubungannya dengan berbagai subsistem dalam Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Sedangkan bagi Direktorat Transformasi
Perbendaharaan khusunya bagi penyusun, draft modul ini diharapkan mampu
memberikan motivasi untuk selalu memperbaiki diri dan terbuka bagi segala masukan
dan kritikan yang membangun.
Penyelesaian draft modul Manajemen DIPA ini tidak terlepas dari bimbingan,
arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Tim Penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya dalam penyelesaian modul ini, khususnya kepada Direktur Transformasi
Perbendaharaan atas bimbingan dan masukannya sehingga draft modul ini dapat
diselesaikan.
ii
Terakhir, dengan kerendahan hati penyusun menyadari draft modul ini jauh
dari kesempurnaan, berbagai sudut pandang yang ada sangat kami butuhkan untuk
selalu memperbaiki analisis kami atas berbagai permasalahan yang ada. Oleh karena
itu maka penyusun sangat membuka bagi setiap masukan dan kritik yang membangun.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Ruang Lingkup 2
C. Tujuan dan Manfaat 2
D. Metode Penulisan 3
5
BAB II LANDASAN KONSEPTUAL
A. Tinjauan Literatur 5
B. International Practices 20
28
BAB III GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING
A. Dasar Hukum 28
B. Pengertian Umum 30
C. Format DIPA 52
D. Proses Bisnis 56
E. Exception dalam Manajemen DIPA 64
F. Permasalahan Terkait Manajemen DIPA 66
72
BAB IV MANAJEMEN DIPA FUTURE
A. Visi dan Misi 72
B. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA 74
C. Manajemen DIPA diluar ERP “Pemberian DIspensasi (UP dan Akun)” 83
D. Area of Improvement Manajemen DIPA Future 85
E. Usulan Format Baru DIPA 140
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Management and Revenue Administration Project (GFMRAP) di Departemen
Keuangan. Salah satu unsur utama dalam GFMRAP tersebut adalah proyek Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN).
B. Ruang Lingkup
D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam modul ini dimulai dari penjelasan mengenai latar
belakang penulisan, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat serta metodologi
penulisan. Kemudian akan dijelaskan mengenai landasan konseptual dalam
manajemen DIPA baik yang berasal dalam literatur maupun best practice internasional
sebagai dasar pemikiran untuk pengembangan manajemen DIPA future. Langkah
selanjutnya yaitu analisis terhadap Manajemen DIPA existing, hal ini dilakukan untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihannya serta menentukan pada titik-titik mana
yang memerlukan perbaikan. Berdasarkan analisis terhadap Mananajemen DIPA
existing, modul ini akan berusaha menguraikan bagaimana seharusnya Manajemen
DIPA future baik dalam tataran konsep maupun bisnis prosesnya.
Tabel I
Metodologi Penulisan
D. Metode Penulisan
3
BAB III A. Manajemen DIPA saat ini baik dari sisi peraturan
yang mendasarinya, bisnis prosesnya dan exception-
GAMBARAN UMUM
exception dalam Manajemen DIPA saat ini.
MANAJEMEN DIPA
EXISTING B. Assesment manajemen DIPA yang berlaku saat ini
sehingga dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihannya.
4
BAB II
LANDASAN KONSEPTUAL
A. Tinjauan Literatur
Pelaksanaan anggaran (budget execution) adalah tahapan pada saat sumber daya
digunakan untuk implementasi kebijakan dikaitkan dengan anggaran yang
disediakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan
anggaran adalah implementasi anggaran yang formulasinya disusun dengan baik
namun pelaksanaannya jelek, namun tidak memungkinkan untuk
mengimplementasikan anggaran yang formulasinya buruk dengan baik.
5
seharusnya diakomodasi sesuai dengan sasaran kebijakan awal secara konsisten,
untuk menghindari permasalahan pada kegiatan yang akan dilaksanakan dan
manajemen proyek yang telah disusun.
Pelaksanaan anggaran yang efisien mencakup: (i) kepastian bahwa anggaran akan
diimplementasikan sesuai dengan otorisasi yang diperoleh dari UU baik aspek
yang terkait dengan keuangan dan kebijakan; (ii) mengadaptasi/menyesuaikan
pelaksanaan anggaran terhadap perubahan-perubahan yang signifikan dalam
ekonomi makro; (iii) mengatasi masalah yang muncul selama implementasi dan
(iv) mengatur/manajemen dalam pembelanjaan dan penggunaan sumber daya
secara efisien dan efektif.
a. Apportionment dari anggaran yang telah disahkan dan pemberian dana kepada
satuan kerja
b. Komitmen
c. Penerimaan (acquisition) dan verifikasi (tahap pengenalan liabiliti)
d. Pengeluaran permintaan pembayaran
e. Pembayaran
6
uang melalui berbagai mekanisme, seperti warrant dari kementerian keuangan,
keputusan-keputusan dan rencana alokasi. Otorisasi ini pada umumnya diberikan
untuk sepanjang tahun anggaran, namun untuk beberapa negara persemakmuran
diberikan untuk periode yang lebih singkat (otorisasi untuk membelanjakan dana
untuk belanja barang dan jasa diberikan secara kuartalan). Dalam beberapa
negara, prosedur otorisasi terdiri dari dua langkah :
Komponen yang spesifik, kejadian dan waktu dari proses penganggaran tentunya
tidak identik di setiap tempat. Namun kegiatan penganggaran dimaksud tetap
merupakan hal yang spesifik dengan peran, struktur, fase serta kegiatan serta
tidak masalah dimana hal tersebut dilakukan (suatu negara). Hampir semua analis
anggaran dan pengujinya berpendapat bahwa proses pengeluaran/pelaksanaan
anggaran memerlukan waktu lebih panjang daripada proses persiapan
penganggaran.
Oleh karena itu dalam sektor publik, pengawasan terhadap pengeluaran memiliki
tiga manfaat : efisiensi (manajemen kontrol/pengawasan), memastikan kepatuhan
sesuai dengan persetujuan parlemen (kontrol politik) dan keseimbangan anggaran
(kontrol anggaran).
8
3. Overspending and Underspending
9
- Kekurangan dana pada rekening khusus pemerintah disebabkan pengeluaran
yang tidak memenuhi syarat
- Anggaran yang dianggarkan berlebihan serta proyeksi penerimaan yang tidak
realistis
- Perencanaan keuangan yang terlalu optimisits yang tidak mempertimbangkan
jangka waktu yang diperlukan untuk pengadaan atau mobilisasi dana dari luar
Di beberapa negara yang masih dalam keadaan transisi, karena adanya masalah
fiskal atau anggaran yang overestimated, dana yang diberikan kepada K/L
berdasarkan harian (day-to-day basis). Hal tersebut terdapat dalam sistem
perbendaharaan yang terpusat, mekanisme ini terdiri dari suatu lembaga yang
dipilih khusus yang akan diberikan dana atau pemilihan (penentuan) dari tagihan-
tagihan yang akan dibayar. Di beberapa negara pilihan ini dibuat oleh komite yang
disusun oleh pimpinan perbendaharaan, menteri keuangan dan perdana menteri.
10
adalah bahwa pengelola pengeluaran dapat melanjutkan untuk membuat
komitmen sesuai dengan anggarannya dan kemudian mengakumulasi tunggakan
walaupun hal tersebut telah sesuai dengan bentuk prosedur anggaran yang
formal.
b. Compliance controls
Perlu verifikasi apakah (i) usulan untuk pengeluaran dana telah disetujui oleh
pihak yang diberi kewenangan; (ii) dana yang telah disetujui untuk digunakan
tercantum dalam dokumen anggaran; (iii) dana yang tersisa cukup tersedia
dalam kategori pengeluaran yang sesuai; dan (iv) pengeluaran diklasifikasikan
dalam cara yang tepat.
Dokumen sebagai bukti yang diperlukan terkait barang yang telah diterima atau
jasa yang telah dilaksanakan harus diverifikasi.
11
- Before payment is made
Perlu konfirmasi terkait (i) komitmen telah dibuat dengan benar pada suatu
pengeluaran; (ii) penanggung jawab yang kompeten telah menyetujui bahwa
barang-barang telah diterima atau jasa telah dilaksanakan seperti yang
diharapkan; (iii) tagihan dan dokumen permintaan pembayaran lainnya
lengkap, benar dan sesuai untuk pembayaran dan (iv) kreditor diindentifikasi
dengan tepat.
Penting untuk menguji dan meneliti dengan cermat pengeluaran yang terkait
dan laporan yang tidak biasa.
12
- Terkait dengan implementasi kebijakan, secara periodik meninjau implementasi
program-program yang sesuai (termasuk memonitor indikator kinerja),
identifikasi permasalahan dan implementasi solusi yang tepat,dan realokasi
sumber dana antar program sektoral (namun masih di dalam kerangka
kebijakan anggaran secara keseluruhan).
13
- Dalam kasus perubahan dalam tahun berjalan maka perubahan komposisi dari
anggaran atau saat keseluruhan kenaikan pengeluaran tidak dapat diabaikan,
anggaran mungkin harus direvisi. Mekanisme revisi anggaran antar negara
berbeda-beda dan seharusnya secara jelas tercantum dalam undang-undang
penganggaran.
Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke dalam sistem oleh
DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi kementerian untuk membelanjakan
diuraikan dalam tingkat yang lebih detil yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi dan
dialokasikan berdasarkan periode waktunya (triwulanan dan bulanan) dan
didaftarkan ke dalam sistem oleh kementerian keuangan dan diberitahukan
kepada kementerian/lembaga. Sebaliknya K/L mendaftarkan anggaran secara
mendetail kepada satker di bawahnya dan mengkomunikasikan alokasi pada
masing-masing satker. Inilah “batas pengeluaran” (spending limits) bagi K/L dan
satker setiap tirwulanan/bulanan sepanjang tahun anggaran. Spending limits
dimungkinkan bervariasi selama proses berjalan sepanjang tahun sesuai dengan
hasil pertimbangan kemampuan penganggaran triwulanan/bulanan. Sebagai
contoh suatu kasus yang disebabkan oleh variasi dan perbedaan dalam
perencanaan penerimaan, komitmen dan bentuk pengeluaran.
b. Warrant allocation
Pada umumnya warrants dan sub-warrants akan disampaikan kepada K/L, satker
dan kantor perbendaharaan dibawahnya secara elektronik melalui network.
a) Warrants yang dikeluarkan oleh Treasury Office direkam secara akurat dan
lengkap;
b) Penerbitan sub-warrants masih dalam batas warrant yang tersedia untuk tiap
kode klasifikasi anggaran;
d) Komitmen terhadap tiap kode klasifikasi anggaran dalam batas yang disediakan
bagi sub-warrant atau sub-sub-warrant.
15
d. Budget Transfers/Virements
Untuk beberapa item dan dalam batas tertentu, satker mungkin memiliki kekuatan
keuangan dalam transfer antar mereka sendiri. Dalam kasus-kasus ini, satker akan
mengupdate data base anggaran dalam sistem. Dalam kasus transfer yang berada
di luar kemampuan keuangannya, mereka akan mengajukan permohonan kepada
kementeriannya (pusat) atau kementerian keuangan untuk memproses transfer
tersebut, tergantung pada jenis transfer. Jika disetujui, K/L/MOF akan memproses
transfer dan mengupdate data base dimaksud. Satker akan diinformasikan tentang
keputusan atas permintaan yang diajukan.
Virement berasal dari kata Bahasa Perancis. Dalam sistem francophone secara
umum kata virement digunakan dalam pengertian yang sempit dan mengacu
hanya untuk realokasi antara budget items yang merubah pengeluaran dalam
kelompok ekonomi. Namun terminologi dalam bahasa Perancis sering digunakan
dalam peraturan/hukum dalam bidang penganggaran dan/atau regulasi keuangan
di negara-negara lain dan telah menggunakan pengertian yang lebih luas :
virement berarti realokasi antar budget items (kementerian/bagian, program, line
item, dll). Dalam definisi yang lebih luas ini pengertian virement dapat dibedakan
menjadi :
16
(3) realokasi yang dusampaikan untuk mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan.
Dalam beberapa kasus, terminologi virement bahkan termasuk (4) realokasi yang
memerlukan otorisasi legislatif terkait, yang didefinisikan dalam undang-
undang/peraturan penganggaran dan atau regulasi keuangan. Dalam kasus
keempat ini perubahan secara umum dalam apropriasi terhadap suatu prosentase
tertentu dari apropriasi awal, namun tanpa mempengaruhi pengeluaran total dari
persetujuan atas virement di pembahasan tingkat tinggi, dan tidak selalu anggaran
tambahan diperlukan. Dalam kasus perubahan-perubahan yang mempengaruhi
jumlah pengeluaran total, hal ini harus diajukan kepada legislatif untuk mendapat
persetujuan melalui anggaran tambahan.
e. Supplementary Budgets
Proses revisi pada tahun tertentu terhadap anggaran yang telah disetujui oleh
parlemen mungkin akan dilaksanakan. Revisi-revisi ini dilakukan terkait dengan
finalisasi anggaran yang telah disetujui di awal. Proses penyiapan anggaran
tambahan mencakup persiapan, alur kerja dan persetujuan atas permintaan bagi
anggaran tambahan. Anggaran tambahan pada umunya disampaikan kepada
parlemen untuk dibahas pada pertengahan tahun. Tambahan dana ini pada
umunya digunakan untuk program yang langsung terkait dengan perekonomian
nasional antara lain digunakan dalam rangka meningkatkan lapangan kerja dan
pengentasan kemiskinan.
17
6. Performance Based Budgeting (PBB)
1. Performance Budgeting
2. Management Tool
Anggaran berdasar kinerja fokus pada misi, tujuan dan sasaran untuk menjelaskan
mengapa sejumlah dana/uang akan dibelanjakan dan menyediakan suatu cara
untuk mengalokasikan sumber-sumber untuk mencapai hasil khusus. PBK
dimaksudkan sebagai suatu alat manajemen bagi peningkatan program bukan
suatu metode “carrot and stick” yang digunakan untuk “punish” suatu K/L yang
tidak mencapai tujuan.
18
Dalam pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan adanya
suatu potensi kesalahan yang cukup besar yaitu membuat asumsi-asumsi yang
disederhanakan berdasarkan pada hasil mentah (belum sepenuhnya dikaji) dan
kemudian diterapkan dalam suatu sistem reward and punishment. Karena suatu
pendekatan kerap menghasilkan akibat program sebaliknya. Jika PBB digunakan
sebagai sistem reward and punishment apakah dapat dipastikan bahwa
pengurangan anggaran misalnya 5 % untuk kinerja yang buruk tidak akan
mengakibatkan penurunan 20 % pada kinerja di masa mendatang. Bagaimana kita
dapat meyakinkan bahwa semua faktor telah dipertimbangkan yang akan
mempengaruhi penurunan kinerja.
3. Potensi Kelemahan
Polisi : Penahanan meningkat; Kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ?
Polisi : Penahanan menurun, kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ?
Apakah lebih banyak penahanan berarti polisi berkerja lebih baik, kriminalitas
yang meningkat, berkurangnya kriminalitas, pencegahan kriminalitas yang lebih
baik atau pekerjaan polisi yang kurang ?
4. Performance Measurement
Pengumpulan data reguler secara sistematis, analisis dan pelaporan data melalui
sumber-sumber yang digunakan, bagaimana hasil pekerjaan yang akan diperoleh
dan apakah outcome yang spesifik dicapai oleh suatu organisasi merupakan bagian
19
dari pengembangan proses pengukuran kinerja. Performance measurement
seharusnya didasarkan pada tujuan program dan sasaran yang terkait dengan misi
program yang disampaikan atau tujuannya serta mengukur outcome program.
Kegiatan tersebut juga menyediakan perbandingan alokasi sumber daya sepanjang
waktu pelaksanaan serta mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas bagi
kelanjutan peningkatan program yang harus dapat diverifikasi, mudah
dipahami/dimengerti dan tepat waktu.
B. International Practices
1. British approach
20
Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam
Budget Execution British Approach
Secretary
to the
“Accounting
Treasury;
Officers”
Accountan
(permanent
t General;
secretaries);
Budget
Warrant holders;
Director
budget planners;
accountants
2. Sistem francophone
Dalam Sistem francophone tanggung jawab yang luas bukan terletak pada
spending ministries. Di negara-negara tersebut, yang dekat persamaannya dengan
AO (gestionnaires de crédit) memiliki peran yang lebih terbatas terutama dalam
inisiatif pengeluaran pada tahap komitmen pada anggaran yang tersedia. Mereka
tidak memiliki otoritas untuk mengeluarkan perintah pembayaran
(ordonancement).
21
Kementerian Keuangan Kementerian
Teknis
22
C.1.Budget Expenditure in UK
1. Konsisten dengan penerapan kerangka jangka panjang, prudent, dan rezim yang
transparan dalam manajemen keuangan publik secara menyeluruh
3. Insentif yang kuat bagi department (bagian) dan partnernya dalam pemberian
pelayanan untuk merencanakan pada beberapa tahun dan merencanakan
bersama secara tepat sehingga memberikan pelayanan publik yang lebih baik
dengan efektifitas pengeluaran yang lebih tinggi
4. Pembebanan (costing) yang tepat dan manajemen aset modal (capital) untuk
memberi insentif yang baik bagi investasi publik
Hasil fiscal rules diuji (asses) oleh akuntan nasional yang berasal dari kantor
statistik pusat sebagai agen yang independen. Pemerintah membuat kerangka
pengeluaran untuk memenuhi dengan fiskal rules ini.
DEL spending yang direncanakan dan dikontrol dengan dasar periode 3 tahunan
Dari sisi pengeluaran rencana DEL disusun bagi department selama tiga tahun
untuk meyakinkan konsistensi dengan fiscal rules dari pemerintah, department
23
menyusun sumber-sumber yang terpisah (current) dan anggaran untuk kapital.
Sumber-sumber anggaran berisi suatu kontrol terpisah secara total untuk
pengeluaran “near cash”, yaitu pengeluaran untuk pembayaran dan grants yang
berpengaruh secara langsung terhadap pengukuran Golden Rule.
Umumnya terdiri atas program yang cukup besar, volatil dan lebih cenderung pada
sisi permintaan sehingga tidak memungkinkan menjadi suatu subyek dari limit
multi-years. Elemen tunggal yang terbesar adalah pengeluaran untuk social
security. Hal lain termasuk tax credits, pengeluaran yang dibiayai oleh otoritas
lokal, pengeluaran untuk Scottish Executive yang dibiayai oleh non-domestic rates,
dan pengeluaran yang dibiayai dari proses National Lottery. AME direview dua kali
setahun sebagai bagian dari proses Budget dan Pre Budget Report yang
24
mencerminkan integrasi yang dekat antara sistem tax and benefit yang
ditingkatkan dengan pengenalan tax credit. AME bukan hal pokok yang sama
seperti pembatasan pengeluaran tiga tahunan DEL, namun masih bagian dari
keseluruhan envelope dari public expenditure. Dalam cakupan yang menyeluruh
bagi public spending, peramalan dari AME mempengaruhi tingkat sumber daya
yang tersedia untuk pengeluaran DEL. Perkiraan-perkiraan yang cermat dan
batasan AME digunakan sehingga prakiraan AME ini akan mengurangi resiko
overspending.
25
Lebih jauh seperti yang ditekankan oleh Brunila (2002) bahwa fiscal rules
membantu mengatasi bias defisit dengan menyoroti kemungkinan
pengeluaran yang overrun dan akan membantu menemukan sumber
utama/prinsip dari pemborosan fiskal : kecenderungan institusional dan
secara politis untuk meningkatkan pengeluaran pada waktu yang baik.
Akhirnya jika penyusunan dan penegakan fiscal rules memadai menyebabkan
kemungkinan pengurangan pajak dan membuat pelaku ekonomi
mengantisipasi bahwa hal tersebut akan menjadi permanen. Hal ini adalah
salah satu saluran (channel) yang memicu kemungkinan efek non-Keynesian
yang akan mengurangi biaya konsolidasi fiskal.
26
Penerapan konsep-konsep penganggaran dari negara lain yang telah lebih dahulu
melaksanakannya (Inggris, Perancis, dan lain sebagainya) menjadi bahan masukan
bagi penerapan sistem penganggaran di Indonesia tanpa harus menggunakan
semua metode yang sama. Hal ini dikarenakan peraturan hukum yang ada telah
ditetapkan sebagai landasan pelaksanaan penganggaran yaitu UU No. 17 Tahun
2003 dan UU No. 1 Tahun 2004. Produk hukum tersebut merupakan hal pokok
yang harus dipenuhi dalam setiap pelaksanaan penganggaran. Namun demikian
dalam penerapan penganggaran dimungkinkan untuk melakukan penyesuaian
atau penjelasan dengan membuat aturan yang lebih terinci antara lain melalui PP,
Keppres, PMK dan lain sebagainya. Dengan demikian maka modul yang disusun
juga menggunakan acuan utama UU Keuangan Negara (UU No. 17 Tahun 2003 dan
UU No. 1 Tahun 2004).
27
BAB III
GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING
Bab ini akan memberikan gambaran mengenai manajemen DIPA yang berjalan
saat ini baik dari sisi dasar hukumnya, proses bisnisnya, maupun permasalahan yang
dihadapi. Gambaran mengenai manajemen DIPA saat ini sangat diperlukan sebagai
dasar penyempurnaan dan pengembangan manajemen DIPA yang akan dibahas pada
bab berikutnya.
A. DASAR HUKUM
28
Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan
Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara
Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010
13. Peraturan Menteri Keuangan 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
16. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara
Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
17. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme Pemberian Kuasa Antar Kuasa
Pengguna Anggaran
18. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-57/PB/2008 tentang Format Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (DIPA BLU)
19. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-29/PB/2010 tentang Tata Cara Revisi
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010
29
B. PENGERTIAN UMUM
Menurut Pasal 1 ayat (14) PP 21 Tahun 2004, Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut RKA-KL, adalah dokumen
perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu
Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
b. SAPSK
Satuan Anggaran Per Satuan Kerja yang selanjutnya disebut SAPSK adalah alokasi
anggaran yang ditetapkan untuk sebuah satuan kerja (Satker) berdasarkan hasil
penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (PER
29/PB/2010). SAPSK pada dasarnya ialah lampiran 5 Perpres Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), hal ini sebagaiman diatur dalam Pasal
I ayat (2) Perpres 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat
c. SRAA
Surat Rincian Alokasi Anggaran yang selanjutnya disebut SRAA ialah dokumen yang
dibuat berdasarkan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat yang memuat nama kementerian negara/lembaga, provinsi,
alokasi anggaran, sumber dana, kode dan nama Satker yang digunakan sebagai
dasar penelitian/pencocokan alokasi anggaran dalam konsep DIPA (PER
29/PB/2010).
30
d. DIPA
DIPA merupakan kesatuan antara rincian rencana kerja dan penggunaan anggaran
yang disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan disahkan oleh BUN. Dengan
demikian DIPA terdiri dari Konsep DIPA yang disusun oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga dan Surat Pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan
atau Kepala Kanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara. DIPA berlaku mulai tanggal 1 januari sampai dengan 31 Desember tahun
berkenaan.
2. Jenis DIPA
31
DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh
satuan kerja yang merupakan satuan kerja Pusat atau satuan kerja kerja Kantor
Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga, termasuk di dalamnya untuk DIPA
Badan Layanan Umum (BLU), dan Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)
Satker Pusat dapat terdiri dari satuan kerja-satuan kerja yang dibentuk oleh
Kementerian Negara/Lembaga secara fungsional dan bukan merupakan instansi
vertikal.Sedangkan Satker Kantor Pusat ialah satuan kerja dalam lingkup Kantor
Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga.
DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di daerah, termasuk di
dalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU).
DIPA Dana Dekonsentrasi ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi,
yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.
DIPA Tugas Pembantuan ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.
32
b. DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN)
DIPA BUN adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang
bersumber dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dikelola
Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran. Berdasarkan Surat Dirjen Anggaran
Nomor S-78/AG/2010 DIPA BA BUN berdasarkan kode anggaran terdiri dari :
DIPA Utang dan Belanja Hibah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan
rincian penggunaan anggaran untuk keperluan pengelolaan utang pemerintah
yang alokasi anggarannya bersumber dari bagian anggaran 999.01 (Pengelolaan
Utang Pemerintah) dan untuk keperluan belanja hibah yang alokasi anggarannya
bersumber dari bagian anggaran 999.02 (Pengelolaan Hibah).
DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman adalah DIPA yang memuat
rencana kerja dan rincian penggunaan anggaran untuk keperluan Investasi
Pemerintah dan Penerusan Pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri, yang
bersumber dari bagian anggaran 999.03 (Pengelolaan Investasi Pemerintah) dan
999.04 (Pengelolaan Penerusan Pinjaman).
DIPA Belanja Daerah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan rincian
penggunaan danapenyeimbang dan dana otonomi khusus dan
penyeimbang/penyesuaian yang diserahkan kepada Daerah bersumber dari
Bagian Anggaran 999.05 (Pengelolaan Transfer ke Daerah). DIPA Belanja Daerah,
terdiri dari :
DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain adalah DIPA yang memuat rincian
penggunaan anggaran untuk alokasi anggaran yang bersumber dari Bagian
Anggaran 999.06 (Pengelolaan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain)
DIPA Format Khusus adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang
berasal dari Bagian Anggaran BUN dimana karena sifat dan keperluan tertentu,
maka konsep DIPA dan Surat Pengesahannya perlu disusun dalam satu lembar.
Sifat dan keperluan penerbitan DIPA Format Khusus ini ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan untuk penanganan kejadian luar biasa yang mempunyai
tingkat urgensi tinggi dan bersifat mendesak seperti :
34
Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera
dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat
penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas
utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus
karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan
diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA Format
Khusus sebagai berikut :
1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk
melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena pertimbangan
bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan menyebabkan kerugian yang
besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat harus didukung dengan
anggaran/dana yang digunakan untuk melaksanakannya.
2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan
sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden
tersebut.
3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung
jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.
4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri satu
lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen DIPA
yang lain secara rinci.
5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan agar BI
melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang tercantum dalam
DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.
35
3. Pokok-Pokok Materi Konsep DIPA
a. Organisasi
1) Bagian Anggaran
2) Unit Organisasi
3) Satuan Kerja
Satuan kerja adalah bagian dari suatu unit organisasi pada kementerian
negara/lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program.
Satuan Kerja dalam hal ini merupakan unit organisasi lini kementerian
negara/lembaga/pemerintahan daerah yang memperoleh kuasa penggunaan
36
anggaran untuk melaksanakan tugas, fungsi, program, dan misi Pengguna
Anggaran.
Dalam rangka melaksanakan tugas, fungsi, program dan misi tersebut, Satuan
Kerja juga merupakan kesatuan entitas manajemen dan keuangan yang melakukan
perencanaan pelaksanaan dan pertanggungiawaban anggaran.
b. Fungsi
Dalam rangka memenuhi pencantuman materi fungsi, maka dalam Konsep DIPA
harus memuat uraian fungsi dan subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan,
sasaran dan indikator keluaran.
2) Program
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program
37
yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik berupa
personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi,
dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang dan jasa.
4) Sasaran
Sasaran adalah kinerja atau tujuan yang akan dicapai dari suatu pengerahan
sumber daya dan anggaran pada suatu program dan kegiatan. Sasaran dirumuskan
secara kuantitatif, jelas dan terukur.Sasaran pada Konsep DIPA dirumuskan
berdasarkan sasaran program dan sasaran kegiatan. Sasaran program merupakan
sasaran program dari kementerian negara, lembaga dan unit eselon I berkenaan.
Sedangkan sasaran kegiatan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh satuan
kerja dalam rangka melaksanakan kegiatan dalam DIPA berkenaan.
Keluaran (output) adalah hasil yang jelas dan terukur sebagar akibat dari
pelaksanaan subkegiatan dalam mencapai sasaran kegiatan oleh satuan kerja.
Indikator keluaran adalah satuan biaya/harga kuantitas dan/atau kualitas dari
keluaran yang dicapai langsung dari pelaksanaan kegiatan.Keluaran dapat
dibedakan ke dalam keluaran Subkegiatan dan Keluaran Kegiatan.
38
c. Pejabat Perbendaharaan.
Pejabat Perbendaharaan adalah para pengelola keuangan pada Satuan Kerja yang
diberi tugas sebagai kuasa pengguna anggaran, pengujian dan penerbitan Surat
Perintah Membayar (SPM), serta melaksanakan tugas kebendaharaan. Pejabat
Perbendaharaan tersebut terdiri dari: Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat
Penandatangan SPM, dan Bendahara Pengeluaran.
Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran untuk melaksanakan program/kegiatan dan diberikan
kewenangan untuk menggunakan anggaran dalam DIPA.Kuasa Pengguna Anggaran
menjadi manajer, melakukan pengelolaan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada D IPA. Pejabat yang dapat
ditunjuk dan ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran adalah Kepala Satuan
Kerja alau pejabat lain yang ditunjuk dalam lingkup satuan kerja tersebut.
Pejabat Penandatangan SPM adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran tagihan kepada negara dan selanjutnya menerbitkan
surat perintah bayar/SPM atas beban DIPA berkenaan.
3) Bendahara Pengeluaran.
39
d. Rincian Penggunaan Anggaran
a. Pelaksanaan rencana kerja satuan kerja untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
Kelompok akun yang ditampilkan pada DIPA adalah 4 (empat) digit pertama dari
rincian akun pada Bagan Akun Standar.Penetapan kelompok akun sebagai rincian
anggaran dalam DIPA dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas kepada Kuasa
Pengguna Anggaran untuk melakukan penyesuaian atas akun belanja pada 2 (dua)
digit terakhir dari Bagan Akun Standar. Hal ini sesuai prinsip let the managers
manage dan anggaran berbasis kinerja.
40
Rencana Penarikan Dana merupakan pelaksanaan fungsi manajemen kas
pemerintah dalam sisi belanja negara.Pengesahan DIPA oleh BUN memberi
jaminan bahwa anggaran dalam DIPA dapat disediakan oleh negara dalam jumlah
yang cukup pada saat anggaran tersebut ditagihkan.Dalam rangka optimalisasi
pengelolaan rekening kas negara, ketepatan waktu penyediaan uang untuk
memenuhi tagihan negara menjadi penting.
Alokasi anggaran yang merupakan dasar penyusunan DIPA, saat ini disusun oleh
dua institusi yang berbeda yaitu :
41
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan berlaku sebagai Satuan
Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK)”
Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja, penuangan muatan rencana kerja dan
anggaran ke dalam Konsep DIPA harus menunjukkan keterkaitan fungsi, subfungsi,
program, kegiatan, subkegiatan dengan sasaran dan indikator keluaran. Untuk
keperluan penggunaan anggaran, penuangan muatan rencana kerja dan anggaran
ke dalam Konsep DIPA harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintah (Bagan
Akun Standar) dan ketentuan pembayaran/pencairan dana melalui mekanisme
APBN.
Berdasarkan tujuan di atas, tata cara penuangan rencana kerja dan anggaran ke
dalam rincian penggunaan anggaran pada Konsep DIPA adalah sebagai berikut :
Program yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah progam yang akan
dilaksanakan oleh Satuan Kerja yang bersangkutan dalam rangka pelaksanaan
rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Apabila satuan kerja
melaksanakan lebih dari satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus
dicantumkan program-program yang dilaksanakan.
Kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh satuan kerja dalam rangka pencapaian sasaran program.
Kegiatan yang dicantumkan dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang terkait
langsung dengan pencapaian program dalam rencana kerja dan anggaran
berkenaan.Apabila satuan kerja melaksanakan lebih dari satu kegiatan dalam
satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus dicantumkan kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan.
Sub kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah bagian-bagian dari
kegialan dalam rangka pencapaian keluaran/output dan tujuan kegiatan
tersebut. Pembedaan antara subkegiatan satu dengan subkegiatan yang lain
adalah jenis keluaran dari subkegiatan yang bersangkutan.
Kelompok akun adalah kelompok dari akun yang terdiri dari 6 (enam) digit
untuk dibelanjakan dalam rangka pencapaian tujuan dan keluaran
subkegiatan.Penuangan dalam DIPA hanya ditampilkan 4 (empat) digit pertama
pada Bagan Akun Standar.
43
mengakibatkan tertundanya pencairan dana karena masih memerlukan
penyesuaian.
44
b. Penetapan Sasaran dan Perhitungan Indikator Keluaran.
Penetapan sasaran pada DIPA harus sesuai dengan sasaran yang tercantum
dalam rencana kerja dan anggaran.Sasaran harus bersifat kuantitatif dan
terukur.Perhitungan indikator keluaran pada DIPA harus sesuai dengan
perhitungan hasil dan satuan keluaran pada rencana kerja dan anggaran.
1. Sumber Dana
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), Sumber dana PHLN digunakan
untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PHLN. Pada setiap
pengeluaran yang dibiayai dari PHLN harus dicantumkan nomor
register PHLN dan tata cara penarikan dana.
2. Kantor Bayar
Kantor bayar yang perlu dicantumkan pada DIPA adalah kode Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang ditunjuk untuk
melaksanakan pembayaran /pencairan dana
3. Cara Penarikan Dana
45
b. Penyusunan Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan
5. PengertianPenelaahan DIPA
46
6. Pengertian Pengesahan DIPA
Pengesahan DIPA merupakan penetapan oleh BUN atas Konsep DIPA yang disusun
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan memuat pernyataan
bahwa rencana kerja dan anggaran pada DIPA berkenaan tersedia dananya dalam
APBN dan dapat menjadi dasar pembayaran/pencairan dana atas beban APBN.
Pengesahan DIPA dilakukan dengan penerbitan Surat Pengesahan DIPA yang
ditandatangani oleh :
Apabila sampai tanggal yang telah ditetapkan Satker belum menyerahkan Konsep
DIPA maka Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB akan menerbitkan DIPA
sementara berdasarkan Perpres RABPP/SRAA.DIPA sementara ini tidak perlu
ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Dana yang
dapat dicairkan dalam DIPA Sementara dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai,
pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, dan lauk
pauk/bahan makanan, sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya diblokir.
Menurut Pasal I ayat (2) Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA adalah perubahan
rincian dalam DIPA akibat revisi rincian anggaran pada halaman Surat Pengesahan
47
DIPA dan/atau halaman I dan/atau halaman II dan/atau halaman III dan/atau
halaman IV, termasuk perbaikan akibat kesalahan administrasi.
Dalam Bab II dan III Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA dikelompokan menjadi dua
yaitu revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK dan revisi DIPA tanpa perubahan
SAPSK.
Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilaksanakan
berdasarkan Revisi Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat ( Revisi RABPP)
yang ditetapkan dalam perubahan SAPSK. Menurut Pasal 2 ayat (2) PMK
69/PMK.02/2010, revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK terjadi Karena hal-hal
sebagai berikut :
48
b. Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK
Menurut Bab III Perdirjen 29/PB/2010 Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK
meliputi:
1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi
2) Perubahan kantor bayar
3) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode Satker tetap.
4) Pergeseran antas jenis belanja dalam satu kegiatan tanpa merubah target
kinerja
5) Revisi DIPA Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan (TP), dan Urusan Bersama
(UB), sepanjang tidak merubah target kinerja
6) Perubahan alokasi anggaran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan
operasional (0001 dan 0002), termasuk pengadaan bahan makanan untuk
tahanan/narapidana yang dilakukan oleh unit organisasi di tingkat pusat
maupun oleh instansi vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target
kinerja.
7) Pencairan tanda bintang/blokir, khusus untuk anggaran yang diblokir oleh DJPB
8) Revisi DIPA untuk penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang
diterushibahkan setelah APBN/APBNP ditetapkan. Revisi penerimaan hibah ini
dikhususkan untuk hibah yang dilaksanakan secara langsung oleh
Kementerian/Lembaga dalam bentuk kas.
9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi
penerimaan PNBP di atas target yang telah direncanakan dalam APBN untuk
Satker PT bukan BHMN dan Satker BLU
10) anggaran belanja yang Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari
PNBP
11) Penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama,
dananya cukup tersedia dan tidak menggangu target kinerja tahun berjalan.
12) Revisi Rencana Penarikan dan Perkiraan Penerimaan Dana
Usulan konsep revisi DIPA beserta ADKnya untuk Satker Kantor Pusat yang
berlokasi di DKI Jakarta disampaikan ke Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA
49
lainnya disampaikan ke Kanwil DJPB.Dalam pengajuan revisi DIPA tanpa
perubahan SAPSK, konsep revisi DIPA harus dilampiri dengan :
Usulan revisi untuk DIPA Satker Kantor Pusat yang berlokasi di Jakarta
disampaikan ke Direktorat PA sedangkan untuk DIPA Satker selainnya disampaikan
ke Kanwil DJPB sesuai dengan wilayah kerjanya. Revisi DIPA yang diajukan Satker
kemudian ditelaah untuk menjamin kesesuainnya dengan Perpres RABPP, prinsip
pembayaran/pencairan dana dan standar akuntansi pemerintah. Konsep DIPA
revisi yang sudah ditelaah dan dinyatakan benar kemudian akan disahkan oleh
Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB.
50
8. Pengertian SKPA
Dalam Perdirjen PER-07/PB/2005 disebutkan bahwa SKPA adalah surat kuasa yang
diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi (KPA asal) kepada KPA unit
eselon yang lebih rendah (KPA penerima) dalam unit eselon I yang sama pada
suatu departemen/kementerian negara/lembaga untuk menggunakan bagian
tertentu dari pagu anggaran yang dimilikinya dalam rangka pelaksanaan kegiatan
yang telah ditentukan.
9. Pemberian Dispensasi
51
C. FORMAT DIPA
DIPA existing terdiri dari 5 halaman yaitu Surat Pengesahan (SP), Halaman I,
Halaman II, Halaman III, dan Halaman IV. Masing-masing halaman DIPA tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Halaman ini berisi informasi mengenai hal-hal yang disahkan dari DIPA. Surat
Pengesahan DIPA memuat informasi berikut :
a) Nomor SP DIPA
b) Peraturan yang menjadi dasar pengesahan DIPA
c) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
d) Pagu anggaran DIPA
e) Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan beserta jumlah pagu dananya masing-
masing
f) Rincian sumber dana DIPA
g) Kantor bayar beserta jumlah dananya
h) Pernyataan dari BUN bahwa penetapan dan perhitungan biaya serta
penggunaan dana dalam DIPA merupakan tanggung jawab Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
i) Informasi masa berlakunya DIPA
j) Tanda tangan Dirjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Perbendaharaan atas
nama menteri keuangan sebagai tanda pengesahan DIPA.
Halaman ini diisi dengan informasi yang bersifat umum dan merupakan
rekapitulasi dari seluruh Satuan Kerja dalam satu Unit Organisasi dan satu
Propinsi.Halaman ini terdiri dari Halaman IA dan Halaman I B.
52
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat
Penanda Tangan SPM
d. Fungsi, Sub Fungsi, Program beserta pagu dananya masing-masing
e. Sasaran Program
f. Sasaran/Keluaran Kegiatan beserta pagu dananya
g. Indikator Keluaran Sub Kegiatan beserta pagu dananya
h. Tanggal dan tempat penetapan Konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat
yang menetapkan konsep DIPA
Halaman II berisi informasi untuk masing-masing Satuan Kerja, baik sasaran yang
hendak dicapai maupun alokasi dana pada masing-masing jenis belanja dan
kelompok Akun, baik untuk DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) maupun
53
DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN). Secara umum halaman II DIPA
memuat informasi berikut :
a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Informasi mengenai Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub
Kegiatan dan Kelompok Akun
d. Informasi Kewenangan (KP/KD/DK/TP/UB)
e. Pagu anggaran per jenis belanja (dalam rupiah)
f. Lokasi (kabupaten) dan KPPN Pembayar
g. Sumber dana/cara penarikan dan nomor register
h. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA.
Informasi pagu per jenis belanja dalam halaman II DIPA memiliki perbedaan untuk
tiap jenis DIPA, perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
54
4. DIPA Halaman III (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan)
Halaman III merupakan rencana penarikan dana oleh masing-masing Satuan Kerja
sampai dengan jenis belanja serta rencana penerimaan perpajakan/bea dan cukai
dan PNBP yang menjadi tanggung jawab masing-masing satuan kerja. Informasi
yang terdapat dalam halaman III DIPA meliputi :
a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Rencana penarikan dana per bulan yang dirinci sampai dengan jenis belanja
untuk masing-masingkegiatan
d. Perkiraan penerimaan per bulan menurut jenis penerimaannya (PBNP, Pajak,
BLU)
e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA
Halaman IV merupakan catatan yang harus diperhatikan oleh Satuan Kerja dalam
melaksanakan DIPA. Informasi yang tercantum dalam halaman IV DIPA meliputi :
a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Informasi mengenai belanja mengikat yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi,
program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun
d. Informasi mengenai dana yang diblokir yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi,
program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun.
Diberikan juga informasi keterangan pemblokiran
e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA
55
D. PROSES BISNIS
Bisnis proses manajemen DIPA existing terdiri dari 6 (enam) bisnis proses
utama yaitu penerbitaan SRAA, penelaahan dan pengesahan DIPA, pengesahan revisi
DIPA karena perubahan SAPSK, pengesahan revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK,
Penerbitan SKPA, dan pemberian dispensasi. Untuk memperjelas penggambaran
mengenai bisnis proses Manajemen DIPA, akan dijelaskan juga bisnis proses
penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP yang dilaksanakan oleh DJA.
Secara umum proses penyusunan DIPA oleh Satker dan proses penelaahan DIPA
oleh DJPB didasarkan pada Perpres RABPP yang selama ini disusun oleh DJA.
Untuk memperjelas gambaran bisnis proses manajemen DIPA, dibawah ini akan
digambarkan proses penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP dan kaitannya dengan
bisnis proses manajemen DIPA.
Penyusunan RKAKL
DPR
Himpunan RKAKL
DJA
Perpres
RABPP
DJPB
RKAKL Hasil
Pagu RKAKL Pagu
Kesepakatan DPR Penelaahan DIPA
Sementara Definitif
Pembagian Pagu
Penyusunan Penyesuaian Penyesuaian Pagu Penyesuaian
Sementara per
RKAKL RKAKL Per Eselon I RKAKL
K/L
Eselon I
Pembagian Pagu
Konsolidasi Penyesuaian Pagu Konsolidasi
Sementara per Konsep
KK RKAKL Per Satker KK RKAKL
Satker DIPA
KK RKAKL KK RKAKL
Pagu Per Pagu Per
Satker Satker
Penyusunan
Konsep DIPA
Satker
Penyusunan Update
KK RKAKL KK RKAKL
56
Anggaran 2011, bisnis proses penyusunan RKA-KL s.d Penerbitan Perpres RABPP
adalah sebagai berikut :
57
2. Penerbitan SRAA (mulai Tahun Anggaran 2011 diganti dengan Daftar Nominatif
Anggaran)
SRAA disusun oleh Direktorat PA DJPB dan akan menjadi dasar dalam
penelaahan/pencocokan DIPA di Kanwil DJPB. Alur proses penerbitan SRAA dapat
dilihat pada gambar berikut :
PENERBITAN SRAA
UPSTREAM
A.1.
DJA
SAPSK
SRAA
Salah
B.2.1.1
Check B.2.1.2 B.2.1.3 B.2.1.4
Konsep Catatan Sesuai
HARD SAPSK Penyusunan Penelaahan YES Tanda tangan
SRAA Penelaahan SAPSK?
COPY Konsep SRAA SRAA SRAA
VS ADK
DIT. PA
Database
STREAM
DOWN
B.2.2
Setelah menerima Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK), Direktorat PA akan
mengklasifikasikan data SAPSK sesuai dengan tempat penelaahan dan pengesahan
DIPAnya. Untuk DIPA yang disahkan di Direktorat PA, data SAPSK bisa digunakan
langsung sebagai dasar penelaahan DIPA. Sedangkan untuk DIPA yang disahkan di
Kanwil DJPBN Direktorat PA harus terlebih dahulu menyusun Surat Rincian Alokasi
Anggaran (SRAA) yang akan menjadi dasar penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN
Konsep SRAA yang telah disusun akan ditelaah kesesuaiannya dengan SAPSK,
apabila telah sesuai maka akan ditandatangani dan disahkan menjadi SRAA.
Sebaliknya apabila data dalam Konsep SRAA belum sesuai dengan SAPSK maka
Konsep SRAA tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu dan kemudian ditelaah
ulang untuk mendapatkan pengesahan. Data dalam SRAA sebenarnya sama
dengan data dalam DIPA hanya saja data dalam SRAA telah diuraikan per Satker
58
per Propinsi. Data SRAA kemudian akan diinput ke dalam database dan dikirimkan
ke Kanwil DJPB sebagai bahan dalam penelaahan DIPA di daerah.
DJA/Dit
M.SU
PA
B.1.1.4
Penyesuaian
SAPSK/SRAA Konsep DIPA Konsep DIPA Konsep
Salah DIPA
B.1.1.1.
B.1.1.4
Check B.1.1.2 B.1.1.3
HardCopy Konsep Konsep Ttd SP
DIT. PA/Kanwil DJPB
Data Perpres
C D B.2
H
DOWN
59
c. Penelaahan Konsep DIPA meliputi: penilaian kesesuaian dengan Perpres
RABPP/SRAA, kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme
APBN, kesesuaian dengan kaidah akuntansi pemerintahan, kesesuaian
rencana penarikan dana tiap bulan dan perkiraan penerimaan tiap bulan.
d. Apabila dalam proses penelaahan ditemukan adanya ketidaksesuaian maka
akan dilakukan perbaikan terhadap Konsep DIPA tersebut, dalam beberapa
hal perlu juga disampaikan dalam catatan penelaahan atau pemberian tanda
bintang (blokir).
e. Setelah proses penelaahan selesai, Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil
DJPB akan mengesahkan DIPA dengan menerbitkan Surat Pengesahan (SP)
DIPA.DIPA yang telah disahkan kemudian dikirimkan ke Satker dan pihak-
pihak terkait lainnya
A.3 M. SU M. SU
DJA
SAPSK Konsep
Pengembalian
Revisi DIPA Revisi
B.1.1. Konsep DIPA-R
DIT. PA/Kanwil DJPB
B.1.2.1
B.1.2.2 B.1.2.3 B.1.2.4
Check HardCopy Konsep/
Penelaahan Cek Sama Ttd SP
HARD Revisi Net
Konsep DIPA DIPA- SAPSK-R ? dan
COPY SAPSK DIPA Revisi
Revisi Revisi DIPA-R
VS ADK
DIPA-R
Data SAPSK
Revisi DIPA-R
Data + ADK
Data
DIPA SAPSK
Revisi
B.1.3
Data DIPA
Database
setelah REVISI
DOWNSTREAM
C D H
Satuan kerja mengajukan permohonan revisi DIPA kepada Dit PA/Kanwil sebagai
dasar pelaksanaan pengesahan revisi DIPA. Selanjutnya data hardcopy SAPSK
Revisi dari DJA akan dibandingkan dengan ADK SAPSK Revisi yang dikirimkannya,
kemudian data ADK akan diinput ke dalam database. Data hardcopy SAPSK Revisi
60
akan menjadi dasar dalam penelaahan Konsep DIPA Revisi yang diajukan Satker.
Apabila Konsep DIPA revisi sudah sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka Dit
PA/Kanwil DJPB akan memberikan persetujuan revisi DIPA. Sebaliknya apabila
konsep DIPA Revisi tidak sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka konsep DIPA
yang diajukan Satker akan dikembalikan untuk diperbaiki.
Batas waktu pengesahan revisi DIPA paling lama 5 (lima) hari kerja setelah usulan
pengesahan revisi DIPA serta data pendukungnya diterima secara lengkap. Data
DIPA Revisi kemudian diinput kembali ke database untuk update data, selain itu
data tersebut juga akan dikirimkan ke payment management, comitment
management dan reporting untuk update data di masing-masing modul tersebut.
M. SU M. SU
Permohonan
Surat
Revisi + ADK
B.1.1. Penolakan
DIT. PA/Kanwil DJPB
B.1.2.2 B.1.2.3
B.1.2.1 Konsep/
Cek Sesuai Ttd
Penilaian Net
Surat Ketentuan ? Surat
Revisi Surat Revisi
Data Revisi Revisi Surat
DIPA Pengesahan
Revisi
Data DIPA
Database
Dan Realisasi
B.1.3
Surat Revisi
Dan ADK
DOWNSTREAM
C D H
6. PersetujuanPenerbitan SKPA
Pengesahan SKPA
UPSTREAM
B.1.1
SU SU
B.2.2
Permohonan
Pengesahan Pengembalian
SKPA SKPA
B.2.5.1 B.2.5.3
D B.2.5.2
Penilaian SKPA OK ? Ttd
Data Cek
Permohonan SKPA
DIPA
KPPN
Data
Realisasi
DIPA
SKPA
Sudah
DIsahkan
Data DIPA
Database D
Update Data
Pagu DIPA
DOWNSTREAM
KPA Asal (pemberi) mengirimkan 10 dokumen SKPA ke KPPN Asal. KPPN Asal akan
melakukan penelitian terhadap permohonan SKPA dengan memperhatikan
kesesuaiannya dengan peraturan dan ketersediaan pagu DIPAnya. SKPA yang telah
disahkan oleh KPPN Aasal akan dijadikan pertinggal (1 buah), dikirimkan ke KPA
Asal (5 buah), Kanwil Asal (1 buah), Kanwil Penerima (1 buah), KPPN Penerima (1
buah) dan APK (1 buah). Pengiriman SKPA ke Kanwil, APK dan KPPN dimaksudkan
untuk update data DIPA.
62
7. PemberianDispensasi
Persetujuan Dispensasi
UPSTREAM
SU SU
Prmhnan
Pengembalian
Dispensasi
Surat
B.1.1.
B.1.2.
B.1.3.1 Konsep/
DIT. PA/Kanwil DJPB
B.1.3.3
Penilaian Net Surat B.1.3.2
OK ? Ttd
Permohonan Persetujuan / Cek
Surat
Dispensasi Penolakan
Data
DIPA
Data
Surat
DIPA
Database
DOWNSTREAM
63
Pada dasarnya seluruh pembayaran harus dilakukan dengan mekanisme LS dengan
tujuan mengurangiidle cash pada bendahara pengeluaran. Proses pengkajian
kelayakan meliputi penilaian urgensi dan jumlah permohonan perubahan besaran
UP. Dasar penilaian dapat menggunakan pertanggungjawaban UP/TUP
sebelumnya.
1. DIPA BLU
Dalam perdirjen 57/PB/2008 tentang format DIPA BLU disebutkan bahwa alur
proses DIPA BLU secara umum tetap mengikuti ketentuan penyusunan DIPA yang
digunakan satuan kerja Kementerian/Lembaga lainnya terutama pada kegiatan
yang dananya bersumber dari rupiah murni APBN, Pinjaman/Hibah dan PNBP.
Perlakuan terhadap PNBP BLU yang dapat digunakan langsung untuk memberikan
pelayanan pada masyarakat membutuhkan adanya format DIPA yang memiliki
64
karakteristik khusus.Karakteristik khusus yang dimiliki DIPA BLU yaitu
pencantuman persentase ambang batas, saldo awal kas, dan saldo akhir kas pada
halaman SP DIPA serta pencantuman pagu pembiayaan pada halaman II.B.
Karakteristik khusus yang lain yaitu diwajibkannya Satker melampirkan dokumen
Rencana Bisnis dan Anggaran dalam proses penyusunan DIPA BLU (UU No 1 Tahun
2004 Pasal 14 ayat 4).
Saldo awal kas merupakan saldo kas yang bersumber dari surplus anggaran tahun
sebelumnya dan saldo anggaran bersih BLU tahun sebelumnya yang dicarry over
pada tahun berjalan. Saldo akhir kas adalah surplus dan pembiayaan netto akhir
tahun berjalan.
DIPA Belanja Daerah memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan DIPA
pada umumnya. Perbedaan tersebut meliputi :
a. Data sumber untuk penyusunan dan penelaahan DIPA Belanja Daerah tidak
berasal dari DJA.
DIPA pada umumnya disusun oleh Satker dan ditelaah oleh DJPB berdasarkan
Perpres RABPP yang diterbitkan oleh DJA. Akan tetapi, berbeda dengan DIPA pada
umumnya, DIPA Belanja Daerah disusun oleh Satker (DJPK) dan ditelaah oleh DJPB
65
berdasarkan Perpres/PMK yang diterbitkan oleh DJPK, hal ini sesuai dengan pasal
5 ayat (2) PMK 126/PMK.07/2010.
Dengan demikian, DJPK memiliki tiga peran sekaligus dalam proses pengelolaan
keuangan negara, yaitu sebagai unit perencana, unit pelaksana sekaligus sebagai
unit penanggung jawab Belanja Transfer ke Daerah. Proses bisnis penyusunan
DIPA Belanja Daerah dapat digambarkan sebagai berikut :
Perpres DAU /
Konsep DIPA Pengembalian
PMK TKD
Konsep DIPA
B.1.1.1 B.1.1.5
B.1.1.3 B.1.1.4 Sesuai
Check Hard copy Konsep/ Ttd SP
Penelaahan Cek Perpres /
HARD Perpres / PMK Net DIPA dan
DIT. PA
DIPA
Transfer ke Daerah
DOWNSTREAM
Penyusunan DIPA Belanja Daerah sampai saat ini masih dilakukan secara manual
menggunakan Microsoft Excel, belum bisa menggunakan aplikasi DIPA.Hal ini
dikarenakan belum ada interface data antara aplikasi DIPA dengan aplikasi di DJPK.
Pada dasarnya best practise yang ada secara garis besar sudah sesuai dengan
SOP dalam manajemen DIPA saat ini. Kesesuaian tersebut secara langsung disebabkan
oleh adopsi terhadap best practise yang ada dengan paket Undang-Undang Keuangan
Negara serta petunjuk pelaksanaan lainya yang berkaitan dengan Management of
66
Spending Authority. Adapun berbagai permasalahan yang timbul dalam manajemen
DIPA eksisting antara lain :
Fleksibilitas yang kurang pada dasarnya karena alokasi anggaran yang dibahas
dalam RKA-KL antara DPR, DJA dan K/L dan dalam dokumen DIPA tercantum
empat digit yaitu kelompok akun. Apabila dalam pelaksanaan memerlukan
pergeseran dana sehingga kelompok akun dalam DIPA berubah harus mendapat
pengesahan terlebih dahulu dari Ditjen Perbendaharaan.
Rencana penarikan dana pada halaman III DIPA menjadi perikatan antara menkeu
(selaku CFO) dan menteri teknis (selaku COO), sehingga perubahan yang
berhubungan dengan hal tersebut harus diketahui kedua belah pihak yang terikat.
67
Proses update rencana penarikan dana yang merubah halaman III DIPA dilakukan
oleh satker dan disampaikan kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan
per triwulan.
Selama ini DIPA yang diterbitkan pada awal tahun lebih banyak untuk anggaran
belanja dan pendapatan, sedangkan DIPA anggaran pembiayaan yang
ditatausahakan oleh BUN umumnya diterbitkan setelah UU APBN disahkan bahkan
sampai mendekati akhir tahun. Hal ini mengakibatkan perbedaan pagu antara
APBN dan DIPA tidak dapat diselesaikan dalam waktu dekat yaitu pagu APBN lebih
besar dari pagu di dalam DIPA.
68
Kesenjangan APBN dan DIPA
Komponen APBN Anggaran dalam DIPA
Pendapatan Negara dan Tidak sama Pendapatan Negara dan
Hibah Hibah
Belanja Negara (Belanja Pmth Belanja Negara (Belanja Pmth
Pusat dan Transfer ke Pusat dan Transfer ke
Daerah) Daerah)
Anggaran Pembiayaan Tidak sama Anggaran Pembiayaan
(Penerimaan dan (Penerimaan)
Pengeluaran)
Sebagai bagian dari komponen anggaran dalam APBN maka pendapatan menjadi
bagian yang sangat penting dalam pengelolaan manajemen kas. Apabila informasi
yang terdapat dalam DIPA dapat digunakan bukan hanya sebagai informasi namun
lebih berdaya guna maka pendapatan harus ditatausakan dengan baik dalam DIPA.
Selama ini perkiraan penerimaan dalam halaman III DIPA belum dioptimalkan
dalam pengertian belum digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
manajemen kas.Salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah belum
dilaksanakannya mekanisme updating pada halaman III tentang perkiraan
penerimaan.Hal lainnya adalah belum dikaitkannya penerimaan dengan tupoksi
69
dari satker.Terlebih jika dikaitkan dengan konsep PBB maka keterkaitan antara
penerimaan dengan kegiatan satker perlu dicantumkan dalam DIPA.Selama ini
pada Halaman III DIPA perkiraan penerimaan tidak mengacu pada suatu fungsi,
program dan kegiatan tertentu sehingga informasi yang dicantumkan dalam DIPA
belum dapat digunakan dengan optimal.
Mekanisme belanja yang berasal dari penerimaan PNBP satker BLU juga memiliki
karakteristik yang berbeda dengan mekanisme belanja bagi satker biasa.
Perbedaan tersebut perlu diantisipasi dalam sistem SPAN yang akan dibangun
karena dalam aplikasi SPAN proses pengembangannya sedapat mungkin tidak
berbeda jauh antara berbagai proses mekanisme yang dilaksanakan.
70
Hal lainnya adalah masih adanya perbedaan mekanisme penganggaran yang
dimulai dari penyusunan kertas kerja RKAKL dan dilanjutkan dengan DIPA
khususnya untuk DIPA transfer ke daerah. Sampai saat ini proses bisnis yang
dilakukan dalam penyusunan dokumen anggaran untuk transfer dilaksanakan oleh
DJPK dan penggunaan aplikasi yang berbeda dengan DIPA K/L lainnya. Aplikasi
yang tidak terintegrasi ini akan menyulitkan proses selanjutnya jika diperlukan
laporan realisasi transfer untuk suatu daerah tertentu karena data hanya dapat
dilihat pada institusi yang menanganinya.
71
BAB IV
MANAJEMEN DIPA FUTURE
A. VISI MISI
Visi merupakan hal yang penting untuk mencapai misi dalam perwujudan
implementasi tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola perbendaharaan negara
yang profesional.Diharapkan dengan adanya visi sebagai pengelola manajemen
pelaksanaan anggaran yang profesional dan dapat diandalkan dalam mengatasi
tantangan perubahan aspek pengelolaan keuangan negara. Lahirnya paket undang-
undang di bidang keuangan negara No. 17 Tahun 2003 dan No. 1 Tahun 2004
memberikan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan di Indonesia. Kementerian
keuangan yang sebelumnya menjalankan fungsi financial administration dan financial
management sekaligus saat ini dititikberatkan pada pelaksanaan fungsi financial
management, sementara fungsi financial administration diberikan sepenuhnya kepada
kementerian teknis.
73
halaman RKAKL menjadi lima halaman yaitu tambahan halaman IV dan V menjadi
bagian tugas yang akan dilaksanakan oleh DJPB meliputi rencana penarikan dana dan
batas pencairan dana serta catatan yang diperlukan. Pencantuman halaman tambahan
ini bertujuan agar dari awal proses perencanaan K/L sudah dapat menganalisis
kebutuhan dana untuk pelaksanaan kegiatan pada suatu periode tertentu namun hal
ini jika dikaitkan dengan fleksibilitas yang diberikan kepada K/L akan menjadi kendala
karena dapat terjadi pergeseran dana menyebabkan perubahan waktu pelaksanaan
kegiatan.
- Baik untuk manajemen kas karena treasury dapat menggunakan informasi yang
ada untuk melakukan penyediaan dana dengan tepat atau minimal tidak terlalu
banyak dana yang disimpan untuk jaga-jaga.
74
- Namun demikian bagi satker hal tersebut akan menambah proses bisnis baru
yaitu updating rencana penarikan dana setiap bulan karena AFP yang
dituangkan dalam Halaman III DIPA menjadi batas pengeluaran setiap bulan.
Apabila pengeluaran melebihi yang direncanakan dapat dilakukan dengan
merubah rencana pengeluaran pada bulan berikutnya sedangkan pada bulan
berjalan apabila terjadi kelebihan pengeluaran tidak dapat diajukan
penambahan dana yang dicairkan (sesuai dengan Permenkeu 192 Tahun 2009).
- Tidak berlaku sebagai batas tertinggi sehingga apabila terdapat kebutuhan dana
untuk kegiatan yang dilakukan dengan ikatan dengan pihak ketiga atau kegiatan
non kontraktual yang lebih besar dari Halaman III akan dilakukan penyesuaian
data kebutuhan tersebut. Perencanaan kas jangka panjang menjadi lebih
fleksibel dalam pelaksanaannya dari sisi satker namun menyebabkan treasury
harus menyediakan dana yang cukup besar untuk jaga-jaga apabila terjadi
permintaan dana yang melebihi rencana.
- Untuk mengurangi resiko dana yang menganggur terlalu besar maka diperlukan
mekanisme penelaahan Halaman III DIPA yang seakurat mungkin dan proses
updating yang terintegrasi terkait pengeluaran yang melebihi rencana dari
satker. Dalam mendukung hal tersebut dibutuhkan aplikasi yang terhubung dan
terkoneksi antara baik komitmen maupun pengeluaran lain dan spending
authority di satker.
75
melakukan suatu rencana pengeluaran khususnya terkait komitmen, rencana
pembayaran atas komitmen tersebut bisa mengakibatkan perubahan AFP. Setiap
perubahan AFP harus didaftarkan oleh satuan kerja ke dalam sistem. Sistem akan
secara otomatis mencek AFP/revisi AFP dengan ketersediaan pagu DIPA.
Penyusunan AFP untuk alternatif kedua ini memiliki beberapa karakteristik yaitu:
76
2. Penerapan Cash Limit
Dalam dokumen bidding SPAN terdapat suatu mekanisme yang disebut cash limits
yaitu treasury menggunakan kewenangan untuk mengatur dana yang dapat
dicairkan oleh satuan kerja. Penerapan cash limits berdasarkan kondisi yang tidak
seimbang antara realisasi penerimaan dan rencana penarikan dana. Cash limits
merupakan suatu fasilitas bagi treasury untuk menerbitkan pembatasan pencairan
secara periodik baik bulanan/triwulanan maupun kebutuhan treasury yang
bersifat khusus (ada perintah dari eksekutif). Kasus cash limits di Indonesia
penerapannya ke depan ditekankan hanya pada saat kekurangan kas pada waktu
tertentu sehingga dimungkinkan apabila kondisi kas sudah pulih dapat dilakukan
pencairan sesuai dengan perencanaan semula. Pembatasan kas (cash limits) akan
membentuk dasar bagi pengawasan pelaksanaan anggaran yang akan digunakan
sedangkan AFP akan membentuk dasar bagi perencanaan penarikan dana pada
tingkat satuan kerja.
Apabila cash limit diterapkan di Indonesia maka institusi lingkup DJPB yang akan
memberikan data kas adalah Dit PKN. Data yang terekam dalam data base yang
sudah terintegrasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
melaksanakan cash forecasting bagi Direktorat PKN dan sesuai dengan bidding
document SPAN bahwa apabila terjadi ketidakseimbangan antara realisasi
penerimaan dan rencana penarikan dana maka diberlakukan cash limit.
77
Namun demikian, usulan penerapan cash limit sebaiknya tidak dikenakan pada
kegiatan yang sudah dilakukan pembuatan komitmennya dengan pihak ketiga
karena akan berakibat pengenaan denda pada pemerintah. Cash limit dapat
dikenakan pada kegiatan yang belum memiliki ikatan serta kepastian jadwal
pelaksanaan sehingga merupakan kegiatan yang belum didaftarkan komitmennya
oleh satker ke dalam sistem antara lain kegiatan perjalanan dinas, honor dan
sebagainya. Apabila terjadi AFP tidak sama dengan cash limit, maka sistem akan
mengabaikan AFP dan menerapkan cash limit. Sistem yang akan digunakan juga
menyediakan interface dengan modul lain dalam pelaksanaan cash limit.
Pengaturan dana (kas) yang dapat digunakan oleh K/L dalam pengertian yang
sedikit berbeda yaitu warrant allocation yang diberikan oleh treasury kepada line
ministries baru kemudian dibagikan oleh line ministries kepada unit di bawahnya
dengan mengeluarkan sub warrant. Penerbitan warrant juga berdasarkan
pertimbangan ketersediaan kas pemerintah yang tidak sesuai dengan rencana
permintaan dana dari satuan kerja (cash shortage).
Sistem aplikasi dalam SPAN yang digunakan yaitu menggunakan Oracle secara
standar tidak dapat mengatur jumlah kas yang dapat digunakan oleh satker.
Dengan demikian maka pelaksanaan cash limits hanya dapat dilakukan melalui
modul MoSA menggunakan pembatasan pada pagu dana satker yang dapat
digunakan. Pagu dana pada periode tertentu (bulanan) akan dibatasi untuk jumlah
tertentu dan jenis pengeluaran tertentu yang tercantum pada Halaman III DIPA.
Informasi cash shortage dari Dit PKN akan digunakan bagi DJPB untuk melakukan
cash limits dan lebih dahulu melalui DJA jika pengurangan pagu terkait dengan
revisi kewenangan DJA.
3. Pencatatan MTEF
78
merekam, merubah dan menyimpan data perencanaan maju tiga tahun ke depan
(prakiraan maju). MTEF lebih menonjol pada sisi perencanaan lebih dari satu
tahun sedangkan DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran tahunan
sehingga modul MoSA tidak langsung terlibat dalam proses dalam MTEF.
Dalam konteks MTEF yang akan dibahas adalah rencana kegiatan yang baru
sebagai ”new initiative” sehingga kegiatan bersifat pengulangan dan tidak berubah
tidak perlu dibahas di legislatif. Terdapat suatu gagasan apabila kegiatan yang
bersifat rutin dapat langsung diusulkan setelah mendapat penetapan dari Menteri
Keuangan sehingga tidak perlu menunggu pembahasan dengan legislatif. Namun
apabila kegiatan dimaksud terdapat unsur baru yang akan dilaksanakan dan untuk
menyesuaikan tingkat harga-harga umum (inflasi) maka perlu dilakukan
pembahasan.
4. Vote on Account
Suatu mekanisme yang digunakan pada saat anggaran belum disetujui parlemen
pada batas waktu yang telah ditentukan dengan menerbitkan DIPA yang
digunakan untuk kegiatan operasional satker. MoSA dalam hal ini menerbitkan
DIPA yang bersifat sementara agar pelaksanaan pemerintahan tetap berjalan.
DIPA dimaksud akan digunakan untuk keperluan belanja pegawai dan belanja
lainnya (operasional) yang tidak dapat ditunda untuk kelancaran kegiatan satker.
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 15 ayat (6) dinyatakan bahwa apabila
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang yang
diusulkan, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
79
Penerbitan DIPA VoA
Minggu ke dua November Bulan ketiga belum ada UU APBN
RKA-KL TA Baru
APBN belum dg pagu anggaran
DJA
disahkan yg sudah
ditentukan Menkeu
SPAN
Unit Eselon I
Satker
Menurut L, Ian dan L, Gösta, (2009) Carry-over adalah hak untuk menggunakan
sisa alokasi (appropriation) melampaui jangka waktu yang diberikan sebelumnya
“Carry-over is the right to use an unspent appropriation beyond the time period
for which it was originally granted”. Hal ini berarti bahwa K/L dapat
menggunakan beberapa atau semua dari anggaran yang belum habis dari alokasi
tahun-tahun sebelumnya selain alokasi anggaran tahun berjalan ini. Beberapa
negara juga mengizinkan K/L untuk “meminjam” terhadap alokasi di masa depan,
yang secara konseptual serupa dengan “carry-forward negatif”.
Kebutuhan untuk carry-forward muncul sebagai akibat dari fakta bahwa otorisasi
anggaran biasanya diberikan untuk jangka waktu yang bersifat diskrit
(tertentu/penuh). Argumen untuk membatasi hak untuk melakukan pengeluaran
pada waktu yang telah ditentukan yang sering disebut sebagai prinsip tahunan
merupakan hal menarik yang dipertimbangkan, karena hal ini memungkinkan
untuk melakukan penilaian secara reguler dan merupakan konfirmasi terhadap
suatu prioritas pengeluaran. Sehingga Carry-overs harus ditafsirkan sebagai
pengecualian, dan dibenarkan karena pertimbangan praktis daripada sebuah
penentangan atas prinsip annuality itu sendiri.
80
Kebutuhan untuk carry-overs muncul karena dalam penganggaran sektor publik,
dalam banyak hal proses yang dilakukan tidak sempurna. Sifat heterogen kegiatan
pemerintah, informasi yang asimetris, keterbatasan waktu dan sumber daya yang
tersedia untuk penyusunan anggaran, serta prosedur persetujuan yang rumit di
eksekutif dan legislatif, merupakan hal yang menyulitkan jika tidak mungkin, untuk
benar-benar menilai semua item dalam anggaran setiap tahun. Akibatnya,
beberapa alokasi anggaran akan (harus) didasarkan pada perkiraan dan formula
terapan yang universal (perlu penyesuaian dalam pelaksanaan).
Carry-over adalah salah satu dari sejumlah prosedur anggaran yang digunakan
untuk mempermudah transisi antara dua tahun anggaran. Dalam anggaran
berbasis kas dan rezim akuntansi, rekening transaksi tahun sebelumnya kadang-
kadang dapat dicatat secara singkat ke dalam tahun fiskal yang baru, misalnya,
selama satu bulan. Seperti complementary accounting periods diperkenalkan
untuk mengatasi penundaan proses transaksi.
Carryforward dilaksanakan terkait dengan fund available seperti yang telah ditulis
di atas yaitu pengalihan pagu dana sedangkan yang lain adalah terkait dengan
encumbrance (ikatan atau kontrak yang melebihi satu tahun anggaran). Pengertian
carryforward terkait dengan fund available merupakan penggunaan alokasi dana
yang melebihi satu tahun anggaran sehingga dapat dilaksanakan pada tahun
anggaran berikutnya tanpa dibahas lagi oleh parlemen (persetujuan). Di Indonesia
pada umumnya digunakan untuk program yang menjadi prioritas pemerintah dan
81
berdampak luas dalam perekonomian nasional. Program PNPM merupakan salah
satu bentuk carryforward pada fund available yang menggunakan pedoman/dasar
UU APBN namun tidak dilakukan pembahasan persetujuan kegiatan.
Data
Satker
2
5 10
12
KPPN
6
Kanwil DJPB
9
SP DIPA Revisi Jurnal Allotment
10 11
Penelitian
Revisi Kertas penyebab Revisi Perpres
DJA
82
Carryforward Fund Only (Revisi DIPA/DIPA Luncuran PNPM Mandiri)
17
Satker
8
1
2
KPPN
5 12
Kanwil DJPB
Data fund
SP DIPA Revisi Jurnal Alloment
available Penelaahan 10 11
6
19
Dit PA
Jurnal
DIPA Revisi 13 Appropriation 18
14
Revisi Perpres
DJA
APBN-P
Hyperion 15 16 RABPP
6. Retirement
Apabila digunakan konsep warrant pada saat akhir tahun, ketika dokumen
pelaksanaan anggaran habis masa berlakunya maka KPA/satuan kerja harus
mengirimkan kembali sisa dana yang tidak habis digunakan kepada kantor pusat
K/L.
C. Manajemen DIPA di luar Sistem ERP “Pemberian Dispensasi” (UP dan Akun)
Walaupun tidak terkait langsung dengan SPAN namun dispensasi masih diperlukan
sepanjang keputusan pemberian izin penggunaannya diperketat (tidak termasuk
dalam proses aplikasi SPAN). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah dinyatakan bahwa Uang
Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk satuan kerja dalam
melaksanakan kegiatan operasional kantor sehari-hari. Pasal 28 PP No. 39 Tahun
2007 dinyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengeluaran, kementerian
negara/lembaga dapat diberikan Uang Persediaan sebagai uang muka kerja untuk
membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Sedangkan pada Pasal 29 disebutkan
Uang Persediaan hanya digunakan untuk jenis pengeluaran yang tidak dapat
83
dilakukan langsung oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada
pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Penggunaan Uang Persediaan yang
menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pelanggaran dan dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas pemberian
uang persediaan. Uang persediaan lebih banyak terkait dengan manajemen
pembayaran sehingga dari modul MoSA akan sedikit menyinggung masalah UP.
Pada dasarnya kemudahan yang diharapkan bagi pelaksanaan kegiatan adalah
tujuan utama bagi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memberikan
pelayanan kepada satuan kerja. Namun di sisi lain perlunya dijaga agar penyediaan
dana oleh pemerintah tidak dimanfaatkan secara langsung sehingga terjadi idle
cash. Oleh karena itu diusulkan bahwa UP masih diperlukan namun dibatasi
pemberian UP sesuai dengan pedoman dalam PP No. 39 Tahun 2007.
Terkait dengan pemberian dispensasi perubahan besaran UP terdapat dua
alternatif usulan yaitu pemberian dispensasi besaran UP yang selektif dan kedua
adalah tidak diperlukan lagi perubahan dispensasi besaran UP. Pertimbangan yang
menjadi dasar bahwa dispensasi masih diperlukan adalah kegiatan yang sangat
khusus dan dilakukan dalam jangka waktu lama (tidak dapat diperkirakan dengan
pasti) di suatu lokasi yang tidak memungkinkan melakukan untuk penarikan dana
sewaktu-waktu. Apabila dibayarkan dengan LS pada jumlah tertentu sedangkan
pelaksanaan masih belum selesai maka akan menyulitkan dalam menyelesaikan
kegiatan (intelijen di daerah terpencil untuk jangka waktu yang tidak pasti).
Tambahan Uang Persediaan (TUP) masih diperlukan karena terkait dengan
semakin dibatasinya permohonan perubahan besaran UP.
84
Gambar : Proses Pengajuan Dispensasi Besaran UP
Satker
DJPBN
Permintaan dispensasi
Surat penolakan
Surat Dispensasi
Database
No
Penel aahan
Sesuai Pem beri an
terhadap Yes
dengan
perm i ntaan aturan Di spensasi
di spen sasi
Data D ispensasi
Untuk mencapai kondisi pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab diperlukan suatu sistem manajemen untuk mendukung
pelaksanaannya. Disusunnya manajemen pelaksanaan anggaran dengan sistem yang
terpadu merupakan penjabaran dari tugas DJPB sebagai sarana untuk mendukung
kegiatan pelaksanaan anggaran pada Kementerian/lembaga
1. Database Terintegrasi
85
diperlukan sehingga pada saat pelaksanaan akan memiliki kesesuaian baik secara
konseptual maupun aplikatif.
Konsep baru yang akan dilaksanakan yaitu kinerja dan penganggaran jangka
menengah serta penerapan fleksibilitas bagi satker dalam pelaksanaan anggaran
menyebabkan terjadinya perubahan struktur data pada RKAKL dan DIPA.
Kebutuhan informasi perencanaan anggaran dalam RKAKL dengan memasukkan
konsep baru tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pelaksanaan
anggaran yang tercantum dalam DIPA yang salah satu fungsinya merupakan
dokumen untuk dasar pembayaran yang berlaku selama satu tahun.Sehingga
terdapat perbedaan kebutuhan informasi yang diperlukan antara RKAKL dan DIPA
walaupun dalam database semua berasal dari RKAKL.
Integrasi dimaksud terjadi antara data RKAKL yang ada di hyperion dengan data
DIPA di ERP (Oracle) yang akan dibuat suatu interface sehingga informasi dari
RKAKL dan DIPA dapat saling berhubungan tanpa ada media antara. Namun
demikian dalam perkembangan terdapat usulan agar RKAKL dan DIPA dijadikan
satu dalam sistem aplikasi hyperion sehingga akan menghemat proses
penyesuaian (custom) jika masing-masing aplikasi melakukannya secara terpisah.
Dengan adanya SPAN proses penyusunan dokumen DIPA dapat lebih cepat karena
tidak lagi melihat/mencocokkan pagu dana masing-masing kegiatan karena hanya
dua digit dan dengan sistem yang terintegrasi menyebabkan tidak akan terjadi
perbedaan data. Penelaahan akan semakin mudah dan dilakukan antara lain untuk
mencocokkan rencana penarikan dana pada Halaman III DIPA serta apabila
terdapat catatan terhadap penggunaan dana antara lain dana yang masih diblokir
pada Halaman IV DIPA. Namun demikian karena pembagian tugas/kewenangan
dari DJA dan DJPB maka masih diperlukan untuk melakukan penelaahan antara
86
lain terkait dengan Bagan Akun Standar (BAS) yang menjadi tugas DJPB untuk
menilai kebenarannya.
Rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan yang saat ini tercantum dalam
dokumen DIPA halaman III akan menjadi fokus tugas DJPB dalam
manajemen/pengelolaan kas masing-masing satuan kerja. Hal ini sejalan dengan
maksud Pasal 7 angka (2) huruf c UU No. 1 Tahun 2004 yaitu Menteri Keuangan
sebagai Bendahara Umum Negara melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran
negara. Dengan demikian maka kewenangan Menteri Keuangan untuk
pengendalian pelaksanaan anggaran negara termasuk mengawasi
pelaksanaanrencana penarikan dana agar dapat sejalan dengan rencana
penerimaan kas pemerintah sehingga dapat menjaga keseimbangan neraca
pemerintah.
Selama ini yang kerap terjadi adalah pencairan dana pada periode waktu tertentu
sedikit sedangkan pada periode waktu yang lain menumpuk yang tidak sesuai
dengan rencana kerja/kegiatan yang telah dibuat. Pelaksanaan pencairan dana
yang tidak terencana menyebabkan Direktorat PKN harus menyediakan kas yang
87
cukup besar yang digunakan sebagai kas untuk jaga-jaga. Namun ketidakpastian
waktu pencairan dana menyebabkan adanya idle cash yang cukup besar dan
membebani anggaran pemerintah karena terdapat biaya yang ditanggung untuk
menyediakan kas yang siap digunakan termasuk jika didanai dengan penerbitan
SUN.
Mekanisme yang ada saat ini dalam pengendalian pelaksanaan anggaran negara
masih belum dapat meningkatkan ketepatan waktu atau jadwal penarikan dana
karena tidak ada sanksi bagi pengguna anggaran. Hal yang sering terjadi adalah
penumpukan pencairan dana pada akhir tahun anggaran yang membuat beban
kerja KPPN bertambah.
88
Dalam pelaksanaan konsep AFP perencanaan pencairan dana digunakan selama
satu tahun dan dimungkinkan untuk terjadi penarikan dana berbeda dari rencana
dalam periode tertentu (pergeseran waktu pencairan dalam satu bulan).
Sedangkan pelaksanaan Permenkeu No. 192/PMK.05/2009 tidak memungkinkan
untuk menggunakan dana melebihi rencana dalam satu bulan. Sehingga terdapat
semacam pembatasan penggunaan dana pada satuan kerja. Pembatasan
penggunaan kas dalam satu bulan hampir seperti konsep ‘Cash Limit’ namun
pembatasan ini hanya sekedar menunda pelaksanaan pencairan dana bukan
mengurangi alokasi yang telah disahkan dalam DIPA dan bukan disebabkan karena
pemerintah kesulitan pendanaan. Sehingga penerapan Permenkeu 192 Tahun
2009 tersebut dapat diistilahkan sebagai “cash allocation” yaitu penetapan
sejumlah dana yang dapat digunakan pada periode tertentu. Rencana ke depan
dalam kaitannya dengan Halaman III DIPA :
Dalam sistem SPAN halaman III DIPA dapat disebut sebagai Annual Financial
Plan (AFP) yang berfungsi sebagai pedoman rencana penarikan dana dan
penerimaan dari satuan kerja. Di masa mendatang dimungkinkan untuk
meningkatkan peranan halaman III DIPA baik sebagai perencanaan penarikan
dana dan perkiraan penerimaan dari satuan kerja serta dapat digunakan (by
product) sebagai manajemen kas pemerintah.
Penelaahan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan pada halaman
III DIPA antara DJPB dan K/L merupakan kegiatan untuk merinci dan
mengevaluasi hasil pembahasan yang dilakukan antara K/L dengan DJA (dalam
hal waktu pelaksanaan sudah tercantum di RKAKL). Rencana penarikan dana
dan perkiraan penerimaan yang telah tercantum dalam “konsep” POK pada
aplikasi RKAKL (existing) dapat berubah dalam pelaksanaannya sehingga perlu
penyesuaian agar dalam pelaksanaan kegiatan satuan kerja dapat berjalan
dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena pembahasan dengan DJA
berlangsung dalam kurun waktu yang masih jauh dari pelaksanaan dan
memungkinkan rencana kegiatan yang disusun masih belum sesuai dengan
pelaksanaan. Karena fokus DJPB pada penelaahan halaman III DIPA maka
pelaksanaan konfirmasi dengan satuan kerja dilakukan secara mendetail
89
dengan menggunakan “konsep” POK atau dokumen lainnya.Namun terdapat
usulan lain yaitu RKAKL tidak memasukkan perkiraan waktu pelaksanaan
sehingga penelaahan AFP secara penuh dilakukan pada proses pengesahan
DIPA.
- Perubahan AFP
karena POK
dirubah
Fund Available
- Perubahan
dicarryforward ke
Fund Available
bulan berikutnya
(mis Jenis
Belanja) harus
merubah Budget
- Perubahan AFP +
Fund Available
AFP Awal + Fund
Berubah/Tetap
Available
- AFP Awal +
Perubahan FA
Output Output
Rencana
Penarikan Dana
(next month
plan/ updated)
Keterangan gambar :
c. Pada awal tahun anggaran setelah penyusunan dan pengesahan selesai maka
halama rencana penarikan dana (Halaman III DIPA) merupakan AFP awal.
Perubahan AFP dapat dilaksanakan secara otomatis oleh sistem Oracle dengan
melakukan pergeseran sisa dana (fund available) yang belum direalisasikan ke
90
bulan berikutnya. Perubahan (updating) AFP dapat dilakukan secara manual jika
satker melakukan perubahan POK sehingga akan merubah rencana penarikan
dana. Hal ini dilaksanakan secara manual karena dalam sistem aplikasi Oracle tidak
dapat melakukan penyesuaian AFP jika tidak dilakukan lebih dahulu dengan
merubah POK (AFP bersifat statis).
d. AFP bersifat tidak mengikat namun demikian diperlukan penyesuaian jika terjadi
perubahan kegiatan sehingga mempengaruhi pelaksanaan pencairan dana.
Perubahan manual yang dilaksanakan karena perubahan POK akan mengakibatkan
perubahan AFP awal. Perubahan manual juga dilaksanakan jika fund available
dirubah sesuai dengan komposisi jenis belanja baru misal dari 52 (belanja barang)
ke 53 (belanja modal). Perubahan komposisi fund available dapat dilakasanakan
dengan melakukan perubahan komposisi pagu (bugdet) dalam sistem aplikasinya.
Dengan demikian perubahan manual akan mengakibatkan perubahan AFP awal
dan perubahan komposisi fund available.
e. Updating secara otomatis oleh sistem Oracle dimaksudkan agar satker tidak
selalau melakukan update tiap bulan jika satker tidak melakukan perubahan POK.
Penyesuaian secara otomatis dilakukan dengan mengcarryforward fund available
tiap satker sehingga akan menambah pagu rencana penarikan dana ke bulan
berikutnya (on top). Pelaksanaan updating secara otomatis dilakukan dalam
sistem diusulkan pada tiga hari sebelum bulan berakhir.
f. Perubahan manual yang akan merubah AFP dan fund available serta perubahan
otomatis yang hanya merubah fund available akan menjadi dasar perubahan
(updating) rencana penarikan dana dari satker. Output yang dihasilkan adalah
rencana penarikan dana bulan berikutnya dan digunakan sebagai informasi
minimun yang disediakan oleh modul MoSA bagi pelaksanaan manajemen kas bagi
Dit PKN.
91
5. Usulan Proses Bisnis Perubahan/Revisi Halaman III DIPA (Rencana Penarikan
Dana)
Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara khususnya
pasal 14 Ayat (3) dinyatakan bahwa dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan
sasaran antara lain rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja. Konsep DIPA
yang disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan merupakan persetujuan pencairan dana bagi satuan kerja untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan periode pelaksanaan kegiatan (AFP). Sehingga DIPA
memiliki dua fungsi tidak hanya sebagai dokumen alokasi anggaran, namun juga
sebagai surat keputusan otorisasi untuk jangka waktu tertentu (warrant). Namun
demikian dalam pelaksanaannya AFP memiliki sifat tidak mengikat dan tidak
berlaku sebagai batas pengeluaran/spending limit untuk jangka waktu
sebagaimana tertuang dalam AFP karena sifatnya sebagai perencanaan kas jangka
panjang. Apabila pada waktu pelaksanaan terdapat pergeseran penggunaan dana
pada bulan berjalan yang akan berakibat pencairan dana melebihi pagu bulanan
maupun hanya menggeser jenis belanja maka perlu diajukan updating AFP yang
akan berakibat pada perubahan rencana penarikan dana bulan berikutnya. Hal ini
dimaksudkan sebagai bagian dari fungsi Rencana Penarikan Dana (Halaman III
DIPA) yaitu memberikan informasi bagi perencanaan kas. Walaupun AFP tidak
mengikat perbulannya namun diperlukan informasi yang lebih baik sehingga
pencairan dana khususnya yang sudah terikat dengan pihak ketiga (sudah dibuat
komitmennya) dapat dilakukan sesuai dengan permintaan dari satker. Revisi AFP
juga dilakukan apabila terjadi penambahan pagu baik revisi antar DIPA maupun
jika terdapat APBN-P dan Revisi karena Eskalasi (Kenaikan Harga Barang dan Jasa
pemborongan karena kenaikan harga secara umum). Updating AFP diajukan
kepada KPPN dan akan diteruskan kepada Dit PA/Kanwil untuk untuk dilakukan
approval. Setelah rencana penarikan dana pada (halaman III DIPA existing) direvisi
digunakan oleh Dit PKN sebagai informasi minimun yang harus disediakan untuk
kebutuhan dana satker bulan berikutnya dan bagi KPPN sebagai pedoman
pencairan dana bagi satuan kerja. Pelaksanaan proses bisnis ini akan
mengakibatkan satuan kerja lebih terfokus untuk membuat perencanaan
pengeluaran yang baik dan di sisi lainnya Ditjen Perbendaharaan mendapatkan
92
informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan kas sehingga terjadi keseimbangan
antara kepentingan Ditjen Perbendaharaan sebagai BUN dan satker sebagai
pengguna anggaran yang masing-masing memiliki hak dan kewajibannya secara
proporsional.
6. Mekanisme perubahan AFP karena revisi pagu antar DIPA atau adanya APBN-P
a. Perubahan AFP dalam hal ini berbeda karena dilakukan pada saat penyusunan DIPA
baru.
b. Proses dimulai pada saat penelaahan revisi pagu antar DIPA atau APBN-P
c. Penelaahan dilakukan dengan melihat alokasi pagu baru sesuai dengan dokumen
sumber yang digunakan dan menambahkan pada AFP bulan berkenaan dan bulan-
bulan berikutnya.
d. Setelah DIPA baru disahkan (DIPA Revisi) maka rencana penarikan dana yang baru
digunakan sebagai dasar pencairan dana oleh KPPN
93
Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) dalam Ambang Batas
Kanwil DJPB
Updating Pagu
Approval Input DIPA BLU Revisi
DIPA BLU
Database
Hasil updating
SPAN DIPA BLU Pagu
Pengajuan Revisi DIPA
KPPN
Revisi
Pencocokan pagu
DIPA BLU SP2D
Input SP2D Pengesahan Pengesahan
Konsep Revisi
Satker
Database
SPAN
KPPN
Satker
Format dan karakteristik yang berbeda khususnya pada DIPA Bagian Anggaran
BUN di masa mendatang perlu disesuaikan dengan dokumen DIPA lainnya (Bagian
Anggaran K/L) apabila dimungkinkan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat DIPA
yang semakin konsisten sesuai dengan landasan hukum dan mekanisme yang ada
dan pada akhirnya penyusunan DIPA sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dengan diterapkannya penganggaran berbasis kinerja yang menggunakan output
sebagai salah satu tolok ukur pencapaian kinerja, maka DIPA satker/K/L yang saat
ini menggunakan Bagian Anggaran BUN sedapat mungkin dikembalikan kepada
masing-masing K/L yang menangani hal tersebut sesuai dengan tupoksi terkait
dengan alokasi dana maupunPNBP yang saat ini dikelola oleh BUN.
94
Mekanisme penyusunan DIPA BUN diusulkan untuk mengikuti siklus DIPA BA K/L
secara umum sehingga dalam pelaksanaanya proses penyusunan DIPA tidak
menggunakan dokumen yang berbeda sebagai landasan hukum. Selama ini DIPA
BUN Transferadayang menggunakan Peraturan Menteri Keuangan sebagai
dokumen sumber alokasipenyusunan DIPA bukan menggunakan Perpres.
Berkaitan hal tersebut perlu dibuat dasar hukum yang dapat melingkupi kebijakan
penyatuan seluruh DIPA dalam satu mekanisme dan penetapan seluruh KPA pada
K/L sebagai pelaksana kegiatan.
Permasalahan pada DIPA BUN yaitu KPA dari DIPA yang diterbitkan adalah pejabat
Eselon I Departemen Keuangan sedangkan dana yang dialokasikan digunakan oleh
instansi/satker lainnya. Apabila diterapkan konsep penganggaran berbasis kinerja
akan mengalami kesulitan pengukuran kinerja pada DIPA-BUN. Namun apabila
kondisi khusus tidak memungkinkan diperlakukan sama, maka diperlukan suatu
pengecualian penerapan penganggaran berbasis kinerja pada DIPA-BUN sehingga
KPA tidak harus bertanggung jawab pada hasil kegiatan yang menggunakan dana
seperti dialokasikan pada DIPA dimaksud namun disusun suatu target kinerja
(output) tertentu yang mendukung tugas KPA bersangkutan bukan pada
pertanggungjawaban penggunaan dana. Hal yang menjadi pertimbangan adalah
UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaaan Negara pada pasal 3 ayat (6)
disebutkan untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak
terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur
dalam peraturan pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih
lanjut mengenai hal tersebut belum terbit sehingga masih menggunakan Keppres
42 tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara Pasal 6 (1) yang berbunyi Menteri Keuangan mempunyai kewenangan
95
otorisasi atas penguasaan bagian anggaran diluar bagian anggaran departemen/
lembaga.
Di dalam sistem SPAN dengan data terintegrasi akan terlihat keseluruhan realisasi
dari masing-masing satker, sehingga ke depannya database untuk Dana Transfer
diusulkan diberikan kode wilayah untuk masing-masing daerah penerima sehingga
mempermudah penatausahaan pencairan dana. Dengan demikian DIPA transfer
hampir mirip dengan satu DIPA yang memuat alokasi untuk berbagai satker (misal
untuk Gabrah TNI AD). Namun penerapan satu DIPA yang memuat informasi dari
berbagai daerah mungkin akan menyebabkan kesulitan penyusunan laporan
realisasi.
Oleh karena itu diharapkan agar dokumen DIPA untuk dana transfer ke daerah
tetap menjadi satu namun dapat dipisahkan alokasi untuk masing-masing daerah
penerima. Sistem SPAN diharapkan dapat membuat pemisahan alokasi pada satu
nomor DIPA sehingga jika ingin mengetahui pagu dan realisasi per daerah dapat
dilakukan dengan mudah. Hal lain yang mungkin timbul adalah terjadinya revisi
alokasi pada DIPA transfer baik keseluruhan daerah penerima maupun jika
dilakukan untuk suatu daerah penerima tertentu serta revisi pagu antar daerah
penerima yang satu digeser untuk daerah yang lain walaupun secara total pagu
DIPA tidak berubah.
Saat ini alokasi dana pada DIPA BA BUN khususnya dana transfer ke daerah
digabungkan dalam satu DIPA. DIPA Transfer ke daerah tersebut merupakan
gabungan alokasi dana seluruh daerah yang menerima. Apabila diperlukan laporan
realisasi penyaluran dana transfer pada daerah tertentu akan mengalami kesulitan
96
di dalam database SPAN karena realisasi dari daerah lain juga tergabung pada
DIPA tersebut. Menurut hemat kami untuk memudahkan dalam penatausahaan
khususnya data realisasi perlu pemecahan DIPA sesuai dengan daerah penerima.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi DIPA BUN khususnya dana transfer akan
lebih mudah jika DIPA Transfer dapat dipecah sesuai daerah penerima.
DIPA BUN untuk dana transfer ke daerah dapat dibagi dalam suatu kelompok
tertentu sesuai dengan jenis transfer dan apabila dimungkinkan sesuai dengan
daerah penerima minimal terbagi menjadi provinsi. Apabila diperlukan dapat
dibuat kode untuk menampung dana transfer dimaksud. Kode tersebut diletakkan
di bawah kegiatan misalnya pada sub output dengan maksud agar kinerja dari
DJPK sebagai pengelola dana perimbangan masih dapat tercantum dalam DIPA.
Permasalahan yang mungkin akan timbul adalah jumlah halaman DIPA menjadi
membengkak dan menambah kegiatan pada aplikasi dalam menentukan klasifikasi
kode yang akan digunakan (menempatkan kode daerah penerima).
Perkiraan penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak serta hibah pada Halaman
III DIPA selama ini belum mencantumkan kode kegiatan (dan fungsi) dari
pendapatan yang diterima. DIPA yang ada saat ini memiliki karakteristik jumlah
kegiatan lebih dari satu. Sehingga penerimaan pendapatan yang diperoleh tidak
jelas mengacu pada kegiatan yang mana. Ke depannya diusulkan Halaman III DIPA
khususnya perkiraan penerimaan dapat memberikan informasi kegiatan dan fungsi
spesifik dari perkiraan penerimaan satker bersangkutan.
Penerimaan negara yang bersifat strategis (misal SDA) karena jumlahnya yang
cukup besar merupakan hasil pendapatan negara secara keseluruhan yang
diperoleh bukan dari kegiatan fungsional suatu K/L namun menjadi bagian
penerimaan BUN (ditatausahakan pada DIPA BA BUN). Namun di sisi lain terdapat
97
ketidakjelasan terkait dengan rencana penerapan konsep PBB yang
menitikberatkan kinerja sesuai dengan peran dan fungsi pada penerimaan suatu
K/L. Hal tersebut disebabkan perbedaan perlakuan pada PNBP strategis yang saat
ini ditatausahakan sekaligus menjadi bagian kinerja BUN. Dapat diambil contoh
penerimaan migas merupakan kegiatan yang dilakukan dengan fungsi yang lebih
dekat pada Departemen ESDM demikian juga penerimaan kehutanan lebih dekat
pada fungsi dari Departemen Kehutanan. Oleh karena itu maka pengelolaan
penerimaan SDA yang ditatausahakan oleh Kementerian Keuangan sebagai
Bendahara Umum Negara dalam DIPA BUN harus diperkuat dengan konsep yang
lebih jelas terkait dengan PBB.
10. Anggaran pembiayaan dari sisi penerimaan (DIPA BUN dipisah dengan K/L misal
Kementerian Keuangan)
Pada prinsipnya anggaran dalam APBN terdiri dari belanja, pendapatan dan
apabila diperlukan digunakan anggaran pembiayaan. Sehingga apabila ketiga
komponen APBN tersebut dapat dicantumkan dalam DIPA akan terjadi
keseimbangan anggaran atau minimal mengurangi kesenjangan data antara APBN
dan DIPA.
98
anggaran negara yang tercantum dalam APBN. Dengan demikian, apabila dalam
APBN terdapat defisit yang dibiayai dengan pembiayaan seyogyanya anggaran
pembiayaan tersebut ditampung dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang
merupakan penjabaran dari amanat UU APBN.
Keputusan Presiden No. 36 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keppres No 109
Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen Pasal 11 ayat
(8) dinyatakan bahwa Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
perbendaharaan negara. Apabila dikaitkan dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7
ayat (1) dan (2) maka dapat diartikan bahwa kewenangan pengelolaan
Perbendaharaan Negara oleh Menteri Keuangan didelegasikan kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut, DJPB
akan menyusun pedoman teknis dalam pelaksanaan anggaran yang dituangkan
pada DIPA sebagai dokumen pelaksanaan APBN termasuk penerimaan
pembiayaan.
99
sejauh mana prosentase pembiayaan yang direncanakan dalam APBN serta
sebagai alat untuk analisis proporsi jumlah pinjaman dengan PDB tahun berjalan
secara makro. Dalam penatausahaan anggaran pembiayaan ke depannya,
diharapkan data-data penerimaan pembiayaan baik dari pinjaman, penjualan aset
maupun penerimaan pembiayaan lainnya dapat ditatausahakan dalam DIPA.
Hambatan yang mungkin timbul adalah penyesuaian data penerimaan yang tidak
dapat dipastikan waktunya dan keberadaan sumber data di unit organisasi
tertentu belum jelas.
Anggaran pembiayaan harus sesuai dengan konsep yang digunakan mulai dari
perencanaan hingga pelaporan. Selama ini belum jelas konsep yang digunakan
oleh masing-masing institusi yang memiliki kewenangan dalam penatausahaan
anggaran pembiayaan. Apabila konsep neto yang akan dipilih harus konsisten
untuk dilaksanakan dari mulai perencanaan hingga pelaporan. Konsep neto yang
akan digunakan akan merubah CoA dari anggaran pembiayaan yang saat ini
digunakan. Jenis belanja yang digunakan dalam pembiayaan dikelompokkan
menjadi dua yaitu 71 merupakan penerimaan pembiayaan dan 72 pengeluaran
pembiayaan. Apabila disetujui penerapan konsep neto maka akan terjadi
perubahan penggunaan jenis belanja yaitu misalnya 71 menjadi pembiayaan neto
dalam negeri dan 72 adalah pembiayaan neto luar negeri.
Selama ini informasi pagu dana bagi satker yang melaksanakan kegiatan di luar
negeri masih menggunakan rupiah. Ke depannya akan dimasukkan nilai valas
(dollar AS) sebagai nilai yang setara dengan rupiah yang berasal pada saat
pembahasan anggaran antara K/L dengan DJA. Informasi valas dicantumkan untuk
menjaga agar pelaksanaan kegiatan di luar negeri tetap berpedoman pada nilai
awal perhitungan anggaran dan digunakan untuk patokan nilai pagu jika terjadi
perubahan kurs.
100
Jika kita berpatokan hanya dengan nilai rupiah maka jika terjadi penurunan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan kegiatan tidak dapat
dilaksanakan karena nilai pekerjaan melebihi pagu pada DIPA. Sedangkan usulan
ke depannya yaitu jika pekerjaan dilakukan dengan berpedoman pada mata uang
asing (misal dollar AS)yang alokasinya tercantum pada DIPA, diharapkan tidak
akan ada permasalahan resiko kurs bagi K/L (satker) yang bersangkutan karena
perubahan kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab BUN untuk mengatasinya
(selisih ditanggung oleh BUN). Valas juga digunakan tidak hanya pada sisi belanja
namun juga dilakukan untuk kegiatan sisi pendapatan dan pembiayaan.
Mekanisme pencantuman nilai pagu rupiah pada belanja satker setara dalam valas
( misalUS $):
a. Satker dalam pembahasan RKAKL dengan DJA khususnya satker luar negeri
mengajukan rencana pembiayaan dalam valas yang dikonversi menjadi rupiah
sesuai dengan kurs yang digunakan dalam APBN;
b. Pada database RKAKL data perhitungan biaya dalam US $ dicantumkan seperti
alokasi yang telah disesuaikan dalam rupiah;
c. Database dari budget preparation tersebut akan diinterface ke dalam database
budget execution sehingga dapat digunakan dalam penyusunan DIPA yang
mencantumkan nilai alokasi dalam US $.
13. Perubahan pagu DIPA karena selisih kurs dan pembayaran utang
Informasi valas yang tercantum dalam DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat
dicairkan oleh satuan kerja. Namun demikian alokasi pagu dalam DIPA tetap
menggunakan mata uang rupiah sehingga transaksi pada DIPA adalah rupiah. Kurs
APBN yang digunakan untuk menghitung pagu DIPA bersifat tetap sehingga pada
saat proses pencairan dana menggunakan kurs transaksi dimungkinkan terjadi
selisih kurs. Kontrak/pembayaran utang dengan kurs yang mengakibatkan realisasi
pencairan dana melebihi pagu DIPA harus diantisipasi agar kegiatan tidak
tertunda. Terdapat dua alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
melakukan update otomatis atas pagu kegiatan yang transaksinya menggunakan
valas. Alternatif lainnya tetap menggunakan konsep revisi pagu dari DJA namun
101
dalam sistem diberikan keleluasaan untuk loan dan cara tarik tertentu dapat
melewati pagu. Setelah itu baru dilakukan revisi dokumen sebagai pengesahan
atas realisasi pencairan yang melebihi pagu DIPA. Hal yang perlu mendapat
perhatian adalah nilai valas yang dituangkan dalam DIPA merupakan acuan
tertinggi yang tidak boleh dilewati.
Jika terjadi kasus pinjaman belum efektif karena nomor register belum ada
sehingga alokasi dana masih dibintang, maka mekanisme pencairan tanda bintang
dapat dilakukan langsung oleh DJPB dengan melakukan revisi pencairan tanda
bintang. Tanda bintang untuk loan/grant yang belum efektif berasal dari DJA
namun bukan merupakan substansi penelaahan sehingga pencairannya dapat
dilaksanakan oleh DJPB (pemblokiran dari DJA tidak terkait dengan perhitungan
biaya yang datanya kurang memenuhi syarat).
a. DJPU dalam hal ini Dit EAS meneliti loan register tahun anggaran berjalan yang
belum ada dan kemudian disusun daftar register bagi masing-masing
pinjaman/hibah.
b. Berdasarkan register pinjaman/hibah yang baru DJPU menyampaikan data ke
DJPB melalui interface antara sistem DMFAS dan SPAN.
c. DJPU juga menyampaikan notifikasi secara tertulis kepada Dit PA bahwa
pinjaman/hibah dimaksud sudah efektif dan digunakan sebagai dasar formal
untuk revisi pencabutan blokir pinjaman/hibah tersebut oleh DJPB.
102
d. Dit PA menyampaikan kepada satker bahwa pinjaman/hibah sudah efektif dan
berdasarkan hal tersebut agar satker menyampaikan surat permohonan dan
konsep revisi DIPA ke Dit PA.
e. Atas dasar permohonan dari satker Dit PA akan melakukan revisi pencairan
tanda bintang dengan mengisi/merubah register pinjaman/hibah sesuai dengan
data dari DJPU dan kemudian mengesahkan DIPA berkenaan.
104
- Berdasarkan data yang ada di hyperion kemudian ditransfer ke database
ERP dan digunakan DJPU untuk menyusun konsep DIPA BUN yang telah
memasukkan informasi penerimaan pembiayaan dari SBN;
- Setelah diajukan ke Dit PA maka konsep DIPA BUN sudah termasuk
informasi yang mencantumkan penerimaan pembiayaan yang akan
diterbitkan dalam satu tahun anggaran.
16. Pencantuman Informasi Lokasi, BUMN/BUMD dan Kategori dalam CoA pada
DIPA Penerusan Pinjaman
- Lokasi
Kode lokasi yang saat ini tercantum dalam DIPA digunakan untuk mengetahui
lokasi dari kegiatan suatu satker. Penempatan kode lokasi kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan dari satker yang melaksanakan kegiatan yang sama
untuk beberapa lokasi (untuk penugasan tertentu). Ke depannya lokasi
kegiatan juga diusulkan digunakan untuk DIPA transfer sehingga dalam DIPA
akan terlihat pagu dari masing-masing daerah penerima.
- BUMN/BUMD
Bagi DIPA penerusan pinjaman terdapat kemungkinan dalam satu naskah
perjanjian pinjaman dialokasikan untuk lebih dari satu BUMN. Dengan demikian
dalam naskah perjanjian pinjaman dapat digunakan sebagai dasar
pengalokasian dalam DIPA karena alokasi bagi satu BUMN/BUMD sudah
ditetapkan dalam perjanjian tersebut.
- Kategori
Naskah perjanjian pinjaman luar negeri untuk lender tertentu sudah ditetapkan
alokasi untuk masing-masing cara penarikan khususnya PL dan L/C. Apabila
dalam DIPA tidak dialokasikan dalam CoA akan dimungkinkan dalam satu
nomor register pinjaman pencairannya tidak mengikat sehingga akan
berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan maupun terkait dengan perjanjian
pinjaman yang telah ditandatangani.
105
17. Manajemen DIPA untuk satker sementara atau jika suatu saat terjadi
penambahan dan pengurangan satker
106
maka alokasi akan digabungkan dengan K/L yang telah ditunjuk oleh pemerintah
sebagai induk dari unit organisasi yang ada dibawahnya. Namun unit eselon
dibawah K/L yang dilikuidasi akan tetap menggunakan alokasi pagu DIPAnya
namun dengan merubah Bagian Anggaran (BA) dalam hal tidak ada likuidasi unit
eselon.
3. Mekanisme sebaliknya jika terjadi penambahan jumlah satker maka alokasi kantor
pusat akan dikurangi sebagian untuk digunakan pada satker yang baru.
4. DJPB harus diberi kewenangan untuk melakukan revisi antar DIPA sepanjang tidak
menyangkut penambahan Bagian Anggaran (BA) suatu kementerian atau unit
eselon baru karena menyangkut kode satker dan nomenklatur yang menjadi
kewenangan DJA.
5. Sehingga revisi yang dapat dilakukan oleh DJPB adalah jika terjadi pengurangan
jumlah satker K/L atau unit organisasi sepanjang telah disetujui oleh pemerintah
(unit yang berwenang).
Mekanisme penyusunan DIPA baru sebagai penampung alokasi satker likuidasi :
a. KPPN melakukan perhitungan terhadap alokasi satker yang dilikuidasi termasuk
sisa dana baik UP maupun TUP yang belum dipertanggujawabkan.
b. Atas dasar perhitungan sisa pagu dana tersebut, KPPN menyampaikan data alokasi
satker likuidasi yang masih ada kepada Kanwil DJPB.
c. Kanwil DJPB akan menganalisis struktur DIPA satker yang dilikuidasi yaitu antara
lain terkait sisa pagu dan jumlah kegiatan dan diinvetarisir secara lengkap.
d. Data yang diperoleh dari Kanwil akan diteruskan ke Dit PA untuk dilakukan analisis
dan perhitungan jika akan digabungkan dengan DIPA Kantor Pusat.
e. Namun terjadi kemungkinan jika satker yang dilikuidasi masih memiliki pegawai
yang akan digabungkan dengan satker dalam unit organisasi yang sama di daerah
sehingga penggabungan bukan pada kantor pusat K/L namun pada satker di
daerah.
107
2. Setjen K/L atau setingkat menyampaikan konsep DIPA baru terkait penggabungan
alokasi dan kegiatan dari satker likuidasi
3. Dit PA dan Setjen K/L atau setingkat akan menganalisis konsep DIPA dari satker
dan data-data yang sudah dihitung/diteliti oleh Dit PA.
4. Apabila terjadi perbedaan data maka yang akan digunakan adalah data dari Dit PA
terkait dengan jumlah sisa alokasi, namun jika perubahan menyangkut rincian
pengeluaran maka disesuaikan dengan data konsep DIPA. Jika kegiatan dari satker
likuidasi berbeda dengan kegiatan pada DIPA yang akan digabung maka akan
dilakukan penelitian apakah kegiatan tersebut perlu dituntaskan atau tidak. Jika
kegiatan tersebut perlu dituntaskan maka kegiatan satker likuidasi akan
ditambahkan ke DIPA baru.
5. Setelah selesai penelaahan maka diterbitkan SP DIPA dan disatukan dengan DIPA
yang telah ditandatangani oleh Setjen K/L dalam hal penggabungan di tingkat
Kantor Pusat. Jika digabung dengan satker di daerah maka data hasil penelaahan
akan diteruskan kepada Kanwil DJPB untuk diterbitkan SP DIPA nya.
6. Setelah dilakukan penelaahan maka DIPA revisi akan disampaikan kepada DJA
untuk digunakan sebagai bahan penyusunan perubahan APBN (APBN-P).
Proses bisnis manajemen DIPA Future terdiri dari 3 aktivitas utama (bisnis
domain) yaitu penerbitan DIPA, revisi DIPA, dan pelaksanaan penggunaan dana.Ketiga
proses tersebut di bagi lagi kedalam beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan
masing-masing. Alur kerja untuk tiap-tiap bisnis proses adalah sebagai berikut :
108
1. Penerbitan DIPA
Penerbitan DIPA pada dasarnya dibagi menjadi beberapa alur kerja (workflow)
yaitu, Penerbitan DIPA biasa, penerbitan DIPA Sementara, carry forward dan Vote
on Account. Untuk yang pertama akan dibahas workflow penerbitan DIPA Biasa
atau DIPA tahunan yang rutin di terbitkan.
1) Alternatif I
Sesuai dengan gambar B.1.a tentang penebitan DIPA biasa maka dapat kami
jelaskan sebagai berikut:
1) Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP) selesai maka DJA
mengirimkan Perpres Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) ke
MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen DIPA pada Ditjen
Perbendaharaan.
6) Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan
berbagai kriteria diatas maka Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil
DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera
diperbaiki oleh satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan
juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan kewenangan yang
diberikan seperti dalam hal koreksi administratif misal kode Kantor bayar, kode
kewenangan dan penyesuaian antara lain dengan kaidah akuntansi.
110
“user” pada Direktorat PA dan Kanwil DJPBN hanya tinggal melakukan tindak
lanjut atas berbagai “warning” yang dilakukan oleh sistem IT. Di masa mendatang
DJPB lebih fokus pada implementasi DIPA yang dilakukan oleh masing-masing
satuan kerja yaitu manajemen pengeluaran kas sehingga rencana penarikan dana
dari satuan kerja dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah
disusun, satuan kerja dapat menyesuaikan rencana penarikan dana dan DJPB akan
melakukan penyesuaian DIPA Halaman III berdasarkan pertimbangan yang
disampaikan satuan kerja.
2) Alternatif II
Alternatif Proses Penganggaran 1
Budget Preparation Budget Execution
UU APBN/BA Permenkeu
DJA
Penelaahan
RKA-KL dan
Hasil
Kesepakatan
RKA-KL (Pagu DPR
RKA-KL Final
K/L
Sementara)
Alokasi APBN
Penelaahan
DIPA
Satker
b) Apabila RKA-KL pagu sementara sudah sesuai dengan pagu yang disahkan
dalam APBN maka DJA akan menyusun Pagu Definitif per BA dan Program
masing-masing K/L
c) Berdasarkan Pagu Definitif tingkat K/L (berisi pagu BA dan Program), Biro
Perencanaan K/L melakukan penyesuaian konsep RKA-KL Final apabila alokasi
RKA-KL per satker berdasarkan pagu sementara berbeda dengan pagu definitif
yang ditetapkan oleh DJA. Hasil penelaahan tersebut disampaikan kepada
111
satker untuk melakukan penyesuaian pada kertas kerja masing-masing.
Setelah dilakukan penyesuaian terhadap kertas kerja akan disampaikan
kembali kepada Biro Perencanaan K/L untuk bahan penyusunan RKA-KL Final
dan diteruskan kepada DJA.
d) DJA akan menerbitkan Permenkeu pagu definitif yang berasal dari RKA-KL
Final dari masing-masing K/L yang dirinci sampai pagu satker.
e) Setelah Permenkeu tentang Pagu Definitif bagi K/L ditetapkan oleh DJA
disampaikan kepada DJPB dan akan digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan Perpres Rincan Alokasi APBN.
g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL yang sudah disesuaikan (final) dan perpres
alokasi APBN maka satker menyusun DIPA untuk dilakukan penelaahan dan
selanjutnya disahkan oleh DJPB.
112
3) Alernatif II
Pagu Definitif
Hasil Pembahasan Input Perpres Alokasi APBN
Penelaahan RKA-
KL dan Pagu
Definitif
RKA-KL (Pagu
K/L
SP DIPA
Konfirmasi Hal III DIPA
Konsolidasi Kertas
Kerja RKA-KL
Final
Satker
Proses Pengesahan
DIPA
Konsep DIPA FInal
b) DJA akan melakukan penelaahan bersama satker apabila RKA-KL dari pagu
sementara tidak sama dengan pagu definitif sehingga diperlukan penyesuaian.
d) Pada saat satker melakukan penyesuaian kertas kerja maka bersama dengan
DJPB dilakukan konsolidasi atas penyusunan rencana penarikan dana sehingga
terjadi proses paralel baik yang dilakukan oleh DJA untuk RKA-KL maupun data
rencana penarikan dana yang akan menjadi input DIPA.
e) Setelah dilakukan penyesuaian oleh satker maka kertas kerja RKA-KL akan
digunakan sebagai bahan penysunan RKA-KL Final oleh Biro Perencanaan K/L.
f) Data RKA-KL Final akan digunakan sebagai dasar penetapan Perpres Rincian
Alokasi APBN oleh DJA dan disampaikan kepada masing-masing K/L.
113
g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL Final dan mengacu pada pagu Perpres, satker
menyusun DIPA kepada DJPB untuk dilakukan pengesahan tanpa melakukan
penelaahan karena DIPA sudah bersih tidak ada penyesuaian.
Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada waktu yang ditentukan
Satker belum menyampaikan konsep DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN
akan menerbitkan DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan
sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya. Proses bisnis penerbitan
DIPA sementara adalah sebagai berikut:
1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN
3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil
DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun
hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak
diblokir.
114
c. Penerbitan DIPA Vote on Account
Vote on Account dilakukan apabila sampai pada saat yang ditentukan DPR belum
menyetujui APBN, maka berdasarkan Undang-Undang kita dapat menggunakan
anggaran tahun lalu atau menggunakan pagu belanja maksimum tahun lalu.
Proses Vote on Account sebagaimana gambar di bawah ini.
RKA-KL TA Baru
APBN belum dg pagu anggaran
DJA
disahkan yg sudah
ditentukan Menkeu
SPAN
Unit Eselon I
Satker
2) Berdasarkan alokasi yang telah ditetapkan oleh setiap Unit Eselon I maka satker
menyesuaiakan kertas kerja RKA-KL dan menggunakannya sebagai dasar
penyusunan konsep DIPA
3) Konsep DIPA yang sudah disusun disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan
penelaahan berdasarkan alokasi anggaran tahun lalu dan RKA-KL dari DJA untuk
diproses menjadi DIPA VoA
115
4) Berdasarkan data RKA-KL dari DJA yang dirinci sampai program dan alokasi
untuk anggaran satker bersangkutan tahun lalu, maka DJPB akan menyesuaikan
alokasi tersebut dengan konsep DIPA masing-masing satker. Pada proses
penyusunan DIPA VoA akan dilakukan pemblokiran kegiatan kecuali untuk
belanja pegawai dan operasional termasuk bahan permakanan napi
116
d. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri
satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen
DIPA yang lain secara rinci.
e. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
f. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan
agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang
tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.
2. Revisi DIPA
Revisi DIPA kedepan akan terdiri dari terdiri dari revisi DIPA akibat Perubahan
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP), Revisi DIPA tanpa perubahan
RABPP dan revisi ambang batas BLU. Revisi DIPA pada dasarnya adalah semua
perubahan yang terjadi pada DIPA atas usulan satker. Berikut akan dijelaskan
mengenai bisnis proses revisi DIPA yang dimulai dari revisi akibat perubahan
RABPP.
Revisi DIPA yang merubah RABPP pada dasarnya merupakan usulan satker,
kemudian satker mengusulkan revisi RABPP ke sekjen kementerian masing-
masing. Setelah itu Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi DIPA ke DJA dan
di DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi
RABPP. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation di DJA selesai maka
dimulailah proses pada Manajemen DIPA sebagai berikut :
117
1) Proses Revisi DIPA yang merubah RABPP dimulai setelah DJA mengirimkan
Perpres RABPP ke DJPB melalui Manajemen DIPA. RABPP revisi juga
disampaikan kepada Satker sebagai persetujuan dari DJA atas usulan
perubahan kertas kerja satker bersangkutan. Setelah dilakukan penyesuaian
atas DIPA bersangkutan berdasarkan persetujuan revisi RABPP dari DJA, maka
satker mengirimkan konsep DIPA dan bersama kanwil DJPB melakukan
penelaahan konsep DIPA.
2) Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep DIPA satker dengan
Perpres RABPP dan peraturan lainnya.
3) Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan
mengirimkan DIPA revisi ke satker.
4) Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB akan mengirimkan (surat)
pengembalian konsep DIPA kepasa Satker.
118
Outcome yang dicapai adalah hasil dari pelaksanaan program yang mencerminkan
berfungsinya keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan. Namun demikian
prinsip-prinsip penganggaran masih dipertahankan menjadi kewenangan DJA
apabila terjadi perubahan khususnya yang terkait dengan PHLN/PHDN, tambahan
belanja dalam APBN, program yang menjadi prioritas nasional, pergeseran dari BA
BUN ke K/L dan sebagainya.
Karena dalam usulan proses bisnis ke depannya khususnya terkait dengan revisi
yang dilaksanakan untuk K/L umum (bukan BUN) diserahkan kepada Kanwil DJPB
maka dalam modul dijelaskan proses revisi hanya dilaksanakan di Kanwil DJPB
(secara teknis oleh Subdit PA).
119
4) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka
Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi
administratif atas usulan dimaksud.
5) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan
pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.
Karena DJA akan lebih fokus pada anggaran pada tingkat K/L dan pencapaian
output, maka kewenangan revisi pada DJPB akan meningkat. Kewenangan revisi
DJPB diusulkan kedepannya akan diserahkan seluruhnya pada Kanwil DJPB.
Kewenangan pengaturan penggunaan dana oleh Satker akan menjadi lebih besar
pada DJPB termasuk pergeseran antar jenis belanja dan pergeseran dana antar
satker (Permenkeu No. 69 Tahun 2010). Di masa mendatang pelaksanaan revisi
lebih banyak berada pada Kanwil DJPB, sedangkan Dit. PA akan ditekankan pada
revisi yang terjadi jika terdapat pergeseran dana antar provinsi maupun pada DIPA
BUN.
Revisi/virement oleh Kanwil dan Dit PA (Permenkeu No. 69 Tahun 2010) yaitu :
120
dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi
vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target kinerja;
7) Pencairan dana yang diblokir/bertanda bintang (*) sepanjang dicantumkan
oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, apabila persyaratan telah dipenuhi;
8) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah APBN
Tahun Anggaran 2010 dan/atau APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010
ditetapkan khusus untuk hibah LN/DN yang dilaksanakan secara langsung oleh
Pemberi Hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh Kementerian
Negara/Lembaga;
9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi
PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN untuk satuan kerja PT
Bukan BHMN dan Satuan Kerja BLU; dan/atau
10) Perubahan rincian belanja sebagai akibat dari penyelesaian tunggakan tahun
yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama, dananya masih tersedia dan
tidak mengubah target kinerja.
c. Revisi DIPA lintas kanwil oleh kantor pusat DJPBN cq Direktorat Pelaksanaan
Anggaran
Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk pergeseran dana
antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional (kode kegiatan 0001
dan 0002) yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun unit
organisasi vertikalnya. Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker
dalam satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi berbagai
perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya fasilitas revisi lintas kanwil
ini.
1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan permohonannya
secara berjenjang hingga ke Setjen K/L masing masing dan mengirimkan
tembusan pemberitahuan kepada Kanwil DJPBN.
2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di ajukan ke Kantor
Pusat DJPBN cq Dit PA.
121
3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta mengirimkan
surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)
4. Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi pagu satker pada
kanwil yang bersangkutan dengan kemudian menambahkan kepada satker
yang membutuhkan dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar
kanwil hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA)
5. Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang terlibat dalan revisi
tersebut melakukan penerbitan revisi DIPA sesuai kewenagan masing-masing
dan mengirimkan ke satker yang bersangkutan.
Updating ambang batas DIPA BLU (Badan Layanan Umum) merupakan perubahan
pagu dalam batas kewenangan Ditjen PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu
dalam ambang batas dan diatas ambang batas.
Untuk revisi didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah menggunakan
dananya namun untuk mempertanggung jawabnkan BLU menggunakan SPM
pengesahan. Sebelum mengajukan SPM pengesahan BLU wajib melakukan
penyesuaian POK dan DIPA terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM
pengesahan ke KPPN. Namun perubahan yang akan dilakukan hanya sekedar
mengupdate pagu DIPA karena pengeluaran yang masih dalam ambang batas
dapat dilaksanakan sebelum pagu direvisi.
Persoalan yang terkait dengan pagu DIPA BLU yaitu bahwa DIPA secara umum
merupakan batas maksimal pencairan dana. Sehubungan dengan hal tersebut
maka mekanisme revisi ambang batas BLU disesuaikan yaitu pada saat satker
mengajukan SPM Pengesahan maka KPPN akan meneruskan kepada Kanwil DJPB
melalui aplikasi SPAN agar dilakukan approval updating pagu DIPA sejumlah yang
diajukan SPM Pengesahannya oleh satker. Dengan demikian maka proses
penggunaan dana dan revisi pagu tidak menyalahi ketentuan umum tentang fungsi
DIPA sebagai alokasi maksimal.
122
Proses approval pagu BLU sampai ambang batas tidak akan memakan waktu
karena dilaksanakan secara langsung dalam sistem aplikasi SPAN dimana pada saat
KPPN memasukkan data satker BLU yang akan melakukan updating pagu maka
saat itu juga Kanwil DJPB akan melakukan approval pagu satker bersangkutan.
Secara alur proses, revisi DIPA Satker BLU yang masih dalam ambang batas dapat
dijelaskan sebangai berikut :
Updating Pagu
Approval Input DIPA BLU Revisi
DIPA BLU
Database
Hasil updating
SPAN DIPA BLU Pagu
Pengajuan Revisi DIPA
KPPN
Revisi
Pencocokan pagu
DIPA BLU SP2D
Input SP2D Pengesahan Pengesahan
Konsep Revisi
Satker
a. Pada saat satker mengajukan SPM Pengesahan kepada KPPN maka data SPM
Pengesahan yang melebihi alokasi pagu DIPA BLU akan dimasukkan ke dalam
database sistem SPAN;
b. KPPN akan melakukan penelitian atas PNBP dari kegiatan BLU yang telah
diterima sebagai bahan untuk disampaikan approval kepada Kanwil DJPB;
c. Berdasarkan input data dari KPPN maka Kanwil DJPB akan melakukan approval
atas perubahan/revisi pagu namun hanya bersifat updating tidak ada proses
pemberian pertimbangan sehingga akan langsung melakukan approaval oleh
Kanwil DJPB;
d. Setelah approval dilakukan oleh DJPB maka otomatis pagu DIPA BLU
berkenaan sudah disesuaikan dengan input data dari KPPN dalam database
SPAN;
123
e. Atas perubahan pagu tersebut maka KPPN menggunakannya sebagai dasar
penerbitan SP2D Pengesahan dan disampaikan kepada Satker;
f. Satker mengajukan konsep “revisi” pagu DIPA BLU kepada Kanwil tiap
triwulanan untuk dilakukan pengesahan revisi pagu DIPA BLU dalam ambang
batas;
g. Kanwil akan mengesahkan revisi pagu DIPA BLU berdasarkan data dari sistem
SPAN tanpa melakukan penelaahan sepanjang tidak merubah kegiatan di luar
BLU;
h. DIPA yang sudah disahkan akan disampaikan kepada DJA sebagai bahan untuk
perubahan pagu APBN (APBN-P) namun jika tidak ada proses APBN-P akan
digunakan untuk bahan LKPP.
Alternatif proses :
Setelah satker mengajukan SPM pengesahan dan diteliti oleh petugas KPPN maka tidak
dilanjutkan proses updating ke Kanwil DJPB. KPPN diberikan kewenangan langsung
untuk melakukan updating sehingga proses akan lebih sederhana dan cepat.
Penyesuaian pagu oleh KPPN akan diteruskan dengan memberikan notifikasi kepada
Kanwil DJPB bahwa pagu DIPA BLU tertentu telah disesuaikan.
Updating
pagu
124
2. Revisi di atas ambang batas
Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas ambang batas/fleksibilitas, maka
satker tidak dapat membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus melakukan
revisi untuk menyesuaikan pagunya baru dapat melakukan belanja. Hal ini karena
BLU untuk melakukan belanja diatas ambang batas membutuhkan ijin Dirjen PBN
untuk menilai kelayakan penggunaan dananya. Alur Proses Revisi pagu DIPA BLU
yang melebihi ambang batas fleksibilitas adalah sebagai berikut :
Database
SPAN
KPPN
Satker
a. Berdasarkan RBA definitif yang direvisi, satker BLU mengajukan konsep DIPA
BLU revisi kepada Kanwil DJPB;
b. Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu
dan kaidah akuntansi. Penelaahan akan dilakukan untuk meneliti apakah
penerimaan PNBP BLU telah melewati rencana penerimaan dalam DIPA
sehingga pagu belanja melebihi ambang batas fleksibilitas;
c. Setelah proses penelaahan dilakukan dan disetujui oleh Kanwil DJPB maka
dilakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan menyampaikan kepada Dit PA
DJPB.
d. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke
DJA untuk penyesuaian data appropriation dan allotment untuk dimasukkan
pada APBN-P atau dilakukan pada akhir tahun dengan (LKPP).
125
e. Update Komponen Input
126
2) Perubahan data komponen input (softcopy) disampaikan kepada Kanwil DJPB
beserta hardcopy perubahan DIPA satker.
3) Kanwil DJPA akan memasukkan data komponen input dari satker ke dalam
database SPAN.
4) Proses updating akan dilaksanakan satu bulan sekali untuk menyesuaikan database
SPAN dan DIPA dengan perubahan yang dilakukan oleh satker sehingga tidak akan
dilakukan proses pencocokan data.
1) Mekanisme revisi AFP apabila realisasi pencairan dana melebihi rencana pada
suatu periode
127
b) Hal ini mengakibatkan AFP pada bulan-bulan berikutnya akan berubah dan
disesuaikan untuk direalokasi sehingga perlu ditentukan pada bulan apa
sajakah AFP akan dikurangi untuk menambah kebutuhan tersebut. Proses
tersebut akan merubah POK satker bersangkutan dan setelah diteliti
kebutuhan dana yang diambil dari bulan berikutnya maka satker mengajukan
permintaan pembayaran kepada KPPN terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut termasuk menyampaikan perubahan data POK sebagai bahan
updating AFP.
d) Updating AFP yang dilakukan oleh satker disampaikan kepada KPPN untuk
selanjutnya digunakan sebagai input perubahan pada DIPA Halaman III
bersangkutan yang selanjutnya diteruskan ke Kanwil DJPB.
e) Perubahan AFP akan menjadi bahan informasi bagi Dit PKN untuk
perencanaan kas pada bulan-bulan berikutnya sebagai informasi minimum
yang harus disediakan.
2) Mekanisme revisi AFP untuk kegiatan yang terkait dengan komitmen yang sudah
dibuat :
128
pembayaran yang lebih besar dari rencana. Sebagai batas pencairan dalam
satu bulan maka pada AFP perlu dilakukan perubahan rencana penarikan dana
bulan berkenaan khusus untuk pengeluaran yang terkait dengan ikatan atau
komitmen dengan pihak ketiga.
d) Setelah dilakukan penelitian (harus dilihat urgensinya) oleh Kanwil DJPB dan
sesuai dengan tujuan permintaan perubahan AFP (sesuai dengan komitmen
yang telah dibuat dan dana bulan bersangkutan sudah tidak cukup dan harus
segera dibayarkan) maka rencana penarikan dana bulan berkenaan
disesuaikan sebesar permintaan dari satker.
f) Atas dasar perubahan/revisi rencana penarikan dana dari Kanwil DJPB maka
KPPN melakukan pembayaran kepada satker sesuai dengan perubahan yang
disampaikan dari Kanwil DJPB. Proses pada modul MoSA sebagaimana gambar
di bawah.
3. Cash Limits
129
dibatasi jumlahnya dan alternatif lain satker diberikan kebebasan dalam
menentukan suatu alokasi tertentu pada kegiatan yang akan dikurangi sesuai
dengan kebutuhan satker bersangkutan. Menurut hemat kami penerapan cash
limits tidak dilakukan sepanjang tahun anggaran namun hanya diterapkan jika
pemerintah kesulitan kas (karena realisasi penerimaan kecil). Apabila kondisi
sudah memungkinkan maka cash limits akan ditiadakan dan dimungkinkan alokasi
yang semula dikurangi dapat dikembalikan.
Penerapan cash limits tanpa usulan satker pada dasarnya memiliki tujuan yang
sama dengan cash limits lainya namun, penerapan cash limits metode ini dapat
dilakukan apabila kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan segera. Berikut ini
adalah gambar B.3.b workflow penetapan cash limit tanpa usulan satker
130
2) Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat
digunakan oleh masing-masing satker.
3) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar
perubahan Halaman III DIPA dan menyampaikannya kepada satker.
Mekanisme Cash Limits yang diserahkan kepada satker untuk menentukan sendiri
jumlah dana yang dikurangi pada kegiatan tertentu dapat digambarkan sebagai
berikut :
1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas
yang tidak mencukupi bagi satker bulan depan berdasarkan perhitungan
realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan.
Kekurangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan
karena berbagai faktor.
2) Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi
yang dapat digunakan oleh masing-masing satker.
3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada
bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar
menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya.
4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan
dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana
penarikan dana kepada KPPN.
131
5) Updating tersebut didasarkan pada perubahan POK untuk digunakan sebagai
batas pagu maksimum yang dapat dicairkan sesuai dengan kebutuhan satker.
6) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar
perubahan Halaman III DIPA. Cash limit dilakukan dengan membatasi budget
bulan tertentu sehingga tidak dapat digunakan melebihi batas yang
ditentukan.
7) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk
digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup.
Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana
DIPA masing-masing satker.
Berikut ini adalah gambar B.3.a workflow penetapan cash limit dengan usulan
satker
4. Carry Forward
132
yang penting pada saat pembahasan anggaran sebagai usulan pemerintah dalam
RUU APBN. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa program/kegiatan yang
dapat di carry forward ke tahun anggaran berikutnya. Penerapan Carry Forward
pada dasarnya dibagi tiga yaitu Fund Only, Carry Forward Encumbrance only dan
Encumbrance and Fund Availability.
Carryforward yang dilakukan dengan menggeser alokasi yang belum habis pada
tahun anggaran tertentu akan dilanjutkan pelaksanaan kegiatannya pada tahun
anggaran berikutnya. Carryforward untuk fund available pada TA 2010 terkait
dengan kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada DIPA PNPM TA 2009
namun sampai akhir tahun belum diselesaikan seluruhnya. Alokasi kegiatan
digunakan pada tahun anggaran berikutnya menggunakan DIPA Luncuran sesuai
dengan UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010.
Kegiatan BLM adalah kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat sesuai
dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri, sehingga pelaksanaan kegiatan BLM
melalui mekanisme swakelola dan tidak melibatkan pihak ketiga walaupun dapat
juga dilaksanakan oleh pihak lain jika masyarakat tidak mampu. Alokasi kegiatan
yang diluncurkan dengan demikian tidak menggunakan kontrak sehingga yang
diluncurkan hanyalah pagu dananya (fund available), dengan demikian alokasi
pagu yang diluncurkan menjadi tambahan dana satker bersangkutan sehingga
bersifat on top.
1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry
Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika
menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan
bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan
hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan.
2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit
PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry Forward.
134
4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya
juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan
kepada Satker.
Penerapan metode ini Encumbrance only pada dasarnya memiliki langkah yang
sama dengan Encumbrance dan Fund Availability. Perbedan mendasar adalah
pada Encumbrance only sisa alokasi dana tahun lalu tidak dibawa untuk
menambahkan pagu DIPA tahun yang akan datang. Bisnis proses Carry Forward
dengan Encumbrance Only dapat dijelaskan sebagai berikut :
135
1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry
Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika
menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan
bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan
hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan.
2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit
PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward.
Bagi penerimaan hibah baik Hibah LN/DN termasuk yang diterushibahkan setelah
APBN atau APBN-P disahkan yang dilaksanakan secara langsung oleh pemberi
hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh K/L dapat diterbitkan DIPA
Pengesahan. Kegiatan yang dibiayai dengan sumber dana hibah yang akan
dimasukkan alokasinya dalam DIPA adalah berbentuk uang sedangkan apabila
hibah dalam bentuk barang tidak dimasukkan dalam DIPA hanya dicatat dalam
catatan aset. Usulan ini disebabkan karena DIPA merupakan dokumen alokasi
untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang menghasilkan barang dan jasa
136
sehingga apabila hibah sudah berbentuk barang maka tidak perlu dimasukkan
dalam DIPA.
a. Updating/revisi hibah luar negeri dan dalam negeri bagi hibah yang diterima
melalui Kementerian Keuangan dilakukan pada saat nota perjanjian hibah
ditandatangani oleh pemerintah dan donor. Penggunaan nota perjanjian
hibah sebagai dokumen sumber penerimaan menyebabkan updating
penerimaan hibah tidak dapat diperkirakan waktunya karena dimungkinkan
dilaksanakan setelah UU APBN disahkan.
Apabila hibah diteruskan kepada pihak yang bukan sebagai satker (BUMN)
maka penatausahaannya dilakukan oleh Kementerian Keuangan termasuk
menyampaikan updating perkiraan penerimaan menggunakan DIPA BUN
setelah register diterima.
137
rencana penggunaan dana atau apabila hibah berupa barang disertakan
keterangan tentang barang dimaksud beserta jumlahnya (satuan).
Terkait dengan konsep kinerja maka hibah yang diterima akan berpengaruh
kepada kegiatan yang dilaksanakan sehingga perlu disesuaikan dengan alokasi
hibah yang diterima. Pelaksanaan revisi DIPA yang menggunakan sumber
dana hibah dilaksanakan oleh Kanwil DJPB dan setelah disahkan diteruskan
kepada Dit PA. Dana hibah ini akan menambah pagu DIPA berkenaan (on top)
sehingga harus disampaikan perubahannya kepada DJA untuk bahan
penyusunan APBN-P.
Proses bisnis DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN dapat dijelaskan sebagai
berikut :
138
b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan rencana penggunaan dana
hibah (RKAKL) sesuai dengan pagu hibah;
c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian pagu dana dari register yang telah diterima
dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah selesai akan
diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi penambahan pagu
DIPA.
139
b) Penyusunan konsep dokumen DIPA menggunakan RKA-KL BA-BUN sesuai
dengan alokasi anggaran yang tercantum dalam Perpres dan disampaikan
kepada Dit PA;
140
dua digit (jenis belanja) dan menampung beberapa item terkait dengan PBK dan
KPJM.
DIPA merupakan dokumen yang menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang telah
disahkan dalam UU APBN. Tugas pemerintah adalah melaksanakan amanat UU
APBN dalam hal ini oleh Kementerian Keuangan sebagai BUN dan Kementerian
Negara/Lembaga sebagai pelaksana kegiatan. Menteri Keuangan sebagai BUN
mempunyai kewajiban antara lain mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
yang disusun oleh K/L. Dalam kaitannya dengan DIPA maka Menteri Keuangan
sebagai BUN mengesahkan DIPA dalam Surat Pengesahan (SP-DIPA) dan K/L
menyusun isi/bagian DIPA yaitu Halaman I sampai IV. Yang harus diperhatikan
bahwa DIPA harus mencantumkan uraian seperti yang diamanatkan dalam UU No.
1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3). Berikut ini akan dijelaskan fungsi bagian-bagian
DIPA :
a. SP-DIPA
Informasi lain yang terdapat dalam SP-DIPA yaitu dasar penggunaan alokasi serta
ringkasan dari halaman DIPA yaitu informasi kinerja yang akan dicapai, fungsi, sub
fungsi, program, alokasi pagu untuk menghasilkan output, kantor bayar dan
periode waktu berlakunya DIPA serta tanggung jawab bagi K/L terhadap
pelaksanannya.
b. Halaman I
Halaman I DIPA memberikan informasi umum yang lebih rinci terkait dengan
satker bersangkutan antara lain pejabat perbendaharaan termasuk target kinerja
yang akan dicapai beserta rinciannya, dana yang diperlukan dalam mencapai
kinerja, sumber dana pelaksanaan kegiatan dan penjelasan terhadap sumber dana
yang berasal dari pembiayaan dan hibah. Pada halaman I DIPA juga disediakan
141
informasi kerangka pengeluaran jangka menengah sebagai bahan pertimbangan
bahwa kegiatan yang ada dalam DIPA akan dilaksanakan pada tahun berikutnya
termasuk perkiraan pendanaannya.
c. Halaman II
Halaman II berisi informasi rincian jumlah pagu untuk pelaksanaan kegiatan satker
untuk mencapai output yang telah ditentukan pada jenis belanja tertentu. Jumlah
pagu tersebut merupakan hak dari satker yang menjadi dasar permintaan
pembayaran. Terkait dengan diberlakukannya otonomi daerah dimana
pelaksanaan kegiatan pemerintah dibagi antara pusat dan daerah, maka informasi
kewenangan pelaksanaan kegiatan menjadi penting untuk membedakan
pelaksanaan di daerah dan pusat, sehingga pengklasifikasian kewenangan (KP, KD,
DK, TP dan UB) perlu dicantumkan dalam DIPA Halaman II. Perlakuan kegiatan
yang bersumber dari masing-masing sumber dana berbeda sehingga informasi
sumber dana dari masing-masing pengeluaran harus dicantumkan Halaman II.
d. Halaman III
Alokasi dana bagi satker pada Halaman II harus dijabarkan pelaksanaannya dalam
periode waktu tertentu baik dari sisi rencana penarikan dan perkiraan
penerimaan. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan inilah yang dicantumkan dalam
halaman III DIPA dengan periode waktu bulanan sebagai acuan bagi sakter dalam
melaksanakan kegiatan maupun DJPB baik KPPN dalam penerbitan SP2D maupun
Dit PKN dalam manajemen kas. Yang perlu diperhatikan bahwa Halaman III harus
dibuat mekanisme updating baik rencana penarikan dana maupun perkiraan
penerimaan sehingga fungsi Halaman III menjadi efektif sebagai alat manajemen
kas (by product).
e. Halaman IV
142
Halaman IV juga mencantumkan hal-hal tertentu (catatan) sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan bagi satker (dana yang masih diblokir, penggunaan dana
yang masih harus mendapat penjelasan).
1. Catatan DIPA :
b. Kegiatan yang masih diblokir dananya
Pada saat alokasi pada APBN disahkan maka kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh satker (K/L) dibahas dengan data pendukung untuk penentuan rincian
biaya di DJA. Blokir tidak terbatas dilakukan oleh DJA namun dapat dilakukan
mulai dari DPR dan juga dapat dilaksanakan oleh DJPB sesuai dengan
kewenangannya. Blokir dapat diperoleh dari alokasi anggaran yang belum
ditetapkan penggunaannya (berasal dari efisiensi dan/atau komponen input
yang tidak relevan dengan output). Apabila data dukung yang dipersyaratkan
belum lengkap maka DJA akan melakukan blokir baik seluruhnya maupun
sebagian atas dokumen pendukung yang belum lengkap sebagai syarat untuk
penggunaan dana. Sebagai contoh dalam belanja modal untuk membangun
gedung salah satu persyaratannya misalnya adalah TOR dan RAB, namun
karena satker (K/L) belum menyampaikan maka alokasi dana pembangunan
gedung diblokir sebagian atau keseluruhan.
c. Akun yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan operasional (pemenuhan
kebutuhan minimum kantor)
143
Pagu dana untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari perkantoran diusahakan
tetap menggunakan jumlah pagu dana yang telah dialokasikan pada akun
bersangkutan. Apabila diberikan keleluasaan untuk melakukan pergeseran
untuk mengurangi alokasi dikhawatirkan akan menyebabkan kegiatan kantor
tidak berjalan dengan semestinya.
Daftar akun untuk belanja sehari-hari perkantoran (kondisi saat ini) namun
dapat disesuaikan baik jenis maupun jumlah akun dapat dikurangi atau
ditambah :
521111 : Belanja Keperluan Perkantoran
521112 : Belanja Barang Operasional Lainnya
521113 : Belanja untuk Menambah Daya Tahan Tubuh
521114 : Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat
521115 : Honor Terkait dengan Operasional Satuan Kerja
521119 : Belanja Barang Operasional Lainnya
522111 : Belanja Langganan Daya dan Jasa
522114 : Belanja Sewa
523111 : Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan
523121 : Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
2) Khusus untuk belanja pegawai alokasi yang telah disahkan tidak boleh
dikurangi namun dapat dilakukan penambahan terkait dengan penambahan
jumlah pegawai. Hal ini termauk untuk belanja honor, uang makan dan
tunjangan yang melekat pada gaji termasuk uang duka wafat, karena pada
suatu saat satker dapat menerima tambahan pegawai sehingga belanja yang
terkait dengan pegawai juga akan bertambah atau terjadi pegawai yang
144
meningggal dunia. Sedangkan untuk uang lembur sudah ditentukan tidak
boleh melebihi alokasi tahun 2010 sehingga harus dikunci tidak boleh
melewati pagu 2010.
Daftar akun untuk belanja pegawai :
511111 : Belanja Gaji Pokok PNS
511119 : Belanja Pembulatan Gaji PNS
511121 : Belanja Tunjangan Suami/Istri PNS
511122 : Belanja Tunjangan Anak PNS
511123 : Belanja Tunjangan Struktural PNS
511124 : Belanja Tunjangan Fungsional PNS
511125 : Belanja Tunjangan PPh PNS
511126 : Belanja Tunjangan Beras PNS
511129 : Belanja Uang Makan PNS
511147 : Belanja Tunjangan Lain lain Termasuk Uang Duka PN Dalam dan
Luar Negeri
511151 : Belanja Tunjangan Umum PNS
512211 : Belanja Uang Lembur
145
(PBK). Pencantuman kinerja menjadi komitmen bagi satker agar dalam
menggunakan alokasi dana yang diterima lebih terfokus pada pencapaian
target yang telah ditetapkan. Kepentingan DJPB dalam melakukan tugas
sebagai Bendahara Umum Negara tercantum dalam halaman SP-DIPA sesuai
dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7 yaitu antara lain melakukan pembayaran
berdasarkan permintaan pejabat PA dapat dipenuhi.
Konsep format dokumen DIPA halaman IA diusulkan dibagi menjadi dua bagian
yaitu formulir 1 yang berisi informasi sasaran dan kinerja dari satker sedangkan
formulir 2 berisi informasi rincian sumber pendanaan. Usulan perubahan antara
lain penyesuaian item yang terkait dengan aspek penganggaran berbasis kinerja
146
dan penambahan indikator-indikator, prioritas nasional dan fokus prioritas
termasuk visi serta misi. Format DIPA yang diusulkan dapat dilihat pada di
bawah ini :
147
Usulan perubahan Halaman II DIPA yang saat ini menjadi formulir 3 yaitu
penambahan satu tabel yang berisi informasi target pendapatan/penerimaan
dalam satu tahun. Dasar pertimbangan terhadap usulan tersebut yaitu DIPA
diharapkan tidak hanya dititikberatkan sebagai dokumen yang memuat belanja
dari satker tetapi ke depannya juga memuat informasi rencana pendapatan
yang terdokumentasi dengan baik. Gambar usulan dapat dilihat di bawah :
148
Halaman IV DIPA diusulkan menjadi formulir 5, masih diperlukan disesuaikan
fungsinya antara lain untuk mencatat akun yang tidak boleh dikurangi
(mengikat/jika diperlukan) serta dana yang masih diblokir. Walaupun
fleksibilitas yang diberikan kepada satuan kerja/KPA dalam pelaksanaan
kegiatan namun perlu kepastian bahwa dana yang digunakan untuk kegiatan
tertentu terjamin kecukupannya. Apabila terjadi kelebihan dapat digunakan
namun dengan melakukan revisi. Gambar dapat dilihat di bawah :
149
BAB V
Manajemen DIPA tidak terlepas dari sisi proses bisnis perencanaan anggaran
(budget preparation) yang disusun oleh DJA seperti yang tercantum dalam dokumen
bidding SPAN. Proses penganganggaran merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh dua institusi Departemen Keuangan yang memiliki kewenangan
dan tanggung jawab yang berbeda. Di mulai dengan proses pembahasan rencana kerja
kementerian/lembaga disesuaikan dengan pagu dana dilaksanakan oleh DJA.
Selanjutnya dokumen yang dihasilkan (Perpres) dari proses perencanaan menjadi
bahan yang akan digunakan oleh DJPB sebagai dasar pengesahan DIPA yang
disampaikan oleh kementerian/lembaga. Secara alur pengembangan proses bisnis
MoSA dapat dijelaskan sebagai berikut :
150
perencanaan anggaran saat ini dan konsep yang akan datang sebagai bahan
masukan bagi penyusunan proses bisnis MoSA.
2. Masukan dari the owner DIPA yaitu Direktorat Pelaksanaan Anggaran akan
digunakan sebagai acuan dalam mengkaji manajemen DIPA (MoSA). Berdasarkan
masukan baik DIPA saat ini maupun konsep DIPA yang akan datang dari Direktorat
PA serta mekanisme perencanaan anggaran dari DJA selanjutnya disusun kajian
MoSA oleh Bagian Transformasi Bisnis Internal Direktorat Transformasi
Perbendaharaan.
3. Setelah konsep penyempurnaan MoSA di susun maka dilakukan lagi pengayaan
yang diperoleh dari internal direktorat lingkup Direktorat Jenderal
Perbendaharaan maupun dari pihak eksternal yang pada saatnya akan terlibat
dalam pelaksanaan DIPA serta dari narasumber yang kompeten. Masukan dan
updating DIPA existing dari berbagai pihak akan diteliti kelebihan dan
kekurangannya serta kaitannya dengan landasan hukum yang berlaku. Penelitian
ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan dalam pelaksanaan dengan
peraturan khususnya paket Undang-undang Keuangan Negara.
4. Setelah dilakukan penelitian kemudian finalisasi dan kajian penerapan MoSA
dengan menerima berbagai usulan perubahan dari konsep semula. Setelah
pengkajian selesai maka Diretorat Transformasi Perbendaharaan menyusun
rekomendasi terhadap strategi dan implementasi DIPA yang akan datang.
5. Rekomendasi proses bisnis pelaksanaan DIPA yang akan datang disampaikan
kepada Direktorat PA untuk penyusunan aturan dan implementasi proses bisnis
yang baru.
B. Strategi Implementasi
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi harus menerapkan
strategi pelaksanaan yang efektif. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan strategi
tersebut antara lain Birnbaum, B, (2009) :
1. Action Planning
2. Organization Structure
3. Human Resources
151
4. The Annual Business Plan
5. Monitoring and Control
6. Linkage
STRATEG
Y
1 2 3 4 5
LINKAGE
Terkait dengan penyempurnaan proses bisnis MoSA di masa mendatang perlu
langkah-langkah yang dilakukan sebagai strategi pelaksanaan yaitu :
1. Action Planning
Penyusunan proses bisnis MoSA yang baru tidak terlepas dari pertimbangan
rencana kegiatan yang rinci termasuk tahapan-tahapan pelaksanaan yang disusun
secara kronologis dengan membuat penambahan-penambahan yang mendetil
apabila diperlukan. Pada tahap sekarang yaitu penyusunan future state vision,
langkah-langkah yang dilakukan termasuk menyusun jadwal kegiatan. Dalam
penyusunan future state vision diperlukan sumber-sumber baik dari naskah
akademik maupun para pejabat/ahli yang berkompeten untuk dimintakan
masukan dalam penyusunan proses bisnis MoSA. Selajutnya adalah
menterjemahkan masukan-masukan tersebut dalam bentuk tertulis yaitu draft
naskah akademik MoSA.
Perlu penyesuaian pelaksanaan SPAN terkait dengan ruang lingkup inti proses
bisnis/modul MoSA. Pengkajian MoSA sampai dengan penyusunan peraturan dan
implementasi proses bisnis baru dengan berbagai bahan/sumber yang diperoleh
dari berbagai pihak perlu dilakukan penyesuaian antara time line dan road map di
152
dalam lingkup pengembangan SPAN. Sesuai dengan rencana pelaksanaan SPAN
maka dibuat jadwal pengembangan proses bisnis MoSA pada tahun 2010 sebagai
berikut :
Dalam rencana penyusunan proses bisnis MoSA yang baru kegiatan yang akan
dilaksanakan antara lain berupa workshop, site visit, konsinyering serta apabila
naskah rekomendasi proses bisnis MoSA sudah disusun dan disetujui akan
dilakukan sosialisasi. Kegiatan yang penting dalam penyempurnaan proses bisnis
MoSA diperkirakan berlangsung pada bulan September sampai akhir tahun 2010.
Dengan rencana yang akan dilaksanakan tersebut diharapkan dapat sesuai dengan
target penyelesaian yang terdapat pada time line dan mendukung road map SPAN
secara menyeluruh. Tahapan-tahapan dalam jadwal kegiatan proses bisnis MoSA
direncakan antara lain:
a. Bulan Januari sampai dengan Maret 2010 akan dilakukan perumusan future
vision MoSA dan penjelasan secara mendetail bisnis proses dengan output
diharapkan adalah draft future definition MoSA.
153
b. Bulan April sampai dengan Juni 2010 akan dilaksanakan revisi dan
penyempurnaan future definition MoSA dengan output penyusunan
perbaikan draft proses bisnis
c. Bulan Juli sampai September 2010 akan dilakukan uji coba aplikasi
d. Bulan Oktober sampai Desember 2010 direncanakan melakukan piloting di
Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan serta
review untuk penyempurnaan.
2. Organization Structure
3. Human Resources
Penerapan suatu ide baru harus mempertimbangkan faktor sumber daya manusia
termasuk MoSA di masa mendatang agar penerapannya dapat berjalan sesuai
rencana. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah gagasan yang baru
membutuhkan analisis manajemen komunikasi yang dibutuhkan. Sumber daya
manusia harus memahami langkah-langkah strategi dalam pengembangan
kegiatan yang akan diterapkan. Terkait dengan hal ini setiap SDM yang terlibat
harus diberikan penjelasan mulai dari ide/konsep sampai rencana implementasi.
Cara yang efektif adalah dilakukannya rapat, workshop dan site visit untuk
mengenalkan dan menerima masukan terhadap ide-ide baru.
Faktor terkait SDM kedua adalah kebutuhan SDM bagi pelaksanaan MoSA baru
harus dipertimbangkan karena penerapan SPAN dapat berdampak jumlah pegawai
yang terlibat dalam pelaksanaannya. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
154
bagaimana para pegawai yang terlibat dapat mengembangkan ide-ide awal
dengan memberikan waktu untuk menambah pengalaman, melakukan pelatihan-
pelatihan maupun menggunakan pegawai baru yang dapat melaksanakannya.
6. Linkage
Hubungan horisontal antar unit yang terkait dengan manajemen DIPA akan
berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan proses bisnis MoSA yang baru. Kerjasama
dan koordinasi antar unit antara lain karena dalam satu hal terkait dengan
beberapa tugas yang saling terkait dilaksanakan oleh unit-unit yang berbeda.
Sebagai contoh dalam rencana penggunaan dana halaman III DIPA akan terlibat
Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Tanpa
koordinasi dan kerjasama yang harmonis maka masing-masing unit akan
mengedepankan tugas masing-masing tanpa melihat keterkaitan dengan tugas
dari unit lainnya.
156
BAB VI
PENUTUP
157
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Richard dan Tommasi, Daniel, 2001, Managing Public Expenditure: A Reference
Book for Transition Countries, OECD
Edgardo Campos, Jose and Pradhan, Sanjay, 1997, Evaluating Public Expenditure
Management Systems ‘An Experimental Methodology with an Application to the
Australia and New Zealand Reforms’, Journal of Policy Analysis and Management
Hashim, Ali dan Allan, Bill, 2001, Treasury Reference Model, The World Bank
Moulin, Laurent, 2004, Expenditure Rules à la franҫ aise : An Assessment after Five
Years, ECFIN Country Focus, Volume 1, Issue 5, European Commission
158
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.05/2010 tentang
Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran PNPM Mandiri TA 2009 sebagai ABT
Tahun 2010
159
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah
Probst, Alan, 2010, Performance Measurement & Performance Based Budgeting (PBB),
Financial Management Series No.8, University of Wisconsin-Extension
Shah, Anwar, 2007, Budgeting and Budgetary Institutions’ Public Sector Governance
and Accountability Series’, IBRD, The World Bank
Thompson, Fred dan Zumeta William, 1981, Control and Controls: A Reexamination of
Control Patterns in Budget Execution, Policy Science 13, 25-50, Elsevier Scientific
Publishing Company, Amsterdam
160
LAMPIRAN
Process ID B.1.a
Process Name Penerbitan SP DIPA Biasa
Objective Proses penelahan dan pengesahan DIPA
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan
Kantor Wilayah DJPB
Major Data UU APBN, Perpres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
Input (RABPP)/Alokasi APBN, Konsep DIPA K/L
Major Data DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN dan Satker.
User
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
161
8 PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
Frekuensi Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB
162
tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker
dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan,
penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Setelah semua sesuai
maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan
Kanwil DJPB a.n Menkeu mengesahkan DIPA selain Kantor
Pusat K/L yang berlokasi di Jakarta.
Rincian Proses :
163
membuat cover letter Perpres Rincian Alokasi APBN sebagai
dasar formal penelaahan DIPA.
164
umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan
sekilas kemudian untuk penelaahan yang bersifat teknis akan
dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-masing staf.
165
2. Pelaksana Seksi Perekaman Data Subdit Dabantek membuat
posting jurnal appropriation atas data alokasi yang langsung
dapat digunakan dan jurnal blocking untuk alokasi yang
masih diblokir.
Process ID B.1.b
Process Name Penerbitan DIPA Sementara
Objective Pengesahan DIPA Sementara
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan Kantor Wilayah
166
DJPB
Major Data UU APBN, Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP)
Input
Major Data DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPBN, Kanwil DJPBN, dan KPPN
User
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
167
11. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan
Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
Frequency Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB
168
DJPB.
Process ID B.1.c
169
Process Name Penerbitan SP DIPAVote An Account
Objective Pengesahan DIPAVote An Account
Input Process Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahaan DIPA
Output Process Pengesahan DIPA
Major Data RKA-KL
Input
Major Data DIPA VoA
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, dan KPPN
User
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
170
kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di ERP. Bahan
pertimbangan dalam penyusunan kertas kerja RKA-KL adalah
alokasi yang digunakan maksimal sebesar alokasi tahun
sebelumnya.
171
terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan
pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian data
sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya.
Process ID B.1.d
Process Name Penerbitan DIPA BUN yang Dikelola Kementerian Keuangan
Objective Proses penelahan dan pengesahan DIPA
172
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB
Major Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA BUN
Input
Major Data DIPA BUN
Output
Department/Key DJA, Dit PA DJPB, KPPN dan Satker.
User
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Frekuensi Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB
174
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman
Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA
juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal
untuk dasar penerbitan SP DIPA.
175
(Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.
176
- Setelah jadwal penelaahan diterima dari Dit PA DJPB
maka staf dan pejabat eselon IV dan III satker BUN
menyampaikan hardcopy “konsep” DIPA untuk proses
“penelaahan” bersama staf dan pejabat Dit PA (eselon III
dan IV).
177
untuk dasar penerbitan SP DIPA.
178
k. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh pejabat eselon III dan
IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf Dit PA. Pejabat
eselon III baik dari unit pengelola BUN maupun DJPB pada
umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan
sekilas, kemudian pada saat proses penelaahan yang bersifat
teknis akan dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-
masing staf.
179
PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA
REVISI DIPA
Process ID B.2.a
Process Name Revisi Karena Perubahan Rincian Alokasi APBN
Objective Proses Penjelasan Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi
APBN
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahan DIPA,
Output Process Pengesahan Revisi DIPA Kewenangan DJA, Pengesahan Revisi
DIPA Kewenangan DJPB,
180
8. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010
181
2. Apabila perubahan disebabkan oleh satker (K/L) maka
Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi kertas kerja
RKA-KL yang dihimpun menjadi RKA-KL ke DJA dan di
DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan,
pengesahan dan revisi Rincian Alokasi APBN.
182
kerja RKA-KL adalah alokasi yang digunakan maksimal
sebesar alokasi tahun sebelumnya.
183
terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan
pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian
data sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya.
Process ID B.2.b
Process Name Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN
184
Objective Proses Penjelasan Virement DIPA Kewenangan DJPB
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Pengesahan DIPA R tanpa perubahan Rincian Alokasi APBN
Major Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA.
Input
Major Data DIPA Revisi
Output
Department/Key Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
User
Controls Deadlines :
1 hari kerja
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
185
Kemiskinan
Rincian Proses :
186
kerja RKA-KL satker dimasukkan dalam database hyperion oleh
pelaksana subdit teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB.
187
g. Kemudian dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kepala
Bidang di aplikasi hyperion. Data akan dibuat jurnal
appropriation dan diposting oleh pelaksana Seksi Perekaman
Data Subdit Dabantek/Perlengkapan Bidang Umum Kanwil
DJPB. Data tersebut selanjutnya diapprove oleh Kasubdit
Dabantek/Kabag Umum.
Process ID B.2.c
Process Name Revisi Update Pagu DIPA BLU (DIPA Pengesahan)
Objective Proses penjelasan updating yang merupakan kewengan satker
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Update/Pengesahaan DIPA
Output Process Updating pagu DIPA Kewenangan satker
Major Data UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA Revisi
Input DIPA R dan ADK
Major Data DIPA, Revisi DIPA,
Output
Department/Key Dit PA, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
188
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
189
Special Rules - Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan
diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena
dalam database sudah dilock bahwa penggunaan alokasi pagu
belanja tidak boleh melebihi appropiration maka sistem akan
menolak sebesar selisih pagu yang ada di database.
- Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang
mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu
penerimaan PNBP BLU yang melebihi target.
- Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker
BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih
besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada
Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB.
- Karena realisasi tidak boleh melewati appropriation maka
data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut diterima
secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil DJPB.
Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA
Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang
batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan
kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk
dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data
diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena
tidak ada proses penelitian.
- Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bidang
PA dan diapprove oleh Kepala Seksi.
- Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal
appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove
oleh Kepala Seksi Perekaman Data.
- Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy yang
baru pada saat itu karena satker memiliki kewenangan untuk
melakukan pengeluaran sampai ambang batas. Diusulkan
agar tiap tiga bulan disampaikan updating hardcopy DIPA
kepada Kanwil untuk dibuat pengesahan DIPA.
Alternatif updating jika dilaksanakan oleh KPPN :
190
- Setelah satker menyampaikan SPM pengesahan dan diterima
oleh pelaksana FO KPPN akan diteliti apakah realisasi
penerimaan melebihi besaran alokasi belanja yang
menggunakan sumber dana BLU.
- Kepala Seksi FO KPPN melakukan validasi atas hasil penelitian
dari pelaksana dan meneruskan kepada Seksi MO untuk
dilakukan updating.
- Pelaksana MO KPPN menganalisis antara bukti penerimaan
PNBP BLU dengan pagu dan jika bukti-bukti telah cukup maka
pagu DIPA BLU akan diupdate sesuai dengan realisasi
penerimaan PNBP tersebut.
- Proses tersebut dilanjutkan dengan menyampaikan kepada
Kepala Seksi FO bahwa pagu DIPA BLU satker tertentu telah
dirubah.
- Kepala Seksi akan melakukan validasi dan apabila telah sesuai
akan dilakukan approval.
- Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi FO data akan
diteuskan kepada Kepala Kantor untuk konfirmasi dan
disampaikan kepada Bidang PA Kanwil DJPB sebagai
notifikasi.
- Apabila proses sudah selesai akan diterbitkan SP2D pengesahan
oleh pelaksana BO KPPN dan diapprove Kepala Seksi.
191
- Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan
diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena
dalam database sudah dilock bahwa kegiatan dan jenis
belanja harus sesuai dengan appropiration maka sistem akan
menolak data yang berbeda dari database.
- Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang
mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu
penerimaan PNBP BLU yang melebihi target.
- Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker
BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih
besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada
Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB.
- Adanya data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut
diterima secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil
DJPB. Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA
Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang
batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan
kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk
dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data
diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena
tidak ada proses penelitian.
- Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bagian
Umum Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi.
- Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal
appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove
oleh Kepala Seksi Perekaman Data. Selanjutnya data akan
ditransfer ke hyperion sebagai bahan penyesuaian data
Perpres Rincian Alokasi dan APBN-P
- Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy pada
saat pengajuan SPM Pengesahan karena satker memiliki
kewenangan untuk melakukan pengeluaran dan perubahan
kegiatan sampai ambang batas.
- Namun untuk menjaga agar data yang ada di sistem sama
192
dengan hardcopy maka satker BLU setiap tiga bulan
mengajukan revisi hardcopy DIPA ke Kanwil DJPB dan akan
diterbitkan DIPA Pengesahan oleh Kanwil DJPB.
c. Revisi pagu DIPA BLU yang melewati ambang batas
mekanismenya sebagai berikut (Sumber Dana PNBP) :
- Satker mengajukan permohonan penggunaan dana DIPA
bersumber dari PNBP BLU yang melewati ambang batas ke
Kanwil DJPB.
- Prosesnya sama dengan revisi DIPA kewenangan DJPB
dengan penambahan proses yaitu satker dapat menggunakan
kegiatan yang baru namun tetap dalam program yang sama
Mekanisme :
Rincian Proses :
193
lebih tinggi dari satker bersangkutan. Apabila merupakan
kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan maka dibuat
konsep surat revisi ke Kepala Seksinya dan menghubungi satker
untuk dilakukan penelaahan secara lisan. Setelah selesai dibuat
konsep surat maka disampaikan kepada Kepala Seksi Subdit
Teknis untuk dilakukan penelitian yang akan diteruskan kepada
Kepala Subdit untuk dibuat surat jawaban jika permohonan
menjadi kewenangan DJA. Sedangkan apabila perubahan
menjadi kewenangan DJPB maka dibuat disposisi untuk segera
melakukan penelaahan konsep DIPA.
194
Permenkeu No. 119 Tahun 2009.
Process ID B.2.d
Process Name Rekon Data Akun
Objective Proses mengatasi perbedaan data akun antara satker dan KPPN
Process ID B.2.d
Process Name Update Komponen Input
Objective Proses penjelasan penyesuaian komponen input yang merupakan
kewengan satker
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process pengesahan revisi DIPA untuk komponen input
Major Data Konsep DIPA Revisi DIPA R dan ADK
Input
Major Data DIPA, Revisi DIPA,
Output
Department/Key Kanwil DJPBN, KPPN, Satker.
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
195
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
Process ID B.2.e
Process Name Revisi DIPA/Pengesahan Hibah Dalam dan Luar Negeri
196
(DM/LN)
Objective Proses penjelasan revisi penambahan pagu akibat hibah yang
diterima langsung oleh K/L atau yang langsung dilakukan oleh
pemberi hibah
197
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
198
Process a. Setelah nomor register Hibah LN/DN diterima dari DJPU maka
Description and
sakter mengajukan permohonan revisi Kertas Kerja RKA-KL
Special Rules
dan setelah disetujui oleh DJA diajukan pengesahan DIPA
Hibah kepada Kanwil DJPB;
Proses Rincian :
Process ID B.2.f
Process Name Updating Rencana Penarikan Dana
Objective Proses penjelasan yang berkaitan dengan perubahan pada
rencana penarikan dana
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process Perubahan DIPA halaman III
Major Data Pengajuan updating halaman III
Input
Major Data Rencana penarikan dana updated
Output
Department/Key Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
199
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
200
notifikasi kepada pelaksana di MO KPPN dan pelaksana
menginformasikan kepada Kepala Seksi PB untuk melakukan
approval carryover atas fund available masing-masing satker
3. Pada saat satker melakukan input data RFC atau SPP maka
sistem akan melihat pada AFP bulan berkenaan, jika alokasi
tidak mencukupi maka sistem otomatis memberikan
notifikasi kepada pelaksana MO dan menggeser AFP bulan
Desember dan bulan sebelumnya jika belum mencukupi.
201
5. Proses penarikan dana yang lebih besar dari AFP membuat
otoritas perencanaan kas harus menyediakan tambahan dana
untuk memebuhi kebutuhan yang meningkat. Sehingga
diperlukan jangka waktu antara pengajuan SPP dengan
penerbitan SP2D agar Dit PKN dapat menyediakan dana
sesuai kebutuhan.
Updating Manual
Process a) Atas kebijakan unit eselon yang lebih tinggi maka KPA
Description and
diwajibkan untuk merubah jadwal pelaksanaan kegiatan baik
Special Rules
dalam satu jenis belanja atau antar jenis belanja. Perubahan
dilakukan misal untuk bulan tertentu dilakukan
perubahan/pergeseran belanja modal dan dialihkan untuk
perjalanan. Dengan demikian maka POK yang sudah disusun
harus disesuaikan dan diajukan kembali kepada KPPN.
202
d) Pengajuan perubahan POK secara manual dapat dilakukan pada
saat pengajuan SPM dan akan diterima oleh pelaksana FO
kemudian data dimasukan dalam database untuk diapprove oleh
Kepala Seksi dan diteruskan kepada Kanwil DJPB.
CASH LIMIT
Process ID B.3.a
Process Name Cash Limit dengan Usulan Satker
Objective Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker dengan usulan
satker
Input Process Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Output Process Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN
Major Data Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Input
Major Data Perubahan AFP sebagai akibat penerapan cash limit
Output
Department/Key Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
203
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
204
2) Dari data PKN dimasukkan dalam ERP dan surat
pemberitahuan diterima pelaksana dan diteruskan Kepala
Seksi Subdit Dabantek Dit PA dan disampaikan kepada
KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-
masing satker.
Proses detil :
205
disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala
Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk
melakukan penyesuaian.
Process ID B.3.b
Process Name Cash Limits Tanpa Usulan Satker
206
Objective Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker tanpa usulan satker
Input Process Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Output Process Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN
Major Data Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Input
Major Data Perubahan AFP sebagai penerapan penetapan cash limit
Output
Department/Key Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
207
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
Proses Rincian :
a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui
informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan
diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil
DJPB.
208
b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan
melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan
dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi
tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada
Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk
disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala
Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk
melakukan penyesuaian.
209
PENJELASAN DETAIL PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA
CARRY FORWARD
Process ID B.4.a
Process Name Carry Forward Encumbrance Only
Objective Melakukan Carry Forward hanya untuk encumbrance saja
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk encumbrance saja
Major Data Konsep Revisi DIPA
Input
Major Data DIPA
Output
Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
210
Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme
Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran
211
2) Pelaksana di MO KPPN akan mendapat notifikasi dari sistem
bahwa masih ada encumbrance yang belum direalisasikan dan
pelaksana akan melakukan penundaan proses yang dalam sistem
Oracle disebut hold.
Detil proses :
212
atau tidak. Seandainya dapat dicarryforward akan dinilai
kewenangan untuk melaksanakan hal tersebut. Apabila
kewenangan berada di DJA maka akan diteruskan sebagai bahan
revisi RKA-KL.
213
budget yang ada dalam database ERP.
Process ID B.4.b
Process Name Carry Forward Encumbrance dan Fund Available
Objective Melakukan Carry Forward untuk encumbrance dan Fund
available
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk encumbrance dan Fund available
Major Data Perpres RABPP, konsep DIPA
Input
Major Data DIPA
Output
Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
214
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
215
Detil proses :
f. Setelah hasil penelaahan antara K/L dan DJA selesai dan data
RKA-KL sudah direvisi akan digunakan sebagai bahan revisi
DIPA oleh Kanwil DJPB.
216
h. Pelaksana Dabantek Dit PA akan melakukan jurnal
appropriation dan meneruskan kepada Kepala Seksi Perekaman
Data untuk dilakukan approval.
Process ID B.4.c
Process Name Carry Forward Fund Available
Objective Melakukan Carry Forward untuk Fund available
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk Fund available
Major Data Konsep DIPA
Input
Major Data DIPA
Output
Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
217
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
218
perpanjangan waktu kegiatan apabila sampai akhir tahun
tidak dapat diselesaikan. Sebagai contoh program
penanggulangan kemiskinan (PNPM) merupakan kegiatan
yang dapat diluncurkan yang ditetapkan dengan UU APBN.
Rincian Proses :
219
f. Konsep DIPA Luncuran ditelaah bersama antara pelaksana
dan Kepala Seksi/Kepala Bidang PA Kanwil DJPB bersama
pelaksana dan pejabat dari satker bersangkutan.
Process ID C.1.
220
Process Name Penyusunan Data Output
Objective Rekonsiliasi data untuk menyusun laporan realisasi output
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses penyusunan output
Major Data Perpres RABPP, DIPA
Input
Major Data DIPA
Output
Department/Key DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
221
Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
222
5. Berdasarkan notifikasi tersebut Dit PA meneruskan data
realisasi output ke hyperion di DJA
Detil proses :
223
B.1.a Pengesahan (Endorsement) DIPA
1b
DJA
Jurnal
Dit PA
3a
Appropriation
1a Hyper 4a
ion
2 5
Jurnal
6 8
Allotment
Satker
DIPA
7 “Konsep” DIPA
Rincian Proses
Dabantek
Subdit
Posting
Subdit Teknis
Approval
Pengesahan
Interface (Automatically)
Hardcopy Perpres
Dokumen sumber Cover Letter
Jurnal DIPA
Approval Posting
Allotment
ERP Penelaahan
Dokumen sumber
Proses penelaahan
Bidang PA
Penyampaian dokumen
Satker
“Konsep” DIPA
ADK DIPA Copy data Aplikasi Satker Cetak Konsep
Approval
Subdit Teknis
Approval
Hardcopy Perpres
Dokumen sumber
224
B.1.c. Pengesahan DIPA VoA
Dabantek
Subdit
Jurnal
Hyperion
Appropriation
Posting
Approval
Subdit Teknis
Approval
Interface (Automatically) Data pagu maksimal
Download data
Upload data DIPA & validation Posting
Penyampaian dokumen
“Konsep” DIPA
Satker
Hardcopy Perpres/
Jurnal Permenkeu
Hyperion
Appropriation
Penyampaian dokumen
Posting
ERP
Approval
Satker BUN
“Konsep” DIPA
Cetak Konsep Penyampaian dokumen
Aplikasi Satker
225
B.2.a Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi APBN Inisiatif K/L dan Karena Perubahan APBN-P
DJA
Penelaahan RKA- Revisi Perpres
Hyperion Download Pengesahan
KL
Pengiriman
Dabantek Dit
Interface (Automatically)
Subdit
Posting
Jurnal Hardcopy Perpres
PA
Appropriation
ERP Approval
Distribusi
Subdit Teknis
Dokumen Sumber
Approval Cover Letter
Dit PA
SP DIPA Jurnal
Posting
Allotment
Penelaahan
Kanwil DJPB
Hardcopy Perpres
Dokumen Sumber
Input Data
Upload data
Download Data
Pencetakan
Jurnal
PA
Posting
Appropriation
Approval
Subdit Teknis
Dit PA
Approval
SP DIPA Jurnal
Hyperion Upload ERP Upload/Download Penelaahan Cetak Posting
Allotment
Kanwil DJPB
Bidang PA
Upload Data
Bahan Virement
Satker
226
B.2.c Revisi Kegiatan pada DIPA BLU
Approval
Dabantek Dit
Subdit
Jurnal
PA
Hyperion
Appropriation
Posting
Upload
DIPA updated
Approval Pengiriman
E
Proses updating Jurnal
R Notifikasi Posting
pagu Allotment
P
Input data
KPPN
Kegiatan
Penelitian Pengesahan
Konfirmasi data Output beda/ Persetujuan
Kegiatan SP2D
bertambah
Input
Upload
Satker
SP2D
SPM Revisi Kegiatan Pencetakan DIPA Updated
Aplikasi Satker Input Pengesahan
Approval
Dabantek Dit
Subdit
Jurnal
PA
Hyperion
Appropriation
Posting
Bidang PA Kanwil DJPB
DIPA updated
Upload Tiap tiga bulan
Pengiriman
Approval
E
Proses updating Jurnal
R Notifikasi Posting
pagu Allotment
P
Cetak
Input data realisasi
KPPN
Realisasi
Penelitian lebih besar
Pengesahan
Realisasi PNBP Output dan
SP2D
dan Belanja kegaiatan
beda
Pengiriman
Input
Upload
Satker
SP2D
SPM Realisasi PNBP DIPA Updated
Aplikasi Satker Input Pengesahan
227
Update pagu oleh KPPN
Approval
Dabantek Dit
Subdit
Jurnal
PA
Hyperion
Appropriation
Posting
Kanwil DJPB
Bidang PA
DIPA updated
Tiap tiga bulan
Upload
Pengiriman
Approval
P
Cetak
Input data realisasi
Realisasi
Penelitian lebih besar
Pengesahan
Realisasi PNBP Output dan
SP2D
dan Belanja kegaiatan
beda
Pengiriman
Input
Upload
Satker
SP2D
SPM Realisasi PNBP DIPA Updated
Aplikasi Satker Input Pengesahan
Approval
Hyperion
PA
Jurnal
Posting Appropriation
Update
Approval
Kanwil DJPB
ERP
Bidang PA
Jurnal
Pengesahan DIPA Posting Pengiriman
Allotment
Download data
Upload
Pengiriman
Konsep DIPA
Satker
Cetak
RPD Updated
Approval
ERP
KPPN
FA Akhir
Notifikasi Carryover
bulan
Satker
228
Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Besar (Otomatis)
Kanwil DJPB
Bidang PA
RPD Updated
ERP Approval
KPPN
Mengurangi
RPD tidak RPD
Notifikasi
cukup Desember
dst
Triwulanan
Satker
Resume Tagihan/
Aplikasi Satker SPP
ERP
Approval
KPPN
Data
Penyesuaian
Notifikasi Perubahan
RPD
RPD
Triwulanan
Satker
POK
Aplikasi Satker
229
B.3.b Cash Limits
Dit PKN
Cash Shortage
PA
Subdit Teknis
Dit PA
E
R
P
dicairkan
Bidang PA
Perubahan data
Alokasi yang bisa
KPPN
230
B.4. a Carryforward
Approval
Dabantek Dit
Subdit
Jurnal
PA
Hyperion
appropriation
Posting
Approval
Posting
Kanwil DJPB
Bidang PA
Jurnal
allotment
Penelitian
kewenangan Konfirmasi/validasi
carryforward DIPA
ERP
KPPN
DJA
Hyperion
Kanwil DJPB
Bidang PA
ERP
KPPN
Data output
231
Lampiran naskah akademis MOSA
232
Proses Penyempurnaan Manajemen DIPA secara garis besar terdiri beberapa bisnis domain yang terdiri dari Penerbitan DIPA, Revisi DIPA , Cash
Limit dan Carry Forward. Setiap bisnis domain akan dijelaskan kedalam beberapa bisnis proses kemudian akan diuraikan kembali kedalam
sebuah workflow. Setiap work flow akan kami jelaskan sebagai berikut.
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
HIGH LEVEL GAP MANAJEMEN DIPA (MOSA)
1 Halaman III Belum optimal sebagai Perannya lebih ditingkatkan dengan Belum bisa Diusulkan agar dibuat suatu kode
DIPA digunakan sebagai menggunakan Halaman III DIPA membuat informasi yang merefer pengeluaran untuk
(Rencana rencana penarikan dana. sebagai batas pencairan dana dalam terkait kegiatan kegiatan kontraktual dan non
Penarikan Prosentase antara satu bulan kontraktual dan non kontraktual (dalam COA) atau data
Dana dan rencana dan realisasi kontraktual dari POK yang sudah dirinci baik
Perkiraan penarikan dana baru 29 % kontraktual maupun non kontraktual
Penerimaan) dituangkan dalam Halaman III DIPA
2 Kaitan RKAKL Saat ini informasi yang DJA mengajukan konsep RKAKL Masih mengalami Diusulkan agar informasi dari RKAKL
dan DIPA ada di RKAKL dapat sampai unit eselon I dan menyusun kesulitan dalam dapat dimasukkan seluruhnya dalam
digunakan sebagai bahan Kertas Kerja RKAKL bagi menghubungkan database SPAN walaupun informasi
penyusunan DIPA dengan penyusunan perencanaan bagi aplikasi RKAKL yang akan ditampilkan dalam
jelas karena informasi satker. Secara dokumentasi ada link dengan Oracle di dokumen DIPA tidak serinci pada
yang tercantum dalam yang terputus bagi DJPB karena dalam SPAN. RKAKL.
RKAKL per satker tidak format RKAKL hanya sampai eselon
merinci keluaran di I. Masalah lainnya yaitu dengan
bawah akun tambahan informasi kinerja yang
disampaikan apakah sampai dengan
satker atau satker sebagai unit
eselon II
3 DIPA BA BUN Beberapa DIPA BUN saat Ke depannya diharapkan semua Pada DIPA BUN Apabila informasi yang diperoleh dari
disamakan ini menggunakan DIPA bersumber pada Perpres Dana Transfer yang Oracle tidak dapat mengakomodasi
dengan K/L dokumen sumber, Rincian APBN dan mekanisme merupakan pembagian alokasi pagu daerah
mekanisme penyusunan penyusunannya menggunakan246 dokumen gabungan penerima, diusulkan DIPA Dana
dan format yang berbeda aplikasi dari database SPAN serta dari seluruh daerah Transfer ke Daerah dipecah sesuai
dibandingkan dengan formatnya disesuaikan dengan DIPA yang menerima dengan wilayah
dana tersebut belum
DIPA K/L biasa K/L biasa dapat diuji apakah
dapat memilah pagu
masing-masing
penerima
4 Posting rule Saat ini akuntansi dalam Ke depannya usulan dari Oracle Pada Oracle pada Perlu penyesuaian alur proses
entry data pada budget akan menggunakan single entry budget journal pada sehingga model yang akan
journal menggunakan pada budget journal (MoSA) MoSA menggunakan diterapkan dapat dilaksanakan.
double entry yang single entry Usulannya ke depan terkait dengan
menghubungkan dari sehingga akan posting rule pada MoSA tetap
perencanaan anggaran menyulitkan karena menggunakan double entry agar
sampai ke pelaporan modul lainnya juga apabila ada data yang berbeda
sehingga semua proses memerlukan data dengan mudah dapat segera
terhubung dari MoSA baik dilakukan pembalikan jurnal
budget,
encumbrance dan
actual yang
merupakan
rangkaian proses
yang tidak berdiri
sendiri.
5 Encumbrance Saat ini ikatan dengan Dengan peningkatan peran Masih belum dapat Usulan ke depannya dibuat suatu
dalam pihak ketiga terkait Halaman III DIPA pada rencana membuat kode yang mengacu pada kegiatan
hubungannya dengan encumbrance penarikan dana maka pengeluaran pengelompokan yang dilaksanakan kontraktual
dengan tidak terlalu bermasalah satu bulan tidak boleh dilewati. Hal rencana penarikan maupun non kontraktual
MoSA karena tidak ada ini akan menyulitkan kegiatan yang dana untuk kegiatan
pembatasan pengeluaran menggunakan kontrak. kontraktual dan
bagi satker nonkontraktual
247
Perbandingan antara Eksisting, Future dan Oracle dalam pelaksanaan CRP I
248
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
seperti nomor DIPA
5) Alotmen 1. Untuk DIPA BUN proses 1. DIPA BUN akan menggunakan mekanisme yang 1. Oracle dapat melakukan 1. Untuk DIPA BUN transfer 1. Seluruh DIPA BUN
untuk DIPA allotmen dilakukan sesuai sama namun proses dari allotmen akan transfer dengan fasilitas yang belum dapat dapat menggunakan
BUN(kecuali dengan karakteristik DIPA menggunakan akun tampungan dari dossier dari appropriation BA dilakukan karena untuk mekanisme yang sama
transfer BUN itu sendiri dan sistemnya appropriation ke allotment BUN ke allotmen dana perimbangan dengan DIPA regular
pusat ke terpisah2 didalamya ada beberapa
2. Akun tampungan digunakan agar tidak secara 2. Oracle dapat membuat akun 2. DIPA transfer harus bisa
daeran dan kabupaten penerima
2. DIPA transfer di kelola oleh otomatis membuat satuan kerja dapat penampungan untuk BA BUN memenuhi 2 skenario:
investasi) sehingga belum bisa
DJPK dengan menggunakan menggunakan dananya karena ada beberapa pada saat allotmen.
dilaksanakan a. Dalam satu DIPA
6) Alotment excel dan tidak terintegrasi DIPA BUN yang membutuhkan dokumen
3. Untuk transfer belum transfer ada beberapa
untuk DIPA pendukung.
3. DIPA transfer dilakukan dilakukan kabupaten penerima
transfer
dengan menggunakan satu 3. DIPA Transfer dilakukan dengan 2 skenario: dana di halaman IV
DIPA dan didalamnya ada DIPA
a. Dalam satu DIPA transfer ada beberapa
beberapa kabupaten
kabupaten penerima dana di halaman IV DIPA b. Setiap kabupaten
penerima di halaman IV DIPA
penerima memiliki
b. Setiap kabupaten penerima memiliki satu DIPA
satu DIPA
7) Allotemen DIPA BLU pada dasarnya DIPA BLU kedepan masih menggunakan mekanisme1. Allotmen DIPA BLU pada oracle 1. Oracle belum dapat 1. Saldo awal dan akhir
DIPA BLU menggunakan mekanisme DIPA yang sesuai dengan peraturan mengenai BLu yaitu: dilakukan sama dengan DIPA menyajikan saldo awal dan sebaiknya dimasukan
Umumnya namun dengan umumnya namun diberikan saldo akhir ketika revisi DIPA awal
1. Adanya penempatan saldo awal dan saldo ahkir
beberapa pengecualian “budgetary control” pada user
2. Oracle belum dapat 2. Seharusnya dalam
2. Setiap terjadi perubahan dalam batas ambang yang melakukan input data.
1. Adanya saldo awal san saldo membuat fleksibilitas menentukan budgetary
batas maka BLU wajib melakukan revisi DIPA
akhir sesuai permintaan contol dapat dilakukan
otomatis pada KPPN untu menyesuaikan pagu
scenario berdasarkan
2. Adanya fleksibilitas dalam pada DIPA BLU dengan permintaan pada SPM yg
indentifikasi satker BLU
penggunaan dana(prosebtase) melebihi pagu 3. Fleksibilitas terutama
bukan berdasarkan user
dalam penambahan
3. Penggunaan SPM pengesahan 3. BLU dapat menggunakan selama masih dalam yang meninput.
ambang batas belum
setiap tiga bulan ambang batas dan harus merevisi diakhir tahun
dapat dilakukan 3. Solusi yang diberikan
4. Toleransi diberikan berdasarkan satker blu bukan oleh LG berkaitan
berdasarkan user dengan meniadakan
“budgetary control”
untuk mengatasi
pembatasa pada user
sangat fatal akibatnya
249
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
karena user dapat
menambahkan pagu
tanpa ada control.
8) Allotment Dalam proses eksisting Reverse 1. Allotmen untuk reverse budget kedepan akan Oracle dapat melakukan Untuk melakukan transfer ke Sebaiknya oracle dapat
budget budget dapat dilakukan pada sama perlakuannya namun lebih ditekankan transfer kepada akun akun tampungan sementara, melakukan budget
Reserve saat allotmen sehingga pada isntansi mana yang seharusnya sebagai tampungan sehingga Bunget kemudian mengeluarkan ke reserve tanpa menambah
penerbitan DIPA dapat dilakukan penerima outcome. tidak langsung terkirim ke Stage Allotment (fase Penerbitan stage.
segera ketika terjadi kejadian Allotment DIPA) tidak terdapat Gap
2. Proses allotment pada DIPAnya akan dilakukan
luar biasa
ketika terjadi kejadian luar biasa.
3. Sebelum allotmen, budget terlebih dahulu dari
Appropriation di kirimkan kea kun tampungan
seperti bagian BA BUN lainya.
2. AFP 1. AFP disusun pada awal tahun 1. AFP disusun pada awal tahun 1. Oracle dapat mengeset AFP 1. Masih terdapat AFP sebaiknya disusun
sebagai batasan penarikan permasalahan dalam dengan
2. Revisi AFP bisa dilakukan 2. Revisi AFP tidak bisa dilakukan pada bulan
dana per bulan (diset integrasi antara AFP mempertimbangkan
kapan saja berjalan
menjadi period to date) dengan manajemen berbagai hubungan antar
3. AFP tidak bersifat mengikat 3. AFP menjadi batas penarikan dana perbulan komitmen terkait dengan modul namun juga simple
2. Jumlah angsuran kontrak
batasan dana untuk dan dapat memberikan
4. AFP akan terintegrasi dengan manajemen yang akan dibayarkan pada
pembayaran angsuran informasi yang akurat.
komitmen, manajemen kas dan manajemen setiap bulan akan langsung
kontrak
pembayaran masuk ke dalam AFP
(melalui purchase order line) 2. AFP belum bisa
5. AFP digunakan sebagai alat bantu perencanaan memberikan informasi
kas cash forecasting yang
akurat bagi manajemen
kas
3. Cash Limit Cash limit secara baku belum Cash Limit akan dilakukan ketika pemerintah Oracle dapat mendukung Untuk melakukan transfer Prose pelaksanaan cash
diatur namun sudah digunakan menilai diperlukanya pembatasan kas karena pelaksanaan cash limit bulan beikutnya dari alokasi limit sebaiknya dapat
secara otomatis apabila terjadi kejadian luar biasa. bulan bersangkutan maka dilakukan secara cepat
1. Oracle dapat melakukan
perubahan APBN-P ketika 1. Cash limit dilakukan dengan memindakan pagu tidak di temukan adanya gap Dan tidak terlalu
pemindahan pagu kebulan
pengurangan APBN anggaran ke bulan berikutnya bukan mengurangi membebani sitem karena
berikutnya
cash limit akan dilakukan
2. Cash limit dilakukan dengan menggunakan 2. Oracle dapat menggunakan secara serentak kepada
formula(prosentase pengurangan bulan tertentu formula pengurangan sesuai seluruh satker bila
dan memindahkan ke bulan lain) dilakukan oleh kebijakan menteri Keuangan keadaan mendesak.
Menteri Keuangan
250
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
3. Menggunakan AFP sebagai batasan cash limit,
yaitu Satker mengupdate AFPnya sesuai arahan
Menteri Keuangan dan Menteri Keuangan
mengguankan sebagai cash limit
4 Virement
a. Revisi dengan 1. Dit PA/Kanwil menerima 1. Setelah DJA melakukan input data revisi RABPP Oracle dapat mendukung Dalam melakukan proses Proses revisi sebaiknya
perubahan hardcopy dan ADK revisi pada database SPAN, Kanwil DJPB langsung proses revisi dengan melakukan revisi oracle dapat dilakukan dengan
RABPP RABPP dari DJA menerima notifikasi tentang adanya revisi transfer dari satu akun ke akun melakukan dan tidak ada gap langkah-langkah yang
RABPP. Data perubahan RABPP tersebut lain, dari satu bulan ke bulan karena secara prinsip revisi sederhana, tidak terlalu
2. Hardcopy dan ADK tersebut
langsung bisa diakses oleh Kanwil DJPB melalui lain, dari satu stage ke stage adalah melakukan transfer kompleks hanya untuk
kemudian direview untuk
database SPAN lainnya dari satu akun ke akun lain, metransfer dari datu
memastikan kesesuaian
dari satu bulan ke bulan lain elemen ke elemen lain.
diantara keduanya 2. Satker mengirimkan konsep DIPA R beserta
dan dari satu stage ke stage
ADKnya. Konsep DIPA R Satker akan direview
3. Dit PA/Kanwil menerima lain.
secara manual sedangkan ADKnya akan direview
Konsep DIPA R dari Satker
melalui aplikasi SPAN
4. Konsep DIPA R dari Satker
3. Apabila Konsep DIPA R sudah sesuai dengan
ditelaah untuk memastikan
ketentuan maka Kanwil DJPB akan mengesahkan
kesesuiannya dengan data
konsep DIPA tersebut dan mengupdate
revisi RABPP
database SPAN sesuai dengan data DIPA revisi
5. Apabila Konsep DIPA R sudah
4. Diperlukan approval dari Kepala Kanwil agar
sesuai dengan ketentuan
data yang diupdate bisa masuk ke database
maka Dit PA/Kanwil akan
SPAN
mengesahkan konsep DIPA
tersebut dan mengupdate 5. Mdoul lain yang terkait MOSA secara langsung
database sesuai dengan data dapat mengakses data DIPA revisi dalam
DIPA revisi database SPAN sehingga tidak perlu ada
pengiriman ADK dari Kanwil ke modul-modul
6. DIPA R yang sudah disahkan
tersebut
dikirimkan ke Satker
6. DIPA R yang sudah disahkan dikirimkan ke
7. Data ADK DIPA revisi
Satker
dikirimkan ke payment
management, cash
management dan
accounting/reporting
management
b. Revisi tanpa 1. Dit PA/Kanwil memperoleh 1. Kanwil DJPB memperoleh surat permohonan Oracle dapat mendukung Dalam melakukan proses Proses revisi sebaiknya
perubahan surat permohonan revisi DIPA revisi DIPA dari Satker proses revisi dengan melakukan revisi oracle dapat dilakukan dengan
251
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
RABPP dari Satker transfer dari satu akun ke akun melakukan dan tidak ada gap langkah-langkah yang
2. Permohonan revisi tersebut diteliti kanwil DJPB
lain, dari satu bulan ke bulan karena secara prinsip revisi sederhana, tidak terlalu
2. Permohonan revisi tersebut
3. Apabila permohonan tersebut sudah sesuai lain, dari satu stage ke stage adalah melakukan transfer kompleks hanya untuk
diteliti oleh Dit PA/Kanwil
ketentuan maka akan dilakukan inpu data ke lainnya dari satu akun ke akun lain, metransfer dari satu
DJPB dengan memperhatikan
database SPAN dari satu bulan ke bulan lain elemen ke elemen lain.
data DIPA dan realisasi
dan dari satu stage ke stage
anggarannya 4. Kepala Kanwil DJPB akan meng approve data lain.
tersebut untuk bisa masuk ke Database SPAN.
3. Apabila permohonan revisi
tersebut disetujui maka Dit 5. Surat persetujuan revisi DIPA ke Satker
PA/Kanwil akan mengirimkan
surat pengesahan revisi dan 6. Modul lain yang berkaitan dengan mosa bisa
melakukan update data di langsung mengakses data DIPA revisi tersebut
database
4. Dit PA/Kanwil mengirimkan
surat persetujuan revisi DIPA
ke Satker
5. Data ADK DIPA revisi
dikirimkan ke payment
management, cash
management dan
accounting/reporting
c. SKPA 1. KPA Asal mengirimkan dokumen Mekanisme SKPA ditiadakan dan diganti dengan Oracle dapat mendukung Dalam melakukan proses Proses SKPA sebaiknya
SKPA ke KPPN Asal. mekanisme revisi DIPA proses SKPA dengan melakukan SKPA sama dengan revisi dan dilakukan dengan
transfer dari satu akun ke akun oracle dapat melakukan dan langkah-langkah yang
2. KPPN Asal meneliti permohonan
lain secara prinsip dama dengan tidak ada gap karena secara sederhana, tidak terlalu
SKPA dengan memperhatikan
revisi prinsip revisi adalah kompleks hanya untuk
kesesuaiannya dengan peraturan
melakukan transfer dari satu metransfer dari datu
dan ketersediaan pagu
akun ke akun lain, dari satu elemen ke elemen lain.
3. SKPA yang telah disahkan oleh bulan ke bulan lain dan dari
KPPN Asal dikirimkan ke KPA satu stage ke stage lain.
Asal, Kanwil Asal , Kanwil
Penerima, KPPN dan APK (1
buah).
d. Revisi yang Untuk eksisting proses revisi 1. Satker mengirimkan data revisi DIPA yang Oracle belum dicoba untuk Gap belum dapat di tentukan Sebaiknya oracle dalam
menjadi kewenangan satker dilakukan menjadi kewenangannya ke KPPN melakukan ini melakukan proses ini dan
kewenangan dalam akun dibawah 4 digit yaitu mempertimbangkan
2. Pengiriman data revisi DIPA ini bisa diajukan
Satker 2 digit terakhir. Proses revisi untuk dilakukan pada
saat Satker mengajukan SPM ke KPPN
kewenangan satker dilakukan modul payment namun
252
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
hanya denga mengupdate secara prinsip data yang
3. KPPN kemudian akan mengupdate database
dengan akun 2 digit yang dirubah adalah data dari
SPAN berdasarkan revisi yang diajukan Satker
diajukan satker MoSA
5. Vote on Account Vote on account dilakukan bila Proses ini dilakukan untuk mengatasi permasalah Oracle dapat melakukan vote gap nya adalah
hingga batas yang ditentukan apabila sampai batas yang ditentukan APBN belum on account namun ada
1. memisahkan realisasi
APBN belum disetujui oleh DPR disahkan oleh DPR sedangkan tahun anggaran akan beberapa catatan :
belanja DIPA vote on
maka: segera berlangsung
1. karena belum dapat account dengan belanja
1. Pemerintah menggunakan Dit PA or Kanwil akan melakukan penerbitan DIPA menentukan fitur mana yang DIPA biasa(tahunan )
pagu anggaran tahun lalu, vote on account : memiliki karakter sama karena ketika DIPA
untuk belanja adalah batasan dengan Nomor DIPA Tahunan Disahkan maka
1. Data perpres yang digunakan merupakan data
tertinggi eksisiting sehingga ketika dana belanjanya
tahun lalu.
DIPA tahunan di lakukan bercampur
2. Proses sama dengan proses
2. DIPA yang dibuat hanya dapat dicairkan untuk pengesahan maka DIPA vote
penerbitan DIPA eksisiting 2.
belanja tertentu yaitu belanja gaji dan keperluan on account akan bercampur
namun yang digunakan
sehari-hari perkantoran. dengan DIPA tahunan
belanja tahun lalu
tersebut dan tidak dapat
3. Untuk proses Appropriasi DJA akan melakukan dipisahkan mana realisasi
interface dengan SPAN untuk mengirim data untuk DIPA tahunan dan
perpres RABPP kepada Dit PA dan Kanwil Vote on account
4. Dalam data yang dikirimkan ke DJPB sudah
termasuk didalamnya terdapat AFP.
5. Prose Approval akan dilakukan pada DIT PA dan
kanwil DJPB.
6. Proses yang dilakukan berikutnya adalah satker
membuat konsep DIPA dan mengirimkan ke
DJPB dan dilakukan penelaahan . proses lain
sama dengan penerbitan DIPA biasa.
7. DIPA yang dicetak nomornya harus berbeda
dengan penomoran DIPA biasa.
6. Review MTEF MTEF dapat dilihat dengan mengambil data dari Oracle dapat menyediakan data Tidak ada gap Usulan telah dipenuhi
Budget Budget Preparation detail informasi yang disajikan MTEF berdasarkan koneksi oracle
253
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
MTEF secara tahunan dengan Budget preparation
7. Carry Forward Akan dilakukan dengan tiga (3) skenario: Belum bisa dilakukan karena Belum dapat dilihat gapnya Usulan harus sesuai
1. Encumbrance saja yang di carryforward menunggu proses modul dengan tiga (3) skenario:
Budget balances
2. Fund Availibility saja yang di carryforward General Ledger (GL) yang 1. Encumbrance saja yang
3. Encumbrance dan fund availibility sampai saai ini belum dapat di carryforward
dittutup buku angaran tahun 2. Fund Availibility saja
yang bersangkutan. yang di carryforward
3. Encumbrance dan fund
availibility
8. Supplementary Sistem dapat memproses perubahan pagu Oracle dapat melakukan Oracle tidak dapat Oracle harus dapat
anggaran tahun berjalan/ APBN-P karena perubahan pagu anggaran menyediakan informasi menyediakan data
Budget
tambahan atau pengurangan anggaran. tahun berjalan. berkaitan dengan realisasi realisasi APBN-P karena
APBN-P karena ketika masuk hal itu penting sebagai
Data APBN-P harus dapat di perlakukan seperti
kedalam sistem APBN dan dasar pertanggung
APBN sebelumnya dan memenuhi kriteria
APBN-P bercampur pagunya jawaban pemerintah
1. Data APBN-P harus dapat dibuat laporan kepada seluruh
terpisah dengan APBN stakeholder
9 Berkaitan teknis Aplikasi RKA-KL dan DIPA dapat Proses Transfer data keuangan dan non keuangan Oracle dapat melakukan 1. Oracle tidak dapat Seharusnya dapat
melakukan transfer berdasarkan pada setiap transaksi diatas dilakukan dapat transfer antar akun mengumpulkan data dilakukan transfer antar
Satker atau transfer berdasarkan berdasarkan BA, Eselon 1, satker hingga antar akun keseluruhan akun dalam satu stage berdasarkan BA,
akun satker Eselon 1, satker hingga
antar akun agar proses
2. Oracle tidak dapat mengirim
pelimpahan dari
data selain berdasarkan akun
appropriation ke
allotmenjadi lebih cepat
Approval dilakukan Approval dilakukan juga menggunakan sistem Oracle dapat melakukan masih belum dapat Approval merupakan
menggunakan surat menyurat sebelum proses selanjutnta dapat berlangsung agar hierarki approval memisahkan kewenangan bentuk pemisahan
validitas data dapat terjamin yang melakukan penginputan kewenangan yang sangat
data dan yang melakukan penting dalam sebuah
approval proses bisnis sehingga
Seharusnya setiap
254
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
approval disesuaikan
dengan kewenangan yang
dimiliki oleh pengguna.
Approval dapat dilakukan Approval dapat dilakukan dengan berdasarkan Approval dilakukan berdasarkan Oracle tidak dapat Oracle harus dapat
dengan berdasarkan pada pada sekumpulan akun akun melakukan approval melakukan approval
sekumpulan akun berdasarkan satker atau berdasarkan satker karena
kumpulan akun semua hal itu akan sangat
approval dilakukan secara memudahkan user dalam
akun, bila dilakukan secara pelaksanan tugas
bersamaan, apabila ada satu dilapangan.
akun yang salah maka harus
mengulang dari awal
255
Skenario dalam Pelaksanaan CRP I
BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-
SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location
/BudgetStage/Account(6)/Future
DGB Org :
Define
SA001 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
Budget
51.1.511141.0000 Account
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 combin
(N)OPSF(I) 51.1.523119.0000 ation
Dossier > GL > 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01 for each
Define Budgets > 24-
C_00 Setup Account range than 24-Mar- 51.1.523120.0000 Budget
Organizati Define > DGB Mar- 1 N/A Pass N/A N/A BP010
002 will be budgeted 2010 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 Organiz
on Organization 2010
52.1.423213.0000 ation
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 will be
52.1.712122.0000 assigne
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01 d
52.1.711112.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
01.1.119119.0000018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.
01801.0180105.2952.1.551313.0000
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.1.551316.0000
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.1.551318.0000022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.
02205.0220501.0152.1.532111.0000
022.E0015.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.01
52.1.536111.0000
256
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Central Org :
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
51.2.511141.0000
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
51.2.523119.0000
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.01
51.2.523121.0000
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01
52.2.423213.0000
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01
52.2.712122.0000
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01
52.2.711112.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
01.2.6111211.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
01.2.6111212.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
02.2.6111211.0000
999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.06
02.2.6111212.0000
022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.02205.0220501.01
52.2.532111.0000
022.02204.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.01
52.2.536111.0000
Above code combination will be set
Boundary: Year and Amount type :YTD, Fund Check :
Advisory, Budget : FUNDING2010
Kanwil Org :
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.2.551313.0000
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.2.551316.0000
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.29
52.2.551318.0000
Once annual budget is Step Description : Review and Post Budget Journal 015.E0010.119091.133.
approved by parliament, it 1. Find the the budget journal 01000001.01.0690.091
will be interfaced to general "Source = Budget Journal, Status = Unposted" 02.0910202.0151.1.511
ledger by DGB with 141.0000(DB)
Presidential decree of 015.E0010.119091.133.
Interface
Budget RABPP (central goverment (N)OPSF(I) 01000001.01.0690.091
annual Find
Appropri detail budget). Dossier > GL > 24- SA001 02.0910202.0151.1.523
C_00 budget 24-Mar- journal SA_I_00010
ation SA002 It will be lowest level(6 Journals > Enter DGT Mar- 1 SA002 Pass 119.0000(DB) N/A Fit
001 appropriat 2010 from SA_I_00015
(Annual digits economic 2010 SA004 015.E0010.119091.133.
ion from PSB
Budget) classification) and PTD 01000001.01.0690.091
PSB
balance 02.0910202.0151.1.523
121.0000(DB)
BA/Echelon/SU/Central- 015.E0011.537721.019.
Kanwil- 01000001.01.0401.015
KPPN/Fund/Authority/Func 01.0070128.0152.1.711
257
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
-SubFunc/Prog-Prio- 112.0000(DB)
Focus/Activ-ActivPrio/ 015.E0011.537721.019.
Location/BudgetStage/Acco 01000001.01.0401.015
unt(6)/Future 01.0070128.0152.1.712
122.0000(DB)
015.00000.000000.000.
00000000.00.0000.000
00.0000000.0000.1.311
214.0000(CR)
015.E0011.537721.019.
01000001.01.0401.015
01.0070128.0152.1.423
213.0000(CR)
Annual
Budget
Apportion
ment from
DGB Org
to Line
Ministry
Not Required in CRP1 (
Budget Org ( YTD
There is no process annual
Apportio SA003 Balances - N/A N/A N/A N/A N/A N/A
budget apportionment
nment will be
from DGB to Line Ministry
inputted
in Jan-09
and this
demo
without
Approval
hierarchy )
258
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
In Concept DIPA, there is Because from PSB already break down into PTD balance
Annual Financial Plan which process allotment and AFP will be done in the next process
is PTD balance. (Allotment process )
259
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Focus/Activ-
ActivPrio/Location/BudgetS Enter Destination Budget
tage/Account/Future Step Description : Enter Source Budget
- Based on AFP Revision, 1. Enter Budget : FUNDING2010
Head of KPPN will register 2. Enter Account
AFP Revision in SPAN 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
Range
System. 26- 52.2.551313.0000
26-Mar- account
2. Head of KPPN will DGT Mar- 3 Pass
2010 can be
approve it and send AFP 2010 3. Enter Period Name : Feb-10
selected
Revision to Spending Unit.
Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > after
Approve Approve Dossier Step Description : Approval
Workflow 26- Approv
Dossier Transaction based on 26-Mar- 1. Login as : KPPN HEAD
Monitor DGT Mar- 5 ed the Pass N/A
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction " AFP-Rev-295213"
>Administrator 2010 status
n already defined 2. Click Approve
Workflow will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"
260
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
261
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > after
Approve Approve Dossier Step Description : Approval
Workflow 24- Approv
Dossier Transaction based on 24-Mar- 1. Login as : PA HEAD
Monitor DGT Mar- 4 ed the Pass
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction "Central-119091"
>Administrator 2010 status
n already defined 2. Click Approve
Workflow will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"
262
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
1. Once Kanwil get concept
DIPA from SU, they will
review with SPAN system
and it is matched, they will Step Description : Enter Source Budget 018.E0012.295213.020.
register budget allotment 1. Enter Budget : APBN 2010 01000001.02.0403.018
information in SPAN 2. Enter Account : 01.0180105.2952.1.551
system. 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 316.0000 (CR ) - Jan
- Annual allotment 52.1.551313.0000 2010-
process will be at lowest 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29 100,000,000.00
level (6 digits economic 52.1.551316.0000
classification) and 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
PTD balance 52.1.551318.0000
Range
BA/Echelon/SU/Central- 3. Enter Period Name : Jan-10
account
Kanwil- 2 Pass
can be
KPPN/Fund/Authority/Func Step Description : Enter Destination Budget
selected
-SubFunc/Prog-Prio- 1. Enter Budget : FUNDING2010
Focus/Activ- 2. Enter Account and amount :
ActivPrio/Location/BudgetS 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
tage/Account(6)/Future 52.2.551313.0000
- DIPA with authority code 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
Region Office and 52.2.551316.0000
Deconcentration will be 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
approved and printed by 52.2.551318.0000
Head of Kanwil 3. Enter Period Name : Jan-10
Find the
Dossier
(N)OPSF(I) transact
Dossier > ion and
Approve Approve Dossier Step Description : Approval
Workflow 25- after
Dossier Transaction based on 25-Mar- 1. Login as : KANWIL HEAD
Monitor DGT Mar- 4 Approv Pass
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction "Kanwil-SU295213"
>Administrator 2010 ed the
n already defined 2. Click Approve
Workflow status
>Notifications will be
changed
to
263
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
"Compl
ete"
264
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
of Dit PA.
Fund
will be
reserve
d and
Dossier
Step Description : Check and Reserve Funds
transact
1. Click Check Funds button
3 ion will
2. Reserve Funds
be
3. Click Approve button
saved
with
status
"Creatin
g"
Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > after
Approve Approve Dossier Step Description : Approval
Workflow 25- Approv
Dossier Transaction based on 25-Mar- 1. Login as : PA HEAD
Monitor DGT Mar- 4 ed the
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction "Central-SU999204"
>Administrator 2010 status
n already defined 2. Click Approve
Workflow will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"
265
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
level (6 digits economic 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01
classification) 52.2.423213.0000
and PTD balance 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01
BA/Echelon/SU/Central- 52.2.712122.0000
Kanwil- 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.01
KPPN/Fund/Authority/Func 52.2.711112.0000
- 5. Input Transfer Amount :
SubFunc/Prog-Prio-
Focus/Activ-
ActivPrio/Location/BudgetS
tage/Account(6)/Future
- DIPA with authority
code Central Office,
Assistance Task and Co-
Administration
will be approved by Dit
PA.
2. Head of Dit PA will
approve it.
Solutions :
Scenario a, create
Summary Account
template based on total SU
with total account values
D.D.SU537721.D.T.D.T.T.T.
T.DIPA.T.D
Create additional budget
using Control Account.
(999999)
266
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
(Scenario A)
Step Description : Creating Budget Transfers to allocate ALLC4-2010-1 SA_I_00008 BC002
budget funds Journal : SA_I_00011 BC003
1. Login as user : PA USER Batch Name : CJE: SA_I_00012 PM00
2. Select Dossier Type : Central-986829 Transfer 5838467: B SA_I_00013 1
3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU 015.E0003.414406.006. SA_I_00014
986829 01000001.02.0302.103 SA_I_00016
Description : Transfer Reserve fund because of Natural 01.1030406.0855.2.534 SA_I_00017
Disaster 111.0000 (DB) - Jan
2010 - 700,000.00
Once DGB interface
(Scenario B) 015.E0003.414406.006.
approved budget, this DIPA
30- 30-Mar- Step Description : Creating Budget Transfers to allocate 01000001.02.0302.103
will not be created yet until
Mar- 2010 budget funds 01.1030406.0855.2.523
the Goverment need to use
2010 1. Login as user : PA USER 111.0000 (DB) - Jan
it for special circumtances (
2. Select Dossier Type : Central-986829 2010 - 300,000.00
example Natural Disaster ).
3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU
986829 999.E0002.986829.140.
1. The president will ask
Description : Transfer Reserve fund because of Natural 01000001.01.0103.103
Ministry of Finance to
Disaster 04.1030105.0151.1.581
prepare DIPA
149.0000 (CR) - Jan
2. Ministry of Finance will
Find the 2010 - 1,000,000.00
ask Dit PA team to create
Dossier
this DIPA and allocate it to Scenario A) Type
Line Ministry that needed Step Description : Enter Source Budget that
this fund. 1. Enter Budget : APBN 2010 want to
- Annual allotment process 2. Enter Account : be used
will be at lowest level (6 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.01
digits economic SA010 Pass
51.1.581149.0000
Budget classification) level, from SA011
(N)OPSF(I)
Allotment summary account ( SA012
C_00 Dossier > 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10
for miscellenaous expenditure ) DGT 1 SA013
005 Dossier
Reserve into detail account and PTD SA014
Maintenance Step Description : Enter Destination Budget
Fund DIPA Balance SA015
1. Enter Budget : FUNDING2010 Pass
SA017
2. Enter Account and amount :
BA/Echelon/SU/Central- 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08 Range
Kanwil- 55.2.534111.0000 account
KPPN/Fund/Authority/Func 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08 can be
-SubFunc/Prog-Prio- 55.2.523111.0000 selected
Focus/Activ-ActivPrio/
Location/BudgetStage/Acco 3. Enter Period Name : Jan-10
unt/Future
(Scenario B)
There are two scenarios Step Description : Enter Source Budget
need to be consider : 1. Enter Budget : APBN 2010
a. The outcome of the fund 2. Enter Account :
is belongs to MOF ( BUN ), 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.01
example Contingency Fund 30- 51.1.581149.0000
for Bank Restructuring Mar- 30-Mar-
b. The outcome of the fund 2010 2010 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10
is belongs to Line Ministry ,
allot from BA 999 to BA LM Step Description : Enter Destination Budget
1. Enter Budget : FUNDING2010
2. Enter Account and amount :
015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08
55.2.534111.0000
015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.08
55.2.523111.0000
267
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
(Scenario A) Fund
Step Description : Check and Reserve Funds will be
1. Click Check Funds button reserve
2. Reserve Funds d and
3. Click Approve button Dossier
transact
(Scenario B) ion will
30- Step Description : Check and Reserve Funds be
30-Mar-
Mar- 3 1. Click Check Funds button saved Pass
2010
2010 2. Reserve Funds with
3. Click Approve button status
"Creatin
g"
(Scenario A)
Step Description : Approval
1. Login as : PA HEAD
1. Select the Dossier transaction "Central-986829"
Find the
2. Click Approve
Dossier
transact
(Scenario B)
(N)OPSF(I) ion and
Step Description : Approval
Dossier > after
Approve Dossier 1. Login as : PA HEAD
Approve Workflow 30- Approv
Transaction based on 30-Mar- 1. Select the Dossier transaction "Central-986829"
Dossier Monitor DGT Mar- 4 ed the Pass
approval hierarchy that 2010 2. Click Approve
Transaction >Administrator 2010 status
already defined
Workflow will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"
268
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
269
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Because of the virement Step Description : Creating Budget Transfers to allocate VIRM1-2010-1
will change Presidential budget funds
Decree RABPP, Spending 1. Login as : DGB USER Journal :
Unit need to ask approval 2. Select Dossier Type : Virement Pepres SU537721 Batch Name : CJE:
to DGB for its virement. 3. Enter Dossier Name : Virement process change Perpres for Transfer 5838467: B
Once the virement is SU537721 015.E0009.410656.019.
approved, DGB will prepare and Description : Virement process change Perpres for 01000001.01.0401.015
notification then Spending SU537721 01.0070128.0152.2.711
Unit will send Concept 112.0000 (DB) - Jan
DIPA-R to Dit PA or Kanwil. Step Description : Enter Source Budget 2010 - 83,333,333.33
1. Enter Budget : FUNDING2010
1. Register Budget Virement 2. Enter Account : Batch Name : CJE:
by DGB : 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01 Transfer 5838092: B
- Based on Virement 52.2.711112.0000 Find the 015.E0011.537721.019.
request from Spending Dossier 01000001.01.0401.015
Virement Unit, DGB will register 3. Enter Period Name : Jan-10 Type 01.0070128.0152.2.711
process Virement in SPAN Step Description : Enter Destination Budget that 112.0000 (CR) - Jan
(N)OPSF(I)
will System 26- 1. Enter Budget : FUNDING2010 want to 2010 - 83,333,333.33
Dossier > 26-Mar-
change 2. DGB will approve it. DGB Mar- 1 2. Enter Account : be used Pass
Dossier 2010
Presidenti - After DGB approve, DGT 2010 015.E0009.410656.019.01000001.01.0401.01501.0070128.01
Maintenance
al Decree will get notification through 52.2.711112.0000 Range
RABPP SPAN system account
3. DGT will review can be
BC002
notification and approve it selected
C_00 BC003
Virement SA006 - DGT will review SA013 SA_I_00002
001 PM00
notification from DGB with
1
DIPA-R from Spending Unit
- DGT will approve this
notification.
4. Dit PA or Kanwil will
print DIPA Revision
through SPAN System.
-Below changes need to
be approved by DGB :
BA,Echelon,SU,Func-
SubFunc,Prog-Prio-
Focus,Activ-ActivPrio
Fund will
Step Description : Check and Reserve Funds be
1. Click Check Funds button reserved
(N)OPSF(I) 2. Reserve Funds and
Dossier > 3. Click Approve button Dossier
Approve
Workflow 26- transacti
Dossier DGB user will input 26-Mar-
Monitor DGB Mar- 2 on will Pass N/A
Transactio Virement into SPAN System 2010
>Administrator 2010 be saved
ns
Workflow with
>Notifications status
"Creating
"
270
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Approv
ed
related
(N)OPSF(I)
Dossier
Dossier > Step Description : Approval
Approve transact
DGB manager will review Workflow 26- 1. Login as : DGB HEAD
Dossier 26-Mar- ion,
again and send notification Monitor DGB Mar- 3 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres Pass N/A
Transactio 2010 notificat
to DGT >Administrator 2010 SU295213"
ns ion will
Workflow 2. Click Approve
be sent
>Notifications
to next
hierarch
y
Approv
ed
related
(N)OPSF(I)
Dossier
Dossier > Step Description : Approval
Approve transact
Workflow 26- 1. Login as : PA User
Dossier DGT user will review it with 26-Mar- ion,
Monitor DGT Mar- 4 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres Pass N/A
Transactio Concept DIPA-R from SU 2010 notificat
>Administrator 2010 SU295213"
ns ion will
Workflow 2. Click Approve
be sent
>Notifications
to next
hierarch
y
Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > Step Description : Approval after
Approve
Workflow 26- 1. Login as : PA Head Approv
Dossier DGB manager will review it 26-Mar-
Monitor DGT Mar- 5 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres ed the Pass N/A
Transactio again and approve it 2010
>Administrator 2010 SU295213" status
ns
Workflow 2. Click Approve will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"
(N)OPSF(I)
Step Description : Print Report
Dossier >
1. Click View Report
Workflow 26-
Print 26-Mar- 2. Select Request run
Check report Monitor DGT Mar- 6 Pass N/A
Report 2010 3. Print reports : successf
>Administrator 2010
- Trial Balance Budget ully
Workflow
- Budget - Funds Available Analysis
>Notifications
271
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
1. Dit PA or Kanwil will 01.0180105.2952.2.551
review this Request of DIPA 313.0000 (DB) - Jan
Revision letter and register Step Description : Enter Source Budget 2010 - 10,000,000.00
in 1. Enter Budget : FUNDING2010
SPAN system. Range
2. Enter Account :
2. Head of Kanwil/Dit PA account 018.E0012.295213.020.
2 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.29
will approve it. can be 01000001.02.0403.018
52.2.551313.0000
3. Dit PA or Kanwil will selected 01.0180105.2952.2.551
print DIPA Revision 3. Enter Period Name : Jan-09 313.0000 (CR) - Jan
through SPAN System. 2010 - 10,000,000.00
-Below changes need to
be approved by DGT :
Central-Kanwil-
KPPN/Location/Account( Step Description : Enter Destination Budget
only if first 2 digits change ) 1. Enter Budget : FUNDING2010
Range
2. Enter Account :
account
3 018.E0012.295213.127.01000000.02.0403.01801.0180105.29
can be
52.2.551313.0000
selected
3. Enter Period Name : Jan-09
Fund
will be
reserve
d and
Dossier
Step Description : Check and Reserve Funds
transact
1. Click Check Funds button
4 ion will
2. Reserve Funds
be
3. Click Approve button
saved
with
status
"Creatin
g"
(N)OPSF(I)
Find the
Dossier >
Approve Approve Dossier Step Description : Approval Dossier
Workflow 26-
Dossier Transaction based on 26-Mar- 1. Login as : Head of Dit PA User Type
Monitor DGT Mar- 1 Pass N/A
Transactio approval hierarchy that 2010 1. Select the Dossier transaction "Virement DGT SU295213" that
>Administrator 2010
ns already defined 2. Click Approve want to
Workflow
be used
>Notifications
(N)OPSF(I)
Step Description : Print Report
Dossier >
1. Click View Report
Workflow 26-
Print 26-Mar- 2. Select Request run
Check report Monitor DGT Mar- 1 Pass N/A
Report 2010 3. Print reports : successf
>Administrator 2010
- Trial Balance Budget ully
Workflow
- Budget - Funds Available Analysis
>Notifications
272
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
VIRM3-2010-2
Journal :
Batch Name : CJE:
Step Description : Transfer 5838467: B
1. Login as : KPPN USER 015.E0010.119106.139.
2. Select Dossier Type : " Virement SKPA SU119091" 01000001.01.0690.091
Find the
3. Enter Dossier Name : Virement SKPA for SU 2119091 and 02.0910202.0151.2.523
Dossier
Description : Virement SKPA Process for SU 119091 119.0000 (DB) - Jan
Type
1 Pass 2010 - 3,333,333.33
that
Step Description : Approval
want to
1. Login as : KPPN User 015.E0010.119091.133.
be used
1. Select the Dossier transaction " Virement SKPA 01000001.01.0690.091
SU2119091" 02.0910202.0151.2.523
Origin Spending Unit 2. Click Approve
prepare "SKPA Concept" 119.0000 (CR) - Jan
and send it to Origin KPPN : 2010 - 3,333,333.33
273
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Find the
Dossier
transact
(N)OPSF(I) ion and
Dossier > Step Description : Approval after
Approve Approve Dossier
Workflow 26- 1. Login as : Head of KPPN Approv
Dossier Transaction based on 26-Mar-
Monitor KPPN Mar- 1 1. Select the Dossier transaction "Virement SKPA ed the Pass N/A
Transactio approval hierarchy that 2010
>Administrator 2010 SU119091" status
n already defined
Workflow 2. Click Approve will be
>Notifications changed
to
"Compl
ete"
(N)OPSF(I)
Step Description : Print Report
Dossier >
1. Click View Report
Workflow 26-
Print 26-Mar- 2. Select Request run
Check report Monitor KPPN Mar- 1 Pass N/A
Report 2010 3. Print reports : successf
>Administrator 2010
- Trial Balance Budget ully
Workflow
- Budget - Funds Available Analysis
>Notifications
274
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Transfer
back
remaining
Budget
Budget balances
Retireme SA007 to LM Org Not Required in CRP1 N/A N/A N/A N/A N/A
nt ( Can use
Retiremen
t
Relationsh
ip )
275
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Plan process, AFP
information will be Step Description : Upload data to system.
registered in SPAN System 1. Copy data from your spreadsheet to WebADI excell.
based on AFP 2. Select Oracle from Toolbar then select Upload
information from 3. Fill out parameter as you needed, then click Upload.
previous year DIPA.
- Head of Dit PA/Kanwil Data :
will approve and print this 015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.01
DIPA 51.1.511111.0000
015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.01
After Annual budget has 51.1.511121.0000
been approved, Spending Upload to Jan-11 - Dec-11 period
Unit will create Concept Will use budget code 1
DIPA and DGB will interface
full year budget amount.
Dit PA/Kanwil will perform
following processes :
6. Annual Budget data Data
from DGB will replace DIPA will be
that has been created by 3 interfac Pass
Dit PA or Kanwil. ed to
Register Budget Allotment Oracle
process:
- SU will print Concept
DIPA and DGT need to
review it with SPAN System.
7. Register Annual Financial
Plan process,
- AFP information will be
registered in SPAN System
based on Concept DIPA
from Spending Unit.
- Head of Kanwil/Dit PA
will approve and print it.
8. Vote on Account DIPA (
step no 3 ) and Annual
Budget DIPA will have
different DIPA number
(N) Change
Responsibility to Step Description : Review and Post Budget Journal
Post Public Sector 30- 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger Journal
30-Mar-
Budget Post Budget Journal General Ledger DGB Mar- 1 2. Select the budget journal will be Pass N/A
2010
Journal (N) OPSF(I)> 2010 3. Review Batch and click Post Posted
Dossier 4. Print report Trial Balance Budget
>GL>Post
276
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
After Annual Budget has (N)OPSF(I) Step Description : Find the Budget Organization
been approved and transfer Dossier > GL > 1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org or Kanwil
to General Ledger module, Budgets > 30-
Replace 30-Mar- Org
need to replace budget Define > DGT Mar- 1
Budget 2010 2. Click Ranges button
from budget Vote on Organization 2010
3. Click Budgetary Account and delete Funding budget Vote
Account to Approved
on Account to APBN2011
Annual Budget
After
C_00 Budget
002 has been
approved,
Additional Budget
the
interfaced from PSB and do
process
process Allotment and AFP 30-
will be 30-Mar- Refer to Budget Allotment and Annual Financial Plan
again DGT Mar- 1 N/A Pass N/A
same like 2010 process
( The allotment and AFP 2010
"Budget
process only for difference
Allotment
amount )
and
Annual
Financial
Plan"
Once MTEF budget is Step Description : Review and Post Budget Journal
reviewed by parliament, 1. Find the the budget journal
DGB will interface its MTEF "Source = Budget Journal, Status = Unposted"
budget with Supporting
Document. If will be 1
Budget
proposed year + 2 year
SA025 journal
estimates and YTD balance.
Review Review (N)OPSF(I) 30- SA026 will be
C_00 BA/Echelon/000000/000/Fu 30-Mar-
MTEF SA008 MTEF Dossier > GL > DGT Mar- 1 SA027 created Pass N/A SA_I_00009 N/A Fit
001 nd/00/Func-SubFunc/Prog- 2010
Budget Budget Journals > Enter 2010 SA029 with
Prio-Focus/Activ-
SA032 status
ActivPrio/0000/0/000000/0
Unpost
000
277
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
278
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Once annual budget Step Description : Review and Post Budget Journal
revision is approved by 1. Find the the budget journal
parliament, DGB will "Source = Budget Journal, Status = Unposted"
interface its annual budget
revision budget with
RABPP-R. It will be lowest 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.01
level(6 digits economic 51.1.511141.0000
classification) and YTD 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.01
balance 51.1.523119.0000
BA/Echelon/SU/Central- 022.02204.412801.133.01000000.01.0408.02205.0220501.01
Kanwil- 52.1.532100.0000
KPPN/Fund/Authority/Func 022.02204.412801.140.01000000.01.0408.02205.0220501.01
-SubFunc/Prog-Prio- 52.1.536100.0000
Focus/Activ-
ActivPrio/Location/BudgetS Will use budget stage 1
tage/Account/Future
279
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
- After supplementary
budget alloment
registration, AFP
information will be
registered in SPAN
system based on DIPA-R.
- Head of Dit PA or
Kanwil/Dit PA will approve
it.
- DIPA-R will be printed
by DIT PA/Kanwil
- In database, AFP
information will be by 6
digits but for reporting
purpose 2 digit
account will be printed.
Allotment process and AFP will move from budget stage 4 to Dossier
Repeat Budget stage 2 transact
scenarions ion
: created
Allotment Repeat scenarions : 30- successf
C_00 30-Mar-
and Allotment and registering DGT Mar- 1 ully and Pass N/A N/A
003 2010
registering Annual Financial Plan 2010 print
Annual report
Financial for
Plan checkin
g.
280
Scenario ID Execution Result
Test Test Cross
Process Business Business Requirement Expected Issue Gap
Path Owner Plan Execute Step Test Procedure Ref No. Process
Name Process Case Case (Required Information) Result NO /Fit
Date Date Result Detail Execution Result ID
ID ID
Step Description :
1. Create PR from Puirchasing Module Check
Check Check budget balances 2. Check Fund Encumb
Encumbr encumbra movement (N) OPSF(I) > 30- 3. Create PO from Purchasing Module rance Check Encumbrance
C_00 30-Mar-
ance SA013 nce from - After Budget Commitment Dossier > GL > DGT Mar- 1 4. Check Fund N/A movem Pass movement from PR N/A
001 2010
Checking PR, PO, AP - After Payment Inquiry > Fund 2010 5. Match AP Invoice from AP Module ent until GL
and GL Management 6. Check Fund from PR
7. Transfer from AP to GL and POST until GL
8. Check Fund
281
Proses Skenario CRP II dan Penyempurnaannya
Penjelasan :
Output : UU APBN
Rincian Proses
282
Penjelasan :
Pemroses:
Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget
Prepraration Modul
283
Output : DIPA
Rincian Proses :
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar
maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem
sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database
SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data
284
belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval
sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan
perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang
diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke
Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh
Satker)
Catatan :
1. Jika terdapat perbedaan data akun antara SPAN dan ADK satker
maka sistem akan memilih data yang ada diSPAN. Karena sesuai
dengan hasil penelaahan DJA dengan Satker yang disepakati
adalah data yang disimpan pada database SPAN
285
Penjelasan:
Petugas dari Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara bersama-
sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan
Pengesahan
Anggaran dari Satker. Penelaahan DIPA pada Kanwil DJPBN didasarkan pada cover
Kantor Wilayah ke
letter Perpres Rincian APBN dari Dit PA
Satuan Kerja
Pemroses
1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN
2. Kepala Seksi Kanwil DJPBN
Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget
Preparation Modul
Output : DIPA
Rincian Proses :
286
Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
287
Penjelasan:
Pengesahan
Anggaran untuk Setelah DJA mengesahkan anggaran, DIPA BUN (999.01
DIPA BUN
Manajemen Utang, 999.02 Manajemen Hibah, 999.03
Manajemen Investasi, 999.04 Perjanjian Penerusan Pinjaman,
999.07 Subsidi dan 999.08 Belanja lain-lain) tidak akan dilakukan
penelaahan oleh masing-masing Direktorat/Seksi yang mengelola
DIPA BUN sampai dokumen pendukung untuk masing-masing
transaksi khusus selesai. Khusus untuk DIPA BUN 999.05 Transfer
ke daerah, DIPA nya akan dibuat sekitar bulan November-
Desember. DIPA ini menggunakan kode kewenangan Kantor
Pusat (KP) pada sistem yang akan dilakukan oleh Kepala Seksi dan
akan dicetak oleh Pelaksana pada kantor Pusat DJPB.
Pemroses :
Output : DIPA
288
Rincian Proses :
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
289
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
290
DIPA Sementara Penjelasan :
291
Penjelasan:
Pemroses :
Rincian Proses :
292
data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis
belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan
Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep
DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan
menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data
DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum
sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai
dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan
tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk
ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya
jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval
sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan
oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh
DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus
diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA
untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk
direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan
kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak
terkait.
293
Penjelasan :
Pengesahan DIPA DIPA Dekonsenrasi merupakan DIPA yang memuat rincian
Dekonsentrasi penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka
pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang dilaksanakan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk Gubernur.
Pemroses
1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN akan menerima konsep
DIPA Dekon dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen
pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa
kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data
pada sistem, memparaf DIPA net dan meneruskannya pada
Kasubid PA.
294
Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang
dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu
dalam proses penelaahan ini.
5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost
oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan
menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)
295
Penjelasan :
Pemroses
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA
Tugas Pembantuan dari satker, memeriksa kelengkapan
dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak
DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasubid PA.
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam
ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam
Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem
296
SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang
perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data
DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai
maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan
informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan
tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk
ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika
data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga
data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB)
atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk
diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview
dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan
ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada
Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.
8. Pejabat perbendaharaan yang akan melaksanakan kegiatan DIPA TP
ditunjuk oleh Kepala Intansi di daerah. Hal ini dapat berakibat
pengesahan DIPA TP menjadi lebih lama karena harus menunggu
informasi dari daerah.
297
Pengesahan DIPA Penjelasan :
satu satker banyak
DIPA
DIPA untuk satu satker yang memiliki banyak DIPA adalah suatu
satker yang karena tugas, pokok dan fungsinya mendapatkan
kewenangan untuk mengelola DIPA Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan selain mengelola DIPA satker yang bersangkutan
(jika dimungkinkan).
Pemroses :
Output : DIPA
298
Rincian Proses :
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
299
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
300
Penjelasan :
Pengesahan satu
Satu DIPA banyak Satuan kerja (Satker) adalah satu DIPA yang
DIPA banyak satker
digunakan oleh lebih dari satu Satuan Kerja (Satker). Hal ini
dimungkinkan untuk satker Kementerian Pertahanan dimana
dokumen pelaksanaan anggaranya ada untuk Satker Kementerian
Pertahanan namun (tidak perlu ditulis) digunakan oleh lebih dari
satu satker dibawahnya meskipun data apropriasi telah di
turunkan untuk beberapa satker.
Pemroses :
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA
dari satker, meemriksa kelengkapan dokumen pendukung,
menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasudit PA.
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data
dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara
data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit
(jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
301
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost
data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA
belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA
disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost
oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan
menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA
untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk
direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan
kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak
terkait.
302
Penjelasan :
Waktu : Temporary/sewaktu-waktu
Tempat : Direktorat PA
Output : DIPA
Rincian Proses
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA. Data dalam
ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data
303
dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis
belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA kemudian menginput data Konsep DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
3. Pelaksana pada Dit PA dan Satker akan melakukan penelaahan untuk
memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost
data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA
belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA
disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan
tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa
dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang
diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker
(untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi untuk
diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk direview dan
diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan
ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA, DIPA diserahkan kepada
Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.
304
Penjelasan :
Pemroses : -
Waktu : Sewaktu-waktu.
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Tidak dapat ditentukan
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk
melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena
Pengesahan DIPA pertimbangan bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan
Format Khusus menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat
harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk
melaksanakannya.
2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk
menyediakan sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka
melaksanakan perintah Presiden tersebut.
3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit DPA)
menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
darurat tersebut.
4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya
terdiri satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan
seluruh elemen DIPA yang lain secara rinci.
5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan
agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang
tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.
305
Penjelasan :
Pemroses
Output : AFP
Rincian Proses
306
Penjelasan :
Pemroses
Waktu : Sewaktu-waktu/temporary
Tempat : KPPN
Input : Informasi kekurangan kas /cash limit dari Dit PKN, Konsep
AFP dari Satker
Output : AFP
Rincian Proses
307
kepada KPPN jumlah alokasi/dana yang dapat digunakan oleh
masing-masing satker.
3. KPPN menyampaikan kepada masing-masing Satker agar
pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah
tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan
dikurangi dananya.
4. Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah
disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus
menyesuaikan rencana penarikan dana kepada KPPN.
5. KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan
sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA.
6. Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan
untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana
kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu
diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan
dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA
masing-masing satker.
308
Penjelasan :
Pemroses
Waktu : Sewaktu-waktu/temporary
Tempat : Dit PA
Cash Limit tanpa
Usulan Satker Input : Informasi kekurangan cash dari Dit PKN
Rincian Proses
309
Penjelasan :
Pemroses
Output : DIPA R
Revisi Karena
Rincian Proses
Perubahan RABPP
1. Satker mengirimkan Surat permohonan revisi, konsep DIPA R
dan ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB
310
mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya
jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R dan
hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database SPAN
dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi
akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus
diperbaiki sendiri oleh Satker)
311
Penjelasan :
Pemroses
Waktu : Sewaktu-waktu/temporary
Output : DIPA R
Rincian Proses
312
data antara ADK DIPA R dengan RABPP yang dihasilkan oleh
Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses
penelaahan ini.
313
Penjelasan :
Pemroses
1. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB
2. Seksi pada Dit PA/Kanwil DJPB
Input :
1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir
2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan
314
Rincian Proses
315
Penjelasan :
Pemroses :
Input :
Output : DIPA-R
Rincian proses :
316
3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta
mengirimkan surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)
317
Penjelasan :
Input :
Output : DIPA R
Rincian Proses
318
2. Berdasarkan data tersebut Dit PA menyampaikan kepada satker
bahwa register sudah efektif serta memberitahukan agar satker
mengajukan permohonan pembukaan blokir terkait dengan register
yang baru dari DJPU. Proses selajutnya sama dengan pembukaan
blokir lainnya.
3. Satker mengirimkan surat permohonan revisi pembukaan tanda
bintang (blokir) dan persyaratan tambahan dibutuhkan untuk
melengkapi syarat pembukaan blokir
4. Pelaksana pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan mereview
persyaratan tambahan yang diajukan Satker, jika persyaratan
tersebut telah memenuhi ketentuan maka pelaksana Ditjen
Perbendaharaan akan menginput ADK DIPA R yang diajukan Satker.
Proses ini dilakukan dengan mentransfer data akun yang diblokir
dari stage 9 (blokir) ke stage 2 (allotment). Sistem akan memastikan
bahwa data ADK DIPA R yang diajukan Satker sesuai dengan data
RABPP yang ada pada database SPAN
5. Kepala Seksi memeriksa data yang telah diinput pelaksana, jika data
tersebut telah benar maka Kepala Seksi akan memberikan
persetujuan (menekan tombol approval pada sistem) dan data
otomatis akan masuk ke database SPAN.
6. Setelah data di approve oleh Kepala Seksi, pelaksana bisa langsung
mencetak DIPA R untuk diajukan ke Subdit dan kemudian ke Kepala
Kanwil untuk mendapat persetujuan
7. Dana yang diblokir tidak berarti mengurangi total pagu DIPA selama
satu tahun.
8. Dana yang diblokir akan masuk kedalam perhitungan AFP karena
AFP mengacu pada total pagu DIPA setahun.
9. Dana yang diblokir dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan
kontrak, namun tidak dapat dilakukan pembayaran pada KPPN
sampai tanda blokirnya terbuka.
319
Penjelasan :
Pemroses :
Dokumen/data input :
Dokumen/data output :
320
November).
321
DIPAnya terdiri dari:
322
dengan pagu disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama.
323
Penjelasan :
Waktu:
1. Sebelum tahun anggaran berlangsung (n-1) atau bersamaan
penganggaran tahun anggaran yang datang.
2. Ketika tahun anggaran berlangsung.
324
Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan
kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.
Prosesnya adalah :
1. Satker akan mengirimkan Encumbrance list/ daftar kegiatan yang
telah di kontrakan dan akan di caryforward-kan ke tahun depan
ke kanwil DJPBN.
325
belum terealisasi pasa tahun sebelumnya.
Prosesnya adalah :
a) Satker akan mengirimkan data berkaitan dengan sisa dana atas
kegiatan yang belum selesai pada tahun ini dan akan di
caryforward-kan ke tahun depan ke kanwil DJPBN.
326
Langkah-langkah dalam Carry Forward dengan Encumbrance dan
Fund Availability adalah sebagai berikut:
327
Penjelasan :
pemroses :
1. Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan
2. kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN
Suplemaentary
Budget (APBN-P) Waktu : Setelah APBN tahun berjalan disahkan
Proses:
1. Setelah APBN-P disetujui oleh parlemen, Maka DJA akan
mengirimkan RABPP-R sampai pada tingkat terdetil (klasifikasi
ekonomi 6 digit) dan bersifat tahunan /Year To Date (YTD)
balances. Dengan kode Chart of Account (COA) sebagai
berikut, Satker / KPPN / Dana / Kewenangan / Program /
Output / Subsidiaries / Anggaran Kode / Akun / Cadangan.
2. Langkah berikutnya DJA akan mengirimkan data dan hardcopy
kepada Dit PA dan Satker, kemudian satker dengan Aplikasi
DIPA untuk mencetak konsep DIPA-R dan mengirimkannya ke
pelaksana pada kantor pusat DJPBN / Kanwil DJPBN secara
offline.
3. Kemudian proses revisi DIPA dilakukan sesuai dangan skenario
revisi DIPA dan AFP untuk DIPA yang berubah dan
menyesuaikan denan realisasinya(untuk menghindari pagu
minus).
328
a) Query Budget Balances
Mengecek Jurnal Anggaran :
Setelah apropriasi anggaran;
Setelah alotmen anggaran;
Setelah Annual Financial Plan (AFP);
Setelah Cash Limit;
Mengecek Jurnal Setelah Revisi.
Anggaran
b) Query Fund
Mengecek Ketersediaan Dana
Setelah apropriasi anggaran;
Setelah alotmen anggaran;
Setelah Annual Financial Plan (AFP);
Setelah Cash Limit;
Setelah Revisi.
Reporting :
Lain-Lain
SA008 Tayang dan cetak initial Annual Budget Appropriation
329
Skenario CRP III Modul Spending Authority
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Appropriation Detail Dit PA GL
2 Allotment BA999 SU BA999 but under SA SA * The KPA name is depend on the
MOF, eg : DJPU* business
process
a>Download data from Hyperion into DIPA Staff DJPU HP SU BA999 under MOF will have access to
formatted file as DJPU have access to Hyperion. Hyperion
b> Input additional information in SPAN that not yet Staff DJPU SA SU BA999 under MOF will have access to
exist in RKA-KL but required for DIPA. Eg treasurer SPAN
name, etc
c>Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA
d>First Approval Section Head - DJPU
e>Print Concept DIPA ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA
f> Find Concept DIPA in SPAN that need to be Staff PA - Central SA
reviewed based on DIPA number
330
g> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN Staff PA - Central SA
amount
h> If necessary, certain information will be modified Staff PA - Central SA System will show warning message if there
by Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 is changed in KPPN, Location or Authority
digits account ) else go to step (k) type because the APBN amount is not
changed but the validation result need to
be PASSED
i> If necessary, certain budget amount will be Staff PA - Central SA
blocked by Dit PA else go to step (k)
j> Re-validate modified uploaded ADK against Staff PA - Central SA
APBN amount
k>Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA
l> First Approval Section Head - PA SA
m>Second Approval Sub-Directorate SA
Head - PA
n> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
o> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL
p> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA
331
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Appropriation Detail Non BA 999 Dit PA GL GL
Staff Sub- Dit Dabantek
a>DJA will transfer Annual apporved budget from
Hyperion to SPAN and at the same time DJA need to
send report data that being transferred to Staff Sub-Dit
Dabantek.
332
f> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA
g> First Approval Section Head - PA SA
h> Second Approval Sub-Directorate Head - SA
PA
i> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
j> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting
k> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA
l> If uploaded formatted file is modified by Dit PA ( Staff PA - Central SA
process c and d ) , Dit PA will export modified
formatted file from SPAN database to formatted file
again for SU
333
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
334
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Virement BA999 SU BA999 but SA SA * The KPA name is depend on the
under MOF, eg : business
DJPU* process
a> Find DIPA in SPAN system that need to be re- Staff DJPU SU BA999 under MOF will have access
allocate SA to SPAN
b> Input Virement transaction in SPAN system Staff DJPU SA
c> Validate againts Fund Available and make sure that Staff DJPU
exception accounts cannot be re-allocated to other
accounts SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA
e> First Approval Section Head -
DJPU SA
f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA
g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need to be Staff PA - Central
reviewed in SPAN based on DIPA number SA
h> First Approval Staff PA - Central SA
i> Second Approval Section Head - PA SA
j> Third Approval Sub-Directorate
Head - PA SA
k> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
l> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting
m> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff PA - Central SA
335
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Virement Non BA999 SU s SA SA
a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into Staff PA - Central
SPAN SA
b> Validate againts Fund Available and make sure that Staff PA - Central
exception accounts cannot be re-allocated to other
accounts SA
c> If the validation result is REJECTED, the uploaded Staff PA - Central
formatted file need to be revised first by Spending Unit
and uploaded again step (a) else go to step (d) SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA
e> First Approval Section Head -
PA SA
f> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA SA
g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
h> Posting Journal Allotment Section Head -
PA GL
i> Print DIPA-R ( Validated data ) SA
336
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Update AFP Non BA999 SU s SA SA
a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into SPAN Staff PA - Central SA For AFP Update proces, the process is
similar with Virement but re-alocation
between period
b> Validate againts Fund Available and make sure that Staff PA - Central
exception accounts cannot be re-allocated to other accounts SA
c> If the validation result is REJECTED, the uploaded Staff PA - Central
formatted file need to be revised first by Spending Unit and
uploaded again step (a) else go to step (d) SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA
e> First Approval Section Head -
PA SA
f> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA SA
g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
h> Posting Journal Allotment Section Head -
PA GL
i> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff PA - Central SA
337
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 AFP Update BA999 SU BA999 but under SA SA * The KPA name is depend on the
MOF, eg : DJPU* business
process
a> Find DIPA in SPAN system that need to be re- Staff DJPU SU BA999 under MOF will have access
allocate SA to SPAN
b> Input AFP information that need to be updated Staff DJPU
in to SPAN system SA
c> Validatie againts Fund Available and make Staff DJPU
sure that exception accounts cannot be re-
allocated to other accounts SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA
e> First Approval Section Head - DJPU SA
f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA
g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need Staff KPPN/Kanwil
to be reviewed in SPAN based on DIPA number SA
h> Ask approval to higher hierachy Staff KPPN/Kanwil SA
i> First Approval Section Head -
Kanwil/KPPN SA
j> Second Approval Sub-Directorate Head -
Kanwil/KPPN SA
k> Transfer to General Ledger Staff KPPN/Kanwil SA
l> Posting Journal Allotment Staff KPPN/Kanwil GL Auto Posting
m> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff KPPN/Kanwil SA
338
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Cash Limit for all Sus ( MOF decides which expenditure SA SA
type that going to be reduced )
a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all Dit PKN
SU
b> Create Mass Allocation formula based on Cash Limit rules ( Staff PA - Central
which SUs, percentages Cash Limit)
GL
c> Print custom report to identify percentages of remaining Staff PA - Central Need to custom report as
Fund Available against total budget amount based on summary identification which Fund
2 digits account Available by summary 2 digits
account that exceed Cash Limit
GL percentage
d> Run Mass Allocation program to generate Encumbrance Staff PA - Central
journal to reserve Fund Available amount GL
e> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central GL
f> First Approval Section Head - PA GL
g> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA
l> Posting Journal Cash Limit Sub-Directorate
Head - PA GL Auto Posting
m> Print Cash Limit report Staff PA - Central Need to design report layout for
GL this process
339
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Cash Limit ( SU decides which expenditure type that going SA SA
to be reduced )
a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all Dit PA
SU
b> Based on regulation from Dit PA, each Spending Unit will SUs
create Cash Limit report and send it to KPPN GL
c> Print custom report to identify percentages of remaining Staff KPPN Need to custom report as
Fund Available against total budget amount based on summary identification which Fund
2 digits account. If the Cash Limit amount is more than Fund GL Available by summary 2 digits
Available then Cash Limit data need to be revised first by SU account that exceed Cash Limit
percentage
c> By using WebADI, Staff KPPN will upload Cash Limit report Staff KPPN
as Encumbrance journal with category Cash Limit
GL
e> Ask approval to higher hierachy Staff KPPN GL
f> First Approval Section Head -
KPPN GL
g> Second Approval Sub-Directorate
Head - KPPN
l> Posting Journal Cash Limit Sub-Directorate
Head - PA GL Auto Posting
m> Print Cash Limit report Staff KPPN Need to design report layout for
GL this process
340
OU
No Process KPA Module Remark
(Responsibility)
1 Carry Forward - Fund Available SA SA * The KPA name is depend on the
business
process
a> Staff PA - Central SU BA999 under MOF will have
SA access to SPAN
b> Dit PA in Central/Kanwill will create Carry Forward DIPA Staff PA - Central
file based on remaining Fund Available from previous year
and will be uploaded in to SPAN with budget type 4
c>There is no validation between uploaded formatted file Staff PA - Central DIPA Luncuran will be created
and Annual budget ( APBN ) first without any annual
budget (APBN) revision therefore
this transaction will
make Annual budget amount
minus because DIPA
amount is more than APBN.
d>Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central
e>First Approval Section Head - PA
f>Second Approval Sub-Directorate Head -
PA
g>Posting Journal Carry Forward Staff PA - Central GL
h>Print DIPA-R Staff PA - Central This DIPA-Luncuran will increase
amount of the DIPA
and will use same DIPA number
with beginning of year DIPA
341
Isu Selama Pelaksanaan CRP II Modul Spending Authority
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan
Pengesahan Setelah proses penganggaran di DJA selesai maka 1. Masih terdapat jenis DIPA yang Proses High Level Open Seluruh Jenis DIPA
DIPA Biasa modul Budget Preparation (DJA) mengirimkan Perpres tidak menggunakan proses bisnis Bisnis menggunakan
Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) DIPA pada umumnya, contohnya Proses Bisnis yang
ke Ditjen Perbendaharaan dan diterima oleh modul untuk DIPA Transfer ke daerah. terstandardisasi
Manajemen DIPA. Perpres tersebut akan menjadi Open
dasar penelaahan DIPA di DJPB. 2. Pemberian nomor DIPA belum dapat Sistem
dihasilkan oleh sistem oracle
Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) 3. Dengan penerapan DIPA 2 digit, Open Khusus DIPA transfer
mengirimkan Konsep DIPA kepada Direktorat bagaimana jenis DIPA transfer dapat Sistem Dibuat 3 digit
Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat atau ke dibedakan?(perbedaan antar DIPA
Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah transfer selama ini dilihat dari digit
maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker. ketiganya) Open
Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian Sistem
konsep DIPA satker dengan Perpres RABPP dan 4. Penelaahan DIPA melalui aplikasi ini
Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, hanya bisa dilakukan untuk data
pengesahan dan revisi DIPA. Proses penelaahan yang masuk kedalam struktur COA, Open
DIPA akan menggunakan bantuan aplikasi, aplikasi data lainnya masih manual. Sistem
akan memberikan informasi perbedaan antara ADK 5. Perbedaan blokir yang dilakukan
Konsep DIPA Satker dan ADK Perpres RABPP. DJA dan DJPB tidak dapat Middle Open TIM Modul telah
dibedakan oleh oracle Proses Level membuat usulan
Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan Bisnis daftar kode BUMN
mengesahkan DIPA Pusat dan Kanwil DJPB A.n Ditjen 6. Perlunya standardisasi Kode BUMN
Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah. Apabila sebagai dasar dalam penyusunan
dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak DIPA Penerusan Pinjaman
sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Pemerintah (DIPA SMI)
Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB
akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA
untuk segera diperbaiki oleh satker.
342
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan
2 Pengesahan Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Perbedaan Blokir yang dilakukan DJA Sistem
DIPA Dit PA/kanwil Ditjen PBN Kemudian Direktorat dan DJPB tidak dapat dibedakan oleh
Sementara Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan oracle
membuat Konsep DIPA satker yang belum
menyampaikan konsep DIPAnya sampai waktu
tertentu.
343
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan
344
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan
Rencana Satker mengajukan Rencana Penarikan dana ketika Salah satu alat untuk melakukan cash Sistem
Penarikan proses pengajuan konsep DIPA, sehingga limit adalah melalui pembatasan rencana
Dana Rencana Penarikan Dana hanya digunakan sebagai penarikan dana
informasi awalperencanaan kas bukan pembatasan
dalam pelaksanaan kontrak atau pencairan dana
345
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan
7 Carry Mekanisme Carry Forward (encumbrance only) Pada proses carryforward tidak dapat Sistem
Forward Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum dihasilkan jurnal dari oracle
pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak
melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode
administratif bila diperlukan. Setelah data dan dasar
hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit
PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry
Forward.
Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan
penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA
Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.
Selanjutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan
pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat
program/kegiatan yang di Carry Forward dan
mengirimkan kepada Satker.
346
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan
8 Cash Limit a. Cash limit tanpa usulan satker Cash limit pada dasarnya adalah Proses high level Closed Menggunakan
pembatasan kas keluar oleh BUN karena Bisnis pembatasan pagu,
• Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan keadaan mendesak, namun dalam apabila pembatasan
kas kepada Direktorat PA, kondisi ini berdasarkan pelaksanaany pembatasan hanya dapat kas sulit dilakukan
perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan dilakukan melalui pagu DIPA satker.
perkiraan pencairan dana bulan depan;
• Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN
jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing- Belum ditemukan cara untuk melakukan Sistem
masing satker. cash limit
• KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan
digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA
dan menyampaikannya kepada satker.
• Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih
dimungkinkan untuk digunakan kembali jika
pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup;
• Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan
pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan
APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA
masing-masing satker.
347
NO Proses Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Status Usulan Solusi
Bisnis Keputusan
348
Jurnal dalam Manajemen DIPA
Pada dasarnya jurnal standar anggaran pada oracle menggunakan single jurnal, yaitu jurnal yang hanya menggunakan satu sisi debit atau
kreditnya saja. Jurnal standar anggaran ini tidak seperti jurnal transaksi double entry dimana salah satu akunnya akan menyeimbangkan akun
pasangannya. Struktur chart of account (COA) terdiri Satker-KPPN-Sumber dana-Kewenangan-BA,Esln,Program-Aktivitas-Lokasi-Kode budget-
Akun-Interco. Penentuan perbedaan jurnal dalam manejemen DIPA terletak pada kode budget didalam COA. Untuk sementara kode terdiri
dari:
Kode Penjelasan
budget
1 Appropriasi
2 Allotment
3 Carryforward
4 VOA
5 -
6 -
7 Pengembalian Belanja
8 Blokir DJA
9 Blokir DJPBN
Diusulkan kedepan kode dibuat menggunakan Alfabetis sehingga dapat menampung lebih banyak kemungkinan terjadinya penambahan kode
berkaitan dengan budget code. Berikut adalah contoh Jurnal pada manajemen DIPA.
349
1. Approprisasi
Jurnal appropriation terjadi saat Undang-Undang APBN disahkan. Jurnal appropriation menggunakan single jurnal yaitu hanya menggunakan
sisi debit saja. Contoh jurnalnya dapat kita lihat berikut ini:
2. Allotment
Jurnal Allotment
Alternatif I
Jurnal allotment terjadi saat Konsep DIPA disahkan oleh Dirjen PBN/Kepala Kanwil Ditjen PBN. Jurnal allotment ini tidak dapat melampaui pagu
pada jurnal appropriasi sebagai contoh : dilakukan pengesahan disahkan DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 27.000,
maka akunnya adalah sebagai berikut :
Dalam membuat jurnal allotment, sebelumnya didahului dengan pengecekan pagu appropriasi sehingga tidak akan melampaui pagu
appropriasi.
350
3. Carryforward
Jurnal Carryforward merupakan jurnal yang terjadi pada saat transaksi pengiriman appropriasi menjadi allotment sesuai dengan metode
carryforward yang ditentukan:
a. Untuk carryforward Fund only maka akan digunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun berjalan dengan
DIPA carryforward.
b. Untuk Carryforward encumbrance dan Fund only juga menggunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun
berjalan dengan carryforward.
c. Untuk Carryforward encumbrance Only maka akan diperlakukan sama dengan penggunaan kode budget 3 agar
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber Kewen BA, Esln, kegiatan Lokasi Kode Akun Interco Debit kredit
dana angan program Budget
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 3 532111 123546 27.000
4. Vote on Acount
Jurnal Vote on Account (VOA) terjadi apabila RUU APBN belum disahkan DPR sampai waktu yang ditentukan, maka DJPBN akan melakukan
Allotment dengan menerbitkan DIPA VOA. Nanti apabila APBN telah disetujui pada tahun berjalan maka akan di jurnal kembali ke kode budget
Allotment (2)
351
5. Pengembalian Belanja
Jurnal pengembalian belanja terjadi apabila terdapat pengembalian belanja pada tahun anggaran berjalan. Jurnal ini berfungsi untuk
membedakan antara belanja yang merupakan pengembalian dan bukan.
352
7. Blokir dana dari DJPBN
Jurnal Blokir dana dari terjadi bila pada saat appropriasi tidak terdapat dana yang diblokir namun dalam membuat allotment, DJPBN diharuskan
melakukan blokir sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jurnal pemblokiran oleh DJPBN ini contohnya terjadi pada saat pengesahan DIPA
sementara. Contoh transaksi Dilakukan pemblikiran DIPA satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp.25.000, maka junalnya adalah
Jurnal revisi DIPA terjadi apabila terdapat pergeseran akun sesuai dengan peraturan tentang revisi anggaran, Jurnal ini pada dasarnya
bertujuan untuk mencatat perubahan pada struktur COA.
353
Menjadi:
Halaman III DIPA pada dasarnya hanya digunakan untuk kepentingan cash forecasting, bukan sebagai salah satu syarat dalam pencairan dana. Contoh pada
DIPA satker 123456 memiliki pagu DIPA Rp. 1.000.000,00 kemudian pada halaman III DIPA disusun rencana penarikan dana.
Contoh Akun pada satker 123456 pada bulan Januari dan februari berdasarkan pembagian dana DIPA satu tahun yang dibagi menjadi 12 bulan.
354