Anda di halaman 1dari 20

Jaringan Sosial dan Konvergensi Media:

Penonton Interaktif Sinetron 7 Manusia Harimau

Margareta Wulandari & Novi Kurnia


Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio Yustisia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Email: zeinitza@gmail.com

Abstract: In the convergence era, television audience has become interactive audience. Study about
television audience become important, especially in favorite program, such as sinetron (Indonesian
soap opera). Netnography method is used to examine the social network dynamics of 7 Manusia
Harimau audience. After conducting online participatory observation in two fandom groups and
in-depth interviews with seven informants, the results show that media convergence has broaden the
way audience consume sinetron and enhanced the audiences’ interactivity. Online media support
the audience to develop individual and communal network, collective identity and intelligence,
collective actions and participatory culture.

Keywords: convergence, interactive audience, netnography, social network, television

Abstrak: Penonton televisi berkembang lebih interaktif seiring dengan kehadiran era konvergensi.
Sebagai media massa dominan di Indonesia, perkembangan penonton TELEVISI menjadi penting
untuk diteliti terutama program favorit, yaitu sinetron. Penelitian ini menggunakan metode
netnografi untuk meneliti dinamika jaringan sosial penonton sinetron 7 Manusia Harimau (7MH).
Hasil observasi partisipatoris online pada dua kelompok fandom 7MH dan wawancara mendalam
pada tujuh informan ditemukan bahwa di era konvergensi interaktivitas penonton sinetron
meningkat. Penonton 7MH memanfaatkan media online untuk mengembangkan jaringan individual
dan komunal di lingkup lokal maupun global, membentuk identitas kolektif, kecerdasan bersama,
aksi kolektif serta aktif dalam budaya partisipatif bermedia.

Kata Kunci: jaringan sosial, konvergensi, netnografi, penonton interaktif, televisi

Perkembangan penonton televisi di (Akarpadinews, 2013; Bisnis Tempo, 2013;


Indonesia menjadi hal yang menarik Marketers, 2015).
untuk ditelaah karena hingga tahun 2014 Sebagai program favorit, sinetron,
televisi masih menjadi media utama yang yang merupakan program sejenis opera
dikonsumsi oleh 95% masyarakat Indonesia sabun (Kitley, 2000, h. 104), kerap dinilai
(Nielsen, 2014). Di antara sekian banyak sebagai program hiburan yang berkualitas
program televisi di Indonesia, sinetron rendah (Tohari, 2005, h. 53; Komisi
masih menjadi program favorit yang hingga Penyiaran Indonesia, 2015; Tayangan
tahun 2015 masih menguasai 59% waktu bermutu rendah, 2015) dan audiensnya
tayang di jam prime time dan ditonton 20% kerap dipandang pasif atau tidak kritis
dari total waktu menonton orang Indonesia (Labib, 2002, h. 60). Namun, pandangan

169
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

tersebut mulai diragukan, mengingat penonton sinetron 7MH di era konvergensi


perkembangan teknologi informasi dan media. Penelitian ini bertujuan untuk
kehadiran media komunikasi baru seperti mengetahui perkembangan jaringan sosial
internet dan telepon seluler (ponsel) telah penonton sinetron, perkembangan penonton
menghadirkan era konvergensi (Jenkins, interaktif sinetron, dan pemanfaatan media
2006a, h. 3). Di era konvergensi, jaringan oleh penonton sinetron di era konvergensi.
sosial audiens meluas sehingga audiens Dinamika jaringan sosial penonton
berkembang menjadi audiens aktif bahkan interaktif televisi belum banyak ditelaah
interaktif (Jenkins, 2006a, h. 37). Hal ini dalam kajian penonton dan atau kajian
juga memengaruhi audiens televisi atau televisi di Indonesia. Penelitian sebelumnya
biasa disebut penonton televisi (Goggin, lebih banyak bergerak pada studi resepsi
2006, h. 85) karena kehadiran media-media audiens (Dewi, 2013; Yogisworo, 2010)
baru tersebut memfasilitasi para penonton dan pengaruh konten sinetron kepada
televisi untuk saling terhubung secara penontonnya (Syahputra, 2007; Hasnawati,
global (Shirky, 2010, h. 94). 2013; Diahloka, 2012). Penelitian dinamika
Di antara sekian banyak sinetron jaringan sosial penonton interaktif
di Indonesia, sinetron 7 Manusia televisi bermanfaat untuk mengetahui
Harimau (7MH), menunjukkan indikasi perkembangan power penonton interaktif
hadirnya penonton interaktif. Sinetron ini dan hasil penelitian ini juga dapat menjadi
ditayangkan di RCTI mulai 8 November refleksi bagi para produsen konten media
2014 hingga 14 Februari 2016. Ide televisi (stasiun televisi dan production
ceritanya diadaptasi dari novel karya house) tentang pentingnya partisipasi
Motinggo Busye (sastrawan Indonesia penonton dalam pembentukan isi pesan
di era 1970-an) dan dibalut dengan genre media.
laga. Sinetron ini, tidak hanya meraih Riset di ranah audiens berawal dari
rating yang tinggi, tetapi penontonnya juga pandangan tentang audiens pasif di era
mampu membentuk basis-basis fandom Frankfurt School yang tidak memiliki
(fans community) di ranah online, seperti: kekuatan terhadap media (Morley, 1992,
forum online, portal chat, dan media sosial h. 45; Costello & Moore, 2007, h. 124;
(Facebook, Twitter, Instagram, dan lain- McQuail, 1997, h. 6-7). Hal ini kemudian
lain), yang diikuti ribuan akun. berkembang menjadi audiens aktif ditandai
Aktivitas penonton sinetron 7MH yang dengan kemampuan audiens memilih dan
terhitung tinggi di beragam media online meresepsi isi pesan media (Morley, 1992,
menunjukkan indikasi perkembangan h. 48; Costello & Moore, 2007, h. 125).
penonton televisi Indonesia, khususnya Di abad ke-21, perkembangan teknologi
di program sinetron, menjadi lebih komunikasi melahirkan fenomena yang
interaktif. Oleh karena itu, penelitian ini disebut global village (McLuhan, 2011,
mempertanyakan dinamika jaringan sosial h. 129), di mana teknologi komunikasi

170
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

telah mengintegrasikan berbagai model Horbinski, Hutz, Pastel, dan Pham, 2015;
komunikasi menjadi sebuah jaringan Astutiningsih, 2012). Televisi sebagai salah
interaktif atau jaringan “Super Highway” satu media konvensional tak lepas dari
yang mengubah jaringan masyarakat dari pengaruh konvergensi (Hanson, 2007, h.
audiens massa menuju jaringan interaktif 129; Goggin, 2006, h. 85). Televisi, yang
(Castells, 2010, h. 355-356). Jaringan sebelumnya dikenal mampu menciptakan
interaktif memicu lahirnya masyarakat yang ikatan dalam jaringan lokal, baik di
terhubung dalam jaringan glokal (global kalangan keluarga, pertemanan, atau
dan lokal), serta dominan menggunakan pertetanggaan para penontonnya (Morley,
banyak media yang bersifat interaktif 2005, h. 16), seiring dengan kehadiran
(van Dijk, 2005, h. 33). Di dalam jaringan konvergensi, telah berkembang dengan
interaktif inilah terbentuk identitas kolektif format yang lebih variatif (Tse, 2014, h.
(McLuhan, 2011, h. 129). 13). Hal ini memengaruhi meningkatnya
Dinamika perubahan jaringan dan pola interaktivitas audiens televisi yang mulai
bermedia yang didorong perkembangan mengonvergensikan kebiasaan sehari-hari
teknologi media baru adalah penanda mengonsumsi televisi dengan penggunaan
hadirnya era konvergensi (Jenkins, 2004, media multiplatform lainnya yang akhirnya
h. 37). Interaktivitas yang dihadirkan oleh melahirkan fenomena second screen
media-media baru meningkatkan kekuatan (Iminds, 2015; Nielsen, 2013a; D’heer &
dan nilai tawar audiens terhadap media Courtois, 2012, h. 15; Nee & Dozier, 2015,
(Deuze, 2007, h. 246), sehingga penonton h. 9-10).
di era konvergensi pun berkembang Relasi televisi dengan internet dan
sebagai audiens interaktif yang tidak hanya media sosial dipercaya dapat meningkatkan
menjadi penikmat suatu tayangan, tetapi ikatan antara program acara televisi dengan
juga memiliki kecerdasan bersama dalam audiens atau penontonnya (Nielsen, 2013b),
bentuk power untuk memberikan masukan, meningkatkan loyalitas penonton ke stasiun
kritik, bahkan mampu memproduksi televisi (Greer & Fergunson, 2011, h. 145),
sendiri konten media (Jenkins, 2006a, h. 24 dan menjadi media penyampaian aspirasi
& 137). penonton televisi (Gearhart & Kang, 2014,
Era konvergensi juga memperluas h. 243). Para produsen konten televisi
jaringan sosial penonton dan meningkatkan yang menyadari pentingnya hal tersebut
partisipasi penonton dalam bermedia. pun bergiat membangun relasi dengan
Hal ini ditandai dengan berkembangnya penonton melalui mediasi teknologi media
budaya partisipatif audiens (Jenkins, baru (Jenkins, 2006b, h. 145-146; van Es,
2006a, h. 135-136) yang meningkat di 2016, h. 117-119).
berbagai format media (Deuze, 2006; Di sisi audiens, era konvergensi
Comunello & Mulargia, 2015; De Kosnik, memperluas jaringan sosial para penonton
El Ghaoui, Cuntz-Leng, Godbehere, televisi (Shirky, 2010, h. 94), baik jaringan

171
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

yang bersifat individual maupun komunal etnografi. Perbedaannya adalah titik


dalam bentuk fandom (fans community) berat observasi partisipan berbasis pada
televisi. Fandom televisi yang semula lapangan kerja online (Kozinets, 2012,
hanya berkembang di ranah offline h. 60). Merujuk empat model netnografi
(Jenkins, 1988, h. 86; Jenkins, 2006b, yang diperkenalkan Kozinets, penelitian
h. 139; Costello & Moore, 2007, h. 126; ini mengadopsi model netnografi simbolik,
Goodwin & Whannel, 2005, h. 115; yang berusaha untuk mengeksplorasi dan
Shefner-Rogers, Rogers & Singhal, 1998; menjelaskan arti sistem dan praktik yang
Harrington & Bielby, 1995, h. 94; Ford, berkaitan dengan kelompok-kelompok
2008, h. 3-4) kini berkembang menjadi tertentu (Kozinets, 2015a, h. 20).
komunitas virtual yang lebih interaktif di Selain netnografi, dikenal pula bebe­
ranah online (Costello & Moore, 2007, rapa konsep kajian etnografi online
h. 127). Komunitas virtual ini menjadi lainnya seperti konsep Etnografi Virtual
perwujudan nyata audiens interaktif yang yang diperkenalkan oleh Christine Hine
memiliki collective intelligent (Jenkins, (2015), Etnografi dan Dunia Virtual
2006b, h. 137; Costello & Moore, 2007, yang diperkenalkan oleh Boellstorff, et
h. 136) dan dapat berkembang dengan al. (Kozinets, 2015b, h. 22), atau Digital
dinamika jaringan yang beraneka ragam Etnografi yang diperkenalkan oleh
(Kozinets, 2015b, h. 40; Smith, Rainie, Underberg & Zorn (2013). Keunggulan
Himelboim & Shneiderman, 2014). netnografi adalah dapat merekomendasikan
Anggota fandom televisi mengembangkan tahapan prosedur metodologis secara jelas
dimensi sosio-kultural di dalam kelompok melalui lima tahapan yaitu: entrée (tahap
yang membentuk identitas kolektif. Selain pertama), untuk mengidentifikasi pertanyaan
itu, kehadiran media sosial juga memberi penelitian sesuai dengan isu sosial atau
kesempatan pada berkembangnya jaringan topik yang akan diteliti; identifikasi dan
personal para penonton televisi (Baym, seleksi (tahap kedua), yang digunakan untuk
2010, h. 90). menelusuri dan menentukan komunitas
atau situs online yang diteliti; data koleksi
METODE
(tahap ketiga), di mana peneliti membentuk
Penelitian ini menggunakan metode ikatan dengan lingkungan penelitian online
netnografi, yaitu metode riset etnografi dan mengumpulkan data yang dibutuhkan;
online yang diperkenalkan oleh Robert V. analisis dan interpretasi (tahap keempat),
Kozinets pada tahun 1997 dalam risetnya saat peneliti mengolah data penelitian;
tentang budaya konsumsi subkultur yang dan kelima, resume (tahap kelima), saat
terbentuk di kalangan penonton serial peneliti menyimpulkan hasil penelitian.
televisi The X Files (Kozinetz, 1997, h. 3). Langkah yang dipaparkan Kozinets di
Penerapan metode netnografi, mengadopsi atas diaplikasikan dalam skema penelitian
model observasi partisipan yang digunakan seperti dalam Gambar 1.

172
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

Gambar 1 Skema Penelitian


Sumber: Kozinets, 2012, h. 4

Proses pengumpulan data utama tulisan, gambar dan audio-visual sehingga


pada penelitian ini dilakukan dengan potensi interaktivitasnya terhitung tinggi.
observasi partisipatoris online pada dua Tahapan penelitian selanjutnya adalah
lingkungan penelitian yang berupa forum penelusuran lebih dalam pada lingkungan
atau grup online penonton sinetron 7MH. penelitian dengan teknik observasi
Kedua forum/grup online ini diseleksi partisipan online. Kegiatan observasi
dengan pemetaan jaringan sosial melalui partisipan dilakukan selama kurang lebih
mesin pencari umum (Google search) dan tiga bulan. Aktivitas yang dilakukan
pemetaan melalui situs media sosial. Kedua peneliti adalah berperan nyata sebagai
lingkungan penelitian adalah: Thread 7MH salah seorang penonton interaktif 7MH
di Forum Lautan Indonesia dan Grup Line dengan mengikuti tiap episode sinetron
Tertutup Kumayan Ber717an, yang dinilai 7MH secara kontinyu, bergabung secara
ideal karena telah cukup lama berdiri dan aktif sebagai anggota lingkungan penelitian
cenderung stabil, memiliki jumlah posting dan mengikuti berbagai ritual harian para
mencapai 1.350 halaman atau 11.300 post, penonton seperti berdiskusi tentang histori
dan memiliki 80 anggota aktif di grup Line. cerita, berbagi info, bergabung dalam
Sistem forum dan grup ini juga mampu obrolan seputar sinetron 7MH, mengikuti
mewadahi pembahasan dalam bentuk aksi kampanye tanda pagar (tagar), demo

173
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

kepada penulis atau stasiun televisi, dan penonton 7MH antara lain bocoran naskah,
membuat fan-art. foto-foto di lokasi, informasi di balik layar,
Selain observasi partisipatoris, wawan­ dan lain-lain. Hasil pengamatan dalam
cara juga dilakukan untuk menemukan data- komunitas penonton 7MH menunjukkan
data yang sulit digali dalam aktivitas harian bahwa kebanyakan penonton yang aktif
forum atau grup. Wawancara dilakukan berinteraksi adalah mereka yang telah
kepada tujuh orang informan yang merupakan membaca versi novel 7MH.
anggota atau pernah menjadi anggota dari Interaksi para penonton 7MH,
kedua lingkungan penelitian. Sebagai baik secara individu maupun komunal,
pembanding, diambil juga data dari informan kebanyakan terjadi dalam ruang virtual/
di luar lingkungan penelitian. Wawancara online baik dalam forum/grup, media sosial,
dilakukan mulai 10 Februari hingga 5 Maret maupun percakapan online. Meskipun
2016 dengan metode in-depth interview demikian, pertemuan secara tatap muka
melalui media online (direct message aplikasi (interaksi offline) juga dilakukan, terutama
Line dan Whatsapp). Sesuai data riset AC saat penonton berkunjung ke lokasi
Nielsen (Marketers, 2015), penonton sinetron shooting 7MH yang disebut Kumayan.
didominasi oleh penonton perempuan usia 30 Selain dengan sesama penonton,
tahun ke atas. Maka dari tujuh orang informan interaksi juga terjadi dengan produsen
dipilih enam orang informan wanita dengan 7MH (sutradara, penulis naskah, kru,
rata-rata usia 22-35 tahun. pemain). Motif paling dominan yang
Teknik analisis data dilakukan meng­ mendorong interaksi dengan produsen
ikuti pola analisis data kualitatif dari 7MH adalah keinginan penonton untuk
Matthew Miles & Michael Huberman memberi masukan atau kritik terhadap jalan
(Kozinets, 2012, h. 119) dengan tahapan cerita. Penulis naskah 7MH menjadi pihak
coding (menggunakan panduan daftar produsen yang paling sering berinteraksi
kode dan kategori), noting, abstracting dengan para penonton, terutama dalam hal
and comparing, checking and refinement, penerimaan kritik dan saran.
generalizing, dan theorizing. Sejauh ini, televisi masih menjadi
media utama yang digunakan untuk
HASIL
menonton sinetron 7MH, namun beberapa
Sebagai individu, penonton 7MH me­ media online muncul sebagai penunjang
mutuskan berinteraksi dengan penonton lain seperti Youtube dan Instagram. Proses
karena didorong oleh motif tertentu. Tiga menonton 7MH dilakukan secara langsung,
motif yang dominan adalah (1) kebutuhan streaming, atau mengunduh. Aktivitas
update informasi seputar tayangan, (2) menonton sinetron sering dilakukan
kritik atau ketidakpuasan terhadap alur bersamaan dengan mengakses media-media
cerita, dan (3) kesukaan terhadap elemen online lain, seperti pernyataan informan
sinetron. Bentuk informasi yang menarik Anita berikut:

174
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

Sambil nonton 7MH sambil internetan. Buka lebih dari satu forum atau grup online
semua media (sosial) stalk threat 7MH di
Lautan Indonesia, Twitter-an. (Anita-Jakarta, karena forum atau grup dijadikan sentral
wawancara online melalui Line, 12 Februari kegiatan kolektif untuk mencari atau
2016)
berbagi informasi.
Hal senada juga disampaikan oleh Berbanding terbalik dengan media-
informan lain yang menyatakan bahwa media sosial dan komunitas online, situs
mereka secara kontinyu membuka forum, online ternyata tidak menjadi media
media sosial, dan multi chat platform rujukan utama bagi para penonton 7MH
bersamaan dengan saat mereka menonton karena tidak banyak penonton yang
7MH. Sebagai bahan perbandingan, hasil secara khusus mencari informasi seputar
pengamatan dalam lingkungan penelitian 7MH di situs online. Sementara itu, relasi
memperlihatkan bahwa aktivitas obrolan para penonton 7MH terhadap media
dalam Grup Kumayan dan Forum Lautan
konvensional, khususnya media cetak dan
Indonesia juga meningkat bersamaan
radio, saat ini cenderung melemah. Hal
dengan waktu penayangan 7MH.
ini ditunjukkan dengan keterangan para
Media online yang dominan digunakan informan yang menyatakan lebih memilih
penonton 7MH antara lain adalah media
mencari rujukan informasi seputar sinetron
sosial dan aplikasi multi chat, forum online
di media-media online daripada di media-
dan situs online. Media sosial menjadi yang
media konvensional.
paling populer karena rata-rata penonton
Aktivitas menonton sinetron
menggunakan lebih dari dua jenis media
sosial. Tiga media sosial yang paling banyak masih berkaitan dengan jaringan lokal
digunakan adalah Instagram, Twitter, dan para penontonnya. Beberapa informan
Facebook. Sementara itu, Line menjadi menyatakan bahwa mereka mendapat
aplikasi multichat yang paling banyak pengaruh dari anggota keluarga terdekat
dikonsumsi. Penggunaan media-media online sebelum memutuskan menonton 7MH.
berkaitan kuat dengan konsumsi sinetron Sementara itu, dalam skala yang lebih luas
7MH. Pengalaman beberapa informan seperti lingkungan kerja, pertemanan, dan
memperlihatkan bahwa mereka baru aktif pertetanggaan, aktivitas menonton sinetron
menggunakan media sosial setelah menonton juga masih berpengaruh, seperti yang
7MH seperti disampaikan informan Ayu: disampaikan salah satu informan sebagai
Sebelumnya aku paling anti sama Instagram, berikut:
demi silaturahmi dengan penonton 7MH aku
bikin IG. Sekarang semua medsos: IG, Twitter, Kalau di rumah hampir sekeluarga nonton.
Line khusus buat 7MH. (Ayu–Cepu, wawancara Bahkan tetua di kampung kami (di Aceh) pas
online melalui Line, 11 Februari 2016) 7MH masih keren di awal-awal hampir semua
nggak boleh ketinggalan. Kalau ada hajatan
ramenya pas 7MH selesai. Imum, kades,
Sinergis dengan itu, minat penonton sekdes, kepala dusun (para TUHA/tetua adat)
7MH terhadap forum atau grup online pada nonton, jadi kayak tontonan wajib gitu.
(Atika-Aceh, wawancara online melalui Line,
cukup tinggi. Mereka cenderung mengikuti 17 Februari 2016)

175
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

Di sisi yang berseberangan, citra sinetron Hasil pengamatan pada kedua komunitas
yang sering dianggap sebagai tayangan yang online yang diteliti memperlihatkan proses
kurang bermutu juga menimbulkan fenomena terbentuknya aspek-aspek sosio-kultural. Bila
negatif. Beberapa informan menyatakan digambarkan secara terstruktur perbandingan
memilih membatasi akses informasi ke elemen sosio-kultural dalam kedua komunitas
jaringan lokal mereka untuk ‘melindungi’ tampak pada Tabel 1.
identitas dirinya sebagai penonton sinetron, Di ranah jaringan personal, ditemukan
seperti contoh pengalaman seorang informan: fenomena berkembangnya jaringan
Kalau ada teman SMA atau kuliah aku follow individualisme di kalangan penonton 7MH.
Instagram aku ya aku block. Aku ga bisa
biarin temen-temen aku tau kalau aku suka Salah satu contohnya adalah pengalaman
sinetron. Aku merasa mereka ngecap aku alay informan Surtihati, seorang penonton 7MH
kalau aku bilang aku suka sinetron. (Surtihati-
Jakarta, wawancara online melalui Line, 29 yang sudah lebih dari 30 kali mengunjungi
Februari 2016) lokasi shooting 7MH. Informasi yang
diperoleh Surtihati dari lokasi shooting
Pada konteks komunal, jaringan
diunggah ke media sosial seperti Instagram
pe­nonton 7MH berkembang dalam dan Twitter. Surtihati sendiri menyatakan
komunitas-komunitas online. Proses ter­ ia baru aktif menggunakan Instagram
bentuknya keanggotaan komunitas online dan Twitter setelah ia menonton 7MH di
ini mayoritas berawal dari media-media bulan Juli 2015. Kemampuan Surtihati
sosial atau forum dan grup online yang membagikan informasi baru bagi penonton
bersifat umum dan terbuka. Bila terbentuk lain membuat pengikutnya di media sosial
ikatan emosional yang lebih kuat di antara meningkat tajam. Per bulan Mei 2016,
individu yang ada di dalamnya, maka akun Instagram Surtihati memiliki 11.500
mereka akan membentuk jaringan grup orang pengikut yang sebagian besar adalah
yang lebih kecil dan privat. penonton 7MH.

Tabel 1 Persamaan dan Perbedaan Elemen Dinamika Sosial di Forum Lautan Indonesia & Grup Line Kumayan Ber717an

Grup Line Kumayan Ber717an Persamaan Forum Lautan Indonesia


–– Identitas anggota cenderung –– Ritual harian: berbagi informasi seputar –– Identitas anggota cenderung
terbuka histori tayangan, prediksi, spoiler, tersembunyi
–– Terbentuk identitas kolektif. behind the scene, informasi rating, –– Tidak terbentuk identitas
–– Ada ritual kelompok. pembahasan tentang intrik PH, stasiun kolektif
–– Terbentuk kebiasaan ‘menonton televisi, artis/para pemain, kru, kritik, –– Tidak adat ritual kelompok
bersama’. dll. –– Aktivitas harian fluktuatif/
–– Model komunikasi seperti –– Model penyampaian pendapat lugas inkonsisten
percakapan. dan frontal (bahasa percakapan sehari- –– Model komunikasi seperti
–– Penanganan konflik cenderung hari). kolom wacana.
kolektif. –– Terbentuk akronim-akronim khusus –– Penyelesaian konflik terbuka,
–– Tidak terdapat struktur dan sehubungan 7MH. dan personal.
ukuran status sosial. –– Terjadi proses adopsi teknologi/ –– Terdapat struktur dan ukuran
–– Tidak ada sistem moderasi. mentoring. status sosial.
–– Peraturan tidak tertulis. –– Terdapat devosi & ikatan parasosial. –– Ada sistem moderasi.
–– Terjadi aksi kolektif/peningkatan –– Terbentuk budaya partisipatif –– Peraturan tertulis.
modal sosial. –– Tidak terjadi aksi kolektif/
peningkatan modal sosial.
Sumber: Data primer

176
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

melalui banyak media online seperti forum


dan media sosial. Beberapa aksi demo
tersebut mendapat perhatian dari produsen
7MH dengan terlihatnya perbaikan pada
alur cerita setelahnya.
Sementara itu, kampanye tagar di Twitter
merupakan salah satu aksi kolektif yang sering
di­lakukan para penonton 7MH. Tercatat su­dah
cukup banyak tagar yang diluncurkan se­perti:
#kembalikanjamtayang7MH,
#matikanTELEVISItanpa7MH, #save7MH,
dan lain-lain. Kampanye tagar dapat tercetus
dari inisiatif penonton atau dikoordinatori
oleh penulis naskah 7MH, Endik Koeswoyo,
yang aktif bergabung dalam berbagai forum
Gambar 2 Contoh Pengembangan Jaringan dan grup penonton. Keberhasilan kam­
Individual Surtihati panye tagar yang fenomenal adalah tagar
Sumber: Akun Instagram Surtihati
#7MHtayangkandiMNCTV yang dilancarkan
Pada komunitas online penonton secara intensif beberapa minggu sebelum
7MH, berkembang pula aksi-aksi kolektif. 7MH tamat. Para penonton berupaya meminta
Dua aksi kolektif yang nampak dominan kepada RCTI untuk memindah penayangan
adalah: (1) demo untuk mengubah alur 7MH ke MNCTV yang berada dalam satu grup
cerita, dan (2) kampanye tagar 7MH. Aksi korporasi media dengan RCTI. Keberhasilan
demo adalah salah satu cara penonton kampanye tagar tersebut terukur dengan
melancarkan kritik pada jalan cerita dan dipenuhinya harapan penonton. Pada 11 April
memberikan tekanan bagi produsen 7MH 2016, penayangan musim kedua 7MH yang
untuk dapat mengubah alur cerita kembali diberi judul New Generation benar-benar
ke jalur novel. Aksi demo dilakukan ditayangkan di MNCTV.

Gambar 3 Keberhasilan Tagar #7MHtayangkandiMNCTV


Sumber: Twitter & Grup Kumayan

177
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

Selain aksi kolektif tersebut, penonton dalam 7MH yang bisa ditemukan di situs
sinetron 7MH juga menunjukkan partisipasi unggahan video seperti Youtube.
baik individual maupun komunal dalam
PEMBAHASAN
bermedia dengan memproduksi berbagai
media mandiri seperti: (1) produksi teks Sebelum era konvergensi, Dennis
fan-fiction dan surat terbuka, (2) produksi McQuail berpendapat bahwa aktivitas
gambar seperti fan-art dan meme, serta (3) audiens adalah aktivitas kolektif. Namun
produksi audio-visual seperti fan-vid. Fan- menurutnya, audiens tidak berhubungan
fiction yang dibuat oleh para penonton 7MH satu sama lain untuk berbagi pengalaman
dapat ditemukan di situs online seperti bermedia (McQuail, 1997, h. 6-7). Hal
wattpad.com. Fan-fiction lain yang biasa ini tampaknya mengalami perubahan
disebut cerita bersambung (cerbung) juga di era konvergensi sebagaimana yang
banyak diunggah ke akun-akun Instagram. terjadi pada para penonton sinetron 7MH.
Selain fan-fiction, produksi teks lain yang Alih-alih sebagai penonton yang hanya
populer berbentuk surat terbuka. Surat menikmati tayangan secara personal,
terbuka yang fenomenal adalah yang dibuat para penonton sinetron ini memilih untuk
oleh informan Atika ditujukan kepada terhubung dengan jaringan penonton.
RCTI sebagai protes atas mundurnya jam Tentunya ada motif yang memegang
tayang 7MH hingga pukul 23.30 WIB. Surat peranan penting untuk mendorong
terbuka Atika yang semula hanya diunggah terjadinya interaksi dalam jaringan sosial
di media sosial pribadi dapat tersebar di penonton sinetron. Bagi penonton 7MH,
beberapa situs online dan juga dibagikan motif utamanya adalah ketertarikan yang
ke banyak media sosial lainnya, sehingga tinggi pada isi tayangan. Hasil pengamatan
mendapatkan tanggapan dari produser. memperlihatkan bahwa sebagian besar
Produksi gambar berupa fan-art atau penonton 7MH yang aktif dalam jaringan
meme termasuk jenis konten media mandiri ternyata merupakan pembaca versi
yang banyak dibuat oleh para penonton novel 7MH. Hal ini menunjukkan bahwa
7MH. Bentuk fan-art dan meme dapat penonton yang memiliki landasan untuk
berupa kreasi orisinal dari penonton atau menilai alur cerita, memiliki motif yang
merupakan parodi dari adegan-adegan kuat untuk melibatkan diri dan memberi
yang diambil dari tayangan. Produksi karya pengaruh terhadap isi tayangan.
video mandiri yang biasa disebut fan-vid Keterlibatan penonton 7MH untuk
juga dilakukan oleh para penonton 7MH. memberi pengaruh terhadap isi tayangan
Fan-vid dapat berupa hasil editan adegan- ditunjukkan dalam bentuk keaktifan
adegan yang ada dalam 7MH, hasil editing interaksi dalam mencari informasi,
behind the scene, dan lain sebagainya. memberikan masukan, kritik, dan saran
Sebagian besar fan-vid juga menunjukkan antara sesama penonton maupun dengan
devosi pada pasangan-pasangan tokoh produsen 7MH (sutradara, penulis naskah,

178
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

kru, pemain, dll.). Upaya interaksi aktif untuk mendokumentasikan konten media
ini bertujuan: (1) mencari sebanyak sebagai milik pribadi juga terbuka dengan
mungkin informasi seputar tayangan adanya kemudahan mengunduh. Hal itu
yang dapat dijadikan modal utama untuk memperlihatkan bahwa media online
tetap mempertahankan interaksi dalam memberikan peluang-peluang baru yaitu:
jaringan, dan (2) membentuk afiliasi untuk (1) sebagai media alternatif menonton
dapat berbagi pengalaman dan afeksi. televisi, (2) memperluas jangkauan
Semua keterlibatan penonton 7MH dalam tayangan televisi, dan (3) memungkinkan
jaringan dapat dikatakan bertujuan untuk tayangan televisi disimpan/dikoleksi,
berbagi pengalaman dalam bermedia dan sehingga penonton dapat mengulang isi
berkontribusi bagi pembentukan isi pesan pesan tayangan layaknya film.
media. Fenomena ini menegaskan pendapat Berkembangnya fenomena second
Henry Jenkins yang menyatakan bahwa screen di kalangan penonton sinetron
pada era konvergensi, audiens mempelajari 7MH, yang ditunjukkan dengan
cara untuk untuk menggunakan berbagai meningkatnya penggunaan media-media
teknologi media agar dapat memberi online bersamaan dengan saat menonton
pengaruh pada arus media, memiliki sinetron, memperlihatkan bahwa media
kontrol terhadap isi media, serta agar dapat online memberikan suatu cara baru
berinteraksi dengan audiens yang lain untuk menikmati konten acara televisi.
(Jenkins, 2006a, h. 24). Sebagaimana hasil penelitian yang
Sebagaimana disampaikan Goggin, disampaikan Nee dan Dozier (2015, h. 5),
saat ini kehadiran media komunikasi baru, fenomena second screen hadir bukan hanya
seperti internet dan ponsel, telah mendukung untuk memenuhi fungsi entertaining,
interaksi penonton dengan program televisi, tetapi juga mendorong tercapainya tujuan
misalnya untuk mengirimkan video maupun secara intrinsik dan ekstrinsik. Demikian
tulisan berita online, siaran teleconference, pula halnya yang terjadi dengan para para
voting pada acara-acara televisi, dan lain- penonton 7MH. Pengalaman informan
lain (Goggin, 2006, h. 85). Kemudahan menunjukkan bahwa saat penayangan
yang dihadirkan media-media baru tersebut sinetron sekaligus menjadi saat ideal
juga memperluas jaringan sosial penonton bagi mereka untuk terhubung dengan
sinetron, sehingga saat ini aktivitas penonton lain dan membahas tayangan
menonton sinetron tidak hanya murni secara real time. Di saat itu mereka dapat
interaksi penonton dengan pesawat televisi. mencari informasi, menjalin afiliasi, dan
Penonton yang tidak dapat menikmati berkomunitas tanpa kehilangan waktu
tayangan sinetron secara langsung untuk menikmati tayangan. Karenanya
saat ini memiliki pilihan media online mereka telah berusaha memenuhi apa yang
lainnya, seperti Youtube dan Instagram, disebut Nee dan Dozier sebagai tujuan
untuk menikmati tayangan. Kesempatan intrinsik. Sementara itu, pencapaian tujuan

179
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

ekstrinsik yang terpenuhi tampak dari Namun, hal itu tidak berarti mematikan
usaha penonton untuk mengukuhkan diri interaksi offline dan jaringan lokal para
sebagai yang terdepan dalam informasi penonton sinetron. Hal ini dibuktikan
dengan berlomba-lomba membagikan info oleh masih dominannya pesawat televisi
terbaru pada saat yang bersamaan dengan sebagai media utama menonton sinetron
penayangan sinetron 7MH. Hal itu menjadi dan aktivitas menonton sinetron masih
contoh upaya untuk membentuk status memberi pengaruh pada lingkungan
sosial, mencapai pengakuan dan kesuksesan keluarga, pertemanan, atau pertetanggaan
sebagai penonton aktif sinetron 7MH. para penonton sinetron. Para penonton
Pada hal pemilihan media, beberapa 7MH yang berinteraksi secara online pun
faktor keunggulan jenis media menentukan tetap mengupayakan terjadinya gathering
media mana yang akhirnya dominan offline.
digunakan. Media sosial, multichat Bila dikaitkan dengan konteks galaksi
platform, dan forum/grup online cenderung komunikasi yang digambarkan oleh
lebih diminati daripada situs online karena Marshall McLuhan (2011, h. 358) tentang
dianggap memiliki keunggulan, seperti (1) televisi, terlihat bahwa teknologi media-
memiliki kemampuan tinggi untuk menjadi media baru tidak serta merta mematikan
sumber penyedia informasi secara cepat dan fungsi televisi. Namun, mampu bersinergis
luas, (2) memiliki pilihan fitur atau elemen dan dapat mendukung dan memperluas
pendukung media yang memberikan jangkauan penerimaan siaran televisi.
kemudahan akses, sehingga komunikasi Pemanfaatan media-media online oleh
bisa dilakukan secara cepat dan praktis, penonton 7MH adalah untuk mendukung
misalnya dapat mengakomodir komunikasi aktivitas menonton televisi, bukan
secara massal dari satu orang ke banyak menggantikan fungsi televisi.
orang, dan (3) mampu menjamin rasa Sejak 1960-an McLuhann (2011,
aman dan nyaman penggunanya, misalnya h. 129) telah memprediksi bahwa
dapat menjaga privasi penggunanya dari perkembangan teknologi akan menciptakan
intervensi pengguna lain tanpa membatasi global village, di mana individu yang
akses untuk terhubung dengan pengguna terhubung satu dengan yang lain akan
yang lain. membentuk identitas kolektif. Di era
Berkembangnya penggunaan media konvergensi, prediksi McLuhan terbukti
online oleh para penonton sinetron 7MH dengan kehadiran berbagai komunitas
yang dominan dilakukan melalui akun-akun virtual. Nancy Baym yang telah beberapa
sosial media maupun forum/grup online, kali meneliti komunitas online/virtual
diikuti dengan menurunnya konsumsi fandom serial televisi menyatakan bahwa
media-media konvensional, menunjukkan komunitas virtual/online merupakan
bahwa relasi antara media online dengan perwujudan jaringan kolektif para
konsumsi sinetron cenderung meningkat. penonton televisi. Disampaikan pula

180
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

oleh Baym (2010, h. 72), bahwa dalam teks, audio, maupun video. Aktivitas dalam
komunitas virtual, kumpulan penonton komunitas online ini menggambarkan apa
akan membentuk aspek sosial kultural yang yang disampaikan oleh Pierre Levy (Jenkins,
membangun identitas kolektif. 2006b, h. 144-145) bahwa dalam komunitas
Komunitas virtual juga menjadi virtual para anggota akan membentuk
pilihan interaksi yang menarik bagi aktivitas kolektif dengan cara saling bertukar
para penonton 7MH. Hal ini terbukti pengetahuan dan memproduksi berbagai
dari keterangan para informan yang aspek sosio-kultural.
menyatakan bergabung dalam lebih dari Uniknya, meskipun terbentuk dari
satu komunitas virtual. Individu biasanya sumber ketertarikan yang sama, kedua
memulai bergabung dengan komunitas komunitas virtual ini berkembang dengan
online yang bersifat umum dan terbuka bentuk jaringan dan aspek sosio-kultural
terlebih dahulu sebagai wadah inisiasi yang berbeda. Di sisi bentuk jaringan
untuk menuju kelompok yang lebih solid. sosial komunal, bila mengacu pada
Sering kali, dalam komunitas online yang hasil penelitian Pew Internet (Kozinets,
bersifat umum dan terbuka, akan terbentuk 2015b, h. 40) tentang enam model format
ikatan emosional yang lebih kuat di antara dasar struktur jaringan sosial yang dapat
individu di dalamnya, sehingga dapat menggambarkan cara individu berinteraksi
terjadi pembentukan jaringan komunitas secara online, maka bentuk jaringan sosial
yang lebih kecil, bersifat solid, dan privat. di kedua komunitas virtual ini tampak
Komunitas-komunitas online 7MH dalam Tabel 2.
bersifat global-interaktif, artinya interaksi Berdasarkan data di Tabel 2 tersebut
dapat terbentuk tanpa terhalang batasan dapat digambarkan bahwa secara umum
geografi maupun waktu. Anggota komunitas terdapat persamaan dan perbedaan di
online ini berasal dari berbagai tempat di kedua komunitas virtual. Pada segi sumber
Indonesia bahkan dari berbagai negara informasi, kedua anggota komunitas sama-
lain, seperti Singapura, Hongkong, Jepang, sama menggunakan rujukan informasi dari
Amerika, dan lain-lain. Interaksi terjadi selama organisasi media yang dapat dipercaya,
24 jam setiap hari, baik melalui komunikasi misalnya media sosial atau situs online. Di

Tabel 2 Bentuk Jaringan Berdasarkan Koneksi Pada Forum LI dan Grup Line Kumayan

Koneksi Forum LI Grup Line Kumayan Ber717an


Koneksi berdasarkan ikatan Interest Group Alliances Networks Tight Social Networks
sosial (Ikatan yang renggang di mana terdapat (Ikatan yang kuat seperti ikatan kekeluargaan
suatu grup besar dengan grup-grup kecil dan pertemanan)
mandiri di dalamnya)
Koneksi berdasarkan Audience Network
sumber informasi (Mengadopsi model re-broadcast berita utama dari jaringan informasi organisasi media)
Koneksi berdasarkan Polarized Network
sumber ketertarikan (Struktur koneksi yang mengikat, kuat, dan menyatukan banyak orang, namun partisipan
di dalamnya juga merupakan bagian dari grup besar lainnya.)
Sumber: Data primer

181
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

sisi sumber ketertarikan, terlihat persamaan virtual pada akhirnya individu tersebut
yaitu bahwa model kedua komunitas online akan menyeleksi dan hanya bertahan di
bersifat mengikat dan menyatukan banyak komunitas yang mereka anggap paling
individu yang kemungkinan besar individu ideal, baik untuk mendapatkan informasi
di dalamnya adalah anggota dari banyak maupun memperoleh rasa nyaman.
komunitas lain, sehingga tak heran bila satu Selain berkembangnya jaringan
individu dapat mengikuti beberapa jenis kolektif para penonton 7MH, terbentuk
komunitas online. Namun di sisi koneksi juga fenomena jaringan individualisme di
antara anggota, terlihat perbedaan yang kalangan penonton 7MH. Menurut Baym
mendasar antara kedua komunitas tersebut. (2010, h. 90), berkembangnya jaringan
Perbedaan ikatan ini dipengaruhi oleh individualisme didukung oleh kehadiran
aspek sosio-kultural yang terbentuk dalam media sosial. Jaringan individualisme
masing-masing komunitas virtual. adalah bentuk jaringan di mana individu
Sebagaimana disampaikan Nancy menjadi pusat dari personal komunitasnya
Baym (2010, h. 79-88), aspek sosio- sendiri. Bila dalam komunitas online, pusat
kultural dalam komunitas online dibentuk pesan dipandang sebagai semua partisipan
oleh kebiasaan harian, norma, kumpulan dalam grup, maka dalam media sosial,
pengetahuan, pengalaman, dan representasi pusat pesan adalah individu yang memiliki
diri para anggotanya. Tiap komunitas jaringan sosialnya masing-masing. Sebuah
virtual membentuk identitas kolektif yang situs jejaring media sosial dapat dipandang
unik, yang membedakan pola interaksi dan sebagai grup mini yang bersifat egosentris.
representasi antara satu kelompok dengan Pengalaman informan Surtihati yang
kelompok yang lain. Sebagai contoh, mampu menarik ribuan pengikut di media
Thread 7 MH Lautan Indonesia sebagai sosial setelah ia menggunggah berbagai
forum online terbuka, ternyata identitas informasi seputar 7MH adalah salah satu
anggotanya cenderung tertutup sehingga contoh proses terbentuknya jaringan
ikatan antara anggotanya menjadi renggang. individualisme di kalangan penonton
Sementara, Grup Line Kumayan Ber717an 7MH. Sebagai perbandingan, peneliti juga
yang merupakan grup online tertutup, melakukan eksperimen pembentukan
ternyata identitas anggotanya cenderung jaringan individualisme. Eksperimen ini
terbuka, sehingga ikatan antara anggotanya dilakukan dengan cara menciptakan informasi
menjadi erat seperti layaknya keluarga. yang memiliki unsur menarik atau kebaruan,
Para anggota yang mengikuti kedua yaitu melalui pembentukan artwork berupa
komunitas online ini secara bersamaan karya gambar fan-art yang dibuat khusus
akan menyesuaikan tampilan identitas saat oleh peneliti sebagai bentuk devosi kepada
berada di masing-masing komunitas online. tayangan 7MH. Fan-art yang dibuat peneliti
Namun, meskipun satu orang penonton lalu diunggah secara berkala di akun sosial
dapat mengikuti lebih dari satu komunitas media peneliti (Instagram dan Twitter)

182
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

dan dipantau untuk mengukur antusiasme Sebagaimana disampaikan oleh Henry


penonton 7MH pada setiap fan-art. Selama Jenkins, salah satu indikator berkembangnya
proses eksperimen (berakhir 14 Februari 2016) penonton interaktif adalah hadirnya
peneliti telah membuat 57 artwork. Hasilnya penonton yang memiliki kecerdasan
menunjukkan terbentuknya ketertarikan di bersama dan berkembangnya budaya
kalangan penonton 7MH kepada fan-art yang partisipatif. Kecerdasan bersama terbentuk
berimbas pada meningkatnya jumlah pengikut saat audiens sebagai bagian kelompok
peneliti di media sosial. Akun Twitter peneliti bermedia mampu menggabungkan
yang sebelumnya hanya diikuti 300-an orang kecerdasan dan pengetahuan yang mereka
kemudian diikuti 1.145 orang, dan akun miliki untuk menelaah konten media, lalu
Instagram peneliti yang sebelumnya hanya mengomunikasikannya melalui media-media
diikuti sekitar 500 orang, bertambah menjadi baru (Jenkins, 2006b, h. 24). Sementara itu,
2000-an pengikut, yang kebanyakan adalah indikasi berkembangnya budaya partisipatif
sesama penonton 7MH. pada penonton ditunjukkan dengan dua
Pengalaman Surtihati dan eksperimen tren, pertama, hadirnya teknologi baru
peneliti memperlihatkan bahwa sebuah yang memungkinkan konsumen media
jaringan individualisme di lingkungan untuk mengarsip, memberikan keterangan,
penonton 7MH dapat terbentuk dengan memilah, dan membagikan kembali konten
kondisi khusus. Salah satu peluang media. Kedua, terbentuknya budaya sub-
penciptaan jaringan individualisme adalah kultur produksi media Do It Yourself
bila individu yang menjadi sentral informasi (DIY), yang artinya konsumen memiliki
dari jaringan mampu menghadirkan kemampuan untuk memproduksi konten
informasi yang memiliki unsur kebaruan media secara mandiri (Jenkins, 2006a, h.
atau menarik. 135-136).

Gambar 4 Contoh Eksperimen Pengembangan Jaringan Individual oleh Peneliti


Sumber: Akun Instagram Peneliti

183
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

Terbentuknya kecerdasan bersama pada Selain aksi kolektif, berbagai bentuk


penonton 7MH terlihat dari beberapa indikasi partisipasi bermedia muncul dalam bentuk
yang telah dibahas, yaitu (1) terbentuknya kreasi media-media mandiri seperti produksi
inisiatif individu untuk terhubung dengan fan-fiction, surat terbuka, fan-art, meme,
sesama penonton dan pihak produsen 7MH dan fan-vid. Pembentukan media-media
agar dapat memberi pengaruh terhadap mandiri memiliki beberapa fungsi seperti:
isi pesan media, (2) aktif memanfaatkan (1) simbol devosi dan dukungan terhadap
berbagai media online untuk mencari, tayangan, (2) ekspresi kritik dan masukan
memilah, mengarsip, dan membagikan dari para penonton kepada produsen konten
informasi sehubungan tayangan 7MH, media, dan (3) sebagai alat yang mendukung
serta (3) bergabung dalam berbagai bentuk penyampaian pesan, misalnya dalam demo
komunitas online agar dapat secara kolektif atau aksi kampanye tagar. Produksi media
menelaah dan memberi masukan terhadap isi mandiri yang didistribusikan melalui media-
tayangan yang merupakan bentuk partisipasi media online menunjukkan perkembangan
aktif dalam bermedia. budaya partisipatif di kalangan penonton
Selain itu bentuk kecerdasan bersama 7MH.
terlihat dari terciptanya aksi kolektif para Pada akhirnya berbagai bentuk parti­
penonton 7MH untuk mencapai tujuan sipasi aktif penonton sinetron 7MH untuk
yang sama. Aksi kolektif, baik berupa aksi terlibat dalam bermedia menunjukkan bahwa
demo online maupun kampanye tagar, telah penonton 7MH bukanlah penonton pasif,
berhasil mendapatkan berbagai tanggapan namun mampu memberikan masukan bahkan
dari pihak produsen konten media, antara intervensi terhadap isi tayangan. Hal ini
lain: (1) perbaikan atau perubahan pada mengukuhkan peran penonton sinetron 7MH
alur cerita, (2) respons langsung ataupun sebagai penonton interaktif.
tidak langsung terhadap surat terbuka,
kritik, dan saran dari penonton, dan (3) SIMPULAN

interaksi aktif dari pihak produsen untuk Hasil penelitian ini menunjukkan
berkomunikasi dan meminta masukan para bahwa penonton sinetron 7MH memenuhi
penonton melalui media-media online. ciri-ciri sebagai penonton interaktif karena
Aksi kolektif tagar #7MHtayang­ kehadiran era konvergensi tidak mematikan
kandiMNCTV yang berhasil me­ mindah fungsi televisi sebagai media konvensional
tayangan 7MH dari stasiun televisi RCTI namun makin meningkatkan interaktivitas
ke MNCTV mencerminkan peningkatan para penontonnya. Di era konvergensi,
power para penonton sinetron untuk aktivitas menonton sinetron tidak hanya
melakukan intervensi kepada produsen murni berupa interaksi penontonnya
pesan media. Berbagai aksi kolektif tersebut dengan pesawat televisi, namun telah
menunjukkan terbentuknya modal sosial berkembang menjadi aktivitas menonton
dan menguatnya power penonton 7MH. televisi sambil menggunakan media online.

184
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

Media online mempermudah penyampaian penonton 7MH di media juga meningkat


aspirasi penonton televisi, meningkatkan melalui penciptaan berbagai produksi konten
ikatan antara penonton dengan produsen media mandiri, baik teks, gambar, maupun
konten media (Production House dan audio-visual, yang sekaligus menjadi
stasiun televisi), bahkan membentuk indikasi berkembangnya budaya partisipatif.
loyalitas terhadap tayangan. Kehadiran Saran
media-media online telah memperluas cara
Metode netnografi dalam penelitian
penonton mengonsumsi sinetron 7MH.
ini menjadi metode yang efektif karena
Melalui pemanfaatan media online, memiliki tahapan metodologi yang rinci
penonton 7MH secara aktif dan di­ dan jelas untuk memandu peneliti serta
dorong oleh inisiatif sendiri memilih memungkinkan peneliti terlibat langsung
untuk terhubung dengan para penonton secara aktif dalam lingkungan penelitian.
lain maupun produsen konten media. Namun, proses pengumpulan data
Interaksi bersifat individual dan komunal. yang hanya melalui media online, tidak
Pada lingkup individual, sinetron masih mencakup offline atau tatap muka antara
memberikan pengaruh dalam jaringan lokal, peneliti dengan subjek penelitian, memiliki
namun interaksi lebih dominan terjadi di kekurangan karena dapat membatasi
ranah online. Pada lingkup komunal, media kehadiran informasi-informasi baru yang
online telah memperluas jaringan sosial bergulir di media.
penonton menjadi lebih global, melalui
Penelitian mengenai penonton televisi
komunitas virtual (fandom). Sementara pada
di era konvergensi masih potensial untuk
komunitas fandom online, para penonton
terus digali dan dikembangkan bahkan
7MH membentuk aspek-aspek sosial
dengan kemungkinan variasi metode
kultural sebagai identitas kolektif.
penelitian yang berbeda pula, mengingat
Tiap kelompok fandom 7MH dapat sinetron hanya merupakan salah satu
berkembang membentuk pola jaringan yang dari sekian banyak acara yang disiarkan
bervariasi meskipun motivasi terbentuknya oleh televisi Indonesia. Percepatan yang
jaringan berasal dari ketertarikan yang terjadi di era konvergensi juga membuka
sama. Di samping jaringan lokal dan global, peluang untuk mengembangkan penelitian
penonton juga mengembangkan jaringan ini dengan kemungkinan variasi metode
individualisme. penelitian yang berbeda.
Dinamika penonton 7MH dalam
DAFTAR RUJUKAN
jaringan menunjukkan bahwa di kalangan
penonton 7MH telah berkembang kecerdasan Akarpadinews.com. (2013). Orang Indonesia
bersama melalui berbagai aksi kolektif yang 94 persen suka nonton tv 24 persen pilih
nonton sinetron. <http://akarpadinews.
menunjukkan peningkatan modal sosial
com/read/seni-hiburan/orang-indonesia-
dan power penonton 7MH untuk memberi 94-persen-sukanonton-tv-24-persen-pilih-
pengaruh pada konten media. Partisipasi nontonsinetron>.

185
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

Astutiningsih, I. (2012). Memakna ulang maskulinitas: (Studi perilaku menonton dan resepsi
Fan fiction sebagai resepsi penggemar novel siaran televisi Indonesia oleh mahasiswa
Harry Potter di ruang cyber (Studi slash fiction Vietnam). <http://etd.repository.ugm.ac.id/
di situs www.fanfiction.net) (Tesis). Yogyakarta, index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pe
Indonesia: Universitas Gadjah Mada. nelitianDetail&act=view&typ=html&buku_
Baym, N. (2010). Personal connections in the id=64404>.
digital age: Digital media and society series. D’heer, E. & Courtois, C. (2012). Second screen
UK: Polity Press. applications and tablet users: Constellation,
Bisnis Tempo. (2013). Acara tv ini paling digemari awareness, experience and interest. Ghent,
penonton Indonesia. <http://bisnis.tempo.co/ Belgium: Department of Communication
read/news/2013/03/06/090465467/acara-tv- Studies.
ini-paling-digemari-penonton-indonesia>. Diahloka, C. (2012). Pengaruh sinetron televisi dan film
Castells, M. (2010). The rise of the network Society terhadap perkembangan moral remaja. Jurnal
(2nd ed.). London, UK : Wiley-Blackwell Reformasi, 2(1), 23-29. Malang, Indonesia:
Publishing Ltd. Universitas Tribhuwana Tunggadewi.

Comunello, F. & Mulargia, S. (2015). User- Ford, S. (2008). Soap operas and the history
generated video gaming: Little big of fan discussion. Transformative Works
planet and participatory cultures in Italy. and Cultures, 1, 149-166. http://dx.doi.
Games and Culture, 10(1), 57-80. DOI: org/10.3983/twc.2008.0042.
10.1177/1555412014557028. Gearhart, S. & Kang, S. (2014). Social media
Costello, V. & Moore, B. (2007). Cultural outlaws in television news: The effects of Twitter
an examination of audience activity and online and Facebook comments on journalism.
television fandom. Journal Of Television & Electronic News, 8(4), 243-259. DOI:
New Media, 8(2), 124-143. DOI: 10.1177/ 10.1177/193124311 4567565.
1527476406299112. Goggin, G. (2006). Cellphone culture: Mobile
De Kosnik, A., El Ghaoui, L., Cuntz-Leng, V., technology in everyday life. London, UK:
Godbehere, A., Horbinski, A., Hutz, A., Pastel, Routledge.
R. & Pham, V. (2015). Watching, creating, Goodwin, A. & Whannel, G. (2005). Understanding
and archiving: Observations on the quantity television. London, UK: Routledge.
and temporality of fannish productivity in Greer, C.F. & Ferguson, D.A. (2011). Following
online fan fiction archives. Convergence: The local. Television news personalities on
International Journal of Research into New Twitter: A uses and gratifications approach
Media Technologies, 21(1), 145–164. DOI: to social networking. Electronic News, 5(3),
10.1177/1354856514560313. 145-157. DOI: 10.1177/1931243111420405.
Deuze, M. (2006). Ethnic media, community Hanson, J. (2007). 24/7 how cell phones and the
media and participatory culture. Journal internet change the way we live, work, and
of Journalism, 7(3), 262–280. DOI: play. London, UK: Praeger.
10.1177/1464884906065512
Harrington, C.L. & Bielby, D. (1995). Soap fans:
-------------. (2007). Convergence culture in the Pursuing pleasure and making meaning in
creative industries. International Journal a everyday life. Philadelphia, US: Temple
of Cultural Studies, 10 (2), 243–263. DOI: University Press.
10.1177/1367877907076793.
Hasnawati (2013). Dampak menonton tayangan
Dewi, D.K. (2013). Praktik menonton siaran sinetron putih abu-abu terhadap perilaku anak
televisi Indonesia oleh penonton asing di Kelurahan Sidodamai Samarinda: Studi

186
Margareta Wulandari & Novi Kurnia. Jaringan Sosial dan...

pada adegan aksi bullying dalam Sinetron Labib, M. (2002). Potret sinetron Indonesia antara
Putih Abu-Abu di SCTV. Ejournal Ilmu realitas virtual dan realitas sosial. Jakarta,
Komunikasi, 1 (2), 126-137. Indonesia: MU:3 Books.
Hine, C. (2015). Ethnography for the internet: Marketers.com. (2014). Sepuluh tahun terakhir
Embedded, embodied and everyday. London, rating sinetron turun. <http://marketeers.
UK: Bloomsbury Academic. com/article/sepuluh-tahun-terakhir-rating-
Iminds. (2015). Traditional and ‘new’ TV watching sinetron-turun.html>.
go hand in hand. <https://www.iminds.be/en/ -------------. (2015). Rating turun mengapa sinetron
gain-insights/digimeter/2015/tv-watching>. masih populer. <http://marketeers.com/
Jenkins, H. (1988). Star Trek rerun, reread, rewritten: article/rating-turun-mengapa-sinetron-masih-
Fan writing as textual poaching. Critical populer.html>.
Studies in Mass Communication, 5(2), 85-107. McLuhan, M. (2002). Understanding media - The
-------------. (2004). The cultural logic of media extensions of man. London, UK: Roudledge.
convergence. International Journal of -------------. (2011). The Gutenberg galaxy - The
Cultural Studies, 7(1), 33–43 making of typographic man. Toronto, Canada:
-------------. (2006a). Convergence culture: Where University of Toronto Press.
old and new media collide. New York, US: McQuail, D. (1997). Audience analysis. Thousand
University Press Oaks, US: Sage.
-------------. (2006b). Fans, bloggers, and games: Morley, D. (1992). Television, audience and cultural
Exploring participatory culture. New York, studies. London, UK: Routledge.
US: University Press -------------. (2005). Family television: Cultural
Kitley, P. (2000). Television, nation, and culture in power And domestic leisure. London, UK:
Indonesia. United States of America. Ohio: Routledge.
University Center for International Studies. Nee, R.C. & Dozier, D.M. (2015). Second screen
Kozinets, R. V. (1997). ‘I want to believe’: A effects: Linking multiscreen media use to
netnography of the X-philes’ subculture television engagement and incidental learning.
of consumption. In Advances in consumer Convergence: The International Journal of
research, 24, 470–475. Research into New Media Technologies, 23(2),
-------------. (2012). Netnography, doing 1–14. DOI: 10.1177/1354856515592510
ethnographic research online. London, UK: Nielsen. (2013a). Action figures: How second
Sage Publications, Ltd. screens are transforming tv viewing. <http://
-------------. (2015a). Netnography: Understanding www.nielsen.com/us/en/insights/news/2013/
networked communication society. In Willig, action-figures--how-second-screens-are-
C. & Stainton-Rogers, W. The Sage handbook transforming-tv-viewing.html>.
of psychology. pp. 374- 380. London, UK: -------------. (2013b). The follow-back:
Sage Publication. Understanding the two-way casual influence
-------------. (2015b). Netnography redefine (2nd between twitter activity and tv viewership.
Ed.). London, UK: Sage Publications, Ltd. <http://www.nielsen.com/us/en /insights/
news/2013/the-follow-back--understanding-
Komisi Penyiaran Indonesia. (2015). Siaran pers
the-two-way-causal-influence-betw.html>.
hasil survei KPI kualitas program televisi
rendah. <http://www.kpi.go.id/index.php/ -------------. (2014). Konsumsi media lebih tinggi
lihat-terkini/38-dalam-negeri/32784-siaran- di luar Jawa. (http://www.nielsen.com/id/en/
pers-hasil-survei-kpi-kualitas-program- press-room/2014/nielsen-konsumsi-media-
televisi-rendah>. lebih-tinggi-di-luar-jawa.html).

187
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 2, Desember 2017: 169-188

Shefner-Rogers, C. L., Rogers, E. M., & Singhal, A. Tohari, A., et al. (2005). Sinetron Indonesia untuk pasar
(1998). Parasocial interaction with the television dan budaya. Yogyakarta, Indonesia: LP3Y.
soap operas “Simplemente Maria” and “Oshin”. Tse, Y.K. (2014). Television’s changing role in
Keio Communication Review, 20, 3-18. social togetherness in the personalized online
Shirky, C. (2010). Here comes everybody, the power consumption of foreign TV. New media & society,
of organizing, without organizations. New 18(8), 1– 16. DOI: 10.1177/1461444814564818.
York, US: The Penguin Press. Underberg, N. M. & Zorn, E. (2013). Digital
Smith, M. A., Rainie, L., Himelboim, I. & Shneiderman, ethnography: Anthropology, narrative, and new
B. (2014). Maping twitter topic networks: media. Texas, US: University Of Texas Press.
From polarized crowds to community clusters. van Es, K. (2016). Social tv and the participation
Washington, US: Pew Research Center. dilemma in NBC’s The Voice. Television
Syahputra, I. (2007). Dampak sinetron religius & New Media, 17(2), 108–123. DOI:
terhadap kehidupan keagamaan pada 10.1177/1527476415616191
jama’ah Masjid Fathul Qorib Prawirodirjan van Dijk, J. (2005). The network society: Social aspects
Gondomanan Yogyakarta. Aplikasia, Jurnal of new media. London, UK : Sage Publications
aplikasi llmu-Ilmu Agama, 8(2), 150-182. Ltd.
Tayangan bermutu rendah. (2015, 30 Juni). Yogisworo, B. (2010). Resume penerimaan pemirsa
Republika. <http://www.republika.co.id/ mengenai tayangan sinetron religi rahasia illahi
berita/koran/leasure/15/06/30/nqqwsm40- dan para pencari Tuhan (Skripsi). Semarang,
siesta-tayangan-bermutu-rendah>. Indonesia: Universitas Diponegoro.

188

Anda mungkin juga menyukai