Anda di halaman 1dari 12

Vol.2 No.

11 April 2022 3675


……………………………………………………………………………………………………...
KONVERGENSI MEDIA DAN MEMORI KOLEKTIF MASYARAKAT INDONESIA

Oleh
Deby Puspitaningrum
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Sarana Informatika
Jl. Kramat Raya No.98, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10450, Telp (021) 23231170
E-mail: debby.dby@bsi.ac.id

Abstract
Penemuan internet menyebabkan perubahan besar pada media yang ditandai dengan terjadinya
konvergensi media. Dari sisi teknologi, konvergensi media dapat dilihat dari maraknya
penggunaan ponsel pintar untuk menikmati berbagai jenis media hanya dengan satu genggaman.
Dari aspek budaya, konvergensi media dapat dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang
menjadi “prosumer” atau pembuat konten. Menggunakan tinjauan pustaka dari berbagai sumber,
seperti jurnal, buku, website, dan artikel di media online, tulisan ini membahas konvergensi media
yang terjadi di Indonesia. Konvergensi media dapat dijadikan sebagai memori kolektif masyarakat
Indonesia, karena konten-konten yang pernah muncul di media-media di Indonesia pada masa lalu,
dapat dinikmati hingga saat ini bahkan di masa depan dengan adanya konvergensi media.
Pelestarian konten atau kurasi digital diperlukan agar konten tidak hilang, terutama konten
legendaris dan populer pada masanya. Individu, komunitas, organisasi, perusahaan media, atau
industri media dapat terus membuat konten yang berkualitas dan terus mengunggahnya ke
platform digital agar konten berkualitas tidak hilang dari masa ke masa.
Keywords: Media, Konvergensi, Masyarakat, Konten, Memori

PENDAHULUAN konten media menjadi semakin mudah


Sejak internet ditemukan, perubahan didistribusi dan dikonsumsi masyarakat karena
banyak sekali terjadi pada dunia ini. mudah di-share dengan akses internet.
Penggunaan internet saat ini bermula dari Keempat, memungkinkan adanya interaksi
temuan ahli sains Inggris, Tim Berners-Lee, antara pengguna media dan konten media. Para
berupa HTML (Hypertext Markup Language) pengguna media dapat saling berdiskusi dan
pada tahun 1990-an. Temuan tersebut memberikan feedback, bahkan juga sekaligus
memungkinkan adanya jaringan sederhana menjadi produsen selain konsumen [2].
pada komputer yang dikenal saat ini sebagai Konvergensi media terjadi sejak internet
World Wide Web [1]. ditemukan.
Perubahan besar dari temuan internet Tulisan pada jurnal ini mengangkat
menyebabkan beberapa hal terjadi pada media. konvergensi media yang terjadi di Indonesia,
Pertama, konten media dapat berubah menjadi yang dapat menjadi memori kolektif bagi
format digital. Bentuk media, baik dari sisi teks, masyarakat Indonesia karena pelestarian
image, audio, dan video menjadi konten dapat dilakukan melalui konvergensi
berkonvergensi. Kedua, produksi media juga media.
berubah. Penulis buku kini banyak
menggunakan word processor, sementara LANDASAN TEORI
musisi dapat memanipulasi hasil rekaman Konvergensi Media
audionya dengan program di software, atau Konvergensi media merupakan sebuah
pembuat film yang dapat mengedit hasil proses yang kini terjadi dan merupakan
rekaman gambarnya secara digital. Ketiga, persimpangan antara teknologi media, industri,

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3676 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
konten, dan khalayak. Dengan adanya media. Tingkat ketiga adalah “meta-teknologi”
konvergensi media maka terjadi keterkaitan atau media digital yang dapat memulihkan dan
antara komputasi dan komunikasi. Media menggabungkan kembali tingkat lainnya [4].
menjadi ada di mana-mana dan sangat mudah Menurut Tim Dwyer, konvergensi media
ditemui. Terdapat lima (5) aspek yang berkaitan merupakan teknologi baru yang diakomodasi
dengan konvergensi media, yaitu: konvergensi oleh media yang ada, oleh industri komunikasi
teknologi, konvergensi ekonomi, konvergensi serta budaya. Media digital muncul sebagai
sosial atau organik, konvergensi budaya atau fenomena superstruktur di atas industri media.
kultural, dan konvergensi global [3]. Sementara itu, Bolter dan Grusin
Konvergensi teknologi adalah terjadinya mengemukakan bahwa konvergensi media
digitalisasi terhadap semua konten di media. adalah perbaikan, yang merepresentasikan
Contohnya berupa kata-kata, gambar, atau medium lainnya dan terjadi paling tidak pada 3
suara yang diubah menjadi informasi digital. perangkat penting dalam teknologi yaitu
Konvergensi ekonomi adalah terjadinya telepon, televisi, dan komputer [4].
integrasi horizontal dalam industri hiburan. Konvergensi media menjadi bagian dari
Konvergensi sosial atau organik adalah strategi mediamorfosis, yaitu sebuah transformasi
multitasking konsumen untuk menavigasi media komunikasi yang timbul sebagai
lingkungan informasi baru. Konvergensi implikasi dari hubungan timbal balik antara
budaya adalah bentuk kreativitas baru atas berbagai kebutuhan yang dirasakan, serta
persimpangan berbagai teknologi media, berbagai inovasi teknologi dan sosial.
industri, dan konsumen. Dalam hal ini, Konvergensi media dapat merujuk pada
ditumbuhkan budaya masyarakat partisipatif platform yang biasa dikenal masyarakat umum
yang memberikan kesempatan agar mereka sebagai multimedia, yaitu penyatuan dua
dapat mengarsipkan, membubuhi keterangan, medium komunikasi atau lebih [5].
konten yang sesuai, dan resirkulasi. Budaya Disebutkan dalam Jenkins (2008) bahwa
tersebut dapat digunakan perusahaan media konvergensi media harus dipahami sebagai
untuk membuat konten yang murah serta proses hubungan antara dua hal, yaitu antara
pengembangan konten melintasi banyak perusahaan media atau selaku produsen yang
saluran. Konvergensi global adalah munculnya mendorong dari atas ke bawah, serta konsumen
budaya hibridisasi yang dihasilkan dalam yang mendorong dari bawah ke atas. Aliran
peredaran konten media internasional. Bentuk- konten media di seluruh saluran dapat
bentuk baru ini mencerminkan pengalaman digunakan oleh produsen untuk memperluas
menjadi warga yang disebut McLuhann sebagai peluang pendapatan, memperluas loyalitas,
yang berada dalam “Global Village” atau “Desa sekaligus komitmen konsumen. Hubungan
Global” [3]. keduanya dapat saling menguatkan dan
Konvergensi media didefinisikan oleh mendekatkan sehingga produsen dan konsumen
Klaus Bruhn Jensen sebagai praktek merasakan manfaatnya. Namun, terkadang
komunikasi yang bermigrasi secara terbuka dapat menimbulkan konflik sehingga
melintasi teknologi material yang berbeda dan diperlukan negosiasi untuk menyelesaikannya.
institusi sosial. Terdapat tiga (3) tingkat mode Dengan demikian, konvergensi media
interaksi komunikasi yang terpengaruh akan hal berimplikasi pada perubahan hubungan antara
ini yang dikenal sebagai “Three Degrees”. produsen (perusahaan media), dengan
Tingkat pertama adalah yang melibatkan konsumen. Jika hubungan keduanya semula
perangkat komunikasi interpersonal, termasuk berjarak, melalui konvergensi media maka
komunikasi tatap muka dan tulisan. Tingkat hubungannya menjadi dekat. Konsumen dapat
kedua adalah teknologi, sebuah label bentuk menjadi UGC (User Generated Content).
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3677
……………………………………………………………………………………………………...
UGC dapat membentuk cara baru bagi serta masyarakat industrial (Industrial Society).
orang dalam menonton tayangan video dan Masyarakat preagrikultural kebanyakan hidup
televisi. UGC menciptakan pola tampilan baru dalam kelompok kecil. Mereka merupakan
dan interaksi sosial, memberdayakan pengguna pemburu binatang dan pengumpul tanaman.
untuk lebih kreatif dan mengembangkan Pada masyarakat tipe ini, yang kerap
peluang bisnis baru [7]. Dalam UGC, pengguna menyebarkan berita atau informasi adalah
umumnya merupakan kontributor internet aktif dukun dan pendongeng. Informasi yang
yang memasukkan sejumlah upaya kreatif di disebarkan berbentuk bahasa lisan. Masyarakat
luar pekerja profesional yang melakukan agrikultural sebagian besar hidupnya
rutinitas dalam memproduksi media. Pengguna melakukan pekerjaan di sektor pertanian dan
dapat menjadi “prosumer” yaitu berada pada melakukan ekstraksi sumber daya, seperti
posisi bipolar antara produsen versus konsumen memancing, menebang, dan menambang.
atau dapat juga profesional versus konsumen Literasi mulai dikenal pada masyarakat ini dan
[8]. sudah ada informasi yang berbentuk bahasa
Konvergensi Media dan Perubahan tertulis, seperti berupa buku yang ditulis tangan.
Masyarakat Masyarakat industrial sudah mengenal adanya
Media, yang dapat diartikan sebagai percetakan dan media massa, sehingga
medium atau saluran untuk menyampaikan informasi berbentuk buku dan media lainnya
pesan dari satu orang ke orang lain, atau juga yang dicetak menjadi hal yang umum [11].
dapat merujuk pada industri komunikasi, yang Konvergensi media yang terjadi saat ini
mana pada abad ke-19 ditandai oleh memiliki pengaruh besar pada masyarakat
kemunculan industri surat kabar, majalah, dan informasi atau Information Society.
film; dapat membawa pengaruh besar [9]. Konvergensi Media dan Industri
Pemikiran dari McLuhan menyebutkan, Komunikasi
pengaruh besar dari media berkaitan dengan Konvergensi media dapat terjadi pada
banyak aspek kehidupan masyarakat dan berbagai industri komunikasi, dari sektor baca,
lingkungan. Media dapat membentuk pola audio, hingga audio visual. Berbagai sektor
saling ketergantungan sosial dan mengubah tersebut dapat saling bersimpangan. Sektor
setiap aspek kehidupan masyarakat. Bahkan, baca melibatkan industri buku, surat kabar, dan
pembentukan itu dapat dilakukan secara majalah. Sektor audio melibatkan industri
dramatis [10]. Gaya hidup masyarakat dapat radio, musik dan rekaman. Sedangkan sektor
berubah ketika terjadinya konvergensi media, audio visual melibatkan industri film, televisi,
terutama pada masyarakat yang masuk pada dan video game. Dalam Greenhood & Gentry
kategori dewasa muda, mereka mengalami (1996) disebutkan bahwa industri buku dimulai
perubahan. Mereka tidak mudah lagi dijangkau dari penciptaan buku modern pada tahun 1455
oleh media konvensional karena sudah sibuk oleh Johannes Gutenberg, yang saat itu
dengan ponsel pintar, video game, atau mencetak FortyTwo Line Bible [12]. Awalnya
perangkat digital pemutar musik dan lagu. pencetakan buku berkaitan dengan teks-teks
Mereka adalah masyarakat informasi atau agama dan hukum. Pada tahun 1660, buku telah
Information Society, yang memiliki menjadi kekuatan untuk perubahan dan
ketergantungan pada produksi dan konsumsi pengaruh [12]. Industri surat kabar modern
informasi [11]. Sebelum terdapat masyarakat merupakan produk dari kehidupan kota. Surat
yang bergaya hidup seperti itu, ada tipe kabar tidak hanya merupakan alat propaganda
masyarakat lainnya, yaitu masyarakat dan opini, tapi juga menjadi bentuk sastra
preagrikultural (Preagricultural Society), populer. Industri surat kabar membutuhkan
masyarakat agrikultural (Agricultural Society), biaya yang tinggi karena ada investasi untuk

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3678 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
mesin cetak, tinta, kertas, juga tenaga kerja. Memori berhubungan dengan proses dialektis
Oleh karena itu, banyak industri surat kabar antara diri manusia dengan kejadian yang
yang merupakan bagian dari perusahaan besar dialaminya. Memori juga berhubungan dengan
yang menghasilkan media berbeda [13]. materi serta pikiran. Sedangkan kolektif
Industri majalah adalah industri yang menurut Emile Durkheim dimaknai sebagai
mengadopsi teknologi produksi, distribusi fakta sosial atau kolektivitas. Fakta sosial atau
pencetakan, dan produksi kertas. Industri kolektivitas tersebut dapat diwariskan dari satu
majalah pada abad ke-20 mencerminkan gaya generasi ke generasi berikutnya sehingga tidak
hidup baru berisi konten editorial untuk akan hilang karena struktur kolektif tertentu
demografi yang terdefinisi secara baik serta telah terbentuk. Halbwachs mengemukakan,
psikografi yang mencerminkan selera umum, memori manusia pada dasarnya tidak bersifat
mode, dan selera hiburan [14]. individual. Terdapat proses sosial atau proses
Industri radio merupakan industri yang kolektif yang telah dilaluinya. Terdapat fungsi
harus menyediakan tingkat kualitas suara dan khusus pada memori kolektif yaitu mencipta
keandalan penerimaan yang sangat unggul. ulang kejadian pada masa lalu untuk kejadian
Terdapat konten program musik, informasi pada masa kini sebagai pengharapan atas masa
kondisi lalu lintas, dan prakiraan cuaca [15]. mendatang yang lebih baik [19].
Industri musik dan rekaman mengandalkan Memori kolektif juga berhubungan dengan
kekreatifan individu-individu yang terlibat di memori kultural, karena antara memori dan
dalamnya, seperti produser, artis, pencipta konteks sosio-kultural terdapat keterhubungan.
musik atau lagu, dan programmer. Industri film Kultural atau budaya memiliki tiga dimensi,
adalah industri yang memulainya dari ide atau yaitu sosial (seperti orang, hubungan sosial,
skrip, baik berupa fiksi atau non-fiksi dan dapat institusi), material (seperti artefak dan media),
berasal dari buku, komik, program televisi, dan aspek mental (seperti cara berpikir dan
permainan, atau remake film lainnya [16]. sikap mental). Dalam hal ini, proses mengingat
Industri televisi melibatkan banyak sekali juga merupakan bagian dari budaya. Memori
orang, seperti produser, sutradara, penulis, dapat terbentuk dari seringnya berinteraksi
aktor dan aktris, pekerja kreatif, serta dengan orang-orang di sekitar dan berinteraksi
melibatkan studio dan berbagai hal di belakang dengan berbagai media yang digunakan.
layar [17]. Sementara itu, industri video game Interaksi tersebut dapat memunculkan recall
adalah industri yang terus tumbuh secara atau memanggil kembali memori lama dan
dramatis selama dekade terakhir, memotong memasukkan memori baru dalam diri individu.
media mainstream dan menjadi bagian dari Memori dapat muncul tiba-tiba dalam diri
budaya media mainstream. Industri ini individu karena berbagai faktor eksternal.
melibatkan konsol dan perangkat berbasis PC Misalnya, dari hasil perbincangan dengan
[18]. orang-orang, dan dari media yang dibaca,
Memori Kolektif didengar, atau ditonton [20].
Konsep memori kolektif atau collective Anderson mengatakan, televisi dianggap
memory dikembangkan oleh Maurice secara luas sebagai fasilitator ideal dari memori
Halbwachs, filsuf dan sosiolog yang budaya dengan ritualnya. Status televisi adalah
merupakan murid dari Emile Durkheim. sebagai agen komunikasi sosial dan memori
Konsep kolektif memori sangat berkaitan budaya. Maurice Halbwachs dan Jan Assman
dengan media, seperti konten berupa news dan menyebutnya dengan istilah “memori kolektif”
film yang dimuat di media. Melalui konten- di mana memori itu hidup melalui komunikasi
konten yang ada dalam media, memori atau [21].
ingatan masyarakat akan terus terbentuk.
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3679
……………………………………………………………………………………………………...
METODE PENELITIAN mudahnya dinikmati semua. Contohnya,
Literature review atau kajian literatur membaca konten surat kabar, majalah, dan
digunakan pada jurnal ini. Kajian literatur buku kini dapat dilakukan semuanya sekaligus
merupakan ringkasan, analisis, dan evaluasi di ponsel pintar atau komputer tablet. Begitu
pada literatur yang dapat digunakan untuk juga dengan mendengarkan lagu atau musik,
menjelaskan area yang dikaji. Literature menonton film, dan bermain game. Menyimak
review dapat menyoroti area yang berkaitan siaran radio dan tayangan di televisi bahkan
dengan topik yang ada. Setelah topik dipilih juga dapat dilakukan di ponsel pintar atau
atau ditemukan, selanjutnya dicari tentang komputer tablet.
berbagai informasi yang berkaitan dengan topik Berbagai game klasik seperti Teka-teki
tersebut lalu dianalisis dan dievaluasi [22]. Silang (TTS), Tebak Gambar, dan Block Puzzle
Menurut Machi & McEvoy (2012), kajian dapat ditemui dengan mudahnya di ponsel
literatur merupakan dokumen tertulis yang pintar melalui aplikasi yang tersedia. Berbagai
menyajikan suatu topik yang diargumentasikan film box office yang pernah ditayangkan di
secara logis berdasarkan pemahaman tentang bioskop Tanah Air juga dapat dinikmati. Selain
keadaan pengetahuan saat ini [23]. Literature itu, buku dari berbagai genre yang semula
review dapat menjadi metode yang relevan agar hanya bisa didapatkan di toko buku atau
tidak sulit mengikuti kondisi yang mutakhir dan perpustakaan, kini dengan mudahnya bisa
dapat menciptakan dasar yang kuat untuk didapatkan dan dibaca di ponsel pintar atau
memajukan pengetahuan [24]. Adapun komputer tablet. Contohnya buku ber-genre
pengetahuan yang digali dalam jurnal ini adalah biografi, bisnis dan investasi, genre kesehatan,
tentang konvergensi media di Indonesia dalam pendidikan, serta fiksi.
kaitannya dengan memori kolektif masyarakat Buku dengan format digital atau e-book
Indonesia. kini banyak diproduksi beberapa penerbit besar
di Indonesia. Toko buku digital juga
HASIL DAN PEMBAHASAN bermunculan di Tanah Air, seperti
Konvergensi media yang marak terjadi Gramedia.com, Mizanstore.com,
di Indonesia, utamanya berkaitan dengan Booksandbeyond.co.id, Periplus.com,
konvergensi teknologi dan budaya. Dari Grobmart.com, Bookdepository.com,
konvergensi teknologi, terlihat bahwa Kinokuniya.co.id, serta Bukabuku.com [26].
perusahaan-perusahaan atau industri-industri Siberkreasi, sebagai gerakan nasional literasi
yang menjadi penyedia konten di industri baca, digital yang kerap kali bekerjasama dengan
audio, maupun audio visual, telah menyatu kementerian di Indonesia, juga memiliki situs
dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak literasidigital.id, yang isinya berupa sejumlah
di bidang komputer dan jaringan buku berkonten literasi digital bagi masyarakat
telekomunikasi. Perusahaan media seperti Indonesia. Konten buku dalam situs tersebut
Kompas, dari awalnya berupa media cetak adalah hasil kerjasama Kominfo, Center for
koran atau surat kabar, kini ditambah menjadi Digital Society (CfDS), ICTwatch, Puskakom
portal berita online yaitu Kompas.com, ePaper UI, dan EcpatIndonesia. Layanan VOD (Video
Kompas, serta kanal YouTube KompasTV on Demand) atau video yang ditayangkan
[25]. sesuai permintaan juga marak bermunculan.
Dampak dari konvergensi media adalah Selain berbagai video yang ada di kanal-kanal
hanya dengan perangkat ponsel pintar, tablet, YouTube, juga ada di Netflix, Maxstream, Iflix,
komputer, atau laptop berakses internet, Vidio, VIU, Disney+, WeTV, HBO GO [27].
berbagai konten yang semula hanya dapat Dari konvergensi budaya di Indonesia
dinikmati di satu media saja kini dapat dengan yang merupakan bagian dari konvergensi

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3680 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
media, terlihat pada semakin banyaknya Childhood. Para kreator konten dan para
masyarakat Indonesia yang menjadi subscriber juga banyak yang berasal dari
“prosumer” atau kreator konten. Para kreator generasi tersebut.
konten di Indonesia tersebut umumnya berasal Konten menjadi hal yang sangat penting
dari generasi milenial dan generasi post diperhatikan dalam konvergensi media.
millenial atau generasi Z atau generasi internet. Sebagaimana diketahui, konsumen, khalayak,
Disebutkan dalam McAlister (2009) bahwa publik atau subscriber membutuhkan media
generasi milenial adalah mereka yang lahir karena mereka ingin mengetahui atau
antara tahun 1982-2002. Mereka adalah menikmati kontennya. Menurut Jones (2016),
pengguna ponsel karena ponsel sudah tersedia konten adalah “buzzword.” Konsumen,
dan berfungsi lebih dari sekedar alat khalayak, publik atau subscriber tidak
komunikasi verbal. Perangkat pemutar MP3 mempermasalahkan siapa yang memproduksi
juga sudah tersedia pada generasi mereka [28]. atau menghasilkan konten, mereka juga tidak
Beberapa karakteristik dari generasi milenial peduli tentang asal-usul konten, tidak peduli
adalah sepanjang waktunya sering dihabiskan pula apakah itu editorial atau iklan dan di mana
di depan layar komputer, percaya diri, diproduksinya, yang mereka pedulikan
berorientasi pada prestasi, multitasker (karena hanyalah kualitas dari konten tersebut atau
TV, komputer, MP3, dan ponsel adalah bagian seperti apa kebermanfaatannya bagi mereka
integral dalam kehidupan mereka), serta [32]. Menurut Kortum (2004), konten berperan
TechnoSavvy yang terus menyerap teknologi penting dalam penilaian peringkat oleh
terbaru. Generasi internet adalah generasi yang khalayak. Konten yang diinginkan lebih tinggi
lebih banyak berhubungan atau berinteraksi oleh khalayak maka peringkat kualitasnya juga
secara virtual atau online. Mereka yang masuk lebih tinggi [33].
dalam generasi Z, sejak lahir sudah akrab McLuhan pernah mengatakan,
dengan teknologi dan internet, juga smartphone “Medium is the message” atau media adalah
atau telepon seluler yang canggih. Generasi Z pesannya. Tanpa adanya konten maka medium
disebut juga generasi “born with a chip” atau media tidak akan ada [34]. Lebih jauh
sehingga generasi ini akrab dengan teknologi McLuhan mengatakan, media tidak akan
komunikasi digital seperti perangkat mobile pernah mati oleh adanya kemunculan dari
phone dan WIFI [29]. media lain. Media lama akan bertahan dan akan
Mereka juga Digital Native yang sangat menjadi bagian atau isi dari media baru.
melek terhadap teknologi. Prensky Dengan kata lain, selama konten dalam suatu
menyebutkan bahwa Digital Native adalah media lama tetap ada maka konten itu tidak
generasi anak muda yang kerapkali akan hilang. Konten tersebut tetap dapat
menggunakan teknologi baru seperti internet, menjadi bagian dari media baru. Konvergensi
video game, ponsel pintar, dan “semua mainan media yang memungkinkan pengalihwujudan
dan alat lain di era digital” sebagai bagian dari konten dari media lama ke media baru dapat
kehidupan sehari-hari [30]. Terdapat juga menjadi solusi dalam pelestarian konten.
Digital Childhood atau anak-anak yang Konten berkualitas yang sudah ada sejak dahulu
mengalami banyak paparan media baru. kala dan dimuat dalam media lama, tetap akan
Mereka tumbuh dalam lingkungan dengan lestari dan dapat dinikmati oleh khalayak,
beragam media dan teknologi [31]. Dengan konsumen, publik, atau subscriber dalam media
demikian, konvergensi budaya di Indonesia baru.
yang merupakan bagian dari konvergensi media Di Indonesia, konvergensi media yang
banyak dilakukan oleh generasi milenial yang dilakukan untuk pelestarian konten banyak
merupakan Digital Native atau Digital dilakukan pada VOD (Video on Demand),
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3681
……………………………………………………………………………………………………...
seperti di YouTube. Dalam alexa.com sejarah klasik. VOD (Video on Demand) seperti
disebutkan, YouTube adalah situs web kedua YouTube juga memungkinkan para Digital
yang paling banyak dikunjungi di seluruh Native atau Digital Childhood dapat
dunia. YouTube adalah media komunikasi mengetahui berbagai video game legendaris.
massa yang paling relevan dalam dekade Konten berupa video game legendaris anak
terakhir. YouTube juga menyimpan catatan tahun 1990-an yang dimuat di YouTube
terperinci dari semua interaksi dan dapat contohnya, membuat mereka yang semula tidak
berbagi kepada pengguna akan beberapa data mengetahui seperti apa video game tersebut dan
yang diproduksi secara publik [35]. bagaimana cara memainkannya menjadi tahu.
YouTube dapat dimanfaatkan dengan Konten video game tidak akan hilang oleh
mudahnya untuk pelestarian konten-konten perubahan zaman selama ada media yang dapat
yang pernah diproduksi pada masa lampau. memuat atau menampilkannya.
Misalnya saja film docudrama propaganda Gambar 2. Video Game Legendaris Anak di
Indonesia yang fenomenal berjudul Tahun 1990-an di YouTube
Penumpasan Penghianatan G30S/PKI. Film
yang diproduksi tahun 1984 tersebut tetap dapat
disaksikan hingga kini. Generasi yang
merupakan Digital Native atau Digital
Childhood di Indonesia, yang belum lahir saat
film itu diproduksi dan ditayangkan, kini dapat
menyaksikannya dengan mudahnya. Padahal
ketika konvergensi media belum terjadi, film
tersebut hanya dapat disaksikan setahun sekali
di layar televisi setiap tanggal 30 September.
Dengan adanya YouTube, film tersebut dapat Sumber: YouTube
disaksikan kapan saja dan dimana saja oleh Konten berupa videoclip lagu atau musik
khalayak atau publik tanpa terikat waktu dan juga akan terus ada dan dapat dinikmati
tempat. khalayak atau publik berkat adanya
Gambar 1. Film Penumpasan Penghianatan konvergensi media. Videoclip berisi lagu-lagu
G30S/PKI di YouTube atau musik era lawas yang pernah menjadi hits
pada masanya dan pernah ditayangkan di
stasiun televisi, seperti videoclip tahun 1970-
an, 1980-an, dan 1990-an masih dapat
dinikmati pada masa saat ini. Tanpa adanya
VOD (Video on Demand) seperti YouTube,
konten-konten legendaris tersebut menjadi
hilang dan tidak ada lagi yang dapat
menikmatinya. Begitu juga dengan konten
lainnya seperti tayangan edukasi, news,
talkshow, dan sports yang pernah ditayangkan
Sumber: YouTube di stasiun televisi.
Adapun yang dimaksud dengan
docudrama adalah sebuah usaha penggabungan
model tayangan dokumenter dengan narasi
film, yang dapat membentuk kembali bahkan
menggantikan dokumenter televisi berisi

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3682 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
Gambar 3. Serial Si Unyil yang Ditayangkan terus dicari dan ingin banyak dinikmati
Tiap Hari Minggu, Tahun 1981-1993 masyarakat.
Para scholar yang mengkaji memori
menekankan pentingnya media dalam
membentuk memori kolektif. Pada tingkat
individu, paparan media dapat meningkatkan
memori individu. Kejadian-kejadian atau hal-
hal penting dapat masuk ke dalam ingatan
individu melalui paparan media. Demikian juga
pada tingkatan yang lebih luas, yaitu tingkatan
publik [37]. Implikasi dari hal tersebut adalah
Sumber: YouTube
berbagai konten yang ada di media, baik yang
Pihak yang mengunggah konten-konten
ada di buku, surat kabar, majalah, terlebih lagi
legendaris atau konten hits yang pernah tayang
televisi, dapat membentuk memori kolektif.
di stasiun televisi atau media konvensial lain ke
Ketika dilakukan konvergensi pada konten-
YouTube dapat pihak perseorangan,
konten tersebut ke VOD (Video on Demand)
komunitas, sampai organisasi atau perusahaan.
seperti YouTube, akan memunculkan memori
Dengan UGC (User Generated Content),
kolektif pula.
konten-konten pada masa saat ini tidak hanya
Berbagai konten di YouTube yang
dapat diproduksi atau direproduksi oleh
merupakan hasil konvergensi dari media-media
organisasi atau perusahaan media atau oleh
konvensional, dapat menjadi memori kolektif
pihak-pihak profesional, tapi juga oleh pihak
jika terus diperbincangkan dan dinikmati.
perseorangan seperti individu yang belum
Bahkan, media baru seperti YouTube dapat
profesional.
menjadi museum atau “rumah” bagi konten-
Namun, karena melakukan
konten lama yang pernah dimuat di media
pengunggahan atau reproduksi konten-konten
konvensional. Disebutkan dalam Proctor
ke VOD (Video on Demand) seperti YouTube
(2010), platform digital merupakan “museum”
dapat dilakukan dengan mudahnya, kurasi
pada masa sekarang. Platform adalah media di
terhadap konten dan regulasi yang jelas
mana informasi atau konten dimunculkan atau
diperlukan, sehingga konten yang diunggah
dipertukarkan. Membuka atau memasuki
atau direproduksi tersebut memang sungguh
platform digital, seperti halnya mengunjungi
konten yang berkualitas dan perlu dilestarikan
pameran atau eksebisi. Dalam hal ini ada
hingga masa mendatang. Selain itu, tidak
kurator digital sebagai moderator dan fasilitator
melanggar hak cipta atau hak karya dari pihak
tentang obyek, topik, atau konten digital yang
pertama yang membuat konten.
akan dimasukkan ke “museum” [38].
Disebutkan Giaretta (2005), bahwa dalam
Konten berupa lagu atau musik juga dapat
perkembangan saat ini, dikenal adanya kurasi
disimpan di “museum” seperti Spotify. Di
digital, yaitu sebuah tindakan untuk
“museum” tersebut masyarakat dapat mengatur
melestarikan konten atau bahan digital dari
sendiri tentang lagu atau musik mana saja yang
masa ke masa untuk generasi sekarang maupun
akan mereka miliki dan dengarkan. Dalam
akan datang [36]. Dengan adanya kurasi digital,
Spivack et al. (2019) disebutkan bahwa lagu-
konten-konten yang pernah dibuat atau
lagu yang diingat adalah kebanyakan telah
diproduksi sebelumnya terselamatkan
disimpan di Spotify. Dengan platform tersebut,
eksistensinya. Konten-konten tersebut dapat
membuat banyak pendengar yang sebagian
terus diperbincangkan dan diingat, sehingga
besar adalah generasi milenial dan generasi post
millenial dapat mengingatnya. Termasuk dapat
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3683
……………………………………………………………………………………………………...
mengingat lagu-lagu lawas yang populer pada Demand) seperti YouTube. Beberapa stasiun
masa tahun 1940-an atau 1950-an [39]. Dalam televisi, seperti TVRI Nasional, RCTI, tvOne,
kaitannya dengan masyarakat Indonesia, jika NET, dan MetroTV juga memiliki konten di
konten-konten media konvensional banyak YouTube. Dengan konten berupa news,
yang dimasukkan ke platform digital seperti pertandingan olahraga, atau talkshow tersebut,
YouTube maka akan membuat konten-konten khalayak atau publik yang belum sempat
tersebut menjadi memori kolektif. Hal ini dapat menonton, atau kembali ingin menonton, dapat
dicontohkan dalam film 3 Dara, sebuah film menontonnya di YouTube bahkan dapat hingga
yang tayangan perdananya diadakan pada 1957 berkali-kali di mana saja dan kapan saja, berkat
di Capitol Theatre, Jakarta. Berdasarkan konvergensi media. Apa yang ditonton, jika
informasi dari Cinemapoetica, film ini meraih sering diperbincangkan ataupun dipaparkan,
banyak prestasi, di antaranya pernah diputar di dapat menjadi memori kolektif bagi masyarakat
Festival Film Venesia pada tahun 1959 serta Indonesia.
memperoleh penghargaan Tata Musik Terbaik
pada FFI (Festival Film Indonesia) tahun 1960. PENUTUP
Film karya Usmar Ismail tersebut Kesimpulan
mendapat kesempatan direstorasi, lalu Media berperan sangat penting dalam
ditayangkan di bioskop Tanah Air dan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Media
kemudian dapat ditemui trailer-nya di dapat membentuk individu, juga dapat
YouTube sehingga dapat dinikmati pada masa membentuk masyarakat. Terjadinya
kini. Film lawas tersebut menjadi memori konvergensi media, yang berarti terjadinya
kolektif masyarakat Indonesia. Mereka yang pengintegrasian berbagai media, berimplikasi
pernah menonton film tersebut pada masa besar pada gaya hidup masyarakat. Konten-
lampau dapat bernostalgia pada masa sekarang konten yang ada dapat menjadi memori kolektif
dengan menonton film itu kembali. Sementara jika banyak dipaparkan oleh media dan sering
mereka yang belum pernah menontonnya, diperbincangkan di masyarakat. Media baru
karena belum lahir pada masa itu, tertarik untuk seperti VOD (Video on Demand)
menonton karena film tersebut menjadi memungkinkan hal itu terjadi karena konten di
perbincangan di masyarakat. platform tersebut dapat dinikmati kapan saja
Demikian juga halnya dengan lagu-lagu dan di mana saja, tanpa batasan waktu dan
atau musik yang menjadi tembang kenangan di ruang.
Tanah Air. Generasi milenial dan post millenial Diperlukan pelestarian konten atau
yang semula tidak mengetahui nama-nama kurasi digital agar konten-konten tersebut tidak
besar penyanyi atau musisi pada masa dulu, hilang. Terlebih, konten-konten yang
misalnya Chrisye dan Fariz RM, menjadi tahu legendaris dan hits pada masanya. Berbagai
ketika karya-karya mereka dimasukkan dalam pihak, seperti individu atau perseorangan,
konten di YouTube atau Spotify. Hal tersebut komunitas, organisasi, perusahaan atau industri
akan menimbulkan memori kolektif bagi media dapat membuat konten tetap lestari
generasi milenial dan post millenial, juga dengan terus mengunggah konten-konten
memori kolektif bagi generasi-generasi tersebut ke platform digital. Namun,
sebelumnya yang pernah mendengarkan lagu- dibutuhkan regulasi dan kurasi konten agar
lagu atau musik tersebut. konten-konten yang diunggah ke platform
Tayangan news, pertandingan olahraga, digital adalah memang yang berkualitas
atau talkshow di stasiun-stasiun televisi juga sehingga perlu dilestarikan atau dijaga
dapat di-recall untuk disaksikan masyarakat keeksistensiannya.
Indonesia berkat platform VOD (Video on

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3684 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
Generasi milenial dan post millenial [6] Jenkins, Henry, Deuze, Mark.
sebagai Digital Native atau Digital Childhood “Convergence Culture,” 2008. Converg.
dapat ikut aktif berperan dalam usaha tersebut. Int. J. Res. into New Media Technol.
Sebab, para kreator konten atau prosumer [7] Cha, Meeyoung, Kwak, Hawoon,
adalah mayoritas berasal dari generasi ini. Rodriquez, Pablo, Ahn, Yong-Yeol, &
Konten-konten yang dibuat atau diproduksi Moon, Sue. “I Tube, You TUbe, Every
atau direproduksi hendaknya tidak hanya Day Tubes: Analyzing The World’s
mementingkan kepopuleran semata. Namun, Largest User Generated Content Video
juga mementingkan kualitas, sehingga konten- System,” 2007. IMC’07 Proceedings of
konten tersebut dapat menjadi memori kolektif the 7th ACM SIGCOMM Conference on
yang baik bagi masyarakat Indonesia. Internet Measurement, pp. 1–14.
Konten-konten yang khas Indonesia [8] Dijck, Jose Van. “Users Like You?
atau menampilkan budaya lokal, dapat terus Theorizing Agency in User-Generated
dibuat atau diproduksi. Contohnya, konten Content,” 2009. Media, Cult. Soc., vol.
yang menampilkan cerita rakyat, pergelaran 31 (1), pp. 41–58.
wayang, pertunjukan gamelan, atau permainan [9] Long, Paul, & Wall, Tim. Media Studies:
tradisional Indonesia. Konten-konten tersebut Texts, Production, Context, 2012.
sangat bermanfaat dalam meningkatkan Second Edi. New York, USA: Pearson
wawasan ke-Indonesian pada masyarakat Education Limited.
sekaligus melestarikan budaya bangsa. Jika [10] Tremblay, Gaetan. “From Marshall
masyarakat Indonesia banyak terpapar media McLuhan to Harold Innis, or From the
dengan konten-konten seperti itu, memori Global Village to the World Empire,”
kolektif masyarakat Indonesia akan didominasi 2012. Can. J. Commmunication, vol. 37
hal-hal yang khas Indonesia. Memori tersebut (4), pp. 561–575.
dapat menambah kecintaan masyarakat [11] Straubhaar, Joseph, Larose, Robert
Indonesia terhadap Tanah Air. Bukan Larose, & Davenport, Lucinda. Media
sebaliknya, lebih cinta terhadap budaya asing Now: Understanding Media, Culture,
karena dewasa ini seringkali terpapar konten- and Technology, 2012. Boston, USA:
konten seperti itu yang merupakan dampak dari Wadsworth Cengage Learning.
globalisasi atau konvergensi global. [12] Keh, Hean Tat. “Evolution of the Book
Publishing Industry: Structural Changes
DAFTAR PUSTAKA and Strategic Implications,” 1998. J.
[1] Bryan, Stephen, The Story of the Manag. Hist., vol. Vol 4 No.2, pp. 104–
Internet, 2001. UK: Pearson Education. 123.
[2] Croteau, David, & Hoynes, William. [13] Leurdijk, Andra, Slot, Mijke,
Media/Society, 2014 UK: SAGE Nieuwenhuis, Ottlie. The Newspaper
Publications, Inc. Publishing Industry, 2012. Luxembourg:
[3] Jenkins, Henry. “Convergence? I Publications Office of the European
Diverge,” 2001. Digit. Renaiss. Technol. Union.
Rev., p. 93. [14] Das, Simon, “Magazine Publishing
[4] Meikle, Graham Sherman Young. Media Innovation: Two Case Studies on
Convergence: Networked Digital Media Managing Creativity,” 2016, MDPI
in Everyday Life, 2012. UK, US: Publ., vol. Vol 4 No.1, pp. 1–12.
PALGRAVE MACMILLAN. [15] Neill, Brian O, “Digital Radio Policy in
[5] Fiddler, Roger. Mediamorfosis, 2003. Canada: From Analog Replacement to
Yogyakarta: Bentang Budaya. Multimedia Convergence,” 2008. J.
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3685
……………………………………………………………………………………………………...
Radio Audio Media, vol. Vol 15 (1), pp. Streaming Terbaik 2021: Fitur dan
26–40. Biaya.” 2021.
[16] Hull, Geoffrey P., Hutchison, Thomas [28] McAlister, Andrea, “Teaching the
William, & Strasser, Richard. The Music Millenial Generation,” 2009. Am. Music
Business and Recording Industry: Teach., vol. Vol 59, no. Iss 1, pp. 13–15.
Delivering Music, 2010. The 21st [29] Berk, Ronald A. “Teaching Strategies
Century, Third Edit. New York and for the Net Generation,” 2009. Teach.
London: Routledge, Taylor & Francis Learn. J., vol. Vol 3, no. Issue 2.
Group. [30] Selwyn, Neil. “The Digital Native-Myth
[17] Basin, Ken. The Business of Television, and Reality,” 2009. Aslib Proceedings
2019. New York: Routledge-A Focal Vol.61 Issue 4,, pp. 364–379.
Press Book. [31] Vandewater, E, et al. “Digital
[18] Williams, Dmitri. “Structure and Childhood,” 2007. Pediatrics, vol. Vol
Competition in the US Home Video 119 No, pp. 1006–15.
Game Industry,” 2009. Int. J. Media [32] Jones, Dylan. “Why Content Must be
Manag., no. 28 May, pp. 41–54. King,” 2016. Br. Journal. Rev., vol. Vol
[19] Wattimena, Reza A.A. “Teori Ingatan 27, no. Issue 4, pp. 47–52.
Kolektif,” 2012. Unika Widya Mandala [33] Kortum, Philip, & Sullivan, Marc.
Surabaya. “Content is King: The Effect of Content
[20] Erll, Astrid, & Nunning, Ansgar, Ed., on the Perception of Video Quality,”
Cultural Memory Studies: An 2004. Proceedings of The Human
International and Interdisciplinary Factors and Ergonomics Society 48th
Handbook, 2008. Berlin, Germany: Annual Meeting, pp. 1910–1914.
Deutsche Nationabibliothek. [34] Levinson, Paul. Digital McLuhan: A
[21] Ebbrecht, Tobias, “HISTORY , PUBLIC Guide to the Information Millennium.
MEMORY AND MEDIA EVENT 1999. London and New York:
HISTORY , PUBLIC MEMORY AND Routledge.
MEDIA EVENT, 2007. Codes and [35] Bartl, Mathias. “YouTube channels ,
conventions of historical event- uploads and views : A statistical analysis
television in Germany,” vol. 8804. of the past 10 years,” 2018. Vol. 24, no.
[22] Wolverhampton University. “Guide To 1, pp. 16–32.
Writing a Literature Review,” Ski. [36] Bakry, Anjas Alifah. “Kurasi Digital
Learn., 2018. March, pp. 1–2. untuk Pengarsipan Digital,” 2016. J.
[23] Frederiksen, Linda, Phelps, Sue F., & Ilmu Perpust. Informasi, Progr. Stud.
Kimmons, Royce. “Introduction to Ilmu Perpustakaan, Fak. Ilmu Sos. Univ.
Literature Reviews,” 2018. EdTech Islam Negeri Sumatera Utara, vol. Vol 1
Books. No.1, pp. 1–9.
[24] Snyder, Hannah. “Literature Review as a [37] Kligler, Neta, Tsfati, Yarif, & Oren
Research Methodology: An Overview Meyers, “Setting The Collective
and Guidelines,” 2019. J. Bus. Res., vol. Memory Agenda: Examining
104, pp. 333–339. Mainstream Media Influence on
[25] “Konvergensi Media: Pengertian dan Individual’s Perceptions of the Past,”
Dampaknya.” 2021, Kompas.com. 2014. Mem. Stud. Assoc., vol. Vol 7, no.
[26] “8 Situs Belanja Toko Buku Online 4, pp. 484–499.
Terpercaya di Indonesia.” 2021. [38] Proctor, Nancy. “Digital: Museum as
[27] Aksara, Dika. “10 Aplikasi Video Platform, Curator as Champion, in the

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3686 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
Age of Social Media,” 2010. Curator,
vol. Volume 53/, January.
[39] Spivack, Stephen, et al. “Who Remebers
the Beatles? The Collective Memory for
Popular Music,” 2019. PLoS One, no. 6
February.

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai