Anda di halaman 1dari 11

1

MODUL PERKULIAHAN

W042100027 –
Cyber Culture
Konvergensi

Abstrak Sub-CPMK

Modul ini membahas terkait Sub-CPMK 2


konvergensi yang meliputi definisi, Mampu memahami definisi,
karakteristik, faktor penyebab karakteristik, faktor penyebab
konvergensi, dan budaya konvergensi. konvergensi, serta budaya
konvergensi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

08
Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. &
Fakultas Ilmu Komunikasi Ilmu Komunikasi Tim Teaching
Konvergensi
Pendahuluan

Perkembangan teknologi komunikasi yang demikian pesat memberikan pengaruh yang


besar bagi perkembangan industri media, khususnya media konvensional seperti radio,
surat kabar, majalah, dan televisi. Media konvensional dituntut untuk sigap menyesuaikan
diri dengan perkembangan teknologi komunikasi dari media baru. Digitality, interactivity,
hypertextuality, dan virtuality merupakan unsur-unsur yang tidak dimiliki oleh media
konvensional. Dalam konsep digitality semua proses media digital diubah (disimpan) ke
dalam bilangan, sehingga luaran (output) nya dalam bentuk sumber online, digitaldisc,
atau memorydrives, yang akan diubah dan diterima layer monitor dalam bentuk hardcopy.
Interactivity merujuk pada kemampuan teks pada media baru untuk melakukan
‘write back into the text’ kepada penggunanya, dalam hal ini khalayak tidak dapat
memberikan feedback dalam bentuk textkomentar setelah menerima sebuah informasi.
Sementara dispersal adalah saat proses produksi dan distribusi media menjadi
decentralized serta mengandalkan keaktifan individu.

Konvergensi Media

Konvergensi media merupakan salah satu perkembangan media massa yang melibatkan
banyak faktor teknologi di dalamnya. Kehadiran internet mendorong media massa
menerapkan konsep konvergensi media seperti media online, e-paper, e-books, radio
streaming, media sosial, yang digabungkan dengan media lainnya. Konvergensi pada
umumnya berarti persimpangan antara media lama dan baru. Jenkins (2008) menyatakan
bahwa “by convergence, the flow of content across multiple media platforms, the
cooperation between multiple media industries, and the migratory behavior of media
audiences”. Konvergensi media tidak hanya pergeseran teknologi atau proses teknologi,
namun juga termasuk pergeseran dalam paradigma industri, budaya, dan sosial yang
mendorong konsumen untuk mencari informasi baru. Konvergensi media terjadi dengan
melihat bagaimana individu berinteraksi dengan oranglain pada tingkat sosial dan
menggunakan berbagai platform media untuk menciptakan pengalaman baru,
bentukbentuk baru media dan konten yang menggabungkan kita secara sosial, dan tidak
hanya kepada konsumen lain, tetapi untuk para produsen perusahaan media.
Media massa mengalami beberapa tahap perubahan, transformasi, dan bahkan
bermetamorfosis. Roger Fidler (2003) menyebut fase berbagai perkembangan media
2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
2 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
dengan nama mediamorfosis. Dalam pandangan Fidler, mediamorfosis memiliki tiga
konsep, yaitu, koevolusi, konvergensi, dan kompleksitas. Ia mendefinisikan
mediamorfosis sebagai transformasi media komunikasi yang biasanya ditimbulkan akibat
hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan
persaingan politik serta berbagai inovasi sosial dan teknologi (2003: 34-42).
Perkembangan teknologi komunikasi (massa) bermula dari mesin cetak yang
menghasilkan surat kabar, buku; teknik fotografi yang menghasilkan film; teknologi
gelombang elektromagnetik yang melahirkan radio dan televisi; terakhir teknologi berbasis
internet yang kemudian mempopulerkan istilah media baru (new media) (Stenley J.
Baran, 2012). Kehadiran internet selanjutnya mengubah secara drastis dan dramatis
perkembangan media massa.
Setidaknya internet memicu dua perubahan mendasar dalam lingkungan media
massa. Pertama, perubahan proses jurnalistik, termasuk digitalisasi. Kedua, perubahan
bentuk dan format organisasi media. Jika sebelumnya setiap jenis media massa berdiri
sendiri atau memiliki organisasi dan manajemen mandiri, kini mereka bergabung dalam
satu kesatuan yang dikenal dengan konvergensi. Makanya tidak heran bila sekarang
hampir semua media cetak dan elektronik menyertainya dengan bentuk berita online, e-
paper, dan live streaming. World Association of Newspapers (WAN) menemukan enam
tren efek internet terhadap jurnalisme. (Levi Obijiofor dan Folker Hanusch, 2011: 178-
179).
1) Peningkatan jurnalisme partisipatif atau komunitas penghasil isi berita.
2) Munculnya riset tentang audiens tentang pola penggunaan media.
3) Penyebaran informasi (berita) yang dibuat sendiri secara online dan perangkat
telepon seluler.
4) Penataan kembali newsroom yang lebih fokus kepada audiens.
5) Pengembangan bentuk baru tentang narasi/storytelling yang disesuaikan
dengan audiens dan saluran yang baru.
6) Pertumbungan audiens yang fokus pada penyesuaian berita dan juga
penyesuaian berita pada multimedia.

Sedangkan menurut John V. Pavlik (2001:194) dalam dunia digital, jurnalisme modern
mengalami lima area perubahan, sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan pelaporan berita.
2) Pengumpulan informasi, pengindeksan, dan pengembangannya, khususnya
konten untuk multimedia.
3) Proses, produksi, dan editorial.

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


3 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
4) Distribusi dan penerbitan.
5) Penampilan, tata letak, dan akses.

Perubahan mendasar pada jurnalisme media lantas memunculkan terminologi


mengenaskan bernama krisis jurnalisme meski kata ‘krisis’ dipandang berlebihan. Todd
Gitlin (Eugenia Siapera, 2012: 127) berpendapat dalam kondisi seperti ini istilah ‘krisis’
sangat tepat. Gitlin menunjukkan kondisi krisis jurnalisme ini dengan mengidentifikasi lima
indikator, yaitu (i) jatuhnya sirkulasi; (ii) jatuhnya pendapatan advertising; (iii) difusi
perhatian; (iv) krisis yang berwenang; dan (v) ketidakmampuan atau keengganan
jurnalisme mempertanyakan struktur kekuasaan semua berkontribusi untuk membawa
krisis yang mendalam jurnalisme.
Krisis jurnalisme didiagnosis meliputi serangkaian masalah, yaitu, yang berkaitan
dengan waktu, uang, otonomi, dan perubahan budaya. Sementara itu, perubahan pada
bentuk dalam organisasi media menghadirkan konvergensi media. Perubahan bentuk ini
sebagai salah satu alternatif untuk bertahan atau tetap survive dari perubahan zaman
akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Meskipun demikian, konvergensi
media adalah konsep yang ambiguitas. Istilah ini dipergunakan secara berbeda. Di satu
sisi, ia sebagai tempat bertemu (jaringan, berkumpul termasuk untuk wilayah sosial) dan
apa yang terjadi ketika sesuatu itu dikumpulkan (kompleksitas berita/peristiwa), misalnya.
(Tanja Storsul dan Dagny Stuedahl (ed), 2007: 13).
Teoritikus konvergensi media Henry Jenkins mendefinisikan konvergensi sebagai
proses penyatuan yang terus menerus yang terjadi di antara berbagai bagian media
seperti teknologi, industri, konten dan khalayak. Hal itu terjadi secara terus menerus.
Teori konvergensi yang diteliti oleh Henry Jenkins dalam bukunya yang berjudul
‘Convergence culture: where old and new media collide’ pada tahun 2008, menyatakan
bahwa konvergensi media merupakan proses yang terjadi sesuai dengan perkembangan
budaya masyarakat.
Konvergensi media ini menyatukan 3C yaitu computing (memasukkan data melalui
komputer), communication (komunikasi), dan content (materi/isi konten). Media
konvergensi berimplikasi bahwa media massa bisa dijadikan sebagai pusat keuntungan
bisnis. Di mana terdapat empat bagian bentuk, diantaranya chains, broadcast networks,
conglomerate dan vertical integration (Biagi, 2012: 12).
Sedangkan Burnett and Marshall (2003: 1) mendefinisikan konvergensi sebagai
penggabungan industri media, telekomunikasi, dan komputer menjadi sebuah bentuk
yang bersatu dan berfungsi sebagai media komunikasi dalam bentuk digital. Senada
dengan dua definisi di atas, Bob Franklin et. al. (2005: 49-50) menegaskan konvergensi

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


4 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
media adalah pertukaran di antara media di antara semua media yang berbeda
karakteristik dan platformnya. Komputer menawarkan sebuah bentuk ke radio dan televisi.
Telepon seluler yang memiliki gambar dan teks dapat mengambil beberapa karakteristik
dari komputer dan radio.
Dengan demikian konvergensi media bisa dipahami sebagai sebuah integrasi atau
penyatuan beberapa media konvensional dengan kemajuan teknologi informasi menjadi
satu atap atau perusahaan. Konvergensi bukan hanya penyatuan konten—sebuah berita
bisa muncul di berbagai media yang berada dalam satu perusahaan, tetapi juga
penyatuan dalam satu induk perusahaan media. MNC Grup, contohnya, menaungi MNC
TV, Koran Sindo, sindonews.com. Di Indonesia, selain MNC Grup yang sudah melakukan
konvergensi secara lengkap (cetak, elektronik, dan situs), adalah Kompas Group dan
Media Group. Kompas Grup membawahi koran Kompas, Kompas.com, KompasTV.
Sedangkan Media Grup membawahi surat kabar Media Indonesia, MetroTV, dan
Metrotvnews.com.
Bahkan, konvergensi media memungkinkan satu grup perusahaan selain memiliki
media konvensional, juga termasuk media sosial. Kompas Group, misalnya, memiliki
Kompasiana. Grup media lain seperti Tempo memiliki blog.tempo, Detik.com memiliki
forumdetik.com, dan sebagainya. Namun MNC Group dan Media Group yang menjadi
objek penelitian ini belum memiliki media sosialnya. Dengan demikian, media sosial yang
sebelumnya merupakan ajang kreasi dan kebebasan individu, ketika diambil alih atau
diciptakan, ia pun menghasilkan keuntungan bagi media grup tersebut.
Konvergensi juga merupakan aplikasi dari teknologi digital, yaitu integrasi teks,
suara, angka, dan gambar; bagaimana berita diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi.
Dailey, Demo, dan Spillman menjelaskan aktivitas konvergensi media meliputi antara lain
cross-promotion (lintas promosi), cloning (penggandaan), coopetition (kolaborasi), content
sharing (berbagi isi), dan full convergence (penyatuan). Dengan konvergensi media,
berita yang dahulu disebut mengabarkan peristiwa yang sudah terjadi, kini definisi
tersebut berubah menjadi peristiwa yang sedang terjadi. (Ignatius Haryanto, 2014: 212).
Bahkan jika kita menggunakan paradigma jurnalisme interpretatif, berita bisa juga
peristiwa yang akan terjadi.
Konvergensi media pada dasarnya memberikan banyak pilihan kepada publiknya.
Hal ini juga bisa jadi merupakan peluang bagi para pelaku ekonomi dalam mencari celah
dalam membuka bisnis baru dalam bidang industri komunikasi. Konvergensi media
mempunyai kapabilitas untuk meningkatkan optimalisasi pelaksanaan aktivitas dalam
berbagai bidang. Berikut beberapa hal yang terdampak dari adanya konvergensi media:

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


5 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
Industri-industri: konvergensi teknologi baru melenyapkan perbedaan fundamental
antara berbagai industry. Dengan adanya konvergensi, industry tercampur dan terpadu
melalui merger, akuisisi maupun persaingan pasar; industri telepon dan komputer,
misalnya.

Aplikasi-aplikasi: Konvergensi ini paling dirasakan ketika runtuhnya pemisah antara


berbagai teknologi dan aplikasi komunikasi dan informasi. Handphone yang dulu hanya
dapat digunakan untuk membuat panggilan telepon dan menerima pesan pendek,
sekarang dapat tersambung dengan jaringan internet yang membuat penggunanya dapat
melakukan banyak hal.

Produsen-Konsumen: Perkembangan internet telah membongkar tembok pemisah


antara produsen dan konsumen. Kini siapa saja bisa membuat dan mengirim pesan
melalui jejaring internet, sehingga individu tidak saja hanya menjadi konsumen isi media,
tetapi juga menjadi produsen pesan/isi media.

Negara-negara: Konvergensi ini menembus batas territorial negara dan batas budaya.
Infrastruktur informasi nasional pada dasarnya telah berkembang menjadi infrastruktur
informasi global. Setiap individu di belahan dunia manapun, selama dapat mengakses
jaringan internet, dapat terhubung satu sama lainnya.

Merger Media: Terjadinya banyak merger antar media mendorong konsentrasi


kepemilikan.

Media Baru dan Konvergensi Media

Media baru dan konvergensi media merupakan ciri khasnya dalam perkembangan
komunikasi pada periode ini. Dari segi perangkat media, era media baru juga ditandai
dengan apa yang disebut dengan konvergensi media. Secara struktural konvergensi
media berarti integrasi dari tiga aspek, yakni telekomunikasi, data komunikasi, dan
komunikasi massa dalam satu medium (lihat Jan van Dijk, 2006:7).
Dalam tataran praktis, konvergensi media dapat terjadi melalui beberapa level:
1) level struktural seperti kombinasi transmisi data maupun perangkat antara
telepon dan komputer,
2) level tranportasi seperti Web TV yang menggunakan kabel atau satelit,

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


6 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
3) level manajemen seperti perusahaan telepon yang juga memanfaatkan jaringan
telepon untuk tv berlangganan,
4) level pelayanan (services) seperti penyatuan layanan informasi dan komunikasi
di internet, dan
5) level tipe data seperti menyatukan data, teks, suara, maupun gambar.

Tentu saja yang paling kentara dalam media baru ini adalah era media sosial yang
tidak bisa lepas dari lahirnya sebauh internet yang masuk pada 1994 di indonesia.
Informasi dan penyimpanan, pengiriman serta sistem yang di pakai tidak lepas dari
komputer dan handphone. Konvergensi media menyangkut ke berbagai aspek kehidupan.
Ia akan berdampak pada konsumsi media masyarakat, persepsi publik, penyebaran
informasi, dan literasi media, misalnya. Singkat kata, konvergensi media bakal
menghadirkan konstruksi sosial media baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.
(Rahma Sugihartati, 2014:89).
Dalam era media sosial ini merupakan bentuk teknologi yang menjadi hasratnya
yang memungkinkan sumber dan penerima melaksanakan berbagai macam kegiatan
yang dulunya sulit untuk di lakukan. Pada era sebelumya teknologi hanya memiliki fungsi
tertentu, namun. Era media sosial ini kita bisa memprodukasi, mendistribusi dan
redestribusi sesuai apa yang kita inginkan. Media sosial bukan hanya medium utuk
dipergunakan secara massal, akan tetapi sebagai alat yang dapat digunakan bersama-
sama pada semua lapisan masyarakat.
Pada era media mainstream dulu, media hanya bersifat massal dan hanya di
kuasai oleh segilintir orang yang mempu dan memiliki uang untuk mengelola dan
menjalankan semua media yang akan dinikamati oleh masyarakat secara massal. “era
informasi” menghasilakan media baru dan bastar, yang akan memperluas konsep
komunikasi dan informasi, merubah realitas sosial dan ekonomi yang meningkatkan
pekerjaan baru di bidang komunikasi dan infromasi. Salama belakangan ini pandangan
kita dalam komunikasi dan informasi masih menjadi sebuah kentuhan sekunder, akan
tetapi dengan berjalanya sebuah waktu dan teknologi yang begitu cepat membuat
kebtuhan ini menjadi kebutuhan primer.
Era informasi meningkatkan dengan sangat perhatian kita terhadap peran
teknologi meresap ke dalam hidup kita dan dampaknya terhadap perilaku manusia. Dari
berbagai kalanagan dan umur hari in tidak akan bisa lepas dari namanya era teknologi
dan informasi yang selalu di berada di tangan. Akses yang begitu mudah kita capai
dengan berbagai alamat yang terdapat di sevuah website menjadi percepatan komunikasi
dan informasi menjadi media favorit dari pada media mainstream.

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


7 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
Era sosial media meruapakan era sebuah keepatan komunikasi dan informasi, di
mana semua para penggunakan tidak pandang kecil besar, tua muda akan selalu dengan
sosial media. Isi sosial media tidak bisa di bendung oleh sebuah informasia atau
komunikasi yang selalu berjalan lurus dan baik, akan tetapi dengan banyak nyaorang dan
perbedaaan yang berkumpul menjadi satu di dalam suatu tempat dunia maya akan
menjadikan pola fikir dan perilaku masyarakat yang akan membawa kepada dunia nyata.
Persoalan-persolaan dalam kehidupan masyarakat hari ini banyak faktor di dasari
oleh perbedaan dan kesenangan yanh panajang di sosial media menjadikan dan
membawa permaslahan baru di dunia nyata. Dalam kajian ilmu komunikasi era sosial
media menjadi pergeseran besar perilaku masyarakat yang dulunya bertemu dalam suatu
tempat yang sama untuk saling mengenal dan membaut sebuah komunikasi baru, akan
tetapi hari ini sudah menjadi hal yang tidak lagi dilakukan oleh masyarakat kita ketika
bertemu denga orang lain yang belum kita kenal. Fenomena perilaku masyarakat seperti
ini menajdikan cara bicara (retorika) atau public speaking masyakat kita rendah, karena
dalam berkomunikasi lebih banyak mengnandalkan media sebagai jalan komunikasi
dengan orang lain.

Perubahan Sosial, Budaya dan Masyarakat

Masyarakat adalah kolompok orang yang menempati sebauh wilayah atau teritorial yang
menghidupi tempatnya tersebut secara lama, membangun komunikasi dan simbol-simbol
yang disepkati bersama dalam anggota masyarakat. Ketika sebuah peemuan teknologi
informasi seperti sekarang yang terus berkembang secara cepat dan dalam skala massal,
maka teknologi informasi telah merubah bentuk komunikasi masyarakat, sebuah
komunikasi dan informasi yang sangat teraparan terhadap perkembangan informasi
semakin memperngaruhi peradaban manusia, sehingga dunia juga dijuliki sebagai the
global village.
Masyarakat global juga disebut sebagai sebuah kehidupan yang memunginkan
komunikasi manusia menghasilkan sebuah budaya-budaya baru yang disepakati
bersama. Perkembngan masyarakat dunai global yang mengembangkan ruang gerak
kehidupan baru bagi masyrakat sehingga tanpa disadari sebuah komunitas masyarakat
telah hidup dalam dua dunia, yaitu kehiudupan masyarakat nyata dan kehidupan
masyarakat maya (cybercommunity).
Kemajuan teknologi manusia khusunya teknologi informasi secara tidak langusng
telah membuka runag kehiudoan baru manusia sebagai penguasa informasi di dunia
maya. Kemajuan teknologi ini pula yang telah mengubah dunia maya yang terdiri dari

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


8 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
berbagai macam gelombang magnetik dan gelombang radio yang membawa kehidupan
masyrakat kita semakin cepat dalam melakukan interkasi dan komunikasi antar manusia
tanpa terbatas oleh ruang dan waktu sebuah negara.
Masyarakat maya membangun dirinya dengan sepenuhnya mengandalkan
interkasi sosial da proses sosial dalam kehidupan kelompok-kelompok yang terbarangun
dalam jaringan antar anggota masyarakat yang lain di dunia maya. Kontruksi masyarakat
maya pada mulanya berkembang dari sistem inter dan antar jaringan yang terus
berkembang menggunakan sistem laba-laba sehingga membentuk sebuah jaringan
masyarakat yang besar. Proses sosial dan interaksi sosial dalam masyarakat maya ada
yang hanyabersifat sementara dan ada juga bersifat menetap dalam melakukan
komunikasi, sifat komunikasi tergantung pada kepentingan pribadi masing-masing.
Interaksi sosial dan kehidpan kelompok di dunia maya yang berlangsung cukup
lama di antara sesama masyarakat lainya; mereka bergaul, menyapa kawan, belajar dan
berbisnis dalam masyarakat maya namun tidak menetap dalam satu runag dan waktu
karena tidak memilki rumah tinggal dalam masyarakt maya. Kelompok sosoial maya
memiliki kehidupan yang rumit. Kelompok-kelompk ini biasanya dibangun melalui
kelompok berdasarkan hubungan sekunder. Pada dasarnya kelompok sosial maya dalam
kenaggotaan memiliki kelompok intra dan inter. Kelompok intra adalah kelompok
seseorang dalam unit-unit kelompok yang terpusat dalam satu tempat di dunia maya yang
saru serumpun yang biasanya disebut intranet.
Konvergensi media merupakan dampak dari perkembangan teknologi yang terus
berkembang secara dinamis. Konvergensi media seperti kemajuan teknologi televisi,
radio dan lainnya memajukan cepatnya saluran informasi agar sampai ke khalayak.
Namun, konvergensi media ini sangat berbahaya di bidang budaya. Kecepatan informasi
yang diterima oleh masyarakat dapat menjadi senjata makan tuan di mana informasi
tersebut dapat menjadi boomerang yang dapat mengikit kebudayaan suatu bangsa.
Dapat dikatakan bahwa konvergensi media bersifat talent, tolerant dan technology
sehingga dapat miminimalisir timbulnya dampak negative yang mungkin terjadi.
Konvergensi media juga menyebabkan munculnya gaya hidup digital di mana
banyak aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan menggunakan bantuan
media digital; computer based. Terciptanya masyarakat digital yang mencari informasi
menggunakan computer dengan memanfaatkan jaringan internet. Kemunculan gaya
hidup mobile menjadi bagian dari aktivitas masyarakat pada era digital saat ini. Dapat
dikatakan bahwa konvergensi sesungguhnya mempunyai peran dalam menumbuhkan
berbagai kegiatan dalam masyarakat; ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan
sebagainya.

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


9 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
DISKUSI

Bacalah artikel berikut:


Nasrullah, R. (2018). Riset Khalayak Digital: Perspektif Khalayak Media dan Realitas
Virtual di Media Sosial. Jurnal Sosioteknologi, 17(2), 271-287.

Tautan:
https://media.neliti.com/media/publications/261112-none-87405614.pdf

Simpulan pada artikel tersebut disampaikan sebagai berikut:


“Analisis Media Siber pada dasarnya merupakan konsep yang dikembangkan dari
penelitian etnografi, lebih tepatnya sebagai panduan dalam melaksanakan penelitian yang
menggunakan metode etnografi virtual. Sebagai dasar dari penelitian etnografi, ada dua
poin penting meletakkan realitas internet sebagai sebuah objek penelitian. Pertama,
realitas yang ada haruslah merupakan praktik budaya dan terdapat artefak budaya
sebagai sumber data.
Interaksi pengguna di internet kemudian harus dirumuskan untuk menentukan
apakah interaksi tersebut sebagai sebuah budaya atau sekadar aktivitas biasa, termasuk
juga artefak yang tercipta dari interaksi budaya tersebut. Sebab, tidak semua teks yang
diunggah di media sosial, misalnya, merupakan produk budaya dan dapat dikategorikan
sebagai artefak. Kedua, etnografi virtual menyasar pada kelompok atau komunitas virtual
tertentu. Apa pun jenis dan kategori kelompok yang dapat didefinisikan untuk melihat
kumpulan pengguna di internet, konsekuensi realitas yang tercipta dari individu-individu
pengguna internet merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari komunitas internet
itu sendiri.
Munculnya konsep pengalaman media sebagai bagian akhir dari Analisis Media
Siber pada dasarnya merupakan jembatan untuk menggapai pengguna internet di dunia
offline. Berbagai sumber pustaka tentang etnografi virtual menekankan bahwa kehadiran
pengguna dapat didekati sekadar online semata. Artinya, ada pemakluman bahwa
sebagai etnografer dapat menggali data dari pengguna secara online. Namun, konsep
pengalaman media ini mencoba untuk tetap mendekati pengguna secara offline; dengan
pengertian dapat dimediasi oleh alat-alat komunikasi di luar media sosial, misalnya.”
(Nasrullah, 2018: 285)

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


10 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching
Daftar Pustaka

Harahap, M. A. (2019). Resensi Buku Konvergensi Media; Pembaruan Ideologi, Politik,


dan Etika Jurnalisme, Penulis Dudi Iskandar (2018), Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Communication X, 1, 116-127.
Institut Pesantren KH. Abdul Chalim. (2018). Modul Media Komunikasi. Mojokerto.
Nasrullah, R. (2018). Riset Khalayak Digital: Perspektif Khalayak Media dan Realitas
Virtual di Media Sosial. Jurnal Sosioteknologi, 17(2), 271-287.
Piliang, Y. A. (2004). Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika.
Yogyakarta: Jalasutra.
Rachmaria, L., & Dewi, Y. R. (2018). Strategi dan Praktik Konvergensi Media pada
Segmen Makarena dalam Program Sore Bara Harysa Sebagai Upaya Survival
Radio Delta FM di Tengah Persaingan Industri Penyiaran. JIKE, 1(2), 233-247.
Sarwono, B. K. (2016). Modul Komunikasi Massa. Banten: Penerbit Universitas Terbuka

2021 Cyber Culture Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


11 Engga Probi Endri, S.I.Kom., M.A. & Tim http://pbael.mercubuana.ac.id/

Teaching

Anda mungkin juga menyukai