Anda di halaman 1dari 4

Pamela

Yunita Sari
Manajemen Komunikasi FISIP UI

Kehadiran era digital tidak dapat dihindari oleh media dalam ranah komunikasi.
Digital secara menyeluruh masuk ke dalam seluruh lini aspek media sehingga media lama
seperti surat kabar tidak lagi menjadi incaran utama pemburu informasi. Kehadiran youtube,
twitter, bahkan kini instagram menjadi warna baru dari evolusi media. Bukan menggantikan
tetapi menjadi sub bagian teknologi yang unik yang dapat dianalisis untuk adopsi social
dalam rangka efek penggunaan media tersebut. Jin Kim (2012:53) menyebut hal ini lebih
lanjut sebagai media konvergensi antara internet dan TV. Senada dengan Jin Kim, John Pavlik
dan Shawn McIntosh (2011:8) juga mengemukakan pemahaman terhadap konvergensi
mengacu kepada beberapa jenis media secara spesifik, misalnya media cetak, audio, dan
video semua dianggap konvergen dari bentuk media digital.

Ketika menilik sejarah bagaimana masyarakat selalu tanpa henti berupaya mencari
cara dan upaya dalam pengembangan komunikasi. Kita dapat melihat bagaimana sebelum
angka dan huruf ditemukan, pictogram merupakan salah satu alat komunikasi yang memiliki
makna. Mereka menggunakan lembaran kulit dan kepingan batu sebagai media tempat
menggambar hingga akhirnya manusia mengenal aksara dan angka. Semua bergulir mencari
media terbaik untuk berkomunikasi karena masyarakat mengerti bahwa mereka butuh
berkomunikasi untuk dapat saling memberikan informasi. Ketika masyarakat yang haus
informasi lahir, mereka berupaya menciptakan, menyimpan, dan memproses informasi ke
dalam computer dan konversi yang terjadi pada semua media ke digital ini dianggap
merupakan akhir dari era industri 3.0 (Larose : 2000). McLuhan menjelaskan bahwa media
adalah pesan, hal ini memiliki dua pengertian. Media yang memiliki peran untuk
menentukan substansi dari proses komunikasi. Media menjadi hal yang utama meski isi
pesannya tidak relevan. Kedua, McLuhan mengemukakan ide dari kata message yang
dipenggal menjadi “mass-age” sehingga dibaca ‘the media is the mass-age’ berarti media
tertentu dan dominan di suatu waktu dianggap merupakan sebagai bentuk komunikasi
massa yang digunakan pada era itu.

Konvergensi media dijelaskan sebagai aliran konten media di beberapa platform,


kerjasama antar industri media, dan efek yang dihasilkan dari migrasi oleh khalayak media
(McLuhan : 2017). Pengertian ini dapat ditafsirkan bahwa yang dilihat bukan hanya
penggabungan platformnya secara teknologi saja, namun dapat dilihat bagaimana sikap
masyarakat dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari beberapa fungsi teknologi
tersebut ke dalam kehidupannya. Seperti saat ini kita dengan mudahnya melakukan jual beli,
bayar kebutuhan bulanan, hingga melakukan transfer uang karena adanya konvergensi
media di telepon pintar kita. Penggunaan konvergensi media pada industri pertelevisian juga
Pamela Yunita Sari
Manajemen Komunikasi FISIP UI

dapat ditinjau dalam bagaimana invasi stasiun televisi yang pada awalnya merupakan tv
analog, namun kini mereka berlomba untuk dapat menghadirkan program mereka agar
dapat dinikmati pada telepon pintar dengan mengandalkan aplikasi. Tentu saja hal ini tidak
hanya dimanfaatkan oleh pelaku media itu sendiri, masyarakat pun dapat membuat konten
dan melahirkan channel sendiri diwadahi oleh aplikasi youtube.

Perubahan bentuk komunikasi seperti yang dijelaskan di atas, menurut Fidler adalah
merupakan bagian dari mediamorfosis. Mediamorfosis bukanlah teori melainkan sebagai
cara berpikir terpadu tentang evolusi teknologi media komunikasi. alih-alih mempelajari
masing-masing secara terpisah, itu mendorong kita untuk memeriksa semua bentuk sebagai
anggota sistem yang saling tergantung, dan mencatat persamaan dan hubungan yang ada di
antara bentuk-bentuk masa lalu, sekarang, dan yang datang (Fidler : 2003). Mediamorfosis
merupakan sebuah perubahan yang terjadi pada media komunikasi, yang biasanya terjadi
dampak interaksi dua arah yang kompleks antara kebutuhan yang dipersepsikan, tekanan
persaingan politik dan inovasi social dan teknologi.

Thorson (2015) pernah meneliti dan mengembangkan teori tentang penggunaan


perangkat mobile dalam pemanfataan komunikasi. Penelitian ini juga menyoroti bagaimana
hubungan berita tradisional dengan media baru yang berbasis mobile. Bagaimana khalayak
memilih di antara media untuk memenuhi berbagai fungsi komunikasi dan bagaimana
pengenalan media baru mempengaruhi pilihan media yang lebih dulu sudah ada.
Pendekatan dasar teori modern pilihan media terkait menunjukkan bahwa khalayak
pengguna media memiliki kebutuhan komunikasi. Mereka terus berupaya mencari dan
menggali saluran atau perangkat mana yang dianggap paling baik untuk memenuhi
kebutuhan komunikasi (U & G; Blumler& Katz : 1974)

Pada Industri teknologi komunikasi saat ini, revolusi industri 4.0 sudah tidak asing
lagi dan menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi, pemangku kebijakan publik,
serta para ekonom. Pasalnya, era ini menuntut konektivitas di segala hal (Internet of Thing),
juga diyakini dapat membawa perubahan terhadap perekonomian dunia dan kualitas
kehidupan secara signifikan. Istilah industri 4.0 pertama kali diperkenalkan kepada public
pada tahun 2011 oleh sekelompok perwakilan bisnis dari Jerman. Ini didefinisikan sebagai
sarana untuk mencapai daya saing industri melalui integrasi diperkuat dari Cyberphysical
System ke dalam produksi (Skobelev : 2017). Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin
populernya ekonomi digital dan banyaknya aplikasi praktis telah menciptakan dasar yang
kuat untuk pengembangan teknologi Industri 4.0 yang sudah ada sekarang dan dalam jangka
Pamela Yunita Sari
Manajemen Komunikasi FISIP UI

panjang dapat berfungsi sebagai landasan peluncuran untuk penciptaan Society 5.0. Dimana
orang – orang diberikan kesempatan untuk memanfaatkan intelektual pribadi untuk menjadi
daya tarik pada future society ini.
Keberadaan media baru di era digital melahirkan sebuah harapan baru bagi para
pemangku industri media. Khususnya pada pelaku industri media tradisional seperti surat
kabar dan televisi analog. Bukan menggantikan akan tetapi menjadi sub bagian yang unik
dengan menggunakan teknologi sebagai basis utamanya. Upaya khalayak untuk
mengembangkan komunikasi untuk meningkatkan jati diri dan mempengaruhi masyarakat di
sekitarnya dilakukan tanpa henti. Hal ini menjadi alasan utama bagi pemangku industri
media dapat juga mengembangkan keberadaan media tradisional menjadi media digital.
Banyak televisi analog yang kini sudah memiliki platform digital untuk dapat memudahkan
khalayak mengakses program mereka melalui telepon pintar. Konvergensi media ini bukan
hanya mempermudah khalayak untuk mengakses program televisi saja, akan tetapi juga
dapat meningkatkan pemasukan dari stasiun tv yang mungkin saya tayangannya di televisi
analog sudah mengalami penurunan.
Selain stasiun tv, media berita news dan infotainment juga mengambil kesempatan
ini untuk dapat meningkatkan profit perusahaan. Mereka berlomba mengadakan aplikasi-
aplikasi yang dapat diakses oleh khalayak melalui perangkat digital yang dimiliki, sehingga
bagi media tradisional aplikasi ini dapat meningkatkan trend jumlah pembaca dan mereka
tidak hanya bertumpu pada penjualan fisik semata. Aspek advertorial juga mengikuti
perkembangan zaman di era digital, mereka dapat melakukan product placement dan built
in sehingga kesempatan mereka untuk diakses oleh khalayak jauh lebih besar. Bahkan
pelaku industri media tradisional juga dapat menentukan mana produk dan pada platform
apa yang memiliki daya serap paling tinggi sehingga dapat mengurangi pengeluaran dan
meningkatkan profit perusahaan.



Referensi
McLuhan, M. 2016. Understanding media : The extensions of man. New York

McMullan, J. 2017. A new understanding of ‘New media’: Online platforms as digital


mediums.Australia: Murdoch University. Doi:10.117/1354856517738159.

Thorson,E.,Soenberger,H.,Karaliova,T.,Kim,E., & Fidler,R.2015. News use of mobile media : A


contingency model. USA. University of Missouri. Doi:10.1177/2050157914557692.
Pamela Yunita Sari
Manajemen Komunikasi FISIP UI

Kim, J. 2012. The institutionalisation of youTube: From user-generated content to


professionally generated content. Media, culture, & society 34(1): 53–67.

Skobelev, Dr.Sc.PO. On the way from industry 4.0 to industry 5.0 : From digital
manufacturing to digital society. Rusia: International Scientic Journal Industry 4.0

LaRose, Straubhaar. 2000. Media now: Understanding media, culture, and technology. USA:
Thomson Learning. 14-15

Pavlik JV and McIntosh S (2011) Converging Media: A New Introduction to Mass


Communication. New York: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai