Anda di halaman 1dari 7

Dinamika Sosial Budaya, Vol 22, No.

1, Juni 2020, pp 38-44


p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

EKSISTENSI MEDIA TELEVISI ERA DIGITAL DIKALANGAN REMAJA

Rizca Haqqu
Jurusan Ilmu Komunikasi, Telkom University Bandung
rizcahaqqu@gmail.com

Firdaus Azwar Ersyad


Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Semarang
Firdaus.azwar@usm.ac.id

ABSTRAK
Media televisi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat di
Indonesia. Hampir semua rumah mempunyai televisi terutama dipulau Jawa. Hasil dari beberapa
lembaga riset ternama menjelaskan bahwa penggunaan media televisi masih sangat diminati dikalangan
masyarakat. Akan tetapi seiring perkembangan jaman, hadirnya media baru dengan platfom digital
serupa tahun ke tahun semakin meningkat dan mendominasi. Terutama dikalangan anak muda, karakter
media baru yang lebih felksibel membuat keberadaan media baru tersebut semakin digandrungi. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa adanya perubahan pola penggunaan media konvensional ditunjukan
oleh hasil rendahnya tinggkat menggunaan media televisi dengan indikasi khalayak mulai beralih
menonton program televisi melalui platfom digital lain seperti youtube. Dibutuhkan sinergisitas,
kreatifitas, dan kualitas program yang baik agar media televisi masih dapat terus eksis menghadapi
pesatnya perkembangan teknologi di era digital.

Kata kunci: Televisi, Era Digital, Remaja

Abstract

Television media is an inseparable part of people's lives in Indonesia. Almost all houses have
television, especially on the island of Java. The results of several well-known research institutes explain
that the use of television media is still very popular among the public. However, along with the changing
times, the presence of new media with digital platforms similar to each year is increasing and
dominating. Especially among young people, the news media's more flexible character makes the
existence of the new media more loved. The results of this study indicate that there is a change in the
pattern of use of conventional media as shown by the low level of use of television media with an
indication that the audience is beginning to switch to watching television programs through other
digital platforms such as YouTube. Synergy, creativity, and good quality programs are needed so that
television media can continue to exist in the face of the rapid development of technology in the digital
age.
Keywords: Television, Digital Era, Youth

38
Dinamika Sosial Budaya, Vol 22, No. 1, Juni 2020, pp 38-44
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

1. PENDAHULUAN pertama media yang sering diakses.


Penelitian ini bermula dari pengamatan penulis Bertambahnya stasiun televisi baik nasional
tentang hasil survey yang ditunjukan oleh salah maupun lokak dari tahun ke tahun diikuti
satu Lembaga riset ternama di dunia yang dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas
khusu memantau perkembangan media di siaran menjadi bukti eksistensi media penyiaran
Indonesia. Hampir semua rumah mempunyai televisi. Berbagai program televisi seperti
televisi terutama dipulau Jawa dimana pulau berita, pendidikan, informasi, serta hiburan
tersebut berpenduduk paling banyak di antara yang dikemas secara atraktif, kreatif, dan
pulau-pulau lain yang ada di Indonesia. Televisi menarik menunjukan kualitas tayangan yang
seperti kebutuhan pokok dikalangan semakin beragam. Jumlah program hiburan
masyarakat. Akses informasi yang massif menunjukkan adanya penambahan jam tayang
tayang dilayar kaca televisi selalu memanjakan yang cukup signifikan. Dulu televisi hanya
penggunanya. Hampir semua kalangan baik dapat dinikmati pada malam hari, sekarang
dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua televisi dapat dinikmati siang dan malam hari
mengakses televisi untuk memenuhi rasa haus (Baksin, 2006). Hasil survei litbang kompas
akan sebuah informasi. Tayangan yang menyebutkan, survei yang melibatkan 1.436
disajikan masing-masing stasiun televisipun warga jakarta berusia diatas 13 tahun, lebih dari
beragam. Abdullah & Puspita dalam separuh responden menonton televisi dua jam
penelitiannya menjelaskan bahwa televisi perhari (kompas.com, 2017).
merupakan media konvensional berbasis Akan tetapi dari tahun ke tahun pula
audiovisual yang sudah akrab dengan perkembangan media baru semakin
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. berkembang pesat. Keberadaan internet dalam
Karena sifatnya yang audio visual, televisi perkembangan media konvensional
dapat menghadirkan acara musik, film, menunjukan adanya pola perkembangan media.
sinetron, variety show, reality show serta acara Kebutuhan akses informasi yang cepat, tepat,
lainnya dengan melibatkan para selebritis idola akurat, dan murah memberikan sinyal kepada
khalayak (Haqqu, 2020). industri pertelevisian di Indonedia untuk
Bahkan sebuah Lembaga riset merilis berbenah dan mengikuti perkembangan zaman
data pada tahun 2017 menjelaskan bahwa (Haqqu, Asosiasi Motif Informasi dan
konsumsi media di pulau Jawa, televisi Kepuasan Informasi Dalam Menggunakan
mendominasi dengan prosentasi 95% unggul Media Televisi dan YouTube Dikalangan
jau dari beberapa media seperti Internet (33%), Remaja, 2019). Selain televisi , keberadaan
Radio (20%), Suratkabar (12%), Tabloid (6%) intenet sebagai media baru juga menghadirkan
dan Majalah (5%) (Lubis, 2017). Sejarah berbagai situs video sharing yang menyajikan
televisi di Indonesia bermula pada tahun 1962 hal serupa. Melalui video platform di web,
bertepatan dengan peringatan ke-17 HUT pengguna internet dapat menonton video
kemerdekaan RI dan berlangsungnya rangkaian dimanapun melalui mobile device yang
kegiatan olah raga Asian Games yang disiarkan didukung dengan adanya teknologi streaming.
secara langsung oleh Televisi Republik Salah satu situs tempat berbagi video yang
Indonesia (TVRI) yang pertama kali menyajikan berbagai jenis program dan konten
mengudara (Susanto & Alatas, 2015). video adalah YouTube. Munculnya media baru
Televisi sebagai media konvensional di berimplikasi terjadinya pergeseran dari
Indonesia masih tetap eksis melawan gempuran pengirim ke penerima, sehingga para pemakai
media baru. Hasil survei yang telah dilakukan dan pemilih dapat memperoleh beraneka ragam
Nielsen bahwa televisi masih pada posisi pilihan isi, tanpa harus tergantung pada sistem

39
Dinamika Sosial Budaya, Vol 22, No. 1, Juni 2020, pp 38-44
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

mediasi dan pengendalian komunikasi massa (2010). Penelitian deskriptif tidak hanya
(McQuail, 1996). berhenti pada pengumpulan data,
Berdasarkan studi literatur yang pengorganisasian, analisis dan penarikan
penulis kumpulkan timbul keraguan apakah interpretasi serta menyuimpulkan, tetap
media konvensional seperti televisi masih dilanjutkan dengan pembandingan, mencari
mampu bertahan menghadapi gempuran media kesamaan-perbedaan dan hubungan kasual
baru seperti youtube dan platform lainnya yang dalam berbagai hal (Sukmadinata, 2005)
serupa. Hasil survey yang dilakukan pada
remaja di Amerika rata-rata meraka 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menghabiskan waktu 2 kali lipat lebih lama survei menggunakan kueisoner
untuk menonton Netflix dari pada TV, yaitu digunakan dalam penelitian ini sebagai
mencapai 1.500 kalangan anak muda Amerika instrumen pengumpulan data dengan tujuan
Serikat.Menurut riset yang dilakukan oleh untuk memperoleh informasi tentang sejumlah
Trendera atas permintaan AwesomenessTV ini, responden yang dianggap mewakili populasi
kalangan anak muda bahkan menghabiskan tertentu. Kuesioner terdiri dari angket terbuka
waktu lebih banyak untuk menonton YouTube dan angket tertutup. Angket terbuka merupakan
(Metronews, 2017). kebebasan responden untuk menjawab
Hal inilah yang mendasari penulis pertanyaan tanpa adanya alternatif jawaban
untuk melakukan penelitian khusunya yang diberikan oleh periset. Sedangkan angket
dikalangan remaja sebagai Batasan penelitian tertutup responden sudah diberikan alternatif
untuk mengunkap data apakah media televisi jawaban” (Kriyantono, 2010). Penelitian survei
masih menjadi primadona media audio visual sering kali digunakan dalam ilmu sosial untuk
dikalangan remaja dengan mengangkat tema membantu melakukan pengamatan terhadap
yaitu Eksistensi Media Televisi pada Era suatu fenomena siosial (Morissan, 2012).
Digital Dikalangan diremaja, dengan Populasi adalah keseluruhan daripada
justifikasi bahwa tingkat literasi media unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau
dikalangan tersebut sangat tinggi dibuktikan ciri-ciri tertentu (Slamet, 2006). Menurut
oleh hasil riset APJII bahwa pengguna media Sugiyono (2013), populasi adalah wilayah
dikalangan dewasa dan remaja lebih generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
mendominasi penggunaan media dengan penelitian yang mempunyai kualitas dan
prosentase sebesar 74,23% dan 75,50% (APJII, karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
2017). peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Terdapat 525 populasi remaja
2. METODE dengan karakter homogen dalam penelitian ini,
Pendekatan kuantitatif diskriptif digunakan dengan kesamaan yang paling mendasar adalah
dalam penelitian ini dengan tujuan untuk seorang mahasiswa. Berdasarkan jumlah
menjelaskan suatu fenomena sosial yang dapat populasi yang diperoleh makan akan dilakukan
diukur dan dihutung secara objektif dengan sampling untuk mendapatkan jumlah
analisis numerik melalui sebuah angka dan responden.
rumus-rumus tertentu. Analisis kuantitatif Pada prinsipnya terdapat dua jenis
adalah analisis berupa data yang diperoleh dari metode sampling yaitu sampel probabilitas dan
responden yang telah dikumpulkan, kemudian sampel non probabilitas. Sampel probabilitas
dianalisis dan diperoleh dengan menggunakan peluang terpilihnya masing-masing responden
statistik sebagai alat pemecah masalah yang diketahui, sedangkan sampel non probabilitas
dihadapi. Riset kuantitatif menurut Kriyantono kemungkinan terpilihnya setiap responden

40
Dinamika Sosial Budaya, Vol 22, No. 1, Juni 2020, pp 38-44
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

anggota populasi tidak diketahui (Slamet, Tanggapan responden atas


2006). Teknik sampling dalam penelitian ini pertanyaan:Apakah saudara fokus
menggunakan sampling probabilitas, dan menonton tayangan di televisi sampai
tujuan untuk mengambil perwakilan secara selesai
berimbang dari masing-masing unsur yang Kategori Frekuensi Prosentase
mempunyai kemungkinan sama untuk dipilih. tidak pernah
3 3,6
Sampel yang didapat berdasarkan perhitungan fokus
sovin dengan kesalahan pengambilan sampel jarang fokus 11 13,1
yang dapat ditoleransi sebesar 10% adalah 84 terkadang
63 75,0
responden. fokus
Persebaran kuesioner kepada 84 selalu fokus 7 8,3
responden terdiri dari pertanyaan terbuka dan Jumlah 84 100%
tertutup sesuai penjelasan diatas dengan
variabel operasional penggunaan media yang Tanggapan mahasiswa ada pertanyaan
diukur berdasarkan intensitas, frekuaensi, dan apakah fokus menonton tayangan di televisi
durasi dengan pengolahan data netral Z skor sampai selesai didominasi oleh sikap
agar mendapatkan skala pegukuran ordinal. “terkadang fokus”. Hal ini menjelaskan bahwa
Penggunaan media sering dikatakan kebiasaan tingkat fokus responden dalam menonton
menggunakan media berulang kali atau dalam tayangan pada media televisi tidak selamanya
situasi yang sama setiap waktu.Adanya fokus mengikuti jalannya acara.
penggunaan media secara berulang
menjelaskan tentang tingkat frekuansi, durasi Tanggapan responden atas
serta intensitas yang dilakukan oleh khalayak, pertanyaan:Apakah saudara sering
seperti yang dijelaskan oleh Lometti, Reeves, & memindah chanel televisi.
Bybee (1977) dalam penelitiannya. Kategori Frekue Prosent
Berdasarkan penjelasan diatas maka nsi ase
selanjutkan dilakukan analisis distribusi selalu memindah
4 4,8
frekuensi untuk mengetahui prosentase chanel
penghitungan yang didapat. Berikut ini adalah terkadang
48 57,1
hasil penghitungan distribusi frekuensi memindah chanel
berdasarkan variabel operasional frekuensi, jarang memindah
26 31,0
intensitas, dan durasi. chanel
tidak pernah
6 7,1
Penggunaan Media Televisi Berdasarkan memindah chanel
Intensitas Jumlah 84 100%
Indikator intensitas dalam variabel ini
diturunkan kedalam tiga pertanyaan untuk Tanggapan responden mayoritas cukup
melihat intensitas penggunaan oleh responden konsisten dalam menonton tayangan di televisi,
ketika menonton televisi. hasilnya dapat dilihat terbukti dari 84 responden yang selalu
pada tabel dibawah ini: memindah-mindah chanel jumlah sangat
sedikit dibandingkan dan yang kadang, jarang
dan tidak pernah memindah chanel.

41
Dinamika Sosial Budaya, Vol 22, No. 1, Juni 2020, pp 38-44
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Tanggapan responden atas diketahui bahwa frekuensi menonton program


pertanyaan:Apakah saudara menonton telivisi adalah rendah yaitu 57,1% pilihan
tayangan ditelevisi sambil mengerjakan responden.
pekerjaan lain.
Kategori Freku Prose Penggunaan Media Televisi Berdasarkan
ensi ntase Durasi
selalu sambil menegerjakan Indikator durasi dalam variabel ini diturunkan
6 7,1
pekerjaan lain kedalam sebuah pertanyaan untuk melihat
terkadang sambil durasi responden ketika menonton program
55 65,5
mengerjakan pekerjaan lain acara televisi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
jarang sambil mengerjakan dibawah ini:
14 16,7
pekerjaan lain Tanggapan responden atas
tidak pernah sambil pertanyaan:Biasanya dalam satu hari
9 10,7 saudara bisa menghabiskan waktu untuk
mengerjakan pekerjaan lain
Jumlah 84 100% menonton program acara televisi hingga
Sebagian besar responden selama berapa menit.
menonton televisi tidak sambil mengerjakan Kategori Freku Prosen
pekerjaan lain, responden cenderung fokus ensi tase
hanya menonton. Sikap responden didominasi rendah (10-52) 16 19,0
oleh sikap “ kadang dan jarang “ untuk sedang (53-95) 37 44,0
mengerjakan pekerjaan sambil menonton acara tinggi (96-138) 24 28,6
Talk show ditelevisi. sangat tinggi (139-180) 7 8,3
Jumlah 84 100%
Penggunaan Media Televisi Berdasarkan Durasi responden menonton program televisi
Frekuensi didominasi oleh kategori sedang, tinggi dan
Indikator frekuensi dalam variabel ini rendah. Hal ini berarti bahwa responden masuk
diturunkan kedalam satu pertanyaan untuk ke dalam kategori cukup karena prosentase
melihat frekuensi responden ketika menonton terbanyak pada kategori sedang dan tinggi,
tayangan pada media televisi. hasilnya dapat untuk kategori sangat tinggi hanya sedikit yaitu
dilihat pada tabel dibawah ini: 8,3%.
Tanggapan responden atas Berdasarkan hasil penghitungan
pertanyaan:Biasanya dalam satu minggu distribusi frekuensi diatas diketahui pada
saudara bisa menonton program acara variabel intensitas, frekuensi dan durasi hampir
televisi sebanyak berapa kali. seluruhnya mendapatkan prosentase rendah dan
Kategori Frekue Prosent sedang. Sehingga dapat diambil kesimpulan
nsi ase bahwa terdapat perubahan pola penggunaan
rendah (1-3 kali) 48 57,1 media televisi dimasyarakat khususnya remaja,
sedang (4-6 kali) 23 27,4 dimana sebelumnya media televisi menjadi
tinggi (7-9 kali) 8 9,5 media favorit remaja untuk mendapatkan
sangat tinggi (10-12 kali) 5 6,0 informasi. Hal tersebut perlu dicermati bahwa
Jumlah 84 100% perkembangan teknologi gitital yang sangat
Frekuensi responden menonton program cepat dari tahun ke tahun mulai menggerus
televisi didominasi oleh sikap rendah (1-3 kali) keberadaan media konvensional dalam hal ini
dan sedang (4-6 kali ). Dengan demikian televisi. Industri televisi harus segera berbenah

42
Dinamika Sosial Budaya, Vol 22, No. 1, Juni 2020, pp 38-44
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

mengikuti perkembangan jaman. Dibutuhkan DAFTAR PUSTAKA


inovasi dan kreatifitas tinggi agar tidak
APJII. (2017). Asosiasi Penyelenggara Jasa
tertinggal dan mampu tetap eksis untuk
Internet Indonesia. Retrieved from
bersaing dengan media baru saat ini.
apjii.or.id:
4. KESIMPULAN https://apjii.or.id/survei2017
Pesatnya perkembangan teknologi
Haqqu, R. (2019). Asosiasi Motif Informasi
berbanding lurus dengan munculnya platform-
dan Kepuasan Informasi Dalam
platform media baru untuk memanjakan
Menggunakan Media Televisi dan
penggunanya. Dampak dan imbas dari semua
YouTube Dikalangan Remaja.
ini adalah mulai tertinggalnya media
Komunikasi KOntemporer dan
konvensional untuk merebut minat khalayak.
Masyarakat (p. 35). Jakarta: PT
Mau tidak mau media konvensional seperti
Gramedia Pustaka Utama.
televisi harus segera berbenah mengikuti
perkembangan jaman. Munculnya platform- Haqqu, R. (2020). Uji Uses And Gratifications
platform media baru dengan karakter hampir Dalam Intensitas Menonton Program
sama dengan media televisi membuat harus Talk Show Melalui Televisi.
mempunyai inovasi agar tidak tergerus oleh CoverAge, 11-18.
perkembangan jaman. Sinergisitas antara antara Haqqu, R., Hastjarjo, S., & Slamet, Y. (2019).
media televisi dan platform digital youtube Teenagers’ Entertainment Satisfaction
merupakan awal yang baik. Sekarang hampir in Watching Talk Show Program
seluruh stasiun televisi telah menyediakan through Youtube. The Messenger, 38-
chanel-chanel program acara terkait baik secara 45.
live maupun taping pada situs youtube, dengan
kompas.com. (2017). Retrieved Desember 2,
kata lain banyaknya konten yang disajikan dan
2017, from
mudahnya mengakses media youtube
http://www.google.co.id/amp/amp/ko
menjadikannya sangat diminati oleh kalangan
mpas.com/nasional/read/2016/03/30/0
remaja (Haqqu, Hastjarjo, & Slamet, 2019) .
5374961/survei.Litbang.Kompas.Tele
Selain itu penting bagi penggiat industri kreatif
visi.Dua.Sisi.Mata.Uang
televisi untuk terus berkontribusi menyuguhkan
tayangan-tayangan yang menarik sehingga Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset
keberadaan media televisi masih dapat terus Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
eksis menyesuaikan perkembangan jaman. Media Group.
Lubis, M. (2017). Nielsen. Retrieved Januari 5,
2018, from www.nielsen.com:
http://www.nielsen.com/id/en/press-
room/2017/TREN-BARU-DI-
KALANGAN-PENGGUNA-
INTERNET-DI-
INDONESIA.print.html
Metronews, c. (2017). Retrieved Desember 1,
2017, from
http://teknologi.metrotvnews.com/new
s-teknologi/ob3BpGAN-ketimbang-tv-

43
Dinamika Sosial Budaya, Vol 22, No. 1, Juni 2020, pp 38-44
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

remaja-lebih-suka-nonton-Youtube-
dan-netflix.
Morissan, M. A. (2012). Metode Penelitian
Survei. Jakarta: Kencana.
Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian Sosial.
Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Sukmadinata, S. N. (2005). Metode Penelitian.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, V. W., & Alatas, S. (2015). Menyoal
Regulasi Penyiaran Digital (Studi
Terhadap Kepentingan Publik Dalam
Regulasi Televisi Digital di
Indonesia). Avan Grade Vol 3 (2),
237-249.

44

Anda mungkin juga menyukai